SATU TAHUN CINTA
Based On True Love Story
Aku lewati sang waktu Berjuta cinta datang silih berganti Aku takut diriku mulai tertipu lagi Perlahan aku merasa Terjerat dalam bingkai kata manismu Inilkah tanda ku mulai jatuh cinta Aku manusia yang butuh cinta Cinta suci dari Sang Maha Pecinta Akhirnya rasa cinta yang ada Menjadi cerita SATU TAHUN CINTA
“Jika engkau mencintai karena Allah, maka bersiap-siaplah dicemburui pada Nabi dan syuhada. Jika engkau mencintai karena Allah dan dalam naungan ridho-Nya, maka temuilah cinta dari Ar Rahman untuk orang-orang beriman” *** Aku masih duduk di meja belajar. Kerudung motif bunga-bunga menutupi gaun warna merah jambu yang kupakai. Buku “Zero To Hero” bertengger dalam barisan bukubuku di atas rak mejaku. Senyumku mengembang. Aku mengambil sebuah buku kecil kesayanganku, buku diary… ***
!
"!#$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$ %#
& ' $
$ $
*** Ceria, itu namaku. Sekolahku di SMA Negeri Satu.
“Halo, assalamualaikum..” Aku mengangkat HP yang sudah berdering beberapa kali. Tapi ketika aku mengangkat HP, seketika si penelfon mematikan sambungan. “Hhh..siapa sih yang miscall-miscall??” gerutuku dalam hati. “Siapa Cer??” tanya Vida. “Nggak tahu ni..ga ada namanya. Udah sepuluh kali miscall. “ “Emm mungkin cowok yang kemarin kenalan pas jambore itu? Itu tuh yang mukanya kayak makhluk ABCD gitu. Aligator Buaya Crocodile Darat!” “Kalo emang bener dia yang miscall-miscall, biar aku telfon sekalian biar jelas apa maunya!”
“Halo, ini siapa ya?? Kok miscall-miscall ke nomerku? Maksudnya apa?!” “Halo, maksudnya apa ya? Aku nggak miscall-miscall kok,” jawab yang ditelpon. “Eh mas, kalo bukan kamu yang miscall, dari mana aku dapat nomermu! Masih mau ngelak! Dasar nggak satria lu!” “Eh sabar dulu donk mbak. Aku tadi kan bilang aku nggak pernah miscall siapasiapa. Yang miscal tadi emang bener nomerku, tapi bukan aku yang miscall, tapi si Boris nih. Nih kalo nggak percaya, ngomong sendiri sama orangnya.” Tak disangka aku bertemu dia di sudut sekolah. “Hai Ceria, aku yang tadi miscall kamu pake nomernya Andre. Masih ingat kan kemarin kita kenalan waktu jambore. Nggak ada maksud apa-apa kok. Cuma pengen ketemu aja,” kata Boris. “Tuh bener kan. Ternyata yang tadi miscall-miscall makhluk ABCD ini,” tukas Vida.
“Eh sorry ya, temenku ini emang suka usil. Aku harap kamu nggak marah. Eh kita kenalan donk, namaku Andre dan ini Boris,” kata Andre pelan sambil mengulurkan tangan kanannya. Aku mendekapkan kedua tangan di dada. “Namaku Ceria, dan ini Vida. Yuk Vid kita pergi.” Aku mengajak sahabatku pergi dari tempat itu. *** ( * %
(+
) (
(
*** Sebuah ruangan rapat. Aku terlambat datang rapat. Andre sudah memulai rapat, ia yang memimpin rapatnya. Aku segera masuk dan duduk di kursi belakang. Andre memimpin pembentukan panitia kegiatan sekolah. Mataku tak pernah lepas dari Andre. Bahkan aku sampai-sampai tidak memperhatikan hasil rapat yang disampaikan Andre. Entah kenapa tanpa kusadari aku senyum-senyum sendiri. Selesai rapat kami pun jalan pulang bersama sampai di depan gerbang sekolah. “Cer, kuantar pakai motorku ya..” “Maaf Ndre, aku naik bis saja.” Aku menolak permintaan Andre. Walaupun sebenarnya aku sangat ingin, tapi aku tahu itu tidak boleh.
Masih tertinggal bayanganmu Yang telah membekas di relung hatiku Hujan tanpa henti seolah pertanda Biarkan aku menjaga perasaan ini Menjaga senenap cinta yang telah kau beri
***
, .
(
.
/ $
$
$
*** Aku duduk-duduk di kursi ruang tamu sambil membaca-baca buku. Tak lama HP ku berdering. Ada SMS, dari Andre. “Hai Cer, lagi ngapain?” SMS dari Andre. “Lagi baca buku,” balasku. Tak lama kemudian Andre menelponku. “Hai..” kata Andre. “Hai..Assalamualaikum donk..” jawabku. “Maaf..maaf…Assalamualaikum Ceria…Sedang sibuk ya? Sudah selesai bacanya?” “Waalaikumsalam Andre..Nggak sibuk. Ini lagi baca-baca kok. Lagi ngapain kamu Ndre…?” “Lagi…emm...lagi……nelpon kamu..” “Yee..itu mah nenek-nenek juga tahu…” *** (
$ ( + 0
(
( $
/
$
$
+
(
.
#
1 1
*** Toko Buku Social Agency. Aku dan Andre pergi berdua untuk mencari-cari buku. Tak disangka Vida juga ada disana. Aku kaget setengah mati. “Loh Ceria….???” Vida tampak terperangah melihatku bersama Andre. Lantas ia pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Aku terdiam tak berkata apa-apa. Aku merasa bersalah. *** (
$
*** Saat ramadhan tiba… Di sekolahku ada pesantren kilat. Mentoring pun di mulai… kami bergantian tilawah. “Dek, sekarang Mbak mau tanya, kenapa kalian ikut pesantren kilat ini? Apa karena pengen dapat nilai?” Mbak Delia membuka diskusi. “Yeee..nggak banget lagi Mbak..kita sukarela kok ikut ini. Pengen dapat ilmu,” kami serempak menjawab. “Kalau Ceria, kenapa ikut pesantren ini?” tanya Mbak Delia padaku.
“Kalau Ceria sih ikut karena temen-temen juga ikut. Akhir-akhir ini Ceria jarang ketemu Nelly sama Vida Mbak..padahal dulu kita kayak perangko. Tinggal dikasih lem sama amplop siap kirim tuh,” jawabku. “Ceria, kenapa jarang ketemu dengan teman-teman?” “Iya Mbak, Ceria sibuk pacaran tu Mbak...” celetuk Nelly. Aku hanya tersenyum malu. “Huuu…” sontak teman-teman satu lingkaran itu seperti menyindirku sambil bercanda. *** (
2
-
+
#
+
% "
# #
*** “Sebenarnya pacaran dalam islam itu gimana sih Mbak?” tanyaku. “Huu…” teman-teman kembali mengejekku sambil bercanda. “Kalau menurut kalian bagaimana? Pacaran itu boleh tidak?” “Tidaaaaakkkk” teman-teman menjawab serempak. “Eh pacaran itu boleh lho…” kata Mbak Delia. “Lhoh???” kami keheranan. “Iya, pacaran itu boleh………….kalo udah nikah…..” Mbak Delia tersenyum kecil. “Waktu Mbak seusia kalian, Mbak juga pernah jatuh cinta lho..” tambah Mbak Delia. “Yang bener Mbak?? Jatuh cinta sama cowok Mbak?? Ceritain donk Mbak…”
Mereka berkata Hidup itu indah Agar sejahtera tenang dan bahagia Warna-warna cinta yang terlukis di hatimu Akan mewarnai hatimu yang tulus dan suci
Mbak Delia pun bercerita… “Meski ada banyak keindahan dalam cinta itu, Mbak selalu merasa tidak tenang dalam hati. Mbak selalu gelisah. Anehnya rasa itu semakin menjadi-jadi saat Mbak dekat dengan orang itu yang Mbak anggap lebih sholeh dari Mbak. Ya, akhirnya Mbak putuskan untuk berpisah. Insya Allah keindahan cinta yang pernah Mbak rasakan itu Mbak rasakan lagi, bahkan akan berlipat ganda indahnya saat cinta itu berjalan bersama dengan indahnya cinta Allah…” Kata-kata Mbak Delia terus terngiang di telingaku.
Aku membuka-buka buku “La Tahzan” bersampul kuning. Tiba-tiba pintu rumahku diketuk. Kubuka pintu dan ternyata Andre sudah ada disana. “Assalamualaikum Ceria. Boleh aku masuk?” “Waalaikumsalam Ndre..” Kami pun duduk di ruang tamu agak berjauhan. “Ceria, ada apa sebenarnya? Kenapa terus menghindariku? Bahkan SMS pun tak pernah kamu balas. Apa aku punya salah?” Andre berkata pelan. Aku hanya menggeleng. Tanpa kurasa air mataku menetes. “Lalu kenapa?? Cer, kalau begini terus kayaknya nggak adil. Aku kan berhak tahu.” “Ndre..aku sangat menghormatimu. Aku juga sangat bahagia bersamamu. Aku juga baru merasakan warna-warni kehidupan setelah kita bersama…..” “Tapi…??” Andre menyela. “Tapi ini belum waktunya Ndre..Ini belum waktunya bagi kita untuk merasakan warna-warni itu. Aku ngerasa nggak tenang Ndre. Keindahan warna-warni cinta itu jadi rusak karena kita pakai sebelum waktunya. Ndre..aku ingin menjaga cinta itu sampai waktunya Ndre..Aku ingin merasakan warna-warni itu seutuhnya. Tanpa rasa gelisah. Tanpa rasa bersalah. Dan tanpa kehilangan sahabat-sahabatku. Sungguh Ndre..” “Ndre..kalau seseorang mencintai di jalan Allah, ia tidak hanya merasakan cinta itu di dunia, tapi di surga. Aku ingin…kita bisa merasakan cinta itu di surga Ndre…Sungguh aku ingin bisa merasakan manisnya cinta yang sempurna.” Tanpa terasa air mataku semakin deras.
“Ceria, kau tahu aku ingin membahagiakanmu...tertawa..ceria seperti namamu. Tapi kalau kehadiranku justru membuatmu sakit….aku…..Cer, apa aku menyakitimu?” Aku menggeleng pelan. Aku tertunduk. Air mataku terus mengalir. “Cer, apa yang membuatmu sakit, membuatku sakit berlipat. Kalau ini sudah keputusanmu, aku akan menghormatimu. Tapi aku belum bisa ikhlas seperti ikhlasmu. Doakan saja aku bisa menemukan keikhlasan itu…” Suasana jadi hening. “Kalau begitu aku pamit dulu Cer…Assalamualaikum” *** Keesokan paginya, matahari bersinar lebih cerah dari kemarin. Warna-warni kehidupan jadi lebih indah. Ya, hari ini 14 pebruari. Aku bersemangat untuk segera bertemu dengan sahabat-sahabatku di sekolah terutama sahabat-sahabat satu mentoring denganku. Sahabat-sahabatku dalam satu lingkaran cinta. “Assalamualaikum cinta…..” “Wah Ceria kok kelihatan ceria banget hari ini..” teman-teman kompak menyambutku. “Iya donk..kita harus selalu ceria setiap hari!” “Eh ini untuk kalian satu-satu. Ini untuk Vida, ini untuk Nelly, ini untuk Endah, ini untuk Nita dan ini untuk Delisa..” Aku membagikan coklat yang sudah kusiapkan semalam. “Eh apaan ni? Wah coklat…bagus banget bungkusnya. Eh ada tausiahnya juga lho..” “Yuk di baca bareng-bareng ya..” Dengan satu suara kami membacakan tulisan dalam kertas kecil yang kutulis semalam.. “Jika engkau mencintai karena Allah, maka bersiap-siaplah dicemburui pada Nabi dan syuhada. Jika engkau mencintai karena Allah dan dalam naungan ridho-Nya, maka temuilah cinta dari Ar Rahman untuk orang-orang beriman.” “Gimana? Keren kan? Siapa dulu donk yang bikin..hehe…” Aku tersenyum lebar. “Yeeeee…..” Kami tertawa bersama-sama. Indahnya cinta…
*** .
/
*** Pertemuan kita kali ini Bukan sekedar kawan lama tak jumpa Tapi kita bertemu ada satu makna Kita punya satu perjuangan
Andai ada kasih antara kita Kita kembalikan kepada Yang Esa Agar ia suci tulus dan ikhlas Semoga Alloh memberkati
Sambutlah tangan sahabat saudaramu Pimpinlah ia melangkah bersama Satukan hati kita teguhkan ia Berdiri bersama untuk kebenaran
Perjuangan itu artinya berkorban Berkorban itu artinya terkorban Janganlah gentar untuk berjuang Demi agama dan bangsa Inilah jalan kita
*** $
. (
$
-
3 .
$
!
"
!
"
% * +, .
# $ &'
-
/ ( &&
% (
)
& %
0 1% 2 !
1 3%
&
%
14
4 # 3
!
! &4 .( 6
3
5