PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B2 RA MA’ARIF NU KARANG TENGAH KERTANEGARA PURBALINGGA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Pesyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Ari Musodah NIM 10111244004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA AGUSTUS 2014
i
ii
iii
iv
MOTTO
.1 ) َعلَّ َن4( ) الَّ ِذي َعلَّ َن بِ ْالقَلَ ِن3( ) ا ْق َز ْأ َو َربُّكَ ْاْلَ ْك َز ُم2( ق َ َ) َخل1( ق َ َك الَّ ِذي َخل َ ِّا ْق َز ْأ بِاس ِْن َرب ٍ َاْل ْن َسانَ ِه ْن َعل ِْ ق )5( اْل ْن َسانَ َها لَ ْن يَ ْعلَ ْن ِْ ‘‘Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya’’. (QS. Al ‘Alaq: 1-5)
Belajarlah bahasa huruf, sehingga anda bisa membaca tulisan. Belajarlah bahasa alam, sehingga anda bisa membaca jutaan hikmah dari alam. Belajarlah bahasa kehidupan, sehingga anda bisa membaca arti dari setiap kejadian. (Anonim)
v
PERSEMBAHAN
Karya tulis skripsi ini, saya persembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu tulus mendukung dan mendoakan dengan penuh rasa kasih dan sayang 2. Almamaterku tercinta FIP UNY 3. Nusa, bangsa, dan agama
vi
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B2 RA MA’ARIF NU KARANG TENGAH KERTANEGARA PURBALINGGA Oleh Ari Musodah NIM 10111244004 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui media kartu kata bergambar pada anak Kelompok B2 RA Ma’arif NU Karang Tengah Kertanegara Purbalingga Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan anak dalam membaca permulaan. Penelitian ini merupakan Tindakan Kelas kolaboratif menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart yang dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian yakni 24 anak Kelompok B2 yang terdiri dari 15 anak laki-laki dan sembilan anak perempuan. Objek penelitian yakni kemampuan membaca permulaan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan berupa instrumen lembar observasi yang berbentuk check list, indikator yang diteliti yakni indikator kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, indikator menyebutkan fonem yang sama, dan indikator membaca kata. Teknik analisis data dilakukan melalui deskriptif kuantitatif. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika persentase masing-masing indikator kemampuan membaca permulaan pada anak telah mencapai ≥80% dengan kriteria baik Hasil penelitian menunjukan bahwa media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Pada tahap Pratindakan persentase rata-rata ketercapaian anak baru mencapai presentase 42,59%, pada pelaksanaan Siklus I presentase yang dicapai sebesar 68,34%, dan pencapaian kemampuan membaca permulaan pada Siklus II sebesar 95,57%. Peningkatan dari Pratindakan ke Siklus I sebesar 25,75%, dan peningkatan dari Siklus I ke Siklus II sebesar 27,23%. Langkah-langkah penggunaan media kartu kata bergambar yang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan sebagai berikut: 1) setiap kelompok memperoleh 21 media kartu kata bergambar; 2) guru mengenalkan satu per satu lambang bunyi huruf yang membentuk kata; 3) mengenalkan kata atau kata benda yang memiliki fonem yang sama; 4) membaca kata yang terdapat pada gambar; dan 5) anak-anak dibimbing untuk menjodohkan kartu kata dengan gambar yang sesuai, kemudian menyebutkan lambang bunyi huruf, menyebutkan fonem yang sama, dan membaca kata. Kata kunci: kemampuan membaca permulaan, media kartu kata bergambar, anak Kelompok B2.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan menggunakan Media Kartu Kata Bergambar pada Anak Kelompok B2 RA Ma’arif NU Karang Tengah, Kertanegara, Purbalingga” sebagai salah satu tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada. 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan sehingga dapat menempuh pendidikan S1 PG-PAUD. 3. Koordinator Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang telah memberikan dukungan untuk pelaksanaan penelitian. 4. Ibu Dr. Ishartiwi dan Ibu Martha Christianti, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan guna penyusunan tugas akhir ini. 5. Ibu Eni Muflikhati selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan ijin penelitian. 6. Ibu Nurul Khasanah selaku Guru Kelompok B2 yang membantu selama proses penelitian berlangsung.
viii
7. Anak-anak Kelompok B2 RA Ma’arif NU Karang Tengah, Kertanegara, Purbalingga yang telah menjadi subjek penelitian. 8. Orangtua yang telah memberi dukungan dalam bentuk moril maupun materil. 9. Mukhdori S. Pd. I yang selalu memberikan do’a dan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman PG PAUD Kelas B Angkatan 2010 terima kasih untuk do’a dan dukungannya. 11. Keluarga besar kos Ibu Hadiatmojo yang telah memberikan doa, motivasi, dan bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini 12. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Pemberian motivasi dan segala bantuan semoga menjadi amal ibadah dan memperoleh balasan yang jauh lebih sempurna dari Allah SWT. Penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pengembangan pendidikan anak usia dini pada umumnya. Yogyakarta, Penulis
ix
Juli 2014
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN. ........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… ......
iv
HALAMAN MOTTO. .....................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN. .....................................................................
vi
ABSTRAK. ......................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................
6
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................
6
D. Rumusan Masalah ......................................................................................
6
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................
7
F. Manfaat Penelitian .....................................................................................
7
G. Definisi Operasional ..................................................................................
8
BAB II. KAJIAN TEORI A. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan AUD. ............................
10
2.Tujuan Membaca Permulaan AUD .........................................................
11
3. Proses Belajar Membaca Anak Usia Dini ..............................................
12
4. Metode Pengajaran Membaca ...............................................................
16
5. Tahap-tahap Perkembangan Membaca Anak Usia Dini ........................
18
6. Karakteristik Kemampuan Membaca Anak TK .....................................
19
x
7. Pembelajaran Membaca di Taman Kanak-kanak ...................................
20
8. Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan di TK
22
B. Hakikat Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini ....................................................................
23
2. Karakteristik Anak Usia Dini ................................................................
24
C. Media Kartu Kata Bergambar dalam Pembelajaran Membaca Anak TK ... 1. Pengertian Media ...................................................................................
27
2. Pengertian Kartu Kata Bergambar .........................................................
28
3. Kelebihan Kartu Kata Bergambar ..........................................................
29
4. Langkah Pembelajaran Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar ..
31
D. Keterkaitan Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar dengan Kemampuan Membaca Permulaan ............................................................
32
E. Penelitian yang Relevan .............................................................................
33
F. Kerangka Berpikir ......................................................................................
35
G. Hipotesis Tindakan ....................................................................................
36
BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ................................................................................
37
B. Desain Penelitian........................................................................................
38
C. Subjek Penelitian........................................................................................
43
D. Setting Penelitian........................................................................................
43
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................
44
F. Pengembangan Instrumen Penelitian .........................................................
45
G. Teknik Analisis Data ..................................................................................
46
H. Indikator Keberhasilan ...............................................................................
48
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data tentang Kemampuan Membaca Permulaan AUD...............
49
a. Data Pratindakan tentang Kemampuan Membaca Permulaan ................
50
b. Data Hasil Tindakan Siklus I tentang Kemampuan Membaca Permulaan………………………............................................................
52
1) Perencanaan Siklus I ..........................................................................
52
xi
2) Pelaksanaan Siklus I ...........................................................................
53
3) Refleksi Siklus I..................................................................................
62
c. Data Hasil Tindakan Siklus II tentang Kemampuan Membaca Permulaan…………………………........................................................
63
1) Perencanaan Siklus II ........................................................................
63
2) Pelaksanaan Siklus II ........................................................................
64
3) Refleksi Siklus II ...............................................................................
71
2. Analisis Data .............................................................................................
72
B. Pembahasan Hasil Penelitian .....................................................................
75
C. Keterbatasan Penelitian ...............................................................................
79
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................................
80
B. Saran...........................................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
82
LAMPIRAN ....................................................................................................
85
xii
DAFTAR TABEL hal Tabel 1.
Indikator Kemampuan Membaca Permulaan Anak Kelompok B.. .
21
Tabel 2.
Jadwal Kegiatan Penelitian. ...........................................................
44
Tabel 3.
Kisi-kisi Lembar Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun ...................................................
46
Tabel 4.
Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan ....................
46
Tabel 5.
Kriteria Keberhasilan Penelitian ....................................................
48
Tabel 6.
Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan .........
50
Tabel 7.
Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I ................
60
Tabel 8.
Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II ..............
69
Tabel 9.
Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ................................................
74
xiii
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1.
Contoh Kartu Kata Bergambar....................................................
30
Gambar 2.
Skema Kerangka Berpikir ...........................................................
36
Gambar 3.
Rancangan Penelitian Perencanaan Kemis dan Mc Taggart .......
38
Gambar 4.
Histogram Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan
50
Grafik Data Observasi Kemampuan Membaca Permulaan setiap Anak pada Pelaksanaan Pratindakan ..............
51
Histogram Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I ......................................................................
60
Grafik Perbandingan Data Observasi setiap Anak pada Pelaksanaan Pratindakan dan Siklus I .........................................
61
Histogram Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II .......................................................................................
69
Histogram Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ...........................
70
Gambar 10. Grafik Perbandingan Data Hasil Observasi pada Pelaksanaan Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ........................
71
Gambar 11. Histogram Peningkatan Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ...........................
74
Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9.
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
hal Lampiran 1.
Daftar Nama Anak Kelompok B2…………………………… 86
Lampiran 2.
Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan….......... 88
Lampiran 3.
Instrumen Lembar Observasi…………………………........... 90
Lampiran 4.
Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan………… 100
Lampiran 5.
Rekapitulasi Hasil Kemampuan Membaca Permulaan……… 108
Lampiran 6.
Rencana Kegiatan Harian……………………………………. 109
Lampiran 7.
Hasil Kegiatan Anak………………………………………..
Lampiran 8.
Foto Kegiatan Penelitian ……………………………............ 134
Lampiran 9.
Surat Pernyataan Validasi …………………………….......... 140
Lampiran 10.
Surat Ijin Penelitian ………………………………................. 142
xv
130
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Hakikat anak usia dini atau yang di singkat dengan AUD adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Sehingga dalam usia ini sangat diperlukan bantuan dari orang tua dan guru untuk memahami karakteristik anak agar dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Usia dini merupakan masa emas atau golden age karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Usia dini menjadimasa terpenting dalam rentang kehidupan seorang anak karena pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat (eksplosif). Hal ini dibuktikan dari berbagai penelitian di bidang neurologi bahwa, 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama, setelah anak berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Slamet Suyanto, 2005a: 6). Peran lingkungan dalam hal ini pendidikan anak usia dini sangat penting untuk memberikan rangsangan atau stimulasi yang bersifat menyeluruh guna mengoptimalkan aspek-aspek perkembangan anak melalui kegiatan belajar dan bermain. Pentingnya peran layanan pendidikan anak usia dini dikemukakan oleh Sofia Hartati (2005: 11-12), bahwa pembelajaran pada usia dini merupakan wahana yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencapai harapan yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (2009: 3-11), disebutkan bahwa salah satu standar PAUD yang tertuang dalam tingkat pencapaian perkembangan, yang berisi kaidah pertumbuhan dan 1
perkembangan anak usia dini sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman yaitu nilai-nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, serta sosial-emosional. Salah satu aspek yang dikembangkan sejak usia dini ialah bahasa. Kemampuan bahasa sangat penting bagi anak, karena dipakai oleh anak untuk menyampaikan keinginan, pikiran, harapan, permintaan, dan lain-lain untuk kepentingan pribadinya (Suhartono, 2005: 8). Bahasa merupakan media komunikasi karena memberikan keterampilan kepada anak untuk dapat berkomunikasi dan mengekspresikan dirinya agar anak dapat menjadi bagian dari kelompok sosialnya. Perkembangan bahasa anak usia dini menurut Rita Eka Izzaty, Siti Partini Suardiman, Yulia Ayriza, Purwandari, Hiryanto, dan Rosita Endang Kusmaryani (2008: 107-109), secara keseluruhan mencakup kemampuan mendengar, berbicara, menulis dan membaca. Salah satu bagian dari perkembangan bahasa ialah membaca.
Menurut
Mohammad Fauzil Adhim (2004: 25), membaca merupakan proses yang kompleks. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang sangat fundamental karena kemampuan membaca menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lain. Kemampuan membaca pada anak dapat Taman Kanak-kanak dikenal dengan kemampuan membaca permulaan. Menurut Aulia (2011: 37), mengembangkan aspek kemampuan membaca permulaan hendaknya dilakukan melalui aktivitas belajar sambil bermain, dan bermain sambil belajar. Pentingnya mengembangkan aspek kemampuan membaca sejak dini (usia TK) dikemukakan oleh Leonhardt (Nurbiana Dhieni, Lara Fridani, Gusti Yarmi, Nany Kusniati, & Sri Wulan, 2008: 5.5), mengungkapkan bahwa membaca permulaan sangat penting dimiliki anak. Anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Kegemaran membaca harus dikenalkan sejak usia dini. 2
Slamet Suyanto (2005a: 55), mengungkapkan bahwa anak usia 5-6 tahun berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini anak mulai menunjukan proses berfikir yang jelas, anak mulai mengenali beberapa simbol dan tanda, termasuk bahasa dan gambar. Penguasaan bahasa anak sudah sistematis, anak dapat melakukan permainan simbolis, namun pada usia ini anak masih egosentris. Kemampuan membaca sudah dapat dikembangkan di Taman Kanak-kanak, seperti yang dikemukakan oleh Nurbiana Dhieni, dkk. (2008: 5.4), salah satu aspek kemampuan yang harus dikembangkan ialah kemampuan membaca dan menulis. Dengan dibiasakannya belajar membaca sejak dini, maka anak akan memperoleh informasi yang lebih banyak dari yang telah dibacanya. Berdasarkan pengamatan peneliti pada observasi awal terhadap anak Kelompok B2 di RA Ma’arif Nu Karang Tengah, Kecamatan Kertanegara, Kabupaten Purbalingga, menunjukan bahwa kemampuan anak dalam mengenal konsep huruf dan kata sebagai tahapan proses membaca permulaan, belum sesuai dengan tahap-tahap perkembangan yang seharusnya. Rendahnya kemampuan membaca permulaan anak dapat diketahui ketika guru melakukan penilaian di dalam proses belajar membaca kata, hanya 1 dari 24 anak yang mampu membaca dengan kriteria baik, yakni anak masih kesulitan membedakan huruf dan membaca kata yang sudah diejanya (lihat lampiran 4.1 Tabel 14). Berdasarkan hasil penilaian kemampuan membaca maka dapat diketahui 95,83% dari 24 anak masih kesulitan mengenal konsep huruf dan kata sebagai tahapan kemampuan membaca permulaan, padahal kemampuan berbahasa pada aspek keterampilan membaca merupakan dasar bagi pengembangan komunikasi anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi serta kemampuan yang dimiliki anak diantaranya guru hendaknya memiliki keterampilan dalam melakukan pemberian rangsangan pada setiap aspek perkembangan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (2009: 13). 3
Pemberian rangsangan salah satunya dengan memanfaatkan media pembelajaran secara tepat dan sesuai prinsip pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Guru di RA Ma’arif Karang Tengah, Kertanegara, Purbalingga pada saat ini sudah menggunakan media dalam pembelajaran membaca, media yang digunakan guru hanya menulis huruf abjad, membuat gambar sendiri, dan menulis kata di papan tulis kemudian anak diminta untuk membacanya (lihat Lampiran 9 Gambar 12). Cara seperti ini dinilai kurang efektif dalam pembelajaran untuk mengenalkan konsep huruf dan kata pada anak. Seperti yang dikemukakan oleh Noviar Masjidi (2007: 19), bahwa yang terjadi selama ini dalam pengenalan kosa kata pada anak yakni dengan menuliskan di papan tulis dan anak banyak yang tidak memperhatikan dan akhirnya kelas menjadi gaduh dan ramai. Melihat dari permasalahan yang ada, maka kemampuan membaca permulaan perlu dikembangkan dengan cara yang tepat, yakni dengan pemilihan media belajar yang tepat. Salah satu media yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan di RA Ma’arif NU Karang engah, Kertanegara, Purbalingga dengan menggunakan media kartu kata bergambar. Media kartu kata bergambar adalah kartu yang berisi kata-kata dan terdapat gambar yang merupakan salah satu jenis dari media grafis yang efektif untuk menstimulasi kemampuan membaca. Media grafis yang merupakan media visual untuk menyajikan fakta, ide, dan gagasan melalui kata-kata, kalimat, angkaangka, dan berbagai simbol atau gambar (Dina Indriana, 2011: 61). Media kartu kata bergambar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengembangan dari media kartu kata dan media gambar, sehingga karakteristik media ini adalah media tersebut dilengkapi kata sebagai keterangan gambar untuk mengenalkan konsep gambar dengan lambang hurufnya. Mohammad Fauzil Adhim (2004: 71), menjelaskan bahwa kata-kata yang digunakan dalam kartu kata adalah kata yang sudah akrab dengan kehidupan anak, keakraban anak dengan kata-kata ini akan sangat membantu 4
meningkatkan responnya dalam kegiatan membaca. Mohammad Fauzil Adhim (2004: 6869), menjelaskan bahwa media kartu kata bergambar ini mudah untuk disusun sendiri oleh guru untuk mengajari anak membaca, karena anak akan lebih mudah belajar dengan melihat tipe huruf yang sama, selanjutnya dengan membuat sendiri alat bantu belajar maka akan meningkatkan keterlibatan psikis guru, guru cenderung lebih bersungguh-sungguh dalam mengajari anak membaca, lebih menghargai proses, dan lebih sabar dalam menjalaninya apabila sedari awal ikut merasakan bagaimana jerih payah membuat kartu kata untuk anak. Penggunaan media kartu kata bergambar ini dapat membawa anak pada lingkungan belajar yang menyenangkan dalam pembelajaran membaca permulaan karena guru menggunakan strategi bermain dan teknik yang digunakan adalah permainan kata yang dapat memberikan suatu situasi belajar yang aktif dan menyenangkan. Situasi belajar yang aktif dan menyenangkan akan membuat pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Hal ini merupakan kunci pokok tercapainya tujuan yang diharapkan pada pembelajaran di sekolah Taman Kanak-kanak. Kegiatan pembelajaran dengan media kartu kata bergambar dapat menstimulasi aspek perkembangan kemampuan membaca permulaan dan memotivasi anak dalam belajar membaca. Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar pada Anak Kelompok B2 RA Ma’arif NU Karang Tengah Kertanegara Purbalingga.
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, diketahui permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kemampuan membaca permulaan anak belum sesuai dengan tahap perkembangan yang seharusnya. 2. Anak mengalami kesulitan dalam memahami konsep huruf dan membaca kata. 3. Pembelajaran membaca di RA Ma’arif NU Karang Tengah, Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga belum berjalan optimal hal ini ditandai dengan kemampuan guru dalam mengembangkan media pembelajaran membaca masih kurang, selama ini pembelajaran membaca menggunakan media konvensional. 4. Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran di Kelompok B2 RA Ma’arif NU Karang Tengah kurang tepat. 5. Hasil belajar anak dalam penilaian kemampuan membaca masih rendah
C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang tercantum, peneliti membatasi penelitian ini pada nomor satu yaitu, kemampuan membaca permulaan anak Kelompok B2 di RA Ma’arif NU Karang Tengah belum sesuai dengan tahap perkembangan yang seharusnya, dan nomor empat, yaitu kurang tepatnya pemilihan dan penggunaan media pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini: ‘‘Bagaimana peningkatkan kemampuan membaca permulaan anak melalui
6
penggunaan media kartu kata bergambar di Kelompok B2 RA Ma’arif NU Karang Tengah, Kecamatan Kertanegara, Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2013/2014?’’.
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak melalui media kartu kata bergambar di Kelompok B2 RA Ma’arif NU Karang Tengah, Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga.
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Anak a. Meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep huruf dan kata sebagai tahapan perkembangan kemampuan membaca permulaan. b. Meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran membaca melalui penggunaan media kartu kata bergambar. 2. Bagi Guru a. Sebagai bahan masukan bagi guru tentang penggunaan media kartu kata bergambar dalam meningkatkan kemampuan membaca anak usia 5-6 tahun. b. Sebagai salah satu solusi permasalahan kemampuan membaca permulaan anak Kelompok B di RA Ma’arif NU Karang Tengah dan untuk perbaikan. 3. Bagi sekolah Dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media disetiap pembelajarannya, yakni dengan menyediakan berbagai macam media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan. 7
G. Definisi Operasional 1. Kemampuan Membaca Permulaan Dalam penelitian ini, kemampuan membaca permulaan yang dimaksud berupa kecakapan anak dalam mengenal lambang tulisan, indikator kemampuan membaca permulaan yang diteliti yakni kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem, dan kemampuan membaca kata.Teknik pengambilan data untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan yakni menggunakan teknik observasi dan
dokumentasi.
Peningkatan
kemampuan
membaca
permulaan
adalah
meningkatnya kemampuan anak dalam aspek-aspek yang dinilai dalam indikator kemampuan membaca permulaan dan ditandai dengan peningkatan skor yakni skor pasca tindakan lebih tinggi dari skor Pratindakan. Pencapaian skor dari indikator keberhasilan ditetapkan sebesar ≥80%. 2. Media Kartu Kata Bergambar Media kartu kata bergambar yang di maksud dalam penelitian ini adalah kartu yang terbuat kertas tebal yakni kertas karton yang berukuran 15 cm x 20 cm yang berbentuk persegi panjang berisikan kata dan gambar. Spesifikasi media kartu kata bergambar dalam penelitian ini yakni tulisan dalam kartu kata tidak dieja tetapi digabung contohnya ‘‘telepon’’, ukuran gambar 80 mm x 75 mm, ukuran tulisan 100 pt menggunakan kertas dasar berjenis karton, pada kartu bergambar menggunakan kertas berjenis uvori, dan dibagian belakang kartu terdapat suku kata awal dari nama bendanya. Media gambar yang digunakan terdiri dari 36 gambar, antara lain; radio, ranting, raket, randu, rambut, rakit, telepon, terong, termos, teko, tenda,teras, surat, suster, susu, sulam, sulur, supir, bedug, belut, belalang, beruang, bedil, bedak, kentongan, kelapa, kereta, kendil, kera, kendang, lonceng, lobak, loker, lobak, dan lontong. Gambar yang digunakan dalam media kartu kata bergambar merupakan gambar yang sudah ada yakni 8
diakses dari http://pixabay.com/en/editors_choice/. Media kartu kata bergambar ini digunakan dalam kelompok kecil yang berjumlah 4 anak. Guru menunjukan media ini kepada anak kemudian mengenalkan satu per satu lambang bunyi huruf yang membentuk kata, mengenalkan kata atau kata benda yang memiliki fonem yang sama sesuai dengan kata yang ditunjuk, dan membaca kata yang terdapat pada gambar.
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif (Farida Rahim, 2008: 2). Membaca pada aktivitas visual dimana proses ini melibatkan penerjemahan terhadap sebuah tulisan, sebagai proses berpikir membaca merupakan suatu proses yang memerlukan pemahaman terhadap tulisan. Membaca merupakan bagian dari perkembangan bahasa dapat diartikan menerjemahkan simbol atau gambar ke dalam suara yang dikombinasikan dengan katakata. Anak yang menyukai gambar, huruf dan buku cerita dari sejak awal perkembangannya akan mempunyai keinginan membaca lebih besar. Hal ini dikarenakan anak tahu bahwa membaca memberikan informasi baru dan menyenangkan (Noviar Masjidi, 2007: 57). Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arajad, Sakura H. Ridwan, dan Zulfahnur Z. Mukti (1993: 11), mengungkapkan bahwa pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Kemampuan dasar membaca tersebut yaitu kemampuan untuk dapat menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan. Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada pendapat Sabarti Akhadiah, dkk. (1993: 11), dalam membuat rubrik penilaian, namun tidak memasukan kemampuan menyuarakan kalimat, karena kemampuan anak di TK khususnya di RA Ma’arif kemampuan anak belum sampai ke tahap membaca kalimat, baru ke tahap pengembangan kemampuan membaca dalam menyuarakan huruf, suku kata, dan kata. Membaca permulaan menurut Ahmad Susanto (2011: 83), adalah membaca yang diajarkan 10
secara terprogram kepada anak Prasekolah. Program ini merupakan perharian pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak, bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik sebagai perantaran pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa kemampuan membaca permulaan adalah kecakapan anak dalam mengenal lambang tulisan yang menitikberatkan pada aspek kemampuan membaca. Indikator yang diteliti yakni kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan membaca kata.
2. Tujuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini Membaca merupakan kegiatan menerjemahkan simbol dan memahami arti atau maknanya melalui indera penglihatan. Membaca tidak sekedar membaca tetapi aktivitas ini mempunyai tujuan, yaitu untuk mendapatkan informasi baru yang terkandung di dalam bahan bacaan. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang sangat penting. Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2008: 60), tujuan membaca sebagai berikut: a. Membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses pemikiran yang rumit. Membaca merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak karena anak dapat memiliki kemampuan membaca sesuai dengan tahap perkembangan membaca anak. b. Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, seperti membaca buku pelajaran atau buku ilmiah. Melalui buku atau bahan bacaan yang lain, membaca dapat menyumbangkan pengetahuan dan wawasan pada anak. c. Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi. Membaca pada tujuan ini adalah untuk membaca pada tahap membaca selanjutnya. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Blanton (Farida Rahim, 2008: 11- 12), tujuan membaca pada dasarnya meliputi: a) memperoleh kesenangan; b) menyempurnakan 11
membaca nyaring; c) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; d) dapat mengkaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya; dan e) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. Tujuan membaca menurut Dwi Sunar Prasetyono (2008: 60) dan Blanton (Farida Rahim, 2007: 11-12), merupakan tujuan membaca secara umum. Sedangkan tujuan membaca permulaan untuk anak usia dini 5-6 tahun RA atau TK mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 (2009: 10), tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini yaitu anak dapat berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca. Berdasarkan pendapat tentang tujuan membaca maka dapat ditegaskan bahwa tujuan membaca permulaan di Taman Kanak-kanak adalah untuk memperoleh kesenangan, meningkatkan pengetahuan, serta mempersiapkan kemampuan anak dalam membaca ke tahap selanjutnya. Standar kompetensi tersebut dispesifikasikan dalam bentuk kemampuan membaca permulaan.
3. Proses Belajar Membaca Anak Usia Dini Membaca merupakan kemampuan yang sangat kompleks karena melibatkan berbagai aspek perkembangan, untuk itu mengajarkan membaca pada anak usia dini bukan merupakan hal yang mudah karena seorang anak dapat membaca harus melewati proses belajar membaca. Adapun teori yang berkaitan dengan perolehan kemampuan membaca yang dikemukakan oleh Morrow (Nurbiana Dhieni, dkk, 2005: 5.15) sebagai berikut: a. Membaca dipelajari melalui interaksi dan kolaborasi sosial artinya dalam proses pembelajaran membaca dan menulis situasi kelompok kecil memegang peranan penting. b. Anak belajar membaca sebagai hasil pengalaman dari kehidupan.
12
c. Anak mempelajari keterampilan membaca bila mereka melihat tujuan dan kebutuhan proses membaca. d. Membaca dipelajari melalui pembelajaran keterampilan langsung. Holdoway (Nurbiana Dhieni, dkk, 2005: 5.16) menyatakan ada tiga proses yang memungkinkan anak membaca, yaitu 1) dengan dibacakan atau melihat orang dewasa membaca; 2) kolaborasi yaitu menjalin kerja sama dengan individu yang memberikan dorongan motivasi dan bantuan bila diperlukan; dan 3) proses yaitu anak mencobakan sendiri apa yang sudah dipelajari dan mencari pengakuan dari orang dewasa. e. Kemampuan membaca melalui beberapa tahap. Tetapi setiap anak memiliki laju pencapaian tertulisnya sendiri. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa proses belajar membaca anak usia dini ada tiga proses yakni dengan melihat orang dewasa membaca, kolaboasi dalam menjalin kerjasama dengan individu yang memberikan dorongan motivasi dan bantuan, dalam hal ini adalah kolaborasi dengan guru atau orang tua, proses yang terakhir yakni anak mencobakan sendiri apa yang sudah dipelajari dan mencari pengakuan dari orang dewasa. Dalam mengajarkan kemampuan membaca di Taman Kanak-kanak lebih efektif jika guru memberikan dorongan atau motivasi. Motivasi dapat berasal dari dalam maupun dari luar, dalam penelitian ini pemberian motivasi melalui penggunaan media kartu kata bergambar untuk merangsang kemampuan membaca permulaan. Dalam belajar membaca anak usia dini, terdiri dari beberapa proses adopsi yang merupakan proses penerimaan buku untuk dibaca dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi bagian dari aktivitasnya. Proses adopsi yang dilakukan oleh anak melalui beberapa tahap. Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2008: 55), tahap proses adopsi tersebut meliputi: a. Kesadaran. Anak menyadari tentang kegunaan membaca yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuannya sebagai bekal untuk pendidikan selanjutnya. 13
b. Minat. Adanya keinginan atau dorongan anak untuk membaca, dengan anak menjadi minat membaca maka anak akan berusaha mengumpulkan fakta tentang kegunaan membaca. c. Evaluasi. Anak akan menguji mental dengan menerapkan pengalaman yang dilaluinya ke dalam kondisi pribadinya, misalnya anak mampu membaca sebuah kata kemudian dia menemukan sebuah kata baru, dan anak akan menguji mental dengan menggabungkan kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari. d. Percobaan. Anak akan membaca buku dan memanfaatkannya dalam berbagai hal, pada saat itu anak telah menyadari manfaat membaca buku. e. Keputusan. Jika dalam tahap evaluasi dan percobaan anak merasa puas atas manfaat membaca buku maka kemungkinan besar ia akan mengadopsi buku untuk di baca dalam kehidupan sehari-hari. f. Konfirmasi. Meskipun anak telah mengambil keputusan untuk menerima buku menjadi bagian dari aktivitasnya, maka ia akan terus mempertimbangkan kembali keputusannya dan berusaha mencari yang dapat memperkuat keputusannya. Membaca merupakan proses rumit yang melibatkan indera pendengaran dan indera penglihatan dalam menerjemahkan makna dari simbol tulisan. Aktivitas membaca pada dasarnya meliputi dua proses yakni: a. Proses Membaca Teknis. Membaca secara teknis mengandung pengertian bahwa membaca merupakan proses memahami hubungan antara huruf dengan bunyi atau suara dengan mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi. Proses ini disebut dengan proses pengenalan kata, dalam mengajarkan membaca terlebih dahulu dikenalkan dengan kata kemudian dari kata diuraikan menjadi huruf agar anak menjadi lebih paham hubungan antara huruf dalam sebuah kata.
14
b. Proses Memahami sebuah Bacaan. Yakni kemampuan anak dalam menangkap makna kata yang tercetak, contohnya pada waktu melihat tulisan ‘’adik minum’’ maka anak akan tahu bahwa yang sedang minum bukan kakak tapi adik dalam tulisan itu (Aulia, 2011: 36). Berdasarkan pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa kemampuan membaca meliputi dua proses yakni proses adopsi membaca dan proses membaca. Proses adopsi membaca merupakan proses anak untuk dapat menerima dan mengadopsi buku untuk di baca dalam kehidupan sehari-hari, proses tersebut meliputi beberapa tahap yakni: tahap kesadaran, tahap minat, tahap evaluasi, tahap percobaan, tahap keputusan dan tahap konfirmasi. Sedangkan aktivitas membaca pada dasarnya meliputi dua proses yakni: 1) proses membaca teknis yang merupakan proses memahami hubungan antara huruf dengan bunyi atau suara dengan mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi; dan 2) proses memahami sebuah bacaan yakni kemampuan anak dalam menangkap makna kata yang tercetak dalam suatu bacaan. Proses membaca pada usia Taman Kanak-kanak berada pada tahap membaca secara teknis, anak hanya memahami hubungan antara huruf dengan bunyi atau suara dengan mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata, dan belum ke tahap membaca pemahaman. Melalui media kartu kata bergambar, anak akan belajar mengenal huruf, dan menggabungkan huruf menjadi suku kata dan kata, serta dilengkapi dengan gambar yang akan membantu memudahkan anak untuk mengingat simbol tulisan.
15
4. Metode Pengajaran Membaca Permulaan Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada beberapa metode yang dapat digunakan, menurut Sabarti Akhadiah (Darmiyati Zuchdi & Budiasih, 1996: 61-66), metode tersebut meliputi: a. Metode Abjad dan Metode Bunyi. Dalam penerapannya metode ini ditandai dengan sering digunakannya kata lepas. 1) Metode abjad. Dalam mengucapkan huruf-hurufnya sesuai dengan abjadnya contoh: ‘‘a’’, ‘‘be’’, ‘‘ce’’, dan seterusnya. 2) Metode bunyi. Dalam mengucapkan huruf-hurufnya sesuai dengan bunyinya, contohnya: beh-o-bo-beh-o-bo
bobo.
b. Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga. Kedua metode ini penerapannya menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. 1) Metode Kupas Rangkai Suku Kata. Langkah-langkah penerapannya sebagai berikut: a) guru mengenalkan huruf kepada anak; b) merangkaikan suku kata menjadi huruf; dan c) menggabungkan huruf menjadi suku kata. Misalnya m-ta
m-a-t-a
ma-ta.
2) Metode Kata Lembaga. Langkah-langkah penerapannya yakni: a) guru membaca kata yang sudah dikenal anak; b) menguraikan huruf menjadi suku kata; c) menguraikan suku kata menjadi huruf; d) menggabungkan huruf menjadi suku kata; dan e) menggabungkan suku kata menjadi kata. c. Metode Global. Penerapan metode ini sebagai berikut: 1) mengkaji salah satu suku kata; 2) menguraikan huruf menjadi suku kata; 3) menguraikan suku kata menjadi huruf; 4) menggabungkan huruf menjadi suku kata; 5) merangkaikan kata menjadi suku kata; dan 6) merangkaikan kata menjadi kalimat.
16
Misalnya: Fatan bermain bola bermain ber-ma-in b-e-r-m-a-i-n bermain Fatan bermain bola. d. Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik). Menurut Momo (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1996: 63-66) pelaksanaan metode ini ada dua tahap yakni tahap tanpa buku dan tahap menggunakan buku: Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yakni merekam bahasa anak, menampilkan gambar sambil bercerita, membaca gambar, membaca gambar dengan kartu kalimat, membaca kalimat secara struktural, proses analitik, dan proses sintetik. Aulia (2011: 91-97), mengemukakan bahwa ada berbagai metode pengajaran membaca yang dapat mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak. Metode tersebut meliputi: a) huruf dinding, metode yang dilakukan dengan cara menempelkan huruf-huruf di setiap dinding yang sering dijumpai anak; b) memperkenalkan huruf melalui komputer, cara yang dilakukan yakni dengan membuat power point dan anak akan mencocokan huruf yang sering didengar; c) mengenalkan huruf-huruf melalui bermain; d) metode mengeja, merupakan merangkai huruf menjadi suku kata dan merangkaikan suku kata menjadi kata sehingga mengandung arti; e) metode bertahap, dilakukan dengan cara menunjukan satu atau dua huruf; dan f) metode suku kata, dilakukan dengan cara mengenalkan rangkaian suku kata. Berdasarkan pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa ada berbagai macam metode dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan pada anak yaitu a) metode abjad; b) metode bunyi; c) kupas rangkai suku kata; d) metode kata lembaga; e) metode global/metode kalimat; dan e) metode Struktural Analitik Sintetik/SAS; f) metode huruf dinding; g) memperkenalkan huruf melalui komputer; h) mengenalkan huruf-huruf melalui 17
bermain; i) metode eja; dan j) metode bertahap. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan ialah metode kata lembaga, pertama anak dikenalkan kata yang sering didengar anak kemudian kata diuraikan menjadi suku kata, suku kata diuraikan menjadi huruf, kemudian menggabungkan huruf menjadi suku kata dan menggabungkan suku kata menjadi kata.
5. Tahap Perkembangan Membaca Anak Usia Dini Pengembangan kemampuan membaca anak usia dini diperlukan pelatihan, praktek dan pembiasaan melalui beberapa tahap-tahap perkembangannya. Menurut Nurbiana Dhieni, dkk. (2008: 5.12), perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap antara lain: tahap fantasi (magical stage), tahap pembetukan konsep diri (self concept stage), tahap membaca gambar (bridging reading stage), tahap pengenalan bacaan (take-off teader stage), dan tahap membaca lancar (independent reader stage). Pendapat lain mengenai tahap perkembangan membaca juga dikemukakan oleh Ahmad Susanto (2011: 90), bahwa kemampuan membaca anak usia dini dibagi menjadi empat tahap perkembangan, yaitu: tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan, tahap membaca gambar, tahap pengenalan bacaan, dan tahap membaca lancar. Berdasarkan tahap perkembangan membaca, anak usia 5-6 tahun berada pada tahap pengenalan bacaan. Anak sudah mulai tertarik pada bacaan dan mulai membaca tanda-tanda yang ada di lingkungan seperti membaca kardus susu, pasta gigi dan lain-lain. Anak yang sudah tertarik pada bahan bacaan dan mulai mengingat kembali bentuk huruf dan konteksnya, pada tahap ini anak juga sudah mulai mengenal abjad dan pada akhirnya anak memahami bahwa setiap huruf memiliki bentuk dan makna yang berbeda.
18
Peran orangtua dan guru sangat penting dalam mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan tahapan membacanya, orang tua dan guru harus mengembangkan media pembelajaran yang ada agar sesuai dengan tahap kemampuan membaca pada anak, salah satunya melalui media kartu kata bergambar. Media ini berisi gambar untuk menstimulasi tahap membaca gambar. Selain itu media ini dilengkapi huruf dan kata untuk menstimulasi tahap pengenalan bacaan.
6. Karakteristik Kemampuan Membaca Anak Taman Kanak-kanak Karakteristik kemampuan membaca anak berbeda sesuai dengan tahapan usianya, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tentang Standar Pendidikan anak usia dini (2009: 11), mengemukakan tingkat pencapaian aspek bahasa dalam lingkup perkembangan keaksaraan sebagai indikator kemampuan membaca permulaan anak usia 56 tahun (Kelompok B) sebagai berikut: a) menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal; b) mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya; c) menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama; d) memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf; dan e) membaca nama sendiri. Indikator yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini ialah menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama, dan membaca nama sendiri. Martini Jamaris (2006: 53), mengemukakan bahwa karakteristik kemampuan dasar membaca anak usia Taman Kanak-kanak antara lain: a. Kemampuan dalam melakukan koordinasi gerakan visual dan koordinasi gerakan motorik. Gerakan ini secara khusus dapat dilihat pada waktu anak menggerakan bola matanya bersamaan dengan tangan dalam membalik buku gambar atau buku lainnya.
19
b. Kemampuan dasar membaca dapat dilihat dari kemampuan anak tersebut dalam melakukan diskriminasi secara visual. Kemampuan ini sebagai dasar untuk dapat membedakan bentuk-bentuk huruf. c. Kemampuan dalam kosa kata. Anak usia Taman Kanak-kanak telah memiliki kosa kata yang cukup luas. d. Kemampuan diskriminasi auditoria atau kemampuan membedakan suara yang didengar. Kemampuan ini berguna untuk membedakan suara atau bunyi huruf. Kemampuan dasar membaca ini merupakan fondasi yang melandasi pengembangan kemampuan membaca. Berdasarkan uraian mengenai kemampuan membaca anak usia Taman Kanakkanak dapat ditegaskan bahwa anak usia Taman Kanak-kanak memiliki potensi dalam mengembangkan kemampuan membaca. Hal ini berdasarkan tahap perkembangan yang dialami, yakni pada tahap praoperasional diketahui bahwa unsur yang menonjol pada tahap ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Karakteristik anak usia 5-6 tahun pada umumnya mereka sudah menunjukan minat dalam membaca dari ketertarikannya terhadap buku, umumnya mereka mulai mengenal simbolsimbol huruf untuk persiapan membaca.
7. Pembelajaran Membaca di Taman Kanak-kanak Slamet Suyanto (2005b: 161), menyatakan bahwa pembelajaran bahasa untuk anak Taman Kanak-kanak untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi oral, mengenal huruf dan membaca, mendengar dan memahami perintah, menulis dan menggunakan literatur. Belajar bahasa dibagi menjadi dua bagian yaitu belajar bahasa untuk komunikasi dan belajar literasi, yaitu membaca dan menulis.
20
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (2009: 10-11), tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun mengenai indikator kemampuan membaca tercantum pada pada lingkup perkembangan keaksaraan, indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Indikator Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Indikator Perkembangan Keaksaraan Menyebutkan simbol-simbol huruf yang Menyebutkan simbol huruf vokal maupun dikenal. konsonan dalam sebuah kata. Keaksaraan Menyebutkan Kelompok gambar yang Menyebutkankata-kata yang mempunyai memiliki bunyi atau huruf awal yang sama fonem yang sama, misalnya: surat, sulur, suster dan lain-lain.. Keaksaraan Membaca nama sendiri. Membaca kata dengan lengkap. Sumber: Kurikulum Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 (2009: 10-11)
Ahmad Susanto (2011: 89), menyatakan bahwa pembelajaran membaca di Taman Kanak-kanak harus benar-benar dilaksanakan dengan sistematis, artinya sesuai dengan kebutuhan, minat, perkembangan dan karakteristik anak. Proses pembelajaran, alat-alat permainan (media pembelajaran) yang digunakan, harus diperhatikan, dan lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini sangat penting, sebab bila anak mengalami kegagalan pada periode ini, akan berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa anak, baik keterampilan ekspresif maupun reseptif. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996: 51), menyatakan bahwa materi yang diajarkan dalam membaca permulaan antara lain: a) lafal, intonasi kata dan kalimat sederhana; b) huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal anak (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14 huruf); c) kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah dikenal), misalnya: toko, ubi, boneka, mata, tamu; dan d) lafal dan intonasi kata yang sudah dikenal dan kata baru (huruf yang diperkenalkan 10 sampai 20 huruf. Enny Zubaidah (2003: 88-89), menyatakan bahwa huruf yang dikenalkan pada anak dalam pembelajaran membaca sebaiknya huruf kecil, hal ini dikarenakan ketika anak
21
sudah di SD pada awalnya anak akan menjumpai atau dikenalkan tentang penggunaan huruf kecil baik dalam belajar membaca maupun menulis. Dengan demikian penggunaan huruf kecil dalam pengenalan huruf akan lebih memudahkan anak dalam membaca. Sedangkan huruf konsonan dan vokal yang diperkenalkan untuk membaca permulaan menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1999: 56), antara lain:a, i, n, m, u, b,e, p, o, l, h, t, d, dan s. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa pembelajaran membaca merupakan salah satu dari aspek perkembangan bahasa, hal ini tercantum dalam kurikulum Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 (2009: 13) yang memuat indikator kemampuan membaca permulaan pada lingkup perkembangan keaksaraan. Pembelajaran membaca permulaan dapat dilaksanakan di Taman Kanak-kanak secara sistematis dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia Taman Kanak-kanak(5-6 tahun.
8. Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan di Taman Kanak-kanak Penilaian dilakukan untuk mengetahui nilai dari semua pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Harun Rasyid, Mansyur dan, Suratno (2009: 12), mengemukakan bahwa penilaian merupakan usaha-usaha yang dilakukan guru maupun anak dalam pembelajaran yang sudah dilakukan, hasil dari penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk melakukan perubahan aktivitas belajar mengajar yang lebih baik dari sebelumnya. Anita Yus (2005: 31), menambahkan bahwa penilaian khususnya di Taman Kanakkanak lebih banyak digunakan untuk mendeskripsikan ketercapaian perkembangan anak, dengan demikian penilaian dapat digunakan untuk mengetahui dan menetapkan aspekaspek perkembangan yang telah dicapai dan aspek-aspek perkembangan yang belum 22
dicapai oleh anak dalam kurun waktu tertentu. Ketercapaian perkembangan dapat dinyatakan dalam bentuk huruf, angka, dan deskripsi. Aspek perkembangan bahasa dalam indikator kemampuan membaca yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan membaca kata. Berdasarkan pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa penilaian kemampuan membaca permulaan pada anak adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui ketercapaian aspek-aspek perkembangan bahasa yang dinyatakan dalam bentuk huruf, angka dan deskripsi dalam indikator kemampuan membaca permulaan, yakni kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan membaca kata. Dalam penelitian ini istilah yang digunakan dalam penilaian kemampuan membaca permulaan yakni sudah berkembang (baik), cukup berkembang (cukup), dan kurang berkembang (kurang).
B. Hakikat Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini Anak usia dini merupakan anak yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat. Anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0–8 tahun, di Indonesia yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas 1 sampai dengan kelas 3, Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain, dan anak usia bayi. Masa kanak-kanak adalah anak usia 4-6 tahun (Ernawulan Syaodih, 2005: 8). Pada masa ini (usia 0-6 tahun) merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, tidak tergantikan pada masa mendatang. Hal ini dikemukakan oleh Harun Rasyid, dkk. (2009: 48), bahwa pada
23
golden age, anak akan mudah menerima, mengikuti, melihat, dan mendengar segala sesuatu yang dicontohkan, diperdengarkan, serta diperlihatkan. Berdasarkan pendapat mengenai definisi anak usia dini maka dapat ditegaskan bahwa anak usia dini adalah anak usia 0-6 tahun yang berada pada masa emas atau golden age dan sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Dalam penelitian ini, kemampuan membaca permulaan yang akan ditingkatkan yaitu pada anak usia dini khususnya anak usia 5-6 tahun (Kelompok B2) di RA Ma’arif NU Karang Tengah.
2. Karakteristik Anak Usia Dini Anak usia dini memiliki karakteristik yag berbeda dengan orang dewasa, karakteristik anak usia dini dikemukakan oleh Sofia Hartati (2005: 8-12), sebagai berikut; anak itu bersifat egosentris, anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, anak adalah makhluk social, anak bersifat unik, anak umumnya kaya dengan fantasi, anak memiliki daya konsentrasi yang pendek, dan anak merupakan masa belajar yang potensial. Rusdinal dan Elizar (2005: 16) mengungkapkan, bahwa karakteristik anak usia dini khususnya anak usia Taman Kanak-kanak (usia 5-7 tahun) sebagai berikut: a) anak usia TK berada pada tahap praoperasional, cirinya yakni anak belajar melalui pengalaman konkret dan dengan orientasi dan tujuan sesaat. Masa praoperasional ditandai dengan kemampuan anak yang mulai berpikir simbolis; b) anak suka menyebutkan nama-nama benda yang ada disekitarnya dan mendefinisikan kata; c) anak belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini berkembang pesat. Kemampuan anak dalam memahami bahasa lisan merupakan salah satu tanda-tanda kesiapan membaca; dan d) anak memerlukan struktur kegiatan yang lebih jelas dan spesifik. 24
Secara rinci Snowman (Djauhar Siddiq, Nelva Rolina & Unik Ambarwati, 2006: 19-22) mengungkap tentang ciri-ciri anak Prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya ada di Taman Kanak-kanak, yang meliputi aspek fisik, sosial emosional, kognitif, dan bahasa, sebagai berikut: a) anak prasekolah umumnya sangat aktif dan telah memiliki penguasaan kontrol terhadap tubuhnya. Untuk itu guru perlu mengembangkan pembelajaran yang aktif agar anak dapat menyalurkan energi yang berlebih dalam diri anak, salah satunya yakni melalui permainan yang edukatif; b) setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istrahat yang cukup, hal ini agar anak dapat melakukan aktivitas selanjutnya; c) otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari-jari tangan; d) dapat bermain dan berkawan, umumnya mereka dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial. Anak Taman Kanak-kanak biasanya sudah memiliki teman akrab dan berteman dalam kelompok-kelompok kecil; e) menyadari peran dari jenis kelamin melalui kesadaran terhadap alat permainan dan aktivitas bermain yang dipilih anak; f) anak Taman Kanak-kanak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka; g) anak prasekolah seringkali memperebutkan perhatian guru; h) anak prasekolah umunya lebih terampil dalam berbahasa, sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya; dan i) kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Selain memiliki ciri khas dalam aspek fisik, sosial-emosional, kognitif, dan bahasa, anak memiliki ciri khas mental, menurut Agus Hariyanto (2009: 192-194) ciri khas mental pada anak sebagai berikut: a) daya konsentrasi lemah dan mudah merasa bosan, untuk itu sangat penting menerapkan belajar sambil bermain untuk menghilangkan kejemuan anak pada saat belajar; b) memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan suka menjamah bendabenda yang ditemuinya; c) belajar melalui panca indera, maka dari itu penggunaan media atau alat peraga sangat bermanfaat untuk merangsang panca indera mereka; d) menyukai 25
hal-hal yang sudah dikenal dan senang untuk mengulang. Oleh karena itu dalam mengajarkan membaca pada anak, guru sebaiknya menggunakan kata-kata yang dekat dengan anak; e) perbendaharaan kata masih sangat terbatas. Anak biasanya hanya mengucapkan sesuatu yang sudah diketahui dan sering didengar. Guru dan orangtua sebaiknya memperkenalkan kosa kata baru untuk meningkatkan perbendaharaan kata pada anak; f) daya ingat masih kurang, untuk itu dalam mengajarkan membaca pada anak dibutuhkan kesabaran dan diajarkan berulang-ulang agar apa yang diajarkan pada anak akan cepat tersimpan dalam memori anak; g) suka menggambar, anak pada umumnya senang dengan gambar, hal ini biasanya ditunjukan dengan membuat coretan-coretan dalam kertas, untuk itu penggunaan media gambar sangat membantu dalam penstimulasian kemampuan membaca permulaan; dan h) belajar melalui bermain, dunia anak adalah bermain, maka dari itu pembelajaran di Taman Kanak-kanak harus sesuai dengan prinsip pembelajaran anak usia dini yakni belajar melalui bermain. Berdasarkan karakteristik yang telah disampaikan maka dapat ditegaskan bahwa karakteristik anak usia TK meliputi aspek fisik, sosial-emosional, kognitif, bahasa, dan mental. Anak usia TK usia 5-6 tahun (Kelompok B) berada di tahap praoperasional, pada tahap ini anak mulai dapat berpikir simbolis. Menurut Martini Jamaris (2006: 23), berpikir simbolis merupakan kemampuan anak untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak. Selain itu, perkembangan bahasa anak sudah baik sehingga usia ini juga merupakan masa sensitif bagi anak untuk belajar bahasa.
26
C. Media Kartu Kata Bergambar dalam Pembelajaran Anak TK 1. Pengertian Media Nurbiana Dhieni, dkk. (2005: 10.2), mengemukakan media adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian penerima pesan atau informasi tersebut. Hal ini sependapat dengan Arief S. Sadiman, Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito (2006: 6), mengemukakan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat anak sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Slamet Suyanto (2005b: 38), mengungkapkan media belajar anak usia dini umumnya merupakan alat permainan, dan penggunaan media belajar di Taman Kanakkanak berguna untuk memudahkan anak belajar memahami atau menyederhanakan sesuatu yang sulit dan kompleks. Media belajar anak usia dini tidak harus mahal, dan dapat diperoleh dari benda-benda yang tidak dipakai. Arief S. Sadiman, dkk. (2006: 28), mengemukakan bahwa terdapat jenis media yang biasa digunakan di Indonesia yaitu: a) media grafis merupakan media visual yang sederhana, mudah dan relatif murah untuk diperoleh, salah satunya adalah gambar atau foto. Cucu Eliyawati (2005:114), mengemukakan bahwa media gambar atau visual adalah media yang sering digunakan oleh guru pendidikan anak usia dini untuk dapat menyampaikan isi dari tema pembelajaran yang sedang disampaikan; b) media audio yaitu media yang berkaitan dengan indera pendengaran. Media yang termasuk media audio antara lain radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam; dan c) media proyeksi diam yaitu media yang menyajikan rangsangan visual, namum media proyeksi harus
27
diproyeksikan dulu dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran. Jenis-jenis media proyeksi antara lain film bingkai, media transparasi, film, televisi, dan video. Dari uraian di atas dapat ditegaskan, media belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk memperjelas dan mempermudah materi atau pesan yang akan disampaikan guru ke anak, media belajar anak usia dini berwujud alat permainan, melalui alat permainan ini dapat merangsang minat serta motivasi anak untuk belajar. Jenis-jenis media ialah media grafis, media audio, dan media proyeksi diam. Berdasarkan jenis media yang digunakan di Indonesia, kartu kata bergambar merupakan media visual yang berbentuk kartu yang terbuat dari kertas karton dan mengandalkan panca indera penglihatan.
2. Pengertian Kartu Kata Bergambar Media kartu kata bergambar dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari media kartu kata dan kartu bergambar. Media kartu kata adalah kartu yang berisi kata-kata yang akrab dengan kehidupan anak, misalnya: mama, susu, buku, nenek, keakraban anak dengan kata-kata ini akan sangat membantu meningkatkan responnya terhadap apa yang kita bacakan, dan pada akhirnya terhadap kegiatan membaca itu sendiri (Mohammad Fauzil Adhim, 2004: 71). Sedangkan, media gambar adalah media visual yang digunakan untuk tujuan pembelajaran tertentu. Dina Indriana (2011: 65), mengungkapkan bahwa media gambar mampu memberikan detail dalam bentuk gambar apa adanya, sehingga dapat membantu anak untuk mengingat. Ahmad Susanto (2011: 108), mengungkapkan bahwa kartu kata bergambar merupakan salah satu media yang mengembangkan aspek kemampuan membaca, dengan cara menampilkan gambar disertai kata yang menerangkan nama gambar untuk membantu anak mengenal susunan huruf dan meresponnya secara lisan maupun tertulis. Kartu kata bergambar dapat dibuat sendiri oleh guru, serta gambarnyapun dapat disesuaikan dengan tema tiap minggunya. 28
Media kartu kata bergambar yang di maksud dalam penelitian ini adalah kartu yang terbuat kertas tebal yakni kertas karton yang berukuran 15 cm x 20 cm yang berbentuk persegi panjang berisikan kata dan gambar yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan. Spesifikasi media kartu kata bergambar dalam penelitian ini yakni tulisan dalam kartu kata tidak dieja tetapi
digabung contohnya
‘‘telepon’’, ukuran gambar 80 mm x 75 mm, ukuran tulisan 100 pt menggunakan kertas dasar berjenis karton dan pada kartu bergambar menggunakan kertas berjenis uvori, dibelakang kartu terdapat suku kata awal dari sebuat kata. Media gambar yang digunakan terdiri dari 36 gambar yang sering ditemui anak dalam kehidupan sehari hari. seperti: radio, ranting, raket, randu, rambut, rakit, telepon, terong, termos, teko, tenda, teras, surat, suster, sumpit, sulam, sulur, supir, bedug, belut, belalang, beruang, bedil, bedak, kentongan, kelapa, kereta, kendil, kera, kendang, lonceng, lobak, loker, logam, dan lontong.
3. Kelebihan Media Kartu Kata Bergambar Kelebihan kartu kata bergambar sebagai media visual menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2006: 29) sebagai berikut: a. Sifatnya konkret, gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. c. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas dan tidak selalu bisa dibawa (diperlihatkan) ke objek peristiwa tersebut. d. Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan. e. Dapat memperjelas suatu masalah dibidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membentuk pemahaman. 29
f. Murah harganya dan mudah untuk digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Kartu kata bergambar berisi kata dan gambar, adapun kelebihan media ini menurut Dina Indriana (2011: 65), yaitu: a) sifatnya yang konkret, mengatasi ruang dan waktu, mengatasi
keterbatasan
pengamatan,
memperjelas
suatu
sajian
masalah,
biaya
pembuatannya murah, mudah didapatkan, dan dapat digunakan dengan mudah. Dalam penelitian ini menggunakan media kartu kata bergambar sebagai media pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak Kelompok B2 di RA Ma’arif NU Karang Tengah. Dalam penggunaanya harus memperhatikan karakteristik anak. Artinya, sebelum memberikan untuk pembelajaran membaca permulaan, terlebih dahulu diketahui kemampuan yang dimiliki anak untuk dapat menggunakan kartu kata bergambar dan memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yakni melalui bermain kata, melalui bermain kata dapat merangsang anak untuk kreatif dan aktif dengan tujuan untuk mempelajari huruf, suku kata, kata, dan berbagai macam simbol gambar. Berikut contoh media kartu kata bergambar yang digunakan dalam penelitian ini:
Tampak dari Depan
Tampak dari Belakang
Gambar 1. Contoh Media Kartu Kata Bergambar
Kartu kata bergambar berisi kata, yakni: radio, ranting, raket, randu, rambut, rakit, telepon, terong, termos, teko, tenda,teras, surat, suster, susu, sulam, sulur, supir, bedug, belut, belalang, beruang, bedil, bedak, kentongan, kelapa, kereta, kendil, kera, kendang, lobak, lonceng, loker, logam, dan lontong.
30
4. Langkah Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Menurut Slamet Suyanto (2005b: 180), langkah penggunaan
media kartu
bergambar dalam pembelajaran membaca sebagai berikut: a. Bahan-bahan 1) Sediakan berbagai kartu gambar yang namanya cukup pendek, beberapa dimulai dari huruf yang sama dan tidak ada konsonan ganda, seperti topi, toko, bola, baju, paku, pipa, kaca, kue, meja, dan mata. 2) Menyediakan kartu kata dengan tulisan nama-nama benda tadi. b.Prosedur 1) Gunakan permainan ini dalam kelompok 2) Menyediakan kartu gambar dan kartu nama benda 3) Guru menunjukan gambar benda dan anak diajak mencari kartu nama benda tersebut. 4) Setelah anak tahu cara bermainnya, biarkan anak bermain dalam kelompok. Langkah-langkah penggunaan media kartu kata bergambar dalam pembelajaran membaca mengacu pada pendapat Slamet Suyanto (2005b: 180), dan dalam pelaksanaanya dikembangkan berdasarkan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak, yakni: a. Anak dikondisikan untuk duduk di kelompoknya masing-masing. Satu kelompok terdiri dari 4 anak. b. Guru mempersiapkan media kartu kata bergambar dan mengenalkannya kepada anak. c. Guru mengenalkan satu per satu lambang bunyi huruf yang membentuk kata dan anak menyebutkannya, kemudian menebak fonem yang tertulis dibagian belakang kartu, serta melihat suku kata yang ada di bagian belakang kartu. d. Anak menyebutkan kata yang memiliki fonem yang sama dengan kata yang ditunjuk guru pada media kartu kata bergambar. e. Anak membaca tulisan dengan suara yang keras dan lantang pada kata yang ditunjuk guru. f. Guru memberikan media kartu kata bergambar pada salah satu anak dan diteruskan kepada anak yang lain sampai seluruh anak di dalam kelompok mendapat kesempatan untuk membaca kartu kata bergambar. 31
g. Setiap anak menempelkan kartu kata pada gambar yang sesuai dan diperlombakan, agar kegiatan pembelajarannya lebih menarik. Implementasi kegiatan bermain pada penggunaan media kartu kata bergambar yakni melalui kegiatan menjodohkan kata pada gambar yang sesuai, kegiatan ini dilakukan dengan diperlombakan di dalam kelompok. Anak yang berhasil menjodohkan kata pada gambar yangs sesuai maka guru memberi reward yang di tempel di papan prestasi.
D. Keterkaitan Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar dengan Kemampuan Membaca Permulaan Menurut Dina Indriana (2011: 47), media berfungsi mengarahkan anak untuk memperoleh
berbagai
pengalaman
belajar.
Tentunya
hasil
pembelajaran
yang
menggunakan media dan tidak menggunakan media akan berbeda hasilnya. Menentukan dan memilih media yang terbaik dalam proses belajar dan mengajar merupakan sesuatu yang penting. Salah satu media yang dapat digunakan dalam membaca permulaan adalah media kartu kata bergambar. Gambar mudah diperoleh, tidak mahal, efektif, serta mampu meningkatkan motivasi belajar anak. Media kartu kata bergambar termasuk dalam jenis media visual. Menurut Cucu Eliyawati (2005: 114) media visual adalah media yang sering digunakan oleh guru pendidikan anak usia dini untuk dapat menyampaikan isi dari tema pembelajaran yang sedang disampaikan. Media gambar memiliki kelebihan menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2006: 29) kelebihan media gambar yakni sifatnya konkret gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. Melalui penggunaan media kartu kata bergambar, anak akan semakin aktif dalam pembelajaran, dan lebih mudah dalam mengenal gambar, huruf dan kata, pada kartu yang dimainkannya.
Pembelajaran
dilakukan
melalui
32
permainan
kata,
yakni
dengan
menjodohkan kata pada tulisan yang sesuai, sehingga penerapan media ini merupakan cara yang efektif dalam meningkatkan kemampuan anak dalam membaca permulaan.
E. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil peneitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ratna Arini Dewi (2012: 72) yang berjudul ‘‘peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui media kartu kata bergambar pada anak kelompok B di TK Masyitoh Kedungsari Kulon Progo’’menyimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan anak Taman Kanak-kanak dapat ditingkatkan melalui media kartu kata bergambar. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan yang dialami dalam penelitian yang dilakukan peneliti, kemampuan membaca permulaan anak meningkat sebesar 93,33% dari sebelumnya hanya 53,33%. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratna Arini Dewi (2012: 72) dari segi variabel yang diteliti, yang membedakan ialah: 1. Pada penelitian yang dilakukan oleh Saudari Ratna Arini Dewi, tampilan kata pada kartu kata ditulis dengan dieja per suku kata misalnya pedang. Sedangkan pada penelitian ini tampilannya tidak dieja melainkan digabung, contohnya rayap, raket, dan lain sebagainya. 2. Pada penelitian yang sebelumnya, media kartu kata bergambar berisi kata dan gambar, sedangkan pada penelitian ini berisi fonem, kata, dan gambar. 3. Kartu kata bergambar yang digunakan hanya sisi depan sedangkan pada penelitian ini ada dua sisi kartu yang digunakan yakni depan dan belakang, pada sisi belakang untuk menampilkan suku kata awal dari sebuah kata. 4. Gambar dan tampilan kata yang digunakan dalam penelitian sebelumnya, antara lain: pedang, pena, pepaya, perang ko, koki, majalah, matahari, mawar, madu, kopi, korek, koran, raja, sulak, susu, kodok, peluit, surat, radio, suling, rawa, dan rayap. Kata-kata 33
yang digunakan merupakan kata yang sudah tidak asing bagi anak. Sedangkan gambar dan tampilan kata yang digunakan peneliti, antara lain: radio, ranting, raket, randu, rambut, rakit, telepon, terong, termos, teko, tenda, teras, surat, suster, sumpit, sulam, sulur, supir, bedug, belut, belalang, beruang, bedil, bedak, kentongan, kelapa, kereta, kendil, kera, kendang, lonceng, lobak, loker, logam, dan lontong. Selain menggunakan kata yang sudah dikenal anak , peneliti menggunakan kata yang belum dikenal anak, hal ini bertujuan untuk mengenalkan kosa kata baru alam kegiatan membaca, contohnya suster, sulur, andu, lobak, dan logam. Ratna Arini Dewi menggunakan kartu kata bergambar dengan cara: 1) guru menunjukan gambar dan anak diminta untuk menebak gambar; 2) guru menempelkan kartu kata lalu mengajak anak untuk membaca kata secara terpisah dengan dieja secara berulangulang; 3) guru meminta anak menyebutkan benda-benda yang ada di lingkungan yang mempunyai suku kata awal yang sama; dan 4) guru menunjukan kartu kata tanpa kartu bergambar. Sementara langkah penggunaan media kartu kata bergambar yang digunakan oleh peneliti antara lain: 1) guru mempersiapkan media kartu kata bergambar yang akan digunakan dalam pertemuan hari ini; 2) anak dikondisikan untuk duduk di kelompoknya masing-masing. Satu kelompok terdiri dari 4 anak; 3) guru membagikan 21 buah media kartu kata bergambar pada kelompok yang sedang mendapatkan giliran untuk membaca; 4) guru mengenalkan satu per satu lambang bunyi huruf yang membentuk kata dan anak menyebutkannya, kemudian menebak fonem yang tertulis dibagian belakang kartu, Setelah anak menjawab maka anak dapat melihat bagian belakang kartu kata bergambar; 5) anak menyebutkan kata yang memiliki fonem yang sama, dan guru menunjukan media kartu kata bergambar yang memiliki fonem yang sama kemudian anak membaca tulisan dengan suara yang keras dan lantang; 6) guru memberikan media kartu kata bergambar pada salah 34
satu anak dan diteruskan kepada anak yang lain sampai seluruh anak di dalam kelompok mendapat kesempatan untuk membaca kartu kata bergambar; dan 7) setiap anak menjodohkan kata pada gambar yang sesuai, kegiatan ini dilakukan dengan diperlombakan di dalam kelompok. Perbedaannya pada penerapan media yakni pada penelitian yang dilakukan Ratna Arini Dewi menggunakan metode whole language dan metode suku kata. Pengenalan membaca dengan cara membaca gambar yang ditunjuk guru, kemudian setelah anak menjawab, guru menunjukan rangkaian suku kata dari tulisan pada gambar. Anak membacanya dengan berulang-ulang misalnya ma du sampai anak mampu mengucapkan kata dengan lancar. Sedangkan pada peneliti metode pengajarannya yakni menggunakan metode lembaga kata, yaitu pertama anak dikenalkan kata, kata tersebut diuraikan menjadi suku kata, dan diuraikan menjadi huruf.
F. Kerangka Pikir Kemampuan membaca permulaan adalah kecakapan anak dalam mengenal huruf dan lambang tulisan yang yang mentikberatkan pada aspek kemampuan membaca yakni kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem, dan kemampuan membaca kata. Berdasarkan observasi awal, menunjukan bahwa kemampuan membaca permulaan di Kelompok B2 masih rendah yakni anak masih kesulitan dalam memahami konsep huruf dan kata sebagai tahapan kemampuan membaca permulaan. Berdasarkan kondisi tersebut guru sebaiknya berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui metode permainan maupun penerapan media pembelajaran. Penerapan media yang tepat dalam pembelajaran membaca merupakan salah satu cara untuk membantu anak dalam memahami konsep huruf dan kata. Salah satu media yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan yakni media 35
kartu kata bergambar yang merupakan kartu berisikan kata-kata yang dilengkapi dengan gambar, dengan media ini, anak akan melihat, mengingat simbol tulisan, dan gambar pada setiap kartu kata bergambar yang dimainkan. Melalui penggunaan media kartu kata bergambar kemampuan membaca permulaan akan lebih meningkat. Anak-anak akan mempunyai semangat dan lebih aktiv dalam belajar membaca karena anak dilibatkan untuk berpartisipasi langsung pada kegiatan membaca yakni dalam memahami hubungan dan konsep huruf di dalam sebuah kata serta hubungan gambar dengan dengan tulisannya. Berdasarkan penjelasan yang telah diungkapkan, maka dapat diketahui bahwa media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak Kelompok B RA Ma’arif NU Karang Tengah, Kertanegara Purbalingga Tahun Ajaran 2013/2014. Berikut skema kerangka berpikir dapat dilihat di Gambar 2. Kondisi awal
Kemampuan membaca permulaan anak di Kelompok B2 masih rendah
Media kartu kata bergambar Tindakan
Kondisi Akhir
Peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B2 melalui media kartu kata bergambar Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir
F. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini yakni kemampuan membaca permulaan pada kelompok B2 di RA Ma’arif NU Karang Tengah Kertanegara Purbalingga dapat ditingkatkan dengan menggunakan media kartu kata bergambar yang berisi gambar, suku kata, dan kata sebagai keterangan gambar dalam kegiatan pembelajaran membaca. 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Tindakan Kelas atau (Classroom Action Research) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 3), Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Menurut Wina Sanjaya (2011: 26), Penelitian Tindakan Kelas merupakan proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas melalui tindakan yang sengaja dimunculkan. Tindakan yang digunakan dalam penelitian ini ialah berupa media kartu kata bergambar. Peneliti memilih metode Penelitian Tindakan Kelas karena mempertimbangkan masalah yang dihadapi adalah masalah yang timbul dalam proses pembelajaran. Sehingga penelitian ini merupakan cara yang strategis untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus dilaksanakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan (Zainal Aqib, 2006: 18). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaanya dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru Kelompok B2 di RA Ma’arif NU Karang Tengah Kertanegara Purbalingga. Dalam penelitian ini, guru dan peneliti bekerja sama dalam 37
membuat perencanaan (RKH), selanjutnya guru bertugas melaksanakan pembelajaran di kelas sedangkan peneliti melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan, selanjutnya peneliti dan guru melakukan diskusi untuk merefleksikan kekurangan dan kelebihan kegiatan yang telah dilaksanakan.
B. Desain Penelitian Model penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelastentang penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Action Research) dan menunjuk pada proses pelaksanaan yang dikemukakan Kemmis dan McTaggart yang menggunakan sistem spiral dimana setiap Siklus terdiri dari tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi (Suharsimi Arikunto, 2006: 92-93). Pada Gambar 3 berikut ini ditampilkan model Penelitian Tindakan Kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan McTaggart.
Gambar 3. Rancangan Penelitian Perencanaan Kemis dan Mc Taggart (Sumber: Suharsimi Arikunto, 2006: 92)
Adapun rancangan penelitian dalam pelaksanaan dalam Siklus I sebagai berikut: 1. Perencanaan Perencanaan dilakukan dengan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran membaca permulaan, yaitu: a. Menyusun 3 Rencana Kegiatan Harian (RKH) untuk 3 pertemuan dengan tema alat komunikasi dan subtema: radio, telepon, dan surat. RKH memuat kegiatan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru 38
kelas Kelompok B2 RA Ma’arif Karang Tengah Kertanegara. RKH ini digunakan guru sebagai acuan dalam penyampaian pembelajaran yang akan dilaksanakan. b. Menyiapkan 21 buah kartu kata bergambar yang akan digunakan pada pembelajaran dengan tema alat komunikasi, media gambar yang digunakan antara lain: radio, ranting, raket, randu, rambut, rakit, telepon, terong, termos, teko, tenda, teras, surat, suster, susu, sulam, sulur, dan supir. Serta menyiapkan Lembar Kegiatan Anak (LKA) yang akan digunakan dalam pembelajaran membaca di kelas. Cara membuat media kartu kata bergambar antara lain: 1) menyiapkan kertas karton berukuran 20 cm x15 cm yang berfungsi sebagai dasar untuk menempelkan gambar dan kata: 2) menempelkan gambar yang telah disesuaikan ukurannya yakni 80 mmx 75 mm pada kertas karton; 3) menempelkan tulisan dibawah gambar, ukuran tulisan 100 pt; dan 4) membuat tulisan berupa suku kata awal dari sebuah kata di bagian belakang kartu. c. Menyiapkan instrumen pengamatan berupa panduan observasi dalam bentuk check list untuk mengungkap kemampuan membaca permulaan anak dalam menyebutkan lambang bunyi huruf, menyebutkan fonem yang sama, dan membaca kata. d. Menyiapkan ruang kelas dengan menata model tempat duduk yang dibuat berkelompok, yakni dua meja yang didekatkan dan dikelilingi empat kursi untuk empat anak, serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam pembelajaran seperti papan flanel, dan reward berbentuk bintang. 2. Pelaksanaan Tindakan a. Perlakuan Pada tahap pelaksanaan, yang bertugas melaksanakan tindakan yakni guru Kelompok B2, sebelumnya peneliti telah memperagakan cara menggunkan media kartu kata bergambar agar guru di Kelompok B2 semakin terampil dalam memberi perlakuan.
39
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 April 2014, di RA Ma’arif NU Karang Tengah, dan diikuti semua guru yang ada di sekolah ini. Sesi pelatihan yaitu: 1) Penjelasan dan maksud tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak melalui media kartu kata bergambar 2) Penjelasan tugas atau peran guru dan peneliti di dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, guru bertugas melaksanakan tindakan dan peneliti bertugas melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan. Peneliti menunjukan media kartu kata bergambar dan memperagakan prosedur menggunakan media ini di dalam pembelajaran membaca yang mengacu pada pendapat Slamet Suyanto (2005b: 180). Setelah itu, guru mencoba sendiri dengan cara role playing bersama guru yang lain agar guru semakin terampil dalam menggunakan media kartu kata bergambar. Pada tahap pelaksanaan tindakan, guru Kelompok B2 melaksanakan perlakuan menggunakan media kartu kata bergambar selama 60 menit dan peneliti melakukan pengamatan terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tindakan pada Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan, yaitu Pertemuan Pertama, Pertemuan Kedua, dan Pertemuan Ketiga. Langkah-langkah tindakan pada Siklus I terdiri dari: a. Langkah Pertama Pada tahap awal pelaksanaan kegiatan pembelajaran didahului dengan berdoa bersama, kemudian guru mengajak anak untuk bernyanyi dan melakukan tepuk yang sesuai dengan tema, yakni alat komunikasi. b. Langkah Kedua Pada langkah kedua guru mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan bermain kartu kata bergambar. Guru menyampaiakan bahwa tujuan dari 40
kegiatan bermain kartu kata bergambar adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak. c. Langkah Ketiga Guru membimbing pelaksanaan kegiatan bermain kartu kata bergambar. Adapun langkah-langkah pembelajaran membaca pemulaan dengan menggunakan media kartu kata bergambar dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Anak-anak dikondisikan untuk duduk di kelompoknya masing-masing. Satu kelompok terdiri dari 4 anak. 2) Guru mempersiapkan media kartu kata bergambar dan mengenalkannya kepada anak. 3) Guru membagikan 21 buah media kartu kata bergambar pada setiap kelompok. 4) Guru mengenalkan satu per satu lambang bunyi huruf yang membentuk kata dan anak menyebutkannya. 5) Anak menebak dan melihat suku kata yang ada di bagian belakang kartu. 6) Anak menyebutkan kata yang memiliki fonem yang sama dengan kata yang ditunjuk guru pada media kartu kata bergambar. 7) Anak mengamati dan menyebutkan gambar serta membaca kata dengan suara yang keras dan lantang pada kartu kata bergambar yang ditunjukan oleh guru. 8) Guru memberikan media kartu kata bergambar pada salah satu anak dan diteruskan kepada anak yang lain sampai seluruh anak di dalam kelompok mendapat kesempatan untuk membaca kartu kata bergambar. 9) Setiap anak menempelkan kartu kata pada gambar yang sesuai dan diperlombakan, agar kegiatan pembelajarannya lebih menarik. c. Langkah Keempat
41
Pada kegiatan penutup, guru mengajak anak untuk melakukan diskusi tentang kegiatan bermain kartu kata bergambar dan mengevaluasi mengenai kegiatan satu hari yang telah dilalui di kelas. b. Pengamatan atau Observasi Observasi yang dilakukan dalam Siklus ini adalah dengan observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran yakni pembelajaran yang memuat kegiatan bermain kartu kata bergambar, pengamatan berpedoman pada lembar instrumen observasi berbentuk check list yang berisi tentang aspek kemampuan membaca yakni: kemampuan anak dalam menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan anak dalam menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan anak dalam membaca kata. Observasi dilaksanakan di Kelompok B2 yang berjumlah 24 anak terdiri dari sembilan anak perempuan dan 15 anak laki-laki, untuk mengenalinya maka setiap anak diberi name tag untuk memudahkan peneliti dalam melakukan observasi dan penilaian kemampuan membaca permulaan. 3. Refleksi Refleksi bertujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan maupun kelebihankelebihan yang terjadi selama proses pemberian tindakan oleh guru. Kegiatan refleksi dilaksanakan dengan: a) mengumpulkan data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan yang berupa lembar instrumen berbentuk check list; b) melakukan diskusi dengan guru untuk mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilakukan dan permasalahanpermasalahan yang muncul saat memberi perlakuan; c) mencari solusi atau rencanarencana yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang muncul, dari hasil evaluasi inilah kemudian peneliti dan guru mencari solusi dalam bentuk perbaikan yang djadikan pedoman untuk melaksanakan tindakan di siklus berikutnya; dan d) menganalisis hasil kemampuan membaca permulaan dan pengambilan keputusan. Hasil pengamatan 42
pada Siklus I belum mencapai target dan masih ada berbagai permasalahan yang dijadikan refleksi Siklus I antara lain: kelompok yang belum mendapat giliran untuk bermain kartu kata bergambar cenderung mengganggu kelompok yang sedang mendapat giliran untuk bermain kartu kata bergambar, anak-anak berdiskusi sendiri dikelompoknya ketika guru menerangkan dalam pembelajaran, dan media yang digunakan ukurannya kecil yakni 10 cm x 15 cm. Berdasarkan hasil kemampuan membaca permulaan yang diperoleh pada Siklus I dinilai masih kurang optimal sehingga diperlukan upaya perbaikan pada Siklus II. Pada Siklus II terjadi peningkatan dalam kemampuan membaca permulaan sesuai target yang diharapkan, sehingga penelitian ini dihentikan pada Siklus II.
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah anak Kelompok B2 RA Ma’arif NU Karang Tengah Kertanegara di mana rentang usia anak 5-6 tahun yang berjumlah 24 anak, dan terdiri dari sembilan anak perempuan dan 15 anak laki-laki. Alasan memilih subjek penelitian di Kelompok ini, karena sebanyak 95,83% dari 24 anak masih kesulitan dalam memahami konsep huruf dan kata sebagai salah satu tahapan kemampuan membaca permulaan.
D. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok B2 RA Ma’arif Karang Tengah Kertanegara Purbalingga. Sekolah ini merupakan lembaga PAUD formal yang berbasis Agama Islam di bawah naungan yayasan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Purbalingga, sehingga kegiatan pembelajaran dikemas dalam nuansa islami. Misalnya guru mengenalkan terjemahan bahasa arab dari kata yang sudah dipelajari anak dalam kegiatan pembelajaran membaca.
43
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2014 sampai dengan 25 April 2014. Kurun waktu tersebut digunakan peneliti untuk melakukan observasi guna mengetahui kemampuan awal kemampuan membaca permulaan anak, melakukan perencanaan (menyusun RKH, menyiapkan media kartu kata bergambar, dan menyiapkan instrumen pengamatan), pelaksanaan tindakan penelitian, melakukan pengamatan dan refleksi. Tahap-tahap penelitian ini dirinci dalam Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian. Penelitian
Tahap penelitian
I
II
Minggu KeIII IV
V
Pratindakan Observasi Pratindakan Siklus I Perencanaan Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Refleksi Perencanaan Siklus II Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Refleksi
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi digunakan untuk mengamati kemampuan membaca permulaan yang sesuai pada indikator penilaian yaitu kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan membaca kata. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar observasi yang diisi dengan tanda centang atau check list. Observasi dilaksanakan di dalam ruangan yakni di Kelompok B2 dengan jumlah 24 anak yang terdiri dari sembilan anak perempuan dan 15 anak laki-laki, untuk mengenali tiap anak maka setiap anak diberi name tag untuk memudahkan peneliti dalam melakukan observasi dan penilaian kemampuan membaca permulaan. 2. Dokumentasi Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa data jumlah anak Kelompok B2 di RA Ma’arif NU Karang tengah Kertanegara Purbalingga dan 44
pengambilan foto kegiatan anak dan guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan dokumentasi maka menjadi pelengkap data guna menyempurnakan penelitian yang telah dilakukan.
F. Pengembangan Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan, dan rating scale, instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hasilnya lebih baik (Suharsimi Arikunto, 2006: 160). Jenisjenis instrumen observasi yang biasanya digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas yaitu check list, anecdotal record, dan rating scale. Penelitian Tindakan Kelas ini berbentuk check list atau daftar cek, yang merupakan pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang akan diobservasi, sehingga observer tinggal memberi tanda cek (√) pada aspek yang diobservasi, check list merupakan alat observasi yang praktis untuk digunakan, sebab semua aspek yang akan diteliti sudah ditentukan terlebih dahulu (Wina Sanjaya, 2011: 93). Pedoman observasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data tentang peningkatan kemampuan membaca permulaan anak Kelompok B2 di RA Ma’arif Karang Tengah. Pedoman observasi digunakan sebagai panduan yang dapat membantu peneliti untuk melakukan pengamatan secara terarah dan sistematis. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang berupa lembar observasi kemampuan membaca permulaan, telah divalidasi oleh dosen ahli dibidang bahasa, yaitu Enny Zubaidah.
45
Berikut kisi-kisi lembar observasi kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B2 dapat disajikan dalam Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Anak Kelompok B Sub-sub Variabel Sub Variabel Indikator Variabel Aspek Kemampuan Menyebutkan Apabila anak mampu menyebutkan perkembangan membaca lambang minimal 14 huruf yang diperintahkan bahasa berupa permulaan bunyi huruf. guru. keaksaraan Menyebutkan Apabila anak dapat menyebutkan fonem yang fonem yang sama minimal 4 kata, sama mengenai kata-kata yang ada di lingkungan sekitar anak Membaca Apabila anak dapat membaca minimal kata 4 kata dengan lancar.
Butir 18 huruf.
5 kata dengan fonem yang sama
5 kata
Sumber: Kurikulum TK, Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Nomor 58 (2009: 11) dengan Modifikasi Peneliti
Kisi-kisi lembar observasi (check list) kemampuan membaca permulaan anak selanjutnya dituangkan dalam rubrik untuk mempermudah penilaian. Skor maksimal yaitu 3. Adapun rubrik penilaian kemampuan anak dalam membaca permulaan secara umum dapat dilihat di Tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan secara Umum No Kriteria 1. Anak mampu berkembang sesuai indikator membaca permulaan 2. Anak cukup mampu berkembang sesuai indikator membaca permulaan 3. Anak kurang mampu berkembang sesuai indikator membaca permulaan Sumber: Harun Rasyid, dkk. (2009: 242-246)
Skor 3 2 1
Kriteria keberhasilan akan ditentukan dengan skor, yaitu : Skor 3 : kemampuan baik Skor 2 : kemampuan cukup Skor 1 : kemampuan kurang
H. Teknik Analisis Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi dan observasi langsung pada proses pembelajaran membaca permulaan di RA Ma’arif Karang Tengah Kertanegara Purbalingga. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif kuantitatif. Suharsimi Arikunto (2006: 239) mengemukakan bahwa analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data berupa angka.
46
Berikut rumus yang digunakan untuk mencari presentase menurut Ngalim Purwanto (2006: 102), yaitu:
Keterangan: NP = Nilai persen yang dicari/ diharapkan R =Skor mentah yang diperoleh anak SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
Langkah analisis data dalam penelitian ini: 1. Data mentah yang diperoleh dari hasil pengamatan indikator kemampuan membaca permulaan yang diberi skor (1, 2, dan 3). 2. Menghitung presentase indikator dengan rumus Ngalim Purwanto, yakni jumlah skor dari indikator kemampuan membaca dikali 100% dan dibagi skor maksimum dari indikator. Hasil persentase tersebut digunakan untuk mencari rata-rata kemampuan membaca permulaan secara keseluruhan pada setiap pertemuan. 3. Pencapaian kemampuan membaca permulaan Pratindakan diperoleh dari hasil kemampuan membaca permulaan pada satu pertemuan, yaitu dihitung dari persentase rata-rata dari jumlah keseluruhan yang diperoleh anak dalam satu kelas. 4. Pencapaian kemampuan membaca permulaan pada Siklus I dan II diperoleh dari mencari rata-rata kemampuan membaca permulaan dari Pertemuan Pertama, Pertemuan Kedua, dan Pertemuan Ketiga. 5. Hasil persentase dipaparkan dalam tabel rekapitulasi agar hasil peningkatan kemampuan membaca Pratindakan, Siklus I dan Siklus II dapat diketahui selisih peningkatannya.
47
Data dari hasil perhitungan yang telah diperoleh selanjutnya diinterperstasikan dalam empat tingkatan menurut Anas Sudijono (2010: 43) dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Kriteria Keberhasilan Penelitian No Kriteria 1 Baik 2 Cukup 3 Kurang baik 4 Tidak baik
Nilai 80-100% 60-79% 30-59% 0-29%
H. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan membaca permulaan anak Kelompok B2 di RA Ma’arif NU Karang Tengah Kertanegara Purbalingga. Indikator kemampuan membaca permulaan yang dimaksud berupa kemampuan anak dalam menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan anak dalam menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan anak dalam membaca kata. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila anak yang mengalami peningkatan kemampuan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar sebesar ≥80% atau dengan kriteria baik. Kriteria baik untuk tiap indikator yakni apabila anak mendapat skor 3. Adapun kriteria baik untuk rekapitulasi dari seluruh indikator kemampuan membaca permulaan anak apabila memperoleh skor 9.
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data tentang Kemampuan Membaca Permulaan AUD a. Data Awal tentang Kemampuan Membaca Permulaan Data awal diperoleh peneliti dengan melakukan pengamatan awal terhadap kemampuan membaca permulaan yang telah dilaksanakan selama satu kali Pertemuan yaitu pada tanggal 10 April 2014. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar observasi yang telah tersusun yakni berupa check list untuk mengungkap kemampuan awal anak dalam menyebutkan lambang bunyi huruf, menyebutkan fonem yang sama, dan membaca kata, dengan menggunakan penilaian skor 3 untuk anak yang memiliki kemampuan membaca permulaan dengan krieria baik atau sudah berkembang, skor 2 untuk anak yang memiliki kemampuan membaca permulaan dengan kriteria cukup atau cukup berkembang, dan skor 1 untuk anak yang memiliki kemampuan membaca permulaan dengan kriteria kurang atau kurang berkembang. Pada penelitian Pratindakan, guru mengajar tema alat komunikasi dengan sub tema macam-macam alat komunikasi tanpa menggunakan media kartu kata bergambar, media yang digunakan guru pada penelitian Pratindakan yakni media papan tulis dan kapur, guru menggambar alat komunikasi radio dan guru memberi keterangan di bawah gambar menggunakan kapur. Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan kemampuan anak dalam membaca permulaan masih belum berkembang dengan baik, karena persentase yang dicapai baru sebesar 42,59% (lihat Lampiran 5.1 Tabel 21).
49
Hasil kemampuan membaca permulaan Pratindakan disajikan dalam Tabel 6 sebagai berikut: Tabe 6. Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan No Indikator Kemampuan Membaca Permulaan 1 Menyebutkan lambang bunyi huruf 2 Menyebutkan fonem yang sama 3 Membaca kata Rata-rata Ketercapaian Anak
Persentase 55,56% 36,11% 36,11% 42,59%
Persentase pencapaian akhir kemampuan membaca permulaan pada penelitian Pratindakan dapat dijelaskan pada Gambar 4 berikut ini:
60.00%
55.56%
40.00%
36.11%
36.11%
20.00% 0.00% A B C Gambar 4. Histogram Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan Keterangan Menyebutkan lambang bunyi huruf Menyebutkan fonem yang sama Membaca kata
Berdasarkan data hasil observasi Pratindakan, kemampuan membaca permulaan dalam menyebutkan lambang bunyi huruf, menyebutkan fonem, dan membaca kata belum mencapai kriteria keberhasilan. Indikator menyebutkan lambang bunyi huruf presentase yang dicapai baru 55,56% terdiri dari 6 anak dengan kriteria baik, 4 anak dengan kriteria cukup, dan 14 anak dengan kriteria kurang baik. Indikator menyebutkan fonem dan Indikator membaca kata masing-masing mencapai skor 36,11%, masing-masing terdiri dari 1 anak dengan kriteria baik dan 23 anak dengan kriteria kurang baik. Sehingga hasil observasi Pratindakan rata-rata ketercapaian anak pada indikator kemampuan membaca permulaan sebesar 42,59%. Berdasarkan hasil observasi Pratindakan pada Tabel 6 dan Gambar 4 menunjukan bahwa kemampuan membaca permulaan anak di Kelompok B2 masih rendah, hal tersebut
50
dapat dilihat dari rata-rata ketercapaian anak dalam satu kelas belum mencapai indikator yang ditetapkan. Rata-rata ketercapaian anak dalam kemampuan membaca permulaan baru mencapai 42,59%, data tersebut juga didukung dari data kemampuan membaca permulaan setiap anak yang masih rendah. Data hasil observasi Pratindakan kemampuan membaca permulaan secara spesifik untuk setiap anak disajikan pada Gambar 5 sebagai berikut: 10 Total Skor
8 6 4 Pratindakan Pra Tindakan
2 AB SF SN AG NB FD FR FT IT IR IB AR IF ZK NZ NS RZ RQ HD MM IK FR TG WL
0 Nama Anak Gambar 5. Grafik Data Observasi Kemampuan Membaca Permulaan setiap Anak pada Pelaksanaan Pratindakan
Berdasarkan data hasil observasi Pratindakan tersebut, menunjukan bahwa kemampuan membaca permulaan masih sangat rendah, rata-rata ketercapaian anak pada Pratindakan sebesar 42,59%, presentase tersebut terdiri dari 1 anak yang sudah mempunyai kemampuan membaca permulaan dengan mendapatkan skor maksimal yaitu 9. Sebanyak 5 anak memperoleh total skor 5 yaitu SF, SN, IR, IK, dan FR. sebanyak 4 anak memperoleh total skor 4 yaitu NS, HD, TG dan WL, dan sebanyak 14 anak memperoleh total skor 3 pada indikator kemampuan membaca permulaan yaitu AB, AG, NB, FD, FR, FT, IT, IB, AR, IF, ZK, NZ, RO, dan MM. Kemampuan membaca permulaan belum mencapai kriteria keberhasilan, sehingga peneliti dan kolaborator perlu melakukan suatu tindakan atau upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak di Kelompok B2, upaya yang dilakukan yakni dengan menggunakan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan anak dalam menyebutkan lambang bunyi huruf, menyebutkan fonem yang sama, dan membaca
51
kata. Media kartu kata bergambar yang dimaksud adalah kartu yang terbuat kertas tebal jenis kertas karton yang berukuran 15cm x 20cm yang berbentuk persegi panjang berisikan kartu kata dan media gambar yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan. Melalui media kartu kata bergambar diharapkan kemampuan membaca permulaan anak mengalami peningkatan sesuai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yakni ≥80% atau dengan kriteria baik.
b. Data Hasil Tindakan Siklus I tentang Kemampuan Membaca Permulaan 1) Perencanaan Siklus I Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan yaitu sebagai berikut: a) Peneliti dan kolaborator menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) untuk 3 kali pertemuan, dengan tema alat komunikasi dan sub tema: radio, telepon, dan surat (lihat Lampiran 6). b) Menyiapkan kartu kata bergambar, media gambar yang digunakan terdiri dari 21 gambar antara lain: radio, ranting, raket, randu, rambut, rakit, telepon, terong, termos, teko, tenda, teras, surat, suster, susu, sulam, sulur, dan supir. Serta menyiapkan Lembar Kegiatan Anak (LKA) yang digunakan dalam pembelajaran membaca di kelas. c) Menyiapkan instrumen pengamatan berupa panduan observasi dalam bentuk checklist untuk mengungkap kemampuan membaca permulaan anak dalam menyebutkan lambang bunyi huruf, menyebutkan fonem yang sama, dan membaca kata. d) Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam pembelajaran seperti papan flanel, reward berbentuk bintang dan lain sebagainya.
52
2) Pelaksanaan Siklus I a) Perlakuan Siklus I Pelaksanaan tindakan pada Siklus I di dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 14 April 2014, 16 April 2014, dan 18 April 2014. Peneliti berkolaborasi dengan guru dalam pelaksanaan tindakan, sebelumnya peneliti telah memberi arahan mengenai tugas peneliti dan guru di dalam Penelitian Tindakan Kelas ini. Tugas peneliti yakni melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan sekaligus mendokumentasikan proses kegiatan pembelajaran yang berlangsung, sedangkan tugas guru melaksanakan tindakan berupa penggunaan media kartu kata bergambar. Kegiatan dilaksanakan selama 60 menit pada kegiatan inti pembelajaran. Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan secara umum dalam tiga pertemuan sebagai berikut: (1) Langkah Pertama Pada tahap awal pelaksanaan kegiatan pembelajaran didahului dengan berdo’a bersama. Kemudian guru mengajak anak untuk bernyanyi dan melakukan tepuk yang sesuai dengan tema, yakni tepuk alat komunikasi. (2) Langkah Kedua Pada langkah kedua guru mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bermain kartu kata bergambar. Guru menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan bermain kartu kata bergambar adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak. (3) Langkah Ketiga Guru membimbing pelaksanaan kegiatan bermain kartu kata bergambar yakni: a. Guru menyiapkan anak dengan dikondisikan untuk duduk di kelompoknya masingmasing. Setiap kelompok terdiri dari 4 anak.
53
b. Guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari ini dan mengenalkan media kartu kata bergambar. c. Guru membagi 21 media kartu kata bergambar pada kelompok yang sedang mendapatkan giliran bermain, dan memberi Lembar Kegiatan Anak pada kelompok yang sedang tidak mendapat giliran dalam bermain kartu kata bergambar. d. Guru mengambil kartu kata bergambar sesuai dengan sub tema yang dibahas. e. Guru membimbing anak untuk menyebutkan satu per satu huruf yang membentuk kata pada kartu di sisi depan, kemudian anak menyebutkan lambang bunyi huruf tanpa bantuan guru. Kegiatan ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan anak dalam menyebutkan lambang bunyi huruf. f. Guru menjelaskan fonem dari kartu kata bergambar yang sesuai dengan sub tema, anak dibimbing untuk menebak fonem dengan mengacungkan jari ketika menyebutkan fonem, dan anak menjawab yang ditanyakan sesuai dengan tulisan fonem di bagian belakang kartu. g. Anak membaca fonem yang ada di bagian belakang kartu kata bergambar. kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal fonem. h. Anak menyebutkan kata yang memiliki fonem yang sama sesuai kata yang ditunjuk guru. Kegiatan ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan anak dalam menyebutkan kata yang memiliki fonem yang sama. i. Anak mengamati dan menyebutkan gambar serta membaca kata dengan suara yang keras dan lantang pada kartu kata bergambar yang ditunjukan oleh guru. Kegiatan ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan anak dalam membaca kata. j. Guru memberikan media kartu kata bergambar pada salah satu anak untuk diamati dan diteruskan kepada anak yang lain sampai seluruh anak di dalam kelompok mendapat kesempatan untuk membaca kartu kata bergambar. 54
k. Setiap anak menjodohkan kata pada gambar yang sesuai, kegiatan ini dilakukan dengan cara diperlombakan agar kegiatan bermain kartu kata tidak membuat anak menjadi jenuh. (4) Langkah Keempat Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan pada saat kegiatan inti. Pada kegiatan penutup, guru mengajak anak untuk melakukan diskusi tentang kegiatan bermain kartu kata berggambar dan mengevaluasi mengenai kegiatan satu hari yang telah dilalui di kelas. Deskripsi proses pelaksanaan tindakan Siklus I secara rinci pada kegiatan inti untuk setiap pertemuan, dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Pertemuan Pertama Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 14 April 2014 dengan tema alat komunikasi, sub tema radio. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran sebanyak 24 anak. Pada pelaksanaan tindakan Pertemuan Pertama, anak diminta untuk duduk di kelompok masing-masing, kelompok yang duduk paling rapi mendapat kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bermain media kartu kata bergambar. Guru membagikan kartu kata bergambar pada kelompok yang mendapat giliran untuk bermain kartu kata bergambar. Kegiatan inti pada Pertemuan Pertama terdiri dari menyebutkan lambang bunyi huruf yang membentuk kata: radio, telepon, surat, bedug, kentongan dan lonceng yang terdapat dalam media kartu kata bergambar, kemudian guru mengambil kartu kata bergambar yang sesuai dengan sub tema pada pertemuan pertama yakni radio, selanjutnya anak-anak menyebutkan kata atau kata benda yang memiliki fonem ‘‘ra’’yang ada disekitar anak,dan memberi kesempatan pada anak untuk menjawab, serta guru membimbing dengan menyebutkan beberapa contoh nama benda yang memiliki fonem ‘‘ra’’, guru menunjukan kartu kata yang berawalan ‘‘ra’’ seperti 55
ranting, raket, randu, rambut, dan rakit, anak membaca kartu kata tersebut dan setelah anak mampu membacanya, anak menjodohkan kartu kata dengan kartu bergambar. Setelah semua kelompok mendapat giliran bermain dengan media kartu kata bergambar, selanjutnya tiap kelompok diberi Lembar Kegiatan Anak berupa menjodohkan gambar dengan tulisannya. (b) Pertemuan Kedua Pertemuan Kedua pada Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 16 April 2014 dengan tema alat komunikasi, sub tema telepon. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada Pertemuan Kedua Siklus I sebanyak 24 anak. Kelompok yang duduk paling rapi mendapat kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bermain media kartu kata bergambar. Guru membagikan kartu kata bergambar, media gambar yang digunakan yakni gambar radio, gambar telepon, gambar surat, gambar bedug, gambar kentongan, gambar lonceng, gambar teko, gambar teras, gambar terong, gambar tenda, dan gambar termos pada kelompok yang mendapat giliran membaca. Kegiatan inti pada Pertemuan Kedua masih sama seperti Pertemuan Pertama yakni anak menyebutkan lambang bunyi huruf yang membentuk kata: radio, telepon, surat, bedug, kentongan dan lonceng yang terdapat dalam media kartu kata bergambar. Kartu kata bergambar yang difokuskan yaitu kartu kata bergambar telepon, setelah guru mengambil kartu kata bergambar telepon, guru bertanya kepada anak benda-benda apa saja yang ada di sekitar anak yang memiliki fonem ‘‘te’’, guru membantu anak dengan menyebutkan ciri-ciri nama benda tersebut, setelah anak menjawabnya, guru menunjukan kartu kata bergambar yang memiliki fonem ‘‘te’’ yakni teko, teras, terong, tenda, dan termos, kemudian anak membaca kartu kata tersebut. Setelah semua kelompok mendapat giliran bermain dengan media kartu kata bergambar, selanjutnya
56
tiap kelompok diberi Lembar Kegiatan Anak untuk menjodohkan gambar dengan tulisannya. (c) Pertemuan Ketiga Pertemuan Ketiga pada Siklus I dilaksanakan pada hari Jum’at, 18 April 2014 dengan tema Alat komunikasi, sub tema surat. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada Pertemuan Ketiga Siklus I sebanyak 24 anak. Pada pelaksanaan tindakan Pertemuan Ketiga seperti biasa anak diminta untuk duduk di kelompoknya masing-masing. Guru membagikan kartu kata bergambar, media gambar yang digunakan yakni radio, telepon, surat, bedug, kentongan dan lonceng, guru membagikan media kartu kata bergambar pada kelompok yang mendapat giliran bermain kartu kata bergambar. Kegiatan inti pada Pertemuan Ketiga masih sama seperti Pertemuan Pertama dan Kedua yakni anak menyebutkan lambang bunyi huruf yang membentuk kata: radio, telepon, surat, bedug, kentongan dan lonceng yang terdapat dalam media kartu kata bergambar. Namun pada Pertemuan Ketiga kartu kata bergambar yang difokuskan pada kartu kata bergambar surat, setelah guru mengambil kartu kata bergambar surat, kemudian guru menempelkannya di papan flanel selanjutnya guru bertanya kepada anak benda-benda apa saja yang ada disekitar anak yang memiliki fonem ‘‘su’’, guru membantu anak dengan menyebutkan ciri-ciri nama benda tersebut, kemudian setelah anak menjawabnya, guru menunjukan kartu kata bergambar yang memiliki fonem ‘‘su’’ yakni susu, sulur, sulam, supir, dan suster. Anak diminta satu per satu menempelkan kartu kata pada kartu bergambar tersebut di papan flanel, dan anak yang berhasil menempelkan kartu kata pada gambar yang sesuai maka guru memberi reward berupa gambar bintang. Setelah semua kelompok mendapat giliran bermain dengan media kartu
57
kata bergambar, selanjutnya tiap kelompok diberi Lembar Kegiatan Anak dengan menjodohkan gambar dan tulisannya. b) Pengamatan (Observasi) Siklus I Pengamatan atau observasi dilaksanakan oleh peneliti beserta guru selama proses pembelajaran. Berikut penjelasan mengenai hasil observasi Siklus I mengenai kemampuan membaca permulan pada Pertemuan Pertama, Kedua, dan Ketiga: (1) Proses Pembelajaran Kegiatan pembelajaran membaca permulaan dilaksanakan selama 60 menit yakni pada kegiatan inti, kegiatan yang dilakukan yakni bermain kartu kata bergambar. Adapun deskripsi untuk tiap indikator kemampuan membaca permulaan dapat dijelaskan berikut ini: pada indikator kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, ada beberapa anak yang mengalami kesulitan membedakan huruf, terutama huruf b dengan d, l dengan i, e dengan c, sehingga guru selalu menjelaskan berulang-ulang mengenai huruf tersebut, dan mengasosiasikan pada sesuatu yang mudah di ingat anak, contohnya huruf i seperti lidi, sebagian besar anak sudah mampu menyebutkan lambang bunyi huruf dengan baik sehingga pada Pertemuan Pertama kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf sudah mencapai 77,78% atau dengan kriteria cukup. Pada Pertemuan Pertama, anak-anak terlihat sangat kondusif, antusias dan masih penasaran dengan media kartu kata bergambar. Pada Pertemuan Kedua, kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf meningkat menjadi 88,89% atau dengan kriteria baik, anak-anak sangat tertarik dengan media ini, hal ini ditunjukan dari sikap anak yang selalu ingin menyebutkan huruf-huruf tanpa diminta oleh guru, pada Pertemuan Kedua keadaan kelas mulai tidak kondusif karena ada anak dari kelompok lain yang masuk ke kelompok yang sedang mendapat guliran menggunakan media kartu kata bergambar. Peningkatan juga terjadi pada Pertemuan Ketiga yakni meningkat menjadi 94,44%, pada Pertemuan Ketiga kemampuan anak sudah baik hal ini 58
terbukti dari skor yang diperoleh anak yakni sebanyak 20 anak mendapat kriteria baik, dan 4 anak mendapat kriteria cukup. Pada indikator kemampuan menyebutkan fonem yang sama pada Pertemuan Pertama mencapai 47,22% atau dengan kriteria cukup, hal ini dikarenakan, sebanyak 15 anak mengalami kesulitan dan masih belum paham mengenai fonem, beberapa kali guru membimbing dengan menyebutkan ciri-ciri nama benda yang memiliki fonem yang sama. Pada pertemuan Pertama sub tema adalah radio, sehingga anak diminta menyebutkan kata yang memiliki fonem ‘‘ra’’ seperti rakit, raket, rayap, ranting dan rambut. Meskipun guru sudah membimbing dengan menyebutkan ciri-cirinya, anak masih kesulitan menebak kata yang memiliki fonem ‘‘ra’’. Pada Pertemuan Kedua indikator kemampuan menyebutkan fonem yang sama meningkat mencapai skor 55,56%,
pada Pertemuan Kedua anak sudah mulai paham
mengenai kata yang memiliki fonem yang sama, pada ini sub tema yang dibahas ialah telepon, sehinggan anak diminta untuk menyebutkan kata benda yang memliki fonem ‘’ te’’, guru mengajukan pertanyaan siapa yang tahu kata atau kata benda yang memiliki fonem ‘’te’’?, ada dua anak yang mengacungkan tangan dan saling menyuarakan jawabannya dengan lancar, umumnya mereka menyebutkan kata benda yang ada dilingkungan mereka. Peningkatan juga terjadi pada Pertemuan Ketiga yakni presentase keberhasilan
mencapai
skor
59,72%,
secara
umum
anak-anak
sudah
mampu
menyebutkankata atau kata benda yang ada di sekitar anak tanpa guru harus membimbing dengan menyebutkan contohnya. Pada indikator membaca kata banyak anak yang mengalami kesulitan, pada Pertemuan Pertama kemampuan anak baru mencapai skor 56,94%, hal ini dikarenakan anak masih kesulitan menggabungkan suku kata menjadi kata, beberapa anak masih salah dalam membaca kata yang sudah diejanya, ia membaca ‘’raket’’ dengan dibaca badminton. 59
Pada Pertemuan Kedua kemampuan anak dalam membaca kata meningkat mencapai skor 62,5% anak sudah mampu membaca kata yang dieja. Peningkatan juga terjadi pada pertemuan ketiga yakni meningkat menjadi 75%, namun secara umum anak masih kesulitan membaca kata. (2) Hasil Pengamatan atau Observasi (lihat Lampiran 5.4 Tabel 29) Hasil observasi pencapaian kemampuan membaca permulaan anak pada Siklus I disajikan dalam Tabel 7 sebagai berikut: Tabel 7. Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I No Indikator Kemampuan Membaca Permulaan 1 Menyebutkan lambang bunyi huruf 2 Menyebutkan fonem yang sama 3 Membaca kata Rata-rata Ketercapaian Anak
Persentase 87,04% 54,17% 63,81% 68,34%
Persentase peningkatan pencapaian kemampuan membaca permulaan Siklus I dapat dijelaskan pada Gambar 6 berikut ini:
100.00%
87.04%
80.00% 60.00%
54.17%
63.81%
40.00% 20.00% 0.00% A B C Gambar 6. Histogram Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I Keterangan: A : Kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf B : Kemampuan menyebutkan fonem yang sama C : Kemampuan membaca kata
Berdasarkan hasil observasi tindakan Siklus I pada Tabel 8 dan Gambar 6, kemampuan anak dalam menyebutkan lambang bunyi huruf mencapai 87,04%, kemampuan menyebutkan fonem yang sama mencapai 54,17%, kemampuan anak dalam membaca kata mencapai 63,81%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata kemampuan membaca permulaan anak pada Siklus I mencapai skor
60
68,34% atau dengan kriteria cukup. Hasil tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kemampuan membaca permulaan pada Pratindakan. Berdasarkan hasil observasi Siklus I pada Tabel 7 dan Gambar 6, menunjukan bahwa kemampuan membaca permulaan anak di Kelompok B2 mulai mengalami peningkatan secara bertahap, namun peningkatan yang ada belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan. Rata-rata ketercapaian anak pada indikator kemampuan membaca permulaan mencapai 68,34%, data tersebut
juga di dukung dari data
kemampuan membaca permulaan setiap anak yang masih belum mencapai indikator keberhasilan kelas. Berikut dipaparkan mengenai data observasi secara spesifikasi pada pelaksanaan Siklus I, pada Gambar 7 sebagai berikut: 10 Skor Total
8 6 4
Pratindakan
2
Siklus I AB SF SN AG NB FD FR FT IT IR IB AR IF ZK NZ NS RZ RQ HD MM IK FR TG WL
0 Nama Anak Gambar 7. Grafik Perbandingan Data Observasi setiap Anak pada Pelaksanaan Pratindakan dan Siklus I
Berdasarkan data hasil observasi Siklus I pada Gambar 7 tersebut, menunjukan bahwa kemampuan membaca permulaan mulai mengalami peningkatan dibandingkan hasil observasi pada Pratindakan, rata-rata ketercapaian anak pada Siklus I sebesar 68,34%, presentase tersebut terdiri dari 2 anak yang sudah mencapai indikator keberhasilan kelas yaitu RZ dan IK. Sebanyak 5 anak memperoleh total skor 7 yaitu AB, SN, NS, HD dan TG. Sebanyak 4 anak memperoleh total skor 6 yaitu SF, NB, NZ, FR, dan WL. Serta Sebanyak 12 anak memperoleh total skor 5 pada indikator kemampuan membaca permulaan yaitu AG, FD, FR, FT, IT, IR, IB, AR, IF, ZK, RQ, dan MM.
61
3) Refleksi Siklus I Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi digunakan sebagai pedoman peneliti dan guru untuk melakukan refleksi. Pelaksanaan refleksi dilakukan peneliti bersama guru dengan berdiskusi mengenai perbandingan antara data sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan pada Siklus I. Adapun beberapa permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran Siklus I sebagai berikut: a) Kelompok yang belum mendapat giliran untuk bermain kartu kata bergambar cenderung menganggu kelompok yang sedang mendapat giliran bermain media kartu kata bergambar. b) Ketika guru menerangkan tentang media kartu kata bergambar, anak-anak berdiskusi sendiri dikelompoknya, dan
tidak memperhatikan guru, sehingga guru harus
mengulang apa yang sudah diterangkannya, agar anak-anak menjadi paham apa yang harus dilakukan. c) Media kartu kata bergambar yang digunakan ukurannya terlalu kecil yakni 10 cm x 15 cm, sehingga kurang jelas jika dilihat dengan jarak yang tidak dekat. Berdasarkan data hasil Siklus I dan hasil refleksi, pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada Siklus I dinilai masih kurang optimal. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya perbaikan pada Siklus II, untuk mencapai hasil yang maksimal. Beberapa hal yang perlu dilakukan pada Siklus II yaitu sebagai berikut: a) Kelompok yang sedang tidak mendapat giliran untuk membaca diberi tugas untuk mengerjakan Lembar Kegiatan Anak agar tidak mengganggu kelompok yang sedang mendapat giliran untuk bermain media kartu kata bergambar. b) Guru memberikan nyanyian dan tepuk yang bersifat menenangkan agar subjek tidak berdiskusi sendiri dan mencegah subjek bosan, sehingga tetap memperhatikan instruksi dalam mengikuti pembelajaran. 62
c) Guru dan peneliti membuat papan prestasi untuk meningkatkan prestasi dan motivasi anak. d) Ukuran kartu kata bergambar lebih diperbesar dari 10 cm x 15 cm menjadi 15 cm x 20 cm, serta ukuran tulisan diperbesar. c) Data Hasil Tindakan Siklus II tentang Kemampuan Membaca Permulaan 1) Perencanaan Siklus II Berdasarkan hasil yang didapat dari observasi dan refleksi Siklus I maka peneliti dan guru berdiskusi untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada Siklus II. Rata-rata ketercapaian anak pada observasi Siklus I belum mencapai kriteria yang diharapkan hal ini disebabkan pada indikator kemampuan menyebutkan fonem, dan kemampuan membaca kata belum mencapai indikator keberhasilan meskipun terjadi peningkatan pada Pertemuan Pertama, Pertemuan Kedua, dan Pertemuan Ketiga. Selain itu terdapat berbagai masalah yang muncul dikelas yang menjadi refleksi pada Siklus I. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi pada Siklus I maka peneliti dan guru melakukan rencana tindakan yang akan dilakukan pada Siklus II, kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan sebagai berikut: a) Peneliti dan kolaborator menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) untuk 3 kali pertemuan dengan tema alat komunikasi dan sub tema pada Pertemuan Pertama, Kedua, dan Ketiga yakni bedug, kentongan, dan lonceng (lihat Lampiran 6). b) Menyiapkan 21 buah kartu kata bergambar yang akan digunakan pada Siklus II yang bertuliskan kata: bedug, belut, belalang, beruang, bedil, bedak, kentongan, kelapa, kereta, kendil, kera, kendang, lonceng, lobak, loker, logam, dan lontong serta menyiapkan Lembar Kegiatan Anak (LKA) yang akan digunakan dalam pembelajaran membaca di kelas.
63
c) Menyiapkan instrumen pengamatan berupa panduan observasi untuk mengungkap kemampuan membaca permulaan anak yakni dalam menyebutkan lambang bunyi huruf, aspek menyebutkan fonem yang sama, dan membaca kata. d) Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam pembelajaran seperti; papan flanel dan reward berupa bintang. 2) Pelaksanaan Siklus II a) Perlakuan Siklus II Langkah pelaksanaan Siklus II pada prinsipnya sama seperti pelaksanaan tindakan pada Siklus I. Perbedaan dengan pelaksanaan Siklus II terletak pada pemberian Lembar Kegiatan Anak pada kelompok yang sedang tidak mendapat giliran bermain kartu kata bergambar, pengkondisian anak dengan tepuk dan menyanyi, dan pengadaan papan prestasi untuk menempel reward berupa bintang. Pertemuan Pertama Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 21 April 2014 dengan tema alat komunikasi, sub tema yang dibahas ialah bedug. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada Pertemuaan Pertama Siklus II sebanyak 24 anak. Pada saat kegiatan awal, anak baris-berbaris di depan kelas dan melakukan kegiatan motorik kasar yakni berjalan mundur menuju tempat duduknya masing-masing. Guru mengucapkan salam dan anak-anak mengabsen siapa saja temannya yang tidak masuk, kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi yakni menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari Senin 21 April 2014, selain itu guru melakukan kegiatan bercakap-cakap tentang macam-macam alat komunikasi dan menjelaskan tentang bedug, setelah guru melakukan apersepsi guru mengajak anak menyanyi dan tepuk agar anak menjadi lebih semangat. Kelompok yang paling rapi dan tentang mendapat kesempatan untuk melakukan permainan kartu ata bergambar, guru membagikan kata bergambar, media gambar yang digunakan yakni gambar radio, gambar telepon, gambar surat, gambar 64
bedug, gambar kentongan, gambar lonceng,belut, belalang, beruang, bedil, dan bedak, pada kelompok yang mendapat giliran membaca, kemudian guru membagikan Lembar Kegiatan Anak (LKA) pada kelompok lain yang sedang tidak mendapat giliran bermain kartu kata bergambar dan menjelaskan cara mengerjakannya. Kegiatan inti Pertemuan Pertama pada Siklus II terdiri dari menyebutkan lambang bunyi huruf yang membentuk kata: radio, telepon, bedug, surat, kentongan dan lonceng yang terdapat dalam media kartu kata bergambar, kemudian guru mengambil kartu yang sesuai dengan sub tema pada Pertemuan Pertama Siklus II yakni bedug, selanjutnya anakanak menyebutkan kata atau kata benda yang memiliki fonem ‘‘be’’ yang ada disekitar anak, selanjutnya guru menunjukan kartu kata bergambar yang berawalan ‘‘be’’ seperti bedug, belut, belalang, beruang, bedil, dan bedak. Anak menempel kartu kata tersebut di bawah kartu bergambar yang sesuai. Jika benar maka anak akan diberi reward berupa bintang dan menempelkannya di papan prestasi. Pada saat kegiatan akhir guru mengajak anak untuk berdiskusi mengenai kegiatan yang sudah dilakukan selama 1 hari. Sebelum pulang anak diajak untuk bernyanyi agar lebih bersemangat, kemudian dilanjutkan dengan do’a sesudah belajar dan ditutup dengan salam penutup. Pertemuan Kedua Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 23 April 2014 dengan tema alat komunikasi, sub tema kentongan. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada Pertemuaan Kedua Siklus II sebanyak 24 anak. Pada saat kegiatan awal anak baris-berbaris di depan kelas dan melakukan kegiatan motorik kasar yakni menirukan gerakan seperti tumbuhan padi terkena angin. Guru mengucapkan salam dan anak-anak mengabsen siapa saja temannya yang tidak masuk, kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi yakni menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari ini, selain itu guru menjelaskan bahwa kegiatan hari ini akan belajar mengenai kentongan sebagai salah satu jenis alat komunikasi. Setelah guru melakukan apersepsi, guru mengajak anak menyanyi 65
dan tepuk agar anak menjadi lebih semangat. Kelompok yang paling rapi dan tenang, mendapat kesempatan untuk melakukan permainan kartu kata bergambar, guru membagikan kartu kata bergambar (gambar radio, telepon, surat, bedug, kentongan, lonceng, kelapa, kereta, kendil, kera, dan kendang) pada kelompok yang mendapat giliran membaca. Kemudian guru membagikan Lembar Kegiatan Anak (LKA) pada kelompok lain yang sedang tidak mendapat giliran bermain kartu kata bergambar dan menjelaskan cara mengerjakannya. Kegiatan inti Pertemuan Kedua pada Siklus II terdiri dari menyebutkan lambang bunyi huruf yang membentuk kata: radio, telepon, surat, bedug, kentongan, dan lonceng yang terdapat dalam media kartu kata bergambar, kemudian guru mengambil kartu kata bergambar yang sesuai dengan sub tema pada Pertemuan Kedua Siklus II yakni kentongan, selanjutnya anak-anak menyebutkan kata benda yang memiliki fonem ‘’ke’’ yang ada disekitar anak, selanjutnya guru menunjukan kartu kata bergambar yang berawalan ‘’ke’’ seperti kelapa, kereta, kendil, kera, dan kendang, anak menjodohkan kartu kata dengan kartu bergambar jika benar maka anak akan diberi reward berupa bintang dan menempelkannya di papan prestasi, pada saat kegiatan akhir guru mengajak anak untuk berdiskusi mengenai kegiatan yang sudah dilakukan selama satu hari. Sebelum pulang anak diajak untuk bernyanyi agar lebih bersemangat, kemudian dilanjutkan dengan do’a sesudah belajar dan ditutup dengan salam penutup. Pertemuan Ketiga Siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at, 25 April 2014 dengan tema Alat komunikasi, sub tema lonceng. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada Pertemuan Pertama Siklus II sebanyak 24 anak. Pada saat kegiatan awal, anak barisberbaris di depan kelas dan melakukan kegiatan motorik kasar yakni bermain lompat karet sebelum memasuki kelas. Guru mengucapkan salam dan anak-anak mengabsen siapa saja temannya yang tidak masuk, kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi yakni 66
menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari ini, selain itu guru menjelaskan bahwa kegiatan hari ini akan belajar mengenai lonceng sebagai salah satu jenis alat komunikasi, setelah guru melakukan apersepsi guru mengajak anak menyanyi dan tepuk agar anak menjadi lebih semangat. Kelompok yang paling rapi dan tenang mendapat kesempatan untuk melakukan permainan kartu kata bergambar, guru membagikan kartu kata (kartu kata radio, telepon, surat, bedug, kentongan, lonceng, lobak, logam, loker, lontong, dan loyang) pada kelompok yang mendapat giliran membaca, kemudian guru membagikan Lembar Kegiatan Anak (LKA) pada kelompok lain dan menjelaskan cara mengerjakannya. Kegiatan inti Pertemuan Ketiga pada Siklus II, terdiri dari menyebutkan lambang bunyi huruf yang membentuk kata: radio, telepon, bedug, kentongan, surat, dan lonceng yang terdapat dalam media kartu kata bergambar, kemudian guru mengambil kartu kata bergambar yang sesuai dengan sub tema pada Pertemuan Ketiga Siklus II yakni lonceng, selanjutnya anak-anak menyebutkan kata benda yang memiliki fonem ‘‘lo’’ yang ada di sekitar anak, selanjutnya guru menunjukan kartu kata bergambar yang berawalan ‘‘lo’’ seperti lobak, logam, loker, lontong, dan loyang dan anak menempel kartu kata tersebut di bawah kartu bergambar yang sesuai. Jika benar maka anak akan diberi reward berupa bintang. Pada saat kegiatan akhir guru mengajak anak untuk berdiskusi mengenai kegiatan yang sudah dilakukan selama satu hari. Sebelum pulang anak diajak untuk bernyanyi agar lebih bersemangat, kemudian dilanjutkan dengan do’a sesudah belajar dan ditutup dengan salam penutup. b) Pengamatan (Observasi) Siklus II
Pengamatan atau observasi dilaksanakan oleh peneliti beserta guru selama proses pembelajaran.
67
Hasil pengamatan pada Siklus II mengenai kemampuan membaca permulaan anak dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Proses Pembelajaran Proses pembelajaran dalam satu hari terdiri dari kegiatan pembukaan, kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan penutup. Pengamatan yang dilakukan peneliti pada Siklus II terhadap kemampuan membaca permulaan, dapat dijabarkan sebagai berikut: pada indikator menyebutkan lambang bunyi huruf, anak-anak sudah tidak kesulitan membedakan huruf dan anak sudah mampu menyebutkan lambang bunyi huruf lebih dari 14 huruf. Sehingga pada Pertemuan Pertama Siklus II kemampuan anak mencapai 97,22%, dan mengalami peningkatan pada Pertemuan Kedua sehingga mencapai hasil maksimal yaitu 100%, begitu pula pada Pertemuan Ketiga. Pada indikator menyebutkan fonem yang sama, kemampuan anak mencapai 88,89%, dan mengalami peningkatan pada Pertemuan Kedua sebesar 4,17% sehingga presentase yang dicapai pada Pertemuan Kedua sebesar 93,06%, begitu pula pada Pertemuan Ketiga presentase yang dicapai sebesar 98,11%. Pada petemuan pertama Siklus II, sub tema adalah ‘‘bedug’’, sehingga anak diminta menyebutkan fonem ‘‘be’’, pada Pertemuan Kedua anak sudah tidak bingung lagi mengenai fonem. Pada Pertemuan Kedua sub tema yang dibahas ialah kentongan sehingga anak dibimbing untuk menyebutkan kata yang memiliki fonem ‘‘be’’. Pada Pertemuan Ketiga sub tema yang dibahas ialah lonceng sehingga anak diminta menyebutkan kata yang memiliki fonem ‘‘lo’’ dan kata yang berhasil disebutkan oleh anak anatara lain: logam, loyang, londok ijo, lorong, lolipop, lomba, loker, dan lain sebagainya. Pada indikator membaca kata, kemampuan anak mencapai 87,5%, anak sudah tidak kesulitan dalam membaca kata dengan mengeja suku kata,
68
sehingga pada Pertemuan Kedua Siklus II kemampuan anak dalam membaca kata meningkat menjadi 94,44%. Pada Pertemuan Ketiga anak sudah mampu membaca 4-5 kata yang ditunjuk guru dengan lancar kata yang dibaca yaitu lobak, loker, lonceng, logam, dan lontong, sehingga pada Pertemuan Ketiga kemampuan anak dalam membaca kata meningkat menjadi 100%, pada Pertemuan Pertama dan kedua anak-anak membaca kata tersebut dengan suara lirih dan ragu-ragu, namun pada Pertemuan Ketiga anak membaca kata dengan suara yang keras dan lancar. (2) Hasil Pengamatan atau Observasi (lihat Lampiran 5.4 Tabel 30) Hasil observasi pencapaian kemampuan membaca permulaan anak pada Siklus II disajikan dalam Tabel 8 sebagai berikut: Tabel 8. Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II No Indikator Kemampuan Membaca Permulaan
Persentase
1 Menyebutkan lambang bunyi huruf 2 Menyebutkan fonem yang sama 3 Membaca kata Rata-rata Ketercapaian Anak
99,37% 93,35% 93,98% 95,57%
Persentase peningkatan pencapaian kemampuan membaca permulaan Siklus II dapat dijelaskan pada Gambar 8 berikut ini:
100.00%
99.37%
98.00% 96.00% 93.35%
94.00%
93.98%
92.00% 90.00% A
B
C
Gambar 8. Histogram Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II Keterangan: A : Kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf B : Kemampuan Menyebutkan fonem yang sama C : Kemampuan membaca kata
69
Berdasarkan hasil observasi dan Siklus II pada Tabel 8 dan Gambar 8, kemampuan anak dalam menyebutkan lambang bunyi huruf mencapai 99,37%, kemampuan anak dalam menyebutkan fonem yang sama 93,35%, dan membaca kata mencapai 93,98%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ratarata pencapaian kemampuan membaca permulaan anak pada Siklus II mencapai 95,57%. Hasil tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pencapaian Pratindakan yang hanya sebesar 42,59% dan pencapaian pada Siklus I sebesar 68,34%. Perbandingan persentase pencapaian kemampuan membaca permulaan Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II dapat disajikan dalam gambar 9 sebagai berikut:
120.00% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
99.37% 87.04% 55.56%
93.98%
93.35% 54.17% 36.11%
63.81% 36.11%
Pratindakan Siklus I Siklus II
A B C Gambar 9. Histogram Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II Keterangan A :Indikator menyebutkan lambang bunyi huruf B :Indikator menyebutkan fonem yang sama C :Indikator kemampuan membaca kata
Berdasarkan hasil observasi Pratindakan pada Gambar 9, menunjukan bahwa media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B2 RA Ma’arif Karang Tengah, Kertanegara, Purbalingga. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh pada Siklus I dan Siklus II. Oleh karena itu peneliti menganggap hasil dari Siklus II telah sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Rata-rata ketercapaian anak pada indikator kemampuan membaca sudah mencapai indikator keberhasilan, hal tersebut juga dapat diketahui dari data hasil observasi kemampuan membaca permulaan masing-masing anak pada Siklus II yang sudah mencapai indikator
70
keberhasilan kelas. Data hasil observasi kemampuan membaca permulaan pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II disajikan dalam Gambar 10 sebagai berikut: 10
Skor Total
8 6
Pratindakan
4
Siklus I
2
Siklus II AB SF SN AG NB FD FR FT IT IR IB AR IF ZK NZ NS RZ RQ HD MM IK FR TG WL
0 Nama Anak Gambar 10. Grafik Perbandingan Data Hasil Observasi pada Pelaksanaan Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan data hasil observasi pada Siklus II tersebut, menunjukan bahwa kemampuan membaca permulaan pada Siklus II mengalami peningkatan dibandingkan hasil observasi pada Pratindakan dan Siklus I, rata-rata ketercapaian anak pada Siklus 2 sebesar 95,57%, presentase tersebut terdiri dari 8 anak sudah memperoleh rata-rata total skor 9 yaitu AB, SN, AG, NB, ZK, NS, RZ, IK, dan 16 anak memperoleh rata-rata total skor 8 yaitu SF, FD, FR, FT, IT, IR, IB, AR, IF, NZ, RQ, HD, MM, FR, TG, dan WL. Pada Siklus II, sebanyak 24 anak atau seluruh anak di Kelompok B2 sudah mencapai indikator keberhasilan kelas. c) Refleksi Siklus II Pelaksanaan tindakan pada Siklus II telah melalui proses perbaikan-perbaikan, berdasarkaan hasil observasi pelaksanaan tindakan pada Siklus I dan refleksi pada siklu I. Perbaikan berupa pemberian Lembar Kegiatan Anak (LKA) pada Kelompok yang sedang tidak mendapat giliran untuk membaca agar tidak menggangu kelompok yang sedang mendapat giliran untuk bermain media kartu kata bergambar. Guru memberikan nyanyian dan tepuk yang bersifat menenangkan agar anak tidak berdiskusi sendiri dan mencegah anak bosan, sehingga tetap memperhatikan instruksi. Guru dan peneliti membuat papan prestasi untuk meningkatkan prestasi dan motivasi anak. 71
Pemberian tugas untuk mengerjakan Lembar Kegiatan Anak (LKA) pada Siklus I dikerjakan setelah kegiatan permainan kartu kata bergambar selesai, namun hal ini ternyata membuat gaduh dan memungkinkan kelompok yang tidak mendapat giliran menganggu kelompok yang sedang mendapat giliran, sehingga pada Siklus II pemberian Lembar Kegiatan Anak diberikan di kegiatan inti awal yakni bersamaan dengan kegiatan permainan kartu kata bergambar namun yang mengerjakan LKA adalah kelompok yang sedang belum mendapatkan giliran bermain kartu kata bergambar, hal ini membuat anak tidak berlarian dan menganggu kelompok yang sedang mendapat giliran bermain kartu kata bergambar, sehingga kelompok yang sedang mendapat giliran bermain kartu kata bergambar lebih percaya diri dan lebih konsentrasi menjawab pertanyaan guru. Guru mengkondisikan anak dengan nyanyian dan tepuk, hal ini membuat anak lebih tertarik dan susana di kelas menjadi lebih kondusif kembali. Pemberian reward dalam bentuk bintang di Siklus II di buat lebih menarik dengan di tempelkan di papan prestasi, sehingga anak lebih aktif dalam mengikuti segala instruksi guru, sebelumnya pada pemberian reward dalam bentuk bintang hanya dalam bentuk verbalistik dan di gambar di papan tulis. Pencapaian kemampuan membaca permulaan pada Siklus II mengalami peningkatan sebesar 22,68% jika dibandingkan dengan Siklus I, sehingga menjadi 89,97%. Pada Siklus II kemampuan membaca permulaan anak sudah mengalami peningkatan dan telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, yaitu anak mengalami peningkatan dalam kemampuan membaca permulaan sebesar ≥80%, sehingga penelitian dirasa cukup dan dihentikan sampai Siklus II.
2. Analisis Data Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, satu siklus terdiri dari tiga pertemuan dan pelaksanaan tindakan yang dilakukan hampir sama pada setiap pertemuan. Proses tindakan 72
meliputi anak diminta untuk duduk di kelompoknya masing-masing. Guru mengkondisikan anak dengan bernyanyi maupun tepuk. Kelompok yang duduk paling rapi mendapat kesempatan untuk bermain kartu kata bergambar terlebih dulu, guru membagikan 21 buah media kartu kata bergambar pada anak yang mendapat giliran bermain kartu kata bergambar, dan memberikan Lembar Kegiatan Anak (LKA) pada kelompok yang sedang tidak mendapat giliran bermain kartu kata bergambar. Guru menjelaskan dan mengambil media kartu kata bergambar yang akan digunakan, yakni yang sesuai dengan sub tema yang dibahas. Guru membimbing menjelaskan lambang bunyi huruf dengan mengenalkan satu per satu lambang bunyi huruf, menjelaskan tentang fonem yang sesuai dengan kata yang terdapat pada kartu kata bergambar, dan membaca kata pada gambar. Anak dibimbing untuk berkompetisi menjawab pertanyaan dari guru, anak yang ingin menjawab harus mengangkat tangan terlebih dahulu, setiap anak tetap diberi kesempatan untuk menjawab secara bergantian. Adapun Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini yaitu: 1) Data mentah yang diperoleh dari hasil pengamatan indikator kemampuan membaca permulaan di beri skor (1, 2 dan 3) (lihat Lampiran 4). 2) Setiap indikator dihitung presentasenya dengan rumus dari Ngalim Purwanto, yakni jumlah skor dari indikator kemampuan membaca di kali 100% dan dibagi skor maksimum dari indikator (lihat Lampiran 5.4). 3) Hasil persentase tersebut digunakan untuk mencari rata-rata kemampuan membaca permulaan secara keseluruhan pada setiap pertemuan (lihat Lampiran 5.4). 4) Pencapaian kemampuan membaca permulaan Pratindakan diperoleh dari hasil pecapaian kemampuan membaca permulaan pada satu pertemuan, yaitu dihitung dari persentase rata-rata dari jumlah keseluruhan yang diperoleh anak dalam satu kelas (lihat lampiran 5.4 Tabel 28). 73
5) Pencapaian kemampuan membaca permulaan pada Siklus I, dan Siklus II diperoleh dari mencari rata-rata kemampuan membaca permulaan pada Pertemuan Pertama, Kedua, dan Ketiga (lihat Lmpiran 5.4 Tabel 29 dan Tabel 30). 6) Pencapaian kemampuan membaca permulaan pada Siklus I dan II diperoleh dari mencari rata-rata kemampuan membaca permulaan dari Pertemuan Pertama, Kedua, dan Ketiga. Hasil persentase tersebut dianalisis antara hasil Pratindakan dengan Siklus I dan antara Siklus I dengan Siklus II. 7) Hasil persentase kemampuan membaca permulaan pada anak dipaparkan dalam Tabel rekapitulasi agar hasil peningkatan kemampuan membaca Pratindakan, Siklus I dan Siklus II dapat diketahui selisih peningkatannya.Tabel 9 berikut ini: Tabel 9. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II No Indikator Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan Siklus I Siklus II 1 Menyebutkan lambang bunyi huruf 55,56% 87,04% 99,37% 2 Menyebutkan fonem yang sama 36,11% 54,17% 93,35% 3 Membaca kata 36,11% 67,81% 93,98% Rata-rata Ketercapaian Anak 42,59% 68,34% 95,57%
Perbandingan peningkatan kemampuan membaca permulaan Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II dapat dijelaskan pada Gambar 11 berikut ini:
120.00% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
95.57% 68.34%
Pratindakan Siklus I
42.59%
Siklus II
Kemampuan Membaca Permulaan Gambar 11. Histogram Peningkatan Pencapaian Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Tabel 9 dan Gambar 11 menunjukkan peningkatan kemampuan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II. Pada Pratindakan, persentase pencapaian kemampuan membaca permulaan hanya sebesar 42,59%. Pada Siklus I kemampuan membaca permulaan meningkat menjadi 68,34% sehingga persentase peningkatan antara Pratindakan dan Siklus I sebesar 25,75%. Pada 74
Siklus II terjadi peningkatan kemampuan membaca permulaan menjadi 95,57%. Peningkatan persentase kemampuan membaca permulaan antara Siklus I dan Siklus II yaitu sebesar 27,23%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Kemampuan awal pada Pratindakan menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan anak Kelompok B2 di RA Ma’arif NU Karang Tengah kurang berkembang, hal tersebut dapat diketahui ketika guru melakukan penilaian dalam kemampuan membaca permulaan, hanya satu dari 24 anak yang memiliki kemampuan membaca permulaan dengan kategori baik, sehingga sebanyak 23 anak kurang mampu menyebutkan lambang bunyi huruf, menyebutkan fonem yang sama, dan membaca kata dengan kriteria baik, berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan upaya atau tindakan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan, sehingga permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yakni peningkatan kemampuan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar pada anak Kelompok B2 di RA Ma’arif NU Karang Tengah, Kertanegara, Purbalingga. Ada beberapa hal yang menyebabkan kemampuan membaca permulaan di Kelompok B2 masih rendah, yakni salah satunya faktor kurang tepatnya pemilihan dan penggunaan
media
pembelajaran
untuk
mengembangkan
kemampuan
membaca
permulaan. Media yang digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan hanya menulis huruf abjad, membuat gambar sendiri di papan tulis, dan menulis kata di papan tulis kemudian anak diminta untuk membacanya, cara seperti ini kurang tepat dan membuat anak kurang tertarik dengan kegiatan membaca. Indikator kemampuan membaca permulaan dalam penelitian ini meliputi kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem yang 75
sama, dan kemampuan membaca kata. Pencapaian kemampuan membaca permulaan Pratindakan menunjukkan kemampuan anak masih kurang (lihat Lampiran 5.4 Tabel 28). Pada indikator menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan anak mencapai 55,56%, kemampuan menyebutkan fonem yang sama mencapai 36,11% atau termasuk kriteria kurang, dan kemampuan membaca kata mencapai 36,11% atau termasuk kriteria kurang. Rekapitulasi kemampuan membaca permulaan anak Pratindakan menunjukkan kemampuan anak hanya sebesar 42,59%. Hal ini disebabkan karena penggunaan media yang digunakan guru dalam mengenalkan konsep huruf dan kata hanya menggunakan kapur dan papan tulis yakni guru menulis abjad, membuat gambar sendiri di papan tulis, dan menulis kata kemudian anak diminta untuk membacanya, cara seperti ini dinilai kurang efektif, seperti yang dikemukakan oleh Noviar Masjidi (2007: 19) menyatakan bahwa yang terjadi selama ini dalam pengenalan kosa kata pada anak yakni denga menuliskan di papan tulis dan anak banyak yang tidak memperhatikan dan akhirnya kelas menjadi gaduh dan ramai, setelah didengar berulang-ulang anak tetap lupa dan dimungkinkan karena pembelajaran yang kurang menyenangkan bagi anak sehingga penguasaan kosa kata anak sangat kurang. Hasil pengamatan pada Siklus I menunjukkan adanya peningkatan persentase kemampuan membaca permulaan walaupun belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan (lihat Lampiran 5.4 Tabel 29). Pada indikator menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan anak mencapai 87,04% atau termasuk kriteria baik, kemampuan menyebutkan fonem yang sama mencapai 54,17% atau termasuk kriteria kurang, kemampuan membaca kata mencapai skor 67,81% atau termasuk kriteria cukup, berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh rata-rata pencapaian kemampuan membaca permulaan pada Siklus I yaitu sebesar 68,34% sehingga belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. 76
Menurut peneliti, hal ini disebabkan karena media kartu kata bergambar belum pernah digunakan oleh guru selama pembelajaran, sehingga anak dan guru masih berada di tahap penyesuaian dalam penggunaan media kartu kata bergambar. Selain itu masih terdapat kekurangan dari proses pemberian tindakan maupun dari segi media yang dijadikan dalam refleksi Siklus I. Kelompok yang sedang tidak mendapat giliran untuk bermain media kartu kata bergambar cenderung mengganggu kelompok yang sedang mendapat giliran bermain kartu kata bergambar, sehingga semakin membuat anak menjadi ragu dan kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan dari guru, dan terlihat anak-anak berdiskusi sendiri di dalam kelompoknya, tidak memperhatikan guru sehingga guru harus mengulang apa yang sudah diterangkannya, agar anak-anak menjadi paham. Selain itu, anak masih belum berani membaca, meraka membaca dengan suara yang sangat lirih dan masih ragu-ragu dalam membaca, media kartu kata bergambar yang digunakan ukurannya kecil yakni 10 cm x 20 cm sehingga kurang jelas jika tidak dilihat dari jarak dekat. Permasalahan di atas merupakan beberapa faktor penyebab belum tercapainya indikator keberhasilan yang sudah ditentukan. Berdasarkan hasil observasi peneliti, masih terdapat permasalahan yang terjadi pada perencanaan maupun pelaksanan Siklus I. Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan agar pada pelaksanaan tindakan Siklus II dapat mencapai hasil yang optimal. Perbaikan pada Siklus II meliputi pemberian LKA pada kelompok yang sedang tidak mendapat giliran dalam membaca, pengkondisian kelas dengan tepuk dan nyanyian yang menyenangkan, pengadaan papan prestasi untuk meningkatkan motivasi anak dan prestasi anak, dan membuat media kartu kata bergambar dengan ukuran yang lebih besar dari sebelumnya yakni 20 cm x 15 cm. Kegiatan pembelajaran pada Siklus II menunjukkan keadaan kelas yang lebih kondusif dan anak lebih bersemangat. Hasil pengamatan pada Siklus II menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan yang 77
signifikan jika dibandingkan dengan kondisi awal pada Pratindakan maupun sesudah pelaksanaan Siklus I (lihat Lampiran 5.4). Pada Siklus II untuk indikator menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan anak sudah mencapai skor 99,37% atau termasuk kriteria baik, kemampuan menyebutkan fonem yang sama mencapai skor 93,35% atau termasuk kriteria baik, kemampuan membaca kata mencapai skor 93,98% atau termasuk kriteria baik. Berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh rata-rata kemampuan membaca permulaan anak pada Siklus II sebesar 95,57%, sehingga sudah mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu ≥80%. Peningkatan tersebut dikarenakan anak sudah terbiasa dengan penggunaan media kartu kata bergambardalam pembelajaran. Anak sudah mampu membaca dengan benar dan jelas tanpa ragu-ragu, anak juga sudah berani membaca dengan suara yang lantang, anak sudah tidak kesulitan membedakan huruf, anak sudah lancar dalam menyebutkan kata, dan anak sudah mampu membaca kata yang sudah berhasil diejanya dengan benar. Penggunaan media kartu kata bergambar dalam pembelajaran memberi pemahaman pada anak bahwa proses membaca meliputi kegiatan mengenalkan huruf, suku kata, dan kata. Dalam mengajarkan membaca, anak dikenalkan dengan kata yang kemudian diuraikan menjadi huruf, seperti yang dikemukakan oleh (Aulia, 2011: 36) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses memahami hubungan antara huruf dengan bunyi atau suara dengan mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi, proses ini disebut dengan proses pengenalan kata dalam mengajarkan membaca terlebih dahulu anak dikenalkan dengan kata kemudian dari kata diuraikan menjadi huruf agar anak menjadi lebih paham hubungan antara huruf dalam sebuah kata. Selain itu, huruf yang digunakan dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan yakni huruf kecil, hal ini dikemukakan oleh Enny Zubaidah (2003: 88-89), menyatakan bahwa huruf yang dikenalkan pada anak dalam pembelajaran membaca sebaiknya huruf kecil, hal ini 78
dikarenakan ketika anak sudah di SD pada awalnya anak akan menjumpai atau dikenalkan tentang penggunaan huruf kecil baik dalam belajar membaca maupun menulis. Dengan demikian penggunaan huruf kecil dalam pengenalan huruf akan lebih memudahkan anak dalam membaca Selain itu, dalam mengajarkan membaca dilakukan secara berulang-ulang agar anak menjadi semakin terampil dalam membaca kata, dan guru memberi penguatan berupa pemberian reward dalam bentuk bintang, dengan pemberian reward maka anak akan semakin termotivasi untuk belajar membaca. Media kartu kata bergambar yang digunakan merupakan media yang dibuat sendiri oleh peneliti, berupa kartu yang terbuat kertas tebal yakni kertas karton yang berukuran 15cm x 20cm yang berbentuk persegi panjang berisikan kartu kata dan media gambar yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan. Hasil yang diperoleh pada Siklus II menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan anak mengalami peningkatan dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebesar ≥80%. Oleh karena itu peneliti mengambil keputusan bahwa penelitian dianggap sudah cukup dan dihentikan pada Siklus II. Penelitian ini telah membuktikan bahwa media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B2 RA Ma’arif NU Karang Tengah, Kertanegara, Purbalingga.
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang masih terdapat kekurangan yang disebabkan oleh beberapa keterbatasan yaitu media kartu kata bergambar yang digunakan merupakan buatan peneliti, sehingga kurang maksimal dalam segi pembuatan dan desainnya hal tersebut dapat dilihat dari kekuatan kartu yang jika sering digunakan maka mudah rusak dan jenis kertas yang digunakan. 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B2 RA Ma’arif NU Karang Tengah dapat ditingkatkan menggunakan media kartu kata bergambar. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil peningkatan kemampuan membaca permulaan. Pada kondisi Pratindakan rata-rata ketercapaiannya sebesar 42,59% dan mengalami peningkatan sebesar 25,75% sehingga pada Siklus I mencapai 68,34% dan pada Siklus I sampai Siklus II mengalami peningkatan sebesar 27,23% sehingga pada Siklus II mencapai skor 95,57%. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua Siklus, satu Siklus tediri dari tiga pertemuan, waktu pelaksanaan untuk satu kali pertemuan kurang lebih 60 menit pada saat kegiatan inti. Media kartu kata bergambar yang digunakan merupakan media yang dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 36 buah kartu kata bergambar yaitu: radio, ranting, raket, randu, rambut, rakit, telepon, terong, termos, teko, tenda,teras, surat, suster, susu, sulam, sulur, supir, bedug, belut, belalang, beruang, bedil, bedak, kentongan, kelapa, kereta, kendil, kera, kendang, lonceng, lobak, loker, logam, dan lontong. Langkah pembelajaran menggunakan media kartu kata bergambara sebagai berikut: 1) guru mengkondisikan anak untuk duduk dikelompoknya dengan memberi hitungan 1-10; 2) guru mempersiapkan dan mengenalkan media kartu kata bergambar; 3) guru membagikan 21 buah media kartu kata bergambar pada setiap kelompok; 4) anak menggunakan media kartu kata bergambar dalam menyebutkan satu per satu lambang buyi huruf yang membentuk kata, menyebutkan kata yang ada disekitar anak yang memiliki fonem yang sama, dan membaca kata pada gambar; dan 5) anak menjodohkan kartu kata pada gambar yang sesuai dan diperlombakan, kegiatan ini dilakukan dengan diperlombakan di dalam kelompok. 80
B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Pendidik AUD Pendidik dapat menggunakan media kartu kata bergambar sebagai alternatif media pembelajaran membaca permulaan, jenis huruf yang dipakai sebaiknya menggunakan huruf kecil, karena huruf kecil banyak digunakan dalam teks bacaan, gambar dibuat berwarna, media gambar yang digunakan dapat diperoleh dari media cetak atau dari internet, misalnya dengan mengakses google image agar bentuk gambar yang diperoleh lebih jelas bentuk maupun proporsinya. Pembelajaran menggunakan media kartu kata bergambar dapat disesuaikan dengan tema pembelajaran tiap minggunya, misalnya: pada tema pembelajaran alat komunikasi maka kartu kata bergambar yang digunakan berupa gambar dari macam-macam alat komunikasi seperti: telepon, radio, surat, kentongan, dan lain sebagainya. 2. Bagi Sekolah Sekolah dapat membina kerjasama dengan guru dalam meningkatkan keterampilan guru untuk mengembangkan media pembelajaran, sehingga permasalahan dalam pembelajaran dapat teratasi. Misalnya, mengadakan pelatihan pembuatan media atau alat permainan edukatif untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Agus Hariyanto. (2009). Membuat Anak Anda Cepat Pintar Membaca.Yogyakarta: Diva Press (Anggota IKAPI). Ahmad Rofi’udin & Darmiyati Zuchdi (1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. Anas Sudijono. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Anita Yus. (2005). Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Arief S. Sadiman, Rahardjo, Anung Haryono, & Rahardjito. (2006). Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Aulia. (2011). Mengajarkan Balita Anda Membaca. Yogyakarta: Intan Media. Cucu Eliyawati (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Darmiyati Zuchdi & Budiasih. (1996). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Dina Indriana. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva Press. Djauhar Siddiq, Nelva Rolina, & Unik Ambarwati. (2006). Strategi Belajar Mengajar Taman Kanak-kanak.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Dwi Sunar Prasetyono. (2008). Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini.Yogyakarta: Think. Enny Zubaidah. (2003). Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
82
Ernawulan Syaodih. (2005). Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Farida Rahim. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Harun Rasyid, Mansyur, & Suratno. (2009). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Pressindo. Martini Jamaris. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanakkanak. Jakarta: Grasindo Anggota IKAPI. Menteri Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mohammad Fauzil Adhim. (2004). Membuat Anak Gila Membaca. Bandung: Mizan Pustaka. Ngalim Purwanto. (2006). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Nurbiana Dhieni, Lara Fridani, Gusti Yarmi, Nany Kusniati, & Sri Wulan. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Noviar Masjidi. (2007). Agar Anak Suka Membaca. Yogyakarta: Media Insani. Ratna Arini Dewi. (2012). Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Kata Bergambar Pada Anak Kelompok B di TK Masyithoh Kedungari Kulon Progo. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Rita Eka Izzaty, Siti Partini Suardiman, Yulia Ayriza, Purwandari, Hiryanto, & Rosita Endang Kusmaryani. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Rusdinal & Elizar. (2005). Pengelolaan Kelas di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Sabarti Akhadiah, Maidah G. Arajad, Sakura H. Ridwan, & Zulfahnur Z. Mukti. (1993). Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
83
Slamet Suyanto. (2005a). Dasar–dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Slamet Suyanto. (2005b). Pembelajaran untuk Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Sofia Hartati. (2005). Mengembangkan Keterampilan Berbicara. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Suhartono. (2005). Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Media Group. Yuliani Nurani Sujiono. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Zainal Aqib. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yramawidya.
84
LAMPIRAN
85
Lampiran 1 Daftar Nama Anak Kelompok B2
86
Lampiran 1. Daftar Nama Anak Kelompok B2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama Anak Abu Bakar Alshifa Naila Putri Alshinta Kaila Putri Angelika Ramandani Ayusman Nabil Akmal Fadlan Nur Priyatno Farid Ibnu Ramadhan Fattan Irshady Intan Mia Ramadhani Ira Yulianti Iqtadi Binnabi M. Aris Syahputra M. Irfan Al Kahtani Muhammad Zakaria Nazywa Eka Saputri Nisvi Mukharomah Rizka Malika Hawa Rozaq Maulana Sabar Nur Hidayat Slame Pamuji Sobri Irkhamsyah Syafira Ika Hardiyanti Teguh Waluyo Wildan Nur Mauludi
Inisial AB SF SN AG NB FD FR FT IT IR IB AR IF ZK NZ NS RZ RQ HD MM IK FR TG WL
Jenis Kelami n L P P P L L L L P P L L L L P P P L L L L P L L
87
Tempat, Tanggal Lahir Purbalingga, 21 Januari 2008 Purbalingga, 21 Januari 2008 Purbalingga, 21 Januari 2008 Purbalingga, 10 Oktober 2007 Purbalingga, 18 Mei 2009 Purbalingga, 9 Juni 2008 Purbalingga, 16 September 2007 Purbalingga, 25 September 2008 Purbalingga, 26 September 2008 Purbalingga, 30 Juli 2008 Purbalingga, 8 Februari 2008 Probolinggo, 16 Agustus 2008 Purbalingga, 20 Mei 2008 Purbalingga, 22 Maret 2008 Purbalingga, 1 Oktober 2008 Purbalingga, 22 Agustus 2008 Purbalingga, 3 Juni 2008 Purbalingga, 22 Agustus 2008 Purbalingga, 14 Maret 2008 Purbalingga, 12 Desember 2007 Purbalingga, 29 Juni 2008 Purbalingga, 25 Februari 2009 Purbalingga, 20 Oktober 2008 Purbalingga, 7 Maret 2009
Usia 6 Tahun 6 Tahun 6 Tahun 6 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 6 Tahun 5 Tahun 5 Tahun 5Tahun 6 Tahun 5Tahun 6 Tahun 6 Tahun 5 Tahun 5Tahun 6 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 6 Tahun 5 Tahun 5 Tahun 5 Tahun 5 Tahun
Lampiran 2 Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan
88
Lampiran 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Tabel 10. Rubrik Penilaian Anak dalam Menyebutkan Lambang Bunyi Huruf. Skor
No
Kriteria
Deskripsi
1
Anak sudah mampu menyebutkan lambang bunyi huruf
Jika anak menyebutkan minimal 14 huruf yang diperintahkan guru.
3
2
Anak cukup mampu menyebutkan lambang bunyi huruf
Jika anak hanya mampu menyebutkan 6-13 huruf yang diperintahkan guru.
2
3
Anak kurang mampu menyebutkan lambang bunyi huruf
Jika anak hanya menyebutkan 1-5 huruf yang ditunjuk atau anak menyebutkan huruf dengan bantuan guru.
1
Tabel 11. Penilaian Kemampuan Anak dalam Menyebutkan Fonem yang sama. No Kriteria Deskripsi 1 Anak sudah mampu menyebutkan Jika anak dapat menyebutkan fonem yang sama fonem yang sama. 4-5 kata yang ada dilingkungan sekitar anak.
Skor 3
2
Anak cukup mampu menyebutkan fonem yang sama
Jika anak hanya menyebutkan 2-3 fonem yang sama.
2
3
Anak kurang mampu menyebutkan fonem yang sama.
Jika anak tidak mampu menyebutkan 1 fonem yang sama atau anak menyebutkan fonem dengan bantuan guru.
1
Tabel 12. Penilaian Kemampuan Anak dalam Membaca Kata. No Kriteria Deskripsi 1 Anak sudah mampu membaca kata Apabila anak dapat membaca 4-5 kata yang dengan benar ditunjukan guru dengan lancar.
Skor 3
2
Anak cukup mampu membaca kata dengan benar
Apabila anak hanya membaca 2-3 kata tapi masih tersendat-sendat atau kurang lancar.
2
3
Anak kurang mampu membaca kata
Apabila anak hanya mampu membaca 1 kata yang ditunjukan guru tapi masih kurang lancar.
1
89
Lampiran 3 Instrumen Lembar Observasi
90
Lampiran 3. Instrumen Lembar Observasi Tabel 13. Instrumen Lembar Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Pertemuan : Hari/ tanggal : Tema/ Sub tema :Alat komunikasi/ Aspek Penilaian Menyebutkan Menyebutkan Membaca Jumlah Skor N Nama Lambang Fonem yang Kata o Anak Bunyi Huruf sama 3 2 1 3 2 1 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jumlah Anak Persentase (%) Keterangan: Skor 3 : Sudah Berkembang (baik) Skor 2 : Cukup Berkembang (cukup) Skor 1 : Kurang Berkembang (kurang)
91
Lampiran 4 Hasil Observasi Lampiran 4.1 Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan Lampiran 4.2 Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I Lampiran 4.3 Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II
92
lampiran 4.1 Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan Tabel 14. Hasil Observasi Pratindakan Pertemuan :I Hari/ tanggal : Kamis, 10 April 2014 Tema/ Sub tema : Alat Komunikasi/Macam-macam Alat Komunikasi Aspek Penilaian Menyebutkan N Nama Menyebutkan Jumlah Lambang Bunyi Membaca Kata o Anak Fonem Skor Huruf 3 2 1 3 2 1 3 2 1 1 AB √ √ √ 3 2 SF √ √ √ 5 3 SN √ √ √ 5 4 AG √ √ √ 3 5 NB √ √ √ 3 6 FD √ √ √ 3 7 FR √ √ √ 3 8 FT √ √ √ 3 9 IT √ √ √ 3 10 IR √ √ √ 5 11 IB √ √ √ 3 12 AR √ √ √ 3 13 IF √ √ √ 3 14 ZK √ √ √ 3 15 NZ √ √ √ 3 16 NS √ √ √ 4 17 RZ √ √ √ 9 18 RQ √ √ √ 3 19 HD √ √ √ 4 20 MM √ √ √ 3 21 IK √ √ √ 5 22 FR √ √ √ 5 23 TG √ √ √ 4 24 WL √ √ √ 4 Jumlah 6 4 14 1 0 23 1 0 23 Persentase 25 16, 58,3 4,17 95,83 4,1 95,83 (%) % 67 % % % 7% % % Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkembang (kurang)
93
Persentase (%) 33,33 55,56 55,56 33,33 33,33 33,33 33,33 33,33 33,33 55,56 33,33 33,33 33,33 33,33 33,33 44,44 100 33,33 44,44 33,33 55,56 55,56 44,44 44,44
Lampiran 4.2. Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I Tabel 15. Hasil Observasi Siklus I
Siklus / Pertemuan Hari / Tanggal Tema / Sub Tema
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama Anak AB SF SN AG NB FD FR FT IT IR IB AR IF ZK NZ NS RZ RQ HD MM IK FR TG WL Jumlah
Persentase (%)
: I/1 : Senin, 14 April 2014 : Alat komunikasi / Radio Aspek Penilaian Menyebutkan Lambang Bunyi Menyebutkan Fonem Huruf 3 2 1 3 2 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 8 16 1 8 15 33,3 3%
66,6 7%
0
4,17 %
33,33 %
Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkembang (kurang)
94
62,5 %
Membaca Kata 3
2
1 √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 16 ,6 7 %
√ √ √ 9
11
37, 5%
45,83 %
Jumlah Skor
Persentase (%)
5 5
55,56 55,56
6 5 6 5 4 4 4 6 4 5 5 4 5 6 9 4 8 4 8 6 7 6
66,67 55,56 66,67 55,56 44,44 44,44 44,44 66,67 44,44 55,56 55,56 44,44 55,56 66,67 100 44,44 88,89 44,44 88,89 66,67 77,78 66,67
Tabel 16. Hasil Observasi Siklus I Siklus / Pertemuan
: I/2
Hari / Tanggal Tema / Sub Tema
: Rabu, 16 Maret 2014 : Alat komunikasi / Telepon Aspek Penilaian Menyebutkan Menyebutkan No Nama Anak Lambang Bunyi Fonem Huruf 3 2 1 3 2 1 1 AB √ √ 2 √ √ SF 3 SN √ √ 4 AG √ √ 5 NB √ √ 6 FD √ √ 7 FR √ √ 8 FT √ √ 9 IT √ √ 10 IR √ √ 11 IB √ √ 12 AR √ √ 13 IF √ √ 14 ZK √ √ 15 NZ √ √ 16 NS √ √ 17 RZ √ √ 18 RQ √ √ 19 HD √ √ 20 MM √ √ 21 IK √ √ 22 FR √ √ 23 TG √ √ 24 WL √ √ Jumlah 16 8 2 12 10 8, 66,6 33,33 41,67 Persentase (%) 0 33 50% 7% % % %
Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkemban (kurang)
95
Membaca Kata
3
2 √ √ √ √ √ √ √
Jumlah Skor
Persentase (%)
7 6
77,78 66,67
7 5 7 5 5 6 6 6 5 6 5 6 6 7 8 6 7 5 8 6 8 6
77,78 55,56 77,78 55,56 55,56 66,67 66,67 66,67 55,56 66,67 55,56 66,67 66,67 77,78 88,89 66,67 77,78 55,56 88,89 66,67 88,89 66,67
1
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 2
√ 17
5
8,3 3%
70,83 %
20,8 3%
Tabel 17. Hasil Observasi Siklus I Siklus / Pertemuan Hari / Tanggal Tema/Subtema
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama Anak AB SF SN AG NB FD FR FT IT IR IB AR IF ZK NZ NS RZ RQ HD MM IK FR TG
WL Jumlah Persentase (%)
: I/3 : Jum’at, 18 Maret 2014 :Alat Komunikasi/Surat Aspek Penilaian Menyebutkan Menyebutkan Lambang Bunyi Fonem Huruf 3 2 1 3 2 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 20 4 5 9 10 83,33 16,6 20,8 37, 41,6 0 % 7% 3% 5% 7%
Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkembang (kurang)
96
Membaca Kata 3 √
2 √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 4 16,6 7%
Persentase (%)
9 7 9 6 6 7 6 7 6 5 6 5 6 7 7 8 9 6 6 7 9 6 8 7
100 77,78 100 66,67 66,67 77,78 66,67 77,78 66,67 55,56 66,67 55,56 66,67 77,78 77,78 88,89 100 66,67 66,67 77,78 100 66,67 88,89 77,78
1
√
13 54,17 %
Jumlah Skor
7 29,1 7%
Lampiran 4.3 Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II Tabel 18. Hasil Observasi Siklus II Siklus / Pertemuan Hari / Tanggal Tema/Subtema
No
1 2
Nama Anak AB
SF SN AG NB FD FR FT IT IR IB AR IF ZK NZ NS RZ RQ HD MM IK FR TG WL Jumlah Persentase (%) 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
: II / 1 : Senin, 21 April 2014 :Alat Komunikasi/Bedug Aspek Penilaian Menyebutkan Menyebutkan Lambang Bunyi Fonem Huruf 3 2 1 3 2 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ `√ √ √ √ √ √ 23 1 16 8 95,8 4,1 0 66, 33, 0 3% 7% 67% 33%
Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkembang (kurang)
97
Membaca Kata 3 √
2 √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 8 33 ,33 %
Persentase (%)
9
100 88,89
1
√ √ √ √
15 62 ,5%
Jumlah Skor
1 4, 17 %
8 9 9 9 8 7 8 8 8 8 7 8 9 9 8 9 8 7 8 9 8 8 8
100 100 100 88,89 77,78 88,89 88,89 88,89 88,89 77,78 88,89 100 100 88 89 100 88,89 77,78 88,89 100 88,89 88,89 88,89
Tabel 19. Hasil Observasi Siklus II Siklus / Pertemuan Hari / Tanggal Tema/Subtema
No
1 2
Nama Anak AB
SF SN AG NB FD FR FT IT IR IB AR IF ZK NZ NS RZ RQ HD MM IK FR TG WL Jumlah Persentase (%)
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
: II / 2 : Rabu, 23 April 2014 : Alat komunikasi/Kentongan Aspek Penilaian Menyebutkan Menyebutkan Lambang Bunyi Fonem Huruf 3 2 1 3 2 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 24 19 5 0 100 79,1 20,8 % 7% 3%
Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkembang (kurang)
98
Membaca Kata 3 √
2 √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
4 16,6 7%
Persentase (%)
9 8 9 9 9 8 9 8 9 7 8 8 9 9 9 9 9 8 9 8 9 9 9 9
100 88,89 100 100 100 88,89 100 88,89 100 77,78 88,89 88,89 100 100 100 100 100 88,89 100 88,89 100 100 100 100
1
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ 20 83,3 3%
Jumlah skor
0 -
Tabel 20. Hasil Observasi Siklus II Siklus / Pertemuan
: II / 3
Hari / Tanggal
: Jumat, 25 April 2014
Tema / Sub Tema
: Alat komunikasi / Lonceng Aspek Penilaian
N o
Nama Anak
1 2
AB
SF SN AG NB FD FR FT IT IR IB AR IF ZK NZ NS RZ RQ HD MM IK FR TG WL Jumlah Persentase (%)
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Menyebutkan Lambang Bunyi Huruf 3 2 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 24 100%
0
0
Menyebutkan Fonem 3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2
Membaca Kata 1
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 23 95,83 %
1 4,16 %
Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkembang (kurang)
99
3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 24
2
-
-
100%
0
0
Jumlah Skor
Persenta se (%)
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 8 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 88,89 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
1
Lampiran 5 Rekapitulasi Hasil Observasi
Lampiran 5.1 Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan Lampiran 5.2 Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I Lampiran 5.3 Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II Lampiran 5.4 Rekapitulasi Hasil Kemampuan Membaca Permulaan
100
Lampiran 5.1 Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan Tabel 21. Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan Pertemuan Pertama Hari / Tanggal Tema / Sub Tema No
Nama
1 AB 2 SF 3 SN 4 AG 5 NB 6 FD 7 FR 8 FT 9 IT 10 IR 11 IB 12 AR 13 IF 14 ZK 15 NZ 16 NS 17 RZ 18 RQ 19 HD 20 MM 21 IK 22 FR 23 TG 24 WL Jumlah Skor Maksimal Persentase Keberhasilan
: Kamis, 10 April 2014 : Alat Komunikasi / Macam-macam Alat Komunikasi Aspek Penilaian Menyebutkan Menyebutkan Membaca Kata Lambang Bunyi Huruf Fonem 1 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 3 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 40 26 26
55,56%
36,11%
Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkembang (kurang)
101
36,11%
Total Skor 3 5 5 3 3 3 3 3 3 5 3 3 3 3 3 4 9 3 4 3 5 5 4 4 92 216 42,59%
Lampiran 4.2 Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I Tabel 22. Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I Siklus / Pertemuan
: I/1
Hari / Tanggal
:Senin, 14 April 2014
Tema / Sub Tema
:Alat Komunikasi / Radio Aspek Penilaian
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama AB SF SN AG NB FD FR FT IT IR IB AR IF ZK NZ NS RZ RQ HD MM IK FR TG WL
Jumlah Skor Maksimal Persentase Keberhasilan
Menyebutkan Lambang Bunyi Huruf 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2
Total Skor
Menyebutkan Fonem
Membaca Kata
2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 3 1 2 1 2 1 2 2
1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 3 3 1 3 1 3 2 2 2
5 5 6 5 6 5 4 4 4 6 4 5 5 4 5 6 9 4 8 4 8 6 7 6
34
41
131 216
47,22%
56,94%
60,65%
56
77,78% Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkembang (kurang)
102
Tabel 23. Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus / Pertemuan Hari / Tanggal
: I/2 : Rabu, 16 Maret 2014
Tema / Sub Tema
: Alat Komunikasi / Telepon Aspek Penilaian Menyebutkan Lambang Menyebutkan Bunyi Huruf Fonem 3 2 3 1 3 2 2 1 3 2 2 1 2 1 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 3 1 3 1 3 1 3 3 3 2 3 2 3 1 3 3 3 2 3 2 2 2 64 40
No
Nama
1 AB 2 SF 3 SN 4 AG 5 NB 6 FD 7 FR 8 FT 9 IT 10 IR 11 IB 12 AR 13 IF 14 ZK 15 NZ 16 NS 17 RZ 18 RQ 19 HD 20 MM 21 IK 22 FR 23 TG 24 WL Jumlah Skor Maksimal Persentase Keberhasilan 88,89% Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkembang (kurang)
55,56%
103
Total Skor Membaca Kata 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 2 1 3 2 45
7 6 7 5 7 5 5 6 6 6 5 6 5 6 6 7 8 6 7 5 8 6 8 6 149 216
61,11%
68,98%
Table 24. Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I Siklus / Pertemuan
: I/3
Hari / Tanggal
: Sabtu, 19 April 2014
Tema / Sub Tema
: Alat Komunikasi / Surat Aspek Penilaian
No
Nama
Menyebutkan Lambang Bunyi Huruf 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68
Menyebutkan Fonem 3 3 3 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 3 2 2 1 3 2 2 2 43
94,44%
59,72%
1 AB 2 SF 3 SN 4 AG 5 NB 6 FD 7 FR 8 FT 9 IT 10 IR 11 IB 12 AR 13 IF 14 ZK 15 NZ 16 NS 17 RZ 18 RQ 19 HD 20 MM 21 IK 22 FR 23 TG 24 WL Jumlah Skor Maksimal Persentase Keberhasilan Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkembang (kurang)
104
Membaca Kata 3 2 3 2 3 3 2 3 1 1 1 1 3 3 3 3 3 1 1 3 3 1 3 2 54 75%
Total Skor 9 7 9 6 6 7 6 7 6 5 6 5 6 7 7 8 9 6 6 7 9 6 8 7 165 216 76,39%
Lampiran 8.3 Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II Tabel 25. Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II Siklus / Pertemuan
: II / 1
Hari / Tanggal
: Senin, 21 April 2014
Tema / Sub Tema
: Alat komunikasi / Bedug
No
Nama
1 AB 2 SF 3 SN 4 AG 5 NB 6 FD 7 FR 8 FT 9 IT 10 IR 11 IB 12 AR 13 IF 14 ZK 15 NZ 16 NS 17 RZ 18 RQ 19 HD 20 MM 21 IK 22 FR 23 TG 24 WL Jumlah Skor Maksimal Persentase Keberhasilan
Aspek Penilaian Mnyebutkan Lambang Menyebutkan Bunyi Huruf Fonem 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 70 64
Membaca Kata 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 1 3 3 2 3 2 63
Total Skor 9 8 9 9 9 8 7 8 8 8 8 7 8 9 8 9 9 8 6 9 9 8 8 8 197 216
97,22%
88,89%
Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkembang (kurang)
105
87,5%
91,20%
Tabel 26. Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II Siklus / Pertemuan Hari / Tanggal Tema / Sub Tema No 1 2 3 4 5
Nama
: II / 2 : Rabu, 23 April 2014 : Alat Komunikasi / Kentongan Aspek Penilaian Total Skor
Menyebutkan Lambang Bunyi Huruf
Menyebutkan Fonem
Membaca Kata
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 67
3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 68
9 8 9 9 9 8 9 8 9 7 8 8 9 9 9 9 9 8 9 8 9 9 9 9 207 216
100%
93,06%
94,44%
95,83%
AB SF SN AG NB
6 FD 7 FR 8 FT 9 IT 10 IR 11 IB 12 AR 13 IF 14 ZK 15 NZ 16 NS 17 RZ 18 RQ 19 HD 20 MM 21 IK 22 FR 23 TG 24 WL Jumlah Skor Maksimal Persentase Keberhasilan Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkembang (kurang)
106
Tabel 27. Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II Siklus / Pertemuan Hari / Tanggal Tema / Sub Tema No
Nama
1 AB 2 SF 3 SN 4 AG 5 NB 6 FD 7 FR 8 FT 9 IT 10 IR 11 IB 12 AR 13 IF 14 ZK 15 NZ 16 NS 17 RZ 18 RQ 19 HD 20 MM 21 IK 22 FR 23 TG 24 WL Jumlah Skor Maksimal Persentase Keberhasilan
: II / 3 : Jumat, 25 April 2014 : Alat Komunikasi / Lonceng Aspek Penilaian Mnyebutkan Lambang Menyebutkan Fonem Bunyi Huruf 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72 71
Membaca Kata 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
Total Skor 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 8 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 215 216
100%
98,11%
Keterangan: 3 = Sudah Berkembang (baik) 2 = Cukup Berkembang (cukup) 1 = Kurang Berkembang (kurang)
107
100%
99,54%
Lampiran 5.4 Rekapitulasi Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Tabel 28. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Pratindakan No
Indikator Kemampuan Membaca Permulaan
1 Menyebutkan lambang bunyi huruf 2 Menyebutkan fonem yang sama 3 Membaca kata Rata-rata Ketercapaian Anak
Persentase Pratindakan
Rata-Rata
55,56% 36,11% 36,11% 42,59%
55,56% 36,11% 36,11% 42,59%
Tabel 29. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I Persentase Siklus I N Indikator Kemampuan Membaca Pertemuan Pertemuan Pertemuan 3 o Permulaan 1 2 1 Menyebutkan lambang bunyi huruf 77,78% 88,89% 94,44% 2 Menyebutkan fonem yang sama 47, 22% 55,56% 59,72% 3 Membaca kata 56, 94% 62,5% 75% Rata-rata Ketercapaian Anak 60, 65% 69,98% 76,39% Tabel 30. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II Persentase Siklus II Indikator Kemampuan Membaca No Pertemuan Pertemuan Pertemuan 3 Permulaan 1 2 1 Menyebutkan lambang bunyi huruf 97,22% 100% 100% 2 Menyebutkan fonem yang sama 88,89% 93,06% 98,11% 3 Membaca kata 87,5% 94,44% 100% Rata-rata Ketercapaian Anak 91,20% 95,83% 99,37%
108
Rata-Rata 87,04% 54,17% 63,81% 68,34%
Rata-Rata 99,37% 93,35% 93,98% 95,57%
Lampiran 6 Rencana Kegiatan Harian
109
RENCANA KEGIATAN HARIAN RA MA’ARIF NU KARANG TENGAH TAHUN AJARAN 2013/2014 Tanggal : Senin, 14 April 2014 Tema / Sub Tema : Alat Komunikasi / Radio Tingkat Indikator Kegiatan Pembelajaran Pencapaian Perkembangan I. Kegiatan Awal + 30 menit Menirukan Berlari sambil Lompat karet sebelum memasuki gerakan tubuh melompat denga kelas. secara seimbang tanpa terkoordinasi jatuh. untuk melatih kelenturan dan kelincahan (MK.1) Membiasakan diri beribadah (NAM 2)
Berdo’a sebelum melaksanakan kegiatan
Kelompok : B2 Semester/minggu/pertemuan :II/XIV/1 Media/Sumber Penilaian belajar Alat Hasil Perbaikan 3 2 1 Tali karet, Anak langsung
Unjuk kerja
Berdo’a sebelum belajar dengan lagu’’ di tangan ini ada do’a Salam Absen
Buku do’a anak
observasi
Apersepsi Bercakap-cakap tentang macam alat komunikasi dan mengajak untuk untuk melakukan tepuk alat komunikasi.
Media kartu kata bergambar
110
Pengayaan
II. Kegiatan Inti + 60 menit Unjuk kerja kegiatan bermain kartu kata bergambar Menyebut lambang bunyi huruf . Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal (B.C1)
Menyebutkan simbol huruf vokal maupun konsonan dalam sebuah kata.
Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama (B.C3)
Menyebutkan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama.
Membaca nama sendiri (B.C6)
Membaca kata dengan lengkap
Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan seharihari (K.A6).
Mengerjakan maze yang lebih kompleks (3-4 jalan)
Kartu kata bergambar dan papan flanel
Observasi
Menyebutkan fonem yang sama, yaitu ‘’ra’’.
Kartu kata & kartu gambar
Observasi
Membaca kata.
Kartu kata & kartu gambar
Observasi
Lembar maze. pensil
Penugasan
Mencari jejak gambar komunikasi ‘’radio’’
alat
III. Istirahat + 30 menit Bermain bebas di luar kelas, cuci tangan, makan bersama.
Alat permainan, sabun cuci tangan,
IV. Kegiatan Akhir + 30 menit
111
Menggambar sesuai gagasannya (MH.6)
Mengecap gambar radio mnggunakan pelepah pisang
Megecap gambar radio dan menjemurnya di luar kelas. Tanya jawab tentang kegiatan apa saja yang sudah dilakukan hari ini. Berdoa mau pulang. Salam
Pelepah pisang pewarna makanan, kapas, cawan plastic.
Pulang Mengetahui
Purbalingga, 12 April 2014 Guru Kelas
Mahasiswa
Ari Musodah
Nurul Khasanah
112
RENCANA KEGIATAN HARIAN RA MA’ARIF NU KARANG TENGAH TAHUN AJARAN 2013/2014
Tanggal :Rabu, 16 April 2014 Tema / Sub Tema : Alat Komunikasi / Telepon Tingkat Indikator Kegiatan Pembelajaran Pencapaian Perkembangan I. Kegiatan Awal + 30 menit (Out door) Terampil Menangkap bola Bermain lempar angkap menggunakan dengan kedua bola. tangan kanak dan tangan. Masuk kelas kiri (MK. 4) Membiasakan diri beribadah (NAM. 2)
Berdo’a sebelum melaksanakan kegiatan
Berdo’a sebelum belajar dengan lagu.’’di tangan ini ada do’a’’, salam, dan absen. Apersepsi: Bercakap-cakap tentang macam alat komunikasi dan mengajak untuk untuk melakukan tepuk alat komunikasi. II. Kegiatan Inti + 60 menit Unjuk kerja permainan
Kelompok : B2 Semester/minggu/pertemuan :II/XIV/2 Media/Sumber Penilaian Perbaikan belajar Alat Hasil 3 2 1
Unjuk kerja Bola ukuran sedang.
Buku do’a anak
Observasi
Percakapa n Media kartu kata bergambar.
Kartu Kata Bergambar
Menyebutkan
Menyebutkan
Menyebut lambang bunyi
Kartu
kata
simbol-simbol
simbol
huruf
bergambar
dan
huruf
113
Observasi
Pengayaan
huruf
yang
dikenal (B.C1)
vokal
maupun
papan flanel
konsonan dalam sebuah kata.
Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama (B.C3)
Menyebutkan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama.
Menyebutkan fonem sama, yaitu ‘’te’’.
Membaca nama sendiri (B.C6)
Membaca kata dengan lengkap
Menyebutkan lambang bilangan 1-10 (K.B1).
Memiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah) (SE.7)
&
Observasi
Membaca kata.
Kartu kata (teko, terong, tenda, termos, dan teras)
Observasi
Menyebutkan dan menulis urutan bilangan 1-10 di gambar telepon)
menulis angka
Lembar kerja bergambar telepon
Penugasan
Bertanggung jawab atas tugasnya.
Mengerjakan LKA dengan baik dan benar.
Lembar kerja bergambar telepon.
Observasi
III.
Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail (MH.6)
Mewarnai bentuk gambar sederhana.
yang
Istiratat + 30 menit. Bermain bebas di luar kelas, cuci tangan, makan bersama. Mewarnai gambar telepon Bernyanyi bersama guru tetang lagu telepon. Tanya jawab tentang kegiatan apa saja yang sudah dilakukan hari ini.
Kartu kata kartu gambar.
Alat permainan, sabun cuci tangan, LKA gambar telepon
114
Hasil karya anak
Berdo’a mau pulang. Salam Pulang
Mengetahui
Purbalingga, 12 April 2014 Guru Kelas
Mahasiswa
Nurul Khasanah
Ari Musodah
115
RENCANA KEGIATAN HARIAN RA MA’ARIF NU KARANG TENGAH TAHUN AJARAN 2013/2014 Tanggal : Jum’at, 18 April 2014 Tema / Sub Tema : Alat Komunikasi / Surat Tingkat Indikator Kegiatan Pencapaian Pembelajaran Perkembangan I. Kegiatan Awal + 30 menit Melakukan Senam fantasi Mengikuti gerak dan koordinasi bentuk meniru lagu yang gerakan kakidinyanyikan guru tangan-kepala Baris berbaris dalam melakukan Masuk kelas tarian/gerakan(M K. 2) Memahami perilaku mulia (jujur, penolong, sopan, hormat, dsb) (NAM. 3)
Berpakaian rapi dan sopan.
Kelompok : B2 Semester/minggu/pertemuan :II/XIV/3 Media/Sumber Penilaian Perbaikan belajar Hasil Alat 3 2 1
Anak dan guru.
anak yang berpakaian rapi masuk kelas lebih dulu. Berdo’a sebelum belajar dengan lagu.’’di tangan ini ada do’a’’, Absen Apersepsi Bercakap-cakap tentang macam alat komunikasi dan mengajak untuk untuk melakukan tepuk alat
Unjuk kerja
Observasi
Media kartu kata bergambar
Percakapan
116
Pengayaan
komunikasi.
II. Kegiatan Inti + 60 Menit Unjuk kerja permainan kartu kata bergambar Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal (B.C1)
Menyebutkan simbol huruf vokal maupun konsonan dalam sebuah kata.
Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama (B.C3)
Menyebut lambang bunyi huruf .
Kartu kata bergambar dan papan flanel
Observasi
Menyebutkan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama.
Menyebutkan fonem yang sama, yaitu ‘’su’’.
Kartu kata bergambar, papan flannel, dan anak langsung.
Observasi
Membaca nama sendiri (B.C6)
Membaca kata dengan lengkap
Membaca kata.
Kartu kata
Observasi
Mengenal pola ABCD-ABCD (K.B4).
Memperkirakan uruan berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari 3 pola yang berurutan,missal merah putih biru.
Mengekspresikan
Sabar menunggu
Penugasan Mewarnai gambar amplop denga pola warna merah, kuning, hijau,,,,,,
Krayon, lembar kerja gambar amplop surat
III. Istirahat + 30
117
emosi yag sesuai dengan kondisi yang ada(senang, sedih, antusias, dsb). (SE.3)
giliran cuci tangan.
menit. Antri cuci tangan
IV. Kegiatan Akhir Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan (MH.8)
Membuat berbagai bentuk dari daun, kertas, dan kain perca dll
+ 30 menit Membuat amplop dari kertas Bernyanyi lagu tentang pak pos. Tanya jawab tentang kegiatan apa saja yang sudah dilakukan hari ini. Berdoa mau pulang. Salam Pulang
Kertas, lem, gunting, spidol.
Mengetahui
Purbalingga, 12 April 2014 Guru Kelas
Mahasiswa
Nurul Khasanah
Ari Musodah
118
RENCANA KEGIATAN HARIAN RA MA’ARIF NU KARANG TENGAH TAHUN AJARAN 2013/2014 Tanggal :Senin, 21 April 2014 Tema / Sub Tema : Alat Komunikasi / Bedug Tingkat Pencapaian Indikator Kegiatan Pembelajaran Perkembangan I. Kegiatan Awal + 30 menit Membiasakan Berdo’a Baris berbaris diri beribadah sebelum Berdo’a sebelum (NAM.1) belajar belajar dengan lagu.’’di tangan ini ada do’a’’, salam, dan absen. Menirukan Berjalan Berjalan mundur menuju gerakan tubuh mundur, tempat duduk.. secara berjalan ke Masuk kelas terkoordinasi samping Absen untuk melatih pada garis kelenturan, lurus sejauh keseimbangan 2-3 meter dan kelincahan sambil (MK.1) membawa beban.
Kelompok Semester/madiggu/pertemuan Penilaian Media/Sumb Alat Hasil er belajar 3 2
Buku anak
do’a
Syair lagu. Anak langsung
Apersepsi
Media kartu
Bercakap-cakap
kata
119
:B2 :II/XV/4 Perbaikan 1
Pengayaan
tentang macam alat komunikasi dan mengajak untuk untuk melakukan tepuk alat komunikasi.
bergambar
II. Kegiatan Inti +60 Menit Unjuk kerja permainan kartu kata bergambar Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal (B.C1)
Menyebutka n simbol huruf vokal maupun konsonan dalam sebuah kata.
Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama (B.C3)
Menyebutka n kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama.
Membaca nama sendiri (B.C6)
Membaca kata dengan lengkap
Mengurutkan benda berdasarkan ukuran paling kecil ke paling
Menempel bentuk lingkaran dari yang paling kecil
Menyebut lambang
Kartu kata
bunyi huruf
bergambar dan
Observasi
papan
flanel
Menyebutkan
fonem
Kartu kata
Observasi
yang sama, yaitu ‘’be’’.
bergambar.
Membaca kata.
Kartu kata.
Observasi
Kertas HVS, lem, gunting
Penugasan
Menempel bentuk lingkaran yang terbuat dari kertas bekas ke kertas HVS.
120
besar sebaliknya (K.B5).
atau
Bersikap kooperatif dengan teman (SE.1)
Meniru (MH.7)
bentuk
ke paling besar di lembar kerja anak. Mau bermain dengan teman
Merone 2 pola dengan berbagai media (manic manic, sedotam, kertas, daun dll)
III. Istiratat + 30 menit. Alat Bermain degan teman di luar kelas,
IV. Kegiatan Akhir + 30 menit Meronce mennggunakan sedotan.
permainan,
sedotan, gunting, dan senar.
Hasil karya
Tanya jawab tentang kegiatan apa saja yang sudah dilakukan hari ini. Berdoa mau pulang. Salam Pulang
Mengetahui Guru Kelas
Purbalingga, 19 April 2014 Mahasiswa
Nurul Khasanah
Ari Musodah
J
121
RENCANA KEGIATAN HARIAN RA MA’ARIF NU KARANG TENGAH TAHUN AJARAN 2013/2014
Tanggal :Rabu, 23 April 2014 Tema / Sub Tema : Alat Komunikasi / Kentongan Tingkat Indikator Kegiatan Pembelajaran Pencapaian Perkembangan IV. Kegiatan Awal + 30 menit (Out door) Menirukan Berlari Masuk ke kelas gerakan tubuh sambil dengan berlari dan secara melompat melompat tanpa jatuh terkoordinasi dengan Masuk kelas untuk melatih seimbang Salam keseimbangan tanpa jatuh Berdo’a dan kelincahan Absen
Apersepsi Bercakap-cakap tentang macam alat komunikasi dan mengajak untuk untuk melakukan tepuk alat komunikasi.
Kelompok Semester/minggu/pertemuan Media/Sumber Penilaian belajar Alat Hasil 3 2
Unjuk kerja
Media kartu kata bergambar.
Percakapan
V. Kegiatan Inti + 60 menit Unjuk kerja permainan kartu kata bergambar
122
: B2 :II/XV/5 Perbaikan 1
Pengayaan
Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal (B.C1)
Menyebutka n simbol huruf vokal maupun konsonan dalam sebuah kata.
Menyebut lambang bunyi huruf .
Kartu kata bergambar dan papan flanel
Observasi
Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama (B.C3)
Menyebutka n kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama.
Menyebutkan fonem yang sama, yaitu ‘’ma’’.
Kartu kata bergambar.
Observasi
Membaca nama sendiri (B.C6)
Membaca kata dengan lengkap
Membaca kata.
Kartu kata.
Observasi
K3. Mengenal berbagai macam lambang, huruf vokal dan konsonan Menggunakan alat tulis dengan benar
VI. Istirahat +30 menit Bermain di luar kelas, cuci tangan, makan snack. Mengenal - Mengenal lambang lambing bilangan 1-20 dengan - LKA, anak, bilangan 1- menghubungkan secara alat tulis 20 urut
Memegang pensil dengan benar
penugasan
Mengerjakan LKA dengan memegang pensil - Anak, LKA, dengan benar. alat tulis
123
Membiasakan diri beribadah (NAM. 2)
Berdo’a I. PENUTUP ± 30 sebelum Menit melaksanaka - Tanya jawab tentang n kegiatan kegiatan yang sudah dilakukan, siapa saja yang dapat mengumpulkan LKA dengan rapi dan baik - Berdoa sesudah kegiatan pembelajaran - Salam penutup
Mengetahui
Purbalingga, 19 April 2014 Guru Kelas
Mahasiswa
Ari Musodah
Nurul Khasanah
124
RENCANA KEGIATAN HARIAN RA MA’ARIF NU KARANG TENGAH TAHUN AJARAN 2013/2014 Tanggal : Jum’at, 18 April 2014 Tema / Sub Tema : Alat Komunikasi / Lonceng Tingkat Pencapaian Indikator Kegiatan Pembelajaran Perkembangan
Kelompok :B2 Semester/minggu/pertemuan :II/XV/6 Media/Sumber Penilaian Perbaikan belajar Alat Hasil 3 2 1
I. Membiasakan diri beribadah (NAM. 2)
Berdo’a sebelum melaksanakan kegiatan
Menirukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan, (MK. 1)
Berlari melompat seimbang jatuh.
sambil denga tanpa
Kegiatan Awal + 30 menit (Out door) Berdo’a sebelum belajar dengan lagu.’’di tangan ini ada do’a’’, salam, dan absen. Lompat karet sebelum memasuki kelas. Masuk kelas Absen Apersepsi Bercakap-cakap tentang macam alat komunikasi dan mengajak untuk untuk melakukan tepuk alat komunikasi.
Buku do’a anak
Observasi
Media kartu kata bergambar
Unjuk kerja
Kartu
Observasi
II. Kegiatan Inti + 60
Menyebutkan
Menyebutkan
menit Unjuk kerja permainan kartu kata bergambar Menyebut lambang bunyi huruf .
kata
125
Pengayaan
simbol-simbol huruf yang dikenal (B.C1)
simbol huruf vokal maupun konsonan dalam sebuah kata.
Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama (B.C3)
Menyebutkan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama.
Menyebutkan fonem yang sama, yaitu ‘’lo’’.
Membaca nama sendiri (B.C6)
Membaca kata dengan lengkap
Membaca kata.
Mencocokan bilangan dengan lambang bilangan (K.C2). Memiliki sikap gigih (SE.7)
Mencocokan bilangan dengan lambang bilangan. Melaksanakan tugas sendiri sampai selesai.
bergambar dan papan flanel
Kartu kata bergambar.
Observasi
Kartu kata
Observasi
Lembar LKA
Penugasan
Mengerjakan LKA.
Mengerjakan tugas sendiri sampaia selesai.
Observasi
III. Istiratat + 30 menit.
Melakukan eksplorasi denga berbagai media dan kegiatan (MH.8)
Bermain bebas di luar kelas, cuci tangan, makan bersama. IV. Kegiata akhir + 30 menit Membuat bentuk Membuat bentuk lonceng dari lonceng dari playdough. playdough Tanya jawab tentang kegiatan apa saja yang sudah dilakukan hari ini. Berdoa mau pulang. Salam
Alat permainan, sabun cuci tangan.
Play dough
126
Hasil karya
Pulang
Mengetahui
Guru Kelas
Purbalingga, 19 April 2014 Mahasiswa
Nurul Khasanah
Ari Musodah
127
Lampiran 7 Contoh Hasil Kegiatan Anak
128
129
130
Table 31. Hasil Penilaian Lembar Kegiatan Anak No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama AB SF SN AG NB FD FR FT IT IR IB AR IF ZK NZ NS RZ RQ HD MM IK FR TG WL
Keterangan Simbol * ** ***
Pertemuan I * * * * * * * * ** ** * * * * * * *** * * * * * * *
Kriteria Kurang Baik Cukup Baik Baik
Siklus I Pertemuan II ** * * * ** * * * ** ** * * * *** * * *** * * * * * * *
Pertemuan III *** ** ** ** ** ** ** * * * * * * *** * *** *** * * * * * *** *
Pertemuan I *** ** *** *** *** ** ** ** ** ** ** ** *** *** *** *** *** *** ** *** *** *** *** ***
Siklus II Pertemuan II *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** ***
Pertemuan III *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** *** ***
Deskripsi Anak hanya mampu menjodohkan 1 gambar pada kata yang sesuai. Anak cukup mampu menjodohka 2-4 gambar pada kata yang sesuai. Anak dapat menjodohkan 5-6 gambar dengan kata dengan tepat sesuai yang diperintahkan guru.
131
Lampiran 8 Foto Kegiatan Penelitian
132
Lampiran 8. Foto Kegiatan Penelitian
Gambar 12. Guru mengajar menggunakan media papan tulis dan kapur pada kegiatan observasi Pratindakan.
Gambar 13. Guru menjelaskan cara menggunakan media kartu kata bergambar dan ada anak yang maju dan bertanya.
133
Gambar 14. Guru menjelaskan cara menggunakan media kartu kata bergambar pada setiap kelompok dan anak mendengarkan.
Gambar 15. Anak membaca gambar pada media kartu kata bergambar yang ditunjukan guru.
134
Gambar 16. Anak menyebutkan lambang bunyi huruf pada kartu kata bergambar.
Gambar 16. Anak menyebutkan lambang bunyi huruf pada kartu kata
Gambar 17. Anak mengacungkan jari untuk menyebutkan kata yang memiliki fonem yang sama.
135
Gambar 18. Anak mencari dan menempelkan kartu kata di bawah gambar yang sesuai
Gambar 18. Anak mencari dan menempelkan kartu kata di bawah gambar yang sesuai
Gambar 19. Anak mengerjakan LKA dengan menyusun kartu kata dan kartu bergambar di kertas HVS seperti yang ditempelkan di papan flanel.
136
Gambar 20. Papan prestasi anak untuk menempelkan reward berupa bintang (pada Siklus II).
137
Lampiran 9 Surat Pernyataan Validasi
138
139
Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149