Modul 1
Pengertian Filsafat, Objek, dan Kedudukannya dalam Berbagai Ilmu Pengetahuan Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.
PEN D A HU L UA N
D
alam Modul 1 ini, kita akan membahas materi mengenai pengertian filsafat, batasan filsafat, objek material filsafat, objek formal filsafat, dan pemikiran para filsuf. Pembahasan selanjutnya akan difokuskan pada hakikat filsafat, yaitu apa sesungguhnya yang disebut filsafat. Pengembangan materi kajian pemikiran filsafat yang bertumpu pada aspek atau dimensi yang sekarang diterima dan diakui oleh para filsuf dan ilmuwan adalah landasan, ontologi, epistemologi, dan aksiologi sebagai landasan filosofis ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Melalui proses pembelajaran Modul 1 ini, diharapkan Anda akan memiliki kompetensi khusus dalam 1. menjelaskan pengertian filsafat, 2. menjelaskan objek dan metode filsafat, 3. menjelaskan karakteristik filsafat, 4. membedakan jenis dan sifat kebenaran ilmu pengetahuan, 5. menganalisis dan menjelaskan kedudukan filsafat serta fungsi dan perannya, 6. membandingkan perbedaan dan kesamaan ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama, 7. menjelaskan ragam hubungan antara ilmu pengetahuan dan filsafat dengan agama, 8. menganalisis serta mensintesiskan hakikat filsafat, kedudukan, fungsi, dan perannya. Untuk mendukung pemahaman Anda tentang modul ini, penyajiannya dikemas dalam dua kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 membahas
1.2
Filsafat Pancasila
pengertian filsafat, batasan filsafat, objek material filsafat, objek formal filsafat, dan pemikiran para filsuf. Sementara itu, Kegiatan Belajar 2 membahas kedudukan filsafat serta fungsi dan perannya. Agar Anda dapat memahami secara benar materi Modul 1-6 ini, perhatikanlah petunjuk cara mempelajari modul-modul ini sebagai berikut. 1. Bacalah glosarium serta keseluruhan materi dalam modul-modul ini secara cepat dan dengan tetap berupaya memahami keseluruhan isi modul-modul ini. 2. Selanjutnya, mulailah Anda membaca setiap kegiatan belajar secara lebih teliti dan berusaha sungguh-sungguh menganalisis, mencari, dan menemukan setiap konsep yang diuraikan. 3. Apabila dalam teks disebutkan adanya sumber lain yang relevan, cobalah Anda mencari dan membaca rujukan yang ditunjuk. 4. Pahami benar pengertian, metode, karakteristik, dan hakikat filsafat. 5. Pahami hubungan antara konsep yang satu dan konsep lainnya. 6. Berikan contoh dari pengalaman belajar Anda yang dapat membantu memahami hakikat filsafat, fungsi, tujuan, serta perkembangan aliranaliran filsafat ataupun hubungannya dengan filsafat Pancasila. 7. Rumuskanlah dan tuliskan dalam catatan Anda kesimpulan dari keseluruhan materi yang telah Anda pelajari dari modul-modul ini. 8. Kerjakanlah tugas, latihan, dan tes formatif tanpa harus mengecek jawaban yang tersedia pada bagian akhir setiap modul. 9. Berusahalah sungguh-sungguh jujur pada diri sendiri serta percaya diri sehingga Anda secara tepat dapat mengukur tingkat pemahaman Modul 1-6 ini secara bertahap dan berkelanjutan.
PKNI4316/MODUL 1
1.3
Kegiatan Belajar 1
Pengertian, Batasan Filsafat, Objek Material Filsafat, Objek Formal Filsafat, dan Pemikiran Para Filsuf
P
emahaman mengenai hakikat filsafat itu penting sebagai dasar untuk lebih memahami aliran filsafat dan filsafat-filsafat khusus, seperti filsafat ilmu ataupun lebih khusus lagi tentang filsafat politik, filsafat negara, filsafat agama, filsafat Pancasila, dan sebagainya. Terlebih lagi sarjana pendidikan yang profesional perlu memiliki dasar-dasar dan wawasan yang komprehensif tentang kompetensi keilmuan serta profesionalnya dalam melaksanakan tugasnya. Adapun urutan pembahasan materi Kegiatan Belajar 1 mengacu pada pokok bahasan tentang pengertian filsafat yang mencakup bahasan objek penelitian dan metode penelitian, karakteristik filsafat, dan hakikat filsafat serta tujuannya, kedudukan, fungsi, atau perannya dalam ilmu pengetahuan. A. PENGERTIAN FILSAFAT Pernahkah Anda belajar filsafat atau membaca buku tentang filsafat? Mungkin, Anda baru dengar kata filsafat? Sebagai calon pendidik yang profesional dan ilmuwan, pemahaman mengenai filsafat itu perlu agar memiliki wawasan keilmuan yang luas dan utuh. Lebih-lebih seorang guru, dosen, pendidik, dan pemimpin para peserta didik harus mempunyai pilihan sebagai pegangan keyakinannya yang bersifat normatif untuk membimbing dan mengarahkan cita-citanya. 1.
Apakah Filsafat Itu? Usia filsafat dalam sejarah ilmu pengetahuan sudah cukup panjang. Filsafat lebih tua usianya daripada semua ilmu dan kebanyakan agama. Walaupun demikian, bagi kebanyakan orang awam, bahkan sebagian ilmuwan beranggapan bahwa filsafat itu merupakan sesuatu yang kabur atau sesuatu yang sepertinya tidak ada gunanya karena hasil “lamunan” belaka, tanpa metode, tanpa kemajuan, dan penuh perbedaan serta perselisihan pendapat (Hamersma, 2008: 5).
1.4
Filsafat Pancasila
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda berpendapat yang sama? Apakah Anda masih ragu-ragu? Kata salah seorang filsuf, Kiergaard, yang dikutip oleh Hamersma, “Hidup manusia baru dimengerti dari belakang, tetapi harus dijalani dari depan.” Kesulitan yang sama berlaku untuk belajar filsafat. Makna filsafat tidak akan jelas kalau kita baca dalam buku pengantar saja. Arti dan makna filsafat baru mulai dimengerti setelah studi lebih lanjut. Bagi mereka yang mulai belajar filsafat serta bagi para mahasiswa Universitas Terbuka yang tertarik dan mengambil mata kuliah Filsafat Pancasila, filsafat merupakan bidang diskusi atau dialog tiada habis-habisnya tentang berbagai pertanyaan atau masalah-masalah pokok yang dibahas dari zaman ke zaman. Modul ini akan mengantarkan Anda menuju “pintu masuk ke dunia filsafat”. Selamat datang dan berkenalan dengan “apakah filsafat itu?” Mudah-mudahan Anda tertarik padanya serta asyik menikmatinya! Filsafat adalah studi mengenai ilmu pengetahuan tentang kebijaksanaan untuk mencari dan menemukan kebenaran yang hakiki. Kata philsophia berarti cinta kepada pengetahuan mengenai kebenaran yang hakiki, yakni kebijaksanaan (kearifan, wisdom, dan hikmat). Akan tetapi, kecintaan seorang filsuf kepada pengetahuan kebijaksanaan tidaklah sama seperti kecintaan seorang pengumpul pengetahuan. Filsuf tidak tertarik untuk menghimpun pengetahuan yang sudah ditemukan oleh orang lain. Rupanya, filsuf lebih tertarik minatnya terutama pada proses untuk mencari pengetahuan yang sudah ataupun yang belum ditemukan oleh orang lain. Filsuf senantiasa sungguh-sungguh menemukan kebenaran yang hakiki dalam arti inti kebenaran totalitas utuh menyeluruh, yakni kebenaran sejati (ultimate truth) yang mungkin dapat diraihnya. Marilah kita renungkan sejenak apa yang dilukiskan oleh Jujun S. Suriasumantri (1985: 19) dalam bukunya Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Alkisah, bertanyalah seorang awam kepada ahli filsafat yang arif bijaksana. “Coba sebutkan kepada saya berapa jenis manusia yang terdapat dalam kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya.” Filsuf itu menarik napas panjang dan berpantun. “Ada orang yang tahu ditahunya. Ada orang yang tahu ditidaktahunya. Ada orang yang tidak tahu ditahunya. Ada orang yang tidak tahu ditidaktahunya.”
PKNI4316/MODUL 1
1.5
“Bagaimanakah caranya agar saya mendapatkan pengetahuan yang benar?” sambung orang awam itu penuh hasrat dalam ketidaktahuannya. “Mudah saja,” jawab filsuf itu. “Ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu.”
Memang pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu, dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan-akan tiada batas. Begitu juga berfilsafat berarti mawas diri dan mengoreksi diri, semacam keberanian untuk terus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau (Suriasumantri, 1985: 19). Namun, dalam arti sederhana, sesungguhnya setiap orang dapat berfilsafat, misalnya dalam kehidupan sehari-hari pendapat seseorang (point of view) untuk menyatakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang indah dan mana yang jelek, mana yang berguna dan mana yang tidak berguna, suka atau tidak suka, serta cinta atau benci tanpa berpikir dulu yang sulit dan rumit. Akan tetapi, bagi seorang filsuf, berfilsafat itu ialah berpikir dan merenungkan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh secara mendalam dan mendasar untuk menemukan jawaban segala pertanyaan sampai ke akar-akarnya untuk dapat memahami hakikat segala sesuatu. Alhasil, filsafat adalah upaya dan hasil dari pemikiran serta renungan manusia dengan akal (budi) dan kalbunya (hati nurani) tentang segala sesuatu secara rasional, kritis, sistematis, spekulatif, dan runtut serta sungguh-sungguh mendasar dan meluas untuk mencari, mencari, dan terus mencari sampai menemukan kebenaran yang hakiki. Filsafat kadang-kadang dinamakan science of sciences (induk dari ilmu pengetahuan) karena pada masa sebelum tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi para filsuf telah meletakkan landasan bagi semua disiplin atau cabang ilmu, baik disiplin ilmu-ilmu kealaman maupun disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Dengan perkataan lain, filsafat dapat digambarkan sebagai “induk dari semua ilmu pengetahuan”. Dapat diibaratkan filsafat itu bagaikan seorang ibu yang melahirkan dan juga masih mengasuh anak-anaknya yang dicintainya, yakni disiplin ilmu-ilmu alamiah, disiplin ilmu-ilmu sosial, dan humaniora (Davis, 1965).
1.6
2.
Filsafat Pancasila
Asal Kata, Arti Kata, dan lstilah Filsafat Apakah Anda sudah tahu, dari bahasa apa kata filsafat itu? Secara etimologi, kata filsafat berasal dari kata Yunani philosophia (dari akar kata philein = mencintai, philos = cinta, dan sophia = kebenaran atau kebijaksanaan, wisdom, kearifan, atau hikmat) yang melahirkan kata Inggris philosophy atau kata Arab falsafah. Biasanya, diterjemahkan dengan “cinta kebijaksanaan”. Jadi, kata majemuk philosophia berarti = daya upaya pemikiran dan renungan manusia untuk mencari kebenaran hakiki atau sejati dalam arti kebijaksanaan atau hikmat. Dari istilah tersebut, jelaslah bahwa orang berfilsafat ialah orang yang mencari kebenaran atau mencintai kebenaran dan bukan orang yang merasa memiliki kebenaran. Apabila kita kaji secara mendasar, ternyata bahwa kebenaran filsafat itu, meski hakiki, bersifat nisbi karena sumber kebenaran filsafat itu berasal dari manusia dan kenyataannya tidak ada manusia yang sempurna. Kebenaran mutlak hanyalah kebenaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa dan Mahabenar. Menurut Muhammad Yamin, perkataan Yunani philosophos itu mulamula muncul untuk menandingi kata sophos yang berarti “si tahu” atau “si pandai” yang merasa dirinya telah memiliki kebenaran dalam genggamannya. Sementara itu, philosophos dalam segala kerendahan hati mencari dan mencintai kebenaran dan masih terus bergerak dalam perjalanan, bagai musafir yang terus setia berjalan terus dan berupaya sungguh-sungguh menuju arah kebenaran yang sejati. Mencari kebenaran dan tidak merasa memiliki kebenaran itulah tujuan semua filsafat dan pada akhirnya, mendekati kebenaran yang diyakininya sebagai kesungguhan. Akan tetapi, kebenaran yang sesungguhnya, kebenaran sejati, atau hakiki bersifat mutlak dan abadi hanya ada pada Tuhan Yang Mahabenar. Kita harus memperhatikan, kalau sebuah kata memiliki makna etimologis dan terminologi, kita harus menjelaskan terlebih dahulu maknanya. Terlebih lagi jika kata itu memiliki makna yang beragam. Anda harus sadar, kita tidak boleh gegabah dalam menyimpulkan filsafat hanya berdasarkan pada satu istilah yang kita gunakan. Kata filsafat adalah sebuah kata yang memiliki makna yang berbeda-beda, tergantung pada aliran yang dianutnya.
PKNI4316/MODUL 1
3.
1.7
Definisi Filsafat Dalam sejarah filsafat, dijelaskan bahwa lima abad sebelum masehi terdapat sekelompok intelektual yang dalam bahasa Yunani disebut sophis yang bermakna hakim atau ilmuwan. Kelompok ini memiliki pengetahuan yang luas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan pada zamannya serta berkeyakinan bahwa tidak ada sama sekali hakikat dan pengetahuan yang tetap. Kerja mereka adalah mengajarkan metode diskusi dan seni berdebat serta seni menyalahgunakan ilmunya yang menyesatkan. Akhirnya, kata sophis yang bermakna ilmuwan tidak dipakai lagi karena kata itu melekat pada orang-orang yang terjebak dalam kesalahan berpikir dan mengingkari realitas. Socrates adalah tokoh pertama yang menentangnya. Ia menyebut dirinya philosophos yang bermakna cinta kebijaksanaan (hikmat). Rintisannya dilanjutkan oleh muridnya, Plato. Kemudian, dilanjutkan oleh murid Plato yang luar biasa, Aristoteles yang dijuluki gelar sebagai guru pertama. Sumbangan pemikirannya sangat besar tentang kritiknya terhadap pemikiran gurunya. Hal inilah yang menyebar luas dan akhirnya dia menulis buku logika, karya utama bagi kemanusiaan. Definisi tentang filsafat banyak sekali, berbeda-beda rumusan, dan penekanan tentang esensinya yang diberikan oleh setiap filsuf. Namun demikian, terdapat kesamaan yang umum. Ada beberapa definisi tentang filsafat seperti berikut. a. Plato (427—348 SM) Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang berupaya mencapai kebenaran asli. b. Aristoteles (382—322 SM) Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terdapat ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, politika, dan estetika. c. AI Farabi (870—950 M) Filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. d. Immnuel Kant (1724—1804) Filsafat ialah segala pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup empat persoalan berikut. 1) Apakah yang dapat kita ketahui? (Jawabannya metafisika). 2) Apa yang seharusnya kita kerjakan? (Jawabannya etika). 3) Sampai di manakah harapan kita? (Jawabannya agama). 4) Apakah yang dinamakan manusia? (Jawabannya antropologi).
1.8
Filsafat Pancasila
Dari bermacam-macam definisi filsafat yang dikemukakan oleh para ahli filsafat, Hasbullah Bakry berkesimpulan sebagai berikut. Ilmu filsafat ialah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia setelah mencapai pengetahuan itu.
Sehubungan dengan pendapat tersebut, Muhammad Yamin mengemukakan bahwa “filsafat ialah pemusatan pikiran sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya di dalam kepribadiannya itu dialaminya kesungguhan”. Jadi, bagi tiap-tiap manusia yang mendapatkan kepribadiannya dan dapat mengalami kesungguhan di dalamnya karena menempuh jalan pemusatan pikiran dalam segala hubungan cabang pikiran pada hakikatnya sudah membentuk filosofi. Menolak atau tidak menerima pemusatan pikiran orang lain juga sudah ikut pula membentuk filosofi. Kedua-duanya adalah cara, jalan, atau pemakaian hikmat yang ada pada manusia. Jadi, makna filsafat dapat ditinjau dari dua segi etimologi yang terdiri atas kata philos yang juga berarti mencari dan mencintai; sedangkan sophia artinya kebenaran dalam arti kebijaksanaan (hikmat). Filsafat artinya ajaran atau orang yang mencapai taraf tertinggi pengetahuan dan mencintai kebenaran dalam arti kebijaksanaan. Makna kedua ialah suatu proses terusmenerus mengenai aktivitas pikiran murni yang menghasilkan kebenaran dalam arti kebijaksanaan yang kemudian menjadi pandangan hidup seseorang atau suatu kelompok manusia tertentu. Sumber dari filsafat yang ada di dunia ini sesuai dengan istilahnya ialah manusia. Dalam hal ini, akal dan kalbu manusia berusaha keras dengan sungguh-sungguh untuk senantiasa mencari kebenaran dan akhirnya mencapai kebenaran yang hakiki (ultimate truth). Manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan secara sempurna. Meski manusia itu tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk lain, tidak ada manusia yang sempurna. Karena itu, kebenaran yang dapat dicapai oleh akal pikiran manusia tak sempurna adanya. Kebenaran yang dicapai manusia bersifat relatif atau nisbi. Ini tidak berarti bahwa semua hasil pemikiran manusia itu tak ada yang benar. Hasil pemikiran manusia itu kebenarannya bertingkat-tingkat dan berbeda-beda atau tidak mutlak.
PKNI4316/MODUL 1
1.9
Ajaran agama, yakni agama-agama samawi yang mempunyai kitab suci yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, yang disampaikan kepada umat manusia untuk menjadi pedoman hidupnya, dan yang diturunkan melalui wahyu dengan perantaraan rasul-rasul-Nya (utusan Tuhan), mengandung kebenaran mutlak, berlaku secara universal, tidak terbatas oleh ruang dan waktu, serta lengkap isinya, baik kaidah-kaidah pokok, norma-norma kebenaran, petunjuk-petunjuk pelaksanaannya secara jelas ringkas dan contoh perinci, maupun konsekuensi dan sanksi-sanksinya yang jelas seperti pahala, dosa, serta siksa yang tercantum di dalamnya. 4.
Modus Filsafat Jadi, definisi filsafat mana yang benar? Apakah Anda menjadi bingung dengan adanya banyak definisi yang berbeda-beda atau sebaliknya Anda semakin tahu khazanah definisi filsafat? Menurut pendapat George F. Kneller, tidak ada satu pun definisi yang cukup “benar-benar” memuaskan. Filsafat kita anggap sebagai aktivitas berpikir manusia dalam tiga modus berikut. a. Spekulatif Spekulatif adalah cara berpikir secara sistematis tentang segala sesuatu yang ada untuk upaya pencarian tentang tatanan dari keseluruhan pengetahuan dan pengalaman. Filsafat spekulatif adalah upaya untuk menemukan keutuhan (totalitas) dan koherensi dalam keseluruhan alam pemikiran dan pengalaman. b. Preskriptif Preskriptif berupaya menentukan standar pengujian nilai, tindakan, dan apresiasi seni. Mengkaji apa yang kita maksud dengan benar dan salah,baik dan buruk, serta indah dan jelek. Memasalahkan apakah sifatsifat itu melekat pada segala sesuatu dengan sendirinya atau apakah sifat-sifat itu merupakan proyeksi dari pikiran kita dalam menentukan tindakan-tindakan dan sifat-sifatnya yang berguna serta penjelasannya mengapa harus demikian. c. Analitis Analitis memusatkan perhatian pada kata-kata dan maknanya atau menyelidiki pengertian-pengertian tertentu. Contohnya, “sebab”, “pikiran”, “kebebasan akademis”, dan “kesamaan kesempatan” agar dapat menilai makna yang sesuai dalam konteks yang berbeda-beda. Ketidakkonsistenan mungkin timbul apabila makna yang sesuai dalam
1.10
Filsafat Pancasila
konteks tertentu diterapkan dalam konteks lain. Filsafat analitis cenderung bersikap skeptis, berhati-hati, dan enggan untuk membangun sistem pemikiran (Kneller, 1971: 1—3). Jadi, semua pendekatan berkontribusi pada “sehatnya” filsafat. Inti pertanyaan-pertanyaan filosofis yang penting ialah tentang: a. Hakikat manusia dan dunianya. b. Hakikat ilmu pengetahuan. c. Hakikat nilai. d. Hakikat hidup yang baik (the good life). 5.
Objek Filsafat Apakah yang menjadi objek atau pokok bahasan filsafat? Apakah Anda sudah tahu apa yang menjadi objek penelitian atau pengkajian filsafat? Filsafat sebagai kegiatan pikir murni manusia (reflective thinking) menyelidiki objek yang tidak terbatas. Ditinjau dari sudut isi atau substansi dapat dibedakan menjadi berikut ini. a. Objek material ialah menyelidiki segala sesuatu yang tak terbatas dengan tujuan memahami hakikat ada (realitas dan wujud). Objek material filsafat kesemestaan, keuniversalan, dan keumuman bukan partikular secara mendasar atau sedalam-dalamnya. b. Objek formal ialah metodologi, sudut, atau cara pandang khas filsafat, pendekatan dan metode untuk meneliti atau mengkaji hakikat yang ada dan mungkin ada —baik yang konkret fisik dan bukan fisik; abstrak dan spiritual; maupun abstrak logis, konsepsional, rohaniah, nilai-nilai agama, dan metafisika, bahkan mengenai Tuhan pencipta dan penguasa alam semesta. Perkembangan selanjutnya adalah filsafat sebagai hasil upaya pemikiran dan renungan (contemplation) para ahli pikir (filsuf). Ada juga yang merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik berupa pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai cita-cita hidup atau ideologi. Misalnya, paham-paham individualisme, kapitalisme, sosialisme, ideologi komunisme, ideologi zionisme, ideologi pan-Islamisme, ideologi nasionalisme, dan sebagainya.
PKNI4316/MODUL 1
1.11
6.
Metode Filsafat Sebagai syarat penting setiap ilmu pengetahuan, bagaimana cara atau metode yang digunakan? Metode penelitian atau pengkajian filsafat berbeda dengan metode ilmu. a. Metode penilaian atau pengkajian filsafat Pengkajian filsafat terdiri atas (1) analisis filosofis, (2) analisis logis, dan (3) inferensi. Selanjutnya, unsur-unsur metodologi penelitian filsafat meliputi (1) interpretasi, (2) induksi dan deduksi, (3) koherensi-intern, (4) holistik, (5) kesinambungan historis, (6) idealisasi, (7) komparasi, (8) heuristik, (9) analogis, serta (10) deskripsi (Anton Baker dan Achmad Zubair Charris Zubair dalam Sudarto, 1997: 42—48). b. Ciri- ciri berpikir dalam berfilsafat Ciri-ciri berpikir filsafat menurut Sunoto ialah 1) deskriptif 2) kritis atau analitis, 3) evaluatif atau normatif, 4) spekulatif, 5) sistematis (1982: 3—4). B. KARAKTERISTIK ATAU SIFAT-SIFAT FILSAFAT Apakah Karakteristik Filsafat Itu? Menurut Jujun S. Suriasumantri, seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seperti seorang yang berpijak di atas bumi dan menengadah ke bintang-bintang di angkasa. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan jagat raya. Seorang yang berdiri di puncak gunung yang tinggi memandang ke arah lembah dan ngarai di bawahnya. Dia ingin menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya. a.
Sifat menyeluruh Ciri-ciri khas berpikir filsafat ialah pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan (cendekiawan) tidak puas lagi mengenai ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral dan kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin yakin, apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya dan orang lain.
1.12
Filsafat Pancasila
b.
Sifat mendasar Sering kita melihat seorang ilmuwan yang picik. Ahli fisika nuklir memandang rendah ahli ilmu sosial. Lulusan jurusan IPA merasa lebih tinggi daripada lulusan jurusan IPS. Lebih sedih lagi, seorang ilmuwan meremehkan pengetahuan lain. Mereka mengabaikan moral, agama, nilai, etika, dan estetika. Mereka, para ahli yang berada di bawah tempurung disiplin keilmuannya masing-masing, sebaiknya menengadah ke bintangbintang dan tentu akan tercengang, “Lho, kok, masih ada langit lain di luar tempurung kita?” Kita pun berang akan kebodohan kita. Tujuan berpikir secara kefilsafatan memang memancing keberangan tersebut. Bukan berang kepada orang lain, melainkan berang terhadap diri sendiri dan bertenggang rasa terhadap orang lain. “Yang saya ketahui,” simpul Socrates, “ialah bahwa saya tidak tahu apa-apa” (Suriasumantri, 1985: 20). Kerendahan hati Socrates ini bukanlah sekadar basa-basi. Seorang yang berpikir dalam berfilsafat, selain menengadah ke bintang-bintang di angkasa, juga membongkar tempat berpijak secara fundamental. Inilah ciri berpikir filsafat yang kedua, yakni sifat mendasar. Dia tidak lagi begitu saja menganggap bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat dinyatakan benar? Apakah kriterianya? Bagaimana proses penilaiannya dan berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu “benar” itu sendiri apa artinya? What is the truth? Seperti sebuah lingkaran, pertanyaan itu melingkar. Ketika menyusuri sebuah lingkaran, kita harus mulai dari suatu titik yang merupakan titik awal sekaligus titik akhir. Lalu, bagaimana menentukan titik awal yang benar? c.
Sifat spekulatif Memang terus-menerus tidak yakin akan titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Dalam hal ini, kita hanya berspekulasi dan inilah yang merupakan ciri filsafat yang ketiga, yakni sifat spekulatif. Kita mulai mengernyitkan kening dan timbul kecurigaan terhadap filsafat. Bukankah spekulasi ini suatu dasar yang tidak bisa diandalkan? Seorang filsuf akan menjawab, “Memang, tetapi hal ini tidak bisa dihindarkan.” Ketika menyusuri sebuah lingkaran, kita harus mulai dari sebuah titik, bagaimanapun spekulatifnya. Yang penting adalah dalam prosesnya, baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita bisa memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan spekulasi mana yang tidak. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Apakah yang
PKNI4316/MODUL 1
1.13
disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah alam ini ada tujuannya atau tak jelas? Adakah hukum yang mengatur alam dan segenap kehidupan? Patut kita sadari bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dengan spekulasi. Dari serangkaian spekulasi ini, kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan dan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria tentang apa yang disebut benar, tidak mungkin pengetahuan lain berkembang di atas dasar kebenaran. Tanpa menetapkan apa yang disebut baik atau buruk, tidak mungkin kita berbicara tentang moral. Demikian juga tanpa apresiasi tentang apa yang disebut indah atau jelek, tidak mungkin kita berbicara tentang seni. (Suriasumantri, 1985: 21). Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra, dan intuisi, mampu menangkap alam kehidupan dan mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk “ketahuan”, umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah, dan filsafat. Terminologi ketahuan ini adalah terminologi artifisial yang bersifat sementara dan sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui segala sesuatu. Apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui tersebut tanpa memperhatikan objek, cara, dan kegunaannya, kita masukkan dalam kategori yang disebut “ketahuan”. Dalam bahasa Inggris, sinonim dari istilah ketahuan ini adalah knowledge. Ketahuan atau knowledge merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita ketahui, seperti filsafat, politik, hukum, sejarah, ekonomi, biologi, seni bela diri, cara menyulam, dan seterusnya. Jadi, biologi termasuk dalam ketahuan (knowledge), seperti juga ekonomi, matematika, dan seni. C. JENIS DAN SIFAT KEBENARAN ILMU PENGETAHUAN Bertalian dengan sifat kebenaran tersebut, menurut pendapat para ahli filsafat, terutama dalam epistemologi, salah satu perbedaan terpenting ialah tipe-tipe pengetahuan yang berbeda-beda. Kita perlu mengkaji apa jenis-jenis (types) itu, lalu mencari apa yang lebih umum dikemukakan oleh para epistemolog menurut aliran filsafat yang terkemuka. Adapun jenis (type) dan sifat kebenaran sebagai berikut.
1.14
Filsafat Pancasila
1.
Pengetahuan Wahyu Pengetahuan wahyu dapat dideskripsikan sebagai pengetahuan sebagai wahyu Tuhan yang diturunkan melalui para nabi dan rasul utusan Tuhan untuk disampaikan (diajarkan) kepada seluruh manusia, selanjutnya oleh para nabi dan rasul menugaskan orang-orang tertentu yang hafal dan tepercaya untuk dikodifikasikan dalam kitab-kitab suci masing-masing agama. Bagi kaum Yahudi, firman-firman Tuhan itu termaktub dalam kitab suci Taurat dan bagi umat Nasrani termaktub dalam kitab suci Injil. Bagi umat Islam, firman Tuhan termaktub dalam kitab suci Alquran. Bagi penganut agama Hindu, hal itu termaktub dalam kitab suci Bhagavad-Gita dan Upanishad; sedangkan bagi penganut agama Buddha, firman Tuhan termaktub dalam kitab suci Tripitaka. Oleh karena ayat-ayat suci itu adalah firman Tuhan, kebenarannya bersifat mutlak, universal, dan abadi. Pengetahuan wahyu adalah anugerah Tuhan kepada manusia dan pengetahuan di luar pengetahuan manusia. Meski kebenaran-kebenaran yang “direkam” itu bersifat supranatural, tetapi baik aksara maupun bahasa yang ditulis dalam kitab suci bukanlah supranatural. Oleh karena itu, para ahli agama memerlukan banyak waktu untuk mengkaji dan berargumentasi tentang arti dan makna yang tepat mengenai kata-kata serta ungkapan-ungkapan tentang kalimat yang terkandung dalam ayat-ayat suci tersebut. Argumentasi-argumentasi ini dilakukan bukan untuk mencari-cari kesalahan. Bagi para penganut agama, kebenaran-kebenaran yang paling penting di dunia ini terletak dalam katakata yang diargumentasikan para teolog. Bagi umat Islam, hal itu menurut hadis dan sunah Rasul SAW serta para ulama yang dilanjutkan ahli tafsir (mufasirin). Inti dari tafsiran tekstual (apa yang tersurat) membawa cahaya terang terhadap kebenaran-kebenaran abadi yang tersembunyi dalam ayatayat suci ini. 2.
Pengetahuan Intuitif Pengetahuan intuitif adalah pengetahuan yang diperoleh seseorang dalam dirinya pada saat mampu menyelami (memahami secara mendalam atau insight). Insight atau intuisi muncul mendadak dalam kesadaran mengenai ide atau kesimpulan yang dihasilkan melalui proses panjang tentang hasil yang tak disadarinya. Segalanya tiba-tiba ditemukan solusinya suatu masalah yang tidak disadari yang telah menyandera berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Itulah upaya yang tidak disadari sebelumnya yang memungkinkan saat insight muncul kegembiraan dan dianggap seolah-olah
PKNI4316/MODUL 1
1.15
pasti benar. Orang yakin akan instuisi itu sehingga berusaha sungguhsungguh untuk hal itu, tanpa memedulikannya. Orang terhibur karena daya psikis, begitu lama tersimpan dalam waktu pencarian solusi. Tiba-tiba terpecahkan dalam waktu sekejap dan gembira karena ditemukannya solusi. Juga, orang senang karena tanpa mengeluarkan energi merasa memperoleh cukup kekuatan-kekuatan mental. Akan tetapi, kita harus membedakan antara tindakan instuisi dan pengetahuan intuitif yang sesuai. Sejumlah intuisi formatif atau iluminasi tampaknya perlu pada semua prestasi intelektual besar. Tesis-tesis filosofis, teori-teori ilmiah, dan karya-karya seni rupanya dilahirkan dari suatu intuisi utama yang selanjutnya dijabarkan dan diperhalus. Betapa pun isinya, teori ilmiah yang utuh bukanlah bentuk pengetahuan intuitif. Teori ilmiah adalah konsisten secara logis dan teruji melalui observasi, eksperimentasi, ataupun kedua-duanya. Kalau teori ilmiah dinyatakan sebagai hasil ilmu pengetahuan, hal itu disampaikan bukan sebagai intuisi pribadi oleh penemunya, melainkan sebagai hipotesis yang dapat diverifikasi (dapat dibuktikan dan diteliti kebenarannya) lewat publikasi. Lalu, apakah pengetahuan intuitif itu? Apakah Anda sudah mengerti pengetahuan intuitif itu? Dalam bahasa biasa dan kehidupan sehari-hari, pernahkah Anda punya intuisi? Pengetahuan intuitif adalah pengetahuan yang muncul dan diterima atas dasar kekuatan visi imajinatif atau pengalaman pribadi dari orang yang mengemukakannya. Kebenaran yang terkandung dalam karya-karya seni adalah bentuk pengetahuan intuitif. Semua pengarang besar, seperti Homerus, Walmiki, Shakespeare, dan Proust, menceritakan kepada kita kebenaran tentang kata hati manusia. Kita sebaiknya tidak usah memimpikan pengujian kebenarankebenaran dengan observasi atau kalkulasi ataupun eksperimen karena kebenaran-kebenaran itu disampaikan sebagai intuisi dan kita sendiri mengakui hal itu benar secara intuitif. Tulisan-tulisan yang bersifat mistis, autobiografi, dan esai dalam segala macam bentuk merupakan refleksi dari pengetahuan intuitif. Kita sendiri juga memiliki banyak pengetahuan intuitif dalam diri kita sendiri, terutama tentang manusia. Itulah pengetahuan yang kita petik dari pengalaman kita tentang orang lain dan pengalaman kita sendiri. Tentu saja, kita harus merefleksikan hal itu, tetapi kita tidak harus menyajikannya dengan kecermatan yang rasional dan sistematis atau pengujian melalui observasi. Kita tidak usah melakukan hal itu karena kita tidak butuh itu. ltu
1.16
Filsafat Pancasila
adalah pengetahuan atau kesadaran yang harus kita dalami, kita perluas, dan kita koreksi sepanjang pengalaman hidup kita. 3.
Pengetahuan Rasional Pengetahuan yang kita peroleh dengan kegiatan penalaran belaka tak disertai dengan observasi terhadap keadaan kejadian-kejadian yang sebenarnya. Misalnya, prinsip-prinsip logika formal matematika mumi adalah paradigma pengetahuan rasional. Kebenarannya dapat dibuktikan dengan penalaran abstrak belaka. Sebagai contoh prinsip logika, dua pernyataan yang bertentangan tidak bisa kedua-duanya benar sekaligus, misalnya penyataan “Pleki adalah anjing” dan “Pleki bukan anjing”. Tidak bisa kedua-duanya sebagai objek yang sama pada saat yang sama. Jika A lebih besar daripada B dan B lebih besar daripada C, misalnya jika Boeing 747 lebih besar daripada Foker dan Foker lebih besar daripada Piper Cub, Boeing 747 lebih besar daripada Piper Cub. Kedua asas ini dapat diilustrasikan dengan contoh aktual, tetapi kedua-duanya adalah benar secara independen dalam contoh semacam itu. Asas-asas pengetahuan rasional dapat diterapkan pada pengalaman pancaindra, tetapi asas-asas itu tidak dapat disimpulkan daripadanya. Tidak seperti kebenaran pengetahuan intuitif, kebenaran rasional adalah sahih (valid) tanpa memandang perasaan kita tentang kebenaran itu dan kebenaran itu adalah sahih secara universal. Tentu, Anda sudah tahu bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat rasional, empiris, dan faktual. Adakah kebenaran-kebenaran lainnya? Pengetahuan rasional bukan tanpa batas. Kebenarannya adalah abstrak dan formal secara fundamental. Kebenarannya sebagian besar berkenaan dengan hubungan logis dan arti yang bersifat impersonal serta tidak memandang kebutuhan emosional ataupun keadaan hal-hal yang aktual. Karena kita mengalami hidup secara emosional di antara peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi, pengetahuan rasional saja tidaklah cukup. Kita juga memerlukan pengetahuan intuitif dan empiris, bahkan kita sering membutuhkan lebih banyak lagi. Hal ini juga terbuka untuk memperdebatkan seberapa banyak pengetahuan rasional itu sesungguhnya sahih secara universal dan seberapa banyak hanya begitu. Kita semuanya berada pada batas tertentu dalam ikatan budaya. Oleh karena itu, mungkin juga asas-asas logika formal itu sahih hanya bagi orang-orang yang menggunakan bahasabahasa Eropa dan berpikir menurut kategori-kategori mental yang ditopang oleh bahasa-bahasa tersebut. Hal itu juga dipersoalkan apakah pengetahuan
PKNI4316/MODUL 1
1.17
rasional pada ujungnya terletak pada pembuktian rasional. Menurut satu aliran pemikiran, misalnya, asas-asas matematika mumi berlandasan pada intuisi dasar (basic intuition) tentang keberurutan (successiveness). 4.
Pengetahuan Empiris Pengetahuan empiris dewasa ini sangat penting atau pengetahuan yang diperkokoh oleh bukti melalui pancaindra. Dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan; kita bentuk konsepsi kita tentang dunia sekitar kita. Oleh karena itu, pengetahuan itu terdiri atas ide-ide yang terbentuk sesuai dengan fakta-fakta yang diobservasi atau diterima oleh pancaindra. Sementara itu, kaum rasionalis mengajarkan think things through, sedangkan kaum empiris menyarankan look and see. Paradigma pengetahuan empiris adalah sains modern. Hipotesishipotesis ilmiah harus diuji melalui observasi atau eksperimen untuk menemukan hipotesis yang dapat dipertanggungjawabkan paling memuaskan bagi seperangkat fenomena tertentu. Walaupun demikian, hipotesis tidak pernah terbukti atau tidak terbukti secara mutlak. Hipotesis memperlihatkan kurang lebih “kemungkinan” (probable). Probabilitas empiris mungkin sampai batas waktu kepastian, tetapi tidak pernah benar-benar meyakinkan bahwa fenomena yang terjadi menurut cara-cara tertentu hingga sekarang akan terjadi secara pasti menurut cara-cara yang akan datang. Harus dijelaskan juga bahwa pancaindra kita kadang-kadang menipu kita, seperti ketika sebatang tongkat yang sebenarnya lurus, tetapi tampak bengkok ketika dimasukkan ke dalam air. Hal ini seperti Socrates yang bertanya secara tepat sebelum ia diharuskan meminum racun, “Apakah pancaindra kita mengandung kebenaran? Apakah pancaindra itu bukannya saksi-saksi yang tidak akurat? Pancaindra kita terkondisikan oieh praduga kita. Kita cenderung memahami menurut kekuatan apa untuk memahami. Begitulah kita memahami ruang sebagai latar belakang permanen yang di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas yang terjadi berturut-turut dalam waktu. Pengertian tentang ruang dan waktu hampir pasti merupakan suatu fenomena budaya kita menurut tingkat perkembangan tertentu. 5.
Pengetahuan Otoritatif Kita menerima sebagian besar pengetahuan itu benar bukan karena kita telah mengeceknya di luar diri kita, tetapi karena hal itu dipertanggungjawabkan kebenarannya oleh orang yang berwenang atau
1.18
Filsafat Pancasila
dipercaya dalam bidangnya (authorities). Misalnya, George F. Kneller menyatakan berikut. Saya menerima kebenaran tanpa mempersoalkan lagi bahwa Canberra adalah ibu kota Australia. Bahwa kecepatan cahaya adalah 186,281 mil per detik. Perang Waterloo terjadi pada tahun 1815. Saya rasa tidak perlu untuk memverifikasi fakta-fakta ini, apalagi saya merasa perlu menyusun daftar logaritma. Saya menganggap kebenaran itu sudah semestinya karena saya dapat perolehnya dalam encyclopedia dan karya yang ditulis oleh para pakar. Saya kutip dari para pakar dalam memusatkan penyataannya karena saya mengharapkan dapat menyimpan energi psikis saya untuk tujuan pribadi yang menggunakan atau menyelami jauh di balik fakta-fakta yang kokoh. Dunia begitu luas, tempat bagi saya untuk memverifikasi secara pribadi segala apa yang terjadi di dunia ini. Pengetahuan apa yang saya anggap benar sudah semestinya bergantung pada kebutuhan dan minat saya. Jika saya ingin tahu, butirbutir informasi seperti apa itu. Kubisme atau apa itu hukum Newton tentang gerak, saya mencarinya dalam encyclopedia. Tentu jika informasi itu semuanya saya cari, informasi itu semuanya akan saya peroleh. Jika saya ingin memahami kubisme atau mekanika Newton, saya harus menyusun asas-asas mengenai hukum-hukum ini bagi saya sendiri. Tak usah saya berkata, “Saya tidak menemukan kembali kubisme atau mekanika Newton.” Akan tetapi, saya kira melalui asasasas tentang hukum-hukum yang mendasarinya, saya bisa mengetahui “inti” (the point) tentang hukum-hukum tersebut. Saya mengerti tentang kubisme karena saya tahu tujuan artistik yang dirancang oleh seniman kubis sendiri serta sarana yang mereka gunakan untuk mencapainya. Saya memahami hukum gerak Newton karena saya tahu alasan yang mendasarinya, kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh, serta bukti-bukti yang telah berhasil dikumpulkan. Bagaimanapun apa yang saya anggap sudah semestinya benar adalah pengetahuan yang sudah tersedia. Hukum Newton tentang gerak telah dikukuhkan secara ilmiah. Itu adalah pengetahuan empiris. Jadi, istilah “pengetahuan otoritatif” (authoritative knowledge) berarti lebih bersifat psikologis daripada epistemologis. Itu berarti bukanlah hakikat tentang hal-hal yang saya ketahui, tetapi caranya saya mengetahuinya. Itu menunjukkan bukan pada produk kultural yang kita namakan pengetahuan semata, melainkan caranya saya mencocokkan produk ini. “Pengetahuan otoritatif” (authoritative knowledge) adalah pengetahuan kokoh yang saya terima berdasarkan otoritas seseorang (Kneller, 1971: 18—22).
PKNI4316/MODUL 1
1.19
Demikianlah pengakuan Kneller tentang pengetahuan otoritatif. Apakah ada pendapat yang lain? Silakan Anda cari dari sumber media cetak atau elektronik! LAT IH A N Untuk menunjukkan pemahaman Anda tentang materi Kegiatan Belajar 1, kerjakanlah latihan berikut! 1) Jelaskan asal kata dan arti kata (etimologi) serta istilah (terminologi) “filsafat” yang telah memiliki pengertian umum tertentu! 2) Apakah objek penelitian (kajian) filsafat itu? 3) Sebutkan beberapa metode penelitian filsafat! 4) Karena tidak ada satu-satunya definisi filsafat yang memuaskan, kemukakanlah tiga modus aktivitas berpikir filosof menurut George F. Kneller! 5) Apakah jenis dan sifat kebenaran ilmu pengetahuan? Petunjuk Jawaban Latihan 1) Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia (philein, philos = mencari, meneliti + sophia = kebijaksanaan). Istilah filsafat memiliki pengertian tertentu yang secara umum sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada untuk memperoleh kebenaran hakiki. 2) Objek penelitian (kajian) filsafat ialah segala sesuatu yang ada (yang umum kesemestaan). Objek material filsafat ialah segala sesuatu yang ada, baik ada dalam kenyataan (realitas), ada dalam pikiran (rasional), maupun ada dalam kemungkinan (spiritual, transendental, dan gaib). Sementara itu, objek formal filsafat ialah metodologi dari sudut pandang atau cara pandang serta prinsip-prinsip yang digunakan, yaitu hakikat atau esensinya dari objek material (aspek kesemestaan, keuniversalan, keumuman, dan totalitas). 3) Metode filsafat ialah (1) analisis filosofis, (2) analisis logis, (3) inferensi (Anton Baker dan Zubair dalam Sudarto, 1997: 42—48). Menurut Asmoro Achmadi (1997: 1921), metode filsafat adalah (a) kritis, (b) intuitif, dan (c) analisis abstraksi.
1.20
Filsafat Pancasila
4) Tiga modus aktivitas berpikir para filsuf menurut George F. Kneller (1972: 2) ialah (1) filsafat spekulatif, (2) filsafat preskriptif, dan (3) filsafat analitis. 5) Jenis (types) dan sifat kebenaran ilmu pengetahuan ada lima, yaitu pengetahuan (1) wahyu, (2) intuitif, (3) rasional, (4) empiris, dan (5) otoritatif. R A NG KU M AN Pengertian filsafat yang berasal dari bahasa Yunani philosophia ialah hasrat dan upaya manusia dengan sungguh-sungguh untuk mencari, memperoleh, dan mencintai kebenaran dalam arti kebijaksanaan. Filsafat ialah proses dan hasil pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan hati sanubari (kalbu) secara kritis, spekulatif, sistematis, fundamentalis, universal, integral, dan radikal untuk mencari dan memperoleh kebenaran yang hakiki (kebijaksanaan, kearifan, dan hikmat). Objek penelitian dan kajian filsafat ialah hakikat ada (being, realitas, dan wujud) dalam arti universalitasnya serta bukan partikularitasnya segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dalam arti kesemestaan, baik alam, manusia, maupun Tuhan Yang Maha Esa, pencipta serta pengatur alam semesta dan seisinya. Metode penelitian atau pengkajian filsafat terutama ialah (1) analisis filosofis, (2) analisis logis, (3) inferensi, atau (1) metode teoretis, (2) metode intuitif, dan (3) metode analisis abstraksi. Adapun objek material filsafat ialah hakikat ada (being, realitas, wujud) dalam arti universalitasnya segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Sementara itu, objek formal filsafat ialah cara pandang atau sudut pandang dan prinsip-prinsip yang digunakan, yaitu keumuman dan totalitas dari hakikat yang ada dan yang mungkin ada tentang objek materialnya. Karakteristik utama filsafat ialah (1) sifat menyeluruh, (2) sifat mendasar, dan (3) sifat spekulatif. Sementara itu, tipe dan sifat kebenaran ilmu pengetahuan menurut George F. Kneller ialah (1) pengetahuan wahyu Tuhan, (2) pengetahuan intuitif, (3) pengetahuan rasional, (4) pengetahuan empiris, dan (4) pengetahuan otoritatif.
PKNI4316/MODUL 1
1.21
TES F OR M AT IF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Secara etimologis, kata filsafat berasal dari bahasa …. A. Arab B. Inggris C. Yunani D. Latin 2) Istilah (terminologi) filsafat dalam pengertian umum ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada dan mungkin ada untuk memperoleh …. A. kebenaran rasional B. kebenaran final C. kebenaran hakiki D. kebenaran nisbi 3) Objek material filsafat ialah hakikat ada (realitas, being, dan wujud); sedangkan objek formal filsafat ialah menurut …. A. cara atau sudut pandang khas tertentu B. cara pandang yuridis formal C. cara pandang akademis D. cara pandang apriori 4) Sifat yang tidak termasuk karakteristik filsafat di antara sifat-sifat berikut ini adalah …. A. fundamental B. universal C. radikal D. konservatif 5) Menurut ahli filsafat, Bertrand Russel, antara teologi dan ilmu pengetahuan terletak suatu daerah tak bertuan, yaitu …. A. agama B. filsafat C. teknologi D. seni
1.22
Filsafat Pancasila
6) Salah satu hal penting yang belum dapat dijawab dan dipecahkan oleh ilmu ataupun filsafat ialah …. A. jiwa manusia B. ruang (space) C. waktu (time) D. perubahan 7) Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang pesat dan canggih. Karena itu, filsafat terlibat dalam hal-hal yang bersifat …. A. teoretis saja B. teoretis dan praktis C. spiritual D. transedental 8) Pernyataan pendapat (point of view) tentang setuju atau tidak setuju dan suka atau benci bagi seorang awam dalam arti “sederhana” sebenarnya adalah …. A. tidak termasuk dalam filsafat B. termasuk pengetahuan awam C. termasuk filsafat D. termasuk sikap yang sudah lumrah 9) Pertanyaan seorang sarjana pendidikan, “Mengapa saya mau bekerja sebagai guru yang harus disiplin, berangkat pagi pulang petang, sedangkan pendapatannya pas-pasan?” Pernyataan ini bisa termasuk persoalan …. A. ekonomi B. politik C. sosial D. filsafat 10) Pernyataan Robert Einstein mengenai ilmu tanpa agama buta dan agama tanpa ilmu tak berdaya (lumpuh) banyak dikutip oleh para tokoh agama. Hal itu dapat disimpulkan bahwa Einstein termasuk salah seorang …. A. pakar ilmuwan (scientist) B. pakar ilmuwan dan filsuf C. cendekiawan (scholar) D. generalis ilmu pengetahuan
1.23
PKNI4316/MODUL 1
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
1.24
Filsafat Pancasila
Kegiatan Belajar 2
Kedudukan Filsafat dalam Berbagai Ilmu Pengetahuan A. KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN PERAN FILSAFAT Menurut penjelasan Sunoto, berdasarkan sejarah kelahirannya, filsafat lahir terlebih dahulu, terutama di Yunani. Filsafat mula-mula sebagai induk pengetahuan (queen of sciences). Pada waktu itu, belum ada ilmu pengetahuan lahir sehingga filsafat harus menjawab segala macam hal atau memecahkan semua masalah. Filsafat membahas alam semesta (kosmologi), tentang manusia (humanologi), bahkan tentang Tuhan (teologi). Selanjutnya, masyarakat, kebudayaan, sejarah, pendidikan, ekonomi, dan politik (negara) juga menjadi kajian filsafat. Perkembangan keadaan dan masyarakat menjadi semakin banyak masalah yang tidak dapat semuanya dijawab oleh filsafat. Dengan cara dan metode ilmiah, lahirlah ilmu pengetahuan yang sanggup memberi jawaban terhadap masalah-masalah tersebut, misalnya ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan kedokteran, ilmu pengetahuan manusia, ilmu pengetahuan masyarakat manusia, ilmu pengetahuan ekonomi, politik, negara, bahasa, seni dan sebagainya. Ilmu-ilmu pengetahuan tersebut berkembang terus lalu terbagi menjadi lebih khusus. Demikianlah muncul berbagai disiplin ilmu yang amat banyak dengan kekhususannya (spesialisasinya) masing-masing. Spesialisasi terjadi sedemikian rupa sehingga hubungan antara cabang dan ranting ilmu pengetahuan sangatlah kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat, tetapi juga ada yang telah jauh. Bahkan, seakan-akan tidak mempunyai hubungan lagi karena telah berhasil menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Namun demikian, jika ilmu-ilmu pengetahuan tersebut terus berusaha memperdalam penelitian dan kajiannya sampai pada batas puncaknya, akhirnya sampai juga pada filsafat (misalnya ilmuwan Einstein dengan teori relativitasnya). Dengan demikian, filsafat dapat berfungsi sebagai pendekatan disiplin, baik interdisiplin, multidisiplin, bahkan transdisiplin. Filsafat dapat berfungsi menghubungkan ilmu-ilmu pengetahuan yang semakin kompleks dan terpisah-pisah dalam suatu sistem yang mencakup
PKNI4316/MODUL 1
1.25
keseluruhan secara komprehensif terpadu dalam suatu totalitas. Perkembangan dewasa ini setiap disiplin ilmu memiliki filsafat sendirisendiri. Meskipun secara keseluruhan filsafat tidak memungkinkan memberikan jawaban-jawaban final terhadap masalah-masalah yang dipertanyakan, filsafat memberikan serangkaian jawaban-jawaban (yang berbeda-beda) sehingga kita dapat memperluas cakrawala pemikiran dan mampu membantu kita untuk melakukan pilihan-pilihannya sendiri. Kata philosophia juga berarti belajar secara teliti atau inquiry. Belajar berarti (bermakna) lebih dari menghimpun fakta-fakta yang disusun secara ilmiah. Belajar juga berarti berkelana atau berspekulasi (speculating) dengan merintis jalan untuk menjelajah batas-batas temuan ilmiah tersebut. Lalu, apa macam pengetahuan yang dimaksud oleh filsafat sebagai saran? Itulah macam pengetahuan yang relevan atau cocok seperti yang dinyatakan oleh ahli filsafat Bertrand Russell, yaitu hasil-hasil dari suatu pengujian kritis tentang dasar-dasar keyakinan, dugaan, dan kepercayaan. Maka dari itu, pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab secara definitif, utamanya oleh ilmu; sedangkan pertanyaan-pertanyaan lain dijawab secara spekulatif dan analitis oleh filsafat. Sebagai contoh, kajian tentang filsafat pendidikan mengingatkan pentingnya pertanyaan-pertanyaan tersebut mengenai teori dan praktik pendidikan yang memungkinkan kita dapat mengkaji masalah-masalah filosofis untuk “menyoroti” (bagaikan sinar cahaya berdaya tinggi) dan dapat “menembus” kebingungan tentang masalahmasalah pendidikan yang dihadapi dalam dunia pendidikan. B. RAGAM HUBUNGAN ILMU PENGETAHUAN DAN FILSAFAT DENGAN AGAMA Dalam hal ini, filsafat berfungsi sebagai tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang secara skematis dilukiskan oleh Sunoto sebagai berikut.
1.26
Filsafat Pancasila
Sumber: Sunoto (1982). Gambar 1.1 Fungsi Filsafat
Keterangan IP EK IP SOS IP BUD IP HUK IP KED IP PERT IP TEK
= ilmu pengetahuan ekonomi = ilmu pengetahuan sosial = ilmu pengetahuan budaya = ilmu pengetahuan hukum = ilmu pengetahuan kedokteran = ilmu pengetahuan pertanian = ilmu pengetahuan teknologi
Adapun mengenai hubungan antara ilmu pengetahuan filsafat dan agama, Sunoto menjelaskan bahwa yang dicari ilmu pengetahuan dan filsafat adalah kebenaran. Agama pasti mengajarkan kebenaran. Kebenaran dalam ilmu pengetahuan dan filsafat adalah kebenaran akal, sedangkan kebenaran menurut agama adalah kebenaran wahyu. Meskipun filsafat ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan akal, hasil yang diperoleh, baik oleh filsafat maupun ilmu pengetahuan, juga bermacam-macam. Hal ini dapat ditelaah pada aliran yang berbeda-beda, baik dalam filsafat maupun dalam ilmu pengetahuan. Demikian juga terdapat bermacam-macam agama serta mazhab atau sekte aliran kepercayaan dalam agama yang masing-masing mengajarkan kebenaran. Dengan adanya kenyataan tersebut, menurut Sunoto,
1.27
PKNI4316/MODUL 1
yang terpenting adalah bagaimana agar aliran-aliran dalam filsafat dan ilmu pengetahuan tidak saling bertabrakan satu sama lain. Alangkah baiknya jika dapat bekerja sama dan saling membantu. Demikian juga agama yang bermacam-macam hendaknya dapat saling menghargai dan bekerja sama dengan baik dalam batas tertentu dan dalam hal-hal yang dimungkinkan. Antara ilmu pengetahuan dan filsafat ada hubungannya dengan agama yang disajikan dalam skema berikut.
Sumber: Sunoto (1982: 6) Gambar 1.2 Hubungan Pengetahuan, Ilmu, Filsafat, dan Agama
Keterangan P IP F A
= pengetahuan = ilmu pengetahuan = filsafat = agama
Setelah Anda simak penjelasan dan pendapat tersebut, bagaimana pendapat dan sikap Anda?
1.28
Filsafat Pancasila
1.
Perbedaan Pengetahuan, Ilmu, Filsafat, dan Agama Menurut kajian penulis tentang perbedaan dan hubungan antara pengetahuan, ilmu, filsafat, serta agama, kiranya perlu diidentifikasi substansi masing-masing. Selanjutnya, bagaimana sifat dan apa atau siapa sumber kebenaran yang dijadikan dasar dan acuan? Apa perbedaan antara keempat substansi itu? Secara ringkas, penulis kemukakan sebagai berikut. Dalam dua gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan ilmu memiliki kesamaan tujuan, yakni mencari kebenaran. Demikian pula sumbernya adalah sama, yakni budaya manusia. Tentu, cara atau metode yang digunakan berbeda-beda: pengetahuan dengan naluri, intuisi, dan pengalaman serta akal sehat (common sense); ilmu dengan metode atau metodologi ilmiah; sedangkan filsafat dengan berpikir dan merenungkan (contemplation). Sementara itu, agama dengan meyakini dalam hati sanubari, selanjutnya baru memikirkan apa arti dan maknanya, merenungkan, serta menyadari untuk mengamalkannya. Perbedaan kebenaran pengetahuan, ilmu, dan filsafat bersifat nisbi (relatif) karena tidak ada manusia yang sempurna. Kebenaran agama bersifat mutlak dan abadi karena bersumber dari wahyu Ilahi, Tuhan Yang Mahabenar. 2.
Landasan Filosofis IImu Pengetahuan Dewasa ini, telah diterima dan diakui oleh para ahli ilmu pengetahuan dan filsafat bahwa tiap disiplin ilmu pengetahuan berdiri sendiri yang dapat membedakan antara disiplin ilmu yang satu dan lainnya diperlukan tiga landasan filosofis berikut. a. Landasan ontologi (on =being + logos = logic, theory) ialah dimensi filsafat yang menyelidiki jenis dan hakikat ada, yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, dan ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika, serta ada sesudah kematian ataupun sumber segala yang ada, yaitu Tuhan Yang Maha Esa—pencipta serta penentu alam semesta. Apakah objek yang ditelaah menghasilkan ketahuan (knowledge) tersebut? Dimensi ini disebut objek ontologis, umpamanya ekonomi menelaah hubungan antara manusia dan barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Manajemen menelaah kerja sama manusia dalam mencapai tujuan yang telah disetujui bersama. Secara ontologis, dapat ditetapkan objek penelaahan kebudayaan, cara bertukang, dan filsafat. Dengan demikian, dapat dibedakan bidang kajian ketahuan (knowledge) masing-masing.
PKNI4316/MODUL 1
b.
c.
1.29
Landasan epistemologi (episteme = knowledge + logos= theory) ialah dimensi filsafat yang menyelidiki hakikat tahu, yakni sumber, syarat, dan proses terjadinya ilmu pengetahuan. Yang termasuk epistemologi penelitian adalah sistematika, logika, dan matematika. Epistemologi juga disebut filsafat pengetahuan atau teori ilmu pengetahuan (wissenschaftslehre). Cara apa yang digunakan untuk mendapatkan ketahuan (knowledge) tersebut? Dengan perkataan lain, bagaimana cara mendapatkan ketahuan (knowledge) itu? Kriteria ini disebut landasan epistemologis yang berbeda untuk setiap bentuk ketahuan manusia. Umpamanya, landasan epistemologis matematika adalah logika dedukatif dan landasan epistemologis kebiasaan ialah pengalaman dan akal sehat. Landasan aksiologi (axios = value, worthy + logos = account, reason, theory) ialah dimensi filsafat yang menyelidiki dimensi nilai, yakni pengertian, jenis, tingkat, sumber, dan hakikat nilai secara kesemestaan. Untuk apa ketahuan (knowledge) itu digunakan atau dengan kata lain nilai digunakan apa yang dipunyainya. Dimensi ini disebut landasan aksiologis yang juga dapat dibedakan untuk setiap jenis ketahuan (knowledge). Nilai kegunaan, kiat, seni tata boga, tata busana, serta pencak silat jelas berbeda dengan nilai kegunaan filsafat dan nuklir.
Jadi, seluruh bentuk dapat digolongkan dalam kategori ketahuan (knowledge) dan masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh objek ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologisnya. Salah satu dari bentuk ketahuan (knowledge) ditandai dengan berikut ini. a. Objek ontologis: pengalaman manusia, yakni segenap wujud yang dapat dijangkau lewat pancaindra atau peranti (device) yang membantu kemampuan pancaindra. b. Landasan epistemologis: metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut metode deduktif hypotetico-verifikatif. c. Landasan aksiologis: kemaslahatan manusia yang artinya segenap wujud ketahuan itu secara moral ditujukan untuk kemanfaatan dan kebaikan hidup manusia.
1.30
Filsafat Pancasila
Bentuk ketahuan (knowledge) seperti ini dalam bahasa Inggris disebut science. Dengan demikian, masalahnya adalah terdapat perbedaan antara knowledge dan science, antara ketahuan yang bersifat generik dan bentuk ketahuan yang mempunyai objek ontologis, serta landasan epistemologis dan landasan aksiologis yang khas. Lalu, apakah sinonim-sinonim knowledge dan science dalam bahasa Indonesia? Coba Anda cari jawabannya dalam kamus atau enclyclopedia. 3.
Integrasi IImu Pengetahuan, Filsafat, dan Agama Bagaimanakah sifat hubungan antara ilmu dan agama? Hubungan antara ilmu dan agama mengandung keragaman sifat. Menurut lan Barbour, ada empat tipe: a. konflik, b. independensi, c. dialog, dan d. integrasi. Identik dengan pendapat Ian Barbour, John F. Haught menyebutkan konflik, kontras, kontak, dan konfirmasi. Mengenai hubungan integrasi antara ilmu dan agama, Arqom Kuswanjono dalam disertasinya yang telah diedit dalam bukunya yang berjudul Integrasi Ilmu dan Agama: Perspektif Filsafat Mulla Sadra (2010) menjelaskan hal berikut. Mulla Sadra adalah filsuf besar yang telah membangun suatu konstruksi pemikiran Islam yang begitu mendalam, komprehensif, dan indah. Sadra telah mengajarkan bagaimana melihat realitas tidak hanya dengan pikiran dan pancaindra, tetapi juga dengan kejernihan intuisi dan hati sanubari. Menurutnya, sebagaimana dengan Ibnu Sina, memahami pancaindra tidak hanya indra yang bersifat lahir, tetapi juga yang bersifat batin. Dengan cara itulah, selain dapat memahami realitas spiritual, juga dapat dipahami makna spiritual atas realitas yang material. Mulla Sadra telah memaknai hikmah (sophia) sebagai pengetahuan dasar filsafat dalam arti yang sebenarnya. Hikmah (kebijaksanaan) bukan hanya kemampuan manusia berpikir kritis, sistematis, dan radikal, tetapi juga didasari oleh kebersihan hati dan disinari oleh nur Ilahi. Konsep al-hikmah al- muta'aliyah (hikmah tertinggi) telah mengangkat filsafat memiliki posisi yang tinggi karena dimilikinya dasar pijakan sekaligus tujuan yang jelas,
PKNI4316/MODUL 1
1.31
yaitu inna lillahi wa inna illaihi raaji’un, berfilsafat atas nama Allah dalam rangka menggapai kebenaran-Nya. Bahwa integrasi holistik ilmu dan agama, baik integrasi dalam aspek maupun dimensi ontologis, epistemologis, ataupun aksiologis yang dijembatani oleh filsafat, didasarkan pada perspektif Mulla Sadra. Dasar integrasi yang digunakan ada tiga, yakni keyakinan pada a. wahdah al-wujud (kesatuan) (1) murni, (2) bergantung, (3) mutlak; b. tasykikal al-wujud (gradasi wujud); c. asalah al-wujud (kehakikian wujud).
a. b. c. d.
Empat dasar integrasi Mulla Sadra ialah at-tauhid, keyakinan pada realitas adikodrati dan keterbatasan manusia, keyakinan pada alam dengan memiliki tujuan, komitmen pada nilai-nilai moral (Kuswanjono, 2010: 165—168).
Silakan Anda telaah dan pahami lebih mendalam. Selanjutnya, bagaimana pendapat Anda secara independen (mandiri)? LAT IH A N Untuk menunjukkan penguasaan Anda mengenai materi Kegiatan Belajar 2, kerjakanlah latihan berikut! 1) Jelaskan secara singkat posisi, fungsi, dan peran filsafat dalam berbagai ilmu pengetahuan! 2) Mengapa filsafat disebut sebagai induk semua ilmu pengetahuan (queen of sciences)? Sebutkan alasannya! 3) Sebutkan tiga landasan pokok filosofis untuk disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri! Masing-masing aspek Anda jelaskan secara singkat! 4) Apakah perbedaan dan kesamaan utama antara ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama? Jelaskan! 5) Bagaimana macam ragam hubungan antara ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama?
1.32
Filsafat Pancasila
Petunjuk Jawaban Latihan 1) Posisi dan fungsi serta peran filsafat sangat penting karena sistem pemikirannya bersifat totalitas komprehensif yang dapat menyumbangkan alternatif solusi secara bijaksana serta menjembatani perbedaan-perbedaan dalam berbagai ilmu pengetahuan yang sangat spesifik. 2) Sebelum tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, filsafatlah yang berperan sebagai sumber untuk menjawab berbagai persoalan masyarakat. 3) Tiga aspek landasan filosofis bagi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri: a) ontologi yang menyelidiki atau mengkaji hakikat ada, yakni objek penelitian ilmu dalam arti material dan formalnya; b) epistemologi yang meneliti dan mengkaji hakikat tahu kebenaran ilmu, baik sumber, syarat-syarat, prinsip-prinsip, maupun prosesnya secara tuntas (radikal); c) aksiologi yang menyelidiki dan mengkaji hakikat nilai, fungsi, dan kegunaan secara umum yang berbeda-beda bagi umat manusia. 4) Perbedaan ilmu pengetahuan dan filsafat dengan agama ialah baik ilmu pengetahuan maupun filsafat bersumber dari hasil cipta, karsa, dan rasa manusia yang kebenarannya bersifat relatif (nisbi). Sementara itu, agama bersumber dari wahyu Tuhan yang bersifat mutlak dan abadi. Kesamaannya ialah semuanya bertujuan mencari dan menemukan kebenaran. 5) Menurut beberapa ahli, ada empat macam ragam sifat hubungan antara ilmu pengetahuan dan filsafat dengan agama, yakni (1) konflik, (2) independensi, (3) dialog, dan (4) integrasi. R A NG KU M AN Kedudukan, fungsi, dan peran filsafat sangat penting dalam berbagai ilmu pengetahuan. Sebelum tumbuh dan berkembang ilmu pengetahuan, filsafatlah yang menjadi acuan untuk menjawab persoalan-persoalan masyarakat. Selanjutnya, filsafat menggeser pikiran masyarakat berdasarkan kepercayaan religius sehingga berubah menjadi cara berpikir rasional. Filsafat berperan mendorong pertumbuhan dan
PKNI4316/MODUL 1
1.33
perkembangan ilmu pengetahuan. Karena itu, filsafat sering dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan (queen of sciences). Setelah ilmu pengetahuan berkembang pesat dan dapat menjawab serta memecahkan persoalan-persoalan dalam masyarakat melalui cabang dan disiplin ilmu yang sangat spesifik, ilmu pengetahuan telah mampu berdiri sendiri sehingga tidak membutuhkan hubungan dengan filsafat. Namun demikian, kadang-kadang ilmu pengetahuan menghadapi permasalahan masyarakat yang semakin kompleks sehingga filsafat berfungsi menyinari kebingungan ilmu dalam menghadapi jalan buntu. Di situlah filsafat maju menembus batas pemikiran yang rasional, faktual, dan empiris dengan pendekatan sistem totalitas komprehensif serta pemikiran yang bersifat spiritual dan transendental ataupun kontekstual. Selanjutnya, perkembangan keanekaragaman ilmu pengetahuan menurut pendekatan utama monodisiplin, interdisiplin, dan multidisiplin masih menghadapi kendala batas-batas ranah bidang ilmu masingmasing untuk saling bertemu sehingga filsafat berperan untuk menjembataninya dengan pendekatan filsafat sistem ataupun transdisiplin. Sebaliknya, filsafat yang semula berpikir sistematis, rasional, fundamental, universal, dan integral berkembang menjadi filsafat-filsafat khusus yang tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga bersifat pragmatis dan praktis. Kalau demikian, perlu dipertanyakan apa perbedaan ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama? Adakah inti kesamaannya? Kesamaannya jelas bahwa ketiga-tiganya bertujuan mencari dan menemukan kebenaran. Perbedaan utama ialah ilmu pengetahuan dan filsafat bersumber dari manusia wujud kebudayaan serbaabstrak dan spiritual. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat ilmiah dan kebenaran bersifat hakiki. Akan tetapi, kedua kebenaran itu bersifat nisbi (relatif) karena tidak ada manusia yang sempurna, selain mengalami perubahan-perubahan dan keterbatasan. Sementara itu, agama bersumber dari wahyu Tuhan yang memiliki segala sifat yang sempurna, sedangkan kebenaran-Nya bersifat semesta, mutlak, dan abadi. Kalau begitu, bagaimana hubungan antara ilmu pengetahuan dan filsafat? Kini telah diterima dan diakui oleh para ahli ilmu pengetahuan dan cendekiawan (scholars) ataupun filsuf bahwa suatu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri perlu memiliki tiga landasan filosofis, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Last but not the least, bagaimana hubungan antara ilmu pengetahuan dan filsafat dengan agama? Menurut pendapat beberapa hal, ragam hubungan antara ilmu pengetahuan dan filsafat dengan agama ada empat tipe, yakni yang bersifat (1) konflik, (2) independensi, (3) dialog, dan (4) integrasi.
1.34
Filsafat Pancasila
Baru-baru ini Arqom Kuswanjono (2010), dalam disertasinya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, berkesimpulan bahwa integrasi holistik antara ilmu pengetahuan dan agama, baik dalam aspek ontologis, epistemologis, ataupun aksiologis, mungkin saja terjadi sehingga perlu dijembatani oleh filsafat yang didasarkan pada perspektif filsuf kenamaan Mulla Sadra dari Mesir. Demikianlah kedudukan filsafat, fungsi, dan perannya dalam berbagai ilmu pengetahuan. TES F OR M AT IF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Menurut para ahli filsafat, ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat. Dari hal-hal di bawah ini, yang tidak termasuk dorongan berfilsafat adalah …. A. keheranan B. kesangsian C. kepenasaranan D. kesadaran 2) Filsafat sering disebut sebagai induk semua ilmu pengetahuan (queen of sciences) karena semua ilmu pengetahuan merupakan …. A. bagian dari sistem filsafat B. cabang dari filsafat C. dikoordinasikan oleh filsafat D. pengetahuan yang telah ada sebelum lahirnya ilmu pengetahuan 3) Filsafat dapat dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok yang tidak termasuk empat kelompok tersebut adalah filsafat tentang …. A. keseluruhan kenyataan B. pengetahuan C. tindakan D. peramalan 4) Kedudukan filsafat sangat penting dalam ilmu pengetahuan karena filsafat memberikan …. A. landasan-landasan yang mutlak B. landasan-landasan pilihan yang cocok C. landasan-landasan spekulatif dan imajinatif D. landasan-landasan filosofis yang sangat penting
PKNI4316/MODUL 1
1.35
5) Perbedaan utama antara ilmu pengetahuan dan filsafat dengan agama pada sumber dan kebenarannya yang bersifat …. A. ilmiah dan hakiki B. duniawi dan ukhrawi C. khusus dan universal D. mutlak dan abadi 6) Secara ideal, hubungan yang terbaik antara ilmu dan filsafat dengan agama ialah semacam hubungan yang bersifat …. A. independensi B. konflik C. integrasi D. dialog 7) Tujuan mahasiswa mempelajari filsafat ialah …. A. memenuhi tugas kewajiban kurikuler B. menambah ilmu pengetahuan C. membina kepribadian manusia seutuhnya D. mengembangkan sifat kepribadian yang bijaksana 8) Tujuan khusus mahasiswa UT mempelajari filsafat ialah sebagai …. A. bekal dasar untuk mempelajari filsafat Pancasila dalam berbagai perspektif secara komprehensif B. bekal dasar seorang calon ilmuwan C. bekal dasar seorang pendidik yang profesional D. bekal utama bagi seorang filsuf 9) Bagi para ahli dan praktisi pendidikan, pendidikan merupakan unsur utama budaya manusia karena …. A. memelihara kelangsungan warisan budaya B. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) C. penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi dalam era globalisasi D. mengembangkan kualitas kepribadian dan kecerdasan manusia yang baik 10) Mata kuliah Filsafat Pancasila merupakan mata kuliah wajib dan pilihan lembaga pendidikan tinggi yang termasuk rumpun mata kuliah …. A. Pengembangan Keahlian Khusus B. Pengembangan Keilmuan dan Keterampilan Berkarya C. Pengembangan Kepribadian Manusia Bangsa Indonesia D. Pengembangan Kemampuan Berkehidupan Bermasyarakat
1.36
Filsafat Pancasila
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
1.37
PKNI4316/MODUL 1
Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1) C. Yunani 2) C. kebenaran hakiki 3) A. cara atau sudut pandang khas tertentu 4) D. konservatif 5) B. filsafat 6) C. waktu (time) 7) B. teoretis dan praktis 8) C. termasuk filsafat 9) D. filsafat 10) B. pakar ilmuwan dan filsuf Tes Formatif 2 1) C. kepenasaranan 2) D. pengetahuan yang telah ada sebelum lahirnya ilmu pengetahuan 3) D. peramalan 4) D. landasan-landasan filosofis sangat penting 5) A. ilmiah dan hakiki 6) C. integrasi 7) D. mengembangkan sifat kepribadian yang bijaksana 8) A. bekal dasar untuk mempelajari Filsafat Pancasila dalam berbagai perspektif secara komprehensif 9) D. mengembangkan kualitas kepribadian dan kecerdasan manusia yang baik 10) B. pakar ilmuwan dan filosof
1.38
Filsafat Pancasila
Glosarium Aufklarung (dari bahasa Jerman = enlightenment) Aksiologi (dari bahasa Yunani axios = value, worthy + logos = theory, system) Antroposentrisme (dari bahasa Yunani antrophos = human being) Causa prima (dari bahasa Yunani = the only prime cause) Dialektika (dari bahasa Yunani dialog, tanya jawab) Dualisme (dari bahasa Yunani dual = dua)
:
abad pencerahan; sejarah melewati zaman kegelapan.
:
hakikat nilai dalam arti universal, sumber, jenis, tingkat, fungsi, atau kegunaannya.
:
aliran yang bertitik tolak dan berpusat pemikiran dan pandangannya pada manusia.
:
penyebab utama yang tidak disebabkan oleh penyebab yang lain, umumnya disebut Tuhan.
:
Eklektisisme (dari bahasa Inggris eclectic)
:
Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme = logos, knowing, knowledge)
:
Hakikat (dari bahasa Arab haq, truth)
:
Hedonisme (hedon =
:
suatu cara berpikir filosofis tentang hakikat realitas dan proses dinamis idealistis, yaitu tesis-antitesis-sintesis terus-menerus. keadaan mendua, rangkap; aliran filsafat yang berpandangan bahwa hakikat ada, realitas ialah dua unsur dasar yang abadi. memilih dan menggunakan yang terbaik dari unsur-unsur berbagai sumber; aliran filsafat yang menggunakan seleksi dari berbagai sumber atau pandangan lain yang dianggap benar dan terbaik menjadi satu kesatuan. hakikat tahu, mengetahui, dan ketahuan; unsur pokok filsafat yang mengkaji asal mula, sumber, susunan, asas-asas, dan metode serta validitas untuk memperoleh kebenaran realitas segala sesuatu; cabang filsafat; atau teori ilmu pengetahuan. inti, esensi, dan kebenaran tentang segala sesuatu yang ada; kebenaran hakiki ialah kebenaran esensial yang sejati dan totalitas, sophia = kebenaran - kebijaksanaan, wisdom, kearifan, hikmah. suatu aliran filsafat yang berpandangan bahwa
:
Eropa
setelah
1.39
PKNI4316/MODUL 1
enak, senang, bahagia)
Hellenisme (hellas = Yunani)
:
Individualisme (dari bahasa Yunani individuum = pribadi)
:
Kosmologi (dari bahasa Yunani cosmos + logos) Lebenanschauung (dari bahasa Jerman leben = hidup + onschuung = pandangan) Metafisika (dari bahasa Yunani meta = di atas, + phisica)
:
Monisme (dari bahasa Yunani monos = tunggal) Monodualisme
:
Monopluralisme
:
:
:
:
tujuan utama hidup manusia ialah mencari kesenangan dan kebahagiaan semata selama di dunia. filsafat hellenisme merupakan perpaduan antara pandangan hidup Yunani (Barat) dan Arab-Islam (Timur) yang mengisi masa kekosongan pemikiran filsafat Eropa. Pusat pemikirannya pada cara mengatur hidup manusia dengan budinya (akal). Dimulai pada masa pemerintahan Alexander the Great (Iskandar Zulkarnaen)—raja Macedonia (356—23 SM) yang terjadi pergeseran dari filsafat teoretis menjadi filsafat praktis. suatu aliran filsafat dan ideologi yang berpandangan serta cita-cita hidup melalui negara yang didirikan atas dasar hak dan kehendak kepentingan individu. Dalam budaya, agama, politik, dan ekonomi mengutamakan kebebasan (liberalism), sistem kapitalisme, serta persaingan bebas. pengkajian rasional sistem yang teratur tentang alam semesta, baik susunan maupun ketertibannya. pandangan hidup, filsafat hidup, dan way of life.
hal- hal yang ada sesudah fisika; bagian filsafat yang mengkaji pertanyaan serta persoalan tentang hakikat segala sesuatu yang ada secara fundamental dan radikal sampai akar-akarnya (radix). aliran filsafat yang berpandangan bahwa hakikat segala sesuatu adalah hanya satu atau tunggal. paham dan pemikiran bahwa hakikat segala sesuatu yang ada ialah dua dalam satu kesatuan, tunggal. paham pemikiran bahwa hakikat segala sesuatu yang ada ialah majemuk dan beraneka ragam,
1.40
Filsafat Pancasila
Mitos (dari bahasa Yunani = kepercayaan)
:
Ontologi (dari bahasa Yunani ta onto = metaphisica = being + logos = sistem, teori) Radikal (dari bahasa Latin radix = akar)
:
Sekularisme (dari bahasa Latin seculum = duniawi)
:
Spekulatif (dari bahasa Inggris speculum, specula = sifat atau keadaan memantul) Transendental (dari bahasa Inggris transcend = melampaui, mengatasi) Weltanschauung (dari bahasa Jerman welt = dunia + anschauung = pandangan)
:
:
:
:
tetapi dalam satu kesatuan. cara pandang berdasarkan kepercayaan pada sesuatu menurut cerita, legenda, dan yang misterius menentukan atau memengaruhinya. bagian utama filsafat yang mengkaji hakikat ada dan berada dalam arti kesemestaan, yakni esensi realitas atau substansi. pemikiran filosofis tentang cara untuk memperoleh hakikat kebenaran segala sesuatu yang ada secara tuntas menyeluruh sampai akar-akarnya. suatu aliran filsafat yang berpandangan pengutamaan pemisahan realitas kehidupan manusia di dunia semata atau duniawi antara budaya (profan) dan negara dunia dengan agama (sakral, suci). cara dan sifat berpikir, menerka, menerawang, dan menafsirkan segala sesuatu, baik ruang, waktu, maupun masa depan dengan renungan spiritual dan transendental. cara berpikir filosofis spiritual yang melampaui dan mengatasi batas-batas alamiah dan duniawi. filsafat hidup, pandangan hidup manusia tentang dirinya dan dunianya atau lingkungan hidupnya di dunia alam semesta raya ini.
1.41
PKNI4316/MODUL 1
Daftar Pustaka Achmadi, Asmoro. 1997. Filsafat Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Anshari, Endang Saefudin. 1970. Kuliah Al-Islam. Bandung: Pustaka Perpustakaan Salman ITB. Bakry, Hasbullah. 1961. Di Sekitar Filsafat Skolastik Islam. Solo: AB Sitti Syamsiah. Bertens. 1975. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. ______. 1976. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Brouwer, et.al. 1986. Sejarah Filsafat Modern dan Sejamannya. Fung Yu Lan. 1960. Sejarah Pendek Filsafat Tiongkok, terj. Poedjiutomo. Yogyakarta. Hadijuwono, Harum. 1971. Sari Filsafat India. Jakarta: BPK. Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Ishak, Muslim. 1980. Tokoh-tokoh Filsafat Islam dari Barat (Spanyol). Surabaya: Bina Ilmu. Ismail, Fuad Farid dan Abdul Hamid Mutawali. 2012. Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat dan Islam). Yogyakarta: IRCiSOD. Ismaun. 1976. Problematika Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia. Bandung: Karya Remadja. Knelle, George F. 1971. Introduction to the Philosophy of Education. New York: John Wiley & Sons, Inc.
1.42
Filsafat Pancasila
Kuswanjono, Arqom. 2009. Integrasi Ilmu & Agama. Yogyakarta: Badan Penerbitan Filsafat UGM. Nasroen, Muhammad. 1968. Falsafah Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. Notonagoro. 1968. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Jakarta: Pantjuran Tujuh. Poedjawijatna. 1966. Pembimbing ke Alam Filsafat. Jakarta: Pembangunan. Pronggodigdo (ed). 1972. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius. Sunoto. 1982. Mengenal Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UI. Suriasumantri, Jujun S. 2000. Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar Harapan.