1
Pemanfaatan Bawang Merah (Allium cepa L.) sebagai Agen KoKemoterapi Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) Bidang: IPA Topik : Pendayagunaan Potensi Sumber Daya Alam
Disusun oleh: Dwi Ana Nawangsari
(06/192720/FA/07534)
Indah Ikawati Setyarini
(06/198387/FA/07686)
Perdana Adi Nugroho
(05/187358/FA/07390)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2008
2
HALAMAN PENGESAHAN LOMBA KARYA TULIS MAHASISWA 1. Judul Karya Tulis
: Pemanfaatan Bawang Merah (Allium Cepa L.) sebagai Agen Ko-kemoterapi : IPA
2. Bidang Penulisan 3. a. Penulis 1 Nama NIM Jurusan
: Dwi Ana Nawangsari : 06/192720/FA/07534 : Ilmu Farmasi (Farmasi Komunitas dan Klinik), Universitas Gadjah Mada
b. Penulis 2 Nama NIM Jurusan
: Indah Ikawati Setyarini : 06/198387/FA/07686 : Ilmu Farmasi (Farmasi Komunitas dan Klinik), Universitas Gadjah Mada
c. Penulis 3 Nama NIM Jurusan
: Perdana Adi Nugroho : 05/187358/FA/07390 : Ilmu Farmasi (Farmasi Sains dan Industri), Universitas Gadjah Mada
4. Dosen Pembimbing a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIP c. Alamat Rumah
: Dr. Ratna Asmah Susidarti, M.Si., Apt. : 131681955 : Jln. Apokat No. 4 Perumahan Jambusari Indah, Sleman, Yogyakarta.
d. No Telp.
: 0274 880616 / 081328770163 Yogyakarta, 10 April 2008
Menyetujui, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan,
(Dr. Edy Meiyanto, M.Si., Apt.) NIP. 131857330
Dosen Pembimbing
(Dr. Ratna Asmah S, M.Si, Apt.) NIP. 131681955
Direktur Kemahasiswaan
( Drs. Haryanto, M.Si. ) NIP. 131671685
3
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis dengan judul ”Pemanfaatan Bawang Merah (Allium Cepa L.) Sebagai Agen Ko-kemoterapi”, yang disusun untuk mengikuti Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPA. Dalam penyusunan karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Marchaban, DESS, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi UGM dan Bapak Dr. Edy Meiyanto, M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Farmasi. 2. Ibu Dr. Ratna Asmah Susidarti, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penulisan karya tulis ini. 3. Kedua orang tua dan keluarga kami yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan kepada kami. 4. Teman-teman yang senantiasa memberi dukungan dan bantuan, baik moral maupun material kepada kami. Tiada gading yang tak retak, begitu juga halnya dengan karya tulis ini, masih banyak ditemukan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis menerima masukan, saran, ataupun kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan karya tulis ini. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia secara luas.
Yogyakarta, 10 April 2008
Penulis
4
RINGKASAN Salah satu jenis kanker yang menyerang manusia adalah kanker mulut. Menurut American Cancer Society (2007), di Amerika pada tahun 2007 diperkirakan terdapat 34.360 kasus baru dengan 7.550 kematian per tahun. Stadium awal kanker ini yang sering tidak diperhatikan karena pertumbuhannya tidak menimbulkan gejala yang berarti. Kanker mulut sangat berbahaya karena penderitanya memiliki resiko duapuluh kali lipat lebih tinggi untuk terserang kanker yang lain. Oleh karena itu diperlukan terapi yang tepat dalam menangani penyakit kanker mulut (Oral Cancer Foundation, 2008). Terapi kanker mulut secara medis yang biasa dilakukan selama ini adalah dengan kemoterapi. Salah satu obat yang biasa digunakan untuk terapi kanker mulut yaitu cisplatin. Cisplatin merupakan senyawa kemoterapi yang berbasis platinum yang biasa digunakan untuk mengobati berbagai macam kanker, termasuk sarcoma, beberapa carcinoma, lymphoma dan sel tumor. Cisplatin bekerja dengan cara menempelkan diri pada DNA (deoxyribonucleic acid) sel kanker dan mencegah pertumbuhannya (Sukotjo, 2001). Pengobatan kemoterapi dengan cisplatin sering tidak efektif dan menimbulkan efek samping yang merugikan. Dalam penggunaanya tanpa pendamping cisplatin tidak efektif menekan pertumbuhan kanker dan memiliki efek samping berupa kerusakan ginjal (nephrotoxicity) dan kerusakan neuron (neurotoxicity) (Anonim2, 2008). Pencarian suatu cara pengobatan kanker yang lebih efektif terus dilakukan, diantaranya adalah dengan pemberian kombinasi obat kemoterapi dengan agen yang dapat meningkatakan efektivitas dan menekan efek sampingnya ( kokemoterapi). Ko-kemoterapi dapat dilakukan dengan penggunaan senyawa kemoprevensi yang bersifat non-toksik atau lebih tidak toksik. Senyawa-senyawa tersebut banyak kita jumpai dari bahan-bahan alam di sekitar kita. Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai agen ko-kemoterapi adalah bawang merah (Allium cepa L.). Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Dua puluh empat propinsi di indonesia merupakan penghasil bawang merah. Bawang merah merupakan komoditas sayuran yang termasuk ke dalam kelompok rempah yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan. Bawang merah merah memiliki potensi yang lebih dari sekedar bumbu masakan, yaitu dapat dikembangkan sebagai agen kokemoterapi. Bawang merah mengandung kuersetin, suatu antioksidan yang kuat yang bertindak sebagai agen untuk menghambat sel kanker. Berbagai penelitian menunjukkan kemampuan kuersetin sebagai antikanker. kuersetin juga dapat meningkatkan efektivitas dari obat kemoterapi cisplatin serta menurunkan efek samping yang ditimbulkan.
5
Pengembangan bawang merah menjadi agen ko-kemoterapi akan memberi alternatif cara kemoterapi yang lain dan dapat meningkatkan nilai guna dari bawang merah itu sendiri. Peningkatan nilai guna bawang merah sebagai agen kokemoterapi tentu akan meningkatkan potensi lokal yang ada di indonesia sebagai penghasil bawang merah. Untuk menjadi sediaan yang berfungsi sebagai agen ko-kemoterapi dari bawang merah diperlukan penelitian dan dukungan yang lebih dari berbagai pihak termasuk kalangan peneliti, pemerintah, swasta dan masyarakat.
6
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu jenis kanker yang menyerang manusia adalah kanker mulut. Kanker mulut merupakan pertumbuhan jaringan abnormal pada mulut. Kanker mulut bisa timbul pada berbagai jaringan di mulut, dan dapat memiliki bermacam-macam histologi : teratoma, adenocarcinoma turunan dari kelenjar saliva mayor dan minor, lymphoma dari tonsil atau jaringan limfosit yang lain, atau melanoma dari produksi pigmen oleh sel mukosa mulut (Anonim1, 2008). Menurut American Cancer Society (2007), di Amerika pada tahun 2007 diperkirakan terdapat 34.360 kasus baru, dengan 7.550 kematian per tahun. Kanker mulut sangat berbahaya karena stadium awalnya yang sering tidak diperhatikan karena sejalan pertumbuhannya yang tidak menimbulkan gejala berarti dan penderitanya memiliki resiko tinggi untuk terserang kanker yang lain (Oral Cancer Foundation, 2008). Oleh karena itu diperlukan terapi yang tepat dalam menangani penyakit kanker mulut. Terapi kanker mulut secara medis yang biasa dilakukan selama ini adalah dengan kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan. Akan tetapi, tidak sedikit penderita kanker yang enggan melakukannya karena berbagai alasan seperti alasan psikologis, ekonomis, dan adanya efek samping. Salah satu obat yang digunakan untuk terapi kanker mulut adalah cisplatin (Gambar 1). Cisplatin merupakan obat kemoterapi yang mengandung unsur platinum yang biasanya digunakan untuk terapi bermacam-macam kanker termasuk sarcoma, carcinoma, dan lymphoma (Anonim2, 2008). Cisplatin bekerja dengan cara menempelkan diri pada DNA (deoxyribonucleic acid) sel kanker dan mencegah pertumbuhannya (Sukotjo, 2001). Sebagai obat kemoterapi cisplatin memiliki efek samping yaitu toksis bagi ginjal dan neuron (Anonim2, 2008).
7
Berbagai penemuan tanaman obat telah teruji secara klinik dapat memberikan efek farmakologis terhadap penyakit kanker. Hal ini telah memberikan alternatif baru dalam mengatasi dan mengobati penyakit tersebut. Dengan adanya perkembangan pengetahuan mengenai berbagai tanaman obat, kini banyak berkembang upaya terapi kanker menggunakan bahan alam baik secara tunggal maupun kombinasi dengan suatu agen kemoterapi (ko-kemoterapi). Terapi kombinasi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas agen kemoterapi dan menurunkan efek sampingnya. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai agen antikanker adalah bawang merah (Gambar 3). Bawang merah sudah lama dikenal oleh masyarakat sebagai bumbu masakan sehari-hari, akan tetapi belum banyak diketahui manfaat bawang merah sebagai obat. Bawang merah memiliki kandungan kuersetin (Gambar 2) yang tinggi disamping kandungan yang lain. Kuersetin terdapat dalam berbagai tanaman lain seperti seperti bawang, teh dan apel. Menurut Holman et al. (1997) ketersediaan hayati kuersetin pada apel dan pada rutinoside murni (kuersetin utama dalam teh) adalah 30 % relatif dari bawang merah. Setelah dikonsumsi kuersetin dari bawang mencapai konsentrasi tertinggi kurang dari 0,7 jam, sedangkan untuk apel dicapai setelah 2.5 jam, dan setelah 9 jam untuk rutinoside. Hal ini menunjukkan bahwa kuersetin dalam bawang merah lebih unggul absorbsinya dibandingkan dengan kuersetin dalam apel maupun rutinoside. Kuersetin sangat efektif dalam mengurangi stress oksidatif dan mencegah produk potensial akibat stress oksidatif, seperti kanker (Cotelle, 2001). Kuersetin dapat menginduksi apoptosis pada sel kanker mulut (Haghiack et al., 2005). Penelitian lain menunjukkan kuersetin juga mampu menghambat pertumbuhan sel kanker payudara (Conklin et al., 2007), kanker kolon(Veeriah et al., 2007), kanker paruparu (Yang et al., 2005), dan kanker ovarium (Ye et al., 2007). Kuersetin memiliki efek meningkatkan efikasi cisplatin salah satu obat untuk terapi kanker mulut (Kuhar et al., 2007). Menurut Kuhlmann et al. (1998) kuersetin dapat menurunkan efek toksis cisplatin pada sel tubular ginjal. Selain itu kuersetin memiliki kontribusi yang berarti untuk perlindungan pada sel neuronal dari stress
8
oksidatif yang diinduksi neurotoksin (Heo dan Lee, 2004). Oleh karena itu perlu dikembangkan produk kuersetin dari bawang merah sebagai agen ko-kemoterapi yang dapat meningkatkan efektivitas kemoterapi dan menekan efek sampingnya. B. Rumusan Masalah 1. Dapatkah bawang merah dijadikan sebagai agen ko-kemoterapi? 2. Bagaimana strategi untuk mengembangkan bawang merah menjadi sediaan agen ko-kemoterapi yang berkualitas? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengoptimalkan potensi kekayaan hayati Indonesia melalui obat dari alam untuk mencari alternatif terapi kanker. 2. Tujuan Khusus a. Menginformasikan kepada masyarakat mengenai agen ko-kemoterapi berbasis bahan alam untuk menekan pertumbuhan kanker. b. Mensosialisasikan agen ko-kemoterapi berbasis bahan alam yang prospektif. D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Pemerintah a. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah untuk mensosialisasikan manfaat bawang merah sebagai agen ko-kemoterapi. b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengalokasikan dana bagi penelitian lebih lanjut terhadap manfaat bawang merah sebagai agen ko-kemoterapi.
9
c. Sebagai pertimbangan untuk melakukan pengembangan budidaya bawang merah sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. 2. Bagi masyarakat luas Karya tulis ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat akan manfaat obat dari alam untuk terapi kanker. 3. Bagi penulis dan kalangan akademisi a.
Karya
tulis ini bermanfaat bagi penulis sebagai langkah awal untuk
menghasilkan karya-karya tulis lain di masa mendatang. b. Karya tulis ini berguna sebagai pemacu semangat untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan bawang merah dalam terapi kanker.
10
BAB II TELAAH PUSTAKA
A. Kanker Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan pengatur multiplikasi dan fungsi homeostatis lainnya pada organisme multiseluler. Kanker terjadi sebagai akibat perubahan dinamik dari gen, terutama mutasi pada gen penghambat tumor sehingga gen ini kehilangan fungsinya (Hanahan and Weinberg, 2000). Sel kanker ditandai oleh 3 ciri khas yaitu kontrol pertumbuhan yang menurun atau tidak terbatas, invasi pada jaringan setempat, penyebaran atau metastasis ke bagian tubuh lain. Sel tumor benigna juga memperlihatkan penurunan kontrol pertumbuhan, tetapi tidak menginvasi atau menyebar ke bagian tubuh yang lain (Murray et al., 2003). Proses multitahap yang menunjukkan perubahan genetik yang menyebabkan transformasi progresif sel normal menjadi sel malignant (ganas) disebut karsinogenesis
(Hanahan
and
Weinberg,
2000).
Ada
empat
tahapan
karsinogenesis, yaitu tahap inisiasi, promosi, progresi, dan metastasis. Inisiasi adalah tahap awal dari karsinogenesis dimana suatu zat karsinogen berinteraksi dengan DNA. Tahap promosi ditandai dengan perubahan ekspresi gen dari sel yang telah terinisiasi dan menyebabkan sel tumbuh secara selektif (King, 2000). Selanjutnya tumor berkembang menjadi semakin ganas yang merupakan tahap progresi (Scheneider, 1997). Dan pada tahap terakhir terjadi ekspansi sel kanker ke jaringan-jaringan lain diseluruh tubuh melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe (Murray et al., 2003). Perubahan sel normal menjadi sel kanker telah menyebabkan perubahan karakteristik, antara lain sebagai berikut : 1. Sel kanker mampu mencukupi kebutuhan akan sinyal pertumbuhannya sendiri.
11
Jika sel normal memerlukan suatu faktor pertumbuhan untuk dapat tumbuh, maka tidak demikian dengan sel kanker. Beberapa onkogen pada sel kanker beraksi dengan cara menirukan sinyal pertumbuhan normal sehingga mampu mengadakan proliferasi (Hanahan and Weinberg, 2000). 2. Sel kanker tidak sensitif terhadap sinyal antipertumbuhan. Jaringan normal mempunyai sinyal antipertumbuhan untuk menjaga homeostatis jaringan. Sel antipertumbuhan ini bekerja dengan dua mekanisme yaitu sel dipaksa keluar dari siklus proliferasi aktif menuju siklus istirahat atau fase G0 dan sel diinduksi untuk melepaskan secara permanen potensi proliferatif sel dan masuk ke fase postmitotic. Proses seperti diatas tidak terjadi pada sel kanker sehingga sel kanker akan berproliferasi secara terus-menerus (Hanahan and Weinberg, 2000). 3. Sel kanker mampu menghindar dari mekanisme apoptosis. Salah satu penyebab terbesar dari hal ini adalah adanya mutasi pada p53. Mutasi dari protein ini terjadi pada lebih dari 50% kanker pada manusia. Terjadinya p53 non wild type menyebabkan terganggunya fungsi kontrol terhadap adanya kerusakan DNA sehingga mengakibatkan tidak teraktivasinya jalur caspase (Hanahan and Weinberg, 2000). 4. Sel kanker mempunyai kemampuan replikasi yang tidak terbatas. Pada sel normal dapat membelah 60-70 kali, sedangkan sel kanker dapat membelah secara tidak terbatas. Keterbatasan yang dimiliki oleh sel normal ini disebabkan adanya pemendekan telomere, suatu sekuen berulang yang terdiri dari ribuan sekuen pendek (6bp). Sejumlah 85-90% dari seluruh tipe kanker dapat meng-upregulasi ekspresi enzim telomerase, yaitu suatu enzim yang berfungsi menambahkan heksanukleotida pada akhir telomere DNA secara berulang (Hanahan and Weinberg, 2000). 5. Sel kanker mampu menginvasi jaringan di sekitarnya serta melakukan metastasis. Kemampuan tersebut berguna untuk mempertahankan masa tumor serta menyebarkannya pada bagian tubuh yang memiliki cukup nutrisi dan
12
tempat. Protein yang berperan pada proses tersebut antara lain molekul adhesi, kaserin serta integrin yang merupakan penghubung antara sel dengan matriks ekstraselulernya (Hanahan and Weinberg, 2000). 6. Sel kanker mampu menginduksi angiogenesis. Angiogenesis merupakan suatu proses pembentukan pembuluh darah baru yang berfungsi untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrisi pada sel. Angiogenesis distimulasi oleh sinyal dari VEGF dan FGF ½. Sel kanker mengalami peningkatan ekspresi dari kedua faktor pertumbuhan ini. Di samping itu juga terjadi penurunan ekspresi dari inhibitor endogen seperti thrombospondin-1 atau ß interferon (Hanahan and Weinberg, 2000). B. Kanker Mulut Kanker mulut dapat tumbuh di berbagai tempat dalam mulut, termasuk bibir, lidah, langit-langit mulut, kelenjar saliva, pipi, di bawah lidah, gusi dan gigi (Anonim3, 2008). Di bawah mikroskop, sebagian besar sel kanker mulut terlihat sangat mirip dan disebut squamous cell carcinoma. Sel-sel kanker ini cenderung dapat menyebar dengan cepat (Anonim1, 2008). Squamous cell carcinoma (SCC) merupakan tumor ganas yang memiliki prevalensi cukup tinggi di dalam rongga mulut. Terjadinya SCC dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya agen biologik (virus onkogenik) misalnya Epstein Barr Virus (EBV). Squamous cell cacinoma dapat timbul karena gangguan DNA. Gangguan yang terjadi pada sel tersebut seharusnya diperbaiki oleh gen p53. Gen p53 seharusnya merangsang p21 menekan semua cyclin dependent kinase agar cyclin tidak dapat bekerja, sehingga siklus sel akan terhenti. Pada saat terhentinya siklus sel akan memberikan waktu terjadinya perbaikan DNA sehingga dapat dihindari terbentuknya sel yang mengandung defek DNA. Karena adanya gangguan pada DNA, sel tidak terhenti untuk melakukan perbaikan DNA karena terjadi mutasi pada gen p53 maka p21 yang seharusnya diaktivasi oleh gen p53 mengalami gangguan. p21 yang berfungsi untuk menekan semua cyclin dependent kinase tidak bekerja (Budhy, 2004).
13
Gangguan yang terjadi adalah siklus sel tetap berjalan dengan defek DNA yang diturunkan pada sel turunan. Sel turunan yang membawa defek DNA dapat mengganggu apoptosis. Fungsi apoptosis telah terganggu karena adanya mutasi pada gen pemicu apoptosis (p53). Apoptosis akan terhambat dan mengakibatkan sel menjadi immortal. Pada kondisi demikian, defek DNA tidak mengaktivasi gen-gen yang tergantung p53. Selanjutnya tidak terjadi penghentian siklus sel dan mutasi akan terus terbentuk (berproliferasi) sehingga terjadi proses keganasan (Budhy, 2004). C. Kemoterapi Kemoterapi (sering disebut kemo) merupakan pengobatan yang menghentikan pembelahan sel. Tidak sepeti sel normal, sel kanker membelah terus-menerus karena tidak berespon terhadap sinyal pengontrol pertumbuhan sel. Kemoterapi bekerja dengan mengacaukan pembelahan sel dan mematikan pembelahan sel yang aktif tersebut (Patton, 2007). Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah : 1) Obat golongan Agen pengalkilasi, Senyawa platina, dan Antibiotik Antrasiklin bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi (Kamarullah, 2005). 2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA (Kamarullah, 2005). 3) Obat golongan Inhibitor Topoisomerase, Alkaloid Vinka, dan Taksan bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel (Kamarullah, 2005). 4) Obat golongan enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut (Kamarullah, 2005).
14
Pola pemberian kemoterapi 1)
Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau lymphoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan (Kamarullah, 2005). 2)
Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis) (Kamarullah, 2005). 3)
Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai
pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada
kanker yang bersifat kemosensitif,
biasanya diberikan dahulu sebelum
pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi (Kamarullah, 2005). 4)
Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan sebelum pengobatan atau tindakan yang lain seperti pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna (Kamarullah, 2005). Efek samping kemoterapi: 1. Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah (Kamarullah, 2005). 2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis (Kamarullah, 2005).
15
3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati (Kamarullah, 2005). 4. Efek samping yang terjadi kemudian ( Late Side Effects) yang timbul dalam beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder (Kamarullah, 2005). D. Cisplatin
Gambar 1. Struktur kimia cisplatin (Anonim2, 2008) Cisplatin, cisplatinum atau cis-diamminedichloridoplatinum(II) (CDDP) adalah obat kemoterapi yang berbasis platina yang biasanya digunakan untuk mengobati berbagai macam kanker, termasuk sarcoma, beberapa carcinoma, lymphoma dan sel tumor. Cisplatin bekerja dengan cara menempelkan diri pada DNA (deoxyribonucleic acid) sel kanker dan mencegah pertumbuhannya (Sukotjo, 2001). Salah satu ligand klorida digantikan secara perlahan dengan H2O, dalam proses
yang
disebut
aquation.
Ligand
H2O
yang
dihasilkan
oleh
[PtCl(H2O)(NH3)2]+ dengan mudah digantikan, hal ini memungkinkan cisplatin untuk berikatan dengan site utama pada DNA. Berikutnya, terbentuk cross-links dua basa dengan platinum melalui penggantian ligand klorida yang lain. Crosslinks DNA dengan cisplatin ini dalam beberapa jalur yang berbeda, mengganggu pembelahan sel. Kerusakan DNA ini akan memicu perbaikan, apabila mekanisme perbaikan DNA tidak mungkin dilakukan maka kerusakan DNA ini akan memicu apoptosis (Anonim2, 2008). Cisplatin memiliki efek samping berupa kerusakan ginjal (nephrotoxicity) Meskipun mekanisme pasti dari ciplastin dalam menginduksi nefrotoksisitas
16
belum dipahami, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal ini berkaitan dengan fragmentasi DNA yang diinduksi oleh suatu endonuklease tak dikenal. Hal ini ditunjukkan sebelumnya
bahwa deoksiribonuklease I (DNase I) adalah
endonuklease ginjal yang sangat aktif, dan penghentiannya oleh antisense bersifat cytoprotective yang menghambat luka hypoxia dari sel epitelial tubuler ginjal secara in vitro. Penelitian menunjukkan bahwa DNase I mewakili kurang lebih 80% dari aktivitas total endonuklease pada ginjal dan kultur sel epitel tubuler ginjal. Data menunjukkan bukti langsung bahwa DNase berperan dalam pembentukan luka pada ginjal yang diinduksi oleh cisplatin (Basnakian et al, 2005) . Selain itu cisplatin juga menyebabkan neurotoxicity (Anonim2, 2008). E. Kuersetin Kuersetin diketahui sebagai flavonoid yang paling aktif, dan banyak tanaman obat memiliki kandungan kuersetin yang tinggi. Terdiri dari 3 cincin dan 5 gugus OH, kuersetin ditemukan dalam makanan sebagai suatu glikosida (terikat pada molekul gula) (Anonim5 2008). Kuersetin memiliki aktivitas antiinflamasi yang signifikan karena menghibisi secara langsung beberapa proses inflamasi. Selain itu kuersetin juga memiliki aktivitas antioksidan dan antitumor.
Gambar 2. Struktur kimia kuersetin (Anonim5, 2008) Kuersetin dari buah-buahan dan sayuran telah dikenal sebagai substansi penting
17
yang bisa membantu mencegah kanker. Kuersetin dan flavonoid yang lain telah ditunjukkan pada binatang percobaan dan test tube untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Suatu penelitian mengevaluasi kuersetin pada manusia termasuk 11 orang dengan bermacam-macam kanker. Studi ini menemukan bahwa kuersetin mengurangi ukuran tumor pada dua orang dan menghambat aktivitas protein yang memainkan peranan dalam pertumbuhan kanker 9 dari 11 orang tersebut (Anonim7, 2008). Menurut Haghiack dan Walle (2005) kuersetin dapat menginduksi necrosis dan apoptosis pada sel kanker mulut SCC-9. Secara irreversibel, kuersetin mampu menghambat pertumbuhan sel dan sintesis DNA. Kuersetin memiliki efek antiploriferatif dengan bekerja pada siklus sel. Ia menghalangi siklus sel pada fase S. Efek ini sesuai dengan kemampuan penghambatan sintesis DNA. Fase istirahat S bisa terjadi baik oleh G1 atau G2/M, tergantung tipe sel dan kondisi perlakuan. Penelitian yang lain menunjukkan bahwa kuersetin tidak hanya dapat menginduksi siklus sel berhenti di fase S tetapi juga di fase G1/S atau fase G2/M, tergantung tipe sel. Kuersetin juga bekerja menghambat ekspresi thymidylate synthase (TS). TS merupakan enzim utama dalam sintesis de novo DNA dan dalam regulasi siklus sel. TS mengkatalisis metilasi dari deoxyuridine monophosphate menjadi deoksithymidine monoposphate menggunakan 5,10-methylenetetrahydrofolate sebagai donor metilnya. Karena inilah satu-satunya jalur yang menyediakan prekursor thymidilate esensial untuk sintesis DNA, dan karena TS diekspresikan tinggi pada kanker mulut dan pada pasien yang didiagnosa kanker mulut, maka TS merupakan target penting dalam terapi kanker mulut. Kuersetin secara efektif mampu menghambat tingkat protein TS. Data-data menunjukkan kuersetin menginduksi nekrosis sel epitelia mulut. Pemberian kuersetin dalam jangka panjang akan menginduksi apoptosis yang kemungkinan diperantarai oleh penghambatan TS (Haghiack and Walle, 2005).
18
Menurut Cross et al. (1998) kuersetin dapat meningkatkan potensi sitotoksik pada cisplatin. Penggunaan cisplatin tanpa kombinasi dengan yang lain hanya mampu menginduksi sejumlah kecil reaksi dalam sel. Apabila dikombinasikan dengan kuersetin akan meningkatkan efek antiproliferasi dan pro apoptosisnya, tergantung tipe kanker, dosis, dan durasi obat (Borska et al., 2003). Menurut Kuhar et al. (2007) kuersetin mampu meningkatkan induksi apoptosis cisplatin sampai 16,3%. Kuersetin dengan cisplatin mampu meningkatkan permeabilitas mitokondria. Peningkatan permeabilitas menbran mitokondria diduga merupakan sumber utama ROS (Reactive Oxigen Species). Akumulasi hasil ROS pada cellular oxidative stress apabila tidak dibenarkan, dapat memicu kerusakan biomolekuler seperti lipid membran, protein dan DNA. Akumulasi dalam jangka waktu yang lama ini dapat menyebabkan luka ireversibel yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel. Sel kanker sendiri memiliki metabolik ROS yang lebih aktif daripada sel normal. Memberikan substansi pengatur metabolik mitokondria meningkatkan stress oksidatif dan memerantarai ROS merusak DNA dan merubah respon seluler menginduksi apoptosis dengan pemberian agen antikanker. Permeabilitas membran mitokondria meningkat lebih tinggi apabila diberi perlakuan kuersetin dan cisplatin dibandingkan dengan kuersetin atau cisplatin apabila diberikan sendiri. Pengkombinasian kuersetin dengan cisplatin menunjukkan penurunan yang berarti pada level nephrotoxicity marker’s dan lipid peroksidase serta meningkatkan aktivitas ATPase. Aktivitas enzim antioksidan dan kandungan glutathion juga ditingkatkan. Hal ini menunjukkan kuersetin memiliki efek cytoprotective yang signifikan terhadap kerusakan sel tubular ginjal oleh induksi cisplatin pada tikus (Priya and Devi, 1999). Kuersetin salah satu flavonoid utama dalam buah dan sayuran, memiliki aktivitas antioksidan dan antikarsinogenik yang lebih kuat dari pada vitamin C. Untuk menunjukkan kemampuan protektif kuersetin, sel PC12 diinkubasi dengan kuersetin dan vitamin C sebelum mendapat perlakuan dengan H2O2 selama 2 jam.
19
Hasilnya menunjukkan bahwa viabilitas sel meningkat secara nyata dengan kuersetin dan kuersetin menunjukkan efek protektif yang lebih besar dari pada vitamin C. Karena stress oksidasi diketahui dapat meningkatkan kerusakan membran sel neuoronal, Heo dan Lee (2004) meneliti bahwa kuersetin menurunkan kerusakan membran sel neuronal yang disebabkan induksi stress oksidatif lebih baik daripada vitamin C. Hasil ini menunjukkan bahwa kuersetin, di samping memiliki manfaat biologis, juga memiliki kontribusi yang berarti untuk perlindungan pada sel neuronal dari stress oksidatif yang diinduksi neurotoksin. F. Bawang Merah
Dunia: Divisi: Kelas: Order: Famili: Genus: Spesies:
Tumbuhan Magnoliophyta Liliopsida Asparagales Alliaceae Allium Allium cepa L.
Gambar 3. Bawang merah (Anonim7, 2008) Bawang merah dikelaskan dalam famili Alliaceae dalam order Asparagales. Nama ilmiahnya adalah Allium cepa L. Bawang merah adalah lebih kecil dan lebih manis dari bawang besar (Anonim7, 2008). Morfologi bawang merah : 1. Akar Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15 – 30 cm di dalam tanah (Anonim8, 2001).
20
2. Batang Memiliki batang sejati atau disebut "diskus" yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), diatas diskus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepahpelepah daun dan batang semu yang berada di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (Anonim8, 2001). 3. Daun Berbentuk silindris kecil memanjang antara 50 – 70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, bewarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Anonim8, 2001). 4. Bunga Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30 – 90 cm, dan di ujungnya terdapat 50 – 200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5 – 6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga. Bunga bawang merupakan bunga sempurna (hermaprodite) dan dapat menyerbuk sendiri atau silang (Anonim8, 2001). 5. Buah dan Biji Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2 –3 butir, bentuk biji agak pipih saat muda berwarna bening atau putih setalah tua berwarna hitam. Biji banwang merah dapat digunkan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Anonim8, 2001) Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu
21
penyedap makanan serta bahan obat tradisional (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007). Pertumbuhan produksi rata-rata bawang merah selama periode 1989-2003 adalah sebesar 3,9 % per tahun. Bawang merah dihasilkan di 24 dari 30 propinsi di indonesia. Propinsi penghasil utama bawang merah diantaranya adalah Sumatera Utara, Sumatara Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, jawa Timur, bali, NTB, dan Sulawesi selatan. Kesembilan propinsi ini menyumbang 95,8 %( Jawa memberikan kontribusi 75 %) dari produksi total bawang merah di indonesia pada tahun 2003 (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007). Bawang merah mengandung kuersetin, antioksidan yang kuat yang bertindak sebagai agen untuk menghambat sel kanker. Kandungan lain dari bawang merah diantaranya protein, mineral, sulfur, antosianin, karbohidrat, dan serat (Rodrigues et al., 2003). Satu setengah sampai tiga setengah ons bawang segar apabila dikonsumsi
secara
teratur
mengandung
kuersetin
yang
cukup
sebagai
perlindungan terhadap kanker. Bawang kaya akan flavonoid yang telah diketahui untuk mendeaktifkan banyak karsinogen potensial dan pemicu tumor seperti menganggu pertumbuhan sel sensitif estrogen pada kanker payudara (Anonim9, 2007).
22
BAB III METODE PENULISAN A. Waktu dan Tempat Penyusunan karya tulis ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2008 di fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
B. Teknik Pengumpulan data Teknik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data antara lain : 1. Studi pustaka yang dilakukan di perpustakaan Fakultas Farmasi UGM. 2. Studi pustaka yang dilakukan di perpustakaan pusat UGM. 3. Penelusuran data dilakukan melalui internet dan media cetak.
C. Cara Analisis 1. Menemukan pokok permasalahan tentang kanker terutama kanker mulut. 2. Mengumpulkan data dan membuat perumusan masalah terkait dengan penyakit kanker secara umum dan khususnya mengenai kanker mulut. 3. Mencari bahan alam yang dapat berpotensi sebagai agen ko-kemoterapi. 4. Mencari cara pengembangan bahan tersebut menjadi sediaan yang berkualitas sebagai agen ko-kemoterapi.
23
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS A. Pengembangan Bawang Merah sebagai Agen Ko-kemoterapi Produksi nasional bawang merah tahun 2006 mencapai 746.739 ton sedangkan konsumsinya 626.244 ton (Antaranews, 2007). Hal ini menunjukkan adanya surplus produksi bawang merah nasional. Adanya kelebihan produksi bawang merah nasional tentu akan memiliki imbas terhadap harga bawang merah itu sendiri yang cenderung turun dan merugikan petani. Oleh karena itu diperlukan alokasi hasil panen bawang merah selain sebagai komoditas sayuran saja. Bawang merupakan salah satu sumber flavonoid dan berkontribusi sangat besar dalam konsumsi flavonoid. Setidaknya ada 25 macam flavonoid yang telah diketahui, dan kuersetin adalah yang paling penting diantaranya (Slimestad, 2007). Kuersetin
ini merupakan flavonoid yang sebagian besar menentukan
warna buah, bunga, dan sayuran. Sumber-sumber makanan yang mengandung kuersetin tinggi yaitu bawang, apel, dan teh. Ketersediaan hayati kuersetin pada apel dan kuersetin rutinoside murni (kuersetin utama pada teh) adalah 30 % relatif dari bawang merah. Setelah dikonsumsi kuersetin dari bawang mencapai konsentrasi tertinggi kurang dari 0,7 jam, sedangkan untuk apel dicapai setelah 2.5 jam, dan setelah 9 jam untuk rutinoside. (Hollman et al., 1997). Hal ini menunjukkan kuersetin dari bawang lebih cepat diabsorbsi. Sedangkan diantara bawang merah dan bawang putih, bawang merah memiliki kandungan kuersetin yang lebih tinggi (Aoyama and Yamamoto, 2007). Kandungan kuersetin dalam bawang merah sebesar 0,77 ± 0,24 mg tiap 100g sedangkan pada bawang putih 0,37±0,05 mg tiap 100g (Rodrigues et al., 2003). Kuersetin memberikan manfaat untuk meningkatkan kesehatan. kuersetin bekerja sebagai antihistamin dan membantu mengurangi inflamasi. Selain itu, kuersetin
24
juga berfungsi sebagai antioksidan dengan membersihkan partikel rusak di dalam tubuh yang dikenal sebagai radikal bebas. Radikal bebas tersebut secara alami berada di dalam tubuh berinteraksi dengan material genetik, dan mungkin berkontribusi terhadap proses penuaan dini seperti halnya dengan pertumbuhan kanker. Antioksidan seperti kuersetin dapat menetralkan radikal bebas dan mengurangi atau bahkan mencegah kerusakan yang disebabkan olehnya (Anonim6, 2008). Menurut Haghiack dan Walle (2005) kuersetin dapat menginduksi nekrosis dan apoptosis pada sel kanker mulut SCC-9. Kuersetin memiliki efek antiploriferatif dengan bekerja pada siklus sel. Selain dapat digunakan sebagai terapi kanker mulut, kuersetin dapat digunakan untuk terapi berbagai penyakit diantaranya sebagai antiplatelet, jantung koroner, kanker kolon, dan kanker payudara. Salah satu obat anti kanker yang digunakan untuk terapi kanker mulut adalah cisplatin. Potensi sitotoksik dari cisplatin meningkat dengan pemberian kuersetin (Cross et al, 1998). Di samping itu menurut Kuhar et al. (2007) kuersetin mampu meningkatkan induksi apoptosis cisplatin sampai 16,3%. Penggunaan cisplatin tanpa kombinasi dengan yang lain hanya mampu menginduksi sejumlah kecil reaksi dalam sel, sedangkan apabila dikombinasikan dengan kuersetin akan meningkatkan efek antiproliferasi dan pro apoptosisnya, tergantung tipe kanker, dosis, dan durasi obat (Borska et al., 2003). Sebagai obat anti kanker, cisplatin memiliki efek samping berupa kerusakan ginjal (nephrotoxicity). Pengkombinasian kuersetin dengan cisplatin menunjukkan penurunan yang berarti pada level nephrotoxicity marker’s. Selain memiliki efek samping nephrotoxicity, cisplatin juga menyebabkan neurotoxicity (Anonim2, 2008). Menurut Heo dan Lee (2004) kuersetin memiliki kontribusi yang berarti untuk perlindungan pada sel neuronal dari stress oksidatif yang diinduksi neurotoksin. Hal ini menunjukkan kemampuan kuersetin dalam menekan efek samping cisplatin yang menyebabakan neurotoxicity. Dengan demikian, kuersetin dapat dimanfaatkan sebagai agen pendamping kemoterapi cisplatin yang dapat
25
meningkatkan efektivitasnya dan sekaligus menekan efek sampingnya (agen kokemoterapi). B. Strategi Pengembangan Bawang Merah sebagai Agen Ko-kemoterapi Dilihat dari potensi bawang merah yang merupakan sumber kuersetin yang potensial, maka bawang merah dapat dikembangkan menjadi agen pendamping kemoterapi. Kemoterapi merupakan metode pengobatan yang dilakukan dengan cara memberikan obat dalam bentuk senyawa kimia untuk membunuh sel-sel kanker dalam tubuh pasien. Terdapat beberapa macam cara kemoterapi salah satunya yaitu dengan pengkombinasian dengan ko-kemoterapi. Ko-kemoterapi merupakan penggunaan senyawa kemoprevensi yang bersifat nontoksik atau lebih tidak toksik dikombinasikan dengan agen kemoterapi untuk meningkatkan efikasinya dengan menurunkan toksisitasnya terhadap jaringan yang normal. Dengan adanya kuersetin sebagai agen ko-kemoterapi akan mampu meningkatkan efektivitas agen kemoterapi dan mengurangi efek sampingnya. Oleh karena itu diperlukan pengembangan produk dari bawang merah yang dapat digunakan sebagai agen ko-kemoterapi yang aman, nyaman dan efektif untuk dikonsumsi. Untuk menjadi suatu sediaan yang aman, nyaman , dan efektif untuk dikonsumsi tentu memerlukan berbagai tahap yang tidak sedikit. Tahap-tahap tersebut meliputi standarisasi, uji pra klinik dan uji klinik. Standardisasi mutlak dilakukan terutama untuk tujuan memperoleh zat identitas. Zat identitas atau senyawa penanda menjadi bagian penting dalam standar mutu bahan baku. Dalam hal ini zat identitasnya adalah kuersetin.
Standardisasi berguna untuk memperoleh
keterulangan dalam identitas bentuk sediaan. Jika telah dilakukan suatu standardiasi, maka pengujian secara pra klinik dan klinik menjadi lebih jelas karena obat bahan alam tersebut mempunyai identitas farmasi. Identitas farmasi yang jelas mempunyai arti bahwa obat bahan alam tersebut sejak bahan baku hingga formulasi dan bentuk sediaannya mengikuti dan memenuhi persyaratan mutu. Melalui persyaratan mutu tersebut, diharapkan terwujudnya obat bahan
26
alam dengan bentuk dan dosis yang memiliki reprodusibilitas dalam hal khasiat dan keamanannya. Untuk mendapatkan senyawa yang dikehendaki diperlukan suatu metode ekstraksi yang tepat. Menurut Park et al. (2007), keberadaan kuersetin dalam ekstrak etanolik bawang merah lebih besar dibandingkan kuersetin dalam serbuk bawang merah. Oleh karena itu ekstraksi kuersetin dalam bawang merah lebih baik dilakukan melalui ekstraksi etanolik. Dari hasil ekstraksi etanolik ini selanjutnya dapat dibentuk menjadi bentuk sediaan yang siap dikonsumsi. Bentuk sediaan yang dibuat akan menentukan rute administrasi pemberian obat. Rute administrasi tergantung beberapa faktor, seperti kondisi perlakuan dan tujuan terapetik. Preparasi kuersetin sebaiknya diformulasi sedemikian rupa sehinga dapat memberikan pelepasan yang terkendali (Young et al., 2004). Kuersetin sebagai agen ko-kemoterapi terhadap cisplatin yang ditujukan kanker mulut akan lebih efektif apabila diberikan dalam bentuk sediaan tablet hisap. Tablet hisap merupakan suatu sediaan yang digunakan dengan meletakkan tablet di dalam mulut dan membiarkannya sampai larut dengan sendirinya. Tujuan dari bentuk sediaan ini adalah untuk memberikan efek yang maksimal penyerapan di mulut dan juga memberikan efek sistemik. Bentuk sediaan tablet hisap harus memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Untuk tujuan kenyamanan tersebut perlu ditambahkan bahan-bahan penolong yang berfungsi sebagai pembawa zat aktif, penghilang aroma yang tidak sedap, maupun penambah rasa dan warna agar lebih menarik. Oleh karena itu masih diperlukan studi preformulasi untuk membuat formulasi tablet hisap yang dapat memberi efek pelepasan zat aktif secara maksimal. Dosis terapi dan toksisitas dari kuersetin dapat ditetapkan dengan prosedur standar farmasi pada kultur sel atau pada binatang misalnya dengan menetapkan nilai LD50 (dosis yang letal terhadap 50% populasi) dan ED50 (dosis yang efektif terhadap 50% populasi) (Young et al., 2004). Dengan demikian, masih diperlukan
27
penelitian lebih lanjut untuk menetapkan dosis yang efektif sebagai agen kokemoterapi. Apabila sediaan ekstrak bawang merah dapat dikembangkan menjadi agen kokemoterapi tentu akan bermanfaat bagi berbagai pihak. Pengembangan produk bawang merah sebagai agen ko-kemoterapi akan meningkatkan permintaan bawang merah dari petani. Meningkatnya permintaan tersebut mau tak mau akan memacu petani untuk memproduksi bawang merah lebih besar dengan kualitas yang lebih baik. Oleh karena itu, diperlukan perhatian lebih dari pemerintah bagi para petani bawang merah. Perhatian pemerintah dalam upaya pengembangan produksi bawang merah dapat diwujudkan dengan pengembangan agribisnis bawang merah. Adapun cara-cara yang dapat ditempuh diantaranya dengan menyediakan benih varietas unggul bawang merah, mengembangkan industri benih bawang merah dalam rangka menjaga kontinuitas pasokan benih bermutu, dan mengembangkan diversifikasi produk bawang merah dalam upaya peningkatan nilai tambah. Sedangkan substansi pengembangan agribisnis bawang merah diarahkan pada pengembangan ketersediaan benih unggul, pengembangan sentra produksi dan perluasan areal tanam (Badan Penelitian dan Pengembanagan Pertanian, 2007). Selain itu kondisi pasar lokal bawang merah saat ini sedang terpuruk akibat membanjirnya bawang merah impor di pasar lokal. Kondisi ini menyebabkan harga bawang merah di pasar tradisional anjlok karena harga bawang merah impor lebih murah daripada produk petani setempat. Oleh karena itu diperlukan pula perhatian pemerintah untuk memperbaiki kebijakan impor yang merugikan petani supaya petani dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah. Adanya dukungan dari pemerintah, dan kerja sama yang baik antara kalangan produsen,
masyarakat
dan
kalangan
peneliti
maka
diharapkan
dapat
dikembangkan produk bawang merah sebagai agen ko-kemoterapi. Bagi kalangan medis, dengan adanya agen ko-kemoterapi dari bahan alam ini dapat memberikan alternatif cara terapi kanker yang lebih efektif. Pengembangan produk dari
28
bawang merah ini akan meningkatkan nilai guna dari bawang merah menjadi produk berbasis lokal yang berdaya saing.
29
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Bawang merah berpotensi sebagai agen ko-kemoterapi. 2. Dalam bawang merah terdapat senyawa-senyawa aktif seperti kuersetin yang mampu menonaktifkan zat-zat karsinogen dalam tubuh serta menginduksi apoptosis sel kanker. 3. Bawang merah dapat dikembangkan menjadi suatu sediaan yang berkualitas sebagai agen ko-kemoterapi. B. Saran 1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai senyawa-senyawa yang terdapat dalam bawang merah beserta manfaatnya. 2. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui dosis yang tepat dalam penggunaan ekstrak bawang merah. 3. Perlu adanya sinergi antara pemerintah, peneliti perguruan tinggi, petani dan industri farmasi dalam pengembangan bawang merah. 4. Diperlukan
perhatian
pemerintah
agroindustri bawang merah.
di
dalam
pengembangan
kualitas
30
DAFTAR PUSTAKA American Cancer Society. 2007. Oral Cancer. diakses dari: http://www.cancer.org . diakses tanggal 17 Maret 2008. Anonim1. 2008. Kanker. diakses dari: http://id.wikipedia.org/wiki/kanker . diakses tanggal 16 Maret 2008. Anonim2. 2008. Oral Cancer. diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Oral_cancer . diakses tanggal 16 Maret 2008. Anonim3. 2008. Cisplatin. diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Cisplatin . diakses tanggal 4 April 2008. Anonim4. 2008. Oral Cancer: Overview. Causes and Risk Factors. diakses dari: http://www.oncologychannel.com/oralcancer/index.shtml . diakses tanggal 19 Maret 2008. Anonim5.
2008.
Phytochemical
:
Quercetin.
diakses
dari:
www.phytochemical.info . diakses tanggal 17 Maret 2008. Anonim6.
2008.
Quercetin.
diakses
dari:
http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=5280343 . diakses tanggal 18 Maret 2008. Anonim7.
2008.
Quercetin.
diakses
dari:
http://www.umm.edu/altmed/articles/quercetin-000322.htm . diakses tanggal 17 Maret 2008. Anonim8. 2008. Bawang Merah. diakses dari: www.ms.wikipedia.org . diakses tanggal 19 Maret 2008. Anonim10.
2001.
Data
Botani
Bawang
Merah.
diakses
http://www.lablink.or.id/index.html . diakses tanggal 1 April 2008.
dari:
31
Anonim9. 2007. Cucumber Salad With Watermelon: What's Coookin'. diakses dari: http://healthcorner.walgreens.com/display/1361.htm . diakses tanggal 15 Maret 2008. Antaranews. 04 Juni, 2007. DPR Desak Pemerintah Atur Tataniaga Bawang Merah. diakses dari: http://www.antara.co.id/arc/2007/6/4/dpr-desak-pemerintahatur-tataniaga-bawang-merah/ . diakses tanggal 20 Maret 2008. Aoyama, S. and Yamamoto, Y. 2007. Antioxidant Activity and Flavonoid Content of Welsh Onion (Allium fistulosum) and the Effect of Thermal Treatment. Food Sci. Technol. Res. 13 (1): 67-72. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis:
Bawang
Merah.
diakses
dari:
www.litbang.deptan.go.id . diakses tanggal 18 Maret 2008. Basnakian A., Eugene O., Xiaoyan Y., Markus N., Hans G. and Sudhir V. 2005. Cisplatin Nephrotoxicity Is Mediated by Deoxyribonuclease I. J Am Soc Nephrol 16: 697-702. Borska, S., Gębarowska, E., Wysocka, T., Zalesińska, M. and Zabel, M. 2003. The effects of quercetin vs cisplatin on proliferation and the apoptotic process in A549 and SW1271 cell lines in in vitro conditions. Folia Morphol 63 ( 1):103– 105. Budhy T. 2004. Mekanisme kejadian karsinoma sel skuamosa rongga mulut yang terinfeksi Epstein Barr Virus (EBV) berdasarkan ekspresi p53, c-myc dan bcl-2. Desertasi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Gigi. Conklin C., Bechberger J., MacFabe D., Guthrie N., Kurowska E. and Naus C. 2007. Genistein and quercetin increase connexin43 and suppress growth of breast cancer cells. Carcinogenesis 28(1):93-100.
32
Cotelle N. 2001, Role of flavonoids in oxidative stress, Current topics in medicinal chemistry 1(6):569-90. Cross, H., Tilby, M., Chipman, J., Ferry, D. and Gescher, A. 1998. Experimental Cancer Effect of quercetin on the genotoxic potential of cisplatin. International Journal of Cancer 66(3):404 – 408. Duijne.
2002.
Flora.
diakses
dari:
http://www.belindo.com/Default.aspx?NavID=59 . diakses tanggal 27 Maret 2008. Haghiack, M. and Walle, T. 2005. Quercetin Induces Necrosis and Apoptosis in SCC-9 Oral Cancer Cells. Nutrition and Cancer 53(2):220-231. Hanahan, D. and Weinberg, R. 2000. The Hallmark of Cancer. Cell 100:57-70. Heo, H. and Lee, C. 2004. J-Agric-Food-Chem. 15; 52(25):7514-7 Hollman, P., Trijp, J., Buysman, M., et al. 1997. Relative bioavailability of the antioxidant flavonoid quercetin from various foods in man. FEBS Lett. 418(12):152-6
diakses
dari:
http://www.diet-and-
health.net/Supplements/Quercetin.html . diakses tanggal 4 April 2008. Kamarullah,
M.
2005.
Penanganan
CA
Serviks.
diakses
dari:
http://ppniternate.blogdrive.com/comments?id=1 . diakses tanggal 4 April 2008. King, R. 2000. Cancer Biology. 2nd Edition. London: Pearson Education Limited. Kuhar M., Sabiha I. and Singh N. 2007 Curcumin and Quercetin Combined with Cisplatin to Induce Apoptosis in Human Laryngeal Carcinoma Hep-2 Cells through the Mitochondrial Pathway. J. Cancer Mol 3(4): 121-128. Lodish, H., Arnold, B., Zipursky, S. L., Matsudara, P., David, B. and Darnell, J. 2000. Molecular Cell Biology. London: W. H. Freeman and Company.
33
Meiyanto, E. 1999. Kurkumin Sebagai Obat Kanker: Menelusuri Mekanisme Aksinya. Majalah Farmasi Indonesia 10( 4): 224-236. Murray, R., Granner, D., Mayes, P., and Rodwell, V. 2003. Kanker. Gen Kanker, dan Faktor Pertumbuhan. Biokimia Harper. Edisi 25. diterjemahkan oleh: Hartono, A. Jakarta: Penerbit EGC. Oral Cancer Foundation. 2008. Oral Cancer Facts. diakses http://www.oralcancerfoundation.org/ . diakses pada 9 April 2008.
dari:
Patton.
dari:
2007.
Chemotherapy.
diakses
http://www.kidshealth.org/parent/system/ill/chemotherapy.html . diakses tanggal 28 maret 2008. Priya D. and Devi, S. 1999. Protective effect of quercetin in cisplatin-induced cell injury in the rat kidney. Indian Journal of Pharmacology 31(6):422-426. Rodrigues A., Fogliano V., Graziani G., Mendes, S., Vale, A. And Goncalves, C. 2003. Nutrition Value of Onion Regional Varieties in Northwest Portugal. EJEAFChe 2(4):519-524. Scheneider, K. 1997. Cancer Genetics. Encyclopedia Of Human Biology. 2nd Edition. 2:312-315. Slimestad, R., Fossen, T. and Molund I. 2007. Onions : A Source of Unique Dietary Flavonoids. J. Agric. Food Chem. 55 (25), 10067–10080. Sukotjo, C. 2001. Kanker dan Alergi. diakses dari: http://www.mailarchive.com/
[email protected]/msg12645.html . diakses tanggal 4 April 2008. Veeriah, S., Hofmann, T., Glei, M., Dietrich, H., Will, F., Schreier, P., Knaup, B., and Pool-Zobel, B. 2007. Apple polyphenols and products formed in the gut differently inhibit survival of human cell lines derived from colon adenoma
34
(LT97) and carcinoma (HT29). Journal of Agricultural and Food Chemistry 18;55(8):2892-900. Yang, J., Hsia, T., Kuo, H., Chao, P., Chou, C., Wei, Y., and Chung, J. 2006. Inhibition of lung cancer cell growth by quercetin glucuronides via G2/M arrest and induction of apoptosis. Drug Metabolism and Disposition: The Biological Fate of Chemicals 34(2):296-304. Ye, B., Aponte, M., Dai, Y., Li, L., Ho, M., Vitonis, A., Edwards, D., Huang, T., and Cramer, D. 2007. Ginkgo biloba and ovarian cancer prevention: epidemiological and biological evidence. Cancer Letters 18;251(1):43-52. Young, Charles, Xing and Nianzeng. 2004. Methods and compositions for inhibiting
the
proliferation
of
prostate
cancer
cells.
diakses
dari
http://www.pharmcast.com/PatentToSubWeb/PatentHome.htm . diakses tanggal 7 April 2008.
35
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitas Pribadi (Penulis Pertama): 1. Nama Lengkap
: Dwi Ana Nawangsari
2. NIM
: 06/192720/FA/07534
3. Telp./HP
: 08156756005
4. Tempat, Tanggal Lahir
: Klaten, 25 Mei 1988
5. Alamat di Yogyakarta
: Perum Swakarya 4A, Jakal KM 4,5.
6. Alamat Asal
: Beji, Pedan, Klaten.
Latar Belakang Pendidikan : 1. SD N Beji 1, Beji, Pedan 2. SLTP N 1 Pedan 3. SMA Negeri 1 Klaten 4. Program Sarjana S-1 Jurusan Ilmu Farmasi, minat Farmasi Komunitas dan Klinik, Fakultas Farmasi UGM . Pengalaman Organisasi : Karya Tulis yang Pernah Dibuat : Identitas Pribadi (Penulis Kedua) : 1. Nama Lengkap
: Indah Ikawati Setyarini
2. NIM
: 06/198387/FA/07686
3. Telp./HP
: 081329384810
4. Tempat, Tanggal Lahir
: Klaten, 31 Maret 1988
5. Alamat di Yogyakarta
: Perum Candi Gebang
Permai VII/12A,
Condong Catur, Sleman, Yogyakarta. 6. Alamat Asal
: Kemit, Kwaren, Ngawen, Klaten.
Latar Belakang Pendidikan : 1. SD N Kwaren 1, Ngawen, Klaten 2. SLTP Negeri 4 Klaten 3. SMA Negeri 1 Klaten
36
4. Program Sarjana S-1 Jurusan Ilmu Farmasi, minat Farmasi Komunitas dan Klinik, Fakultas Farmasi UGM . Pengalaman Organisasi : Anggota Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Indonesia Karya Tulis yang Pernah Dibuat : -
Identitas Pribadi (Penulis Ketiga): 1. Nama Lengkap
: Perdana Adi Nugroho
2. NIM
: 05/187358/FA/07390
3. Telp./HP
: 081804091390
4. Tempat, Tanggal Lahir
: Purwokerto, 27 September 1987
5. Alamat di Yogyakarta
: Sendowo E/ III C, Depok, Sleman
6. Alamat Asal
: Jl. Karangkobar gang 7 no.9 Purwokerto
Latar Belakang Pendidikan : 1.
SD N 1 Purwokerto
2.
SMP N 1 Purwokerto
3.
SMA 1 Purwokerto
4.
Program Sarjana S-1 Jurusan Ilmu Farmasi, minat Farmasi Sains dan Industri, Fakultas Farmasi UGM .
Pengalaman Organisasi : Staf Departemen Lembaga Kekaryaan English Club Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi UGM
Karya Tulis yang Pernah Dibuat : -