J. Agron. Indonesia 42 (3) : 180 - 186 (2014)
Perlakuan Invigorasi untuk Meningkatkan Mutu Fisiologis dan Kesehatan Benih Padi Hibrida Intani-2 Selama Penyimpanan Invigoration Treatment to Improve Seed Physiological Quality and Health of Intani-2 Hybrid Rice Seed during Storage Purnawati1, Satriyas Ilyas2*, dan Sudarsono2 PT. BISI International, Tbk. Jl. Pare-Wates KM 09. Desa Sumberagung Kecamatan Plosoklaten, Kediri, Jawa Timur 64175, Indonesia 2 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 1
Diterima 6 Maret 2014/Disetujui 20 Agustus 2014 ABSTRACT Storage condition and pathogen infection of seed can cause seed deteriorates faster. The rate of deterioration during storage could be slowed by seed invigoration, and pathogen infection could be elimited by application of natural pesticide. The objective of this research was to determine the effect of seed invigoration on seed physiological quality and health of Intani-2 hybrid rice seed during storage. All research activities were done at Laboratory of Quality Control and Plant Protection, PT. BISI International, Kediri, East Java. Split plot design was used in this experiment with 4 replications. Three seed lots of Intani-2 rice seed were used as main plot and 5 invigoration treatments were used as sub plot. Seed lot 1, 2 and 3 were harvested on 30 June 2012, 29 September 2012, and 2 November 2012, respectively. Invigoration treatments consisted of untreated, priming with ascorbic acid 40 ppm, osmoconditioning with KNO3 2%, osmoconditioning with PEG -0.2 MPa, and hydropriming. All invigoration treatments were added with clove oil 0.3%. Osmoconditioning with KNO3 2% + clove oil 0.3% was effective to maintain vigour index of seed lots 2 and 3 for up to 3 months storage. All seed invigoration treatments increased speed of germination before storage. Priming with ascorbic acid 40 ppm + clove oil 0.3% and osmoconditioning with PEG -0.2 MPa + clove oil 0.3% were effective to reduce the growth of Xanthomonas sp. on rice seeds monitored at 0, 2, and 3 months after storage. Keywords: ascorbic acid, clove oil, KNO3, osmoconditioning, PEG ABSTRAK Kondisi lingkungan simpan yang kurang mendukung dan infeksi pathogen menyebabkan benih lebih cepat mengalami kemunduran. Laju kemunduran benih selama penyimpanan dapat diperlambat dengan perlakuan invigorasi, sedangkan infeksi patogen pada benih dapat diatasi dengan memberikan pestisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh perlakuan invigorasi terhadap mutu fisiologis dan kesehatan benih padi hibrida Intani-2 selama penyimpanan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Quality Control dan Proteksi Tanaman, PT. BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur. Percobaan dirancang menggunakan rancangan petak terbagi. Benih padi Intani-2 dengan 3 lot benih sebagai petak utama dan 5 perlakuan invigorasi sebagai anak petak. Lot 1 dipanen tanggal 30 Juni 2012, lot 2 dipanen tanggal 29 September 2012, dan lot 3 dipanen tanggal 2 November 2012. Perlakuan invigorasi terdiri atas 5 perlakuan, yaitu kontrol, priming dengan asam askorbat 40 ppm, osmoconditioning dengan KNO3 2%, osmoconditioning dengan PEG -0.2 MPa, dan hydropriming. Semua perlakuan invigorasi ditambahkan minyak cengkeh 0.3%. Perlakuan osmoconditioning KNO3 2% + minyak cengkeh 0.3% efektif meningkatkan indeks vigor benih lot 2 dan 3 pada periode simpan 3 bulan. Semua perlakuan invigorasi benih dapat meningkatkan kecepatan tumbuh pada periode simpan 0 bulan. Perlakuan priming dengan asam askorbat 40 ppm + minyak cengkeh 0.3% dan osmoconditioning dengan PEG -0.2 MPa + minyak cengkeh 0.3% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Xanthomonas sp. pada periode simpan 0, 2, dan 3 bulan. Kata kunci: asam askorbat, KNO3, minyak cengkeh, osmoconditioning, PEG
* Penulis untuk korespondensi. e-mail:
[email protected]
180
Purnawati, Satriyas Ilyas, dan Sudarsono
J. Agron. Indonesia 42 (3) : 180 - 186 (2014) PENDAHULUAN
BAHAN DAN METODE
Benih hibrida yang unggul dan bermutu menjadi salah satu target produsen benih sehingga nilai komersial benih padi hibrida tetap tinggi. Akan tetapi masih terdapat kendala pada saat benih dipasarkan, yaitu kondisi lingkungan simpan yang kurang mendukung serta infeksi patogen tertentu yang menjadi faktor pemicu cepatnya kemunduran benih. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi yang mampu meningkatkan mutu fisiologis dan kesehatan benih padi hibrida selama di penyimpanan. Perlakuan invigorasi baik dengan osmoconditioning, vitamin priming, hydropriming, maupun matriconditioning merupakan beberapa metode yang efektif dalam invigorasi benih. Larutan osmotik yang dapat digunakan untuk tujuan osmoconditioning adalah larutan polyethylene glycol atau larutan garam antara lain CaCl2, NaCl, KCl, dan KNO3 (Erinnovita et al., 2008). Farooq et al. (2005) menyatakan bahwa perlakuan osmoconditioning dengan 30 g L-1 KNO3 mampu meningkatkan persentase indeks vigor, daya berkecambah, panjang akar, dan panjang plumula empat kultivar benih tomat. Menurut Yari et al. (2012) perlakuan osmopriming pada benih padi dengan menggunakan PEG 10 dan 20% mampu mempercepat waktu rata-rata perkecambahan dibanding dengan benih tanpa perlakuan. Dolatabadian dan Modarressanavy (2008) melaporkan bahwa perlakuan pra tanam dengan asam askorbat dan pyridoxine pada benih Helianthus annus L., dan Brassica napus L. efektif dalam meningkatkan daya berkecambah benih, mencegah kerusakan protein dan peroksidasi lemak. Perlakuan hydropriming pada kondisi stres lingkungan meningkatkan karakter perkecambahan benih Secale montanum (Ansari dan Zadeh, 2012b), meningkatkan daya berkecambah dan pertumbuhan yang cepat pada galur inbred jagung (Janmohammadi et al., 2008) dan meningkatkan daya berkecambah benih Vigna radiata L. pada kondisi stress lingkungan (Posmyk dan Janas, 2007). Hasil penelitian Basra et al. (2006) pada benih padi menunjukkan bahwa perlakuan vitamin priming dengan asam askorbat 10 ppm selama 48 jam mampu mempercepat waktu benih untuk berkecambah 50%, serta meningkatkan keseragaman perkecambahan, kecepatan tumbuh, daya berkecambah, panjang akar, panjang pumula, bobot basah dan bobot kering kecambah. Perlakuan invigorasi dapat diintegrasikan dengan pestisida baik sintesis maupun nabati untuk menekan tingkat infeksi patogen seedborne. Fiana (2010) menyatakan bahwa perlakuan matriconditioning plus minyak cengkeh 1%, minyak serai wangi 1%, streptomisin sulfat 0.04% + benomil 0.1% mampu mengendalikan Alternaria padwickii, Fusarium moniliforme, Curvularia sp., Drechslera oryzae serta bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Xanthomonas campestris pv. oryzicola, dan Acidovorax avenae pv. oryzae terbawa benih padi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perlakuan invigorasi yang mampu meningkatkan mutu fisiologis dan kesehatan benih padi hibrida Intani-2 selama dalam penyimpanan.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Quality Control dan Proteksi Tanaman, PT. BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2012 sampai dengan bulan April 2013.
Perlakuan Invigorasi untuk......
Sumber Benih Benih yang digunakan pada percobaan ini terdiri atas 3 lot benih dengan tanggal panen berbeda. Perbedaan tanggal panen menunjukkan bahwa benih yang digunakan berbeda tingkat kemunduran benihnya. Benih lot 1 dipanen tanggal 30 Juni 2012, benih lot 2 dipanen tanggal 29 September 2012, dan benih lot 3 dipanen tanggal 2 November 2012. Benih tersebut telah disimpan selama 6 bulan (lot 1), 3 bulan (lot 2), dan 1 bulan (lot 3) pada suhu 15 ± 2 oC sebelum digunakan. Rancangan Percobaan Percobaan dirancang menggunakan rancangan petak terbagi (split plot design) dengan empat ulangan. Petak utama adalah tiga lot benih dengan tanggal panen berbeda dan sebagai anak petak adalah perlakuan invigorasi benih. Perlakuan invigorasi terdiri atas 5 perlakuan, yaitu kontrol (tanpa perlakuan), priming dengan asam askorbat 40 ppm, osmoconditioning dengan KNO3 2%, osmoconditioning dengan PEG -0.2 MPa, dan hydropriming. Semua perlakuan invigorasi ditambah minyak cengkeh 0.3%. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan SAS dan jika terdapat perlakuan yang berbeda nyata diuji dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Perlakuan Invigorasi Benih tanpa perlakuan (kontrol) langsung dimasukkan ke dalam gelas plastik bening tanpa ada perlakuan khusus dan ditutup. Perlakuan invigorasi dilakukan dengan cara merendam benih di dalam larutan asam askorbat 40 ppm, KNO3 2%, PEG -0.2 MPa, dan air destilata pada gelas plastik bening tanpa aerator dan ditambahkan minyak cengkeh 0.3%. Penambahan Tween 80 0.2% sebagai emulsifier diperlukan dalam pembuatan larutan stok minyak cengkeh. Perbandingan antara benih dan larutan adalah 1:1.5 (b/v). Perlakuan invigorasi diinkubasi pada suhu 20-23 oC selama 20 jam. Setelah 20 jam inkubasi, benih dicuci dengan air destilata dan dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven suhu 40 oC selama 1 jam dan dilanjutkan suhu 35 oC hingga benih mencapai kadar air standar peraturan pemerintah yaitu maksimal 13%. Pengeringan dilakukan selama 2 x 24 jam, kemudian benih disimpan pada suhu kamar (suhu 28-31 °C dan RH 40-60%) dengan menggunakan plastik polyethylene 0.1 mm dan ditutup rapat mengunakan sealer. Benih diuji mutu fisiologisnya (indeks vigor, daya berkecambah, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal dan kesehatan benihnya (cendawan dan bakteri) setiap bulan selama tiga bulan penyimpanan.
181
J. Agron. Indonesia 42 (3) : 180 - 186 (2014) Pengujian Mutu Benih Pengujian mutu fisiologis benih menggunakan metode uji antar kertas dengan kertas CD dengan tiga lapis bagian bawah dan tiga lapis bagian atas. Setiap ulangan terdiri atas satu gulungan masing-masing 100 benih untuk pengujian indeks vigor, daya berkecambah, dan kecepatan tumbuh, sedangkan untuk pengujian bobot kering kecambah normal terdiri atas dua gulungan masing-masing 50 benih. Benih dikecambahkan dalam germinator pada suhu kamar. Indeks vigor dihitung berdasarkan persentase kecambah normal pada hitungan pertama, yaitu 5 hari setelah tanam (HST). Daya berkecambah dihitung berdasarkan persentase kecambah normal pada hitungan pertama (5 HST) dan kedua (7 HST). Kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan nilai pertambahan perkecambahan (persentase kecambah normal) setiap hari pada kurun waktu perkecambahan. Bobot kering kecambah normal diamati pada akhir pengamatan. Seluruh kecambah normal yang telah dibuang bagian karyopsisnya dibungkus amplop dan dikeringkan dalam oven suhu 60 oC selama 72 jam. Setelah itu dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang bobotnya. Pengujian kesehatan benih meliputi identifikasi cendawan dan bakteri terbawa benih. Pengujian cendawan menggunakan metode blotter test. Pengujian bakteri dilakukan dengan metode plate counting (Yukti et al., 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata kadar air benih selama periode simpan 3 bulan masih berada dalam kisaran standar pemerintah, yaitu maksimal kadar air 13%. Kemasan benih berupa plastik polyethylene mampu menjaga kadar air benih tetap stabil selama periode simpan 3 bulan (Tabel 1). Perlakuan tunggal priming dengan asam askorbat 40 ppm + minyak cengkeh 0.3%, osmoconditioning dengan KNO3 2% + minyak cengkeh 0.3% dan osmoconditioning dengan PEG -0.2 MPa + minyak cengkeh 0.3% meningkatkan indeks vigor masing-masing sebesar 11.8, 7 dan 7% pada periode simpan 0 bulan (Tabel 2). Benih yang diberi perlakuan priming dengan asam askorbat 40 ppm + minyak cengkeh 0.3% menunjukkan nilai indeks vigor tertinggi pada 0 bulan simpan. Tetapi perlakuan priming dengan asam askorbat 40 ppm tidak dapat meningkatkan indeks vigor benih pada periode simpan 1 hingga 3 bulan. Hal ini diduga karena konsentrasi asam askorbat yang diberikan terlalu tinggi serta aktivitasnya di dalam benih tergolong rendah sehingga asam askorbat terakumulasi di dalam benih. Menurut Yullianida dan Murniati (2005), asam askorbat yang terakumulasi di dalam benih dapat memberikan efek inhibitor sehingga proses perkecambahan menjadi terhambat. Interaksi perlakuan lot benih dan invigorasi nyata pada periode simpan 3 bulan. Perlakuan osmoconditioning dengan KNO3 2% + minyak cengkeh 0.3% efektif meningkatkan indeks vigor pada benih lot 2 dan 3. Benih yang telah diberi perlakuan mengalami peningkatan aktivitas metabolisme selama proses invigorasi serta adanya 182
penambahan unsur N dan K sebagai unsur hara esensial membantu meningkatkan pertumbuhan kecambah. Nasri et al. (2011) melaporkan bahwa osmopriming dengan KNO3 efektif untuk mempercepat perkecambahan benih selada. Semua perlakuan invigorasi benih dapat meningkatkan kecepatan tumbuh benih pada periode simpan 0 bulan (Tabel 3). Selama proses invigorasi berlangsung, terjadi peningkatan aktivitas metabolisme dalam benih sehingga benih yang diberi perlakuan invigorasi akan lebih cepat berkecambah. Ansari dan Zadeh (2012a) juga melaporkan bahwa perlakuan osmopriming dan hydropriming pada benih rye meningkatkan persentase perkecambahan, persentase kecambah normal, indeks perkecambahan, ratarata perkecambahan, dan panjang kecambah dibandingkan kontrol. Bobot kering kecambah normal merupakan salah satu tolok ukur viabilitas potensial benih. Tabel 3 memperlihatkan bahwa perlakuan invigorasi belum mampu meningkatkan bobot kering kecambah normal pada setiap periode simpan. Hal ini diduga karena benih yang digunakan dalam percobaan ini memiliki viabilitas potensial serta kandungan cadangan makanan yang masih tinggi. Roberts (1972) mengungkapkan bahwa benih yang baru dipanen memiliki enzim-enzim, organel sel dan cadangan makanan yang relatif masih baik sehingga perlakuan invigorasi menjadi tidak efektif. Perlakuan osmoconditioning dengan KNO3 2% + minyak cengkeh 0.3% dan hydropriming + minyak cengkeh 0.3% dapat menekan infeksi cendawan Fusarium sp. masing-masing sebesar 51.5 dan 33.1% pada periode simpan 1 bulan (Tabel 4). Perlakuan osmoconditioning dengan PEG -0.2 MPa + minyak cengkeh 0.3% pada periode simpan 1 dan 2 bulan nyata menghambat pertumbuhan cendawan Aspergilus sp. sebesar 38.7% dan 50% (Tabel 5). Senyawa eugenol yang terkandung dalam minyak cengkeh diduga mampu menghambat pertumbuhan cendawan. Menurut Ultee et al. (2002) eugenol merupakan senyawa fenolik yang mempunyai aktivitas antimikroba. Fiana (2010) menyatakan bahwa perlakuan matriconditioning + minyak cengkeh 1% mampu mengendalikan cendawan Alternaria padwickii, Fusarium moniliforme, Curvularia sp., dan Drechslera oryzae. Perlakuan priming dengan asam askorbat 40 ppm + minyak cengkeh 0.3% dan osmoconditioning dengan PEG -0.2 MPa + minyak cengkeh 0.3% nyata dapat menekan infeksi bakteri Xanthomonas sp. pada periode simpan 0, 2 dan 3 bulan (Tabel 6). Penurunan tingkat infeksi bakteri diduga karena mekanisme kerja antibakteri minyak atsiri yaitu dengan cara merusak sel bakteri. Menurut Mangoni et al. (2004) dan Rasooli et al. (2006), kerusakan sel diawali dengan rusaknya membran sel yang berlanjut dengan keluarnya materi isi sel dan akhirnya sel mengalami kematian. Fiana (2010) menyatakan bahwa perlakuan matriconditioning plus minyak cengkeh 1%, minyak serai wangi 1%, streptomisin sulfat 0.04% + benomil 0.1% mampu mengendalikan bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Xanthomonas campestris pv. oryzicola, Xanthomonas avenae pv. oryzae terbawa benih padi.
Purnawati, Satriyas Ilyas, dan Sudarsono
J. Agron. Indonesia 42 (3) : 180 - 186 (2014) Tabel 1. Pengaruh perlakuan invigorasi dan lot benih terhadap kadar air benih padi (%) selama periode simpan 3 bulan Perlakuan invigorasi (S)
Lot benih
S0
S1
x
S2
S3
S4
Periode simpan 0 bulan 1y
11.1Aa1
11.4Aa
10.8Aa
11.0Aa
11.4Aa
2
10.6Ab
11.1Aab
10.7Ab
11.6Aa
11.3Aab
3
9.9Bb
11.3Aa
10.8Aa
11.2Aa
11.3Aa
1
11.1Aab
11.1Aab
10.9Ab
11.1Aab
11.5Aa
2
10.5BCb
11.0Aa
11.0Aa
11.2Aa
11.4Aa
3
10.1Cb
11.1Aa
11.0Aa
11.1Aa
11.4Aa
Periode simpan 1 bulan
Periode simpan 2 bulan 1
11.3Aab
11.5Aa
11.0Ab
11.3Aab
11.4Aa
2
10.7BCb
11.3Aa
11.2Aa
11.5Aa
11.5Aa
3
10.5Cb
11.3Aa
11.2Aa
11.2Aa
11.6Aa
Periode simpan 3 bulan 1
11.5Aab
11.7Aa
11.2Ab
11.5Aab
11.5Aab
2
10.9BCb
11.6Aa
11.4Aa
11.5Aa
11.5Aa
3
10.6Cb
11.5Aa
11.3Aa
11.4Aa
11.7Aa
Keterangan: xS0 (tanpa perlakuan), S1 (priming dengan asam askorbat 40 ppm), S2 (osmoconditioning dengan KNO3 2%), S3 (osmoconditioning dengan PEG -0.2 MPa), S4 (hydropriming). Semua perlakuan invigorasi ditambahkan minyak cengkeh 0.3%. yLot 1 dipanen pada tanggal 30 Juni 2012, Lot 2 dipanen pada tanggal 29 September 2012, Lot 3 dipanen pada tanggal 2 November 2012. 1Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (antar perlakuan invigorasi) yang sama pada baris dan huruf besar (antar lot benih) yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tabel 2. Pengaruh perlakuan invigorasi dan lot benih terhadap indeks vigor benih padi (%) selama periode simpan 3 bulan Perlakuan invigorasi (S)
Lot benih
S0
S1
x
S2
Rata-rata
S3
S4
74.75
77.00
63.50
72.35B1
Periode simpan 0 bulan 1y
68.25
78.25
2
72.50
82.75
77.25
73.50
73.25
75.85A
3
74.50
79.75
78.25
79.75
72.50
76.95A
Rata-rata
71.75b
76.75a
76.75a
69.75b
1
80.25a
Periode simpan 1 bulan 1
62.00
65.00
71.25
64.75
60.75
64.75B
2
61.00
64.25
74.00
63.00
71.25
66.7AB
3
65.50
68.00
73.25
66.00
70.25
68.6A
Rata-rata
62.83c
65.75bc
72.83a
64.58bc
67.42b
Periode simpan 2 bulan 1
59.50
63.25
71.00
63.25
74.25
66.25B
2
65.25
64.25
77.25
66.00
74.25
69.40AB
3
66.00
68.25
78.25
68.00
77.50
71.60A
Rata-rata
63.58b
65.25b
75.5a
65.75b
75.33a
Periode simpan 3 bulan 1
64.50Ab
67.50Aab
68.75Bab
73.50Aa
69.25Aab
2
64.75Ab
65.00Ab
76.75Aa
66.00Bb
71.75Aab
65.75Ab
69.75Ab
78.50Aa
69.25ABb
72.00Aab
3
Keterangan: S0 (tanpa perlakuan), S1 (priming dengan asam askorbat 40 ppm), S2 (osmoconditioning dengan KNO3 2%), S3 (osmoconditioning dengan PEG -0.2 MPa), S4 (hydropriming). Semua perlakuan invigorasi ditambahkan minyak cengkeh 0.3%. yLot 1 dipanen pada tanggal 30 Juni 2012, Lot 2 dipanen pada tanggal 29 September 2012, Lot 3 dipanen pada tanggal 2 November 2012. 1Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (antar perlakuan invigorasi) yang sama pada baris dan huruf besar (antar lot benih) yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% x
Perlakuan Invigorasi untuk......
183
J. Agron. Indonesia 42 (3) : 180 - 186 (2014) Tabel 3. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal benih padi selama periode simpan 3 bulan Periode simpan (bulan)
Perlakuan
0
S0 S1 S2 S3 S4 S0 S1 S2 S3 S4
1 2 Kecepatan tumbuh (% etmal-1) 19.81 19.97 20.22 20.58 20.11 20.43 19.94 20.40 19.91 20.04 BKKN (g) 0.553 0.5709ab 0.564 0.5529b 0.579 0.5967a 0.544 0.5703ab 0.546 0.5618b
18.88c 20.29ab 20.68a 19.69b 20.48a 0.539 0.556 0.578 0.539 0.556
3 19.35 19.88 19.69 19.75 19.59 0.5898ab 0.5654c 0.6043a 0.5698bc 0.5779bc
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% Tabel 4. Pengaruh perlakuan invigorasi dan lot benih terhadap infeksi cendawan Fusarium sp. (%) terbawa benih padi selama periode simpan 3 bulan
Lot benih
Perlakuan invigorasi (S) S0
S1
S2
S3
S4
Rata-rata
Periode simpan 0 bulan 1
12.0Abc
6.0Bc
18.0Aab
15.0Aab
24.0Aa
2
13.0Aa
11.0ABa
15.0Aa
18.0Aa
22.0Aa
3
9.0Ab
22.0Aa
6.0Bb
21.0Aa
8.0Bb
Periode simpan 1 bulan 1
14.0
6.0
9.0
9.0
8.0
9.2
2
14.0
12.0
5.0
12.0
11.0
10.8
3
11.0
12.0
5.0
12.0
7.0
9.4
Rata-rata
13.0a
10.0ab
6.3c
11.0ab
8.7bc
Periode simpan 2 bulan 1
10.0
5.0
11.0
7.0
10.0
8.6
2
15.0
14.0
8.0
11.0
8.0
11.2
3
9.0
7.0
5.0
8.0
8.0
7.4
11.3
8.7
8.0
8.7
8.7
1
9.0
5.0
10.0
8.0
8.0
8.0
2
15.0
12.0
8.0
8.0
10.0
10.6
3
10.0
8.0
5.0
9.0
7.0
7.8
Rata-rata
11.3
8.3
7.7
8.3
8.3
Rata-rata
Periode simpan 3 bulan
Keterangan: xS0 (tanpa perlakuan), S1 (priming dengan asam askorbat 40 ppm), S2 (osmoconditioning dengan KNO3 2%), S3 (osmoconditioning dengan PEG -0.2 MPa), S4 (hydropriming). Semua perlakuan invigorasi ditambahkan minyak cengkeh 0.3%. yLot 1 dipanen pada tanggal 30 Juni 2012 , Lot 2 dipanen pada tanggal 29 September 2012, Lot 3 dipanen pada tanggal 2 November 2012. 1Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (antar perlakuan invigorasi) yang sama pada baris dan huruf besar (antar lot benih) yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
184
Purnawati, Satriyas Ilyas, dan Sudarsono
J. Agron. Indonesia 42 (3) : 180 - 186 (2014) Tabel 5. Pengaruh perlakuan invigorasi dan lot benih terhadap infeksi cendawan Aspergilus sp. (%) terbawa benih padi selama periode simpan 3 bulan Lot benih
Perlakuan invigorasi (S) S0
S1
S2
S3
S4
5.0Aabc
1.0Ac
2.0Abc
Rata-rata
Periode simpan 0 bulan 1
8.0Aab
13.0Aa
2
7.0Aa
6.0Aa
4.0Aa
5.0Aa
2.0Aa
3
8.0Aa
4.0Aa
3.0Aa
5.0Aa
7.0Aa
Periode simpan 1 bulan 1
12.0
11.0
7.0
4.0
5.0
7.8
2
6.0
10.0
6.0
8.0
11.0
8.2
3
10.0
8.0
3.0
5.0
4.0
6.0
5.3b
5.7b
6.7b
Rata-rata
9.3a
9.7a
Periode simpan 2 bulan 1
8.0
9.0
6.0
1.0
5.0
5.8
2
6.0
12.0
8.0
8.0
12.0
9.2
3
10.0
7.0
3.0
3.0
8.0
6.2
5.7ab
4.0b
8.3a
Rata-rata
8.00a
9.3a
Periode simpan 3 bulan 1
8.0
10.0
7.0
4.0
4.0
6.6
2
7.0
8.0
5.0
7.0
10.0
7.4
3
8.0
6.0
2.0
4.0
7.0
5.4
Rata-rata
7.7
8.0
4.7
5.0
7.0
Keterangan: xS0 (tanpa perlakuan), S1 (priming dengan asam askorbat 40 ppm), S2 (osmoconditioning dengan KNO3 2%), S3 (osmoconditioning dengan PEG -0.2 MPa), S4 (hydropriming). Semua perlakuan invigorasi ditambahkan minyak cengkeh 0.3%. yLot 1 dipanen pada tanggal 30 Juni 2012 , Lot 2 dipanen pada tanggal 29 September 2012, Lot 3 dipanen pada tanggal 2 November 2012. 1Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (antar perlakuan invigorasi) yang sama pada baris dan huruf besar (antar lot benih) yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
Tabel 6. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap infeksi bakteri Xanthomonas sp. (106 cfu mL-1) terbawa benih padi selama periode simpan 3 bulan Periode Simpan (bulan)
Perlakuan
0 11.0a 5.8b 8.5ab 6.7b 8.8ab
S0 S1 S2 S3 S4
1 13.7 7.3 10.7 8.8 12.3
2 18.0a 9.8c 14.3b 11.2c 15.8ab
3 21.3a 8.8b 14.5a 10.2b 15.5a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
KESIMPULAN Perlakuan osmoconditioning dengan KNO3 2% + minyak cengkeh 0.3% efektif meningkatkan indeks vigor benih pada periode simpan 3 bulan pada benih lot 2 dan 3. Semua perlakuan invigorasi benih dapat meningkatkan kecepatan tumbuh benih pada periode simpan 0 bulan. Perlakuan priming dengan asam askorbat 40 ppm dan osmoconditioning dengan PEG -0.2 MPa + minyak cengkeh Perlakuan Invigorasi untuk......
0.3% nyata dapat menekan infeksi bakteri Xanthomonas sp. pada periode simpan 0, 2, dan 3 bulan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami tujukan kepada segenap manajemen PT. BISI International, Tbk. atas beasiswa pendidikan yang diberikan kepada penulis.
185
J. Agron. Indonesia 42 (3) : 180 - 186 (2014) DAFTAR PUSTAKA Ansari, O., F.S. Zadeh. 2012a. Osmo and hydropriming improved germination improvement under cold stress conditions in mountain rye (Secale mountanum). Cercetari Agronomice in Moldova 45:53-62. Ansari, O., F.S. Zadeh. 2012b. Osmo and hydropriming improved germination characteristics and enzyme activity of mountain rye (Secale montanum) seeds under drought stress. J. Stress Physiol. Biochem. 8:253-261. Basra, S.M.A., M. Farooq, A. Wahid, M.B. Khan. 2006. Rice seed invigoration by hormonal and vitamin priming. Seed Sci. Technol. 34:738-758. Dolatabadian, A., S.M.A. Modarressanavy. 2008. Effect of ascorbic acid, pyridoxine and hydrogen peroxide treatments on germination, catalase activity, protein and malondialdehyde content of three oil seeds. Not. Bot. Hort. Agrobot. Cluj. 36:61-66. Erinnovita, M. Sari, D. Guntoro. 2008. Invigorasi benih untuk memperbaiki perkecambahan kacang panjang (Vigna unguiculata Hask. ssp. sesquipedalis) p a d a cekaman salinitas. Bul. Agron. 36:214-220. Farooq, M., S.M.A. Basra, B.A. Saleem, N. Nafees, S.A. Chishti. 2005. Enhancement of tomato seed germination and seedling vigor by osmopriming. Pak. J. Agri. Sci. 42:36-41. Fiana, Y. 2010. Efektivitas matriconditioning plus pestisida nabati dalam pengendalian patogen seedborne dominan dan peningkatan mutu benih padi (Oryza sativa L.). Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Janmohammadi, M., P.M. Dezfuli, F. Sharifzadeh. 2008. Seed invigoration techniques to improve germination and early growth of inbred line of maize under salinity and drought stress. Gen. Appl. Plant Physiol. 34:215-226. Mangoni, M.L., N. Papo, D. Barra, M. Simmaco, A. Bozz, A.D. Giulio, A.C. Rinaldi. 2004. Effects of the
186
antimicrobial peptide temporin L on cell morphology, membrane permeability and viability of Escherichia coli. J. Biochem. 380:859-865. Nasri, N., R. Kaddour, H. Mahmoudi, O. Baatour, N. Bouraoui, M. Lachaâl. 2011. The effect of osmopriming on germination, seedling growth and phosphatase activities of lettuce under saline condition. Afr. J. Biotechnol. 10:14366-14372. Posmyk, M.M, K.M. Janas. 2007. Effects of seed hydropriming in presence of exogenous proline on chilling injury limitation in Vigna radiata L. seedlings. Acta. Physiol. Plant. 29:509-517. Rasooli, I., M.B. Rezaei, A. Allameh. 2006. Ultrastructural studies on antimicrobial efficacy of thyme essential oils on Listeria monocytogenes. Int. J. Infectious Diseases 10:236-241. Roberts, E.H. 1972. Cytologycal, genetical, and metabolic changes associated with loss of viability. In E.H. Roberts (Eds). Viability of Seeds. Chapman and Hall Ltd., London. Ultee, A., M.H.J Bennik, Moezellar. 2002. The phenolic hydroxyl group of carvacrol is essential for action againts the food-borne pathogen bacillus cereus. Appl. Environ. Microbiol. 68:1561-1568. Yari, L., A. Zareyan, F. Hasani, H. Sadeghi, S. Sheidaie. 2012. Germination and seedling growth as affected by presowing PEG seed treatments in (Oryza sativa L.). Tech. J. Engin. App. Sci. 2:425-429. Yukti, A.M., S. Ilyas, Sudarsono, U.S. Nugraha. 2008. Perlakuan benih dengan matriconditioning plus agens hayati untuk pengendalian cendawan dan bakteri seedborne serta peningkatan vigor dan hasil padi. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perbenihan dan Kelembagaan. Yogyakarta. Yullianida, E. Murniati . 2005. Pengaruh antioksidan sebagai perlakuan invigorasi benih sebelum simpan terhadap daya simpan benih bunga matahari (Helianthus annus L.). Hayati J. Biosci. 12:145-150.
Purnawati, Satriyas Ilyas, dan Sudarsono