PERAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SEREALIA Sistem Tanam Legowo Jagung dengan Tumpangsari Kedelai Teknologi sistem tanam legowo pada tanaman jagung dapat meningkatkan indeks penggunaan lahan dan pendapatan petani. Sistem tanam legowo pada jagung dimana dua baris tanaman dirapatkan (jarak tanam antar-baris dirapatkan), sehingga antara setiap dua baris tanaman lebih longgar, populasi tanaman tidak berbeda dibanding tanpa legowo. sistem tanam legowo jagung dengan jarak tanam (100 x 50 cm) x 20 cm atau (100 x 40 cm) x 20 cm yang ditumpangsarikan dengan kedelai mempunyai hasil yang relatif lebih tinggi dibanding dengan sistem tanam legowo tanpa tumpangsari.Hal ini disebabkan adanya subsidi N yang berasal dari penambatan N dari tanaman kedelai.
Pada bagian baris
legowo yang ditanami kedelai 2 baris dapat menghasilkan >0,5 t/ha.
Gambar Tumpangsari jagung dan kedelai system legowo Pemupukan Jagung Spesifik Lokasi di Lahan Sawah Teknologi Penentuan Takaran Pupuk Spesifik Lokasi dengan Perangkat PUJS. Pupuk yang diberikan ke dalam tanah tidak semuanya dapat diserap oleh tanaman. Oleh karena itu, penggunaan pupuk anorganik yang diaplikasikan pada lahan sawah tadah hujan harus dihitung dalam satu
1
pola tanam padi-jagung-jagung dengan mempertimbangkan residu pupuk pada setiap musim tanam. Di sejumlah daerah, petani umumnya memupuk tanaman jagung berdasarkan perhitungan jumlah benih yang ditanam, yaitu 1 kg benih setara dengan 1 zak pupuk, sehingga terdapat kecenderungan penggunaan pupuk N (urea) yang berlebih. Sedangkan penggunaan pupuk P dan K kurang optimal, bahkan sering tidak melakukan pemupukan P dan K, meskipun di lahan tersebut tanaman jagung responsif jika dipupuk dengan P dan K, sehingga penggunaan pupuk menjadi tidak efisien yang berakibat produktivitas tidak optimal. Hasil survey menujukkan bahwa takaran pupuk yang dipakai petani rata-rata 295 – 345 kg N, 0 – 22,5 kg P2O5, dan 0 - 22,5 kg K2O per ha dengan tingkat hasil rata-rata yang diperoleh petani 6,0 – 7,7 t/ha. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan PUJS dengan analisis tanah P dari rendah sampai tinggi dan ketersediaan K sedang-tinggi dan peluang hasil 9 t/ha, maka rekomendasi takaran pupuk adalah 170 kg N, 30 -60 kg P2O5, dan 33 kg K2O (Rekomendasi spesifik seperti pada Tabel). Berdasarkan analisis PUJS, penggunaan N akan menurun dan penggunaan P dan K akan meningkat. Pemupukan P di Desa Tonasa dan Sanrobone dan pemupukan K seluruh wlayah di Takalar pada lahan sawah untuk tanaman jagung cukup pada musim tanam I, sedangkan musim tanam ke II tidak perlu pemupukan P dan K. Teknologi dekomposer untuk pembuatan pupuk organik dari limbah tanaman jagung Pemanfaatan lahan secara intensif dengan penanaman secara berkelanjutan
dapat
memperburuk
kesuburan
dan
tekstur
tanah.
Penambahan bahan organik, selain berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman dalam jangka panjang, juga berfungsi untuk memperbaiki tekstur tanah. Pemanfaatan bahan organik dari limbah tanaman jagung dalam jangka panjang dapat berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman insitu, namun memerlukan proses perombakan limbah tersebut yang cukup lama.
2
Mikroorganisme dekomposer yang diperoleh dapat merombak limbah batang tanaman jagung secara cepat, sehingga limbah tanaman dapat diproses insitu dan tidak perlu lagi mengangkut limbah keluar lahan. Dengan demikian usahatani jagung efisien dan menjaga tingkat produktivitas lahan sehingga usahatani jagung akan berkelanjutan. Hasil penelitian telah diperoleh 6 mikroorganisme yang efektif dan cepat dalam membuat pupuk organik berbahan biomas jagung.Hasil penelitian Balitsereal Maros, telah diperoleh mikroorganisme yang efektif dan cepat dalam membuat pupuk organik berbahan biomas jagung.Hasil seleksi cendawan dari berbagai lokasi di Sulawesi Selatan diperoleh cendawan O5 yang lebih bak dibanding EM4. Cendawan dekomposer O5 mampu menghasilkan kompos dengan kandungan N lebih tinggi dan C/N lebih rendah dibandingkan EM4.
Hama dan Penyakit Serealia Formulasi Biopestisida Bacillus subtilis merupakan fungisida biologi (biofungisida) yang banyak digunakan untuk pengendalian penyakit jamur. Bakteri saprofit ini mengendalikan serangan jamur, layu dan busuk akar. Pada tahun 2014, penelitian Bakteri Bacillus subtilis danTM4 telah diformulasikan dalam bentuk tepung dan diuji efektifitasnya di laboratorium terhadap cendawan Rhizoctonia soloni, Fusarium moniliforme, dan Bipolaris maydis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. subtilisTM4 mampu menekan perkembangan
serangan
cendawan
Rhizoctonia
soloni,
Fusarium
moniliforme, dan Bipolaris maydis.Pengujian yang dilakukan di rumah kaca, menunjukkan bahwa formulasi B. subtilisTM4 mampu memberikan vigor tanaman yang lebih baik, meningkatkan berat segar tanaman, dan mampu menekan perkembangan cendawan patogen R. solani. Biofungisida lain yang dapat digunakan untuk mengendalikan oleh penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. Efektifitas daya hambat dari kedua biofungisida tersebut di atas 50%. Penelitian formulasi fungisida Trichoderma dapat menurunkan
3
intensitas serangan penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung sebesar 63,31– 69,7%. Sementara itu Gliocladium sp mampu menurunkan intensitas serangan penyakit busuk pelepah sebesar 23,34% – 54,29 %.
Gambar 14.Formulasi
Trichoderma dan Gliocladium Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman Gandum Penelitian identifikasi hama dan penyakit tanamam gandum di laksanakan di Malino Sulawesi Selatan. Terdapat sejumlah hama yang teridentifikasi menyerang tanaman gandum adalah belalang (Locusta migratoria L), werengdaun (Peregrinus maidis Ashmed), ulat grayak (Mithymna separate Walker), dan pengorok daun (Liriomyza spp.), dan ulat jengkal. Jenis hama yang banyak ditemukan pada varietas Dewata yang diuji adalah
penggorok daun dengan populasi imago mencapai 29,17
ekor/5 kali ayunan ganda. Adapun penyakit yang umum menyerang tanaman gandum pada fase
vegetatif
dan
generatif
adalah
masing-masing
bercak
daun
Helminthosporium, hawar daun Alternaria sp., (Gambar7) dan penyakit hawar malai (Fusarium sp.) yang menyerang malai (Gambar 8). Hasil identifikasi yang dilakukan di laboratorium penyakit Balitsereal menunjukkan
bahwa
patogen
penyebab
penyakit
bercak
daun
Helminthosporium adalah H. sativum (Gambar 6.a.).Sedangkan penyebab hawar daun Alternaria adalah A. triticina (Gambar 6.b.), serta penyebab hawar malai adalah Fusarium equiseti (Gambar 11).
4
(a) (b)
a
(c) G Gambar 11.Bentuk konidia H. sativum (x100) dari tanaman gandum (a). Bentuk konidiaA. triticina (x100) dari tanaman gandum (b), Bentuk konidia F. equiseti (x200) dari tanaman gandum (c)
Gambar 12.Gejala serangan hawar daun Alternaria pada gandum.
5
Gambar 13.Gejala serangan hawar malai pada tanaman gandum.
BENIH SUMBER SEREALIA Produksi benih sumber dan distribusinya Dalam rangka mendukung ketersediaan benih sumber serealia di Indonesia, Badan Litbang Pertanian telah membentuk unit pengelola benih sumber (UPBS) yang memproduksi benih sumber serealia klas BS dan FS dengan menerapkan Sistem Manajemen Mutu berbasis ISO 9001: 2008. Pengembangan sistem produksi dan distribusi benih sumber serealia dengan penerapan manajemen mutu dilakukan dengan tujuan : (1). memproduksi benih sumber serealia (jagung, sorgum, gandum) klas BS dan FS dengan penerapan SMM, (2). mengevaluasi UPBS berbasis sistem manajemen mutu (SMM) ISO 9001-2008 dalam produksi dan distribusi benih
sumber
serealia
dengan
menerapkan
dan
memanfaatkan
laboratorium terakreditasi berbasis ISO/IEC 17025: 2008. Pada tahun 2014, UPBS Balitsereal memproduksi benih benih penjenis (BS), benih dasar (FS) dan F1 hibrida jagung. Benih klas BS jagung yang dihasilkan sebesar 8.135 kg. Benih klas FS dan F1 hibrida yang dihasilkan masing-masing 15.875 kg dan 6.025 kg. Sementara itu benih sorgum klas BS yang dihasilkan adalah sebesar 4.808 kg. BS varietas gandum yang diproduksi adalah 388 kg (Tabel 14, 15, 16, dan17). Tabel 14. Produksi Beberapa VUB Jagung Klas BS, 2014 dan Hibrida F1 Luas (ha)
Target hasil (kg)
Hasil Benih (kg)
Lokasi
Lamuru
1,0
1000
2.130
KP. Bajeng
Bisma
1,0
1000
1.285
KP. Bajeng
1,0
1000
1.855
KP. Bajeng
1,0
1000
1.165
KP. Bajeng
Pulut URI
1,0
1000
1.700
KP. Bajeng
Jumlah
5,0
5000
8.135
Varietas
Srikandi Kuning Sukmaraga
6
Bima 19 URI dan Bima 20 URI
3,0
9000
6.025
Malang, Jatim
Tabel 15 . Produksi Beberapa VUB Jagung Klas FS, 2014
Luas (ha)
Target hasil (kg)
Hasil Benih (kg)
Sukmaraga
2,0
4000
4.725
Arjuna
1,0
2000
1.534
Bisma
1,0
2000
1.980
Lamuru
1,0
2000
3.020
Srikandi Putih
1,0
2000
895
Gumarang
1.0
2000
645
Anoman
1.0
2000
3.080
Jumlah
8.0
16.000
15.879
Varietas
Tabel 16. Produksi Beberapa VUB Sorgum tahun 2014 Luas (ha)
Target hasil (kg)
Hasil Benih (kg)
Super-1
0,5
1.000
1.220
Super-2
0,5
1.000
595
Numbu
0,5
1.000
2.485
Kawali
0,5
1.000
508
Jumlah
2,00
2.000
4.808
Varietas
Tabel 17. Produksi Beberapa VUB Gandum tahun 2014 Luas (ha)
Hasil Benih (kg)
Nias
0,3
134
Selayar
0,4
119
Dewata
0,4
135
Jumlah
1,00
388
Varietas
7
Distribusi Benih Tahun 2014 Distribusi benih jagung klas BS tahun 2014 sebanyak 6.160,45 kg dengan total distribusi terbanyak berturut-turut
varietas Sukmaraga,
Lamuru, Pulut URI, Bisma, Arjuna, sisanya adalah varietas lain. Benih jagung klas FS yang terdistribusi tahun 2014 sebanyak 12.619,9 kg, dengan total distribusi benih terbesar berturut-turut varietas Lamuru, Bisma, dan Srikandi Kuning. Distribusi benih sorgum sepanjang tahun 2014 sebanyak 3.196,9 kg, dengan total benih sorgum terbanyak terdistribusi ialah varietas Numbu dan Kawali. Sedangkan benih gandum yang terdistribusi sebanyak 362,5 kg.
Tabel. Distribusi benih klas BS dan FS jagung tahun 2014 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
PROVINSI Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Bengkulu Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Lampung Bangka Belitung Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Bali NTB
BPTP 107 100
BS (kg) DINAS PENANGKAR 50
20
15 15 25 60 51
1
52 88 20
10 26
100 135 25
20 44 15 73 10 332 23 40 675 66
6
5
11
1 43
25
120 10
10 75
6 2 12
5
5 1 110
27 1 40 35
BPTP
FS (kg) DINAS PENANGKAR
30
20 2
287 20
40
10 60
8
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 TOTAL
NTT Sulawesi Barat Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
10 1 105 20 21 20 45 18 14 100
35
30 128 20
7
1019
101 7.5 40 26 1013.45
40 29
5
10 75
50 174
57 40 50 12
60 95 125 31
237
316
2931.95
681
180 26 20 110 2022
4 45 609
2919
Pendampingan dan Evaluasi Penerapan Komponen Teknologi PTT dalam SL-PTT jagung Pendampingan pelaksanaan SL-PTT dilaksanakan dalam bentuk bantuan benih untuk display beberapa varietas, pendampingan langsung pelaksanaan SL-PTT, pelatihan-pelatihan bagi PL II dan kelompok tani, serta magang produksi benih jagung hibrida bagi staf BPTP. Evaluasi Pelaksanaan SL-PTT jagung dilakukan dengan melihat permasalahan dalam pelaksanaan SL-PT jagung yaitu: 1. Bantuan benih ditentukan di pusat (Jakarta) sehingga benih tidak tepat waktu, jenis dan jumlah 2. Koordinasi dan komunikasi antar institusi yang terlibat lemah.Belum adanya sistem yang terintegrasi dalam pengawalan antara Dinas Pertanian dengan BPTP dan Bakorluh/ Bapeluh 3. Materi
pelatihan
pemandu
lapangan
belum
sepenuhnya
menyesuaikan dengan kondisi lapangan, disisi lain kondisi lapangan sangat heterogen 4. Pengetahuan dan keterampilan para pemandu masih lemah. Jumlah kelompok
tani
relatif
banyak
sedangkan
petugas
pembina/pendamping relatif terbatas, sehingga pengawalan oleh pemandu lapangan belum optimal
9
5. Pemahaman PTT masih rendah, PTT dipahami identik dengan penggantian varietas atau bantuan benih 6. Varietas yang diminta adalah varietas hibrida yang sering ditanam petani, dan kesulitan untuk introduksi varietas baru meskipun varietas tersebut mempunyai potensi hasil yang lebih tinggi 7. Adanya pemahaman bahwa 1 unit SL adalah 1 kelompok, sehingga bantuan benih dibagi rata keseluruh anggota kelompok yang lahannya lebih dari batasan luasan 1 unit SL jagung hibrida 15 ha 8. Banyak dijumpai pelaksana SL-PTT adalah petani penggarap, tidak mempunyai kewenangan yang penuh atas lahannya. 9. Tidak adanya kontinuitas pembinaan pasca pelaksanaan SL-PTT 10. Penerapan paket teknologi anjuran belum dapat diterapkan secara optimal oleh petani karena keterbatasan modal Penguatan Sistem Benih Sumber Jagung
Penguatan sistem kelembagaan yang dilaksanakan oleh Balitsereal dengan 2 cara. Alternatif pertama: Balisereal sebagai penghasil benih sumber (BS dan FS) bekerjasama langsung dengan penangkar benih binaan. Dalam kerjasama ini Balitsereal yang langsung mendampingi penangkar binaan dan menyediakan sarana produksi dan transfer teknologi budidaya (mulai dari tanam sampai panen) dengan melibatkan juga BPSB dan
instansi
terkait
(Diperta,
PEMDA
dan/atau
LSM-LSM)
agar
pendistribusian benih tepat sasaran dan waktu. Alternatif kedua: Balitsereal sebagai pemulia yang menghasilkan benih jagung (Breeder Seed) memperbanyak benihnya untuk menghasilkan benih dasar selanjutnya hasil benih dasar ini dikirim/dilanjutkan oleh BPTP dengan mandat membina penangkar benih menggunakan benih kelas BP/Benih Pokok sebagai penguatan benih sumber di provinsi-provinsi. Pendistribusian benih hasil tangkaran dikelola oleh BPTP.
10