TUGAS MANAJEMEN RESIKO
NAMA
: MITTY MAULIANA
NPM
: 260120150003
PRODI
: FARMASI RUMAH SAKIT
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJAJARAN MARET 2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Peristiwa
dalam
kehidupan sehari-hari
terkadang menyimpang dari
perkiraan
(expectation), ada yang menguntungkan ada pula yang merugikan. Wideman mengatakan, ketidakpastian yang
dapat menimbulkan kemungkinan menguntungkan disebut dengan
istilah peluang (opportunity), Kerugian adalah suatu penyimpangan yang tidak diharapkan karena dapat mengandung risiko. Risiko adalah ketidakpastian yang
terjadi karena kurang atau tidak tersedianya
informasi yang cukup tentang yang akan terjadi. Risiko adalah suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terjadi
kemungkinan yang merugikan. Kegiatan
didalamnya juga mengandung risiko yang harus ditangani agar tidak menimbulkan kerugian yang fatal. Untuk menangani risiko tersebut dapat dilakukan dengan manajemen risiko. Menurut Smith : 1990, manajemen risiko adalah proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari suatu risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari suatu perusahaan atau proyek yang bisa menimbulkan kerusakan atau kerugian dalam perusahaan tersebut. Manajemen risiko adalah suatu cara untuk mengorganisir suatu risiko yang nantinya akan dihadapi baik itu sudah diketahui ataupun yang belum diketahui, juga yang tak terpikirkan dengan cara memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif dari risiko, dan menampung baik sebagian atau semua konsekuensi risiko. Manajemen risiko juga dapat disebut suatu pendekatan terstruktur untuk mengelola suatu ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Oleh sebab itu, melalui manajemen risiko, diharapkan ketidakpastian yang menimbulkan kerugian dapat dikurangi bahkan dihilangkan untuk keberlangsungan kegiatan di bidangnya.
BAB II MANAJEMEN RESIKO
2.1 Definisi Manajemen Resiko 1. Menurut Smith, 1990 Manajemen Resiko adalah suatu proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari suatu resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau suatu proyek yang bisa menimbulkan kerusakan ataupun kerugian pada perusahaan tersebut. 2. Menurut Clough dan Sears, 1994, Manajemen risiko adalah suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang dapat menimbulkan kerugian. 3.
Menurut William, et.al.,1995,p.27 Manajemen risiko adalah suatu aplikasi dari manajemen umum dengan mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan juga menangani sebab akibat dari ketidakpastian suatu organisasi.
4.
Menurut Dorfman, 1998, p. 9 Manajemen risiko adalah suatu proses yang masuk akal dalam usaha untuk memahami eksposur dari suatu kerugian.
Dari pendapat tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa resiko dapat mengakibatkan kinerja perusahaan menjadi rendah, resiko tersebut dapat timbul dari dalam perusahaan ataupun pengaruh dari luar perusahaan.Manajemen resiko menyangkut identifikasi atas kemungkinan resiko yang akan dihadapi dan juga berusaha melakukan proteksi agar pengaruh dari resiko tersebut dapat diminimalkan, bahkan ditiadakan sama sekali.
2.2 Manfaat Manajemen Resiko 1. Manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko diantaranya (Mok et al., 1996) Berguna dalam mengambil keputusan untuk menangani masalah-masalah yang sukar. Memudahkan dalam estimasi biaya. Memberikan pendapat dan juga intuisi dalam pengambilan keputusan yang dihasilkan dengan cara yang benar. Memungkinkan untuk para pembuat keputusan dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian pada keadaan yang nyata. Memungkinkan untuk
para pembuat keputusan dalam memutuskan berapa
banyak informasi dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah.
Meningkatkan pendekatan yang sistematis dan masuk akal untuk membuat suatu keputusan. Menyediakan suatu pedoman untuk membantu perumusan masalah. Memungkinkan analisa yang cermat dari suatu pilihan-pilihan alternatif.
2.
Menurut Darmawi, (2005, p. 11) Manfaat dari manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan bisa dibagi dalam 5 (lima) kategori utama diantaranya: Manajemen risiko kemungkinan dapat mencegah perusahaan dari suatu kegagalan. Manajemen risiko dapat menunjang secara langsung peningkatan dari laba. Manajemen risiko bisa memberikan laba secara tidak langsung. Adanya ketenangan pikiran bagi para manajer disebabkan adanya suatu perlindungan terhadap risiko murni, adalah harta non material untuk perusahaan tersebut. Manajemen risiko dapat melindungi sutau perusahaan dari risiko murni, dan karena pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang mempunyai perlindungan, secara tidak langsung dapat meningkatkan public image.
3.
Manfaat manajemen risiko dalam suatu perusahaan sangat jelas, secara implisit terkandung didalamnya satu ataupun lebih sasaran yang nantinya dicapai manajemen risiko diantaranya sebagai berikut (Darmawi, 2005, p. 13). Survival Kedamaian dari pikiran Memperkecil biaya Menstabilkan suatu pendapatan perusahaan Memperkecil ataupun meniadakan gangguan operasi dari perusahaan Melanjutkan pertumbuhan dari perusahaan Merumuskan tanggung jawab social suatu perusahaan terhadap karyawan dan juga masyarakat.
2.3 Derajat Resiko Derajat risiko adalah ukuran risiko baik lebih besar ataupun risiko lebih kecil. Suatu risiko diartikan sebagai suatu ketidakpastian, maka risiko yang terbesar terjadi bila ada dua kemungkinan hasil dimana masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk dapat terjadi. Klasifikasi Risiko adalah sebagai berikut :
Risiko yang bisa diukur dan juga risiko yang tidak bisa diukur
Risiko financial dan juga risiko non financial
Risiko statis dan juga risiko dinamis
Risiko fundamental dan juga risiko khusus
Risiko murni dan juga risiko spekulatif
2.4 Klasifikasi Manajemen Resiko : a)
Risiko operasional
Adalah risiko yang muncul berlaku, kesalahan dari
disebabkan tidak berfungsinya suatu sistem internal yang
manusia, atau kegagalan dari sistem. Sumber terjadinya risiko
operasional paling tinggi dibanding risiko lainnya yaitu selain bersumber dari aktivitas yang disebutkan di atas, dapat juga bersumber dari kegiatan operasional dan juga jasa, akuntansi, sistem teknologi dari informasi, sistem informasi dari manajemen atau juga sistem pengelolaan dari sumber daya manusia. b)
Risiko eksternal
Adalah resiko yang timbul dari faktor lingkungan eksternal, dimana lingkungan eksternal dapat menimbulkan kondisi yang kondusif bagi bencana yang dapat menimbulkan kerugian. Kerugian adalah suatu penyimpangan yang tidak diharapkan. Ada beberapa tumpang tindih di antara kategori ini, tetapi sumber penyebab kerugian dan juga risiko dapat diklasifikasikan sebagai suatu risiko sosial, risiko fisik, dan juga risiko ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah sangat penting karena akan mempengaruhi cara penanganannya. c)
Risiko Finansial
adalah suatu resiko yang dihadapi oleh investor akibat dari ketidakmampuan emiten saham dan juga obligasi
untuk memenuhi kewajiban pembayaran baik deviden serta pokok
pinjaman. d)
Risiko strategic
adalah suatu risiko terjadinya
keadaaan yang tidak terduga yang bisa mengurangi
kemampuan para manajer untuk dapat mengimplementasikan strateginya dengan signifikan.
2.5 Proses Manajemen Resiko Pemahaman manajemen resiko memungkinkan pihak
manajemen untuk terlibat secara
efektif ketika menghadapi ketidakpastian dengan risiko dan peluang yang berhubungan dan juga meningkatkan kemampuan suatu organisasi untuk dapat memberikan nilai tambah. Menurut COSO, proses manajemen risiko dibagi ke dalam 8 tahap : Internal environment (Lingkungan internal)
Komponen ini berkaitan dengan adanya lingkungan dimana perusahaan berada dan juga beroperasi. Cakupannya adalah kultur manajemen tentang risiko, integritas, perspektif terhadap risiko, penerimaan terhadap risiko, nilai moral, struktur organisasi, dan juga pendelegasian wewenang. Objective setting (Penentuan tujuan) Manajemen harus dapat menetapkan objectives (tujuan) dari organisasi agar bisa mengidentifikasi,
mengakses,
dan
mengelola
suatu
risiko.
Objective
dapat
diklasifikasikan menjadi suatu strategic objective dan activity objective. Strategic objective di perusahaan berhubungan juga dengan pencapaian dan peningkatan kinerja dari instansi dalam jangka menengah ataupun
panjang, dan merupakan suatu
implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. Activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu (1) operations objectives; (2) reporting objectives; dan (3)complianceobjectives.
Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki suatu organisasi yang ada di seluruh divisi dan bagian harus dilibatkan dan mengerti risiko yanga akan dihadapi. Keterlibatan tersebut berkaitan dengan pandangan bahwa semua pejabat/pegawai adalah pemilik dari risiko. Demikian pula, dalam penentuan tujuan suatu organisasi, dapat menggunakan pendekatan SMART , dan ditentukan juga risk appetite and risk tolerance (variasi dari tujuan yang bisa diterima). Risk tolerance adalah variasi dalam pencapaian objective yang dapat diterima oleh manajemen. Event identification (Identifikasi risiko) Komponen ini mengidentifikasi kejadian yang potensial, terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang akan mempengaruhi strategi ataupun pencapaian tujuan dari organisasi. Terdapat 4 model dalam identifikasi suatu risiko, yaitu (1) Exposure analysis; (2) Environmental analysis; (3) Threat scenario; (4) Brainstorming questions. Salah satu model tersebut, yaitu exposure analysis, mencoba mengidentifikasi suatu risiko dari sumber daya organisasi yaitu financial assetsphysical assets seperti tanah dan
bangunan, human assets yang juga mencakup pengetahuan dan keahlian, dan juga intangible assets seperti reputasi dan penguasaan dari informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi dapat dilakukan penilaian risiko kehilangan dan risiko penurunan, seperti halnya kas dan simpanan di bank, Risk assessment (Penilaian risiko) Komponen ini memberikan penilaian sejauh mana akibat dari events (kejadian atau keadaan) dapat mengganggu suatu pencapaian dari objectives. Besarnya akibat dapat diketahui dari inherent dan juga residual risk, dapat dianalisis dalam dua perspektif, diantaranya: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya suatu risiko). Besarnya risiko setiap kegiatan organisasi merupakan perkalian likelihood dan consequence. Penilaian risiko bisa menggunakan dua teknik, yaitu: (1) qualitative techniques; dan (2) quantitative techniques.
Qualitative techniques dapat menggunakan tools seperti self-assessment (low, medium, high), questionnaires, dan internal audit reviews. Sementara itu, quantitative techniques data merupakan angka yang diperoleh dari tools seperti probability based, nonprobabilistic models (optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking. Penilaian risiko untuk setiap aktivitas organisasi dapat menghasilkan informasi berupa peta dan angka risiko. Aktivitas paling kecil risikonya ada pada aktivitas a dan e, dan aktivitas yang mempunyai paling risiko paling tinggi dengan kemungkinan terjadi tinggi ada pada aktivitas d. Aktivitas c, walaupun mempunyai dampak yang besar, tetapi memiliki risiko terjadi yang rendah.Yang harus dicermati adalah events relationships yaitu hubungan antar kejadian/keadaan. Events yang terpisah bisa jadi memiliki risiko kecil. Namun, bila digabungkan dapat menjadi signifikan. Oleh karena itu, risiko yang mempengaruhi banyak business units perlu untuk dikelompokkan dalam common event categories, dan dapat dinilai secara aggregate. Risk response (Sikap atas risiko) Organisasi harus dapat menentukan sikap akan hasil penilaian suatu risiko. Risk response dari organisasi dapat berupa: (1) avoidance, yaitu dihentikannya suatu aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan risiko;
(2) reduction, yaitu mengambil langkah untuk mengurangi likelihood atau impact dari risiko; (3) sharing, yaitu mengalihkan ataupun menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain; (4) acceptance, yaitu menerima suatu risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada upaya yang khusus dilakukan. Dalam memilih sikap (response), perlu untuk dipertimbangkan faktor-faktor dari pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang optimal sehingga dapat bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost versus benefits, dan juga kemungkinan peluang (opportunities) yang bisa timbul dari setiap risk response. Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian) Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan (policies) dan prosedur untuk menjamin risk response agar terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian memerlukan suatu lingkungan pengendalian yang meliputi: (1) integritas dan juga nilai etika; (2) kompetensi; (3) kebijakan dan juga praktik-praktik SDM; (4) budaya organisasi; (5) filosofi dan juga gaya kepemimpinan manajemen; (6) struktur organisasi; dan (7) wewenang serta tanggung jawab.
Dari pemahaman dari lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan juga aktifitas pengendalian. Ada beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah preventive, detective, corrective, dan directive. Sementara aktifitas pengendalian berupa: (1) pembuatan kebijakan dan prosedur; (2) pengamanan kekayaan organisasi; (3) delegasi wewenang dan pemisahan fungsi; dan (4) supervisi atasan. Aktifitas pengendalian sebaiknya terintegrasi dengan manajemen risiko sehingga pengalokasian dari sumber daya yang dimiliki organisasi bisa menjadi optimal.
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Kasus Salah Memberikan Etiket Obat Etiket obat adalah informasi yang dapat diberikan kepada pasien dalam bentuk tertulis, biasanya disertakan dalam kemasan obat yang diberikan. Dalam etiket biasanya dicantumkan nama pasien, no resep pasien, tanggal resep, nama obat, aturan pakai dalam satu hari, cara pakai, dan waktu kadaluarsa obat. Etiket diberikan untu masing-masing obat yang diberikan kepada pasien. Kasus yang pernah terjadi adalah terjadinya kesalahan dalam memberikan etiket obat kepada pasien anak IGD (Instalasi Gawat Darurat), yaitu etiket aturan obat paracetamol sirup (seharusnya 3x1 sendok obat) tertukar dengan etiket aturan obat cetirizine sirup (seharusnya 1x1 sendok obat)
. Hal tersebut diketahui ketika ibu pasien melaporkan kepada dokter
penulis resep bahwa anaknya tidur terus. Dokter yang meresepkan, melihat obat yang diberikan, dan mengetahui terjadi kekeliruan tersebut langsung melaporkan kepada kepala instalasi farmasi, dan akhirnya obat diperbaiki etiketnya dan sirup cetirizine diganti dengan yang baru (karena obat sudah tinggal sedikit).
3.2 Proses Manajemen Resiko pada Kasus Salah Memberikan Etiket Obat meliputi tahapan sebagai berikut: a. Mengidentifikasi resiko Resiko adalah peristiwa yang menghambat pencapaian tujuan suatu perusahaan. Seluruh resiko yang mungkin dapat terjadi dan berdampak negative bagi perusahaan secara signifikan harus lebih dahulu diidentifikasi. Di instalasi farmasi hal-hal yang dapat menyebabkan resiko diantaranya adalah sebagai berikut : -
Pada proses perencanaan untuk pembelian, data yang digunakan berdasarkan pada pola konsumsi, bukan pada pola penyakit, sehingga menyebabkan perencanaan meleset dengan kebutuhan yang ada, sehingga perlu ada perencanaan susulan, sehingga bisa jadi terjadi stock out, menjadikan pasien tidak mendapat obat sesuai permintaan dokter.
-
Pada proses pengadaan, dapat terjadi barang kosong di pihak distributor, padahal barang tersebut sangat diperlukan oleh pasien, sehingga diperlukan usaha
tambahan untuk mencari barang yang sama di distributor lain. Resiko lain adalah pihak rumah sakit belum menyelesaikan pembayaran (dapat kesalahan pihak distributor tidak melakukan penagihan, ataupun pihak rumah sakit karena panjangnya prosedur yang harus ditempuh), sehingga instalasi farmasi tidak mendapatkan obat sesuai dengan kebutuhan. -
Pada proses penerimaan barang dari pihak distributor, terjadi resiko barang tidak diperiksa betul masa kadaluarsanya, sehingga bisa jadi diberikan barang yang dekat masa kadaluarsanya (kebijakan rumah sakit, barang dapat diterima dengan masa kadaluarsa minimal 2 tahun). Dekat masa kadaluarsa berakibat terjadinya barang kadaluarsa, sehingga merugikan pihak rumah sakit bila barang tersebut ternyata perpurannya tidak baik (mengendap).
-
Pada proses penyimpanan, terjadi resiko barang tidak disimpan pada suhu ataupun kelembaban yang memenuhi persyaratan, sehingga dapat mengurangi kualitas dari barang tersebut, menjadikan obat tidak efektif diberikan pada pasien. Pada penyimpanan yang memerlukan perlakuan khusus, seperti narkotika dan psikotropika yang harus disimpan pada lemari dua pintu dua kunci, dipegang oleh dua orang yang berbeda, mempunyai resiko tidak ditaati oleh petugas karena dirasakan
tidak
efektif
dalam
bekerja,
mengakibatkan
dapat
terjadi
penyalahgunaan. -
Pada proses distribusi ke unit, dapat terjadi resiko barang yang didistribusikan tidak sesuai baik jumlah maupun item, sehingga unit terkait tidak mendapatkan obat yang diperlukan dalam pelayanan. Untuk tempat yang agak jauh, resiko yang terjadi adalah barang dalam kemasan kaca, dapat pecah dalam proses distribusi, sehingga merugikan pihak rumah sakit.
-
Pada proses distribusi ke pasien, resiko yang mungkin terjadi diantaranya : Salah membaca tulisan dokter, sehingga pasien tidak mendapat obat sesuai penyakitnya, dapat berakibat fatal bila obat yang diberikan ternyata memberikan dampak yang berbahaya bagi pasien. Salah mengambil obat karena mirip nama atau kemasan (LASA, look alike sound alike), karena tidak dipisahkan dalam penyimpanannya, ataupun kesalahan karena ketidaktelitian pengambilan. Salah memberikan etiket (tertukar dengan etiket obat lain), sehingga dalam aturan pakainya dapat terjadi kesalahan (seperti kasus yang akan dibahas).
Tidak mengkaji resep ada tidaknya interaksi antar obat, sehingga bila ada interaksi yang menurunkan potensinya, tujuan pengobatan tidak berjalan maksimal. Salah memberikan obat kepada pasien yang bukan seharusnya (tertukar karena nama sama misalnya), sehingga dapat menyebabkan efek yang dapat berbahaya bagi pasien. Salah memberikan informasi kepada pasien (misalnya penggunaan obat off label, tapi pasien tidak ditanya terlebih dahulu, sehingga terjadi kesalahan informasi)
b. Menganalisis Resiko Setelah semua resiko diidentifikasi, maka dilakukan suatu pengukuran tingkat kemungkinan dan juga dampak dari resiko. Pengukuran resiko akan dilakukan dengan mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran resiko dilakukan dengan menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif, semi kualitatif, ataupun kuantitatif tergantung pada tersedianya data tingkat kejadian peristiwa dan juga dampak kerugian yang ditimbulkannya. Pada
kasus
salah
memberikan
etiket
obat
maka
pengukuran
kualitatif
frekuensi/kemungkinan (likehood) adalah sebagai berikut : Kemungkinan
Deskripsi
Nilai
jarang
Terjadi pada keadaan khusus
1
Kadang-kadang (Unlikely)
Dapat terjadi sewaktu-sewaktu
2
Mungin terjadi sewaktu-waktu
3
Mungkin terjadi pada banyak keadaan tapi
4
Mungkin (Possible) Mungkin sekali (likely)
tidak menetap Hampir
pasti
(almost Dapat terjadi pada tiap keadaan dan
certain)
5
menetap
Termasuk “kadang-kadang” (bobot nilai 2), dengan sebab diantaranya : -
Petugas kondisi lelah
-
Tidak ada cross cek
-
Ketika memberikan obat tidak dilihat kembali (kasus untuk pasien rawat inap)
Pengukuran kualitatif konsekuensi / dampak tingkat
Deskriptor
Contoh deskripsi
1
Tidak bermakna
Tidak ada cedera, kerugian keuangan kecil
2
Rendah
3
Menengah
4
Berat
5
katostropik
Pertolongan pertama dapat diatasi, kerugian keuangan sedang Memerlukan pengobatan medis, kerugian keuaangan besar Cedera luas, kehilangan kemampuan produksi, kerugian keuangan besar Kematian, kerugian keuangan sangat besar
Dan dampak yang ditimbulkan berbobot nilai dua (2) yaitu rendah, pertolongan pertama dapat diatasi, kerugian keuangan sedang. Kerugian keuangan sedang, karena instalasi farmasi harus mengganti obat yang sudah dipakai (cetirizin sirup yang dipakai 3x1 sendok obat). Pertolongan pertama dapat diatasi, karena adanya laporan dari ibu pasien bahwa anaknya tidur terus, sehingga dokter dapat segera mengantisipasinya, dengan melaporkan pada pihak instalasi farmasi dan segera dilakukan perbaikan.
Dampak Kemungkinan (likehood) Jarang
Sangat rendah 1
rendah
sedang
besar
ekstrim
2
3
4
5
Kadang-kadang
2
4
6
8
10
Mungkin
3
6
9
12
15
Mungkin sekali
4
8
12
16
20
Hampir pasti
5
10
15
20
25
Nilai : 1-3
4-6
8-12
15-25
rendah
sedang
bermakna
tinggi
Bobot likehood = 2 Bobot dampak = 2 Bobot total penilaian adalah (2x2 = 4) berada di kolom kuning yaitu sedang.
c. Mengevaluasi Resiko Setelah suatu resiko diukur tingkat kemungkinan dan juga dampaknya, maka disusunlah urutan prioritas dari resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko tertinggi, sampai pada resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan suatu resiko yang dapat menjadi prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu disusun suatu peta resiko. Dari kasus salah memberikan etiket, peta resiko yang dapat dibuat berdasarkan prioritas resiko adalah sebagai berikut : Penerimaan resep (identitas pasien, umur, berat badan untuk pasien anak) Pembacaan resep (pengkajian) Pengentrian ke komputer untuk pengklaiman keuangan Pembuatan etiket Penyiapan obat (dispensing) Penggabungan antara etiket dan obat yang telah disiapkan Pemberian informasi kepada pasien ketika menyerahkan obat Menjadi prioritas utama dalam penerimaan resep, terutama saat pembacaan resep (bila salah membaca resep, salah pula obat yang diberikan). Ini adalah langkah yang menempati urutan prioritas resiko untuk kasus ini.
d. Menangani Resiko Resiko yang tidak bisa diterima/ditoleransi agar dibuatkan rencana tindakan untuk meminimalkan kemungkinan dampak terjadinya suatu resiko dan SDM yang bertanggung jawab untuk dapat melaksanakan rencana tindakan. Cara menangani resiko untuk kasus ini yaitu dengan mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya resiko dengan cara meningkatkan pengendalian internal yang ada pada proses bisnis perusahaan, dan juga mengeksploitasi resiko bila tingkat suatu resiko dinilai lebih rendah dibanding dengan peluang terjadi peristiwa yang akan terjadi. Pemilihan cara menangani resiko dapat dilakukan dengan mempertimbangkan biaya dan juga manfaat, yaitu biaya yang akan dikeluarkan untuk melaksanakan rencana suatu tindakan lebih rendah daripada manfaat yang akan diperoleh dari pengurangan akibatkerugianresiko.
Seluruh resiko yang telah diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan juga ditangani dimasukkan ke dalam sautu register resiko yang memuat informasi tentang nama resiko, uraian tentang indikator resiko, faktor pencetus terjadinya sautu peristiwa yang merugikan, dampak kerugian bila resiko itu terjadi, pengendalian resiko yang ada, ukuran
dari
tingkat
kemungkinan/dampak
terjadinya
resiko
setelah
mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana suatu tindakan untuk meminimalkan tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta SDM yang bertanggung jawab untuk melakukannya.
Untuk kasus ini, cara menangani resiko tersebut adalah dengan segera membuat perbaikan agar masalah pasien terantisipasi.
Kendali intern, dengan memanggil
petugas terkait, agar kasus tersebut diharapkan tidak terjadi lagi di masa yang akan datang, dengan cara saling mengcross cek pekerjaan petugas lain, agar bila ada kesalahan akan saling mengoreksi (obat belum keluar dari ruangan apotek). Analisis beban kerja ditinjau ulang, dengan menghitung pelayanan yang diberikan kepada pasien. Untuk kasus ini, petugas yang berdinas malam itu hanya 2 orang (sehingga fungsi saling mengcross cek tidak dilakukan, karena di dispensing oleh 1 orang saja).
e. Memantau Resiko Perubahan situas internal dan eksternal perusahaan akan menimbulkan resiko baru bagi perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya suatu resiko, dan cara penanganan resiko, sehingga setiap resiko yang akan teridentifikasi masuk dalam register resiko dan peta resiko perlu dipantau akan perubahannya. Untuk kasus ini, cara memantau resiko adalah dengan mengetatkan kembali sistem double cross cek, sehingga dengan dikerjakan oleh beberapa orang untuk 1 resep, maka diharapkan kesalahan dalam proses penyiapan resep, mulai dari penerimaan resep dan seterusnya, tetap dilakukan kontrol untuk masing-masing pekerjaan tersebut. Cara lain adalah dengan mensosialisasikan kembali prosedur-prosedur yang ada, untuk dapat ditaati, sehingga kesalaha tersebut diharapkan tidak terulang kembali. f. Mengkomunikasikan Resiko Setiap tahapan dari kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan juga penanganan resiko dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap
aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk dapat memastikan bahwa tujuan manajemen resiko dapat segera tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang berkepentingan. Pihak yang mempunyai kepentingan berasal dari internal perusahaan (manajemen, karyawan) dan juga eksternal perusahaan (pemasok, pemerintah daerah/pusat, masyarakat disekitar lingkungan perusahaan, dan konsumen). Untuk kasus ini, cara mengkomunikasikan akan resiko yang dapat diperbuat adalah dengan melakukan pertemuan penyegaran, dengan memberikan materi seputar manajemen resiko dan akibat-akibat yang dapat timbul bila para petugas tidak mempedulikan keselamatan pasien. Petugas diberikan pencerahan, bagaimana agar dapat memahami bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus dapat dipertanggungjawabkan karena berkaitan dengan kelangsungan hidup dari pasien yang datang ke rumah sakit.
BAB IV KESIMPULAN
Dari kasus salah memberikan etiket, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Man (Sumber Daya Manusia) perlu dianalisis kembali berkaitan dengan beban kerjanya, karena beban kerja yang berat dapat mengakibatkan kesalahan terjadi. 2. Money (keuangan) berakibat sedang karena instalasi farmasi harus memberikan obat ganti yang telah dipergunakan tidak semestinya.
Keungan akan lebih berat bila
menyangkut resiko yang lebih berat. 3. Methode (Metoda) diperhatikan kembali berkaitan dengan standar operasional prosedur, agar dapat ditaati oleh seluruh pegawai, dan juga perlunya refreshing ulang untuk sosialisasi standar operasional prosedur yang ada. 4. Machine berhubungan dengan alat-alat yang digunakan dalam pelayanan, diantaranya komputer dan alat racik (bila diracik), dimana bila etiket sudah terkomputerisasi dicantumkan jenis obatnya sehingga bila dibaca ulang, mengurangi tingkat kesahan. 5. Material berhubungan dengan sarana dan prasarana yang ada di instalasi farmasi, dalam hal ini adalah etiket yang masih ditulis manual, sehingga tingkat kesalahan masih tinggi dan tidak ada arsip untuk pemberian etiket, sehingga bila ada komplain dari pasien untuk etiket, tidak dapat segera ditangani, kecuali dengan melihat etiket yang dibawa oleh pasien.