SEMINAR NASIONAL TEKNIK KETENAGALISTRIKAN 2005 Teknik Elektro Fak. Teknik – Universitas Diponegoro
SIMULASI TEGANGAN DIP PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN MODEL EMTP Dwi Sulistyo Handoyo, Abdul Syakur, Agung Warsito Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik - Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH 1 Tembalang – Semarang Telp. Fax : 024 - 7460057 Abstrak - Kualitas daya pada sistem distribusi dapat berkurang akibat tegangan dip. Pada umumnya variasi tegangan dapat sangat dominan mempengaruhi kerja peralatan listrik yang sensitif terhadap variasi tegangan. Tegangan dip dapat terjadi pada suatu sistem distribusi tenaga listrik akibat gangguan satu fasa ke tanah. Makalah ini akan memaparkan hasil simulasi tegangan dip pada sistem distribusi tegangan rendah di Jurusan Teknik Elektro FT Undip. Program ATP – EMTP digunakan untuk memodelkan dan mensimulasi timbulnya tegangan dip di sistem distribusi akibat gangguan satu fasa ke tanah. Hasil simulasi menunjukkan bahwa tegangan dip tidak mempengaruhi kerja peralatan listrik baik pada titik gangguan dan pada feeder paralel yang berhubungan langsung. Kata kunci : kualitas daya, tegangan dip, EMTP. PENDAHULUAN Peralatan listrik berbasis komponen elektronik yang sensitif terhadap variasi tegangan memerlukan persyaratan kualitas listrik yang baik untuk dapat berfungsi dengan benar. Ukuran kualitas listrik dinyatakan dengan parameter : tegangan, frekuensi dan kandungan harmonik jaringan. Peralatan elektronik seperti : komputer ( Personal Computer ), Programmable Logic Controller ( PLC ), peralatan kontrol ( relai, kontaktor dll ) sangat sensitif dan rentan terhadap model dari jaringan / rangkaian listrik ke dalam komputer untuk kemudian disimulasikan dalam bentuk grafik. Makalah ini merupakan evaluasi sistem distribusi daya dengan mengambil kasus : sistem kelistrikan di Jurusan Teknik Elektro FT UNDIP yang dipasok dari gardu distribusi dengan transformator tegangan menengah 1000 kVA, 20 kV/400 volt, 3 phasa, dry type, 50 Hz. Kabel distribusi dari LVMDP ke SDP sekitar 100 meter. Jenis beban yang ada di Teknik Elektro UNDIP ini meliputi : AC, penerangan, PC, PLC, mesin listrik, alat pengontrol ( pada peralatan laboratorium ) dll. TEGANGAN DIP Tegangan dip adalah[5] penurunan besaran tegangan efektif ( rms ) atau arus pada frekuensi daya dengan durasi waktu antara 0,5
Semarang, 24-25 Nopember 2005
variasi tegangan, dan pada akhirnya menjadi sumber masalah pada kelangsungan operasional peralatan. Karakteristik beban tak linier pada peralatan elektronik, variasi tegangan transient yang dihasilkan oleh petir, switching dari kapasitor dan tegangan dip akibat kegagalan sistem seperti gangguan satu fasa ke tanah dan start motor kapasitas besar menjadi perhatian dalam hubungannya dengan persoalan kualitas daya listrik. Penelitian kualitas daya umumnya meliputi empat bidang, yaitu : aspek dan konsep dasar, monitoring dan pengukuran tegangan dip, pembuatan model dan analisis, aplikasi teknik dan penyelesaian masalah. Perbaikan kualitas daya sebagian besar dilakukan pada sistem distribusi. Akibat penurunan tegangan, peralatan yang sensitif terhadap perubahan tegangan dapat mengalami gagal operasi. Dengan menggunakan software ATP – EMTP besar tegangan dip yang terjadi dapat disimulasikan sehingga bisa dianalisa pengaruh perubahan tegangan terhadap beban listrik disekitar atau di lokasi gangguan hubung singkat. Perangkat lunak Alternative Transients Program ( ATP ) dan ATPDraw yang merupakan bagian dari Electromagnetic Transients Program (EMTP) merupakan perangkat lunak ( software ) yang mampu membantu untuk membuat dan mengedit suatu bentuk / sampai 30 cycle ( durasi pendek ). Durasi tegangan dip dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : instantaneous, momentary dan temporary dimana kategori ini sama dengan 3 kategori interuption ( pemutusan ) dan swells ( kenaikan tegangan ). Pembagian durasi ini sesuai dengan waktu operasi peralatan proteksi sebagaimana pembagian durasi yang direkomendasikan oleh Organisasi Teknik Internasional. Tegangan dip secara umum disebabkan oleh kegagalan sistem daya yang terjadi pada lokasi yang jauh, kegagalan pada salah satu dari feeder paralel, dan starting motor dengan kapasitas besar. Kegagalan sistem daya yang sering terjadi berupa gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah. Tegangan dip pada sistem yang mengalami gangguan biasanya dengan waktu berkisar 5 sampai 6 cycle, dimana merupakan total waktu untuk mendeteksi gangguan dan CB akan bekerja untuk
A-67
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KETENAGALISTRIKAN 2005 Teknik Elektro Fak. Teknik – Universitas Diponegoro
menghilangkan gangguan. Sedangkan waktu penghilangan gangguan berkisar antara 3 sampai 30 cycle tergantung magnitude arus gangguan dan jenis peralatan proteksi arus lebih [5]. Penelitian sebelumnya mengenai kualitas daya pada sistem distribusi mengindikasikan bahwa tegangan dip berkisar pada amplitudo 80 % dengan waktu berkisar 4 – 10 cycle [7]. Sampai sekarang durasi tegangan dip tidak terdefinisi secara jelas. Dalam beberapa publikasi durasi tegangan dip didefinisikan dengan rentang dari 2 mS ( 1/10 cycle ). Tegangan dip berbeda dengan tegangan kurang ( under voltage ). Durasi tegangan kurang adalah lebih dari 1 menit dimana dapat dikontrol oleh peralatan regulasi tegangan dan disebabkan oleh sebab lain dari gangguan sistem. Oleh karena itu tegangan kurang dikelompokkan sebagai variasi tegangan durasi panjang.
dengan recloser, maka dapat terjadi beberapa kali tegangan dip sesuai waktu setting. Sedangkan durasi waktu tegangan dip yang disebabkan oleh pengasutan motor kapasitas besar biasanya lebih lama, tetapi amplitudo tegangan dip tidak terlalu besar. Tegangan dip yang disebabkan oleh pengasutan motor kapasitas besar tidak cukup berpengaruh untuk menyebabkan peralatan listrik gagal operasi. Akibat dari tegangan dip oleh karena gangguan hubung singkat adalah sebagai berikut[5] : - Komputer dan jenis lain dari kontrol elektronik dapat kehilangan memori dan proses yang dikontrol menjadi kacau, untuk restart membutuhkan waktu yang lama. Jika tegangan dip mencapai kurang dari 50 %. - Pada industri, proses akan berhenti untuk tegangan dip sampai dengan 65 % dan penerangan akan berkedip.
1. Penyebab Tegangan Dip Tegangan dip dapat disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut[5] : - Secara umum disebabkan oleh gangguan pada sistem seperti gangguan hubung singkat. Gangguan yang sering terjadi pada sistem adalah gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah. - Pemikulan beban yang besar atau pengasutan motor berkapasitas besar. - Sesuatu yang terjadi pada saluran penyaluran daya seperti kecelakaan saat perbaikan dalam keadaan bertegangan, lightning ( petir ) dan benda jatuh yang menyebabkan gangguan ke tanah. - Perubahan beban yang berlebihan / diluar batas dari kemampuan sistem daya.
Karakteristik operasi beberapa peralatan listrik terhadap variasi tegangan adalah sebagai berikut[1] : - Rangkaian relai dan kontaktor akan trip pada tegangan dibawah 70 % tegangan nominal untuk waktu yang cepat. - Lampu flourescent dan lampu discharge intensitas tinggi ( HID ) akan padam pada tegangan dibawah 80 % dalam waktu beberapa cycle, sedangkan waktu penyalaan kembali memerlukan waktu yang cukup lama terutama lampu HID. - PLC akan trip pada tegangan kurang dari 90 % untuk waktu kurang dari 50 mdetik. - Pada pemrosesan data atau komputer, data akan langsung hilang bila tegangan dibawah 50 % untuk waktu beberapa cycle [1].
2. Akibat Dari Tegangan Dip Tegangan dip berpengaruh besar pada konsumen dengan beban listrik terutama peralatan elektronik yang sensitif terhadap perubahan tegangan. Jika terjadi pada saluran transmisi atau distribusi primer akan berpengaruh pada konsumen yang meliputi sektor[5] : residential ( perumahan ), komersial dan industrial. Tegangan dip ini dapat mempengaruhi operasi beban listrik sebelum CB bekerja untuk memadamkan gangguan. Dalam hal saluran yang dilengkapi
SIMULASI
Semarang, 24-25 Nopember 2005
1. Diagram Sistem Kelistrikan Untuk mensimulasikan tegangan dip pada sistem distribusi, sebelumnya harus memodelkan diagram sistem kelistrikan di Jurusan Teknik Elektro FT Undip seperti ditunjukkan pada gambar 1 ke dalam ATP EMTP.
A-68
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KETENAGALISTRIKAN 2005 Teknik Elektro Fak. Teknik – Universitas Diponegoro
PPE 1
BEBA
PPE 2 PPE 3 LVMDP G LAB
PPE
AC PPE 3
PPE 5 SDP LPF PPE 6 MDP LPF SUPLAI TRAFO 3ф LVMDP TE 20 kV 20 kV/400
SDP PE 1 MDP PE
SDP LPF 2 SDP LPF 3 PAC
SDP PE 2
SDP PE 3 CADANGA N SDP PP LVMDP DEKANAT T
SDP
SDP PB
Gambar 1. Diagram sistem kelistrikan Jurusan Teknik Elektro FT Undip.
Tampilan model rangkaian gambar 1 diatas dalam ATPDraw ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Tampilan model rangkaian distribusi. Dalam simulasi, peralatan dimodelkan sebagai berikut : a. Sumber Rangkaian model sistem distribusi dihubungkan dengan model sumber tegangan konstan. Dalam pemodelan sumber digunakan sumber AC tiga fasa yang ditanahkan sesuai dengan sumber yang digunakan.
Semarang, 24-25 Nopember 2005
b. Transformator Digunakan model transformator 3 fasa dengan pentanahan pada sisi belitan primer dan sisi belitan sekunder. Semua resistansi dan induktansi tergantung dengan frekuensi. Kejenuhan inti diabaikan dengan anggapan transformator tidak dibebani dengan beban penuh, perbedaan phasa antara belitan primer dan belitan sekunder juga diabaikan karena hanya satu transformator yang digunakan.
A-69
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KETENAGALISTRIKAN 2005 Teknik Elektro Fak. Teknik – Universitas Diponegoro
c. Kabel Kabel yang digunakan dalam sistem kelistrikan dimodelkan dengan Line RL. Admitansi diabaikan karena panjang saluran hanya beberapa ratus meter. d. Beban Beban terbagi dua, yaitu beban linier dan beban tak linier. Beban linier disimulasikan dengan paralel elemen R dan L. Nilai R dan L dihitung dari daya aktif dan daya reaktif beban yang bersangkutan. Sedangkan untuk beban tak linier seperti komponen elektronik pada komputer, lampu flourescent disimulasikan dengan sumber arus harmonik konstan. Spektrum arus harmonik dihitung berdasarkan penelitian sebelumnya[5] dan diberikan seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Spektrum linier[5]. H 3 5 PC 0.81 0.53 Lam 0.16 0.08 pu 6 TL
arus harmonik beban tak 7 0.25 0.02 9
9 0.09 0.02
11 0.05 0.01 4
13 0.04 0.00 8
2. Gangguan Satu Fasa Ke Tanah Pada Belitan Primer Transformator Simulasi gangguan terjadi pada terminal belitan primer transformator fasa ‘A’ dengan waktu 6 cycle sebelum alat proteksi bekerja. Untuk menampilkan amplitudo tegangan pada simulasi, maka pada model rangkaian diberikan pengukur tegangan ( probe volt ) yang ditempatkan pada sekunder trafo, terminal beban panel SDP PPE 2 dan SDP PP 1 seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Penempatan gangguan satu fasa pada terminal belitan primer transformator.
Gambar 4. Penempatan gangguan satu fasa pada terminal beban panel SDP PPE 2.
Semarang, 24-25 Nopember 2005
A-70
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KETENAGALISTRIKAN 2005 Teknik Elektro Fak. Teknik – Universitas Diponegoro
3. Gangguan Satu Fasa Ke Tanah Pada Terminal Beban Panel SDP PPE 2 Simulasi gangguan terjadi pada terminal beban panel SDP PPE 2 fasa ‘A’ dengan waktu 6 cycle sebelum alat proteksi bekerja. Untuk menampilkan amplitudo tegangan pada
simulasi, maka pada model rangkaian diberikan pengukur tegangan ( probe volt ) yang ditempatkan pada sekunder trafo, terminal beban panel SDP PPE 2 dan SDP PP 1 seperti pada gambar 4. .
HASIL SIMULASI DAN ANALISA 1. Gangguan Satu Fasa Ke Tanah Pada Belitan Primer Transformator Hasil simulasi ditunjukkan pada gambar 5 – 8 yang memperlihatkan amplitudo tegangan fasa – netral di terminal sekunder transformator, terminal beban SDP PPE 2 dan SDP PP 1. Simulasi gangguan terjadi pada belitan primer transformator fasa ‘A’ untuk waktu 6 cycle ( 120 mS ) sebelum alat proteksi bekerja. Gambar 7. Amplitudo tegangan fasa – netral di terminal beban SDP PPE 2 fasa ‘ A ‘.
Gambar 5. Amplitudo tegangan fasa – netral di sekunder trafo pada fasa ‘A’. Gambar 8. Amplitudo tegangan fasa – netral di terminal beban SDP PP1 fasa ‘ A ‘.
Gambar 6. Amplitudo tegangan fasa – netral di sekunder trafo pada fasa ‘B’.
Semarang, 24-25 Nopember 2005
Dari hasil simulasi saat terjadi gangguan pada belitan primer transformator di fasa A, maka tegangan fasa – netral di terminal sekunder trafo fasa A mengalami penurunan tegangan sebesar 2,6 % dari tegangan nominal, sedangkan tegangan fasa B ( fasa sehat ) mengalami kenaikan tegangan sedikit saja dari 233 V menjadi 234 V dan fasa C ( fasa sehat ) mengalami penurunan tegangan sedikit saja dari 233 V menjadi 232 V. Pada terminal beban SDP PPE 2 tegangan fasa A mengalami penurunan tegangan 2,5 % dari tegangan nominal, sedangkan pada fasa B mengalami kenaikan tegangan sedikit saja dari 238 V menjadi 239 V dan fasa C mengalami penurunan tegangan sedikit saja dari 238 V menjadi 237 V. Pada terminal beban SDP PP 1 tegangan fasa A mengalami penurunan tegangan sebesar 2,1 % dari tegangan nominal, sedangkan pada fasa B mengalami kenaikan
A-71
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KETENAGALISTRIKAN 2005 Teknik Elektro Fak. Teknik – Universitas Diponegoro
tegangan sedikit saja dari 234 V menjadi 235 V dan tegangan fasa C tetap. Dapat dianalisa bahwa penurunan tegangan yang terjadi di sekunder transformator pada fasa A sangat kecil sekali. Dari karakteristik kepekaan peralatan listrik terhadap tegangan dip[1], penurunan tegangan tersebut tidak akan mengganggu, sehingga tidak ada peralatan yang akan gagal bekerja karena terjadi gangguan satu fasa ke tanah. 2. Gangguan Satu Fasa Ke Tanah Pada Terminal Beban SDP PPE 2 Hasil simulasi ditunjukkan pada gambar 9 – 12 yang memperlihatkan amplitudo tegangan fasa – netral di terminal sekunder transformator, terminal beban SDP PPE 2 dan SDP PP 1. Simulasi gangguan terjadi pada terminal beban SDP PPE 2 fasa ‘A’ untuk waktu 6 cycle ( 120 mS ) sebelum alat proteksi bekerja.
Gambar 11. Amplitudo tegangan fasa – netral di terminal beban SDP PPE 2 fasa ‘ B ‘.
Gambar 12. Amplitudo tegangan fasa – netral di terminal beban SDP PP 1 fasa ‘ A ‘.
Gambar 9. Amplitudo tegangan fasa – netral di terminal sekunder trafo fasa ‘ A ‘.
Gambar 10. Amplitudo tegangan fasa – netral di terminal beban SDP PPE 2 fasa ‘ A’.
Semarang, 24-25 Nopember 2005
Dari hasil simulasi saat terjadi gangguan pada terminal beban SDP PPE 2 di fasa A, maka tegangan fasa - netral pada terminal beban SDP PPE 2 fasa A mengalami penurunan tegangan sebesar 6,7 % dari tegangan nominal, sedangkan pada fasa B mengalami kenaikan tegangan besar 1,7 % dari tegangan nominal dan fasa C mengalami penurunan tegangan sedikit saja dari 238 V menjadi 236 V. Pada terminal beban SDP PP 1 tegangan fasa A mengalami penurunan tegangan sebesar 3,8 %, sedangkan pada fasa B mengalami kenaikan tegangan sedikit saja dari 234 V menjadi 235 V dan tegangan fasa – netral pada fasa C tetap. Pada terminal sekunder transformator tegangan fasa – netral fasa A mengalami penurunan tegangan sebesar 3,8 %, sedangkan pada fasa B dan fasa C mengalami penurunan tegangan sedikit saja dari 233 V menjadi 232 V. Dapat dianalisa bahwa penurunan tegangan terbesar adalah 6,7 % di terminal beban SDP PPE 2 pada fasa A. Hal ini menunjukkan saat terjadi gangguan satu fasa ke tanah di terminal beban SDP PPE 2, tegangan dip di terminal beban SDP PPE 2 pada fasa A adalah 93,3 % tegangan nominal. Dari karakteristik kepekaan peralatan listrik terhadap tegangan dip[1], penurunan tegangan tersebut tidak akan
A-72
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KETENAGALISTRIKAN 2005 Teknik Elektro Fak. Teknik – Universitas Diponegoro
mengganggu beban pada titik gangguan dan juga tidak cukup mengganggu tegangan pada feeder paralel yang berhubungan langsung. Dari hasil kedua simulasi menunjukkan bahwa besar tegangan dip yang terjadi pada titik ukur yang sama adalah berbeda antara gangguan satu fasa ke tanah pada belitan primer transformator dan pada terminal beban SDP PPE 2. Tegangan dip yang terjadi di terminal beban SDP PPE 2 saat gangguan satu fasa ke tanah berada di terminal beban SDP PPE 2 lebih besar, dibandingkan saat gangguan satu fasa ke tanah berada di belitan primer transformator. Hal ini dipengaruhi oleh besar arus gangguan dan impedansi dari sumber ke titik gangguan. Pada kasus gangguan satu fasa ke tanah yang terjadi pada terminal beban SDP PPE 2, setelah gangguan hilang tegangan di fasa A, B dan C mengandung komponen harmonisa. Komponen harmonisa ini timbul akibat pengaruh konstanta – konstanta saluran yang terdapat antara titik sumber dan titik gangguan. Komponen ini akan semakin berkurang di fasa – fasa yang sehat. Untuk melihat hasil simulasi dalam bentuk angka dapat dilihat pada tabel 2. Pada tabel ini diperlihatkan pengaruh kegagalan pada belitan primer transformator fasa A dan pengaruh kegagalan pada terminal beban SDP PPE 2 fasa A. Tabel 2. Amplitudo tegangan dip Teg. Fasa Fasa A Fasa B Nom. C ( volt ) ( volt ) ( volt ) ( volt ) Kegagalan Kawat – Tanah Pada Terminal Primer Transformator Sek. Trafo 233 227 234 232 SDP PPE 2 238 232 239 237 SDP PP1 234 229 235 234 Terminal
Kegagalan Kawat – Tanah Pada Terminal Beban SDP PPE 2 Sek. Trafo SDP PPE 2 SDP PP 1
233 238 234
224 222 225
232 242 235
232 236 234
yang akan gagal bekerja baik pada titik gangguan dan pada feeder paralel yang berhubungan langsung. 4. Besar tegangan dip akibat hubung singkat satu fasa ke tanah tergantung pada besar arus gangguan dan impedansi dari sumber ke titik gangguan. DAFTAR PUSTAKA 1. Dave M., Mark McGranaghan, Effect of Voltage Sags in Proses Industry Aplication, http://www.dranetzbmi.com/pdf/ProcessIndustryAplications.pdf, Juni 2005. 2. EPRI, Electromagnetic Transients Program ( EMTP ), Version 1, Revised Rule Book, Vol.1:Main Program, EPRI EL-4541-CCMP, Palo Alto, California, April 1986. 3. EW. Gunther, H. Mehta, A Survey of Distribution System Power Quality – Preliminary Results, http://www.enernex.com/staff/papers.htm, Juni 2005. 4. Istantri Pratiwi, Program Komputer Untuk Menghitung Dan Menganalisa Beban Listrik Studi Kasus Di Fakultas Teknik UNDIP, Tugas Akhir, Teknik Elektro UNDIP, 2004. 5. RC. Dugan, Electrical Power System Quality, McGraw-Hill, New York, 1996. 6. Sulasno, Ir., Teknik dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Universitas Diponegoro, Semarang, 2001. 7. Wu Jun, Simulation of Power Quality Problem an a University Distribution System, Guangxi Water Resources & Electric Power Design Institute, PR. China. http://www.itee.uq.edu.au/~saha/pqpaper .pdf, Juni 2005 8. Zuhal, Dasar Tenaga Listrik Dan Elektronika Daya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
KESIMPULAN 1. Tegangan dip akibat gangguan satu fasa ke tanah pada belitan primer transformator hanya menimbulkan sedikit masalah dengan tegangan di terminal beban, sehingga dari perbandingan hasil simulasi dengan karakteristik kepekaan peralatan listrik terhadap tegangan dip, tidak ada peralatan yang akan gagal bekerja. 2. Dari perbandingan hasil simulasi tegangan dip akibat gangguan satu fasa ke tanah di terminal beban SDP PPE 2 dengan karakteristik kepekaan peralatan listrik terhadap tegangan dip, tidak ada peralatan
Semarang, 24-25 Nopember 2005
A-73