PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH PROF. DR. KH. ALI MUSTAFA YAQUB, MA.
Skiripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Riki Efendi NIM: 105051001948
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2009 M
PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH PROF. DR. KH. ALI MUSTAFA YAQUB, MA.
Skiripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Riki Efendi NIM: 105051001948
Di Bawah Bimbingan
Drs. Wahidin Saputra,MA NIP:150276299
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2009M.
Lembaran Pernyataan Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar serata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 12 February 2009
Riki Efendi
ABSTRAK RIKI EFENDI Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof.DR. KH. Ali Mustafa Yaqub,MA. Kira- kira pada tahun 1980-an, di negeri ini muncul segala macam dakwah yang menarik untuk di amati.Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada kebaikan, kepada kedamaian, juga kepada kesalehan baik secara individu maupun sosial. selain berdakwah, Prof. DR. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Menulis di beberapa majalah dan koran, selain menulis beliau juga sebagai imam besar Masjid Istiqlal Jakarta beliau juga melakukan kaderisasi melalui Pesantren Darussunnah, Jakarta yang sekarang sudah meluluskan sarjana 90 0rang sarjana tingkat S1 dalam hadis dan ilmu hadis yang di harapkan dari mereka bisa melanjutkan dalam berdakwah. Dari uray an di atas, penulis ingin mengajukan pertanyaan, Bagaimana konsep Pemikiran dakwah Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA? Bagaimana Aktivitas Dakwah Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA? Bagaimana metode dakwah yang efektif menurut Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA.? Dakwah artinya seruan, ajakan dan panggilan. Mendakwahkan suatu keyakinan artinya mempropagandakan sesuatu keyakinan. Sedangkan dakwah islamiyah artinya menyampaikan seruan islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima dan memercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam. Aktivitas adalah diartikan sebagai segala bentuk keaktifan dan kegiatan atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam setiap bagian di dalam perusahaan atau lembagalembaga masyarakat Penelitian ini kualitatif deskriptif berdasarkan data-data yang dihasilkan dari sumber-sumber tertulis mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji. Studi ini dilakukan berdasarkan pada : pertama, penelitian kepustakaan (Libarary Research), kedua, Wawancara atau dialog secara langsung dengan pihak yang terkait yang berhubungan langsung dengan tema yang penulis angkat. Ketiga, analisa data dalam menganalisa data, penulis menggunakan pola deskriptif analisis yakni, penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh dari berbagai literatur atau wawancara kemudian menggunakan data yang berpedoman dengan sumber-sumber tertulis. Pemikiran Dakwah menurut Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. adalah dari segi Bahasa, kata Dakwah adalah bentuk ketiga dari kata da’a. Lengkapnya da’a-yad’uda’watan. Sementara artinya berkisar pada empat makna sebagai berikut. Mengajak, mengundang, memanggil, dan menyeru adalah pekerjaan-pekerjaan yang memiliki karakteristik khusus, Secara Istilah adalah mengajak seseorang dari tidak meyembah Allah menjadi meyembah Allah, dari orang yang tidak baik menjadi baik, dan dari orang yang baik menjadi lebih baik Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Bukan hanya berdakwah dan menulis buku, namun Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA lebih dari itu, beliau juga menyiapkan sebanyak-banyaknya da’i untuk terjun dimana saja dengan tujuan li’ilaii kalimati Allah.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, ketika gejala kehidupan semakin kompleks karena terjadinya berbagai differensiasi dalam bidang kehidupan, maka keinginan untuk menghadirkan ajaran agama (Islam) yang lebih kontributif dan konstektual menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi (Point of no return). Karena sebagaimana diketahui, betapapun par-exellence-nya ajaran suatu agama yang terekam dalam ayatayat suci al-Qur’an dan al-Hadits, ajaran-ajaran tersebut tidak akan mempunyai makna (meanings), ketika tidak mampu di break down menjadi panduan fungsional yang dapat dirasakan bagi kebutuhan umat manusia.1 Suatu realitas yang tidak dapat dipungkiri, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu kebutuhan bagi manusia. Alhasil, kemajuan tersebut mempermudah segala kepentingan manusia. Terlebih, radikalisme pemutakhiran komunikasi dan informasi telah melahirkan media massa yang mampu menembus ruang dan waktu sehingga menjembatani kebutuhan manusia yang ada diberbagai pelosok bumi ini. Di sisi lain, kemajuan tersebut ternyata membawa pengaruh yang tidak kecil bagi masyarakat dunia. Pengaruh terhadap pergeseran tata nilai dan hubungan antar anggota masyarakat yang tidak lagi personal, tidak ada sentuhan fisik dan rohani sehingga tidak dapat dielakan bagi manusia semakin individualistik dan karenanya
1
Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah – Kajian Ontologis, Epistimologi dan Aksiologis, (Pustaka Pelajar & Walisongo Press), cet-É, h. xi.
nilai-nilai kehidupan mengalami perubahan radikal yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilaku anggota masyarakat dan ekspresi budaya. Dari fenomena di atas, dakwah sebagai salah satu aktivitas komunikasi harus mampu memanfaatkan media massa yang telah maju untuk menyampaikan pesanpesan dakwah tanpa mengurangi makna dan tujuannya. Oleh karena itu praktisi dakwah dituntut untuk bisa berinovasi melalui media alternatif dalam menyampaikan kebenaran Islam. Karena pesan-pesan dakwah dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai keahlian dan keterampilan masing-masing pelaku dakwah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip dan kaidah ajaran Islam. Islam telah mewajibkan kaum muslimin untuk mengemban Dakwah Islamiyah di setiap waktu dan keadaan. Kaum muslimin wajib berusaha dan berusaha mengubah keadaan mereka, terutama tatkala kekufuran telah merajalela dan Islam telah lenyap dari kehidupan. Disamping itu, Syeikh Mustopa Al-Galaya seperti dikutip H. Amura meyebutkan dalam bukunya “al islam ruhul madaniyah” bahwa dakwah adalah kehidupan agama, tidak akan berdiri agama tanpa dakwah, serta kebaikannya harus disebarluaskan di antara manusia.2 Begitu masuk ke sendi media eletronik maka pesan dakwah harus dikemas secara komprehensif. Dengan bantuan alat komunikasi massa, jangkauan dakwah tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu. Akan tetapi pada saat bersamaan dapat diakses dan dinikmati di seluruh dunia. Sama halnya dengan metode dakwah yang disajikan dalam bentuk audio visual. Pada saat bersamaan panca indra dan emosi manusia dapat menerima dan menyerap maksud dan tujuan dakwah yang diharapkan.
2
Amura, perfilman di Indonesia pada masa Orde baru, unsur dakwah dalam film (lembaga komunikasi islam, Jakarta,tampa tahun ), h.115
Dan seiring dengan adanya modernitas yang berpengaruh bagi masa depan umat Islam, maka begitu pentingnya syiar dakwah Islam itu ditingkatkan lebih baik dan maju lagi. Melihat pada zaman sekarang ini Dakwah berada pada dua pilihan yaitu tantangan dan harapan. Melihat hal seperti itu umat Islam pun dituntut untuk melihat siapa yang berbicara, bukan lagi melihat apa yang dibicarakan. Oleh karena itu sebelum mendengar apa yang dibicarakan, maka sangat penting mengenal para tokoh besar yang selama ini telah mengabdikan hidupnya untuk membesarkan agama Islam, dan betapa pentingnya mengenal para tokoh-tokoh yang telah berkarya khususnya dalam bidang dakwah, sehingga ketika para tokoh-tokoh dakwah tersebut tiada, maka umat bisa melanjutkan kembali perjuangan dan pengabdian mereka, khususnya bagi Alumni Fakultas Dakwah. Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana Pemikiran Dakwah dari seorang tokoh yang selama ini mengabdikan hidupnya untuk berdakwah dan khususnya bagi perkembangan dakwah Islam. Untuk itu penulis mengangkat kajian ini menjadi sebuah tema utama skripsi dengan judul : “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof.Dr.KH. Ali Mustafa Yaqub. MA”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dalam penulisan ini, agar tidak terjadi kesalah pahaman dan pelebaran dalam pembahasannya nanti. Maka penulis membatasinya hanya pada Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yakub, MA yang mengedepankan segala Aktifitas Dakwah dan kegiatan beliau yang selanjutnya akan dianalisa.
Secara sederhana, perumusan masalah tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bagaimana Konsep Pemikiran Dakwah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA? 2. Bagaimana Aktivitas Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA? 3. Bagaimana Metode Dakwah yang Efektif menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA.? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana Pemikiran Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA. 2. Untuk mengetahui Aktivitas Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA. 3. Untuk mengetahui Metode Dakwah yang efektif menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. D. Manfaat Penelitian ini adalah : 1. Manfaat Akademis Kajian tentang Dakwah melalui pemikiran dakwah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan dakwah dewasa ini, khususnya bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan dan melakukan penelitian lanjutan sehingga apabila hal itu dapat ditempuh, maka ia akan memberi sumbangan yang cukup berarti bagi perkembangan dakwah yang aktual. 2. Manfaat Praktis Harapan penulis dengan melakukan penelitian ini, dapat menambah ilmu dan memperluas wawasan bagi teoritisi, praktisi dan pemikir dakwah tentang
bagaimana umat tetap menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan seharihari dalam media apapun, khususnya bagi para calon da’i dan dai’yah dalam mengemas pesan-pesan Islam menjadi kajian yang menarik. Serta dapat menumbuhkan motivasi bagi pelaksana dakwah untuk lebih memanfaatkan media massa maupun elektronik sebagai sarana berdakwah diera globalisasi ini. E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian ini menggunakan paradigma kontruktivis, yaitu memperhitungkan posisi dan hubungan antara yang menggetahui (subjek) dengan yang diketahui (objek). Juga harus dipertinggalkan kontek sosial-budaya dan historisnya. Pengalaman mengenai fakta sosial-budaya merupakan suatu fakta (realitas), akan tetapi realitas yang tidak dapat dilepaskan dari konteknya. Sehingga masalah klaim sebenarnya juga tetap memerlukan juga dasar empiris namun tetap harus dinegosiasikan dengan fakta-fakta khas/uniknya. 3 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif, penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya, di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas data bukan kuantitas) data. Penelitian adalah integral dari data, artinya Peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, peneliti menjadi instrumen penelitian yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu
3
Akhyar Yusub lubis, dekontruksi Efistimologi Modern, dari posmoderenisme, tiori kritis, poskolonialisme hingga Cultural Studies, pustaka Indonesia Satu, Jakarta, 2006, cet. Ke-1.
penelitian ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisirkan. Desain peneliti dapat dibuat bersamaan atau sesudah riset. Desain dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan penelitian. 4 Sedangkan penelitian adalah deskriptif. Desriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Ciri lain dari metode desriptif adalah titik berat pada observasi dan ulasan ilmiyah (naturallistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat.5 Penelitian deksriptif tidak jarang melahirkan apa yang disebut Seltiz, wrightsman, dan cocok sebagai peneliti yang insighstimulating. Peneliti terjun ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori. Peneliti tidak bermaksud menguji teori sehingga perspektifnya tidak tersaingi. Peneliti bebas mengamati objeknya, menjelajah dan menemukan wawasan-wawasan baru sepanjang jalan, penelitian deskriptif terus menerus mengalami repormulasi dan redireksi ketika informasi-informasi baru ditemukan. Hipotesis tidak datang sebelum penelitian, hipotesis baru muncul dalam penelitian.6 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA sedangkan Objek penelitian adalah Pemikiran dan Aktifitas Dakwah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. 4. Teknik Pengumpulan Data 4
Rachmat Kriyanto, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, Kencana Pernada Grop,jakarta 2007, cet. Ke-2 hal. 59 5 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, RosdaKarya Bandung, 2002, cet. Ke-11,hal. 24-25 6 Ibit, hal, 26
a. Observasi. Penelitian dengan metode observasi biasanya dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung. Gejaja-gejala yang terkait dengan persoalanpersoalan sosial, politis, dan cultural masyarakat. Disini kata langsung memiliki pengertian bahwa peneliti hadir dan mengamati kejadian-kejadian di lokasi.7 Dalam penelitian ini peneliti terus menerus melakukan pengamatan secara seksama sambil berimprovisasi, mengatasi persoalan demi persoalan yang ditemui, mungkin dengan menggunakan taktik-taktik tertentu, namun tetap berpegang pada strategi-strategi yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan penelitian.8 b. Wawancara. Wawancara adalah percakapan antara peneliti, seseorang yang berharap mendapat informasi dan informan seorang yang diasumsikan mempunyai informasi langsung dari sumbernya. 9 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan tiga kali kepada Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. c. Dokumentasi. Dokumentasi adalah instrumen pengumpulan data yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data. Metode Observasi dan wawancara sering dilengkapi dengan kegiatan penelusuran dokumentasi. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan
7
Pawito, Penelitian komunikasi kualitatif, LKIS, Yogyakarta, 2007, cet. Ke-1, hal. 111 Ibid, hal. 112 9 Rachmat Kriyanto, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi,Kencana Pranada Grop, Jakarta 2007, cet. Ke- 2 hal. 116 8
interpretasi data. Dokumentasi bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen privat,10
melalui
buku-buku,
makalah-makalah
dan
rekaman
yang
berhubungan dengan judul yang penulis angkat. 5. Tehnik Analisis Data Tehnik analisa data dalam penelitian ini adalah deskriptif interprentatif pada tahap analisis data, peneliti membaca data melalui proses pengkodingan data sehingga mempunyai makna. Proses pengkodian ini mencakup proses mengatur data, mengorganisasikan data ke dalam suatu pola katagori. Maleong mendefenisikan analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan menurutkan data ke dalam pola katagori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Sedangkan interprestasi data adalah memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensidimensi uraian.11 6. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti tidak dapat terhindar dari adanya subjektivitas peneliti. Sebab penelitian ini deskriptif interpretatis, dimana peneliti menjadi alur penelitian ini. Walaupun demikian, peneliti berusaha seobjektif mungkin untuk menghasilkan penelitian yang optimal. 7. Tempat dan Waktu Penelitian
10 11
Ibid, hal. 116. Ibid. hal.163
Tempat penelitian ini bertempat di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarta dan Pondok Pesantren Darussunah, Pisangan Ciputat. Sedangkan waktu penelitian Bulan November 2008 sampai dengan Januari 2009. 8. Tehnik Penulisan Penulisan skripsi ini berdasarkan Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis, disertasi) Hamid dkk, Ceqda, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulla Jakarta 2007 cet. Ke-1 F. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai pemikiran dakwah telah banyak dilakukan oleh mahasiswa terutama mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi di antaranya: Pemikiran Dakwah Prof. Dr. Hj. Ismah Salman M.Hum. oleh Syarifah NIM: 1020510616 Tahun 2006; Pemikiran dan Kifrah Dakwah Bacharuddin Jusuf Habibie di ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia) oleh Hadi Saiful Rizal NIM: 102051025590 Tahun 2006; Pemikiran Dakwah Prof. KH. Ali Yafie oleh Zulham NIM: 102051025485 Tahun 2006; Pemikiran dan Aktivitas Dakwah dr. Sulastomo oleh Rafi’i NIM: 101051022580 Tahun 2006; Pemikiran Dakwah Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dan Implementasi dalam politik oleh Leni Kurniawati NIM: 102051025459 Tahun 2006. Namun, penelitian tentang Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr.K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA di Fakultas Dakwah Dan Komunikasi ini penulis menemukan belum ada yang meneliti. Kemudian, dalam penelitian tentang. Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA ini penulis menggunakan referensi buku bacaan yang
terkait dengan bahasan tentang Pemikiran dan Aktivitas Dakwah. Prof. DR. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA. Dan Artikel-artikel, Makalah, dan lain sebagainya. G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, pokok permasalahannya akan dibagi menjadi lima bab. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan sebagai berikut: BAB I. Pendahuluan yang mencakup : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metode Penelitian, Tujuan Pustaka dan Sistematika Penulisan. BAB II. Landasan Tioritis yang meliputi: pengertian pemikiran dan Aktivitas, Dakwah dan unsur-unsurnya : Pengertian Dakwah, Pengertian Da’i, Materi Dakwah, Mad’u, Metode Dakwah, Media Dakwah, dan Tujuan Dakwah. BAB III. Profil Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub, MA yang meliputi: Latar Belakang Keluarga, Riwayat Pendidikan, Karir Prof. Dr. KH. Ali MustafaYaqub, MA., Karya Tulis Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA Pengalaman Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA., Aktifitas Sosial Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA Dalam Dakwah. BAB IV. Analisis Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub, MA yang meliputi: Konsep Pemikiran Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA. BAB V. Merupakan Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran-Saran.
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Pemikiran dan Aktivitas Pemikiran adalah proses, cara, perbuatan memikir.1 Sebuah pemikiran sangat penting dalam pembaharuan peradaban kehidupan umat manusia, khususnya dalam hal ini untuk umat Islam di era modern saat ini. Al-Qur’an adalah sumber pemikiran. Sumber inspirasi yang tak habis dalam pertumbuhan ilmu akal.2 Al-Qur’an memiliki keistimewaan dapat memecahkan problem-problem kemanusian dalam berbagai segi kehidupan dengan pemecahan yang bijaksana.3 Pemanfaatan pemikiran untuk kemajuan peradaban manusia atau mengambil pelajaran dari masyarakat terdahulu. Telah diakui oleh dunia kesarjanaan modern, masyarakat Islam klasik memiliki etos keilmuan yang amat tinggi. Akan tetapi sayangnya umat Islam sendiri banyak tidak mengetahui, terlebih menghayati makna, dan mengembangkannya.4 Manfaat pemikiran Islam klasik di era ini sangatlah penting untuk peradaban manusia di zaman modern. Nur Cholis Majid (Cak Nur) pernah menggungkapkan: Zaman modern tampaknya memberi kemungkinan baru bagi umat Islam untuk memperluas cakrawala dan menjadi kreatif kembali. Pada perkembangan dan tradisi beragam keilmuan Islam diharapkan menjadi pemicu bagi munculnya semangat dan 1
Rachmat Kriyanto, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi,Kencana Pranada Grop, Jakarta 2007, cet. Ke- 2 h. 873 2 Taufik Abdullah et all, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, (Jakarta: PT Iktiar Baru Van Hoove, 2003) 3 Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004) h. 14-15 4 Nurcholis Majid, Kaki Langit Peradaban Islam, ( Jakarta: Paramadina, 1997) cet I, h. 13
sikap apresiatif terhadap warisan keilmuan Islam. Karena itu, perlulah menarik benang merah dan relefansinya bagi tantangan di zaman kini. Dengan tetap bertitik tolak pada yang dinyatakan oleh Allah SWT sebagai keterangan atas segala sesuatu. Pada prinsipnya tantangan yang ada di depan umat Islam sekarang ialah mengungkap kembali kandungan Al-Qur’an dengan segala implikasinya secara luas dan kreatif. Untuk itu, kaum muslimin menggunakan segala macam bahan yang disediakan oleh pengalaman manusia dalam berbudaya dan berperadaban. Sikap inilah yang biasa di tarik sebagai kesimpulan eskologi Islam yang menyangkut masalah pemikiran dan ilmu pengetahuan.5 Selain itu, Cak Nur dalam bukunya yang lain, khazanah intelektual Islam, menyatakan : Dari kegiatan berpikir, tumbuh ilmu pegetahuan dan industri. Akal kecenderungan untuk memperoleh penemuan yang tak dipunyai sebelumnya. Karena itu iapun mempelajari kembali orang terdahulu dalam hal ilmu pegetahuan atau menambahnya dengan pengetahuan atau penemuan. Pikiran dan pemikiran seseorang dapat diarahkan kepada kenyataan secara satu persatu dan dikaji sifat-sifat aslinya sedikit demi sedikit. Lalu dikaitkan pada kenyataan yang pada ahirnya timbul pengetahuan dan pengajaran bagi kehidupan manusia.6 Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia "aktivitas" diartikan sebagai segala bentuk keaktifan dan kegiatan7 atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian didalam perusahaan atau lembaga. Dalam kamus lengkap psikologi, aktivitas diartikan sebagai bentuk kesibukan, kegiatan dapat dikatakan gerakan atau tingkah laku organisme.8 Dalam buku prilaku organisasi (konsep dasar dan aplikasi menjelaskan bahwa aktivitas terarah ialah perilaku yang dimotivasi mengarah kepada percakapan tujuan, sedangkan aktivitas tujuan yakni aktivitas yang terikat pada tujuan itu sendiri.9
5 6
308
7
Ibid, h. 12 Nurcholis Madjid, ed, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1985), cet II, 307-
Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Ralat Pustaka 1997) Cet.9, h.20 8 Jemes.p.chaplin, kamus lengkap pisikologi (Jakarta: PT.Rja Grafndo Persada.2004) h. 9 9 Miptah thoha, Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta. Raja grapindo persada,2005) cet.1. h.214
Seorang yang ingin mendalami ilmu agama dan hubungan interaksi masyarakat yang Islami misalnya tentu ia akan melakukan aktivitas-aktivitasnya yang dapat membantu tercapainya keinginan tersebut seperti mengikuti pengajianpengajian
membaca buku
agama
melakukan diskusi tentang
agama dan
kemasyarakatan dan mengkaji norma-norma agama, hubungan manusia tak kalah pentingnya adalah mengaplikasikan atau menerapkan ajaran ilmu yang telah didapatkan kedalam kehidupan yang nyaman. Menurut ilmu sosiologi aktivitas diartikan dengan segala bentuk kegiatan yang ada dimasyarakat seperti gotong-royong atau kerja bakti di sebut aktivitasaktivitas sosial baik yang berdasarkan hubungan tetangga ataupun hubungan kekerabatan10
B. Dakwah dan Unsur-unsurnya 1. Pengertian Dakwah Secara etimologis (lughatan) dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan. Kata da’a mengandung arti mengajak, menyeru, memanggil, maka da’watan berarti ajakan, seruan, panggilan15 Sebagaimana disebutkan dalam buku Amrullah Ahmad, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti sebagai berikut: a. Menurut kamus Munjid, dakwah berasal dari fiil madli اعدyang mempunyai arti ادان (menyeru, memanggil). b. Menurut Kamus Marbawi, diambil dari kata (memanggil ia, menyeru ia akan dia) 10
Sojokyo dan piji wait sojogyo, sosiologi Pedesaan kumpulan bacaan. (jogyakarta gajah mada university press. 1999,editan 1982. h.19-21 15 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, Sebuah Kajian Epistemologi dan Struktur Keilmuan Dakwah, (Medan: Diktat, 1996) h. 15
c. Menurut pendapat Prof. H. Mahmud Yunus mempunyai dua akar kata yaitu: menyeru, memanggil, mengajak, menjamu. = ءاعد وعدي اعدmemanggil, mendoa, memohon. Orang yang berdakwah disebut da’i, diambil dari kata عادyang jama’nya = ةاعدyang berdakwa, yang menyeru, yang memanggil, yang berdoa. Da’i
(orang
yang
berdakwah)
menyampaikan) diambil dari kata
disebut
juga
mubaligh
(yang
=دةJadi kata dakwah merupakan isim
mashdar yang berasal dari fi’il madhi = اعدyang artinya panggilan seruan atau ajakan.16 Sedangkan jika dilihat dari segi terminologi (Istilah), beberapa Ulama mengartikan dawah sebagai berikut: a. Menurut Syaikh M. Ash Shawwaf, “Dakwah adalah risalah langit yang diturunkan ke bumi berupa hidayah sang Khaliq kepada makhluk, yakni agama dan jalan-Nya yang lurus, yang sengaja dipilih-Nya dan dijadikan sebagai jalan satu-satunya untuk bisa selamat kembali kepada-Nya.”17 b. Menurut Syaikh M. Abduh, ”ringkasnya menyeru kepada kebaikan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar adalah fardhu yang diwajibkan oleh setiap muslim.”18 c. Menurut Drs. Didin Hafidhudin : “Dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah dan secara bertahap menuju kehidupan yang Islami.”19 d. Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab : “ Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.”20
16
Prof. H. Mahmud Yunus kamus bahasa arab. Departemen pendidikan , 2000, h, 132 Dr. Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyah Dalam Manhaj Amal Islami, (Solo : Citra Islami Press, 1996) Cet.ke-1, h 13-14 18 Ibid, h.27 19 Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual (Jakarta, GIP,1999) cet. Ke-1, h, 77 20 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan Masyarakat (Bandung : Mizan, 1999), cet. Ke-XIX, h.194 17
e. Menurut Toha yahya Omar, “Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mererka di dunia dan akhirat.”21 Dakwah merupakan metode yang memiliki arti yang sangat luas dimana dakwah tidak terbatas pada penjelasan dan penyampaian semata, namun juga mengarah kepada pembinaan dan takwin (pembentukan) individu, keluarga, lingkungan dan masyarakat Islam. Dakwah tidak bisa diterapkan dengan komposisi dan kapasitas yang sama pada setiap obyeknya, yakni manusia. Bagi individu yang memang terbiasa berbuat dosa dan maksiat, cukuplah bagi mereka dakwah dengan ta’rif (pengenalan) dan tabligh. Jika kelak mereka memiliki kemajuan dan telah menyadarai fitrahnya maka perlu sekali diadakan pembinaan dan takwin sebagai tindak lanjut perilaku dakwah kepada mereka. Banyak pakar yang mendefinisikan dakwah, diantaranya Prof. Dr. Toha Yahya Omar MA, yang membagi dakwah menjadi dua segi : 1. Pengertian dakwah secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara, tuntunan-tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideology, pendapat pekerjaan tertentu. 2. Pengertian dakwah menurut ajaran Islam ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.23 Ali mahfuzh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin” mengartikan dakwah; sebagai mendorong (memotivasi) umat manusia melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintahkan mereka berbuat ma’ruf dan mencegah
21
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT. Wijaya, 1971), cet. Ke-2, h.1 A. H. Hasanuddin, “Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan”, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982) h.34 23
mereka dari kemunkaran agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Hamzah Yakub dalam bukunya “Publisitik Islam” mendefinisikan dakwah dalam Islam adalah mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan rasul-Nya24 Dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.25 Sedangkan menurut Drs. Hamzah Yaqub dalam bukunya “Publisistik Islam” dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul.26 Sedangkan menurut Asmuni Syukir dalam bukunya dasar-dasar strategi dakwah Islam, dakwah dapat diartikan dari dua sudut pandang yaitu pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan. Dengan demikian dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan ummat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah, dengan menjalankan syariat Nya sehingga mereka menjadi manusia yang bahagia hidup di dunia dan akhirat. Sedangkan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan adalah usaha mengajak ummat manusia yang belum beriman kepada Allah swt, agar mentaati syariat Islam
24
Masykur Amin, :Dakwah Islam dan Pesan Moral”, (Yogyakarta : Penerbit Al Amin Press, 1997). Cet 1, h.11 25 H. M Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Al-Mawardi Prima, 2004), cet I, h.. 67. 26 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi, Dakwah Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983), cet ke-I, h. 19
(memeluk agama Islam) agar nantinya dapat hidup bahagia dan sejah tera di dunia maupun di akhirat.27 Dengan tujuan yang jelas, dakwah mudah dikemas sesuai dengan keahlian atau dengan tekhnologi yang sedang berkembang. Dengan demikian, tujuan dakwah hendaknya menjadi titik ukur terbesar dari setiap kegiatan dakwah.
2. Pengertian Da'i Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah, sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da’i menjadi salah satu gerak penentu keberasilan atau kegagalan dakwah.30 Da’i pada dasarnya adalah penyeru kejalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (mujahid) yang megupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia. Sebagai penyeru ke jalan Allah SWT, da’i tidak bisa tidak harus memiliki pemahaman yang luas megenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar. Ia juga harus memiliki semangat dan gairah keIslaman yang tinggi yang meyebabkan ia setiap saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu ia harus menghadapi tantangan yang berat.31 Bahkan da’i itu identik dengan dakwah itu sendiri.32 seorang da’i menurut Yusup Qardlawi, harus melengkapi diri dengan tiga senjata, yaitu Senjata iman (silah al-iman), ahklak mulia (ahklaq al-karimah) dan ilmu pengetahuan dan
27
Ibid, hal. 20 Abd al-Badi Sadar, op. cit 31 Sayyid sabiq, dakwah al-Islam, (bairut : dar al-kitab al-arabi, 1973), cet. Ke-I, h. 293-295 32 Abd al-badi saqar, op. cit., h. 10-13 30
wawasan. Senjata iman dan ahlak disebut Qardalawi (sebagai bekal spiritual), sedang ilmu dan wawasan disebut sebagai bekal intelektual. Jadi, secara umum seorang dai harus melengkapi diri dengan dua bekal, bekal spiritual dan bekal intelektual sekaligus. Dikatakan demikian, karena seorang da’i harus menjadi tauladan dan panutan yang baik di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu, da’i harus memiliki sifat-sifat yang terpuji atau ahklaq yang mulia.33 Keluhuran budi pekerti ini menjadi salah satu pendorong yang memungkinkan masyarakat (mad’u) dapat mengikuti jalan kebenaran yang di serukan sang da’i harus tampak lebih mantap, lebih sempurna, dan lebih menonjol, sehingga ia dapat menjadi dakwah yang hidup dan menjadi teladan yang bergerak.34 Menurut Qurdlawi ada enam wawasan intelektual yang perlu dimiliki seorang da’i pertama wawasan Islam, meliputi Al-quran, As-Sunah, fiqih dan ushul fiqih, teologi, tasawuf, dan nizam Islam. Kedua wawasan sejarah, dari periode klasik, pertengahan dan modern. Ketiga, sastra dan bahasa. Keempat ilmu-ilmu sosial (social sciences) dan humaniora, meliputi sosiologi, antropologi, psikologi, filsafat, dan etika. Kelima wawasan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Keenam wawasan perkembangan-perkembangan dunia kontemporer, meliputi: perkembengan dunia Islam, dunia barat, perkembangan agama dan MazhabMazhab pemikiran, serta perkembangan dunia kontemporer. ( Yusup Qardlawi ,tsaqofat al-Daiyyah, Beirut : al-mu’ assasat al-risalah, 1979), cet. Ke-II, h. 7144.
33 34
Abu baker zakri, op,cid,h. 79-83 A. Hasjmi, op,cit, h.195
Da’i artinya orang yang megajak / mubaligh,35 yaitu orang yang mengajak kesuatu tujuan. Menurut HSM Nasrudin Latief, yang dimaksud da’i ialah Orang muslimin yang menjadikan dakwah sebagai tugas amaliah pokok baginya, selaku “corps” ulama, ahli dakwah, juru dakwah, muballigh atau mustami’in (juru penerang agama) yang menyeru, mengajak dan memberi pengajaran dan pelajaran agama Islam. Dengan demikian da’i ialah orang yang melakukan dakwah yaitu orang yang berusaha mengubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individual maupun terbentuk organisasi sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi. 36 Pandangan orang-orang awam tentang dakwah, bahwa dakwah itu identik dengan khutbah dan pidato yang hanya tugas sebagian orang yang mengetahui tentang agama, pandangan itu harus dirubah, sebab dalam sikap yang lebih luas, bahwa seorang yang menyatakan dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati dirinya adalah seorang muslim, maka secara otomatis ia memikul suatu kewajiban untuk melaksanakan dakwah Islam, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sebagaimana hadits yang sudah akrab kita dengar yang artinya: “Barang siapa diantara kalian yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, apabila ia tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya (ucapannya), apabila ia tidak mampu maka rubahlah dengan hati, sesungguhnya itu adalah selemah-lemahnya iman”. 38 Tanggung jawab dakwah Islam yang dibebankan kepada muslim ini harus dilaksanakan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Sikaya 35
Asmuni syukir, dasar –dasar starategi dakwah Islam, (Surabaya : Al- Iklas, 1983), cet. Ke-I,h Mahmud Yunus, kamus bahasa arab – Indonesia, (Jakarta: tida karya agung, 1989 ), h. 127 38 Imam Nawawi, 40 Hadis Pilihan, (Bandung : Husaini, 1992),h. 52 36
melaksanakan dakwah dengan mendermakan sebagian dari kekayaannya untuk kepentingan dan kebutuhan para fakir miskin. Dengan demikian mereka merasa nyaman berada dalam lingkungan Islam, karena mendapatkan perhatian dari saudara-saudara yang seagama. Demikian pula para fakir miskin yang belum memeluk agama Islam akan tertarik dengan Islam, karena pemeluk-pemeluknya yang dermawan dan bersikap sosial serta hidup saling bantu-membantu. Sedangkan simiskin berdakwah melalui kemampuan tenaganya dengan ikut mendermakan tenaganya untuk membangun mesjid, sekolah, dan sebagainya. Si lemah dan manusia lanjut usia cukuplah berdakwah dengan do’a dan mendo’akan umat Islam agar tetap jaya dan memperoleh kemenangan dalam melaksanakan perintah-perintah agamanya. Seorang yang berilmu berdakwah melalui ilmunya, seorang seniman berdakwah melalui hasil seninya dan demikian seterusnya. Jelaslah setiap pemeluk agama Islam wajib melaksanakan dakwah Islam sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Upaya mensosialisasikan ajaran Islam atau kegiatan dakwah Islam sebagai profesi memerlukan tingkat keahlian tertentu dan teratur. Hal ini diperlukan agar kegiatan dakwah tidak menjadi kerja serampangan – dikerjakan sambil lalu tanpa keahlian tertentu – dan dakwah dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif serta memiliki standar yang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh sebab itu, untuk menjaga profesionalitas
tersebut, dakwah
memerlukan kode etik agar proses dakwah dapat diatur sebagai kegiatan dan aktivitas yang professional dengan menggunakan berbagai metode pendekatan
yang diperlukan. Kode etik yang dimaksud menyangkut aturan main dan nilainilai yang harus ditegakkan dalam aktivitas dakwah. Kode etik tersebut adalah: Pertama, kesesuaian antara perkataan dengan perbuatan. Kedua, tidak melakukan toleransi aqidah. Ketiga, tidak menghina sesembahan non Muslim. Keempat, tidak melakukan diskriminasi sosial. Kelima, tidak bertujuan mengejar materi semata. Keenam, seorang da’i tidak boleh menyampaikan hal yang tidak diketahuinya. Ketujuh, tidak berkompromi dengan pelaku ma’siat.39 Muballigh sebagai komunikator, berperan meyampaikan ide-ide tertentu untuk menuju kepada sasaran pokok yaitu di terimanya ide-ide tersebut sehingga ada perubahan sikap atau adanya pengukuhan terhadap sikap-sikap tertentu. Dengan demikian muballigh juga merupakan seorang pelaku utama untuk mempegaruhi perubahan sikap dari komunikannya. Yang dikenal degan Agent of social change. Lebih jauh Everret M. Rogers mengatakan : “Da’i sebagai bagian dari pengubah
mengiginkan perubahan tingkah
laku
kepada komunikannya,
kesuksesan usaha-usaha mereka dapat diukur oleh: a. Komunikan memiliki kesadaran b. Mampu memaparkan ide c. Mampu meyesuaikan d. Melaksanakan ide. 40 <................................................................................................................> a. Syarat-Syarat Da'i Mmenurut Said bin Ali Al-Qahthani untuk memperoleh taufik Allah dan menjadi da’I yang bijak dengan izin Allah diperlukan sejumlah syarat
39 40
M. Yunan Yusuf, Kode Etik Dakwah, Jurnal Dakwah, Vol. 4 No. 1 agustus 2002 Toto Tasmara, komunikasi dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), cet. Ke-I, h. 33
antara lain : mempunyai ilmu bermanfaat, sifat sabar, hati-hati, lembut, ikhlas, taqwa, kuat megikuti jalan orang bijak, mengamalkan ilmu, istikomah, menguasai suatu permasalahan dan pengalaman, berkesungguhan melawan nafsu dan setan, semangat tinggi, adil, berdoa, istikharah, dan memahami sendi-sendi dakwah. Adapun cara untuk mendapatkan karunia Allah tersebut seorang da’i harus mempunyai enam syarat: a. b. c. d. e. f.
Berprilaku yang bijak Mengamalkan ilmu degan jujur dan ihlas Istikomah Berpengalaman dan mempunyai kemahiran Mempunyai strategi yang bijak Memahami sendi-sendi dakwah. 41 Syarat-syarat da’i secara khusus meliputi komponen yang ada dalam
kegiatan da’i dalam berdakwah yaitu:
42
pertama, mengajak orang
menyembah Allah semata. Termasuk dalam syarat ini adalah patuh, selalu ingat dan bersukur kepada nya, serta tidak melakukan hal-hal yang dilarang. Kedua, beramal soleh dengan melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan, melakukan hal-hal yang sunnah, menjauhi yang makruh, dan senantiasa mengajak orang lain ke jalan allah. Seorang da’I harus lebih dahulu dari orang lain dalam hal melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala laranganya. Ketiga, Memiliki loyalitas pada Islam dan kepatuhanya pada hukum, sebagai realisasi dari ucapan syukur kepada Allah yang telah
41 42
I, h. 79
Ibid,h.63 Said bin ali al qahthani, dakwah Islam dakwah bijak,(Jakarta : gema insani press,1994), cet, ke-
menepatkanya pada jalan yang hak. Jika seorang da’i sudah melaksanakan tiga syarat di atas, insya Allah setiap ucapan akan di dengar dan diikuti orang. Tak ada ucapan yang lebih dari pada ucapanya. b. Sifat-Sifat Da'i Dengan merujuk kepada da’i pertama yaitu Rasulullah Saw, dan da’i dari Iman tabiin Imam Hasan Al-Bashri, Abu Bakar Zakri menegaskan bahwa seorang dai harus melengkapi diri dengan ilmu dan sifat-sifat mulia dan ahklaq terpuji. Diantara sifat-sifat itu, ialah sifat memelihara diri dari keburukan (iffah), benar atau jujur (shidiq), berani (syaja’ah), tulus (ikhlas), rendah hati (tawadlu), bersih hati, adil, luwes, dan memiliki kepribadian sosial yang tinggi. Seorang da’i, menurut Zakri, harus memiliki kualifikasi moralitas dan keluhuran budi pekerti seperti Rasulullah SAW atau paling tidak mendekatinya. (lihat abubakar zakri, op,cit.h. 79-83) Di atas telah di jelaskan kedudukan akhlaq dalam sistem ajaran Islam. begitupula telah disinggung mengenai pentingnya nilai-nilai akhlaq itu bagi seorang da’i. Menurut Sayyid Quthub, di antara sifat-sifat mulia dan amat penting dan mutlak harus dimiliki seorang da’i adalah sifat kasih sayang (rahman), seperti kasih sayang yang dimiliki dan diperlihatkan oleh pelaku dakwah yang pertama, yaitu Rasulullah SAW.43 Sayyid Quthub menuturkan tentang kasih sayang Nabi Muhammad SAW yang luas dan lapang. Dikatakan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah marah karena dirinya sendiri, tidak pula sempit dada kerena kesalahan atau kelemahan orang lain. Beliau tidak pernah berebut sesuatu bernilai duniawi untuk kepentinggan dirinya. Bahkan 43
Sayyid Quthub, ibid, fi Zbillal,jilid I, h. 500-501
beliau memberikan semua yang dimilikinya untuk orang lain dengan lapang dada penuh kesenangan. Manusia dapat menikmati kesantunan beliau, setiap orang yang pernah berteman atau bergabung dengan Nabi, ia pasti terkesan dan jatuh hati kepada beliau. Ini tidak terlepas dari keluhuran budi pekerti beliau dan kasih sayangnya yang amat tinggi kepada setiap orang.(lihat Sayyid Quthub, ibid, fi zahilal, jilid, I, h. 500-501)
Menurut Imam Khomaeni, Da’i harus waspada dengan sifat egoisme yaitu sifat rasa cinta terhadap kedudukan, cinta kekuasaan, cinta harta, dan sebagainya adalah hanya berimplikasi pada rasa cinta terhadap diri sendiri yang dapat menyebabkan da’i terlepas sedikit demi sedikit terhadap keyakinanya yaitu agama,44 kehidupan masa depan kita akan suram, dan dunia muslim akan terongrong dan menjadi sasaran dominasi dunia.45 Da’i haruslah megamalkan sifat zuhud, taqwa, dan hidup sederhana serta suci.46 Sebab cinta dunia itu menurut imam Khomeini adalah sebagai pangkal dari perselisihan dan perpecahan yang dapat menghilangkan tujuan suci dalam berdakwah.47
44
Imam Khomeini, munajat sya’baniyah penyuci jiwa kotor, dalam sandy Alison peny.pesan sang imam , ( bandung : al- jawad publizer, 2000), cet.I,h .80 45 Ibid, h. 83 46 Imam khomaini, kenapa kita selalu berpecah belah, dalam sandy al-lison peny-( bandung : aljawad publizer, 2000), cet.I,h .113. 47 Ibid, h. 115
Dengan tidak adanya sifat cinta dunia pada seorang da’i niscaya da’i itu akan beramal dengan ikhlas dalam menegakkan Islam dan akhirya nanti mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.48 Seorang da’i harus mempunyai akhlaq yang baik, yakni ahklaq Islam, dan menjauhkan ahklaq- ahklaq yang buruk sebagai mana di jelaskan dalam al-qur’an dan As Sunnah. Diantara ahklaq atau sifat-sifat terpenting yang harus dimiliki seorang dai adalah : Jujur, ikhlas, arif, sabar, lembut, kasih sayang, pemaaf, rendah hati, tepat janji, mementingkan orang lain, berani, cerdas, kemauan yang kuat, disiplin terhadap waktu, konsisten dengan Islam, perbuatan-Nya sesuai dengan ucapanya, zuhud, wara, istikomah, peka, moderat, merasakan kehadiran Allah SWT, berpegang teguh padanya, dan dalam berdakwah selalu bermulai dengan bagian yang dianggap paling penting. Alhasil, ia berdakwah sebagai mana Rasulullah SAW, berdakwah.49 Menurut Sufyan Ats-Tsauri berkata, “(seorang da’i) tidak mungkin dapat melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, kecuali mempunyai tiga sifat, yakni lembut dalam memerintah dan melarang, adil dalam memerintah dan melarang, serta sesuatu yang di perintah dan dilarang”.50 Menurut Imam Muhamad Al- Maqdisi, “sebagian salap berpendapat bahwa seseorang tidak dapat melakukan Amal Ma’ruf Nahi Munkar kecuali dengan cara lembut, sabar, dan arif.” 48
Imam Khomeini, pesan imam untuk umat (2), dalam sandy al-lison peny-( bandung : al- jawad publizer, 2000), cet.I,h . 49 Al qotani, said bin ali bin wahif.dakwah Islam dakwah bijak,(Jakarta: gema insani press, cet. Ke,I,h. 99) 50 Ibid, h. 100
Dalam hal yang sama, Syekhul Islam Ibnu Tamiyah berkomentar, ada tiga sifat yang sangat diperlukan (seorang da’i) . Pertama, Berilmu (mengetahui) sebelum memerintah dan melarang, Kedua Lembut. Dan Ketiga Sabar, Ketiga sifat ini saling melengkapi.” Adapun menurut Ibnu Qayyim, ada empat cara menyingkirkan kemungkaran. Pertama, menghilangkan kemungkaran dan menggantinya dengan lawannya. Kedua mengguranginya, Ketiga menggantinya dengan yang lebih mirip. Keempat menggantinya dengan yang lebih buruk. Dua syarat pertama disyariatkan Islam, yang ketiga perlu ijtihad, sedang yang keempat dilarang.
51
3. Mad'u Mad’u yaitu manusia yang jadi sasaran dakwah. Atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu atau pun kelompok. Baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan, kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas, Iman, Islam dan Ihsan. Secara umum al-qur’an menjelaskan ada Tiga tipe Mad’u yaitu mukmin, kafir dan munafik.55 Menurut Ahmad Abduh menjadi mad’u terbagi menjadi tiga golongan : a. Golongan cendikiawan yang cinta kebenaran dapat berfikir secara keritis, dan cepat dapat mengungkapkan persoalan. 51 55
Ibid, h. 99-100 Hasanudin, Hukum dakwah, (Jakarta :pedoman ilmu jaya1996),cet. Ke-I, h.32
b. Golongan awam orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara keritis dan mendalam. Serta belum dapat menangkap pengertian-pengertin yang tinggi. c. Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja dan tidak mampu membahasnya terlalu mendalam. Dakwah pun tak bisa lepas dari sasaran dakwah, yakni mad’u. sasaran dakwah adalah kelompok manusia yang sangat membutuhkan kehadiran da’i untuk dibimbing mengenai ajaran-ajaran agama. Beberapa sasaran dakwah adalah: 1) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis, berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal di kota-kota besar. 2) Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga. 3) Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat yang dilihat dari segi sosial kultural berupa golongan priyai, abangan dan santri. 4) Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional atau profesi seperti golongan petani, pedagang, dan buruh. 5) Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua. 6) Sasaran yang meyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin. 7) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat yang dilihat dari segi jenis kelamin berupa golongan wanita dan pria. 8) Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat yang dilihat dari segi khusus berupa kelompok masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, nara pidana, dan lain-lain.61 61
Prof. H. M. Arifin, M, Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta : Bumi Aksara, 2000) cet. Ke-5,
4. Metode Dakwah Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” (melalui) dan “ bodos” (jalan, cara ).56 Maka, metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan . Dalam Bahasa Jerman metode berasal dari kata methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam Bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, sedangkan dalam Bahasa Arab artinya thariq.57 sehinga metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.58 Para da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya menggunakan berbagai metode dan media sesuai dengan kebutuhan sasaran dakwah, paling tidak proses pelaksanaan dakwah betul-betul bisa menyentuh sasarannya. Para da’i dalam menyampaikan dakwahnya menggunakan metode yang tertera dalam Al-Qur’an yang dijelaskan dalam QS. An-Nahl ayat 125, yang artinya:
☺ !#$☺%& '() * +-%./0& 1234% 56 7()89&: ;< = $>6 ?+ @8&: 7☺ ;(A 7 B: * $>6& ?+ @8&: CD.E8-☺% FAG 56
M.Arifin, ilmu pendikan Islam, (Jakarta: Bumi Askara, 1996), cet ke-I, h. 63 Hasanudin, Hukum dakwah, (Jakarta :pedoman ilmu jaya1996),cet. Ke-I, h.35 58 Toto Asmara, Komunikasi Dakwah,(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1007), Cet. Ke-I, h,43
57
“Serelah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bermujadalahlah dengan mereka dengan cara yang baik, sesungguhnya Tuhan mengetahui tentang orang-orang yang memperoleh pentunjuk”.28 a) Berdakwah menggunakan metode hikmah menurut Al-maghari berdakwah dengan ucapan yang sangat bijaksana disertai dengan alasan dan dalil yang dapat memperjelas kebenaran dan menghilangkan ketidakjelasan.29 b) Mauidzah hasanah, menurut Ibnu Sayyidhi memberikan irjat (yang dilakukan) olehmu kepada orang lain dengan pahala dan siksa yang dapat menjinakan hatinya. c) Berdakwah dengan mudjadalah ialah berdakwah dengan berdebat dan bertukar
pikiran
untuk
mendudukan
orang
yang
menentang
dan
membangkang ajaran Islam yang disampaikan oleh da’i dengan sangat hatihati dan tetap menghormati dan tidak menyalahkan. Dalam menyampaikan dakwah, seorang da’I harus memperhatikan mad’u yang dihadapi. Pertama bila mad’unya itu kaum cendekiawan dari kalangan muslim, maka ia harus menyampaikan-Nya secara ilmiah (bil hikmah), Kedua bila mad’unya golongan awam, maka ia harus menyampaikan dakwahnya dengan penuh nasehat yang menyejukkan hati mereka (bil mau’izhatil hasanah), Ketiga bila mad’unya pada golongan rasional baik dari kalangan muslim maupun non muslim maka da’I harus menyampaikan dakwahnya dengan argumen-argumen yang bisa diterima mereka. Berikut Beberapa metode dakwah:59 28
h.421
29
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Gema Risalah Press, 1993), Imas Rosyanti, Sari Tafsir II, (Bandung : Fa Sumatra, 1996), h. 14
a. Metode Ceramah ceramah adalah suatu tekhnik atau metode yang banyak diwarnai oleh ciri-ciri krakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. b. Metode Tanya Jawab Metode Tanya Jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasaranya (objek dakwah) untuk menyatakan suatu masalah yang dirasakan sebelum dimengerti dan da’i sebagai penjawabnya. c. Debat Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kebenaran bukan kemenangan dalam arti menunjukan kebenaran dan kehebatan Islam. d. Percakapan Antar Pribadi percakapan pribadi (individual konference) adalah percakapan bebas antara da’i dengan individu-individu sebagai sasaran dakwah. e. Metode Peragaan Metode Peragaan suatu metode dakwah dimana seorang da’i memperlihatkan suatu contoh yang baik pada muridnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya memperagakan cara sholat . Metode dakwah dapat diaktualisasikan melalui dakwah yang disampaikan dengan hikmah, mau’idhah hasanah dan mujadallah dengan cara yang baik dan tidak mengunakan paksaan ataupun kekerasan. Selain itu juga dengan melalui Tarbiyah Islamiyah yang asasnya adalah minhaj Al Qur’an dan metode Rasulullah SAW yaitu dengan menanamkan akhlaq yang mulia, nilai-nilai kehidupan yang kokoh dan pemahaman Islam yang benar. Serta mendirikan bangunan islami sebagai tempat mereka dididik dengan pendidikan Islam.60 Dengan demikian maka terciptalah pengertian yang sesungguhnya bahwa Islam memang rahmat bagi semesta alam. Sudah seharusnya seorang muslim mampu menjadi tuan rumah yang baik, hangat dan sanggup menjamu tamutamunya (non muslim) di bumi Allah SWT. Dengan menciptakan individu, keluarga, lingkungan dan pemerintah yang berakhlak Islam, akan lebih mudah bagi umat Islam untuk membuktikan bahwa Islam bukanlah agama pedang, agama teroris dan menakutkan. 59 60
Drs. Hasanuddin, MA, manajemen dakwah, (jkarta: UIN Jakarta press, 2005), cet. I , h.61 Jum’ah Amin Abdul Azis, Fiqh Dakwah, (Solo, Era Intermedia, 2000) cet. Ke-3, h, 65-66
5. Media Dakwah Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk meyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: Televisi, Radio, Video, Kaset, Majalah, Surat Kabar dan melalui berbagai macam upaya mencari nafkah dalam berbagai kehidupan. Dengan begitu banyaknya media dakwah yang tersedia, maka seorang da’i haruslah memilih beberapa media dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Tujuan dakwah yang hendak tercapai Media dakwah yang dipakai semestinya haruslah sesuai dengan tujuannya dapat tercapai dan efisien. b. Materi dakwah Media yang dipakai semestinya sesuai dengan bahan dakwah yang akan disampaikan. c. Kemampuan da’i Seorang da’i haruslah mampu menggunakan media tersebut. d. Ketersediaan media Memilih media yng harus diperhatiakn kemudahan mendapatkan media tersebut dan biaya untuk mengunakannya. e. Kualitas media Kualitas media pun harus diperhatikan. Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu, atau yang popular di dalam proses belajar mengajar disebut dengan istilah “alat peraga”. Peranan alat bantu atau media dakwah sebagai penunjang tercapainya tujuan, artinya proses dakwah tanpa adanya media masih dapat mencapai tujuan semaksimal mungkin. Sedangkan Hamzah Ya’qub mengartikan media dakwah sebagai alat obyektif yang menjadi saluran yang menghubungkan ide dengan umat, suatu
elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah.62 Dalam hubungan ini biasa juga disebut dengan metode. Dakwah menurut bentuk penyampaiannya dibagi menjadi lima bagian, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Lisan yaitu: pidato, khutbah, ceramah, diskusi dan lain-lain. Tulisan yaitu: buku-buku, majalah-majalah, surat kabar dan lain-lain. Lukisan yaitu: gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film cerita dan lain-lain Audio visual yaitu: televisi, sandiwara, ketoprak wayang. Perilaku/suri tauladan, seperti mengunjungi orang sakit, kebersihan dan lainlain. Dalam hal ini M. Bahri Ghazali membagi penggunaan media dakwah
menjadi tiga yaitu:63 1. Media Visual berupa : a. Film slide yaitu rekaman gambar pada film positif yang telah diprogramkan sedemikian rupa sehingga dapat dilihat hasilnya sesuai dengan peristiwa yang telah diprogramkan. b. Overhead proyektor (OHP), yaitu alat komunikasi yang termasuk perangkat keras yang dapat memprroyeksikan program ke dalam layar monitor dari rangkaian program yang telah dipersiapkan dengan menggunakan plastik transparansi. c. Gambar foto diam d. Komputer 2. Media auditif yaitu suatu media yang dapat ditangkap melalui indra pendengaran. Media auditif ini meliputi: Radio,Tape recorder, Telepon dan Telegram. 3. Media audio visual yaitu perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik melalui indera pendengaran dan penglihatan meliputi: a. Movie film yaitu perangkat komunikasi yang mampu menyerap komunikan secara luas b. Televisi c. Video 62
1981) h.
Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam Tekhnik Dakwah dan leader ship, (Bandung : Diponegoro 47 63 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya : 1997), cet. Ke-1, h34-44
d. Media cetak berupa buku, majalah dan surat kabar.
6. Tujuan Dakwah Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan arah atau pedoman sebagai gerak langkah kegiatan dakwah, sebab tanpa tujuan yang jelas aktivitas dakwah akan sia-sia. Dengan demikian, tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah sama pentingnya dengan unsur-unsur lainya. Bahkan lebih dari itu tujuan dakwah sangat menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan Metode dan Media Dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah. Tujuan dakwah adalah mengajak manusia pada jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT agar hidup bahagia sejahtera dunia dan akhirat. Tujuan dakwah adalah untuk memanggil kepada syariat Islam dan memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup perseorangan atau persoalan berumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, berbangsa, bersuku bangsa, bernegara dan antar negara. Dakwah juga bertujuan memanggil kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas dunia yang terbentang luas ini yang berisikan manusia berbagai jenis dan berbagai macam kepercayaannya, yakni fungsi sebagai Syuhada ‘ala an-nas, menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia. Dakwah juga dapat memanggil kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah kepada Allah SWT.64
64
M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (Jakarta, GIP, 1999) cet. Ke-1, h.70
Selain itu dakwah juga bertujuan untuk “menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerang dakwah.”65
65
Prof. H. M. Arifin, M, Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta : Bumi Aksara, 2000) cet. Ke-5, h.3-4
BAB III PROFIL PROF. DR. ALI MUSTAFA YAQUB, MA
A. Latar Belakang Keluarga Ali Mustafa Yaqub, lahir di Batang Jawa Tengah pada tahun 1952. 12 Beliau hidup dalam lingkungan keluarga yang ta’at beragama, beliau juga termasuk dalam keluarga yang berada dan serba berkecukupan, Ali Mustafa Yaqub kecil tidak pernah merasa kekurangan dalam hal kebutuhan sehari-hari, setiap yang ia butuhkan selalu terpenuhi, namun beliau tidak pernah membanggakan kekayaan keluarganya, Ali dan kakakkakaknya dididik oleh kedua orang tua mereka untuk belajar hidup sederhana dan tidak berpoya-poya dan hidup mandiri serta taat kepada ajaran agama. Ayahnya beliau bernama (Mustafa Yaqub) seorang muballigh terkemuka pada zamannya dan imam di masjid-masjid yang ada di Jawa Tengah, misinya “Menegakkan Amal ma’ruf dan memberantas Nahi Mungkar”. Sejak matahari terbit sampai terbenam ayahnya melakukan rutinitas belajar dan mengajar. Mayoritas penduduk dilingkungan rumahnya kebanyakan orang yang belum mengerti agama, baik dari kalangan petinggi pemerintahan, para guru-guru sekolah, masyarakat menengah sampai masyarakat awam (buta agama). Akhirnya ayah dan kakeknya mendirikan sebuah pondok pesantren yang para santrinya adalah penduduk disekitar. Ayah beliau mengajar tanpa pamrih dan hanya mengharap ridho Allah SWT, ayah beliau berjiwa besar dan bersahaja namun tegas dalam membela agama Allah SWT. Ibu beliau bernama Hj. Zulaikha, beliau seorang ustadzah dan Ibu rumah tangga, Ibu beliau ikut membantu perjuangan ayahnya, ibunya
12
Riwayat hidup prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA. Dikitif dari Biografi .beliau yang diperoleh dari seketaris beliau. Jakarta, 5 desember 2008.
meninggal pada tahun1996. Beliau memiliki tujuh saudara, dari tujuh bersaudara tersebut dua diantaranya meninggal dunia, dan yang masih hidup lima bersaudara, salah satu dari kakanya yang bernama K.H. Ahmad Dahlan Nuri Yaqub mengikuti jejak ayahnya sama seperti beliau, dan sekarang kakanya sebagai Pegasuh Pondok Pesantren Darussalam di patang Jawa Tengah. Kakek dari ayah beliau bernama Joyo Truno, pekerjaannya seorang petani. Nama nenek dari ayah (beliau lupa). Pekerjaan nenek beliau ibu rumah tangga. Beliau menikah pada tahun 1986, nama istri beliau Ibu Hj. Ulfah Uswatun Hasnah, dari pernikahannya dengan Hj. Ulfah, Beliau dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Ziaul haramain yang lahir pada tahun 1991, dan sekarang sedang menduduki pendidikan kelas tiga aliyah di Pondok Pesantren Sunan Pendanaran Yogyakarta.13 Kebanyakan masa kecil beliau dihabiskan untuk belajar agama dengan kakek dan ayahnya, kebetulan ayahnya seorang kiyai. Rumah beliau selalu dipakai untuk pengajian. Ada pengajian Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang diadakan dua minggu sekali, yaitu setiap malam senin dan kamis. Selain itu juga ayahanda Ali juga membuka pengajaran yang berbentuk kursus yaitu kursus ilmu agama dan Bahasa Arab bagi masyarakat yang ingin mendalaminya. Setiap kali ayahanda atau kakek Ali melaksanakan pengajian, Ali selalu mengikutinya, beliau tiadak pernah absen sehingga ketika beliau belum sekolah, beliau sudah mengetahui pelajaran agama terlebih dahulu selain beliau terkenal anak yang sangat cerdas dan selalu ingin mengetahui apa yang belum ia ketahui, dari sini beliau terkenal anak dan cucu yang sangat cerdas dan cekatan. Akhirnya pada usia Tujuh Tahun,
13
Wawancara pribadi bersama Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub,MA(Imam Besar Istiklal dan Pimpinan pondok pesanteren Darussunah ), jam 05 wib Pagi.7 Desember 2008.
beliau disekolahkan oleh kedua orang tuanya di Sekolah Rakyat (SR) pada Tahun 19611966. Setelah tamat dari Sekolah Rakyat (SR), beliau melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau dikenal dengan Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) pada tahun 1966 sampai dengan tahun 1969, setelah tamat dari Madrasah Tsanawiyah, beliau melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Tengah dengan tujuanya memperdalam ilmu agama seperti belajar kitab-kitab kuning dan bahasa arab. Ketika beliau duduk dikelas tiga aliyah di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang beliau mendapat ujian dari Allah SWT, Ayah beliau dipanggil oleh yang maha kuasa atau meninggal dunia tepatnya dipenghujung tahun 1971. Setelah mendegar kabar bahwa ayah beliau meningal beliau langsung meminta izin kepada para guru atau ustadz disana untuk menemui ayahanda untuk terakhir kalinya, beliau terlihat tenang, tegar dan sabar dalam menghadapi cobaan yang terberat dalam hidupnya, apalagi beliau ditinggal sang ayah pada usia yang masih muda sekali dan belum menamatkan sekolah tingkat aliyahnya. Karena sejak kecil beliau sudah diajarkan hidup mandiri dan sederhana, maka beliau ikhlas melepaskan kepergian ayahnya dan senantiasa berdoa untuk ayahanda tercinta.14 Setelah beliau menamatkan pendidikannya di Pondok Pesantren, beliau langsung kembali kekampung halaman, dengan i’tikad dan niat yang tulus yaitu ingin melanjutkan perjuangan ayahanda dan kakeknya yaitu mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah didapatkannya di pondok pesantren kepada masyarakat dikampung halamannya serta
14
Biografi Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub,MA. Dikutib dari buku beliau “kritik hadis “ pustaka firdaus, h.145 cet. I
mengembangkan pondok pesantren yang telah dibangun oleh kakeknya bersama kakakkakaknya. Setelah sekian tahun mengabdikan diri kepada masyarakat, dalam hati nurani beliau bertekad untuk melanjutkan pendidikan ke timur tengah Arab Saudi untuk memperdalam Bahasa Arab, apa boleh buat keinginanya tersebut belum bisa dicapai, karena beliau terbatas oleh biaya untuk berangkat kesana. Akhirnya Beliau merenung dan berpikir mencari jalan keluarnya bagaimana caranya supaya saya bisa melanjutkan pendidikan kejenjang lebit atas atau kuliah, ketika sedang merenung beliau teringat kepada salah seorang kakak kelas beliau yang sedang elanjutkan pendidikan di timur tengah, tidak lama kemudian beliau langsung membuka sebuah buku kenangan dari pondok pesantren yang berisi biodata-biodata para alumni, akhirnya beliau menemukan alamat rumah dan no teleponnya, secepat mungkin beliau langsung mencari alamat rumahnya dan menelponnya, akhirnya beliau mendapatkan banyak sekali informasi bagaimana beliau bisa melanjutkan kuliah disana, karena dari kecil beliau sudah memahami bahasa arab, maka beliau langsung mengajukan beasiswa pendidikan kepada pemerintah arab saudi, akhirnya beliau bisa melanjutkan kuliah di Timur Tengah Arab Saudi tanpa, mengeluarkan biaya sedikitpun.15
B. Riwayat Pendidikan Ketika ia masih kecil kehidupan beliau sama seperti anak-anak pada umumnya. yang lainnya tumbuh besar bersama keluarganya, Tapi kebanyakkan masa kecil beliau dihabiskan untuk belajar agama dengan kakek dan ayahnya dari segi keuangan beliau tergolong keluarga yang berkecukupan. tepat ketika umurnya 7 (tujuh ) tahun beliau 15
Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub,MA Biografi pribadi. Jakarta. Pustaka firdaus h.3 cet I
masuk Sekolah Rakyat (SR) pada tahun 1961 sampai dengan tahun 1966. Di sekolah teman-teman beliau banyak meyukai beliau karena beliau anak yang mudah bergaul dan sangat cerdas, selain itu juga di kelas beliau tergolong siswa yang berprestasi dari kelas satu sampai dengan kelas enam.Setelah tamat sekolah rakyat (SR) beliau melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah (MTS) di daerahnya, setelah tamat Tsanawiyah beliau langsung melanjutkan pendidikan Aliyah di Pondok Pesantren Tebuireng Sebelak Jombang pada tahun 1966 sampai dengan tahun 1969. Setelah beliau kelas tiga (Aliyah) di Tebuireng1969-1971 setelah beliau meyelesaikan pendidikanya ditingkat menegah beliau berkeinginan melanjutkan ketingkat lebih tinggi lagi. Beliau mempunyai cita-cita ingin melanjutkan pendidikan kedokteran kata beliau “saya tidak pernah bercita-cita menjadi kiayi seperti sekarang ini, ya mungkin sudah takdir Allah SWT dan saya bersyukur atas takdirnya” 16. Pada tahun 1972 beliau diperintahkan ayahanda agar melanjutkan pendidikannya di Universitas Hasyim Asy’ari yang lokasinya hanya beberapa ratus meter saja dari pondok pesantren Tebuireng. Di Universitas tersebut beliau masuk di Fakultas Syari’ah. Setelah pulang kuliah beliau langsung pulang ke Asrama untuk mendalami kitab-kitab kuning di bawah asuhan para kiayi sepuh (senior), antara lain al-marhum KH. Idris Kamali, al-marhum KH. Adlan Ali, al-marhum KH. Sobari, al-marhum KH. Al-Musnid Dan al-marhum KH. Samsuri Badawi di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Tegah sampai tahun 1975. Pada tahun 1976 beliau melanjutkan pendidikan di Timur Tengah Saudi Arabiah di Fakultas Syari’ah Universitas Islam Imam Muhamad Bin Saud sampai selesai dengan 16
Wawancara pribadi bersama Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub,MA(Imam Besar Istiklal dan Pimpinan pondok pesanteren Darussunah ),Jam 05WIB. Pagi 11 Desember 2008
ijazah Licance (Lc) pada Tahun 1980. kemudian masih di kota yang sama ia melanjutkan pendidikan pada Fakultas Dirosah Islamiyah di Universitas King Saud, Departemen Study Islam Jurusan Tafsir dan Hadis, sampai selesai dan memperoleh ijazah Master pada Tahun 1985. Pada tahun 1985 beliau pulang ke tanah air, namun terbenak dalam hati kecilnya, beliau ingin sekali pergi ke papua/Irian Jaya untuk mengabdikan dan mengamalkan ilmunya disana, akan tetapi beliau dipinta oleh pemerintah untuk mengbdikan dirinya dikota Jakarta, akhirnya beliau mengajar di Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Kini disamping sebagai dosen tetap IIQ Jakarta, beliau juga mengajar di perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ), dan selain propesinya sebagai pengajar (Dosen) beliau mengisi Pengajian dan sebagai Imam Besar di
Masjid Istiqlal Jakarta, dan di IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang sekarang berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia juga pernah mengajar di Institut Agama Islam Shalahuddin Al-Ayyubi (INISA) Tambun Bekasi, Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI, dan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STDIA) Al-Hamidiyah Jakarta. Pada tahun 1989 beliau bersama keluarga mendirikan Pondok Pesantren Darussalam di batang Jawa Tengah Desa kelahirannya dan sekarang Pondok Pesantren tersebut diasuh oleh kakaknya yang bernama K.H. Ahmad Dahlan Nuri Yaqub.
C. Karir Prof. Dr. KH. Ali Mustapa Yaqub. MA17
17
Wawancara pribadi bersama Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub,MA(Imam Besar Istiklal dan Pimpinan pondok pesanteren Darussunah ), jam.05 wib, pagi.11 Desember 2008.
1. Pada tahun 1985, Beliau mengajar di Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta. 2. Tahun 1986, beliau mengajar di perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) 3. Tahun 1987-1988, Beliau mengajar di Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, yang sekarang berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Tahun 1989-1990 Beliau mengajar di Institut Agama Islam Shalahuddin AlAyyubi (INISA) Tambun Bekasi. Pendidikan kader ulama (PKU) MUI, Dan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STDIA) Al- Hamidiyah Jakarta. 5. Beliau bersama keluarga mendirikan pondok pesantren Darusalam Di Desa kelahirannya didesanya, Batang Jawa Tengah . 6. Pada Tahun 1995-1997, Beliau menjabat sebagai ketua umum Penghimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Riyad. 7. Pada Tahun 1995-1997, Beliau menjadi salah satu pengasuh Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Depok. 8. Tahun 1991-1997, beliau juga sebagai Ketua STIDA Al-Hamidiyah dan rajin menulis serta mengajarkan Hadits dan Ilmu Hadits juga aktif dalam organisasi Dakwah . 9. Tahun 1990-1996, Beliau diamanati menjadi Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Ittihadul Muballighin. 10. Pada tahun 1998, beliau diangkat menjadi salah satu guru besar untuk ilmu hadits di Institut Ilmu Al-Qur’an ( IIQ) Jakarta. 11. Tahun 1996-2000 beliau diamanati menjadi Ketua Dewan Pakar merangkap Ketua Departemen Luar Negeri DPP Ittihadul Muballighin.
12. Beliau juga aktif sebagai angota komisi Fatwa MUI pusat, ketua Lembaga Pengkajian Hadits Indonesia (LEPHI), dan Pengasuh Rubrik Hadits/ Mimbar Majalah Amanah Jakarta. 13. Tahun 1997 sampai dengan sekarang beliau mendirikan Pondok Pesantren yang bernama “Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darussunnah sekaligus sebagai pengasuh Pondok Pesantren tersebut yang beralamat di Pisangan BaratCiputat.18 Pada tahun 2005 sampai dengan sekarang, dengan kemahirannya dan kepandaianya dalam ilmu tajwid dan suaranya yang merdu dan sejuk di dengar oleh makmum, beliau diangakat menjadi salah satu Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta berdasarkan Surat Keputusan (SK) Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan dilantik oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Bapak Dr. H. Muhammad Maftuh Basyuni. Dalam kapasitasnya sebagai imam besar beliau juga diamanati untuk mengatur peribadatan di Masjid Istiqlal agar tidak keluar dari koridor syari’ah. D. Karya Tulis Prof. Dr. KH. Ali Mustopa Yakub, MA19 Awal mula beliau berkiprah sebagai penulis yaitu bermula ketika beliau duduk dibangku kuliah di Saudi Arabiah, ketika ada waktu luang beliau langsung menyempatkan diri untuk menulis apa saja mulai dari pengalaman sampai kepada hal-hal yang kecil yang terjadi pada dirinya, semenjak itulah beliau mulai menggemari dan
18
Wawancara pribadi bersama Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub,MA(Imam Besar Istiklal dan Pimpinan pondok pesanteren Darussunah ), jam 19:30 wib, Malem. 07 Desember 2008 19 Wawancara pribadi bersama Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub,MA(Imam Besar Istiklal dan Pimpinan pondok pesanteren Darussunah ), jam 05 wib, pagi. 11 Desember 2008.
menekuninya, akhirnya menulis menjadi salah satu hobby atau kegemarannya selain sebagai pengisi kekosongan waktu juga menghasilkan rizqi, banyak tuliasan beliua yang masuk kekoran dan majalah, selain itu juga beliau menerbitkan beberapa buku yang sangat diminati orang banyak. Karena tulisannya yang sering terbit sehingga beliau banyak dikenal masyarakat dari kalangan paling bawah sampai tingkat ulama-ulama mancanegara. Selain beliau menulis karya-karya umum, banyak tulisan beliau yang terinspirasi dari Hadits-hadits Rasulullah SAW, menurut beliau menulis hadits-hadits Rasullulah SAW kita mempunyai dua keuntugan sekaligus yaitu keuntungan di dunia dan keuntungan di akhirat, dari saya mempelajari Hadits-hadits Rasullulah SAW kita menjadi tau betapa dahsyatnya perjuangan dakwah Rasullulah SAW, beliau tidak pernah lelah dan tidak kenal takut untuk memperjuangkan agama Allah SWT. Diantaranya karya tulis beliau yaitu : 1.
-Memahami Hakikat Hukum Islam (Alih Bahasa dari Prof. Dr. Muhammad Abdul Fattah al-Bayanuni, 1986)
2.
-Nasihat Nabi kepada para Pembaca dan Penghafal al-Qur'an (1990)
3.
-Imam Al-Bukhari dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadits (1991)
4.
-Hadits Nabawi dan Sejarah Kodifikasi (Alih Bahasa dari Prof. Dr. Muhammad Mustafa Azami, 1994)
5.
-Kritik Hadits (1995)
6.
-Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat (Alih Bahasa dari Muhammad Jameel Zino, Saudi Arabia, 1418 H)
7.
-Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (1997)
8.
-Peran Ilmu Hadits dalam Pembinaan Hukum Islam (1999)
9.
-Kerukunan Umat dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadits (2000)
10. -Islam Masa Kini (2001) 11. -Kemusyrikan Menurut Madzhab Syafi'i (Alih Bahasa dari Prof. Dr. Abd. Rahman al-Khumayis, 2001) 12. -Aqidah Imam Empat Abu Hanifah, Malik, Syafi'i, dan Ahmad (Alih Bahasa dari Prof. Dr. Abd. Rahman al-Khumayis, 2001) 13. -Fatwa-fatwa Kontemporer (2002) 14. -Pembela Eksistensi Hadits (2002) 15. -Pengajian Ramadhan Kiyai Duladi (2003) 16. -Hadits-hadits Bermasalah (2003) 17. -Hadits-hadits Palsu Seputar Ramadhan (2003) 18. -Nikah Beda Agama dalam Perspektif al-Qur'an dan Hadits (2005) 19. -Imam Perempuan (2006) 20. -Haji Pengabdi Setan (2006) 21. -Fatwa Imam Besar Masjid Istiqlal (2007)20 Tiga diantaranya akan terbit di penghujung bulan Februari 2009, sekarang sedang proses percetakan dan pengeditan, dan buku yang akan terbit ini tidak kalah menariknya dari buku–buku yang sudah di keluarkan oleh bapak Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yakub, MA diantaranya yaitu :
20
1.
-Ada Bawal Kok Pilih Tiram (2008)
2.
-Toleransi Antar Umat Beragama (dalam Bahasa Arab, 2008)
Kumpulan karya Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub,MA. biograpi pribadi” haji pegabdi setan”. Jakarta pustaka firdaus
3.
-Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat, dan Kosmetika dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadits (bahasa Arab, dalam proses cetak)
Selain itu beliau juga menulis beberapa buku petunjuk dan metode mengajar bagi santri dan guru di Pondok Pesantren Darussunnah. Buku-buku karangan beliau hingga kini dipakai di Pondok Pesantren Darussunnah dan beberapa Intitut Ilmu Al-Qur’an serta Perguruan Tinggi Agama Islam diseluruh Nusantara. Selain buku-buku yang sudah diterbitkan, beliau juga banyak mengeluarkan artikel-artikel dibeberapa majalah dan koran, salah satunya majalah Amanah dan koran pelita serta masih banyak lagi karyakarya beliau di media lainnya. Selain karya ilmiah, Bapak Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA membuka layanan Dialog di dunia maya Internet, dan bapak juga sering muncul di acara dialog langsung/ LIVE dan ceramah di TV One, kuliah subuh dan sebagai narasumber dalam acara tanya jawab tentang Halal-Haram MUI di Trans TV. E. Pengalaman Dakwah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA21 Selain berdakwah di negeri sendiri beliau banyak di minta berdakwah di mancanegara seperti Saudi Arabia, Iran, Amerika, Malaysia, Berunei Darussalam, dan lain sebagainya. Di bawah ini pengalaman dakwah beliau dinegara sendiri dan mancanegara. 1) Pada Bulan Februari Tahun 2000, menjadi anggota utusan MUI (Majelis Ulama Indonesia), dalam rangka memeriksa, mengobservasi dan menganalisa proses
21
Wawancara pribadi bersama Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub,MA(Imam Besar Istiklal dan Pimpinan pondok pesanteren Darussunah ), jam 05 wib, pagi. 11 Desember 2008.
pemotongan hewan (daging yang halal) di Omaha, Doahan Alabana dan beberapa kota di USA; 2) Pada Bulan Februari Tahun 2000, Diundang pemerintahan Arab Saudi sebagai pembicara di Radio dan Televisi Arab Saudi pada saat melaksanakan Ibadah haji. 3) Pada Bulan Agustus Tahun 2005, Beliau menjadi anggota utusan Departemen Agama Republik Indonesia, dalam rangka perbandingan pelajaran tentang percetakan, penerbitan, penghafalan Al- Qur’an di Iran, Arab Saudi dan Mesir. 4) Pada Bulan Juli Tahun 2006, Beliau menjadi Anggota utusan Departemen Agama Republik
Indonesia,
dalam
rangka
perbandingan
pembelajaran
tentang
percetakan, penerbitan, penghapalan Al-Qur’an di Turki 5) Pada Bulan Sebtember Tahun 2007, Beliau menjabat sebagai ketua utusan MUI, dalam rangka memeriksa, mengobservasi dan menganalisis daging halal di Canada. 6) Pada Bulan November Tahun 2007, menjadi ketua utusan MUI, dalam rangka memeriksa, mengobservasi dan menganalisis daging halal di beberapa kota di USA. 7) 26 September s.d. 5 Oktober 2008 40 hari kunjungan dakwah, undangan ICMI di 7 Negara Bagian Amerika Serikat dan Canada. 8) 31 Oktober s.d. 6 November 2008. Kunjungan Saudi Arabia, undangan kerajaan. F. Aktifitas Dalam Dakwah22 Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim sesuai dengan tuntunan AlQur’an dan Hadits, saling mengingatkan pada kebenaran dan menasehati dalam 22
Wawancara pribadi bersama Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub,MA(Imam Besar Istiklal dan Pimpinan pondok pesanteren Darussunah ), jam 05 wib,pagi. 11 Desember 2008.
kesabaran, selain itu dakwah bagi beliau adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang bernilai ibadah untuk membina atau membentuk masyarakat melalui ajaran agama Islami, melalui pesan-pesan agama sehingga berubah menjadi masyarakat yang Islami. Aktifitas Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA dalam dakwah Islam di Indonesia dimulai semenjak beliau pulang dari negeri Timur Tengah Pada tahun 1985. Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA sebagai praktisi dakwah tidak pernah lelah dalam mengembangkan dakwah Islam, ini diakui oleh berbagai aktivitasnya dalam dakwah yang masuk keberbagai kalangan baik kalangan atas, menengah maupun kalangan bawah. Dakwah Islam yang beliau lakukan tidak hanya di wilayah perkotaan, bahkan sampai masuk ke wilayah Pelosok Desa di Indonesia. Tidak hanya di dalam negeri, kegiatan dakwah Islam yang beliau lakukan juga sampai ke luar negeri, yaitu ke Brunai Darussalam, Malaysia, Amerika Serikat, Arab Saudi dan Negara yang berada di berbagai belahan benua, dari benua Asia sampai benua Eropa dan lain-lainnya. Dakwah Islam yang beliau lakukan tidak hanya terbatas di podium saja, metode dan gerakan dakwahnya patut dibanggakan. Beliau banyak menggunakan dakwah Dengan mimbar artinya dengan ceramah, dengan lisan, diskusi, seminar dan lain-lain, semua dilakukan dengan lisan yaitu dakwah
Bil Hal (dakwah yang langsung
dipraktekkan). Misalnya, ketika beliau berdakwah di kalangan bawah (petani), beliau langsung memberikan gambaran dakwah yang jelas mengenai seorang petani. Bagaimana menjadi seorang petani yang soleh, yaitu yang menzakatkan hasil pertaniannya. Bagaimana cara berkebun yang baik, ini banyak dilakukan oleh masyarakat Parung yang memiliki lahan yang luas, namun karena keterbatasan pengetahuan yang dimilikinya
menjadikan lahan tersebut tak dimanfaatkan dengan baik. Melalui dakwahnya diharapkan para petani tersebut dapat memanfaatkan lahan yang dimilikinya menjadi lebih optimal. Selain para petani, beliau juga berdakwah di kalangan para pedagang, hal ini dimaksudkan agar para pedagang menjual dagangannya sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah SAW, yaitu menjadi seorang pedagang yang jujur, dan tidak mengurangi timbangan. Begitu pun di kalangan pembantu rumah tangga, dalam dakwahnya beliau berpesan agar mereka harus memiliki berbagai keterampilan atau keahlian yang dapat mengarahkan mereka untuk hidup lebih layak dan baik. Kegiatan dakwahnya yang begitu luas juga dapat dilihat dari kegiatan dakwahnya di kalangan pengamen dan pengemis. Beliau tak pernah malu dan bosan untuk menyampaikan dakwah di kalangan tersebut. Bahkan beliau tidak segan-segan untuk memberikan bantuan kepada mereka yang ingin berwiraswasta. Misalnya ingin menjadi tukang bakso, beliau dengan senang hati membantu menyediakan gerobak bakso. Selain di berbagai kelompok masyarakat, kegiatan dakwahnya juga masuk ke berbagai lembaga pendidikan baik lembaga pendidikan yang bersifat formal maupun lembaga pendidikan yang bersifat informal. Berbagai kegiatan yang sifatnya membimbing kepada para guru atau da’i yang ingin mulai berdakwah, beliau dengan senang hati membantunya dengan berbagi ilmu dan pengalaman bagaimana cara berdakwah yang baik. Sehingga berbagai training atau pelatihan bagi kader-kader dakwah dan khotib sering beliau adakan. Selain dengan dakwah dengan lisan mimbar atau Bil hal beliau juga melakukan aktivitas dakwahnya dengan lembar atau Bil kolam artinya memakai tulisan baik menulis buku, menulis di majalah, artikel-artikel di koran dan masih banyak lagi karya-karya tulis beliau lainnya.
Kemudian Aktivitas Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA dalam dakwah juga dilakukan melalui pengabdian di dunia pendidikan beliau mengajar di Institut Ilmu alQur’an (IIQ) Jakarta sampai sekarang. Kini disamping sebagai dosen tetap IIQ Jakarta, beliau juga megajar di perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ), dan selain propesinya sebagai pengajar (Dosen) Beliau masih aktif mengisi pengajian-pegajian Islam di Masjid Istiqlal, dan masjid-masjid lainnya beliau juga mejadi Imam besar di Masjid Istiqlal Jakarta. Beliau juga aktif di berbagai organisasi Islam dan menjadi tenaga pendidikan kader ulama (PKU) di Majelis Ulam Indonesia (MUI) sampai sekarang, beliau menjadi dosen (menjadi tenaga pengajar) di
Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STDIA) Al-
Hamidiyah Jakarta, dan beliau juga pernah mengajar (dosen) di Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tahun 1989, beliau bersama keluarga mendirikan Pesantren Darussalam Di Patang Jawa Tengah Desa kelahirannya. Sekarang di kelola oleh kakanya yang bernama K.H. Ahmad Dahlan Nuri Yaqub (pimpinan pondok pesantren Darussalam).
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH PROF.DR. ALI MUSTAFA YAQUB.MA
A. Konsep Pemikiran Dakwah Prof.Dr.K.H. Ali Mustafa Yaqub. MA Paradigma konsep dakwah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA ternyata sedikit berbeda dengan pendapat para pakar ilmu dakwah lainnya meski pada intinya sama perbedaanya menurut beliau konsep pemikiran dakwah yaitu
menyampaikan ajaran
Islam kepada manusia, Melalui Metode pengajaran yang secara terus menerus dan dibarengi dengan pemberian contoh, dan dengan memberikan pengajaran secara terus menerus bukan hanya sekali dalam setahun, tapi Rutin agar terjadi peningkatan kualitas iman, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya, dan kualitas pikir untuk menegakkan kalimat Allah SWT. Pengertian Dakwah menurut Prof. Dr. KH. Ali MustafaYaqub, MA dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengertian dakwah menurut bahasa dan pengertian dakwah menurut istial. Menurut beliau dakwah dari segi bahasa adalah bentuk ketiga dari kata da’a, lengkapnya: da’a-yad’u-da’wah yang artinya mengajak, mengundang, memanggil, dan menyeru untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memiliki karakteristik khusus. 23
Maksudnya mengajak, mengundang, memanggil, dan menyeru adalah pekerjaanpekerjaan yang memiliki karakteristik khusus, yaitu ofensif dan difensif karenanya, dari sini dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah upaya yang bersifat ofensif, karena ia 23
cet. 1 h. 95
Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Sejarah Metode Dakwah Nabi. Jakarta, Pustaka Firdaus ,
memulai perbuatan terlebih dahulu. Ia tidak bersipat difensif (bertahan) yang hanya berbuat apa bila ada orang lain yang memulai. Menurut beliau dakwah juga bersifat aktif, karena ia merupakan upaya persuasif yang berusaha untuk meyakinkan pihak lain agar mau mengikuti isi dakwah itu. Dakwah itu bersifat rekreatif, yang hanya melakukan sesuatu apabila mendapat umpan. karenanya juru dakwah selalu dituntut untuk memulai pekerjaan dakwahnya dan tidak hanya menunggu. Sedangkan dakwah secara istilahan adalah mengubah prilaku seseorang dari tidak meyembah Allah SWT menjadi meyembah Allah SWT, dari orang yang tidak baik menjadi baik, dan dari orang yang baik menjadi lebih baik 24 Hukum berdakwah menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA, Adalah fardu kifayah yakni kewajiban yang diserahkan kepada saatu individu yang memiliki kemampuan melaksanakan kewajiban terebut, yang bila salah seorang individu yang lainnya gugur. Maksud Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA disini, adalah ulama dan santri (calon da’i) yang belajar ilmu agama menduduki level pertama atas kewajiban berdakwah dan memelihara dengan teguh eksistensi islam.25 Dalil Al-Qur’an yang menunjukan kepada hukum berdakwah fardu kifayah adalah sebagaimana firman Allah SWT :
<$8.O M;LN: #IJKL 7H%& <&QLRSO& P#Q O F7 <#$-'O& T&Q>URV I>6 YZ/ %S&N:& WQ J☺% FA2 [\$ @]☺% 24
Wawancara pribadi bersama Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub,MA(Imam Besar Istiklal dan Pimpinan pondok pesanteren Darussunah ), jam 05 wib Pagi.11 Desember 2008. 25 Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Islam Masa Kini. Jakarta, Pustaka Firdaus ,h 67
Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang mak’ruf, dan mencegah dari yang mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung.” ( Q.S. AliImron:104) Jadi dari pendapat
yang berkewajiban berdakwah
itu adalah sebagian
muslimsaja yang mampu dan berilmu agama islam saja. Adapun ulama dan santri (calon da’i) yang belajar ilmu agama menduduki level pertama atau tingkat paling atas untuk melakukan dakwah tersebut karena mereka mempunyai ilmu dan banyak megerti ilmu agama islam secara keseluruhan, dan memelihara dengan teguh eksistensi islam.
1. Da’i menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Da’i menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA yaitu orang yang melakukan dakwah artinya seorang da’i adalah faktor penentu maju atau mundurnya umat Islam. Tanggung jawab seorang da’i bukan seperti tanggung jawab manusia lain atau orang awam. Da’i adalah panutan banyak umat, sekali saja da’i berbuat lancang, maka tercorehlah seluruh komponen yang ada di dalamnya. Jadi, seorang da’i dituntut untuk berpengalaman supaya bisa menjadi penuntun ummat, menuju jalan yang diridhai Allah SWT. Selain itu juga da’i harus mempelajari dan memahami ilmu-ilmu Hadits dan AlQur’an khususnya sebagai penunjang dakwah secara sempurna. seorang da’i tidak boleh berdiam diri saja atau hanya memanfaatkan ilmu yang ada, tidak mau belajar maka hukumnya haram bagi seorang da’i ini, karena ilmu Islam itu bertujuan mulia dan tinggi yakni untuk mengenal Allah Swt dan membersihkan diri guna tercapai tujuan yang suci. kemudian setelah belajar seorang da’i harus bertanggung jawab untuk mengeluarkan pandangan dan pikiran dalam bidang dakwah.
Menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA da’i haruslah waspada pada sifat egois. Egoisme menurutnya yaitu sifat rasa cinta terhadap kedudukan, cinta kekuasaan, cinta harta, dan lain sebagainya. sifat egoisme adalah suatu sifat yang berimplikasi pada rasa cinta terhadap diri sendiri hal ini dapat menyebabkan seorang da’i lebih mencintai dunia dan isinya dan lupa terhadap visi misinya dalam menjalankan amanah. Beliau menambahkan, da’i haruslah mengetahui dan mengamalkan sifat zuhud, taqwa, dan hidup sederhana serta suci. Sebab cinta dunia adalah sebagai pangkal dari perselisihan dan perpecahan yang dapat menghilangkan tujuan suci dalam berdakwah, dengan tak adanya sifat cinta dunia pada diri seorang da’i niscaya da’i itu akan beramal dengan ikhlas dalam menegakkan Islam dan akhirnya nanti mendapat kebahagiaan yang tak terkira baik di dunia maupun akhirat, bahkan umat Islam secara naluriah, mereka hanya akan menerima da’i dan ulama yang berakhlak luhur dan berbudi pekerti yang baik tidak rakus akan kepentingan dunia dan seisinya serta tidak kikir untuk berkorban tenaga dan semua miliknya untuk meninggikan kalimat tauhid dan mencapai keridhaan Allah SWT. 26
Seorang da’i harus mencerminkan dirinya sendiri, seorang da’i hendaklah mengajak manusia untuk mencari ridha Allah SWT dengan hatinya. Maksudnya adalah seorang da’i harus benar-benar mengamalkan apa yang ia katakan, sebab jika tidak maka bukan ridha Allah yang ia dapat melaikan kemurkaan-Nya yang sangat dahsyat. Konsep da’i yang sebagaimana diutarakan di atas, menurut analisa penulis sangat setuju sekali, satu hal pokok yang harus dimiliki seorang da’i adalah niat yang tulus, menjadi seorang da’i adalah sebuah amanah yang harus dijalankan, selain itu da’i juga 26
102
Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub,MA. Islam Masa Kini. Jakarta, Pustaka Firdaus , 2007 cet. 1 h.
harus berpatokan kepada Al-qur’an dan Hadits. Seorang da’i yang profesional adalah da’i yang semata-mata hidupnya tidak dari berdakwah atau bukan menjadikan dakwah sebagai mata pencaharian. Seorang da’i harus dibekali ilmu melalui pendidikan formal maupun informal sehingga mampu berdakwah dengan baik dan mencapai hasil yang baik pula. Untuk kehidupannya ia harus mempunyai usaha lain dalam arti tidak hidup bergantung dengan dakwah. 2. Mad’u menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Pendapat Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Tentang mad’u adalah orang yang didakwahi yaitu pertama orang non muslim dan orang muslim.27 Pertayaanya mengapa Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. mengolongkan mad’u kepada kedua golongan di atas? Analisa penulis, penggologan ini adalah sesuai dengan visi-misinya beliau yaitu visinya untuk mengajak non-muslim meyembah Allah SWT dan misinya agar manusia hanya beribadah (taat) kepada Allah SWT. Orang nonmuslim kita dakwahi dari tidak meyembah Allah menjadi meyembah Allah. Orang muslim yang belum baik mejadi baik sebagai orang muslim dan orang muslim yang sudah baik menjadi lebih baik lagi, jadi sasaranya ada dua golongan orang muslim dan non-muslim. 3. Materi Dakwah Menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA Materi Dakwah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA adalah mencakup dua hal yaitu ibadah dan muamalah, ibadah menurutnya yaitu pengaturan hubungan antara manusia dengan Allah, seperti Shalat, Puasa, Zakat, Haji, dan lain-lain, yang semua ajaran ini terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW. Sedangkan muamalah 27
Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub,MA. Sejarah Metode Dakwah Nabi. Jakarta, Pustaka Firdaus , 2006 cet. 1 h. 97-98
yaitu pengaturan hubungan antara manusia dengan sesamanya baik secara perorangan maupun secara kelompok. Pelajaran muamalah ini juga terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Analisa penulis. Aturan-aturan hukum yang ada dalam ajaran islam terbagi menjadi tiga : a) Aturan yang berkaitan dengan akidah Yaitu hal-hal yang wajib diimani oleh seorang mukalaf (dewasa dan berakal), seperti beriman kepada Allah SWT, para malaikat, kitab-kitab suci, para Rasul, hari kiamat, dan lain-lain. b) Aturan yang berkaitan dengan akhlak. Yaitu sifat-sifat atau perilaku terpuji yang harus dimiliki seseorang, atau sifat-sifat perilaku tercela yang harus ditinggalkan oleh seseorang. c) Aturan yang berkaitan dengan perbuatan Yaitu perbuatan, ucapan, perjanjian, dan lain-lain yang dilakukan oleh seorang mukallaf baik secara pribadi maupun kelompok. Semua aturan-aturan hukum di atas terdapat dalam materi dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. 4. Tujuan Dakwah Menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA Tujuan dakwah menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA adalah sebagai berikut : a.
Menyeru umat manusia untuk hanya beribadah kepada Allah;
b.
Meyampaikan ajaran Allah;
c.
Memberikan bimbingan kepada umat manusia;
d.
Memberi tauladan yang baik;
e.
Memperingatkan umat tentang kehidupan akhirat;
f.
Mengubah orientasi duniawi menjadi orentasi ukhrawi. 28
Dari uraian diatas penulis menarik kesimpulan, tujuan dakwah yaitu agar orang yang non muslim itu meyembah Allah SWT. orang yang belum baik menjadi baik dan orang yang sudah baik menjadi lebih baik lagi. Banyak rintangan yang akan dihadapi da’i dalam berdakwah. Maka seorang da’i harus mempersiapkan dengan sebenar-benarnya persiapan. Sebab, jika seorang da’i tidak mempunyai persiapan yang benar-benar matang, maka akan hancurlah dia, namun jangan berkecil hati dengan kekurangan tersebut, yang paling penting adalah mempunyai kemauan yang sangat tinggi maka Allah SWT akan memberikan kemudahan. B. Metode Dakwah Yang Efektif Menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Al-Qur’an telah meletakan dasar-dasar metode dakwah dalam sebuah ayat yang berbunyi:
!#$☺%& ☺ +-%./0& * '() FAG 7()89&: 56 1234% “Berserulah kejalan tuhanmu dengan metode hikmah, mau’idhah hasanah, dan diskusi dengan cara yang baik”. (al- nahl, 125) Dalam ayat ini dasar dasar metode dakwah ialah : hikmah, mau’idhah hasanah, dan diskusi dengan cara yang baik.
28
Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub,MA. Sejarah Metode Dakwah Nabi. Jakarta, Pustaka Firdaus , 2003 cet. 11 h. 155
Menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub,MA, hikmah adalah ucapan ucapan yang tepat dan benar, atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan. sedangkan mau’idhah hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik dimana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendegarkannya atau mau’ihah hasanah adalah argumenargumen yang memuaskan, sehinga pihak yang mendengarkan dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh pembawa argumen itu. sedangkan diskusi dengan cara yang baik hanyalah diperlukan untuk menghadapi objek dakwah yang bersifat kaku dan keras sehingga ia mungkin membantah, mendebat dan lain sebagainya. Pendapat penulis berangkat dari sebuah persepsi bahwa dakwah itu bersipat ofensif, karena itu berupa mengajak atau mengundang pihak lain dan ini hanya relefan apabila pendekatan dakwah hanya dilakukan dengan mengunakan metode hikmah atau mau’idhah hasanah. Sementara berdiskusi dengan cara yang baik bersipat defensif. 29 Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA menjelaskan, bahwa dakwah dengan metode hikmah akan terwujud apabila dua faktor yaitu : 1) Keadaan atau situasi orang-orang yang didakwah (objek dakwah) 2) Kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka tidak merasa keberatan dengan beban materi tersebut, misalnya karena mereka belum siap menerima materi tersebut. Metode penyampaian materi dakwah dengan membuat pariasi sedemikian rupa yang sesuai pada kondisi saat itu. Sedangkan untuk metode mau’idhah hasanah perlu diperhatikan faktor- faktor berikut ini : 1) Tutur kata yang lembut sehingga hal itu akan terkesan di hati; 29
Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub,MA. Sejarah Metode Dakwah Nabi. Jakarta, Pustaka Firdaus ,2003 cet. 11 h. 155
2) Menghindari sikap tegar dan kasar; 3) Tidak menyebut-nyebut kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang yang didakwahi, karena boleh jadi hal itu dilakukan atas dasar ketidaktahuan atau dengan niat yang baik. Sementara dalam metode diskusi dengan cara yang baik, perlu diperhatikan halhal sebagai berikut : 1) Tidak merendahkan pihak lawan, apalagi menjelek-jelekan dan lain sebagainya, sehingga ia merasa yakin bahwa tujuan diskusi itu bukan lah mencari kemenangan, melaikan menundukannya agar ia sampai kepada kebenaran; 2) Tujuan diskusi hanyalah semata-mata menunjukan kebenaran sesuai dengan ajaran Allah, bukan yang lain; 3) Tetap menghormati pihak lawan, sebab jiwa manusi tetap memiliki harga diri. Ia tidak boleh merasa kalah dalam diskusi, karenanya harus diupayakan agar ia tetap merasa dihargai dan dihormati. Dari pada itu penulis menuturkan, bahwa dalam diskusi ada dua metode yang baik (Hasan) dan metode yang lebih baik (Ahsan). Al-qur’an menggariskan bahwa salah satu pendekatan dakwah adalah dengan mengunakan metode diskusi yang lebih baik (Ahsan). Diskusi dengan metode ahsan ini adalah dengan menyebutkan segi-segi persamaan antara pihak-pihak yang berdiskusi, kemudian dari situ dibahas masalah-masalah perbedaan kedua belah pihak sehingga diharapkan mereka akan mencapai segi-segi persamaan pula. Akan tetapi Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA tidak menggunakan istilah dari ketiga metode tadi dengan istilah pendekatan karena beliau dalam berdakwah
menggunakan metode yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. sementara Nabi Muahamad SAW telah menafsirkannya dengan menjabarkan dan mengaflikasikan tiga dasar metode dakwah tadi dalam pendekatan-pendekatan dakwah beliau. Dalam bahasa arab, kata metode atau pendekatan itu adalah toriqoh atau manhaj. Hanya saja kata manhaj lebih memberikan konotasi terminologis dari pada kata tariqoh yang menurut kebahasaan berarti cara. Oleh karena itu Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA menggunakan istilah pendekatan bukan metode, sebab kata metode mengandung pengertian tentang langkahlangkah sistematis yang harus ditempuh untuk mencapai satu tujuan dan bersifat rinci. Sementara apa yang digunakan Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA ini bersifat umum, karenanya beliau mengunakan istilah pendekatan, dan baru dibawah pendekatanpedekatan itu terdapat metode-metode. Dan pendekatan dakwah yang digunakan Nabi Muhammad SAW bersifat damai. Selama Nabi mengunakan tugas dakwah, sekurang-kurangnya ada enam pendekatan dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW ketika beliau berdakwah, dan pendekatan inipun dilakukan oleh Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA yaitu : 1) Metode Pendekatan Personal Dari Mulut Kemulut 2) Metode Pendekatan Pendidkan 3) Metode Pendekatan Penawaran Pendekatan Missi 4) Metode Pendekatan Korespondensi 5) Metode Pendekatan Diskusi30
30
Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub,MA. Sejarah Metode Dakwah Nabi. Jakarta, Pustaka Firdaus , 2005cet. 1 h. 159
Pertanyaanya Mengapa Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub mengunakan istilah pendekatan bukan metode? Menurut Prof.Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub,MA beliau tidak mau menciptakan metode dakwah yang baru karena menurut Bapak Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA metode dakwah yang paling efektif itu adalah metode yang sudah digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. Metode atau pendekatan Dakwah yang paling Epektif itu adalah: 1. Metode Pendekatan Personal Dari Mulut Ke Mulut (Al- Munjat Al-Sirri) Metode pendekatan personal adalah preoritas paling utama dalam berdakwah menurut beliau, melakukan dakwah kepada mereka satu persatu dan dengan cara yang sangat lembut dan mengenai hati mad’u maka Insya Allah apa yang kita sampaikan kepada mad’u akan mudah diterima. Disisi lain, pendekatan dakwah secara personal ini akan lebih efektif, khususnya pada saat-saat dimana umat Islam sedang bingung karena banyak bermunculan ajaran-ajaran agama yang sesat dan menyesatkan. Hal itu karena pendekatan personal dilakukan secara langsung dengan tatap muka antara da’i (pelaku dakwah) dengan mad’u (objek dakwah) sehingga hal itu akan memberikan pengaruh tersendiri dibandingkan dengan berdakwah yang dilakukan secara umum dan terbuka. masalah-masalah keagamaan yang dianggap belum jelas bagi mad’u juga akan mudah dipecahkan, karena mereka dapat langsung menanyakannya kepada da’i. Maka keislaman mereka juga lebih mantap. 2. Metode Pendekatan Pendidikan (Manhaj Al-Ta’alim)
Metode pendidikan melalui berdialog
atau musyawarah Maksudnya,
untuk menjabatani, da’i perlu menggunakan alat yang terbaik (ahsan) yaitu melalui dialog, karena dengan metode ini mad’u dari posisi tidak tahu menuju ke posisi mengetahui, kemudian ke posisi meyakini (Metode al-hiwar). Berdialog/musyawarah adalah metode dakwah yang telah dianjurkan dalam Islam. Firman Allah Swt:
(a'% _` ^7KL ☺89 ☺ R ⌧e @⌧f c! R (aJb #$ %& * #I- % 87L *$g⌧]Uhi 2@R@ % #Ijkh 8 R * %#$9 #In9o #Q]E& * p#qHr C #I>6#&⌧4& #4b$E R (aL^u s t R w@x 4` ;< _` FA g Cy zb$E☺% “ Dan bermusyarah lah kepada mereka pada segala urusan . maka jika engkau telah membulatkan cita-cita, bertawakallah kepada Allah dan bahwasanya Allah menyertai orang-orang yang bertawakal kepada-nya “ (Q.S. Ali Imran :159) Metode pendidikan melalui Analog (perumpamaan) sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “ perumpamaan orang orang mukmin dalam kasih sayang dan penderitaan mereka tak ubahnya ibarat sebuah tubuh manusia. Apabila ada satu bagian dari tubuh itu merasa sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasakan sakit pula dan tidak dapat tidur.”(H.R, Al-bukhari dan muslim) Menurut penulis, aspek analog/perumpamaan sangatlah efektif untuk mempengaruhi mad’u, dan metode ini lebih mengena, karena setiap mukmin akan menganggap dirinya bagian dari tubuh mukmin yang satu dan tidak dapat dipisahkan-pisahkan.
Metode ini pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam menggunakan analog ini sekaligus menguji tingkat kecerdasan para sahabat, misalnnya ketika beliau menuturkan bahwa perumpamaan seorang muslim adalah ibarat sebuah pohon yang tidak pernah jatuh daunnya. “pohon apakah itu?” para sahabat banyak menebak bahwa pohon itu adalah pohon yang tumbuh di kampung-kampung. Sementara Abdullah bin Umar dalam hatinya menebak bahwa pohon itu adalah pohon kurma, namun ia tidak mengatakan karena rasa malu. akhirnya para sahabat bertanya, “pohon apakah itu wahai Nabi” beliau menjawab” itu adalah pohon kurma”( ibit, i /37. Muslim bin al-hajjaj, op. Cit.,i/25 Hadits tentang pohon kurma atau pohon kelapa ini telah dipakai oleh sementara ulama sebagai dalil adanya ujian atau testing dalam sekolah-sekolah kontemporer. 3. Metode Pendekatan Penawaran (Manhaj Al-‘Ardh) Menurut Prof. Dr. KH.Ali Mustafa Yaqub, MA cara-cara Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah kepada Mad’u nya dengan ungkapan “wa ‘ aradha nafsahu’ ala al-qaabail” yang secara harfiyah berarti : Nabi Muhammad SAW menawarkan atau memperlihatkan dirinya kepada Mad’u-Nya. Sementara kalimat-kalimat yang beliau katakan kepada mereka disamping mengajak mereka untuk beriman kepada Allah SWT tanpa menyekutukannya, beliau juga menawarkan diri beliau untuk diberi jaminan keamanan dari mereka. Sebab tanpa adanya stabilitas keamanan perjalanan dakwah tidak akan tercapai hasil-hasil maksimal.
Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dicatat dalam kaitan dakwah dengan pendekatan penawaran ini, yaitu : 1) Bahwa Nabi
Muhammad SAW menawarkan agama Islam kepada para
kabilah Arab, hal itu tidak dipersoalkan lagi, karena dakwah memang begitu. Dakwah adalah mengajak, dan mengajak berarti menawarkan sesuatu kepada orang lain . 2) Bahwa Nabi Muhammad SAW memperlihatkan dirinya kepada para kabilah dalam rangka mengajak mereka untuk beriman kepada Allah SWT, maka hal ini berarti bahwa sosok Nabi Muhammad SAW itu sendiri sudah merupakan sosok dakwah. Artinya kehadiran beliu di tempat-tempat itu sudah merupakan bagian dari dakwah itu sendiri. Hal ini karena sejak dini beliau dikenal sebagai seorang yang dapat dipercaya (al-amin). 3) Bahwa Nabi
Muhammad SAW menawarkan dirinya untuk mendapatkan
perlindungan keamanan dari kabilah-kabilah itu, hal itu berarti bahwa betapa pun beliau mengimani bahwa beliau sebagai Rasul Allah akan selalu dilindungi-Nya, namun beliau tetap melakukan ikhtiar lahiriah untuk memperoleh dukungan moral dan keamanan dari orang lain. Sebagaimana Firman Allah SWT :
t k[.&SZ/O {$Q% k@ `L {W|UN: [} % 7L K~ * < & +4% #>] ☺ R (aZ@ 9E % `& [}☺T>O ^7L ;;'% ;< 4` i |.#k. #$ % CDQ]/ %
“Dan Allah menjaga dirimu dari orang-orang yang memusuhmu (AlMaidhah, 67) 4. Metode Pedekatan Missi (Bi’tsah) Dakwah Islam dengan pendektan missi ternyata sangat strategis sebagai upaya untuk menyebarkan Islam. Dan hal itu tentu tidak akan lepas dari dari faktor-faktor menejemen dan pembiayaan dakwah. 5. Metode Pendekatan Korespondensi (Mukatabah) Pendekatan korespondensi merupakan salah satu cara berdakwah. Karena dakwah adalah penyampaian informasi kepada pihak lain yang caranya antara lain melalu korespondensi. 6. Metode Pendekatan Diskusi (Manhaj Al-Mujadalah) Tampaknya tidak semua orang dapat menerima dakwah Islam secara begitu saja ia mendengar seruan itu. Ada tipologi manusia yang merasa perlu untuk
mempertanyakan
dahulu
kebenaran
materi-materi
dakwah
yang
disampaikan kepadanya. Pada manusia semacam inilah dakwah melalui pendekatan diskusi akan memainkan perannya sehingga ia sebagai objek dakwah akan menerimanya dengan perasaan mantap dan puas. Pendapat penulis, diskusi adalah salah satu pendekatan dakwah yang persuasif, ini merupakan adu argumen antara da’i sebagai pelaku dakwah dan mad’u sebagai objek dakwah, diharapkan akan lahir sebuah pendirian yang meyakinkan, terutama bagi objek dakwah. Karenanya, sangat wajar apabila Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub. Berpendapat bahwa melakukan diskusi dengan orang -orang ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) bukan saja diperbolehkan,
melainkan diwajibkan karena diharapkan mereka akan masuk Islam setelah berdiskusi. Di sisi lain, dakwah dengan pendekatan diskusi ini juga akan menuntut adanya profesiaonalisme (keahlian) dari para Da’i. Mereka akan dipaksa memperbanyak lagi penbendaharaan ilmiah mereka, bukan hanya kemampuan berbicara yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dan hanya mereka yang lemah saja yang tidak mau melakukan diskusi. Nabi Muhamad SAW sendiri, disamping melakukan hal-hal di atas, juga sering melakukan seminar, dimana beliau sekaligus berdiskusi dengan orang-orang Yahudi dan Nashrani. Dari uaraian tentang metode atau pendekatan dakwah di atas semuanya Efektif, Namun faktor pedukungnya ada dua macam: 1) Seorang da’i harus konsisten dengan kode etik dakwah. 2) Pemberian keteladanan uswah atau putuah (contoh). Semua metode di atas sangatlah baik, tergantung pada kebutuhan, keperluan dan keadaan. Ada yang memerlukan tulisan dinamakan Murosalah ada juga yang memerlukan pengajaran. Konsep dakwah yang paling ideal melalui metode pengajaran yang secara terus menerus yang dibarengi dengan pemberian contoh dan memberi pengajaran yang secara terus-menerus, bukan hanya sekali dalam setahun tapi rutin misalnya: mendirian Pondok Pesantren melalui pengajaran yang secara rutin dan terus-menerus dan memberikan contoh. 1. Kode Etika Dakwah Menurut Prof. KH.Ali Mutafa Yaqub, MA31
31
Ali Mustafa Yaqub, Sejarah Dan Metode Dakwah Nabi, Pustaka firdaus, pasar minggu, Jakarta selatan. 2008,cet ke-4,hal.36
Karena dakwah merupakan upaya untuk mempengaruhi orang lain, maka agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan baik sebagai da’i (juru dakwah) sendiri maupun pihak-pihak yang didakwahi, dakwah mengenal adanya aturan-aturan permainan yang dikenal dengan etika dakwah. Sebenarnya secara umum etika dakwah adalah etika Islam itu sendiri, dimana seorang muslim dituntut untuk memiliki yang terpuji dan menjauhkan diri dari perilaku-perilaku yang tercela. Namun secara khusus, dalam dakwah terdapat beberapa kode etik dakwah, yaitu: a. Tidak Memisahkan Antara Ucapan dan Perbuatan 32 Dalam menjalankan dakwah, merupakan suatu keharusan bagi para da’i, tanpa hal itu sulit rasanya dakwah mereka dapat berhasil. Allah SWT sendiri megecam orang-oarang yang hanya pandai berbicara tetapi tidak pernah melakukanya.
k[.&SZ/O CD
4` i L [\$%$! ^I% *$'L H L P% FG <$>@>] i L *$%$! <&: _` .J FW [\$>@>] “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan hal-hal yang kalian tidak melakukanya? Amat besar murka disisi Allah, bahwa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan”. (Q.S. Al-Shaff, 2-3)
b. Tidak Melakukan Toleransi Agama Toleransi (tasamuh) memang dianjurkan oleh Islam tetapi dalam batasbatas tertentu dan tidak menyangkut masalah agama (aqidah). Dalam masalah
32
Ali Mustafa Yaqub, Sejarah Dan Metode Dakwah Nabi, Pustaka firdaus, pasar minggu, Jakarta selatan. 2008,cet ke-4,hal.38
agama, Islam memberikan garis tegas untuk tidak bertoleransi, kompromi, dan sebagainya. c. Tidak Mencerca Sesembahan Lawan33 Pada waktu Nabi Muhammad SAW masih tingal di Makkah, orang-orang musyrikin mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW sering mencerca berhalaberhala atau sesembahan mereka. Ahirnya secara emosional mereka mencerca Allah SWT atau sesembahan Nabi Muhammad SAW, bahkan mereka mengultimatum Nabi. Kata mereka, “wahai Muhammad, hanya ada dua pilihan, kamu tetap mencerca tuhan-tuhan kami, atau kami akan mencerca tuhanmu.” Orang-orang muslim pada saat itu juga sering mencerca berhala-berhala sesembahan orang-orang
musyrikin,
akhirnya
menyebabkan
orang-orang
musyrikin mencerca Allah SWT, Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi :
[D
4` *$) i& _` <& 7L <$8.O ☺&8. 4` *$) R %⌧⌧b +R@ P#Q ;LN: % ;J=O Ik I>+ +- @⌧j +- 9 R +->T0pq <$>@☺>O *$U
⌧b ☺ FA2 “Dan jaganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah dengan melampai batas tanpa pengetahuan” (Q.S. Al- An’am,108) d. Tidak Melakukan Diskriminasi
33
Ali Mustafa Yaqub, Sejarah Dan Metode Dakwah Nabi, Pustaka firdaus, pasar minggu, Jakarta selatan. 2008,cet ke-4,hal.39
Dalam mejalankan tugas dakwah tidak diperkenankan melakukan diskriminasi
sosial
diantara
orang-orang
yang
didakwahi,
dan
tidak
diperkenankan mementingkan orang-orang kelas elit saja, sementara orang-orang kelas bawah dinomorduakan. e. Tidak Memungut Imbalan Seorang da’i tidak diperkenankan memungut biaya atau tarif dalam ceramahnya, da’i harus ikhlas dalam menjalankan dakwahnya dan senantiasa mengharap ridha Allah SWT. Sikap da’i yang tidak memungut imbalan dari pihak yang didakwahi ini akan menjadikan dakwahnya memiliki karisma, sementara ia sendiri tidak akan terjerat beban moral apa pun, kecuali hanya kepada Allah SWT. f. Tidak Mengawani Pelaku Maksiat Mengawani pelaku maksiat akan berdampak serius, karena pelaku maksiat tadi akan beranggapan bahwa perbuatannya itu direstui oleh da’i yang mengawaninya itu, ini tentu saja selama pelaku maksiat tadi masih tetap berprofesi dengan maksyiatannya. g
Tidak Meyampaikan Hal-Hal Yang Tidak Diketahui34 Seorang da’i adalah penyampai ajaran Islam. Sementara ajaran itu berisi hal-
hal tentang halal-haram dan sebagainya. Da’i yang menyampaikan sesuatu hukum, sementara ia tidak mengetahui hukum itu, pastilah ia akan menyesatkan orang lain. Ia lebih baik mengatakan tidak tau atau wallahu ‘alam apabila ia tidak tau jawaban suatu masalah. Ia juga tidak boleh asal menjawab, dan hanya menurut
34
Ali Mustafa Yaqub, Sejarah Dan Metode Dakwah Nabi, Pustaka firdaus, pasar minggu, Jakarta selatan. 2008,cet ke-4,hal.36
seleranya sendiri, karena masalah yang ditanyakan kepada da’i tentulah masalah keagamaan yang harus ada dalilnya baik dari al-Qur’an maupun Hadits. Dalam hal ini Allah menegaskan : “Dan jaganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui. Karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan dimintai pertanggung jawaban”. B. Aktivitas Dakwah Prof.Dr.K.H. Ali Mustafa Yaqub.MA35 Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits, saling mengingatkan pada kebenaran dan menasehati dalam kesabaran, selain itu dakwah bagi beliau adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang bernilai ibadah untuk membina atau membentuk masyarakat melalui pesan-pesan agama sehingga berubah menjadi masyarakat yang Islami. Aktifitas Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub, MA dalam dakwah Islam di Indonesia dimulai, sejak beliau pulang dari Negeri Timur Tengah pada tahun 1985. Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub, MA. sebagai praktisi dakwah tidak pernah lelah dalam mengembangkan dakwah Islam, ini diakui oleh berbagai aktivitasnya dalam dakwah yang masuk keberbagai kalangan baik kalangan atas, menengah maupun kalangan bawah. Dakwah Islam yang beliau lakukan tidak hanya di wilayah perkotaan, bahkan sampai masuk ke wilayah pelosok desa di Indonesia. Tidak hanya di dalam negeri bahkan sampai keluar negeri seperti Brunai Darussalam, Malaysia, Amerika Serikat, Arab Saudi dan Negara yang berada di berbagai belahan benua, dari benua Asia sampai benua Eropa dan lain-lainnya.36
35
Biografi Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub,MA. Dikutib dari buku beliau “kritik hadis “ pustaka firdaus, h.145 cet. I 36 Wawancara pribadi bersama Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub, MA(Imam Besar Istiklal dan Pimpinan pondok pesanteren Darussunah ),Jam 05 WIB. Pagi 11 Desember 2008
Aktivitas dakwah yang dilakukan Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub, MA yaitu meliputi : 1. Dakwah Bil-Hal Dakwah yang dilakukan Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub, MA dalam dakwah bil-hal ini yaitu beliau mendirikan pondok pesantren yang bernama “Darussunah”, dimana didalam pondok pesantern ini lebih banyak mengkader para santri agar menjadi seorang da’i yang dibekali dengan ilmu hadits, selain itu pula beliau mengadakan pengajian bagi masyarakat setempat yang terbagi menjadi dua bagian yaitu ada pengajian ibu-ibu dan adapula pengajian bapak-bapak, para santri yang belajar didalam pondok pesantren ini kebanyakan para mahasiswa, ada juga santri-santri dari masyarakat. 2. Dakwah Bil-Kolam Dakwah bil qolam ini ditandai dengan adanya karya-karya tulis beliau yang sudah banyak diterbitkan, baik berbentuk buku maupun artikel-artikel yang dimuat dalam majalah maupun surat kabar. Selain di berbagai kelompok masyarakat, kegiatan dakwahnya juga masuk keberbagai lembaga pendidikan baik lembaga pendidikan yang bersifat formal maupun lembaga pendidikan yang bersifat informal. Berbagai kegiatan yang sifatnya membimbing kepada para guru atau da’i yang ingin mulai berdakwah, beliau dengan senang berbagi ilmu dan pengalaman bagaimana cara berdakwah yang baik, sehingga berbagai training atau pelatihan bagi kader-kader dakwah dan khotib sering beliau adakan. Adapun buku- buku yang sudah beliau terbitkan diantaranya :
22.
Memahami Hakikat Hukum Islam (Alih Bahasa dari Prof. Dr. Muhammad Abdul Fattah al-Bayanuni, 1986)
23.
Nasihat Nabi kepada para Pembaca dan Penghafal al-Qur'an (1990)
24.
Imam al-Bukhari dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadis (1991)
25.
Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasi (Alih Bahasa dari Prof. Dr. Muhammad Mustafa Azami, 1994)
26.
Kritik Hadis (1995)
27.
Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat (Alih Bahasa dari Muhammad Jameel Zino, Saudi Arabia, 1418 H)
28.
Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (1997)
29.
Peran Ilmu Hadis dalam Pembinaan Hukum Islam (1999)
30.
Kerukunan Umat dalam Perspektif al-Qur'an dan Hadis (2000)
31.
Islam Masa Kini (2001)
32.
Kemusyrikan Menurut Madzhab Syafi'i (Alih Bahasa dari Prof. Dr. Abd. Rahman al-Khumayis, 2001)
33.
Aqidah Imam Empat Abu Hanifah, Malik, Syafi'i, dan Ahmad (Alih Bahasa dari Prof. Dr. Abd. Rahman al-Khumayis, 2001)
34.
Fatwa-fatwa Kontemporer (2002)
35.
MM. Azami Pembela Eksistensi Hadis (2002)
36.
Pengajian Ramadhan Kiai Duladi (2003)
37.
Hadis-hadis Bermasalah (2003)
38.
Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan (2003)
39.
Nikah Beda Agama dalam Perspektif al-Qur'an dan Hadis (2005)
40.
Imam Perempuan (2006)
41.
Haji Pengabdi Setan (2006)
42.
Fatwa Imam Besar Masjid Istiqlal (2007)
43.
Ada Bawal Kok Pilih Tiram (2008)
44.
Toleransi Antar Umat Beragama (dalam Bahasa Arab, 2008) Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat, dan Kosmetika dalam
3
Dakwah Bil-Lisan Aktifitas Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub, MA dalam dakwah juga dilakukan melalui pengabdian didunia pendidikan, beliau banyak mengajar diberbagai Perguruan Tinggi Islam diantaranya yaitu Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang sekarang berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. dan selain profesinya sebagai pengajar (Dosen) Beliau juga masih aktif dalam mengisi Pengajian- pegajian Islam juga sebagai imam besar di Masjid Istiqlal Jakarta. Beliau juga aktif di berbagai organisasi Islam dan menjadi tenaga pendidikan kader ulama (PKU) di Majelis Ulam Indonesia (MUI) sampai sekarang, selain itu beliua juga menjadi dosen (tenaga pengajar) di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STDIA) Al- Hamidiyah Jakarta. Selai itupula, beliau juga sebagai nara sumber dibeberapa stasiun televisi diantaranya yaitu sebagai Narasumber dalam acara Halal-Haram di Trans TV, dialog interaktif mengenai halal-haram Rokok dan Golput di TV One dan lain sebagainya. Dakwah seperti ini disebut hiwar (dialog) dan Ifta (memberikan fatwa).
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pemikiran dakwah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA ternyata sagatlah sejalan dengan teori yang tertera dalam ilmu dakwah, dalil al-Quran, dan as-sunnah. Dalam ilmu dakwah penulis bisa melihat penjelasan mengenai unsur-unsur dakwah. Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA telah menjelaskan hampir semua komponen unsur-unsur dakwah terutama mengenai metode yang paling banyak ia kemukakan, setelah itu beliau juga mengemukakan tentang Da’i, Mad’u, objek Dakwah, materi dakwah, tujuan dakwah dan media dakwah serta hal-hal yang berkaitan dengan dakwah. Pemikiran dakwah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA juga sesuai dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan Hadits Rasul. Dari data yang didapati, setelah yang dikaitakan dengan apa yang tertera dalam Al-Qur’an dan Hadits serta perbuatan dAkwah Nabi Muhammad SAW adalah sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA dengan demikian pemikiran dakwah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA sesuai dengan metode dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits. Berdasarkan hasil penelitian tentang pemikiran dan Aktivitas Dakwah Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA maka peneliti memperoleh beberapa kesimpulan : 1. Konsep dakwah menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA adalah mengubah prilaku seseorang dari tidak meyembah Allah menjadi meyembah Allah, dari orang yang tidak baik menjadi baik, dan dari orang yang baik menjadi
lebih baik, tentunya dengan Mengajak, mengundang , memanggil, dan menyeru kepada seorang mad’u agar lebih memahami agama islam dan hal-hal yang ada didalamnya. 2. Konsep Da’i menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA yaitu orang yang melakukan dakwah artinya penuntun ummat, menuju jalan yang diridhai Allah SWT. Menurut beliau seorang da’i harus menempuh jalur khusus yang tidak boleh dicampuri oleh unsur-unsur lain yang dapat menodai citra dakwahnya maupun citranya sendiri sebagai da’i. Prinsip ini diilhami oleh kisah orang-orang Bani Israil di mana mereka secara keseluruhan – termasuk para ulama mereka – dilakanat oleh Allah, karena para ulama telah melakukan kolusi dan runtangruntung dengan para pelaku maksiat. Seperti zaman sekarang ini banya sekali para Da’i bekerjasama dengan artis bisa dikatakan bayak da’i yang menjadi artis dan artis menjadi Da’i. 3. Konsep Mad’u menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA yaitu orang yang didakwahi yaitu pertama orang non muslim kita dakwahi untuk meyembah allah.Yang kedua Orang muslim yang baik menjadi lebih baik yang belum baik mejadi baik sebgai orang muslim jadi sasaranya ada dua orang muslim dan nonmuslim 4. Tujuan Dakwah menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA adalah menjadikan ummat manusia baik muslim dan non muslim beribadah kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan senatiasa menegakkan kalimah Toyyibah.
5. Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA dalam menyampaikan dakwahnya berpegang teguh kepada kode etik dakwah seperti Rasululllah SAW, diantaranya yaitu: Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan, tidak melakukan toleransi Agama, Tidak Mencerca Sesembahan Lawan, Tidak melakukan Diskriminasi, Tidak memungut Imbalan, Tidak berkawan dengan pelaku maksiat, dan tidak menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui. 6. Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA juga mempunyai karakteristik dalam berdakwah
seperti karakteristik
Nabi
Muhammad
dalam
melaksanakan
Dakwahnya yaitu : Memberikan peringatan (al-Indzar), Menggembirakan (alTabsyir), Kasih sayang dan lemah lembut (al-Rifq wa al-Lin), memberikan Kemudahan (al-Taisir), Tegas dan keras (al-Syiddah), Sarat Tantangan dan Ujian (al-Tahaddiyat), dan terakhir Ofensif dan Aktif (Hujumiyah wa Fa’aliyah). 7. Metode Dakwah yang Efektif menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA sangat kompleksitas dan bisa diterapkan pada masa sekarang ini, diantara metode dakwah yang ia terapkan yaitu beliau menggunakan metode pendidikan di majelis ilmu yaitu dengan membangun pondok pesantren yang diharapkan para santrisantri yang digembleng secara rutin dan terus menerus dapat menjadi para da’i dan penerus dakwah Rasulullah yang sesuai dengan Hadits-Nya. Selain itu pula metode dakwah yang beliau gunakan yaitu dengan mencontoh metode dakwah Rasulullah SAW, diantara metode dakwahnya yaitu : a. Al-quar’an al-karim telah meletakkan dasar-dasar metode dakwah dalam sebuah ayat yang berbunyi :
!#$☺%& ☺ +-%./0& * '() ; 7()89&: 56 1234%
” Metode Hikmah, Mauidhah hasanah, dan diskusi dengan cara yang baik.”(AnNahl, 125) b. Metode pendekatan diantaranya yaitu : Pendekatan Personal dari mulut ke mulut (AlManhaj al-Sirri); Pendekatan pendidikan (Manhaj al-Ta’lim); Pendekatan Penawaran (Manhaj al-‘Ardh); Pendekatan Missi (Manhaj al-Bitsah); Pendekatan Korespondensi (Manhaj al-Mukatabah); dan Pendekatan Diskusi (Manhaj al-Mujadalah). B. Saran Berdasarkan pembahasan di atas, penulis mengajukan beberapa saran-saran yang diharapkan dapat memberikan masukan khususnya bagi Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA dan umumnya bagi para mahasiswa dan para praktisi dakwah. Saran penulis antara lain : 1. Untuk Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA Pemikiran Dakwah menurut Bapak KH. Ali Mustafa Yaqub, memang sangat signifikan dengan perintah dakwah yang tertera dalam Al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125. akan tetapi ada beberapa hal yang penulis anggap belum efektif bila dikaitkan dengan keadaan sekarang ini, karena melihat tantangan zaman yang semakin keras, maka para da’i dan praktisi dakwah pun dituntut untuk mempunyai metode jitu yang sesuai dengan keadaan zaman, dan tidak menggunakan metode-metode itu-itu saja. Melainkan harus memikirkan bagaimana metode yang efektif dizaman sekarang ini. 2. Untuk para praktisi dakwah dan mahasiswa, agar menerapkan konsep-konsep dakwah yang telah diutarakan beliau dan mencontoh segala aktivitas beliau dalam dakwah baik dalam dan luar negeri dan menggunakan kesempatan yang ada kapan dan dimana saja, serta semangatnya yang tak kenal lelah. Cemohan, hinaan dan berbagai
cobaan dan ujiannya selama perjalanan dakwah, baginya tak pernah menjadikan beliau luntur dan mundur dalam menyebarluaskan dakwah islamiyah ke berbagai lapisan masyarakat tentunya didukung dengan pengetahuan yang luas dan mendalam serta
didahului
dengan
prakteknya
terlebih
dahulu
dibanding
hanya
berbicara/memerintah saja akan tetapi dia sendiri tidak melakukannya. Dan beliau dalam melaksanakan dakwahnya menggunakan karakteristik, kode etik dan metode dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW, yaitu seorang sumber suri tauladan yang baik bagi umatnya. 3. Untuk peneliti selanjutnya dalam tema yang sama agar lebih konperhensip lagi. Banyak hal yang belum terungkap dlam berbagai hal tentang Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik et all, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, Jakarta: PT Iktiar Baru Van Hoove, 2003 Amin, Masykur, H.M, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Yogyakarta: Al-Amin Press. 1997 Amura, perfilman di Indonesia pada masa Orde baru, unsur dakwah dalam film lembaga komunikasi islam, Jakarta,tampa tahun Azis,Jum’ah Amin Abdul, Fiqh Dakwah, Solo Jawa tengah Era Intermedia, 2000 . Arifin Prof. H. Muhamad., M, Ed, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi Jakarta : Bumi Aksara, 2000 Al-qahthani Said bin ali, Dakwah Islam Dakwah Bijak, Jakarta : gema insani press,1994 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, Sebuah Kajian Epistemologi dan Struktur Keilmuan Dakwah, Medan: Diktat, 1996 Asmara,Toto Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1007 Al-Haddad, Habib,Imam, Kelengkapan Dakwah, Semarang : CV. Toha Putra, 1980 Bahtiar , Wardi “ Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah”, Jakarta: CV, logos,1997 Departemen,Agama Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung : Gema Risalah Press, 2000 Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta:ralat pustaka. 1997 . Ghazali,Muhamad. Bahri Dakwah Komunikatif, Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya : 1997. Hasanuddin,H. “Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan”, Surabaya : Usaha Nasional, 1982 Hasanuddin, Manajemen Dakwah, Jakarta: UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta press, 2005. Hamka, Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam, Jakarta. PT. Pustaka Panji mas, 1998.
Khomaini,Imam Munajat Sya’baniyah Penyuci Jiwa Kotor, dalam sandy Alison pesan sang imam , bandung : al- jawad publizer, 2000. Khomaini,Imam, Kenapa Kita Selalu Berpecah Belah, dalam sandy al-lison penybandung : Kriyanto,Rachmat Kriyanto, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, Kencana Pernada Grop,jakarta 2007. Khomaini,Imam pesan imam untuk umat 2, dalam sandy al-lison peny- bandung : al- aljawad publizer, 2000. Lubis, Akhyar Yusub dekontruksi Efistimologi Modern, dari posmoderenisme, tiorikritis,poskolonialisme hingga Cultural Studies, pustaka Indonesia Satu,Jakarta, 2006. Latif, Nasarudin H.M.S, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah, Jakarta: pustaka firma, jakarta, 2006. Mansur, lbnu,lisan al arab,jilid XIV, hal.259 dan Fairuzzabadi,al-Qumus al-Muhith, jilid IV. Nuh, Dr. Sayyid Muhamad. Nuh, Dakwah Fardiyah Dalam Manhaj Amal Islami, Solo : Citra Islami Press, 1996. Nawawi am 40 Hadis Pilihan, Bandung : Husaini, 1992. Nasir,Mohamamad Fungsi Dakwah Islm dalam rangka perjuangan, Jakarta, media Dakwah , 1979. Omar,H. Muhamad Toha Yahya “ Islam dan Dakwah”, Al-Mawardi Prima, Jakarta 2004. Rakhmat,Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, RosdaKarya Bandung, 2002. Sulthon, Muhammad, Desain Ilmu Dakwah – Kajian Ontologis, Epistimologi dan Aksiologis, Pustaka Pelajar & Walisongo Press.1990 Shihab,Quraish Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan Masyarakat Bandung : Mizan, 1999. Syukir, Asmuni Dasar-dasar Strategi, Dakwah Islam, Surabaya : Al-Ikhlas, 1983. Sudirman,Lejen H. Problematika dakwah islam di Indonesia, Jakarta Forum Dakwah, 1972.
Tasmara Toto, “ komunikasi dakwah”, Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997. Thoha, Miptah Prilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya Jakarta. Raja grapindo persada,2005. Pawito, Penelitian komunikasi kualitatif, LKIS, Yogyakarta Jawa Tengah, 2007. P.chaplin, Jemes. “ kamus lengkap pisikologi “ Jakarta: PT.Raja Grafndo Persada 2004. Wakid ,Al qotani, said bin ali bin dakwah islam dakwah bijak, Jakarta: gema insani press 2000. wait sojogyo dkk, sosiologi Pedesaan kumpulan bacaan. jogyakarta gajah mada university press. 1999,editan 1982. Qattan, Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-qur’an, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004 Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an. 1996 YusImuf,M. Yunan Kode Etik Dakwah, Jurnal Dakwah, Vol. 4 No. 1 agustus 2002 Ya’qub,Hamzah Publisistik Islam Diponegoro 1981
Tekhnik Dakwah dan leader ship, Bandung :
Yaqub, Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa MA. Dikitif dari cv.beliau yang diperoleh dari seketaris beliau. Jakarta,2008. Yaqub, Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa ,MA Sejarahmetode Dakwah Nabi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2007. Yaqub, Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa ,MA Kritik Hadis Dan Ilmu Hadis, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2007.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, MA. Waktu di undang ke Negara Yunani
Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, MA. Halaman Masjid Yunani
Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, MA Di Undang Kedutaan USA, Untuk acara komunitas islam di Amirika Serikat
Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, MA di DOWTOWN ISLAMIC CENTER USA.AMERIKA SERIKAT
Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, MA. DI DEPAN MELENIUM PARK WOSINTON AMERIKA SERIKAT
Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, MA DI Depan LAKESIDE UNIVERSITY CENTER AMERIKA SERIKAT
Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, MA bersama anaknya naik kereta menuju LAKESIDE UNIVERSITY CENTER AMERIKA SERIKAT
Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, MA Acara Muktamar dan kumpul Alumni Tebuireng Seindonesia di Darussunah. Ciputat
Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, MA Pelepasan Alumni Darusunnah dan dalam rangka mempersiapkan kaderisasi dakwah
Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, MA. Menghadiri acara pelepasan wisuda tingkat S1 dalam ilmu hadis dan muhadis.
Daftar wawancara Riki Efendi bersama Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA Tanggal 11 Desember 2008, Pukul 05.00 WIB (pagi) di Rumah beliau. 1. T: Bisakah bapak menceritakan latar belakang keluarga bapak, dimulai dari asal usul kedua orang tua, sejak kecil sampai sekarang? J : Ali Musafa Yaqub, lahir di Batang jawa Tengah, 1952. dalan lingkugan keluarga yang ta’at beragama, dan kaya harta namun saya tidak pernah membanggakan kekayaan keluarganya,dari kecil saya di didik oleh kedua orang tuanya untuk mandiri dan taat agama, waktu kecil saya sama seperti anak-nak pada umumnya Tapi kebanyakkan masa kecil saya dihabiskan untuk belajar agama dengan kakek dan ayah saya, dan saya tidak mau tergantung kepada orang tua saya sejak tamat sekolah menegah
pertama (SMP) saya langsung di titipkan ke lembaga pendidikan pesanteren Tebuireng jombang jawa timur tujuanya selain belajar kitab-kitab kuning dan bahasa arab saya biasa melatih kemandirianya, tidak selalu dimanja oleh kedua oang tuanya,setelah saya kelas tiga aliyah di Tebuireng saya dapat ujian dari allah swt dipeng hujung tahun 1966 ayah
saya dipanggil Atau meninggal dunia, setelah
mendegar kabar bahwa bapak saya meningal saya begitu depresi mengalami guncangan yang dasyat, tapi kemudian saya sadar bahwa semua yang ada idunia adalah titipan allah dan suatua saat titipan tersebut akan diambil oleh allah maka saya ikhlas dan saya hanya bisa membantu dengan doa saja, sebagai anak yang soleh, suatu hari saya mintak dikirimkan uang melalui wessel dan permintaan saya disamakan besar daitnya diwaktu ayah saya masih hidup, namun permintaan saya tidak dikabulkan seratus persen. Kata ibu saya didalam surat “anakku yang ada disana kabar ibumu dalam keadaan baik-baik saja, anaku yang kusayang ibu tidak bisa memenuhi permintaanmu seperti didalam waktu ayahmu masaih hidup dulu sekarang kedaanya berbeda, setelah membaca surat itu saya berpikir nagak bisa kalau begini terus, sampai pada ahirnya saya memutuskan untuk mencari sekolah yang tidak memugut bayaran dari awal sekolah sapai selesai, saya menulis surat kepada teman saya yang ada di timur tengah, allhamdulilah ada beasiswa kesana menterjemah kan ijasah saya dari bahasa indonesia ke bahasa arab
saya mulai dan saya
menterjemahkan sendiri tampa bantuan orang lain alhamdilillah di saya terrima disana. Ayahnya ( K.H Mustafa Yaqub) pekerjaan ayah saya sebagai seorang mubaligh terkemuka pada zaman belanda, misinya menegakan “amalmakruf
memberantas nahi mungkar” setelah merdeka ayah saya membuka pengajian. secara terus menerus 24 jam sejak matahari terbi sampai terbenam matahari. karena dahulu banyak orang yang belum megerti agama, baik dari kalangan petinggi pemerintahan sampai para guru-guru sekolah, masyarakat menegah dan masyarakat awam(buta agama) beliau berjiwa besar dan bersahaja namun tegas dalam membela agama. Ayah saya meninggal pada tahun 1971 Ibu saya (H.J.Zulaiha) beliau seorang ustazah ikut membantu perjuangan ayah saya, disamping sebagai isteri seorang mubaligh, beliau sama seperti isteriisteri pada umumnya megabdikan diri kepada suami.ibu saya meninggal pada tahun.1996.. dari pasangan ibu dan ayah saya melahirkan tujuh bersaudara termsuk saya Ali Mustafa Yakub sendiri dari tujuh tersebut yang sekarang masih hidup ada lima orang salah satunya yang tertua masih hidup namanya K.H. Ahmad Dahlan Nuri Yaqub. Pegasuh pondok pesanteren Darusalam di patang jawa tengah, yang meningal dua orang. Kakek dari ayah. (Joyo Truno) pekerjaan nya seorang petani. Nama nenek dari ayah(saya lupa).Pekerjaan nenek beliau ibu rumah tangga saya melepas masa lajangnya alias menikah tahun 1986 nama isteri saya Isteri ( H.J. Ulfah Uswatun Hasnah) saya mempuyai anak satu-satunya putera bernama (Ziaul haramain ) lahir 1991 sekarang kelas tiga aliyah. di pesanteren sunan pendanaran yogyakarta. Rencana saya setelah selesai aliyah mau disekolahkan di timur tengah Saudi Arabiyah. 2. T:
Bagaimana riwayat pendidikan bapak ?
J:
masuk sekolah dasar (1959-1964), sekolah menegah pertama(1964-1966), Pondok Seblak Jombang (1966-1969), Pesantren Tebuireng, Jombang (1969-1971), Fakultas Syariah Universitas Hasyim Asy'ari, Jombang (1972-1975), Fakultas Syariah Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Saudi Arabia (1976-1980), Pascasarjana Universitas King Saud, Riyadh, Saudi Arabia, Spesialisasi Tafsir Hadis (1980-1985), Universitas Nizamia, Hyderabad India, Spesialisasi Hukum Islam (2005-2008).
3. T:
Adakah kendala-kendala dalam masa pendidikan sampai dengan sekarang bapak menjadi seorang profesor?
J:
saya bilang bahwa ketika belajar disana kegiatan dikampus itu sama seperti universitas disini tapi lebih pokus kepenelitian, ada penelitian meskipun model pembelajaranya degan tahpiz dan hapalan dan lain-lain. tapi lebih pokus kepenelitian, meskipun disana ada penelitian saya jega belajar talaqi hadis dengan syeh abdul aziz bin bas, kalau di kampus ini degan syeh mustopa al- azom, tetapi degan syeh abdul azis bi bas sistim belajarnya di masjid ada beberapa oarang semua nya sama-sama disuruh baca kitab bersama dan kemudian ditemukan sananya dari situ, kendalanya
ketika saya megambil doktoral jadi model
universitas nizomiyah itu justeru ingin melahirkan doktor dari sana, jadi dicari kandidat yang tepat ketika di indonesia ada boleh dibilang ada ulama yang cocok kemudian ditawarkan untuk mengambil disana dan saya sama sekali tidak berkepikira untuk ngambil doktor disana, tapi ketika ditawari ya sudah dijalani, di awal pebimbingnya doktor hasan hito dari jerman nah karena jauh sulit untuk komunikasi saya dengan pembibing itu,dan via email tidak pernah dibaca, saya
bertanya kepada isterinya ”apakah harus diteruskan atau tidak” ketika itu saya putus asa apa mau diteruskan atau tidak. tapi alhamdillilah si hasan hito itu sering megadakan dauroh di indonesia tiga sapai empat bulan sekali jadi bisa lewat situ aja. Jadi kedalanya hanya lebih ke masalah komunikasi antar pembibing saja dan saya aja. 4. T: J:
Bagaimana sejarah bapak mendirikan pondok pesantren Darussunnah? Ada beberapa mahasiswa S2 di UIN salah satunya dr Ali nurdin dekan usulluddin di IIQ nah saya megadakan pengajian biasa di ruang tamu dirumah saya, awal mula saya megadakan pegajianya di Al-hamidiyah di STAI masih megang disana , tapi disini ada pegajian setelah lama kelamaan makin banyak yang mengaji dan diusulkan bagaimana disini dibukak saja pesanteren untuk seperti ini berawal dari pengajian kecil/halaqoh kecil yang diadakan rutin setiap hari, lama kelamaan pengajian tersebut banyak peminatnya, selain belajar Al-Qur’an ada beberapa murid/santri yang ingin mendalami kitab-kita berbahasa arab atau disebut kitab kuning, melihat kemajuan tersebut kemudian saya dan kawan-kawan yang tergabung dalam pengajian ini memutuskan untuk mendirikan Pondok Pesantren tersebut yang berdiri hingga sekarang ini.
5. T:
Pondok pesanteren ini bernama “Darussunnah” apakah pembelajaran disini lebih pokos untuk mendalami hadits saja dan tergolong pesantren moderen atau salafiyah?
J:
Hadits dan Ilmu Hadits, kenapa saya lebih cenderung mendalami hadits, karena menurut saya Hadits adalah Perkataan Rasulullah,.............., dan ketika kita mempelajari Hadits, maka mengingatkan kita untuk sering-sering bershalawat
kepada Rasulullah, karena dengan Bershalawat satu kali maka Allah SWT Akan mengganjar kita dengan sepuluh kali lipat pahala. Selain itu pula sengan mempelajari Hadits secara perlahan kita merasa terpanggil untuk melanjutkan perjuangan Rasulullah yaitu dengan melakukan Dakwah kepada Masyarakat. Selain Ilmu Hadits, saya juga mengajarkan Ilmu Fiqh, karena Ilmu Fiqh adalah Ilmu yang mengajarkan tentang cara beribadah kepada Allah SWT. Ulumul Qur’an, karena Hadits menjadi penjelas Al-Qur’an. Fatuh Modrn, Model Pelajaran yang ada disini dipadukan dengan dikampus, perbedaan dengan pesantren salafiayah atau pada umumnya. Kelemahan Dipasntren santri-santri hanya manut pada kiai dan hanya belajar kitab kuning saja, sedangkan dikampus penelitiannya cukup tinggi, tetapi pendidikan moralnya kurang. Kalau model pembalajatran dipesantern ini kita hampir sama dengan pesantren salafiyah, karena menggunakan sistem sorogan yaitu Bapak membacakan kitab, kemudian kita melogat nya dan bila ada hal-hal yang tidak dimengerti maka para santri bisa menayakan langsung kepada saya 6. T: J:
Karir apa saja yang sudah bapak raih? Menjadi Imam besar Masjid Istiqlal yang di SK-kan oleh Presiden, Dan disahkan oleh Mentri Agama Republik Indonesia, Bapak H. Dr. Muhammad Maftuh Basyuni. Guru Besar Di IIQ, dsb
7. T:
Bisakah bapak menyebutkan karya-karya tulis, dan dalam media apa saja bapak menuangkan karya tulis tersebut?
J: 8. T:
Kolom Hadits dimajalah Amanah, Gatra, Pelita, selain sebagai imam besar di istiqlal dan guru besar / pengasuh pondok
pesnteren , apakah bapk juga sebagai seorang da’i? J:
Iya, Da’i (Darussunnah, IIQ) masih ceramah di TV One, Halal-Haram MUI diTrans TV
9. T:
10.
bagaimana peran bapak dalam dunia dakwah?
J:
Menjadi Narasumber dan mubaligh (Da’i)
T:
sejak kapan bapak melakukan aktivitas dalam berdakwah?
J:
semenjak pulang dari Arab Saudi 1985, pada saat itu saya ingin sekali berangkat berdakwah di Timur-timur atau Papua, saya ingin mengabdi disana, mengajak masyarakat disana agar lebih memahami agama islam, karena berlandaskan Hadits Nabi yang mengatakan “Barang siapa yang mengajak suatu kaum berbuat baik dengan jerih payah kamu dan salah seorang dari kaum itu mengikutinya dan berbuat baik, maka amalan tersebut sama dengan pahalanya lebih baik dari dunia dan seisinya”.
11.
T:
faktor apa saja yang melatar belakanggi bapak, sehingga bapak menjadi seorang muballigh dan imam besar ?
J:
jadi mubaligh karena suatu keterpangilan untuk meyapaikan dakwah islam tapi kalau tidak kita akan dilaknat itu berdasarkan surat Al- Bakoroh, 159 jadi kalau orang tidak mau berdakwah kan dilaknat oleh allah. saya menjalani Taqdir Allah, karena ingin berdakwah
12.
T:
selama bapak menjadi seorang muballigh, faktor apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan aktivitas dakwah dulu sampai sekarang ?
J:
Faktor pendukung Dakwah yang saya lakukan yaitu :
1. Dengan mimbar artinya dengan ceramah, degan lisan, diskusi, seminar dan lain-lain semua dilakukan dengan lisan 2. Dengan lembar artinya memakai tulisan baik menulis buku, menulis di majalah, di koran dan sebagainya semua dilakukan dengan tulisan itu sarana yang saya pakai dalam BerDakwah 3. Peraktek artiya degan memberikan contoh bagai mana praktek- paraktek menjalankan agama islam 4.
kaderisasi seperti membagun pesanteren itu dalam rangka dakwah juga Dan selama saya berdakwah tidak mendapat kedala apa-apa karen saya mengunakan dua cara iru tadi dengan mimbar dan lembar jangkawanya lebih luas saya tidak hanya menggunakn lisan saja. Tapi tulisan juga Terahir beliau berdakwah di Amerika Pada Bulan Romadon kemaren sampai sakwal.
13.
T:
bagaimana startegi dan proyeksi dakwah bapak kedepan?
J:
Ma’had. Atau membangun Pesanteren tersebut lebih besar yaitu ada MTS dan Aliyah. (pengembangan pesantren). Sekarang sudah meluluskan sarjana 90 0rang sarjana tingkat S1 dalam ilmu hadis yang diharapkan dari mereka bisa melanjutkan dalam dakwah ini
14.
T:
apa makna dakwah, Da’i dan Mad’u menurut Bapak ?
J: Dari segi Bahasa , kata dakwah adalah bentuk ketiga dari kata da’a. Lengkapnya : da’a--yad’u—da’wah.. Sementara artinya berkisar pada empat kata gori sebagai berikut Mengajak, mengundang , memanggil, dan menyeru adalah pekerjaanpekerjaan yang memiliki karakteristik khusus,
Secara Istilah adala mengubah prilaku seseorang dari tidak meyembah alloh menjadi meyembah allah, dari orang yang tidak baik menjadi baik, dan dari orang yang baik menjadi lebih baik. Da’i yaitu orang yang melakukan dakwah artinya penuntun ummat, menuju jalan yang diridoi allah. Mad’u orang yang didakwahi yaitu pertama orang non muslim kita dakwahi untuk meyembah allah.Yang kedua Orang muslim yang baik menjadi lebih baik yang belum baik mejadi baik sebgai orang muslim jadi sasaranya ada dua orang muslim dan non-muslim. 15.
T: Bagaimana pandangan bapak tetang dakwah? J: dakwah menjadi suatu kewajiban setiap muslim dan harus menjalankan dakwah sekecil apapun kalau dia sudah mempunyai ilmu agama dia harus menyampaikan ilmu agama itu kepada orang lain itulah yang dimaksu dalam suarat al- bakoroh ayat 159 .
16.
T: Menurut Bapak apa Materi Dakwah dan Tujuan Dakwah? J: Materi dakwah yaitu agam islam itu sendiri jadi pelajaran-pelajaran islam itu sendiri yang disampaika pada orang yang di dakwahi Tujuan dakwah yaitu agar orang yang non muslim itu meyembah allah. orang yang belum baik menjadi baik dan orang yang sudah baik menjadi lebih baik lagi
17.
T: Menurut Bapak Metode Dakwah yang paling efektif itu seperti apa? J: Seperti yang dicontohkan nabi saw yang palin Epektif Metode Dakwah itu ada beberapa macam semuanya Epektif. cama Faktor pendukungnya ada dau macam yaitu:
1. : seorang dai harus konsisten degan kode etik dakwah. 2. : pemberian keteladanan uswah atau putuah (contoh). itu kunci keberasilan dakwah metode semua nya baik metode itu tergantung pada kebutuhan, keperluan ,keadaan. ada yang memerlukan tulisan dinamakan murosalah ada juga yang memerlukan pengajaran, itu semua epektif Cuma keberasilanya ada dua paktor tadi yaitu yang pertama degan kode etik dakwah yang kedua memberikan keteladanan 18.
T: Bagaimana konsep Dakwah dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan bernegara? J: Pertama dilingkungan keluarga kita harus memberikan dakwah yang islami terhadap anak dan isteri keluaga yang lain kemudian pada lingkugan masyarakat yang lebih jauh kepada Bangsa dan negara.
19.
T: Bagaimana konsef Dakwah yang paling ideal menurut Bapak? J: Melalui Metode pengajaran yang secara terus menerus yang dibarengi dengan peberian contoh, dan memberi pengajaran yang secara dan terus menerus bukan hanya sekali dalam setahun tapi Rutin misalnya: Pedirian Pondok pesanteren itu pengajaran yang secara Rutin dan terus menerus dan memberikan contoh itu Metode yang paling epektif
20.
T: bagaimana pandangan Bapak terhadap Perkembagan dakwah sekarang ini? J: perkembangan dakwah kalau dilihat dari prekwensinya meningkat tapi hasilnya tidak seimbang dari prekwensi itu cotoh: disuatu sisi orang melihat orang pergi haji mungkin ini suatu sisi dari keberasilan dakwah dan disisilai orang yang haji itu banyak yang koruptor, maling-maling juga banyak, itu suatu yang perlu di
waspadai maka dari situ, dari segi prekwensi kuantitas itu meningkat tapi dari segi kualitas tidak seimbang 21.
T: seberapa jauh perkembangan tekhnologi terhadap perkembangan dakwah selama ini, jelaskan ? J: Misalnya teknologi itu dengan menggunakan teknologi yang paling mutahir dengan komputer dan internet itu menunjang untuk berdakwah, tapi tidak dapat dijadikan andalan dakwah, harus memerlukan sosok-sosok seorang yang memberikan keteladanan itu kuncinya jadi tetap memerlukan sosok seorang da’i makanya dalam buku saya diterangkan dengan tulisa saja tidak cukup, kalau hanya dengan tulisan saja cukup. cukup allah menurunkan al-qur’an tampa menurunkan nabi muhammad, teryata banyak nabi
yang diutus oleh allah
terkadang tidak menurunkan al-qua’an tapi tidak ada kitab suci kecuali dibarenggi oleh nabi muhamat saw. ini menunjukan bahwa dakwah itu memerlukan sosok da’i yang dijadikan Anutan oleh ummat manusia dan dijadikan contoh. 22.
T:Banyak media yang digunakan untuk berdakwah, menurut bapak media mana yang efektif digunakan dalam berdakwah? J: Kalau dilihat dari segi media, media itu ada banyak sekali ada TV, Koran , Majalah,Radio, tapi menurut saya yang paling epektif adalah Media Tulisan Seperti Media buku lebih Epektif kalau dibandingkan dengan media lain karena buku itu bertahan lama bahkan sampai da’i nya sudah meninggalpun Bukunya tetap dibaca orang dan selalu di kenang
23.
T: apa visi dan misi Bapak dalam berdakwah?
J: Visi nya untuk mengajak non-muslim tidak meyembah allah menjadi menyebah allah Misinya dengan megerjakan metode metode yang dikerjakan oleh nabi apa yang diperitahkan allah
Jakarta : 11 desember 2008
Prof.Dr.Ali Mustafa Yakub, MA.