PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA PEMBELAJARAN IPA ANAK TUNAGRAHITA SDLB Andriana Wahyu Istanti*1 H. A. Triwidjaja*2 Universitas Negeri Malang Email:
[email protected] 1
Abstract: The purpose of this research was (1) Describing the applying of Picture and Picture Learning Method In Sains Teaching and Learning Process of the third Grade Mental Retardation Students in SDLB B-C Kepanjen, Malang Regency. (2) Describing the activities of the mild mental retardation students in SDLB B-C Kepanjen while they was applying picture and picture method in sains learning. (3) Describing the result of the mild mental retardation stundents in SDLB B-C Kepanjen after they was applying by picture and picture method.This research use class action research (CAR). The result of the pre-research was 54,29 with learning completeness 29%. In the first cycle was about 64,99 with the class learning completeness was 42,86%. While in the second cycle was about 74,29 with the learning completeness was 85,71%. The conclusion of the research was trough Applying Picture and Picture Learning Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan penerapan model pembelajaran picture and picture pada mata pelajaran IPA siswa tunagrahita ringan SDLB B - C Kepanjen Kabupaten Malang, (2) mendeskripsikan aktivitas siswa tunagrahita ringan kelas III SDLB B-C Kepanjen saat diterapkan model pembelajaran picture and picture pada pembelajaran IPA, (3) mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa tunagrahita ringan kelas III SDLB B-C Kepanjen setelah diterapkannya model pembelajaran picture and picture. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil penelitian pratindakan diperoleh rata-rata mencapai 54,29 dengan ketuntasan belajar kelas 29%, siklus I di peroleh hasil rata-rata mencapai 64,99 dengan ketuntasan belajar kelas 42,86%. Sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata kelas mencapai 74,29 dengan ketuntasan belajar kelas 85,71%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran picture and picture hasil belajar IPA siswa tunagrahita ringan kelas III SDLB di SLB B-C Kepanjen dapat ditingkatkan. Kata Kunci: Pembelajaran, IPA, Model Picture And Picture, Tunagrahita
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan formal (sekolah). Depdiknas (2006:484) menyatakan bahwa “Ilmu IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta - fakta, konsep - konsep, atau prinsip - prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari - hari. “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangatlah penting bagi kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari - hari yang berhubungan dengan alam sekitar agar tidak berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar serta dapat memanfaatkannya dengan tepat”. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
169
yang dilakukan oleh peneliti pada guru pengajar kelas III SDLB B-C Kepanjen tanggal 21 Januari sampai dengan 23 Januari 2014, diperoleh fakta bahwa 5 siswa SDLB B-C Kepanjen yang kurang tertarik dengan pelajaran IPA, selama pembelajaran IPA berlangung guru hanya menjelaskan materi secara lisan, tertulis dipapan tulis, guru juga kurang menggunakan media pembelajaran, hanya terpaku pada buku teks, kemudian memberikan tugas menyalin kalimat. Siswa cenderung pasif pada saat diberi tugas oleh guru siswa malas untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa berbicara sendiri dengan teman sebangkunya dan kurang bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Berbagai model pembelajaran sudah diterapkan akan tetapi siswa masih mengalami kesulitan. Berdasarkan data aktivitas diperoleh data sebagai berikut : 57% dari seluruh siswa di kelas, pasif dan tidak menyukai pelajaran ini, dan hanya 43% dari seluruh siswa di kelas yang aktif. Sehingga pada penelitian ini, penulis
170 JURNAL P3LB, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2014: 169 - 174
memfokuskan pada siswa kelas III, karena pada kelas ini siswanya kurang menyukai pelajaran IPA. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, jumlah siswa kelas III adalah sebanyak 7 siswa yang terdiri dari 4 orang siswa putri dan 3 siswa putra, dengan standar kelulusan minimum pada mata pelajaran IPA adalah 65. Ketercapaian hasil belajar siswa dijabarkan dalam data prestasi sebagai berikut : jumlah siswa yang mendapatkan nilai > 65 adalah sebanyak 2 siswa dengan persentase 29% dan jumlah siswa yang mendapatkan nilai < 65 adalah sebanyak 5siswa dengan persentase 71%. Berdasarkan paparan diatas, guru diharapkan menggunakan model pembelajaran yang dekat dengan siswa. Dengan adanya guru yang penuh kreativitas maka akan membuat motivasi belajar siswa lebih baik dan meningkatnya pemahaman materi siswa terhadap mata pelajaran IPA. Untuk menyikapi hal tersebut, guru dapat memanfaatkan model pembelajaran picture andpicture karena dapat membantu siswa untuk belajar dengan baik, dan siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Suyanto (2008:76) “picture and picture adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis”. Berdasarkan karakteristik siswa kelas III yang masih pada tahapan operasional kongkret, model pembelajaran picture and picture ini sangat bermanfaat dan membantu siswa dalam belajar IPA sehingga siswa dapat memahami materi mendeskripsikan bagian - bagian tubuh hewan dan tumbuhan dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran picture and picture pada mata pelajaran IPA siswa tunagrahita ringan SDLB B-C Kepanjen Kabupaten Malang, mendeskripsikan aktivitas siswa tunagrahita ringan kelas III SDLB B-C Kepanjen saat diterapkan model pembelajaran picture and picture pada pembelajaran IPA, dan mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa tunagrahita ringan kelas III SDLB B-C Kepanjen setelah diterapkannya model pembelajaran picture and picture. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan merupakan suatu kegiatan kerja sama sekelompok guru untuk memperbaiki kondisi praktek pembelajaran di dalam kelas sekaligus mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kelas teresebut. Penelitian tindakan kelas harus dilakukan
berulang-ulang sampai tindakan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan yang diharapkan. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa - siswi kelas III tunagrahita di SDLB B - C Kepanjen Kabupaten Malang semester I tahun pelajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa 7, yang terdiri dari 3 siswa putra dan 4 siswa putri. Data diperoleh melalui guru dan siswa. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, tes, dan dokumentasi. Observasi yang dimaksudkan adalah untuk mengetahui aktivitas guru dalam menerapkan pembelajaran dan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran picture andpicture. Sedangkan tes dalam penelitian ini adalah evaluasi pada akhir pembelajaran pada setiap siklus. Instrument yang digunakan adalah lembar observasi dan soal tes untuk evaluasi setiap akhir pembelajaran. Prosedur penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Analisis data dilakukan secara deskriptif baik secara kuantitatif (prosentase dan rata - rata) maupun kualitatif yang telah diperoleh. Data yang dianalisis secara deskriptif kualitatif adalah data yang terdapat pada lembar observasi pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran picture and picture, data keaktifan siswa dikumpulkan melalui panduan observasi (pengamatan) pada lembar observasi aktivitas siswa menggunakan model pembelajaran picture and picture. Data yang dianalisis secara deskriptif kualitatif berupa hasil observasi terhadap pembelajaran yang akan dianalisis dengan beberapa tahapan, diantaranya: pemaparan data, penyederhanaan data, pengelompokan data sesuai dengan fokus masalah dan pemaknaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pelaksanaan model pembelajaran picture and picture pada mata pelajaran IPA kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen materi Bagian-Bagian Tubuh Hewan yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture pada siklus I memperoleh skor ratarata 61 dengan persentase keberhasilan 84,72%, sedangkan pada siklus II memperoleh skor rata-rata 65,5 dengan prosentase keberhasilan 90,98%. Aktivitas belajar siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen Kelurahan Ardirejo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang setelah diterapkan model pembelajaran picture and picture mengalami
Andriana Wahyu, Penerapan Model Pembelajaran ... 171
peningkatan. Peningkatan tersebut di lihat dari hasil observasi pada siklus I yang memperoleh skor ratarata 60,76, dan meningkat pada siklus II menjadi 82,74. Hasil belajar siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran picture and picture pada mata pembelajaran IPA mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil pratindakan yang memperoleh skor rata-rata 54,29 atau 28,57% siswa yang tuntas belajar, siklus I memperoleh skor rata-rata 64,99 atau 42,86% siswa yang tuntas belajar, dan siklus II memperoleh skor rata-rata 74,29 atau 85,71% siswa yang tuntas belajar. Pembahasan Penerapan Pembelajaran IPA Dengan Model Picture And Picture Penerapan model picture and and picture pada siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen Kelurahan Ardirejo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang mengindikasikan bahwa model picture and picture sangat efektif untuk meningkatkan pembelajaran. Sebelum menggunakan model picture and picture pembelajaran IPA hanya terpaku pada guru dengan menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas menyalin. Sedangkan siswa pada saat pembelajaran hanya mendengarkan dan menyalin tulisan yang diberikan oleh guru, maka aktivitas siswa tidak dapat berkembang. Sebaliknya dengan menggunakan model pembelajaranpicture andpicture, guru lebih berperan sebagai pembimbing siswa, jadi dalam pembelajaran siswa yang lebih aktif berpikir dalam pembelajran. Hal ini disesuaikan dengan pendapat Nurwahidah (2011) picture and picture dipandang sebagai “a) melatih siswa tidak sekedar menghafal suatu materi pembelajaran tetapi juga mengetahui alasan mengungkapkan ide pendapatnya, b) siswa cepat tanggap atas materi yang disampaikan karena diiringi dengan gambargambar, c) memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan oleh guru ketika menyampaikan materi pelajaran, d) siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan bagi mereka atas tugas yang diberikan guru karena berkaitan dengan permainan mereka sehari-hari yakni main gambar-gambar, e) adanya saling berkompetensi antar kelompok dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan oleh guru sehingga suasana kelas terasa hidup, f) siswa lebih kuat mengingat konsep-konsep atau atau bacaan yang ada pada gambar, g) menarik bagi siswa dikarenakan
pembelajaran menggunakan dalam gambar-gambar, h) guru lebih mengetahui kemampuan masingmasing siswa, melatih berpikir logis dan sistematis”. Melalui pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture secara tidak langsung mengasah kemampuan berpikirnya dalam mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis. Dalam penelitian ini penerapan model picture and picture dapat diukur keberhasilannya dari lembar observasi penerapan model picture and picture. Lembar observasi tersebut menilai ketepatan pembuatan RPP dan keberhasilan guru dalam penerapan model picture and picture. skor yang diperoleh saat penerapan pembelajaran dengan model picture and picture pada dua siklus yang digunakan. Perolehan analisis data guru dalam menerapkan pembelajaran sesuai dengan model picture nad picture ini mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus II pertemuan I dan pertemuan 2. Pada siklus II pertemuan I memperoleh skor 64 dengan prosentase keberhasilan 88,89% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik. Sedangkan pada siklus II pertemuan 2 skor perolehan dalam penerapan model picture and picture ini juga mengalami peningkatan yaitu memperoleh skor 67 dengan prosentase keberhasilan 93,06% yang termasuk kategori sangat baik. Rata-rata yang diperoleh dalam siklus II yaitu dengan prosentase keberhasilan 90,98%. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa guru berhasil dalam menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan model picture and picture. Dalam penerapan model picture andpicture pada siklus I pencapaiannya belum maksimal, dikarenakan masih banyak siswa yang belum mengrti dalam memahami maksud LKS dan masih banyak siswa yang hanya melihat temannya mengerjakan LKS. Siklus II, didasarkan pada hasil refleksi dari siklus I, sehingga kendala-kendala yang ada pada siklus I telah diatasi dan diantisipasi pada siklus II, maka ketercapaian model picture and picture lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Hal ini diperkuat dengan pendapat Trianto (2010:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan”.
172 JURNAL P3LB, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2014: 169 - 174
Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran IPA Dengan Model Picture And Picture Aktivitas siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen Kelurahan Ardirejo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang meningkat selama pembelajaran menggunakan model picture and picture. Aktivitas siswa sebelum menggunakan model pembelajaran picture and picture cenderung ramai sendiri dan berkeliling kekelas lain, sedangkan setelah menggunakan model picture and picture aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA lebih meningkat bila dibandingkan sebelum menggunakan model pembelajaran picture and picture. Dalam pembelajaran model picture and picture siswa aktif bekerja kelompok, berdiskusi, demonstrasi dn tanya jawab. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat D. Dierich dalam Hamalik (2007:90-91) antara lain “1) Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambargambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran mengamati orang lain yang bekerja atau bermain; 2) kegiata-kegiatan lisan: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara atau diskusi; 3) kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio; 4) kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat sketsa atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket; 5) kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram peta, pola; 6) kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, simulasi; 7) kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, membuat keputusan; 8) kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani dan tenang”. Jadi pembelajaran dengam menggunakan picture and picture dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa hal ini dikarenakan dalam pembelajaran diutamakan keterlibatan langung dari siswa, sedangkan guru hanya sebagi pembimbing dan kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa setiap siswa yang mengalami peningkatan aktivitas sebanyak 7 siswa, dan tidak ada siswa yang mengalami penurunan aktivitas, jadi semua aktivitas siswa meningkat. Kreteria aktif diperoleh dari dari aktivitas belajar siswa yang sesuai dengan model picture and picture antara lain
mengurutkan gambar, mengungkapkan alasan, mengungkapkan konsep, menyimpulkan. Aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan picture and picture meningkat karena dalam pembelajaran didesain berpusat pada siswa. Hal ini diperkuat dengan kelebihan dari model picture and picture yaitu kelebihan dari model picture and picture yaitu model ini diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada siswa. Siklus I rata-rata klasikal yang didapat yaitu 77,38% yang termasuk dalam kategori baik. Aktivitas siswa meningkat pada siklus II mendapatkan ratarata klasikal 88,09% yang termasuk dalam kategori sangat baik pernyataan diatas membuktikan bahwa penerapan model picture and picture pada mata pelajaran IPA dengan materi “Bagian-Bagian Utama Tubuh Hewan (Kepala, Badan, Dan Kaki)” siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen aktivitas siswa meningkat. Hasil Belajar Siswa Selama Pembelajaran Ipa Dengan Model Picture And Picture Berdasarkan hasil observasi terhadap pembelajaran IPA materi “Bagian-Bagian Utama Tubuh Hewan (Kepala, Badan, Dan Kaki)” siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen, hasil belajar siswa belum memenuhi KKM yang ditetapkan, yaitu 65. Dari hasil pre test yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa siswa yang tuntas belajar 2 siswa atau 29% dari 7 siswa, maka dapat dikatakan bahwa siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen belum tuntas belajar IPA materi “Bagian-Bagian Utama Tubuh Hewan (Kepala, Badan, Dan Kaki)”. Hasil belajar siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen mengalami peningkatan setelah diterapkan model picture and picture adapun deskripsi hasil belajar siswa siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 sebanyak 7 siswa. Pada siklus I pertemua ke-1 dapat dianalisis siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 3 atau 42,86% dengan kreteria cukup, pada siklus I pertemuan ke-2 siswa yang tuntas belajar sebanyak 5 atau 71,43% dengan kreteria baik. Pada siklus II pertemuan ke-1 siswa yang tuntas belajar sebanyak 6 siswa atau 85,71% dengan kreteria sangat baik, pada siklus II pertemuan ke-2 siswa yang tuntas belajar sebanyak 6 siswa atau 85,71% dengan kreteria sangat baik.pernyataan diatas membuktikan bahwa penerapan model picture and picture pada mata pelajaran IPA dengan materi “Bagian-Bagian Utama Tubuh Hewan (Kepala, Badan, Dan Kaki)” siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen hasil belajar siswa meningkat.
Andriana Wahyu, Penerapan Model Pembelajaran ... 173
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa ditentukan dengan ketuntasan belajar sec belajar secara individual dan secara klasikal. Penguasaan minimal belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara individual, dianggap telah “tuntas belajar” apabila telah mencapai 65% dari jumlah siswa yang mempunyai daya serap 65. Sedangkan secara klasikal dianggap telah “tuntas belajar” apabila mencapai 65% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap. Pada siklus I pertemuan 1 ketuntasan klasikal adalah 62,14%, kurang dari yang ditargetkan yaitu 65% maka siklus I dilanjutkan ke pertemuan 2 dengan harapan ketuntasan belajar dapat tercapai. Sedangkan siklus I pertemuan 2 ketuntasan klasikal adalah 67,85%, lebih dari yang ditargetkan yaitu 65%. Maka pada siklus I ini target ketuntasan kelas sudah tercapai. Meski sudah tercapai tetapi peneliti masih ingin meneruskan pada siklus II pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 karena pada siklus I pertemuan 2 masih ada 2 siswa yang belum tuntas belajar. Diharapkan dengan dilanjutkan pada siklus II pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 semua siswa dapat tuntas belajar. Pada siklus II pertemua ke-1 hasil belajar secara klasikal sudah melebihi target KKM yang sudah ditentukan yaitu 77,38% dari 65%, tetapi penelitian ini masih dilanjutkan pada pertemuan ke-2 dengan pertimbangan masih ada 1 siswa yang belum mencapai SKM. sedangkan pada siklus II pertemuan ke-2 hasil belajar siswa secara kalsikal telah mencapai 88,09% dari target yang ditentukan yaitu 65%. Penelitian ini berhenti pada siklus II pertemuan ke-2 karena target yang dicapai sudah melebihi target yang direncanakan. Pada penelitian ini sebenarnya sudah memenuhi target pada siklus I pertemuan 2 tetapi peneliti masih melanjutkan pada siklus II dengan harapan pada pembelajaran IPA dengan materi “Bagian-Bagian Utama Tubuh Hewan (Kepala, Badan, Dan Kaki)” siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen hasil belajar siswa meningkat menjadi lebih baik. Asumsi yang menyebabkan target ketuntasan hasil belajar siswa telah tercapai pada siklus I pertemua 2 karena disebabkan oleh: siswa sudah pernah mempelajari materi ini sebelum penelitian ini dilakukan sehingga siswa sudah siap untuk belajar pada materi yang sudah pernah diajarkan, selain itu yang kedua adalah soal yang dibuat oleh peneliti banyak varian gambar yang dapat memancing ingatan siswa sehingga siswa merasa mudah dalam mengerjakan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh observer dapat diketahui bahwa ketuntasan individual siswa kelas III Tunagrahita
SDLB B-C Kepanjen sebanya 6 siswa, dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 1 siswa. Siswa yang belum tuntas belajar akan diberi materi tambahan oleh guru kelas. Sedangkan ketuntasan klasikal siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen mencapai 60,75% siklus 1 dan siklus II 82,74% dari keseluruhan siswa. Diasumsikan bahwa siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen pada pelajaran IPA “tuntas belajar”. Penerapan model pembelajaran picture and picture dapat membuat pembelajaran IPA dengan materi “Bagian-Bagian Utama Tubuh Hewan (Kepala, Badan, Dan Kaki)” siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen terkesan menarik dan tidak monoton. Hal ini dibuktikan dengan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa meningkat. Dan diperkuat oleh pendapat Snelbelker (dalam Rusmono, 2012:8) mengatakan bahwa “perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar, karena pada dasarnya adalah bagaimana perilaku sesorang berubah akibat pengalaman. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut : penerapan pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture dapat meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen Kelurahan Ardirejo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Peningkatan ini ditunjukkan pada perolehan tahap pertama menyajikan materi sebagi pengantar siklus I diperoleh 100% dan hasilnya tetap pada siklus II menjadi 100%. Pada tahap kedua menunjukkan atau memperlihatkan gambar berkaitan dengan materi siklus I diperoleh 75% dan meningkat pada siklus II menjadi 100%. Pada tahap ketiga menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis pada siklus I memperoleh 62,5% dan meningkat pada siklus II menjadi 87,5%. Pada tahap keempat menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar siklus I memperoleh 50% dan meningkat pada siklus II menjadi 75%. Pada tahap kelima guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai siklus I memperoleh 87,5% dan meningkat pada siklus II menjadi 100%. Pada tahap terakhir atau tahap Keenam memberikan kesimpulan atau rangkuman siklus I memperoleh 75% dan meningkat
174 JURNAL P3LB, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2014: 169 - 174
pada siklus II menjadi 100%, sedangkan secara klasikal pada siklus I yaitu 84,72% dan meningkat pada siklus II menjadi 90,98%. Aktivitas siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen Kelurahan Ardirejo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang setelah pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture pada pembelajaran IPA meningkat. Peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan hasil aktivitas belajar siswa pada tahap mengurutkan gambar siklus I diperoleh 2,64%, pada siklus II menjadi 2,79%. Pada tahap mengungkapkan alasan pada siklus I memperoleh 2,07%, pada siklus II menjadi 2,57%. Pada tahap mengungkapkan konsep pada siklus I memperoleh 1,14%, pada siklus II menjadi 2,14%. Pada tahap terakhir menyimpulkan pada siklus I memperoleh 1,43%, pada siklus II menjadi 2,43%. Sedangkan secara klasikal semua komponen picture and picture siklus I memperoleh 77,38% menjadi 88,09% pada aiklus II. Hasil belajar siswa kelas III Tunagrahita SDLB B-C Kepanjen Kelurahan Ardirejo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang setelah pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture pada pembelajaran IPA meningkat. Peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan ke 1 siswa yang tuntas belajar sebanyak 3 siswa atau 42,86% dengan kreteria cukup, pada siklus I pertemuan 2 siswa yang tuntas belajar sebanyak 5 atau 71,43% dengan kreteria
baik. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 siswa yang tuntas belajar sebanyak 6 siswa 85,71% dengan kriteria sangat baik dan pada pertemuan 2 siswa yang tuntas belajar sebanyak 6 siswa atau 85,71% dengan kriteria sangat baik. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut : agar persiapan pembelajaran lebih matang dalam penerapan model picture and picture perlu dipersiapkan terlebih dahulu materi-materi yang akan dipelajari oleh siswa. Hal ini akan lebih menambah persiapan dalam penerapan model picture and picture. Alangkah baiknya jika model pembelajaran picture and picture diterapkan pada anak tunarungu. Agar mudah dalam mengkondisikan kelas dan mengorganisasikan kelas dengan baik, guru diharapkan memberikan penguat yang baik untuk memacu keaktifan siswa, selain itu juga siswa diberikan penghargaan berupa hadiah. Selama penerapan model picture and picture supaya pembelajaran tidak membuat siswa jenuh ataupun bosan, guru dapat menggunakan permainan untuk mengalihkan sejenak perhatian siswa setelah itu baru difokuskan perhatian siswa pada pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Luar Biasa Tunagrahita Ringan (SDLB-C). Jakarta: BSNP Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas H a m a l i k , O e m a r. 2 0 0 7 . D a s a r - d a s a r Pengembangan Kurukulu Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu Perlu Untuk Meningkatkan Profesionaltas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia Suyanto. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: PT. Prenada Media