UNIVERSITAS INDONESIA
WILAYAH PENGGUNAAN BAHASA PENGANTAR KHUTBAH JUM’AT DI KOTA SERANG
SKRIPSI
ILHAM AKBAR 0706265522
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI SARJANA GEOGRAFI DEPOK JANUARI 2012
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
WILAYAH PENGGUNAAN BAHASA PENGANTAR KHUTBAH JUM’AT DI KOTA SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains
ILHAM AKBAR 0706265522
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI SARJANA GEOGRAFI DEPOK JANUARI 2012 ii
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Ilham Akbar
NPM
: 0706265522
Tanda Tangan
: ….…………
Tanggal
: 16 Januari 2012
iii
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Skripsi
: : Ilham Akbar : 0706265522 : Geografi : Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Kota Serang
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
: Drs. Hari Kartono M.S
(……………………)
Pembimbing I
: Dra. Tuty Handayani M.S
(.................................)
Pembimbing II
: Taqyuddin S.Si, M.Hum
(.................................)
Penguji I
: Hafid Setiadi S.Si, M.T
(.................................)
Penguji II
: Dra. Widyawati MSP
(.................................)
Ditetapkan di Tanggal
: Depok : 16 Januari 2012
iv
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Alhamdulillahirrabbil ‘alamin, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam,atas kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisanskripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada tauladan umat manusia sepanjang zaman, Rasulullah Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains Departemen Geografi pada Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam Universitas Indonesia.Penulis menyadari bahwa tak akan pernah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya bimbingan, perhatian, kasih sayang, bantuan, kerjasama, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dra. Tuty Handayani, M.S. dan Taqyuddin S.Si, M.Hum selaku dosen pembimbing yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bimbingan, perhatian, masukan, kesabaran serta motivasi yang luar biasa selama masa pembimbingan. 2. Hafid Setiadi S.Si, M.T, Dra.Widyawati MSP, dan Adi Wibowo S.Si, M.Si selaku dosen penguji atas masukan dan bimbingannya kepada penulis. 3. Drs. Hari Kartono M.S selaku ketua sidang sarjana, atas masukan dan saran yang membangun kepada penulis. 4. Dr. Rokhmatuloh M.Eng, selaku Pembimbing Akademis, atas perhatian dan bimbingannya kepada penulis, selama penulis menyelesaikan studi S1 di Geografi UI 5.Seluruh Dosen Departemen Geografi, Dosen FMIPA UI, FIB UI, F.Psikologi UI dimana saya pernah mengambil mata kuliah. Terima kasih atas ilmu bermanfaat yang telah diberikan. 6. Seluruh staf dan karyawan Departemen Geografi, atas bantuannya mengurus administrasi penulis, juga kepada staf dan karyawan FMIPA UI. 7. Orang tua dan keluargatercinta. Kepada Bapak, Ahmad Syarifuddin; Ibu, Haeratun Nufus; Kakak, Rizqika Rahmani (Ika); dan Adik, Muhammad Ihsan (Ichan) dan Shollahuddin Noorsy (Asep) yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, dan doa yangtulus dan terbaikserta kedamaian dalam keluarga selama hidup penulis. Semoga kita tetap menjadi keluarga di SyurgaNya Allah kelak.Aamiin.
v
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
8. Adi Putra Permadi (Uta/Ustadz) sahabat terbaik yang selalu membantu, mendukung, serta mendo’akan penulis dalam senang maupun susah. 9. Didin Rosadi, teman senasib seperjungan serta seperbimbingan, yang bersamasama saling membantu menyelesaikan skripsi ini tentunya dengan keceriaan. 10. Satria Indratmoko (Gendro), Alhamdy Yosef, Ardiansyah, dan Linda Agustina yang telah membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini baik teknis maupun kelengkapan data. 11. Seluruh teman-teman Geo 07 Balyan, Jupriyadi, Asep, Bandu, Hilman, Dicky, Munir, Fikriyah, Tiara, Fifik, Mukti, Mila, Ike, dan yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu. Juga sahabat tim 9 yang menemani keceriaan penulis pada masa penyusunan skripsi hingga menjelang sidang.Terima kasih atas persaudaraan, keceriaan, kebersamaan indah yang selama ini terjalin.Semoga kesuksesan selalu menyertai kita saat ini maupun kelak. 12. Teman-teman Solid dan Madani 2011 beserta FK, teman-teman Pengurus BEM FMIPA UI 2010 khususnya BPH, teman-teman pengurus HMG 2009 khususnya CT, teman-teman di MII, Pengurus Formula 62 2011, Pengurus Rohis 62, teman-teman di berbagai event kepanitiaan khususnya OSIT 2009 yang membuat hari-hari penulis lebih berwarna dan bermakna serta memberikan berbagai hikmah pembelajaran. 13. Teman-teman Geografi angkatan 2004 (Bang Rudy dkk), 2005 (Bang Amir dkk), 2006 (Bang Zul, Bang Faris, dkk) 2008 (Wahid, Nurul, dkk), 2009 (Ipung, Arif, dkk) 2010 (Azhar, dkk) dan angkatan lainnya yang penuh kekeluargaan dan inspiratif. 14. Pihak-pihak yang telah membantu penulis pada saat survey di lapangan, Pak Zainuddin dan Mang Saidi di Serang atas akomodasi dan transportasi. Wak Isah, Wak Dedeng, dan Wak Agus (Alm) di Pandeglang atas ketulusannya menerima dan menyambut penulis untuk menginap. Petugas kelurahan yang ramah dan kooperatif, informan dan responden yang berjumlah 300 orang lebih yang begitu welcome kepada penulis namun namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Mohon maaf kepada pihak- pihak yang belum disebutkan karena kekhilafan penulis. Akhir kata, penulis mengucapkan selamat membaca dan belajar. Wassalamu’aiakum Wr.Wb. Penulis, 2012 vi
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Departemen Fakultas Jenis karya
: Ilham Akbar : 0706265522 : Geografi : Geografi : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Nonexclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Kota Serang beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugasakhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 16 Januari 2012 Yang menyatakan
(Ilham Akbar)
vii
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
ABSTRAK
Nama : Ilham Akbar Program Studi : Geografi Judul Skripsi : Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Kota Serang Eksistensi budaya masyarakat suatu wilayah bisa dilihat dari eksis tidaknya bahasa daerah masyarakat tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, eksistensi bahasa daerah tersebut bisa saja hilang dan tergantikan dengan bahasa lain karena adanya aturan agama yang mengikatnya, contohnya dalam penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at. Penelitian mengenai wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah jum’at dimaksudkan untuk melihat eksistensi suatu budaya di Kota Serang dengan bahasa pengantar khutbah jum’at sebagai representasinya. Dengan metode wawancara dan observasi langsung di lapangan pada sampel di wilayah penelitian, penelitian ini menggunakan analisis deskriptif eksploratif dengan pendekatan keruangan. Hasilnya didapat bahwa ada empat bahasa yang eksis digunakan sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at di wilayah penelitian yaitu bahasa Arab, bahasa Indonesia, gabungan bahasa Indonesia dan Bugis serta bahasa Sunda. Bahasa yang eksis digunakan sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at di Kota Serang adalah Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, Bahasa Bugis dicampur Bahasa Indonesia, dan Bahasa Sunda. Pola keruangannya pun terlihat dengan jelas di mana bagian tengah wilayah penelitian merupakan dominasi penggunaan bahasa Indonesia, sedangkan dibagian Selatan dan Utara wilayah penelitian merupakan dominasi bahasa Arab, namun dibagian Utara terdapat keunikan dengan adanya penggunaan bahasa Sunda serta gabungan bahasa Bugis dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at di wilayah penelitian. Wilayah penggunaan bahasa tersebut juga diikuti oleh wujud budaya yang beraneka ragam. Kata Kunci : Kota Serang, Eksistensi, Penggunaan Bahasa, Khutbah Jum’at, Pola Keruangan, Wujud Budaya xv+85 halaman Daftar Pustaka
; 1 gambar; 29 tabel; 15 peta; 30 lampiran foto. : 18 (1975-2010)
viii
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
ABSTRACT Name : Ilham Akbar Study Program : Geography Title : The Region of The Use of Languages During Friday Sermon in Serang City
The existence of a society’s culture can be seen from the existence and frequency of its traditional languages used in daily life. However, the existence of traditional languages can be subsided or subtituted by other languages because of religious rules that bind, as we can see in the use of languages during the Friday sermon. This research about the region of the used of languages during Friday sermon in Serang city is aimed to see and analyse the existence of a culture in the city of Serang through the languages used in Friday sermon as a medium of its representation. Interview and direct observation method to the samples were used as data collection technique while spatial descriptive explorative analysis was used as the data analysis method. The languages used as the instructional language in Friday sermon in Serang city are Arabic, Bahasa Indonesia, Sundanese, and Bahasa Indonesia mixed with Bugis language. Arabic represents the indigenous population of Javanese-Serang, while Bahasa Indonesia represents various cultures of inbound migrants in Serang city. Sundanese and Bahasa Indonesia mixed with Bugis Language represent the culture of indigenous population of non Javanese-Serang. The spatial pattern was clearly visible that Bahasa Indonesia was majorly used in the center region of the research area, while the Arabic was dominantly used in the northern and southern region. Uniqueness noted here that in the northern region, there was a prominent pattern of the use of Sundanese mixed with Bugis language as the instructional language during the Friday sermon. Territory the use of language was also followed by the manifestation of diverse cultures Keywords : Serang City, Existence, The Use of Languages, Friday Sermon, Spatial Pattern, Manifestation of Culture xv+85 page ; 1 picture; 29 table; 15 maps; 30 photo attachment Bibliography ; 18 (1975-2010).
ix
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii LEMBAR ORISINALITAS ....................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv KATA PENGANTAR ............................................................................... v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... vii ABSTRAK ................................................................................................ viii ABSTRACT .............................................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN TABEL ................................................................ xiv DAFTAR PETA…………………………………………………………….xv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5 1.3 Tujuan penelitian........................................................................... 5 1.4 Batasan Penelitian......................................................................... 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................8 2.1 Kebudayaan.....................................................................................8 2.2 Lingkungan Kebudayaan................................................................10 2.3 Sejarah Kebudayaan Jawa di Banten Khususnya Serang..............14 2.4 Pendapat Ulama Tentang Penggunaan Bahasa Khutbah Jum’at... 17 2.5 Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam…………………………..20 2.6 Kajian Geografi Kebahasaan Sebelumnya.....................................21 2.7 Penelitian Deskriptif Eksploratif....................................................22 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN....................................................24 3.1 Variabel Penelitian..........................................................................24 3.2 Persiapan.........................................................................................24 3.3 Pengumpulan Data......................................................................... 25 3.3.1 Data Primer.......................................................................25 x
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
3.3.2 Data Sekunder....................................................................28 3.4 Pengolahan Data..............................................................................28 3.5 Analisis Data....................................................................................29 3.6 Alur Pikir Penelitian.........................................................................30 BAB 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.................31 4.1 Letak Geografi dan Administrasi Kota Serang.............................31 4.2 Kependudukan..............................................................................32 4.3 Topografi dan Ketinggian.............................................................33 4.4 Komposisi Pemeluk Agama di Kota Serang.................................33 4.5 Jumlah Rumah Ibadah di Kota Serang..........................................35 4.6 Penggunaan Lahan.........................................................................36 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 38 5.1 Wilayah Pengggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at.......... 38 5.2
Faktor Eksternal Masjid.................................................................39
5.2.1 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Wilayah dengan Proporsi Penduduk Asli dan Penduduk Pendatang dalam Wujud Budaya di Wilayah Penelitian............39 5.2.2 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Wilayah dengan Tingkat Kerapatan Jalan dalam Wujud Budaya di Wilayah Penelitian...................................................45 5.2.3 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Wilayah dengan Tingkat Pendidikan Formal Penduduk dalam Wujud Budaya di Wilayah Penelitian.............................50 5.2.4 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Wilayah dengan Mayoritas Pekerjaan Penduduk dalam Wujud Budaya di Wilayah Penelitian........................................54 5.2.5 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Wilayah dengan Tingkat Pendapatan Penduduk dalam Wujud Budaya di Wilayah Penelitian........................................59 5.2.6 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Wilayah dengan Penggunaan Bahasa Ceramah Agama untuk Kaum Pria dalam Wujud Budaya di Wilayah Penelitian...........63 xi
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
5.3 Faktor Internal Masjid........................................................................67 5.3.1 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Wilayah dengan Variasi Usia Khothib dalam Wujud Budaya di Wilayah Penelitian..................................................................67 5.3.2 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Wilayah dengan Jumlah Jamaah Sholat Jum’at dalam Wujud Budaya di Wilayah Penelitian..........................................71 5.3.3 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Wilayah dengan Durasi Waktu Khutbah Jum’at dalam Wujud Budaya di Wilayah Penelitian.........................................75 5.4 Pola Keruangan Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Kota Serang………….……………….…………78 BAB 6 KESIMPULAN................................................................................. 81 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................83 LAMPIRAN……………………………..………………………….………85
xii
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Proporsi Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Wilayah Penelitian………………………………………….33
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Luas Daerah per Kecamatan di Kota Serang……………….….. 26 Tabel 4.2 Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin……………………………………..…………….27 Tabel 4.3 Jumlah Pemeluk Agama di Kota Serang……………...…….…..29 Tabel 4.4 Jumlah Rumah Ibadah di Kota Serang………………………….30 Tabel 4.5 Penggunaan Lahan Kota Serang………………………………...31 Tabel 5.1 Proporsi Penduduk Asli dan Penduduk Pendatang di Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at……………......36 Tabel 5.2 Tingkat Kerapatan Jalan di Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at……………………………………....42 Tabel 5.4 Tingkat Pendidikan Pada Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at………………....……………………………….46 Tabel 5.5 Klasifikasi Pekerjaan Pada Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at………………………………………………….50 Tabel 5.6 Tingkat Pendapatan Penduduk Pada Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at................................................56 Tabel 5.7 Penggunaan Bahasa Pengantar Ceramah Masjid non Khutbah untuk Kaum Pria di Lokasi Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at…………………………………………………..61 Tabel 5.9 Klasifikasi Usia Khothib Pada Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at…………...………………………….64 xiii
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Tabel 5.10 Jumlah Jamaah Sholat Jum’at Pada Lokasi Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at….…………………….……………..68 Tabel 5.11 Durasi Khutbah Pertama Sholat Jum’at Pada Lokasi Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at……………………………...72
DAFTAR LAMPIRAN TABEL
Tabel 1 Jumlah Penduduk di Wilayah RW Masjid Sampel Penelitian Tabel 2 Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Tabel 3 Tingkat Kerapatan Jalan di Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Tabel 4 Proporsi Penduduk Asli dan Penduduk Pendatang Tabel 5 PendidikanTerakhir Mayoritas Penduduk di Wilayah Penelitian Tabel 6 Mayoritas Pekerjaan Penduduk di Wilayah Penelitian Tabel 7 Tingkat Pendapatan Penduduk di Wilayah Penelitian Tabel 8 Penggunaan Bahasa Pengantar Ceramah Masjid non Khutbah untuk Kaum Pria di Wilayah Penelitian Tabel 9 KelasUsia Khothib di Wilayah Penelitian Tabel 10 Jumlah Jamaah Sholat Jum’at di Wilayah Penelitian Tabel 11 Durasi Khutbah Pertama Sholat Jum’at di Wilayah Penelitian
xiv
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
DAFTAR PETA
Peta 1 Sebaran Lokasi Masjid Sampel Peta 2 Administrasi Kota Serang Peta 3 Jumlah Penduduk Kota Serang Peta 4 Penggunaan Lahan Kota Serang Peta 5 Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Peta 6 Tingkat Kerapatan Jalan di Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Peta 7 Proporsi Penduduk Asli dan Penduduk Pendatang di Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Peta 8 Tingkat Pendidikan Penduduk di Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Peta 9 Mayoritas Pekerjaan Penduduk di Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Peta 10 Tingkat Pendapatan Penduduk di Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Peta 11 Penggunaan Bahasa Pengantar Ceramah Masjid untuk Kaum Pria di Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Peta 12 Variasi Usia Khothib di Lokasi Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Peta 13 Jumlah Rata-Rata Jamaah Sholat Jum’at di Lokasi Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Peta 14 Durasi Khutbah Pertama Sholat Jum’at di Lokasi Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Peta 15 Pola Keruangan Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at
xv
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kebudayaan terdiri atas pola secara nyata ataupun tersirat dari dan untuk perilaku yang diperoleh dan diteruskan dengan lambang-lambang yang membentuk hasil karya yang unik dari kelompok manusia; inti dari kebudayaan terdiri dari gagasan tradisional dan nilai-nilai yang menyertainya. (A.L. Kroeber dan Clyde Kluckhohn, dalam Gani 2007)
Budaya nusantara yang plural merupakan kenyataan hidup (living reality) yang tidak dapat dihindari. Kebhinekaan ini harus dipersandingkan bukan dipertentangkan. Keberagaman ini merupakan manifestasi gagasan dan nilai sehingga saling menguat dan untuk meningkatkan wawasan dalam saling apresiasi. Kebhinekaannya menjadi bahan perbandingan untuk menemukan persamaan pandangan hidup yang berkaitan dengan nilai kebajikan dan kebijaksanaan (virtue and wisdom)(Sartini, 2004).
Sebagai negara yang memiliki beratus-ratus bahasa daerah yang masingmasing didukung adat istiadat dan kebudayaan daerah yang bersangkutan, dan di samping itu memiliki bahasa nasional yang jangkauannya meliputi seluruh wilayah, Indonesia merupakan masyarakat multilingual dan multikultural yang sangat kompleks (Jaya, 1997). Komunitas bahasa timbul sebagai akibat persamaan tradisi melalui keluarga dan lingkungan sosial, mempermudah pemahaman mutual, dan mendorong terjadinya derajat paling tinggi dari hubungan sosial. (Soekanto, 1985)
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya manusia selalu memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi (Tustantiana, 2010). Dalam kehidupan bermasyarakat, terbentuklah kelompok-kelompok manusia yang dalam berinteraksi merasa memiliki bahasa yang
1
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
2
bersama, atau kelompok-kelompok yang berpegang pada standar yang sama. Mereka telah membentuk suatu masyarakat bahasa, dimana didalamnya digunakan sistem bahasa yang tidak dimiliki oleh kelompok lainnya. Bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan merupakan sumber daya budaya intangible yang perlu diperhatikan (Agustina, 2010). Bahasa sendiri merupakan bagian penting dari pola tingkah laku dan pola budaya manusia (Muhatta, 2006).
Bahasa sebagai bagian dari budaya juga berkaitan erat dengan nilai-nilai spriritual keagamaan. Walaupun budaya dalam hal ini bahasa, dan agama adalah dua hal yang berbeda, namun keduanya tidak dapat dipisahkan. Agama yang mengenal ajaran wahyu dari Tuhan kepada Nabi sebagai utusannya, tentu terkait dengan nilai sebuah komunikasi yang berujung pada penggunaan bahasa.
Agama Islam sebagai agama wahyu yang lahir di tanah Arab, menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu umatnya. Berbagai kelebihan dan keistimewaan bahasa Arab baik secara nyata maupun karena adanya Hadits Nabi yang menjelaskannya membuat umat Islam mengagungkannya sebagai sebuah bahasa yang mengantarkan pada nilai komunikasi seorang hamba kepada TuhanNya. Bahasa Arab digunakan terutama dalam ibadah-ibadah wajib bagi ummat Islam.
Agama Islam yang lahir pada abad ke 6 Masehi sangat berkembang pesat ke seluruh penjuru dunia dan menjadi salah satu agama terbesar di dunia. Penyebaran nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam seperti aqidah, ibadah, dan akhlak dapat diterima dengan baik oleh penduduk dunia khususnya bangsa Indonesia karena penyebarannya berlangsung dengan damai. Dalam perkembangannya yang begitu pesat, timbul beberapa aliran-aliran (mazhab) berkenaan dengan salah satu ilmu dalam ajaran Islam yaitu ilmu fiqh. Ilmu fiqh adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara ibadah. Dalam agama Islam, perbedaan pandangan mengenai ilmu fiqh adalah suatu hal yang wajar. Beberapa ulama yang mempunyai perbedaan pandangan mengenai tata cara ibadah, asalkan sesuai dengan tuntunan Nabi dan tidak melenceng
Universitas Indonesia Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
3
dari Al Quran dan Hadist, maka masih dapat diterima sebagai suatu ajaran yang tidak melanggar kaidah agama Islam.
Salah satu ibadah wajib dalam agama Islam di mana sebagian dari prosesinya terdapat perbedaaan pandangan diantara kaum ulama adalah pelaksanaan sholat Jum’at. Prosesi yang dimaksud adalah salah satu dari rukun pelaksanaan sholat Jum’at yaitu khutbah Jum’at. Khutbah Jum’at sendiri sebagai bagian dari rukun ibadah sholat Jum’at memiliki rukun tersendiri. Salah satunya adalah penyampaian wasiat taqwa. Perbedaan pendapat mengenai bahasa yang digunakan dalam penyampaian wasiat inilah yang terjadi di kalangan ulama. Sebagian berpendapat bahwa penyampaian wasiat wajib dilakukan dengan bahasa Arab tanpa perlu ditambahkan dengan bahasa lain baik sebagai wasiat maupun penjelasannya, sebagian lagi berpendapat bahwa wasiat yang disampaikan dalam bahasa Arab, boleh diterjemahkan ke bahasa lain selain bahasa Arab. Pengikut dari kedua paham ini masing-masing memegang teguh pemahamannya dan berkembang pada wilayahnya masing-masing. Namun begitu, perbedaan pendapat ini tidak sampai menimbulkan perpecahan, justru sebaliknya perbedaan pendapat dijadikan motivasi untuk terus menggali ilmu dan hingga ajaran agama Islam kian berkembang.
Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki perkembangan agama Islam yang begitu pesat serta memiliki budaya lokal yang beranekaragam adalah Provinsi Banten. Sebagai salah satu peradaban tertua di Pulau Jawa, Banten tumbuh dari pusat perdagangan yang memungkinkan terjadinya interaksi antar etnis. Sejarah juga mencatat Banten pernah berjaya sebagai salah satu kerajaan Islam terbesar di Indonesia pada abad 16. Banten yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Hindu Padjajaran dan Tarumanegara yang merupakan bagian dari etnis Sunda. Pada abad ke 16, terjadilah penyerangan oleh Kerajaan Islam Demak guna menguasai Banten. Selain menyebarkan agama Islam dengan menguasai Banten, terjadi pula percampuran budaya di dalamnya. Budaya Sunda bercampur dengan budaya Jawa yang dibawa oleh Kerajaan Demak, dan dalam perkembangannya mendominasi
Universitas Indonesia Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
4
kebudayaan yang ada di Banten khususnya di kawasan Banten Utara yang merupakan pusat Pemerintahan Kerajaan Banten. Percampuran budaya yang terjadi termasuk juga pada bahasa daerah yang digunakan. Maka, wilayah-wilayah di bagian Utara Provinsi Banten khususnya Kota Cilegon dan Serang (baik Kota maupun Kabupaten), memiliki keunikannya tersendiri karena ada dua bahasa yang sama-sama digunakan di sana yaitu bahasa Jawa dan bahasa Sunda.
Salah satu wilayah di Provinsi Banten yang memiliki penggunaan dua bahasa di wilayahnya adalah Kota Serang. Kota Serang sebagai Ibukota Provinsi Banten merupakan Kota yang cukup unik. Wilayah termuda kedua di Provinsi Banten yang baru berdiri tahun 2007 ini memiliki perbedaan karakteristik penggunaan lahan dengan Ibukota Provinsi lain di Pulau Jawa. Walaupun berstatus kota, penggunaan lahan di kota Serang lebih dari 50 % masih di dominasi oleh pertanian. Penggunaan lahan berupa pusat bisnis maupun kawasan industri yang merupakan ciri-ciri dari mayoritas penggunaan lahan di kota, masih minoritas di Kota Serang. Selain itu, penduduknya bisa dikatakan masih homogen karena masih didominasi oleh penduduk asli. Menurut Lewis Munford dalam teori tahap perkembangan kota, kota yang masih didominasi oleh lahan pertanian serta mayoritas penduduknya merupakan penduduk asli berada pada tahapan Polis atau kota bercorak desa. Dengan ciri-ciri tersebut, Serang dapat dikategorikan sebagai Kota Polis. Kota bercorak desa memungkinkan masyarakatnya masih memegang erat kebudayaan daerahnya termasuk bahasa daerah. Salah satu indikatornya adalah, dengan masih banyaknya masyarakat yang menggunakan bahasa Ibu (bahasa pergaulan sehari-hari) berupa bahasa Jawa atau Sunda.
Kota Serang sendiri sebagai bekas pusat pemerintahan kerajaan Banten, tumbuh menjadi Kota yang agamis. Perkembangan masjid-masjid dan berbagai lembaga pendidikan Islam begitu pesat di kota ini. Tak heran jika Kota Serang dijuluki sebagai “Kota Santri”. Masyarakatnya sangat memegang teguh ajaran Islam, sehingga budaya tidak dicampur adukkan dengan agama. Walaupun bahasa daerah
Universitas Indonesia Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
5
sangat eksis digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, namun belum tentu digunakan dalam khutbah Jum’at. Karena masyarakat menganggap bahwa khutbah Jum’at merupakan bagian dari ibadah wajib yang tuntunannya langsung dari Nabi Muhammad SAW. Berangkat dari permasalahan ini, penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di Kota Serang. Dengan penelitian ini, diharapkan akan tercapai jawaban yang jelas mengenai pola keruangan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di Kota Serang, serta berbagai faktor yang mempengaruhinya.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola keruangan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at sebagai ciri identitas budaya dan kependudukan di Kota Serang
1.3 Rumusan Masalah Atas dasar tujuan penelitian ini, masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1.Bagaimana karakteristik wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di Kota Serang? 2.Bagaimana pola keruangan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di Kota Serang? 3.Bagaimana eksistensi bahasa Jawa Serang sebagai bahasa daerah yang dominan di Kota Serang, digunakan sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at di Kota Serang?
1.4 Batasan
1. Etnis merupakan gabungan manusia yang mengucapkan satu bahasa dan mempunyai satu rasa identitas komunitas yang khusus, tinggal di suatu wilayah geografis dengan ciri-ciri ekologi yang sama, mempunyai
Universitas Indonesia Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
6
pengalaman sejarah yang sama, saling berinteraksi secara intensif dan dengan frekuensi yang tinggi (Clifton dalam Al Hajir, 1990). 2. Bahasa pengantar adalah bahasa daerah (dialek) dari tiap etnis digunakan sebagai bahasa ibu atau bahasa sehari-hari dalam pergaulan. 3. Pribumi atau penduduk asli adalah setiap orang yang lahir di suatu tempat, wilayah atau negara, dan menetap di sana. Pribumi bersifat autochton (melekat pada suatu tempat). Secara lebih khusus, istilah pribumi ditujukan kepada setiap orang yang terlahir dengan orang tua yang juga terlahir di suatu tempat tersebut. Pribumi memiliki ciri khas, yakni memiliki bumi (tanah atau tempat tinggal yang berstatus hak miliki pribadi). 4. Penduduk Pendatang adalah penduduk yang sebelumnya tidak tinggal pada wilayah yang ditinggalinya sekarang serta lahir di daerah lain yang bukan merupakan daerah tempat tinggalnya sekarang. Penduduk pendatang memiliki ciri khas pada umumnya memiliki kebudayaan yang berbeda dari penduduk pribumi tempatnya tinggal. 5. Akulturasi adalah proses saling mempengaruhi satu kebudayaan terhadap kebudayaan lain atau saling mempengaruhi antara dua kebudayaan yang mengakibatkan adanya perubahan kebudayaan. 6. Khothib adalah seseorang yang menyampaikan nasihat atau wasiat dalam ibadah tertentu dalam Agama Islam. Yang dimaksud khothib dalam penelitian ini adalah laki-laki yang menyampaikan khutbah dalam kegiatan sholat Jum’at. 7. Khutbah adalah nasihat/wasiat yang disampaikan seorang khothib dalam ibadah tertentu dalam Agama Islam. Yang dimaksud khutbah dalam penelitian ini adalah nasehat/wasiat yang disampaikan sebagai bagian dari rukun ibadah sholat Jum’at, namun hanya khutbah pertama saja yang diteliti karena memungkinkan perbedaan penggunaan bahasa. 8. Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid secara bahasa artinya tempat sujud. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar,
Universitas Indonesia Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
7
diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran. 9. Ceramah adalah kegiatan menyampaikan ilmu pengetahuan, dalam penelitian ini, yang dimaksud ceramah adalah kegiatan menyampaikan ilmu agama Islam di masjid. 10. Lokasi adalah posisi absolut dan relatif suatu wilayah. Dalam penelitian ini, yang dimaksud lokasi adalah letak sampel masjid sebagai bagian dari wilayah penelitian keseluruhan. 11. Dominasi Pekerjaan adalah mayoritas pekerjaan yang dilakoni masyarakat di wilayah penelitian. 12. Tingkat pendapatan adalah besarnya pemasukan penduduk per bulan di wilayah penelitian. 13. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang dicapai warga masyarakat di wilayah penelitian. 14. Pola keruangan adalah susunan, bentuk, dan persebaran fenomena dalam ruang muka bumi (Daldjoeni, 1982) 15. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Masjid-Masjid di sepanjang jalan utama sebanyak 60 masjid yang menghubungkan kawasan masjid agung Banten di pesisir Utara Kota Serang dengan batas Selatan Kota Serang dengan jarak dari jalan utama tidak lebih dari 2 kilometer. 16. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan keruangan
Universitas Indonesia Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebudayaan
Kata “Kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta buddahyyah, yautu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan : hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Kebudayaan adalah adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia. Bedanya kebudayaan dan peradaban adalah, istilah peradaban biasa dipakai untuk menyebut bagian-bagian dari unsur-unsur yang halus, maju, indah, seperti misalnya : kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, dan sebagainya. Istilah “peradaban” sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Seorang sosiolog Talcott Parsons yang bersama dengan seorang ahli antropologi A.L Kroeber pernah menganjurkan untuk membedakan secara tajam wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Maka dari itu keduanya membedakan adanya tiga gejala kebudayaan yaitu ide, aktivitas, dan kebendaan. Koentjaraningrat (1990), berpendirian bahwa kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatau kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya (sistem budaya). 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat (sistem sosial). 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (kebudayaan
fisik).
8
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
9
Wujud pertama adalah wujud yang ideal dari kebudayaan. Sifat-sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada dalam pikiran warga masyarakat dimana kebudyaan bersangkutan itu hidup. Ide-ide dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan-gagasan itu tidak berada lepas satu dari yang lain, melainkan selalu berkaitan, menjadi suatu sistem. Para ahli antropologi dan sosiologi menyebut sistem ini sebagai sistem budaya, atau cultural system. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga isltilah lain yang sangat tepat untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini yaitu adat, atau adat istiadat dalam bentuk jamaknya.
Wujud kedua dari kebudayaan adalah sistem sosial atau dalam bahasa Inggris disebut social system. Sistem sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain dari waktu ke waktu menurut pola-poal tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial ini bersifat konkret, terjadi disekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasi.
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik, dan tak memerlukan banyak penjelasan. Karena berupa seluruh total dari hasil fisik, aktivitas, dan perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto.
Ketiga wujud kebudayaan tersebut dalam kenyataan kehidupan masyarakat tak terpisah satu sama lain. Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia. Baik pikiran dan ide, maupun tindakan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya, kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi pola-pola perbuatannya, bahkan juga cara berpikirnya.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
10
2.2 Lingkungan Kebudayaan
Dengan budi, manusia dapat menciptakan kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil usaha manusia untuk menciptakan lingkungannya agar menjadi sesuatu yang menyenangkan dan berguna secara lahir dan batin.
1. Manusia dalam lingkungan kebudayaan sederhana
Tradisi yang berasal dari kata ‘tradere’ yang artinya telah dilakukan atau lebih popular dengan sebutan kebiasaan. Setingkat lebih tinggi dari tradisi ada mores (nilai sosial) yaitu kebiasaan yang diakui bukan saja dalam kelompok tapi juga diluar kelompok
masyarakat.
Merupakan
kebiasaan
alternatif,
sehingga
terbuka
kemungkinan untuk berubah dan diubah. Kesederhanaan lingkungan kebudayaan, sesuatu yang menyebabkan sikap berpikir masif, yaitu suatu pola pikir yang tidak berusaha obyektif dan rasional untuk menganalisa, menilai dan menghubungkan suatu gejala dengan gejala lain. Sikap berpikir subyektif yang menyatukan dirinya dalam memahami gejala yang timbul merupakan salah satu ciri masyarakat yang masih hidup di lingkungan sederhana. Manusia yang hidup secara tradisional berpegang pada 3 sikap, yaitu :
a. Sikap magis, adalah usaha untuk memproyeksikan dunia luar kedalam dirinya sendiri agar dapat menguasai dunia luar itu. b. Sikap mistis, adalah usaha menyatukan diri kepada lingkungan dengan keyakinan bahwa setiap individu adalah bagian dari kosmos (dunia) yang ada. c. Sikap mistis, adalah usaha memproyeksikan dirinya ke dunia luar sehingga sesuatu yang terjadi diterjemahkan sesuai keinginan yang dihadapinya.
Jadi, sikap primitif tidak melihat hukum kausal (sebab akibat) terhadap peristiwa yang dihadapi, tetapi ditentukan oleh keterikatan pada kesatuan kesukuan, keturunan, dll. Rasa kesatuannya tinggi namun bukan sikap demokratis.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
11
Ciri lain yaitu berpikir analogi dengan mengadakan generalisasi, penggunaan waktu secara subyektif kurang mengenal waktu fisik yang dibagi atas jam, menit atau detik. Pelanggaran terhadap tradisi tidak hanya menyangkut keamanan si pelaku tetapi juga meliputi seluruh kelompok masyarakat, akibatnya akan menerima hukuman.
Adapun motif manusia menciptakan kebudayaan terdiri dari dua hal, yaitu :
1. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari 2. Usaha mengatasi keadaan iklim dan lingkungan
Untuk mengukur tingkat kebudayaan suatu bangsa dilihat dari karya sosial budaya dan teknologi yang dihasilkan bangsa tersebut. Makin tinggi nilai sosial budaya serta teknologi suatu bangsa makin tinggi pula kebudayaan yang dimilikinya. Ahli etnologi berpendapat bahwa salah satu sebab sikap primitif adalah karena keterasingan tempat kediaman. Keterasingan tersebut dapat menyebabkan dua akibat nyata, yaitu:
a) Makin kuat berpegang pada sikap tradisional, tanpa bertanya bersedia menerima begitu saja warisan sosial budaya dan agama nenek moyang. b) Menaruh sikap curiga terhadap segala sesuatu yang baru datang dari luar, karena sikap hidup yang belum rasional.
Dalam masyarakat tradisional dibagi secara tegas antara tugas wanita dan pria, sifat jiwa feodal, orang tertualah yang dianggap memegang kekuatan magis dan sanggup membuat kebijaksanaan demi kelangsungan hidup. Peranan dari status lambang juga merupakan gejala yang cukup menonjol dalam masyarakat sederhana. Ciri lain masyarakat sederhana adalah sistem perekonomian tidak terdapat pembagian secara jelas antara produksi dan konsumsi.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
12
2. Manusia dalam lingkungan kebudayaan modern
Masyarakat modern hidup dalam lingkungan kebudayaan yang ditandai dengan perkembangan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam menghadapi keadaan disekitarnya. Akibat kehidupan pada masyarakat modern akan menimbulkan sikap :
a. Terlalu percaya pada aparat dan teknik yang mulai berjalan secara mekanis sebagai suatu hasil pemikiran manusia b. Terbiasa berbuat dan bertindak sesuai dengan rencana yang terperinci sehingga tidak jarang manusia dikendalikan oleh rencana yang disusunnya. c. Timbul rasa kehilangan orientasi atas diri dan lingkungan yang dapat melemahkan kehidupan batin dan keagamaan.
Pola kebudayaan masyarakat modern menunjukkan dua akibat, yaitu :
a. Rencana mengatur kerja manusia agar terorganisasi dapat berjalan sesuai dengan ketentuan, akibatnya manusia bekerja lebih dikendalikan oleh akal sehat untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. b. Rasa ketergantungan yang kuat antara satu kelompok manusia dengan kelompok lain sebab satu kelompok hanya melayani satu sektor kehidupan saja.
Setiap orang (aparat) harus bekerja sesuai dengan bagiannya, satu bagian saja berhenti kerja maka akan mempengaruhi bagian lainnya.
Gejala lain masyarakat modern adalah timbulnya ketidakseimbangan pertumbuhan pusat kehidupan. Ketidakseimbangan itu antara lain tampak berkembangnya daerah
kota dibandingkan
dengan
daerah
pedesaan
yang
menyebabkan timbulnya urbanisasi. Akibat urbanisasi adalah masalah perumahan
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
13
yang tidak sewajarnya, rasa aman/kesenangan tidak terpenuhi, pengangguran bertambah, tradisi melemah. Tetapi dalam urbanisasi juga mempunyai sisi positif, yaitu :
a) Kehidupan demokrasi lebih mudah berkembang pada keluarga modern b) Orangtua tidak lagi memimpin keluarga secara otoliter tetapi lebih bersifat kolektif antara ayah dan ibu
3. Manusia dalam lingkungan kebudayaan transisi
Transisi (masa peralihan) adalah peralihan dari satu masa ke masa lain. Situasi transisional terjadi apabila masa transisi menciptakan suatu situasi. Masa itu adalah sebagai akibat usaha penguasaan terhadap lingkungan yakni transisi dari situasi trandisional ke situasi modern. Masa transisi mempunyai ciri khas:
a. Dimulai dari situasi nyata namun lama kelamaan menjadi semakin kabur. b. Tindakan atau pola kehidupan masyarakat dimana tampak usaha untuk meninggalkan cara hidup tradisional, meskipun cara tersebut masih tetap berada dalam kehidupan dirinya.
Masa transisi digolongkan kedalam 4 kelompok :
a. Transisi karena perubahan kehidupan kelompok. b. Transisi karena perubahan dalam kehidupan dan struktur perekonomian. c. Transisi karena akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di lapangan sosial budaya. d. Transisi karena mobilitas horisontal atau vertikal yang terjadi secara cepat mempengaruhi pola kehidupan sosial masyarakat.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
14
Faktor-faktor yang menyebabkan mobilitas, yaitu :
a. Faktor keamanan yang kurang terjamin di daerah pedesaan akibat perjuangan pada masa revolusi fisik, kurangnya aparat keamanan, pemberontakan, dll. b. Faktor kosongnya beberapa jabatan di kota akibat ditinggalkan penjajah dan diisi oleh tenaga yang kurang terdidik karena tidak ada lagi tenaga yang memadai. c. Faktor keterbukaan kota untuk menjadi tempat yang memungkinkan untuk mencari mata pencaharian dengan lebih mudah. d. Faktor keinginan negara yang sedang berkembang untuk maju, dapat hidup dengan kelompok negara maju sehingga bermunculan lembaga-lembaga pendidikan di kota-kota besar, termasuk pengadaan tempat-tempat pelayanan sosial lain.
2.3 Sejarah Kebudayaan Jawa di Banten Khususnya Serang
Diperkirakan lima ratus tahun yang lampau, kerajaan padjajaran sebagai kerajaan Hindu terbesar di Jawa Barat mengalami masa kejayaan sehingga rakyatnya hidup dalam keadaan tata tentrem kerta raharja. Luas wilayah kerajaan padjajaran meliputi hampir seluruh pulau Jawa bagian Barat ditambah pula dengan daerah Tegal dan Banyumas yang sekarang masuk kedalam wilayah provinsi Jawa Tengah (Ekadjati, 1975).
Salah satu daerah pulau Jawa bagian barat yang merupakan daerah yangtak terpisahkan dari kekuasaan kerajaan Padjajaran adalah wilayah Banten.Kata Banten sendiri secara etimologi terdapat beberapa macam pendapat. Kata Banten dianggap berasal dari kata bantahan (bahasa sunda) "bukan penurut", bin-tahan "tahan dalam segala perjuangan", ketiban-inten "kejatuhan intan", ban "lingkaran" dan ten"intan", dan wahanten. Yang terakhir ini adalah nama sebuah daerah dalam sejarah yang termasuk kerajaan Padjajaran. Nama itu disebut dalam naskah cerita parahiyangan. Artinya mungkin sama dengan Cibanten karena bentuk baru wah berarti "sungai". Cibanten adalah nama sungai yang ada di daerah Kota Banten.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
15
Sejarah terus berkembang dan mencatat peristiwa penyebaran Islam ke seluruh pulau Jawa yang dilakukan oleh Fatahillah, seorang ulama dan panglima perang yang berasal dari Samudera Pasai. Pada tahun 1525 ia menyebarkan agama Islam sampai Demak. Setahun kemudian, Fatahillah bersama 2.000 orang pengikutnya yang berasal dari Demak, menyebarkan agama Islam ke daerah Banten. Berkat kebijaksanaannya, rakyat Banten menerima agama Islam dengan penuh keikhlasan dan kesadaran (Ekadjati, 1975). Sejak itu berdiri kesultanan Banten yang di samping membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya, juga merupakan pusat kebudayaan bagi rakyatnya.
Sejalan dengan masuknya Fatahillah dan pengikutnya dari Demak, sejak itu masuk pula bahasa dan kebudayaan orang Islam Demak ke wilayah Banten, terutama di sepanjang daerah pantai utara. Masyarakat Banten di sepanjang pantai utara (sebagian Kabupaten Serang dan Tangerang bagian utara) yang sebelumnya berbahasa dan berbudaya Sunda mulai mengenal dan menerima bahasa dan budaya Jawa. Kemungkinan sejak peristiwa ini, munculah istilah bahasa Jawa (dialek) Banten yang pada perkembangan selanjutnya terjadi sentuh bahasa dengan bahasa Sunda sehingga bahasa Jawa (dialek) Banten bergeser dari ciri-ciri bahasa Jawa lulugu- bahasa Jawa asli.
Penamaan Bahasa Jawa (dialek) Banten itu sendiri masih perlu diperdebatkan, karena Banten itu sendiri bisa sebagai nama: 1) kesultanan tempo dulu, 2) nama kampung di wilayah utara Kota Serang, dan 3) nama (wilayah) provinsi yang mencakup Kota Serang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Lebak. Dari hasil pengamatan sementara, penamaan Banten pada bahasa Jawa dimaksud berhubungan dengan nama kesultanan yang pusat pemerintahannya di kampung Banten, karena apabila berkaitan dengan wilayah provinsi maka pemakaian bahasa Jawa dialek) Banten tersebut harus menyebar di seluruh provinsi Banten.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
16
Berdasarkan sumber informasi yang ada, tidak ada satupun keterangan yang memberi penjelasan bahwa bahasa Jawa merupakan bahasa resmi yang harus dipergunakan (minimalnya dikuasai) oleh seluruh rakyat Banten pada waktu pemerintahan Kesultanan Banten. Artinya, bahwa bahasa Jawa Banten hanya dipergunakan secara terbatas dikalangan para kerabat kesultanan dan para pendatang dari Demak dan Cirebon. Sebagian besar rakyat pada waktu itu tetap mempergunakan bahasa Sunda sebagai bahasa kesehariannya. Sehubungan dengan pusat pemerintahan kesultanan dan sebagian besar pendatang dari Cirebon dan Demak berada di kampung Banten dan sepanjang pantai utara seperti di daerah Anyer, Cilegon, Merak, Bojonegara, Pontang, Tirtayasa, dan sebagian Kabupaten Tangerang bagian Utara.
Khusus di Kota Serang (yang merupakan wilayah kajian penulis), serta Kabupaten Serang, pada saat sekarang sedikitnya terdapat tiga bahasa yang dipergunakan masyarakat secara baik, yaitu bahasa Jawa (dialek) Banten, bahasa Sunda, dan bahasa Indonesia. Bahasa Jawa (dialek) Banten, dipakai di wilayah Kota Serang sesuai keperluannya. Geografi pemakaian bahasa di Kota dan Kabupaten Serang didistribusikan sebagai berikut (Suriamiharja, 1981) :
1. Pemakai bahasa Jawa (dialek) Banten terdapat di kecamatan : Merak, Bojonegara, Pontang, Tirtayasa, Ciruas, Carenang, dan Kramatwatu yang berada di Kabupaten Serang, serta Kecamatan Kasemen yang berada di Kota Serang. 2. Pemakaian bahasa Sunda terdapat di Kecamatan : Ciomas, Pabuaran, Padarincang, Cinangka, Anyar (sebagian), Baros, Petir, Cikeusal, Kopo, Cikande, dan Pamarayan yang berada di Kabupaten Serang. 3. Pemakaian bahasa Jawa-Sunda (bilinguistis) terdapat di kecamatan : Anyar, Mancak, Kragilan dan Waringinkurung, yang berada di Kabupaten Serang, serta Kecamatan Taktakan, Curug, Cipocok Jaya, Walantaka, dan Serang yang berada di Kota Serang.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
17
2.4 Pendapat Para Ulama Tentang Penggunaan Bahasa Khutbah Jum’at
Tidak terdapat riwayat dari nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan mempersyaratkan khutbah Jumat harus disampaikan dengan bahasa Arab sebagaimana tidak terdapat riwayat yang menunjukkan nabi atau salah seorang sahabat menyampaikan khutbah Jum’at dengan bahasa selain bahasa Arab padahal orang-orang Islam yang ‘ajam (non Arab) ada dan tersebar di negeri kaum muslimin setelah terjadi ekspansi yang dilakukan kaum muslimin. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, dan generasi setelahnya hanya berkhutbah dengan bahasa Arab karena itulah bahasa nasional mereka.
Ulama saling berbeda pendapat dalam membolehkan berkhutbah dengan selain bahasa Arab atau terjemahannya. Al Qadhi Al Baghdadi al Maliki rahimahullah mengatakan, “Ibnu Al Qasim mengatakan, “Tidak sah (di dalam khutbah), kecuali harus disampaikan dengan bahasa Arab.”
Abu Al Husain Al ‘Imrani Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Ketika menyampaikan khutbah dipersyaratkan menggunakan bahasa Arab, karena nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Khulafa Ar Rasyidin sesudahnya berkhutbah dengan menggunakan bahasa Arab. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah bersabda, “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku melaksanakan shalat.” Apabila di tengah-tengah suatu kaum tidak dijumpai seorang pun yang menguasai bahasa Arab, maka memungkinkan untuk menyampaikan khutbah dengan bahasa selain Arab. Salah seorang dari mereka wajib untuk mempelajari khutbah dengan berbahasa Arab sebagaimana pendapat yang telah kami kemukakan dalam pembahasan Takbirat al Ihram.”
An Nawawi rahimahullah menguatkan pendapat yang mempersyaratkan penggunaan bahasa Arab dalam berkhutbah sebagaimana hal itu diwajibkan dalam tasyahhud dan takbirat al ihram berdasarkan sabda nabi “shalatlah kalian
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
18
sebagaimana kalian melihat aku melaksanakan shalat”. Demikian pula nabi hanya berkhutbah dengan bahasa Arab. Hal ini merupakan salah satu pendapat dalam madzhab Asy Syafi’i.
Al Marwadi Al Hambali rahimahullah mengatakan, “Tidak sah khutbah Jum’at dengan bahasa selain Arab apabila mampu melakukannya berdasarkan pendapat yang shahih dalam madzhab (Hambali). Ada pendapat yang menyatakan hal tersebut diperbolehkan (sah) apabila tidak memiliki kemampuan berbahasa Arab.
Syaikh Abdullah bin Baz rahimahullah memberikan kesimpulan mengenai permasalahan ini, “Pendapat yang tepat (wal ‘ilmu ‘indallah), dalam merinci permasalahan ini adalah, apabila mayoritas jama’ah masjid merupakan non Arab yang tidak memahami bahasa Arab, maka tidak mengapa menyampaikan khutbah dengan selain bahasa Arab atau disampaikan dengan bahasa Arab kemudian diterjemahkan.
Apabila mayoritas jama’ah yang hadir di masjid adalah mereka yang mampu memahami bahasa Arab dan mengetahui maknanya, maka yang lebih utama adalah tetap menyampaikan khutbah dengan bahasa Arab dan tidak menyalahi petunjuk nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terlebih para salaf berkhutbah di berbagai masjid yang di dalamnya terdapat orang-orang non-Arab, tidak terdapat riwayat yang menyatakan bahwa mereka menerjemahkan khutbah yang mereka sampaikan dengan bahasa Arab, karena kemuliaan itu untuk Islam dan kepemimpinan untuk bahasa Arab.
Diantara dalil akan hal tersebut adalah realita para sahabat tatkala memerangi negeri ajam seperti Persia dan Romawi, mereka tidak memerangi kaum tersebut setelah mengajak mereka kepada Islam dengan perantaraan para penerjemah.
Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Apabila dia berkhutbah di negeri Arab, maka dia harus menyampaikannya dengan bahasa
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
19
Arab. Apabila dia berkhutbah di luar negeri Arab, maka sebagian ulama mengatakan bahwa sang khatib harus menyampaikannya dengan bahasa Arab barulah kemudian berkhutbah dengan menggunakan bahasa kaum setempat. Sebagian ulama mengatakan (dalam kondisi tersebut) tidak dipersyaratkan khutbah disampaikan dengan bahasa Arab bahkan wajib menyampaikannya dengan bahasa kaum setempat. Inilah pendapat yang tepat berdasarkan firman Allah ta’ala,
ُﻮل ٍأ إَر ِْﻻﺳﺑ َِﻠﻠْ ِﻨَﺎﺴ َﺎن ِ ﻗ َﻮ ْ ﻣ ِ ﮫ ِ ﻟ ِﯿُﺒ َﯿﱢﻦ َ ﻟ َﮭُﻢ ْ ﻓ َﯿُﻀ ِ ﻞ ﱡ ﷲ ﱠ ُ ﻣ َﻦ ْ ﯾ َﺸ َﺎء ُ و َ ﯾ َﮭْ ﺪ ِي ﻣ َﻦ ْ ﯾ َﺸ َﺎ ( َ اﻟ ْﻌ َﺰ ِ ﯾﺰﻣ ُِﻦاﻟ ْ ْﺤ َر َﻜو َﺳِﯿﻢﻣُ َﺎ٤) ء ُ و َ ھ ُﻮ
“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.” (Ibrahim: 4).
Tidak mungkin menarik perhatian manusia untuk memperhatikan sebuah nasehat sedangkan mereka tidak memahami apa yang dikatakan oleh sang khatib? Dua khutbah yang terdapat dalam khutbah Jum’at, lafadznya tidaklah termasuk lafadz-lafadz yang digunakan sebagai media ibadah (seperti layaknya Al Quran), sehingga kita mengharuskan khutbah tersebut harus diucapkan dengan bahasa Arab. Akan tetapi, apabila melewati suatu ayat Al Quran, maka harus mengucapkannya dengan bahasa Arab, karena Al Quran tidak boleh dirubah dari bahasa Arab.”
Penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at sendiri menjadi pendapat yang terkemuka dalam Madzhab Syafi’i. Madzhab Syafi’i adalah madzhab yang paling banyak pengikutnya di Indonesia. Ulama Banten yang lahir di pesisir Utara Kabupaten Serang yaitu Syekh Nawawi Al Bantani Al Jawi merupakan salah satu pengikut Madzhab Syafi’i. Beliau lahir dan mengembangkan agama Islam di tanah Banten pada abad 19. Beliau menjadi salah satu ulama yang termahsyur di Indonesia. Pemikirannya menjadi rujukan di berbagai Pesantren di seluruh Indonesia khususnya Pesantren Salafi’iyah. Tak heran jika masyarakat Banten sendiri khususnya masyarakat Kota Serang sangat membanggakan beliau dan menjadikan
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
20
pemikiran Syekh Nawawi Al Bantani Al Jawi sebagai rujukan khususnya dalam bidang ‘ushul fiqh.
2.5 Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam
Secara garis besar masjid merupakan pusat penghubung antara hubungan manusia dengan Tuhan, serta hubungan manusia dengan manusia. Sekali tiap lima jam pribadi-pribadi islam bertemu di masjid, bersama-sama mereka menyembah Tuhan Yang Maha Esa, dengan sikap, gerak, ucapan, alam fikiran dan perasaan yang sama, iman mereka mengajarkan pandangan dan sikap yang sama. Ibadah tersebut mereka jalankan, dengan maksud yang sama daan tujuan yang sama, yaitu membentuk sikap dan pandangaan hidup yang sama pula, yakni taqwa. Mereka berinteraksi di masjid dan bermusyawarah, bertanya tentang sakit senang masing-masing.Pertemuan yang berkala itu membutuhkan ikatan bathin. Di masjid manusia khususnya ummat Islam menjalin ikatan Gemeinschaft antara sesama, yang dalam Islam diistilahkan dengan Ukhuwah Islamiyah.
Karena masjid membentuk kesatuan-kesatuan sosial, jadilah ia pusat dari kesatuan sosial. Dengan demikian masing-masing kesatuan sosial muslim mengambil masjid sebagai pusatnya. Di dalam kesatuan sosial kerja, masjid berada didalamya, dalam kesatuan sosial desa, terdapat masjid didalamnya dan lain sebagainya. Maka dimana muslim berada, disitu ada masjid. Masjid jadi pertanda adanya kesatuan sosial muslim disekitarnya.
Di satu sisi masjid juga berfungsi sebagai wadah urun rembug masyarakat Islam. Mengapa masjid dipergunakan sebagai lembaga musyawarah, tiada lain adalah supaya dalam pembicaraan apapun manusia selalu dituntun oleh takwa. Masjid sebagai pusat ibadah merupakan pusat pemupukan takwa.Dalam mengambil keputusan- keputusan orang selalu dipengaruhi oleh keadaan, kondisi, suasana, demi menuju kesejahteraan masyarakat. Maka baik dalam pembicaraan atau dalam
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
21
mengambil keputusan, masjid selalu mengingatkan kepada cara berfikir ini. Apabila musyawarah dilakukan diluar masjid, keadaan tempat atau pengaruh suasana akan menyimpangkan cara berfikir itu kepada yang bertentangan, sekurang-kurangnya menyimpang dari Islam.
2.6 Kajian Geografi Kebahasaan Sebelumnya
Walaupun penelitian budaya khusunya bahasa di Indonesia dapat dikatakan sudah banyak, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini masih sedikit penelitian geografi bahasa yang telah selesai digarap, yaitu penelitian geografi dialek di Pulau Lombok yang pernah dilakukan hampir 30 tahun yang lalu (A. Teeaw dalam Setiawati, 1997). Terlepas dari segala kekurangannya, penelitian geografi tersebut sangat penting artinya bagi perkembangan ilmu geografi bahasa di Indonesia, karena penelitian itu merupakan pelopor penelitian geografi yang lebih kemudian.Pemetaan bahasa yang kedua di Indonesia dilakukan terhadap bahasa Sunda oleh B.Naothafer tahun 1975, tetapi sedemikian jauh tidak diperoleh keterangan mengenai jumlah soal yang dimuat di dalam daftar pertanyaannya. Pemetaan bahasa lainnya yang patut disebutkan di dalam kesempatan ini ialah yang dilakukan oleh C.D Grijns terhadap bahasa Melayu yang dipergunakan di daerah Jakarta dan sekitarnya. Penelitian terbaru mengenai geografi bahasa adalah mengenai Geografi Dialek Bahas Jawa di Kabupaten Blora oleh Sri Lestari Handayani dan Wakit Abdullah (2006). Kemudian yang tidak boleh dilupakan adalah latihan penelitian geografi dialek yang dilakukan oleh para peserta penataran persabdaprajaan (dialek yang dikelola) oleh Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Depdikbud, dalam rangka kerjasamanya dengan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan lembagalembaga pendidikan tinggi di Indonesia. Tidak kurang dari 20 hasil penelitian mengenai 14 bahasa daerah yang ada di Indonesia telah memperkaya khazanah kepustakaan persabdaprajaan (dialek) yang masih kering itu (Ayatrohaedi, 1985). Pemetaan bahasa juga dilakukan oleh Lauder (1990) mengenai Pemetaan dan
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
22
Distribusi Bahasa-Bahasa di Kabupaten Tangerang. Dalam penelitian tersebut beliau menyimpulkan : 1.) Secara teoritis dapat dikatakan bahwa hasil penghitungan dialektometri berbanding lurus dengan hasil penghimpunan berkas isoglos. 2.) Mata rantai gradasi pemahaman timbal balik tidak selamanya berbanding lurus dengan jarak spasial antara titik acuan dan titik uji. 3.) Dialektometri permutasi memperihatkan bahwa konsep dialek kontinum cenderung tidak memperlihatkan gradasi yang kumulatif dan signifikan untuk bahasa – bahasa daerah 4.) Dari sudut pandang spasial dapat dikatakan bahwa proses terjadinya gejala kebahasaan metatesis dan pendwipurwaan pada umumnya terjadi pada wilayah yang berbatasan langsung atau berdampingan letaknya.
2.7 Penelitian Deskriptif Eksploratif
Penelitian deskriptif eksploratif adalah salah satu jenis penelitian sosial yang tujuannya untuk memberikan sedikit definisi atau penjelasan mengenai konsep atau pola yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti belum memiliki gambaran akan definisi atau konsep penelitian. Peneliti akan mengajukan what untuk menggali informasi lebih jauh. Sifat dari penelitian ini adalah kreatif, fleksibel, terbuka, dan semua sumber dianggap penting sebagai sumber informasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjadikan topik baru lebih dikenal oleh masyarakat luas, memberikan gambaran dasar mengenai topik bahasan, menggeneralisasi gagasan dan mengembangkan teori yang bersifat tentatif, membuka kemungkinan akan diadakannya penelitian lanjutan terhadap topik yang dibahas, serta menentukan teknik dan arah yang akan digunakan dalam penelitian berikutnya.
Penelitian deskriptif eksploratif juga bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang urgen terjadi pada masa kini. Pemaparan
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
23
peristiwa tersebut dilakukan secara sistematik, akurat dan lebih menekankan pada data faktual. Pada penelitian deskriptif eksploratif juga digambarkan keadaan atau status fenomena. Biasanya penelitian ini dilakukan dengan survey dan menjadi dasar dalam mengambil kebijakan atau untuk penelitian lanjutan. Analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan statistik deskritif, persentase atau pemaparan menggunakan kata-kata atau kalimat.
Dalam penelitian deskriptif eksploratif biasanya hanya melibatkan variabel tunggal, tidak mengungkapkan hubungan antar variabel. Sehingga penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Oleh karena itu, seringkali dalam penelitian deskriptif eksploratif hipotesis penelitian tidak diperlukan.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian
Penelitian ini membahas pola keruangan dari wilayah penggunaan bahasa dalam khutbah Jum’at dalam wujud budaya masyarakat di Kota Serang. Variabel yang diteliti adalah sebagai berikut : 1. Faktor eksternal masjid meliputi : proporsi penduduk asli dan penduduk pendatang, kerapatan jalan, tingkat pendidikan formal penduduk, mayoritas pekerjaan penduduk, tingkat pendapatan penduduk, dan penggunaan bahasa pengantar ceramah agama untuk kaum pria. 2. Faktor internal masjid meliputi : variasi usia khothib, jumlah jamaah sholat jum’at, dan durasi waktu khutbah pertama sholat jum’at.
3.2 Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada masa persiapan adalah : a. Penyusunan rancangan penelitian, b. Telaah kepustakaan dan mengumpulkan data sekunder dari instansi pemerintah, meliputi : data penduduk, peta administratif, dan data sarana sosial ekonomi lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian, c. Penentuan daerah sampel dan menentukan alat pengumpul data (daftar tanyaan langsung, wawancara terarah dan observasi lapangan yang berguna untuk melengkapi bahan penelitian d. Penentuan Informan (pembahan) dan responden
Untuk mengisi kelengkapan data, diperlukan satu orang informan terkait penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di masjid, satu orang informan untuk menggali informasi mengenai kondisi sosial di sekitar masjid sampel,
24
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
25
serta lima orang responden untuk mendapatkan gambaran kondisi sosial budaya masyarakat di lingkungan masjid.
3.1 Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait, sedangkan data primer diperoleh melalui survei lapang.
3.1.1
Data Primer
Dalam rangka mendapatkan data yang dibutuhkan bagi kegiatan penelitian ini dilakukan survey lapangan. Teknis pelaksanaan survei yaitu : Persiapan survey : •
membuat peta kerja
•
membuat daftar pertanyaan
•
peralatan yang dibutuhkan : Alat tulis GPS Kamera
Teknis Penentuan titik sampel : 1. Menandai jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kota yang membentang hampir lurus dari Utara (Masjid Agung Banten) sampai ke batas Selatan wilayah Kota Serang. Jalan-jalan tersebut meliputi : Jalan Raya Masjid Agung Banten Lama, Jalan Raya Karangantu, Jalan Raya Kalanggaran-Sukadana, Jalan Raya Banten, Jalan Raya Maulana Hasanuddin, Jalan Raya Diponegoro, Jalan Raya Veteran, Jalan Raya Yusuf Martadilaga, dan Jalan Raya SerangPandeglang.
Universitas Indonesia Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
26
2. Melakukan pemilihan titik sampel di sepanjang jalan tersebut dari Utara hingga Selatan, menggunakan peta rupabumi. Titik sampel dipilih pada lokasi pemukiman dengan batas maksimal tidak lebih dari dua kilometer dari jalan utama hingga total masjid sampel berjumlah enam puluh masjid dari lima ratus lima masjid yang ada di kelurahan yang berada di koridor jalan tersebut (data BPS tahun 2009) atau kurang lebih 12% dari populasi masjid. (Lihat Peta 1) 3. Melakukan
penghitungan
wilayah
pengaruh
masjid
sampel,
dengan
menghitung jarak rata-rata terdekat masjid sampel dan membagi dengan bilangan 2. Dari hasil survey lapang diketahui setengah dari jarak rata-rata terdekat antar masjid sampel adalah kurang lebih 400 meter. 4. Mengasumsikan wilayah pengaruh masjid sampel sebagai luasan 1 wilayah Rukun Warga (RW), yaitu wilayah Rukun Warga (RW) yang menaungi masjid sampel.
Metode Survey Lapang : 1. Mendatangi sampel penelitian dan melakukan ploting pada lokasi sampel yang dibutuhkan dengan menggunakan GPS. 2. Melakukan wawancara mendalam dengan informan mengenai kondisi sosial dan budaya masyarakat sekitar masjid. Jenis wawancara yang dilakukan adalah kombinasi wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Dalam jenis wawancara ini peneliti membuat daftar pertanyaan yang akan disajikan, akan tetapi cara pengajuan atau penyajian pertanyaan – pertanyaan diserahkan kepada kebijaksanaan peneliti sendiri. Dengan daftar petanyaan yang telah dibuat, peneliti bebas menggali jawaban dan mengorek keterangan dari responden maupun informan agar lebih jelas. 3. Peneliti bekerjasama dengan informan, melakukan observasi langsung terhadap penggunaan bahasa pengantar khutbah di lokasi masjid sampel, pada saat kegiatan khutbah Jum’at berlangsung.
Universitas Indonesia Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
27
Informan yang diambil berjumlah dua orang per satu masjid sampel. Satu informan mengenai bahasa pengantar khutbah Jum’at, satu Informan yang lain mengenai kondisi sosial kependudukan di lingkungan masjid. Sedangkan responden diambil sebanyak lima orang untuk tiap satu sampel masjid, sehingga total keseluruhan responden adalah 300 orang.
Syarat Informan mengenai bahasa pengantar khutbah Jum’at : 1. Beragama Islam, paham dan mengerti dengan bahasa pengantar ceramah masjid yang digunakan di masjid sampel 2. Bisa dan mau diajak kerjasama untuk memberikan informasi mengenai kondisi internal masjid 3. Beberapa orang yang memenuhi kriteria ini adalah Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) setempat atau pengurus masjid lainnya.
Syarat informan Mengenai Kondisi Sosial Kependudukan Masyarakat sekitar Masjid : 1. Beragama Islam, tinggal cukup lama di wilayah tersebut (minimal > 15 tahun) 2. Paham dan mengetahui kondisi sosial kependudukan masyarakat sekitar bisa secara data maupun fakta 3. Orang yang memenuhi kriteria ini adalah Ketua Rukun Warga (RW)/ Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat, petugas Kelurahan bagian kependudukan, ataupun tokoh masyarakat. Syarat Responden : 1. Warga masyarakat berjenis kelamin laki-laki yang tinggal menetap di wilayah Tersebut, serta beragama Islam 2. Diutamakan kepala keluarga
Universitas Indonesia Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
28
3.3.2 Data Sekunder
Dalam mengumpulkan data sekunder digunakan teknik pengumpulan data melalui dokumen/catatan yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Dokumen tersebut diperoleh dari beberapa instansi sebagai berikut : 1. Kantor Kelurahan dari wilayah administrasi tingkat kelurahan dimana masjid sampel berada. 2. Badan Pusat Statistik Kota Serang Sesuai dengan tujuan penelitiannya, data yang dibutuhkan dari instansi sebagai berikut: a. Peta wilayah administrasi Kota Serang dari BAPPEDA Kota Serang. sekala 1: 50.000 tahun 2007 b. Peta jaringan jalan dari BAPPEDA Kota Serang skala 1:50.000 tahun 2009 c. Peta Penggunaan tanah Kota Serang bersumber dari PU tahun 2009 d. Jumlah penduduk Kota Serang dari BPS tahun 2009 e. Populasi masjid per Kelurahan di Kota Serang tahun 2009 3.4 Pengolahan Data 1. Membuat peta daerah penelitian dengan menggunakan ArcView 3.3 2. Menyusun data hasil survey lapang menggunakan software microsoft excel 2010 3. Memindahkan data koordinat lokasi responden yang didapatkan melalui survey lapang ke dalam komputer menggunakan ArcView 3.3 untuk kemudian dijadikan peta acuan. 4. Membuat peta wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at 5. Mengklasifikasikan faktor eksternal masjid 6. Mengklasifikasikan faktor internal masjid
Universitas Indonesia Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
29
7. Mendefinisikan dan mengeksplorasinya dalam wujud-wujud kebudayaan. 8. Membuat peta-peta faktor eksternal masjid dan faktor internal masjid 9. Menampalkan peta wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at dengan peta faktor eksternal dan internal masjid 10. Menarik garis pola keruangan penggunaan bahasa pengantar khutbah jum’at di wilayah penelitian dalam suatu peta pola keruangan.
3.5 Analisis Data
Analisis dilakukan secara deskriptif eksploratif dengan pendekatan keruangan mengenai wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di Kota Serang. Penelitian dengan analisis deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau luksian secara sistematik, faktual, dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti (Nazir, 1988). Sedangkan pendekatan keruangan adalah suatu analisa yang mempelajari perbedaan mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting fenomena geografi (Bintarto dan Surastopo, 1991). Dengan analisis deskriptif eksploratif dan pendekatan keruangan, pada penelitian ini dilakukan klasifikasi mengenai faktor eksternal masjid dan internal masjid, dideskripsikan kaitannya dengan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at, kemudian digambarkan lagi dalam suatu wujud kebudayaan hingga terbentuk suatu pola keruangan.
Universitas Indonesia Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
30
3.6 Alur Pikir Penelitian
Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Kota Serang
Eksternal Masjid (Lingkungan Masjid) Internal Masjid •
• • • • •
Proporsi Penduduk Asli dan Penduduk Pendatang Kerapatan Jalan Tingkat Pendidikan Dominasi Pekerjaan Tingkat Pendapatan Penggunaan Bahasa Ceramah Agama Untuk Kaum Pria
Wujud Kebudayaan Dalam Ruang
• •
•
Usia Khothib Jumlah Jamaah Sholat Jum’at Durasi Khutbah
Pola Keruangan Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Kota Serang Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
BAB 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Administrasi Kota Serang
Secara geografis Kota Serang terletak antara 106°07’ - 106°25’ Bujur Timur dan 5°99’ - 6°22’ Lintang Selatan. Secara administrasi, Kota Serang termasuk dalam daerah Provinsi Banten dengan batas-batas yaitu : a). Sebelah utara : Laut Jawa b). Sebelah selatan : Kecamatan Baros dan Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang c). Sebelah barat
: Kecamatan Kramatwatu dan Kecamatan Waringinkurung Kabupaten Serang
d). Sebelah timur : Kecamatan Ciruas, Kecamatan Kragilan, Kecamatan Pontang, dan Kecamatan Cikeusal Kabupaten Serang Kota Serang memiliki luas 266,74 km2 atau sebesar 3,1% dari luas wilayah Provinsi Banten. Kota Serang memiliki ketinggian antara 0-1.000 m di atas permukaan laut. Kota Serang terdiri dari 6 kecamatan, 66 kelurahan. Kecamatan Serang merupakan kecamatan terkecil dengan luas 25,88 km2, sedangkan Kecamatan Kasemen merupakan kecamatan terluas dengan luas 63,36 km2. (Lihat Peta 2) Tabel 4.1 Luas Daerah per Kecamatan di Kota Serang No. 1 2 3 4 5 6
Nama Kecamatan Curug Walantaka Cipocok Jaya Serang Taktakan Kasemen Jumlah
Luas Persentase Wilayah (%) 2 (km ) 49,60 48,48 31,54 25,88 47,88 63,36 266,74
18,60 18,18 11,82 9,70 17,95 23,75 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Serang
31
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
32
4.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Serang pada tahun 2010 sebanyak 497.910 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 256.136 jiwa dan perempuan sebanyak 245.774 jiwa. Berdasarkan data diatas, rasio jenis kelamin pada tahun 2010 sebesar 104,21. Tingkat kepadatan penduduk Kota Serang yaitu 1867 jiwa/km2. Sebaran penduduk per Kecamatan relatif tidak merata. Kecamatan dengan penduduk terjarang adalah Kecamatan Curug dengan rata-rata penduduk sebanyak 829 jiwa/km2, sedangkan Kecamatan terpadat adalah Kecamatan Serang dengan rata-rata penduduk sebanyak 4.175 jiwa/km2. (Lihat Peta 3)
Tabel 4.2 Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No.
Nama Kecamatan
Jumlah
Penduduk
Rumah
Laki-
Tangga
Laki
Perempuan
Jumlah
1
Curug
9.602
21.336
19.801
41.095
2
Walantaka
15.211
32.933
31.816
64.749
3
Cipocok Jaya
12.096
35.136
33.162
68.298
4
Serang
45.055
92.142
87.903
108.055
5
Taktakan
14.459
34.924
32.548
67.472
Kasemen
18.872
39.697
36.544
76.241
115.295 256.136
245.774
497.910
6
Jumlah
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Serang
Berdasarkan Tabel 4.2, jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Serang yaitu sebesar 108.055 jiwa. Jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Curug yaitu sebesar 41.095 jiwa. Jumlah laki-laki di setiap Kecamatan lebih banyak daripada jumlah perempuan. Jumlah rumah tangga yang terbesar terdapat di Kecamatan Serang yaitu sebanyak 45.055 rumah Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
33
tangga dan jumlah yang terkecil terdapat di Kecamatan Curug yaitu sebanyak 9.602 rumah tangga. Pada bagian wilayah yang dijadikan sampel terdapat 23 Kelurahan dalam 57 Rukun Warga yang memiliki jumlah penduduk berkisar antara 400-1800 orang. (Lihat lampiran tabel 1)
4.3 Topografi dan Ketinggian
Keadaan topografi wilayah Kota Serang sebagian besar berupa dataran rendah karena letaknya yang berada di pesisir Utara Pulau Jawa. Ketinggian rata-ratanya berada pada klasifikasi 0-500 mdpl. Pada bagian Barat Daya Kota Serang terdapat wilayah perbukitan dengan ketinggian >500 mdpl. Bahkan titik tertingginya berada diatas 1.000 meter dpl. Sedangkan titik terendahnya berada di pesisir Utara Kota Serang dengan ketinggian ± 0 mdpl.
4.4 Komposisi Pemeluk Agama di Kota Serang
Dalam hal komposisi pemeluk agama, Kota Serang didominasi oleh penduduk beragama Islam. Persentasenya sangat tinggi, yaitu sebesar 98,16%. Kemudian di urutan kedua adalah penduduk yang beragama Protestan walaupun persentasenya cukup kecil yaitu sebesar 0,68%. Di urutan ketiga adalah penduduk yang memeluk agama Katholik. Persentasenya sebesar 0,61%. Sedangkan di urutan keempat adalah penduduk yang memeluk agama Budha. Persentasenya sebesar 0,51%. Selanjutnya di posisi terakhir adalah penduduk yang memeluk agama Hindu. Persentasenya sangat kecil, yaitu hanya 0,04%.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
34
Tabel 4.3 Jumlah Pemeluk Agama di Kota Serang No.
Agama
Nama Kecamatan
Islam
Protestan
1
Curug
46.950
9
63
-
16
2
Walantaka
61.275
-
-
-
18
3
Cipocok Jaya
62.196
49
53
26
12
4
Serang
172.576
3262
2815
165
2376
5
Taktakan
63.394
-
70
6
34
6
Kasemen
74.297
16
-
-
35
480.668
3.336
3.001
197
2.491
Jumlah
Katholik Hindu Budha
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Serang
Berdasarkan Tabel 4.3, hanya pemeluk Agama Islam dan Agama Budha, yang terdapat di semua kecamatan di Kota Serang. Sedangkan untuk pemeluk Agama Protestan, tidak terdapat di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Walantaka dan Kecamatan Taktakan. Selanjutnya untuk pemeluk Agama Katholik, juga tidak terdapat di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Walantaka dan Kecamatan Kasemen. Berikutnya yang terakhir, yaitu pemeluk agama Hindu, dimana hanya tedapat di tiga Kecamatan di Kota Serang yaitu Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Serang, dan Kecamatan Taktakan.
Jumlah seluruh pemeluk Agama paling banyak terdapat di Kecamatan Serang. Pada setiap kecamatan di Kota Serang, jumlah pemeluk Agama Islam memang selalu paling banyak. Namun jika di lihat proporsinya terhadap jumlah pemeluk Agama non Islam, daerah dengan persentase tertinggi untuk pemeluk Agama Islam adalah Kecamatan Walantaka dengan persentase sebesar 99,9%. Selain pemeluk Agama Islam, di kecamatan ini hanya terdapat pemeluk Agama Budha yang jumlahnya sebanyak 18 jiwa Sedangkan di Kecamatan ini tidak terdapat penduduk yang beragama Protestan, Katholik, serta Hindu. Sedangkan, daerah dengan persentase pemeluk agama Islam paling kecil adalah Kecamatan Serang dengan persentase
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
35
sebesar 95,2%. Di kecamatan ini, hampir terdapat semua pemeluk agama, yaitu 5 dari 6 Agama yang diakui di Indonesia.
4.5 Jumlah Rumah Ibadah di Kota Serang
Rumah ibadah di Kota Serang didominasi oleh masjid dengan jumlah 1.050 buah. Sedangkan rumah ibadah pemeluk agama Protestan, Katholik, dan Budha sangat sedikit. Bahkan rumah ibadah pemeluk agama Hindu yaitu Pura, sama sekali tidak ada di Kota Serang.
Tabel 4.4 Jumlah Rumah Ibadah di Kota Serang
No.
Rumah Ibadah
Nama Kecamatan
Masjid
Gereja
Gereja
Protestan
Katholik
Pura
Wihara
1
Curug
191
-
-
-
-
2
Walantaka
174
-
-
-
-
3
Cipocok Jaya
176
-
-
-
-
4
Serang
160
5
1
-
1
5
Taktakan
185
-
-
-
-
6
Kasemen
164
-
-
-
-
1050
5
1
-
1
Jumlah
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Serang
Gereja Protestan di Kota Serang berjumlah 5 buah dan hanya terdapat di Kecamatan Serang. Sedangkan jumlah Gereja Katholik dan Wihara masing-masing 1 buah dan hanya terdapat di Kecamatan Serang.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
36
4.6 Penggunaan Lahan
Sebagai daerah berstatus kota apalagi sebagai pusat pemerintahan Provinsi Banten, Serang memiliki karakteristik yang unik dari segi penggunaan lahannya. Jika dibandingkan dengan ibukota Provinsi lain khususnya Provinsi di Pulau Jawa yang mayoritas penggunaan lahannya berupa permukiman dan pusat perdagangan, Kota Serang justru didominasi oleh lahan pertanian. Wilayah pemukimannya hanya memadat di pusat Kota. Sedangkan di daerah, permukimannya cenderung mengelompok. (Lihat Peta 4)
Tabel 4.5 Penggunaan Lahan Kota Serang Persentase
No.
Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
1
Pertanian
132.441,80
77,72
22.771,23
13,37
30,91
0,02
2
3
Perumahan dan Permukiman Perdagangan dan Perusahaan
(%)
4
Jasa
2.847,90
1,67
5
Industri
8.568,47
5,03
6
Pariwisata
1.220,96
0,72
7
Lain-lain
2.514,60
1,48
170.395,87
100
Jumlah
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Serang
Seperti terlihat pada Tabel 4.5, penggunaan lahan di Kota Serang di dominasi oleh lahan pertanian dengan luas 132.441,80 ha, atau dengan persentase 77,72%. Kemudian di posisi kedua adalah penggunaan lahan berupa perumahan dan permukiman dengan luas 22.771,23 ha, atau dengan persentase 13,37%. Selanjutnya di posisi ketiga adalah penggunaan lahan untuk industri dengan luas 8.568,47 ha atau
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
37
dengan persentase 5,03%. Di posisi keempat adalah penggunaan lahan untuk kawasan jasa dengan luas 2.847,90 ha atau dengan persentase 1,67%. Selanjutnya penggunaan lahan berupa kawasan wisata seluas 1.220,96 ha atau dengan persentase 0,72%. Sedangkan penggunaan lahan untuk kawasan perdagangan dan perusahaan paling kecil luasnya, yaitu hanya 30,91 ha atau dengan persentase 0,02%. Kemudian penggunaan lahan untuk klasifikasi lain-lain luasnya mencapai 2.514,60 atau dengan persentase 1,48%.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at
Hasil penelitian pada masyarakat Kota Serang yang beragama Islam, menunjukkan bahwa khutbah Jum’at berbahasa Jawa Serang hampir tidak eksis digunakan pada masjid-masjid sampel yang membujur dari Utara di Wilayah Banten Lama hingga ke Selatan di Wilayah Pal Enam. Pada gambar 5.1 terlihat bahwa penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at yang dominan digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Bahasa Arab menjadi bahasa yang paling banyak digunakan, yaitu sebesar 58% atau digunakan di 35 masjid dari 60 masjid sampel. Sedangkan bahasa Indonesia eksistensinya sebesar 39% atau digunakan di 23 masjid sampel ditambah 1 masjid yang menggunakan bahasa campuran Indonesia dengan Bugis. Kemudian bahasa lainnya adalah bahasa Sunda, walaupun eksitensinya hanya 2% atau hanya digunakan pada 1 masjid dari 60 masjid sampel. Bahasa Bugis menjadi yang paling sedikit digunakan yaitu hanya 2% atau pada 1 masjid saja dari 60 masjid sampel. Itupun tidak 100% digunakan, karena selalu dicampur bahasa Indonesia dalam penggunaannya.
Gambar 5.1 Proporsi Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Wilayah Penelitian
38
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
39
Gambaran wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at terlampir pada Peta 5.
5.2 Faktor Eksternal
5.2.1 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at dengan Proporsi Penduduk Asli dan Penduduk Pendatang dalam Wujud Kebudayaan di Wilayah Penelitian
Pada poin sebelumnya telah disebutkan bahwa bahasa Jawa Serang yang merupakan bahasa asli mayoritas masyarakat Kota Serang justru tidak eksis digunakan sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Hal ini dikarenakan, penduduk asli Kota Serang yang mayoritas bersuku Jawa Serang memiliki keyakinan bahwa khutbah Jum’at wajib disampaikan dalam bahasa Arab. Keyakinan ini sudah terjadi turun-temurun mengikuti pendapat beberapa ulama yang mengharamkan penggunaan bahasa selain Arab untuk khutbah Jum’at.
Masalah perbedaan pendapat dalam agama Islam disebut Khilafiyah. Berawal dari perbedaan pendapat yang pada akhirnya tiap mazhab memiliki pengikutnya tersendiri, semuanya berkembang secara turun-temurun pada suatu wilayah hingga menjadi kearifan lokal. Masyarakat Kota Serang khususnya penduduk asli yang bersuku Jawa Serang dan Sunda (kecuali transmigran dari daerah lain), cenderung menggunakan manhaj Salafiyah yang salah satu tokohnya adalah Syaikh Abdul Qodir Jailani. Manhaj ini sangat menjaga kemurnian Islam sehingga seringkali menolak dengan tegas sesuatu yang dianggap bid’ah. Di Banten sendiri ulama yang terkenal menggunakan manhaj ini adalah Syaikh Nawawi Al Bantani, seorang ulama bermazhab Syafii yang lahir di pesisir Utara Kota Serang. Manhaj ini berpendapat bahwa khutbah Jum’at haruslah disampaikan dalam bahasa Arab, bukan bahasa yang lain.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
40
Maka dari keterangan tersebut ditambah dengan data pada tabel 5.1, kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa wilayah dengan mayoritas penduduk asli cenderung menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at dan cenderung mempertahankannya. Bahkan keterangan yang penulis dapat dari informan, sebagian masyarakat penduduk asli khususnya yang bersuku Jawa Serang akan menurunkan secara langsung dari mimbar, khothib yang menyampaikan khutbah selain dengan bahasa Arab.
Wilayah dengan mayoritas penduduk asli berada di bagian Utara dan Selatan dari wilayah penelitian. Di wilayah ini mayoritas bahasa pengantar khutbah yang digunakan adalah bahasa Arab. Sedangkan di bagian tengah wilayah penelitian yang mayoritas penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’atnya adalah bahasa Indonesia, proporsi penduduk asli dan penduduk pendatangnya cenderung seimbang, bahkan pada wilayah tertentu didapati penduduk pendatang lebih banyak daripada penduduk asli. Kasus demikian terjadi pada wilayah-wilayah dibagian tengah penelitian yang merupakan kompleks perumahan yang baru berdiri sekitar satu hinggga dua dasawarsa yang lalu. Pada wilayah ini, pemahaman mengenai bahasa pengantar khutbah yang tak harus bahasa Arab mulai diperkenalkan oleh masyarakat pendatang yang jumlahnya semakin bertambah seiring waktu. Pemasukan nilai baru yang berlangsung perlahan serta jumlah penduduk asli yang cenderung tetap dan bahkan terus berkurang dari segi persentase membuat pola pikir penduduk asli di wilayah ini mulai berubah dan menerima kebiasaan menyampaikan khutbah dengan bahasa Indonesia. Masyarakat pendatang cenderung memiliki pemahaman demikian, alasannya bahasa kaum setempat tentunya akan mempermudah mencerna isi khutbah dibanding jika khutbah disampaikan dalam bahasa Arab yang dimana tidak semua orang mengerti maknanya. Pada wilayah dengan penduduk yang heterogen ini, Bahasa Indonesia dipilih karena dimengerti oleh seluruh penduduk, baik penduduk asli maupun penduduk pendatang.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
41
Pada bagian Utara wilayah penelitian, walaupun mayoritas masjid sampel menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, namun pada wilayah dengan proporsi penduduk asli dan penduduk pendatang yang seimbang, penggunaan bahasa pengantar khutbahnya sudah menggunakan bahasa Indonesia. Pada pengecualian yang lain, Masjid Baiturrahman (masjid sampel 2) walaupun didominasi oleh penduduk asli, namun penduduk asli disini bukanlah suku asli Kota Serang, melainkan suku Bugis yang bermigrasi sejak ratusan tahun lalu. Namun generasi dari mereka saat ini dapat dikatakan sebagai penduduk asli Kota Serang, karena mereka lahir, besar, serta menghabiskan sebagian besar hidupnya di Kota Serang. Wajar jika penduduk di wilayah ini menggunakan bahasa pengantar khutbah Jum’at selain Arab, dalam hal ini bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dicampur Bugis.
Demikian halnya, pengecualian yang lain juga terjadi pada penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di Masjid Baiturrohman (masjid sampel 9) yang juga masih dibagian Utara wilayah penelitian. Mayoritas penduduk di wilayah ini memang penduduk asli, namun leluhur mereka bukan berasal dari Serang, melainkan dari Garut, sehingga budaya yang dibawa dan digunakan adalah budaya Sunda Garut. Wajar jika bahasa pengantar khutbah Jum’at yang digunakan di wilayah ini adalah bahasa Sunda, walaupun di masjid ini, khothib dibebaskan untuk menggunakan bahasa yang lain seperti bahasa Arab atau bahasa Indonesia. Tabel 5.1 Proporsi Penduduk Asli dan Penduduk Pendatang di Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Prop.Penduduk Penggunaan Bahasa Arab Indonesia Indonesia dan Bugis Sunda Jumlah
Mayoritas Penduduk Asli 34 6 1 1 42
Mayoritas Penduduk Pendatang 4 4
Seimbang 1 13 14
Jumlah
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011) Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
35 23 1 1 60
42
Terkait dengan wujud kebudayaan, proporsi penduduk asli dan penduduk pendatang di wilayah penelitian menggambarkan adanya seluruh wujud kebudayaan yang bejumlah tiga . Wujud yang pertama adalah terkait dengan sistem budaya (nilai atau gagasan) yang sangat erat kaitannya dengan motivasi penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at yang menjadi tema dalam penelitian ini. Seperti telah dijelaskan diatas, masyarakat penduduk asli dan penduduk pendatang memiliki nilai/gagasan tersendiri terkait dengan pilihan mereka dalam penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at. Namun pada dasarnya, nilai/gagasan tersebut tidak langsung terpatri pada ruang lingkup masyarakat, melainkan perkembangannya berawal pada individu yang memiliki ilmu yang mumpuni dibidangnya (dalam hal ini bidang agama), kemudian nilai/gagasan yang dimilikinya ditularkan kepada masyarakat.
Masyarakat
dapat
menerimanya
dengan
baik,
karena
yang
menyampaikan gagasan tersebut dianggap bukan orang sembarangan. melainkan orang yang menjadi panutan mereka. Namun demikian pemahaman tersebut tidak bisa disamaratakan kepada seluruh masyarakat dalam hal keyakinan terhadap sebuah nilai/gagasan. Sebagian masyarakat yang tidak peduli atau belum paham mengenai ilmunya memilih lebih bersikap netral. Sedangkan sebagian masyarakat yang sudah paham mengenai ilmunya biasanya berpegang teguh pada satu nilai tertentu. Namun pada wilayah penelitian, sepanjang yang diamati dan dirasakan, hampir seluruh masyarakat bersikap netral terhadap fenomena perbedaan penggunaan bahasa khutbah Jum’at di wilayah penelitian baik yang menggunakan bahasa Arab, bahasa Indonesia, maupun bahasa daerah (Indonesia dicampur Bugis), serta bahasa Sunda. Perbedaan prinsip dalam memegang teguh nilai yang dianutnya hanya terjadi pada pemuka agama Islam contohnya seperti ustadz mupun kyai. Di wilayah penelitian, tidak ditemukan satupun masyarakat (khususnya responden peneliti) yang melakasanakan sholat Jum’at karena motivasi penggunaan bahasa khutbah Jum’atnya. Keseluruhan dari mereka, akan melaksanakan sholat Jum’at di masjid yang dekat dengan tempat tinggalnya ataupun tempatnya bekerja. Kalaupun mereka mencari masjid yang jauh dari tempat tinggalnya atau tempatnya bekerja, itu karena
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
43
mereka ingin mencari suasana baru atau karena mereka sedang berpergian (shafar). Namun itu hanya berlangsung sesekali saja, dan tidak terjadi setiap pekan.
Terkait dengan wujud budaya yang kedua yaitu sistem sosial berupa tindakan/aktivitas masyarakat, antara penduduk asli dan penduduk pendatang tentu saja terdapat perbedaan. Masyarakat penduduk asli cenderung lebih erat ikatan sosial kekeluargaannya. Mereka lebih sering bersosialisasi antar sesamanya. Pinjam meminjam barang, meminta bahan makanan, sudah menjadi hal yang biasa dikalangan penduduk asli. Dalam hal ibadah sholat Jum’at ataupun sholat fardhu di masjid, penduduk asli terbiasa bersalam-salaman sambil menyenandungkan sholawat selepas sholat berjamaah. Sedangkan masyarakat penduduk pendatang cenderung individulistis dan agak tertutup, serta jarang bergaul antar sesamanya.
Terkait dengan wujud budaya yang ketiga yaitu berupa karya atau yang biasa disebut kebudayaan fisik, terdapat perbedaan antara kebudayaan fisik penduduk asli serta kebudayaan fisik penduduk pendatang. Contohnya terkait bangunan fisik masjid sendiri, masjid dengan pengaruh budaya penduduk asli, secara fisik cenderung memiliki bentuk atap yang mengerucut. Bentuk atap masjid yang mengerucut merupakan ciri khas dari kebudayaan Pulau Jawa khususnya dalam hal ini Banten hasil akulturasi dengan budaya agama Hindu yang lebih dulu muncul di Indonesia. Sedangkan masjid dengan pengaruh budaya pendatang cenderung memiliki bentuk fisik yang lebih universal, atau mengikuti kebanyakan dari bentuk atap masjid di seluruh dunia, yaitu bentuk kubah. Perbedaan lainnya adalah, penduduk asli Banten dalam hal ini penduduk asli Kota Serang, cenderung mendirikan mimbar khothib tidak berada sejajar dengan tempat imam. Hal ini dikarenakan pemahaman nilai-nilai yang mereka anut, dimana terdapat sebuah riwayat yang mengatakan bahwa pada saat Rosulullah SAW wafat, kondisi masjid beliau sedang direnovasi. Mimbar yang tadinya berada sejajar dengan tempat imam, dipindahkan sementara dua shaf di depannya. Namun setelah renovasi selesai, tidak ada yang berani memindahkan mimbar tersebut ke posisi semula, karena tidak ada instruksi dari Rosulullah SAW, Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
44
karena beliau sendiri telah dipanggil menghadap yang Kuasa. Berangkat dari kisah ini, dapat diambil kesimpulan bahwa penduduk asli di wilayah penelitian sangat menjaga nilai-nilai dari agama yang berkenaan langsung dengan sunnah atau contoh yang dilakukan Nabinya. Sedangkan masjid dengan pengaruh budaya pendatang cenderung mendirikan mimbar sejajar dengan tenpat imam. Hal ini dilakukan agar nantinya khothib, ustadz, ataupun seseorang yang sedang menyampaikan sesuatu diatas mimbar, berada pada posisi sentral yang dapat dilihat oleh seluruh jamaah baik di shaf depan, shaf tengah, maupun shaf belakang. Penduduk pendatang lebih berpikir rasional, dimana mereka menganggap bahwa sesuatu yang baru yang tidak mengikuti Rosul namun bukan dalam konteks pelaksanaan ibadah, tidak masuk dalam kategori bid’ah (menyalahi sunnah Rosul).
Kebudayaan lainnya secara fisik yang membedakan penduduk asli dan penduduk pendatang adalah bentuk alat memasak di dapur. Alat memasak penduduk asli masih tradisional. Kompornya masih menggunakan tungku, dengan kayu bakar sebagai media apinya. Banyak hal yang mendasari mengapa masih banyak penduduk, dalam hal ini penduduk asli yang menggunakan tungku. Faktor kondisi alam, dimana penduduk asli tinggal di wilayah pedesaan yang masih asri dengan banyak vegetasi membuat mereka mudah mendapatkan media untuk memasak dengan tungku. Selain itu, faktor ekonomi juga berpengaruh, sehingga penduduk asli enggan berpindah ke alat memasak yang lebih modern karena dianggap biayanya lebih mahal. Faktor berikutnya adalah sebagian penduduk asli memiliki nilai-nilai untuk tetap memegang teguh tradisi yang telah ditularkan oleh orangtua dan leluhur mereka, salah satunya adalah dengan memasak menggunakan tungku. Kondisi masyarakat seperti ini banyak penulis temui di bagian Utara dan Selatan wilayah penelitian. Sedangkan pada penduduk pendatang, alat memasaknya lebih modern, yaitu dengan menggunakan kompor gas. Faktor yang mendasarinya adalah kemudahan yang terkait dengan kondisi ekonomi. Kondisi ekonomi berpengaruh dimana ketika seseorang merasa berkecukupan, mereka akan menggunakan apa yang mereka sudah dapatkan (dalam hal ini harta atau uang) untuk kemudahan-kemudahan dalam hidupnya. Selain Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
45
itu kondisi fisik wilayah perkotaan dimana banyak penduduk pendatang tinggal kurang memungkinkan untuk melaksanakan tradisi memasak dengan tungku. Kondisi ini banyak penulis temukan pada bagian twngah wilayah penelitian.
Perbedaan budaya antara penduduk asli yang rata-rata bermukim dibagian Utara dan bagian Selatan wilayah penelitian, serta penduduk pendatang yang ratarata bermukim di pusat Kota (dibagian tengah wilayah penelitian) terlihat dengan jelas Dalam
wujud budaya baik secara nilai, aktivitas maupun fisik. Perbedaan
tersebut lebih jelasnya dijabarkan pada poin-poin berikutnya dengan fokus pada variabel yang spesifik.
Gambaran mengenai proporsi penduduk asli dan penduduk pendatang di wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at terlampir pada Peta 6.
5.2.2 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at dengan Tingkat Kerapatan Jalan dalam Wujud Kebudayaan di Wilayah Penelitian
Tingkat kerapatan jalan di wilayah penelitian didominasi oleh klasifikasi sedang (2550), yaitu sebesar 43% atau 26 dari 60 wilayah masjid sampel. Sedangkan diurutan kedua adalah tingkat kerapatan jalan dengan klasifikasi tinggi yaitu sebsar 33% atau 20 dari 60 wilayah masjid sampel. Sedangkan tingkat kerapatan jalan dengan klasifikasi rendah berada pada urutan terakhit sebesar 23% atau 14 dari 60 wilayah masjid sampel.
Terkait dengan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’atnya, pada Tabel 5.2 kita dapat melihat bahwa wilayah dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at didominasi oleh wilayah dengan kerapatan jalan masuk klasifikasi sedang. Jumlahnya yaitu 22 dari 35 wilayah masjid sampel yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Wilayahnya tersebar terutama di bagian Utara wilayah penelitaian sebanyak 14 wilayah masjid Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
46
sampel. Kemudian di bagian Selatan wilayah penelitian sebanyak 7 masjid, dan di bagian tengah wilayah penelitian sebayak 1 masjid. Kemudian di posisi kedua untuk wilayah dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at adalah wilayah dengan klasifikasi kerapatan jalan rendah. Jumlahnya adalah 10 dari 35 wilayah masjid sampel. Wilayahnya tersebar terutama di bagian Selatan wilayah penelitian sebanyak 9 wilayah masjid sampel, dan 1 wilayah masjid sampel yang berada di bagian tengah wilayah penelitian. Kemudian di posisi terakhir untuk wilayah dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at adalah wilayah masjid dengan klasifikasi kerapatan jalan tinggi. Hanya terdapat 3 dari 35 masjid. Ketiga masjid tersebut adalah Masjid Baitul Mu’min (masjid sampel 19) dan Masjid Al Kautsar (masjid sampel 25) yang berada di bagian tengah wilayah penelitian, serta Masjid Baitul Mustaqim (masjid sampel 48) yang terdapat di bagian Selatan wilayah penelitian.
Kemudian pada wilayah dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, didominasi oleh wilayah dengan kerapatan jalan yang tinggi. Jumlahnya yaitu 17 dari 23 wilayah masjid sampel. Sebanyak 14 wilayah masjid sampel berada di bagian tengah wilayah penelitian, sedangkan 3 lainnya berada di bagian Selatan wilayah penelitian. Selanjutnya, di urutan kedua untuk penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at adalah wilayah masjid dengan kerapatan jalan rendah. Jumlahnya yaitu 4 dari 23 wilayah masjid. Keempat wilayah tersebut berada di bagian tengah wilayah penelitian. Berikutnya di urutan terakhir pada wilayah dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at adalah wilayah masjid dengan klasifikasi kerapatan jalan sedang. Jumlahnya adalah 2 dari 23 wilayah masjid sampel dimana keduanya berada di bagian Utara wilayah penelitian.
Selanjutnya, pada wilayah masjid dengan penggunaan bahasa Bugis dicampur bahasa Indonesia yang berada di bagian Utara wilayah penelitian, kerapatan jalannya masuk klasifikasi sedang. Begitupun dengan wilayah masjid di bagian Utara Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
47
wilayah penelitian dengan penggunaan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, kerapatan jalannya juga masuk klasifikasi sedang.
Tabel 5.2 Tingkat Kerapatan Jalan di Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Kerapatan Penggunaan Bahasa Arab Indonesia Indonesia dan Bugis Sunda Jumlah
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
10 4 14
22 2 1 1 26
3 17 20
35 23 1 1 60
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Terkait dengan wujud kebudayaan, tingkat kerapatan jalan pada wilayah penggunaan bahasa menunjukkan adanya sistem sosial atau wujud kebudayaan berupa tindakan dan aktivitas manusia. Pada wilayah dengan kerapatan jalan yang tinggi, dimana dominasinya berada dibagian tengah wilayah penelitian, memudahkan masyarakat untuk melakukan mobilitas. Tingkat kerapatan jalan yang tinggi juga merupakan ciri dari wilayah perkotaan. Dengan jaringan jalan yang banyak, memungkinkan munculnya beberapa pusat perdagangan dan bisnis, serta perkantoran dengan segala aktivitas ekonominya yang beragam dan lebih hidup. Masyarakat di bagian tengah wilayah penelitian, selain mudah dalam hal mobilitas juga mendapatkan keuntungan dengan lokasi permukimannya yang dekat dengan segala fasilitas yang menunjang kebutuhan hidup. Namun kelemahannya, sebagian masyarakat di bagian tengah wilayah penelitian menjadi lebih konsumtif. Mereka lebih mudah untuk mendapatkan barang kebutuhan hidup yang mereka inginkan. Karena, selain sebagian dari mereka tingkat pendapatannya diatas rata-rata, mereka juga mudah menjangkau lokasi pasarnya. Dua pasar tradisional terbesar di Kota Serang terdapat dibagian tengah wilayah penelitian, yaitu Pasar Lama dan Pasar Rawu. Selain itu dibagian tengah wilayah penelitian juga terdapat Pasar Modern yaitu Plaza Serang yang terletak di
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
48
sebelah Utara alun-alun Kota Serang, serta Mall of Serang yang baru didirikan pada tahun 2011 dengan lokasinya sangat strategis, dekat dengan terminal antarkota Pakupatan, dan akses gerbang tol Serang Timur, yang menghubungkan langsung antara Kota Serang dengan Jakarta.
Berbeda dengan dibagian tengah wilayah penelitian, bagian Utara dan bagian Selatan wilayah penelitian mempunyai kerapatan jalan yang sedang hingga rendah. Hal ini membuat mobilitas masyarakatnya tidak setinggi mobilitas masyarakat dibagian tengah wilayah penelitian. Namun demikian antara bagian Utara dan bagian Selatan wilayah penelitian sendiri juga terdapat perbedaan karakteristik. Bagian Utara wilayah penelitian merupakan wilayah dengan kerapatan jalan yang sedang. Kondisi fisik jalan dibagian Utara wilayah penelitian dalam hal ini jalan raya utamanya juga lebih baik daripada dibagian Selatan. Selain itu, akses jalan yang menuju ke bagian Utara wilayah penelitian juga mengarah ke kawasan Banten Lama yang merupakan kawasan bersejarah sebagai bekas Pusat Pemerintahan Kerajaan Banten. Tak heran, jika jalur ini ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai wilayah khususnya di Indonesia, yang berkunjung ke kawasan Banten Lama khususnya makam raja-raja Banten yang berada di komplek Masjid Agung Banten. Sepanjang jalur ini juga ramai dengan beberapa tempat usaha dengan skala kecil hingga sedang. Contohnya seperti toko furnitur, rumah makan, dan lain-lain. Selain itu disepanjang jalan ini juga terdapat beberapa tempat fotocopy yang berafiliasi dengan kantor pemerintahan, karena disepanjang jalan tersebut terdapat 4 kantor Kelurahan dan 1 Kantor Kecamatan. Namun, ketika sudah masuk ke sisi Timur dan Barat dari jalan ini dengan radius lebih dari 200 meter saja, kondisinya sudah cukup jauh berbeda. Dari segi fisik jalan kondisinya cukup buruk dan bergelombang. Selain itu penggunaan lahan yang ditemui adalah sawah yang menghampar luas. Masyarakat di wilayah ini hidupnya masih tradisional dan cukup sederhana. Sebagian besar dari mereka memiliki tingkat pendapatan yang rendah. Mobilitas masyarakatnya pun hanya disekitar tempat tinggalnya saja, karena memang pekerjaan mereka yang sebagian besar bertani yang lahannya dekat dengan tempat tinggal mereka sendiri. Kelebihan dari mereka adalah Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
49
gaya hidupnya yang jauh dari konsumtif. Asalkan kebutuhan primer sudah terpenuhi, mereka sudah merasa berkecukupan. Hal ini juga ditunjukkan dengan kondisi rumahnya yang cukup sederhana dan tidak banyak hiasan-hiasan, tidak seperti sebagian besar permukiman yang berada di pusat kota (dibagian tengah wilayah penelitian).
Kondisi dibagian Selatan wilayah penelitian tidak jauh berbeda dengan dibagian Utara. Sebagian besar wilayahnya masuk kategori kerapatan jalan rendah. Kondisi fisik jalan utamanya pun cukup buruk dengan jalan yang tidak rata dan banyak lubang. Jalur ini menghubungkan Kota Serang dengan wilayah Provinsi Banten bagian Selatan yaitu Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak yang merupakan dua Kabupaten terluas di Provinsi Banten. Tak heran jika jalur ini selalu dilewati bus-bus atau kendaraan besar seperti bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) yang membuat jalannya cepat rusak. Hampir sama seperti dibagian Utara wilayah penelitian, kerapatan jalan dibagian Selatan wilayah penelitian membuat mobilitas masyarakatnya tidak tinggi. Mobilitas masyarakatnya hanya disekitar tempat tinggal mereka saja karena memang pekerjaan mereka bertani dimana lahan pertaniannya dekat dengan tempat tinggal mereka. Namun yang membuatnya berbeda dari bagian Utara wilayah penelitian, pada bagian Selatan wilayah penelitian, jenis pertaniannya bukan hanya padi (sawah) melainkan juga adanya tegalan dan ladang dengan kondisi yang rimbun dengan pepohonan. Kalaupun ada lahan pertanian berupa sawah, namun tidak seluas dibagian Utara wilayah penelitian. Pada bagian Selatan wilayah penelitian, disekeliling sawah terdapat hutan-hutan kecil yang rimbun serta ladang dan kebun campur.
Gambaran mengenai kerapatan jalan di wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at terlampir pada Peta 7.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
50
5.2.3 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at dengan Tingkat Pendidikan Formal Penduduk dan Asosiasinya dalam Wujud Kebudayaan di Wilayah Penelitian
Tingkat pendidikan formal penduduk di wilayah penelitian masih tergolong sangat rendah. Jika melihat pada tabel 5.3, hanya 6 dari 60 wilayah masjid sampel atau 10% wilayah masjid yang mayoritas pendidikan terakhir penduduknya adalah SMA. Sedangkan 90% atau 54 dari 60 wilayah masjid sampel mayoritas pendidikan terakhir penduduknya adalah hanya SD/SMP.
Jika dikaitkan dengan pengunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di wilayah penelitian, maka seluruh wilayah masjid sampel yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at mayoritas penduduknya berpendidikan terakhir SD/SMP. Begitupun dengan 1 masjid di bagian Utara wilayah penelitian yang menggunakan bahasa Bugis dicampur bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, dan juga 1 masjid dengan penggunaan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at yang juga di bagian Utara wilayah penelitian, mayoritas penduduk di kedua wilayah tersebut memiliki pendidikan terakhir SD/SMP.
Kemudian yang berbeda adalah pada wilayah masjid yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Meskipun mayoritas wilayah masjid yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at mayoritas penduduknya juga berpendidikan terakhir SD/SMP, tapi pada wilayah ini terdapat 6 wilayah masjid yang mayoritas penduduknya berpendidikan terakhir SMA. Keenam wilayah masjid tersebut terdapat di bagian tengah wilayah penelitian, dan sebagian besar dari wilayah tersebut merupakan komplek perumahan yang banyak dihuni oleh kaum pendatang.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
51
Masyarakat dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi dan bahkan penduduk yang dianggap tidak mengenyam pendidikan formal sama sekali, atau biasa diistilahkan tidak tamat SD juga banyak terdapat di Kota Serang, namun jumlahnya tidak mayoritas. Mayoritas penduduk di Kota Serang terutama di wilayah penelitian adalah berpendidikan SD/SMP.
Tabel 5.3 Tingkat Pendidikan Formal Penduduk Pada Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Jum’at
Khutbah T.Pendidikan Penggunaan Bahasa Arab Indonesia Indonesia dan Bugis Sunda Jumlah
SDSMP 35 17 1 1 54
SMA
Jumlah
6 6
35 23 1 1 60
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Terkait dengan wujud kebudayaan, tingkat pendidikan formal penduduk pada wilayah penggunaan bahasa khutbah Jum’at menunjukkan adanya sistem budaya atau wujud kebudayaan berupa nilai-nilai serta sistem sosial atau wujud kebudayaan berupa tindakan dan aktivitas manusia. Tingkat Pendidikan mempengaruhi pola pikir sistem budaya), aktivitas, serta bagaimana seseorang berkomunikasi dengan sesamanya (sistem sosial). Pada wilayah kajian, walaupun mayoritas penduduknya baik dibagian Utara, dibagian tengah maupun dibagian Selatan wilayah penelitian, memiliki pendidikan formal terakhir SD hingga SMP, namun pada bagian tengah wilayah penelitian, terdapat wilayah sampel yang mayoritas penduduknya berpendidikan formal terakhir SMA. Walaupun secara data menunjukkan demikian, namun dalam perjalanan survey dan wawancara dengan responden, penulis mendapatkan responden dengan tingkat pendidikan formal terakhir yang bervariasi. Tingkat pendidikan formal yang dimaksud adalah dari responden yang tidak pernah mengeyam
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
52
pendidikan formal atau biasa diperhalus dengan istilah tidak tamat SD, hingga responden yang mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi. Dari situlah diambil kesimpulan bahwa tingkat pendidikan khususnya pendidikan formal mempengaruhi pola pikir manusia dan bagaimana seseorang tersebut bertindak. Responden yang tidak pernah merasakan pendidikan formal biasanya lebih konservatif, diawal agak menaruh curiga terhadap seseorang yang dianggapnya asing namun mengajaknya wawancara. Dengan rasa minder biasanya jika mereka tidak diyakinkan dengan maksud wawancara yang jelas, mereka akan langsung menolak untuk diwawancara sambil menyebut nama orang di wilayah tempat tinggalnya yang dirasa layak diwawancara oleh penulis. Lebih ekstrim lagi responden dengan kategori ini biasanya menolak diwawancara sambil mengatakan bahwa dirinya adalah orang bodoh yang tidak pantas diwawancara. Responden dengan kategori ini juga biasanya tidak bisa membaca, sehingga responden tersebut memiliki kekhawatiran jika jawaban wawancaranya dipelintir oleh penulis, responden tersebut tidak dapat berbuat apaapa. Pola pikir terkait mereka merasa tidak pantas untuk diwawancara merupakan contoh dari sistem budaya, sedangkan tindakan mereka yang diawal menolak secara halus untuk diwawancara merupakan contoh dari sistem sosial.
Kemudian mengenai responden dengan pendidikan formal terakhir SD/SMP, sama dengan responden yang tidak tamat SD, biasanya mereka minder untuk diwawancara, karena merasa tidak pantas. Terkadang mereka juga minta agar hasil wawancaranya bukanlah sesuatu yang akan membuat mereka mengalami hal yang buruk dikemudian hari. Namun demikian, biasanya mereka bisa membaca sehingga tingkat kecurigaannya tidak sebesar responden yang tidak tamat SD yang mayoritas tidak bisa membaca.
Untuk responden dengan pendidikan formal terakhir SMA, biasanya mereka lebih terbuka dan mudah diajak kerjasama untuk memberikan keterangan yang dibutuhkan penulis. Terlebih dengan responden dengan pendidikan formal terakhir
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
53
Perguruan Tinggi, mereka bahkan biasanya sudah memberikan informasi yang penulis butuhkan sebelum pertanyaan penulis sampai pada tahap tersebut.
Namun demikian, tidak semua responden yang tidak memiliki pendidikan formal lebih sulit diajak kerjasama (diwawancara). Responden yang tidak pernah bersekolah namun pernah mengeyam pendidikan non formal seperti di Madrasah Diniyah ataupun di Pesantren tradisional termasuk yang mudah diwawancara oleh penulis. Mereka memiliki gaya bicara yang tegas terutama jika diajak bicara mengenai aturan agama khususnya dalam hal ini mengenai tata cara khutbah Jum’at dan penggunaan bahasanya yang menjadi tema penelitian penulis. Mereka memberikan dalil-dalil untuk mendukung dari nilai yang mereka yakini. Namun kelemahannya biasanya tipe responden seperti ini cukup saklek dan sedikit kurang suka jika penulis menanyakan nilai lain yang dianggap berseberangan dengan nilai yang dianutnya. Responden tersebut seperti merasa diperbandingkan nilai yang dianutnya dengan nilai lain tersebut. Karena itu diperlukan keahti-hatian dalam memberikan pertanyaan jika bertemu dengan responden dengan karakteristik ini.
Responden dengan pendidikan terakhir SD/SMP atau tidak tamat SD hampir penulis dapatkan disetiap wilayah sampel, baik dibagian Utara, bagian tengah, maupun bagian Selatan wilayah penelitian. Sedangkan responden dengan pendidikan terakhir SMA/Perguruan Tinggi, lebih sulit ditemui, karena selain mereka jumlahnya lebih sedikit, sebagian besar dari mereka bekerja pada sektor formal, sehingga pada siang hari mereka tidak ada di rumah. Selain itu waktu yang dimiliki oleh responden dengan pendidikan terakhir SD/SMP atau tidak tamat SD untuk wawancara sedikit lebih banyak daripada responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA/Perguruan Tinggi. Karena kebanyakn dari mereka bekerja pada sektor informal atau bahkan tidak bekerja sama sekali (menganggur). Responden pada wilayah-wilayah dengan mayoritas pendidikan terakhir SMA juga lebih sulit ditemui, karena biasanya mereka tinggal dikompleks-kompleks perumahan
yang sistem sosialnya cenderung
individualistis, sehingga rumah-rumah mereka lebih sering tertutup pintunya jika Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
54
tidak tidak ada keperluan. Sebaliknya, responden dengan tingkat pendidikan terakhir SD/SMP atau tidak tamat SD yang banyak ditemui diperkampungan khususnya dibagian Utara dan dibagian Selatan wilayah penelitian, lebih mudah ditemui karena mereka terbiasa bersosialisasi dengan tetangganya khususnya di siang hari, sehingga memungkinkan pintu rumahnya selalu terbuka dan lebih memudahkan peneliti untuk bertamu.
Gambaran mengenai tingkat pendidikan formal penduduk di wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at terlampir pada Peta 8.
5.2.4 Asosiasi Antara Mayoritas Pekerjaan Penduduk dengan Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at dalam Wujud Kebudayaan di Wilayah Penelitian
Jika kita melihat pada Tabel 5.4, maka didapat kesimpulan bahwa mayoritas pekerjaan masyarakat di wilayah penelitian adalah Wiraswasta/Karyawan/Buruh atau bekerja pada sektor perdagangan/jasa. Persentasenya mencapai 52% atau 31 dari 60 wilayah masjid sampel. Kemudian, buruh tani menjadi mayoritas kedua dengan persentase 42% atau 25 dari 60 wilayah masjid sampel. Nelayan dan buruh industri memiliki persentase yang sama yaitu masing-masing 3% atau 2 dari 60 wilayah masjid sampel.
Masyarakat dilingkungan masjid yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh tani. Wilayahnya tersebar terutama di bagian Selatan wilayah penelitian. Pada bagian Utara wilayah penelitian, mata pencaharian buruh tani tetap mendominasi walaupun tidak sebesar di bagian Selatan wilayah penelitian. Hal ini dikarenakan di bagian Utara penelitian tingkat perkerjaannya relatif bervariasi dan sebagian penduduk terutama di wilayah pesisir, masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Satu sampel di wilayah pesisir dimana masyarakatnya mayoritas bermata pencaharian Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
55
sebagai nelayan menggunakan bahasa bugis dalam khutbah Jum’at karena sebagian besar masyarakatnya merupakan transmigran bersuku bugis asal Sulawesi Selatan yang sudah lama menetap di pesisir Utara Kota Serang. Maka pekerjaan sebagai nelayan sangat cocok bagi masyarakat di wilayah ini, karena suku Bugis terkenal dengan karakter masyarakatnya yang gemar melaut. Sedangkan satu sampel dibagian Utara wilayah penelitian yang menggunakan bahasa Sunda dalam khutbah Jum’atnya, mayoritas mata pencahariannya adalah bertani. Di bagian Utara dan bagian Selatan wilayah penelitian lahan pertaniannya masih sangat luas dan mendominasi penggunaan lahan yang ada disana. Sedangkan pada bagian tengah wilayah penelitian yang mayoritas masjidnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, mayoritas masyarakatnya yang merupakan penduduk pendatang berprofesi sebagai karyawan/buruh, dan wiraswastawan. Pada 2 wilayah sampel masjid di bagian tengah wilayah penelitian ini mayoritas masyarakatnya memiliki pekerjaan sebagai buruh industri yaitu masyarakat disekitar Masjid Al Kautsar (Masjid sampel 25) yang menggunakan bahasa Arab dalam khutbah Jum’atnya, serta Masjid Al Huda (Masjid sampel 31), yang menggunakan bahasa Indonesia dalam khutbah Jum’atnya. Di wilayah ini memang terdapat beberapa pabrik industri.
Tabel 5.4 Klasifikasi Pekerjaan Pada Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at T.Pekerjaan Wiraswasta/Karyawan/ Buruh Penggunaan Bahasa
Arab Indonesia Indonesia dan Bugis Sunda Jumlah
9 22 31
Buruh Tani
Buruh Nelayan Jumlah Industri
24 -
1 1 2
1 25
1 1 2
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Terkait dengan wujud kebudayaan, mayoritas pekerjaan penduduk pada wilayah penggunaan bahasa khutbah Jum’at menunjukkan adanya sistem sosial atau wujud kebudayaan berupa tindakan dan aktivitas manusia. Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
35 23 1 1 60
56
Penduduk bermata pencaharian sebagai petani yang merupakan pekerjaan mayoritas penduduk khususnya dibagian Utara dan Selatan Wilayah tinggal di perkampungan-perkampungan dengan kondisi hidup dan tempat tinggal yang cukup sederhana. Lokasi sawah atau ladang tempat mereka bekerja biasanya juga tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Jam kerja mereka tidak menentu atau bergantung pada diri mereka sendiri, sehingga mereka lebih mudah dijumpai. Kenampakan yang teramati pada wilayah dengan mayoritas pekerjaaan penduduknya sebagai petani ini, biasanya dibagian depan rumah terdapat gabah-gabah yang sedang dijemur. Sebagian dari mereka juga memelihara hewan ternak seperti ayam, kambing, sapi, atau kerbau, sehingga dibagian belakang samping rumah-rumah mereka adalah kandang ternak dengan beberapa tumpukan jerami sebagai pakan ternak. Alhasil sekilas kondisi lingkungan di wilayah dengan mayoritas pekerjaan petani ini terlihat kumuh dan kurang tertata dengan baik.
Kondisi masyarakat tani dibagian Utara dan Selatan wilayah penelitian ada sedikit perbedaan. Hampir semua petani dibagian Utara wilayah penelitian bercocok tanam padi, atau bermata pencaharian petani sawah. Bagian Utara wilayah penelitian dimana terdapat Kawasan Banten Lama sebagai bekas Pusat Pemerintahan Kerajaan Banten memang dahulunya dibangun oleh Sultan Ageng Tirtayasa yang merupakan salah satu Raja Kerajaan Banten sebagai daerah pertanian tanaman padi. Tak heran jika dibagian Utara wilayah penelitian, persawahan merupakan penggunaan lahan yang sangat dominan bahkan hingga sekarang. Persawahan dibagian Utara wilayah penelitian berada dilahan yang cukup datar, dekat dengan pantai dan jauh dari vegetasi yang rimbun disekililingnya. Karena itu bagian Utara wilayah penelitian dapat dikatakan sebagai wilayah yang cukup gersang. Berbeda dengan dibagian Utara wilayah penelitian, usaha pertanian dibagian Selatan wilayah penelitian lebih bervariasi. Diantaranya adalah persawahan (tanaman padi), kebun, dan ladang. Tidak seperti dibagian Utara wilayah penelitian, tiap-tiap lahan pertanian dibagian Selatan wilayah penelitian tidak begitu luas. Hal ini disebabkan oleh kondisi topografi yang Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
57
makin ke Selatan mulai bergelombang serta hutan-hutan kecil dan vegetasi rimbun yang mengelilingi lahan pertanian. Maka tak heran, jika petani dibagian Selatan wilayah penelitian juga sering mencari dan mengumpulkan kayu bakar dari hutan kecil tersebut baik untuk digunakan sendiri maupun untuk dijual. Penduduk dengan mata pencaharian petani baik dibagian Utara maupun dibagian Selatan wilayah penelitian mayoritas merupakan buruh tani yang lahan pertaniannya bukan merupakan miliknya. Mereka diberi upah oleh pemilik lahan dari hasil pekerjaannya tersebut. Kondisi kehidupannya cukup sederhana. Pada rumah-rumah mereka masih digunakan tungku sebagai alat memasak. Sebagian rumah mereka juga ada yang berdinding bambu dan berlantai plur atau bahkan tanah. Biasanya mereka hidup dalam keluarga yang besar.
Selanjutnya pekerjaan yang paling mendominasi di wilayah penelitian adalah wiraswasta/karyawan/buruh. Sebarannya terutama dibagian tengah wilayah penelitian dan dibagian Utara wilayah penelitian namun hanya pada sisi jalan raya utama Banten Lama dan tidak sampai ke pedalaman. Karakteristik masyarakat ini, hidupnya bisa dikatakan berkecukupan atau memenuhi standar hidup layak khususnya yang memiliki pekerjaan wiraswasta/karyawan.. Mereka biasanya tinggal di pusat kota atau di wilayah-wilayah yang merupakan pusat ekonomi seperti di kecamatan Serang yang merupakan pusat pemerintahan Kota Serang, maupun disepanjang jalur Serang KotaBanten Lama. Selain karena diwilayah tersebut menguntungkan secara prospek ekonomi, masyarakat di wilayah penelitian dengan pekerjaan wiraswasta/ karyawan/ buruh memiliki mobilitas yang tinggi. Kegiatan sehari-hari mereka bagi wiraswastawan adalah berdagang baik barang maupun jasa. Karena itu selain karena lokasi yang strategis pemilihan tempat tinggal/tempat usaha juga memudahkan untuk distribusi barang dan jasa. Begitupun dengan masyarakat yang memiliki pekerjaan karyawan/buruh. Tempat tinggal yang strategis dengan akses jalan yang baik dimaksudkan untuk memudahkan mobilitas mereka, khususnya saat berangkat ke tempat kerja.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
58
Kemudian untuk penduduk dengan mayoritas pekerjaan sebagai nelayan, hanya terdapat di dua sampel wilayah masjid, dimana keduanya berada di pesisir Utara Kota Serang. Walaupun mayoritas pekerjaan di kedua wilayah tersebut adalah nelayan, namun kedua wilayah sampel ini memiliki perbedaan yang menarik. Satu sampel wilayah masjid merupakan representasi masyarakat setempat yang bersuku Jawa Serang, serta satu sampel wilayah masjid yang merepresentasikan suku Bugis. Namun
dalam
perkembangannya,
suku
Bugis
di
Kota
Serang
berhasil
mempertahankan kelompoknya, hingga mereka menjadi kelompok yang dominan di pesisir Utara Kota Serang. Suku Bugis dalam melakoni mata pencahariannya sebagai nelayan, cukup solid dengan sesamanya, namun jika berada dalam suku yang berbeda biasanya tidak akan terlalu memperhatikan. Sedangkan nelayan dengan penduduk asli Jawa Serang justru lebih membaur dengan penduduk pendatang juga bermata pencaharian sebagai nelayan. Sehingga ada istilah yang muncul untuk membedakan nelayan di pesisir Utara Kota Serang, yaitu nelayan Bugis dan nelayan non Bugis.
Pekerjaan lainnya yang dominan di salah satu wilayah penelitain penulis adalah buruh industri. Lokasi industri berada di bagian tengah wilayah penelitian. Penduduk di bagian tengah wilayah penelitian yang bekerja sebagai buruh indutri biasanya adalah penduduk asli. Sebagian juga ada yang penduduk pendatang namun dengan tingkat pendidikan yang rendah dan keahlian yang kurang spesifik. Mereka biasanya tinggal pada kantong-kantong kemiskinan di pusat Kota secara mengelompok. Mereka bekerja pada pabrik industri dari skala besar seperti manufaktur, sampai home industry seperti pabrik pembuatan dan pengolahan makanan contohnya pabrik kecap, yang berada di Jalan Raya Serang-Pandeglang. Diantara mereka ada juga yang bekerja sebagai buruh industri di luar Kota Serang seperti di Kabupaten Serang, Kabupaten/Kota Tangerang, ataupun di Kota Cilegon.
Gambaran mengenai mayoritas pekerjaan penduduk di wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at terlampir pada Peta 9.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
59
5.2.5 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at dengan Tingkat Pendapatan Penduduk per Bulan dalam Wujud Kebudayaan di Wilayah Penelitian
Tingkat pendapatan penduduk per bulan di wilayah penelitian cukup bervariasi. Namun begitu, mayoritas tetap didominasi oleh penduduk dengan pendapatan per bulan < 1 Juta. Tingkat pendapatan penduduk per bulan dengan klasifikasi rendah (< 1 Juta) jumlahnya mencapai 50% atau 30 dari 60 wilayah masjid sampel. Sedangkan tingkat pendapatan penduduk per bulan dengan klasifikasi sedang jumlahnya sebesar 40% atau 24 dari 60 wilayah masjid sampel. Kemudian tingkat pendapatan penduduk per bulan dengan klasifikasi sedang menempati urutan terakhir sebesar 10% atau 6 dari 60 wilayah masjid sampel (lihat Tabel 5.5).
Jika dikaitkan dengan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di wilayah peneltian, maka wilayah dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendapatan per bulan yang rendah. Jumlahnya mencapai 25 dari 35 wilayah masjid sampel yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Wilayahnya tersebar terutama di bagian Selatan wilayah penelitian sebanyak 15 wilayah masjid sampel, dan di bagian Utara wilayah penelitian sebanyak 9 wilayah masjid sampel. Di bagian tengah wilayah penelitian terdapat 1 masjid dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at yang memiliki penduduk dengan mayoritas pendapatan per bulan masuk dalam klasifikasi rendah (<1 Juta), yaitu Masjid Asy Syafi’iyah (masjid sampel 38). Kemudian diposisi kedua untuk wilayah dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at adalah wilayah dengan mayoritas tingkat pendapatan penduduk per bulan masuk dalam klasifikasi sedang (1-4 Juta). Jumlahnya mencapai 10 dari 35 wilayah masjid sampel yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Wilayahnya tersebar terutama di bagian Utara wilayah penelitian sebanyak 5 wilayah masjid sampel. Kemudian di bagian tengah wilayah penelitian sebanyak 3 wilayah masjid Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
60
sampel, dan di bagian Selatan wilayah penelitian sebanyak 2 wilayah Masjid sampel. Sedangkan pada wilayah dengan penggunaan bahasa Arab bahasa pengantar khutbah Jum’at, tidak terdapat wilayah masjid dengan mayoritas tingkat pendapatan penduduk per bulan masuk dalam klasifikasi tinggi (> 4 Juta).
Untuk wilayah dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, didominasi oleh penduduk dengan mayoritas pendapatan per bulan masuk dalam klasifikasi sedang (1-4 Juta). Jumlahnya mencapai 13 dari 23 wilayah masjid sampel. Wilayahnya tersebar terutama di bagian tengah wilayah penelitian sebanyak 10 wilayah masjid sampel. Sedangkan di bagian Utara wilayah penelitian terdapat 2 wilayah masjid sampel, dan di bagian Selatan wilayah penelitian terdapat 1 wilayah masjid sampel dengan mayoritas pendapatan penduduk per bulannya masuk klasifikasi sedang (1-4 Juta). Kemudian diposisi
kedua untuk
wilayah dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at adalah wilayah masjid dengan klasifikasi tingkat pendapatan penduduk yang tinggi (> 4 Juta). Jumlahnya adalah 6 dari 23 wilayah masjid sampel yang kesemuanya terdapat di bagian tengah wilayah penelitian. Wilayah di sekitar keenam masjid ini merupakan daerah perumahan ataupun permukiman yang cukup mewah di pusat Kota Serang.
Kemudian untuk wilayah dengan penggunaan bahasa Bugis dicampur bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at yang berada di bagian Utara wilayah penelitian, didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendapatan per bulan masuk dalam klasifikasi sedang (1-4 Juta).
Berikutnya yang terakhir adalah wilayah dengan penggunaan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at yang berada di bagian Utara wilayah penelitian. Pada wilayah ini mayoritas penduduknya memiliki tingkat pendapatan per bulan dengan klasifikasi rendah (<1 Juta).
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
61
Tabel 5.5 Tingkat Pendapatan Penduduk Pada Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at T.Pendapatan Rendah Penggunaan Bahasa Arab 25 Indonesia 4 Indonesia dan Bugis Sunda 1 Jumlah 30
Sedang
Tinggi
Jumlah
10 13 1 24
6 6
35 23 1 1 60
(Sumber : Survey Lapang April, Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Terkait dengan wujud kebudayaan, tingkat pendapatan penduduk pada wilayah penggunaan bahasa khutbah Jum’at menunjukkan adanya sistem budaya, sistem serta kebudayan fisik. Tingkat pendapatan penduduk di wilayah penelitian dimana 50% penduduk memiliki pendapatan per bulan dibawah rata-rata income perkapita Kota Serang, menunjukkan setengah dari penduduk di wilayah penelitian hidup dibawah garis kemiskinan. Penduduk dengan tingkat pendapatan yang rendah mayoritas tinggal di wilayah pedesaan seperti dibagian Utara dan Selatan wilayah penelitian dengan kehidupan yang sederhana. Penghasilan mereka tidak menentu setiap harinya. Pada bagian Utara wilayah penelitian, penduduk dengan tingkat pendapatan yang rendah bertempat tinggal agak jauh dari jalan utama. Mereka biasanya bermata pencaharian sebagai buruh tani, atau buruh serabutan. Sedangkan pada wilayah yang dekat jalan utama Banten Lama, tingkat pendapatan masyarakatnya lebih tinggi. Wilayah mereka sangat strategis dan potensial untuk usaha yaitu di jalan utama menuju kawasan wisata sejarah Banten Lama sehingga kebanyakan dari mereka memiliki pekerjaaan sebagai wiraswastawan seperti berdagang ataupun usaha lainnya. Sedangkan pada bagian Selatan wilayah penelitian, baik dipinggir jalan utama maupun dipedalaman, hampir semua rata-rata pendapatan per bulan penduduknya masuk klasifikasi rendah. Hal ini dikarenakan jalur ini kurang potensial untuk usaha, karena hanya menjadi jalur alternatif wisatawan yang berkunjung ke bagian Selatan Provinsi Banten. Karena itu dibagian Selatan wilayah penelitian, penduduk dengan pekerjaan wiraswasta jauh lebih sedikit. Wilayah ini didominasi Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
62
oleh pekerjaan buruh tani dengan pendapatan yang minim per bulannya. Secara umum tingkat pendapatan penduduk dibagian Utara dan Selatan wilayah penelitian masih tergolong rendah, sehingga terkait dengan sistem sosial, aktivitas penduduknya masih pada taraf pemenuhan kebutuhan hidup primer.
Di bagian tengah wilayah penelitian, tingkat pendapatan penduduknya lebih baik daripada dibagian Utara dan Selatan wilayah penelitian. Hal ini dikarenakan, bagian tengah wilayah penelitian merupakan pusat Kota Serang yang cukup strategis dan prospektif untuk segala kegiatan ekonomi. Dengan tingkat pendapatan yang baik, berimplikasi pada tingkat kesejahteraan. Penduduk dibagian tengah wilayah penelitian rata-rata memiliki tingkat kesesejahteraan yang lebih baik. Secara kebudayan fisik terwujud dari kondisi rumah mereka yang lebih baik, tertata dan lebih layak untuk dihuni. Dari segi pemenuhan kebutuhan hidup mereka juga lebih konsumtif dari penduduk di wilayah pedesaan dengan tingkat pendapatan yang rendah. Kebutuhan sekunder hingga tersier masuk dalam anggaran mereka. Contoh yang terlihat secara fisik adalah diteras mereka terdapat beberapa tanaman hias, atau kursi bersantai dengan ornamen-ornamen, sesuatu yang mungkin jauh dari pikiran atau perhitungan penduduk pedesaan dengan tingkat pendapatan yang rendah. Namun demikian, bukan berarti pada bagian tengah wilayah penelitian penduduknya selalu demikian. Sebagian, walaupun bisa dikatakan sebagian kecil, tingkat pendapatannya rendah. Mereka biasanya berprofesi sebagai buruh industri pada beberapa perusahaan/pabrik di Kota Serang. Kebanyakan dari mereka merupakan penduduk asli dengan tingkat pendidikan yang rendah. Walaupun mereka tinggal di pusat Kota, pola hidup mereka lebih sederhana. Mereka tinggal di kantong-kantong kemiskinan dekat dengan lokasi industri dengan gaya hidup yang mirip dengan masyarakat pedesaan yang gemmeinschaft.
Pola pikir penduduk yang dibentuk oleh tingkat pendapatannya merupakan bagian dari sistem budaya, aktivitas atau tindakan yang mereka ambil sesuai dengan tingkat pendapatannya merupakan bagian dari sistem sosial, sedangkan barangUniversitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
63
barang yang terlihat terkait dengan tingkat pendapatan seperti kondisi dan bentuk rumah merupakan bagian dari kebudayan fisik.
Gambaran mengenai tingkat pendapatan penduduk per bulan di wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at, terlampir pada Peta 10.
5.2.6 Asosisasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at dengan Penggunaan Bahasa Pengantar Ceramah Agama untuk Kaum Pria dalam Wujud Kebudayaan di Wilayah Penelitian
Pengambilan variabel penggunaan bahasa ceramah agama dimaksudkan untuk membandingkan sejauh mana eksistensi bahasa daerah asli Kota Serang digunakan dalam kegiatan keagamaan dalam hal ini agama Islam yang sifatnya tidak wajib atau tidak terikat dengan pemahaman mengenai aturan tata ibadah tertentu. Objek yang diambil di sini dikhususkan untuk kaum pria dikarenakan jika objek yang di ambil adalah pengajian atau ceramah agama dengan objek yang umum secara gender, maka akan terjadi kebiasan, karena penggunaan bahasa untuk kaum pria dan kaum wanita dalam acara pengajian dan ceramah agama bisa saja berbeda.
Dari hasil penelitian, bahasa daerah asli Kota Serang yaitu bahasa Jawa Serang, serta bahasa Sunda yang digunakan oleh sebagian kecil penduduk Kota Serang di bagian Utara dan bagian Selatan masih eksis di gunakan sebagai bahasa pengantar ceramah agama untuk kaum pria. Bahkan penggunaan bahasa Jawa Serang murni adalah yang paling eksis digunakan dalam kegiatan pengajian/ceramah agama untuk kaum pria.
Pada lampiran Tabel 5.6 kita dapat melihat bahwa penggunaan bahasa pengantar ceramah agama untuk kaum pria yang paling eksis adalah bahasa Jawa Serang murni. Persentasenya mencapai 43% atau 26 dari 60 masjid sampel. Wilayahnya tersebar terutama di bagian Utara sebanyak 13 masjid, serta bagian Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
64
Selatan wilayah penelitian sebanyak 11 masjid. Lalu terdapat 2 masjid yang menggunakan bahasa Jawa Serang Murni sebagai bahasa pengantar ceramah masjid non khutbah untuk kaum pria di bagian tengah wilayah penelitian. Kemudian di posisi kedua adalah penggunaan bahasa Jawa Serang di campur bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar ceramah agama untuk kaum pria. Persentasenya mencapai 27% atau 16 dari 60 lingkungan masjid sampel di wilayah penelitian. Lingkungan masjid tersebut tersebar di bagian Utara wilayah penelitian sebanyak 3 lingkungan masjid, di bagian tengah wilayah penelitian sebanyak 7 lingkungan masjid, serta di bagian Selatan wilayah penelitian sebanyak 6 lingkungan masjid
Pada wilayah
dengan karakter seperti ini biasanya telah terjadi akulturasi bahasa yang bisa disebabkan beberapa faktor seperti penduduk pendatang yang mulai mempengaruhi penggunaan bahasa yang biasa diucapkan penduduk asli. Usia dari ustadz yang menyampaikan ceramah seringkali kali juga menjadi faktor yang mempengaruhi karena semakin tua biasanya tidak terpengaruh dengan penggunaan bahasa lain selain bahasa asli masyarakat setempat. Faktor lain adalah karena objek dari kegiatan ceramah tersebut paham dan mengerti dari bahasa yang digunakan oleh ustadz/sang penceramah. Kemudian di posisi ketiga adalah penggunaan bahasa pengantar ceramah masjid non khutbah untuk kaum pria murni bahasa Indonesia. Jumlah mencapai 25% atau 15 dari 60 masjid sampel. Masjid-masjid ini semuanya berada di bagian tengah wilayah penelitian. Sangat wajar karena di daerah ini sudah banyak di dominasi kaum pendatang terutama pada daerah perumahan yang baru muncul sekitar 1 hingga 2 dasawarsa ini. Berikutnya di posisi keempat adalah penggunaan bahasa Sunda murni yang mencapai 3% atau 2 dari 60 masjid. Pada 1 masjid terletak di bagian Utara wilayah penelitian yang penduduknya merupakan transmigran dari Garut, namun sudah cukup lama menetap hingga 7 dasawarsa. Kemudian 1 masjid lagi terletak di bagian Selatan wilayah penelitian yang sudah terbawa dialek Sunda Banten. Di posisi kelima adalah penggunaan bahasa Indonesia di campur Bugis yang terletak di bagian Utara wilayah penelitian serta bahasa Sunda dicampur bahasa Indonesia yang terletak di bagian Selatan wilayah penelitian.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
65
Jika dikaitkan dengan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di wilayah penelitian, maka untuk penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at didominasi oleh penggunaan bahasa pengantar ceramah non khutbah untuk kamu pria Jawa Serang murni. Totalnya yaitu 26 dari 35 masjid sampel yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Wilayahnya tersebar terutama di bagian Utara wilayah penelitian sebanyak 13 masjid, kemudian di bagian Selatan wilayah penelitian sebanyak 11 masjid, dan di bagian tengah wilayah penelitian sebanyak 2 masjid. Kemudian penggunaan bahasa Jawa Serang di campur bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar ceramah masjid non khutbah untuk kaum pria di wilayah penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at totalnya mencapai 6 dari 35 masjid sampel. Keenam masjid tersebut, yaitu 3 masjid di bagian Selatan wilayah penelitian, 2 masjid di bagian tengah wilayah penelitian, serta 1 masjid di bagian Utara wilayah penelitian. Kemudian pada masjid dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, terdapat 1 masjid dengan penggunaan bahasa Sunda dicampur bahasa Indonesia serta 1 masjid dengan penggunaan bahasa Sunda Murni sebagai bahasa pengantar ceramah masjid non khutbah untuk kaum pria. Kedua masjid tersebut berada paling Selatan dari wilayah penelitian. Kemudian pada wilayah dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasas khutbah Jum’at terdapat pula 1 masjid dengan penggunaan 3 campuran bahasa sekaligus yaitu bahasa Jawa Serang, bahasa Sunda, dan bahasa Indonesia. Masjid tersebut berada di bagian wilayah penelitian (masjid sampel 58). Wilayah ini memang bisa dibilang sebagai perbatasan wilayah dua budaya sekaligus yaitu budaya Jawa Serang (dari wilayah ini ke Utara) dan budaya Sunda (dari wilayah ini ke Selatan). Pengaruh bahasa Indonesia lahir dari pendatang yang bermukim di wilayah ini karena letaknya strategis di sisi jalan raya Serang-Pandeglang, dekat dengan Pasar Baros, salah satu Pasar tradisional di wilayah Selatan Serang yang sudah masuk wilayah administrasi Kabupaten Serang.
Selanjutnya untuk wilayah dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, didominasi oleh penggunaan bahasa murni Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
66
Indonesia sebagai bahasa pengantar ceramah agama untuk kaum pria. Jumlahnya mencapai 13 dari 23 masjid sampel yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Masjid-masjid tersebut semuanya tersebar di bagian tengah wilayah penelitian. Kemudian di posisi kedua adalah penggunaan bahasa Jawa Serang dicampur bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar ceramah agama untuk kaum pria. Jumlahnya sebesar 10 masjid dari 23 masjid dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. masjidmasjid tersebut tersebar sebanyak 5 masjid di bagian tengah wilayah penelitian, 3 masjid di bagian Selatan wilayah penelitian, serta 2 masjid di bagian Utara wilayah penelitian.
Berikutnya untuk masjid di bagian Utara wilayah penelitian dengan penggunaan bahasa Bugis dicampur bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, pada kegiatan ceramah agama untuk kaum pria juga menggunakan bahasa yang sama yaitu bahasa Bugis dicampur bahasa Indonesia. Dan yang terakhir, untuk 1 masjid di bagian Utara wilayah penelitian dengan penggunaan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, pada kegiatan ceramah agama untuk kaum pria menggunakan bahasa Sunda dicampur bahasa Indonesia.
Tabel 5.6 Penggunaan Bahasa Pengantar Ceramah Agama untuk Kaum Pria di Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at
Ceramah
Bahasa Khutbah Arab Indonesia Indonesia dan Bugis Sunda Jumlah
Murni Jawa Serang
Murni Indonesia
Murni Sunda
26 26
13 13
1 1 2
Jawa Serang dan Indonesia 7 10 17
Sunda Indonesia dan dan Indonesia Bugis 1 1
1 1
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Jumlah 35 23 1 1 60
67
Terkait dengan wujud kebudayaan, penggunaan bahasa pengantar ceramah agama untuk kaum pria menunjukkan bahwa nilai-nilai mengenai penyampaian ceramah harus sesuai dengan kondisi objek dakwah dalam hal ini penggunaan bahasa yang dimengerti adalah bagian dari sistem budaya. Sedangkan, tindakan penyampaian ceramah agama itu sendiri merupakan bagian dari sistem sosial.
Gambaran mengenai wilayah penggunaan bahasa pengantar ceramah agama untuk kaum pria di wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at penelitian terlampir pada peta 11.
5.3 Faktor Internal Masjid
5.3.1 Asosiasi Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at dengan Variasi Usia Khothib dalam Wujud Kebudayaan di Wilayah Penelitian
Berdasarkan Tabel 5.9 di bawah mengenai variasi usia khothib di wilayah penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas usia khothib masuk klasifikasi sedang atau sebesar 77% (46 dari 60 khothib) keseluruhan masjid sampel. Klasifikasi sedang sendiri adalah usia khothib pada kisaran 40 tahun hingga batas usia dibawah angka harapan hidup penduduk Kota Serang (63 tahun). Sedangkan diurutan kedua yaitu klasifikasi usia muda dengan persentase 15% atau 9 dari 60 khothib pada masjid sampel. Klasifikasi ini merujuk pada usia khothib < 40 tahun. Pada urutan terakhir yaitu klasifikasi khothib usia tua, yaitu khothib dengan usia diatas angka harapan hidup penduduk Kota Serang (63 tahun). Pada klasifikasi ini hanya terdapat 8% atau 5 dari 60 khotib yang berusia diatas 63 tahun.
Jika dikaitkan dengan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at, maka pada wilayah dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at juga didominasi khothib dengan klasifikasi usia sedang yaitu 29 khotib dari 35 masjid yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
68
Masjid-masjid ini tersebar terutama pada bagian Utara dan Selatan wilayah penelitian. Sedangkan khothib dengan klasifikasi usia muda hanya terdapat di 4 masjid dari 35 masjid yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Keempat masjid ini berada dibagian Utara dan Selatan wilayah penelitian, yaitu 2 masjid di bagian Utara wilayah penelitian, serta 2 masjid di bagian Selatan wilayah penelitian.Klasifikasi usia tua pada Masjid dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at paling sedikit jumlahnya, yaitu hanya 2 khothib dari 35 khothib di masjid-masjid yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbahnya. Kedua masjid tersebut berada dibagian Utara wilayah penelitian.
Pada wilayah dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, mayoritas usia khothib juga masuk klasifikasi sedang yaitu 16 khothib dari 23 masjid. Masjid-masjid ini tersebar terutama pada bagian tengah wilayah penelitian. Sedangkan khothib dengan klasifikasi usia muda pada wilayah dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah hanya terdapat di 5 masjid dari 23 masjid. Pada wilayah dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, hanya terdapat 2 khothib dari 23 masjid dengan klasifikasi usia tua yaitu 1 Masjid pada bagian Utara wilayah penelitian serta 1 masjid pada bagian Selatan wilayah penelitian.
Pada 1 masjid di bagian Utara wilayah penelitian yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, usia khothibnya masuk klasifikasi usia tua. Sedangkan pada 1 masjid di bagian Utara wilayah penelitian yang menggunakan bahasa Bugis dicampur bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, usia khotihbnya masuk klasfikasi usia muda.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
69
Tabel 5.9 Klasifikasi Usia Khothib Pada Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Usia Penggunaan Bahasa Arab Indonesia Indonesia dan Bugis Sunda Jumlah
Muda
Sedang
Tua
Jumlah
4 5 9
29 16 1 46
2 2 1 5
35 23 1 1 60
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Terkait dengan wujud kebudayaan, tingkat pendapatan penduduk pada wilayah penggunaan bahasa khutbah Jum’at menunjukkan adanya sistem sosial atau wujud kebudayaan berupa tindakan dan aktivitas manusia. Pola keruangan variasi usia khothib memang tidak terlihat dengan jelas. Namun hal ini justru menunjukkan bahwa variasi usia khothib sama sekali tidak menentukan motif dari pemilihan khothib apalagi terkait dengan penggunaan bahasa. Masyarakat atau dalam hal ini diwakili Dewan Kemakmuran Masjid tentu akan memilih khothib Jum’at bukan berdasarkan usianya melainkan berdasarkan kemampuannya dalam berkhutbah. Tak ada perbedaan antara khothib usia tua, sedang, maupun muda. Sang khothib akan memberikan khutbah dalam bahasa yang lazim digunakan dalam masjid tersebut. Pengeculian terjadi pada masjid-masjid yang membebaskan khothibnya untuk berkhutbah dengan bahasa apapun asal masih sesuai dengan aturan ibadah sholat Jum’at dan dimengerti oleh jamaah sholat Jum’atnya. Namun demikian, tidak ada kaitannya pula antara usia khothib dengan pemilihan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at. Sang khotib akan menggunakan bahasa untuk digunakannya dalam khutbah berdasarkan nilai yang dia anut. Yang terjadi di wilayah penelitian penulis, nilai-nilai mengenai penggunaan bahasa Arab maupun bahasa non Arab sama-sama kuat dan lestari. Penurunan pemahaman nilai-nilai tersebut kepada generasi muda dalam hal ini khothib yang masih berusia muda, masih berlangsung dengan baik dikedua nilai tersebut. Tak heran jika khothib yang masih berusia muda, atau yang
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
70
berusia sedang dalam data penelitian penulis, perbandingan antara yang menggunakan bahasa Arab dan non Arabnya tidak jauh berbeda. Yang membedakan antara khothib berusia muda, khothib berusia sedang, maupun khothib berusia muda hanyalah pada gaya penyampaian. Khothib berusia tua biasanya sering kecetus secara tidak sengaja bahasa daerah yang biasa ia gunakan dalam kehidupan sehari-hari ketika ia menyampaikan khutbah Jum’at. Hal ini dikarenakan khothib berusia tua jarang menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari khothib berusia tua mobilitasnya sangat terbatas. Interaksinya hanya di wilayah tempat tinggalnya saja. Kebanyakan dari mereka adalah pensiunan atau laki-laki yang sudah tidak bekerja lagi karena faktor usia. Dalam pelafalan katakata juga khothib berusia tua biasanya tidak sejelas khothib usia muda atau sedang. Terkadang suaranya tidak lagi terdengar dengan jelas karena faktor usia. Berbeda dengan khothib yang berusia tua, khothib yang berusia sedang atau muda lebih stabil dalam penggunaan bahasa. Mereka juga biasanya lebih jelas dalam melafalkan khutbah Jum’atnya baik dengan membaca teks maupun impromptu. Dalam keseharaiannya khothib yang berusia muda juga mobilitasnya lebih tinggi, sehingga lebih sering berinteraksi dengan banyak orang. Khothib berusia muda hingga sedang biasanya juga memiliki background pendidikan formal yang baik. Diantara mereka ada yang merupakan lulusan dari Universitas Islam seperti IAIN, dengan gelar Sarjana Agama (S.Ag) atau Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI). Sedangkan khothib dengan usia tua biasanya dahulu mendapatkan pendidikan agama secara non formal di pesantren-pesantren tradisional, atau pengajian di langgar-langgar.
Gambaran mengenai variasi usia khothib di wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at dapat dilihat pada lampiran Peta 12.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
71
5.3.2 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at dengan Jumlah Jamaah Sholat Jum’at dalam Wujud Kebudayaan di Wilayah Penelitian
Jumlah jamaah sholat Jum’at di wilayah penelitian didominasi oleh masjid dengan jumlah jamaah 200-500 orang. Persentasenya sebesar 70% atau 42 dari 60 Masjid sampel. Kemudian di urutan kedua adalah masjid dengan jumlah jamaah sholat Jum’at <200 orang dengan persentase 23% atau 14 dari 60 masjid sampel. Berikutnya diurutkan ketiga adalah masjid dengan jumlah jamaah 500-1000 orang dan >1000 orang. Keduanya mempunyai persentase yang sama yaitu 3% atau 2 dari 60 masjid sampel (Lihat Tabel 5.10).
Jika dikaitkan dengan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at, hal yang menarik adalah klasifikasi jumlah jamaah <200 orang hanya ditemukan pada Masjid dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Masjidmasjid tersebut berada dibagian Utara dan Selatan wilayah penelitian, yaitu 5 masjid dibagian Utara serta 9 Masjid di bagian Selatan wilayah penelitian. Masjid-masjid ini biasanya berada pada lingkungan dengan jumlah penduduk yang sedikit. Namun jumlah jamaah sholat Jum’at pada masjid-masjid yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at tetap didominasi oleh klasifikasi 200-500 orang yaitu 20 dari 35 masjid. Masjid-masjid ini juga tersebar dibagian Utara dan bagian Selatan wilayah penelitian kecuali 2 masjid dibagian tengah penelitian yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Pada masjid sampel dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, hanya ditemukan 1 masjid dengan jumlah jamaah sholat Jum’at 500-1000 orang. Masjid ini terletak di bagian Utara wilayah penelitian, yaitu Masjid Al Mukarromah (masjid sampel 4) yang terletak di pasar pelelangan ikan. Kemudian di wilayah penelitian, sama sekali tidak ditemukan masjid yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at dengan jumlah jamaah sholat Jum’at >1000 orang. Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
72
Pada wilayah dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, sama sekali tidak ditemukan masjid dengan jumlah jamaah <200 orang. Hal ini dikarenakan, masjid-masjid dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah biasanya berada di lingkungan yang padat penduduk di pusat kota atau masjid-masjid yang sering disinggahi non penduduk sekitar. Sama seperti masjid-masjid yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at,
masjid–masjid yang menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at juga didominasi oleh klasifikasi jumlah jamaah 200-500 orang, yaitu 20 masjid dari 23 masjid. Sedangkan 2 masjid lainnya, yaitu Masjid Agung Banten (masjid sampel 1) di bagian Utara wilayah penelitian, serta Masjid Agung Serang (masjid sampel 28) di bagian tengah wilayah penelitian memiliki jumlah jamaah sholat Jum’at >1000 orang. Hal ini sangat wajar karena kedua masjid ini merupakan icon Provinsi Banten dan Kota Serang. Masjid Agung Banten ramai dikunjungi termasuk pada hari Jum’at, karena sejarahnya sebagai bekas pusat pemerintahan Kerajaan Banten disamping karena di sekitarnya terdapat komplek makam raja-raja Kerajaan Banten yang menarik sebagian masyarakat Indonesia untuk berziarah. Sedangkan Masjid Agung Serang, ramai dikunjungi karena selain masjidnya megah dan besar serta menjadi icon Kota Serang, Masjid ini lokasinya juga sangat strategis, yaitu berada di kawasan Royal sebagai kawasan perkantoran dan niaga Kota Serang serta dekat pula dengan alun-alun Kota Serang, yaitu berada sekita 1 km arah Timur Laut alun-alun Kota Serang. Sedangkan 1 masjid dengan klasifikasi jumlah jamaah sholat Jum’at 500-1000 orang yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at terdapat di bagian tengah wilayah penelitan yaitu Masjid Al Istianah (Masjid sampel 26). Masjid ini memiliki jamaah sholat Jum’at yang cukup banyak dikarenakan selain berada dilingkungan wilayah yang padat penduduk juga karena letaknya yang berada dekat dengan Pasar Rawu, sebuah pasar tradisional terbesar di Kota Serang, sehingga memungkinkan pedagang maupun pengunjung pasar untuk menunaikan sholat Jum’at di masjid ini.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
73
Tabel 5.10 Jumlah Jamaah Sholat Jum’at Pada Lokasi Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Jamaah
Penggunaan Bahasa Arab Indonesia Indonesia dan Bugis Sunda Jumlah
<200 orang 14 14
200500 orang 20 20 1 1 42
500-1000 orang
> 1000 orang
Jumlah
1 1 2
2 2
35 23 1 1 60
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Terkait dengan wujud kebudayaan, jumlah rata-rata jamaah sholat Jum’at pada wilayah penggunaan bahasa khutbah Jum’at menunjukkan adanya sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik. Mayoritas masjid di wilayah penelitian memiliki jumlah jamaah sholat Jum’at antara 200-500 orang. Artinya jumlah penduduk lakilaki pada wilayah masjid jumlahnya tidak jauh dari angka tersebut. Lingkungan masjid seperti ini tersebar terutama dibagian tengah wilayah penelitian, serta beberapa lingkungan masjid dibagian Utara wilayah penelitian. Sedangkan masjid dengan jumlah jamaah <200 orang merupakan masjid-masjid lokal pada kampungkampung kecil yang sifatnya mengelompok. Masjid dengan jumlah jamaah < 200 orang banyak tersebar dibagian Selatan wilayah penelitian dengan kondisi permukiman yang mengelompok. Biasanya ukuran masjidnya juga tidak terlalu besar dan lebih cocok disebut sebagai langgar. Namun karena digunakan untuk sholat Jum’at dengan jamaah mencapai 100 orang, maka tetap dikategorikan sebagai masjid. Masjid dengan jumlah jamaah 500-1000 orang adalah masjid besar yang biasanya terletak dekat dengan pusat keramaian seperti pasar maupun lokasi pabrik industri sehingga fungsi masjid menjadi sangat vital untuk menampung jamaah sholat jum’at
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
74
yang bukan dari warga sekitar. Sedangkan masjid dengan jumlah jamaah > 1000 orang merupakan Masjid Agung yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai icon daerah. Keduanya yaitu Masjid Agung Serang yang berada dekat dengan alun-alun Kota Serang, serta Masjid Agung Banten yang berada di kawasan Banten Lama, yang merupakan bekas Pusat Kerajaan Banten. Masjid tersebut menampung jamaah dari segala penjuru daerah yang datang ke Kota Serang. Mengenai Masjid Agung Banten, walaupun dari segi ukuran Masjid tidak terlalu luas, namun jamaahnya selalu membludak karena datang dari berbagai penjuru wilayah dengan tujuan utamanya berziarah. Tak heran, jika di Masjid ini, pada pelaksanaan sholat Jum’at, kita bisa menemukan fenomena budaya seperti orang yang memilih sholat di atas makam, padahal masih ada ruang di masjid yang masih kosong. Hal ini menjadi keunikan tersendiri yang menggambarkan betapa sebagian masyarakat Indonesia khususnya penduduk asli Pulau Jawa sangat mengagungkan tokoh yang diangggapnya berjasa dalam perkembangan agama Islam, dalam hal ini terkadang kita menemukan tindakan/aktivitas yang diluar kebiasaan seperti sholat diatas makam tersebut yang sebagian orang mengistilahkannya sebagai pengkultusan.
Fenomena menarik lainnya yang ditemukan mengenai jumlah jamaah sholat jum’at pada masjid di wilayah penelitian adalah jumlah jamaah yang tidak sesuai dengan kapasitas masjid. Seringkali didapati jumlah jamaah sholat Jum’at hanya memenuhi setengah dari jumlah shaf masjid. Hal ini menunjukkan bahwa pada masjid dengan kondisi seperti ini, tujuan utama didirikannya masjid adalah untuk menampung seluruh umat muslim di wilayah masjid tersebut baik laki-laki maupun perempuan. Masyarakat memandang, bahwa masjid bukanlah sekedar tempat menunaikan sholat. Lebih dari itu, masjid digunakan sebagai pusat kegiatan keislaman seperti pengajian, i’tikaf, Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) seperti Maulid Nabi, Tahun Baru Hijriyah, atau sholat ‘Ied.
Tradisi unik yang ditemukan pada wilayah penelitian khususnya tradisi penduduk asli adalah, meriahnya perayaan malam ke 15 Ramadhan atau yang biasa Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
75
disebut qunutan. Prosesi ini menandai beralihnya witir pada sholat tarawih yang tidak menggunakan qunut pada 15 hari pertama Ramadhan kepada witir pada sholat tarawih yang menggunakan qunut pada 15 hari kedua Ramadhan. Dalam prosesi ini penduduk dari seantero kampung baik laki-laki maupun perempuan berbondongbondong memenuhi masjid dengan membawa makanan tradisional seperti ketupat ketan (leupeut) dan makanan lainnya. Mereka berdoa bersama-sama di masjid agar Allah selalu memberikan keberkahan bagi hidup mereka. Pemandangan seperti ini jarang ditemukan pada masjid di wilayah penduduk pendatang. Tradisi di masjid seperti ini menguatkan bahwa fungsi masjid dibangun awalnya memang untuk menampung seluruh umat muslim baik laki-laki maupun perempuan di wilayah tersebut. Kecuali masjid agung yang memang dibangun dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai icon daerah dan dapat menampung jamaah bukan hanya dari wilayah sekitar masjid agung tersebut saja..Jadi bukan hanya terkait dengan menampung jamaah sholat jum’at saja. Gagasan orang untuk membangun masjid sesuai dengan kapasitas yang direncanakan merupakan bagian dari sistem budaya, sedangkan membangun masjidnya sendiri merupakan bagian dari sistem sosial. Kemudian, bangunan masjid itu sendiri merupakan bagian dari kebudayaan fisik. Gambaran mengenai jumlah jamaah sholat Jum’at di wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at dapat dilihat pada lampiran Peta 13.
5.3.3 Asosiasi Antara Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at dan Durasi Khutbah pertama Sholat Jum’at dalam Wujud Kebudayaan di Wilayah Penelitian
Durasi khutbah pertama sangat berkaitan erat dengan bahasa pengantar khutbah Jum’at. Hal ini dikarenakan, bahasa Arab adalah bagian dari rukun khutbah sehingga masjid-masjid yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah cenderung lebih singkat pelaksanaan khutbahnya, karena tidak perlu lagi menerjemahkan isi khutbah yang awalnya berbahasa Arab. Sedangkan khutbah kedua
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
76
tidak perlu diperbandingkan, karena pada setiap kegiatan sholat Jum’at dimanapun, khutbah kedua selalu diisi dengan pembacaan doa-doa yang sebagian besar dilakukan dengan bahasa Arab.
Merujuk pada lampiran Tabel 5.11, mayoritas atau 28 dari 35 masjid yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, menyelesaikan khutbah pertamanya dalam klasifikasi waktu ≤ 12 menit. Masjid-masjid tersebut tersebar terutama di bagian Utara wilayah penelitian sebanyak 14 masjid dan di bagian Selatan wilayah penelitian juga sebanyak 14 masjid. Sedangkan 7 masjid yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at dengan klasifikasi durasi khutbahnya 12-22 menit, rinciannya 1 masjid berada di bagian Utara wilayah penelitian, 2 masjid berada di bagian tengah wilayah penelitian serta 4 masjid di bagian Selatan wilayah penelitian.
Berikutnya untuk masjid-masjid yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at, mayoritas atau 17 dari 23 masjid menyelasaikan khutbah pertama sholat Jum’at dalam klasifikasi waktu 12-22 menit. Masjid-masjid tersebut tersebar terutama di bagian tengah wilayah penelitian sebanyak 13 masjid, kemudian 2 masjid masing-masing berada di bagian Utara dan Selatan wilayah penelitian. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, hal ini di karenakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at merupakan penerjemahan dari khutbah yang menggunakan bahasa Arab yang merupakan bagian dari rukun khutbah Jum’at. Khutbah Jum’at dengan menggunakan bahasa Indonesia biasanya merupakan penjabaran yang lebih luas disertai contoh-contoh yang detail dari khutbah yang disampaikan dengan bahasa Arab. Maka, wajar jika waktu khutbah lebih lama dari masjid yang hanya menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at.
Kemudian untuk 1 masjid dibagian Utara wilayah penelitian yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at serta 1 masjid Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
77
yang juga di bagian Utara wilayah penelitian dengan penggunaan bahasa Bugis di campur Indonesia, keduanya menyelesaikan khutbah Jum’at dalam klasifikasi waktu ≤ 12 menit. Di wilayah penelitian juga terdapat masjid yang menyelesaikan khutbah pertama Jum’atnya > 22 menit. Jumlahnya yaitu, 4 dari 60 masjid sampel. Keempat masjid tersebut berada dibagian tengah wilayah penelitian.
Tabel 5.11 Durasi Khutbah Pertama Sholat Jum’at Pada Lokasi Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at Durasi
P.Bahasa Arab Indonesia Indonesia dan Bugis Sunda Jumlah
≤12 menit 28 4 1 1 34
12-22 menit 5 17 22
>22 menit 4 4
Jumlah 35 23 1 1 60
(Sumber : Survey Lapang April, Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Terkait dengan wujud kebudayaan, durasi waktu khutbah pertama Jum’at sholat Jum’at pada wilayah penggunaan bahasa khutbah Jum’at menunjukkan adanya sistem sosial atau wujud kebudayaan berupa tindakan dan aktivitas manusia serta adanya pula sistem budaya. Khothib yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at menyelesaikan khutbah pertamanya dalam waktu ≤12 menit. Khutbah menggunakan bahasa Arab lebih cepat selesai karena biasanya hanya berisi doa-doa atau nasihat singkat tanpa diterjemahkan ke bahasa lain. Sedangkan khothib dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at biasanya menyelesaikan khutbah pertamanya dalam waktu >12 menit. Khutbah dengan penggunaan bahasa Indonesia berisi uraian-uraian pengembangan dari khutbah yang berbahasa Arab. Terkadang sebagian masyarakat sedikit apatis kepada khutbah berbahasa Indonesia. Karena terkadang sang khothib memasukkan nilai-nilai politis atau sesuatu yang sifatnya subjektif. Padahal yang masyarakat
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
78
inginkan adalah khutbah yang berisi nasihat-nasihat dengan bahasa yang ringan dan konten yang akrab dengan kehidupan sehari-hari tanpa menggurui ataupun pemahaman-pemahaman pragmatis keduniawian. Perbedaan karakteristik konten khutbah Jum’at ketika disampaikan menggunakan bahasa Arab, menggunakan bahasa Indonesia, atau bahasa lainnya masuk dalam sistem budaya, karena terkait dengan idealisme sang khothib untuk memilih tema apa yang cocok atau pantas disampaikan dalam khutbah Jum’at. Namun, tindakan penyampaian khutbah itu sendiri masuk dalam ranah sistem sosial. Gambaran mengenai durasi waktu khutbah pertama sholat Jum’at di wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at dapat dilihat pada lampiran Peta 14.
5.4 Pola Keruangan Wilayah Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at di Kota Serang
Berdasarkan pembahasan mengenai asosiasi antara wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di Kota Serang dengan tiap-tiap variabel penelitian dalam wujud kebudayaan, maka didapatlah karakteristik wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at. Wilayah dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at adalah wilayahnya masih didominasi penduduk asli, mayoritas memiliki kerapatan jalan yang sedang dan rendah, mayoritas pendidikan formal terakhir penduduknya di semua wilayah adalah SD/SMP mayoritas pekerjaan penduduknya adalah buruh tani, memiliki tingkat pendapatan penduduk yang rendah hingga sedang, bahasa daerah masih eksis digunakan sebagai bahasa pengantar ceramah khususnya untuk kaum pria, beberapa masjidnya memiliki jumlah jamaah sholat Jum’at <200 orang, walaupun mayoritas jumlah jamaahnya adalah 200-500 orang, lama durasi khutbah pertama sholat Jum’atnya mayoritas <12 menit, Sedangkan wilayah dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at mayoritas kerapatan jalannya tinggi, sebagian wilayahnya di dominasi oleh penduduk pendatang, mayoritas pendidikan formal terakhir
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
79
penduduknya disebagian wilayah adalah SD/SMP dan sebagian wilayah lagi SMA, mayoritas pekerjaan penduduknya buruh/karyawan/wiraswasta, memiliki tingkat pendapatan penduduk yang sedang hingga tinggi, bahasa daerah kurang eksis digunakan sebagai bahasa pengantar ceramah khususnya untuk kaum pria, beberapa masjidnya memiliki jumlah jamaah sholat Jum’at >500 orang bahkan >1000 orang, walaupun mayoritas jumlah jamaahnya adalah 200-500 orang, lama durasi khutbah pertama sholat Jum’atnya mayoritas > 12 menit, Variabel berupa variasi usia khothib tidak berkaitan dengan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di wilayah penelitian, karena tidak terlihat perbedaan yang jelas asosiasi antara kedua variabel tersebut dengan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di wilayah penelitian namun demikian variabel ini masih bisa dijelaskan secara wujud kebudayaan.
Sebagai bahasa yang dominan digunakan sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at di Kota Serang, bahasa Arab sendiri eksis terutama di bagian Utara dan bagian Selatan wilayah penelitian yaitu sebanyak 14 masjid di bagian Utara wilayah penelitian serta 19 masjid di bagian Selatan wilayah penelitian. Kemudian di tambah 2 masjid Sampel dibagian tengah wilayah penelitian yaitu Masjid Al Kautsar (masjid Sampel 25) dan Masjid Asy Syafi’iyah (masjid sampel 38). Sedangkan bahasa Indonesia eksis terutama bagian tengah wilayah penelitian yaitu sebanyak 11 masjid sampel, ditambah pada wilayah Utara dengan karakteristik tertentu seperti pada Masjid Agung Banten (masjid sampel 1) yang ramai dikunjungi orang dari berbagai wilayah, serta Masjid Al Ittihad (masjid sampel 10) yang letaknya persis dipinggir jalan utama Banten Lama-Pal Enam dengan mayoritas penduduknya bukan suku asli (Jawa Serang), serta pada wilayah Selatan pada 3 masjid (masjid sampel 41, 44, dan 45) yang terletak di pinggir jalan utama Banten Lama-Pal Enam sampai ruas Pal Lima. Bahasa Sunda eksis pada 1 masjid sampel di bagian Utara wilayah penelitian yaitu di Masjid Baiturrohman (masjid Sampel 9) dimana masyarakatnya merupakan keturunan suku Sunda dari Garut yang transmigrasi ke wilayah ini hampir satu abad silam. Sedangkan bahasa Bugis masih eksis digunakan (walaupun dicampur bahasa Indonesia), pada 1 masjid sampel di bagian Utara wilayah penelitian yaitu Masjid Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
80
Baiturrahman (masjid Sampel 2), dimana masyarakatnya sebagian besar merupakan suku bugis dari Sulawesi Selatan yang sudah menetap beratus-ratus tahun di pesisir Utara Kota Serang.
Berdasarkan karakteristik wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at dalam wujud kebudayaan masyarakatnya serta sebaran wilayahnya, maka terbentuklah pola keruangan wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di Kota Serang. Pola keruangan wilayah pengantar khutbah Jum’at di Kota Serang terbagi atas tiga bagian wilayah yaitu, bagian Utara wilayah penelitian, bagian tengah wilayah penelitian, serta bagian Selatan wilayah penelitian. Bagian Utara dan Selatan merupakan dominasi penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Yang membedakan kedua wilayah tersebut adalah pada bagian Utara terdapat keunikan berupa penggunaan bahasa Bugis dicampur bahasa Indonesia serta penggunaan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at dengan wujud kebudayaannya yang juga unik. sedangkan dibagian Selatan wilayah penelitian tidak terdapat keunikan yang demikian. Kemudian pada bagian tengah wilayah penelitian, merupakan dominasi penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Pola keruangan wilayah penggunaan bahasa penganatar khutbah Jum’at menunjukkan eksistensi budaya pada tiap bagian wilayah dengan bahasa sebagai representasinya. Masing-masing bagian wilayah tersebut memiliki karakteristik yang mengkarakter.
Gambaran mengenai pola keruangan wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di Kota Serang terlampir pada peta 15.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
81
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
BAB 6 KESIMPULAN Wilayah penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di Kota Serang memiliki karakteristik yang bertolak belakang antara penggunaan bahasa Arab dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Perbedaan wujud kebudayaan dari penduduk asli dan penduduk pendatang yang mendasari hal tersebut. Sedangkan beberapa variabel ikut menguatkan hal tersebut. Wilayah dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at adalah wilayahnya yang masih didominasi penduduk asli, mayoritas memiliki kerapatan jalan yang sedang dan rendah, mayoritas pendidikan formal terakhir penduduknya di semua wilayah adalah SD/SMP mayoritas pekerjaan penduduknya adalah buruh tani, memiliki tingkat pendapatan penduduk yang rendah hingga sedang, bahasa daerah masih eksis digunakan sebagai bahasa pengantar ceramah khususnya untuk kaum pria, beberapa masjidnya memiliki jumlah jamaah sholat Jum’at <200 orang, walaupun mayoritas jumlah jamaahnya adalah 200-500 orang, lama durasi khutbah pertama sholat Jum’atnya mayoritas <12 menit. Sedangkan wilayah dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at mayoritas kerapatan jalannya tinggi, sebagian wilayahnya didominasi oleh penduduk pendatang, mayoritas pendidikan formal terakhir penduduknya disebagian wilayah adalah SD/SMP dan sebagian wilayah lagi SMA, mayoritas pekerjaan penduduknya buruh/karyawan/wiraswasta, memiliki tingkat pendapatan penduduk yang sedang hingga tinggi, bahasa daerah kurang eksis digunakan sebagai bahasa pengantar ceramah khususnya untuk kaum pria, beberapa masjidnya memiliki jumlah jamaah sholat Jum’at >500 orang bahkan >1000 orang, walaupun mayoritas jumlah jamaahnya adalah 200-500 orang, lama durasi khutbah pertama sholat Jum’atnya mayoritas 12-22 menit bahkan beberapa ada yang > 22 menit, Variabel berupa variasi usia khothib tidak berkaitan dengan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di wilayah penelitian, karena tidak terlihat perbedaan yang jelas asosiasi antara kedua variabel tersebut dengan penggunaan bahasa pengantar khutbah Jum’at di wilayah
81
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
82
penelitian namun demikian variabel ini masih bisa dijelaskan secara wujud kebudayaan. Kemudian karakteristik wilayah penggunaan gabungan bahasa Bugis dan bahasa Indonesia serta penggunaan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at memiliki kemiripan dengan wilayah penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at.
Pola keruangan wilayah pengantar khutbah Jum’at terbagi atas tiga wilayah yaitu wilayah Utara, wilayah tengah dan wilayah Selatan. Wilayah Utara dan Selatan merupakan dominasi penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Yang membedakan keduanya adalah, pada wilayah Utara terdapat keunikan dengan dipetuturkannya bahasa Sunda serta gabungan bahasa Indonesia dan Bugis dalam kegiatan khutbah Jum’at. Sedangkan, wilayah tengah merupakan dominasi penggunaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at. Pola
keruangan ini juga diikuti dengan wujud kebudayaan yang berbeda ditiap bagian wilayahnya.
Bahasa Jawa Serang sebagai bahasa yang dominan digunakan di Kota Serang tidak eksis digunakan sebagai bahasa pengantar khutbah Jum’at.
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Wakit dan Handayani, Sri Lestari. (2006). Kajian Geografi Dialek Bahasa Jawa di Kabupaten Blora. Surakarta : Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret.
Agustina, Linda. (2010). Perubahan Penyebutan Kekerabatan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Depok : Skripsi Departemen Geografi FMIPA UI
Al Hajir, Miftah dkk. (1990). Konsep Diri Etnis Dayak yang Beragama Islam. Surakarta : Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Ayatrohaedi. (1985). Bahasa Sunda di Daerah Cirebon. Jakarta: Balai Pustaka
Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno. (1991). Metode Analisa Geografi. Jakarta : LP3ES
Daldjoeni. (1982). Pengantar Geografi untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. Bandung : Alumni
Ekadjati, Edi S. (1975). Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta : Pustaka Jaya
Gani, Darwis S. (2007). Kebudayaan, Pendidikan, Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Indonesia. Bogor : Jurnal Penyuluhan Institut Pertanian Bogor
Jaya, Wangsa. (1997). Batas suku bangsa Jawa dan Sunda di Kabupaten Cilacap. Depok : Skripsi Departemen Geografi FMIPA UI
83
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta :Rineka Cipta
Lauder, Multamia R.M.T. 1990. Pemetaan dan Distribusi Bahasa-Bahasa di Tangerang. Depok : Disertasi Fakultas IlmuPengetahuan Budaya UI
Muhatta, Zarmahenia. 2006. Pemakaian Tutur Sapaan Orang Kedua Tunggal Masyarakat Desa Banten Yang Berbahasa Jawa. Depok :Tesis Program Pascasarjana Ilmu Linguistik FIB UI
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara : Sebuah Kajian Filsafat. Yogyakarta : Jurnal Fakultas Filsafat UGM.
Setiawati, Ike.1997. Etnis Sunda dan Jawa di Kabupaten Brebes. Depok : Skripsi Departemen Geografi FMIPA UI
Soekanto, Soerjono. 1985. Max Weber Konsep-Konsep Dasar Dalam Sosiologi. Jakarta : CV Rajawali
Suriamiharja, Agus dkk. 1981. Geografi Dialek Sunda di Kabupaten Serang. Jakarta : Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa Depdikbud.
Tustantiana, Diana. 2010. Peristiwa Tutur Bahasa Jawa Serang dan Sunda Serang di Provinsi Banten. Serang : Jurnal Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten
83
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
84
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta :Rineka Cipta
Lauder, Multamia R.M.T. (1990). Pemetaan dan Distribusi Bahasa-Bahasa di Tangerang. Depok : Disertasi Fakultas IlmuPengetahuan Budaya UI
Muhatta, Zarmahenia. (2006). Pemakaian Tutur Sapaan Orang Kedua Tunggal Masyarakat Desa Banten Yang Berbahasa Jawa. Depok :Tesis Program Pascasarjana Ilmu Linguistik FIB UI
Nazir, Mohammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara : Sebuah Kajian Filsafat. Yogyakarta : Jurnal Fakultas Filsafat UGM.
Setiawati, Ike. (1997). Etnis Sunda dan Jawa di Kabupaten Brebes. Depok : Skripsi Departemen Geografi FMIPA UI
Soekanto, Soerjono. (1985). Max Weber Konsep-Konsep Dasar Dalam Sosiologi. Jakarta : CV Rajawali
Suriamiharja, Agus dkk. (1981). Geografi Dialek Sunda di Kabupaten Serang. Jakarta : Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa Depdikbud.
Tustantiana, Diana. (2010). Peristiwa Tutur Bahasa Jawa Serang dan Sunda Serang di Provinsi Banten. Serang : Jurnal Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten
Universitas Indonesia Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
85 Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Tabel 1 Jumlah Penduduk di Wilayah RW Masjid Sampel Penelitian Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama Masjid
Alamat
RW 012 Ling. Banten Lama, Kasemen RW 06 Ling. Kp.Baru Masjid Baiturrahman Bugis RW 13 Masjid Al Ittifaq Ling.Pamarican Kel.Banten Masjid Al RW 03 Mukarromah Ling.Pelelangan Ikan RW 02 Ling.Padek Masjid Al Ikhlas Kel.Margaluyu Masjid Al RW 08 Ling.Kesatrian Munawwaroh Kel.Banten RW 04 Ling.Kroya Masjid Al Amin Baru Kel.Kasunyatan RW 03 Masjid Al Barokah Ling.Keradenan Kel.Kasunyatan Ling.Margaluyu RW Masjid Baiturrohman 01 Kel.Margaluyu RW 02 Ling.Sukadana Masjid Al Ittihad II, Kasunyatan, Kasemen Ling.Kedungleles RW Masjid Al Muzari 11 Kel.Kasemen Ling.Luncing RW 05 Masjid Baitul Muttaqin Kel.Kasemen RW 03 Ling. Masjid Baitut Taqwa Sukadana I, Kasemen Masjid Agung Ling.Angsana RW 06 Angsana Kel.Kasemen RW 02 Masjid Al Isti'an Ling.Kelanggaran, Unyur, Serang Ling.Warung Jaud Masjid Ar Rohman RW 05 Ling.Sadiah 1 RW 01 Masjid Baitut Taqwa Kel.Warung Jaud Masjid Agung Banten
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Indonesia
1367
Indonesia dan Bugis
1387
Arab
1088
Arab
1324
Arab
1075
Arab
1269
Arab
1248
Arab
1401
Sunda
1047
Indonesia
1703
Arab
480
Arab
1187
Arab
1603
Arab
727
Arab
1085
Arab
1828
Arab
1787
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nomor Sampel 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Masjid
Alamat
RW 08 Ling.Lebak Sili Kel.Unyur RW 04 Ling.Pabuaran Masjid Baitul Mu'min Unyur Kel.Unyur RW 01 Komplek Masjid An Nazdain Kidemang Kel.Unyur Ling.Sukajadi Masjid Al Mustaqim Kav.RW 11 Kel.Kagungan Komp.Bumi Agung Masjid Ashabul Yamin RW 11 Kel.Unyur Ling.Kebaharan Masjid Al Manar Kel.Lopang RW 07 Ling.Kelapa Masjid Nurul Huda Dua Kel Kagungan Ling.Lontar Kidul Masjid Al Kautsar Kel.Lontar Baru RW 03 Ling.Rawu Barat RW Masjid Al Istianah 011 Kel.Cimuncang Komp.Taman Masjid Nurul Jannah Cimuncang Indah RW 15 Kel.Cimuncang RW 013 Ling.Kantin, Masjid Agung Serang Cimuncang, Serang RW 018 Ling.Ciceri Masjid Al Huda Jaya Kel.Sumur Pecung Masjid Raudhotul RW 017 Ling.Cipete Jannah Sumur Pecung, Serang RW 011 Ling.Cipare Masjid Al Huda Kel.Cipare RW 010 Masjid Al Muawanah Ling.Neglasari Kel.Cipare Masjid Raudhotul RW 014 Ling.Kebon Muttaqin Jahe Cipare, Serang RW 016 Masjid Miftahussudur Ling.Beringin Jaya Kel.Serang Masjid Baiturrohman
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Arab
878
Arab
1842
Indonesia
1861
Indonesia
1243
Indonesia
2242
Indonesia
1278
Indonesia
1378
Arab
886
Indonesia
1284
Indonesia
1376
Indonesia
1168
Indonesia
1043
Indonesia
1086
Indonesia
1443
Indonesia
1366
Indonesia
1652
Indonesia
1324
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nomor Sampel
Nama Masjid
35
Bait Al Muttaqin
36
Masjid Miftahul Jannah
37
Masjid As Sajadah
38
Masjid Asy Syafi'iyah
39
Masjid Nurul Islam
40
Masjid Baiturrohman
41
Masjid At Taqwa
42
Masjid Nurul Hikmah
43
Masjid Al Istiqomah
44
Nurul Mu'minin
45
Masjid Nurul Yaqin
46
Masjid Nurul Falah
47
Masjid Baitul Mustaqim
48
Masjid Al Munawaroh
49
Masjid Nurul Huda
Alamat RW 017 Ling Sempu Banten Girang Kel.Cipare RW 015 Ling.Sempu Seroja, Cipare, Serang Perumahan Tumaritis Indah, RW 06 Cipocok Jaya RW 01 Ling.Dalung Kel.Dalung RW 05 Ling.Kaong Kel.Cipocok Jaya RW 01 Ling.Karundang Masjid, Kel.Karundang RW 02 Ling.Karundang, Kel.Karundang RW 02 Ling.Wakaf Tembong Kel.Tembong RW 04 Ling.Kalanganyar Kel.Gelam RW 04 Ling.Ulanica, Kel.Karundang RW 03 Ling.Nancang Masjid, Kel.Karundang RW 03 Ling.Tembong Masjid Kel.Tembong RW 10 Kel.Karundang Ling.Nancang Waringin RW 04 Ling.Kadu Ciung Kel.Cilaku RW 04 Ling.Cilingcing Masjid Kel.Tembong
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Indonesia
1574
Indonesia
1688
Indonesia
1072
Arab
1342
Arab
1086
Indonesia
1348
Indonesia
1452
Arab
1097
Arab
1208
Indonesia
1465
Indonesia
1397
Arab
1094
Arab
1146
Arab
1435
Arab
1132
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nomor Sampel
Nama Masjid
50
Masjid Asy Syaban
51
Masjid Baitul Maghfiroh
52
Masjid Al Mubarok
53
Masjid Baiturrohman
54
Masjid Nurul Huda
55
Masjid Al Hidayah
56
Masjid Baitut Taqwa
57 58
Masjid Roudhotul Mu'minin Masjid Khoirul Bariyyah
59
Masjid At Taqwa
60
Masjid Pasir huni
Alamat RW 07 Ling.Pabuaran Tembong Kel.Tembong RW 03 Ling.Gowok Masjid Kel.Sukajaya RW 04 Ling.Waru Kidul Kel.Kemanisan RW 11 Ling.Andamui Masjid Kel.Sukawana RW 04 Ling.Cideheng Kel.Kemanisan RW 02 Ling.Kubang Lor Kel.Kemanisan RW 06 .Ling.Kedayon Kel.Kemanisan RW 03 Ling.Tonggoh Kel.Kemanisan RW 03 Ling.Sarongge Kel.Kemanisan RW 02 Ling.Bojot Kel.Pancalaksana RW 02 Ling.Pasirhuni Kel.Pancalaksana
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Arab
1243
Arab
1271
Arab
1342
Arab
1264
Arab
1467
Arab
1489
Arab
1277
Arab
1399
Arab
1421
Arab
1251
Arab
1434
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Tabel 2 Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at
Nomor Sampel
Penggunaan Bahasa Nama Masjid
Pengantar Khotbah Jumat
Intensitas Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jumat per-Pekan
1
Masjid Agung Banten
Indonesia
Selalu Indonesia
2
Masjid Baiturrahman
Indonesia dan Bugis
3
Masjid Al Ittifaq
Arab
Tergantung Khothib
4
Masjid Al Mukarromah
Arab
Selalu Arab
5
Masjid Al Ikhlas
Arab
Selalu Arab
6
Masjid Al Munawwaroh
Arab
Selalu Arab
7
Masjid Al Amin
Arab
Selalu Arab
8
Masjid Al Barokah
Arab
Selalu Arab
9
Masjid Baiturrohman
Sunda
Tergantung Khothib
10
Masjid Al Ittihad
Indonesia
Selalu Indonesia
11
Masjid Al Muzari
Arab
Selalu Arab
12
Masjid Baitul Muttaqin
Arab
Selalu Arab
13
Masjid Baitut Taqwa
Arab
Selalu Arab
14
Masjid Agung Angsana
Arab
Selalu Arab
15
Masjid Al Isti'an
Arab
Selalu Arab
16
Masjid Ar Rohman
Arab
Selalu Arab
17
Masjid Baitut Taqwa
Arab
Selalu Arab
18
Masjid Baiturrohman
Arab
Selalu Arab
19
Masjid Baitul Mu'min
Arab
Selalu Arab
20
Masjid An Nazdain
Indonesia
Selalu Indonesia
21
Masjid Al Mustaqim
Indonesia
Selalu Indonesia
22
Masjid Ashabul Yamin
Indonesia
Selalu Indonesia
23
Masjid Al Manar
Indonesia
Selalu Indonesia
Selalu Indonesia di campur Bugis
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nomor Sampel
Penggunaan Bahasa Nama Masjid
Pengantar Khutbah Jum’at
Intensitas Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at per-Pekan
24
Masjid Nurul Huda
Indonesia
Selalu Indonesia
25
Masjid Al Kautsar
Arab
Tergantung Khothib
26
Masjid Al Istianah
Indonesia
Selalu Indonesia
27
Masjid Nurul Jannah
Indonesia
Selalu Indonesia
28
Masjid Agung Serang
Indonesia
Tergantung Khothib
29
Masjid Al Huda
Indonesia
Selalu Indonesia
30
Masjid Raudhotul Jannah
Indonesia
Selalu Indonesia
31
Masjid Al Huda
Indonesia
Tergantung Khothib
32
Masjid Al Muawanah
Indonesia
Indonesia
33
Masjid Raudhotul Muttaqin
Indonesia
Tergantung Khothib
34
Masjid Miftahussudur
Indonesia
Selalu Indonesia
35
Bait Al Muttaqin
Indonesia
Selalu Indonesia
36
Masjid Miftahul Jannah
Indonesia
Selalu Indonesia
37
Masjid As Sajadah
Indonesia
Selalu Indonesia
38
Masjid Asy Syafi'iyah
Arab
Selalu Arab
39
Masjid Nurul Islam
Arab
Selalu Arab
40
Masjid Baiturrohman
Indonesia
Selalu Indonesia
41
Masjid At Taqwa
Indonesia
Selalu Indonesia
42
Masjid Nurul Hikmah
Arab
Selalu Arab
43
Masjid Al Istiqomah
Arab
Selalu Arab
44
Nurul Mu'minin
Indonesia
Selalu Indonesia
45
Masjid Nurul Yaqin
Indonesia
Selalu Indonesia
46
Masjid Nurul Falah
Arab
Selalu Arab
47
Masjid Baitul Mustaqim
Arab
Selalu Arab
48
Masjid Al Munawaroh
Arab
Selalu Arab
49
Masjid Nurul Huda
Arab
Selalu Arab
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nomor Sampel
Penggunaan Bahasa Nama Masjid
Pengantar Khutbah Jum’at
Intensitas Penggunaan Bahasa Pengantar Khutbah Jum’at per-Pekan
50
Masjid Asy Syaban
Arab
Selalu Arab
51
Masjid Baitul Maghfiroh
Arab
Selalu Arab
52
Masjid Al Mubarok
Arab
Selalu Arab
53
Masjid Baiturrohman
Arab
Selalu Arab
54
Masjid Nurul Huda
Arab
Selalu Arab
55
Masjid Al Hidayah
Arab
Selalu Arab
56
Masjid Baitut Taqwa
Arab
Selalu Arab
57
Masjid Roudhotul Mu'minin
Arab
Selalu Arab
58
Masjid Khoirul Bariyyah
Arab
Selalu Arab
59
Masjid At Taqwa
Arab
Selalu Arab
60
Masjid Pasir huni
Arab
Selalu Arab
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Tabel 3 Kerapatan Jalan di Wilayah Penelitian Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama Masjid Masjid Agung Banten Masjid Baiturrahman Masjid Al Ittifaq Masjid Al Mukarromah Masjid Al Ikhlas Masjid Al Munawwaroh Masjid Al Amin Masjid Al Barokah Masjid Baiturrohman Masjid Al Ittihad Masjid Al Muzari Masjid Baitul Muttaqin Masjid Baitut Taqwa Masjid Agung Angsana Masjid Al Isti'an Masjid Ar Rohman Masjid Baitut Taqwa Masjid Baiturrohman Masjid Baitul Mu'min Masjid An Nazdain Masjid Al Mustaqim Masjid Ashabul Yamin Masjid Al Manar Masjid Nurul Huda Masjid Al Kautsar Masjid Al Istianah Masjid Nurul Jannah Masjid Agung Serang Masjid Al Huda Masjid Raudhotul Jannah Masjid Al Huda Masjid Al Muawanah Masjid Raudhotul Muttaqin Masjid Miftahussudur Bait Al Muttaqin Masjid Miftahul Jannah
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Nilai Kerapatan Jalan
Klasifikasi Kerapatan Jalan
Indonesia Indonesia dan Bugis Arab Arab Arab Arab Arab Arab Sunda Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 25-50 >50 >50 <25 >50 >50 <25 >50 >50 >50 >50 >50 >50 >50 >50
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Indonesia
>50
Tinggi
Indonesia Indonesia Indonesia
<25 >50 >50
Rendah Tinggi Tinggi
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nomor Sampel 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Nama Masjid Masjid As Sajadah Masjid Asy Syafi'iyah Masjid Nurul Islam Masjid Baiturrohman Masjid At Taqwa Masjid Nurul Hikmah Masjid Al Istiqomah Nurul Mu'minin Masjid Nurul Yaqin Masjid Nurul Falah Masjid Baitul Mustaqim Masjid Al Munawaroh Masjid Nurul Huda Masjid Asy Syaban Masjid Baitul Maghfiroh Masjid Al Mubarok Masjid Baiturrohman Masjid Nurul Huda Masjid Al Hidayah Masjid Baitut Taqwa Masjid Roudhotul Mu'minin Masjid Khoirul Bariyyah Masjid At Taqwa Masjid Pasir huni
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Nilai Kerapatan Jalan
Klasifikasi Kerapatan Jalan
Indonesia Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab
<25 25-50 <25 >50 >50 25-50 25-50 >50 >50 25-50 >50 25-50 25-50 25-50 25-50 <25 <25 <25 <25 <25
Rendah Sedang Rendah Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Arab
<25
Rendah
Arab Arab Arab
<25 <25 <25
Rendah Rendah Rendah
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Tabel 4 Proporsi Penduduk Asli dan Penduduk Pendatang Nomor Sampel
Nama Masjid
1
Masjid Agung Banten
2
Masjid Baiturrahman
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Masjid Al Ittifaq Masjid Al Mukarromah Masjid Al Ikhlas Masjid Al Munawwaroh Masjid Al Amin Masjid Al Barokah Masjid Baiturrohman Masjid Al Ittihad Masjid Al Muzari Masjid Baitul Muttaqin Masjid Baitut Taqwa Masjid Agung Angsana Masjid Al Isti'an Masjid Ar Rohman Masjid Baitut Taqwa Masjid Baiturrohman Masjid Baitul Mu'min
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat Indonesia Indonesia dan Bugis Arab Arab Arab Arab Arab Arab Sunda Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab
20
Masjid An Nazdain
Indonesia
21
Masjid Al Mustaqim
Indonesia
22
Masjid Ashabul Yamin
Indonesia
23 24 25 26
Masjid Al Manar Masjid Nurul Huda Masjid Al Kautsar Masjid Al Istianah
Indonesia Indonesia Arab Indonesia
27
Masjid Nurul Jannah
Indonesia
28 29 30 31
Masjid Agung Serang Masjid Al Huda Masjid Raudhotul Jannah Masjid Al Huda
Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Seimbang Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Pendatang Seimbang Mayoritas Penduduk Pendatang Seimbang Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Pendatang Seimbang Seimbang Seimbang Mayoritas Penduduk Asli
32
Masjid Al Muawanah
Indonesia
Seimbang
Proporsi Penduduk Asli dan Pendatang Seimbang Mayoritas Penduduk Asli
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nomor Sampel
Nama Masjid
33 34 35 36
Masjid Raudhotul Muttaqin Masjid Miftahussudur Bait Al Muttaqin Masjid Miftahul Jannah
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
37
Masjid As Sajadah
Indonesia
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Masjid Asy Syafi'iyah Masjid Nurul Islam Masjid Baiturrohman Masjid At Taqwa Masjid Nurul Hikmah Masjid Al Istiqomah Nurul Mu'minin Masjid Nurul Yaqin Masjid Nurul Falah Masjid Baitul Mustaqim Masjid Al Munawaroh Masjid Nurul Huda Masjid Asy Syaban Masjid Baitul Maghfiroh Masjid Al Mubarok Masjid Baiturrohman Masjid Nurul Huda Masjid Al Hidayah Masjid Baitut Taqwa Masjid Roudhotul Mu'minin Masjid Khoirul Bariyyah Masjid At Taqwa Masjid Pasir huni
Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab
Proporsi Penduduk Asli dan Pendatang Seimbang Seimbang Seimbang Seimbang Mayoritas Penduduk Pendatang Mayoritas Penduduk Asli Seimbang Seimbang Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli Mayoritas Penduduk Asli
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Tabel 5 Pendidikan Terakhir Mayoritas Penduduk di Wilayah Penelitian Nomor Sampel
Nama Masjid
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Masjid Agung Banten Masjid Baiturrahman Masjid Al Ittifaq Masjid Al Mukarromah Masjid Al Ikhlas Masjid Al Munawwaroh Masjid Al Amin Masjid Al Barokah Masjid Baiturrohman Masjid Al Ittihad Masjid Al Muzari Masjid Baitul Muttaqin Masjid Baitut Taqwa Masjid Agung Angsana Masjid Al Isti'an Masjid Ar Rohman Masjid Baitut Taqwa Masjid Baiturrohman Masjid Baitul Mu'min Masjid An Nazdain Masjid Al Mustaqim Masjid Ashabul Yamin Masjid Al Manar Masjid Nurul Huda Masjid Al Kautsar Masjid Al Istianah Masjid Nurul Jannah Masjid Agung Serang Masjid Al Huda Masjid Raudhotul Jannah Masjid Al Huda Masjid Al Muawanah Masjid Raudhotul Muttaqin Masjid Miftahussudur Bait Al Muttaqin Masjid Miftahul Jannah Masjid As Sajadah
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat Indonesia Indonesia dan Bugis Arab Arab Arab Arab Arab Arab Sunda Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
Mayoritas Pendidikan Formal Terakhir SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SMA SMA SMA SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SMA SMA SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SMA
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nomor Sampel
Nama Masjid
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Masjid Asy Syafi'iyah Masjid Nurul Islam Masjid Baiturrohman Masjid At Taqwa Masjid Nurul Hikmah Masjid Al Istiqomah Nurul Mu'minin Masjid Nurul Yaqin Masjid Nurul Falah Masjid Baitul Mustaqim Masjid Al Munawaroh Masjid Nurul Huda Masjid Asy Syaban Masjid Baitul Maghfiroh Masjid Al Mubarok Masjid Baiturrohman Masjid Nurul Huda Masjid Al Hidayah Masjid Baitut Taqwa Masjid Roudhotul Mu'minin Masjid Khoirul Bariyyah Masjid At Taqwa Masjid Pasir huni
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab
Mayoritas Pendidikan Formal Terakhir SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP SD/SMP
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Tabel 6 Mayoritas Pekerjaan Penduduk di Wilayah Penelitian
Nama Masjid
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Mayoritas pekerjaan warga masyarakat sekitar Masjid
Sektor
1
Masjid Agung Banten
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
2
Masjid Baiturrahman
Indonesia dan Bugis
Nelayan
Perikanan
3
Masjid Al Ittifaq
Arab
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
4 5
Masjid Al Mukarromah Masjid Al Ikhlas
Arab Arab
Nelayan Buruh Tani
Perikanan Pertanian
6
Masjid Al Munawwaroh
Arab
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
7
Masjid Al Amin
Arab
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
8
Masjid Al Barokah
Arab
Buruh Tani
Pertanian
9
Masjid Baiturrohman
Sunda
Buruh Tani
Pertanian
10
Masjid Al Ittihad
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
11
Masjid Al Muzari
Arab
Buruh Tani
Pertanian
12
Masjid Baitul Muttaqin
Arab
Buruh Tani
Pertanian
13
Masjid Baitut Taqwa
Arab
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
14
Masjid Agung Angsana
Arab
Buruh Tani
Pertanian
15
Masjid Al Isti'an
Arab
Buruh Tani
Pertanian
16
Masjid Ar Rohman
Arab
Buruh Tani
Pertanian
Nomor Sampel
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nama Masjid
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Mayoritas pekerjaan warga masyarakat sekitar Masjid
Sektor
17
Masjid Baitut Taqwa
Arab
Buruh Tani
Pertanian
18
Masjid Baiturrohman
Arab
Buruh Tani
Pertanian
19
Masjid Baitul Mu'min
Arab
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
20
Masjid An Nazdain
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
21
Masjid Al Mustaqim
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
22
Masjid Ashabul Yamin
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
23
Masjid Al Manar
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
24
Masjid Nurul Huda
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan
Perdagangan/ Jasa
25
Masjid Al Kautsar
Arab
Buruh Industri
Industri
26
Masjid Al Istianah
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
27
Masjid Nurul Jannah
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
28
Masjid Agung Serang
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
29
Masjid Al Huda
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
30
Masjid Raudhotul Jannah
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
Nomor Sampel
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nama Masjid
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Mayoritas pekerjaan warga masyarakat sekitar Masjid
Sektor
31
Masjid Al Huda
Indonesia
Buruh Industri
Industri
32
Masjid Al Muawanah
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
33
Masjid Raudhotul Muttaqin
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
34
Masjid Miftahussudur
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
35
Bait Al Muttaqin
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
36
Masjid Miftahul Jannah
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
37
Masjid As Sajadah
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
38
Masjid Asy Syafi'iyah
Arab
39
Masjid Nurul Islam
Arab
40
Masjid Baiturrohman
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
41
Masjid At Taqwa
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
42
Masjid Nurul Hikmah
Arab
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
43
Masjid Al Istiqomah
Arab
Buruh Tani
Perdagangan/ Jasa
44
Nurul Mu'minin
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
Nomor Sampel
Wiras wasta/Karyawan/ Buruh Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Perdagangan/ Jasa Perdagangan/ Jasa
Universitas Indonesia
Nama Masjid
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Mayoritas pekerjaan warga masyarakat sekitar Masjid
Sektor
45
Masjid Nurul Yaqin
Indonesia
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
46
Masjid Nurul Falah
Arab
Buruh Tani
Pertanian
47
Masjid Baitul Mustaqim
Arab
Wiraswasta/Karyawan/ Buruh
Perdagangan/ Jasa
48
Masjid Al Munawaroh
Arab
Buruh Tani
Pertanian
49
Masjid Nurul Huda
Arab
Buruh Tani
Pertanian
50
Masjid Asy Syaban
Arab
Buruh Tani
Pertanian
51
Masjid Baitul Maghfiroh
Arab
Buruh Tani
Pertanian
52
Masjid Al Mubarok
Arab
Buruh Tani
Pertanian
53
Masjid Baiturrohman
Arab
Buruh Tani
Pertanian
54
Masjid Nurul Huda
Arab
Buruh Tani
Pertanian
55
Masjid Al Hidayah
Arab
Buruh Tani
Pertanian
56
Masjid Baitut Taqwa
Arab
Buruh Tani
Pertanian
57
Masjid Roudhotul Mu'minin
Arab
Buruh Tani
Pertanian
58
Masjid Khoirul Bariyyah
Arab
Buruh Tani
Pertanian
59
Masjid At Taqwa
Arab
Buruh Tani
Pertanian
60
Masjid Pasir Huni
Arab
Buruh Tani
Pertanian
Nomor Sampel
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Tabel 7 Tingkat Pendapatan per Bulan Penduduk Wilayah Penelitian
Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama Masjid
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Tingkat Pendapatan per Bulan
Klasifikasi
Masjid Agung Banten Masjid Baiturrahman Masjid Al Ittifaq Masjid Al Mukarromah Masjid Al Ikhlas Masjid Al Munawwaroh Masjid Al Amin Masjid Al Barokah Masjid Baiturrohman Masjid Al Ittihad Masjid Al Muzari Masjid Baitul Muttaqin Masjid Baitut Taqwa Masjid Agung Angsana Masjid Al Isti'an Masjid Ar Rohman Masjid Baitut Taqwa Masjid Baiturrohman Masjid Baitul Mu'min Masjid An Nazdain Masjid Al Mustaqim Masjid Ashabul Yamin Masjid Al Manar Masjid Nurul Huda Masjid Al Kautsar Masjid Al Istianah Masjid Nurul Jannah Masjid Agung Serang Masjid Al Huda Masjid Raudhotul Jannah Masjid Al Huda Masjid Al Muawanah Masjid Raudhotul Muttaqin Masjid Miftahussudur Bait Al Muttaqin Masjid Miftahul Jannah
Indonesia Indonesia dan Bugis Arab Arab Arab Arab Arab Arab Sunda Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
1-4 Juta 1-4 Juta <1 Juta 1-4 Juta <1 Juta 1-4 Juta 1-4 Juta <1 Juta <1 Juta 1-4 Juta <1 Juta <1 Juta 1-4 Juta < 1 Juta < 1 Juta < 1 Juta < 1 Juta 1-4 Juta > 4 Juta > 4 Juta > 4 Juta 1-4 Juta 1-4 Juta 1-4 Juta 1-4 Juta <1 Juta 1-4 Juta > 4 Juta > 4 Juta 1-4 Juta <1 Juta 1-4 Juta 1-4 Juta 1-4 Juta 1-4 Juta 1-4 Juta
Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nomor Sampel 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Nama Masjid Masjid As Sajadah Masjid Asy Syafi'iyah Masjid Nurul Islam Masjid Baiturrohman Masjid At Taqwa Masjid Nurul Hikmah Masjid Al Istiqomah Nurul Mu'minin Masjid Nurul Yaqin Masjid Nurul Falah Masjid Baitul Mustaqim Masjid Al Munawaroh Masjid Nurul Huda Masjid Asy Syaban Masjid Baitul Maghfiroh Masjid Al Mubarok Masjid Baiturrohman Masjid Nurul Huda Masjid Al Hidayah Masjid Baitut Taqwa Masjid Roudhotul Mu'minin Masjid Khoirul Bariyyah Masjid At Taqwa Masjid Pasir huni
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Tingkat Pendapatan per Bulan
Klasifikasi
Indonesia Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab
>4 Juta <1 Juta 1-4 Juta 1-4 Juta 1-4 Juta 1-4 Juta <1 Juta <1 Juta <1 Juta <1 Juta <1 Juta <1 Juta <1 Juta <1 Juta 1-4 Juta <1 Juta <1 Juta <1 Juta <1 Juta <1 Juta
Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Arab
<1 Juta
Rendah
Arab Arab Arab
<1 Juta <1 Juta <1 Juta
Rendah Rendah Rendah
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Tabel 8 Penggunaan Bahasa Pengantar Ceramah Agama Untuk Kaum Pria Nomor Sampel
Nama Masjid
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jum’at
Penggunaan Bahasa Pengantar Ceramah Masjid non khutbah untuk Kaum Pria Jum’at
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Masjid Agung Banten Masjid Baiturrahman Masjid Al Ittifaq Masjid Al Mukarromah Masjid Al Ik hlas Masjid Al Munawwaroh Masjid Al Amin Masjid Al Barokah Masjid Baiturrohman Masjid Al Ittihad Masjid Al Muzari Masjid Baitul Muttaqin Masjid Baitut Taqwa Masjid Agung Angsana Masjid Al Isti'an Masjid Ar Rohman Masjid Baitut Taqwa Masjid Baiturrohman Masjid Baitul Mu'min Masjid An Nazdain Masjid Al Mustaqim Masjid Ashabul Yamin Masjid Al Manar Masjid Nurul Huda Masjid Al Kautsar Masjid Al Istianah Masjid Nurul Jannah Masjid Agung Serang Masjid Al Huda Masjid Raudhotul Jannah Masjid Al Huda Masjid Al Muawanah Masjid Raudhotul Muttaqin Masjid Miftahussudur Bait Al Muttaqin
Indonesia Indonesia dan Bugis Arab Arab Arab Arab Arab Arab Sunda Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
Jawa Serang/Indonesia Indonesia/Bugis Jawa Serang Jawa Serang/Indonesia Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Sunda Jawa Serang/Indonesia Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia/Jawa Serang Jawa Serang/Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Jawa Serang/Indonesia Indonesia Jawa Serang/Indonesia Indonesia Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nomor Sampel
Nama Masjid
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jum’at
Penggunaan Bahasa Pengantar Ceramah Masjid non khutbah untuk Kaum Pria Jum’at
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Masjid Miftahul Jannah Masjid As Sajadah Masjid Asy Syafi'iyah Masjid Nurul Islam Masjid Baiturrohman Masjid At Taqwa Masjid Nurul Hikmah Masjid Al Istiqomah Nurul Mu'minin Masjid Nurul Yaqin Masjid Nurul Falah Masjid Baitul Mustaqim Masjid Al Munawaroh Masjid Nurul Huda Masjid Asy Syaban Masjid Baitul Maghfiroh Masjid Al Mubarok Masjid Baiturrohman Masjid Nurul Huda Masjid Al Hidayah Masjid Baitut Taqwa Masjid Roudhotul Mu'minin Masjid Khoirul Bariyyah Masjid At Taqwa Masjid Pasir huni
Indonesia Indonesia Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab
Jawa Serang/Indonesia Indonesia Jawa Serang Jawa Serang/Indonesia Jawa Serang/Indonesia Jawa Serang/Indonesia Indonesia/Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang/Indonesia Jawa Serang/Indonesia Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang/Indonesia Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang Jawa Serang/Indonesia Jawa Serang/Sunda/Indonesia Sunda/Indonesia Sunda
(Sumber : Survey Lapang April,Juli-Agustus, dan Oktober 2011)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Tabel 9 Kelas Usia Khothib di Wilayah Penelitian
Nomor Sampel
Nama Masjid
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
1
Masjid Agung Banten
Indonesia
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Masjid Baiturrahman Masjid Al Ittifaq Masjid Al Mukarromah Masjid Al Ikhlas Masjid Al Munawwaroh Masjid Al Amin Masjid Al Barokah Masjid Baiturrohman Masjid Al Ittihad Masjid Al Muzari Masjid Baitul Muttaqin Masjid Baitut Taqwa Masjid Agung Angsana Masjid Al Isti'an Masjid Ar Rohman Masjid Baitut Taqwa Masjid Baiturrohman Masjid Baitul Mu'min Masjid An Nazdain Masjid Al Mustaqim Masjid Ashabul Yamin Masjid Al Manar Masjid Nurul Huda Masjid Al Kautsar Masjid Al Istianah Masjid Nurul Jannah Masjid Agung Serang Masjid Al Huda Masjid Raudhotul Jannah Masjid Al Huda
Indonesia dan Bugis Arab Arab Arab Arab Arab Arab Sunda Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
32
Masjid Al Muawanah
Indonesia
33 34
Masjid Raudhotul Muttaqin Masjid Miftahussudur
Indonesia Indonesia
Nama Khatib KH TB Abbas Ma'mun Sayibi Ust.Atmaja H.Ulfi H.Musa H.Maryani Ust.Jamsari M.Rafiudin Ustadz Ujang TB Mahdi Ust.Zaenun Ust.Ma'mun H.Halobi H.Ghozali Masrur H.Fat Ust.Muhimin Ust.Muhtaruddin Ustadz Rosidi Ust.Syarifuddin H.Wahidin Bapak Rusli Hafidz H.Muslih Afif Mulya Ihram Karim Toimudin Drs.Sulaiman Ustadz Rohman Hidayatullah S.Pdi H.Muhtadi Ustadz Hanafi Mahmud Ust.Hudari S.Ag Drs.Nafis Bahar
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Umur Khathib
Kelas Usia
70 tahun
Tua
55 tahun 35 tahun 55 tahun 70 tahun 60 tahun 45 tahun 40 tahun 64 tahun 60 tahun 50 tahun 30 tahun 43 tahun 80 tahun 50 tahun 35 tahun 50 tahun 50 tahun 48 tahun 50 tahun 53 tahun 40 tahun 30 tahun 49 tahun 46 tahun 38 tahun 35 tahun 45 tahun 32 tahun 34 tahun 70 tahun
Sedang Muda Sedang Tua Sedang Sedang Sedang Tua Sedang Sedang Muda Sedang Tua Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Muda Sedang Sedang Muda Muda Sedang Muda Muda Tua
40 tahun
Sedang
46 tahun 43 tahun
Sedang Sedang
Universitas Indonesia
Nomor Sampel
Nama Masjid
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Nama Khatib
Umur Khathib
Kelas Usia
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Bait Al Muttaqin Masjid Miftahul Jannah Masjid As Sajadah Masjid Asy Syafi'iyah Masjid Nurul Islam Masjid Baiturrohman Masjid At Taqwa Masjid Nurul Hikmah Masjid Al Istiqomah Nurul Mu'minin Masjid Nurul Yaqin Masjid Nurul Falah Masjid Baitul Mustaqim Masjid Al Munawaroh Masjid Nurul Huda Masjid Asy Syaban Masjid Baitul Maghfiroh Masjid Al Mubarok Masjid Baiturrohman Masjid Nurul Huda Masjid Al Hidayah Masjid Baitut Taqwa Masjid Roudhotul Mu'minin Masjid Khoirul Bariyyah Masjid At Taqwa Masjid Pasir huni
Indonesia Indonesia Indonesia Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab
Ustadz Hamdan H.Munawir Nur Cholis Ali Lc Ustadz Rifa'i Ustadz Salman Ustadz Nana TB Zamzami Dadan Supendi Ustadz Saman Ustadz Sopian Ustadz Eep Ustadz Sanusi Sibli Assadi Ustadz Muhid Ustadz Surahman Ustadz Solihin Ustadz Shohih Ustadz Rahmat Ust.Asmar Ust.Rahmat Ust. Jamal Ustadz Arpah Ustadz Abdul Khoir Ustadz Sakim Ustadz Muh Ustadz Ma'mun
50 tahun 57 tahun 44 tahun 59 tahun 55 tahun 40 tahun 54 tahun 47 tahun 62 tahun 45 tahun 45 tahun 45 tahun 48 tahun 51 tahun 40 tahun 40 tahun 50 tahun 50 tahun 50 tahun 39 tahun 45 tahun 30 tahun 50 tahun 40 tahun 40 tahun 45 tahun
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Muda Sedang Muda Sedang Sedang Sedang Sedang
(Sumber : Survey Lapang April, Juli-Agustus,dan Oktober 2011)
Ket.: Kelas Muda untuk usia < 40 tahun Kelas Sedang untuk usia 40 tahun-62 tahun Kelas Tua untuk usia ≥ 63 tahun *63=angka harapan hidup penduduk Kota Serang
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Tabel 10 Jumlah Jamaah Sholat Jum’at di Wilayah Penelitian Nomor Sampel
Nama Masjid
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Masjid Agung Banten Masjid Baiturrahman Masjid Al Ittifaq Masjid Al Mukarromah Masjid Al Ikhlas Masjid Al Munawwaroh Masjid Al Amin Masjid Al Barokah Masjid Baiturrohman Masjid Al Ittihad Masjid Al Muzari Masjid Baitul Muttaqin Masjid Baitut Taqwa Masjid Agung Angsana Masjid Al Isti'an Masjid Ar Rohman Masjid Baitut Taqwa Masjid Baiturrohman Masjid Baitul Mu'min Masjid An Nazdain Masjid Al Mustaqim Masjid Ashabul Yamin Masjid Al Manar Masjid Nurul Huda Masjid Al Kautsar Masjid Al Istianah Masjid Nurul Jannah Masjid Agung Serang Masjid Al Huda Masjid Raudhotul Jannah Masjid Al Huda Masjid Al Muawanah Masjid Raudhotul Muttaqin Masjid Miftahussudur Bait Al Muttaqin Masjid Miftahul Jannah Masjid As Sajadah
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat Indonesia Indonesia dan Bugis Arab Arab Arab Arab Arab Arab Sunda Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
Jumlah Jama'ah
Klasifikasi
5000 orang 200 orang 200 orang 600 orang 100 orang 400 orang 500 orang 100 orang 200 orang 200 orang 100 orang 100 orang 150 orang 400 orang 200 orang 500 orang 300 orang 300 orang 300 orang 500 orang 300 orang 300 orang 500 orang 500 orang 200 orang 800 orang 200 orang 7000 orang 300 orang 350 orang 500 orang 200 orang 300 orang 400 orang 300 orang 300 orang 250 orang
>1000 orang 200-500 orang 200-500 orang 500-1000 orang <200 orang 200-500 orang 200-500 orang <200 orang 200-500 orang 200-500 orang <200 orang <200 orang <200 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 500-1000 orang 200-500 orang >1000 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nomor Sampel
Nama Masjid
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Masjid Asy Syafi'iyah Masjid Nurul Islam Masjid Baiturrohman Masjid At Taqwa Masjid Nurul Hikmah Masjid Al Istiqomah Nurul Mu'minin Masjid Nurul Yaqin Masjid Nurul Falah Masjid Baitul Mustaqim Masjid Al Munawaroh Masjid Nurul Huda Masjid Asy Syaban Masjid Baitul Maghfiroh Masjid Al Mubarok Masjid Baiturrohman Masjid Nurul Huda Masjid Al Hidayah Masjid Baitut Taqwa Masjid Roudhotul Mu'minin Masjid Khoirul Bariyyah Masjid At Taqwa Masjid Pasir huni
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab
Jumlah Jama'ah
Klasifikasi
500 orang 200 orang 400 orang 300 orang 120 orang 100 orang 200 orang 300 orang 120 orang 100 orang 100 orang 200 orang 200 orang 400 0rang 300 orang 400 orang 200 orang 150 orang 100 orang 150 orang 150 orang 200 orang 200 orang
200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang <200 orang <200 orang 200-500 orang 200-500 orang <200 orang <200 orang <200 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang 200-500 orang <200 orang <200 orang <200 orang <200 orang 200-500 orang 200-500 orang
(Sumber : Survey Lapang April, Juli-Agustus,dan Oktober 2011)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Tabel 11 Durasi Khutbah Pertama Sholat Jum’at di Wilayah Penelitian
Nomor Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nama Masjid Masjid Agung Banten Masjid Baiturrahman Masjid Al Ittifaq Masjid Al Mukarromah Masjid Al Ikhlas Masjid Al Munawwaroh Masjid Al Amin Masjid Al Barokah Masjid Baiturrohman Masjid Al Ittihad Masjid Al Muzari Masjid Baitul Muttaqin Masjid Baitut Taqwa Masjid Agung Angsana Masjid Al Isti'an Masjid Ar Rohman Masjid Baitut Taqwa Masjid Baiturrohman Masjid Baitul Mu'min Masjid An Nazdain Masjid Al Mustaqim Masjid Ashabul Yamin Masjid Al Manar Masjid Nurul Huda Masjid Al Kautsar Masjid Al Istianah Masjid Nurul Jannah Masjid Agung Serang Masjid Al Huda Masjid Raudhotul Jannah Masjid Al Huda Masjid Al Muawanah Masjid Raudhotul Muttaqin Masjid Miftahussudur Bait Al Muttaqin
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Lamanya Khutbah Pertama
Klasifikasi
Indonesia Indonesia dan Bugis Arab Arab Arab Arab Arab Arab Sunda Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Arab Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
18 menit 8 menit 7 menit 5 menit 5 menit 5 menit 15 menit 15 menit 5 menit 15 menit 5 menit 5 menit 10 menit 10 menit 8 menit 5 menit 12 menit 8 menit 15 menit 19 menit 12 menit 16 menit 14 menit 12 menit 15 menit 16 menit 30 menit 22 menit 20 menit 25 menit 9 menit 25 menit
12-22 menit ≤12 menit ≤12 menit ≤12 menit ≤12 menit ≤12 menit 12-22 menit 12-22 menit ≤12 menit 12-22 menit ≤12 menit ≤12 menit ≤12 menit ≤12 menit ≤12 menit ≤12 menit ≤12 menit ≤12 menit 12-22 menit 12-22 menit ≤12 menit 12-22 menit 12-22 menit ≤12 menit 12-22 menit 12-22 menit >22 menit 12-22 menit 12-22 menit >22 menit ≤12 menit >22 menit
Indonesia
10 menit
≤12 menit
Indonesia Indonesia
27 menit 20 menit
>22 menit 12-22 menit
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Nomor Sampel 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Nama Masjid Masjid Miftahul Jannah Masjid As Sajadah Masjid Asy Syafi'iyah Masjid Nurul Islam Masjid Baiturrohman Masjid At Taqwa Masjid Nurul Hikmah Masjid Al Istiqomah Nurul Mu'minin Masjid Nurul Yaqin Masjid Nurul Falah Masjid Baitul Mustaqim Masjid Al Munawaroh Masjid Nurul Huda Masjid Asy Syaban Masjid Baitul Maghfiroh Masjid Al Mubarok Masjid Baiturrohman Masjid Nurul Huda Masjid Al Hidayah Masjid Baitut Taqwa Masjid Roudhotul Mu'minin Masjid Khoirul Bariyyah Masjid At Taqwa Masjid Pasir huni
Penggunaan Bahasa Pengantar Khotbah Jumat
Lamanya Khutbah Pertama
Klasifikasi
Indonesia Indonesia Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Indonesia Indonesia Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab Arab
12 menit 20 menit 10 menit 5 menit 20 menit 10 menit 5 menit 13 menit 20 menit 15 menit 5 menit 7 menit 13 menit 14 menit 15 menit 3 menit 8 menit 15 menit 12 menit 6 menit 8 menit
≤12 menit 12-22 menit ≤12 menit ≤12 menit 12-22 menit ≤12 menit ≤12 menit 12-22 menit 12-22 menit 12-22 menit ≤12 menit ≤12 menit 12-22 menit 12-22 menit 12-22 menit ≤12 menit ≤12 menit 12-22 menit ≤12 menit ≤12 menit ≤12 menit
Arab
5 menit
≤12 menit
Arab Arab Arab
5 menit 7 menit 10 menit
≤12 menit ≤12 menit ≤12 menit
(Sumber : Survey Lapang April, Juli-Agustus,dan Oktober 2011) Keterangan : 12 menit merupakan waktu rata-rata lamanya khutbah pertama pada sholat Jum’at di wilayah penelitian
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia
Peta 1
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 2
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 3
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 4
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 5
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 6
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 7
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 8
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 9
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 10
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 11
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 12
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 13
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 14
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Peta 15
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Lampiran Foto
Foto 1: Masjid dengan tempat parkir yang luas (dibagian tengah wilayah penelitian)
Foto 2 :Arsitektur Bagian dalam Masjid Agung Banten (dibagian Utara wilayah penelitian)
Foto3 :Suasana Sholat Jum’at di Masjid Agung Serang Foto 4 : Suasana sholat Jum’at di perkampungan Bugis (dibagian tengah wilayah penelitian) (dibagian Utarawilayah penelitian)
Foto5 : Masjid di perkampungan (dibagian Selatan wilayah penelitian)
Foto 6 : Masjid di perumahan (dibagian tengah wilayah penelitian)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Foto7 : Masjid di perkampungan (dibagian Utara wilayah penelitian)
Foto 8 : Tradisi yang dipertahankan sebagai anjuran (dibagian Utara wilayah penelitian)
Foto 9 Masjid bergaya modern dengan tempat imam dan Foto10 : Masjid bergaya tradisional, akulturasi budaya mimbar yang menyatu ( di bag.tengah w ilayah penelitian) Banten dan China dengan mimbar yang terpisah dengan tempat imam (di bagian Utara wilayah penelitian)
Foto 11 Masjid bergaya semi modern dengan tempat imam Yang menyatu dengan mimbar tanpa meja yang tersekat (dibagian Selatan wilayah penelitian)
Foto 12 Kondisi tempat wudhu bergaya tradisonal dengan menggunakan “kulah” tanpa kran air (dibagian Utara wilayah penelitian)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Foto13 : Masjid dengan nama dan alamat yang jelas (dibagian Selatan wilayah penelitian)
Foto15 :Kondisi lingkungan pemukiman yang teratur (dibagian tengah wilayah penelitian)
Foto17 :Lahan pertanian yang gersang (dibagian Utara wilayah penelitian)
Foto 14: Masjid dengan namadan tanpa alamat yang jelas (dibagian tengah wilayah penelitian)
Foto 16 : Kondisi lingkungan yang kumuh dan kurang tertata (dibagian Utara wilayah penelitian)
Foto 18 : Lahan pertanian yang dengan kebun yang rimbun (dibagian Selatan wilayah penelitian)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Foto19 :Kondisi jalan yang kasar dengan batu kerikil (dibagian Selatan wilayah penelitian)
Foto21 : Kondisi jalan tanah yang berbatu (dibagian Utara wilayah penelitian)
Foto23 :Benteng Kaibon, bangunan bersejarah di Kota Serang (dibagian Utara wilayah penelitian)
Foto 20 : Kondisi jalan beraspal yang halus dengan vegetasi rimbun disekelilingnya (dibagian Selatan wilayah penelitian)
Foto 22 : Kondisi jalan aspal yang kasar dengan sedikit kerikil (dibagian tengah wilayah penelitian)
Foto 24 : Perkampungan nelayan Karangantu (dibagian Utara wilayah penelitian)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Foto25 : Responden berumur tua (dibagian Utara wilayah penelitian)
Foto27 :Responden berumur muda (dibagian Utara wilayah penelitian)
Foto 26 : Responden berumur sedang (dibagian tengah wilayah penelitian)
Foto 28 : Kegiatan Wawancara dengan Informan Masjid (dibagian tengah wilayah penelitian)
Foto29 :Kegiatan wawancara dengan tokoh masyarakat setempat (RW) (dibagian tengah wilayah penelitian)
Foto 30 : Kegiatan wawancara dengan responden warga masyarakat (dibagian tengah wilayah penelitian)
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Lampiran Nama-Nama Responden
Sampel
1
2
3
4
5
Nama Responden Sukmana Tarmidi Ade S. Satibi Fahmi Sanusi Cotang Mumang Mulyadi Jamali Mad Sa'i Sodri Mad Damin Qodir Paiji E.Putra Arisang Ahmad Saputro Dedi Dani M. Jured Rohim Towir Ade Ust.Syahroni
Usia 54 tahun 31 tahun 22 tahun 38 tahun 52 tahun 40 tahun 55 tahun 37 tahun 29 tahun 55 tahun 80 tahun 53 tahun 40 tahun 50 tahun 25 tahun 36 tahun 38 tahun 17 tahun 45 tahun 19 tahun 16 tahun 15 tahun 20 tahun 20 tahun 60 tahun
Sampel
6
7
8
9
10
Nama Responden Hudbi Jalaludin Fauzi Syamlawi TB Aminullah Maman M.Fa'i Hilman Sodiq Nono Suryono Saefullah Habibi Sanwani Udin Maman Endang K. Udin S. Endang Aceng Muhyidin H.Bahri H.Zumarwi Ali TB Fadil Syihabudin
Usia 70 tahun 25 tahun 24 tahun 20 tahun 23 tahun 45 tahun 17 tahun 18 tahun 35 tahun 48 tahun 19 tahun 20 tahun 33 tahun 29 tahun 53 tahun 51 tahun 60 tahun 28 tahun 45 tahun 58 tahun 54 tahun 60 tahun 20 tahun 55 tahun 45 tahun
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Sampel
11
12
13
14
15
Nama Responden Maman Asma Suhari Joni Ubay Sobari Hasraf Alwani Dodi TB Husein M.Asik Fathurrohman J. Hasbuni Ahmad Yani Robi Raharjo M.Ali Sahid Jauhari Andri Rouf Bahrudin S. Darto Waluyo Supratman Yahya Hafani
Usia 18 tahun 40 tahun 60 tahun 18 tahun 28 tahun 47 tahun 60 tahun 45 tahun 16 tahun 62 tahun 70 tahun 14 tahun 40 tahun 43 tahun 38 tahun 23 tahun 52 tahun 33 tahun 45 tahun 40 tahun 40 tahun 55 tahun 40 tahun 70 tahun 40 tahun
Sampel
16
17
18
19
20
Nama Responden Muhimin Haerudin Abdul Hamid A.Fauzi Rohmaji Jauri Aspan Masran Naswita Abror Mad Aris Misbach Zainuddin Mul Sai Rosyid Sofyan Usuf Syamlawi Dery Efendi Yusuf Ardian Fathulloh Ilham
Usia 50 tahun 40 tahun 40 tahun 22 tahun 25 tahun 70 tahun 30 tahun 50 tahun 28 tahun 40 tahun 40 tahun 35 tahun 40 tahun 31 tahun 33 tahun 27 tahun 56 tahun 50 tahun 50 tahun 22 tahun 40 tahun 32 tahun 20 tahun 42 tahun 19 tahun
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Sampel
21
22
23
24
25
Nama Responden
Usia
Edi
49 tahun
Sutomo Azhari Rahmat Yitno Aan Sutrisno Elvian
70 tahun 46 tahun 76 tahun 56 tahun 51 tahun 43 tahun
Darul
35 tahun
Muhajir Bambang Sutedjo Elan Halili Yaya Fauzi Afifi Aziz H.Nuryamin Holilah Syahrul Anam Jaka Angga Asep Yanto Hamami M.Zawasi Adit Agustya
40 tahun
Nama Responden Cecep Supriyadi Rudi Abdul Hadi Udin Imad Rojali Sofyan Helmi Eryana Hidayat Darmin
52 tahun
Salamudin
39 tahun
45 tahun 60 tahun 57 tahun 44 tahun 43 tahun 56 tahun 47 tahun 55 tahun 20 tahun 18 tahun 35 tahun 45 tahun 48 tahun 40 tahun 20 tahun
Lily Ahmad Heri Ardi Subli Amin Yayat Suyono Bustomi Mad Sa'i Apip Lafrani H.Syamsuri Tachriri Rohim Samin
40 tahun 46 tahun 70 tahun 21 tahun 20 tahun 35 tahun 28 tahun 48 tahun 23 tahun 40 tahun 70 tahun 75 tahun 32 tahun 23 tahun 74 tahun
Sampel
26
27
28
29
30
Usia 32 tahun 13 tahun 71 tahun 30 tahun 17 tahun 43 tahun 53 tahun 31 tahun 35 tahun
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Sampel
31
32
33
34
35
Nama Responden Sultan Heru Nahdiani Ahmad Hanafi TB Hilman Abdullah Tajri Ali Dadang Efendi Khoir Abdullah Januri Ali Zainul Yudi Holil Syaerudin Deni Mansyur Dedy Mulyadi Romli Ridwan Suminta Heri Ghozali Ade
Usia 31 tahun 44 tahun 56 tahun 56 tahun 34 tahun 29 tahun 40 tahun 61 tahun 46 tahun 52 tahun 55 tahun 28 tahun 56 tahun 35 tahun 40 tahun 38 tahun 17 tahun 43 tahun 19 tahun 43 tahun 33 tahun 20 tahun 36 tahun 55 tahun 28 tahun
Sampel
36
37
38
39
40
Nama Responden H.Abd.Rahman H.Munawir Putu Idin Ade Ayi Suhadi Eko Susistyo Aat Aswa Kholiq Herman Nasrudin Edwin Arul Nur Saad Ajis Awi Muslih Anto TB Zamzami Fajar Ace Safari Sohari Kaipi
Usia 60 tahun 62 tahun 46 tahun 30 tahun 20 tahun 19 tahun 40 tahun 60 tahun 54 tahun 81 tahun 25 tahun 24 tahun 45 tahun 23 tahun 17 tahun 35 tahun 14 tahun 30 tahun 30 tahun 25 tahun 54 tahun 20 tahun 28 tahun 40 tahun 55 tahun
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Sampel
41
42
43
44
45
Nama Responden Muhtar Rofiq Dede Ali Misri Junaedi Ajis Rahmat Ahmad Sukaji Rosadiman Darmansyah Supri Sarwan Sarkani Syamsuri Ian Capri Syarifuddin Erwin Asman Suhandi Andi KH Bahruddin Faeni Fathurohim Jalili
Usia 41 tahun 28 tahun 28 tahun 60 tahun 60 tahun 40 tahun 38 tahun 59 tahun 70 tahun 26 tahun 40 tahun 19 tahun 20 tahun 60 tahun 18 tahun 38 tahun 23 tahun 19 tahun 38 tahun 35 tahun 15 tahun 43 tahun 15 tahun 36 tahun 45 tahun
Sampel
46
47
48
49
50
Nama Responden Ebi Damar Muhidin M. Ardi Sudiri Zainuddin Madi Azizul Adnan Ahmad Bayu Arya Burhanuddin Abdur Rosyad Ngawiri Asifi Maswi M.Yusuf Saniman Saan Asri Murad Saniman Rohim Jamhari Sarmidi
Usia 38 tahun 50 tahun 19 tahun 18 tahun 30 tahun 32 tahun 50 tahun 18 tahun 30 tahun 19 tahun 40 tahun 40 tahun 57 tahun 21 tahun 50 tahun 45 tahun 40 tahun 50 tahun 73 tahun 25 tahun 40 tahun 45 tahun 25 tahun 30 tahun 40 tahun
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012
Sampel
51
52
53
54
55
Nama Responden Syaiful Bahri Santawi Chandra Zaenal Nur Sayuni Supriyadi Ust.Rohmat Sajak Wasih Busyro Syaiful Ajis Miskan Haerudin Oom Komarudin Soma Asim Rafi Busyro Asmara Shohib Juned Mad Nur Yopi
Usia 21 tahun 40 tahun 33 tahun 29 tahun 32 tahun 32 tahun 45 tahun 56 tahun 50 tahun 45 tahun 17 tahun 18 tahun 18 tahun 60 tahun 27 tahun
Sampel
56
57
58
59 tahun 35 tahun 50 tahun 16 tahun 29 tahun 28 tahun 17 tahun 35 tahun 50 tahun 20 tahun
59
60
Nama Responden Endang Marsaad Syamlawi Umri Saepudin Rohman Damhuri Mughni Sarman Juki Wafid Sohani Aji M.Hariri Rahman
35 tahun 45 tahun 50 tahun 45 tahun 48 tahun 31 tahun 50 tahun 27 tahun 30 tahun 16 tahun 60 tahun 23 tahun 15 tahun 55 tahun 58 tahun
Edi
35 tahun
Rifa'i Juli Badrudin Ahmad Yusri Rohimi Sarhani Rusdi Amsari H.Ajid
30 tahun 60 tahun 57 tahun 28 tahun 23 tahun 67 tahun 50 tahun 33 tahun 44 tahun
Usia
Universitas Indonesia
Wilayah penggunaan..., Ilham Akbar, FMIPA UI, 2012