DOK: SL.PHT.J.M.-7
PENGENALAN DAN IDENTIFIKASI HAMA PENYAKIT TANAMAN JAMBU METE
DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN DIREKTORAT BINA PERLINDUNGAN TANAMAN 1995 1
2
KATA PENGANTAR Buku Pengenalan dan Identifikasi Hama Penyakit Tanaman Jambu Mete ini merupakan salah satu materi pada Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) pada tanaman jambu mete. SL-PHT untuk Pemandu Lapang (PL) I dimulai pada tahun anggaran 1994/1995 di Bali. Para peserta PL-1 akan memandu petugas lapang sebagai PL-II didaerahnya masingmasing pada tahun anggaran 1995/ 1996. Selanjutnya PL-II akan memandu kelompok tam dilahannya. Buku ini disusun sebagai pegangan para petugas/peserta SL-PHT yang dilengkapi dengan gambar/photo untuk lebih memudahkan peserta dalam memahami/mengenal hama penyakit di lapangan. Dalam penyusunan buku ini, Direktorat Bina Perlindungan Tanaman memperoleh masukan/bahan-bahan dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor dan Pusat Penelitian Perkebunan Getas. Untuk itu kepada Ir. Elyda Wikardi MS dan Dr. Ir. Sukirman diucapkan banyak terima kasih. Kami menyadari masih banyak dijumpai kekurangan dalam penyusunan buku ini. Saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan dalam penyempurnaan buku ini, untuk keberhasilan pengawalan hama penyakit jambu mete dimasa yang akan datang.
Jakarta, Agustus 1995 Direktur Bina Perlindungan Tanaman,
Ir. H. Basran Madry NIP. 460 009 171 3
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................i DAFTAR ISI.........................................................................................ii DAFTAR GAMBAR............................................................................iii PENDAHULUAN.................................................................................1 HAMA-HAMAPENTING PADA TANAMAN JAMBU METE...........2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Cricula trifenestrata Helfer.............................................................2 (Lepidoptera: Saturnidae) Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae)...............................................6 Acrocercops syngramma Meyrick...................................................7 (Lepidoptera: Lithocolletidae) Nephopteryx sp. (Lepidoptera: Pyralidae)........................................10 Aphis nigricans Van der Goot (Homoptera: Aphididae).................11 Ferrisia virgata Ckll. (Homoptera: Coccidae)................................14 Hama-hama lainnya.........................................................................15
PENYAKIT-PENYAKITPENTING PADA TANAMAN JAMBU........19 1. Penyakit pada pembibitan dan pertanaman.........................................19 a. Busuk tunas (damping off), Phytophtora palmivora........................19 b. Busuk akar, Phythium ultium..........................................................21 c. Jamur akar putih, Rigidoporus lignosus...........................................23 2. Penyakit pada pucuk, daun dan bunga a. Bercak daun (Anthracnosa),Colletotrichum gloeosporioides..........23 b. Bercak daun, Phytophthora sp........................................................27 3. Penyakit pada buah dan gelondong mete............................................27 a. Busuk buah, Aspergillus tamari.......................................................27 4
DAFTAR GAMBAR .
Halaman
Gambar Hama-hama penting 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Ngengat jantan dan betina Cricula trifenestrata............................3 Telur Cricula trifenestrata.............................................................3 Ulat Cricula trifenestrata yang baru menetas...............................4 Ulat Cricula trifenestrata instar 3 menyerang daun tua................4 Gejala serangan ulat Cricula trifenestrata....................................5 Ulat Cricula trifenestrata pada pertumbuhan penuh....................5 Pupa dan kepompong Cricula trifenestrata..................................5 Imago Helopeltis ..........................................................................8 Gejala serangan awal pengorok daun, Acrocercops......................8 Gejala serangan berat pengorok daun, Acrocercops syngramma...................................................................................8 Ulat pengorok daun, Acocercops syngramma...............................9 Imago pengorok daun, Acrocercops syngramma..........................9 Gejala serangan Nephopteryx pada buah........................................10 Buah yang busuk akibat serangan Nephopteryx..............................10 Biji jambu mete yang terserang Nephopteryx.................................12 Gejala serangan kutu Ahjos sp. ......................................................13 Serangan kutu Aphis nigricans pada pucuk....................................13 Kutu Aphis nigricans yang tidak bersayap......................................13 Serangan Aphis sp. pada biji...........................................................13 Gejala serangan kutu putih, Ferrisia virgata..................................15 Gejala serangan ulat jengkal...........................................................15 Ulat jengkal.....................................................................................16 Pupa dan imago ulat jengkal...........................................................16 Gejala kerusakan oleh ulat api........................................................16 Ulat api pada jambu mete................................................................16 Ulat penjaring daun jambu mete.....................................................17 Serangan ulat penjaring daun pada bunga.......................................17 Gejala serangan ulat penggulung pucuk..........................................18 5
29. 30. 31. 32.
Ulat dan pupa penggulng pucuk......................................................18 Serangan ulat bulu pada bunga dan buah........................................18 Gejala serangan oleh kumbang........................................................20 Gejala kerusakan oleh tungau daun.................................................20
Penyakit-penyakit penting 33. Tanaman jambu mete yang terserang Jamur Akar Putih...................23 34. Gejala penyakit anthracnosa..............................................................24 a. Bercak berair berwarna merah kecoklatan....................................24 b. Bercak pada daun yang sudah meluas..........................................25 c. Daun muda/pucuk yang terserang mengerut/menggumpal...........25 d. Gejala lie back pada tanaman dewasa..........................................25 e. Daun yang terserang pada tangkainya yang dibelah terdapat garis hitam.............................................................................................25 f. Biji terserang oleh C. gloeosporioides..........................................26 g. Buah yang terserang oleh C. gloeosporioides..............................26
6
PENDAHULUAN Jambu mete merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mendapat prioritas pengembangan pada pelita VI. Hal ini disebabkan karena jambu mete adalah tanaman yang paling cocok dikembangkan didaerah kering atau dilahan yang kurang subur. Data estimasi Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 1993 menyatakan bahwa target luas tanaman jambu mete di Indonesia meliputi 360.839 Ha dengan taksasi produksi sebesar 78.057 ton. Luas areal tersebut bertambah pada tahun-tahun selanjutnya. Seiring dengan pengembangan jambu mete tersebut, masalah gangguan hama dan penyakit menjadi semakin penting pula. Gangguan ini terjadi sejak dipembibitan sampai di penyimpanan. Akibat adanya gangguan ini dapat menggagalkan produksi bahkan dapat mematikan tanaman. Hama-hama penting pada tanaman jambu mete seperti: ulat kipat/kenari, Cricula trifenestrata; kepik pengisap, Helopeltis spp.; pengorok daun, Acrocercops syngramma; ulat, Nephopteryx sp.; kutu, Aphis nigricans dan Ferrisia virgata. Sedangkan penyakit-penyakit utama antara lain: busuk tunas, Phytophthora palmivora; jamur akar putih, Regidoporus lignosus; busuk akar, Pythium ultimum; bercak daun, Colletotrichum gloesporioides dan Phytophthora sp. serta busuk buah, Aspergillus tamari. Agar penanganan hama penyakit tanaman jambu mete dapat berhasil dengan baik, maka hal pertama yang perlu diketahui adalah jenis hama penyakit tersebut. Jenis hama penyakit dapat diketahui melalui Pengenalan dan Identifikasi.
7
HAMA-HAMA PENTING PADA TANAMAN JAMBU METE 1. Cricula trifenestrata Helfer (Lepidoptera: Saturniidae) Hama ini disebut juga ulat kipat atau ulat kenari. Ulat hama ini sangat rakus dan bersifat polifag. Selain jambu mete ulat ini juga menyerang kenari, alpukat, jambu, kedondong, mangga, kakao, dan kayumanis.
Ngengat Ngengat berwarna coklat agak kemerahan, aktif malam hari dan tertarik pada cahaya lampu. Ngengat betina berukuran lebih besar dan berwarna lebih tua dari yang jantan, rentang sayap antara 61,6 - 84,2 mm dengan 3 bercak transparan pada sayap depan (gambar 1). Ngengat bukan penerbang yang baik dan berumur sekitar 1 - 5 hari. Ngengat betina mulai bertelur pada hari kedua. Ngengat betina yang tidak kawin juga bertelur meskipun tidak menetas. Siklus hidup dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara dengan rata-rata 63 - 77 hari.
Telur Telur diletakkan oleh induknya secara teratur, disusun rapi pada pinggiran daun sebelah bawah atau tangkai daun dalam jumlah yang banyak (gambar 2). Jumlah telur mencapai 200 - 325 butir per induk dengan fertilitas tinggi. Telur yang baru diletakkan berwarna putih agak kuning muda kemudian menjadi kelabu. Bentuk telur bulat agak gepeng yang mempunyai noda atau titik hitam pada salah satu ujungnya. Telur menetas setelah 7 hari. Stadia telur sekitar 8 - 11 hari.
8
Gambar 1. Ngengat jantan dan betina Cricula trifenestrata
Gambar 2. Telur Cricula trifenestrata
9
Ulat Ulat yang baru menetas berwarna kuning muda, bergerombol makan kulit telur (gambar 3). Setelah ganti kulit ulat instar ke-2 ini mulai menyerang daun muda dari bagian bawah secara bergerombol dan akhirnya juga menyerang daun tua (gambar 4). Ulat yang lebih besar makan seluruh bagian daun kecuali tulang daun (gambar 5), sehingga tanaman akan gundul. Pada pertumbuhan penuh (instar 5) ulat mempunyai strip merah dan bintik-bintik putih yang penuh dengan bulu-bulu halus berwarna putih (gambar 6). Bagian kepala dan perut sebelah bawah serta ujung abdomen berwarna merah. Pada pertumbuhan penuh ukuran ulat dapat mencapai 5 - 7 cm. Stadia ulat sekitar 25 - 35 hari. Menjelang berkepompong ulat tidak makan, bergerombol dan berbondong-bondong mencari tempat yang cocok untuk berkepompong.
Gambar 3. Ulat Cricula trifenestrata yang baru menetes
Gambar 4. Ulat Cricula trifenestrata instar 3 menyerang daun tua
10
Gambar 5. Gejala serangan ulat Tricula trifenestrata
Gambar 6. Ulat Cricula trifenestrata pada pertumbuhan penuh
Gambar 7. Pupa dan kepompong Cricula trifenestrata
11
Kepompong Kepompong berbentuk jala yang rapat berwarna kuning emas. Pupa berwarna coklat (gambar 7). Dalam keadaan normal stadia pupa antara 21 - 26 hari, tetapi apabila keadaan tidak menguntungkan dapat sampai 2 - 3 bulan. 2. Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae) Ada 3 species Helopeltis yang diketemukan pada tanaman jambu mete, yaitu: H. schoutedeni Reuter, H. anacardii Miller, dan H. antonii Signoret. Nympha dan imago mengisap cairan tumbuhan pada daun, pucuk muda, tunas, bunga, biji/gelondong, dan buah. Air liurnya sangat beracun dan tempat yang terkena menjadi melepuh dan berwarna coklat tua. Buah yang terserang berbecak coklat/hitam. Serangan pada gelondong dapat mengakibatkan gugur. Daun yang terserang terhambat pertumbuhannya dan menjadi kering. Kadangkala bekas tusukan serangga ditandai oleh keluarnya gum. Serangan yang parah pada tunas dapat mengakibatkan kematian pucuk. Bunga-bunga yang terserang berubah menjadi hitam dan mati. Populasi hama ini mencapai puncaknya pada akhir musim hujan. Nympha dan Imago Ciri khas serangga ini adalah adanya jarum yang tegak pada bagian toraks/ punggung. Hantonii berwarna coklat kemerahan dengan kepala hitam, toraks merah dan perut warna hitam dan putih dengan ukuran sekitar 7 - 10 mm dan antena hampir dua kali lebih panjang (gambar 8). Nympha terdiri lima instar diselesaikan dalam waktu 10 hari. Imago betina dapat hidup selama 7 hari sedangkan yang jantan rata-rata selama 9,5 hari. Total siklus hidup antara 22 - 35 hari tergantung kondisi daerah setempat.
12
Telur Telur diletakkan pada pucuk daun dan pada jaringan muda yang masih lunak. Jumlah telur sebanyak 25 butir. Sepasang benang nafas halus yang menonjol keluar menandakan adanya telur di dalam jaringan tersebut. Telur berwarna putih krem. Stadia telur sekitar 6 - 7 hari. 3. Acrocercops syngramma Meyrick (Lepidoptera: Lithocolletidae) Species ini dikenal sebagai ulat pengorok daun yang polifag dan lebih menyukai daun muda. Ulat pengorok daun ini muncul pada fase vegetatif pertumbuhan tanaman. Akibat serangan akan terjadi liang yang berliku-liku pada daun yang dimakan. Ulat akan membuat lubang keluar pada epidermis daun, setelah lebih kurang dua minggu ulat memakan jaringan mesofil daun sehingga lapisan epidermis mengelupas (gambar 9). Bila hal ini terjadi maka ulat akan keluar dari rongga daun dan membuat rongga baru. Selanjutnya bagian daun yang dimakan akan kering dan gugur (gambar 10).
13
Gambar 8. Imago Helopeltis
Ganmbar 9. Gejala serangan awal pengorok daun, Acrocercops syngramma
Gambar 10. Gejala serangan berat pengorok daun, Acrocercops syngramma
Telur Telur diletakkan oleh induknya satu persatu pada permukaan daun-daun muda, berbentuk bulat telur dan pipih. Ulat Ulat yang baru menetas berwarna putih, segera mengorok di antara epidermis daun bagian atas dan bawah. Instar muda ulat ini berwarna hijau kekuningan, sedang instar tuanya berwarna jingga (gambar 11) dan akhirnya merah dengan panjang sekitar 6 mm. 14
Ulat-ulat yang muda berdiam dalam daun-daun muda sehingga daun tampak bengkok-bengkok. Akhirnya ulat menjatuhkan diri ke tanah untuk memasuki masa pupa. Pupa Pupa terjadi di dalam tanah. Stadia pupa sekitar 7 - 9 hari. Imago Imago berukuran kecil, warna hiiau/kelabu perak (gambar 12).
Gambar 11. Ulat pengorok daun, Acrocercops syngramma
Gambar 12. Imago pengorok daun, Acrocercops syngramma
15
4. Nephopteryx sp. (Lepidoptera: Pyralidae) Ulat-ulat muda hama ini menyerang sambungan antara buah dan biji (gambar 13), menggerogoti epidermis, dan kemudian membuat liang di dalamnya. Mulut-mulut liang tersebut sangat kecil dan disumbat dengan hasil ekskresi. Semua fase buah sejak awal sampai akhir pembuahan dapat diserang dan dapat membusukkan biji dan buah (gambar 14).
Gambar 13. Gejala serangan Nephopteryx pada buah
Gambar 14. Buah yang busuk akibat serangan Nephopteryx
16
5. Aphis nigricans Van der Goot (Homoptera: Aphididae) Salah satu kutu yang sering ditemukan pada tanaman jambu mete, yaitu A. nigricans. Gejala kerusakan akibat serangan kutu ini belum nyata terlihat (gambar 16). Kutu ditemukan menggerombol pada pucuk daun muda (gambar 17). Di lapangan ditemukan baik kutu yang bersayap maupun yang tidak bersayap. Pada umumnya apabila populasi kutu masih rendah dan belum ada kompetisi tempat dan makanan, maka kutu yang ada tidak bersayap. Namun apabila populasinya sudah tinggi sehingga terjadi persaingan tempat dan makanan maka akan terbentuk kutu bersayap untuk berpindah ke tempat lain. Kutu tersebut memiliki warna tubuh coklat tua dengan sepasang mata hitam (gambar 18). Tungkai berwarna keputih-putihan dengan warna hitam pada tarsus dan ujung tibia. Antena lebih pendek dari tubuh dan sedikit ditumbuhi rambut. Pada yang tidak bersayap antenanya tidak memiliki sensoria, sedang yang bersayap terdapat satu sensoria pada ruas antena yang ke-4. Kauda dan kornikel berwarna hitam. Pada kutu yang tidak bersayap kornikel lebih panjang dari kaudanya. Pada ruas kedua dari toraks dan ruas ketujuh dari abdomen terdapat bintil kecil. Aphis sp. dapat juga menyerang biji (gambar 19). Buah muda yang terserang akan jatuh dan kosong, sedangkan buah tua menjadi tidak penuh dan mutunya rendah. Dalam biji, ulat memakan keping biji (gambar 15).
17
Ngengat Ngengat mempunyai rentang sayap 15 - 20 mm. Sayap depan berwarna hitam kotor, sayap belakang berwarna putih pucat. Imago betina berwarna lebih pucat daripada yang jantan. Siklus hidup hama ini sekitar 45 - 65 hari. Ulat Ulat yang baru menetas berwarna merah muda dengan panjang 2,5 mm. Ulat yang telah tumbuh penuh akan jatuh ke tanah dan menjalani masa pupa. Pupa Pupa berada dalam kokon yang terbuat dari masa tanah dipermukaan tanah. Stadia pupa berlangsung sekitar 8 - 10 hari.
Gambar 15 Biji jambu mete yang terserang Nephopteryx
18
Gambar 16. Gejala serangan kutu Aphis sp.
Gambar 17. Serangan kutu Aphis nigricans pada pucuk
Gambar 18. Kutu Aphis nigricans yang tidak bersayap
Gambar 19. Serangan Aphis sp. pada biji
19
6. Ferrisia virgata Ckll. (Homoptera: Coccidae) Hama ini polifagus pada banyaktanaman, seperti singkong, lamtoro, kakao, kopi, jute, kapas, jeruk, tomat, dan alpukat. Kutu ini mengelompok pada ujung-ujung tunas, daun (gambar 20), bunga, serta buah, kemudian mengisap cairan tanaman. Serangan berat kutu ini dapat mengakibatkan gugurnya bagian tanaman yang diserang, seperti daun, dan mengeringnya bunga. Daun yang terserang dapat terjadi pada daun muda maupun daun tua. Hama ini dirangsang oleh cuaca kering dan ledakan hama dapat terjadi setelah musim kering panjang. Pada tanaman yang terserang kutu lilin ini umumnya dijumpai kerumunan semut hitam atau semut rangrang. Hama ini sering berasosiasi dengan cendawan Capnodium sp. yang menyerang dibagian atas daun. Nympha dan Imago Induk betinanya bertelur 300 - 400 butir yang menetas dalam waktu beberapa jam. Nympha muda dapat bergerak dengan cepat. Nympha tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 6 minggu. Betina dewasa bentuknya khas dengan sepasang garis gelap memanjang di tengah, dan ekornya panjang seperti benang,lilin yang mengkilatserta sekresi bubukan lilin, sehingga tubuhnya diliputi oleh benang-benang putih yang dihasilkannya. Siklus hidup seluruhnya sekitar 40 hari.
20
Gambar 20. Gejala serangan kutu putih, Ferrisia virgata
7. Hama-hama lainnya Hama lain yang sering dijumpai pada tanaman jambu mete, seperti: ulat jengkal (Lepidoptera: Geometiidae), ulat api (Lepidoptera), ulat penjaring daun (Lepidoptera: Pyralidae), ulat penggulung pucuk (Lepidoptera: Pyrarilade), ulat bulu (Lepidoptera: Lymantriidae), kumbang daun (Coleoptera: Curculionidae), dan tungau daun (Arachnida: Tetranychidae)
Gambar 21. Gejala serangan ulat jengkal
21
Gambar 22. Ulat jengkal
Gambar 23. Pupa dan imago ulat jengkal
Gambar 24. Gejala kerusakan oleh Gambar 25. Ulat api pada jambu ulat api mete
22
Gambar 26. Ulat penjaring daun jambu mete
Gambar 27. Serangan ulat penjaring daun pada bunga
23
Gambar 28. Gejala serangan ulat penggulung pucuk
Gambar 29. Ulat dan pupa penggu lung pucuk
Gambar 30. Serangan ulat bulu pada bunga dan buah
24
PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN JAMBU METE Secara umum jenis penyakit yang menyerang tanaman jambu mete adalah: Penyakit pada pembibitan dan pertanaman Penyakit pada pucuk dan bunga Penyakit pada daun Penyakit pada buah semu maupun gelondong mete 1. Penyakit Pada Pembibitan dan Pertanaman a. Nama penyakit : Busuk tunas (damping off) Penyebab
: Phytophthora palmivora Butler
Gejala penyakit : Bibit yang terserang menjadi pucat dan terlihat seperti kekurangan air dengan jaringan berwarna gelap sepanjang tangkai. Penyakit akan menjalar ke bagian atas dan menyerang akar, daun seperti kering. Pada kasus yang lebih parah daun juga menunjukkan gejala seperti terendam air, membengkak dan layu. Bibit akan roboh dan akhirnya busuk. Pengendalian
: Bibit yang menunjukkan gejala serangan, segera dicabut dan dibakar atau dipendam. Sebelum disulam tanah disekitar bekas lubang dicampur kapur dan kemudian disiram larutan ZA. Memperbaiki saluran drainase dan atau mengurangi kelembaban pembibitan.
25
Gambar 31. Gejala serangan, oleh kumbang
Gambar 32. Gejala kerusakan oleh tungau daun
26
b. Nama penyakit Penyebab
: Busuk akar : Pythium ultimum Tron
Gejala penyakit : Menguningnya daun bagian bawah dan tanaman menjadi kerdil. Bibit menunjukkan pembusukan perakaran dengan infeksi mulai dari ujung akar. Bibit yang kerdil hanya akan bertahan sementara, akhirnya mati. Bibit yang ditanam dalam kantong plastik dan berumur 4 - 6 minggu sangat rentan terhadap penyakit ini. Pengendalian
: Bibit yang terserang dibongkar dan dibakar, bibit disekelilingnya diberi fungisida yang efektif untuk P. ultimum. Memperbaiki saluran drainase dan atau mengurangi kelembaban kebun.
c. Nama penyakit : Jamur Akar Putih (JAP) Penyebab
: Rigidoporus lignosus
Penyakit ini dapat menyerang tanaman mulai dari pembibitan sampai tanaman dewasa. Gejala penyakit : Tajuk daun berwarna pucat, kuning dan kusam, akhirnya kering dan gugur, sehingga tajuk tanaman tinggal rantingnya saja. Bila perakaran dibuka, terlihat permukaan akar ditumbuhi miselium jamur atau rhizomorf berwarna putih yang akan berubah menjadi kuning gading. Untuk mendeteksi adanya serangan JAP ini, dapat,dilakukan dengan menutup leher akar tanaman dengan serasah (mulsa). Setelah 3 minggu pada leher akar tanaman yang terserang akan ditumbuhi rhizomorf.
27
Menurut perkembangan gejala tersebut dapat dibagi 3 tingkatan: a. Tingkat I
: Belum terlihat gejala pada tajuk, tetapi pada leher akar sudah terdapat rhizomorf.
b. Tingkat II
: Sudah terlihat gejala pada tajuk, kulit akar sebagian kecil telah membusuk.
c. Tingkat III : Tajuk mulai menipis, kulit dan kayu akar sebagian besar mulai membusuk. d. Tingkat IV : Tanaman mati, akar membusuk Pengendalian : - Pada areal baru (pembukaan lahan baru) dilakukan rangkaian tindakan sebagai berikut - Eradikasi akar- akar tanaman yang berkayu - Penanaman bibit yang sehat - Perlakuan tanaman/bibit dengan biofungisida. Sedang pada areal pertanaman dilakukan rangkaian tindakan sebagai berikut: - Perbaikan kultur teknis - Pengamatan/pemantauan secara dini - Pemotongan/sanitasi akar sakit - Perlakuan biofungisida/hayati - Perlakuan fungisida/kimiawi
28
Gambar 33. Tanaman jambu mete yang terserang Jamur Akar Putih
2. Penyakit pada pucuk, daun dan bunga a. Nama penyakit : Bercak daun (Anthracnosa) Penyebab
: Colletotrichum gloeosporioides
Penyakit ini juga dapat menimbulkan mati pucuk (die back), selain itu juga menyerang daun muda (bercak daun), bunga, buah dan biji. Gejala penyakit : Pada awalnya terlihat berair berwarna merah kecoklatan dengan halo (lingkaran keliling) warna kuning disekitar bercak yang akan terus meluas dan bagian yang terserang menjadi berbintik kecil-kecil. 29
Daun yang muda akan mengerut, biji dan buah akan lapuk dan keriput, bunga menjadi hitam dan gugur. Kematian pucuk yang berlangsung terus menerus selama beberapa tahun mengakibatkan gejala kerdil dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian
: - Tindakan kultur teknis yaitu dengan cara mengurangi kelembaban udara di kebun, pemupukan yang optimal dan pangkasan sanitasi. - Penyemprotan fungisida yang berbahan aktif zinc carbamate, copper oxychlorida, captafol, carbendazim, carbendazim + carbamat dan atau fungisida sistemik theophanate.
Gambar 34. Gejala penyakit anthracnosa
Gambar 34 a. Bercak berair berwarna merah kecoklatan
30
Gambar 34 b. Bercak pada daun yang sudah meluas.
Gambar 34 d. Gejala die back pada tanaman dewasa
Gambar 34 C. Daun muda/pucuk yang meluas
Gambar 34 e. Daun yang terserang pada tangkainya yang dibelah terdapat garis hitam
31
Gambar 34 f. Biji terserang oleh C. gloeosporioides
Gambar 34g. Buah yang terserang oleh C. gloeosporioides
32
b. Nama penyakit Penyebab
: Bercak daun : Phytophthora sp
Gejala penyakit
: Pada daun akan timbul bercak coklat kemerahan hingga coklat kehitaman. Bercak akan memanjang sepanjang ibu tulang daun dan kemudian menyebar ke tulang daun utama dan helai daun. Daun akan cepat rusak dan gugur.
Pengendalian
: - Tindakan kultur teknis, yaitu dengan cara mengurangi kelembaban udara di kebun, pemupukan yang optimal dan pangkasan sanitasi. - Aplikasi fungsida yang direkomendasikan.
3. Penyakit pada buah dan gelondong a. Nama penyakit Penyebab Gejala penyakit
: Busuk buah : Aspergillus tamari : Terlihat keluarnya cairan manis yang tidak normal dari buah tanaman, demikian juga pada bagian gelondong metenya. Pada serangan berat buah muda berguguran.
33