PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA ASPIRASI BENDA ASING PADA ANAK TODDLER TERHADAP PENGETAHUAN IBU DI KELURAHAN DONOHUDAN KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI “Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan”
Oleh : Nandung Latifa Abidin NIM. S11027
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nandung Latifa Abidin NIM
: S.11027
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji. 3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, 27 Juli 2015 Yang membuat pernyataan,
(Nandung Latifa Abidin) S.11027
iii
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA ASPIRASI BENDA ASING PADA ANAK TODDLER TERHADAP PENGETAHUAN IBU DI KELURAHAN DONOHUDAN KABUPATEN BOYOLALI” sebagai salah satu persyaratan untukmemperoleh gelar kesarjanaan ini dengan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk memperbaiki dan menyempurnakan penulisan skripsi selanjutnya. Ucapan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Ibu Dra. Agnes Sri Harti, Msi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2.
Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu Meri Oktariani, S.Kep., Ns. M, Kep selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Ibu Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns. M.Kep selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah membantu penulis.
iv
6.
Ibu Sumantinah Selaku Kepala Desa Donohudan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali.
7.
Ibu Ika Wulandari, Amd.Keb Selaku Kepala Pusat Kesehatan Desa (PKD) Donohudan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali.
8.
Orang Tua tercinta Bapak Parno Budi Wardoyo dan Ibu Ida Suryani, yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanannya baik dari segi moril, materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9.
Teman Perjuangan Ida Ayu Putri Utami yang memberikan dukungan moril dan motivasi sehingga membuat saya semangat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10. Sahabat Syahrul, Ahmat Mujiono, Dwi Pras, Greg, Didik, Andreas, Tridi, Destri, Ayu Wulan, dan Sri Ayu yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan semangat. 11. Teman-teman S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2011 yang telah berjuang bersama menyelesaikan penyusunan skripsi. 12. Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini. 13. Semua pihak, yang tanpa mengurangi rasa terima kasih tidak dapat disebutkansatu per satu Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat. Surakarta, 27 Juli 2015 Penulis
v
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
SURAT PERNYATAAN
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
ABSTRAK
xii
ABSTRACT
xii
BAB I
Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
1
1.2. Rumusan Masalah
5
1.3. Tujuan
6
1.4. Manfaat
7
BAB II Tinjauan Pustaka 2.1. Konsep Teori
7
2.1.1. Anak Usia Todler
7
2.1.2. Pengetahuan
11
2.1.3. Pendidikan Kesehatan
17
2.1.4. Aspirasi Benda Asing
33
2.1.5. Pertolongan Pertama
38
vi
2.2. Kerangka Teori
46
2.3. Kerangka Konsep
47
2.4. Hipotesis
47
2.5. Keaslian Penelitian
48
BAB III Metodologi Penelitian 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
49
3.2. Populasi dan Sampel
50
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
52
3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
53
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpula Data
54
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
59
3.7. Etika Penelitian
61
BAB IV Hasil Penelitian 4.1. Hasil Analisis Univariat
63
4.2. Hasil Analisis Bivariat
66
BAB V Pembahasan 5.1. Karakteristik Usia Responden di Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali
68
5.2. Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing (Corpus Alienum) pada Anak Usia Toddler sebelum Pendidikan Kesehatan
69
vii
5.3. Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing (Corpus Alienum) pada Anak Usia Toddler sesudah Pendidikan Kesehatan
70
5.4. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing (Corpus Alienum) pada Anak Usia Toddler terhadap Pengetahuan Ibu
71
BAB VI Penutup 6.1. Kesimpulan
73
6.2. Saran
74
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul Tabel
Halaman
2.1
Keaslian Penelitian
45
3.1
Desain penelitian One-group pre-post test design
46
without control 3.2
Variabel, Definisi Operasional, dan Skala
50
Pengukuran 4.1
KarakteristikUsiaResponden di Posyandu
63
Kelurahan Donohudan 4.2
Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama
63
Aspirasi Benda Asing (Corpus Alienum) pada Anak Usia Toddler sebelum Pendidikan Kesehatan 4.3
Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama
64
Aspirasi Benda Asing (Corpus Alienum) pada Anak Usia Toddler sesudah Pendidikan Kesehatan 4.4
PengetahuanPre TestDan Post Test Ibutentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing (Corpus Alienum) pada Anak Usia Toddler
ix
65
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar 2.1
Judul Gambar Pertolongan Pertama benda asing masuk
Halaman 43
ke hidung 2.2
Pertolongan Pertama benda asing masuk
45
ke mulut 2.3
Skema Kerangka Teori
46
2.4
Skema Kerangka Konsep
47
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: F.01 Usulan Topik Penelitian
Lampiran 2
: F.02 Pengajuan Persutujuan Judul
Lampiran 3
: F.04 Pengajuan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 4
: Surat Jawaban Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 5
: Jadwal Penelitian
Lampiran 6
: F.05 Lembar Oponent
Lampiran 7
: F.06 Lembar Audience
Lampiran 8
: Surat Izin Penelitian
Lampiran 9
: Surat Jawaban Izin Penelitian
Lampiran 10 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 11 : Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 12 : Hasil Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 13 : Kuesioner Penelitian Lampiran 14 : Hasil Penelitian & Analisis SPSS Penelitian Lampiran 15 : Slide Power Point Pendidikan Kesehatan Lampiran 16 : Leafleat Pendidikan Kesehatan Lampiran 17 : Dokumentasi Lampiran 18 : Lembar Konsultasi Pembimbing Utama Lampiran 19 : Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
Nandung Latifa Abidin Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asingpada Anak Toddler Terhadap Pengetahuan Ibu Di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali
ABSTRAK
Aspirasi benda asing ke dalam saluran respiratorik dapat terjadi pada semua usia, tetapi yang paling sering pada anak kelompok usia dibawah 3 tahun (Toddler). Pendekatan terbaik untuk mencegah aspirasi benda asing adalah melalui edukasi orangtua dan pengasuh, bila objek itu dapat dikeluarkan dengan cepat, maka dapat mencegah komplikasi seperti edema, peradangan, dan ancaman infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak Usia Toddler Terhadap Pengetahuan Ibu Di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian ini adalah Quasi experimental dengan rancangan Onegroup pre-post test design without control. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode Proportioned Random Sampling pada 40 responden. Analisadata dalampenelitianinimenggunakanujiWilcoxon, didapatkan p-value 0,000 (p < 0,005) sehingga Ho ditolak artinya ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asingpada Anak Toddler Terhadap Pengetahuan Ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuanibusebelumdiberikanpendidikan kesehatan sebagian besardalam kategori cukup(55%) kemudian sesudah diberikanpendidikan kesehatan sebagian dalam kategori baik(97,5%). Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media slidepower point, demonstrasi, dan pembagian leafleat sangat mempengaruhi pemahaman ibu tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing. Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Corpus Alienum, Ibu, Pertolongan Pertama Daftar Pustaka : 32 (2002 – 2015)
xii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015
Nandung Latifa Abidin Effect of Health Education about the First Aid of the Toddlers’ Foreign Body Aspiration on Mothers’ Knowledge at Donohudan Ward, Boyolali Regency
ABSTRACT Foreign body aspiration in respiratory system can happen at all ages, but it usually happens at toddlers’ age. The best prevention of foreign body aspiration is educating the parents and nannies. If the object is taken out fast, it will prevent some complications such as edema, inflammation, and infection. The objective of this research is to investigate the effect of the health education about the first aid of the toddlers’ foreign body aspiration on the mothers’ knowledge at Donohudan Ward, Boyolali Regency. This research used the quasi experimental method with the one-group prepost test design without control. The samples of this research consisted of 40 respondents. They were taken by using the proportionate random sampling technique. The data of research were analyzed by using the Wilcoxon’s test. The result of the research shows that the p-value was 0.000 which was less than 0.05, and Ho was rejected, meaning that there was an effect of the health education about the first aid of the toddlers’ foreign body aspiration on the mothers’ knowledge. Prior to the health education, 55% of the mothers had fair knowledge, and following the health education 95% of the mothers had good knowledge. The health education that used slide power point, demonstration, and leaflet affected the mothers’ knowledge of first aids of the toddlers’ foreign body aspiration. Keywords: Health education, corpus alienum, mothers, the first aid References: 32 (2002 – 2015)
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Cedera merupakan penyebab utama kematian pada anak berusia lebih dari 1 tahun, karena cedera secara umum telah dianggap sebagai kecelakaan yang dapat dihindari atau suatu masalah perilaku, bukan masalah kesehatan.Selain itu, pengendalian cedera termasuk riset, belum mendapat prioritas tinggi atau dukungan finansial yang cukup. Riset terhadap cedera belum didasarkan pada kerangka kerja teoritik, seperti yang dilakukan pada penyakit. Terdapat tuntutan untuk mengenal cedera dan pencegahannya dalam istilah host(orang yang dikenai), lingkungan (waktu dan tempat), agens(objek yang menjadi penyebab langsung)(Wong, 2008).Derajat kesehatan anak mencerminkan kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Kompas 2006 dalam Hidayat, 2009). Pedoman antisipasi berkenaan dengan perkiraan perkembangan dapat mewaspadakan orang tua mengenai tipe cedera yang paling mungkin terjadi pada usia tertentu. Pada awal hubungan orang tua-anak, orang tua perlu diberi tahu tentang bagaimana memberikan lingkungan yang aman untuk anak mereka (Wong, 2008).Kecenderungan terjadi kecelakaan pada anak
1
usia toddler dilatarbelakangi oleh beberapa kondisi berikut ; anak usia todler mengalami
peningkatan
kemampuan
motorik
halus,
anak
toddler
mempunyai rasa ingin tahu yang besar dibanding dengan anak pada usia lainnya dan senang mencoba melakukan sesuatu yang belum dikenalnya dengan demikian mereka mencoba terus kemampuan motorik halusnya dengan benda-benda yang ada di sekelilingnya, sementara mereka belum mengetahui bahaya yang mengancamnya akibat mengeksplorasi benda di sekelilingnya (Supartini, 2004). Pendekatan terbaik untuk mencegah aspirasi benda asing adalah melalui edukasi orang tua dan pengasuh (Marcdante, 2011).Pendidikan kesehatan padahakikatnya ialah suatu kegiatan atauusaha menyampaikan pesankesehatan kepada masyarakat,kelompok, atau individu (Notoatmodjo, 2007).Metode pendidikan massa cocokuntuk mengomunikasikan pesanpesankesehatan
yang
ditujukan
kepadamasyarakat.
Oleh
karena
sasaranpendidikan ini bersifat umum, dalamarti tidak membedakan golonganumur,
jenis
kelamin,
pekerjaan,status
sosial
ekonomi,
tingkatpendidikan, dan sebagainya, makapesan-pesan kesehatan yang akandisampaikan harus dirancangsedemikian rupa sehingga dapatditangkap oleh massa tersebut. Program Microsoft Office PowerPoint adalah salah satu softwareyang dirancang khusus untuk mampumenampilkan program multimediadengan menarik, mudah dalampembuatan, mudah dalampenggunaan dan relatif murah karenatidak membutuhkan bahan bakuselain alat untuk menyimpan
2
data (Riyana, 2008). Media slide tergolong dalamkelompok gambar diam, tetapi
iatermasuk
media
pandang
dengar,media
slide
mempunyai
kemampuanuntuk memungkinkanpenekanan pada impresi fakta-faktayang baru atau untukmengembangkan pengertian suatuabstraksi, slide dapat membantu untukmenimbulkan pengertian dan ingatanyang kuatterhadap isi materi. Gambar-gambar garis yangsederhana, misalnya gambar bagan,sering lebih membuat efektif dalammenyampaikan informasi, warnagambar dapat membantu untukmembuat daya tarik dalam memberipenekanan pada suatu masalah yangsedang dibicarakan (Daryanto, 2011). Leaflet adalah bentukpenyampaian informasi atau pesankesehatan melalui lembaranyang dilipat, isi informasi dapatdalam bentuk kalimat maupungambar, atau kombinasi(Notoatmodjo, 2003).Kelebihan Leaflet menurutNotoatmodjo (2005) adalah: tahanlama, mencakup orang banyak, biayatidak
tinggi,
dapatmengungkit
tidak rasa
perlu
listrik,
dapatdibawa
kemana-mana,
keindahan,mempermudah
pemahaman
dan,meningkatkan gairah belajar. Menurut Hidayat (2004) pengasuhan anak merupakan ketrampilan yang dimiliki seorang ibu dalam memberikan pelayanan kepada anak dan berfokus pada keluarga, pencegahan trauma, dan manajemen kasus. Pengasuhan merupakan kebutuhan dasar dari setiap anak, kebutuhan dasar ini dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi kebutuhan pemberian tindakan perawatan dalam meningkatkan dan mencegah terhadap penyakit, kebutuhan pengobatan apabila sakit, dan
3
kebutuhan kesehatan jasmani dan rekreasi (Syafitri, 2008). Peran ibu dalam melakukan
penatalaksanaan
aspirasibenda
asing
diperlukan
suatu
pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting. Orang tua wajib mengetahui langkah apa saja yang harus dilakukan pertama kalijika anaknya mengalami aspirasibenda asing. Bila aspirasi benda asing cepat didiagnosis dan objek atau instansi itu dikeluarkan dengan cepat, keadaan itu akan kembali berjalan biasa. Semakin lama benda asing itu tersangkut, semakin banyak komplikasi yang akan muncul sehubungan dengan peningkatan edema, peradangan, dan ancaman infeksi (Betz, 2002). Studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Sarwo Peni Kelurahan Donohudan, Kabupaten Boyolali didapatkan informasi bahwa kurang lebih 3
anak
yang
mengalamiaspirasi
benda
asingdalam
tiga
bulan
terakhir.Kejadian aspirasi benda asing yang terjadi adalah masuknya uang koin logam ke tenggorokan dan manik-manik yang masuk saluran napas. Salah satu Ibu dari anak tersebut mengatakan bahwa tidak mengetahui tindakan untuk memberikan pertolongan kepada anaknya, sehingga terjadi bengkak pada hidung, kemudian ibu lain yang anaknya mengalamiaspirasi benda asing mengatakan langsung membawa anaknya ke petugas kesehatan terdekat.Data mengenai aspirasi benda asing juga didapatkan melalui wawancara terhadap 9 ibu yang berada di posyandu tersebut mengatakan belum pernah mendapatkan informasi tentang penanganan aspirasi benda asing dari petugas kesehatan maupun media informasi lainnya.
4
Kondisi tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi apabila orang tua memahami tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya usiatoddler. Pemahaman tentang tingkat perkembangan anak tentunya perlu diikuti dengan pemahaman tentang pentingnya antisipasi terhadap bahaya yang dapat muncul karena aktivitas gerak yang khas dari anak usiatoddler, yaitu tidak bisa diam dan bergerak terus.Oleh karena itu, orang tua harus mendapatkan edukasi yang merupakan terbaik atau dalam hal ini adalah pendidikan kesehatan (Supartini, 2004). Uraian diatas melandasi penulis untuk meneliti tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asingpada
AnakToddlerTerhadap
Pengetahuan
Ibu
DiKelurahan
Donohudan Kabupaten Boyolali.
1.2 Rumusan Masalah Adakahpengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing pada anak toddler di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
5
Mengetahuipengaruh pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing pada anak toddler terhadap pengetahuan ibu di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahuikarakteristik ibu dalam pertolongan pertama aspirasi benda asing pada anak toddler 2. Mengetahuipengetahuan ibu tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing pada anak toddler sebelum diberikan pendidikan kesehatan. 3. Mengetahui pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama aspirasi benda asingpada anak toddler setelah diberikan pendidikan kesehatan. 4. Mengetahui perbedaanpengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing pada anak toddler.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Peneliti
6
Peneliti dapat mengetahui apakah pendidikan kesehatan memiliki pengaruhterhadappengetahuan ibu tentang pertolongan pertama aspirasi benda asingpada anak dan peneliti dapat memberikan pendidikan kesehatan terhadap subyek penelitian. 1.4.2 Institusi pendidikan Menambah literatur tentang penelitian, sehingga dapat menambah pustaka dalam institusi. 1.4.3 Responden Menambah pengetahuan tentang pertolongan pertama yang harus dilakukan saat terjadi aspirasi benda asing pada anak dan masyarakat dapat mengaplikasikan. 1.4.4 Peneliti lain Peneliti lain dapat mengetahui acuan untuk penelitian sejenis dan dapat melakukan penelitian yang sama dengan responden yang berbeda tempat, sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Anak Usia Toddler a. Pengertian Anak Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/toddler (1-3 tahun), pra sekolah (3-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Sehingga, anak dapat diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2005). b. Periode Perkembangan Toddler (1-3 tahun) 1. Perkembangan Psikososial (Fase Autonomy vs Sharne) Anak mulai dapat mengatur dirinya sendiri, jika hasilnya baik anak meningkatnya kontrol diri. Jika hasilnya tidak
7
8
baik (negative) ia akan merasa malu. Bila pada fase ini kebutuhan tidak dapat dipenuhi dengan baik maka akan timbul perasaan malu, ragu-ragu, tempetantrum, sadistic, keras kepala. Menentang, paranoid, obsesive, convulsive. 2. Perkembangan psikointelektual (Fase Preoperasio Anal) Ciri pada fase ini adalah sifat egosentris dan belum mampu berpikir dari sudut pandang orang lain. 3. Tugas perkembangan pada fase ini: a) Belajar toilet training b) Belajar otonomi c) Belajar independent 4. Perkembangan Psikoseksual (Fase Anal) Pusat kenikmatan terletak di anus dibagi 2 sub masa (Putra, 2014). c. Kecenderungan Kecelakaan pada Anak Toddler Kecelakaan pada anak usia todler sering kali mengakibatkan kondisi yang fatal terhadap anak, yaitu kematian. Kondisi yang dimaksud, di antaranya tertabrak motor/mobil. Luka bakar, keracunan, jatuh, dan tenggelam. Kondisi tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi apabila orang tua memahami tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya usia todler. Pemahaman tentang tingkat perkembangan anak tentunya perlu diikuti dengan pemahaman tentang pentingnya antisipasi
9
terhadap bahaya yang dapat muncul karena aktivitas gerak yang khas dari anak usia toddler, yaitu tidak bisa diam dan bergerak terus. Oleh karena itu, orang tua harus diberi pengertian tentang bahaya yang dapat terjadi pada anak. Tidak hanya orang tua, anak pun perlu diberikan pemahaman tentang cara melindungi diri dari kecelakaan, dan hubungan sebab-akibat dari perbuatan yang beresiko untuk terjadi kecelakaan. Tentu saja cara penyampaian informasi harus menggunakan bahasa yang sederhana dan dapat dimengerti anak. Kecenderungan terjadi kecelakaan pada anak usia toddler dilatarbelakangi oleh kondisi berikut: 1. Anak usiatoddler sedang mengembangkan keterampilan motorik kasarnya yang membuat mereka bergerak terus, berlari, berjinjit, naik-turun tangga, pagar, atau mainan, serta sepedaanya. 2. Anak usiatoddler mengalami peningkatan kemampuan motorik
halus
ketika
mereka
semakin
terampil
menggenggam sesuatu, membuka dan menutup botol, membuka dan menutup lemari yang tidak dikunci, jendela, dan pintu, serta menggenggam dan melempar benda-benda kecil. Dengan demikian, mereka mencoba terus kemampuan motorik halusnya dengan benda-benda yang ada di
10
sekelilingnya, sementara mereka belum mengetahui bahaya yang mengancamnya akibat mengeksplorasi benda di sekelilingnya. 3. Anak toddler mempunyai rasa ingin tahu yang besar dibanding dengan anak pada usia lainnya dan senang mencoba melakukan sesuatu yang belum dikenalnya, padahal ia belum dapat membaca sehingga belum tahu halhal yang membahayakannya. Ia tertarik untuk selalu mencoba. 4. Anak laki-laki cenderung lebih berpotensi mengalami kecelakaan daripada anak perempuan karena lebih aktif bergerak. 5. Anak yang tidak dijaga sewaktu bermain saat orang tuanya sedang bekerja, sibuk dengan kegiatan lain, terlalu letih, atau merasa ada orang lain yang telah menjaganya, menyebabkan anak beresiko untuk mengalami kecelakaan. 6. Resiko kecelakaan akan lebih besar terjadi saat anak lapar dan lelah karena pada saat itu kemampuan tenaga menurun dan mungkin anak merasa lemah atau lesu. 7. Anak merasa asing dengan lingkungan atau orang yang menjaganya karena tidak mengenalnya dengan baik. 8. Anak belum tahu dan belum berpengalaman dalam upaya melindungi diri dari bahaya kecelakaan.
11
Penyebab dan tipe cidera sangat bergantung pada tahapan tumbuh-kembang anak.Seperti disebutkan diatas, anak yang lebih kecil belum tahu dan kurang berpengalaman dalam melindungi dirinya dari kecelakaan.Misalnya, bayi yang tidur ditinggal sendirian di tempat tidur orang dewasa, anak yang belum dapat membaca dan tidak mengetahui bahaya obat atau zat berbahaya yang ditemuinya dalam kemasan botol atau bentuk lainnya (Supartini, 2004).
2.1.2 Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo 2003 dalam Wawan & Dewi, 2011). Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Wawan & Dewi 2011). Pengetahuan merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan bahwa seseorang mengenal sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya selalu terdiri atas unsur yang
12
mengetahui dan diketahui serta kesadaran mengenal hal yang ingin diketahuinya itu (Afifuddin, 2011) b. Tingkat pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk
terbentuknya
tidakan
seseorang
(ovent
behaviour). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah ada sebelumnya. 2. Memahami (Comprehention) Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan secara benar. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun pada kondisi riil (nyata).
13
4. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau menyatakan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen
tetapi
masih
dalam
struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya . 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah menunjukkan suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian dari keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (Evaluation) Evalusi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu (Notoadmodjo 2003 dalam Wawan & Dewi, 2011). a. Cara memperoleh pengetahuan Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu : 1. Cara tradisional a) Cara coba salah (Trial and Error) Cara coba salah ini dipakai orang sebelum kebudayaan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan “kemungkinan” dalam
memecahkan
masalah
dan
apabila
14
“kemungkinan” ini tidak berhasil maka akan dicoba lagi. b) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas baik berupa pimpinanpimpinan masyarakat formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, tanpa menguji terlebih dahulu
atau
membuktikan
kebenarannya
baik
berdasarkan fakta yang empiris maupun pendapat sendiri. c) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. 2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut juga dengan metode penelitian atau suatu metode penelitian ilmiah dan lebih popular (Notoadmodjo 2003 dalam Wawan & Dewi 2011).
15
b. Proses perilaku “tahu” Proses perilaku ada 5, yaitu : 1. Awareness (kesadaran) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Interest (merasa tertarik) Dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. 3. Evaluation (menimbang-nimbang) Dimana individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. 4. Trial Dimana individu ini mulai mencoba perilaku baru. 5. Adaption Adaptasi
dan
sikap
individu
terhadap
stimulus
(Notoatmodjo dalam Wawan & Dewi 2011). c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Faktor internal Faktor internal dibagi menjadi 3, yaitu : a) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah citacita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
16
dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaanya. Pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang
makin
mudah
menerima
informasi. b) Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk
menunjang
kehidupannya
dan
kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan akan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, menyita waktu, berulang dan banyak tantangan. c) Umur Usia adalah umur individu yang terhitung saat lahir sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi, 2011). 2. Faktor eksternal Faktor eksternal dibagi menjadi 2, yaitu : a) Faktor lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya
yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
17
b) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan & Dewi, 2011). d. Kriteria tingkat pengetahuan Arikunto (2006 dalam Budiman & Agus, 2013) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi 3 tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut: 1. Baik
: 76 % - 100 %
2. Cukup
: 56 % - 75 %
3. Kurang
: < 56 %
Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan menjadi
2 kelompok jika yang diteliti
masyarakat umum, yaitu sebagai berikut : 1. Baik
: > 50 %
2. Kurang Baik
: < 50 %
2.1.3 Pendidikan Kesehatan a. Pengertian Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya dan
tidak
hanya
mengkaitkan
diri
pada
peningkatan
18
pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan saja. Tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun non fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka (Notoadmodjo 2007 dalam Putra, 2014). Menurut Nyswander (1947) Pendidikan kesehatan adalah suatu
proses
perubahan
pada
diri
manusia
yang
ada
hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah suatu yang dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula sesuatu rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai, melainkan suatu proses perkembangan yang selalu berubah secara dinamis dimana seseorang dapat menerima atau menolak keterangan baru, sikap baru, dan perilaku baru yang ada hubungannya dengan tujuan hidup (Susilo, 2011). Proses
ini
didasarkan
pada
prinsip-prinsip
ilmu
pengetahuan yang memberikan kemudahan untuk belajar dan perubahan perilaku, baik bagi tenaga kesehatan maupun bagi pemakai jasa pelayanan, termasuk anak-anak dan remaja. Batasan-batasan
tersebut
pada
dasarnya
semua
upaya
pendidikan dengan tujuan mengubah perilaku yang tidak sehat atau belum sehat menjadi perilaku sehat (Susilo, 2011).
19
b. Tujuan Berdasarkan WHO (1954) tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip kesehatan, maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan. Mengingat
istilah
prinsip
sehat
maka
perlu
kita
mengetahui batasan sehat, seperti dikemukakan pada UndangUndang No.23 tahun 1992, yakni bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera
dari
badan,
jiwa,
dan
sosial
yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Masalah ini harus benar-benar dikuasai oleh semua kader kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah sehat, bukan sekedar apa yang terlihat oleh mata, yakni tampak badannya besar dan kekar. Mungkin saja sebenarnya ia menderita
batin
atau
menderita
gangguan
jiwa
yang
menyebabkan ia tidak stabil, tingkah laku dan sikapnya. c. Sasaran Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan kepada program pembangunan Indonesia, adalah : 1. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan
20
2. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok lembaga pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah agama swasta maupun negeri 3. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu (Susilo, 2011). d. Tahap-tahap kegiatan Oleh karena mengubah perilaku seseorang itu tidak mudah, maka kegiatan pendidikan kesehatan harus melalui tahap-tahap yang hati-hati, secara ilmiah. Dalam hal ini Harlon (1964) seperti dikutip Anzwar (1983) mengemukakan tahaptahap ini. 1. Tahap Sensitisasi Tahap ini dilakukan guna memberikan informasi dan kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan dengan kesehatan, misalnya kesadaran akan adanya pelayanan kesehatan, kesadaran akan adanya fasilitas kesehatan, kesadaran akan adanya kegiatan imunisasi. Kegiatan ini tidak memberikan peningkatan atau penjelasan mengenai pengetahuan, tidak pula
mengarah
pada perubahan sikap, serta tidak atau belum bermaksud agar masyarakat mengubah pada perilaku tertentu. Bentuk
21
kegiatan adalah siaran radio berupa radio spot, poster, selebaran atau lainnya (Susilo, 2011). 2. Tahap Publisitas Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitisasi. Bentuk kegiatan misalnya press release dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan untuk menjelaskan lebih lanjut jenis atau macam pelayanan apa saja yang diberikan pada fasilitas
pelayanan
kesehatan,
umpamanya
macam
pelayanan pada Puskesmas, Polindes, Postu atau lainnya. 3. Tahap Edukasi Tahap ini sebagai kelanjutan dari tahap publisitas. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta mengarahkan kepeda perilaku yang diinginkan opleh kegiatan tersebut, misalnya setelah adanya kegiatan ini, ibu-ibu yang hamil memahami benar pentingnya memeriksakan
secara
rutin
mengenai
kesehatan
kehamilannya pada Polindes atau Puskesmas, yakni sebelum kepada bidan atau dokter. Cara yang dilakukan adalah dengan metoda belajar-mengajar (Susilo, 2011). 4. Tahap Motivasi Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap edukasi. Perorangan atau masyarakat setelah mengikuti pendidikan kesehatan, benar-benar mengubah perilaku sehari-harinya,
22
sesuai dengan perilaku yang dianjurkan oleh pendidikan kesehatan pada tahap ini. Umpamanya setelah mengikuti pendidikan kesehatan ini, ibu-ibu hamil melakukan pemeriksaan rutin ke Polindes dan minum pil yang diberikan petugas kesehatan sesuai dengan wakru dan dosis yang benar. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara berurutan, tahap demi tahap. Oleh karena itu pelaksana harus menguasai benar ilmu komunikasi untuk tahap sensitisasi dan publisitasmserta edukasi atau ilmu belajar-mengajar yang sungguh-sungguh untuk melaksanakan pendidikan kesehatan pada tahap edukasi dan motivasi (Susilo, 2011). e. Langkah-langkah Pendidikan Kesehatan 1. Analisis Situasi Analisis
Situasi
merupakan
suatu
kegiatan
dalam
mengumpulkan data tentang keadaan wilayah, masalahmasalah sehingga diperoleh informasi yang akurat tentang masalah yang dihadapi. 2. Penentuan Prioritas Masalah Mengurutkan masalah dari masalah yang dianggap paling prnting sampai dengan urutan yang kurang penting. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode , antara lain dengan cara pembobotan.
23
3. Penentuan Tujuan Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku anak dari perilaku yang tidak sehat ke arah perilaku sehat. 4. Penentuan Sasaran Sasaran untuk penyuluhan dapat dibedakan menjadikan : a) Masyarakat umum b) Masyarakat sekolah, sebagai masyarakat yang mudah dicapai c) Kelompok kesehatan
masyarakat
tertentu,
yangmembantu
misalnya
kader
menggerakkan
dan
menyebarkan informasi. 1) Penentuan Pesan Pesan
merupakan
disampaikan
kepada
informasi
yang
akan
sasaran.
Pesan
yang
disampaikan harus disesuaikan dengan sasaran yang akan diberikan penyuluhan, 2) Penentuan Metode Pemilihan
metode
biasanya
mengacu
pada
penentuan tujuan yang ingin di capai, apakah pengubahan pada tingkat kognitif, efektif atau psikomoter
(contoh
kognitif/pengetahuan
: dapat
untuk
mengubah
memilih
dengan
menggunakan metode ceramah ataupun diskusi).
24
3) Penentuan Media Dalam
menyampaikan
penyuluhan
digunakan
media dan alat bantu peraga. Pemilihan media dan metode yang tepat serta didukung oleh kemampuan dari tenaga penyuluh merupakan suatu hal untuk mempermudah proses belajar mengajar. 4) Penentuan Rencana Penilaian Penilaian yang dilakukan meliputi : penentuan tujuan penilaian, penentuan tolak ukur yang akan digunakan untuk penilaian 5) Penyusunan Jadwal Kegiatan Rencana kegiatan dibuat dalam satu kurun waktu dan terjadwal yang disesuaikan dengan sasaran, tujuan, materi, media, alat penyuluh,
waktu
peraga, petugas dan
rencana
penilaian(Putra,2014). f. Metode Pendidikan Kesehatan 1. Metode pendidikan individual (perorangan) Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk : a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) b) Wawancara (interview) 2. Metode pendidikan kelompok
25
Metode pendiidkan kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil, kerna metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikaan. a) Kelompok besar 1) Ceramah: metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikantinggi maupun rendah 2) Seminar: hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat dimasyarakat. b) Kelompok kecil 1) Diskusi sehingga
kelompok: saling
dibuat
sedemikian
berhadapan,
rupa
pimpinan
diskusi/penyuluh duduk diantaranya peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan
mengeluarkan
pendapat,
pimpinan
diskusi memberikan pancingan, mengarhakan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
26
2) Curah pendapat (Brain Storming), merupakan modifikasi
diskusikelompok,
dimulai
dengan
memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapantersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapapun, baru setelah semuanya mengemukakan
pendapat,
tiap
anggota
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi. 3) Bola salju (Snow Balling), tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung
menjadi
satu.
Mereka
tetap
mendiskusikan maslah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas. 4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group), kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian
dilontarkan
suatu
permasalahan
sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan
27
masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut.
Selanjutnya
kesimpulan
dari
tiap
kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya. 5) Memainkan peranan (Role play), beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu
untuk
memainkan
peranan
tertentu,
misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat
atau
bidan.
Mereka
memperagakan
bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas. 6) Permainan
simulasi
(Simulation
Game),
merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam bentuk permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main. 3. Metode pendidikan Massa Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. g. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan
28
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan yang diperlukan penyuluh guna memperlancar kegiatan penyuluhan. Alat bantu lebih sering disebut alat peraga yang merupakan alat atau benda yang daapt diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi sebagai alat untuk memperagakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar, agar materi lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran. Ada 3 macam alat bantu, yaitu : 1. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indera mata. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproseksikan dan alat yang tidak diproyeksikan. 2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu proses penyampaian dalam pendidiakn. 3. Alat bantu lihat/dengar (audio-visual aids) seperti televisi dan video cassete. Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indra(Putra, 2014). h. Peran pendidikan kesehatan dalam kesehatan masyarakat
29
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (di luar diri manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari beberapa faktor antara lain, sosial, budaya masyakarat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat, dikelompokkan menjadi 4 (Blum, 1974 dalam Notoatmodjo, 2003). Menurut
Notoatmodjo
(2003),
berdasarkan
urutan
besarnya (pengaruh) terhadap kesehatan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya 2. Perilaku 3. Pelayanan kesehatan 4. Hereditas Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat hendaknya juga dialamatkan kepada empat faktor tersebut. Dengan kata lain intervensi atau upaya kesehatan masyarakat juga dikelompokkan menjadi 4 (empat), yakni intervensi terhadap faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas.
30
Intervensi terhadap faktor lingkungan fisik adalah dalam bentuk perbaikan sanitasi lingkungan, sedangkan intervensi terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan ekonomi dalam bentuk program-program peningkatan pendidikan, perbaikan sosial ekonomi masyarakat, penstabilan politik dan keamanan, dan sebagainya.Intervensi terhadap faktor pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan dan atau perbaikan fasilitas pelayanan
kesehatan,
perbaikan
sistem
dan
manajemen
pelayanan kesehatan, dan sebagainya. Sedangkan intervensi terhadap faktor hereditas antara lain dengan perbaikan gizi masyarakat, khususnya perbaikan gizi ibu hamil. Dengan gizi yang baik ibu hamil akan menghasilkan anak yang sehat dan cerdas. Sebaliknya ibu hamil yang kurang gizi akan melahirkan anak dengan berat badan yang kurang, skit-sakitan, dan bodoh. Di samping itu pendidikan kesehatan bagi kelompok yang mempunyai faktor resiko menurunkan penyakit tertentu (Notoatmodjo, 2003 : 8-9). i. Batasan pendidikan kesehatan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini
31
tersirat unsur-unsur pendidikan yakni : a) input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik (pelaku pendidikan), b) proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), c) output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku). Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan. Hasil (output) yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan di sini adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif. Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif ini mengandung berbagai dimensi berikut ini. 1) Perubahan Perilaku Perubahan
perilaku-perilaku
masyarakat
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, atau dari perilaku negatif ke perilaku yang positif. Perilaku-perilaku yamg merugikan kesehatan yang perlu diubah misalnya: merokok, minum-minuman keras,
ibu
hamil
tidak
memeriksakan
kehamilannya, ibu tidak mau mengimunisasikan anak balitanya, dan sebagainya. 2) Pembinaan Perilaku
32
Pembinaan disini terutama ditujukan kepada perilaku masyarakat yang sudah sehat agar dipertahankan, artinya masyarakat yang sudah mempunyai perilaku hidup sehat (healthy life style) tetap dilanjutkan atau dipertahankan. Misalnya olahraga teratur, makan dengan menu seimbang, menguras bak mandi secara teratur, membuang sampah di tempatnya, dan sebagainya. 3) Pengembangan Perilaku Pengembangan perilaku sehat ini terutama ditujukan untuk membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Perilaku sehat bagi anak seyogianya dimulai
sedini
mungkin,
karena
kebiasaan
perawatan terhadap anak termasuk kesehatan yang diberikan berpengaruh
oleh
orang
kepada
tua perilaku
akan
langsung
sehat
anak
selanjutnya. Contoh: seorang bayi yang buang air atau “pipis”, secara naluri ia merasa tidak enak (risih) lalu menangis. Apabila orang tua tidak merespon ini dalam arti tidak mengganti popoknya, maka lama kelamaan anak akan berhenti menangis dan tidur lagi. Untuk selanjutnya apabila buang air kecil lagi anak tidak akan menangis lagi. Hal ini
33
berarti anak sudah dibiasakan untuk berperilaku tidak sehat atau jorok (Notoatmodjo, 2003).
2.1.4 Aspirasi benda asing a. Epidemiologi Aspirasi benda asing ke dalam trakea dan bronkus merupakan kejadian yang relatif sering. Mayoritas anak dengan aspirasi benda asing berusia dibawah 4 tahun. Sebagian besar kematian akibat aspirasi benda asing terjadi pada kelompok umur ini. Mengingat bronkus kanan utama memiliki sudut yang kurang tajam dibandingkan bronkus utama kiri, benda asing cenderung untuk bersarang dijalan nafas paru kanan. Beberapa benda asing, terutama kacang juga dapat bersarang di tempat yang lebih proksimal, seperti laring atau daerah subglotis dan menyebabkan oklusi total saluran respiratori. Banyak benda asing tidak bersifat raidoopak sehingga sulit dideteksi secara radiografi. Benda asing yang paling sering di aspirasi anak kecil adalah makanan (terutama kacang) dan mainan berukuran kecil. Koin lebih sering bersarang di esofagus dibandingkan saluran respiratori. Anak
34
lebih besar juga dilaporkan pernah mengalami aspirasi balon karet yang mengancam jiwa (Marcdante, 2011). Aspirasi benda asing ke dalam saluran respiratorik dapat terjadi pada semua usia, tetapi yang paling sering pada anak kelompok usia dibawah 3 tahun (80%). Kejadian ini sering dijumpai pada anak laki-laki daripada perempuan (3:1) dengan sebab yang tidak jelas (Rahajoe, 2010). b. Etiologi Benda asing yang dapat masuk ke dalam saluran respiratorik sangat beragam. Penggolongan dapat dilakukan berdasarkan asal, jenis dan sifatnya ; 1. Asal Menurut asalnya, benda asing terdiri dari benda asing eksogen, yaitu benda asing yang berasal dari luar tubuh, dan benda asing endogen, yaitu benda asing berasal dari dalam tubuh sendiri 2. Jenis Berdasarkan jenisnya, benda asing dapat dibagi menjadi benda asing organik dan anorganik. Benda asing organik adalah benda asing yang berasal dari makhluk hidup, tumbuhan maupun hewan, seperti kacang-kacangan, bijibijian, apel, kentang, jagung, tulang, kapas dan bahkan makhluk hidup seperti lintah, serangga dan binatang kecil
35
lainnya. Benda anorganik adalah benda asing yang berasal dari benda mati, seperti plastik, manik-manik, kerikil, batu, karet, uang logam dan lain lain. 3. Sifat Benda asing yang dapat masuk kedalam saluran respiratorik, baik organik maupun anorganik kadang-kadang memiliki sifat khusus tertentu. Benda asing organik, terutama yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan dan biji-bijian dapat mengembang dengan cepat didalam saluran respiratorik karena bersifat higroskopis. Beberapa jenis kacang mengandung asam lemak yang dapat memicu timbulnya reaksi radang sehingga mudah terjadi edema. Oleh karena itu dalam waktu 6-12 jam benda-benda ini dapat menimbulkan hambatan total. Benda asing anorganik lebih sering terjadi pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, benda ini tidak bersifat higroskopis dan tidak mengembang, sehingga aspirasi benda tersebut pada umumnya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan gejala ringan saja. Kadang-kadang benda-benda logam dapat mempunyai sifat magnetik atau menimbulkan rasa mental yang khas (Rahajoe, 2010). c. Patofisiologi
36
Aspirasi benda asing merujuk pada tersangkutnya sebuah objek atau substansi dijalan napas. Benda asing cenderung paling sering tersangkut di daerah krikofarings karena dorongan otot farings yang kuat. Obstruksinya dapat berupa obstruksi parsial atau obstruksi total. Obstruksi total jalan napas umumnya terjadi di jalan napas atas dan dapat berakibat fatal. Sebagai besar objek yang ter-aspirasi cukup kecil untuk melewati laring dan trakea dan tersangkut di salah satu bronki utama. Bronkus utama kanan lebih sering terkena karena lebih besar, menerima lebih banyak aliran udara, dan lebih lurus daripada bronkus kiri. Mekanisme obstruksi jalan napas tergantung pada tempat obstruksi dan apakah jalan napas itu tersumbat sebagian atau seluruhnya. Atelektasis terjadi dibagian distal dari tempat sumbatan udara sehingga tidak dapat masuk lagi. Udara yang terperangkap atau hiperinflasi terjadi bila udara dihirup masuk tetapi hanya sebagian yang dikeluarkan. Pada banyak kasus, benda asing itu secara spontan dikeluarkan dari pohon trakeobronkial dan gejala yang tersisa adalah dari iritasi residual dan edema bronkial. Bila aspirasi benda asing cepat didiagnosis dan objek atau instansi itu dikeluarkan dengan cepat, keadaan itu akan kembali berjalan biasa. Aspirasi benda asing yang mengandung lemak jenuh seperti kacang tanah lebih bermasalah karena menimbulkan iritasi
37
dan radang pada jaringan mukosa. Semakin lama benda asing itu tersangkut, semakin banyak komplikasi yang akan muncul sehubungan dengan peningkatan edema, peradangan, dan ancaman infeksi (Betz, 2002) d. Pemeriksaan diagnostik 1. Foto toraks Bidang anterior, posterior, lateral, dan oblik, untuk mengevaluasi lokasi benda asing yang opaque; untuk benda asing non-opaque, mengkaji film sinar-X untuk adanya daerah atelektasis, atau dengan film inspiratori dan ekspiratori, untuk mengkaji udara yang terperangkap. 2. Bronkoskopi Dengan anestesi umum di kamar operasi, memberi visualisasi langsung kepada trakea bagian atas (sebuah teleskop dapat digunakan untuk menentukan lokasi benda asing, dan pembuangannya dengan memasukkan sebuah forseps optikal). 3. Xeroradiografi (teknik sinar-X dengan menggunakan film sinar-X khusus) Memberi resolusi gambar yang lebih besar seperti benda asing nonmetalik(Betz, 2002). e. Komplikasi
38
Komplikasi paling sering muncul karena diagnosis dan pengeluaran benda asing yang tertunda. 1. Bronkospasme 2. Atelektasis 3. Bronkitis 4. Bronkiektasis 5. Pneumonia 6. Abses paru 7. Kematian (Betz, 2002). 2.1.5 Pertolongan Pertama a. Pengertian Pertolongan Pertama Pertolongan pertama adalah perawatan pertama yang diberikan oleh anda sebagai penolong kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis (Tilong, 2014). Pertolongan pertama adalah perawatan yang diberikan segera pada orang yang cedera atau mendadak sakit. Pertolongan pertama tidak menggantikan perawatan medis yang tepat namun hanya
memberi
bantuan
sementara
sampai
mendapatkan
perawatan medis yang kompeten, jika perlu, atau sampai kesempatan pulih tanpa perawatan medis terpenuhi (Thygerson, 2009).
39
b. Tujuan Pertolongan Pertama Secara umum, pertolongan pertama dilakukan berdasarkan tujuan-tujan berikut : 1. Dasar utama dilakukannya pertolongan pertama adalah untuk menyelamatkan
jiwa
penderita.
Jadi,
pertama-tama,
pertolongan pertama ditujukan supaya kondisi korban tidak menjadi semakin parah yang bisa berujung pada kematian. Sebab, pertolongan pertama yang lambat seperti pada kasus serangan jantung, luka bakar, over dosis, kesetrum. Dan lainlain, sangat berpotensi untuk mengakibatkan kematian. 2. Setelah itu, pertolongan pertama juga bertujuan untuk mencegah- lebih tepatnya meminimalisir- terjadinya cacat pada korban seperti pada kasus kecelakaan, luka, gigitan binatang, dan lain-lain. Oleh karena itu, pertolongan pertama dilakukan dengan cepat sangat mungkin bisa mencegah kondisi korban menjadi semakin parah. 3. Selain itu, tidak bisa dipungkiri lagi, pertolongan pertama dapat memberikan rasa nyaman pada korban atau penderita. Sebab, pertolongan yang diberikan akan sangat membantu meringankan penderitaan korban. 4. Pertolongan pertama juga dimaksudkan untuk membentu proses penyembuhan pada korban. Sebab, pertolongan pertama yang diberikan, pada hakekatnya, tidak hanya
40
memberikan rasa nyaman pada penderita tapi juga menjadi salah satu media agar penderita bisa sembuh dengan lebih cepat. Setidaknya, pertolongan pertama bisa membantu untuk mencegah bertambah perahnya kondisi korban(Tilong, 2014). Berdasarkan sumber yang lain dijelaskan bahwa tindakan pertolongan pertama pada korban merupakan medis vital dengan tujuan : 1. Menyelamatkan jiwa korban. Keselamatan jiwa korban adalah tujuan paling utama dari sebuah tindakan pertolongan. 2. Mencegah cacat berkelanjutan. Tindakan pertolongan darirat selain ditujukan untuk menyelamatkan nyawa, juga untuk mencegah
kemungkinan
cacat
berkelanjutan.
Setelah
keselamatan nyawa korban tercapai, seorang penolong harus memperhatikan kondisi korban dimana terdapat kemungkinan yang mengarah kepada kecacatan berkelanjutan. 3. Memberikan rasa nyaman pada korban. Setelah dua poin tersebut diatas tercapai, tindakan pertolongan diupayakan mengarah kepada memberikan rasa nyaman pada korban. Rasa nyaman akan mengurangi kondisi kepanikan korban sehingga mental korban terkondisikan. 4. Menunjang proses penyembuhan korban. Terakhir, tindakan pertolongan diarahkan kepada proses penyembuhan. Sebelum korban sampai di fasilitas medis, korban berhak mendapatkan
41
tindakan
pertolongan
yang
menunjang
kesembuhab
cidera(Swasanti, 2014). c. Prinsip Pertolongan Pertama Pada hakekatnya, prinsip pertolongan pertama ini membuat berbagai aturan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan baik terkait dengan keselamatan penderita dan Anda sebagai penolong. Beberapa prinsip dasar dari pertolongan pertama adalah sebagai berikut : 1. Periksa terlebih dahulu apakah sekitar tempat kejadian ada orang lain yang bisa membantu anda atau tidak. 2. Lakukan pertolongan pertama dengan tenang. Atur emosi dan psikis anda. Sebab, pada dasarnya, pertolongan pertama harus dilakukan dengan fokus dan tenang, tanpa harus panik dan terburu-buru. 3. Jika banyak orang, mintalah bantuan untuk bersama-sama memberikan pertolongan kepada penderita atau korban. Semakin banyak orang, pertolongan pertamayang diberikan akan semakin baik. 4. Pada penderita sadar, anda harus bisa meyakinkan penderita bahwa anda orang yang akan memberikan pertolongan kepadanya.
42
5. Lakukan pertolongan pertama dengan cepat. Cepat bukan hanya dalam arti cekatan menghampiri penderita namun yang lebih penting adalah cepat dalam memberikan tindakan pertolongan. 6. Anda juga diharuskan untuk bisa mempersiapkan sarana transportasi untuk membawa korban ke klinik atau rumah sakit
terdekat.
Anda
bisa
menyapkan
tandu
atau
menghubungi ambulans. Dan jika tidak bisa melakukannya sendiri, mintalah bantuan orang-orang yang ada disekitar anda. 7. Jangan lupa mengamankan barang-barang milik korban. Selain bermanfaat untuk menjaga agar barang-barang tersebut tidak hilang. Anda juga akan lebih mudah untuk segera menghubungi keluarga korban(Tilong, 2014). c. Pertolongan Pertama pada Aspirasi Benda Asing 1. Benda asing masuk ke hidung a) Tanda dan gejala Perdarahan, sulit bernapas, benda asing yang terlihat dalam hidung, bau yang tidak sedap keluar dari hidung b) Kapan mendapatkan bantuan dokter
43
Jika tidak dapat dengan mudah mengeluarkan benda asing, hubungi dokter atau bawa anak ke unit gawat darurat c) Jangan lakukan 1) Jangan mencoba mengeluarkan benda yang tidak terlihat; bila dilakukan dapat membuat benda tersebut semakin masuk ke dalam (Einzig, 2004 : 27). 2) Jika benda yang tertelan berukuran besar atau tajam,
jangan
memberi
anak
makan
atau
minum(Armstrong, 2009).
d) Langkah pertolongan pertama benda asing masuk ke hidung
44
Gambar 2.1 Pertolongan pertama benda asing masuk ke hidung (Einzig, 2004) 2. Benda yang tertelan a) Tanda dan gejala Sulit bernapas, bicara, atau menangis, mengeluarkan bunyi bernada tinggi, batuk tanpa dahak, muka menjadi biru
b) Kapan mendapatkan bantuan dokter
45
1) Jika anda tidak sendiri, mintalah salah seorang dari mereka menghubungi nomor telepon unit gawat darurat terdekat. Kemudian lakukan langkahlangkah pertolongan pertama 2) Jika anda sendiri dan bisa bertindak cepat, hubungi nomor
telepon
unit
gawat
darurat
terdekat.
Kemudian lakukan langkah-langkah pertolongan pertama 3) Meskipun anda berhasil mengeluarkan benda asing dalam mulut, dan anak tampak baik-baik saja, tetap hubungi dokter atau tenaga kesehatan untuk mendapat saran lebih lanjut c) Jangan lakukan 1) Jangan lakukan apa pun yang mengganggu anak anda bila ia masih bisa batuk, bernapas, atau menangis 2) Jangan mencoba mengungkit dan mengeluarkan benda asing jika anda tidak bisa melihatnya
d) Langkah pertolongan pertama benda asing masuk kemulut (Einzig, 2004 : 80).
46
Gambar 2.2 Pertolongan Pertama benda asing masuk ke mulut (Einzig, 2004)
2.2 Kerangka Teori Penyebab Asal Eksogen Endogen Jenis Organik Anorganik
Faktor Resiko Anak Toddler Mengalami peningkatan kemampuan motorik halus Mempunyai rasa ingin tahu yang lebih besar Kurang penjagaan sewaktu bermain Merasa asing atau kurang mengenal dengan lingkungan
47
Gambar 2.3Skema Kerangka Teori (Sumber : Supartini (2004); Rahajoe (2010))
2.3 Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Pendidikan Kesehatan tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing
Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing
48
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 2.4 Skema Kerangka Konsep Penelitian
2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapiserta dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris. Hipotesis yang digunakan adalah H1 Ho : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing H1 : Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing.
2.5 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang terkait dengan aspirasi benda asing :
49
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian N o.
Nama Peneliti
1
Mohamma d O.AbuHasheesh, Hanan T. ElBahnasa wy
2
R.S.H. Eldosoky
Judul Penelitian
Metode yang digunaka n Effectiveness of Desain the Nursing Health kuasi Program for eksperim Mothers with en pada Children purposiv Undergoing e Bronchoscopy sampling
Home-related injuriesamongchil dren: knowledge, attitudes and practice about first aid among rural mothers
Hasil Penelitian
Benda asing yang paling sering diAspirasiadalah bahan organik seperti biji kacang diikuti dengan bahan nonorganik.Adaperbaikan yang signifikan Statistik (P < 0.01) dalam pengetahuan, praktek, dan sikap pada nilai pasca tes. Metode Setelah mendapatkan Cross intervensi berupa Sectional pelatihan pertolongan study pertama terdapat peningkatan yang signifikan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalahpenelitiankuantitatif dengan rancangan quasi experimentaldimana penelitianini tidak menggunakan kotrol terhadap variabel
yang
berpengaruh
terhadap
eksperimen
(Notoatmojo,
2012).Penelitian ini menggunakan metode pretest-posttestdesign yaitu dengan
cara
sebelumdiberikan
memberikanpretest(pengamatan intervensi,
setelahdiberikan
awal)
terlebihdahulu
intervensi,
kemudian
dilakukanposttest (pengamatanakhir)(Hidayat, 2007). Desain penelitian ini adalah One-group pre-post test design without control yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. Tabel 3.1 Desain penelitian One-group pre-post test design without control Subjek K
Pra
Perlakuan
O Waktu 1
I Waktu 2
Keterangan : K
: subjek
O
: pra pendidikan kesehatan
I
: pendidikan kesehatan
O1
: pasca pendidikan kesehatan
49
Pasca-tes OI Waktu 3
50
suatu kelompok sebelum dikenai perlakuan tertentu (I) diberi pra-tes, kemudian setelah perlakuan, dilakukan pengukuran lagi untuk mengetahui akibat dari perlakuan. Pengujian sebab akibat dilakukan dengan cara membandingkan hasil pra-tes dengan pasca-tes. Namun tetap tanpa melakukan pembandingan dengan pengaruh perlakuan yang dikenakan pada kelompok lain (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti mengukur pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama aspirasi benda
asing,
kemudian
dilakukan
pendidikan
kesehatan
tentang
pertolongan pertama aspirasi benda asing, selanjutnya dilakukan pengukuran lagi pengetahuan ibu sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Ibu dari anak toddler di Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali sebanyak 115 responden terdiri dari Posyandu Ngudi Laras, Posyandu Sarwo Peni, Posyandu Ngudi Utomo, dan Posyandu Ngudi Luhur.
51
3.2.2 Sampel Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai
subjek
penelitian
melalui
sampling.
Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008 : 91). Pengambilan
sampel
penelitian
ini
menggunakan
Proportionate Random Sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008). Sampel merupakan bagian populasi yang hendak diteliti dan mewakili karakteristik populasi. Apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka sampel yang diambil adalah semuanya, namun apabila populasi penelitian berjumlah lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2010).Peneliti mengambil 45% dari populasi sebanyak 115 responden, sehingga didapatkan sampel sejumlah 40 responden. Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah Ibu dari anak toddler yang berada di Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi
52
sebanyak 40 responden yaitu Posyandu Ngudi Laras diambil 20 Responden dan Posyandu Sarwo Peni diambil 20 Responden. Sampel pada penelitian ini adalah Ibu dari anak todler yang berada di Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali : 1. Kriteria inklusi: Ibu yang berada di Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali 2. Kriteria eksklusi: a) Ibu yang sedang sakit pada saat pembagian kuesioner b) Ibu dengan gangguan mental c) Ibu dengan jam kerja pagi hingga sore hari 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian Tempat Penelitian dilakukan di beberapa Posyandu yang berada di Kelurahan Donohudan yaitu di Posyandu Ngudi Laras (20 responden) dan Posyandu Sarwo Peni (20 responden). 3.3.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 12-15 Februari 2015.
53
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Tabel 3.2 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Nama
Pengertian
Indikator
Score
AlatUkur
Skala
Satuan Operasion al Prosedur (SOP) pertolong an pertama aspirasi benda asing
Nominal
Kuesioner
Ordinal
Variabel Independen Pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing
Merupakan Suatu proses perubahan pada diri manusia tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing
Merupakan pemahaman Pengetahuan ibu tentang ibu dalam pertolongan pertolongan pertama pertama aspirasi aspirasi benda asing benda asing Dependen
1.Penyebab 1 : Diberi pendidikan aspirasi kesehatan benda asing 2:Tidakdiberipen 2.Faktor didikan resiko usia kesehatan todlerterhada p aspirasi benda asing 3.Komplikasi aspirasi benda asing 4.Pengertian pertolongan pertama 5.Langkahlangkah pertolongan pertama aspirasi benda asing 1.Tahu Skore: ∑ (Know) x100 ∑ 2.Memahami (Comprehent 1. Baik: ion) 76% - 100% 3.Aplikasi 2. Cukup: (Application) 56% - 75% 3. Kurang: <56%
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
54
3.5.1 Alat Penelitian Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah jenis pengukuran dengan mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2008). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dichotomy question yaitu kuesioner yang sudah tersedia jawabannya dan hanya mengenal jawaban yang benar dan salah sehingga responden tinggal memilih (Nursalam, 2008). Penelitian ini menggunakan kuesioner pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama Aspirasi benda asing dengan 20 pertanyaan. 3.5.2 Cara Pengumpulan Data Sebelum melakukan tahap pertama, peneliti melakukan langkah awal, yaitu tahap orientasi meliputi pengajuan surat ijin kepada Kepala Desa Donohudan. Peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung penelitian ini dengan membaca berbagai referensi dan jurnal. Peneliti mencari literatur lain untuk mendalami topik penelitian ini. Tahap kedua, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui angka kejadian aspirasi benda asing pada anak toddler di Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali.
3.5.3 Tahap Pelaksanaan
55
1. Tahap pertama, peneliti melakukan kontrak waktu dan memberikanlembarpersetujuan(informedconsent) dengan semua ibu dari anaktoddler di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali. 2. Tahap kedua, peneliti melakukan pengambilan data dengan cara diberi pre-tes kuesioner pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing dengan 20 pertanyaan, kemudian dilakukan pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing dengan metode presentasi dan demonstrasi dan dilakukan pengukuran lagi dengan post-tes kuesioner yang sama. 3. Tahap ketiga, peneliti melakukan pembandingan pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing dengan metode presentasi dan demonstrasi. 4. Tahap keempat, peneliti membuat laporan hasil penelitian. 3.5.4 Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji validitas Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat validitas atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
56
validitas yang rendah (Arikunto 2006 dalam Budiman &Agus, 2013). Uji validitas dilakukan menggunakan 30 responden yang diambil dari Posyandu Ngudi Utomo 15 Responden, dan Posyandu Ngudi Luhur diambil 15 Responden. Posyandu tersebut berada diKelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali. Pengambilan
responden
tersebut
memperhatikan
prinsip
validitas internal dan eksternal dalam quasi experimentaldimana penelitianini tidak menggunakan kotrol. Menurut Notoatmodjo (2012), jika subjek pada kelompok eksperimen dipaparkan terhadap perlakuan dua kali atau lebih secara berturut-turut, maka perlakuan yang terdahulu mempunyai efek terhadap yang berikutnya. Responden yang diambil dari Posyandu Ngudi Utomo dan Posyandu Ngudi Luhur belum pernah terpapar materi, sehingga memenuhi kriteria sebagai responden untuk uji validitas. Uji Validitas yang digunakan adalah Uji Korelasi PointBiserial, menurut Riwidikdo (2012) Uji Korelasi Point-Biserial yaitu uji yang digunakan ketika salah satu variabel berskala dikotomis. Rumus Uji Korelasi Point-Biserial :
M p Mt p rpbis St (1 p) r pbis = koefisien korelasi point biserial.
57
Mp = mean skor x dari seluruh subyek yang mendapat angka 1 pada variabel dikotomi. Mt = mean skor dari seluruh obyek. St
= deviasi standar skor x
p = proporsi subyek yang mendapat angka 1 pada variable dikotomi. i
= skor pada variabel dikotomi.
Instrument dikatakan valid jika nilai rhitung>rtabel (0,361) (Riwidikwo, 2010).Uji validitas pada kuesioner pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing 30 responden, didapatkan
hasil
dari
20
item
pernyataan
seluruhnya
dinyatakanvalid dengan nilai rentang 0,380 – 0,350 karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dengan taraf signifikasi 5% (0,361). 2. Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten atau sama bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Budiman & Riyanto, 2013).
58
Pengujian reabilitas dengan internal consistensi, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan Rumus KR-21 :
)
(
k
: jumlah item dalam instrumen
M
: mean skor total
St2
: varians total ( Sugiyono, 2011).
Keterangan :
)
1−
(
r =
Setelah didapat nilai hasil uji reliabilitas, maka nilai tersebut dibandingkan dengan nilai uji reliabilitas tabel. Jika nilai uji reliabilitas tabel lebih besar dari nilai uji reliabilitas tabel maka pernyataan dinyatakan reliabel. Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Djemari 2003 dalam Riwidikdo, 2012). Hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan, maka kuesioner pengetahuan tentang tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing (Corpus Alienum) dinyatakan reliabel. Hal ini ditunjukkan dari nilai r hitung pengetahuan = 0,758lebih besar dari nilai r tabel = 0,364 yang berarti kuesioner layak digunakan.
59
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data 3.6.1 Pengolahan Data Menurut Lapau (2012) pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian yang dilakukan setelah pengumpulan data. Untuk kemudahan dalam pengolahan data dipergunakan bantuan komputer yang meliputi : 1. Editingadalah tahapan kegiatan memeriksa validitas data yang masuk seperti memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan jawaban, relevansi jawaban, dan keseragaman suatu pengukuran. 2. Codingadalah tahapan kegiatan mengklasifikasi data dan jawaban
menurut
memudahkan
dalam
kategori
masing-masing
pengelompokan
responden
data.
sehingga Pengetahuan
dikatakanbaikapabilanilai76-
100%,cukupapabilanilai56-75%, dankurangapabila nilai< 56% dengan penghitungan skore =
∑
∑
x100
3. Processing adalah tahapan kegiatan memproses data agar dapat dianalisis, pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry (memasukkan) data hasil pengisian kuesioner ke dalam master tabel atau database komputer. 4. Cleaning yaitu tahapan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry dan melakukan koreksi bila terdapat kesalahan.
60
5. Tabulating merupakan tahapan kegiatan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. 3.6.2 Analisa Data 1. Analisa univariat Analisaunivariatadalahanalisa
yang
dilakukanuntukmenganalisistiapvariabel
darihasilpenelitian
yang disajikandalambentkdistribusi yang dinarasikan (Lapau, 2012 ). Analisis dalam penelitian ini adalah data Pengetahuan Ibu dari anak toddlersebelum diberipendidikankesehatan tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing pada anak usia toddler danPengetahuan
Ibu
dari
anak
toddlersesudah
diberipendidikankesehatan tentang pertolongan pertama aspirasi benda asing pada anak toddler. 2. Analisabivariat Analisabivariatadalahanalisis dilakukanuntukmengetahuiketerkaitanduavariabel.
yang Analisa
inidigunakan untuk menguji pengaruhpendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama Aspirasi benda asing pada anak usia toddler menggunakan Uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon yaitu uji nonparameterik dua kelompok data berpasangan ordinal atau numerik (Dahlan, 2012).Hasil uji statistik dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test
61
diperoleh nilai p-value = 0,000 karena nilai p < 0,005 artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak Toddler terhadap pengetahuan ibu di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali.
3.7 Etika Penelitian Masalah etika yang harus diperhatikan antara lai adalah sebagai berikut : a. Informed Consent Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan senelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi perawat, tujuan dilakukanya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain (Hidayat, 2007). b. Anonymity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
62
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007). c. Confidentiality (kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalahmasalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).
BAB IV HASIL PENELITIAN
Padababiniakandiuraikanhasilpenelitiantentang
pengaruh
Pendidikan
Kesehatan Ibu tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak Toddlerdi
Posyandu
Kelurahan
Donohudan
Kabupaten
Boyolali.Berdasarkandatayang diperolehselamapenelitianyang dilakukanselama 4hari yaitu mulai dari tanggal 12 Februari 2015 sampai 15 Februari 2015, terdapat 40 responden yang memenuhikriteria inklusidandiberikanpendidikan kesehatantentang tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak Toddler. Intervensidilakukanselama kemudianhasilnyadibandingkan.
1haridenganmelakukanpre Pengumpulandata
dilakukan sendiri oleh peneliti. Datayang
testdanposttest
danpelaksanaanpenelitian
memenuhi syarat dianalisis
dan
disajikan berdasarkananalisisUnivariatdan analisisBivariat 4.1. Hasil Analisis Univariat 4.1.1. Karakteristik Responden Hasil
analisis
karakteristik
pada
penelitian
ini
menggambarkan distribusi responden berdasarkan usia. Hasil data karakteristik responden didapatkan sebagai berikut :
63
64
Tabel 4.1. KarakteristikUsiaResponden di Kelurahan Donohudan (N=40) Usia Responden (Tahun) 19-28 29-38 39-48 Total
No 1 2 3
Frekuensi 23 12 5 40
Persentase (%) 57,5 30,0 12,5 100
Berdasarkan Tabel4.1. dapatdiketahuibahwasebagian besar usia
respondenberada
responden
pada
usia
(57,5%)danpaling
19-28tahunyaitusebanyak23 sedikitpada
usia
39-
48tahunyaitusebanyak5 responden (12,5%). 4.1.2. Hasil Pengetahuan Sebelum Pendidikan Kesehatan Tabel 4.2. Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama AspirasiBenda Asing pada Anak ToddlerSebelum Pendidikan Kesehatan di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali (N=40) No 1 2 3
Kategori Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi
Presentase (%)
1 22 17 40
2,5 55 42,5 100
BerdasarkanTabel4.2.dapatdiketahuibahwa pengetahuanibudiKelurahan
Donohudan
Boyolalisebelumdiberikanpendidikan
kesehatan
Kabupaten Pertolongan
Pertama Aspirasi Benda Asing pada AnakToddlersebagian besardalam kategori cukupyaitu sebanyak22responden (55%).
65
4.1.3. Hasil Pengetahuan Sesudah Pendidikan Kesehatan Tabel4.3. PengetahuanIbu tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak Toddler SesudahPendidikan Kesehatan di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali (N=40) No 1 2 3
Kategori Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi
Presentase (%)
39 1 0 40
97,5 2,5 0 100
BerdasarkanTabel4.3.dapatdiketahuibahwa pengetahuanibudiPosyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolalisesudahdiberikanpendidikan
kesehatan
Pertolongan
Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak Toddlersebagian besardalam kategori baikyaitu sebanyak39responden (97,5%)
66
4.2. Hasil Analisis Bivariat 4.2.1.
HasilPengetahuanPre-TestdanPost-TestIbudi Donohudan Kabupaten Boyolali
PosyanduKelurahan
Tabel 4.4. PengetahuanPre TestDan Post Test Ibutentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing Anak Usia Toddlerdi Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali (N=40) Pengetahuan Setelah Pendidikan Kesehatan Baik Cukup Kurang Total Pengetahuan Baik 1 Sebelum Cukup 21 Pendidikan Kesehatan Kurang 17 Total
39
0
0
1
1
0
22
0
0
17
1
0
40
Pvalue 0,000
BerdasarkanTabel4.4dapatdiketahuibahwa pengetahuanibudiKelurahan
Donohudan
Boyolalisebelumdiberikanpendidikan
kesehatan
Kabupaten Pertolongan
Pertama Aspirasi Benda Asingpada Anak Todlersebagian besardalam kategori cukupyaitu sebanyak22responden (55%) kemudian sesudahdiberikanpendidikan kesehatan Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak Toddlersembagian besardalam kategori baikyaitu sebanyak39responden (97,5%). Hasiluji
statistikdengan
67
menggunakanWilcoxonSignedRanksTestdiperolehnilaip-value= 0,000 karenanilaip< 0,005maka Ho ditolakartinyaada pengaruh pendidikankesehatantentangPertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak Toddlerterhadap pengetahuanibudiKelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali.
BAB V PEMBAHASAN
5.1
Karakteristik Usia Responden di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali Hasil
penelitian
respondenberada
pada
menunjukkanbahwasebagian usia
19-28tahunyaitusebanyak23
besar
usia
responden
(57,5%). Usia adalah umur individu yang terhitung saat lahir sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi, 2011). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitianKamel (2014) dengan metode deskriptif cross-sectional pada 283 ibu dari desa Damares, ElMinia, Mesir yang menunjukkan bahwa 22,3% ibu tidak mengetahui istilah pertolongan pertama, karena sumber utama pengetahuan ibu berasal dari televisi. Penanganan ibu terhadap anak yang mengalami cedera di rumah memiliki tingkat lebih baik sebanding dengan tingkat usia yang dimiliki. Semakin tua usia ibu, semakin baik pula praktek penanganan dalam kasus cedera di rumah. Tingkat usia ibu dan sumber pengetahuan
68
69
tentang pertolongan pertama, memiliki pengaruh yang signifikan pada skorknowledge, attitude, practice (KAP) antara ibu yang lain.
5.2
Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak ToddlerSebelum Pendidikan Kesehatan di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali Hasil penelitian menunjukkanbahwa pengetahuanibudiKelurahan Donohudan Kabupaten Boyolalisebelumdiberikanpendidikan kesehatan Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing) pada Anak Toddlersebagian besardalam kategori cukupyaitu sebanyak22responden (55%). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tidakan seseorang (ovent behaviour). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo 2003 dalam Wawan & Dewi, 2011) PengetahuanibudiKelurahan Boyolalisebelumdiberikanpendidikan
Donohudan kesehatan
Kabupaten
Pertolongan
Pertama
Aspirasi Benda Asing pada Anak Toddlerdidukung denganPenelitian AlQudehy(2015) bahwa sebagian besar orangtua di Arab Saudi termasuk dalam kategori kurangnya pengetahuan mengenai aspirasi benda asing bahkan di antara lulusan perguruan tinggi. Untuk mencegah aspirasi benda asing, dan untuk membuat diagnosayang tepat, orang tua harus memiliki
70
pendidikan terus menerus dan menyeluruh mengenai resiko aspirasi benda asing.
5.3
PengetahuanIbu tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak Toddler SesudahPendidikan Kesehatan di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali Hasil penelitian menunjukkanbahwa pengetahuan ibu di Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali sesudah diberikan pendidikan kesehatan Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak Toddler sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 39 responden (97,5%). Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya dan tidak hanya mengkaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan saja. Tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun non fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka (Notoadmodjo 2007 dalam Putra, 2014). Hasil Penelitian ini sesuai dengan penelitian Ahmed, Osman, Abdalla,
et
al.
Education(IPHE)
(2014) memiliki
bahwa
Innovative
pengaruh
yang
Participatory signifikan
Health terhadap
pengurangan kecelakaan rumah tangga antara anak di bawah lima tahun.Pengetahuan dan perilaku ibu tentang kecelakaan anak-anak berusia di bawah lima rumah tahun membaik setelah intervensi denganIPHE.
71
5.4
Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Pertolongan Pertama Aspirasi
Benda
Asing
pada
Anak
Toddler
terhadap
PengetahuanIbudi Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali Hasiluji
statistikdengan
menggunakanWilcoxonSignedRanksTestdiperolehnilaip karenanilaip<
0,005maka
Ho
ditolakyaituada
=0,000 pengaruh
pendidikankesehatantentangPertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada AnakToddlerterhadap pengetahuanibudi Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali.Pendekatan terbaik untuk mencegah aspirasi benda asing adalah melalui edukasi orang tua dan pengasuh (Marcdante, 2011). Bila aspirasi benda asing cepat didiagnosis dan objek atau instansi itu dikeluarkan dengan cepat, keadaan itu akan kembali berjalan biasa. Semakin lama benda asing itu tersangkut, semakin banyak komplikasi yang akan muncul sehubungan dengan peningkatan edema, peradangan, dan ancaman infeksi (Betz, 2002). HasilPenelitian ini sesuaidengan penelitian Muneeswari (2014) yang menunjukkan adanya efektivitasprogram pengajaran kesehatan menggunakanpendekatanpadapengetahuanlangkahpertolongan pertamapada anak-anak. Pendidikan kesehatan efektif sebagai motivasi dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku seseorang sesuai dengan penelitian Prihandini (2012) yang menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap motivasi ibu dalam pemberian makanan
72
bergizi
bagi
Semarang.Hasil
balita
di
penelitian
Posyandu Khoiron
Kunthisari (2014)
Jetak
tentang
Kabupaten keefektifan
penggunaan media leaflet dan slide power point terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku deteksi dini kanker servikspada ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo yang menunjukkan adanya perubahan yang signifikan. Berdasarkan pembahasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan
kesehatan
sebagai
intervensi
yang
dilakukan
peneliti
dapatmeningkatkan pengetahuanibudiKelurahan Donohudan Kabupaten Boyolalidalam Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak Toddler. Penyampaian materi Pendidikan Kesehatan tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing (Corpus Alienum) pada Anak Usia Toddler terhadap Pengetahuan Ibu di Posyandu Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali adalah menggunakan media slidepower point, demonstrasi, dan pembagian leafleat sangat mempengaruhi pemahaman ibu tentang pertolongan pertama Aspirasi benda asing
73
BAB VI PENUTUP
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 6.1.1 Tingkat Pengetahuan ibudiKelurahan Donohudan Kabupaten Boyolalisebelumdiberikanpendidikan
kesehatan
Pertolongan
Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak Toddlersebagian besardalam kategori cukupyaitu sebanyak22responden (55%). 6.1.2 Tingkat
PengetahuanibudiKelurahan
Boyolalisesudah
diberikanpendidikan
Donohudan
Kabupaten
kesehatan
Pertolongan
Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak Toddlersebagian besar dalam kategori baikyaitu sebanyak 39responden (97,5%) 6.1.3 Ada
pengaruh
(p-value
=
0,000)pendidikankesehatantentangPertolongan Pertama Aspirasi Benda
Asing
pada
Anak
Toddlerterhadap
pengetahuanibudiKelurahan Donohudan Kabupaten Boyolali.
74
6.2
Saran 6.2.1 Institusi Pendidikan Institusi pendidikan diharapkan dapat bekerjasama dengan Instansi kesehatan yang berada di wilayahnya untuk mewujudkan pelatihan tentang kesehatan khususnya terampil dalam penanganan Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak. Sehingga kesehatan serta keselamatan anak terjaga dengan benar. 6.2.2 Pelayanan Kesehatan Perawat dan tenaga kesehatan lain dapat melakukan pendidikan kesehatan ke masyarakat di Kelurahan Donohudan Kabupaten Boyolaliuntuk meningkatkan pengetahuan Ibu dalam Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak. 6.2.3 Posyandu Kader posyandudiharapkan mencari pendidikan kesehatan tentang Pertolongan Pertama Aspirasi Benda Asing (Corpus Alienum) pada Anakkepada petugas dari puskesmas sehingga masyarakat mampu mengetahui dan melaksanakan pertolongan pertama Aspirasi Benda Asing pada Anak. 6.2.4 Peneliti Lain Peneliti lain dapat melakukan penelitian terkait Aspirasi Benda Asing dengan mengubah metode maupun jenis penelitian.
75
Peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan topik yang sama dengan responden yang berbeda, sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan. 6.2.5 Peneliti Peneliti dapat menerapkan dan membandingkan beberapa metode dalam melakukan pendidikan kesehatan serta mendapatkan pengetahuan lebih untuk diterapkan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan khususnya pada penanganan Aspirasi Benda Asing.
DAFTAR PUSTAKA
Abu-Hasheesh, Mohammad O. & Hanan T. El Bahnasawy. (2011). Effectiveness of the Nursing Health Program for Mothers with Children Undergoing Bronchoscopy. University Of Jordan : DAR Publishers Ahmed, Osman, Abdalla, et al. (2014). Innovative Participatory Health Education (IPHE): It’s Effect on Mothers’ Knowledge, Behavior; and Under Five Year-Old Children Household Accidents Rate. Kingdom of Saudi Arabia : Al-Baha University Afifuddin. (2011). Filsafat Sains. Bandung : Pustaka Setia Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Armstrong, Vivien J. (2009). Pertolongan Pertama untuk Bayi dan Anak. Jakarta : Erlangga Betz, Cecily L. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Alih bahasa Jan Tambayong. Jakarta : EGC Budiman & Riyanto Agus. (2013). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan Dahlan, Muhamad Sopiyudin. (2010). Membaca dan Menelaah Jurnal Uji Klinis. Jakarta : Salemba Medika Dahlan, Muhamad Sopiyudin. (2012). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika Einzig, Mitchell J. (2004). P3K untuk Bayi dan Anak. Jakarta : Arcan Eldosoky, R.S.H. (2012). Home-related injuries among children: knowledge, attitudes and practice about first aid among rural mothers. Egypt : University of Benha Hidayat, A. Aziz Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Kamel, Emam, & Mohammed, Eman S. (2014). Knowledge, attitude and practice among rural mothers about Home-related injuries in a rural area in ElMinia Governorate, Egypt. Egypt : El-Minia Faculty of Medicine Khoiron, Sulastri & Suryandani, Dewi. (2014). Effectiveness of Health Education Using Media Leafleat and Power Point Slide Media on Knowledge, Attitude, and Behaviou Change Early Detection of Cervical Cancer PKK Working in The Public Health Kartasura Sukoharjo. Surakarta : Muhammadiyah Surakarta University Lapau, Buchari. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Pustaka Obor Indonesia Marcdante, Karen J et al. (2011). Ilmu Kesehatan Anak Esensial Nelson Edisi VI. Jakarta : Badan Penerbit IDAI Muneeswari, B. (2014). A study to assess the effectiveness of planned health t eaching programme using child-to-child approach on knowledge of selected first aid measures among school children in selected schools at Dharapuram in Tamil Nadu, India. India : Rajive Gandhi University of Health Science Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Putra, Dony Setawan Hendyca. (2014). Keperawatan Anak dan Tumbuh Kembang (Pengkajian dan Pengukuran). Yogyakarta : Nuha Medika Rahajoe N. Nastiti, dkk. (2010). Buku Ajar Respirologi Anak Edisi I Cetakan 2. Jakarta : Badan Penerbit IDAI Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC Susilo, Rahkmat. (2011). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Swasanti, Niluh & Winkanda Satria Putra. (2014). Panduan Praktis Pertolongan Pertama Pada Kedaruratan. Yogyakarta : Katahati Tilong Adi D. (2014). Buku Lengkap Pertolongan Pertama Pada Beragam Penyakit. Yogyakarta : FlashBooks Thygerson, Alton. (2009). Pertolongan Pertama. Jakarta : Erlangga Wawan, A & Dewi M. (2011). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta. Wong, Donna L et al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 Vol 1. Alih Bahasa Agus Sutarna, Neti Juniarti, H. Y. Kuncara. Jakarta : EGC Zeinab AlQudehy, Hussein Al-Sheif, & Ghada Al-Qudaihi. (2015). Parental Knowledge of Foreign Body Aspiration : A Comparative Study between Saudis and Other Nations. Saudi Arabia : Damam Medical Complex