USULAN FASILITAS KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN PENGUPASAN DI UD. PUTRI JUNA
TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh
ELLY SABRINA BR BANGUN 080423083
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S
T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Elly Sabrina Br Bangun : Usulan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Pada Stasiun Pengupasan Di UD. Putri Juna, 2009. USU Repository © 2009
RINGKASAN UD. Putri Juna adalah sebuah usaha kecil menengah yang bergerak dalam pembuatan opak dari ubi kayu. Bagian pengupasan adalah termasuk bagian yang sibuk, karena setiap hari harus mengupas ubi dalam jumlah yang besar. Proses pengerjaannya dituntut kecepatan dan ketepatannya untuk mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya. Proses pengerjaan tersebut terdapat sikap-sikap kerja yang bermacam-macam yang terus-menerus dilakukan setiap harinya seperti berjalan, berdiri dan memilih serta duduk. Survei awal yang dilakukan ditemukan adanya fasilitas kerja yang tidak ergonomis pada bagian pengupasan, pekerja hanya menggunakan dengklek dan lantai sebagai meja kerja. Tujuan penelitian ini adalah memberikan usulan fasilitas kerja yang ergonomis pada pengupasan pada pembuatan kerupuk opak di UD. Putri Juna. Sampel penelitian adalah seluruh pekerja pada bagian pengupasan di UD. Putri Juna sebanyak 10 orang, yang menggunakan fasilitas kerja tidak ergonomis seperti dengklek yang terdiri dari 2 jenis ukuran yaitu dengklek ukuran tinggi 12 cm, lebar 18 cm dan panjang 24 cm dan dengklek ukuran tinggi 10 cm, lebar 20 cm dan panjang 25 cm dan menggunakan lantai sebagai meja kerja. Fasilitas kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan penyesuaian sikap kerja seperti sikap kerja duduk membungkuk dan jongkok yang menyebabkan keluhan rasa sakit pada bagian tubuh, diketahui dengan menggunakan Body Map Quesioner dan kecepatan reaksi tubuh diketahui dengan menggunakan Whole Body Reaction Tester. Fasilitas kerja yang tidak ergonomis dapat diketahui melalui pengukuran antropometri (dimensi tubuh ) pekerja dalam posisi duduk dengan menggunakan alat Martin Human Body. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keluhan rasa sakit yang sama yang dialami oleh pekerja pada umumnya yaitu leher bagian atas, bahu kiri, punggung, pinggang, bokong dan lutut kiri. Terjadi peningkatan kelelahan dengan mengukur kecepatan reaksi tubuh terhadap rangsangan cahaya, yaitu Pukul 08.00 wib adalah 0.73 < µ < 0.85, pukul 12.00 wib 0.85 < µ < 0.95 dan pukul 16.00 wib 1.06 < µ < 1.24. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat kelelahan semakin tinggi dengan bertambahnya waktu kerja. Adanya peningkatan keluhan rasa sakit dan kelelahan, hal ini disebabkan penggunaan fasilitas yang tidak ergonomi. Setelah dievaluasi perlu adanya perbaikan fasilitas yang ergonomis yaitu kursi : tinggi 46 cm, lebar 38 cm, panjang 29 cm, tinggi sandaran 54 cm, lebar sandaran 44 cm, dan meja kerja : Tinggi 56 cm, lebar 100 cm, panjang 200 cm, footrest 25 cm sehingga pekerja dapat bekerja dengan nyaman, aman dan produktif.
Kata kunci : fasilitas kerja, usulan fasilitas, ergonomis
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kesempatan, menyertai dan menuntun penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini berjudul “ Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis pada Stasiun Pengupasan di UD. Putri Juna“. Tugas Akhir ini ditulis sebagai persyaratan Ujian Sarjana Program Pendidikan Ekstensi, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa adanya kekurangan pada penulisan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 19 Maret 2009 Penulis,
(Elly Sabrina Br Bangun)
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis banyak memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak selama penyusunan laporan Tugas Akhir ini, maka kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri yang telah memberikan izin pelaksanaan Tugas Akhir ini. 2. Bapak Ir. H. A. Jabbar M Rambe, M.Eng, selaku Dosen Pembimbing I yang
telah
banyak
memberikan
bimbingan,
pengarahan
dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini. 3. Ibu Ir. Anizar, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan, pengarahan, dorongan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. 4. Seluruh Dosen dan Staff pengajar yang telah memberikan ilmu dan pendidikan selama dibangku kuliah. 5. Bapak Junaidi, selaku pemilik UD. Putri Juna yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian, serta banyak memberikan informasi dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. 6. Seluruh Pekerja di UD. Putri Juna terutama pekerja bagian pengupasan. 7. Kedua Orang Tua saya yang saya sayangi, adik-adik dan seluruh keluarga saya yang telah memberikan kasih sayang, bantuan moril dan materil serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Kak Dina, Bang Bowo, Bang Tumijo, Kak Ani, Bang Kumis, Kak Rahma atas bantuan yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Akhir ini. 9. Teman seperjuangan saat penelitian Mbak Dwi Lestari, SST yang telah banyak membantu penulis mulai dari kunjungan pabrik dan penyusunan Tugas Akhir, serta banyak memberikan bantuan atas penyelesaian Tugas Akhir ini. 10. Teman-teman seperjuangan dari DIV sampai pindah ke ektensi Meta, Piqih, Sari, Ozi, Yati, Sri, Meli, Beni, Siti, David, Yoa dan yang lainnya yang banyak memberikan saran dan bantuan.
Medan, 19 Maret 2009 Penulis,
(Elly Sabrina Br Bangun)
DAFTAR ISI
BAB
HALAMAN
LEMBAR JUDUL .........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................
ii
RINGKASAN ................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ................................................................................
iv
UCAPAN TERIMAKASIH ..........................................................................
v
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xv
I. PENDAHULUAN ...............................................................................
I-1
1.1. Latar Belakang ............................................................................
I-1
1.2. Perumusan Masalah. ....................................................................
I-3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
I-3
1.3.1. Tujuan Umum ..................................................................
I-3
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................
I-3
1.3.3. Manfaat penelitian ...........................................................
I-4
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi.......................................................
I-4
1.4.1. Batasan Masalah...................................................................
I-4
1.4.2. Asumsi-asumsi...................................................................... I-5 1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ...............................................
I-5
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB
HALAMAN
II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ..................................................................... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha .................................................... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen ......................................................... II-3 2.3.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab .................................. II-5 2.3.2 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja .................................. II-6 2.3.2.1. Tenaga Kerja ....................................................... II-6 2.3.2.2. Jam Kerja ............................................................ II-7 2.3.3 Sistem Pengupahan ............................................................ II-7 2.4. Proses Produksi ............................................................................. II-8 2.4.1. Bahan- bahan yang digunakan ............................................. II-8 2.4.1.1.BahanBaku .............................................................. II-9 2.4.1.2. Bahan Tambahan .................................................... II-9 2.4.1.3. Bahan Penolong...................................................... II-10 2.4.2. Uraian Proses Produksi ...................................................... II-11 2.4.3. Mesin dan Peralatan ........................................................... II-15
III. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... III-1 3.1. Defenisi Ergonomi....................................................................... III-1
DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB
HALAMAN 3.2. Bidang Kajian Ergonomi ..........................................................
III-2
3.2.1. Antropometri ................................................................... III-3 3.2.2. Faal Kerja ........................................................................ III-14 3.2.3 Biomekanika ....................................................................... III-14 3.2.4. Penginderaan ...................................................................... III-15 3.2.5. Psikologi Kerja ................................................................... III-15 3.3. Kelelahan Akibat Kerja .................................................................. III-15 3.3.1. Pengertian Kelelahan ............................................................ III-15 3.3.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja ............ III-17 3.3.3. Proses Terjadinya Kelelahan Kerja ........................................ III-17 3.3.4. Langkah-langkah Mengatasi Kelelahan ................................. III-18 3.4. Fasilitas Kerja ................................................................................. III-21 3.5. Sikap Duduk...... .......................................................................... . III-22
IV. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... IV-1 4.2. Prosedur Penelitian . .................................................................... IV-1 4.3. Rancangan Penelitian .................................................................. IV-6 4.4. Objek Penelitian ......................................................................... IV-7 4.5. Variabel yang Diamati ................................................................ IV-7 4.6. Instrumen Penelitian ................................................................... IV-8
DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB
HALAMAN 4.7. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ IV-8 4.8. Analisa Data ................................................................................... IV-9
V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA............................. V-1 5.1. Pengumpulan Data....................................................................... V-1 5.1.1. Data Ukuran Fasilitas Kerja ............................................... V-1 5.1.2. Data Sikap Kerja Operator Bagian Pengupasan ................. V-1 5.1.3. Data Rata-rata Hasil Body Map Questioner ........................... V-4 5.1.4. Data Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja .............. V-6 5.1.5. Data Pengukuran Antropometri Posisi Duduk ....................... V-9 5.2. Pengolahan Data ......................................................................... V-9 5.2.1. Pengolahan Data Peta Tubuh ( Body Map Questioner) .... V-9 5.2.2. Pengolahan Data Whole Body Reaction Tester ................. V-11 5.2.3. Pengolahan Data Antropometri Pekerja ............................ V-13 5.2.3.1. Perhitungan Nilai Rata-rata..................................... V-10 5.2.3.2. Perhitungan Nilai Standar Deviasi .......................... V-11 5.2.3.3. Perhitungan Nilai Maksimum dan Minimum .......... V-11 5.2.3.4. Uji Keseragaman Data ............................................ V-12 5.2.3.5. Uji Normal dengan Kolmogorov Smirnov Test ........ V-23 5.2.3.6. Perhitungan Persentil .............................................. V-35
DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB
HALAMAN
VI. ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH .................................. VI-1 6.1. Analisa Kesesuian Fasilitas Kerja ................................................ VI-1 6.2. Analisa Kuesioner Peta Tubuh (Body Map Questioner) ................ VI-4 6.3. Analisa Whole Body Reaction Tester (WBRT)............................... VI-6
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ................................................................................ VII-1 7.2. Saran ........................................................................................ VII-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi UD. Putri Juna ................................................ II-5 3.1. Probabilitas Distribusi Normal ...................................................... III-12 4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ............................................... IV-10 5.1. Kursi kecil (Dengklek) pada Bagian Pengupasan ........................... V-1 5.2. Sikap Kerja Membungkuk ............................................................. V-2 5.3. Sikap Kerja Jongkok...................................................................... V-2 5.4. Sikap Kerja Membungkuk Saat Mengangkat Ubi........................... V-3 5.5. Sikap Kerja Menunduk .................................................................. V-4 5.6. Peta Kontrol untuk Dimensi Tinggi Duduk Tegak (TDT) .............. V-17 5.7. Peta Kontrol untuk Dimensi Tinggi Bahu Duduk (TBD)................ V-17 5.8. Peta Kontrol untuk Dimensi Tinggi Mata Duduk (TMD) ............... V-18 5.9. Peta Kontrol untuk Dimensi Tinggi Siku Duduk (TSD) ................. V-19 5.10. Peta Kontrol untuk Dimensi Tebal Paha (TP) .............................. V-19 5.11. Peta Kontrol untuk Dimensi Tinggi Polipteal (TPo) ..................... V-20 5.12. Peta Kontrol untuk Dimensi Pantat Polipteal (PP)........................ V-21 5.13. Peta Kontrol untuk Dimensi Pantat Ke Lutut (Pkl) ....................... V-21 5.14. Peta Kontrol untuk Dimensi Lebar Bahu (LB) ............................. V-22 5.15. Peta Kontrol untuk Dimensi Lebar Pinggul (LP) .......................... V-22 6.1. Gambar Tiga Dimensi Kursi Kerja ................................................ VI-4 6.2. Tampak Samping Kursi Kerja........................................................ VI-4
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
6.3. Tiga Dimensi Meja Kerja .............................................................. VI-5 6.4. Tampak Depan Meja Kerja ............................................................ VI-6
DAFTAR TABEL
TABEL
HALAMAN
2.1. Pembagian Tenaga Kerja pada Setiap Stasiun Kerja di UD. Putri Juna ............................................................................................... II-6 2.2. Jadwal Jam Kerja di UD. Putri Juna................................................ II-7 3.1. Perhitungan Persentil ..................................................................... III -12 5.1. Data Keterangan Pekerja Objek Penelitian Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna ................................................................................... V-5 5.2. Data Rata-rata Hasil Body Map Quesioner Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna ................................................................................... V-5 5.3. Hari I Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna............................................................ V-7 5.4. Hari II Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna............................................................ V-7 5.5. Hari III Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna............................................................ V-8 5.6. Data Antropometri Posisi Duduk Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna ................................................................................... V-9 5.7. Keluhan Rasa Sakit pada Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna ................................................................................................... V-10 5.8. Pengukuran Whole Body Reaction Tester (WBRT) Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna............................................................ V-13
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL
HALAMAN
5.9. Data Hasil Pengukuran Dengan X , σ, Xmaks, Xmin, BKA, BKB ...... V-16 5.10. Keseragaman Data Masing-masing Dimensi ...................................... V-23 5.11. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Tinggi Duduk Tegak (TDT) ................................................................................................ V-25 5.12. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Tinggi Bahu Duduk (TBD)................................................................................................ V-26 5.13. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Tinggi Mata Duduk (TMD)............................................................................................... V-27 5.14. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Tinggi Siku Duduk (TSD) ................................................................................................ V-28 5.15. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Tebal Paha (TP) ............ V-29 5.16. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Tinggi Polipteal (TPo) ... V-30 5.17. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Pantat Polipteal (PP) ...... V-31 5.18. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Pantat Ke Lutut (Pkl) ..... V-32 5.19. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Lebar Bahu (LB) ............ V-33 5.20. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Lebar Pinggul (LP) ........ V-34 5.21. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Antropometri ...... V-34 5.22. Hasil Perhitungan Persentil Data Antropometri Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna............................................................ V-36
6.1. Hasil Perhitungan Persentil Data Antropometri Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna............................................................ VI-1 6.2. Keluhan Rasa Sakit pada Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna ................................................................................................... VI-4 6.3. Penyebab Keluhan Rasa Sakit yang Dialami Pekerja Bagian pengupasan Ubi di UD. Putri Juna ..................................................... VI-5 6.4. Tabulasi Hasil Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna............................................................ VI-6
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
HALAMAN
1. Uraian Tugas dan Tanggungjawab Masing-masing bagian organisasi di UD. Putri Juna ............................................................................... L-1 2. Mesin, Peralatan dan Utilitas yang Digunakan di UD. Putri Juna ....... L-2 3. Rekapitulasi Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna ...........................................................
L-3
4. Perhitungan Interval Kelelahan Kerja Operator Melalui pengukuran dengan Whole Body Reaction Tester .................................................
L-4
5. Gambar Sikap Kerja Operator Bagian pengupasan ............................
L-5
6. Kuesioner
Peta Tubuh ( Body Map Questioner) Pekerja Bagian
Pengupasan .......................................................................................
L-6
7. Gambar Pedoman Kuesioner Peta Tubuh ( Body Map Questioner) ....
L-7
8. Gambar Pedoman Pengukuran Antropometri (Dimensi Tubuh) ...........
L-8
9. Tabel Wilayah Luas Dibawah Kurva Normal ......................................
L-9
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perubahan merupakan ciri khas dunia usaha saat ini, selalu ada produkproduk baru dan mesin-mesin yang lebih modern. Pemilik dari perusahaan kecil dan menengah berada dalam suatu kedudukan dimana dapat bertindak dengan cepat untuk memenuhi tuntutan yang selalu berubah-ubah. Pemilik perusahaan kecil dan menengah ini tidak mempunyai keterampilan
untuk semua bidang
manajemen, ia bertanggungjawab terhadap SDM, pembelian, keuangan, administrasi dan
operasional
sehari-hari.
Ini
menyebabkan
kekurangan
pengelolaan secara menyeluruh. Seorang pemilik tunggal cenderung untuk melakukan sesuatu secara berlebihan dalam bidang yang dikuasai dan mengabaikan bidang yang tidak dikuasai. (Bustami, 2007) Perusahaan dapat dikelola dengan baik, terutama skala kecil dan menengah antara lain melalui peningkatan produktifitas tenaga kerja. Produktifitas tenaga kerja dapat meningkat apabila kondisi dan sarananya mendukung. Sebab rendahnya produktifitas tenaga kerja dan upaya perbaikannya dapat diketahui melalui penerapan ilmu ergonomi. (Hamonangan,2006) Adaptasi merupakan salah satu dari karakteristik yang dimiliki oleh manusia, mereka dapat beradaptasi dengan organisasi industri, proses produksi, alat-alat/mesin produksi, bahkan dapat beradaptasi dengan peralatan atau fasilitas
yang kurang baik. (Santoso, 2004) UD. Putri Juna adalah sebuah usaha kecil menengah yang bergerak dalam pembuatan opak dari ubi kayu. Bagian pengupasan adalah termasuk bagian yang sibuk, karena setiap hari harus mengupas ubi dalam jumlah yang besar. Proses pengerjaannya dituntut kecepatan dan ketepatannya untuk mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya. Proses pengerjaan tersebut terdapat sikap-sikap kerja yang bermacam-macam yang terus-menerus dilakukan setiap harinya seperti berjalan, berdiri dan memilih serta duduk. Survei awal yang dilakukan ditemukan adanya fasilitas kerja yang tidak ergonomis pada bagian pengupasan, pekerja hanya menggunakan dengklek dan lantai sebagai meja kerja. Ukuran dengklek yang tidak sesuai yang terdiri dari 2 jenis ukuran. Dengklek ukuran tinggi 12 cm, lebar 18 cm dan panjang 24 cm dan dengklek ukuran tinggi 10 cm, lebar 20 cm dan panjang 25 cm, membuat pekerja tidak dapat duduk nyaman sehingga pekerja sering jongkok saat bekerja. Fasilitas berupa lantai sebagai meja kerja menimbulkan sikap kerja duduk membungkuk karena pekerja harus melihat kebawah dengan menunduk secara terus-menerus. Sikap kerja ini menyebabkan adanya keluhan rasa sakit pada bagian punggung, leher dan kaki serta cepat lelah. Rancangan kerja yang salah dapat dihindari dengan cara membuat rancangan kerja yang memperhatikan ukuran tubuh manusia (antropometri). Rancangan kerja yang lebih ergonomis akan membuat pekerja tidak harus bekerja dengan posisi membungkuk atau posisi lain yang tidak memberikan kenyamanan bagi anggota tubuh lainnya. (Wigjosoebroto,1995)
Permasalahan ini merupakan objek kajian keilmuan ergonomi, khususnya dalam penggunaan fasilitas kerja yang ergonomis yang bertujuan untuk mengurangi keluhan rasa sakit pada tubuh pekerja dan mengurangi tingkat kelelahan kerja pada stasiun pengupasan ubi di UD. Putri Juna, sehingga menciptakan rasa efektif, aman, nyaman, sehat dan efisien dalam bekerja. Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti menggangkat objek tersebut sebagai judul tugas akhir.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian adalah perlunya usulan fasilitas kerja yang ergonomis pada stasiun pengupasan di UD. Putri Juna
1.3. Tujuan dan Manfaat 1.3.1. Tujuan Umum Memberikan usulan fasilitas kerja yang ergonomis pada pengupasan pada pembuatan kerupuk opak di UD. Putri Juna.
1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi fasilitas kerja pada stasiun pengupasan di UD. Putri Juna. 2. Mengetahui keluhan rasa sakit yang dialami pekerja pada stasiun pengupasan di UD. Putri Juna
3. Mengukur tingkat kelelahan pekerja pada bagian pengupasan dengan mengetahui kecepatan reaksi tubuhnya dengan menggunakan Whole Body Reaction Tester. 4. Mengukur antropometri pekerja pada bagian pengupasan di UD. Putri Juna. 5. Memberikan usulan fasilitas kerja yang ergonomis pada stasiun pengupasan di UD. Putri Juna.
1.3.3. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain adalah : 1. Bagi mahasiswa Meningkatkan pemahaman
dan kemampuan mahasiswa dalam
menggunakan teori yang telah diperoleh. 2. Bagi perusahaaan Diperoleh gambaran awal tentang fasilitas kerja yang ergonomis untuk menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja serta meningkatkan produktifitas tenaga kerja khususnya Stasiun pengupasan di UD. Putri Juna. 3.
Bagi Pendidikan Hasil penelitian akan menjadi salah satu sumber informasi yang diharapkan dapat melengkapi informasi yang telah ada.
1.3. Batasan Masalah dan Asumsi 1.4.1. Batasan Masalah Batasan masalah bertujuan supaya penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembatasan masalah adalah sebagai berikut : 1. Pembatasan masalah dibatasi pada usulan fasilitas kerja
yang
ergonomis berdasarkan antropometri pada stasiun pengupasan di UD. Putri Juna. 2. Penelitian yang dilakukan di
UD.Putri Juna, Tanjung Anom yang
bergerak dibidang pembuatan opak dari ubi kayu hanya pada stasiun pengupasan.
1.3.2. Asumsi-asumsi Asumsi yang digunakan untuk membantu memecahkan persoalan yang ada adalah : 1. Karyawan bekerja pada kondisi normal 2. Tidak ada pergantian fasilitas kerja selama dilakukan penelitian 3. Tidak ada perubahan kondisi kerja 4. Tenaga kerja tetap
1.4. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana Sistematika penulisan dibuat untuk memudahkan penulisan, pembahasan, dan penilaian tugas akhir ini. Maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dalam sistematika sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Pada
bab
ini
akan
diuraikan
mengenai
latar
belakang
permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi, serta sistematika penulisan laporan. BAB II
: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Pada bab ini akan diuraikan secara ringkas berbagai atribut dari perusahaan yang menjadi objek penelitian, antara lain : sejarah umum perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, organisasi dan manajemen, proses produksi, dan sebagainya
BAB III
: TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan
diuraikan teori-teori yang relevan dan
mendukung pemecahan masalah yang sedang dibahas BAB IV
: METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam pemecahan masalah mulai dari identifikasi masalah sampai pada penarikan kesimpulan dan saran
BAB V
: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data-data yang dikumpulkan dalam penelitian dan juga berisi pengolahan data sebagai dasar pada bab analisa pemecahan masalah BAB VI
: ANALISA PEMECAHAN MASALAH Pada bab ini dilakukan pembahasan dan analisa terhadap hasil pengolahan data untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dan saran yang tepat untuk mencapai tujuan penelitian
BAB VII
: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang dapat diberikan peneliti bagi perusahaan berdasarkan kesimpulan yang diambil
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan Gagasan untuk membuka usaha pembuatan opak UD. Putri Juna dimulai sejak tahun 1999. Nama yang dibuat untuk usaha ini berasal dari nama pendiri usaha ini yaitu Pak Junaidi dan nama anaknya Putri. Usaha ini berhasil didirikan pada tahun 2000 oleh Pak Junaidi, seorang pengusaha yang meniti karirnya mulai dari seorang pencabut ubi harian dengan penghasilan Rp.15.000,00 per harinya. Pengusaha ini mulai menjadi seorang pencabut ubi sejak tahun 1997, setahun pekerjaan ini dilakukannya. Tetapi lama-kelamaan ia melihat keuntungan yang cukup besar apabila ia berani memborong ubi-ubi tersebut dan menjualnya kepada penampung ubi. Pada tahun 1998 akhirnya
Pak Juna mewujudkan
keinginannya untuk menjadi pemborong ubi dengan penghasilan mula-mula Rp.50.000,00 perharinya. Dengan penghasilan yang bertambah ini beliau belum merasa puas dan pada saat itu timbul niat untuk membuka pabrik pengolahan ubi menjadi kerupuk opak. Ternyata harapan tersebut dapat terwujud. Akhirnya Pak Juna
mewujudkan
keinginannya
untuk
menjadi
pemborong
ubi
dan
memberanikan diri untuk mengajak penampung ubi menjadi mitra kerjanya. Pada tahun 2000 usaha pembuatan opak UD. Putri Juna berhasil didirikan dengan modal yang berasal dari penampung ubi tersebut, dengan penghasilan bersih Rp. 75.000,00 perharinya dengan jumlah tenaga kerja 9 orang. Dan berkembang hingga saat ini dengan hasil yang semakin besar.
UD Putri Juna berlokasi di Dusun II Bakti, Desa Sukaraya Nomor 5, Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Pada awal perusahaan hanya mendirikan satu perusahaan, tetapi seiringnya waktu serta banyaknya permintaan kerupuk opak maka pihak perusahaan telah membangun tiga perusahaan. Satu perusahaannya berada persis dibelakang rumahnya, hal ini memudahkan pemilik perusahaan mudah untuk mengawasinya. Sedangkan dua perusahaan lagi berada sekitar 1 km dari rumahnya. Perusahaan yang diteliti terletak di belakang rumahnya dengan luas areal produksi 1200 m2.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha UD. Putri Juna merupakan usaha kecil menengah yang hanya mempunyai satu jenis produksi pembuatan opak, yaitu jenis opak yang berukuran kecil yang diberi nama opak Jaipong. Bahan baku diperoleh dengan membeli ubi kayu dari para petani melalui supplier yang berasal dari Sukaraya, Tanjung Anom, Tanah Karo, Lubuk Pakam, Galang, Perbaungan, dan Tebing Tinggi. Selain itu perusahaan juga mendapat pasokan dari kebun yang dimiliki oleh UD. Putri Juna, kebun ubi kayu ini berguna untuk menjamin tersedianya bahan baku untuk diolah. Sampai saat ini kebun-kebun ubi kayu yang dimiliki sekitar 10 hektar. Untuk pemasaran hasil produksi perusahaan seluruhnya dijual ke daerahdaerah seperti Medan, Jakarta, Tangerang, Jambi dan Pekan Baru. Pihak perusahaan tidak bertanggung jawab dalam hal pendistribusian. Pihak perusahaan hanya menjual kerupuk opak mentah, selanjutnya yang mengelola kerupuk opak
menjadi produk beraneka rasa dilakukan oleh perusahaan lain. Pihak perusahaan bekerja sama dengan perusahaan lain dalam hal penjualan.
2.3. Organisasi dan Manajemen. Organisasi adalah merupakan alat atau wadah dari suatu kelompok orang yang bekerja sama dengan terkoordinasi dengan cara yang terstruktur, untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi sering juga dipandang sebagai suatu sistem karena merupakan serangkaian bagian yang saling terkait dan saling tergantung yang diatur sedemikian rupa sehingga sehingga menghasilkan keseluruhan yang menyatu. Organisasi dan manajemen adalah salah satu faktor penting yang mendukung maju mundurnya perusahaan. Penyusunan sistem organisasi dan manajemen harus disesuaikan dengan keadaan perusahaan yang bersangkutan, sebab sistem yang baik bagi suatu perusahaan belum tentu baik untuk perusahaan yang lainnya. Adanya sistem yang sudah terencana dengan baik, akan menjamin lancarnya komunikasi dan informasi di dalam organisasi sehingga akan diperoleh kebijaksanaan-kebijaksanaanyang tepat pada keadaan-keadaan yang dibutuhkan. Manajemen merupakan seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari sumber-sumber daya terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan tertentu yang ditetapkan. Perusahaan yang dimiliki berbagai kegiatan yang berbeda-beda harus dikoordinasikan secara baik agar tujuan dan sasaran perusahaan tercapai dengan kondisi efisien yang tinggi.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dasar organisasi adalah adanya dua orang atau lebih, adanya maksud
kerjasama, adanya
pengaturan hubungan dan adannya tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian dapat dirumuskan defenisi yang umum yaitu, organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terikat dalam hubungan formal dalam rangkaian suatu tekat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari defenisi di atas didapat tiga unsur yang dirasa perlu diperhatikan yaitu: 1. Organisasi bukan tujuan, tetapi hanya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan dalam melakukan tugas pokok. Oleh karena itu susunan organisasi harus selalu disesuaikan dengan perkembangan tujuan dan perkembangan tugas-tugas pokok. 2. Organisasi merupakan wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terkait dalam hubungan formal. 3. Dalam organisasi selalu ada hirarki, artinya dalam suatu organisasi selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan bawahan dalam mencapai suatu tujuan. Dengan adanya wewenang dari atasan terhadap suatu perintah yang harus diatasi oleh bawahan dalam menjalankan suatu tugas demi tercapainya suatu tujuan yang semaksimal mungkin. Struktur organisasi yang digunakan pada UD. Putri Juna adalah struktur organisasi yang berbentuk garis. Organisasi garis (line Organizations) adalah suatu bentuk organisasi dimana kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara garis dari tingkat pimpinan atas kepada tingkat bawahnya. Dalam bentuk
organisasi seperti ini, tidak seorang bawahan pun yang mempunyai atasan lebih dari satu orang, jadi kesimpangsiuran perintah yang diterima oleh bawahan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi. Pada struktur organisasi garis prinsip kesatuan dalam komando akan terpelihara dengan baik. Atasan hanya memerintah bawahan tertentu dan bawahan akan memberikan laporan kepada atasan yang memberikan perintah.
Chief Operation Officer
Executive Secretary
Ka.Marketing
Production Sec. Head
Engineering Sec.Head
Mandor
PEKERJA
Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD. Putri Juna 2.3.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Menjalankan organisasi suatu usaha perlu adanya tugas dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan. Uraian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan dalam struktur organisasi pada UD. Putri Juna dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.3.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.2.1. Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah orang-orang yang kegiatan sehari-harinya terikat atas suatu pekerjaan, baik itu keterikatannya pada organisasi perusahaan dalam proses produksi untuk mencapai suatu tujuan maupun diluar kegiatan organisasi perusahaan. UD. Putri Juna memiliki tenaga kerja yang terdiri dari pekerja harian dan pekerja borongan. Pekerja-pekerja tersebut ditempatkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Pembagian Tenaga Kerja pada Setiap Stasiun Kerja di UD. Putri Juna Pekerja
Bagian
Jenis Kela min
Juml ah
Chief Operation Officer
Kantor
Lakilaki
1 Oran g
Executive Secretary
Kantor
Wanit a
1 Oran g
Ka. Marketing
Produ ksi
Lakilaki
1 Oran g
Production Head
Section
Produ ksi
Lakilaki
1 Oran g
Engineering Head
Section
Produ ksi
Lakilaki
1 Oran g
Mandor
Produ ksi
Wanit a
1 Oran g
Pekerja Borongan
Pengu pasan
Wanit a
10 Oran g
Pencu cian
Lakilaki
1 Oran g
Pereb usan
Lakilaki
1 Oran g
Pelum atan
Lakilaki
1 Oran g
Penge pressa n
Wanit a
2 Oran g
Pencet akan
Wanit a
2 Oran g
Penje muran
Lakilaki
2 Oran g
Wanit a
1 Oran g
Wanit a
1 Oran g
Pekerja Harian
Sortasi
Total
(Sumber : UD. Putri Juna)
27 Oran g
2.3.2.2. Jam Kerja Jam kerja yang berlaku di UD. Putri Juna hanya satu shift kerja. Pembagian jam kerja yang telah ditetapkan di UD. Putri Juna dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Jadwal Jam Kerja di UD. Putri Juna Pekerja
Borongan
Harian
Hari
Senin Sabtu
Senin Sabtu
Jam
–
–
Keterangan
8.00 12.00
–
Bekerja
12.00 13.00
–
Istirahat
13.00 16.00
–
Bekerja
8.00 12.00
–
Bekerja
12.00 13.00
–
Istirahat
13.00 17.00
–
Bekerja
(Sumber : UD. Putri Juna)
2.3.3. Sistem Pengupahan Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan,
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha (pemberi pekerjaan) dan pekerja termasuk termasuk tunjangan baik untuk pekerja sendiri maupun keluarganya. Gaji adalah upah dasar yang diberikan dari pemberi dari pemberi kerja kepada penerima kerja dalam ukuran waktu tertentu misalnya ukuran 1 (satu) hari dan 1 (satu) bulan, dan kadang disebut dengan gaji pokok, yang jumlahnya tetap dan akan mengalami kenaikan pada periode tertentu sesuai dengan jabatan dan prestasi pihak penerima. Sistem pengupahan di UD. Putri Juna terdiri dari dua yaitu sebagai berikut : 1. Sistem harian Sistem pengupahan harian dipakai untuk semua pekerja. 2. Sistem borongan Pembayaran upah dilakukan dua minggu sekali. Besar upah borongan ini tergantung dari jenis pekerjaan dan kuantitas borongan yang dikerjakan. Setiap pekerjaan yang diborongkan memiliki satuan harga tertentu yang akan dikalikan dengan banyaknya hasil yang diperoleh.
2.4. Proses Produksi Proses adalah cara, metode dan teknik bagaimana mengubah sumber daya (material, tenaga kerja, mesin, dana dan metode) yang ada untuk memperoleh hasil, sedangkan produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Dari defenisi tersebut dapat ditarik kesumpulan
bahwa proses produksi adalah cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber daya material, tenaga kerja, mesin, dana dan metode yang ada.
2.4.1. Bahan-Bahan yang Digunakan Bahan-bahan yang digunakan pada proses pembuatan kerupuk opak pada UD. Putri Juna dapat dikelompokkan atas tiga, yaitu bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.
2.4.1.1. Bahan Baku Bahan baku adalah bahan utama yang membentuk bagian integral dari suatu produk dimana bahan tersebut dapat dengan mudah ditelusuri sampai bahan jadi atau dengan kata lain suatu bahan yang turut serta dalam penentuan produk yang memiliki pengaruh yang paling besar dan dapat diketahui dengan jelas, atau dengan persentase komposisi bahan yang tinggi. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi pembuatan opak adalah Ubi Kayu. Ubi kayu merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan opak. Ubi kayu juga adalah salah satu sumber makanan bergizi yang banyak mengandung karbohidrat. Ubi kayu banyak digunakan sebagai bahan makanan seperti tepung terigu yang dapat digunakan untuk berbagai jenis makanan. Selain itu untuk sebagian orang ubi digunakan pengganti nasi. Mudah mendapatkan ubi kayu, harganya yang murah, rasanya yang enak dan mudah untuk mengolahnya menjadi berbagai jenis makanan membuat ubi banyak diminati masyarakat.
Perusahaan membeli bahan baku ubi kayu dengan membeli melalui supplier dari perkebunan ubi kayu yang berasal dari Sukaraya, Tanjung Anom, Perbaungan, Tebing Tinggi, Tanah Karo, Lubuk Pakam, Galang. Selain memasok dari luar, UD. Putri Juna juga mendapat pasokan bahan baku dari perkebunan milik sendiri seluas 10 Ha. 2.4.1.2. Bahan Tambahan Bahan tambahan adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk untuk membantu peningkatan mutu produk. Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan opak adalah : 1. Goni Goni digunakan sebagai kemasan yang membungkus opak secara langsung. Setiap satu goni beratnya 50 kg opak. 2. Spidol Spidol digunakan sebagai alat tulis yang memberikan informasi berisi keterangan berat produk yang ditulis pada bagian luar goni. 3. Tali Tali terbuat dari bahan plastik yang berguna untuk mengikat produk yang telah dikemas dalam goni. 2.4.1.3. Bahan Penolong Bahan Penolong adalah bahan yang ditambahkan ke dalam proses produksi dengan tujuan membantu memperlancar proses produksi. Bahan ini bukan bagian dari produk akhir. Bahan-bahan yang digunakan yaitu : 1. Air
Air yang digunakan berasal dari sumur yang terdapat di lokasi pabrik. Beberapa penggunaan air yang berasal dari sumur adalah : a. Digunakan untuk keperluan pencucian ubi kayu dalam bak pencucian. b. Keperluan perebusan ubi kayu dalam bak perebusan. c. Sebagai campuran minyak yang digunakan pada mesin press dan mesin pencetak agar adonan yang dibentuk pada mesin tidak lengket. d. Membersihkan mesin dan peralatan.
2. Campuran minyak dan air Minyak yang digunakan adalah minyak goreng yang dicampur dalam air. Campuran minyak dan air ini digunakan untuk mengolesi mesin press dan mesin pencetak agar pada saat pengepressan dan pencetakan, adonan tidak lengket. 3. Tepung Tepung yang digunakan diambil dari produk cacat opak yang berbentuk halus. Tepung ini ditaburkan kedalam adonan ubi yang sudah dicetak agar tidak lengket apabila ditumpuk untuk selanjutnya dijemur. Selain itu tepung juga ditaburkan pada tangan pekerja agar adonan tidak lengket pada tangan. 2.4.2. Uraian Proses Produksi Uraian proses produksi yang terjadi dalam pembuatan kerupuk opak di UD. Putri Juna adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan Bahan baku ubi kayu yang dibawa ke pabrik diterima di departemen penerimaan. Ubi kayu tersebut diperoleh dari dua sumber pasokan yaitu dari supplier yang telah bekerjasama dengan pihak perusahaan dan dari kebun milik sendiri. Satu mobil pengangkut berisi 11 ton ubi kayu, satu kali proses produksi kerupuk opak diperlukan 3,5 ton ubi kayu. sehingga cukup untuk tiga kali produksi kerupuk opak.
2. Pengupasan Setelah ubi diturunkan dari mobil ubi ditumpuk di bagian penerimaan, ubi dibawa ke bagian pengupasan. Kegiatan selanjutnya yaitu melakukan pengupasan ubi kayu. Ubi kayu dikupas dengan menggunakan pisau pemotong, dengan cara terlebih dahulu memotong kedua ujung ubi tersebut dan kemudian dikupas. Pekerja bagian pengupasan menggunakan sarung tangan yang berguna untuk melindungi tangan pekerja dari pisau pada saat pengupasan. Pengupasan dilakukan dekat dengan bagian penerimaan ubi. Pengupasan dilakukan oleh pekerja borongan, sistem pengupahannya yaitu jumlah ubi yang dikupas dikali dengan harga yang telah ditentukan oleh perusahaan. Ubi kayu yang sudah dikupas dimasukkan ke dalam goni untuk ditimbang. 3. Pencucian Ubi kayu yang sudah dikupas kemudian dibawa ke bak pencucian dengan menggunakan beko. Setelah ubi dimasukkan ke dalam bak pencucian,
kemudian
dimasukkan
air.
Pencucian
menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat
dilakukan
bertujuan
untuk
diubi pada saat pengupasan
dilakukan. 4. Perebusan Ubi kayu yang sudah dicuci selanjutnya dipindahkan ke bak perebusan menggunakan sekop. Satu bak perebusan berisi 2,275 ton ubi. Satu kali proses perebusan ubi kayu memerlukan waktu selama 4 jam. Perebusan dimulai pada pukul 3.30 Wib pagi dan dibongkar kembali pada pukul 07.30 Wib.
5. Pelumatan Ubi kayu yang sudah direbus kemudian dipindahkan ke departemen pelumatan dengan menggunakan sekop. Ubi kayu dimasukkan ke dalam mesin pelumat, dalam keadaan panas. Hal ini dimaksudkan agar ubi mudah dilumatkan, karena apabila ubi sudah dingin maka proses pelumatan menjadi lama. Hasil pelumatan ubi di tampung ke dalam baskom yang terbuat dari seng yang terletak dibawah mesin pelumat. 6. Pengepressan Proses selanjutnya setelah ubi di lumatkan, maka hasil pelumatan dipindahkan ke departemen pengepressan. Pengepressan dilakukan dengan memasukkan dan menekan bongkahan lumatan ubi kedalam mesin press. Penekanan dilakukan bertujuan agar ubi yang masuk ke mesin press bisa rata sepanjang mesin dan padat sehingga hasil produk cacat dapat diminimalkan. Pada saat
pemasukkan dan penekananan bongkahan ubi, diatasnya ditaburi tepung agar ubi tidak lengket. Pada mesin press juga dibalut plastik, bertujuan agar adonan ubi yang sudah dilumatkan tidak lengket pada mesin, dan memperlancar proses pengepressan. Pada balutan plastik yang ada di mesin press juga diberikan minyak agar adonan press ubi tidak lengket dan dapat dengan mudah lepas dari mesin pressan. Hasil pengepressan dilapisi dengan plastik polybag, untuk mempermudah proses selanjutnya.
7. Pencetakan Ubi yang sudah dipress, selanjutnya dimasukkan ke mesin pencetak. Pada mesin pencetak juga dilapisi plastik putih dan diberi minyak serta ditaburi tepung. Hal ini dimaksudkan agar adonan yang akan dicetak tidak lengket. Pada mesin pencetak inilah akan hasil pressan membentuk opak yang bulat. 8. Penjemuran Setelah pencetakan ubi selesai, maka hasilnya dibawa ke departemen penjemuran dengan menggunakan beko. Penjemuran dilakukan di halaman yang berumput dan lansung terkena sinar matahari. Penjemuran dilakukan selama 5-6 jam apabila sinar matahari sangat panas. Tapi apabila hari mendung atau hujan penjemuran memakan waktu 10 jam sampai 2 hari. 9. Peremasan dan Pemisahan (sortasi)
Opak yang sudah kering dibawa ke departemen pemisahan (sortasi). Pengangkutan kerupuk opak dari departemen penjemuran ke departemen pemisahan dilakukan dengan menggunakan beko. Opak yang masih berbentuk lembaran-lembaran selanjutnya diremas agar opak terpisah satu sama lain, seperti bentuk hasil cetakannya. Peremasan dan pemisahan kerupuk dilakukan di meja pengayakan. Pada meja pengayakan ini akan terpisah produk cacat yang kasar dengan yang halus. Produk cacat yang kasar akan diproses ulang kembali menjadi kerupuk opak, sedangkan opak yang halus akan dijual kepada masyarakat dan perusahaan pakan ternak sebagai bahan untuk diolah menjadi makanan ternak.
10. Pengemasan (packaging) Proses selanjutnya adalah pengepakan (packaging). Opak yang sudah disortasi (produk yang tidak cacat), dimasukkan kedalam goni. Satu goni berisi 50 kg opak dan di depan goni tertulis tulisan 50 kg yang ditulis dengan menggunakan spidol. Setelah kerupuk opak ditimbang, goni diikat dengan menggunakan tali plastik. Setelah proses pengepakan selesai goni berisi opak dibawa ke gudang untuk disimpan. 2.4.3. Mesin dan Peralatan Mesin-mesin disini maksudnya adalah alat-alat produksi yang digunakan untuk mengubah/mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau mengubahnya menjadi produk jadi (hasil akhir). Spesifikasi mesin dan peralatan merupakan hal yang penting didalam suatu pabrik, dimana jika terjadi perubahan
pada alat maka mudah diadakan penggantian. Daftar mesin dan peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Defenisi Ergonomi Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman, nyaman, sehat, efisien. 1 Beberapa pengertian istilah ergonomi adalah sebagai berikut :
1
Sutalaksana, Iftikar Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. MTI ITB. Departemen Teknik Industri. Hal 61.
1. International Labour Organization (ILO) mendefenisikan ergonomi ialah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dengan manusia secara optimum
dengan
tujuan
agar
bermanfaat
demi
efisiensi
dan
kesejahteraaan. 2. Suma'mur PK mendefenisikan ergonomi adalah ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan mencapai produktivitas dan efisiensi yangsetinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimaloptimalnya. 3. Kroemer dan Grandjen mendefenisikan ergonomi adalah pengetahuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Atau satu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, keahlian dan keterbatasan manusia, sehingga tercapai satu kondisi lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal. Dari pengertian diatas menunjukkan bahwa ergonomi memberikan manfaat yang sangat besar dalam keberhasilan suatu perusahaan. Ilmu ergonomi yang diterapkan secara tepat pada perusahaan, akan memberikan manfaat. Manfaat penerapan ergonomi antara lain adalah : 1. Meningkatkan unjuk kerja, seperti : menambah kecepatan kerja, ketepatan, keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan.
2. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan 3. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan keterampilan yang diperlukan. 4. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia. 5. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
3.2. Bidang Kajian Ergonomi Pengelompokan bidang kajian ergonomi mencakup seluruh perilaku manusia dalam bekerja. Bidang tersebut adalah sebagai berikut :
3.2.1. Antropometri Antropometri adalah ilmu yang berkaitan dengan pengukuran dimensi dan cara untuk mengaplikasikan karakteristik tertentu dari tubuh manusia (Roebuck, 1994). Antropometri berasal dari kata antropos yang berarti manusia, dan metrikos yang berarti pengukuran. Sehingga Antropometri diartikan sebagai suatu ilmu yang secara khusus berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan perbedaan pada individu, kelompok, dan sebagainya (Pheasant, 1988). Pengukuran antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu : 1. Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang berada dalam posisi diam dan dilakukan dalam posisi berdiri dan posisi duduk.
2. Antropometri dinamis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang sedang bergerak dalam berbagai posisi tubuh sehingga lebih kompleks dan sulit diukur. Dalam mengukur antropometri banyak ditemui perbedaan-perbedaaan sumber validitas yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang akan digunakan dalam perancangan suatu produk. Berdasarkan perbedaan pada tubuh manusia secara global maka dikenal tiga prinsip dalam perancangan, pengukuran dan perbaikan sistem kerja, yaitu : 1. Perancangan berdasarkan individu ekstrim Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang dirancang tersebut dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang memakainya (biasanya minimal 95 % pemakai). Contohnya : -
Ketinggian kontrol maksimum sesuai dengan jangkauan keatas dari orang pendek
-
Tinggi tempat duduk sesuai dengan panjang kaki orang pendek
-
Lebar tempat duduk sesuai dengan lebar pinggul orang gemuk
-
Tinggi pintu sesuai dengan orang tinggi
2. Perancangan fasilitas yang disesuaikan Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas tersebut bisa dipakai atau bisa menampung dengan enak dan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya.
Contohnya Kursi pengemudi mobil bisa diatur maju-mundur dan kemiringan sandarannya. 3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakainya Prinsip ini digunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan jika menggunakan prinsip perancangan fasilitas bisa disesuaikan dianggap tidak layak. Prinsip berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak rugi daripada untungnya. Sedangkan jika fasilitas dirancang berdasarkan prinsip yang bisa disesuaikan tidak layak karena harganya mahal. Kenyamanan ataupun ketidaknyaman menggunakan alat tergantung dari kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Apabila ukuran alat tidak disesuaikan dengan ukuran pengguna alat tersebut pada jangkauan waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh. Stress tubuh tersebut antara lain bisa berupa tidak nyaman, lelah, nyeri, pusing, dan lain sebagainya. 3.2.1.1. Cara Mendapatkan Data Antropometri Untuk mendapatkan data antropometri yang teliti sehingga dapat digunakan sebagai dasar ukuran desain suatu alat, produk, ataupun suatu perencanaan, antara lain 2 : 1. Jumlah sampel memenuhi 2. Sampel pada masyarakat tertentu 3. Dapat digeneralisasi pada populasi
2
Santoso Gempur 2004. Ergonomi : Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Cetakan Pertama.Jakarta: Prestasi Pustaka. Hal 27.
Agar data antropometri tersebut dapat digunakan, maka sampel antropometri harus diklasifikasikan. Pengklasifikasian ini dibuat berdasarkan perbedaan yang terpenting pada ukuran manusia, klasifikasi sampel tersebut adalah : 1. Jenis kelamin secara distribusi normal ada perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Untuk kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan yang signifikan diantara mean (rata-rata) dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Pria dianggap lebih panjang segmen badannya dari pada wanita. Oleh karenanya data antropometri untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah. 2.
Suku bangsa Variasi diantara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah pentingnya terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari suatu negara ke negara lain. Suatu contoh sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi jumlah satuan angkatan kerja (industrial workforce), maka akan mempengaruhi antropometri secara nasional.
3. Usia Digolongkan ada beberapa kelompok usia yaitu : a. Balita b. Anak-anak
c. Remaja d. Dewasa dan e. Lanjut usia Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk antropometri
anak-anak.
Antropometrinya
akan
cenderung
terus
meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia
mempunyai
kecenderungan
untuk
menurun yang antara lain disebabkan oleh kurangnya elastisitas tulang belakang
(intervertebral
discs).
Selain
itu
juga
berkurangnya
dinamika gerakan tangan dan kaki. 4. Jenis pekerjaan Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawan/stafnya. Seperti misalnya: buruh dermaga/pelabuhan adalah harus mempunyai postur tubuh yang relatif besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer. 5. Pakaian Hal ini merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh bervariasinya iklim/musim yang berbeda dari suatu tempat ke tempat yang lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu musim dingin manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan ukuran yang lebih besar. Ataupun untuk para pekerja di pertambangan,
pengeboran lepas pantai, pengecoran logam. Bahkan para penerbang dan astronotpun harus mempunyai pakaian khusus. 6.
Faktor Kehamilan pada Wanita faktor ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan analisa perancangan produk (APP) dan analisa perancangan kerja. (APK)
7. Cacat fisik tubuh Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu diberikannya skala prioritas pada rancangan bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta merasakan ”kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi didalam pelayanan untuk masyarakat.
3.2.1.2. Pengolahan Data Antropometri Untuk Menghasilkan perancangan yang baik maka data antropometri yang diambil harus diuji secara statistik untuk menunjukkan bahwa data antropometri tersebut adalah seragam. Dimensi tubuh ini digunakan untuk merancang fasilitas kerja. Untuk bisa menggunakan data dimensi tersebut ke dalam perancangan terlebih dahulu dibuat perhitungan rata-rata, standar deviasi. a. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai Maksimum dan Minimum.
Data antropometri dari seluruh operator selanjutnya akan menentukan nilai rata-ratanya, standar deviasinya, nilai maksimumnya dan minimumnya untuk masing-masing. −
1. Nilai Rata-rata ( X ) Menentukan nilai rata-rata dimensi tubuh dengan rumus sebagai berikut : −
X =
X 1+ X 2 ..... + Xn = n
∑ Xn n
Dimana : N
= Banyaknya pengamatan
−
X
= X rata-rata
∑ Xn
= Jumlah pengamatan ke n
2. Nilai Standar Deviasi Untuk menentukan nilai standar deviasi masing-masing pengukuran, dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : − ∑1 Xi − X n −1 n
σ=
2
Dimana : σ = Standar deviasi
Xi = pengamatan ke n −
X = Nilai rata-rata pengamatan
N = Banyaknya pengamatan 3. Nilai Maksimum dan Minimum
Untuk menentukan nilai maksimum dan minimum maka data harus diurutkan dari nilai terbesar sampai nilai terkecil atau sebaliknya. Nilai yang paling besar dinamakan nilai maksimum (Xmaks) sedangkan nilai yang paling kecil dinamakan nilai minimum (Xmin). 4. Uji Keseragaman Data Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam karena tidak memenuhi spesifikasi. Untuk menguji keseragaman data digunakan peta kontrol dengan persamaan sebagai berikut : −
BKA = X + 2 σ −
BKB = X - 2 σ Jika Xmin > BKB dan X max < BKA maka data seragam Jika Xmin < BKB dan X max > BKA maka data tidak seragam b. Uji Normal Dengan Kolmogorov Smirnov Test Uji kesesuaian antara frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan, yang tidak memerlukan anggapan tertentu tentang bentuk distribusi populasi dari mana sampel diambil, disamping dengan menggunakan uji chisquare dapat juga digunakan uji Kolmogrov Smirnov. Suatu alternatif dari uji kesesuain ini dikemukan oleh A. Kolmogorov dan NV. Smirnov matematisi bangsa rusia yang melakukan dasar teoritis dari alternatif uji kesesuian.
Dalam uji kolmogorov smirnov yang diperbandingkan adalah distribusi frekuensi komulatif yang diharapkan. Uji kesesuaian Kolmogrov Smirnov dapat diterapkan pada dua keadaan : a. Menguji apakah sampel mengikuti suatu bentuk distribusi populasi teoritis. b. Menguji apakah dua buah sampel berasal dari dua populasi yang identik. Adapun langkah – langkah yang perlu dalam pengujian adalah : 1. Data hasil pengamatan disusun dimulai dari nilai pengamatan terkecil sampai dengan nilai pengamatan terbesar. 2. Nilai – nilai pengamatan tersebut kemudian disusun membentuk distribusi frekuensi komulatif relatif, dan dinotasikan dengan Fa ( X ). 3. Hitung nilai Z dengan rumus : Z=
Xi − X
σ
Keterangan : Xi = Data Ke – i X = Nilai Rata – rata
σ = Standar Deviasi 4. Hitung distribusi frekuensi komulatif teoritis (berdasarkan kurva normal) dan dinotasikan dengan Fe ( X ). 5. Ambil selisih antara Fa(X) dengan Fe(X) 6. Ambil angka selisih maksimum dan notasikan dengan D. D = Max Fa( X ) − Fe( X )
a. Bandingkan nilai D yang diperoleh dengan nilai Dα dari Tabel Uji Kolmogorov smirnov. b. Kriteria Pengambilan Keputusan adalah : Ho diterima apabila D
D α Uji hipotesis yang digunakan adalah : Ho : Data tidak berdistribusi normal Hi : Data berdistribusi normal
c. Persentil Penerapan data antropometri akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) dari suatu distribusi normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya :
95% populasi adalah sama dengan atau lebih
rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil. Dalam pokok bahasan antropometri, 95 persentil menunjukkan tubuh berukuran besar, sedangkan 5 persentil menunjukkan tubuh berukuran kecil. Jika diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi, maka 2,5 dan 97,5 persentil adalah batas rentang yang dapat dipakai. Untuk mengetahui letak persentil yang digunakan maka dapat dilihat pada kurva distribusi normal pada
Gambar 3.1. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan berdasarkan tabel probabilitas distribusi normal sehingga perhitungan nilai persentil dapat dilihat pada Tabel 3.1. N ( X ,σ x ) 95% 2,5 %
2,5 %
X 1,96σ x
2,5 th% ile
1,96σ x
97,5 th% ile
x
Gambar 3.1 Probabilitas Distribusi Normal Tabel 3.1. Perhitungan Persentil Persentil
Kalkulasi
1st
x − 2,325σ x
2,5 th
x − 1,96σ x
5 th
x − 1,645σ x
10 th
x − 1,280σ x
50 th
x
90 th
x + 1,280σ x
95 th
x + 1,645σ x
97,5 th
x − 1,96σ x
99 th
x − 2,325σ x
3.2.1.3. Desain Produk (peralatan) Ergonomis Berdasarkan Antropometri Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan seharusnya disesuaikan dengan manusia di lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi manusia tersebut. Dampak negatif bagi manusia tersebut akan terjadi baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka waktu panjang. Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain : nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan. Richard (2001) menyebutkan bahwa saat ini terdapat 80 % orang hidup setelah dewasa mengalami nyeri pada bagian tubuh belakang (back pain) karena berbagai sebab termasuk kondisi tidak ergonomis, dan karena back pain ini mengakibatkan 40% orang tidak masuk kerja. Tidak masuknya kerja ini sangat merugikan perusahaan atau institusi, karena produksi berkurang. 3.2.2. Faal Kerja Perilaku manusia yang dibahas pada faal adalah reaksi tubuh manusia selama bekerja khususnya mengenai energi yang dikeluarkanya. Energi diperoleh manusia dari makanan yang dimakannya. Melalui berbagai tahap metabolisme dalam sistem pencernaan dan zat-zat yang mengandung energi yang disimpan dalam bentuk lemak dan glikogen. Untuk keperluan bekerja, glikogenlah yang berperan besar, yang akan membawa oksigen untuk dikirim ke otot-otot tubuh yang memerlukannya.
3.2.3. Biomekanika Biomekanika kerja mengkaji perilaku manusia dari aspek-aspek mekanika gerakan anggota tubuh. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa biomekanika kerja berhubungan dengan kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan kemampuan otot dalam berinteraksi dengan aspek-aspek mekanik yang ditimbulkan oleh kerja. Dalam dunia pekerjaan, bidang-bidang perhatian biomekanika adalah kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota-anggota badan dan daya tahan jaringan-jaringan tubuh terhadap beban. 3.2.4. Penginderaan Secara biologis, manusia dikenal memiliki lima indera. Mata merupakan indera yang paling banyak dipakai dalam pekerjaan-pekerjaan industri, yaitu sekitar 85 %, kemudian diikuti oleh telinga. Dalam ergonomi aspek penginderaan dikaji terutama untuk mengetahui apa yang terjadi kelemahan masing-masing indera dalam menghadapi sistem kerja yang akan dibuat. 3.2.5. Psikologi Kerja Psikologi kerja membahas masalah-masalah kejiwaan yang dijumpai pada tempat kerja yaitu menyangkut apa yang disebut dengan faktor-faktor diri ini adalah jenis kelamin, usia, sifat, atau kepribadian, sistem nilai, karakteritik fisik, minat, motivasi, pendidikan, dan pengalaman.
3.3. Kelelahan Akibat Kerja 3.3.1. Pengertian Kelelahan Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semua bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh 3. Ada beberapa macam kelelahan yang diakibatkan oleh faktor yang berbeda-beda, antara lain adalah : 1. Lelah otot, yang dalam hal ini bisa dilihat dalam bentuk munculnya gejala kesakitan yang sangat ketika otot harus menerima bahan yang berlebihan. 2. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata). Mata yang berkonsentrasi secara terus-menerus pada suatu objek (layar monitor), seperti yang dialami oleh operator komputer misalnya akan terasa lelah. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga akan bisa menimbulkan gejala yang sama. 3. Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan diakibatkan secara langsung oleh aktivitas fisik, melainkan lewat kerja mental (proses berfikir sebagai contoh). Lelah mental ini sering kali pula disebut sebagai lelah otak.
3
Tarwaka, 2004. Ergonomi : Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surabaya. Hal 107.
4. Lelah monotonis, adalah jenis kelelahan yang disebabkan oleh aktifitas kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat menjemukan. Pekerjaan yang tidak memberikan tantangan, tidak memerlukan skill, akan menyebabkan motivasi pekerja akan rendah. Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan saraf adalah penyebab sekunder. Teori saraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan saraf melalui saraf sensorik ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.
3.3.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja Grandjean (1991) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara/mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan. Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran. Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50 % dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja hanya dalam 1 menit, sedangkan pada pengerahan tenaga < 20%
kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlangsung sepanjang hari.
3.3.3. Proses Terjadinya Kelelahan Kerja Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk ini bersifat dapat membatasi kelangsungan aktifitas otot. Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah, glikogen hanya dapat digunakan sebagai energi untuk keperluan otot saja dan tidak dapat dikembalikan sebagai glukosa ke dalam aliran darah, tubuh kita dapat menyimpan glikogen dalam jumlah terbatas. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti oleh oksidasi glukosa yang merubah glikogen menjadi tenaga dan asam laktat. Pada masa pemulihan asam laktat akan diubah kembali menjadi glikogen dengan adanya oksigen dari pernapasan, sehingga memungkinkan otot dapat berfungsi kembali yang berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik. Keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu ceberi cortex yang dipengaruhi atas dua sistem saraf antagonis yaitu sistem penghambat dan sistem penggerak. Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formatio retikularis yang bersifat dapat merangsang pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan tubuh kearah bereaksi.
Keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung pada hasil kerja kedua sistem tersebut. Apabila sistem penggerak lebih kuat daripada sistem penghambat maka keadaan orang tersebut dalam keadaan segar untuk bekerja, demikian sebaliknya apabila sistem penghambat lebih kuat maka orang tersebut akan mengalami kelelahan. Agar seseorang berada dalam keserasian dan keseimbangan dalam bekerja, kedua sistem tersebut harus berada kepada kondisi yang memberikan stabilitas kepada tubuh. (Granjean, 1993 dan Nurmianto, 1996)
3.3.4. Langlah-Langkah Mengatasi Kelelahan Seperti yang telah diuraikan bahwa kelelahan disebabkan banyak faktor yang sangat kompleks dan saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Yang terpenting adalah bagaimana menangani setiap kelelahan yang muncul agar tidak menjadi kronis. Agar dapat menangani kelelahan dengan cara yang tepat maka kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kelelahan. Berikut ini akan diuraikan antara faktor penyebab terjadinya kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak menimbulkan resiko yang lebih parah. 3.3.4.1. Penyebab Kelelahan a. Aktivitas kerja fisik b. Aktivitas kerja manual c. Stasiun kerja tidak ergonomis d. Sikap paksa e. Kerja statis f. Kerja bersifat monotoni
g. Lingkungan kerja ekstrim h. Psikologis i. Kebutuhan kalori kurang j. Waktu kerja-istirahat tidak tepat k. Dan lain-lain 3.3.4.2. Resiko a. Inovasi kerja turun b. Performansi rendah c. Kualitas kerja rendah d. Banyak terjadi kesalahan e. Stress akibat kerja f. Penyakit akibat kerja g. Cedera h. Terjadi kelelahan akibat kerja i. Dan lain-lain 3.3.4.3. Cara Mengatasi a. Kapasitas kerja fisik b. Sesuai kapasitas kerja mental c. Redesain stasiun kerja ergonomic d. Sikap kerja alamiah e. Kerja lebih dinamis f. Kerja lebih bervariasi g. Redesain lingkungan kerja.
h. Reorganisasi kerja i. Kebutuhan kalori seimbang j. Istirahat tiap 2 jam kerja k. Dan lain-lain. 3.3.4.4. Manajemen Pengendalian a.
Tindakan preeventif melalui pendekatan inovatif
b.
Tindakan kuratif
c.
Tindakan kuratif
d.
Tindakan Rehabilitas
e.
Jaminan masa tua
3.4. Fasilitas Kerja Perancangan fasilitas kerja haruslah memperhatikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki dan mengurangi kelelahan kerja. Mengingat dimensi ukuran tubuh manusia berbeda-beda, maka diperlukan penyesuaian fasilitas kerja harus selalu mempertimbangkan antropometri pemakainya. Dengan fasilitas kerja yang ergonomis maka karyawan dapat bekerja dengan nyaman, aman dan produktif. Apabila fasilitas kerja tidak ergonomis maka akan timbul sikap kerja yang tidak benar, sehingga performansi kerja orang tersebut akan menurun, tidak efektif dan efisien. Suatu desain fasilitas kerja disebut ergonomis apabila secara antropometri, faal, biomekanik dan psikologis cocok dengan manusia pemakainya. Mendesain
fasilitas kerja yang sangat penting untuk diperhatikan adalah suatu desain berpusat pada manusia pemakainya. (Sutalaksana, 1999) Dalam
perancangan
fasilitas
kerja
terdapat
aspek-aspek
yang
mempengaruhi meliputi : 1. Memperhatikan perbaikan-perbaikan metode atau cara kerja dengan menekan
prinsip-prinsip
ekonomi gerakan
dengan
tujuan pokok
meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja. 2. Memperimbangkan kebutuhan akan data yang menyangkut dimensi tubuh manusia. Data antropometri akan menunjang dalam proses perancangan fasilitas kerja dengan tujuan mencari keserasian hubungan fasilitas kerja dengan manusia yang memakainya. 3. Mempertimbangkan pengaturan tata letak fasilitas kerja yang digunakan, pengaturan ini pada prinsipnya bertujuan untuk mencari gerakan-gerakan yang efisien.
3.5. Sikap Duduk Duduk memerlukan lebih sedikit energi daripada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara potensial lebih produktif. Disamping itu operator juga lebih kuat bekerja dan oleh karena itu lebih cekatan dan mahir. 4
4
Nurmianto Eko 2004. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Surabaya: PT. Guna Widya. Hal 113.
Namun sikap duduk yang keliru akan merupakan penyebab adanya masalah – masalah punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri atau berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100 %, maka cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture ) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140 % dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk menyebabkan tekanan tersebut sampai 190 %. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktifitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan. Kenaikan tekanan tersebut dapat mengikat dari suatu perubahan dalam lekungan tulang belakang yang terjadi pada saat duduk. Suatu keletihan pada pinggul sekitar 900 tidak dapat dicapai hanya dengan rotasi dari tulang pada sambungan paha ( persendian tulang paha ). Urat-urat lutut (hamstring) dan otot – otot gluteal pada bagian belakang pinggul menghasilkan suatu rotasi parsial dari pinggul (pelvis), termasuk tulang ekor (sacrum). Hal tersebut hanya menghasilkan 600 – 900 kelebihan putar pinggul dengan rotasi pada persendian tulang paha itu sendiri. Oleh sebab itu perolehan 300 dari rotasi pinggul (pelvis) searah dengan lrkukan tulang belakang kearah belakang (lordosis) dan bahkan memperkenalkan suatu lekukan tulang belakang kearah depan (kyphosis). Tekanan antar ruas tulang belakang akan meningkat pada saat duduk jika dihubungkan oleh rata rata degenerasi dari bagian – bagian tulang yang saling bertekanan. Seperti cara duduk dikendaraan dimana ada getaran (vibrasi), dan dimana seseorang tidak siap untuk mengubah sikap duduknya. Bangkit dan
bergerak- gerak adalah sangat bermanfaat bagi ruas
tulang– tulang karena
meningkatkan diffusi nutrisi bagi tulang tersebut. Oleh karena itu sikap duduk yang benar sangat diharapkan.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di UD. Putri Juna yang bergerak dalam bidang produksi pembuatan opak dari ubi yang bertempat di Dusun II Desa bakti Sukaraya kec. Pancur batu kab. Deli Serdang. Waktu penelitian dilakukan mulai pada Juli 2008.
4.2. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dibuat untuk pemecahan masalah sebagai berikut: 4.2.1. Dilakukan Studi Literatur Studi literatur adalah pemahaman tentang kondisi perusahaan, dan pengamatan pada stasiun kerja. Jenis penelitian ini adalah penelitian populasi, yaitu penelitian dilakukan pada semua operator pada stasiun pengupasan. 4.2.2. Pengumpulan Data Data yang diperlukan pada pelaksanaan penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut : 1. Data Primer Data primer adalah diperoleh dari hasil observasi (pengamatan), pengukuran dan wawancara yang dilakukan pada pekerja. Data yang diperlukan adalah sebagai berikut :
a.
Data pengukuran fasilitas kerja pengupasan Fasilitas kerja yang diukur adalah dengklek (kursi kecil) yang digunakan pekerja bagian pengupasan sebagai tempat duduk saat bekerja.
b. Data keluhan rasa sakit Pengumpulan data keluhan rasa sakit yang dialami oleh pekerja dilakukan dengan pengisian Body Map Questioner. Data Body Map Questioner akan menunjukkan perbedaan rasa sakit yang dialami oleh pekerja bagian pengupasan. c.
Data pengukuran tingkat kelelahan Pengukuran kelelahan menggunakan Whole Body Reaction Tester (WBRT) dilakukan untuk mengukur waktu reaksi rangsangan seluruh tubuh. Pengukuran WBRT dilakukan selama 3 hari kerja, dan dilakukan pada waktu sebelum bekerja pukul 08.00 Wib, sebelum makan siang pukul 12.00 Wib dan sebelum pulang pukul 16.00 Wib.
d. Data pengukuran dimensi tubuh pekerja Data pengukuran dimensi tubuh pekerja dalam posisi duduk dengan menggunakan instrumen Human Body Measuring Instrument Model YM-1, dimensi tubuh yang diukur adalah sebagai berikut : 1. Tbt
= tinggi duduk tegak
2. Tbd
= tinggi bahu duduk
3. Tmd
= tinggi mata duduk
4. Tsd
= tinggi siku duduk
5. Tp
= tebal paha
6. Tpo
= tinggi polipteal
7. Pp
= pantat polipteal
8. Pkl
= pantat ke lutut
9. Lb
= lebar bahu
10. Lp
= lebar pinggul
2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data diperoleh dari penelusuran pustaka dan informasi ataupun data dari perusahaan. Dalam penelitian ini data sekunder yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : 1. Data sejarah perusahaan 2. Ruang lingkup bidang usaha 3. Organisasi dan manajemen 4. Proses produksi 5. Kapasitas produksi
4.2.3. Pengolahan Data Data yang diperoleh dari pengumpulan data selanjutnya dilakukan pengolahan data. Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
4.2.3.1. Pengolahan Data Peta Tubuh (Body Map Quesioner) Dari data pengisian kuesioner yang dilakukan pada semua pekerja pengemasan diketahui jenis keluhan pekerja sebelum bekerja di pagi hari (pukul 08.00 wib), sebelum makan siang (pukul 12.00 wib) dan sebelum pulang kerja (pukul 16.00 wib). 4.2.3.2. Pengolahan Data Whole Body Reaction Tester (WRBT) Untuk
menentukan seberapa
besar
tingkat
kelelahan dilakukan
perhitungan statistik dengan menggunakan angka rata-rata kuantitatif (nilai mean) dan estimasi interval rata-rata untuk mengetahui tingkat kelelahan dengan tingkat kepercayaan 90 %. 4.2.3.3 Pengolahan Data Antropometri (Dimensi Tubuh) Pekerja 1. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai Maksimum dan Minimum. Data antropometri dari seluruh operator selanjutnya akan ditentukan nilai rataratanya, standar deviasinya, nilai maksimumnya dan minimumnya untuk masingmasing data. −
- Nilai Rata-rata ( X ) Menentukan nilai rata-rata dimensi tubuh dengan rumus sebagai berikut : −
X =
X 1+ X 2 ..... + Xn = n
∑ Xn
Dimana : N
= Banyaknya pengamatan
−
X
= X rata-rata
∑ Xn
= Jumlah pengamatan ke n
n
- Nilai Standar Deviasi Untuk menentukan nilai standar deviasi masing-masing pengukuran, dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : − Xi X − ∑1 n −1 n
σ=
2
Dimana : σ = Standar deviasi Xi = pengamatan ke n −
X = Nilai rata-rata pengamatan N = Banyaknya pengamatan - Nilai Maksimum dan Minimum Untuk menentukan nilai maksimum dan minimum maka data harus diurutkan dari nilai terbesar sampai nilai terkecil atau sebaliknya. Nilai yang paling besar dinamakan nilai maksimum (Xmaks) sedangkan nilai yang paling kecil dinamakan nilai minimum (Xmin). - Uji Keseragaman Data Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam karena tidak memenuhi spesifikasi. Untuk menguji keseragaman data digunakan peta kontrol dengan persamaan sebagai berikut : −
BKA = X + 2 σ −
BKB = X - 2 σ Jika Xmin > BKB dan X max < BKA maka data seragam
Jika Xmin < BKB dan X max > BKA maka data tidak seragam - Uji Normal Dengan Kolmogorov Smirnov Test - Perhitungan persentil Data-data antropometri yang sudah diperoleh dari seluruh operator selanjutnya untuk
menentukan ukuran
maksimum dan
minimum digunakan data
antropometri untuk 5-th, dan 95-th persentil.
4.2.4. Analisa dan Evaluasi Data hasil pengolahan akan dibandingkan antara data yang diperoleh dari lapangan dengan teori yang mendasari yang selanjutnya dievaluasi.
4.2.5. Kesimpulan dan Saran Pengambilan kesimpulan yang tepat diperoleh dari hasil analisa dan evaluasi dari keseluruhan fakta yang terdapat di perusahaan dan akan diajukan saran-saran untuk membangun dan perbaikan kondisi pabrik di masa yang akan datang.
4.3. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan rancangan deskriptif. Rancangan deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaaan secara objektif dalam memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi. 5
5
Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Hal 142.
Pengambilan sampel dilakukan adalah berdasarkan populasi, yaitu keseluruhan pekerja pada bagian pengupasan.
4.4. Objek Penelitian Objek penelitian adalah apa-apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Objek penelitian ini adalah tingkat kelelahan pekerja yang diketahui dari kecepatan reaksi tubuh pekerja pada stasiun pengupasan di UD. Putri Juna.
4.5. Variabel yang Diamati Variabel yang diamati pada saat penelitian adalah : a. Fasilitas kerja yang digunakan pada stasiun Pengupasan di UD. Putri Juna. b. Keluhan rasa sakit yang timbul pada bagian tubuh pekerja yaitu gambaran rasa sakit pada bagian tubuh akibat penyesuaian sikap kerja terhadap fasilitas kerja yang damati pada pukul 08.00 Wib, 12.00 Wib dan 16.00 Wib. c. Pengukuran tingkat kelelahan kerja yaitu dengan mengukur kecepatan reaksi pekerja, yang dilakukan pada pukul 08.00 wib, 12.00 wib dan 16.00 wib. d. Antropometri pekerja yang diambil melalui pengukuran dimensi tubuh pekerja pada bagian pengupasan dalam posisi duduk pada proses pengupasan ubi untuk melihat kesesuaian fasilitas kerja yang digunakan oleh pekerja.
4.6. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. Martin human body measuring instrumen model YM-1 yang digunakan untuk mengukur dimensi tubuh (antropometri) pekerja. b. Kuesioner peta tubuh (Body map kuesioner): digunakan sebagai gambaran akan rasa sakit pada bagian tubuh pekerja. c. Whole body reaction tester model YB 1000 : digunakan untuk mengukur kecepatan reaksi tubuh pekerja.
4.7. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada stasiun pengupasan produksi di UD. Putri Juna. Waktu penelitian dimulai pada Juli 2008 hingga Januari 2009. Pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut : a. Mengukur fasilitas kerja (kursi kecil) pada bagian pengupasan b. Mengukur dimensi tubuh pekerja dalam posisi duduk dengan menggunakan instrumen Human Body Measuring Instrument Model YM-1 c. Mengukur kecepatan reaksi tubuh pekerja dengan Whole Body Reaction Tester (WRBT) d. Pengisian kuesioner menggunakan
Peta Tubuh (Body Map Quesioner),
pengisian kuesioner yang dilakukan pada semua pekerja pengemasan diketahui jenis keluhan pekerja sebelum bekerja di pagi hari (pukul 08.00 wib), sebelum makan siang (pukul 12.00 wib) dan sebelum pulang kerja (pukul 16.00 wib).
4.8. Analisa Data Pengolahan data yang digunakan adalah dengan menggunakan kajian antropometri. Hasil pengolahan data maka analisis dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya pengaruh fasilitas kerja yang tidak ergonomis terhadap kelelahan pekerjanya di UD. Putri Juna. Secara garis besar, prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1
Studi Pendahuluan
Tujuan Penelitian
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Studi Literatur - Studi Ergonomi - Fasilitas Kerja - Pengukuran Antropometri - Kelelahan Kerja
Studi Lapangan - Melakukan pengamatan langsung - Pencatatan secara langsung dan sistematis - Pengukuran langsung - Wawancara
Pengumpulan Data
Data Primer - Data Pengukuran Fasilitas Kerja - Data Keluhan Rasa Sakit Pekerja - Data pengukuran Tingkat Kelelahan Kerja - Data Pengukuran Dimensi Tubuh Pekerja
Data Sekunder - Data sejarah perusahaan - Struktur organisasi - Data proses produksi - Kapasitas produksi - Jumlah karyawan
Pengolahan Data - Perhitungan Hasil Kuesioner (data keluhan rasa sakit yang pada tubuh pekerja) - Perhitungan hasil pengukuran tingkat kelelahan - Pengolahan data Antropometri
Analisis Pemecahan Masalah
Kesimpulan dan Saran
Gambar 4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data 5.1.1. Ukuran Fasilitas Kerja Fasilitas yang digunakan adalah kursi kecil (dengklek) yang terdiri dari 2 jenis ukuran. Dengklek ukuran tinggi 12 cm, lebar 18 cm dan panjang 24 cm dan dengklek ukuran tinggi 10 cm, lebar 20 cm dan panjang 25 cm dan menggunakan lantai sebagai meja kerja. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Kursi Kecil (Dengklek) pada Bagian Pengupasan 5.1.2. Data Sikap kerja Operator Bagian Pengupasan 5.1.2.1. Sikap kerja Membungkuk Setiap pekerja pada bagian pengupasan masing-masing mengambil ubi yang akan dikupasnya. Ubi ditumpuk pada satu tempat saja sehingga pekerja yang harus berdiri, membungkuk dan menjangkau tumpukan tersebut Sikap kerja pekerja saat mengambil ubi dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2. Sikap Kerja Membungkuk 5.1.2.2. Sikap Kerja Jongkok Fasilitas kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja menimbulkan kesalahan sikap kerja yang bermacam-macam. Gambar 5.3. menunjukkan sikap kerja pekerja pada saat menjangkau ubi dengan posisi jongkok.
Gambar 5.3. Sikap Kerja Jongkok
5.1.2.3. Sikap Kerja Membungkuk saat Menganggkat Ubi Masing-masing pekerja bagian pengupasan memindahkan sendiri ubi yang sudah dikupas kedalam goni dan memindahkan goni yang sudah penuh ke satu tempat supaya tidak mengganggu pekerja. Gambar 5.4. menunjukkan sikap kerja pekerja membungkuk saat memindahkan ubi yang telah dikupas ke dalam goni.
Gambar 5.4. Sikap Kerja membungkuk Saat Menggangkat Ubi 5.1.2.4.Sikap Kerja Menunduk Fasilitas kerja berupa lantai sebagai meja kerja mengakibatkan sikap kerja melihat kebawah dengan menunduk secara terus-menerus /monoton. Sikap kerja menunduk dapat dilihat pada Gambar 5.5.
Gambar 5.5. Sikap Kerja Menunduk
5.1.3. Data Rata-rata Hasil Body Map Quesioner Pengisian kuesioner dilakukan pada semua pekerja pengemasan selama 3 hari kerja, yang bertujuan untuk mengetahui keluhan bagian tubuh yang merasa sakit. Data
body map didapatkan dengan cara menanyakan langsung pada
pekerja sebelum bekerja di pagi hari (pukul 08.00 wib), sebelum makan siang (pukul 12.00 wib) dan sebelum pulang kerja (pukul 16.00 wib). Data keterangan pekerja yang dijadikan subjek dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Data Keterangan Pekerja Objek Penelitian Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna No Subjek
Jenis kelamin
1
Perempuan
2
Lama bekerja (Tahun)
Usia
Pendidikan
2
30
SMU
Perempuan
3
35
SMU
3
Perempuan
3
25
SMU
4
Perempuan
2
35
SMU
5
Perempuan
4
61
SMP
6
Perempuan
1
18
SMP
7
Perempuan
3
25
SMP
8
Perempuan
3
31
SMU
9
Perempuan
2
27
SMU
26
SMP
10 Perempuan 2 Data hasil kuesioner dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Data Rata-rata Hasil Body Map Quesioner Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna Pukul 08.00 A B C 1 Sakit kaku di leher bagian atas 10 2 Sakit kaku di leher bagian bawah 10 3 Sakit di bahu kiri 10 4 Sakit di bahu kanan 10 5 Sakit pada lengan atas kiri 10 6 Sakit pada lengan atas kanan 10 7 Sakit di punggung 10 8 Sakit pada pinggang 10 9 Sakit pada bokong 10 10 Sakit pada pantat 10 11 Sakit pada siku kiri 10 -
No
Jenis Keluhan
Pukul 12.00 Wib A B C 10 10 2 4 4 2 4 4 10 10 10 10 4 6 10 10 -
Pukul 16.00 A B C - - 10 - 10 - - 10 - 7 3 10 10 - - 10 - - 10 - - 10 10 10 -
Tabel 5.2. Data Rata-rata Hasil Body Map Quesioner Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna ( Lanjutan) No 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Pukul 08.00 A B C Sakit pada siku kanan 10 Sakit pada lengan bawah kiri 10 Sakit pada lengan bawah kanan 10 Sakit pada pergelangan tangan kiri 10 Sakit pada pergelangan tangan kanan 10 Sakit pada tangan kiri 10 Sakit pada tangan kanan 10 Sakit pada paha kiri 10 Sakit pada paha kanan 10 Sakit pada lutut kiri 10 Sakit pada lutut kanan 10 Sakit pada betis kiri 10 Sakit pada betis kanan 10 Sakit pada pergelangan kaki kiri 10 Sakit pada pergelangan kaki kanan 10 Sakit pada kaki kiri 10 Sakit pada kaki kanan 10 Keterangan : Jenis Keluhan
A : Tidak sakit
B : Agak sakit
Pukul 12.00 Wib A B C 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 8 2 8 2 8 2 8 2 10 10 10 -
Pukul 16.00 A B C 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - 10 - 4 6 - 6 4 - 4 6 - 4 6 - 4 6 10 10 -
C : Sakit
5.1.4. Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja Hasil pengukuran kecepatan reaksi tubuh pekerja dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Hari I Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja No. Subjek
08.00 Wib (detik)
12.00 Wib (detik)
16.00 Wib (detik)
1
1.0
1.1
2.2
2
0.7
0.7
0.8
3
0.7
0.7
0.8
4
0.6
0.8
0.8
5
0.8
1.1
1.1
6
0.7
1.3
1.3
7
0.8
1.2
1.2
8
1.1
1.1
1.3
9
1.0
0.8
1.3
10
0.8
0.7
1.0
Tabel 5.4. Hari II Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja No. Subjek
08.00 Wib (detik)
12.00 Wib (detik)
16.00 Wib (detik)
1
1.1
1.0
1.5
2
0.8
1.2
1.2
3
1.0
1.3
1.3
4
0.8
0.8
1.0
5
1.3
1.1
1.1
6
0.6
0.7
0.8
7
0.5
0.8
1.3
8
0.8
0.8
1.0
Tabel 5.4. Hari II Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna (Lanjutan) Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja No. Subjek
08.00 Wib (detik)
12.00 Wib (detik)
16.00 Wib (detik)
9
0.7
0.9
1.2
10
0.6
1.0
1.1
Tabel 5.5. Hari III Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja No. Subjek
08.00 Wib (detik)
12.00 Wib (detik)
16.00 Wib (detik)
1
0.5
0.9
1.1
2
0.7
0.8
1.0
3
0.9
0.9
1.2
4
0.6
0.6
1.0
5
0.8
0.9
1.1
6
0.9
0.8
0.9
7
0.7
0.8
1.0
8
0.8
0.8
1.3
9
0.7
0.8
1.1
10 0.6 0.7 1.4 Hasil rekapitulasi pengukuran kecepatan reaksi tubuh pekerja bagian pengupasan dapat dilihat pada Lampiran 3
5.1.5. Pengukuran Antropometri Posisi Duduk Data antropometri dalam posisi duduk dapat dilihat pada Tabel 5.6. berikut ini : Tabel 5.6. Data Antropometri Posisi Duduk Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna. No. Sampel
Dimensi Tubuh Yang Diukur (cm) Tdt
Tbd
Tmd
Tsd
Tp
Tpo
Pp
Pkl
Lb
Lp
1
72
46
63
14
13
40
35
47
43
37
2
73
47
61
17
13
42
29
41
34
32
3
68
43
54
12
12
41
38
49
31
33
4
79
53
71
18
10
40
37
50
35
32
5
67
49
57
14
9
41
32
45
33
27
6
78
52
65
18
14
44
35
46
40
36
7
71
45
61
15
12
42
36
44
32
34
8
72
47
62
16
14
43
31
45
42
35
9
69
44
55
13
10
41
34
51
41
28
10
70
52
60
15
12
43
33
48
36
35
Keterangan : Tdt : Tinggi duduk tegak Tbd : Tinggi bahu duduk Tmd : Tinggi mata duduk Tsd : Tinggi siku duduk Tp : Tebal paha
Tpo Pp Pkl Lb Lp
: Tinggi polipteal : Pantat polipteal : Pantat ke lutut : Lebar bahu : Lebar pinggul
5.2. Pengolahan Data 5.2.1. Pengolahan Data Peta Tubuh (Body Map Quesioner) Dari pengumpulan data dapat dilihat bahwa pada pukul 08.00 wib tidak ada keluhan rasa sakit pada pekerja, sedangkan pada pukul 12.00 wib dan 16.00 wib terdapat keluhan rasa sakit. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Keluhan Rasa Sakit pada Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna No
Jenis Keluhan
Pukul 12.00 wib
Pukul 16.00 wib
A
B
C
A
B
C
Sakit kaku di leher bagian atas
-
10
-
-
-
10
Sakit kaku di leher bagian bawah
-
10
-
-
10
-
3
Sakit di bahu kiri
2
4
4
-
-
10
4
Sakit di bahu kanan
2
4
4
-
7
3
5
Sakit di punggung
-
10
-
-
-
10
6
Sakit pada pinggang
-
10
-
-
-
10
7
Sakit pada bokong
4
6
-
-
-
10
8
Sakit pada lutut kiri
10
-
-
-
-
10
9
Sakit pada lutut kanan
8
2
-
-
4
6
10
Sakit pada betis kiri
8
2
-
-
6
4
11
Sakit pada betis kanan
-
8
2
-
4
6
12
Sakit pada pergelangan
-
8
2
-
4
6
1
2
kaki kiri 13
Sakit pada pergelangan kaki kanan
A. Tidak sakit
10
-
B. Agak sakit
-
-
4
C. Sakit
Dari hasil Tabel 5.7 jenis keluhan rasa sakit yang sama dialami oleh seluruh pekerja, yaitu leher bagian atas, bahu kiri, punggung, pinggang, bokong dan lutut kiri. Terjadi perubahan keluhan rasa sakit dari pukul 08.00 wib, pukul 12.00 wib dan pukul 16.00 wib : 1. Dari tidak sakit menjadi agak sakit/ sakit -
sakit pada bahu kiri
-
sakit pada bahu kanan
-
sakit pada bokong
-
sakit pada lutut kiri
-
sakit pada lutut kanan
-
sakit pada betis kiri
-
sakit pada pergelangan kaki kanan
2
Dari agak sakit menjadi sakit
-
sakit pada leher bagian atas
-
sakit pada bahu kiri
-
sakit pada punggung
-
sakit pada pinggang
-
sakit pada bokong
-
sakit pada lutut kanan
6
-
sakit pada betis kiri
-
sakit pada betis kanan
-
sakit pada pergelangan kaki kiri
5.2.2. Pengolahan Data Whole Body Reaction Tester (WRBT) Untuk menentukan seberapa besar tingkat kelelahan dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan angka rata-rata kuantitatif (nilai mean) dan estimasi interval rata-rata untuk mengetahui tingkat kelelahan dengan tingkat kepercayaan 90 %. −
5.2.2.1. Nilai Rata-rata ( X ) Menentukan nilai rata-rata dari data Whole Body Reaction Tester (WRBT) dengan rumus sebagai berikut : −
X =
X 1+ X 2 ..... + Xn = n
∑ Xn n
Dimana : N
= Banyaknya pengamatan
−
X
= X rata-rata
∑ Xn
= Jumlah pengamatan ke n
Misalnya, untuk menghitung hasil pengukuran untuk pukul 08.00 wib rata-rata yaitu : −
X=
0.87 + 0.73 + 0.87 + 0.67 + 0.97 + 0.73 + 0.67 + 0.90 + 0.80 + 0.67 = 0.79 detik 10
5.2.2.2. Nilai Standar Deviasi
Untuk menentukan nilai standar deviasi masing-masing pengukuran Whole Body Reaction Tester (WRBT), dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : − Xi X − ∑1 n −1 n
σ=
2
Dimana : σ = Standar deviasi
Xi = pengamatan ke n −
X = Nilai rata-rata pengamatan
N = Banyaknya pengamatan Misalnya, untuk menentukan standart deviasi pengukuran untuk pukul 08.00 wib yaitu : σ=
σ=
(0.87 − 0.79)2 + (0.73 − 0.79)2 + (0.87 − 0.79)2 + ........... + (0.67 − 0.79)2 10 − 1
0.1078 = 0.11 9
Dengan cara yang sama dapat diperoleh standart deviasi untuk pukul 12.00 wib dan 16.00 wib. Untuk lebih jelas hasil dapat dilihat pada Tabel 5.8 dibawah ini : Tabel 5.8. Pengukuran Whole Body Reaction Tester (WBRT) Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna Pengukuran Whole Body Reaction Tester (WRBT) Pekerja
08.00 Wib (detik)
12.00 Wib (detik)
16.00 Wib (detik)
1
0.87
1.0
1.6
2
0.73
0.90
1.0
3
0.87
0.97
1.1
Pengukuran Whole Body Reaction Tester (WRBT) 4
0.67
0.73
0.93
5
0.97
1.03
1.1
6
0.73
0.93
1.0
7
0.67
0.93
1.17
8
0.90
0.90
1.20
9
0.80
0.83
1.20
10
0.67
0.80
1.17
Jumlah
7.88
9.02
11.47
X
0.79
0.90
1.15
σ
0.11
0.09
0.18
Interval terhadap 0.73 < µ < 0.85 0.85 < µ < 0.95 1.06 < µ < 1.24 kelelahan α Contoh perhitungan interval kelelahan dapat dilihat pada Lampiran 4
5.2.3. Pengolahan Data Antropometri Untuk menghasilkan perancangan yang baik maka data antropometri yang diambil harus diuji secara statistik untuk menunjukkan bahwa data antropometri tersebut adalah seragam. Dimensi tubuh ini digunakan untuk merancang fasilitas kerja. Untuk bisa menggunakan data dimensi tersebut ke dalam perancangan terlebih dahulu dibuat perhitungan rata-rata, standar deviasi.
5.2.1.1. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai Maksimum dan Minimum. Data antropometri dari seluruh operator selanjutnya akan menentukan nilai rata-ratanya, standar deviasinya, nilai maksimumnya dan minimumnya untuk masing-masing.
−
A. Nilai Rata-rata ( X ) Menentukan nilai rata-rata dimensi tubuh dengan rumus sebagai berikut : −
X =
X 1+ X 2 ..... + Xn = n
∑ Xn n
Dimana : N
= Banyaknya pengamatan
−
X
= X rata-rata
∑ Xn
= Jumlah pengamatan ke n
Misalnya, untuk menghitung Tinggi Duduk Tegak (TDT) rata-rata yaitu : −
X=
72 + 73 + 68 + 79 + 67 + 78 + 71+ 72 + 69 + 70 = 71.9 10
B. Nilai Standar Deviasi Untuk menentukan nilai standar deviasi masing-masing pengukuran, dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : − ∑1 Xi − X n −1 n
σ=
2
Dimana : σ = Standar deviasi
Xi = pengamatan ke n −
X = Nilai rata-rata pengamatan
N = Banyaknya pengamatan
Misalnya, untuk menentukan standart deviasi Tinggi Duduk Tegak (TDT) ratarata yaitu : σ=
σ=
(72 − 71.9)2 + (73 − 71.9)2 + (68 − 71.9)2 + ............ + (70 − 71.9)2 10 − 1
140.9 =3.95 9
C. Nilai Maksimum dan Minimum Untuk menentukan nilai maksimum dan minimum maka data harus diurutkan dari nilai terbesar sampai nilai terkecil atau sebaliknya. Nilai yang paling besar dinamakan nilai maksimum (Xmaks) sedangkan nilai yang paling kecil dinamakan nilai minimum (Xmin). Misalnya, untuk Tinggi Duduk Tegak (TDT) yaitu : Xmaks = 79 Xmin = 67 Dan lebih jelasnya lagi terhadap hasil perhitungan nilai rata-rata, standart deviasi, nilai maksimum dan nilai minimumnya untuk masing-masing dimensi tubuh dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Data Hasil Pengukuran Dengan X , σ, Xmaks, Xmin, BKA, BKB (cm) Dimensi Tubuh TDT TBD TMD TSD
X
σ
Xmaks
Xmin
BKA
BKB
71.9 47.8 60.9 15.2
3.95 3.6 5 2.0
79 53 71 18
67 43 54 12
79.8 55 71 19.2
64 40.6 50.9 11.2
TP TPO PP PKL LB LP
11.9 41.7 34.0 46.6 36.7 32.9
1.72 1.34 2.78 3.02 4.42 3.28
14 44 38 51 43 37
9 40 29 41 31 27
15.34 44.38 40.56 52.64 45.54 39.46
8.46 39.02 29.44 40.56 27.86 26.34
D. Uji Keseragaman Data Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam karena tidak memenuhi spesifikasi. Untuk menguji keseragaman data digunakan peta kontrol dengan persamaan sebagai berikut : −
BKA = X + 2 σ −
BKB = X - 2 σ Jika Xmin > BKB dan X max < BKA maka data seragam Jika Xmin < BKB dan X max > BKA maka data tidak seragam 1. Data Tinggi Duduk Tegak (TDT) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95 %, maka k =2, yaitu : BKA = 71.9 + 2 (3.95) = 79.8 BKB = 71.9 - 2 (3.95) = 64 Gambar 5.6 menunjukkan peta kontrol untuk dimensi Tinggi Duduk Tegak (TDT).
Data Tinggi Duduk Tegak (TDT)
90 80 70 60
TDT
50 40
BKA
30
Rata-rata
BKB
20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Sampel
Gambar 5.6. Peta Kontrol untuk Dimensi Tinggi Duduk Tegak (TDT) 2. Data Tinggi Bahu Duduk (TBD) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95 %, maka k =2, yaitu : BKA = 47.8 + 2 (3.6) = 55 BKB = 47.8 - 2 (3.6) = 40.6 Gambar 5.7 menunjukkan peta kontrol untuk dimensi Tinggi Bahu Duduk (TBD)
Data Tinggi Bahu Duduk (TBD)
60 50 TDT
40
BKA
30
BKB
20
Rata-rata
10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Sampel
Gambar 5.7. Peta Kontrol untuk Dimensi Tinggi Bahu Duduk (TBD) 3. Data Tinggi Mata Duduk (TMD) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95 %, maka k =2, yaitu :
BKA = 60.9 + 2 (5) = 71 BKB = 60.9 - 2 (5) = 50.96 Gambar 5.8 menunjukkan peta kontrol untuk dimensi Tinggi Mata Duduk (TMD)
Data Tinggi Mata Duduk (TMD)
80 70 60 TMD
50
BKA
40
BKB
30
Rata-rata
20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Sampel
Gambar 5.8. Peta Kontrol untuk Dimensi Tinggi Mata Duduk (TMD)
4. Data Tinggi Siku Duduk (TSD) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95 %, maka k =2, yaitu : BKA = 15.2 + 2 (2) = 19.2 BKB = 15.2 - 2 (2) = 11.2 Gambar 5.9 menunjukkan peta kontrol untuk dimensi Tinggi Siku Duduk (TSD)
Data Tinggi Mata Duduk (TMD)
25 20 TSD 15
BKA BKB
10
Rata-rata 5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Sampel
Gambar 5.9. Peta Kontrol untuk Dimensi Tinggi Siku Duduk (TSD)
5. Data Tebal Paha (TP) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95 %, maka k =2, yaitu : BKA = 11.9 + 2 (1.72) = 15.34 BKB = 11.9 - 2 (1.72) = 8.46 Gambar 5.10 menunjukkan peta kontrol untuk dimensi Tebal Paha (TP) 18
Data Tebal Paha (TP)
16 14 12
TSD
10 8
BKA BKB
6
Rata-rata
4 2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Sampel
Gambar 5.10. Peta Kontrol untuk Dimensi Tebal Paha (TP)
6. Data Tinggi Polipteal (TPo) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95 %, maka k =2, yaitu : BKA = 41.7 + 2 (1.34) = 44.38 BKB = 41.7 - 2 (2.68) = 39.02 Gambar 5.11 menunjukkan peta kontrol untuk dimensi Tinggi Polipteal (TPo)
Data Tinggi Polipteal (TPo)
45 44 43 42
TSD
41 40
BKA
39
Rata-rata
BKB
38 37 36 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Sampel
Gambar 5.11. Peta Kontrol untuk Dimensi Tinggi Polipteal (Tpo)
7. Data Pantat Polipteal (PP) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95 %, maka k =2, yaitu : BKA = 35 + 2 (2.78) = 40.56 BKB = 35 - 2 (2.78) = 29.44 Gambar 5.12 menunjukkan peta kontrol untuk dimensi Pantat Polipteal (PP)
45
Data Pantat Polipteal (PP)
40 35 30
TSD BKA
25
BKB Rata-rata
20 15 10 5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Sampel
Gambar 5.12. Peta Kontrol Untuk Dimensi Pantat Polipteal (PP) 8. Data Pantat ke Lutut (Pkl) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95 %, maka k =2, yaitu : BKA = 46.6 + 2 (3.02) = 52.64 BKB = 46.6 - 2 (3.02) = 40.56 Gambar 5.13 menunjukkan peta kontrol untuk dimensi Pantat ke Lutut (Pkl).
Data Pantat ke Lutut (PKL)
60 50 40
TSD BKA BKB
30
Rata-rata
20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Sampel
Gambar 5.13. Peta Kontrol Untuk Dimensi Pantat ke Lutut (Pkl) 9. Data Lebar Bahu (LB) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95 %, maka k =2, yaitu : BKA = 36.7 + 2 (4.42) = 45.54
BKB = 36.7 - 2 (4.42) = 27.86 Gambar 5.14 menunjukkan peta kontrol untuk dimensi Lebar Bahu (LB)
Data Lebar Bahu (LB)
50 45 40 35 30
TSD BKA
25
BKB Rata-rata
20 15 10 5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Sampel
Gambar 5.14. Peta Kontrol Untuk Dimensi Lebar Bahu (LB)
10. Data Lebar Pinggul (LP) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95 %, maka k =2, yaitu : BKA = 32.9 + 2 (3.28) = 39.46 BKB = 32.9 - 2 (3.28) = 26.34 Gambar 5.15 menunjukkan peta kontrol untuk dimensi Lebar Pinggul (LP). 45
Data Lebar Pinggul (LP)
40 35 30
TSD BKA BKB Rata-rata
25 20 15 10 5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Sampel
Gambar 5.15. Peta Kontrol Untuk Dimensi Lebar Pinggul (LP)
Dengan dilakukan perhitungan BKA dan BKB pada 10 dimensi maka dapat dilihat keseragaman datanya. Tidak ada data yang out of control pada masing-masing dimensi. Dapat dilihat pada Tabel 5.10. Tabel 5.10. Keseragaman Data Masing-masing Dimensi Dimensi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tubuh TDT TBD TMD TSD TP TPO PP PKL LB LP
BKA
BKB
79.8 55 71 19.20 15.34 44.38 40.56 52.64 45.54 39.46
64 40.60 50.90 11.20 8.46 39.02 29.44 40.56 27.86 26.34
Data Out of Control -
E. Uji Normal Dengan Kolmogorov Smirnov Test Uji kesesuaian antara frekuensi hasil pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan, yang tidak memerlukan anggapan tertentu tentang bentuk distribusi populasi dari mana sampel diambil, disamping dengan menggunakan uji chisquare dapat juga digunakan uji Kolmogrov Smirnov. Suatu alternatif dari uji kesesuain ini dikemukan oleh A. Kolmogorov dan NV. Smirnov matematisi bangsa rusia yang melakukan dasar teoritis dari alternatif uji kesesuian. Dalam uji kolmogorov smirnov yang diperbandingkan adalah distribusi frekuensi komulatif yang diharapkan. Adapun langkah – langkah yang perlu dalam pengujian adalah :
1. Data hasil pengamatan disusun dimulai dari nilai pengamatan terkecil sampai dengan nilai pengamatan terbesar. 2. Nilai – nilai pengamatan tersebut kemudian disusun membentuk distribusi frekuensi komulatif relatif, dan dinotasikan dengan Fa ( X ). 3. Hitung nilai Z dengan rumus : Z=
Xi − X
σ
Keterangan : Xi = Data Ke – i X = Nilai Rata – rata
σ = Standar Deviasi 4. Hitung distribusi frekuensi komulatif teoritis (berdasarkan kurva normal) dan dinotasikan dengan Fe ( X ). 5. Ambil selisih antara Fa(X) dengan Fe(X) 6. Ambil angka selisih maksimum dan notasikan dengan D. D = Max Fa( X ) − Fe( X ) 7. Bandingkan nilai D yang diperoleh dengan nilai Dα dari Tabel Uji Kolmogorov smirnov. 8. Kriteria Pengambilan Keputusan adalah : Ho diterima apabila DD α Uji hipotesis yang digunakan adalah : Ho : Data tidak berdistribusi normal Hi : Data berdistribusi normal
a. Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Tinggi Duduk Tegak (TDT) Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Tinggi Duduk Tegak (TDT) dapat dilihat pada Tabel 5.11. Tabel 5.11. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Tinggi Duduk Tegak (TDT) Fa No.
TDT (X)
Z
Fe (X)
(X)
1
2
67
68
D =│Fa (X) – Fe (X)│
0.1
1.2384
0.1078
0.0078
0.2
0.9857
0.1621
0.0379
0.2318
0.0682
3
69
0.3
0.7329
4
70
0.4
0.4802
0.3155
0.0845
0.41
0.09
5
71
0.5
0.2275
6
72
0.6
0.0253
0.5101
0.0899
7
72
0.7
0.0253
0.5101
0.1899
8
73
0.8
0.278
0.6095
0.1905
9
78
0.9
1.5417
0.9384
0.0384
10
79
1
1.7944
0.9636
0.0364
Uji Normal dilakukan dengan menggunakan α = 0.05 maka dengan menggunakan hipotesis :
1. Ho
: Data berdistribusi Normal
2. Hi
: Data tidak berdistibusi Normal
Karena nilai D │Fa = (X)
– Fe (x)│≤ Dα dimana nilai D=│Fa(X) –
Fe(x)│= 0,1905 sedangkan Dα ( untuk N = 10) = 0,41. Maka Ho diterima atau dengan kata lain data berdistribusi normal. b. Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Tinggi Bahu Duduk (TBD) Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Tinggi Bahu Duduk (TBD) dapat dilihat pada Tabel 5.12. Tabel 5.12. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Tinggi Bahu Duduk (TBD) Fa No.
TBD (X)
Z
Fe (X)
(X)
D =│Fa (X) – Fe (X)│
1
43
0.1
1.3511
0.0883
0.0117
2
44
0.2
1.0696
0.1424
0.0576
3
45
0.3
0.7881
0.2153
0.0847
4
46
0.4
0.5066
0.3062
0.0938
5
47
0.5
0.2252
0.4109
0.0891
6
47
0.6
0.2252
0.4109
0.1891
7
49
0.7
0.3378
0.6322
0.0678
8
52
0.8
1.1822
0.8814
0.0814
9
52
0.9
1.1822
0.8814
0.0186
10
53
1
1.4636
0.9284
0.0716
Uji Normal dilakukan dengan menggunakan α = 0.05 maka dengan menggunakan hipotesis : 1. Ho : Data berdistribusi Normal 2. Hi : Data tidak berdistibusi Normal Karena nilai D │Fa = (X)
– Fe (x)│≤ Dα dimana nilai D=│Fa(X) –
Fe(x)│= 0,1891 sedangkan Dα ( untuk N = 10) = 0,41. Maka Ho diterima atau dengan kata lain data berdistribusi normal.
c. Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Tinggi Mata Duduk (TMD) Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Tinggi Mata Duduk (TMD) dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Tinggi Mata Duduk (TMD) Fa No.
TMD (X)
Z
Fe (X)
(X)
D =│Fa (X) – Fe (X)│
1
54
0.1
1.3865
0.0828
0.0172
2
55
0.2
1.1855
0.1179
0.0821
3
57
0.3
0.7837
0.2166
0.0834
4
60
0.4
0.1808
0.4282
0.0282
5
61
0.5
0.0201
0.508
0.008
6
61
0.6
0.0201
0.508
0.092
7
62
0.7
0.221
0.5875
0.1125
8
63
0.8
0.422
0.6635
0.1365
9
65
0.9
0.8239
0.795
0.105
10
71
1
2.0295
0.9788
0.0212
Uji Normal dilakukan dengan menggunakan α = 0.05 maka dengan menggunakan hipotesis : 1. Ho : Data berdistribusi Normal 2. Hi : Data tidak berdistibusi Normal Karena nilai D │Fa = (X)
– Fe (x)│≤ Dα dimana nilai D=│Fa(X) – Fe(x)│=
0,1365 sedangkan Dα ( untuk N = 10) = 0,41. Maka Ho diterima atau dengan kata lain data berdistribusi normal.
d. Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Tinggi Siku Duduk (TSD) Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Tinggi Siku Duduk (TSD) dapat dilihat pada Tabel 5.14
Tabel 5.14. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Tinggi Siku Duduk (TSD)
Fa No.
TSD (X)
Z
Fe (X)
(X)
D =│Fa (X) – Fe (X)│
1
12
0.1
1.5656
0.0587
0.0413
2
13
0.2
1.0763
0.1409
0.0591
3
14
0.3
0.5871
0.2786
0.0214
4
14
0.4
0.5871
0.2786
0.1214
5
15
0.5
0.0978
0.461
0.039
6
15
0.6
0.0978
0.461
0.139
7
16
0.7
0.3914
0.6522
0.0478
8
17
0.8
0.8806
0.8107
0.0107
9
18
0.9
1.3699
0.9146
0.0146
10
18
1
1.3699
0.9146
0.0854
Uji Normal dilakukan dengan menggunakan α = 0.05 maka dengan menggunakan hipotesis : 1. Ho : Data berdistribusi Normal 2. Hi : Data tidak berdistibusi Normal Karena nilai D │Fa = (X)
– Fe (x)│≤ Dα dimana nilai D=│Fa(X) – Fe(x)│=
0,1214 sedangkan Dα ( untuk N = 10) = 0,41. Maka Ho diterima atau dengan kata lain data berdistribusi normal.
e. Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Tebal Paha (TP) Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Tebal Paha (TP) dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Tebal Paha (TP) Fa No.
TP (X)
Z
Fe (X)
(X)
D =│Fa (X) – Fe (X)│
1
9
0.1
1.6774
0.0467
0.0533
2
10
0.2
-1.099
0.1359
0.0641
3
10
0.3
-1.099
0.1359
0.1641
4
12
0.4
0.0578
0.5231
0.1231
5
12
0.5
0.0578
0.5231
0.0231
6
12
0.6
0.0578
0.5231
0.0769
7
13
0.7
0.6363
0.7377
0.0377
8
13
0.8
0.6363
0.7377
0.0623
9
14
0.9
1.2147
0.8878
0.0122
10
14
1
1.2147
0.8878
0.1122
Uji Normal dilakukan dengan menggunakan α = 0.05 maka dengan menggunakan hipotesis : 1. Ho : Data berdistribusi Normal
2. Hi : Data tidak berdistibusi Normal Karena nilai D │Fa = (X)
– Fe (x)│≤ Dα dimana nilai D=│Fa(X) – Fe(x)│=
0,1641 sedangkan Dα ( untuk N = 10) = 0,41. Maka Ho diterima atau dengan kata lain data berdistribusi normal.
f. Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Tinggi Polipteal (TPo) Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Tinggi Polipteal (TPo) dapat dilihat pada Tabel 5.16. Tabel 5.16. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Tinggi Polipteal (TPo) Tpo
Fa
(X)
(X)
1
40
2
No.
Z
Fe (X)
0.1
-1.271
0.1019
0.0019
40
0.2
-1.271
0.1019
0.0981
3
41
0.3
0.5234
0.3004
0.0004
4
41
0.4
0.5234
0.3004
0.0996
5
41
0.5
0.5234
0.3004
0.1996
6
42
0.6
0.2243
0.5887
0.0113
7
42
0.7
0.2243
0.5887
0.1113
8
43
0.8
0.972
0.8345
0.0345
D =│Fa (X) – Fe (X)│
9
43
0.9
0.972
0.8345
0.0655
10
44
1
1.7196
0.9573
0.0427
Uji Normal dilakukan dengan menggunakan α = 0.05 maka dengan menggunakan hipotesis : 1. Ho : Data berdistribusi Normal 2. Hi : Data tidak berdistibusi Normal Karena nilai D =│Fa (X) – Fe (x)│≤ Dα dimana nilai D=│Fa(X) – Fe(x)│= 0,1996 sedangkan Dα (untuk N = 10) = 0,41. Maka Ho diterima atau dengan kata lain data berdistribusi normal.
g. Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Pantat Polipteal (PP) Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Pantat Polipteal (PP) dapat dilihat pada Tabel. 5.17.
Tabel 5.17. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Pantat Polipteal (PP) Fa No.
PP (X)
Z
Fe (X)
(X)
D =│Fa (X) – Fe (X)│
1
29
0.1
1.7928
0.0365
0.0635
2
31
0.2
1.0757
0.141
0.059
3
32
0.3
-
0.2366
0.0634
0.7171 4
33
0.4
0.3586
0.36
0.04
5
34
0.5
0
0.5
0
6
35
0.6
0.3586
0.64
0.04
7
35
0.7
0.3586
0.64
0.06
8
36
0.8
0.7171
0.7634
0.0366
9
37
0.9
1.0757
0.859
0.041
10
38
1
1.4343
0.9243
0.0757
Uji Normal dilakukan dengan menggunakan α = 0.05 maka dengan menggunakan hipotesis : 1. Ho : Data berdistribusi Normal 2. Hi : Data tidak berdistibusi Normal Karena nilai D =│Fa (X) – Fe (x)│≤ Dα dimana nilai D=│Fa(X) – Fe(x)│= 0,0757 sedangkan Dα (untuk N = 10) = 0,41. Maka Ho diterima atau dengan kata lain data berdistribusi normal.
h. Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Pantat Ke Lutut (PKl) Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Pantat Ke Lutut (PKl) dapat dilihat pada Tabel. 5.18.
Tabel 5.18. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Pantat ke Lutut (PKL)
Fa No.
PKL (X)
Z
Fe (X)
0.1
1.8507
0.0321
0.0679
0.2
0.8593
0.1951
0.0049
0.3
0.5288
0.2985
0.0015
0.4
0.5288
0.2985
0.1015
0.4214
0.0786
(X)
1
2
3
4
41
44
45
45
D =│Fa (X) – Fe (X)│
5
46
0.5
0.1983
6
47
0.6
0.1322
0.5526
0.0474
7
48
0.7
0.4627
0.6782
0.0218
8
49
0.8
0.7932
0.7862
0.0138
9
50
0.9
1.1237
0.8694
0.0306
10
51
1
1.4542
0.927
0.073
Uji Normal dilakukan dengan menggunakan α = 0.05 maka dengan menggunakan hipotesis : 1. Ho : Data berdistribusi Normal 2. Hi : Data tidak berdistibusi Normal Karena nilai D =│Fa (X) – Fe (x)│≤ Dα dimana nilai D=│Fa(X) – Fe(x)│= 0,1015 sedangkan Dα (untuk N = 10) = 0,41. Maka Ho diterima atau dengan kata lain data berdistribusi normal.
i. Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Lebar Bahu (LB) Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Lebar Bahu (LB) dapat dilihat pada Tabel. 5.19.
Tabel 5.19. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Lebar Bahu (LB) Fa No.
LB (X)
Z
Fe (X)
(X)
D =│Fa (X) – Fe (X)│
1
31
0.1
1.2886
0.0988
0.0012
2
32
0.2
1.0625
0.144
0.056
3
33
0.3
0.8365
0.2014
0.0986
4
34
0.4
0.6104
0.2708
0.1292
5
35
0.5
0.3843
0.3504
0.1496
6
36
0.6
0.1582
0.4371
0.1629
7
40
0.7
0.746
0.7722
0.0722
8
41
0.8
0.9721
0.8345
0.0345
9
42
0.9
1.1982
0.8846
0.0154
10
43
1
1.4242
0.9228
0.0772
Uji Normal dilakukan dengan menggunakan α = 0.05 maka dengan menggunakan hipotesis : 1. Ho : Data berdistribusi Normal 2. Hi : Data tidak berdistibusi Normal Karena nilai D =│Fa (X) – Fe (x)│≤ Dα dimana nilai D=│Fa(X) – Fe(x)│= 0,1629 sedangkan Dα (untuk N = 10) = 0,41, maka Ho diterima atau dengan kata lain data berdistribusi normal.
j. Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Lebar Pinggul (LP) Perhitungan Uji kolmogorov Smirnov Lebar Pinggul (LP) dapat dilihat pada Tabel. 5.20.
Tabel 5.20. Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Lebar Pinggul (LP) No.
LP (X)
Fa (X)
Z
Fe (X)
1
27
0.1
1.7981
0.0361
0.0639
2
28
0.2
1.4933
0.0677
0.1323
3
32
0.3
0.2743
0.3919
0.0919
4
32
0.4
0.2743
0.3919
0.0081
5
33
0.5
0.0305
0.5122
0.0122
6
34
0.6
0.3352
0.6313
0.0313
D =│Fa (X) – Fe (X)│
7
35
0.7
0.64
0.7389
0.0389
8
35
0.8
0.64
0.7389
0.0611
9
36
0.9
0.9448
0.8276
0.0724
10
37
1
1.2495
0.8943
0.1057
Uji Normal dilakukan dengan menggunakan α = 0.05 maka dengan menggunakan hipotesis : 1. Ho : Data berdistribusi Normal 2. Hi : Data tidak berdistibusi Normal Karena nilai D =│Fa (X) – Fe (x)│≤ Dα dimana nilai D=│Fa(X) – Fe(x)│= 0,1323 sedangkan Dα (untuk N = 10) = 0,41. Maka Ho diterima atau dengan kata lain data berdistribusi normal. Tabel 5.21. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorov Smirnov Data Antropometri No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Antropometri (Dimensi Tubuh) Tinggi duduk tegak (TDT) Tinggi bahu duduk (TBD) Tinggi mata duduk (TMD) Tinggi siku duduk (TSD) Tebal paha (TP) Tinggi Polipteal (TPO) Pantat polipteal (PP) Pantat ke lutut (PKL) Lebar bahu (LB) Lebar pinggung (LP)
D Max
Dα
Keterangan
0,1905 0,1891 0,1365 0,1214 0,1641 0,1996 0,0757 0,1015 0,1629 0,1323
0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41
Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
F. Perhitungan Persentil Data-data antropometri yang sudah diperoleh dari seluruh operator selanjutnya ditentukan nilai persentilnya dengan menggunakan persentil 95. Dalam menentukan pengukuran antropometri ini digunakan 10 sampel. Data-data
yang diperoleh seragam sehingga ditentukan data yang mewakili perancangan alat bantu berupa kursi dan meja kerja di stasiun pengupasan. Untuk perhitungan Tinggi Duduk Tegak (TDT) dalam 5 persentil, 50 persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut :
X = 71.9 Sd = 3.95 P 5 th = X - 1.645 s x = 71.9 -1.645 (3.95) = 71.9 – 6.49 = 65.41 P 95 th = X + 1.645 s x = 71.9 + 1.645 (3.95) = 78.39 Dengan cara yang sama seperti diatas, perhitungan persentil 5 persentil, dan 95 persentil untuk semua dimensi dapat diperoleh. Perhitungan persentil pada masing-masing elemen pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.22. Hasil Perhitungan Persentil Data Antropometri Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna
No
Antropometri (Dimensi Tubuh)
1
Tinggi duduk tegak (TDT)
Hasil Perhitungan (dalam Cm) P 5 th P 95 th 65.41 78.39
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tinggi bahu duduk (TBD) Tinggi mata duduk (TMD) Tinggi siku duduk (TSD) Tebal paha (TP) Tinggi Polipteal (TPO) Pantat polipteal (PP) Pantat ke lutut (PKL) Lebar bahu (LB) Lebar pinggung (LP)
41.88 52.68 11.91 9.07 39.5 29.43 41.64 29.43 27.51
53.72 69.12 18.49 14.73 43.9 38.57 51.56 43.97 38.29
Keterangan Tabel : P 5 th : 5 % populasi yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil P 95 th = 95% populasi yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil
BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisa Kesesuaian Fasilitas Kerja Hasil pengolahan data dimensi tubuh pekerja (antropometri) menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang digunakan pekerja bagian pengupasan dengan antropometri pekerja. Fasilitas yang digunakan adalah dengklek yang terdiri dari 2 jenis ukuran. Dengklek ukuran tinggi 12 cm, lebar 18 cm dan panjang 24 cm dan dengklek ukuran tinggi 10 cm, lebar 20 cm dan panjang 25 cm dan menggunakan lantai sebagai meja kerja. Data antropometri yang sudah diperoleh dari pekerja selanjutnya ditentukan nilai persentilnya setelah data berdistribusi normal. Data yang diperoleh beragam sehingga perlu ditentukan data yang mewakili perancangan fasilitas. Dalam penentuan data tersebut digunakan persentil yang dianggap mampu mewakili data yang diukur. Persentil untuk perancangan fasilitas dapat dilihat pada Tabel 6.1. Tabel 6.1. Hasil Perhitungan Persentil Data Antropometri Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna Hasil Perhitungan Antropometri (dalam Cm) No (Dimensi Tubuh) P 5 th P 95 th 1 Tinggi duduk tegak (TDT) 65.41 78.39 2 Tinggi bahu duduk (TBD) 41.88 53.72 3 Tinggi mata duduk (TMD) 52.68 69.12 4 Tinggi siku duduk (TSD) 11.91 18.49 5 Tebal paha (TP) 9.07 14.73 6 Tinggi Polipteal (TPO) 39.5 43.9 7 Pantat polipteal (PP) 29.43 38.57 8 Pantat ke lutut (PKL) 41.64 51.56 9 Lebar bahu (LB) 29.43 43.97 10 Lebar pinggung (LP) 27.51 38.29 Pemecahan masalah pada analisa kesesuaian fasilitas kerja adalah dengan membuat rancangan fasilitas kerja yang memperhatikan ukuran tubuh pekerja. Fasilitas yang direkomendasikan dalam penelitian ini menggunaan persentil 5-th, dan 95-th.Ukuran persentil dimensi tubuh pekerja seperti Tabel 6.1 diatas
dapat digunakan untuk perbaikan fasilitas kerja. Rekomendasi perbaikan fasilitas kerja meliputi : 1. Kursi kerja Perancangan kursi kerja yang sesuai dengan data antropometri pekerja sebagai perbaikan kursi yang digunakan oleh UD. Putri Juna. Perbaikan ukuran kursi adalah sebagai berikut : - Tinggi tempat duduk Untuk tinggi tempat duduk digunakan data tinggi polipteal dari antropometri kerja. Perancangan ini menggunakan persentil 95 dari data tinggi polipteal (tpo) dengan ditambah 2 cm (tinggi sandal atau sepatu). Diperoleh tinggi kaki kursi adalah 43,9 cm + 2 cm = 45,9 cm, dibulatkan menjadi 46 cm. - Lebar tempat duduk Perancangan lebar tempat menggunakan persentil 95 dari data lebar pinggul (lp) sehingga
pekerja
yang
memiliki
pinggul
yang
paling
besar
dapat
menggunakannya, ukurannya menjadi 38,29 cm dibulatkan menjadi 38 cm. - Panjang tempat duduk Perancangan panjang tempat duduk menggunakan persentil 5 dari data pantat polipteal (pp) agar ukuran yang paling kecil tidak terlalu panjang untuk digunakan. Ukuran 29,43 cm dibulatkan menjadi 29 cm. - Tinggi sandaran Merancang tinggi sandaran digunakan persentil 95 dari data tinggi bahu duduk (tbd) agar bisa menopang bahu yang paling tinggi, ukuran sandarannya adalah 53,72 cm, dibulatkan menjadi 54 cm.
- Lebar sandaran Merancang lebar sandaran digunakan persentil 95 dari data rata-rata lebar bahu (lb) dari pekerja. Ukuran lebar sandaran kursi 43,97 cm dibulatkan menjadi 44 cm.
2. Meja Kerja Pemakaian meja kerja yang tidak ergonomis pada bagian pengupasan maka dengan ini peneliti merancang sebuah meja yang sesuai dengan data dimensi tubuh pekerja. Rekomendasi perbaikan adalah sebagai berikut : - Tinggi meja kerja Untuk menjamin cukup ruang bagi lutut orang berukuran besar dan pekerja berukuran kecil maka direkomendasikan rancangan menggunakan persentil 5 dan persentil 95. Rancangan tinggi meja yang disesuaikan dengan tinggi duduk menggunakan persentil 5 dari tinggi siku duduk (tsd) dan dijumlahkan dengan persentil 95 dari tinggi polipteal (tpo). Ukuran tinggi meja menjadi 11,91 cm + 43,9 cm = 55,81 cm atau dibulatkan menjadi 56 cm.Hasil perhitungan dibulatkan untuk mempermudah pemgerjaan, jadi tinggi permukaan meja 56 cm. untuk mengurangi kelelahan pada otot kaki (Footrest) yang diletakkan dibawah meja
dengan tinggi 10 cm dari lantai, sehingga kaki dapat beristirahat sewaktu-waktu apabila telah terasa lelah akibat posisi duduk yang statis. - Permukaan meja Perancangan permukaan meja peneliti menggunakan ukuran meja yang standar yaitu dengan ukuran 100 cm untuk lebar meja agar bisa dijangkau dengan panjang tangan oleh pekerja dan 200 cm untuk panjang meja agar bisa memuat bahan baku ubi yang akan dikupas. Gambar fasilitas kerja yang diusulkan adalah sebagai berikut :
Gambar 6.1. Tiga Dimensi Meja Kerja
Gambar 6.2. Tampak Depan Meja Kerja
Gambar 6.3. Tiga Dimensi Kursi Kerja
Gambar 6.4. Tampak Samping Kursi Kerja
6.2. Analisa Kuesioner Peta Tubuh (Body Map Quesioner) Hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa pada pukul 08.00 Wib tidak ada keluhan rasa sakit pada pekerja. Pukul 12.00 wib dan 16.00 wib terdapat keluhan rasa sakit. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.2. dibawah ini Tabel 6.2. Keluhan Rasa Sakit pada Pekerja Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna No
1
Pukul 12.00 wib
Jenis Keluhan
Pukul 16.00 wib
A
B
C
A
B
C
-
10
-
-
-
10
-
10
-
-
10
-
2
4
4
-
-
10
2
4
4
-
7
3
-
10
-
-
-
10
Sakit kaku di leher bagian atas
2
Sakit kaku di leher bagian bawah
3
Sakit di bahu kiri
4
Sakit di bahu kanan
5
Sakit di
punggung 6
Sakit pada pinggang
7
Sakit pada bokong
8
Sakit pada lutut kiri
9
Sakit pada lutut kanan
10
Sakit pada betis kiri
11
Sakit pada betis kanan
12
-
10
-
-
-
10
4
6
-
-
-
10
10
-
-
-
-
10
8
2
-
-
4
6
8
2
-
-
6
4
-
8
2
-
4
6
-
8
2
-
4
6
10
-
-
-
4
6
Sakit pada pergelangan kaki kiri
13
Sakit pada pergelangan kaki kanan
Tabel 6.2. menunjukkan bahwa, jenis keluhan rasa sakit yang dialami oleh seluruh pekerja adalah leher bagian atas, bahu kiri, punggung, pingggang, bokong, dan lutut kiri. Terjadi perubahan keluhan rasa sakit dari pukul 08.00 wib, dan pukul 12.00 wib, pukul 16.00 wib. Penyebab keluhan rasa sakit yang dialami pekerja dapat dilihat pada Tabel 6.3.
Tabel 6.3 Penyebab Keluhan Rasa Sakit yang Dialami Pekerja Bagian Pengupasan Ubi di UD. Putri juna No.
Jenis Keluhan Rasa
Penyebab Terjadinya
Sakit 1
Leher bagian atas
Akibat pekerja melihat kebawah secara terus menerus/monoton karena
menggunakan
lantai
sebagai meja kerja. 2
Bahu kiri
Jangkauan pengambilan ubi terlalu jauh sehingga memaksa baku kiri.
3
Punggung
Pekerja membungkuk secara terus menerus dalam waktu lama dan tidak mempunyai sandaran.
4
Pinggang
Duduk dalam waktu yang lama dengan
kursi
yang
tidak
ergonomis. 5
Bokong
Alas kursi terlalu kecil sehingga tidak
sesuai
dengan
dimensi
tubuh. 6
Lutut kiri
Kursi kerja yang terlalu pendek.
Tindakan ergonomik untuk mencegah terjadi keluhan rasa sakit /sakit akibat kerja adalah melalui rekayasa perbaikan/rekayasa teknik yaitu mengganti
fasilitas kerja meliputi meja kerja dan kursi yang sesuai dengan dimensi tubuh pekerja.
6.3. Analisa Whole Body Reaction Tester (WRBT) Hasil pengolahan data pengukuran kecepatan reaksi rancangan tubuh pekerja dapat diketahui seberapa besar tingkat kelelahan, dimana reaksi rangsangan tubuh tiap waktu pengukuran semakin lambat. Hasil dapat dilihat pada Tabel 6.4. Tabel 6.4. Tabulasi Hasil Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja Bagian Pengupasan di UD Putri Juna Pengukuran Whole Body Reaction Tester (WRBT) Pekerja
08.00 Wib (detik)
12.00 Wib (detik)
16.00 Wib (detik)
1
0.87
1.0
1.6
2
0.73
0.90
1.0
3
0.87
0.97
1.1
4
0.67
0.73
0.93
5
0.97
1.03
1.1
6
0.73
0.93
1.0
7
0.67
0.93
1.17
8
0.90
0.90
1.20
9
0.80
0.83
1.20
10
0.67
0.80
1.17
Jumlah
7.88
9.02
11.47
X
0.79
0.90
1.15
σ
0.11
0.09
0.18
Pengukuran Whole Body Reaction Tester (WRBT) Interval terhadap kelelahan µ
0.73 < µ < 0.85
0.85 < µ < 0.95
1.06 < µ < 1.24
Hasil pengolahan data menunjukkan tingkat kelelahan pekerja semakin besar dimana waktu reaksi yang dibutuhkan kecepatan respon tubuh pekerja meningkat, maka tingkat kelelahan pekerja semakin tinggi. Pukul 08.00 wib adalah 0.73 < µ < 0.85, pukul 12.00 wib 0.85 < µ < 0.95 dan pukul 16.00 wib 1.06 < µ < 1.24. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tingkat kelelahan semakin tinggi dengan bertambahnya waktu kerja.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan penelitian di UD. Putri Juna mengenai pengaruh fasilitas kerja yang tidak ergonomis terhadap kelelahan pekerja pada stasiun pengupasan adalah sebagai berikut : 1. Fasilitas kerja yang digunakan pada stasiun pengupasan tidak ergonomis karena tidak sesuai dengan antropometri pekerja, meliputi kursi kecil (dengklek) yang terdiri dari 2 jenis ukuran. Dengklek ukuran tinggi 12 cm, diameter 9 cm dan panjang 24 cm dan dengklek ukuran tinggi 10 cm, diameter 14 cm
dan panjang 25 cm dan
menggunakan lantai sebagai meja kerja. Untuk mengurangi keletihan dan rasa sakit pada Tubuh maka dirancang kursi kerja sehingga diperoleh postur kerja yang lebih baik. Ukuran kursi kerja yang disesuaikan dengan ukuran antropometri pada persentil 95 adalah sebagai berikut :
a. Tinggi Polipteal (Tpo) = 44 cm b. Lebar pinggul (Lp) = 38 cm c. Tinggi bahu duduk (TBD) = 54 cm d. Lebar bahu (LB) = 44 cm e. Tinggi duduk tegak (TDT) = 78 cm Ukuran kursi kerja yang disesuiakan dengan ukuran antropometri pada persentil 5 adalah sebagai berikut : Pantat polipteal (PP) = 29 cm 2. Ukuran antropometri pada persentil 5 yang diperoleh untuk merancang meja kerja adalah sebagai berikut : Tinggi siku duduk (TSD) = 12 cm
3. Sikap keja yang monoton akan dapat menyebabkan peningkatan kelelahan pada pekerja. Hasil pengolahan data menunjukkan tingkat kelelahan pekerja semakin besar dimana waktu reaksi yang dibutuhkan kecepatan respon tubuh pekerja meningkat, maka tingkat kelelahan pekerja semakin tinggi. Pukul 08.00 wib adalah 0.73 < µ < 0.85, pukul 12.00 wib 0.85 < µ < 0.95 dan pukul 16.00 wib 1.06 < µ < 1.24.
4. Fasilitas kerja yang tidak ergonomis mengakibatkan sikap kerja memaksa seperti duduk membungkuk dan jongkok secara terusmenerus sehingga menyebabkan keluhan rasa sakit yang sama yang
dialami seluruh pekerja yaitu leher bagian atas, bahu kiri, pinggang, punggung, bokong dan lutut kiri.
7.2. Saran Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh fasilitas kerja yang tidak ergonomis terhadap kelelahan pekerja bagian pengupasan di UD. Putri Juna, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Agar penelitian ini dapat lebih dikembangkan pada stasiun kerja yang lain karena belum ada penyediaan fasilitas kerja untuk pekerja. 2. Untuk menghindari rasa sakit akibat penegangan atau kekerasan bahan kursi yang juga mempengaruhi rasa sakit akibat duduk dalam waktu yang lama dipakai bahan yang lembut untuk sandaran dan alas kursi. 3. Pekerja harus melakukan kegiatan kerja dengan ergonomis agar rancangan dapat menghasilkan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002. Bustami Bastian, Mari Membangun Usaha Mandiri: Pedoman Praktis Bagi UKM, Yokyakarta, Graha Ilmu, 2008. Ginting Rosnani, Ir, dkk, Pengaruh Penerapan Ergonomi pada Fasilitas Kerja Terhadap Produktifitas Pekerja Pembungkus Dodol di Desa Paya Kerupuk Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat, Semarang, Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan K3, 15-16 November, Universitas Sumatera Utara, 2007. Hamonangan, Evaluasi Fasilitas Kerja Terhadap Kelelahan Pada Bagian Pengemasan Distribusi Obat Ditinjau Dari Aspek Ergonomi Di Pt “K”, Medan, Medan, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, 2006. Husein Torik, Perancangan Sistem Kerja Ergonomis untuk Mengurangi Tingkat Kelelahan, Seminar Nasional Ergonomi 21-22 November, Universitas Mercu Buana, 2006. Nurmianto Eko. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan Ke – 23, Jakarta, Gramedia, 2000.
Ruck Achmad, Manajemen Penggajian dan Pengupahan untuk Karyawan Perusahaan, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001. Santoso Gempur, Ergonomi : Manusia, Peralatan Dan Lingkungan, Cetakan Pertama. Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher, 2004.
Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Edisi Revisi, Jakarta, Cetakan ke tiga, 2005. Sriwarno, Andar Bagus, Pengaruh Desain Sarana Duduk Terhadap Kondisi Fisiologi Pekerja saat Melakukan Pekerjaan di Atas Lantai dengan Postur Jongkok, Surabaya, Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan K3, Program Studi Desain Produk, ITB, 2006. Sri Wiludjeng, Pengantar Manajemen, Edisi Pertama. Yokyakarta, Graha Ilmu, 2006. Sugiyono, Statistik untuk Penelitian Kesehatan, Bandung, CV. Alfabeta, 2004. Suma’mur, P. K, Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja, Jakarta,Yayasan Swabhawa Karya, 1982. Sutalaksana, Teknik Tata Cara Kerja dan Pengukuran Kerja, Bandung, Jurusan Teknik Industri ITB, 1979. Tarwaka, Ergonomi: Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Surabaya, Penerbit PT.Guna Widya, 2004. Walpole Ronald E, Pengantar Statistika, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992. Wignjosoebroto Sritomo, Ergonomi: Studi Gerak dan Waktu (Teknik Analisa untuk Peningkatan Produktifitas Kerja, Edisi II, Surabaya- Indonesia, Penerbit PT.Guna Widya, 1995.
LAMPIRAN
BODY MAP QUESIONER Nama Responden : Jenis Kelamin : Lama Bekerja : Usia : Pendidikan : Tanggal Pengisian : Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i memberikan pendapat (A, B, C), apakah jenis keluhan pada kolom dibawah ini merupakan rasa sakit yang dialami saat bekerja. Berikan tanda check ( √) pada kolom pendapat. No
Jenis Keluhan
1
Sakit kaku di leher bagian atas
2
Sakit kaku di leher bagian bawah
3
Sakit di bahu kiri
4
Sakit di bahu kanan
5
Sakit pada lengan atas kiri
6
Sakit pada lengan atas kanan
7
Sakit di punggung
8
Sakit pada pinggang
9
Sakit pada bokong
10 Sakit pada pantat 11 Sakit pada siku kiri 12 Sakit pada siku kanan 13 Sakit pada lengan bawah kiri 14 Sakit pada lengan bawah kanan 15 Sakit pada pergelangan tangan kiri 16 Sakit pada pergelangan tangan kanan 17 Sakit pada tangan kiri 18 Sakit pada tangan kanan 19 Sakit pada paha kiri 20 Sakit pada paha kanan
Pukul 08.00 Wib A
B
C
Pukul 12.00 Wib A
B
C
Pukul 16.00 Wib A
B
C
21 Sakit pada lutut kiri 22 Sakit pada lutut kanan 23 Sakit pada betis kiri 24 Sakit pada betis kanan 25 Sakit pada pergelangan kaki kiri 26 Sakit pada pergelangan kaki kanan 27 Sakit pada kaki kiri 28 Sakit pada kaki kanan Keterangan:
A. Tidak sakit
B.Agak sakit
C. Sakit
Tabel Rekapitulasi Kumulatif Pengukuran Kecepatan Reaksi Tubuh Pekerja dengan Menggunakan Whole Body Reaction Tester (WBRT) pada Bagian Pengupasan di UD. Putri Juna Hari
Pekerja
1
2
3
4
5
6
7
8
1
1.0
0.7
0.7
0.6
0.8
0.7
0.8
1.1
2
1.1
0.8
1.0
0.8
1.3
0.6
0.5
0.8
3
0.5
0.7
0.9
0.6
0.8
0.9
0.7
0.8
0.87
0.73
0.87
0.67
0.97
0.73
0.67
0.90
1
1.1
0.7
0.7
0.8
1.1
1.3
1.2
1.1
2
1.0
1.2
1.3
0.8
1.1
0.7
0.8
0.8
3
0.9
0.8
0.9
0.6
0.9
0.8
0.8
0.8
1.0
0.9
0.97
0.73
1.03
0.93
0.93
0.90
1
2.2
0.8
0.8
0.8
1.1
1.3
1.2
1.3
2
1.5
1.2
1.3
1.0
1.1
0.8
1.3
1.0
3
1.1
1.0
1.2
1.0
1.1
0.9
1.0
1.3
1.6
1.0
1.1
0.93
1.1
1.0
1.17
1.20
a-rata
a-rata
a-rata
Gambar Pedoman Body Map Questioner
Gambar Pedoman Pengukuran Data Antropometri (Dimensi Tubuh)
1. Posisi Duduk Samping
2. Posisi Duduk Menghadap Ke belakang
Pengukuran Antropometri Statis/Dimensi Tubuh 1. Posisi: Duduk Samping
No
Data Yang Diukur
Cara Pengukuran
1.
Tinggi duduk tegak (tdt)
Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung atas kepala. Subjek duduk tegak dengan memandang lurus ke depan, dan lutut membentuk sudut siku-siku.
2.
Tinggi bahu duduk (tbd)
Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung tulang bahu yang menonjol pada saat subjek duduk tegak.
3.
Tinggi mata duduk (tmd)
Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung mata bagian dalam. Subjek duduk tegak dan memandang lurus ke depan.
4.
Tinggi siku duduk (tsd)
Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah siku kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah.
5.
Tebal paha (tp)
Subjek duduk tegak, ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ke permukaan paha.
6.
Tinggi popliteal (tpo)
Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah paha.
7.
Pantat politeal (pp)
Subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.
8.
Pantat ke lutut
Subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai ke lutut. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku
2. Posisi Duduk menghadap belakang No
Data Yang Diukur
Cara Pengukuran
9.
Lebar pinggul (lp)
Subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar sisi pinggul sisi kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan.
10.
Lebar bahu (lb)
Ukur jarak horizontal antara kedua lengan atas. Subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.
Perhitungan Interval Kelelahan Kerja Operator melalui Pengukuran Reaksi Tubuh Pekerja Menggunakan Whole Body Reaction Tester 1. Perhitungan interval pada pengukuran Pukul 08.00 n= 10, X = 0.79 1- α = 90 % α = 10 % α/2 = 0.05 derajat bebas n-1 = 10-1 = 9
Z0.05;2 = 1.645, Sd = 0.11 X - Z0.05;2 sd < μ < X + Z0.05;2 sd n n 0.79 - 1.645 0.11 < μ < 0.79 + 1.645 0.11 3.16 3.16 0.73 < μ < 0.85 2. Perhitungan interval pada pengukuran Pukul 12.00 n= 10, X = 0.90 1-α = 90 % α = 10 % α/2 = 0.05 derajat bebas n-1 = 10-1 = 9 Z0.05;2 = 1.645, Sd = 0.09 X - Z0.05;2 sd < μ < X + Z0.05;2 sd n n 0.90 - 1.645 0.09 < μ < 0.90 + 1.645 0.09 3.16 3.16 0.85 < μ < 0.95 3. Perhitungan interval pada pengukuran Pukul 16.00 n= 10, X = 1.15 1-α = 90 % α = 10 % α/2 = 0.05 derajat bebas n-1 = 10-1 = 9 Z0.05;2 = 1.645 Sd = 0.18 X - Z0.05;2 sd < μ < X + Z0.05;2 sd n n 1.15 - 1.645 0.18 < μ < 1.15 + 1.645 0.18 3.16 3.16 1.06 < μ < 1.24
URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB MASINGMASING BAGIAN ORGANISASI DI UD PUTRI JUNA
a. Chief Operation Officer Chief Operation Officer di UD. Putri Juna adalah pemilik perusahaan yang merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang mempunyai wewenang atau kekuasaan melakukan tindakan untuk dan atas perusahaan.
Tugas : -
Mengkoordinasi, mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan untuk seefektif dan seefisien mungkin dapat berjalan dengan mengadakan pemeriksaan serta penilaian seluruh kegiatan perusahaan.
-
Memimpin dan mengurus segala aspek kegiatan yang berjalan dalam perusahaan sesuai dengan tujuan dan senantiasa berusaha untuk meningkatkan efisiensi perusahaan.
-
Membagi tugas dan tanggung jawab, membayar upah atau gaji pekerja.
-
Mengawasi pencatatan transaksi dan kelancaran administrasi, pengamanan dan pelaksaan secara seimbang dan berhasil.
Tanggung jawab : -
Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
-
Menyelenggarakan penelitian pengembangan untuk kepentingan nilai tumbuh fasilitas perusahaan.
-
Memelihara dan meningkatkan kemampuan kerja serta memperhatikan kesejahteraan pekerja.
b. Executive Secretary Tugas : -
Membantu mengurus surat menyurat
-
Membuat catatan hasil rapat, serta kebutuhan-kebutuhan perusahaan.
-
Membuat segala hal yang berhubungan dengan administrasi perusahaan
-
Menangani tamu-tamu yang datang.
Tanggung jawab : -
Melaksanakan perintah atau tugas yang diberikan oleh pimpinan perusahaan (Chief Operation Officer).
-
Membantu pimpinan dalam memecahkan persoalan perusahaan bila diperlukan.
c. Ka. Marketing Tugas : -
Mengurus administrasi dan penjualan kerupuk opak.
-
Melakukan pengendalian terhadap kegiatan pembelian bahan baku berupa ubi kayu dari segi kuantitas, kualitas dan administrasi.
-
Menentukan sumber penerimaan bahan baku.
-
Dapat menolak bahan baku yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan.
-
Melakukan penjajakan terhadap konsumen dalam rangka pemasaran serta pembuatan kontrak baru.
-
Melakukan perencanaan pemasaran termasuk strategi pemasaran.
-
Melakukan negosiasi atas nama perusahaan dengan konsumen.
Tanggung jawab : -
Bertanggung jawab terhadap pemasaran perusahaan.
d. Production Section Head Tugas : -
Memimpin dan mengurus semua aspek produksi.
-
Mengatasi setiap kendala yang dihadapi pada proses produksi kerupuk opak.
-
Melaksanakan proses produksi untuk produk kerupuk opak sesuai dengan jadwal produksi yang ditetapkan.
Tanggung jawab : -
Bertanggung jawab terhadap pengawasan secara menyeluruh dari bahan baku yang masuk di bagian penerimaan sampai proses packing dan penyimpanan di gudang.
e. Engineering Section Head Tugas : -
Mengkoordinir seluruh kegiatan permesinan, listrik, bengkel dan instalasi perawatan mesin dan peralatan.
-
Melakukan pemeriksaan terhadap mesin dan peralatan yang tidak dapat dipakai serta kondisinya.
Tanggung jawab : -
Bertanggung jawab terhadap operasional.
-
Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan mesin dan peralatan serta sumber daya listrik.
f. Mandor Tugas :
-
Mengawasi pekerjaan pekerja.
-
Melaporkan kerusakan yang terjadi pada Production Section Head.
-
Melatih pekerja baru sesuai dengan bidangnya.
Tanggung jawab : -
Bertanggung jawab pada Production Section Head untuk kelancaran bagian produksi.
g. Pekerja -
Bertugas dan bertanggung jawab dalam pengerjaan produk mulai dari bahan baku sampai menjadi produk jadi.
MESIN, PERALATAN DAN UTILITAS YANG DIGUNAKAN DI UD. PUTRI JUNA
A. Mesin- mesin Produksi 1. Mesin Blower Tipe
: HB-2-30-4
Kapasitas
: 5000 kcal/jam
Spesifikasi
: 380 V, 2.5 KVA, 50 Hz, 1 Phase
Jumlah
: 1 unit
Kegunaan
: menghasil angin untuk membantu pembakaran kayu pada proses perebusan ubi kayu.
2. Mesin Press Tipe
: MP-21
Kapasitas
: 300 kg/jam
Spesifikasi
: 220 V, 2.5 VA
Jumlah
: 1 unit
Kegunaan
: membentuk adonan tipis dan padat.
3. Mesin Pelumat Tipe
: VGV-126
Kapasitas
: 250 Kg/jam
Jumlah
: 1 unit
Kegunaan
: Untuk melumatkan ubi kayu.
4. Mesin Cetakan Merek
: GRAM
Kapasitas
: 300 Kg/jam
Spesifikasi
: 380 V, 2.5 KVA, 50 Hz, 1 Phase
Jumlah
: 1 unit
Kegunaan
: untuk membentuk atau mencetak adonan berbentuk kerupuk opak.
B. Peralatan (Equipment) Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan kerupuk opak antara lain : 1. Meja Kerja Meja kerja ini terbuat dari kayu. Meja kerja digunakan sebagai tempat pengepressan dan pencetakan. Terletak dibawah mesin press dan mesin pencetak yang berguna sebagai penampung atau tempat produk setelah dibentuk adonan pada mesin press dan setelah dicetak pada mesin pencetak. 2. Meja Pengayakan Meja pengayak terbuat dari kawat kasa yang digunakan untuk menyaring produk jadi setelah penjemuran dan untuk memisahkan produk cacat yang kasar dengan yang halus. 3. Plastik Polybag Plastik polybag berukuran 100 cm x 60 cm, berfungsi sebagai alas adonan yang sudah dipress sampai dicetak. 4. Goni Goni berguna sebagai tempat ubi kayu setelah dikupas, sebagai tempat pembungkus opak yang siap dijual dan sebagai tempat sampah (kulit ubi). 5. Beko Beko berguna untuk membawa ubi yang sudah dikupas ke bak pencucian, membawa hasil cetakan ke tempat penjemuran, dan dari penjemuran ke gudang.
6. Sekop Sekop berguna untuk memindahkan ubi dari bak pencucian ke dalam bak perebusan, dan memindahkan ubi hasil rebusan ke bak pelumatan. 7. Cangkul Cangkul berguna untuk memindahkan ubi kayu yang sudah direbus ke dalam mesin pelumat. 8. Pisau Pemotong Pisau berguna untuk mengupas kulit ubi. 9. Baskom Terbuat dari seng yang berguna untuk menampung ubi yang sudah dilumatkan dari mesin pelumat. 10. Timbangan Timbangan berguna untuk menimbang ubi (bahan baku) dan produk jadi opak yang sudah dikemas dengan goni.
C. Utilitas Sarana penunjang untuk menjalankan kegiatan produksi dari awal hingga produk ahkir sangat penting. Utilitas merupakan unit penunjang bagi unit-unit lain dalam suatu pabrik. 1. Air
Dalam kelangsungan proses produksi air memegang peranan penting, Digunakan untuk keperluan pencucian ubi kayu dalam bak pencucian, keperluan perebusan ubi kayu dalam bak perebusan, sebagai campuran minyak yang digunakan pada mesin press dan mesin pencetak agar adonan yang dibentuk pada mesin tidak lengket, membersihkan mesin dan peralatan dan keperluan untuk kamar mandi.
2.
Listrik Sumber listrik yang digunakan berasal dari PLN, listrik digunakan untuk
bagian produksi. Pabrik juga menyediakan genset bilamana terjadi pemadaman listrik dari PLN.