UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MAHASISWA IPS Yeti Nurizzati
ABSTRAK Pesatnya perkembangan zaman, menuntut dunia pendidikan mampu mencetak mahasiswa yang mampu bersaing dalam dunia kerja, dan mampu bertahan terhadap seleksi sosial yang berlaku di masyarakat. Apalagi mahasiswa IPS, dimana lulusannya berhadapan langsung dengan masyarakat dan diharapkan mampu memberikan solusi terhadap isu sosial yang muncul di masyarakat. Hal ini menuntut mahasiswa IPS untuk mampu berpikir kritis dan kreatif. Upaya mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mahasiswa IPS dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis kontekstual (CTL), pembelajaran berbasis penyelesaian masalah (CPS), pemilihan media dan sumber referensi yang sesuai, serta mengajarkan konsep, generalisasi, isu sosial dan berbagai keterampilan IPS.
Kata Kunci : Berpikir kritis dan kreatif, Contextual Teaching and Learning (CTL), Creative Problem Solving (CPS)
PENDAHULUAN Zaman ini berkembang sangat cepat, dimana satu peristiwa sering berkaitan satu dengan lainnya, sehingga tidak ada peristiwa yang merupakan a single event. Untuk menyelesaikan suatu masalah dalam peristiwa tersebut diperlukan berbagai pendekatan. Misalnya, peristiwa bidang ekonomi terkait dengan masalah politik, sosial, budaya, bahkan keagamaan. Karena pesatnya perkembangan, ada sebagian orang yang sanggup mengikutinya, dan sebagian lain yang gagal. Bagi yang sanggup, perkembangan pesat dianggap sebagai Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
93
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
peluang yang bisa dimanfaatkan untuk memacu diri. Umumnya kelompok ini adalah orangorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan hidup yang memadai. Sebaliknya, bagi yang tidak sanggup, zaman ini dianggap sebagai petaka, karena tidak memberikan peluang kepadanya, bahkan menyingkirkannya. Dengan demikian, menjadi orang pintar saja belum cukup. Agar mampu menghadapi pesatnya perkembangan zaman dan mampu bersaing, diperlukan orang yang mampu berpikir kritis dan kreatif. Sama halnya dengan dunia pendidikan. Pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif merupakan salah satu fokus pembelajaran mahasiswa. Melalui pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerja sama (Depdiknas, 2004). Pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif memang perlu dilakukan karena kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang dikehendaki dunia kerja (Career Center Maine Department of Labor USA, 2004). Kemampuan berpikir kritis dan kreatif juga menjadi penentu keunggulan suatu bangsa. Daya kompetitif suatu bangsa sangat ditentukan oleh kekritisan dan kreativitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, pembelajaran pada mahasiswa perlu dirancang setepat mungkin baik itu isi materi perkuliahan maupun strategi pembelajarannya sehingga mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mahasiswa. Apalagi mahasiswa IPS, dimana mahasiswa IPS dipersiapkan untuk dapat membantu memecahkan masalah-masalah sosial yang timbul pada masyarakat sehingga materi perkuliahannya harus multidisiplin. Lalu, upaya apa yang dapat dilakukan oleh dosen IPS selaku pendidik agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir bagi mahasiswa IPS selaku peserta didik sehingga lebih kritis dan kreatif sebelum bertindak?
KONSEP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Dalam hal ini dibedakan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis adalah usaha yang sengaja dilakukan secara aktif, sistematis, dan mengikuti prinsip logika serta mempertimbangkan berbagai sudut pandang untuk mengerti
94
Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan apakah informasi itu diterima, ditolak atau ditangguhkan penilaiannya (Takwin, 1997). Sedangkan menurut Zubaidah dalam Hadi (2007) berpikir kritis adalah suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk melihat dan memecahkan masalah yang ditandai dengan sifat-sifat dan bakat kritis yaitu mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, imajinatif, dan selalu tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan mempunyai sifat selalu menghargai hak-hak orang lain, arahan bahkan bimbingan orang lain.
Berpikir kritis ialah berpikir dengan konsep yang matang dan mempertanyakan segala sesuatu yang dianggap tidak tepat dengan cara yang baik. Sikap kritis tidak sama dengan rewel (dalam Bahasa Jawa). Jika sikap kritis menanyakan hal-hal yang tidak normal dan bermaksud memperbaikinya, maka rewel adalah asal bertanya dan ada unsur ‘mengganggu’.
Ciri-ciri perilaku orang yang berpikir kritis adalah : a. Menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh pertimbangan b. Bersedia memperbaiki kesalahanatau kekeliruan c. Dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis d. Berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dirasakan e. Bersikap cermat, jujur dan ikhas karena Allah, baik dalam mengerjakan pekerjaan yang berkaitan dengan agama Allah maupun dengan urusan duniawi f. Kebencian terhadap suatu kaum, tidak mendorongnya untuk tidak berbuat jujur atau tidak berlaku adil. g. Adil dalam memberikan kesaksikan tanpa melihat siapa orangnya walaupun akan merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat. Menurut Perkin (1992), berpikir kritis itu memiliki 4 karakteristik, yakni (1) bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan logis, (2) memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dan membuat keputusan, (3) menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar, (4) mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.
Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
95
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
Berpikir kritis dapat diajarkan melalui perkuliahan, laboratorium, tugas rumah, sejumlah latihan, pembuatan makalah, dan ujian. Dengan demikian berpikir kritis dapat dimasukkan dalam kurikulum dengan mempertimbangkan siapa yang mengajarkan, apa yang diajarkan, kapan mengajarkan, bagaimana mengajarkan, bagaimana mengevaluasi, dan menyimpulkan.
KONSEP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF Menurut Harriman, berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha membangun ide dan menciptakan gagasan yang baru. Halpern menjelaskan bahwa berpikir kreatif sering pula disebut berpikir divergen, artinya adalah memberikan bermacam-macam kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang sama. Sedangkan Munandar (1999) menjelaskan berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban. Menurut Martin (2009), kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk. Ada tiga aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu produktivitas, originalitas atau keaslian, dan fleksibilitas atau keluwesan. Produktivitas berkaitan dengan banyaknya hasil karya yang dihasilkan. Originalitas berkaitan dengan suatu hasil karya yang berbeda dengan hasil karya serupa di sekitarnya. Sedangkan fleksibilitas merujuk pada kemauan untuk memodifikasi keyakinan berdasarkan informasi baru. Seseorang yang tidak berpikir fleksibel, tidak mudah mengubah ide atau pandangan mereka meskipun ia mengetahui terdapat kontradiksi antara ide yang dimiliki dengan ide baru. Menurut Harris (2000) terdapat tiga aspek kemampuan berpikir kreatif, yaitu kesuksesan, efisiensi, dan koherensi. Kesuksesan berkaitan dengan kesesuaian solusi dengan masalah yang diselesaikan. Efisiensi berkaitan dengan kepraktisan strategi penyelesaian masalah. Sedangkan koherensi berkaitan dengan kesatuan atau keutuhan ide atau solusi. Ide yang koheren adalah ide yang terorganisasi dengan baik, holistis, sinergis, dan estetis. Berpikir kreatif mempunyai kaitan yang erat dengan kreativitas. Adapun definisi kreativitas dari beberapa tokoh adalah sebagai berikut :
96
Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
1. Menurut Munandar, kreativitas merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. 2. Siswono menjelaskan bahwa kreativitas merupakan produk dari berpikir (dalam hal ini berpikir kreatif) untuk menghasilkan suatu cara atau sesuatu yang baru dalam memandang suatu masalah atau situasi. 3. Solso menjelaskan bahwa kreativitas merupakan aktivitas kognitif yang menghasilkan sesuatu yang baru dalam menghadapi masalah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah produk dari berpikir kreatif yang dapat menghasilkan sesuatu yang baru dan dapat diterapkan dalam pemecahan masalah. Baru dalam hal ini bukan hanya dari yang tidak ada menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah ada. Utami Munandar mengemukakan beberapa alasan mengapa kreativitas pada diri mahasiswa perlu dikembangkan. Pertama, dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan aktualisasi dirinya (Self Actualization). Kedua, pengembangan kreativitas khususnya dalam pendidikan formal masih belum memadai. Ketiga, menyibukkan diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi juga memberikan kepuasan tersendiri. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) a. Konsep Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Kemampuan berpikir mahasiswa dapat ditingkatkan melalui strategi pembelajaran yang digunakan dosen dalam kegiatan perkuliahan. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir mahasiswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman diri sendiri sebagai bahan untuk memecahkan masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangannya. SPPKB bukan hanya mengharapkan mahasiswa dapat menguasai sejumlah materi perkuliahan, akan tetapi bagaimana mahasiswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal. SPPKB bukan Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
97
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
hanya sekedar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta atau konsep; tetapi bagaimana data, fakta dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir mahasiswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah. Dalam taksonomi Bloom, SPPKB diarahkan untuk mencapai tingkatan minimal pada tingkatan ketiga (application). Terdapat enam tingkatan berpikir menurut taksonomi Bloom (2003) yaitu : a) mengetahui (knowing) adalah suatu proses berpikir yang didasarkan pada retensi (menyimpan) dan retrieval (mengeluarkan kembali) sejumlah pengetahuan yang pernah didengar atau dibacanya; b) memahami (understanding) adalah suatu proses berpikir yang sifatnya lebih kompleks yang mempunyai kemampuan dalam penterjemahan, interpretasi, ektrapolasi, dan asosiasi; c) menerapkan (application) adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan, fakta, teori, dan lain-lain untuk menyimpulkan, memperkirakan, atau menyelesaikan suatu masalah; d) menganalisis (analysis) juga berpikir secara divergen yaitu kemampuan menguraikan suatu konsep atau prinsip dalam bagian-bagian atau komponen-komponennya; e) mengevaluasi (evaluation) disebut juga intelectual judment, yaitu pengetahuan yang luas tentang sesuatu pengertian dari apa yang diketahui serta kemampuan analisa sehingga dapat memberikan penilaian atau evaluasi; f) mensintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk melakukan suatu generalisasi atau abstraksi dari sejumlah fakta, data, fenomena, dan lain-lain. Dengan kata lain akumulasi dari semua kemampuan berpikir dibawahnya merupakan kemampuan untuk mensintesis. b. Karakteristik Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB memiliki tiga karakteristik yaitu : 1. Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental mahasiswa secara maksimal. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut mahasiswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir;
98
Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
2.
SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa, yang pada akhirnya kemampuan berpikir itu dapat membantu mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri;
3.
SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yaitu proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan hasil belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.
c. Tahapan-tahapan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir SPPKB menekankan kepada keterlibatan mahasiswa secara penuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan mahasiswa sebagai obyek belajar, yang hanya sekedar duduk mendengarkan penjelasan guru, kemudian mencatat yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran dan dihafalkan. Ada 6 tahapan dalam SPPKB, sebagai berikut : 1. Tahap orientasi Pada tahap ini dosen mengkondisikan mahasiswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan cara, yaitu pertama penjelasan tujuan yang harus dicapai, baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Kedua, penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan mahasiswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran. 2. Tahap Pelacakan Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar mahasiswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah dosen mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki mahasiswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah dosen Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
99
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya. 3. Tahap Konfrontasi Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian masalah yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman mahasiswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan mahasiswa pada tahapan ini, dosen dapat memberikan masalah yang dilematis yang memerlukan jawaban atau solusi. Masalah yang diberikan hendaknya sesuai dengan tema atau topik pembelajaran, dan sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman mahasiswa. Pada tahap ini dosen harus dapat mengembangkan dialog agar mahasiswa benar-benar memahami masalah yang harus dipecahkan. 4.
Tahap inkuiri Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pada tahap inilah mahasiswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri, mahasiswa diajak untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh sebab itu dosen harus memberikan ruang dan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan masalah.
5. Tahap Akomodasi Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini mahasiswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini, dosen membimbing mahasiswa agar dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan. 6.
Tahap Transfer Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan agar mahasiswa mampu mentransfer kemampuan berpikir mereka untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini dosen memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.
100
Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
Upaya Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS Berpikir adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan, memberikan berbagai kemungkinan-kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang lebih benar. Dalam konteks pembelajaran, pengembangan kemampuan berpikir ditujukan untuk beberapa hal, diantaranya adalah (1) mendapat latihan berfikir secara kritis dan kreatif untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dengan bijak, misalnya luwes, reflektif, ingin tahu, mampu mengambil resiko, tidak putus asa, dan dapat bekerjasama (2) mengaplikasikan pengetahuan, pengalaman dan kemahiran berfikir secara lebih praktik baik di dalam atau di luar kampus, (3) menghasilkan ide atau gagasan yang kreatif dan inovatif, (4) mengatasi cara-cara berfikir yang terburu-buru, kabur dan sempit, (5) meningkatkan aspek kognitif dan afektif, serta (6) bersikap terbuka dalam menerima dan memberi pendapat, membuat pertimbangan berdasarkan alasan dan bukti, berani memberi pandangan dan kritik. Pengembangan kemampuan berpikir mencakup 4 hal, yakni (1) kemampuan menganalisis, (2) membelajarkan mahasiswa untuk memahami pernyataan, (3) mengikuti dan menciptakan argumen logis, (4) meminimalisasi jalur yang salah dan fokus pada jalur yang benar (Harris, 1998). Dalam konteks ini berpikir dapat dibedakan dalam dua jenis yakni berpikir kritis dan berpikir kreatif. Perbandingan antara berpikir kritis dan kreatif dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Berpikir Kritis Analitis Mengumpulkan Hirarkis Memutuskan Memusat Obyektif Menjawab Kata-kata Sejajar Otak kiri Logis Ya, akan tetapi ...
Berpikir Kreatif Menciptakan Meluaskan Bercabang Menggunakan Keputusan Menyebar Subyektif Sebuah jawaban Gambaran Hubungan Otak kanan Inovatif Ya, dan ...
Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
101
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
Didalam strategi pembelajaran terkandung empat komponen yaitu : 1. Urutan kegiatan pembelajaran yaitu urutan kegiatan dosen dalam menyampaikan isi pembelajaran kepada mahasiswa. 2. Metode pembelajaran yaitu cara pengajaran dosen dalam menyampaikan materi kuliah kepada mahasiswa. 3. Media pembelajaran yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yanng digunakan dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran. 4. Waktu yang digunakan dosen dan mahasiswa dalam menyelesaikan satu sesi perkuliahan tatap muka. Dalam menentukan strategi pembelajaran, perlu dilakukan pemilihan yang rasional, dan disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Karena, tidak semua materi cocok untuk semua metode, dan tidak semua materi cocok untuk semua media. Strategi yang dapat digunakan dosen dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa adalah : (1) mengadakan dasar penilaian untuk memberikan nilai akhir mahasiswa, dimana menciptakan masalah merupakan 20% dari keseluruhan nilai (2) mendeskripsikan syarat materi perkuliahan secara mendetail sesuai silabus dengan menambah area online (alamat website) yang dapat menyediakan akses informasi secara mudah (3) memberikan orientasi perkuliahan (4) dosen memberikan pendapat kepada mahasiswa sesuai masalah yang diberikan melalui e-mail untuk memberikan penguatan yang positif, dan beberapa diskusi dipadukan setelah pembelajaran usai.
1. Pembelajaran Berbasis Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL) Pembelajaran kontekstual (CTL) sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran IPS. CTL merupakan konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan materi yanng diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa dan mandoronnya membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat. Program pembelajaran CTL mengutamakan rencana kegiatan dosen di kelas
102
Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
yang berisi skenario setiap tahap kegiatan pembelajaran sehubungan dengan topik yang akan dipelajari bersama. Secara garis besar, ada tujuh komponen yang membentuk langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan CTL yaitu : 1) Kembangkan pemikiran bahwa mahasiswa akan belajar lebih bermakna dengan bekerja dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya (constructivism) 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuri (keterampilan berpikir kritis) pada semua topik (inquiry) 3) Kembangkan sifat ingin tahu mahasiswa dengan mengajukan pertanyaan (questioning) 4) Ciptakan mahasiswa dan kondisi kelas untuk belajar (learninng community) 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran (modeling) 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan (reflecting) 7) Lakukan penilaian dengan berbagai cara yang objektif (authentic assessment) Ada beberapa karakteristik dalam pembelajaran CTL yaitu : § Adanya kerjasama antar mahasiswa, dan mahasiswa dengan dosen § Suasana pembelajaran menyenangkan § Pembelajaran terintegrasi § Belajar secara lebih bergairah § Siswa aktif, kritis dan kreatif § Hasil karya siswa nyata dan bervariasi § Menggunakan berbagai sumber referensi § Dosen kreatif dan profesional Proses pembelajaran CTL berlangsung alamiah (natural) berupa kegiatan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari dosen ke mahasiswa. Terdapat perbedaan antara pembelajaran kontekstual dengan konvensional seperti yang terlihat pada tabel 2.
Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
103
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
Tabel 2. Perbedaan Pola Pembelajaran kontekstual dengan Konvensional No
Kontekstual
Konvensional
1
Menyandarkan pada memori spasial
Menyandarkan pada hafalan
2
Pemilihan
informasi
berdasarkan Pemilihan informasi ditentukan dosen
kebutuhan individu mahasiswa 3
Selalu mengkaitkan informasi dengan Memberikan pengetahuan awal yang telah dimiliki kepada mahasiswa
4
mahasiswa
informasi
sampai
pada
saatnya diperlukan
Cenderung mengintegrasikan beberapa Cenderung terfokus pada satu bidang bidang (disiplin ilmu)
5
tumpukan
(disiplin ilmu) tertentu
Menerapkan penilaian autentik melalui Penilaian hasil belajar hanya melalui penerapan praktis dalam problem kegiatan akademik berupa ujian (test) solving
Sumber : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menebgah, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, 2002 hlm 5
2. Pembelajaran Berbasis Penyelesaian Masalah (Creative Problem Solving / CPS) Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi (Wiederhold dalam Suyitno, 2004:37). Hal ini terjadi karena model pembelajaran problem solving memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk memecahkan masalah terkait dengan strateginya sendiri. Salah satu pengembangan dari model pembelajaran ini adalah model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS). Dalam taksonomi Bloom, CPS melatih mahasiswa minimal berada pada tingkat keempat (analysis). Model pembelajaran CPS adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, kemudian diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan pada suatu masalah, mahasiswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya, tidak hanya dengan cara menghafal (Pepkin, 2004:1). Pembelajaran CPS dapat juga digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuan masalah di bidang sosial ekonomi. Karena dalam model pembelajaran ini, pengalaman
104
Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
sebelumnya dalam menyelesaikan suatu masalah merupakan faktor yang penting dalam menyelesaikan masalah baru yang berbeda, disamping faktor minat mahasiswa. Pembelajaran CPS merupakan suatu kegiatan yang didesain dosen dalam rangka memberi tantangan kepada mahasiswa IPS melalui penugasan masalah di bidang sosial ekonomi. Fungsi dosen adalah memotivasi mahasiswa agar mau menerima tantangan dan membimbing mereka dalam proses pemecahan masalah. Masalah yang diberikan kepada mahasiswa harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan mereka. Masalah diluar jangkauan kemampuan mahasiswa dapat menurunkan motivasi mereka. Suatu soal yang dianggap sebagai masalah bagi seseorang apabila orang itu memahami soal tersebut, dalam arti mengetahui apa yang diketahui dan apa yang diminta dalam soal itu, tetapi belum mendapatkan suatu cara untuk memecahkannya. Soal tersebut memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya. Hal yang berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan, mahasiswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan biasanya telah ada contoh soal. Pada masalah yang mahasiswa tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, mahasiswa menggunakan segenap pemikiran mereka, memilih strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari masalah tersebut (Suyitno, 2004:34).
3. Pemilihan Media dan Sumber Referensi yang Relevan Media sebagai komponen strategi pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumbernya (dosen) untuk diteruskan kepada penerima pesan (mahasiswa). Dalam hal ini, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan yaitu : § Harus ada kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan § Mengenal “dekat” dengan media yang dipilih § Adanya sejumlah media yang dapat diperbandingkan Menurut Dengeng (1993:216), sekurang-kurangnya ada lima cara dalam mengklasifikasi media pembelajaran untuk merumuskan strategi penyampaian yaitu : 1) Tingkat kecermatan representasi 2) Tingkat interaksi yang mampu ditimbulkannya Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
105
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
3) Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya 4) Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya 5) Tingkat biaya yang diperlukan Ketersediaan suatu media sangat penting untuk merangsang pembelajaran. Kehadiran dosen mengarahkan kegiatan belajar, buku teks (referensi), buku tugas (praktikum), komputer, LCD, VCD, TV untuk menampilkan film dan media lainnya amat diperlukan dalam pembelajaran. Interaksi mahasiswa dengan media inilah sebenarnya wujud nyata dari pembelajaran. 4. Mengajarkan Konsep, Generalisasi, Isu Sosial, dan Berbagai Keterampilan IPS Konsep adalah kumpulan pengertian abstrak yang berkaitan dengan simbol untuk kelas dari suatu benda, kejadian atau gagasan. Konsep bersifat subjektif dan diinternalisasi. Setiap orang dapat membentuk konsep sendiri melalui pengalamannya masing-masing. Dalam pengajaran konsep tidak dapat dipisahkan dengan generalisasi. Perbedaan diantara keduanya dapat dillihat pada tabel 3. Tabel 3. Perbedaan Konsep dan Generalisasi No 1
2
Konsep
Generalisasi
Bukan asas / dasar dan dinyatakan Asas / dasar dalam kata atau phrase
kalimat lengkap
Tidak memiliki tesis
Memiliki
yang dinyatakan dalam
tesis
yaitu
menunjukkan
sesuatu tentang subjek dari sebuah kalimat 3
Bersifat sangat pribadi, subjektif dan Bersifat objektif dan tidak mengenal mungkin memiliki aspek konotatif yang orang tertentu (impersonal) berbeda pada setiap orang
4
Terbatas terhadap orang-orang tertentu Memiliki aplikasi yang luas (universal dengan bahasa yang hampir sama application) terhadap konsep
Contoh penerapan konsep dan generalisasi dalam ilmu ekonomi
Konsep : a. Kebutuhan manusia tidak terbatas b. Sumber daya alam terbatas c. Kelangkaan (scarcity)
106
Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
Generalisasi : Kebutuhan manusia yang tidak terbatas sedangkan sumberdaya alam terbatas menimbulkan kelangkaan (scarcity) Isu sosial adalah masalah masyarakat yang belum dapat diselesaikan dan menarik perhatian sebagian besar masyarakat. Isu sosial hanya dapat dipahami dengan menggunakan pendekatan antardisiplin ilmu. Isu sosial memiliki dimensi nilai dan kuat berakar pada keterikatan emosional. Isu sosial yang diajarkan tentunya disesuaikan dengan tingkat usia dan perkembangan kemampuan mahasiswa. Contoh : efek globalisasi terhadap perdagangan, kajian gender dalam pendidikan. Berbagai keterampilan dalam IPS diantaranya adalah keterampilan peta, keterampilan belajar dan kesarjanaan, keterampilan dalam berfikir kritis serta keterampilan menulis. Keterampilan lainnya ditambahkan oleh James A. Banks (1985) dengan “social science inquiry skills” dan “group skills”. Berbagai keterampilan IPS juga berkaitan dengan multidisiplin IPS meliputi sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan ilmu politik.
KESIMPULAN Kemampuan berpikir kritis dan kreatif mutlak dimiliki oleh setiap mahasiswa IPS. Upaya mengembangkan kemampuan berpikir ini dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis kontekstual (CTL), pembelajaran berbasis penyelesaian masalah (CPS), pemilihan media dan sumber referensi yang sesuai, serta mengajarkan konsep, generalisasi, isu sosial dan berbagai keterampilan IPS. Melalui pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, mahasiswa IPS diharapkan mampu bertahan dalam berbagai seleksi sosial di masyarakat. Juga turut membantu dalam memberikan solusi dari permasalahan sosial yang muncul di masyarakat.
Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012
107
Upaya Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa IPS (Yeti Nurizzati)
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Iif Khoiru dan Sofan Amri. 2011. Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. Baharuddin dan Makin. 2011. Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori, dan Aplikasi Praksis dalam Dunia Pendidikan). Jogjakarta : Ar Ruzz Media. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia. Mahmudi, Ali. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah Disajikan Pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA Manado, 30 Juni – 3 Juli 2010. Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Wahab, Abdul Aziz. 2009. Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandunng : Alfabeta. Mustaji. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran. http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kriti-dankreatif-dalam-pembelajaran http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2253026-pengertian-berpikir-kreatif/ #ixzz1nBmv23ZR http://hipni.blogspot.com/2011/09/strategi-pembelajaran-peningkatan.html http://abdurrozaq.com/model-pembelajaran-creative-problem-solving http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2034769-ciri-ciri-berpikirkritis/
108
Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012