PRAKTEK TIBBUN NABAWI DI RUMAH TERAPI SEHATI BALECATUR, GAMPING, SLEMAN, YOGYAKARTA (Studi Living Hadits)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk memenuhi sebagian Syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)
Oleh: RIKA RAHIM NIM. 12530007
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016
i
ii
iii
iv
HALAMAN MOTTO
م َج َ َٔ ٌ انهَ ِّ عَ َش ِ ْت دََٔا ُء انّدَا ِء ثَ َزَأ ثِإِذ َ م دَا ٍء دََٔاءٌ فَإِذَا أُصِي ِ نِ ُك
Artinya: "Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah 'azza wajalla"
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
KARYA INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA:
Almamater tercinta, tempat menimba ilmu: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Pon.Pes Nurul Ummah Putri Kotagede
Kedua Orang Tua: Abah dan Ibu tercinta
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987. Secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut.
I.
Konsonan Tunggal
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Nama
ا
Alif
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
ة
ba’
b
be
د
ta’
t
te
ث
sa’
s\
es (dengan titik di atas)
ج
jim
j
je
ح
h}a’
h}
ha (dengan titik di bawah)
خ
kha
kh
ka dan ha
د
dal
d
de
ذ
żal
ż
zet (dengan titik di atas)
ر
ra’
r
er
س
zai
z
zet
ص
sin
s
es
ع
syin
sy
es dan ye
ص
s}ad
s}
es (dengan titik di bawah)
ض
d}ad
d}
de (dengan titik di bawah)
ط
t}a
t}
te (dengan titik di bawah)
ظ
z}a
z}
zet (dengan titik di bawah)
ع
‘ain
‘
koma terbalik
غ
gain
g
ge
fa
f
ef
qaf
q
qi
ف ق
vii
ك
kaf
k
ka
ل
lam
l
‘el
و
mim
m
‘em
ٌ
nun
n
‘en
ٔ
waw
w
w
ِ
ha’
h
ha
ء
hamzah
‘
apostrof
٘
ya
Y
ye
II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap يتعّددح
ditulis
Muta’addidah
عّدّح
ditulis
‘iddah
III. Ta>’ marbutah di Akhir Kata ditulis h حكًخ
ditulis
H{ikmah
عهخ
ditulis
'illah
كزايخ األٔنيبء
ditulis
Karāmah al-auliyā'
سكبح انفطز
ditulis
Zakāh al-fit}ri
Ditulis
A
ditulis
fa’ala
ditulis
i
ditulis
żukira
ditulis
u
ditulis
yażhabu
IV. Vokal Pendek _____ َ
Fath}ah
فعم _____
kasrah
ِ ذكز ___ُ__ يذْت
d}amah
viii
V. Vokal Panjang 1
2
3
4
Fath}ah + alif
Ditulis
Ā
جبْهيخ
ditulis
jāhiliyyah
Fath}ah + ya’ mati
ditulis
ā
ٗتُظ
ditulis
tansā
Kasrah + ya’ mati
ditulis
i
كزيى
ditulis
karim
D{ammah + wawu mati
ditulis
ū
فزٔض
ditulis
furūd}
Fath}ah + ya’ mati
Ditulis
Ai
ثيُكى
ditulis
bainakum
Fath}ah + wawu mati
ditulis
au
قٕل
ditulis
qaul
VI. Vokal Rangkap 1 2
VII. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan Apostrof ااَتى
Ditulis
a’antum
اعّدّد
ditulis
u’iddat
نئٍ شكزتى
ditulis
la’in syakartum
VIII. Kata Sandang Alif + Lam Diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf "al". ٌانقزا
Ditulis
al-Qur’ān
انقيبص
ditulis
al-Qiyās
انظًبء
ditulis
al-Samā’
انشًض
ditulis
al-Syam
ix
IX. Huruf Besar Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). X. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut penulisannya. ذٖٔ انفزٔض
Ditulis
żawi al-furūd}
اْم انظُخ
Ditulis
ahl al-sunnah
x
KATA PENGANTAR
ثظى اهلل انزحًٍ انزحيى ٌ يحًّّدارطٕل اهلل ٔانصالح ّ اشّٓد اٌ الانّ االاهلل ٔاشّٓد ا,ٍة انعبنًي ّ انحًّد اهلل ر أيّب ثعّد,ٍٔانظّالو عهٗ اشزف األ َجييبء ٔانًزطهيٍ يحًّّد ٔعهٖٗ انّ ٔأصحبثّ أجًعي Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Peneliti sangat bangga terhadap karya yang sederhana ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Shalawat serta salam kami kepad Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya dan kepada para sahabatnya serta seluruh umat sampai akhir zaman. Skripsi ini membahas tentang pengobatan yang bersumber dari haditshadits Nabi Muhammad SAW yakni Praktek Tibbun Nabawi di Rumah Terapi Sehati Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta (Studi Living Hadits). Peneliti tidak berarti apa-apa tanpa bantuan dari beberapa pihak. Mereka semua yang patut peneliti ucapkan terima kasih adalah: 1. Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi PhD selaku Rektor UIN Sunan kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan belajar dan menuntut ilmu pada program sarjana jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan kalijaga Yogyakarta. 2. Bapak Dr. Alim Roswantoro, M.A selaku Dekan fakultas Ushuluddin dan pemikiran Islam UIN Sunan kalijaga Yogyakarta.
xi
3. Bapak Dr. Abdul Mustaqim M.A selaku ketua dan Bapak Afdawaiza M.Ag selaku sekretaris Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan kalijaga Yogyakarta. 4. Ibu Dr. Nurun Najwah, M.Ag sebagai pembimbing skripsi yang telah sabar dan senantiasa berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan wawasan keilmuan di bidang kajian Living Hadits guna menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Dr. Ahmad Baidowi, M.SI selaku dosen pembimbing akademik, yang dengan penuh perhatian memberikan bimbingan akademik mulai semester awal sampai akhir, sehingga proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. 6. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan kalijaga Yogyakarta yang dengan penuh semangat dan dengan memberikan ilmu pengetahuan serta wawasan yang mendalam. 7. Seluruh pihak yang terlibat dalam proses penelitian, kepada Bapak Ibnu Alwan beserta istri saya haturkan banyak terima kasih karena sudah mengizinkan penulis melakukan penelitian di lokasi praktek. Serta pihakpihak yang turut membantu dalam mendapatkan informasi data penelitian. 8. Seluruh pimpinan dan staf administrasi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan kalijaga Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan pelayanan yang baik selama penulis mengikuti perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.
xii
ABSTRAK Penelitian skripsi ini membahas mengenai Praktek pengobatan tibbun Nabawi di rumah Terapi Sehati yang ada di daerah Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta, metode pengobatan tibbun nabawi ini dilakukan secara langsung oleh bapak Ibnu Alwan untuk penyembuhan penyakit baik fisik ataupun non fisik. Pengetahuan yang dilahirkan dari praktek komunal yang menunjukan resepsi sosial masyarakat tertentu terhadap pemaknaan hadits. Fokus pembahasan skripsi ini dari penelitian skripsi ini adalah terkait dengan bagaimana praktek tibbun nabawi yang dilakukan di rumah Terapi Sehati dan bagaimana pemaknaan terapis dan pasien terhadap pengobatan tibbun nabawi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif . adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu melalui opservasi partisipan dan non-partisipan, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan mengenai analisis data yang digunakan dalam skripsi mencakup tiga proses, yaitu reduksi data, displai data, dan verifikasi data, selain untuk memudahkan penulis dalam memaparkan isi pembahasan, selain itu agar dapat mengetahui alasan dari berobat dengan menggunakan metode tibbun nabawi. Adapun hasil penelitian dalam penulisan ini yaitu pertama, praktek pengobatan tibbun nabawi di rumah Terapi Sehati melayani terapi pengobatan dan diagnosa ada tiga jenis terapi yang dilakukan seperti, terapi obat herbal, bekam, ruqyah. Tetapi terapi ruqyah adalah terapi primer yang sering dilakukan di rumah Terapi Sehati yang tangani secara langsung oleh bapak Ibnu Alwan dengan menggunakan teknik diagnosa ketika akan memulai terapi. Ada empat macam sebab gangguan terapi non fisik seperti, gangguan jin, sihir, penyakit ‘ain, dan penyakit psikis. Kedua, dalam praktek yang dilakukan oleh bapak Ibnu Alwan bersumber dari hadits, ketika melakukan terapi ruqyah beliau membacaakan ayatayat ruqyah yang telah ditentukan sesuai dengan jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Makna penggunaan hadits dalam praktek tibbun nabawi jika dikaitkan dengan menggunakan teori sosiologi pengetahuan dari Karl Mannheim mengklasifikasikan mengenai makna prilaku menjadi tiga macam makna yaitu: pertama, makna obyektif yaitu pengobatan tibbun nabawi merupakan praktek pengobatan yang berdasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang berfungsi sebagai penyembuh dari penyakit fisik dan non fisik. kedua, makna ekspresif yang menunjukan pada kesembuhan dari penyakit yang dirasakan, dan rasa ketenangan jiwa ketika selesai pengobatan. Makna Dokumenter sebagai suatu kebudayaan yang menyeluruh. Adapun mengenai asal-usul pengetahuan terhadap pengobatan tibbun nabawi yang dilakukan oleh bapak Ibnu Alwan yaitu latar belakang beliau yang mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Ruqyah Learning Center (LRC) yang dipimpin Ustadz Muhammad Nadzif Khalyani dari Jawa Timur.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................
i
SURAT PERNYATAAN .................................................................
ii
HALAMAN NOTA DINAS.............................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................
iv
HALAMAN MOTTO ......................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI .....................................................
vii
KATA PENGANTAR ......................................................................
xi
ABSTRAK ........................................................................................
xiv
DAFTAR ISI .....................................................................................
xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................
9
C. Tujuan dan kegunaan Penalitian ..........................................
9
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................
10
E. Kerangka Teori ....................................................................
12
F. Metode Penelitian ................................................................
13
G. Sistematika Pembahasan ......................................................
17
xv
BAB II. GAMBARAN UMUM TIBBUN NABAWI A. Pengertian Tibbun Nabawi...................................................
19
B. Tibbun Nabawi di Rumah Terapi Sehati ..............................
33
BAB III. PRAKTEK PENGOBATAN TIBBUN NABAWI DI RUMAH TERAPI SEHATI
A. Metode Pengobatan ................................................................
49
B. Dasar pengobatan ...................................................................
53
C. Memahami reaksi ruqyah .......................................................
65
D. Praktek Pengobatan di Rumah Terapi Sehati .........................
70
E. Resepsi Pasien terhadap Pengobatan Tibbun Nabawi............
77
BAB IV. MAKNA PENGOBATAN DENGAN MENGGUNAKAN TIBBUN NABAWI DI RUMAH TERAPI SEHATI A. Makna penggunaan hadits dalam praktek pengobatan ..........
82
B. Asal Usul Pengetahuan Pengobatan Tibbun Nabawi ............
87
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................
89
B. Saran-saran .............................................................................
91
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
92
LAMPIRAN-LAMPIRAN CURICCULUM VITAE
xvi
DAFTAR TABEL Tabel 1: perbedaan obat yang sudah jelas dalam al-Qur’an dengan obat konfensional Tabel 2: contoh tahapan diagnosa dan sasaran yang diobati Tabel 3: Ayat-ayat bacaan Ruqyah
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pengobatan dengan menggunakan metode tibbun nabbawi sering di lakukan masyarakat sebagai pengobatan yang dianggap herbal yang bersumber dari hadits Nabi Muhammad SAW. Salah satu tempat pengobatan yang menggunakan metode tibbun nabawi seperti pengobatan yang dilakukan di rumah Terapi Sehati yang didirikan oleh bapak Ibnu Alwan di Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta, dalam prakteknya beliau menggunakan terapi pengobatan dengan metode tibbun nabawi, besik beliau sebagai seorang ustadz dalam melakukan praktek pengobatan bersumber dari sebuah pelatihan yang beliau ikuti sekitar kurang lebih lima kali pelatihan tentang tibbun nabbawi, pengobatan yang direkomendasikan oleh Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi dua macam pengobatan yaitu terapi fisik dan non fisik. Di antara yang tergolong terapi non fisik seperti memperbaiki pikiran dan meyakinkan si penyakit, mendekatkan diri kepada Allah, rukyah Syar'iyah. dan yang tergolong terapi fisik seperti konsumsi herbal, bekam, pola makan yang sehat, kiroprasi, terapi ruqyah tidak hanya disebut sebagai terapi non fisik, taapi juga bisa dinamakan dengan terapi fisik karena terkadang ruqyah di gunakan untuk pengobatan yang sebab musababnya dapat dilihat secara fisik. Dalam praktek pengobatannya beliau lebih menekankan pada pengobatan dengan cara rukyah yang di dahului oleh pengobatan dengan diaknosa, sedangkan
1
2
pengobatan yang lainnya merupakan pengobatan yang direkomendasikan setelah pengobatan rukyah, rukyah yang beliau lakukan tidak hanya kepada penderita saja tetapi bisa kepada benda mati
seperti rumah, atau pun kendaraan yang
disebabkan oleh gangguan jin yang kemudian berpengaruh kepada pemiliknya. Dalam prkteknya beliau tidak hanya bersumber pada hadits saja tetapi beliau juga menggunakan bacaan ayat-ayat al-Qur‟an, sebagai bacaan ketika melakukan terapi pengobatan. Dalam praktek pengobatan yang dilakukan di rumah Terapi Sehati ini mempunyai visi dan misi dalam melakukan pengobatan yang menggunakan metode ala Nabi Muhammad SAW: Visi Rumah Terapi Sehati: “Menyehatkan Manusia dengan herbal dan pengobatan ala Nabi “Misi Rumah Terapi Sehati: “Melakukan edukasi kepada keluarga tentang pengobatan Nabi Muhammad SAW (kedokteran Islam) dan pelayanan pengobatan herbal dan pengobatan Nabi Muhammad SAW.” Pengobatan yang dilakukan di rumah Terapi Sehati menjelaskan bahwa semua gejala yang dialami manusia banyak yang disebabkan karena gangguan jin. Sehingga pengobatan yang cocok untuk dilakukan dalam menyembuhkan penyakit tersebut dengan menggunakan metode pengobatan ruqyah, terapi pengobatan yang termasuk pengobatan primer yang ada di rumah Terapi Sehati. Pengobatan yang ada di rumah Terapi Sehati semuanya hanya pengobatan pendukung setelah melakukan terapi ruqyah. Seluruh ayat di dalam al-Qur‟an telah dijelaskan secara global Nabi yang merinci dan menjelaskan maksudnya melalui hadits-haditsnya.1 Hadits bagi umat Islam merupakan suatu yang penting karena didalamnya terungkap banyak tradisi 1
Zeid B. Smeer, Ulumul Hadits pengantar studi hadits Praktis (Malang: UIN-Maang Press, 2008), hlm. 10.
3
yang berkembang pada masa Rasulullah SAW. Tradisi-tradisi yang hidup pada masa kenabian tersebut mengacu kepada pribadi Rasulullah SAW sebagai utusan Allah SWT. Adanya keberlangsungan suatu tradisi menjadikan umat Islam sekarang bisa memahami, merekam, dan melaksanakan tuntunan ajaran Islam yang sesuai dengan apa yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.2 Dalam kajian hadits, ada tiga bentuk objek penelitian,3 pertama, penelitian tentang otentisitas hadits. Pertanyaan yang dimunculkan adalah apakah sebuah hadits dipandang sebagai hadits yang benar-benar bersumber dari Nabi ataukah hanya buatan orang lain yang dinisbatkan kepada Nabi. Untuk tujuan itu Ulama hadits klasik menyusun metodologi penelitian hadits yang mencangkup kritik sanad dan kritik matan. Kedua, penelitian terhadap kandungan makna dalam hadits, baik secara tematik maupun satu persatu hadits. Dalam proses pemahaman terhadap matan hadits, para ulama dan sarjana yang teliti biasanya memperhatikan konteks historis kemunculaan hadits yang sedang dibahas. Konteks historis ini disebut dengan asbabul al-wurud. Ketiga, penelitian terhadap hadits-hadits (dan mungkin hasil pemahaman terhadap hadits) yang dipraktekan dan dilembagakan oleh masyarakat Muslim kontemporer. Bentuk amalan masyarakat yang diakuinya didasarkan pada haditshadits Nabi tertentu. Penelitian ini berkaitan dengan aspek sosiologis dan antropologis, Inilah yang disebut dengan living hadits.
2
Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadits dari Teks ke Konteks ( Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 173. 3
Sahiron Syamsudin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits dalam Pengantar (Yogyakarta: Teras, 2007), hlm. 30.
4
Adanya pergeseran pandangan tradisi tentang Nabi Muhammad SAW, yang berujung pada adanya pengakuan dan menjadikan hadits sebagai suatu yang mempersempit cakupan sunnah, menyebabkan kajian living hadits menarik untuk dikaji secara serius dan mendalam.4 Living hadits lebih didasarkan atas adanya tradisi yang hidup di masyarakat yang disandarkan kepada hadits. Menurut Alfatih Suryadilaga,5 ada tiga variasi dan bentuk living hadits. Ketiga bentuk tersebut adalah tradisi tulis, tradisi lesan, dan tradisi praktik. Uraian yang digagas ini mengisyaratkan adanya berbagai bentuk yang lazim dilakukan dan satu ranah dengan ranah lainnya terkadang saling terkait erat. Ketiga bentuk tersebut akan diuraikan sebagai berikut: Pertama, tradisi tulis menulis sangat penting dalam perkembangan living hadits. Tulis menulis tidak hanya sebatas sebagai bentuk ungkapan yang sering terpampang dalam tempat-tempat yang strategis seperti bus, masjid, sekolahan, pesantren, dan fasilitas umum lainnya. Ada juga tradisi yang kuat dalam khazanah khas Indonesia yang bersumber dalam hadits Nabi Muhammad SAW. sebagaimana terpampang dalam berbagai tempat tersebut. Kedua, tradisi lisan dalam living hadits sebenarnya muncul seiring dengan praktek yang dijalankan oleh umat Islam. Ketiga, tradisi praktik dalam living hadits ini didasarkan atas sosok Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan ajaran agama Islam.
4
Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadits (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 174. 5
Alfatih Suryadilaga, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadits ( Yogyakarta: Teras, 2007), hlm. 116- 123.
5
Berdasarkan uraian di atas, pengkajian hadits sebagai model ketiga dengan pendekatan ilmu bantu seperti ilmu sosial menarik dilakukan. Hal ini didasarkan kepada alasan bahwa kajian hadits dengan model living hadits akan mampu mengetahui sikap masyarakat dalam memahami makna sebuah hadits yang dipraktekan dalam kehidupan mereka.6 Model pemaknaan hadits sangatlah beragam yang diyakini oleh kehidupan masyarakat seperti penggunaan hadits dalam sebuah tradisi yang diyakini atas kebenarannya, Salah satunya dalam sebuah femomena pemaknaan hadits terhadap kesehatan manusia, Karena dalam bidang kesehatan, Nabi Muhammad SAW memberikan tuntunan pengobatan dengan cara ilmiah. Pengobatan alami ini tidak bertentangan dengan syara‟ yaitu Pengobatan dengan metode tibbun nabawi. Macam-macam pengobatan alamiah pada dasarnya dapat dikelompokan kepada tiga hal, sebagaimana disebutkan dalam hadits sebagai berikut:
ن ُ ْح َّد َثنَا َمزْوَانُ ب َ ِن يُى ُنسَ أَبُى انْحَارِث ُ ْج ب ُ ْسزَي ُ ن عَبّْدِ انزَحِي ِم َأخْ َبزَنَا ُ ْحّمَّدُ ب َ حَّدَ َثنِي ُم ُصهَى انهَه َ ِعنْ انَنبِي َ ٍن عَبَاس ِ ْعنْ اب َ سعِيّدِ بْنِ جُ َب ْي ٍز َ ْشجَاعٍ عَنْ سَاِنمٍ انْأَفْطَسِ عَن ُ م َأوْ كَيَ ٍت ِبنَارٍ َوأَنَا ٍس َع َ ِشزْبَت َ ْش ْزطَتِ ِمحْجَمٍ َأو َ ل انّشِفَا ُء فِي َثهَاثَ ٍت فِي َ سهَمَ قَا َ عهَيْهِ َو َ ي ّ َأَ ْنهَى ُأ َمتِي عَنْ ا ْنك “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdurrahim telah mengabarkan kepada kami Suraij bin Yunus Abu Al Harits telah menceritakan kepada kami Marwan bin Suja‟ dari Salim Al Afthas dari Sa‟id bin Jubair dari Ibnu Abbas dari Nabi Shallallahu „alaihi wasallam beliau bersabda:” Terapi pengobatan itu ada tiga cara, yaitu: berbekam,
6
Umi Sumbulah, Islam dan Ahlul Kitab Perspektif Hadits Dilengkapi dengan Kajian Living Sunnah (Malang: UIN- MALIKI PRESS, 2012), hlm. 5.
6
minum madu dan kay (menempelkan besi panas pada daerah yang terluka), sedangkan aku melarang ummatku berobat dengan kay.”7 Hadits tersebut menjelaskan tentang terapi pengobatan menurut Nabi Muhammad SAW ada tiga cara, yaitu: pengobatan dengan cara bekam, minum madu dan kay. Ketiga pengobatan tersebut boleh dilakukan sebagai perantara kesembuhan kecuali pengobatan kay karena pengobatan tersebut dapat membahayakan bagi pasien. Dalam hadits di atas bahwa Rasulullah saw menerangkan bahwa pengobatan dengan bekam, madu, dan melarang berobat dengan kay.8 Pengobatan dengan madu memiliki banyak manfaat, madu memiliki efek yang dahsyat dalam menyembuhkan penyakit kanker, penggunaan madu dalam mengobati penyakit kanket kulit, penyakit yang menyerang kulit tidak bisa ditangani oleh obat terbaik apa pun.9 Pengobatan dengan bekam yaitu teknik terapi pengobatan dengan jalan membuang darah kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Bekam diyakini memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, dengan mengeluarkan darah kotor yang berpotensi mengandung toksin dengan dikeluarkannya toksin dan sel darah yang rusak atau tidak bagus kinerjanya maka tubuh lebih sehat, dapat memperbaiki fungsi organ tubuh, dapat menambah antibodi tubuh. Perintah
7
Hadits Riwayat Bukhari, kitab: Pengobatan, Bab: Kesembuhan dalam tiga hal, No 5.249 dalam Lidwa Pustaka i-Software- Kitab 9 Imam Hadits. 8
Kay adalah cara pengobatan dengan memakai bahan tumbuhan yang dibakar pada titiktitik tertentu dari tubuh, sehingga daya panas yang ditimbulkan menembus permukaan kulit, otot, fascia, dan jaringan di bawahnya hingga menimbulkan reaksi pengobatan. 9
Daem Abdel, Pengobatan Qur’ani manjurnya berobat dengan al-Qur’an ( Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 61.
7
untuk melakukan pengobatan dengan cara bekam telah dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad SAW:
َن َأبِي هُزَ ْيزَة ْع َ َسَهّمَت َ عّمْزٍو عَنْ أَبِي َ ن ِ ْحّمَ ِّد ب َ ن ُم ْ َسَهّمَ َت ع َ ن ُ ْحّمَا ُد ب َ غسَانُ حَّدَثَنَا َ ح َّد َثنَا َ ن بِهِ خَ ْي ٌز فَفِي َ ْن فِي شَيْ ٍء ِمّمَا تَّدَاوَو َ ن كَا ْ ل ِإ َ سهَ َم قَا َ عهَيْ ِه َو َ صهَى انهَ ُه َ أَنَ َرسُىلَ انهَ ِه ِانْحِجَا َمت “Telah menceritakan kepada kami Ghassan berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Muhammad bin 'Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah berkata; Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika ada metode pengobatan yang kalian praktekkan terdapat kebaikan padanya, maka itu adalah pada hijamah (pembekaman)”10 Kedua hadits tersebut secara jelas menjelaskan tentang anjuran untuk berobat dengan menggunakan madu dan bekam sebagai pengobatan yang bersumber pada Nabi Muhammad SAW. selain kedua bentuk pengobatan yang dianjurkan oleh Nabi, Nabi memperbolehkan pengobatan rukyah yang salah satu sistem pengobatannya menggunakan terapi dengan bacaan ayat-ayat al-Qur‟an. Salah satu hadits yang menerangkan pengobatan dengan cara rukyah:
ن ِ َحّم ْ ن عَبّْدِ ان َز َ ْحصَيْنَ ب ُ ت ُ ْل سَ ِّمع َ شعْبَ ُت قَا ُ ن عُبَا َد َة حَّدَ َثنَا ُ ْح ب ُ ْق حَّدَثَنَا رَو ُ حَّدَثَنِي ِإسْحَا صهَى انهَ ُه َ ن َرسُىلَ انهَ ِه َ س َأ ٍ ن عَبَا ِ ْجبَ ْي ٍز فَقَالَ عَنْ اب ُ ن ِ ْسعِي ِّد ب َ َعّدًا عِنّْد ِ ت قَا ُ ْل ُكن َ قَا ن َ حسَابٍ ُه ْم انَذِينَ نَا َيسْ َتزْقُى ِ جنَ َت ِمنْ ُأ َمتِي سَ ْبعُىنَ َأنْفًا ِب َغ ْي ِز َ ْم ان ُخ ُ ْل يَّد َ سَه َم قَا َ عهَيْهِ َو َ َن وَعَهَى رَبِهِ ْم يَتَ َى َكهُىن َ طيَزُو َ َونَا يَ َت “Telah menceritakan kepadaku Ishaq telah menceritakan kepada kami Rauh bin Ubadah telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dia berkata; saya mendengar Hushain bin Abdurrahman dia berkata; saya berdiri di samping Sa'id bin Jubair lalu dia berkata; dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Ada tujuh puluh ribu 10
Hadits Riwayat Ahmad, , kitab: Pengobatan, Bab: Hijamah , No 9.106 dalam Lidwa Pustaka i-Software- Kitab 9 Imam Hadits.
8
orang dari umatku yang masuk surga tanpa hisab, yaitu yang tidak meminta dirukyah (pengobatan dengan jampi-jampi, atau mantera), tidak berfirasat sial karena melihat burung dan hanya bertawakkal kepada Tuhan mereka.” 11 Pengobatan dengan metode tibbun nabawi merupakan sebuah pengobatan yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, dimana dalam praktek pengobatan ini menggunakan obat-obatan yang herbal yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, obat herbal yang
alami tidak berbahaya bagi tubuh manusia, Allah
menurunkan penyakit kepada manusia pasti ada obatnya selama manusia berusaha untuk mengobati penyakit yang ia miliki. Hadits mengandung penetapan sebab dan musabab “Setiap penyakit ada obatnya”, boleh jadi bersifat umum sehingga meliputi penyakit yang mematikan dan penyakit yang secara medis tidak mungkin dapat disembuhkan. Allah „Azza Wa Jalla telah menjadikan baginya obat yang dapat menyembuhkannya, tetapi Allah menyembunyikan pengetahuan tentang hal itu dari manusia dan menjadikan dari mereka jalan kepadanya. Sebab makhluk tidak mempunyai ilmu kecuali apa yang diajarkan Allah kepada mereka. Oleh karena itu, maka Nabi Muhammad SAW mengomentari kesembuhan itu, sebagai kecocokan obat dengan penyakit. Sebab tidak ada sesuatu apapun dari makhluk yang tidak mempunyai lawan. Maka setiap penyakitpun mempunyai obat yang menjadi lawannya, sehingga ia diobati dengannya.12
11
Hadits Riwayat Bukhari, Sahih Bukhari, kitab: hal-hal yang melunakan hati, Bab: siapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupi-Nya, No 5.991 dalam Lidwa Pustaka i-Software- Kitab 9 Imam Hadits. 12
Ibn Qayyim al-Jauziyah, Pengobatan Cara Nabi ( Bandung: Pustaka, 2005), hlm. 11.
9
Pengobatan ala Nabi memiliki unsur ilahiyah. Unsur ini membuat perbandingan antara pengobatan Nabi dengan pengobatan dokter mirip dengan perbandingan antara pengobatan dokter dengan pengobatan tradisional. Para ahli kesehatan mengakui fakta ini. Ilmu kesehatan yang mereka kuasai merupakan hasil dari analogi, eksperimentasi, visi dan hipotesis. Kedokteran ala Nabi memang berbeda dengan ilmu medis para dokter pada umumnya. Kedokteran Nabi bersifat pasti dan absolut serta bernilai kedokteran illahi, berasal dari wahyu dari lentera kenabian serta kesempurnaan intelegensi.13 Secara khusus tibbun nabawi tidak ada dalam hadits, hanya dapat diartikan apa-apa yang dilakukan atau disarankan oleh Nabi dalam mengobati penyakit fisik ataupun non fisik. dalam praktek pengobatan yang berlandaskan pada hadits Nabi Muhammad SAW. Pengobatan ala Nabi merupakan pengobatan yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia serta tidak ada efek sampingnya ketika mengkonsumsi obat-obat herbal maupun pada praktek pengobatannya.Pengobatan ala Nabi Muhammad SAW banyak macam-macamnya untuk mengobati berbagai macam penyakit karena pengobatan tibbun nabawi berbeda dengan pengobatan konvensional dalam pengobatan tibbun nabawi yang diobati sumber permasalahannya,
sedangkan
pengobatan
konvensional
penyakit hanya
atau
mengobati
gejalanya saja. Berangkat dari fenomena ini, penulis tertarik untuk meneliti serta mengkaji fenomena tersebut secara mendalam, Dalam penulisan penelitian skripsi 13
hlm.42.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Metode Pengobatan Nabi ( Jakarta: Giya Ilmu, 2004),
10
ini penulis hanya memfokuskan pada praktek pengobatan tibbun nabawi dengan praktek pengobatan rukyah yang ada di rumah Terapi Sehati, yang merupakan pengobatan primer dari pengobatan yang lain. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana praktek tibbun nabawi yang dilakukan di rumah Terapi Sehati? 2. Bagaimana pemaknaan terapis dan pasien terhadap pengobatan tibbun nabawi? C. Tujuan dan kegunaan 1. Tujuan a. Mengetahui praktek tibbun nabawi di rumah Terapi Sehati. b. Mengetahui pemaknaan hadits dari seorang terapis dan pasien terhadap pengobatan tibbun nabawi. 2. Kegunaan a. Mengetahui bagaimana sebuah praktek pengobatan yang di lakukan di rumah Terapi Sehati oleh Bapak Ibnu Alwan dengan menggunakan metode tibbun nabawi. b. Menambah pengetahuan informasi kepada pembaca terhadap pemaknaan hadits menurut terapis dan pasien terhadap pengobatan alternatif yang bersumber dari hadits-hadits Nabi Muhammad SAW.
11
D. Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penelitian yang lebih mendalam, penulis berusaha untuk melakukan analisis terlebih dahulu terhadap pustaka-pustaka yang mempunyai hubungan dengan topik yang akan dibahas, diantaranya: “ Hadits-hadits tentang Pengobatan Nabi dengan Madu (Studi kritik Sanad dan Matan)” karya Muhammad Khausul Amal. Skripsi ini menjelaskan tentang sejauh mana kualitas sanad dan matan yang membicarkan tentang pengobatan Nabi dengan madu. Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan kaidahkaidah keshahihan hadits, karena ada satu hadits yang dinyatakan sebagai hadits yang lemah sanadnya dan shahih secara matan yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.14 “ Hadits-hadits tentang Bekam sebagai Pengobatan yang Mujarab (Studi Ma‟anil Al-hadits” karya Mohammad Farah Ubaidillah. Skripsi ini menjelaskan hadits tentang bekam dengan melihat tinjauan redaksional hadits Nabi baik berupa analisis sanad, analisis matan serta pemahaman hadits dari segi keduanya. “Fenomena Pengobatan dengan Cara Bekam di Rumah Sehat Alami ISMEC, Karangbendo, Banguntapan, Bantul (Studi Pemahaman terhadap hadits tentang bekam)” karya Yazid Indra Sukma. Skripsi ini menjelaskan tentang hadits-hadits tentang pengobatan dengan bekam dan dipraktekan dalam di Rumah Sehat Alami ISMEC, Karangbendo, Banguntapan, Bantul. Pengobatan yang dilakukanpun merujuk pada metode Nabi Muhammad SAW.15
14
Muhammad Khausul Amal “Hadits-hadits tentang Pengobatan Nabi dengan Madu (Studi kritik Sanad dan Matan)”, Skripsi Fakultas Ushuluddinn UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2005.
12
“Metode Pengobatan Nabi” yang ditulis oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, yang menjelaskan tentang macam-macam pengobatan yang direkomendasikan oleh Nabi baik penyakit fisik ataupun penyakit non fisik.16 Semua literatur di atas membahas tentang macam-macam pengobatan Nabi secara tematik dengan jenis penelitian library research, yang membedakan dengan skripsi ini dengan skripsi lain, penulis akan membahas mengenai praktek tibbun nabawi, jenis-jenis penyakit yang pengobatannya berdasarkan perintah Rasulullah. Dari sini peneliti akan lebih menekankan pembahasan terhadap hubungan antara praktek tibbun nabawi dengan resepsi masyarakat terhadap pengobatan tibbun nabawi yang berpijak dengan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. E. Kerangka Teori Manusia dapat dibentuk oleh masyarakat, konsekuensi kehidupan manusia dalam masyarakat tidak akan begitu jauh yakni keluwesan perilakunya17. Karl Mannheim berusaha untuk mengungkapkan ruang lingkup sosiologis sistematis, yakni berbagai bentuk kehidupan, dia juga salah satu orang yang pertama kali melakukan kajian ideologi politik melalui analisis sosiologis. Upayanya itu dianggap sebagai titik awal dari pemikir lainnya dalam mempelajari berbagai
16
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Metode Pengobatan Nabi, hlm.10. 17
Soerjono Soekanto, Karl Manhheim Sosiologis Sistematis ( Jakarta: RAJAWALI, 1985), hlm. 7.
13
sistem ideologi yang ada. Konsep sosiologi Mannheim selalu mengacu kepada pemikiran pengetahuan mengenai cara suatu masyarakat itu berperan.18 Karl Mannheim mendefinisikan sosiologi pengetahuan sebagai teori sosial atau pengkondisian dalam eksistensial pikiran, sosiologi pengetahuan menurut Mannheim mempunyai tugas untuk memecahkan masalah pengkondisian sosial dari pengetahuan. Dalam penelitian living hadits yaitu praktek tibbun nabawi, penulis menggunakan teori yang ditawarkan oleh Karl Mannheim mengenai makna prilaku di mana dibagi menjadi tiga macam, yaitu: makna obyektif, ekspresif, dan dokumenter. Makna obyektif adalah makna yang ditentukan oleh konteks sosial di mana tindakan berlangsung, makna obyektif ini juga bisa disebut sebagai makna dasar. Makna ekspresif adalah makna yang ditunjukan dari setiap aktor atau prilaku tindakan. Sedangkan makna dokumenter adalah makna yang tersirat atau tersembunyi, sehingga prilaku tindakan tersebut tidak sepenuhnya menyadari bahwa suatu aspek yang diekspresikan menunjukan kebudayaan secara menyeluruh. F. Metode Penelitian Supaya peneliti dapat menyusun penelitian dengan baik, maka peneliti memilih metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti secara langsung ke lapangan yang telah ditentukan 18
hlm. 43.
Boedi Oetoyo, dkk. Teori Sosiologi Klasik ( Tanggerang: Universitas Terbuka, 2014),
14
sebagai objek penelitian. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penulisan deskripsif-kualitatif. Sebagai
praktek
oprasionalnya,
peneliti
mencoba
memahami
dan
mengungkapkan fenomena yang dialami oleh bapak Ibnu Alwan terkait keyakinan yang berasal dari pengalaman. Perjalanan dalam latar belakang sosial beliau, dan pasien yang berobat di rumah Terapi Sehati yang berasal dari kota Yogyakarta maupun dari luar daerah yang berobat sesuai dengan keluhan yang diderita apa yang dia rasakan, pengobatan yang dilakukan sesuai dengan melihat latar belakang sosial akan terkuak kekuatan-kekuatan yang tidak kelihatan yang mendasari pengetahuan.19 2. Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi dalam penelitian ini terletak di Perum Jatisari Asri, Blok D1-3, RT/RW 19/44, jalan Wates, KM 9, Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Mengenai waktu penelitian, peneliti observasi pada bulan Januari sampai April di kediaman Bapak Ibnu Alwan. Secara teknik pelaksanaan, peneliti mencoba untuk mengikuti praktek-praktek pengobatan dengan metode tibbun nabawi di rumah Terapi Sehati dan mencoba berdialog kepada beliau di waktu senggang serta meminta pendapat pasien-pasien yang berobat ke sana. 3. Subyek Penelitian dan Sumber data Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah informan yaitu Bapak Ibnu Alwan sebagai pelaku terapi utama dalam praktek tibbun nabawi dan Pasien yang pernah berobat yang sempat meluangkan waktunya untuk dimintai informasi 19
Fanani Muhyar, Metode Studi Islam: Aplikasi Sosialogi pengetahuan sebagai cara Pandang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 59.
15
tentang berapa kali pengobatan, sakit yang dirasakan, serta mengapa menggunakan pengobatan tibbun nabawi, baik pasien yang baru pertama kali melakukan terapi rukyah maupun pasien yang sudah sering melakukan terapi rukyah. Subjek penelitian di atas yaitu orang-orang yang akan diwawancarai langsung untuk memperoleh dan informasi mengenai metode pengobatan tibbun nabawi di rumah Terapi Sehati bapak Ibnu Alwan. Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian yaitu, objek material dalam penelitian ini adalah praktek tibbun nabawi. Sedangkan objek formalnya adalah pemaknaan dalam menggunakan landasan hadits Nabi sebagai Pengobatan. 4. Metode Pengumpulan Data a. Observasi Metode observasi digunakan untuk mendapatkan data hasil pengamatan. Pengamatan bisa dilakukan terhadap sesuatu benda, keadaan, kondisi, situasi, kegiatan, proses atau penampilan tingkahlaku seseorang.20 Ada dua macam teknik observasi, yaitu participant observation dan non participant observation. Dalam penelitian ini kedua macam teknik observasi tersebut akan digunakan dalam melakukan penelitian, kaitannya sebagai participant observation (pengamatan terlibat), yakni penelitian akan terlibat dalam praktek rukyah yang dilakukan di rumah terapi sehati. Selain itu, penelitian juga menggunakan teknik non participant observation yakni pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang diteliti. Dalam kaitannya dengan non-participant 20
Sanapiah Faisal, Format-format Peneliian Sosial (jakarta: PT Rajagafindo Persada, 2010), hlm. 135.
16
observation, penelitian mengamati kegiatan yang akan diteliti maupun gejalagejala yang terjadi pada objek penelitian. b. Interview Interview atau wawancara merupakan salah satu teknik pokok dalam penelitian kualitatif. Interview dalam penelitian kualitatif menurut Denzim dan Lincoln adalah percakapan seni bertanya dan mendengar. Dalam wawancara, peneliti harus membuat rumusan-rumusan pertanyaan, meskipun tidak tertulis, namun selalu didasarkan pada tujuan penelitian, menggunakan konsep baku, sehingga bersifat ilmiah.21 Dalam penelitian ini, peneliti akan memilih informan yang berobat di rumah sehat sehati untuk diwawancarai guna memperoleh data dan informasi mengenai bagaimana sebuah praktek pengobatan tibbun nabawi dirumah sehat sehati bapak Ibnu Alwan. c. Dokumentasi Teknik dokumentasi yaitu sumber data berupa catatan atau dokumentasi,22 penulis akan mendokumentasi semua praktek yang berhubungan dengan pelaksanaan praktek pengobatan tibbun nabawi di rumah terapi sehati bapak Ibnu Alwan. Metode ini digunakan untuk menyempurnakan data yang diperoleh dari metode observasi dan wawancara. Yang meliputi rekaman kegiatan, catatan sejarah dan tulisan-tulisan yang dapat dijadikan rujukan dan memperkaya data temuan. 21
Moh Soehadha, Metode Penulisan Sosial Kualitati untuk Studi Agama (Yogyakarta: SUKA Press, 2012), hlm. 130. 22
Sanapiah Faisal, Format-format Peneliian Sosial, hlm. 52.
17
5. Teknik Pengolahan Data Pertama, peneliti melakukan reduksi data
yaitu penyeleksian dan
memfokuskan dari catatan lapangan. Semua data yang diperoleh dalam pengumpulan data (observasi, Interview, Dokumentasi) dipilah-pilah dan diseleksi. Sehingga didapatkan data sesuai dengan penelitian.23 Kedua, proses display data peneliti melakukan metode analisis, yaitu metode yang dimaksud untuk pemeriksaan secara konseptual atas realitas yang terjadi, kemudian diklasifikasi sesuai dengan permasalahan dengan maksud untuk memperoleh kejelasan atau realitas sebenarnya.24 Mengaitkan hubungan antar fakta tertentu menjadi data. Ketiga, proses verifikasi. Pada tahap ini peneliti telah mulai melakukan penafsiran
(interpretasi)
terhadap
data,
sehingga
data
yang
telah
diorganisasikannya itu memiliki makna yang kemudian di kaitkan pengan teori Karl Mannheim dimana menurutnya ada tiga makna perilaku manusia dalam melalukan tindakan. Dalam tahap ini interpretasi data dapat dilakukan dengan cara membandingkan, melihat kasus perkasus, dan melakukan pengecekan hasil interview dengan informan dan observasi. Di samping itu, dalam proses ini peneliti juga telah menyajikan sebuah jawaban atas rumusan masalah.
23
24
Moh Soehadha, Metode Penulisan Sosial Kualitati untuk Studi Agama, hlm. 130.
Lois O Katrsoff, Pengantar Filsafat, terj. Suyono Sumargono (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992), hlm. 18.
18
G. Sistematika Pembahasan Agar mempermudah dalam proses penyusunan skripsi ini, maka penulis akan merumuskan sistematika pembahasaan, yaitu: Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisikan tentag latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sistematika pembahasan. Pengertian tibbun nabawi. Bab Kedua, merupakan gambaran umum mengenai tibbun nabawi menjelaskan secara umum tentang pengertian tibbun nabawi jenis pengobatan tibbun nabawi secara umum ada tiga macam seperti obat-obat herbal, rukyah dan bekam. Menjelaskan gambaran pengobatan tibbun nabawi di rumah terapi sehati seperti: latar belakang pendirian, tujuan pendirian, metode pengobatan, dasar pengobatan dan proses pengobatan seperti persiapan rukyah, cara terapi rukyah sebab gangguan jin dan sihir, cara terapi rukyah „ain, cara terapi psikis. Bab ketiga, berisi deskripsi pengobatan di rumah terapi sehati, praktek pengobatan di rumah terapi rukyah sehati, resepsi pasien terhadap pengobatan tibbun nabawi seperti alasan pasien memilih pengobatan tibbun nabawi dan hasil dari pengobatan. Bab Keempat, berisi makna pengobatan dengan menggunakan tibbun nabawi dan menerapkannya dengan teori yang digunakan sebagai kacamata dalam penelitian ini. Bab Kelima, bab yang berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan sekaligus menjadi jawaban dari rumusan masalah, saran-saran, dan kata penutup.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan kajian living hadits di daerah Gamping, Sleman, Yogyakarta terhadap praktek tibbun nabawi di rumah terapi sehati, peneliti berkesimpulan bahwa secara garis besar penggunaan hadits pada pengobatan yang dilakukan oleh bapak Ibnu Alwan sebagai dasar dari praktek pengobatan yang dilakukan dan bersumber dari hadits-hadits Nabi Muhammad SAW yang dapat direspon oleh keluhan pasien. Dalam praktek pengobatan yang dilakukan di rumah terapi sehati diantaranya seperti, rukyah, bekam, obat herbal dan pengobatan kiropraksi (pembetulan tulang belakang). Diantara ketiga pengobatan tersebut yang lebih primer dalam melakukan praktek pengobatan yaitu dengan terapi rukyah dan kedua pengobatan yang lainnya hanya sebagai pengobatan yang direkomendasikan setelah melakukan terapi rukyah. Karena Secara teori praktek rukyah syar’iyyah sebagai bacaan penyembuh atau pelindungan yang terdiri atas ayat-ayat al-Qur’an dan do’a-do’a Nabi Muhammad SAW. akan tetapi, jika melihat substansi dari penyakit dan obat yang Rasulullah merekomendasikan, ternyata bahan-bahan alami yang disebut herbal nabawi tersebut dapat memberikan manfaat jika disenergikan dengan rukyah syar’iyyah untuk mengatasi gangguan jin atau sihir salah satunya seperti bekam dan diremendasikan dengan mengkonsumsi obat-obat herbal, seperti: madu, habbatussauda, zaitun, talbinah.
92
93
Pengobatan dengan terapi rukyah di rumah terapi sehati adalah pengobatan penyakit yang berasal dari sebab non fisik, seperti gangguan jin, sihir, penyakit ‘ain dan psikis. Yang setiap penyakit yang disebabkan oleh gangguan-gangguan tertentu penanganan yang dilakukan berbeda-beda dengan do’a-do’a tertentu. Adapun makna berdasarkan pada teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim meliputi tiga kategori makna yaitu, makana obyektif, makna ekspresif dan makan dokumenter. Apabila makna tersebut dipaparkan menurut pasien secara umum, semua ini dapat menunjukan pada suatu makna obyektif yang sama yaitu memandang bahwa tibbun nabawi adalah pengobatan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Terutama pengobatan dengan cara rukyah yang menggunakan bacaan-bacaan ayat al-Qur’an yang telah di tentukan oleh perukyah. Makna ekspresif dari pasien secara umum, mereka berharap kesembuhan dengan pengobatan tibbun nabawi dan ketenangan jiwa setelah melakukan terapi tersebut. Ada juga sebagai praktis yang menunjukan pada makna obyektif, secara umum pengobatan tibbun nabawi merupakan pengobatan yang di anjurkan oleh Nabi Muhammad SAW yang dipraktekan oleh manusia dalam mengobati berbagai keluhan penyakit, makna ekspresif yang dianggap oleh peneliti adalah tujuan dari bapak Ibnu Alwan dalam mengenalkan praktek pengobatan yang sifatnya ilahiyah yang bersumber dari hadits-hadits Nabi Muhammad saw yang dapat memberi kesembuhan terhadap pasien yang memiliki berbagai macam keluhan penyakit, makna dokumenter yang dianggap oleh peneliti adalah praktek pengobatan yang dilakukan oleh bapak Ibnu Alwan beliau telah berkontribusi dalam menjaga tradisi budaya pengobatan dengan yang
94
bersumber dari hadits-hadits Nabi Muhammad SAW yang kemudian beliau praktekan sebagai metode penyembuhan penyakit. B. Saran-saran Dengan penjelasan ini bukan berarti seseorang meninggalkan pengobatan secar medis, seperti pergi ke rumah sakit untuk mendiagnosa jenis penyakit yang di derita pasien. Akan tetapi pengobatan suatu penyakit selama masih ada pengobatan yang sifatnya masih alami dan tidak ada efek samping bagi pasien selama jika tidak berbahaya bagi pasien jika tidak berobat secara medis, tetapi apabila memungkinkan kesembuhan menggunakan pengobatan medis maka mubah hukumnya. Salah satu hasil utama dari penelitian ini untuk meyakinkan kepada dokter untuk mencari manfaat dari pengobatan yang telah dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw yang merujuk pada hadits-hadits Nabi, dan juga untuk meyakinkan kepada muslim atau non muslim akan kebenaran dari sunnah-sunnah Nabi Muhammad saw dari sisi media.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Fattah bin Aiman, Keajaiban Tibbun nabawi (Solo: al-Qowam, 2005). Abdullah Umar Bamusa, Yusuf Abu Al-Hujaj, Sembuh dan Sehat dengan Habbatussauda’ obat Segala Penyakit (PT Aqwam Media Profetika: Solo, 2011). Al-Asqalani Ibnu Hajar, Fathul Bahri Penjelasan Kitab Shahih Bukhari Jilid 22 ( Jakarta: Pustaka Azzam, 2007) Alfatih Suryadilaga Muhammad, Suryadi, Metodologi Penelitian Hadits (Yogyakarta: Teras, 2009). Alfatih Suryadilaga, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadits, ( Yogyakarta: Teras, 2007). Basith Muhammad Sayyid Abdul, Terapi Herbal Pengobatan Cara Nabi Muhammad saw(Jakarta: Penebar Plus, 2008). Bustamam Tambusai Musdar, Halal-Haram Rukyah, ( Jakarta: Pustaka al-kautsar, 2013). CD. Lidwa Pustaka i-Software-Kitab 9 Imam Hadits. Faisal Sanapiah, Format-format Peneliian Sosial, (jakarta: PT Rajagafindo Persada, 2010). Katrsoff Lois O, Pengantar Filsafat, terj. Suyono Sumargono (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992). Muhammad Nadhif (dkk), Rukyah Syar’iyyah pada Psikis, Medis, Gangguan Sihir (Jakarta: Rukyah Learning Center Indo, Tth) Muhyar Fanani, Metode Studi Islam: Aplikasi Sosialogi pengetahuan sebagai cara Pandang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008). Munawir Ahmad Warson, Kamus Arab – Indonesia al-Munawir (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1984). Musdar Bustamam Tambusai, Jakarta, 2013).
Halal-Haram Rukyah ( Pustaka Al-Kautsar:
95
96
Oetoyo Boedi, dkk. Teori Sosiologi Klasik, ( Tanggerang: Universitas Terbuka, 2014). Qayyim al-Jauziyah Ibn, Pengobatan cara Nabi, ( Bandung: Pustaka, 2005). Qayyim Al-Jauziyah Ibnu, Metode Pengobatan Nabi, ( Jakarta: Griya Ilmu, 2004). Smeer Zeid B, Ulumul Hadits pengantar studi hadits Praktis, (Malang: UINMaang Press, 2008). Soehadha Moh, Metode Penulisan Sosial Kualitati untuk Studi Agama, (Yogyakarta: SUKA Press, 2012). Suryadilaga Alfatih, Aplikasi Penelitian Hadits dari Teks ke Konteks, ( Yogyakarta: Teras, 2009). Syamsudin Sahiron, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits dalam Pengantar, (Yogyakarta: Teras, 2007). Syihab al-Badri Yasin, Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis, (Al-Qowam: Solo, 2005).
PEDOMAN WAWANCARA A. Untuk Pendiri Rumah Terapi Sehati 1. Bagaimana Sejarah berdirinya rumah Terapi Sehati? 2. Apa Visi, Misi Rumah Terapi Sehati? 3. Darimana Bapak tahu tentang pengobatan Tibbun Nabawi? 4. Jenis pengobatan seperti apa yang ada di Rumah Terapi Sehati? 5. Apa yang dimaksud dengan oabt herbal HPAI? 6. Pengobatan apa yang sering dilakukan di Rumah Terapi Sehati? 7. Kapan praktek pengobatan dilakukan? 8. Berapa pasien yang berobat di rumah Terapi Sehati? 9. Adakah hadits yang menerangkan tentang pengobatan ruqyah? 10. Apa yang bapak ketahui tentang ruqyah? 11. Apa alasan bapak menggunakan terapi ruqyah? 12. Ruqyah yang seperti apa yang bapak lakukan? 13. Jenis penyakit yang seperti apa yang diharuskan untuk terapi ruqyah? 14. Apa yang dimaksud dengan penyakit yang di sebabkan oleh gangguan jin? 15. Apa yang di maksud dengan penyakit ‘ain? 16. Apa yang dimaksud dengan penyakit psikis? 17. Apa yang harus dipersiapkan sebelum melakukan ruqyah? 18. Ayat apa saja yang harus dibacakan ketika ruqyah? 19. Obat herbal apa yang sering direkomendasikan setelah pengobatan ruqyah?
20. Reaksi seperti apa yang sering terjadi setelah melakukan ruqyah? 21. Bagaimana cara terapi ruqyah yang disebabkan oleh gangguan jin?
B. Untuk Pasien yang berobat di Rumah Terapi Sehati 1) Keluhan Penyakit apa yang anda rasakan? 2) Terapi apa yang anda gunakan? 3) Berapa kali anda melakukan pengobatan Tibbun Nabawi? 4) Apa yang anda rasakan setelah berobat? 5) Darimana anda mendapatkan informasi pengobatan? 6) Apa yang membuat anda yakin terhadap pengobatan?
HADITS-HADITS TENTANG RUQYAH
1. Meminta ruqyah pernah terjadi pada zaman Nabi, ruqyah boleh asal tidak ada kesyirikan
َعِّغ َ ُٗ ََٔ ِش أ١ْ اٌضُ َثُٛ َأثِٟٔظ َأخْ َج َش ٍ ْ٠ع َش ُ ٓ ُ ْػ ثُْٓ ػُجَبدَ َح ؽَذَ َصَٕب اث ُ َْٚٓ ؽَبرٍُِ ؽَذَصََٕب س ُ ْؾَّ ُذ ث َ ُِ ِٟٕؽذَ َص َ ٚ ُٛي أَث َ لَبٍٚ ػَ ّْشََِٟٕخِ ٌِج١ََ ِخ اٌْؾ١ْ سُلِٟعٍََُ ف َ َٚ ِْٗ١ٍَػ َ ٌٍَُٗ اٍَٝص َ ُِٟص إٌَج َ خ َ ْيُ َأسَُٛم٠ ٌٍَِٗعَب ِثشَ ثَْٓ ػَجْ ِذ ا ٌٍَِٗي ا ِ ُٛط َِغَ َسع ٌ ٍُٛع ُ ٓ ُ َْٔؾَٚ ة ٌ َعًٍب َِِٕب ػَ ْمش ُ يُ ٌَذَغَذْ َسَُٛم٠ ٌٍَِٗػجْ ِذ ا َ َْٓذ عَب ِثشَ ث ُ ْع ِّؼ َ َٚ ِش١ْ َاٌضُث ٍَْٛ ْف َؼ١ٍَْْٕفَغَ أَخَب ُٖ َف٠ َْْي َِْٓ اعْ َزطَبعَ ِِْٕ ُىُْ أ َ لَبِٟي اٌٍَِٗ َأسْل َ َُٛب َسع٠ ً ٌع ُ عٍَ َُ فَمَبيَ َس َ َٚ ِٗ ْ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍَٝص َ ي َ شَ أََٔ ُٗ لَبيَ فَمَب١ْ َزَا اٌِْاعَْٕب ِد ِِ ْضٍَٗ غَٙ ْظٍ ِث٠َعش ُ ُْٓؽ َذصََٕب اث َ ُِٟ ؽَذَ َصَٕب أَثِٞٛ َِ اٌُْأَٝ١ْؾ٠َ ٓ ُ ْذُ ث١ِ عَؼِٟٕؽَذَ َص َِٟ ُمًْ َأسْل٠ ٌََُْٚ ٌٍَِٗي ا َ َُٛب سَع٠ ِٗ ١َِِْ َأسْلًَٛ ِِْٓ اٌْم ٌع ُ َس (MUSLIM - 4076) : Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim; Telah menceritakan kepada kami Rauh bin 'Ubadah; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij; Telah mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair bahwa dia telah mendengar Jabir bin 'Abdillah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membolehkan bagi Bani 'Amru untuk meruqyah dari gigitan ular. Kemudian Abu Az Zubair berkata; Dan aku mendengar Jabir bin 'Abdillah berkata; seekor kalajengking menggigit seseorang di antara kami, yang waktu itu kami sedang duduk-duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu orang itu berkata; 'Ya Rasulullah, ruqyahlah saya! Kemudian beliau bersabda: 'Barangsiapa yang bisa memberi manfaat kepada temannya maka lakukanlah! ' Dan telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Yahya Al Umawi Telah menceritakan kepada kami Bapakku Telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij melalui sanad ini dengan Hadits yang serupa. Namun dia berkata; 'Maka salah seorang di antara mereka berkata; 'Ruqyahlah dia ya Rasulullah. 2. Tidak boleh berobat dengan kesyirikan
ِْٓغضَا ِس ػَْٓ اث َ ٌْ ثِْٓ اَٝ١ْؾ٠َ َْٓٓ ُِشَ َح ػ ِ ْ ثِٚػ ّْش َ َْٓش ػ ُ ََّْخَ ؽَذَصََٕب اٌْأَػ٠ِٚ ُِؼَبُٛؽَذَ َصَٕب َأث ٌَٝ ِئَٝٙذ وَبَْ ػَجْذُ اٌٍَ ِٗ ِئرَا عَبءَ ِِْٓ ؽَبعَ ٍخ فَبْٔ َز ْ ٌَػجْ ِذ اٌٍَِٗ لَب َ َِْٕتَ ا ِْ َشَأح٠ََْٕتَ ػَْٓ ص٠َ صِٟأَخ َئَِٔ ُٗ عَب َء رَادَٚ ذ ْ ٌَ ْىشَُُ٘ٗ لَب٠َ ٍءٟ ْ َ شٍََٝٓ َِِٕب ػ َ ِِ َُ غ ُ ْٙ٠َ ََْْ َخ أ١ِ٘ق َوشَا َ َث َضَٚ َاٌْجَبةِ رََٕؾَْٕؼ ً َخ َ َ ِش فَذ٠ِغش َ ٌَب رَؾْذَ اٙخٍْ ُز َ ؾ ّْشَ ِح فَأَ ْد ُ ٌْ ِِْٓ اِٟٕ١ِصٌ َرشْلُٛ ػَغِٞػِْٕذَٚ ْؼ لَبٌَذ َ ٍََْْٕ فَزَ َٕؾٛ٠َ ِٗ ١ِ فٌِٟ َِٟطٌ ُأسْل١ْ َذ خ ُ ٍْط لَبٌَذْ ُل ُ ١ْ َي َِب َ٘زَا اٌْخ َ طًب لَب١ْ خ َ ِٟػُٕم ُ ِٟ فَٜ َف َشأِٟ عَْٕجٌَٝغٍَظَ ِئ َ َف ٍَٝص َ ِٗ ٌٍَيَ اُٛذ َسع ُ ْع ِّؼ َ ن ِ ّش ْش ِ ٌػْٓ ا َ َُبء١ِْْٕ آيَ ػَجْذِ اٌٍَ ِٗ ٌَأَغ َ ي ِئ َ طؼَُٗ صَُُ لَب َ لَبٌَذْ فََأخَزَ ُٖ فَ َم ْلَذَٚ يُ َ٘زَاُٛذ ٌَ ُٗ ٌَُِ رَم ُ ٍْش ْشنٌ لَبٌَذْ فَ ُم ِ ٌَ َخَٛ َِاٌزٚ َُ َِاٌ َزَّبئٚ َْٝ اٌ ُشل َ يُ ِئَُٛم٠ ٍَََُعَٚ ِٗ ْ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَا ي َ ع َى َٕذْ لَب َ وَبَْ ِئرَا سَلَبَ٘بَٚ َبٙ١ِشْل٠َ ِٞ ِدُٛٙ١َ ٌْْ ا ٍ ُفٍَبٌَٝف ِئ ُ ٍَِف َفىُْٕذُ أَخْز ُ رَمْ ِزِْٟٕ١َوَبَٔذْ ػ َْْهِ أ١ِىْف٠َ ْ َ َب ئِ ََّٔب وَبْٕٙ ََب َوفَ ػْٙ ِز١َذِِٖ فَاِرَا سَ َل١َِب ثٙغ ُخ ُ َْٕ٠ َْْ وَب ِ طَب١ْ ّش َ ٌػ ًَُّ ا َ َِئ ََّٔب َرٌِه ذ َ ْٔف َأ ِ ش ْ طا ِ ط سَةَ إٌَب َ عٍَ َُ أَرْ ِ٘تْ اٌْجَب َ َٚ ِٗ ْ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍَٝص َ ٌٍَِٗي ا ُ ُٛي َسع َ َوَّب لَبٌُِٟٛرَم غَب ِدسُ عَ َمًّب٠ُ ٌَب شِفَب َء ِئٌَب شِفَب ُؤنَ شِفَبءً ٌَبِٟاٌّشَبف
(AHMAD - 3433) : Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Amru bin Murrah dari Yahya bin Al Jazzar dari anak saudaraku Zainab dari Zainab istri Abdullah berkata; Apabila Abdullah selesai dari suatu keperluan, berhenti pada pintu, ia berdehem dan membuang ludah karena khawatir menemukan sesuatu yang tidak berkenan dari kami. Ia melanjutkan; Suatu hari ia datang dan berdehem, ia berkata; Ketika di sisiku ada seorang nenek sedang menjampiku dari humrah (penyakit kulit penyebab demam), lalu aku menyembunyikannya di bawah tempat tidur, ia pun masuk dan duduk di sampingku, ia melihat jahitan di leherku, ia bertanya; Jahitan apa ini? Ia menjawab; Jahitan untuk menjampiku. Ia melanjutkan; Lalu ia mengambil dan memotongnya seraya berkata; Sesungguhnya keluarga Abdullah tidak membutuhkan syirik, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya ruqyah (jampi-jampi), jimat dan tiwalah (pelet) adalah syirik." Ia (Zainab) berkata; Aku katakan kepadanya; Mengapa engkau mengatakan hal ini padahal mataku pernah sakit. Aku sering datang ke fulan, seorang yahudi untuk menjampinya, dan bila ia menjampinya, sakit itu reda. Ia (Ibnu Mas'ud) berkata; Itu adalah perbuatan setan yang menggerakkan dengan tangannya, bila engkau dijampi dengannya, maka cegahlah. Sesungguhnya cukup bagimu mengucapkan sebagaimana yang diucapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: " (ADZHIBIL BA`SA RABBAN NASI ISYFI ANTASY SYAFI LA SYIFA`A ILLA SYIFA`UKA SYIFA`AN LA YUGHADIRU SAQAMAN) (Hilangkanlah sakit ini, wahai Rabb sekalian manusia, sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dariMu, kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit)." 3. Meruqyah wajib dengan ilmu
ٓ ُ ْؽ َذصََٕب اث َ ٍُ ٍِْذُ ثُْٓ ُِغ١ٌَِٛ ٌُْ لَبٌَب ؽَذَ َصَٕب اٍِِْٟ ذٍ اٌ َش١ِعؼ َ ٓ ُ ْسَاشِ ُذ ثَٚ ٍػَّبس َ ٓ ُ ْؽَذَ َصَٕب ِّ٘شَب َُ ث ِْٗ١ٍَػ َ ٌٍَُٗ اٍَٝص َ ِٗ ٌٍَيُ اُٛي لَبيَ َسع َ ػْٓ عَذِ ِٖ لَب َ ِٗ ١ِت ػَْٓ أَث ٍ ْ١َشؼ ُ ِْٓ ثِٚػ ّْش َ َْْٓظٍ ػ٠َعش ُ ٌِِٓ َ ضَبُٛٙت لَ ْجًَ َرٌِهَ َف ٌ ط ِ ُٗ ِِْٕ ٍَُْ ْؼ٠ُ ُْ ٌََٚ َعٍََُ َِْٓ رَطَجَت َ َٚ (IBNUMAJAH - 3457) : Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Ammar dan Rasyid bin Sa'id Ar Ramli keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij dari 'Amru bin Syu'aib dari Ayahnya dari Kakeknya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mengobati sedangkan ia tidak tahu mengenai pengobatan, maka dia harus bertanggung jawab." 4. Rukyah untuk semua penyakit
َِّٓ ؽ ْ َػجْذِ اٌش َ ْٓػ َ ِِْٟٔجَب١َػِٓ اٌّش َ ْ ُ َب١ْؽذَصََٕب عُف َ ٍُ ْ١ ُٔ َؼَُٛأثَٚ ََْب١ْعف ُ ْٓػ َ ٓ ِ َّؽ ْ ؽَذَ َصَٕب ػج ُذ اٌ َش َِخ١ْ اٌشُلِٟعٍََ َُ َسخَصَ فَٚ ِْٗ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍَٝص َ ٌٍَِٗيَ اُٛػْٓ ػَبئِّشَخ أََْ َسع َ ِٗ١ِػْٓ أَث َ ِدَٛ ْثِْٓ اٌْأَع ٍؽَّخ ُ ًِٞ ر ِ ِِْٓ ُو (AHMAD - 24395) : Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman dari Sufyan dan Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Asy Syaiban
dari Abdurrahman bin Al Aswad dari ayahnya dari Aisyah bahwasanya Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam memberikan keringanan untuk meruqyah pada setiap penyakit. 5. Upah ruqyah adalah halal
َ ػَْٓ خَب ِسعَخٟ ِ ِّشؼْج َ ٌػِٓ ا َ ِ اٌغَ َفشِٟٓ َأث ِ ْشؼْجَخُ ػَْٓ ػَجْذِ اٌٍَ ِٗ ث ُ عؼْ َف ٍش ؽَذَصََٕب َ ُْٓؾ َّ ُذ ث َ ُِ ؽَذَ َصَٕب ِِْٓ ٍَٟ ؽٍَٝػ َ َْٕب١عٍَََُ فَأَ َرَٚ ِْٗ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍََٝ صٟ ِ ِػِِّٗ لَبيَ أَلْجٍََْٕب ِِْٓ ػِْٕذِ إٌَج َ َْٓذ ػ ِ ٍّْص َ ٌثِْٓ ا ََِْخٌ فَا١ْْ ُسلََٚاءٌ أَٚػْٕ َذوُُْ د ِ ًَْٙ ٍش َف١ْ خ َ ً ِث ِع ُ َػْٕذِ َ٘زَا اٌش ِ ِِْٓ ُْعئْ ُز ِ ُْا ُأْٔجِئَْٕب أََٔ ُىٌُٛا ٌْ َؼشَةِ فَمَب ُي فَ َم َشأْد َ ِد لَبُٛ١ُ اٌْمِِٟٖ فُٛا ثِب ٌْ َّؼْزُٚي فَ ُمٍَْٕب َٔؼَُْ لَبيَ فَغَبء َ ِد لَبُٛ١ اٌْ ُمًِٟ٘ب فُٛػْٕذََٔب َِؼْز ِ ٍّشطَ ِِْٓ ػِمَبي ِ َٔ ُصَُ َأرْ ُفًُ لَبيَ َفىََأ ََّٔبِٟعَّغُ ُثضَال ْ ََخً أ١ِػّش َ َٚ ًحَٚ ْغذ ُ ٍَ َب٠ثِفَب ِرؾَخِ ا ٌْىِزَبةِ َصٍَبصَ َخ َأ ًْعٍَََُ َفغََأٌْزُُٗ فَمَبيَ ُوَٚ ِٗ ْ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍَٝص َ َِٟ َأعَْأيَ إٌَجَٝعؼًٍْب فَ ُمٍْذُ ٌَب ؽَز ُ ِْٟٔٛط َػ ْ َلَبيَ فَأ ك ٍؽ َ َ ِخ١ْذ ِثشُل َ ٍْطًٍ ٌَمَذْ َأ َو ِ َخِ ثَب١ْ َِْٓ َأ َوًَ ِث ُشلٌَِٞ َؼ ّْش (AHMAD - 20834) : Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Ja'far telah bercerita kepada kami Syu'bah dari Abdulah bin Abu As Safar dari Sya'bi dari Kharijah bin Ash Shalt dari pamannya, ia berkata: kami pulang dari majlis Nabi Shallallahu'alaihiwasallam, kemudian kami mendatangi sebuah perkampungan arab, mereka berkata: kami diberitahu bahwa kalian baru saja mendatangi orang itu dengan membawa kebaikan, lalu apa kalian punya doa atau ruqyah, kami punya orang gila yang tengah dirantai. Aku berkata: 'Ya.' Mereka pun membawa orang gila yang dirantai itu di hadapannya. Kemudian saya membaca surat Al Fatihah selama tiga hari di pagi dan sore hari, saya kumpulkan ludah saya kemudian saya meludahkannya lalu seolah-olah ia sembuh dari penyakit gila. Kemudian mereka memberi saya hadiah, saya berkata: 'Nanti dulu, hingga saya bertanya kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam.' Saya pun bertanya kepada beliau lalu beliau bersabda: " Sungguh ada orang yang memakan dari hasil ruqyah batil, tapi engkau memakan dari hasil ruqyah yang benar." 6. Bacaan Rukyah tidak selalu denan ayat al-Qur’an atau do’a dari Nabi dengan syarat tidak menandung kesyirikan
ً ُض ُ ْف٠َ َْوَبَٚ ي َ شًا لَب١ْ خ َ ِْٗ١ٍََ ػَْٕٝأَصَٚ َ َخ١ٍَػ ُ ٓ ِ ًَْ اث١ِعَّبػ ْ ِئَُُٛ أَخ١ِ٘ٓ ِئ ْثشَا ُ ُْ ثِٟؽَذَ َصَٕب ِسثْؼ َْٓع ِش ػ ِ َبُّٙ ٌْ ْ ِذ ثِْٓ ا٠َؾ َّ ِذ ثِْٓ ص َ ُِ َْٓٓ ِئعْؾَبقَ ػ ُ ْؽ َِّٓ ث ْ َػجْ ُذ اٌش َ ًَ ؽَذَصََٕب١ِعَّبػ ْ ِئٍَٝػ َ ٌٍَُٗ اٍَٝص َ ٌٍَِٗي ا ُ ُٛ َسعِْٟ َجشَ فََأ َِ َش ث١َ خِٟذْدُ َِغَ عَب َدرِٙ ش َ ي َ اٌٍَؾْ ُِ لَبِٟ آثٌَْٝٛ َِ ٍش١ْ َّػ ُ َوزَاَٚ َب َوزَإْٙ ِِ ْطشَػ ْ ػجْذ لَبيَ ا َ ُٗ ًََِٔ ٌَ ُٗ ئ١ِعشُ ُٖ لَبيَ فَم ُ َْفًب فَاِرَا أََٔب أ١َد ع ُ ْعٍََُ فَ ُمٍِذ َ َٚ ِْٗ١ٍَػ َ ٓ١َِٔب ا ٌْ َّغَبٙ ِثِٟشْل٠َ َُٛ٘ َٚ َُُٗأ ْد َسوْزَٚ ٍْذ٠َٓ ص ُ ْؾَّ ُذ ث َ ُِ ي َ َمَب١َا ْسقِ ِثَّب ثَ ِمٚ (AHMAD - 20936) : Telah menceritakan kepada kami Rib'iy bin Ibrahim saudara Isma'il bin 'Ulaiyyah, ia memujinya dengan baik, ia berkata; Ia lebih mulia dari Isma'il- telah menceritakan kepada kami 'Abdur Rahman bin Ishak dari Muhammad bin Zaid bin Al Muhajir dari 'Umair budak Abu Al Lahm, ia berkata; saya bersama para pemimpin-pemimpin saya turut serta dalam perang Khaibar, kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam memerintahkanku, lalu aku
mengaitkan pedang dan ternyata aku menyeretnya. Kemudian ada yang berkata padanya; 'Ia adalah budak. Kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam memerintahkanku membawa beberapa perkakas. Kemudian saya memperlihatkan ruqyah kepada beliau yang pernah aku pakai untuk meruqyah orang-orang gila dimasa jahiliyah, Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Buanglah ini dan itu, dan selebihnya pakailah untuk meruqyah." Berkata Muhammad bin Zaid; saya bertemu dengannya saat ia meruqyah orang-orang gila dengan bacaan-bacaan itu. 7. Sebaik-baik bacaan ruqyah adalah al-Qur’an dan do’a ma’tsur
ٓ ِ َْبؿِ ػَْٓ فَضَبٌَخَ ث١ْٓ اٌَْأش ِ ََ َُ ػ٠ْ َِشِٟ اثَْٓ أَثِْٟٕؼ٠َ ٍ َث ْىشُٛؽ َذ َصَٕب َأث َ َْ لَبي ِ َّب١َ ٌْ اُٛؽَذَ َصَٕب َأث َِْٓ َبَٙ ِثِٟ أَْْ َأسْلَِٟٔأ َِ َشَٚ َ ًخ١ْعٍََُ سُل َ َٚ ِْٗ١ٍَػ َ ٌٍَُٗ اٍََٝ صٟ ُ ِ اٌ َٕجٍََِّٟٕػ َ ي َ ِ لَبْٞذٍ اٌْأَّْٔصَب ِس١َػج ُ َِاٌَْأسْضٚ ِغَّبء َ ٌ اِٟع ُّهَ َأ ِْ ُشنَ ف ْ د رَمَذَطَ ا ِ َاَّٛ غ َ ٌ اِٟ فِٞي ُلًْ سَثََٕب اٌٍَُٗ اٌَز َ لَبٌِٟ ثَذَا َْٓ اغْ ِفش١ِِج١ط َ ٌة ا َ َُ َسُٙ ٌٍَض ا ِ ْ اٌَْأسَِْٟٕب ف١ٍَػ َ َؽَّ َزه ْ َع َؼًْ س ْ غَّب ِء فَب َ ٌ اَُِٟ َوَّب َأ ِْ ُشنَ فُٙ ٌٍَا ٍْ َِب ثِ ُفٍَبٍََٝشِفَبءً ِِْٓ شِفَب ِئهَ ػَٚ َؽَّخً ِِْٓ َسؽْ َّ ِزه ْ ََ َٔ ِضيْ سٚ َبَٔب٠خطَب َ َٚ ثََٕبَُٛٔ ُرٚ ْ َثَٕبٛؽ َ ٌََٕب ٍس َِشَاد َ ٓ صٍََب ِ ْ١ِرَ َرَٛرْ ثِب ٌُّْؼَٛ ه َصٍَبصًب ُصَُ َر َؼ َ ٌَِ ُلًْ َرٚ ي َ ْج َشُأ لَب١َ َ فَْٜٛشى َ ِِْٓ (AHMAD - 22832) : Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Maryam dari para syeikh dari Fadlalah bin 'Ubaid berkata: Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam mengajariku ruqyah dan beliau memerintahkanku untuk memakainya meruqyah kepada siapa saja yang aku kehendaki. Ia berkata: Ucapkan: RABBUNAALLAAH ALLADZII FIS SAMAAWAATI TAQADDASA ISMUKA, AMRUKA FIS SAMAA`I WAL ARDLI, ALLAAHUMMA KAMAA AMRUKA FIS SAMAA`I FAJ'AL RAHMATAKA 'ALAINAA FIL ARDLI, RABBITH THAYYIBIIN IGHFIR LANAA HAUBANAA WA DZUNUUBANAA WA KHATHAAYAANAA NA NAZZIL RAHMATAN MIN RAHATIKA WA SYIFAA`AN MIN SYIFAA`IKA 'ALA MAA BI FULAAN MIN SYAKWAA. Ia akan sembuh dan ucapkanlah sebanyak tiga kali, setelah itu berlindunglah diri dengan (membaca) al-mu'awwidzatain (an-naas dan al-falaq) sebanyak tiga kali. 8. Gangguan juga terjadi pada anak-anak
ػْٓ ػَب ِئّشَ َخ َ َػ ّْ َشح َ َْٓ َث ْى ٍش ػِْٟظٍ ؽَذَ َصَٕب ػَجْذُ اٌٍَِٗ ثُْٓ َأث٠َٚ ُأُٛٓ لَبيَ ؽَذَصََٕب َأث ٌ ْ١غ َ ُؽَذَ َصَٕب ؽ ِ ُىُْ َ٘زَا١ِي َِب ٌِّصَج َ فَمَبَِٟ ْجى٠ ٍِْٟدَ صَجٛص َ َغِّغ َ عٍَ َُ َف َ َٚ ِٗ ْ١ٍََ اٌٍَ ُٗ ػٍَٝص َ ٟ ُ ِخًَ إٌَج َ َلَبٌَزْذ ِْٓ١ْزُُْ ٌَ ُٗ ِِْٓ اٌْ َؼ١ٍََب اعْ َزشْلَٙ َفَِٟ ْجى٠ (AHMAD - 23304) : Telah menceritakan kepada kami Husain, dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Uwais, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abi Bakar, dari Amrah, dari Aisyah berkata: Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam pernah masuk (rumah Aisyah) kemudian beliau mendengar suara bayi sedang menangis, lalu beliau bersabda: "Apa yang
membuat anak ini menangis, apakah kalian sudah meruqyahnya dari penyakit Ain?."
9. Para sahabat dan sahabiyah belajar ruqyah
َػْٓ ؽَفّْصَخ َ ََّْب١ْ ٍَع ُ ٓ ِ ْ َث ْىشِ ثِٟػْٓ أَث َ ِؾ َّ ِذ ثِْٓ ا ٌُّْ ْٕ َى ِذس َ ُِ ْٓػ َ ْ ُ َب١ْ ٌغ ؽَذَصََٕب عُف١ِوَٚ ؽَذَ َصَٕب ِِْٓ َِٟب شَفَبءُ َرشْلٌَٙ ُُمَبي٠ ٌػْٕذََ٘ب ا ِْ َشَأح ِ َٚ َبٙ١ْ ٍَػ َ ًَخ َ عٍَََُ َدَٚ ِٗ ْ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍَٝص َ ََِٟأَْ إٌَج ََب ؽَفّْصَخٙ١ٍِِّػ َ َُ ٍَع َ َٚ ِْٗ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍََُٝ صِٟاٌ َٕ ٍَّْخِ فَمَبيَ إٌَج (AHMAD - 25244) : Telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Muhammad Al Mungkadir dari Abu Bakr bin Sulaiman dari Hafshah bahwasanya Nabi shallaallahu 'alaihi wa sallam pernah menemuinya dan sementara disampingnya ada seorang wanita yang bernama Syaffa' yang bisa meruqyah dari kesemutan. Lalu Rasulullah shallaallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ajarilah Hafshah tentangnya."
ػ َّشَ ثِْٓ ػَجْ ِذ ُ ِْٓضِ ث٠ِػجْ ِذ ا ٌْ َؼض َ َْٓشٍ ػِٙ غ ْ ُِ ٓ ُ ُْ ثٍِٟػ َ ؽ َذ َصَٕب َ ٍَ لَبيْٞ ِذَِٙ ٓ ُ ْ ُُ ث١ِ٘ؽَذَ َصَٕب ئِ ْثشَا َؽ ْضَّخ َ ِٟٓ أَث ِ ْْ ث َ َّب١ْ ٍَع ُ ِْٓؽَِّٓ ث ْ َػجْ ِذ اٌش َ ِْٓ َث ْىشِ ثِٟغَبَْ ػَْٓ أَث١ْ َٓ و ِ ْضِ ػَْٓ صَبٌِؼِ ث٠ِا ٌْ َؼض أََٔب ػِْٕذَ ؽَفّْصَ َخَٚ َُ ٍَع َ َٚ ِْٗ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍَٝص َ ٟ ُ َِْٕب اٌ َٕج١ٍَػ َ ًَخ َ َذ د ْ ٌَػجْذِ اٌٍَِٗ لَب َ ذ ِ ْٕػِٓ اٌّشِفَب ِء ِث َ َب ا ٌْ ِىزَبثَخٙ١ِػٍَّْز َ َخَ اٌ َٕ ٍَّْخِ َوَّب١َْٓ َ٘زِ ِٖ ُسل١ٍِِّ َأٌَب ُر َؼٌِٟ َفَمَبي (AHMAD - 25847) : Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Mahdi berkata, telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir dari Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz dari Shalih bin Kaisan dari Abu Bakr bin Abdurrahman bin Sulaiman bin Abu Hatsmah dari Syifa' binti Abdullah dia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menemui kami saat aku berada di samping Hafshah, beliau bersabda kepadaku: "Tidakkah kamu mengajarkan ruqyah untuk luka ini sebagaimana kamu mengajarinya menulis." 10. Meniup dan mengusap saat ruqyah
َحَ ػَْٓ ػَب ِئّشَخَٚ ْػش ُ َِْٓ ػِٞ أَخْ َجشََٔب ِّ٘شَبٌَ ػَْٓ َِ ْؼ َّ ٍش ػَْٓ اٌضُ ْ٘شَٝعُِٛ ُُُْٓ ث١ِ٘ ئِ ْثشَاِٟٕؽَذَ َص ِٞض اٌَز ِ ا ٌْ َّ َشِٟ َٔ ْفغِِٗ فٍَٝػ َ ش ُ َُْٕف٠ ْ َ عٍَََُ وَبَٚ ِْٗ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍَٝص َ ٟ َ ِْ إٌَج َ ََب إْٔٙ ػ َ ُٗ ٌٍََ اِٟسَض ََٞب َفغََأٌْذُ اٌضُ ْ٘ ِشَٙذِ َٔ ْفغِِٗ ٌِ َج َشوَ ِز١ِؼ ث ُ ََأِْغَٚ َِِِْٓٙٗ ث١ٍَػ َ ُذ َأْٔفِش ُ ْٕرَادِ َفٍََّب صَ ُمًَ ُوِٛ َِٗ ثِب ٌْ ُّؼ١َِِبدَ ف َُٗٙ ْعَٚ َِّبٙؼ ِث ُ َّْغ٠َ َُ ُْ ِٗ ص٠ َذ٠َ ٍَََْٕٝفِشُ ػ٠ ْ َ ي وَب َ ش لَب ُ ِْٕف٠َ َف١ْ َو (BUKHARI-5294):Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Musa telah mengabarkan kepada kami Hisyam dari Ma'mar dari Az Zuhri dari 'Urwah dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meniupkan kepada diri beliau sendiri dengan Mu'awwidzat (surat An nas dan Al falaq) ketika beliau sakit menjelang wafatnya, dan tatkala sakit beliau semakin parah, sayalah yang meniup dengan kedua surat tersebut dan saya megusapnya dengan tangan beliau sendiri karena berharap untuk mendapat berkahnya." Aku bertanya kepada
Az Zuhri; "Bagaimana cara meniupnya?" dia menjawab; "Beliau meniup kedua tangannya, kemudian beliau mengusapkan ke wajah dengan kedua tangannya. 11. Air Ruqyah
ٟ َ ِّط ْ خ َ ٌْ َذ ا٠ِض٠َ ٓ َ ْْ ػَجْذَ اٌٍَ ِٗ ث َ ََٓ أ٠ِش١ِٓ ع ِ ْػْٓ ِّ٘شَبٍَ ػَْٓ اث َ ِٗ ٌٍَْ ٌذ لَبيَ أَْٔجَأََٔب ػَجْ ُذ ا٠َُٛأَخْ َجشََٔب ع َلَبي ُٗ ِِْٕ ت َ ََْ٘ز٠ َٝششَا َث ُى ُْ ؽَز َ اُٛػْٕ ُٗ َأَِب َثؼْ ُذ فَبطْجُخ َ ُٗ ٌٍَ اٟ َ ِة َسض ِ خطَب َ ٌْٓ ا ُ ْػ َّ ُش ث ُ َْٕب١ٌَت ِئ َ وَ َز َاؽِ ٌذٚ ُْ ٌَ ُىَٚ ٓ ِ ْ١َْْٕ َفاَِْ ٌَُٗ اص ِ ْطَب١َت اٌّش ُ ١َِّٔص (NASAI - 5621) : Telah mengabarkan kepada kami Suwaid ia berkata; telah memberitakan kepada kami Abdullah dari Hisyam dari Ibnu Sirin bahwa Abdullah bin Yazid Al Khathmi berkata, "Umar Ibnul Khaththab menulis surat kepada kami, "Amma ba'du; Masaklah minuman kalian hingga hilang bagian setan. Sesungguhnya baginya adalah dua bagian dan untuk kalian satu bagian." 12. Etika Meruqyah Rumah
ٓ ِ ْٓ ث ِ َّؽ ْ َػجْ ِذ اٌش َ ٓ ْ َِ ػِٟٔذ اٌْ ُجَٕب ٍ ِػْٓ صَبث َ ٍَٝ١ْ ٌَ ِٟٓ أَث ُ ْ صَائِذَ َح ؽَذَصََٕب اثِٟٓ َأث ُ ْؽَذَصََٕب ََٕ٘ب ٌد ؽَذَصََٕب اث َِٟ ُخ ف١َد اٌْؾ ْ َشَٙ ظ َ عٍَ َُ ِئرَا َ َٚ ِٗ ْ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍَٝص َ ِٗ ٌٍَيُ اُٛي َسع َ لَبٍَٝ١ْ ٌَ ُٛي لَبيَ أَث َ لَبٍَٝ١ْ ٌَ ِٟأَث ََْٕب فَِاْْ ػَبدَد٠ِدَ أَْْ ٌَب رُإْرُٚ َّْبَْ ثِْٓ دَا١ٍَع ُ ْذَٙ ِث َؼٚ ٍػُٛٔ ْ ِذٙه ِث َؼ ِ ٌَُب ئَِٔب َٔغَْأٌَٙ اٌُُٛٛٓ فَم ِ غ َى ْ َّ ٌْ ا ٓ ْ ِِ ِ ِئٌَبِٟٔذ اٌْ ُجَٕب ٍ ش صَب ِث ِ ٠ِٓ ؽَذ ْ ِِ ُٗ ُت ٌَب َٔ ْؼشِف ٌ ٠ِٓ غَش ٌ َؽغ َ ش ٌ ٠ِ َ٘زَا ؽَذَٝغ١ِ ػَُٛ٘ب لَبيَ أَثٍُٛفَبلْ ُز ٍَٝ١ْ ٌَ ِٟشِ اثِْٓ أَث٠ِٓ ؽَذ ْ ِِ ِٗ ْعَٛ ٌَْ٘زَا ا (TIRMIDZI - 1405) : Telah menceritakan kepada kami Hannad berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zaidah berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Laila dari Tsabit Al Bunani dari 'Abdurrahman bin Abu Laila ia berkata; Abu Laila berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika ada ular muncul di tempat tinggal maka katakanlah kepadanya, 'Sesungguhnya kami meminta kepadamu dengan perjanjian Nuh dan Sulaiman bin Dawud agar engkau tidak menyakiti kami', jika ia tetap kembali maka bunuhlah." Abu Isa berkata, "Hadits ini derajatnya hasan gharib, kami tidak mengetahuinya dari Tsabit Al Bunani kecuali dari jalur ini, yaitu dari hadits Ibnu Abu Laila."
ت ٌ ؽ ِ صَبَٚ َٛ ُ٘ ك َ ٍَط َ ْٔ أََٔ ُٗ اِٟ َأثَِٟٕي ؽَذَص َ لَبَٝ١ْؾ٠َ ِٟٓ َأث ِ ْؾ َّ ِذ ث َ ُِ َْٓ ػَٝ١ْؾ٠َ ؽ َذ َصَٕب َ ؽ َذصََٕب ُِغَذَ ٌد َ ِٗ ْ١ًٍََ ػ َخ ُ َْذ٠ ْ ْ َذُ أ٠ِش٠ُ َٛ ُ٘ َٚ ََٕب صَبؽِتٌ ٌََٕب١خشَعَْٕب ِِْٓ ػِْٕذِ ِٖ َفٍَ ِم َ َدَأِ ِٗ فَُٛؼ٠ ٍذ١ِعؼ َ ِٟ َأثٌٌََُٝٗ ِئ ي ُ ُٛي لَبيَ َسع ُ َُٛم٠ ٞ َ ِ ٍذ اٌْخُ ْذس١ِعؼ َ غ ِذ فَغَب َء فَأَخْ َج َشَٔب أََُٔٗ عَِّغَ أَثَب ِ ْ ا ٌْ َّغِٟغٍَغَْٕب ف َ ٓ َف ُ ْفََألْ َجٍَْٕب َٔؾ س َ ْ ِٗ َصٍَب١ٍَػ َ ط ْ ِؾَش١ُ ٍْْئًب َف١ش َ ِِْٗز١َ ثِٟ فَٜٓ َفَّْٓ َسأ ِغ ِ ٌْٓ ا ْ ِِ ََ َاَٛٙ ٌْ عٍَََُ ئَِْ اَٚ ِٗ ْ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍَٝص َ ِٗ ٌٍَا ْ ٌ طَب١ْ ََمْ ُزٍْ ُٗ فَأَِ ُٗ ش١ٍْْ ػَب َد َف ْ ِد فَا ٍ َِشَا (ABUDAUD - 4574) : Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Muhammad bin Abu Yahya ia berkata; telah menceritakan kepadaku Bapakku Bahwasanya ia dan seorang sahabatnya pergi menjenguk Abu Sa'id, maka kami pun keluar dari sisi Abu Sa'id. Lalu kami bertemu dengan sahabat kami yang ingin menemui Abu Sa'id. Lantas kami menuju masjid dan duduk di sana. Kemudian ia (sahabat kami) datang dan mengabarkan bahwa ia mendengar Abu Sa'id Al Khudri berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya ular hitam itu dari jin, barangsiapa melihatnya dalam rumahnya hendaklah ia memintanya untuk keluar hingga tiga kali, dan jika tetap berada di dalam rumah hendaklah ia membunuhnya, karena itu adalah setan."
ٓ ْ َ ػٟ ِ ِٔذ اٌُْجَٕب ٍ ِ ػَْٓ صَبثٍَٝ١ْ ٌَ ِٟٓ أَث ُ ْؽ َذ َصَٕب اث َ ي َ ثِْٓ َ٘بشِ ٍُ لَبٟ ِ ٍِػ َ ْٓػ َ ََّْْب١ٍَع ُ ٓ ُ ْ ُذ ث١ِؽ َذصََٕب عَؼ َ د ِ َب١َٓ ؽ ْ َع ِئًَ ػ ُ َُ ٍَع َ َٚ ِٗ ْ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍَٝص َ ِٗ ٌٍَيَ اُْٛ َسع َ ِٗ َأ١ِػْٓ أَث َ ٍَٝ١ْ ٌَ ِٟٓ ثِْٓ أَث ِ َّؽ ْ َػجْ ِذ اٌش َ ػ ٌ ُٛٔ ٓ َ ُى١ْ ٍَػ َ خ َز َ َ أِْٞ َذ اٌَزٙٓ ا ٌْ َؼ َ ُا َأ ّْٔشُ ُذوٌُُٛٛ َِغَب ِو ِٕ ُى ُْ فَمِْٟئًب ف١َٓ ش َ ُِِْٕٙ ُْ ُْز٠ي ِئرَا َسَأ َ د فَمَب ِ ُٛ١ُاٌْج َُٓ٘ ٍُْٛ فَبلْ ُز َ َْٔب فَِاْْ ػُذَُّٚبُْ أَْْ ٌَب رُإْر١ْ ٍَع ُ َُٓى١ْ ٍَػ َ َأخَ َزِْٞ َذ اٌَزٙٓ ا ٌْ َؼ َ ُّش ُذو ُ ْٔ َأ (ABUDAUD - 4576) : Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Sulaiman dari Ali bin Hasyim ia berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Laila dari Tsabit Al Bunani dari 'Abdurrahman bin Abu Laila dari Bapaknya berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang membunuh ular yang ada dalam rumah, beliau pun bersabda; "Jika salah seorang dari kalian melihat mereka berada di rumah-rumah kalian, maka katakanlah kepada mereka, 'Aku sumpahi kalian atas janji yang pernah Nuh ambil dari kalian, aku sumpahi kalian atas janji yang pernah Sulaiman ambil dari kalian; yakni agar kalian tidak mengganggu kami, jika mereka tetap kembali maka bunuhlah mereka." 13. Ruqyah Sebab Pinggang
ِٗ ِس ث َ ؽ َذ َ ِلٍَبثَخَ ُِِْٕٗ َِبِٟٓ ُوزُتِ َأث ْ ِِ َةُٛ٠ َأٍَٝػ َ َءِٞؽَّب ٌد لَبيَ ُلش َ ؽَذَ َصَٕب ػَبسِ ٌَ ؽَذَصََٕب ُٖ َب٠َٛ َض ِش و ْ ٌَٕأَ َٔظَ ثَْٓ اَٚ طٍْؾَ َخ َ ة ػَْٓ أَ َٔظٍ أََْ أَثَب ِ ا ٌْىِزَبِٟوَبَْ َ٘زَا فَٚ ِْٗ١ٍَػ َ َِِْٕ ُٗ َِب لُ ِشبَٚ ٓ ِ ْظ ث ِ ََٔ ِلٍَبثَخَ ػَْٓ أِٟةَ ػَْٓ أَثُٛ٠َسٍ ػَْٓ أُٛٓ َِّْٕص ُ ْي ػَجَب ُد ث َ لَبَٚ َِٖ ِذ١ِطٍْؾَ َخ ث َ َُٛا ُٖ أَثَٛوَٚ ِِْٓ اُٛشْل٠َ َْْْذٍ ِِْٓ اٌْأَّْٔصَب ِس أ١ًَ ث ِ ْ٘ َعٍَ َُ ٌِأ َ َٚ ِْٗ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍَٝص َ ِٗ ٌٍَيُ اُْٛ َسع َ َِِبٌِهٍ لَبٌَأَر ٌَٟعٍََُ ؽ َ َٚ ِْٗ١ٍَػ َ ٌٍَُٗ اٍَٝص َ ٌٍَِٗي ا ُ ُٛ َسعَٚ ِد اٌْغَْٕت ِ ذُ ِِْٓ رَا٠ِٛظ ُو ٌ َٔي َأ َ ْ لَب ِ َاٌْأُ ُرٚ ِؾَّخ ُ ٌْا َِٟٔاَٛطٍْؾَ َخ و َ َُٛأثَٚ ٍٓ صَبثِذ ُ ْْ ُذ ث٠ َصَٚ ِضش ْ ٌَٕٓ ا ُ ْأَ َٔظُ ثَٚ طٍْؾَ َخ َ ُٛ َأثِٟٔ َذِٙ ش َ َٚ (BUKHARI - 5280) : Telah menceritakan kepada kami 'Arim telah menceritakan kepada kami Hammad dia berkata; dibacakan di hadapan Ayyub dari kitabnya Abu Qilabah, di antaranya ada sesuatu yang dibacakan dan ada sesuatu yang di dengar, sementara hal ini terdapat dalam kitabnya dari Anas bahwa Abu Thalhah dan Anas bin Nadlr pernah melakukan terapi kay (menempelkan besi panas pada daerah yang luka atau sakit) sementara Abu Thalhah juga pernah melakukan terapi kay (menempelkan besi panas pada daerah yang luka atau sakit) dengan tangannya sendiri." 'Abbad bin Manshur mengatakan dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi izin kepada keluarga beliau dari Anshar untuk meruqyah dari penyakit demam dan sakit telinga. Anas mengatakan; "Aku juga pernah melakukan kay (menempelkan besi panas pada daerah yang luka atau sakit) pada penyakit radang selaput dada, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
masih hidup. Abu Thalhah, Anas bin Nadlr, Zaid bin Tsabit juga pernah menyaksikanku ketika aku diterapi dengan kay (menempelkan besi panas pada daerah yang sakit) oleh Abu Thalhah." 14. Ruqyah Penyakit ‘Ain
ٓ َ ْذ ػَجْذَ اٌٍَ ِٗ ث ُ ْع ِّؼ َ َٓ خَبٌِذٍ لَبي ُ ْ َِؼْجَ ُذ ثِْٟٕ لَبيَ ؽَذَ َص ُ َب١ْ ٍش أَخْ َج َشَٔب عُف١ِؾ َّ ُذ ثُْٓ َوض َ ُِ ؽَذَ َصَٕب َْ َأَِشَٚعٍََ َُ أَٚ ِٗ ْ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍَٝص َ ٌٍَِٗي ا ُ ُٛ سَعَِٟٔب لَبٌَذْ َأ َِ َشْٕٙ َ اٌٍَُٗ ػٟ َ ِشَذَادٍ ػَْٓ ػَب ِئّشَخَ َسض ِْٓ١َ ِِْٓ ا ٌْؼَٝغْ َزشْل٠ُ َْْأ (BUKHARI - 5297) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan dia berkata; telah menceritakan kepadaku Ma'bad bin Khalid dia berkata; saya mendengar Abdullah bin Syaddad dari Aisyah radliallahu 'anha dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami supaya meruqyah orang yang terkena penyakit 'ain (gangguan sihir)."
ة ٍ ْؽش َ ُْٓؾَّذُ ث َ ُِ ُ ؽَذَ َصَٕبَِٟخَ اٌ ِذ َِّشْم١ِٓ ػَط ِ َْْ٘تِ ثٚ ٓ ُ ْؾ َّ ُذ ث َ ُِ ٓ خَبٌِذٍ ؽَذَصََٕب ُ ْؾَّذُ ث َ ُِ ِٟٕؽَذَ َص َعٍََّخ َ َِْٟٕتَ اثَْٕخِ أَث٠َػْٓ ص َ ِش١ْ َٓ اٌضُث ِ َْ َح ثْٚػش ُ ْٓػ َ ٞ ُ ُِ أَخْ َج َشَٔب اٌضُ ْ٘شِْٞذ١َ ِذ اٌضُث١ٌَِٛ ٌْؾ َّ ُذ ثُْٓ ا َ ُِ ؽَذَ َصَٕب َبِٙٙ ع ْ َٚ َِٟ ًخ ف٠َِب عَبسْٙ ِز١َ ثِٟ فَٜعٍََُ َسأ َ َٚ ِْٗ١ٍَػ َ ٌٍَُٗ اٍَََٝ صَِٟب أََْ اٌ َٕجْٕٙ ػ َ ُٗ ٌٍَ اٟ َ ِعٍََّخَ َسض َ َِػَْٓ ُأ ْٓػ َ ً ٌ ْ١ََلَبيَ ػُمٚ ٞ ِ ِْذ١َظشَ َح رَب َثؼَ ُٗ ػَجْ ُذ اٌٍَِٗ ثُْٓ عَبٌِ ٍُ ػَْٓ اٌضُث ْ َٕ ٌَب اَٙب فَاَِْ ِثٌَٙ اُٛعَ ْفؼَ ٌخ فَمَبيَ اعْ َزشْل َُ ٍَع َ َٚ ِْٗ١ٍَػ َ ُٗ ٌٍَ اٍََٝ صٟ ِ َِ ُح ػَْٓ إٌَجْٚ ػُشِِٟٔ أَخْجَ َشِٞاٌضُ ْ٘ش (BUKHARI - 5298) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalid telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Wahb bin 'Athiyah Ad Dimasyqi telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Walid Az Zubaidi telah mengabarkan kepada kami Az Zuhri dari 'Urwah bin Zubair dari Zainab puteri Ummu Salamah dari Ummu Salamah radliallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melihat budak wanita di rumahnya, ketika beliau melihat bekas hitam pada wajah budak wanita itu, beliau bersabda: "Ruqyahlah dia, karena padanya terdapat nadlrah (sisa sakit yang disebabkan karena sorotan mata jahat)." Hadits ini diperkuat oleh riwayat Abdullah bin Salim dari Az Zubaidi, dan berkata Uqail dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Urwah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
AYAT-AYAT RUQYAH
No 1.
Surat Al-Fatihah
Ayat 1-7 1-5 8-10 102 163-164
2.
Al-Baqarah 255 256-257 285-286 1-10
3.
Ali Imran 18-19 56 72-76 117-122 81-82 69 115-118 30-31
4. 5 7 10 20 23 27
An-Nissa’ Al-Maidah Al-A’raf Yunus Taha Al-Mu’minun An-Naml
37
As-Shaffat
1-10
44
Ad-Dukhan
43-45
46
Al-Ahqaf
29-32
55
Ar-Rahman
33-36
59 72
Al-Hashr Al-Jinn
21-24 1-9
112 Al-Ikhlas 113 Al-Falaq 114 An-Nass
1-4 1-5 1-6
Keterangan ‘Ummul Qur’an Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa Untuk gangguan jin munafiq Untuk gangguan sihir pemisah suami istri Kekuasaan Allah dalam penciptaan langit dan bumi Ayat Qursy Allah pelindung bagi orang yang beriman Do’a dijauhkan dari beban berat yang tidak sanggup memikulnya Allah menurunkan Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya Agama yang diridhoi Allah hanyalah agama Islam Untuk gangguan jin kafir Untuk gangguan jin nasrani atau yahudi Untuk gangguan sihir Untuk gangguan sihir Untuk gangguan sihir Allah Maha Tinggi dan Raja yang sebenarnya Surat yang dikirim Nabi Sulaiman kepada Ratu Bilqis Siksaan bagi syaitan dilempar dari segala penjuru oleh api Pohon zaqqum yang mendidih untuk makanan orang yang berdosa Peringatan untuk bangsa jin agar beriman kepada Allah Ancaman untuk bangsa jin yang mengingkari nikmat Allah Keagungan Allah memiliki Asmaul husna Ayat 6 untuk gangguan jin ilmu kanuragan/tenaga dalam Memohon perlindungan kepada Allah Memohon perlindungan kepada Allah Memohon perlindungan kepada Allah
CURRICULUM VITAE A. Identitas Pribadi Nama
: Rika Rahim
Tempat/ Tanggal Lahir
: Brebes, 27 Januari 1995
Alamat asal
: RT 002/ RW 001 Karangmalang, Ketanggungan, Brebes, Jawa Tengah.
Alamat di Yogja
: PP. Nurul Ummah Putri Kotagede
Email
:
[email protected]
No. Hp
: 0857 7880 6811
Nama Orangtua
:
1. Ayah
: Ma’mur
2. Ibu
: Saripah
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal
:
a. TK Aisyah Karangmalang, Brebes, lulus 2003 b. MI Miftahul Ulum Karangmalang, Brebes, lulus 2008 c. MTs Negeri Ketanggungan, Brebes, lulus 2010 d. MAN Denanyar Jombang, lulus 2012 e. Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, masuk 2012
2. Pendikan Non Formal
:
a. PP. Mamba’ul Ma’arif Denanyar
: 2010-2012
b. Lembaga Bahasa Arab dan Inggris
: 2010-2012
c. Madrasah Diniyah Nurul Ummah
: 2012- 2016