ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENANGANAN HEMOROID DENGAN AKUPUNKTUR TITIK ERBAI (EX-UE 2), CHENGSHAN (BL 57), SANYINJIAO (SP 6) DAN YINLINGQUAN (SP 9) SERTA HERBAL DAUN UNGU (Graptophyllum pictum (L.) Griff.), PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban.) DAN KUNYIT (Curcuma domestica Val.)
RIZA FAUZIYAH NUR ADITYA NIM. 011310413024
PROGRAM STUDI DIII PENGOBAT TRADISIONAL FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENANGANAN HEMOROID DENGAN AKUPUNKTUR TITIK ERBAI (EX-UE 2), CHENGSHAN (BL 57), SANYINJIAO (SP 6) DAN YINLINGQUAN (SP 9) SERTA HERBAL DAUN UNGU (Graptophyllum pictum (L.) Griff.), PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban.) DAN KUNYIT (Curcuma domestica Val.)
Karya Ilmiah Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Pengobat Tradisional
RIZA FAUZIYAH NUR ADITYA NIM. 011310413024
PROGRAM STUDI DIII PENGOBAT TRADISIONAL FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tugas Akhir ini telah diujikan dan dinilai Oleh penguji pada Program Studi D3 Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Pada Tanggal 10 Juni 2016
Panitia Penguji Tugas Akhir Ketua
: Dr. Arifa Mustika, dr., M.Si
Anggota
: 1. Welina Ratnayanti Kawitana, Ir. 2. Maya Septriana, S.Si., Apt., M.Si 3. Neny Purwitasari, S.Farm., Apt., M.Sc
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas segala rahmat, taufik serta hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “PENANGANAN HEMOROID DENGAN AKUPUNKTUR PADA TITIK ERBAI (EX-UE 2), CHENGSHAN (BL 57), SANYINJIAO (SP 6) DAN YINLINGQUAN (SP 9) SERTA PEMBERIAN TERAPI HERBAL DAUN UNGU (Graptophyllum pictum (L.) Griff.), PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban.) DAN KUNYIT (Curcuma domestica Val.).” Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis mendapat banyak bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat: 1.
Maya Septriana S.Si.,Apt,.M.Si selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar membimbing dan memberikan kritik serta saran kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
2.
Neny Purwitasari S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku dosen pembimbing II yang telah turut membimbing dan memberi kritik serta saran kepada penulis dalam penyelesaiaan tugas akhir ini.
3.
Dr. H. Widi Hidayat, M.Si.,Ak selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga
yang
telah
memberikan
kesempatan
yang
besar
untuk
iii TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mendapatkan pendidikan Program Studi DIII Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga. 4.
Prof. Dr. Suhariningsih, Ir., selaku Ketua Program Studi DIII Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.
5.
Seluruh pengajar program studi DIII Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga yang telah memberikan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
6.
Ayah Marijono dan Bunda Sulasmi tercinta, yang selalu memberikan doa, dukungan serta motivasi selama ini kepada penulis dan juga almh. Ibu Eny Juliarti yang selalu menjadi support tersendiri bagi penulis.
7.
Adik Rizaldi, adik Salma dan seluruh keluarga besar serta orang terkasih yang selalu memberikan bantuan dan limpahan doa kepada penulis.
8.
Teman-teman Battra 2013 yang sudah memberikan dukungan, doa, dan masukan dalam mengerjakan tugas akhir ini, serta terima kasih selama ini telah menjadi teman belajar yang menyenangkan.
9.
Adik-adik dan kakak-kakak Battra yang sudah memberikan dukungan dan doanya dalam mengerjakan tugas akhir ini.
10. Seluruh staff pendidikan dan tata usaha program studi DIII Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.
iv TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11. Semua pihak yang telah mendukung dan mendoakan terselesaikannya tugas akhir ini dengan baik. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam tugas akhir ini. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Surabaya,
10 Juni 2016
Penulis
v TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RINGKASAN Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena di dalam pleksus hemmorrhoidalis pada anus (Gami, 2013). Menurut TCM, hemoroid disebabkan oleh makanan pedas dan berminyak, diare kronis dan konstipasi memiliki peran penting pada pembesaran tendon dan pembuluh darah sekitar anus (Yanfu, 2002). Pada studi kasus ini, pasien seorang perempuan usia 20 tahun dengan tinggi badan 160 cm, berat badan 71 kg dan tensi 100/80 mmHg. Keluhan utama pasien adalah rasa panas pada anus dan perdarahan saat BAB. Otot lidah tebal, mengkilap dan terdapat tapal gigi menunjukkan lembab pada tubuh pasien. Otot lidah berwarna merah dengan papila menonjol, terdapat fisura, selaput lidah kuning tipis menunjukkan panas pada tubuh pasien. Diagnosa terhadap pasien ialah hemoroid dengan sindrom lembab panas. Prinsip terapi dengan menghilangkan panas dan lembab, serta mendinginkan darah. Terapi yang digunakan adalah terapi akupunktur pada titik Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6), dan Yinlingquan (SP 9) serta pemberian kombinasi herbal kering daun ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) 5 g, pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) 3 g dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) 5 g. Terapi akupunktur dilakukan 12 x dengan periode seminggu 3x terapi. Terapi herbal berupa infusa dengan dosis 150 ml tiap kali minum dan diberikan 3x sehari setelah makan diberikan selama 28 hari. Berdasarkan penatalaksanaan pada studi kasus ini, disimpulkan bahwa penanganan hemoroid sindrom lembab panas menggunakan titik Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6) dan Yinlingquan (SP 9) dengan kombinasi herbal kering daun ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) 5 g, pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) 3 g dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) selama 28 hari mengurangi gejala hemoroid yaitu pasien tidak mengalami konstipasi, dan tidak terdapat perdarahan saat defekasi.
Kata kunci : Hemoroid, Akupunktur, Daun Ungu, Pegagan, Kunyit
vi TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PENGESAHAN .................................................................
ii
KATA PENGANTAR .............................................................................
iii
RINGKASAN .........................................................................................
vi
DAFTAR ISI ..........................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ...............................................
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................
1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1.3 Tujuan ...................................................................................... 1.4 Manfaat ....................................................................................
1 4 4 4
BAB 2 RIWAYAT PENYAKIT .............................................................
5
2.1 Identitas Pasien ....................................................................... .... 2.2 Pengamatan ............................................................................. .... 2.3 Penciuman dan Pendengaran .................................................. .... 2.4 Anamnesa ............................................................................... .... 2.5 Perabaan ................................................................................. ....
5 5 6 6 7
BAB 3 DASAR TEORI ...........................................................................
9
3.1 Dasar Teori Konvensional ........................................................ 3.1.1 Pengertian Hemoroid ...................................................... 3.1.2 Klasifikasi Hemoroid ..................................................... 3.1.3 Patogenesis Hemoroid .................................................... 3.1.4 Diagnosa Hemoroid ........................................................
9 9 9 11 11
vii TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.1.5 Penyebab Hemoroid ....................................................... 3.2 Dasar Teori Tradisional ............................................................ 3.2.1 Teori YinYang ................................................................ 3.2.2 Teori Wu–Xing ............................................................... 3.2.3 Teori Fenomena Organ ................................................... 3.2.4 Teori Penyebab Penyakit ................................................ 3.2.5 Pengertian Hemoroid secara TCM .................................. 3.2.6 Etiologi Penyebab Hemoroid .......................................... 3.2.7 Deferensiasi Sindrom ..................................................... ... 3.2.8 Terapi Akupunktur ..... .................................................... 3.2.9 Titik Akupunktur .............................................................. . 3.3 Terapi Herbal ............................................................................ 3.3.1 Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) ................ 3.3.2 Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) .......................... 3.3.3 Kunyit (Curcuma domestica Val.) .................................. 3.3.4 Cara Pembuatan Sediaan ............................................ ....... 3.4 Saran Terapi Tradisional Lain ................................................... 3.4.1 Terapi Nutrisi .................................................................. 3.4.2 Terapi Pijat ......................................................................
12 12 12 13 14 19 21 21 21 22 23 23 23 29 35 44 45 45 46
BAB 4 ANALISIS KASUS .....................................................................
47
4.1 Analisis Kasus secara Konvensional ........................................ 4.2 Analisis Kasus secara Tradisional ............................................
47 47
BAB 5 PERAWATAN ...........................................................................
52
5.1 Bentuk Kegiatan ...................................................................... 5.2 Waktu dan Tempat Terapi ........................................................ 5.3 Alat dan Bahan ......................................................................... 5.4 Prosedur ................................................................................... 5.4.1 Persiapan ............................................................... ........... 5.4.2 Tahap Perlakuan Akupunktur .......................................... 5.5 Pembuatan Herbal ....................................................................
52 52 52 53 54 54 56
BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
58
6.1 Hasil ........................................................................................ 6.2 Pembahasan ............................................................................. 6.2.1 Pembahasan Terapi Akupunktur ..................................... 6.2.2 Pemberian Herbal Daun Ungu, Pegagan dan Kunyit ........
58 64 64 67
viii TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 7 PENUTUP ..................................................................................
70
7.1 7.2
Kesimpulan ....................................................................... Saran .................................................................................
70 70
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
71
LAMPIRAN ...........................................................................................
75
ix TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL No
Uraian
Halaman
2.1
Hasil perabaan titik Shu dan Mu
7
2.2
Hasil perabaan nadi
8
3.1
Wu-Xing
14
x TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR No.
Uraian
Halaman
2.1
Pengamatan lidah sebelum terapi
5
3.1
Klasifikasi Hemoroid
10
3.2
Simbol Yin Yang
13
3.3
Hubungan Wu-xing
13
3.4
Erbai (EX-UE 2)
21
3.5
Chengshan (BL 57)
21
3.6
Sanyinjiao (SP 6)
21
3.7
Yinlingquan (SP 9)
22
3.8
Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.)
23
3.9
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.)
29
3.10
Kunyit (Curcuma domestica Val.)
35
6.1
Pengamatan lidah tahap ke-1
62
6.2
Pengamatan lidah tahap ke-2
62
6.3
Pengamatan lidah tahap ke-3
63
6.4
Pengamatan lidah tahap ke-4
63
xi TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Status Pasien Sebelum Terapi ................................................. 75
Lampiran 2
Jadwal Terapi ......................................................................... 95
Lampiran 3
Tabel Perkembangan Terapi ................................................
97
Lampiran 4
Tabel Skala Nyeri ................................................................
98
Lampiran 5
Lembar Inform Consent ................................................. ....
99
Lampiran 6
Dokumentasi Perawatan ................................................. ....
100
xii TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN BAB
: Buang Air Besar
BAK
: Buang Air Kecil
BL
: Bladder
Defisiensi
: Kelemahan
Ekses
: Berlebihan
EX-UE
: Extra Points of The Upper Extrimities
He
: Titik berkumpulnya Qi
Hemoroid
: Wasir / Ambeien
Jing (Cing)
: Intisari
Jin Ye
Cairan tubuh
Mu
: Titik berkumpulnya Qi pada daerah ventral
Pi Qi
: Qi Limpa
Qi
: Energi vital
Shu
: Titik tempat Qi organ terpancar terletak dibelakang tubuh
SP
: Spleen
TCM
: Traditional Chinese Medicine
Wu-xing
: Pergerakan Lima Unsur
Xue
: Darah
Yin Yang
: Dua Aspek atau Pandangan yang Saling Bertentangan (Keseimbangan)
Zhang-Fu
: Organ Padat dan Berongga (Dalam dan Luar)
Zheng Qi
: Qi Daya Tahan
xiii TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diantara banyak penyakit yang disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat adalah hemoroid. Penyakit ini di kenal luas oleh masyarakat dengan sebutan wasir atau ambeien. Hemoroid berasal dari bahasa Yunani yakni Haema (darah) dan rhoos (mengalir). Hemoroid adalah “Pelebaran pembuluh darah vena di dalam pleksus hemmorrhoidalis”. Penyakit ini sering menyebabkan komplikasi dengan inflammasi, thrombosis dan perdarahan (Gami, 2013). Prevalensi hemoroid di Indonesia tergolong cukup tinggi. Di RSCM Jakarta pada dua tahun terakhir, hemoroid didominasi sebanyak 20% dari pasien kolonoskopi. Sedangkan di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang pada tahun 2008 dari 1575 kasus di instalasi rawat jalan klinik bedah, kasus hemoroid mencapai 16% dari seluruh total kasus di instalasi tersebut (Ulima, 2012). Tingginya prevalensi hemoroid disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kurangnya konsumsi makanan berserat, konstipasi, usia, keturunan, kebiasaan duduk terlalu lama, peningkatan tekanan abdominal karena tumor, pola buang air besar yang salah, hubungan seks peranal, kurangnya asupan cairan, kurang olah raga dan kehamilan. Hemoroid juga dapat terjadi akibat proses mengejan berlebihan pada posisi duduk saat defekasi yang berkelanjutan (Ulima, 2012). Hemoroid merupakan kelainan pada daerah anus yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah balik, sehingga jaringan penunjang, selaput lendir dan kulit di sekitar anus dan di atasnya menonjol. Hemoroid ditandai dengan bengkak, 1 TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
rasa panas, gatal, dan rasa tidak nyaman pada anus. Umumnya hemoroid dapat diobati dengan pengobatan sendiri. Akan tetapi, gangguan lainnya pada anus seperti rasa nyeri yang berat, perdarahan, gangguan pola buang air besar (baik frekuensi maupun konsistensi feses), memerlukan pemeriksaan dan pengobatan (InfoPOM, 2014). Menurut ilmu Traditional Chinese Medicine, hemoroid dalam bahasa China disebut Zhi atau Zhi Chuan (Yin dan Liu, 2000). Hemoroid utamanya disebabkan karena terlalu lama duduk, berjalan dalam jarak jauh, aktivitas kerja yang berlebihan, kesukaan pada makanan pedas dan berminyak, diare kronis dan konstipasi memiliki peran penting pada pembesaran tendon dan pembuluh darah sekitar anus, akumulasi lembab panas, stagnasi Qi dan darah pada bagian bawah tubuh (Yanfu, 2002). Terapi akupunktur pada titik dari meridian Lambung, Limpa, Kandung kemih, dan meridian Du adalah pilihan yang sering digunakan pada pengobatan hemoroid ini (Yin dan Liu, 2000). Prinsip terapi untuk pasien adalah dengan teknik sedasi pada titik Erbai (EX-UE 2) untuk mengurangi keluhan hemoroid dan mengurangi rasa pegal pada ekstrimitas atas, titik Chengshan (BL 57) untuk mengurangi keluhan hemoroid dan mengurangi rasa pegal pada ekstrimitas bawah, titik Sanyinjiao (SP 6) dan titik Yinlingquan (SP 9) untuk menghilangkan lembab panas dan mendinginkan darah serta menghentikan perdarahan (Yin dan Liu, 2000). Terapi herbal juga dapat di gunakan sebagai alternatif pengobatan pada penderita hemoroid. Beberapa tanaman yang telah diteliti memiliki aktivitas
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
meringankan gejala hemoroid adalah Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.), Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.). Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) memperlihatkan efek antiinflammasi dan laksansia ringan dengan memperlancar defekasi pada mekanisme kerja antihemoroid (Sumarny, R. et al., 2013). Studi klinis terhadap Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) dalam pengobatan gangguan vena telah menunjukkan efek terapi yang positif. Pasien dengan insufisiensi vena yang diobati dengan ekstrak C.asiatica, diketahui dapat meningkatan perbaikan vena yang bengkak (D. Arora et al, 2002). Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) diketahui memiliki efek analgesik (Neha, S. et al, 2009), antiinflamasi pada tikus dengan penurunan edema sebanyak 50% (Jurenka, J.S., 2009) dan antiinfeksi yang disebabkan oleh bakteri, parasit dan patogen jamur (M.Akram et al, 2010). Selain mendapat terapi akupunktur dan herbal juga mendapat terapi diet tinggi serat dengan tujuan membantu mengurangi gejala hemoroid seperti konstipasi (Dara, 2013). Diet yang dapat diaplikasikan adalah dengan mengkonsumsi ketela kuning karena kandungan serat yang dimilikinya cukup tinggi (Yanuari, 2014). Berdasarkan latar belakang tersebut, akan dilakukan studi kasus pada penderita hemoroid dengan keluhan konstipasi, rasa panas, perih dan nyeri saat BAB serta perdarahan saat BAB. Penanganan pada penderita hemoroid tersebut dilakukan dengan menggunakan terapi akupunktur dan kombinasi herbal daun
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
ungu, herba pegagan dan rimpang kunyit. Dari kombinasi terapi tersebut diharapkan dapat mengatasi hemoroid serta meningkatkan kualitas kesehatan penderita. 1.2 Rumusan Masalah Apakah terapi akupunktur pada titik Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6) dan Yinlingquan (SP 9) serta pemberian kombinasi Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff), Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) dapat mengurangi keluhan hemoroid? 1.3 Tujuan Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui terapi akupunktur pada titik Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6) dan Yinlingquan (SP 9) serta pemberian kombinasi Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff), Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) dapat mengurangi keluhan hemoroid. 1.4 Manfaat Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang penanganan hemorrhoid menggunakan terapi akupunktur titik Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6) dan Yinlingquan (SP 9) serta pemberian kombinasi Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff), Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) sehingga dapat mengembangkan pengobatan komplementer terlebih dengan menggunakan terapi akupunktur dan herbal untuk kasus hemoroid.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 RIWAYAT PENYAKIT 2.1 Identitas Pasien Pasien adalah seorang mahasiswi jurusan pendidikan TK berusia 20 tahun beragama Islam dan bersuku Jawa. Pasien belum menikah dan berdomisili di Sidoarjo. Kegiatan pasien cukup padat, ia berangkat pukul 6.00 untuk mengajar di TK lalu pulang selalu malam setelah selesai kuliah. Dari data pasien didapatkan tinggi badan pasien 160 cm, berat badan 71 kg, dan tensi 100/80 mmHg. 2.2 Pengamatan Pasien dalam keadaan sadar. Ekspresi wajah pasien sedih. Warna wajah kuning kehitaman. Pasien berbadan agak gemuk gerak cenderung lamban, kulit tangan terlihat normal namun kulit wajah berjerawat. Mata simetris tidak berkacamata. Hidung simetris. Telinga simetris. Mulut pasien simetris. Otot lidah tebal, mengkilap, berwarna merah dengan banyak papila yang menonjol, terdapat tapal gigi yang nampak jelas di tepi lidah, terdapat sedikit fisura di tengah lidah dan terdapat selaput kuning tipis di pinggir lidah bagian kiri.
Gambar 2.1 Lidah pasien sebelum diterapi (koleksi sendiri)
5 TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
2.3 Penciuman dan Pendengaran Dalam penciuman tidak terdapat bau menyengat karena bau badan. Tidak dilakukan penciuman feses dan suara pasien terdengar berat dan keras. 2.4 Anamnesa Keluhan utama yang di keluhkan pasien adalah rasa panas, perih dan nyeri pada anus yang menyebabkan ketidaknyamanan saat defekasi dan ketika defekasi sering mengeluarkan darah segar. Pasien mengalami hal seperti ini semenjak SMA dan pernah sekali mendapati benjolan pada anusnya. Pasien juga mengeluhkan pegal-pegal pada seluruh badan terutama pada saat bangun tidur, pasien sering merasakan gatal dan kering pada tenggorokannya. Menurut penjelasan pasien, riwayat penyakit yang pernah di derita adalah tifus dan maag. Selain itu, hingga saat ini kulit wajah pasien seringkali mengalami jerawat yang cukup banyak. Berdasarkan hal-hal umum, pasien cenderung suka pada lingkungan yang bersuhu dingin, keringatnya normal tidak berlebihan. BAB 2 hari sekali dengan massa feces keras ditunjang dengan ketidaksukaan pasien mengkonsumsi sayuran dan kurang memperbanyak konsumsi air putih. BAK kuning pekat, panjang dan jarang, BAK sehari paling banyak 3x. Pasien lebih menyukai makanan dan minuman yang manis dan pedas serta sangat menyukai gorengan. Kualitas tidur pasien kurang baik karena aktivitas yang padat dari pagi pukul 06.00 hingga pukul 22.00 malam. Terkadang baru bisa tidur diatas jam 00.00. Pasien sering merasa haus, tenggorokan gatal dan kering namun jarang minum, pasien sering mencari minuman dingin untuk ia minum daripada meminum air putih ketika haus.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
Berdasarkan hal-hal khusus di dapatkan keluhan yaitu pada organ paruparu pasien mempunyai riwayat hidung sering buntu dan ada lendir dari dulu hingga sekarang. Pada organ usus besar pasien sering mengalami borborigmus. Pada organ limpa pasien sering mengalami pegal-pegal seluruh tubuh terutama ketika bangun tidur. Pada organ lambung pasien sering mengalami sebah pada diafragma terutama jika makan terlambat. 2.5 Perabaan Adapun perabaan pada titik-titik khusus adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Data Nyeri Tekan pada Titik Shu dan Mu Organ Zhang Fu Organ
Shu Belakang
Mu Depan
Paru
Enak ditekan
Enak ditekan
Usus Besar
Nyeri tekan
Nyeri tekan
Lambung
Tidak ada keluhan
Nyeri tekan
Limpa
Tidak ada keluhan
Enak ditekan
Jantung
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Usus Kecil
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Kandung Kemih
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Ginjal
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Perikardium
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Sanjiao
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Kandung Empedu
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Hati
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
Tabel 2.2 Pemeriksaan Nadi
Nadi Chun Guan Che
Kanan Dalam Cepat, Kuat Cepat, Kuat -
Kiri Dangkal Normal
Dalam -
Dangkal Normal Normal Normal
Keterangan Nadi : Nadi Normal
: menunjukkan tidak terdapat kelainan organ.
Nadi Dalam (Tenggelam)
: menunjukkan sindroma Li-dalam
Nadi Kuat
: menunjukkan sindroma she.
Nadi Cepat
: menunjukkan sindroma panas.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 3 DASAR TEORI 3.1 Dasar Teori Konvensional 3.1.1 Definisi Hemoroid Hemoroid berasal dari bahasa Yunani yakni Haema (darah) dan rhoos (mengalir). Hemoroid adalah “Pelebaran pembuluh darah vena di dalam pleksus hemmorrhoidalis, sering komplikasi dengan inflammasi, thrombosis, dan perdarahan (Gami, 2013). Hemoroid adalah varikositis akibat pelebaran pleksus vena hemorrhoidalis interna. Hemoroid berhubungan dengan konstipasi kronis disertai penarikan feces. Pleksus vena hemorrhoidalis interna terletak pada rongga submukosa di atas valvula morgagni. Kanalis anal memisahkannya dari pleksus vena hemorrhoidalis eksterna, tetapi kedua rongga berhubungan di bawah kanalis anal, yang submukosanya melekat pada jaringan yang mendasarinya untuk membentuk depresi inter hemorrhoidalis (Isselbacher, 2000 dalam Suprijono, M.A, 2009). 3.1.2 Klasifikasi Hemoroid Diagnosa hemoroid dapat ditegakkan salah satunya dengan anoskopi pada anus dan rektum dengan menggunakan sebuah spekulum. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dari hemoroid tersebut. Secara anoskopi, berdasarkan letaknya hemoroid terbagi atas : a. Hemoroid eksterna Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior yang timbul
di
sebelah
luar
musculus
sphincter
ani.
Hemoroid
eksterna
9 TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sequele dari hematoma akut (Ulima, 2013). Klasifikasi derajat hemoroid eksterna (Merdikoputro,
2006
dalam
Suprijono, M.A, 2009) : Derajat I
: Hemoroid (+), prolaps (keluar dari dubur) (-).
Derajat II
: Prolaps waktu mengejan, yang masuk lagi secara spontan.
Derajat III
: Prolaps yang perlu dimasukkan secara manual.
Derajat IV
: Prolaps yang tidak dapat dimasukkan kembali.
b. Hemoroid interna Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani. Kedua jenis hemorrhoid ini sangat sering dijumpai.
Gambar 3.1 Tipe Hemorrhoid (Ulima, 2013).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
3.1.3 Patogenesis Hemoroid Pleksus hemorroidalis merupakan sistem artereriovenous anastomosis yang terletak didaerah submukosa kanalis analis. Terdapat dua buah pleksus yaitu pleksus hemorrhoidalis internal dan eksternal yang terpisah satu dengan yang lainnya, sebagai batas adalah linea dentata. Ada 3 hal untuk diketahui, yaitu pertama adalah mukosa rektum atau mukosa anodermal, kemudian stroma jaringan yang berisi pembuluh darah, otot polos dan jaringan ikat penunjang serta ketiga adalah jangkar (anchor) yang akan melindungi pleksus hemorrhoid dari mekanisme kerja sfinkter ani. Dengan bertambah usia dan berbagai faktor pemburuk (seperti bendungan sistem porta, kehamilan, PPOK, konstipasi kronik, keadaan yang menimbulkan tekanan intrapelvis meningkat) maka jaringan penunjang dan jangkar tersebut dapat menjadi rusak akibatnya pleksus akan menonjol dan turun dan memberikan gejala (Djumnaha, 2013). 3.1.4 Diagnosa Hemoroid Diagnosis hemorrhoid tidak sulit, dapat dilakukan pemeriksaan colok dubur termasuk anorektoskopi dan dapat ditentukan derajat hemoroidnya. Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna. Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat dari trombosis hemoroid eksterna. Diagnosis hemoroid dapat terlihat dari gejala klinis hemoroid, yaitu darah di anus, prolaps, perasaan tidak nyaman pada anus, pengeluaran lendir, anemia sekunder, tampak kelainan khas pada inspeksi, gambaran khas pada anoskopi atau rektoskopi (Sjamsuhidajat, 1998 dalam Suprijono, M.A, 2009).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
3.1.5 Penyebab Hemoroid Penyebab hemoroid diantaranya adalah keturunan, anatomi vena yang tidak memiliki katup, pekerjaan yang berat, pertambahan usia, endokrin seperti pada wanita hamil, mekanis seperti keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan meninggi dalam rongga perut, fisiologis seperti bendungan pada peredaran darah portal, dan radang adalah faktor penting yang menyebabkan vitalitas jaringan di daerah berkurang (Suprijono, M.A, 2009). 3.2 Dasar Teori Tradisional 3.2.1 Teori Yin Yang Simbol Yin dan Yang menunjukkan dua warna yakni warna hitam dan putih. Bagian putih berarti Yang dan bagian hitam berarti Yin. Yin dan Yang adalah satu kesatuan. Dalam Yin mengandung Yang (bulatan putih), demikian juga dalam Yang mengandung Yin (bulatan hitam). Teori Yin Yang menyatakan, segala sesuatu yang berada di alam semesta dibentuk, dilahirkan, bergerak, berkembang, dan berubah karena dorongan atau bimbingan dua aspek yang berlawanan, yaitu aspek Yin dan aspek Yang. Hal itu menyatakan segala sesuatu yang berada di alam semesta ini pasti terdapat aspek Yin dan Yang. Di antara Yin dan dan Yang selain terdapat hubungan saling bertentangan, juga mempunyai hubungan saling mengandalkan, saling menarik, dan saling membentuk, serta pada kondisi tertentu dapat berubah dari satu aspek ke aspek lawannya (Jie, 1997).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
Gambar 3.2 Simbol Yin dan Yang (http://www.penninetaichi.co.uk/index_files/yinyang.pdf) 3.2.2 Teori Wuxing Dalam teori Wu-xing digunakan kayu, api, tanah, logam, dan air sebagai unsur dasar. Kelima unsur ini mempunyai hubungan menumbuhkan dan membatasi. Berdasarkan sifatnya, semua benda, fenomena, dan pergerakan yang ada di alam semesta dapat digolongkan ke dalam pergerakan Wu-xing. Dengan digabungkannya tubuh manusia ke dalam pergerakan Wu-xing, maka tampak lebih jelas bahwa tubuh manusia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan lingkungan dan alam semesta.
Gambar 3.3 Hubungan Wu-xing
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
Tabel 3.1 Wu-xing (Jie, 1997) Wu-xing
Kayu
Api
Mata Angin
Timur
Selatan
Musim
Semi
Panas
Cuaca Perjalanan Hidup Warna
Angin
Rasa Organ Zhang Organ Fu Panca Indera
Tanah
Logam
Air
Barat
Utara
Gugur
Dingin
Panas
Tengah Panas Panjang Lembab
Kering
Dingin
Lahir
Tumbuh
Dewasa
Tua Layu
Mati
Hijau
Merah
Kuning
Putih
Hitam
Asam
Pahit
Manis
Pedas
Asin
Hati
Jantung
Limpa
Paru-paru
Ginjal
Kand. Empedu
Usus Kecil
Lambung
Usus Besar
Kand. Kemih
Mata
Lidah
Mulut
Hidung
Telinga
Jaringan
Tendo
Emosi
Marah
Pembuluh Darah Gembira
Suara
Berteriak
Tertawa
Merenung
Kulit, Bulu Sedih
Menyanyi
Menangis
Otot
Tulang Takut Mengeluh
3.2.3 Teori Fenomena Organ Zhang Fu adalah sebutan untuk semua organ dalam. Organ Zhang Fu dibagi menjadi Zhang dan Fu. Ginjal, hati, jantung, limpa, paru-paru termasuk kedalam organ Zhang sedangkan kandung empedu, kandung kemih, lambung, sanjiao, usus besar dan usus kecil termasuk kedalam organ Fu. Kelima Zhang mempunyai fungsi membentuk, mentransformasi dan menyimpan Cing (partikelpartikel kecil yang sangat penting), Xue (darah) dan Jin Ye (cairan tubuh). Umumnya organ Zhang merupakan organ padat. Fungsi fisiologis dari enam Fu adalah menampung, mencerna makanan dan minuman, serta mengangkut dan membuang sisa pencernaan. Umumnya organ Fu berbentuk kantung atau berongga dan selalu menyalurkan isi ke organ yang lainnya (Jie, 1997).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
3.2.3.1 Limpa (Pi) Menurut Traditional Chinese Medicine, limpa memiliki fungsi menguasai transportasi, membimbing peredaran darah, menguasai anggota badan dan otot. Limpa mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui mulut, sehingga keadaan patologis organ terpancar dari bibir (Jie, 1997). 1. Transportasi dan Transformasi Makanan dan Minuman Penguasaan transportasi dan transformasi Cing makanan dan minuman oleh limpa mencakup pencernaan makanan, sekaligus dengan penyerapan, pengangkutan dan penyebaran Cing dari makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang masuk ke dalam lambung dicerna oleh lambung bersama-sama dengan limpa agar Cing dari makanan dan minuman dapat disebarkan keseluruh tubuh oleh limpa (Jie, 1997). 2. Transportasi dan Transformasi Cairan Tubuh Bersama dengan menjalankan fungsi dalam transportasi dan transformasi Cing makanan dan minuman, limpa juga menjalankan fungsi dalam metabolisme cairan tubuh, yaitu menyalurkan cairan yang diperlukan jaringan-jaringan keseluruh tubuh, sedangkan cairan yang sudah berupa limbah diangkut ke ginjal, kemudian disalurkan ke kandung kemih untuk dibuang keluar tubuh (Jie, 1997). 3. Membentuk Darah dan Sirkulasi Darah Cing makanan dan minuman dengan bantuan Qi limpa dapat berubah menjadi darah. Limpa juga turut mengatur peredaran darah, yaitu membimbing darah sehingga darah dapat mengalir didalam pembuluh
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
darah. Fungsi itu dijalankan dengan baik berkat dorongan Qi limpa. Qi limpa kuat menjadikan Qi seluruh tubuh menjadi kuat juga, sehingga dapat membimbing darah tetap beredar didalam pembuluh darah (Jie, 1997). 4. Menguasai Anggota Badan dan Otot Limpa berfungsi menyalurkan Cing makanan dan minuman, sedangkan Cing itu digunakan sebagai gizi nutrisi untuk otot. Apabila transportasi limpa baik sehingga dapat memberikan gizi yang cukup kepada otot, maka otot dapat tumbuh dengan baik dan keempat anggota gerak badan juga bertenaga. Apabila limpa tidak dapat menjalankan fungsi transportasi dan transformasi membuat pembentukan nutrisi berkurang mengakibatkan otot mengecil dan anggota badan tak bertenaga (Jie, 1997). 5. Menguasai Bibir Selera dan nafsu makan seseorang berhubungan erat dengan fungsi transportasi dan transformasi limpa, karena itu sering dikatakan limpa pintu dari mulut. Apabila fungsi limpa dalam keadaan baik, maka orang itu dapat menikmati rasa makanan dan minuman yang baik. Karena bibir peka sekali terhadap perubahan fungsi limpa, maka keadaan limpa sering dapat terlihat dari bibir. Apabila limpa berfungsi dengan baik dalam transportasi dan transformasi, sehingga Qi dan darah dalam tubuh cukup, maka bibir terlihat merah bercahaya (Jie, 1997). 3.2.3.2 Usus Besar (Dachang) Menurut Traditional Chinese Medicine, makanan yang telah diolah oleh lambung dipisah menjadi dua bagian, yaitu ”bagian bersih” dan
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
“bagian kotor”. Bagian yang bersih diserap dan disalurkan ke limpa (Pi) sedangkan bagian yang kotor disalurkan ke usus besar. Ampas makanan yang telah diserap airnya oleh usus kecil menjadi padat dan berbentuk kemudian dikeluarkan melalui dubur sebagai tinja (Jie, 1997). 3.2.4 Teori Penyebab Penyakit Penyebab penyakit di bedakan menjadi dua yakni penyebab penyakit luar (PPL) dan penyebab penyakit dalam (PPD). Penyebab penyakit luar (PPL) yaitu yang berasal dari luar tubuh (lingkungan) seperti patogen angin, dingin, panas, lembab, kering dan api. Bermacam-macam luka atau trauma, seperti yang disebabkan oleh gigitan binatang, jatuh dan mendapat benturan juga dapat digolongkan ke dalam penyebab penyakit luar. Sedangkan penyakit dari dalam adalah yang berasal dari dalam tubuh seperti emosi yang berlebihan (Jie, 1997). 3.2.4.1 Penyebab Penyakit Luar (PPL) a. Panas Patogen panas mempunyai karakteristik tersendiri, patogen panas bersifat Yang. Karena patogen panas bersifat Yang dan panas. Patogen panas bergerak ke atas, mudah menghabiskan Jin Ye, sehingga apabila patogen panas menyerang ke dalam tubuh, pori-pori terbuka dan mengeluarkan terlalu banyak keringat. Hal itu menyebabkan tubuh kekurangan Jin Ye. Bersamaan dengan pengeluaran keringat yang terlalu banyak, tubuh kehilangan Qi (Jie, 1997).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
b. Lembab Patogen lembab bersifat Yin. Patogen lembab berasal dari air, sehingga patogen bersifat dingin, membeku dan mudah menyebar. Seperti patogen Yin yang lain, patogen lembab juga mudah melemahkan Yang Qi dan mengganggu peredaran Qi. Pi-Limpa merupakan organ terpenting dalam menyalurkan cairan dan lembab (Jie, 1997). c. Api Patogen api tergolong ke dalam Yang. Mudah menghabiskan dan mengeringkan Jin Ye. Dengan berkurangnya Jin Ye dalam tubuh, maka pihak yang berfungsi membatasi patogen api menjadi lemah, sehingga api semakin membara (Jie, 1997). 3.2.4.2 Penyebab Penyakit Dalam (PPD) Aktivitas kejiwaan atau emosi berhubungan dengan organ-organ dalam karena Jing dan Qi di dalam organ-organ itu merupakan dasar materi dari aktivitas emosi. Segala rangsangan dari luar yang menimbulkan perubahan kejiwaan dan emosi selalu mengganggu fungsi organ Zhang Fu. Dalam buku Nei Cing dikatakan, dalam lima Zhang terkandung tujuh emosi yang meliputi gembira, marah, berpikir, khawatir, sedih, takut dan terkejut (Jie, 1997). 3.2.5 Pengertian Hemoroid Secara TCM Hemoroid adalah salah satu penyakit yang terjadi pada rektum atau anus yang bersifat kronis dan dapat digolongkan menurut letaknya yaitu hemoroid internal, hemoroid eksternal dan komplikasi hemoroid (Yanfu, 2002).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
3.2.6 Etiologi Penyebab Hemoroid Menurut ilmu Traditional Chinese Medicine, hemoroid disebut juga Zhi atau Zhi Chuan dalam bahasa China. Hemoroid merujuk pada vena yang bengkak disebabkan obstruksi aliran balik pada vena hemoroid mengakibatkan dilatasi dan varises pada plexus vena submukosa anus dikarenakan terlalu lama duduk atau berjalan jauh, mengangkat beban yang terlalu berat, aktivitas kerja yang berlebihan, terlalu banyak memakan makanan pedas dan berminyak, diare kronis dan konstipasi memiliki peran penting dalam pembesaran vena dalam rektum dan sekitar anus, lalu akumulasi lembab panas, stagnasi Qi dan darah pada bagian bawah tubuh kemudian luka pada kolateral pada anus (Yin dan Liu, 2000). 3.2.7 Deferensiasi Sindrom Standar Terapi Hemoroid secara umum dibagi menjadi dua tipe yaitu akibat lembab panas dan defisiensi Qi dan darah. Poin yang selalu dipilih pda penanganan terapi hemoroid terletak pada meridian lambung, limpa, kandung kemih dan meridian Du (Yin, Ganglin and Zhenghua Liu, 1999). 1. Sindrom Lembab Panas Mengalir ke Bawah Manifestasi
: BAB dengan darah segar (merah), gatal dan nyeri pada anus yang diperburuk dengan penyentuhan, BAB keras, urine yang sedikit dan berwarna gelap, kehausan.
Lidah
: Lidah merah dengan selapung kuning lengket.
Nadi
: Nadi licin dan cepat.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
Prinsip Terapi
: Menghilangkan panas dan menghilangkan lembab, mendinginkan
darah
untuk
menghentikan
pendarahan. 2. Sindrom Defisiensi Qi dan Darah Manifestasi
: Prolaps pada hemoroid internal yang sulit untuk kembali dalam keadaan normal, rasa berat pada anus,
wajah
pucat,
palpitasi,
nafas
pendek,
kelelahan. Lidah
: Lidah pucat dengan selaput putih tipis.
Nadi
: Nadi lemah dan mengambang.
Prinsip Terapi
: Tonifikasi Qi dan darah, menaikkan Qi.
3.2.8 Terapi Akupunktur Akupunktur berasal dari kata acus yang berarti jarum dan punktura yang berarti penusukan. Akupunktur merupakan suatu metode terapi dengan penusukan pada titik-titik di permukaan tubuh untuk mengobati penyakit maupun kondisi kesehatan lainnya (Hou dan Zhang, 2010). Akupunktur merupakan stimulasi terhadap titik anatomis tertentu pada tubuh dengan berbagai macam teknik melalui penyisipan jarum besi yang tipis menembus kulit menggunakan tangan atau dengan stimulasi listrik (National Center for Complementary and Alternative Medicine, 2012).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
3.2.9 Titik Akupunktur Titik
Letak dan Penusukan
Indikasi
Erbai
Pada
(EX-UE 2)
fleksor radial, 4 cun di atas perdarahan
kedua
(WHO, 2010) lipatan
sisi
Gambar
tendo Nyeri
dan yang
pergelangan disebabkan
tangan.
oleh
wasir.
Penusukan : Tegak lurus sedalam 0,5-1 cun. Chengshan
Terletak 8 cun dibawah Nyeri
(BL 57)
titik Weizhong (BL 40) pinggang,
daerah
Gambar 3.4 Erbai (EX-UE 2) (WHO, 2010)
wasir
(WHO, 2010) dan tendon achilles, tepat (hemoroid), dibawah perut otot daerah sembelit lipat
sendi
lutut
Gastrocnemeus).
(M. (konstipasi)
dan
mengurangi
Penusukan : Tegak lurus kekakuan otot.
Gambar 3.5 Chengshan (BL 57) (WHO, 2010)
sedalam 0,5-1 cun. Sanyinjiao
3 cun di atas tonjolan Nyeri perut, haid
(SP 6)
tulang kering sisi tengah tidak
teratur,
(WHO, 2010) (maleolus medialis), persis gangguan ditepi tulang kering.
pencernaan,
Penusukan : Tegak lurus tungkai sedalam 0,5-1 cun.
nyeri bawah,
keputihan, mengeliminasi
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
Gambar 3.6 Sanyinjiao (SP 6) (WHO, 2010)
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
lembab dan untuk menguatkan limpa. Yinlingquan
Pada tepi bawah (inferior) Nyeri
(SP 9)
tonjolan pangkal tulang oedema,
perut,
(WHO, 2010) kering (condylus medialis mengeliminasi tibiae) di lekukan antara patogen tepi belakang tulang kering pada
lembab
limpa
dan
(tibia) dan otot betis (M. merupakan titik He Gastroenemius).
dari
meridian
Gambar 3.7 Sanyinjiao (SP 6) (WHO, 2010)
Penusukan : Tegak lurus limpa. sedalam 0,5-1 cun. 3.2.10 Manipulasi dan Teknik Pelengkap Manipulasi I.
Manipulasi Dasar (Yin dan Liu, 2000) 1. Pembenaman dan Pencabutan Ujung
jarum setelah mencapai kedalaman tertentu,
dilakukan gerakan ke atas dan ke bawah, maju mundur. 2. Perputaran Setelah jarum masuk pada kedalaman tertentu, dilakukan gerakan memutar bolak-balik secara berulang. II.
Teknik Pelengkap Manipulasi (Yin dan Liu, 2000) 1. Pressing (Pemijatan di Sepanjang Jalur Meridian) 2. Flicking / Plucking (Menyentil Jarum) 3. Scrapping (Menggaruk Jarum dengan Jari)
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
3.3 Terapi Herbal 3.3.1 Daun Ungu ( Graptophyllum pictum (L.) Griff.)
Gambar 3.8 Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) (Koleksi Pribadi) Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Acanthaceae
Genus
: Graptophyllum
Spesies
: Graptophyllum pictum (L.) Griff. (MMI jilid V, 1989).
Nama Lain Nama Daerah : Daun Wungu, Demung, Tulak, Karaton, Karatong (Jawa), Handeuleum (Sunda), Dangora (Sumatera) (BPOM, 2010). Nama Asing
: Carricature plant (Inggris) (BPOM, 2010).
Deskripsi Tanaman Tanaman
:
Habitus berupa perdu yang memiliki batang tegak, ukurannya kecil dan tingginya hanya dapat mencapai 3 meter. Batangnya berkayu dan
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
mempunyai ruas-ruas, permukaan batang licin dengan warna ungu kehijauan sedangkan penampang batangnya berbentuk mendekati segi tiga tumpul. Graptophyllum pictum Griff. mempunyai tipe daun tunggal dan mempunyai struktur posisi daun yang letaknya berhadap- hadapan, berbentuk bulat telur, dengan ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas mengkilat, panjang 8-25 cm, lebar 3-13 cm, warna ungu sampai ungu tua. Bunga majemuk, bersusun dalam 1 rangkaian tandan yang berwarna merah tua terletak di ujung batang. Pangkal kelopak berlekatan, bagian ujung berbagi lima, berwarna ungu. Benang sari berjumlah empat, melekat pada mahkota bunga, tangkai sari berwarna ungu, kepala sari berwarna ungu kehitaman. Putik bentuk tabung dengan ujung bertajuk lima dan berwarna ungu. Buah berbentuk lonjong, berwarna ungu kecoklatan. Biji bulat dan berwarna putih. Akar tunggang berwarna coklat muda (BPOM RI, 2008). Simplisia
:
Daun tunggal, helaian daun berwarna hijau keunguan sampai hijau kehitaman, bentuk jorong, panjang 8 cm sampai 20 cm, lebar 3 cm sampai 13 cm, ujung daun lancip, pangkal daun lancip, pinggir daun agak berombak. Tangkai daun lebih kurang 1 cm, warna ungu kehijauan sampai ungu kehitaman. Tulang daun menyirip; permukaan atas daun rata dan licin, tulang daun menonjol dan berwarna ungu sampai ungu kehitaman; permukaan bawah daun rata dan agak licin, tulang daun sangat menonjol dan berwarna ungu kemerahan sampai ungu kehitaman (Depkes RI, 1989).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
Habitat
: Tanaman ini berasal dari pulau Irian dan tumbuh di dataran rendah sampai
di pegunungan dengan ketinggian tempat tumbuh 1250m dpl. Sering ditanam sebagai tanaman pagar di pekarangan atau di ladang produktif (Kemenkes RI, 2012). Kandungan Kimia Alkaloid non toksik, glikosida steroid, saponin, lendir, tanin galat, antosianin, leukoantosianin, asam protokatekuat, dan flavonoid (berupa 4,5,7trihidroksi flavonol; 4,4-dihidroksi flavon; 3,4,7-trihidroksi flavon dan luteolin-7glukosida). Senyawa aktif lain berupa asam-asam fenolat, yaitu asam protokatekuat, asam p-hidroksi benzoat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam vanilat, asam siringat, dan asam ferulat, juga mengandung senyawa serupa alkaloid (Siregar, 2011). Kegunaan Peluruh kencing (diuretik), mempercepat pemasakan bisul, pencahar ringan dengan jalan menghambat absorpsi air di dalam lumen usus (mild laxative), pelembut kulit (emolien). Bunga sebagai peluruh haid (Winarto, 2007). Sebagai obat wasir dan laksatif yaitu dengan merebus menggunakan air. Penggunaan lainnya sebagai obat bisul, luka-luka, radang (Suseno, 2012). Efek Farmakologi Aktifitas Antiinflamasi Uji efek anti-inflamasi dilakukan dengan metode induksi udem dengan pengamatan pengurangan/hambatan pembentukkan volume udem pada telapak
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
kaki tikus yang diinduksi dengan suspensi karagenin 2 %. Uji dilakukan pada 7 kelompok hewan coba (tikus jantan) yang diberikan secara oral dosis tunggal larutan ekstrak herba meniran (EHM) dosis 14,9 mg/200 g BB, ekstrak daun ungu (EDU) dosis 5,4 mg/200g BB dan 3 variasi dosis kombinasi Ekstrak Herba Meniran dan Ekstrak Daun Ungu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek penghambatan udem (anti-inflamasi) ekstrak herba meniran dan ekstrak daun ungu sama besarnya yaitu 58% lebih besar dari indometasin 43%. Ekstrak daun ungu (dosis 5,4 mg/200 g BB) hanya memperlihatkan efek antiinflamasi. Daun ungu yang diperoleh berasal dari varian Lubrido Scanguineum Sims adalah salah satu varian tanaman daun ungu yang mempunyai efek anti-inflamasi dan mudah didapat (Sumarny, R. et al, 2013). Laksansia Konfirmasi penggunaan daun ungu sebagai laksansia dilakukan dengan penelitian menggunakan lima kelompok tikus, kelompok A diberi NaCl fisiologis 1 ml/100 g BB, sedangkan 3 kelompok perlakuan diberi infusa daun ungu secara per oral masing-masing dengan dosis 16,6, 166 dan 498 mg/100 g BB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun ungu dapat digunakan sebagai laksan dengan parameter frekuensi, konsistensi defekasi, dan massa feses (Nuratmi B dan YN Astuti, 1998 dalam Kemenkes RI 2012). Penelitian sejenis telah dilakukan pada usus polos kelinci dengan metode Magnus. Hasil penelitian menunjukkan infusa daun ungu kadar 1,56 – 100% berefek laksansia ringan dengan menaikkan amplitudo kontraksi otot polos jejunum kelinci terpisah. Kadar 1,56; 3,125; 6,25; 12,5; 25 dan 100% mampu
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
menaikkan amplitudo berturut-turut sebesar 25,83; 84,80; 64,56; 30,78; 28,13; 26,40 dan 27,90 (Sumastuti R, 1998 dalam Kemenkes RI, 2012). Aktifitas Anti-hemoroid Penelitian tentang efek pemberian beberapa sediaan daun ungu terhadap tukak pada membran mukosa anorektum tikus betina telah dilakukan oleh Wiryowidagdo dkk. (1998). Tukak anorektum dibuat dengan menyuntikkan 0,05 ml asam asetat 10% pada daerah sekitar 5 mm dari tepi luar anus secara submukosal. Sediaan yang digunakan meliputi ekstrak metanol, infusa dan perasan daun ungu dengan dosis setara dengan pemberian per oral, diberikan sekali sehari selama lima hari percobaan. Pada akhir percobaan, tikus dibedah, pada bagian anus diamati terbentuknya benjolan tukak. Hasil penelitian menunjukkan sediaan uji memiliki aktivitas menurunkan massa benjolan; aktivitas tertinggi pada ekstrak metanol, diikuti infusa dan perasan, berturut-turut sebesar 3,70; 47,48; dan 61,73%. Analisis statistik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan uji Duncan menunjukkan bahwa perbedaan tingkat penyembuhan dari ketiga
sediaan
uji
sangat
signifikan
dibandingkan
kelompok
kontrol
(Wiryowidagdo dkk., 1998 dalam Kemenkes RI, 2012). Ekstrak etanolik dan air daun memiliki efek antiinflamasi (pada uji menggunakan karagenan), sehingga dapat mengurangi pembengkakan pada wasir. Efek ini setara dengan indometasin (dosis 10 mg/ kg BB) pada jam ke-2 dan ke-6. Senyawa flavonoid dapat menghambat biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator pada proses inflamasi, menurunkan permeabilitas vaskular, serta adanya senyawa
pektin
TUGAS AKHIR
yang
dapat
mengembangkan
saluran
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
cerna,
sehingga
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
mempermudah defekasi dan tak menimbulkan luka atau peradangan. Efek analgesik terlihat pada sari yang larut air (dosis 2,9 g/kg) dan fraksi butanol (dosis 0,7 g/kg) dapat menurunkan jumlah geliat (Mun’im dan Hanani, 2011). Dosis Penggunaan simplisia daun ungu di Poli OTI (Obat Tradisional Indonesia) RSUD DR.SOETOMO Surabaya untuk mengatasi hemoroid adalah 15 gram daun ungu dan di rebus dengan air sebanyak 5 gelas (1000 ml), lalu didihkan hingga menjadi 3 gelas (600 ml), diamkan sampai hangat atau dingin, dan saring ampasnya (Hargono, 1993). Dosis : 3 x 1 gelas (±200ml) per hari, minum banyak air (Siregar, 2011). Efek Samping Efek samping belum diketahui. (Kemenkes RI, 2012). Toksisitas Dalam bentuk infusa, daun ungu mempunyai nilai LD50 117,3 (107,0128,87) mg/10 g BB mencit, bahan diberikan secara intraperitoneal. Apabila harga tersebut diekstrapolasi ke tikus dan pemberian secara oral, infusa daun ungu digolongkan dalam bahan yang tidak beracun (practically non toxic). Hal ini juga diperkuat dengan percobaan toksisitas subkronik pada tikus yang menunjukkan infusa daun ungu hingga dosis 800 mg/100 g BB yang diberikan per oral setiap hari selama 6 bulan tidak menimbulkan kelainan organ (Dzulkarnain B, dkk., 1984 dalam Kemenkes RI, 2012).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
Peringatan dan Perhatian Wanita hamil tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi daun ungu. Daun ungu memiliki efek oxytocic dan memiliki aktivitas anti-implantasi (Kemenkes RI, 2012). Kontraindikasi Diabetes, Kehamilan (Siregar, 2011). Interaksi Obat Interaksi obat belum diketahui (Kemenkes RI, 2012). Cara Membuat Resep untuk Wasir (Kemenkes RI, 2012) R/
Daun Ungu
15 g
Kunyit
5g
Air
420 ml
Cara pembuatan dan penggunaan
: Kunyit dikupas, dicuci bersih dan diiris
tipis-tipis. Dibuat infusa dan diminum 3x sehari sesudah makan selama 3 minggu berturut-turut. Hindari makan pedas, asam, dan berminyak. 3.3.2 Herba Pegagan (Centella asiatica)
Gambar 3.9 Pegagan (Centella asiatica Urban.) (BPOM, 2010)
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Apiales
Famili
: Apiaceae
Genus
: Centella
Spesies
: Centella asiatica (L.) Urban sinonim Hydrocotyle asiatica Linn.
(MMI jilid 1, 1977) Nama Lain Nama Daerah : Pegagan (Sumatra, Aceh), daun kaki kuda, daun penggaga, penggaga, rumput kaki kuda, pegagan, kaki kuda (Melayu), cowet gompeng (Jawa), antanan, antanan gede (Sunda), gagan-gagan (Bali). Nama asing
: Gotu kola, asiatic pennywort, indian pennywort (Inggris), Pegaga
(Brunei) (BPOM, 2010). Deskripsi Tanaman Tanaman
:
Tumbuhan berhabitus terna menahun, batang menjalar, memiliki umbi pendek percabangan dengan geragih (stolon) merayap, panjang 10-80 cm. Daun tunggal, tersusun dalam roset akar, terdiri dari 2-10 daun, kadang-kadang agak berambut, panjang tamgkai daun 1-50 mm, helai daun berbentuk ginjal, ukuran 17 x 1,5-9 cm,tepi daun beringgit sampai bergigi tidak tajam, terutama ke arah
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
pangkal daun, perbungaan berupa bunga majemuk payung tunggal atau 2-5 payung bersama, payung tunggal tersusun atas 3 bunga, ukuran 3-4 mm; panjang ibu tangkai bunga 5-50 mm, mula-mula tegak kemudian mengangguk; daun pelindung 2-3 helai; tangkai bunga sangat pendek. Daun mahkota ungu sampai kemerahan dengan pangkal hijau muda, panjang 1-1,5 mm, lebar hingga 0,75 mm. Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning kecoklatan, berdinding agak tebal. Simplisia
:
Daun tunggal, berkeriput, rapuh, tersususn dalam roset dengan pangkal tangkai melebar, helai daun berbentuk ginjal, lebar, atau berbentuk bulat, berwarna hijau sampai hijau keabu-abuan, umumnya dengan 7 tulang daun yang menjari, pangkal helaian daun berlekuk, ujung daun membulat, tepi daun beringgit sampai bergerigi, pangkal daun bergigi, kedua permukaan daun bergigi, pangkal daun bergigi, kedua permukaan daun umumnya licin, tulang daun pada permukaan bawah agak berambut, stolon dan tangkai daun berwarna coklat keabu-abuan, berambut halus. Berbau lemah, aromatik, mula-mula tidak berasa, lama kelamaan agak pahit. Habitat
: Pegagan tumbuh liar di seluruh Indonesia serta daerah-daerah beriklim
tropis pada umumnya. Pegagan dapat tumbuh mulai di dataran rendah hingga ketinggian 2500 m dpl baik daerah terbuka atau ternaung. Pegagan juga tumbuh di tempat lembab dan subur seperti tegalan, padang rumput, tepi parit, di antara batubatu, dan di tepi jalan. (BPOM, 2010).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
Kandungan kimia Kandungan kimia dari tanaman C.asiatica adalah triterpen saponin. Triterpen dari C.asiatica terdiri dari banyak senyawa termasuk asiatic acid, madecassic acid, asiaticosside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, thankiniside, isothankunisode, centelloside, madasiatic acid, centic acid, and cenellicacid. Diantara triterpene ini yang paling penting adalah asiatic acid, madecassic acid, asiaticosside, madecassoside (Seevaratnam et al. 2012). Kegunaan Pegagan secara tradisional banyak digunakan untuk penyakit kulit. Disamping untuk penggunaan topikal pegagan juga digunakan untuk mengobati sakit perut, batuk, batuk berdarah dan disentri, penyembuh luka, radang, pegal linu, asma, wasir, tuberkulosis, lepra, demam dan penambah selera makan. (BPOM, 2010). Efek Farmakologi Aktivitas Analgesik Penelitian dengan menggunakan daun C.asiatica kering ini menunjukkan efek analgesik yang signifikan dari ekstrak metanol dan kloroform dosis 100 dan 200 mg/kg pada tikus, sedangkan ekstrak metanol pada dosis 200 mg/kg memiliki efek anti-inflamasi. Kami melaporkan untuk pertama kalinya efek analgesik dan anti-inflamasi dari Pegagan di berbagai model (Saha S. et al, 2013). Uji Klinik Studi klinis C.asiatica dalam pengobatan gangguan vena telah menunjukkan efek terapeutik yang positif. Pengobatan dengan ekstrak C.asiatica
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
pada pasien yang menderita insufisiensi vena, menunjukkan perbaikan yang signifikan dari distensi vena dan edema dibandingkan dengan kontrol (D. Arora et al., 2002). Pada penelitian acak, dengan plasebo sebagai kontrol studi efek ekstrak Centella asiatica pada laju filtrasi kapiler telah diperiksa. Ekstrak Centella asiatica (Total Triterpenoid Fraction of Centella asiatica (TTFCA)) diberikan pada 62 pasien dalam dua dosis berbeda (90mg/hari; 180 mg/hari). Laju filtrasi kapiler dievaluasi dibandingkan dengan plasebo. Pada akhir periode pengobatan empat minggu terdapat pengurangan laju filtrasi kapiler tergantung pada dosis yang diukur oleh plethysmography. Dalam perbandingan dengan kelompok plasebo, perbaikan bergantung dosis terlihat pada kelompok TTFCA yang signifikan. Laju filtrasi kapiler berkurang terlihat dengan perbaikan mikrosirkulasi dan gejala klinisnya. Selain itu, aplikasi lokal ekstrak TTFCA telah ditunjukkan untuk meningkatkan tonus pembuluh darah. Dalam sebuah studi penelitian acak yang melibatkan 80 pasien, ekstrak Centella asiatica diaplikasikan secara lokal tiga kali sehari untuk pasien dengan berbagai gangguan vena (termasuk wasir dan varises). Pasien, dokter, dan pemeriksaan ultrasonik mencatat perbaikan dalam gejala subjektif dan objektif (Mackay, 2001). Dosis Dosis harian daun kering atau infusa C.asiatica adalah 600 mg, kapsul dosis tunggal (300mg – 680mg, tiga kali sehari), ekstrak konsentrat 10mg, juga tersedia dalam kapsul (Kashmira J Gohil et al., 2010).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
Efek Samping Dapat menyebabkan infertilitas, dan ada kemungkinan terjadi reaksi alergi kulit pada penggunaan secara topikal untuk beberapa individu. Penggunaan ekstrak pegagan dalam dosis sangat besar memberikan efek sedatif, hal ini kemungkinan terjadi karena adanya senyawa kimia glikosida saponin, brahmosida dan brahminosida. Pernah dilaporkan adanya rasa terbakar pada pemberian sediaan aerosol yang mengandung pegagan dan pruritus pada pemberian per oral (BPOM, 2010). Toksisitas Tanaman ini tidak toksik sampai dosis 350 mg/kgBB, tetapi pada penggunaan berulang bersifat karsinogenik pada kulit tikus. Sampai dosis 5 g/kgBB tikus tidak muncul manifestasi toksik apapun selama 14 hari pengamatan (BPOM, 2010). Dermatitis kontak alergi telah dilaporkan dengan penggunaan C.asiatica secara topikal (D. Arora et al., 2002). Peringatan dan Perhatian Hati-hati penggunaan pada penderita diabetes dan hiperlipidemia, karena dilaporkan herba pegagan dapat meningkatkan gula dan lemak darah (BPOM, 2010). Kontraindikasi Pada orang-orang yang alergi terhadap tanaman dari keluarga Apiaceae. Tidak digunakan pada wanita hamil, anak-anak, dan hindari penggunaan berlebihan pada wanita yang menyusui (BPOM, 2010).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
Interaksi Obat Hati-hati pada penggunaan bersama obat antiplatelet lainnya seperti aspirin karena memiliki aktivitas anti agregasi platelet. Pegagan dapat menurunkan efektivitas obat antidiabetes dan antihiperlipidemia. Dilaporkan memiliki interaksi dengan efedrin, teofilin, atropin dan kodein (BPOM, 2010). Cara Membuat Resep untuk Wasir (Kemenkes RI, 2012) R/
Herba pegagan
3g
Daun Ungu
5g
Air
330 ml
Cara pembuatan dan penggunaan
: Dibuat infusa dan diminum 1x sehari
100ml. 3.3.3 Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.)
Gambar 3.10 Kunyit (Curcuma domestica Val.) (Vyas, Krupa, 2015) Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Kelas
: Liliospida
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
Sub kelas
: Commelinids
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcuma domestica Val. Sinonim Curcuma longa L.
(MMI jilid 1, 1977) Nama Lain Nama Daerah : Kunyet (Aceh), Kuning (Gayo), Kunyit (Melayu), Kunir (Jawa), Koneng, Koneng temen (Sunda), Temu koneng (Madura), Kunyi (Makassar). Nama asing
: Turmeric (Inggris), Curcuma, Indian saffron, safran des indes,
turmeric, (Perancis), Kurkuma (Belanda), Kunyit, temu kunyit, tius (Malaysia), Ro miet (Kamboja), Kamin (Thailand), Yu.chin (China) (BPOM, 2010). Deskripsi Tanaman Tanaman
:
Tumbuhan berhabitus terna dengan batang berwarna semu hijau atau agak keunguan, rimpang terbentuk dengan sempurna, bercabang-cabang, berwarna jingga. Setiap tanaman berdaun 3-8 helai, panjang tangkai daun beserta pelepah daun sampai 70 cm; tanpa lidah-lidah, berambut halus jarang-jarang, helaian daun berbentuk lanset lebar, ujung daun lancip berekor, keseluruhannya berwarna hijau atau hanya bagian atas dekat tulang utama berwarna agak keunguan, panjang 2885 cm, lebar 10-25 cm,. Perbungaan terminal, gagang berambut, bersisik, panjang gagang 16-40 cm; tenda bunga, panjang 10-19 cm, lebar 5-10 cm; daun kelopak berambut, berbentuk lanset, panjang 4-8 cm, lebar 2-3,5 cm, daun kelopak yang
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
paling bawah berwarna hijau, bentuk bundar telur, makin keatas makin menyempit serta memanjang, warna semu putih atau keunguan, kelopak berbentuk tabung, panjang 9-13 mm, bergigi 3 dan tipis seperti selaput; tajuk bagian bawah berbentuk tabung, panjang lebih kurang 20 mm, berwarna krem, bagian dalam tabung berambut; tajuk bagian ujung berbelah-belah, warna putih atau merah jambu, panjang 10-15 cm, lebar 11-14 mm; bibir berbentuk bundar telur, panjang 16-20 mm, lebar 15-18 mm, warna jingga atau kuning keemasan dengan pinggir berwarna coklat dan di tengahnya berwarna kemerahan (BPOM, 2010). Simplisia
:
Simplisia berupa kepingan ringan, rapuh, warna kuning jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan. Bau khas aromatik, rasa agak pahit, agak pedas lama-kelamaan menimbulkan rasa tebal. Bentuk hampir bundar sampai bulat panjang, kadang-kadang bercabang. Lebar 0,5-3 cm, panjang 2-6 cm, tebal 1-5 mm. Umumnya melengkung tidak beraturan, kadang-kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar. Batas korteks dan silinder pusat kadangkadang jelas. Bekas patahan agak rata berdebu, warna kuning jingga sampai coklat kemerahan (BPOM, 2010). Habitat
: Tumbuh dan ditanam di Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia,
Filipina dan di seluruh daerah tropis, termasuk daerah tropis Afrika. Tumbuh baik di tanah yang bagus tata pengairannya, curah hujan cukup banyak 2000 sampai 4000 tiap tahun dan ditempat yang sedikit kenaungan, tetapi untuk menghasilkan
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
rimpang yang lebih besar dan baik menghendaki tempat yang terbuka. Tanah ringan seperti tanah lempung berpasir, baik untuk pertumbuhan rimpang (BPOM, 2010). Kandungan kimia : Kunyit terdiri dari sekelompok kandungan tiga kurkuminoid: curcumin (diferuloylmethane), demethoxycurcumin, dan bisdemethoxycurcumin, serta minyak atsiri (tumerone, atlantone, dan zingiberone), gula, protein, dan resin (Jurenka, J.S., 2009). Kegunaan Melancarkan darah, menghilangkan sumbatan, peluruh haid (emenagoga), anti radang (anti inflamasi),
mempermudah persalinan, peluruh kentut
(karminatif), anti bakteri, memperlancar pengeluaran empedu (kolagogum), adstringent (Winarto, W.P , 2007). Efek Farmakologi Aktifitas Analgesik Penelitian Hajare et al, 2000 diketahui bahwa ekstrak air C.domestica pada dosis 200 mg / kg menunjukkan peningkatan rata-rata waktu reaksi yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak lainnya. Peningkatan waktu reaksi berarti oleh analgin dalam kelompok T2 secara signifikan lebih tinggi (4.31 ± 0,43 menit) dari kedua ekstrak air dan alkohol dan aktivitasnya adalah sebanding dengan ekstrak air pada tingkat dosis di atas. Ekstrak alkohol pada 100 dan 200 mg / kg menunjukkan peningkatan yang setara dalam reaksi. Peningkatan waktu reaksi berarti oleh kedua ekstrak yang sangat signifikan dibandingkan
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
dengan kontrol menunjukkan aktivitas analgesik ekstrak ini di mana analgin (10 mg/kg) ditemukan menjadi paling ampuh dan efektif daripada ekstrak air dan alkohol mungkin karena pembatasan prostaglandin Aktivitas analgesik bubuk ekstrak rimpang C. longa pada manusia diamati oleh Jaiswal et al. 2004. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak Curcuma longa (rimpang) pada dosis 100 dan 200 mg/kg dengan pengobatan oral dosis tunggal memiliki efek analgesik tapi tidak memiliki efek antipiretik (Neha, S. et al, 2009). Aktifitas Anti-inflamasi Beberapa studi pada hewan telah meneliti efek anti-inflamasi pada kurkumin. Penelitian awal dilakukan oleh Srimal et al menunjukkan bahwa kurkumin bekerja sebagai anti inflamasi pada tikus percobaan dan tikus yang telah diinduksi karagenan sehingga menimbulkan edema. Pada tikus, kurkumin menghambat edema pada dosis antara 50-200 mg/kg. Penurunan edema sebanyak 50% dicapai pada dosis 48 mg/kg BB, efektifitas kurkumin hampir sama dengan kortison dan fenilbutazon pada dosis yang setara. Kurkumin tidak menunjukkan toksisitas akut pada dosis sampai 2 g/kg BB (Jurenka, J.S., 2009). Aktifitas Antimikroba Ekstrak kunyit
dan minyak
atsiri Curcuma longa
menghambat
pertumbuhan berbagai bakteri, parasit dan patogen jamur. Sebuah studi pada anak ayam yang terinfeksi parasit caecal Eimera maxima menunjukkan bahwa konsumsi suplement mengandung kunyit 1% mengakibatkan penurunan nilai lesi usus kecil dan peningkatan berat badan. Studi hewan lain, di mana babi guinea
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
terinfeksi oleh dermatofit, jamur patogen, atau ragi, diketahui bahwa minyak atsiri kunyit yang dioleskan mampu menghambat dermatofit dan patogen jamur. Perbaikan pada hari ketujuh pasca aplikasi kunyit menghilangkan lesi dermatofit dan infeksi jamur pada babi guinea. Aktivitas kurkumin juga memiliki moderat terhadap Plasmodium falciparum dan Leishmania major (M. Akram et al. , 2010). Uji Klinik Crohn’s disease (CD) dan ulcerative colitis (UC) adalah dua hal penting pada jenis inflammatory bowel disease (IBD). CD dapat mempengaruhi sebagian dari saluran gastrointestinal dan mempengaruhi seluruh dinding bowel. Pada perbedaannya, UC terbatas pada colon dan rektum dan penyakit terbatas pada epitel usus kecil. Meskipun berbeda lokasi, kedua penyakit di manifestasikan dengan nyeri abdominal, vomiting, diare, BAB berdarah, penurunan BB dan lain sebagainya. Holt et al melakukan studi percobaan untuk memeriksa efek terapi curcumin pada 10 pasien dengan IBD (lima dengan CD dan lima dengan UC, Usia 28-54) yang sebelumnya telah menerima terapi UC atau CD standar. Lima pasien dengan proctitis (UC daerah dubur) menerima curcumin 550 mg dua kali sehari selama satu bulan dan kemudian diberi dosis yang sama tiga kali setiap hari selama satu bulan tambahan. Analisa hematological dan biokimia darah, tingkat sedimentasi eritrosit (ESR), C-reaktif protein (CRP) (kedua indikator inflamasi), sigmoidoskopi dan biopsi semua dilakukan pada awal dan di akhir studi. Gejala dinilai oleh kuesioner dan gejala harian. Lima pasien lain, dengan Crohn’s disease, menerima 360 mg tiga kali sehari selama satu bulan dan kemudian empat
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
kali sehari selama satu bulan kedua. Crohn’s Disease Activity Index (CDAI), CRP, ESR, analisa hematological darah, dan fungsi ginjal dinilai pada semua pasien di awal dan akhir studi. Dalam kelompok proctitis semua lima pasien membaik di akhir studi seperti yang ditunjukkan oleh nilai keseluruhan. Lima subjek menunjukkan hasil normal pada ESR, CRP dan indeks peradangan serologi setelah dua bulan. Dalam kelompok CD, CDAI nilai menurun rata-rata 55 poin, dan CRP dan ESR menurun pada empat dari lima pasien (Jurenka, J.S., 2009). Dosis Simplisia kunyit 3-9 g per hari. Rata-rata dosis adalah 1,5 – 3 g per hari. Serbuk harus diminum 2-3 kali per hari setelah makan, teh (2-3 gelas) harus diminum sebelum makan. Dosis tingtur adalah 10-15 tetes (0,5-1 ml) 2-3 kali per hari (BPOM, 2010). Kunyit diberikan pada dosis 5-30 g per hari untuk penyakit akut atau 3-10 g per hari untuk penyakit kronis pada keadaan inflamasi (peradangan) (Emea, 2009). Efek Samping Dosis besar atau pemakaian yang berkepanjangan dapat mengakibatkan iritasi membran mukosa lambung. Tidak dapat digunakan pada kholangitis akut dan ikterus (BPOM, 2010). Toksisitas a. Toksisitas Akut Uji toksisitas akut ekstrak etanol rimpang kunyit yang diberikan peroral pada mencit (selama 24 jam) dengan dosis 0,5 ; 1,0 ; dan 3 g/kgBB menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
terhadap perubahan morfologi eksternal, hematologi, spermatogenik, pertambahan berat badan dan berat organ vital yang diamati. b. Toksisitas Kronis Uji toksisitas kronis oral selama 90 hari ekstrak etanol rimpang kunyit pada mencit dengan dosis 100 mg//kgBB per hari menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol terhadap perubahan morfologi eksternal, hematologi, spermatogenik, pertambahan berat badan dan berat organ vital yang diamati (BPOM, 2010). Tidak ada toksisitas yang signifikan telah dilaporkan meliputi akut atau kronis pada ekstrak kunyit dosis standar. Pada dosis yang sangat tinggi (100 mg/kg berat badan), kurkumin mungkin menyebabkan ulserogenik pada hewan, seperti yang dibuktikan oleh satu tikus studi (Anonim, 2012). Peringatan dan Perhatian Sebaiknya tidak digunakan pada anak-anak, masa kehamilan dan menyusui kecuali di bawah pengawasan dokter karena data efektivitas dan keamanan kunyit pada anak-anak dan ibu hamil serta ekskresi obat melalui air susu dan efeknya terhadap bayi belum dapat dibuktikan. Penggunaan kunyit untuk wanita hamil atau anak-anak dengan gangguan saluran empedu, penyakit hati atau tukak harus dihindari (BPOM, 2010). Kontraindikasi Kontraindikasi pada pasien yang mengalami obstruksi saluran empedu, penyakit batu empedu, hiperasiditas lambung, tukak lambung dan pasien yang hipersensitif terhadap tanaman ini. Penggunaan pada pasien batu empedu harus di
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
bawah pengawasan dokter. Tidak direkomendasikan untuk digunakan pada masa kehamilan. Kunyit dapat mengakibatkan efek emanagogik dan abortif dikarenakan aktivitas stimulasi uterin (BPOM, 2010). Interaksi Obat a. Interaksi dengan obat-obatan Kemungkinan berinteraksi dengan obat antikoagulan, antiplatelet, heparin dan agen trombolitik. Secara teori, kurkumin dapat meningkatkan aktivitas obatobatan tersebut sehingga meningkatkan resiko perdarahan. Penelitian in vitro pada hewan menunjukkan bahwa kurkumin dapat menghambat agregasi platelet, dimana mengakibatkan waktu pendarahan lebih lama jika dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan yang mempengaruhi fungsi platelet. Perlu perhatian khusus pada penggunaan kurkumin secara bersamaan dengan obat-obatan tersebut. Monitor waktu pendarahan, tanda vital dan resiko pendarahan berlebihan. Dalam sebuah uji klinik, kunyit melalui konstituen kurkumin terbukti dapat mempengaruhi absorpsi β-blockers yaitu berupa penurunan absorpsi talinolol (uji terhadap manusia), peningkatan absorpsi celiprolol (uji pada tikus). Namun penurunan absorpsi talinolol dikategorikan sedang dan secara klinik tidak relevan mengingat β-blockers memiliki margin terapi yang lebar (BPOM, 2010). Selain itu kurkumin dilaporkan dapat meningkatkan absorpsi midazolam melalui mekanisme penghambatan metabolisme midazolam oleh sitokrom P3A; tetapi tidak mempengaruhi absorpsi besi.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
b. Interaksi dengan tanaman obat lain Piperin, zat aktif yang terkandung dalam lada, dapat meningkatkan bioavailabilitas kurkumin. Dalam sebuah penelitian silang (crossover study), 8 relawan sehat diberi dosis tunggal kurkumin 2 g, serbuk tunggal, atau dengan piperin serbuk 20 mg. Dosis tunggal kurkumin menunjukkan kadar serum rendah atau tidak terdeteksi. Penambahan piperin meningkatkan kadar kurkumin 30 kali lipat pada 45 menit pertama, dan bioavailabilitas relatif meningkat 20 kali lipat. Sehingga penggunaan bersamaan kedua senyawa tersebut ditoleransi dengan baik (BPOM, 2010). Cara Membuat Resep untuk Wasir (Kemenkes RI, 2012) R/
Daun Ungu
15 g
Kunyit
5g
Air
420 ml
Cara pembuatan dan penggunaan
: Kunyit dikupas, dicuci bersih dan diiris
tipis-tipis. Dibuat infusa dan diminum 3x sehari sesudah makan selama 3 minggu berturut-turut. Hindari makan pedas, asam, dan berminyak. 3.3.4 Cara Pembuatan Sediaan Cara pembuatan sediaan herbal menurut Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima diantaranya adalah infusa, dekokta, teh, gargarisma dan kolutorium (obat kumur dan cuci mulut), sirupi (sirup), tinctura (tingtur), dan extracta (ekstrak) (BPOM, 2010). Dari beberapa cara pembuatan tersebut yang sering digunakan ialah dekokta dan infusa.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
3.4 Saran Terapi Tradisional Lain 3.4.1 Terapi Nutrisi Salah
satu
penyebab
utama
terjadinya
hemoroid
adalah
ketidaksesuaian pola makan. Perubahan pola makan yang cenderung lebih menyukai makanan siap saji yang tinggi lemak, garam dan rendah serat. Makanan yang lunak akan menghasilkan suatu produk yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan makanan yang rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar akan membuat makanan tersebut bergerak
lebih
lambat
di saluran cerna.
Namun dengan
meningkatkan asupan cairan dapat mempercepat pergerakan makanan tersebut di saluran cerna (Ulima, 2012). Penderita hemoroid perlu menghindari makanan dan minuman yang merangsang seperti makanan pedas dan minuman mengandung kafein, mengkonsumsi makanan berserat misalnya kacang-kacangan, gandum, jagung, apel, dan wortel. Dianjurkan juga untuk banyak minum air putih dan olahraga teratur (InfoPOM, 2014). 3.4.2 Terapi Pijat Pijat adalah panduan sistematis atau manipulasi yang terorganisir dari jaringan lunak tubuh dengan gerakan-gerakan seperti mengusap, meremas, menekan, memutar, menampar, dan menekan untuk tujuan terapi seperti mempromosikan sirkulasi darah dan getah bening, relaksasi otot, bantuan dari rasa sakit, pemulihan keseimbangan metabolik dan manfaat lain baik fisik ataupun mental (Sundari, 2011).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
Penderita hemorid dapat diberikan pijatan (accupressure) pada daerah kaki karena pada kaki terdapat meridian limpa dan ginjal. Pada tangan juga dapat dilakukan pemijatan pada meridian usus besar. Titik yang dapat dimanipulasi dengan teknik pemijatan seperti pada titik akupunktur Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6) dan Yinlingquan (SP 9). Pemijatan dapat pula dilakukan pada daerah abdominal untuk mengurangi konstipasi dan rasa tidak nyaman pada perut. Pijat harian pada perut menggunakan tekanan sedang dengan teknik effleurage, kneading dan vibration diberikan selama 8 bulan. Selama terapi pijat, pasien dilarang mengkonsumsi pencahar. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemijatan pada perut membantu memperlancar sistem pencernaan dan mengurangi konstipasi (Sinclair, 2010).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 4 ANALISIS KASUS 4.1 Analisis Kasus Secara Konvensional Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena di dalam pleksus hemmorrhoidalis, sering komplikasi dengan inflammasi, thrombosis, dan perdarahan (Gami, 2013). Hemoroid adalah varikositis akibat pelebaran pleksus vena hemorrhoidalis interna. Hemoroid berhubungan dengan konstipasi kronis disertai penarikan feces. Pleksus vena hemorrhoidalis interna terletak pada rongga submukosa di atas valvula morgagni. Kanalis anal memisahkannya dari pleksus vena hemorrhoidalis eksterna, tetapi kedua rongga berhubungan di bawah kanalis anal, yang submukosanya melekat pada jaringan yang mendasarinya untuk membentuk depresi inter hemorrhoidalis (Isselbacher, 2000 dalam Suprijono, M.A, 2009). Berdasarkan hasil anamnesa pasien didapatkan bahwa pasien mengalami perdarahan, konstipasi, BAB keras dan nyeri disekitar anus yang menunjukkan bahwa pasien mengalami hemoroid eksterna derajat I yakni terdapat hemoroid namun anus tidak prolaps (Merdikoputro, 2006 dalam Suprijono, M.A, 2009). 4.2 Analisis Kasus Secara Tradisional Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap pasien diketahui pasien dalam keadaan sadar. Ekspresi wajah pasien sedih dan warna wajah pasien kuning kehitaman. Wajah sedih menunjukkan terdapat kelainan pada unsur logam yakni pada organ paru atau usus besar. Warna kuning merupakan ekspresi dari sindroma Xi dan lembab. Pasien berbadan agak gemuk dengan gerak lamban, kulit tangan normal akan tetapi wajah berjerawat. 47 TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
Otot lidah pasien tebal, mengkilap, berwarna merah dengan banyak papila yang menonjol, terdapat tapal gigi yang nampak jelas di tepi lidah, terdapat sedikit fisura di tengah lidah dan berselaput kuning tipis di pinggir lidah bagian kiri. Otot lidah tebal, mengkilap dan terdapat tapal gigi menunjukkan pertanda sindroma lembab. Otot lidah merah dengan banyak papila, terdapat fisura dan selaput kuning tipis merupakan pertanda sindroma panas. Berdasarkan penciuman dan pendengaran tidak terdapat bau menyengat dan tidak dilakukan penciuman feses. Suara pasien terdengar berat dan keras. Berdasarkan hasil anamnesa diketahui bahwa pasien merasakan panas pada anus dan sering mengeluarkan darah segar saat defekasi. Pasien BAB 2 hari sekali dan BAK 3x sehari dengan warna kuning pekat, panjang dan jarang menunjukkan terdapat panas pada tubuh pasien. Pasien merasakan pegal seluruh badan terutama saat bangun tidur menunjukkan terdapat lembab pada tubuh pasien. Riwayat penyakit pasien adalah tifus dan maag serta mengalami jerawat yang cukup banyak. Pasien suka berada pada suhu dingin yang menunjukkan bahwa terdapat panas pada tubuh pasien. Pasien menyukai makanan dan minuman yang manis dan pedas serta sangat menyukai gorengan yang menyebabkan akumulasi lembab dan panas. Pasien sering merasa haus, tenggorokan gatal dan kering tetapi jarang minum yang menunjukkan sindroma lembab panas mengakibatkan penyebaran Jin Ye (cairan) tidak dapat mencapai mulut dan timbul perasaan haus, namun karena terdapat patogen lembab didalam tubuh, maka penderita tidak dapat minum banyak (Jie, 1997). Pasien sering mengalami sebah jika makan terlambat dan juga
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
sering mengalami borborigmus. Pada hidung pasien sering buntu dan ada lendir yang dialami sejak lama menunjukkan bahwa terdapat lembab. Pada pemeriksaan nadi, didapatkan nadi yang cepat dan kuat yang menandakan sindroma panas bersifat She. Patogen panas mengakibatkan Qi dan Xue–darah beredar dengan cepat. Nadi dalam atau tenggelam memanifestasikan sindroma Li-dalam. Dalam keadaan patogen berkumpul di bagian Li-dalam, Qi dan Xue-darah juga berkumpul pada bagian yang sama. Karena itu, nadi menjadi tenggelam dan kuat. Nadi tenggelam dan kuat memanifestasikan sindroma Li yang bersifat She yakni lokasi penyakit sudah berada di dalam dan terjadi pertikaian sengit antara patogen yang kuat, namun Zheng Qi-daya tahan juga masih belum lemah (Jie, 1997). Pasien menyukai makanan pedas dan berlemak. Cara makan dan minum yang tidak baik tersebut menyebakan patogen lembab panas berakumulasi didalam tubuh, kemudian merusak fungsi dari kedua organ unsur tanah yakni Pilimpa dan Wei-lambung. Patogen lembab panas yang berakumulasi didalam Pilimpa dan Wei-lambung menyebabkan fungsi kedua organ terganggu, sehingga tidak dapat melakukan fungsi penampungan, pencernaan, transportasi dan transformasi dengan baik (Jie, 1997). Fungsi limpa yang terganggu juga menyebabkan organ-organ tidak dapat berada pada tempatnya dikarenakan Pi Qi tidak dapat naik ke atas sehingga terjadi prolapsus ani. Xue (darah) sifatnya turun kebawah sehingga perlu ditarik ke atas dan dibimbing oleh Pi Qi agar darah tetap mengalir di pembuluh darah. Apabila
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
Pi Qi terganggu dan lemah akan menyebabkan perdarahan saat defekasi dikarenakan Xue (darah) tidak mengalir di pembuluh darah (Jie, 1997). Patogen lembab panas yang turun ke bawah mengganggu fungsi Da chang-usus besar dalam pengeluaran ampas makanan dan juga membuat dubur terasa panas. Patogen lembab panas menyebabkan fungsi usus besar terganggu dan Qi usus besar terhalang, maka timbul sakit perut dan perasaan ingin BAB tetapi kotoran yang keluar sedikit. Konstipasi yang terjadi merupakan pertanda bahwa patogen panas lebih kuat pada Da chang-usus besar (Jie, 1997). Patogen lembab panas yang turun kebawah dapat terjadi dikarenakan hubungan ibu dan anak yang saling menghidupi antara Pi-limpa dan Wei-lambung yang merupakan organ dari unsur tanah dengan Da chang-usus besar dan Fei-paru yang merupakan organ dari unsur logam. Jika organ unsur tanah yakni Pi-limpa dan Wei-lambung sebagai ibu terserang patogen lembab panas, maka anak dari unsur tanah yakni unsur logam yaitu Da chang-usus besar dan Fei-paru tersebut juga dapat terserang patogen lembab panas. Hal ini merupakan hubungan patologis dimana penyakit ibu menjalar ke anak (Jie, 1997). Pembesaran vena yang terjadi pada anus dan sekitarnya menyebabkan peredaran Qi didaerah anus menjadi tidak lancar sehingga Qi tidak mampu menggerakkan aktivitas organ Zhang Fu disekitar anus. Xue-darah juga tidak dapat didorong oleh Qi sehingga peredaran darah terhambat, Qi yang tidak lancar tersebut juga mengakibatkan darah keluar dari pembuluh darah karena Qi tersebut kehilangan daya menahan dan mengatur. Kemudian, apabila Qi tidak lancar maka cairan penting Jin Ye juga tidak dapat menyebar (Jie, 1997).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
Berdasarkan analisis kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami hemoroid dengan sindrom lembab panas. Organ yang diserang adalah limpa dan usus besar. Sehingga pada prinsip terapinya ialah dengan menghilangkan panas dan lembab, mendinginkan darah untuk menghentikan perdarahan (Yin dan Liu, 2000). Titik utama yang diambil adalah :
Erbai (EX-UE 2) Merupakan titik ekstra pada ekstrimitas atas dan digunakan untuk hemoroid. Dilakukan teknik sedasi.
Chengshan (BL 57) Merupakan titik dari meridian kandung kemih yang sering digunakan untuk mengatasi hemoroid. Dilakukan teknik sedasi.
Sanyinjiao(SP 6) Merupakan titik pertemuan 3 meridian Yin limpa, ginjal dan hati. Titik ini dapat menambah Yin dalam tubuh dan juga mengusir lembab. Dilakukan teknik tonifikasi untuk menambah Yin.
Yinlingquan (SP 9). Merupakan titik He-bawah meridian limpa. Titik ini dapat digunakan untuk mengusir panas dan lembab. Dilakukan teknik sedasi.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 5 PERAWATAN 5.1 Bentuk Kegiatan Kegiatan yang dilakukan ini merupakan studi kasus pada pasien hemoroid. Perlakuan yang diberikan adalah akupunktur dan herbal. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang terjadi pada pengobatan pasien hemoroid sejak sebelum penanganan, ketika penanganan, dan setelah penanganan menggunakan teknik akupunktur dan pemberian herbal. 5.2 Waktu dan Tempat Perawatan Perawatan yang dilakukan mulai bulan April hingga Mei 2016 sebanyak dua belas kali atau satu seri. Tahap perawatan dilakukan sebanyak empat minggu, setiap minggunya dilakukan tiga kali perawatan. Tempat perawatan pertama dilakukan di klinik Battra Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan selanjutnya perawatan dilakukan di kediaman pasien. 5.3 Alat dan Bahan Akupunktur 5.3.1 Alat a. Kapas b. Jarum akupunktur 1 cun dan 1,5 cun c. Handscoon disposable d. Klem atau penjepit kapas e. Wadah peralatan (leher angsa) f. Tempat pembuangan jarum bekas
52 TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
g. Tempat pembuangan kapas bekas h. Tensimeter i.
Stetoskop
5.3.2 Bahan a.
Alkohol 70%
Herbal 5.3.3 Alat a.
Timbangan digital
b.
Plastik
c.
Panci infusa
d.
Kompor
e.
Saringan
f.
Sendok
g.
Gelas ukur
5.3.4 Bahan a. Simplisia Daun Ungu
5 gram
b. Simplisia Herba Pegagan
3 gram
c. Simplisia Rimpang Kunyit
5 gram
d. Air
500 ml
e. Madu
secukupnya
(Bahan tersebut untuk pemakaian dalam sehari)
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
5.4 Prosedur 5.4.1 Persiapan Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan terapi akupunktur adalah: 1. Mempersiapkan dan merapikan tempat terapi yang akan digunakan. 2. Mempersiapkan jarum akupunktur 1 cun dan 1,5 cun 3. Mempersiapkan klem atau penjepit kapas yang akan digunakan untuk menghindari kontaminasi dari tangan terapis. 4. Mempersiapkan kapas yang telah dibasahi alkohol untuk mensterilisasi titik-titik yang akan dilakukan penusukan dan juga kapas kering untuk menutup atau membersihkan daerah penusukan jika terjadi perdarahan. 5. Mempersiapkan wadah peralatan (leher angsa) untuk meletakkan alat-alat penusukan. 6. Mempersiapkan
tempat
pembuangan
kapas
bekas
pakai,
handscoon bekas pakai dan tempat khusus pembuangan jarum bekas pakai. 7. Mempersiapkan peralatan lain seperti tensimeter dan stetoskop untuk menunjang pemeriksaan pasien. 5.4.2 Tahap Perlakuan Terapi Akupunktur 1. Mempersilahkan pasien untuk masuk dan duduk di ruangan terapi.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
2. Melakukan pemeriksaan terhadap pasien meliputi pengamatan, penciuman dan pendengaran, anamnesa, serta perabaan. 3. Menentukan diagnosa, prinsip terapi, titik terapi dan teknik terapi yang digunakan. 4. Mempersilahkan pasien berbaring dalam keadaan tengkurap sesuai letak titik akupunktur. 5. Mensterilkan alat dan bahan yang akan digunakan serta tangan terapis dengan menggunakan alkohol 70%. 6. Memakai handscoon disposable sebelum dilakukan penusukan agar tidak terjadi kontaminasi. 7. Menentukan
lokasi
titik
akupunktur
pada
tubuh
dan
mensterilkannya dengan menggunakan kapas yang diberi alkohol 70% yang dijepitkan pada klemp. 8. Menusuk titik akupunktur pada titik utama Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6) dan Yinlingquan (SP 9). 9. Mendiamkan jarum selama 5 menit dan memanipulasi jarum tiap 5 menit sekali dengan teknik tonifikasi pada titik Sanyinjiao (SP 6) dan teknik sedasi pada titik Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57) dan Yinlingquan (SP 9) serta dilakukan teknik pelengkap manipulasi scrapping, plucking dan pressing. 10. Mencabut jarum dari badan pasien setelah 20 menit (Sutanto, 1987) lalu membuang jarum di tempat pembuangan khusus jarum bekas pakai.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
11. Pasien diberi tahu jika terapi telah selesai dan pasien dipersilahkan merapikan pakaiannya kembali. 12. Merapikan alat dan bahan yang telah digunakan. 13. Memberi informasi dan nasehat serta saran demi kesehatan pasien dan hasil terapi yang optimal. 5.5 Pembuatan Herbal A. Komposisi Sediaan Komposisi sediaan mengacu pada dosis aman penggunaan masingmasing simplisia. Resep yang digunakan adalah : simplisia rimpang kunyit 5 g, simplisia daun ungu 5 g dan simplisia herba pegagan 3 g yang didapatkan dari apotek Poli OTI RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Semua bahan direbus bersama dengan air 500 ml hingga tersisa 450 ml. B. Peracikan Bahan 1. Menyiapkan simplisia daun ungu, herba pegagan dan rimpang kunyit. 2. Menimbang
masing-masing
bahan
sesuai
takaran
lalu
membungkusnya dengan plastik kecil. 3. Menyiapkan panci infusa untuk merebus. 4. Mencuci simplisia daun ungu, herba pegagan dan rimpang kunyit dengan air mengalir. 5. Memasukkan rimpang kunyit ke dalam panci lalu menambahkan air sebanyak 500 ml.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
6. Merebus selama 15 menit hingga mendidih dalam keadaan panci tertutup dengan api kecil dengan sekali-sekali diaduk. 7. Setelah itu memasukkan simplisia daun ungu dan herba pegagan lalu mengaduk hingga homogen. 8. Menunggu hingga 15 menit dalam keadaan panci tertutup dengan sekali-sekali diaduk. 9. Mematikan api dan menunggu hingga dingin dalam keadaan panci tertutup. 10. Setelah dingin, menyaring sediaan untuk memisahkan ampasnya. 11. Jika volume kurang dari 450ml dapat ditambahkan air mendidih ke dalam saringan yang berisi ampas tadi. 12. Aturan minum 3x1 masing-masing 150ml. C. KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) Selama terapi dilakukan, pasien juga harus mengatur pola hidup yang baik dan tidur yang cukup sehari 8 jam, menghindari kebiasaan duduk mengejan terlalu lama di toilet ketika BAB, mengatur pola makan dengan menghindari konsumsi makanan yang pedas dan gorengan serta buah yang bersifat panas seperti melon, durian, dan sebagainya. Memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan yang mengandung serat seperti sawi, wortel, bayam, apel, pepaya, pisang, dan sebagainya. Serta memperbanyak konsumsi air putih minimal 2 liter perhari.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 HASIL Berdasarkan perencanaan perawatan pasien, perawatan yang diterapkan dan hasilnya adalah sebagai berikut : Tahap ke-1 1. Tanggal
: 25 April 2016 – 1 Mei 2016.
2. Waktu
: a. 25 April 2016 pukul 10.15 WIB. b. 26 April 2016 -1 Mei 2016 pukul 21.00 WIB.
3. Tempat
: a. Klinik Battra FKUA. b. Rumah Pasien, Trosobo, Taman – Sidoarjo.
Penatalaksanaan Perawatan : Pada tahap pertama yang terdiri dari 3 perawatan (perawatan 1, 2 dan 3) untuk akupunktur dan untuk herbal diberikan setiap hari. Akupunktur yang diberikan yaitu pada titik Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6) dan Yinlingquan (SP 9). Sedangkan untuk herbal diberikan kombinasi infusa daun ungu (Graptophyllum pictum), pegagan (Centella asiatica) dan dekokta kunyit (Curcuma domestica) diberikan 3x sehari dengan takaran 150 ml tiap kali minum. Hasil Perawatan : 1. Pada tahap pertama perdarahan terjadi saat BAB, rasa gatal, nyeri, panas dan perih pada anus juga dirasakan pasien. Sebelum dilakukan terapi,
58 TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
pasien telah mengalami perdarahan selama seminggu. Keesokan harinya, pasien tidak BAB dikarenakan takut terjadi perdarahan. 2. Pada perawatan kedua dan ketiga pasien sudah mulai BAB tanpa perdarahan, namun pasien masih merasakan gatal, nyeri, panas dan perih saat BAB. 3. Pasien mengalami pegal-pegal pada ekstrimitas. 4. Pasien masih mengalami borborigmus. Tahap ke-2 1. Tanggal
: 2 Mei 2016 – 8 Mei 2016.
2. Waktu
: 21.00 WIB.
3. Tempat
: Rumah Pasien, Trosobo, Taman – Sidoarjo.
Penatalaksanaan Perawatan : Pada tahap kedua yang terdiri dari 3 perawatan (perawatan 4, 5 dan 6) untuk akupunktur dan untuk herbal diberikan setiap hari. Akupunktur yang diberikan yaitu pada titik Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6) dan Yinlingquan (SP 9). Sedangkan untuk herbal diberikan kombinasi infusa daun ungu (Graptophyllum pictum), pegagan (Centella asiatica) dan dekokta kunyit (Curcuma domestica) diberikan 3x sehari dengan takaran 150 ml tiap kali minum. Hasil Perawatan : 1. Pada perawatan ke 4, 5 dan 6 perdarahan tidak lagi dialami pasien ketika BAB, rasa gatal, nyeri, panas dan perih pada anus masih dirasakan pasien, namun cenderung mulai berkurang.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
2. Frekuensi BAB sudah mulai membaik sehari sekali, namun masih didapati pasien tidak BAB satu kali selama perawatan tahap kedua. 3. Pegal-pegal pada ekstrimitas sudah mulai berkurang. 4. Borborigmus masih sering terasa. Tahap ke-3 1. Tanggal
: 9 Mei 2016 – 15 Mei 2016.
2. Waktu
: 05.15 WIB.
3. Tempat
: Rumah Terapis, Trosobo, Taman – Sidoarjo.
Penatalaksanaan Perawatan : Pada tahap ketiga yang terdiri dari 3 perawatan (perawatan 7, 8 dan 9) untuk akupunktur dan untuk herbal diberikan setiap hari. Akupunktur yang diberikan yaitu pada titik Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6) dan Yinlingquan (SP 9). Sedangkan untuk herbal diberikan kombinasi infusa daun ungu (Graptophyllum pictum), pegagan (Centella asiatica) dan dekokta kunyit (Curcuma domestica) diberikan 3x sehari dengan takaran 150 ml tiap kali minum. Hasil Perawatan : 1. Pada perawatan ke 7, 8 dan 9 perdarahan tidak lagi dialami pasien ketika BAB, rasa gatal, nyeri, panas dan perih pada anus masih dirasakan pasien, namun agak berkurang. 2. Frekuensi BAB sudah mulai membaik menjadi sehari sekali. 3. Pegal-pegal pada ekstrimitas sudah agak berkurang terutama pada saat bangun tidur.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
4. Borborigmus yang dirasakan mulai berkurang. Tahap ke-4 1. Tanggal
: 16 Mei 2016 – 22 Mei 2016.
2. Waktu
: 05.15 WIB.
3. Tempat
: Rumah Terapis, Trosobo, Taman – Sidoarjo.
Penatalaksanaan Perawatan : Pada tahap keempat yang terdiri dari 3 perawatan (perawatan 10, 11 dan 12) untuk akupunktur dan untuk herbal diberikan setiap hari. Akupunktur yang diberikan yaitu pada titik Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6) dan Yinlingquan (SP 9). Sedangkan untuk herbal diberikan kombinasi infusa daun ungu (Graptophyllum pictum), pegagan (Centella asiatica) dan dekokta kunyit (Curcuma domestica) diberikan 3x sehari dengan takaran 150 ml tiap kali minum. Hasil Perawatan : 1. Pada perawatan ke 10, 11 dan 12 perdarahan tidak lagi dialami pasien ketika BAB, rasa gatal, nyeri, panas dan perih pada anus masih dirasakan pasien, namun sudah berkurang. 2. Frekuensi BAB pasien sudah membaik yakni sehari sekali. 3. Pegal-pegal pada ekstrimitas sudah berkurang terutama pada saat bangun tidur dan cenderung membaik. 4. Borborigmus sudah berkurang frekuensinya, namun masih terasa. Berikut ini adalah gambaran perubahan perkembangan keadaan pasien melalui pengamatan lidah :
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
1. Tahap ke-1
Gambar 6.1 Pengamatan lidah tahap ke-1 Otot lidah
: Tebal, berwarna merah, terdapat papila yang menonjol, terdapat tapal gigi.
Selaput lidah : Putih tebal, mengkilap. 2. Tahap ke-2
Gambar 6.2 Pengamatan lidah tahap ke-2 Otot lidah
: Tebal, berwarna merah, terdapat papila, terdapat tapal gigi.
Selaput lidah : Putih tipis.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
3. Tahap ke-3
Gambar 6.3 Pengamatan lidah tahap ke-3 Otot lidah
: Tebal, berwarna merah muda, terdapat papila yang sudah tidak menonjol, tapal gigi mulai berkurang.
Selaput lidah : Putih tipis. 4. Tahap ke- 4
Gambar 6.4 Pengamatan lidah tahap ke-4 Otot lidah
: Tebal, berwarna merah muda, terdapat papila yang sudah tidak menonjol, tapal gigi berkurang.
Selaput lidah : Putih tipis.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
6.2 Pembahasan Secara Tradisional Berdasarkan hasil perawatan pasien hemoroid menggunakan teknik akupunktur dan kombinasi herbal daun ungu, pegagan dan rimpang kunyit didapatkan bahwa pasien yang pada awalnya mengalami hemoroid dengan gejala sembelit yang kronis dan massa feces padat dan keras setelah diterapi pasien sudah dapat BAB secara teratur sehari sekali dan feces mudah dikeluarkan karena massa feces tidak terlalu padat dan keras. Perdarahan pada saat defekasi pun sudah tidak dialami lagi. 6.2.1 Pembahasan Terapi Akupunktur Berdasarkan analisis kasus diketahui bahwa pasien mengalami hemoroid dengan sindrom lembab panas. Hal ini dapat dilihat dari keluhan pasien seperti rasa panas, perih dan nyeri pada anus, perdarahan saat BAB, pegal seluruh tubuh, dan borborigmus. Sindrom lembab panas ini membuat fungsi limpa dan usus besar terganggu. Limpa berfungsi sebagai pengatur peredaran darah dan juga menguasai otot. Jika fungsi limpa terganggu, maka organ-organ tidak dapat berada pada tempatnya dikarenakan Pi Qi tidak dapat naik ke atas sehingga terjadi prolapsus ani. Xue (darah) sifatnya turun kebawah sehingga perlu ditarik ke atas dan dibimbing oleh Pi Qi agar darah tetap mengalir di pembuluh darah. Apabila Pi Qi terganggu dan lemah akan menyebabkan perdarahan saat defekasi dikarenakan Xue (darah) tidak mengalir di pembuluh darah (Jie, 1997). Limpa berfungsi menyalurkan Cing makanan dan minuman, sedangkan Cing itu juga digunakan sebagai gizi atau nutrisi untuk otot. Apabila transportasi
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
limpa baik sehingga dapat memberikan gizi yang cukup kepada otot, maka otot dapat tumbuh dengan baik dan keempat anggota gerak badan juga bertenaga. Apabila limpa tidak dapat menjalankan fungsi transportasi dan transformasi membuat pembentukan nutrisi berkurang mengakibatkan otot mengecil dan anggota badan tak bertenaga (Jie, 1997). Hal tersebut yang menyebabkan pasien merasakan pegal-pegal pada ekstrimitas dikarenakan limpa tidak dapat menjalankan fungsi transportasi dan transformasi dengan baik. Fungsi Da chang-usus besar ialah sebagai tempat penyaluran materi kotor. Ampas makanan yang diterima usus besar dari usus kecil diserap airnya oleh usus kecil menjadi padat dan berbentuk kemudian dikeluarkan melalui dubur sebagai tinja. Jika patogen lembab panas turun ke bawah, maka dapat mengganggu fungsi Da chang-usus besar dalam pengeluaran ampas makanan dan juga membuat dubur terasa panas (Jie, 1997). Seperti yang terlihat pada pasien yang sering merasakan panas, perih dan nyeri pada anus ketika BAB. Patogen lembab panas juga menyebabkan fungsi usus besar terganggu dan Qi usus besar terhalang, maka timbul sakit perut dan perasaan ingin BAB tetapi kotoran yang keluar sedikit. Konstipasi yang terjadi merupakan pertanda bahwa patogen panas lebih kuat pada Da chang-usus besar sehingga mengeringkan Jin Ye di dalam usus besar (Jie, 1997). Hal tersebut yang menyebabkan pasien mengalami konstipasi dengan massa feces keras. Prinsip terapi pada pasien hemoroid dengan sindroma lembab panas ini adalah
menghilangkan
lembab dan
panas,
mendinginkan darah untuk
menghentikan perdarahan (Yin dan Liu, 2000). Titik yang digunakan adalah Erbai
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
(EX-UE 2) yang merupakan titik ekstra pada ekstrimitas atas dan digunakan untuk hemoroid. Chengshan (BL 57) untuk mengatasi hemoroid dan membantu mengurangi pegal-pegal pada ekstrimitas bawah. Sanyinjiao (SP 6) yang merupakan titik pertemuan 3 meridian Yin kaki limpa, ginjal dan hati yang berfungsi untuk menambah Yin dalam tubuh, mengusir lembab, dan tonifikasi Qi limpa. Yinlingquan (SP 9) yang merupakan titik He-bawah meridian limpa berfungsi untuk mengusir panas dan lembab (Yin dan Liu, 2000). Penggunaan terapi akupunktur pada titik utama Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6) dan Yinlingquan (SP 9) dapat membantu mengurangi gejala yang timbul pada hemoroid. Hasil perawatan selama 12 kali terapi menunjukkan bahwa pasien sudah tidak mengalami konstipasi, dan tidak terdapat perdarahan saat defekasi. Rasa gatal pada anus dan rasa nyeri serta panas saat defekasi mulai berkurang. Pegal-pegal pada ekstrimitas dan pada saat bangun tidur pun sudah berkurang. Borborigmus sudah mulai berkurang. Selain keluhan yang dirasakan pasien, pada pengamatan lidah pasien juga mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Sebelum terapi lidah pasien memiliki otot lidah tebal, mengkilap, berwarna merah dengan banyak papila yang menonjol, terdapat tapal gigi, terdapat sedikit fisura dan selaput kuning tipis. Pada tahap ke-1, otot lidah tebal, berwarna merah, terdapat papila yang menonjol, terdapat tapal gigi dengan selaput lidah putih tebal, mengkilap. Pada tahap ke-2, otot lidah tebal, berwarna merah, papila mulai berkurang, terdapat tapal gigi dan selaput lidah berkurang menjadi putih tipis. Pada tahap ke-3 dan ke-4, otot lidah
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
tebal, otot lidah sudah berwarna merah muda, papila sudah tidak menonjol, tapal gigi mulai berkurang dan selaput lidah putih tipis. 6.2.2 Pemberian Herbal Daun Ungu, Pegagan dan Rimpang Kunyit Pemberian herbal juga diterapkan selama perawatan pasien hemoroid. Herbal yang diberikan yaitu daun ungu kering 5 gram dan pegagan kering 3 gram yang cara pembuatannya dengan infusa serta rimpang kunyit kering 5 gram yang cara pembuatannya dengan dekokta. Ramuan herbal tersebut diminum setiap tiga kali sehari setelah makan. Konsumsi herbal daun ungu, pegagan dan rimpang kunyit memiliki efek yang baik dalam mengurangi gejala pada hemoroid. Daun ungu memiliki kandungan senyawa flavonoid luteolin-7-glukosida (Siregar, 2011) yang berfungsi sebagai antiinflamasi dengan cara menghambat biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator pada proses inflamasi dan menurunkan permeabilitas vaskular (Mun’im dan Hanani, 2011). Mekanisme kerja flavonoid dalam menghambat proses terjadinya inflamasi melalui dua cara, yaitu dengan menghambat
permeabilitas kapiler
dan menghambat
metabolisme asam
arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel endothelial. Flavonoid
berperan
penting
dalam
menjaga
permeabilitas
serta
meningkatkan resistensi pembuluh darah kapiler. Oleh karena itu, flavonoid digunakan pada keadaan patologis seperti terjadinya gangguan permeabilitas dinding pembuluh darah. Terjadinya kerusakan pembuluh darah kapiler akibat radang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga darah (terutama
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68
plasma darah) akan keluar dari kapiler jaringan, diikuti dengan terjadinya respon inflamasi (Fitriyani, A., dkk., 2011). Flavonoid terutama bekerja pada endothelium mikrovaskular untuk mengurangi terjadinya hipermeabilitas dan radang. Beberapa senyawa flavonoid seperti pada luteolin-7-glukosida (Lopez-Lazaro, 2009) dapat menghambat pelepasan asam arakhidonat dan sekresi enzim lisosom dari membran dengan jalan memblok jalur siklooksigenase. Penghambatan jalur siklooksigenase dapat menimbulkan pengaruh lebih luas karena reaksi siklooksigenase merupakan langkah pertama pada jalur yang menuju ke hormon eikosanoid seperti prostaglandin dan tromboksan (Fitriyani, A., dkk., 2011). Daun ungu juga mempunyai senyawa pektin yang dapat mengembangkan saluran cerna, sehingga mempermudah defekasi dan tak menimbulkan luka atau peradangan (Mun’im dan Hanani, 2011). Infusa daun ungu juga dapat digunakan sebagai laksan dengan parameter frekuensi, konsistensi defekasi, dan massa feses (Nuratmi B dan YN Astuti, 1998 dalam Kemenkes RI 2012). Efek laksansia ringan terlihat dengan adanya kenaikan amplitudo kontraksi otot polos pada jejunum (Sumastuti R, 1998 dalam Kemenkes RI, 2012). Kandungan triterpenoid saponin yaitu senyawa asiatikosida pada pegagan dapat memberikan efek pengurangan laju filtrasi kapiler yang terlihat dengan perbaikan mikrosirkulasi dan gejala klinisnya. Selain itu, triterpenoid saponin dapat meningkatkan tonus pembuluh darah pada pasien dengan berbagai gangguan vena (termasuk wasir dan varises) (Mackay, 2001).
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
Kandungan kurkumin pada rimpang kunyit bekerja sebagai anti inflamasi dengan cara menghambat ikatan asam arakidonat sehingga produksi prostaglandin sebagai mediator radang dapat dihambat (Jurenka, J.S., 2009). Kurkumin sebagai analgesik (Neha, S. et al, 2009) dengan mekanisme penghambatan di bagian syaraf perifer dan sentral (Al-Tahan, 2012). Kurkumin menghambat kerja enzim COX, sehingga asam arakhidonat yang menumpuk tidak bisa berubah menjadi prostaglandin. Prostaglandin yang sedikit mengakibatkan proses transduksi memerlukan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan stimulus nyeri yang akan ditransmisikan ke otak untuk dipersepsikan (Syahruddin., dkk., 2015). Kurkumin juga dapat memperbaiki saluran pencernaan dan sebagai antimikroba yang menghambat pertumbuhan berbagai bakteri, parasit dan patogen jamur.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil studi kasus penanganan hemoroid menggunakan terapi akupunktur pada titik Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6) dan Yinlingquan (SP 9) serta pemberian kombinasi herbal infusa daun ungu kering 5 gram dan pegagan kering 3 gram serta dekokta rimpang kunyit kering 5 gram 3x sehari dengan dosis 150ml tiap kali minum selama 28 hari secara rutin dapat mengurangi gejala hemoroid. 7.2 Saran Untuk studi kasus hemoroid berikutnya perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai jenis dan derajat hemoroid. Penegakkan sindroma dan pemilihan titik yang tepat akan menentukan hasil yang baik. Selain itu, perlu pengembangan jenis dan ragam tanaman herbal yang dapat digunakan untuk mengatasi keluhan hemoroid. Komunikasi yang baik diperlukan untuk pengaturan pola makan dan pola
hidup
pasien
agar
memberikan
efek
yang
maksimal.
70 TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
Daftar Pustaka Anonim. 2012. Curcuma longa. Alternative Medicine Review Monographs. Throne Research, Inc. P.109-125. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2008. Acuan Sediaan Herbal Volume Ketiga. Jakarta : BPOM RI. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima Edisi Pertama. Jakarta : BPOM RI. D. Arora, M.Kumar, and S.D. Dubey. 2002. Centella asiatica- A review of Its Medicinal Uses and Pharmacological Effects. Journal of Natural Remedies, Vol. 2/2 , P: 143 – 149. Dara, S.W. 2013. Mengatasi Hemoroid dengan Menggunakan Terapi Akupunktur pada Titik Erbai (EX-UE-2), Xuehai ( SP 10), Sanyinjiao (SP 6), Shangjuxu (ST 37) Serta Herbal Graptophyllum pictum (L.) Griff. (Daun Ungu).Karya Tulis Ilmiah. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Departemen Kesehatan RI, 1977. Materia Medica Indonesia Jilid 1. Jakarta : Depkes RI. Hal.34-39, 47-52. Departemen Kesehatan RI, 1989. Materia Medica Indonesia Jilid 5. Jakarta : Depkes RI. Hal.236-239. Dewi, H.M. 2015. Penanganan Hemorrhoid Menggunakan Akupunktur Pada Titik Sanyinjiao (SP6), Shangjuxu (ST37), Chengshan (BL57), Zhigou (SJ6) dan Pemberian Herbal Kombinasi Daun Wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) dan Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Karya Tulis Ilmiah. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Djumnaha,A. 2013. Patogenesis, Diagnosis, dan Pengelolaan Medik Hemorroid. Artikel. Bandung : SubBag Gastroenterohepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Hal.1. Dzulkarnain B, dkk., 1984. Toksisitas Handeulum (Graptophyllum pictum (L.) Griff.), Makalah pada Simposium Penelitian Tumbuhan Obat IV, Bandung dalam Kemenkes RI. 2012. Vademenkum Tanaman Obat Untuk Saintifikasi Jamu Jilid I. Jakarta : Kemenkes RI. Fitriyani, A., Winarti, L., Muslichah, S., dan Nuri. 2011. Uji Antiinflamasi Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav) Pada Tikus Putih. Fakultas Farmasi Universitas Jember. Majalah Obat Tradisional, 16(1) : 34-42.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72
Gami, B. 2011. Hemorrhoid A Common Ailment Among Adults, Cause and Treatment. A Review. Gujarat India. Pharmaceutical Biotechnology Lab, Ipcowala Santram Institute of Biotechnology & Emerging Sciences, 5 (3) : 5-12. Hargono, D. 1993. Formularium Obat Tradisional Indonesia Edisi II. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Hal. 21, 45. Hou, Wei dan Fei Yang Zhang. 2010. What is acupuncture? . Diunduh dari: http://www.nztaichi.com/acupuncture.htm, diakses pada tanggal 25 Maret 2016. InfoPOM. 2014. WASPADAI HEMOROID (WASIR). Artikel. Vol. 15 No. 5 September – Oktober 2014, diakses pada tanggal 10 Maret 2016. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper, 2000, “Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam”, Vol. 4, Edisi 13. Jakarta : Buku Kedokteran EGC, hal.159-165 dalam Suprijono, M.A, 2009. Hemorrhoid. Jurnal Sultan Agung, Vol. XLIV, No. 118. Hal: 23-36. Jie, S.K. 1997. Dasar Teori Ilmu Akupunktur Identifikasi dan Klasifikasi Penyakit. Jakarta : Grasindo. Hal.51-54, 59-64, 68 Julie S. Jurenka. 2009. Anti-inflammatory Properties of Curcumin, a Major Constituent of Curcuma longa: A Review of Preclinical and Clinical Research, Alternative Medicine Review, Vol.14, No.2. Kashmira J.G., Jagruti A.P., and Anuradha K Gajjar. 2010. Pharmacological Review on Centella asiatica: A potential herbal cure-all. Indian Journal Pharmaceutical Sciences, 72(5): 546–56. Kemenkes RI. 2012. Vademenkum Tanaman Obat Untuk Saintifikasi Jamu Jilid I. Jakarta : Kemenkes RI Lopez-Lazaro, M. 2009. Distribution and Biological Activities of the Flavonoid Luteolin. Mini-Reviews in Medicinal Chemistry. Vol.9, No.1. P: 31-59. Mackay, D. and Candidate, N. 2001. Hemorrhoids and Varicose Veins : A Review of Treatments Options. Alternative Medicine Review. 6:126-140 M. Akram, Shahab-Uddin, Ahmed A., Usmanghani K., Hannan A., E. Mohiuddin., M. Asif. 2010. Curcuma Longa And Curcumin: A Review Articlerom. J. Biol. – Plant Biol., Vol. 55, No. 2, P. 65–70 Merdikoputro, D, 2006, “Jalan Kaki Cegah Wasir”, www. suaramerdeka. com. dalam Suprijono Suprijono, M.A, 2009. Hemorrhoid. Jurnal Sultan Agung, Vol. XLIV, No. 118. Hal: 23-36. Mun’im. A. dan Hanani, E. 2011. Fitoterapi Dasar. Jakarta : Dian Rakyat. Hal. 48-50
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73
National Center for Complementary and Alternative Medicine. 2012. Acupuncture: An Introduction. Diunduh dari: http://nccam.nih.gov/health/acupuncture/introduction.htm, diakses pada tanggal 26 Maret 2016. Neha, S.et.al. 2009.Analgesic and antipyretic activities of Curcuma longa rhizome extracts in Wister Rats. Veterinary World, Vol.2(8):304-306. Nuratmi B dan YN Astuti. 1998. Khasiat daun Handeulum (Graptophyllum pictum) sebagai laksansia. Puslitbang Farmasi, Balitbangkes. dalam Kemenkes RI. 2012. Vademenkum Tanaman Obat Untuk Saintifikasi Jamu Jilid I. Jakarta : Kemenkes RI. Saha, S., Guria T., Singha T and Maity T.K. 2013. Evaluation of Analgesic and Anti-Inflammatory Activity of Chloroform and Methanol Extracts of Centella asiatica Linn. ISRN Pharmacology. P: 1-6. Seevaratnam, V., P.Banumathi., Premalatha, M.R., Sundaram, S.P and Arumugam, T. 2012. Functional Properties of Centella Asiatica (L.): A Review. International Journal Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol 4, Suppl 5, P: 8-14. Siregar, A. 2011. Formularium Obat Herbal Asli Indonesia. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA. Kementrian Kesehatan RI 1 : 202-204. Sinclair, M. 2010. The use of abdominal massage to treat chronic Constipation. Journal of Bodywork & Movement Therapies. Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong, 1998, “ Buku Ajar Ilmu Bedah”. Jakarta : Buku Kedokteran EGC, hal.910-915 dalam Suprijono, M.A, 2009. Hemorrhoid. Jurnal Sultan Agung, Vol. XLIV, No. 118. Hal: 23-36. Sumarny, R., Yuliandini dan Rohani, M. 2013. Efek Anti-Inflamasi dan AntiDiare Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) Dan Daun Ungu (Graptophyllum pictum L. Griff). Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III, Padang 4-5 Oktober 2013 Sumastuti R. 1998. Efek infusa daun ungu (Graptophyllum pictum) pada usus halus kelinci terpisah sehubungan penggunaan sebagai obat wasir. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UGM Jogjakarta dalam Kemenkes RI. 2012. Vademenkum Tanaman Obat Untuk Saintifikasi Jamu Jilid I. Jakarta : Kemenkes RI. Sundari, W. 2011. Pijat Dalam Aromaterapi. Fakultas Farmasi. Tesis. Depok : Universitas Indonesia.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
Suprijono, M.A, 2009. Hemorrhoid. Jurnal Sultan Agung, Vol. XLIV, No. 118. Hal: 23-36. Suseno. 2012. Formulasi Sediaan Suppositoria Ekstrak Etanol Daun Wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) dalam Basis Polietilenglikol. Skripsi. Purwokerto : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Sutanto, Djuharto S. 1987. Buku Pegangan Praktis Terapi Akupunktur. Jakarta : PT. Grafidian Jaya. Hal :162-163. Ulima, Bifirda. 2012. Faktor Risiko Kejadian Hemorrhoid pada Usia 21-30 Tahun. Skripsi. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Vyas, K. 2015. The Cure is in the Roots: Turmeric. Journal Nutritional & Disorders Therapy. Vol.5. Issue.3 Winarto,W.P, Media
2007. Tanaman Obat Indonesia II. Jakarta : Karyasari Herba
Wiryowidagdo, S., Al Mahmud., B.Taebe, F.Tobo dan EF Sabu. 1998. Perbandingan Pengaruh Perasan, infusa dan ekstrak metanol daun ungu (Graptophyllum pictum) terhadap tukak anurektum pada tikus putih. Laporan Penelitian. Ujung Pandang : Jurusan Farmasi, FMIPA Unhas dalam Kemenkes RI. 2012. Vademenkum Tanaman Obat Untuk Saintifikasi Jamu Jilid I. Jakarta : Kemenkes RI World Health Organization. 2010. WHO Standard Acupuncture Point Locations in The Western Pacific Region. Beijing : People’s medical Publishing House. Yanuari, N. 2014. Perbandingan Penanggulangan Hemorrhoid (Wasir) Dengan Terapi Akupunktur pada Titik Erbai (EX-UE-2), Sanyinjiao (SP 6) dan Chengshan (BL 57) dengan Terapi Pemberian Ubi Jalar Kuning (Ipomea batatas (L.) Lam.). Karya Tulis Ilmiah. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Yanfu, Z. 2002. Chinesse Accupuncture and Moxibution. Shanghai : Publishing House of Shanghai University of Traditional Chinesse Medicine. Pp.375378 Yin, G. and Liu Z.. 1999. Advanced Modern Chinese Acupuncture Theraphy. Beijing : New World Press.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
Lampiran 1 KARTU STATUS PASIEN I Nama
: Nn. SJ
Usia
: 20 tahun
Alamat
: Trosobo, Taman - Sidoarjo
Jenis Kelamin : Perempuan Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Mahasiswi
Tinggi Badan : 165 cm Berat Badan
: 71 Kg
Tensi
: 110/80 mmHg
Tanggal/Jam : 16 Maret 2016 PENGAMATAN
Kesadaran
: Sadar
Ekspresi Wajah
: Sedih
Warna
: Kuning kehitaman
Sing Tay
:
o Bentuk Tubuh : Agak gemuk o Gerak-gerik
: Cenderung lamban
o Kulit
: Normal kecuali wajah berjerawat
o Rambut
: Normal
o Mata
: Normal
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
o Telinga
: Simetris
o Mulut
: Normal
Lidah o Otot
: Tebal, merah dengan papila, tapal gigi, fisura.
o Selaput
: kuning tipis, mengkilap.
PENCIUMAN/PENDENGARAN
Keringat
: Normal
Faces
:-
Suara
: agak berat dan keras.
ANAMNESA
Keluhan
: Susah BAB dan tiap BAB keluar darah segar.
Keluhan tambahan
: Pegal-pegal.
Riwayat Penyakit
: Magh dan tifus.
Hal-hal Umum
Keluhan tubuh : Perut sakit tidak bisa BAB dan pegal-pegal.
Panas/dingin : Dingin.
Berkeringat
: Normal.
BAB
: 2-3 hari sekali.
BAK
: Jarang dengan warna kuning kecoklatan.
Makan/minum : Suka manis, pedas, gorengan dan minuman dingin.
Tidur
: Malam diatas jam 22.00.
Kehausan
: Sering haus tapi jarang minum.
Hal-hal Khusus
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
Paru-paru
: Sering terdapat lendir di hidung sejak lama.
Usus Besar
: BAB 2-3 hari sekali, borborigmus.
Limpa
: Pegal-pegal.
Lambung
: Sering perih dan sebah.
Jantung
:-
Usus Kecil
:-
Kandung Kemih: -
Ginjal
:-
Pericardium
:-
Sanjiao
:-
Kandung Empedu: -
Hati
:-
Tensi
: 110//80 mmHg
Wanita
: Mens teratur, darah haid merah tanpa gumpalan.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78
PERABAAN Titik Shu dan Mu Organ
Shu Belakang
Mu Depan
Paru-paru
Enak tekan
Enak tekan
Usus Besar
Nyeri tekan
Nyeri tekan
Lambung
-
Nyeri tekan
Limpa
-
Enak tekan
Jantung
-
-
Usus Kecil
-
-
Kandung Kemih
-
-
Ginjal
-
-
Pericardium
-
-
Sanjiao
-
-
Kandung Empedu
-
-
Hati
-
-
Nadi Nadi
Kanan Dalam
Kiri Dangkal
Dalam
Dangkal
Chun
Cepat, kuat
-
-
Normal
Guan
Cepat, kuat
-
-
Normal
Normal
-
Normal
Che
TUGAS AKHIR
-
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80
KARTU STATUS PASIEN II Nama
: Nn. SJ
Usia
: 20 tahun
Alamat
: Trosobo, Taman - Sidoarjo
Jenis Kelamin : Perempuan Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Mahasiswi
Tinggi Badan : 165 cm Berat Badan
: 71 Kg
Tensi
: 100/80 mmHg
Tanggal/Jam : 2 Mei 2016 PENGAMATAN
Kesadaran
: Sadar
Ekspresi Wajah
: Sedih
Warna
: Kuning kehitaman
Sing Tay
:
o Bentuk Tubuh : Agak gemuk o Gerak-gerik
: Cenderung lamban
o Kulit
: Normal kecuali wajah berjerawat
o Rambut
: Normal
o Mata
: Normal
o Telinga
: Simetris
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81
o Mulut
: Normal
Lidah o Otot
: Tebal, merah dengan papila, tapal gigi.
o Selaput
: putih tebal, mengkilap.
PENCIUMAN/PENDENGARAN
Keringat
: Normal
Faces
:-
Suara
: agak berat dan keras.
ANAMNESA
Keluhan
: Susah BAB, nyeri dan panas pada anus saat BAB.
Keluhan tambahan
: Pegal-pegal.
Riwayat Penyakit
: Magh dan tifus.
Hal-hal Umum
Keluhan tubuh : Perut sakit tidak bisa BAB dan pegal-pegal.
Panas/dingin : Dingin.
Berkeringat
: Normal.
BAB
: 2 hari sekali.
BAK
: Jarang dengan warna kuning kecoklatan.
Makan/minum : Suka manis, pedas, gorengan dan minuman dingin.
Tidur
: Malam diatas jam 22.00.
Kehausan
: Sering haus tapi jarang minum.
Hal-hal Khusus
Paru-paru
TUGAS AKHIR
: Sering terdapat lendir di hidung sejak lama.
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82
Usus Besar
: BAB 2 hari sekali, borborigmus.
Limpa
: Pegal-pegal.
Lambung
: Sering perih dan sebah.
Jantung
:-
Usus Kecil
:-
Kandung Kemih: -
Ginjal
:-
Pericardium
:-
Sanjiao
:-
Kandung Empedu: -
Hati
:-
Tensi
: 100/80 mmHg
Wanita
: Mens teratur, darah haid merah tanpa gumpalan.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83
PERABAAN Titik Shu dan Mu Organ
Shu Belakang
Mu Depan
Paru-paru
Enak tekan
Enak tekan
Usus Besar
Nyeri tekan
Nyeri tekan
Lambung
-
Nyeri tekan
Limpa
-
Enak tekan
Jantung
-
-
Usus Kecil
-
-
Kandung Kemih
-
-
Ginjal
-
-
Pericardium
-
-
Sanjiao
-
-
Kandung Empedu
-
-
Hati
-
-
Nadi Nadi
Kanan Dalam
Kiri Dangkal
Dalam
Dangkal
Chun
Cepat, kuat
-
-
Normal
Guan
Cepat, kuat
-
-
Normal
Normal
-
Normal
Che
TUGAS AKHIR
-
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85
KARTU STATUS PASIEN III Nama
: Nn. SJ
Usia
: 20 tahun
Alamat
: Trosobo, Taman - Sidoarjo
Jenis Kelamin : Perempuan Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Mahasiswi
Tinggi Badan : 165 cm Berat Badan
: 71 Kg
Tensi
: 110/80 mmHg
Tanggal/Jam : 9 Mei 2016 PENGAMATAN
Kesadaran
: Sadar
Ekspresi Wajah
: Sedih
Warna
: Kuning kehitaman
Sing Tay
:
o Bentuk Tubuh : Agak gemuk o Gerak-gerik
: Cenderung lamban
o Kulit
: Normal kecuali wajah berjerawat
o Rambut
: Normal
o Mata
: Normal
o Telinga
: Simetris
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86
o Mulut
: Normal
Lidah o Otot
: Tebal, merah, papila berkurang, tapal gigi.
o Selaput
: putih tipis, mengkilap.
PENCIUMAN/PENDENGARAN
Keringat
: Normal
Faces
:-
Suara
: agak berat dan keras.
ANAMNESA
Keluhan
: Susah BAB, nyeri dan panas pada anus saat BAB.
Keluhan tambahan
: Pegal-pegal.
Riwayat Penyakit
: Magh dan tifus.
Hal-hal Umum
Keluhan tubuh : Perut sakit tidak bisa BAB dan pegal-pegal.
Panas/dingin : Dingin.
Berkeringat
: Normal.
BAB
: Normal (setiap hari sekali).
BAK
: Jarang dengan warna kuning kecoklatan.
Makan/minum : Suka manis, pedas, gorengan dan minuman dingin.
Tidur
: Malam diatas jam 22.00.
Kehausan
: Sering haus tapi jarang minum.
Hal-hal Khusus
Paru-paru
TUGAS AKHIR
: Sering terdapat lendir di hidung sejak lama.
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87
Usus Besar
: Borborigmus.
Limpa
: Pegal-pegal.
Lambung
: Sering perih dan sebah.
Jantung
:-
Usus Kecil
:-
Kandung Kemih: -
Ginjal
:-
Pericardium
:-
Sanjiao
:-
Kandung Empedu: -
Hati
:-
Tensi
: 110/80 mmHg
Wanita
: Mens teratur, darah haid merah tanpa gumpalan.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88
PERABAAN Titik Shu dan Mu Organ
Shu Belakang
Mu Depan
Paru-paru
Enak tekan
Enak tekan
Usus Besar
Nyeri tekan
Nyeri tekan
Lambung
-
Nyeri tekan
Limpa
-
Enak tekan
Jantung
-
-
Usus Kecil
-
-
Kandung Kemih
-
-
Ginjal
-
-
Pericardium
-
-
Sanjiao
-
-
Kandung Empedu
-
-
Hati
-
-
Nadi Nadi
Kanan Dalam
Kiri Dangkal
Dalam
Dangkal
Chun
Cepat, kuat
-
-
Normal
Guan
Cepat, kuat
-
-
Normal
Normal
-
Normal
Che
TUGAS AKHIR
-
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90
KARTU STATUS PASIEN IV Nama
: Nn. SJ
Usia
: 20 tahun
Alamat
: Trosobo, Taman - Sidoarjo
Jenis Kelamin : Perempuan Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Mahasiswi
Tinggi Badan : 165 cm Berat Badan
: 71 Kg
Tensi
: 110/80 mmHg
Tanggal/Jam : 16 Mei 2016 PENGAMATAN
Kesadaran
: Sadar
Ekspresi Wajah
: Sedih
Warna
: Kuning kehitaman
Sing Tay
:
o Bentuk Tubuh : Agak gemuk o Gerak-gerik
: Cenderung lamban
o Kulit
: Normal kecuali wajah berjerawat
o Rambut
: Normal
o Mata
: Normal
o Telinga
: Simetris
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91
o Mulut
: Normal
Lidah o Otot
: Tebal, merah muda, tapal gigi, papila berkurang.
o Selaput
: putih tipis, mengkilap.
PENCIUMAN/PENDENGARAN
Keringat
: Normal
Faces
:-
Suara
: agak berat dan keras.
ANAMNESA
Keluhan
: Susah BAB, nyeri dan panas pada anus saat BAB.
Keluhan tambahan
: Pegal-pegal.
Riwayat Penyakit
: Magh dan tifus.
Hal-hal Umum
Keluhan tubuh : Perut sakit tidak bisa BAB dan pegal-pegal.
Panas/dingin : Dingin.
Berkeringat
: Normal.
BAB
: Setiap hari sekali ketika bangun tidur pagi (Normal).
BAK
: Jarang dengan warna kuning kecoklatan.
Makan/minum : Suka manis, pedas, gorengan dan minuman dingin.
Tidur
: Malam diatas jam 22.00.
Kehausan
: Sering haus tapi jarang minum.
Hal-hal Khusus
Paru-paru
TUGAS AKHIR
: Sering terdapat lendir di hidung sejak lama.
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92
Usus Besar
: Borborigmus.
Limpa
: Pegal-pegal.
Lambung
: Sering perih dan sebah.
Jantung
:-
Usus Kecil
:-
Kandung Kemih: -
Ginjal
:-
Pericardium
:-
Sanjiao
:-
Kandung Empedu: -
Hati
:-
Tensi
: 110/80 mmHg
Wanita
: Mens teratur, darah haid merah tanpa gumpalan.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
93
PERABAAN Titik Shu dan Mu Organ
Shu Belakang
Mu Depan
Paru-paru
Enak tekan
Enak tekan
Usus Besar
Nyeri tekan
Nyeri tekan
Lambung
-
Nyeri tekan
Limpa
-
Enak tekan
Jantung
-
-
Usus Kecil
-
-
Kandung Kemih
-
-
Ginjal
-
-
Pericardium
-
-
Sanjiao
-
-
Kandung Empedu
-
-
Hati
-
-
Nadi Nadi
Kanan Dalam
Kiri Dangkal
Dalam
Dangkal
Chun
Cepat, kuat
-
-
Normal
Guan
Cepat, kuat
-
-
Normal
Normal
-
Normal
Che
TUGAS AKHIR
-
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95
JADWAL TERAPI Lampiran 2 No.
Seri
Tanggal
Titik
25 April 2016
Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6), Yinlingquan (SP 9)
27 April 2016
Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6), Yinlingquan (SP 9)
3.
29 April 2016
Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6), Yinlingquan (SP 9)
4.
2 Mei 2016
Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6), Yinlingquan (SP 9)
4 Mei 2016
Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6), Yinlingquan (SP 9)
6.
6 Mei 2016
Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6), Yinlingquan (SP 9)
7.
9 Mei 2016
Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6), Yinlingquan (SP 9)
11 Mei 2016
Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6), Yinlingquan (SP 9)
9.
13 Mei 2016
Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6), Yinlingquan (SP 9)
10.
16 Mei 2016
Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6), Yinlingquan (SP 9)
18 Mei 2016
Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6), Yinlingquan (SP 9)
20 Mei 2016
Erbai (EX-UE 2), Chengshan (BL 57), Sanyinjiao (SP 6), Yinlingquan (SP 9)
1. 2.
5.
8.
11.
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
12.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96
Jadwal Terapi
25 April 2016 s/d 1 Mei 2016
Minggu Pertama
Hari/Tgl.
Senin Terapi
2 Mei 2016 s/d 8 Mei 2016
Minggu Kedua
akupunktur Jeda
Rabu Terapi
Kamis
akupunktur Jeda
Jumat Terapi
Sabtu
akupunktur Jeda
titik Erbai (EX-UE 2),
titik Erbai (EX-UE 2),
titik Erbai (EX-UE 2),
Chengshan (BL 57),
Chengshan (BL 57),
Chengshan (BL 57),
Sanyinjiao (SP 6) dan
Sanyinjiao (SP 6) dan
Sanyinjiao (SP 6) dan
Yinlingquan (SP 9)
Yinlingquan (SP 9)
Yinlingquan (SP 9)
Minggu Jeda
Pemberian Terapi Herbal Kombinasi Infusa Daun Ungu (Graptophyllum pictum), Pegagan (Centella asiatica) dan Dekokta Kunyit (Curcuma domestica) 3x sehari masing-masing 150 ml tiap kali minum Terapi
TUGAS AKHIR
Selasa
akupunktur Jeda
Terapi
akupunktur Jeda
Terapi
akupunktur Jeda
titik Erbai (EX-UE 2),
titik Erbai (EX-UE 2),
titik Erbai (EX-UE 2),
Chengshan (BL 57),
Chengshan (BL 57),
Chengshan (BL 57),
Sanyinjiao (SP 6) dan
Sanyinjiao (SP 6) dan
Sanyinjiao (SP 6) dan
Yinlingquan (SP 9)
Yinlingquan (SP 9)
Yinlingquan (SP 9)
Jeda
Pemberian Terapi Herbal Kombinasi Infusa Daun Ungu (Graptophyllum pictum), Pegagan (Centella asiatica) dan Dekokta Kunyit (Curcuma domestica) 3x sehari masing-masing 150 ml tiap kali minum
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97
9 Mei 2016 s/d 15 Mei 2016 16 Mei 2016 s/d 22 Mei 2016
Minggu Keempat
Minggu Ketiga
Hari/Tgl.
TUGAS AKHIR
Senin Terapi
Selasa
akupunktur Jeda
Rabu Terapi
Kamis
akupunktur Jeda
Jumat Terapi
Sabtu
akupunktur Jeda
titik Erbai (EX-UE 2),
titik Erbai (EX-UE 2),
titik Erbai (EX-UE 2),
Chengshan (BL 57),
Chengshan (BL 57),
Chengshan (BL 57),
Sanyinjiao (SP 6) dan
Sanyinjiao (SP 6) dan
Sanyinjiao (SP 6) dan
Yinlingquan (SP 9)
Yinlingquan (SP 9)
Yinlingquan (SP 9)
Minggu Jeda
Pemberian Terapi Herbal Kombinasi Infusa Daun Ungu (Graptophyllum pictum), Pegagan (Centella asiatica) dan Dekokta Kunyit (Curcuma domestica) 3x sehari masing-masing 150 ml tiap kali minum Terapi
akupunktur Jeda
Terapi
akupunktur Jeda
Terapi
akupunktur Jeda
titik Erbai (EX-UE 2),
titik Erbai (EX-UE 2),
titik Erbai (EX-UE 2),
Chengshan (BL 57),
Chengshan (BL 57),
Chengshan (BL 57),
Sanyinjiao (SP 6) dan
Sanyinjiao (SP 6) dan
Sanyinjiao (SP 6) dan
Yinlingquan (SP 9)
Yinlingquan (SP 9)
Yinlingquan (SP 9)
Jeda
Pemberian Terapi Herbal Kombinasi Infusa Daun Ungu (Graptophyllum pictum), Pegagan (Centella asiatica) dan Dekokta Kunyit (Curcuma domestica) 3x sehari masing-masing 150 ml tiap kali minum
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98
TABEL PERKEMBANGAN TERAPI Lampiran 3 No.
Keluhan
T-1
T-2
T-3
T-4
T-5
T-6
T-7
T-8
T-9
1.
Perdarahan saat BAB
√
2.
Pegal-pegal pada ekstrimitas
√
√
√ ̶
̶
̶
̶
̶
̶
̶
̶
̶
3.
Gatal daerah anus
√
√
√ ̶
̶
̶
̶
̶
̶
̶
̶
̶
4.
Perih dan panas pada Anus
√
√
√ ̶
̶
̶
̶
̶
̶
̶
̶
̶
5.
Keteraturan BAB
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
6.
Borborigmus
√
√
√
√
√
√ ̶
̶
̶
̶
̶
̶
Keterangan
:
√
: Ada ̶
: Berkurang
: Tidak
T-1
: Terapi ke-1, dst.
+
: Bertambah
TUGAS AKHIR
T-10 T-11 T-12
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99
TABEL SKALA NYERI Lampiran 4 Skala Nyeri Nyeri Ringan Nyeri saat BAB
Keterangan
1
2
Nyeri Sedang 3
4
5
Nyeri Berat 6
7
8
9
10
:
Merah : Sebelum terapi Hijau
: Setelah terapi
Keterangan Tabel : Nyeri yang dirasakan pasien berkurang dari skala 7 dimana nyeri yang dirasakan cukup berat menjadi skala 3 dimana pasien hanya merasakan nyeri ringan.
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
100
Lampiran 5 LEMBAR INFORM CONSENT
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
101
Lampiran 6 DOKUMENTASI PERAWATAN 1. Alat dan Bahan Akupunktur
2. Alat dan Bahan Herbal
3. Perawatan
TUGAS AKHIR
PENANGANAN HEMOROID DENGAN..
RIZA FAUZIYAH