PELAKSANAAN MANAJEMEN PENJAMINAN MUTU (ISO 9001:2000) PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 3 PALU
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh : MOHAMMAD SAHRIR 07518241013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul : “Pelaksanaan Manajemen Penjaminan Mutu
Pendidikan (ISO 9001:2000) di SMK N 3 Palu” ini telah disetujui oleh pembimbing dan siap untuk diujikan.
Yogyakarta, 25 Januari 2013 Dosen Pembimbing
Dr. Soeharto, M.SOE, Ph.D NIP : 19530825 197903 1 003
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Mohammad Sahrir
NIM
: 07518241013
Program Studi
: Pendidikan Teknik Mekatronika
Fakultas
: Teknik
Judul Skripsi
: Pelaksanaan Manajemen Penjaminan Mutu
Pendidikan (ISO 9001:2000) di SMK N 3 Palu
Menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan bagian dari paying penelitian Bapak Dr.Soeharto, M.SOE. Ph.D, Herlambang Sigit Pranomo, ST.M.Cs, dan Ketut Ima Ismara, M.Pd. M.Kes Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan Skripsi yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Yogyakarta, 25 Januari 2013 Yang Menyatakan
Mohammad Sahrir NIM. 07518241013
iv
MOTTO
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”... (QS. Albaqarah : 286) “ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” (QS. Al Hasyr : 18) “ Berakhlaklah seperti akhlak Nabi saw. Dan para shiddiqin tidak akan sempurna kecuali dengan resep yang terdiri dari tiga hal yaitu ilmu, sikap, dan perbuatan. Ilmu akan membentuk sikap dan sikap akan mendorong perbuatan.” (Imam Ghazali)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1.
Ayah dan Ibu, terimakasi atas dukungan dan doanya
2.
Dr. Soeharto, MSOE selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dari awal sampai proses ujian skripsi.
3.
Ketut Ima Asmara, M.Pd., M.Kes(ind), selaku ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
4.
Dr. Moch. Bruri Triyono, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
5.
Ilmawan Mustaqim, M.T, selaku dosen pembimbing akademik
6.
Kepala sekolah SMK 3 Palu dan para staf
7.
Teman-teman di pendidikan teknik mekatronika, teknik eletro, dan bengkel peradaban kos,
8.
Prima yeriza sari, kekasihku tersayang.
9.
Pihak-pihak lain yang selama ini banyak membantu penyusunan tugas akhir skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhirnya penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.
vi
PELAKSANAAN MANAJEMEN PENJAMINAN MUTU (ISO 9001:2000) PENDIDIKAN DI SMK N 3 PALU ABSTRAK MOHAMMAD SAHRIR NIM. 07518241013 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan sistem manajemen mutu pendidikan berdasarkan standar manajemen mutu ISO 9001:2000 dalam pengembangan budaya mutu pada unit pendidikan SMK N 3 Palu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang metode pengambilan datanya dengan menggunakan angket/kuesioner terbuka dan sebagai data pendukung dan pengoreksi, dilakukan juga menggunakan angket terhadap siswa. Penelitian dilaksanakan di SMK N 3 Palu, mulai bulan Mei – Juni 2012. Populasi dari penelitian ini berjumlah 167 yang melibatkan pihak sekolah khususnya pihak yang terlibat dalam manajemen penjaminan mutu pendidikan SMK N 3 Palu (pengampu kebijakan, guru dan para staf) , sedangkan sampel dari penelitian ini Berjumlah 40 orang yakni kepala sekolah, wakasek kurikulum, wakasek kesiswaan, wakasek sarana-prasarana, wakasek QMR, Staf QMR, ketua jurusan dan sekjur, ketua program keahlian, kepala bagian tata usaha, komite sekolah serta siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi Product Moment, sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha-Cronbach.Analisis data dilakukan berdasarkan persentase pencapaian setelah dilakukan perhitungan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tingkat/ persentase pencapaian Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan berdasarkan standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yang meliputi aspek sistem dokumentasi manajemen mutu dengan persentase pencapaian sebesar 68.41 % berada dalam kategori baik, aspek tanggung jawab manajemen dengan persentase pencapaian sebesar 74.68 % berada dalam kategori baik, aspek pengelolaan sumber daya dengan persentase pencapaian sebesar 76.60 % berada dalam kategori baik, aspek realisasi lulusan dengan persentase pencapaian sebesar 74.37 % berada dalam kategori baik, aspek pengukuran, analisis dan perbaikan sistem manajemen mutu dengan persentase pencapaian sebesar 71.40 % berada dalam kategori baik serta aspek pelaksanaan sistem manajemen mutu dengan persentase pencapaian sebesar 75.41 % berada dalam kategori baik. Kata Kunci
: Sistem manajemen mutu pendidikan, manajemen mutu ISO 9001:2000
vii
standar
sistem
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Manajemen Penjaminan
Mutu (ISO 9001:2000) Pendidikan di SMK N 3 Palu”. Penulisan laporan Tugas Akhir Skripsi ini banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan dorongan semangat dari semua pihak terutama para dosen pembimbing, dosen, rekan mahasiswa dan keluarga penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dr. Moch. Bruri Triyono, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Ketut Ima Asmara, M.Pd., M.Kes(ind), selaku ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro 4. Dr. Soeharto, MSOE selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dari awal sampai proses ujian skripsi. 5. Ilmawan Mustaqim, M.T, selaku dosen pembimbing akademik 6. Kepala sekolah SMK 3 Palu dan para staf 7. Teman-teman di pendidikan teknik mekatronika, teknik eletro, dan bengkel peradaban kos, 8. Pihak-pihak lain yang selama ini banyak membantu penyusunan tugas akhir skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 9. Bapak dan Ibu atas dukungan doa dan restunya. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
viii
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran, masukan serta kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas akhir skripsi ini. Akhirnya, semoga apa yang telah kami lakukan dapat bermanfaat bagi semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga Allah merestui semua apa yang kita kerjakan dan diberkati olehNya.
Yogyakarta, 25 Januari 2013 Penyusun
Mohammad Sahrir
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN .............................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................
vi
ABSTRAK ...................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xiv
BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
3
C. Batasan Masalah....................................................................
4
D. Rumusan Masalah .................................................................
5
E. Tujuan...................................................................................
5
F. Manfaat .................................................................................
5
KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian manajemen pendidikan...................................
7
2. Manajemen penjaminan mutu pendiidikan .......................
9
3. Total Quality Management\(TQM) Dalam Pendidikan…..
31
4. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dalam pendidikan 36 B. Penelitian Yang Relevan........................................................
42
C. Kerangka Berfikir..................................................................
45
D. Pertanyaan Penelitian ............................................................
46
x
BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian............................................................
47
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
47
C. Definisi Operasioanl Variabel................................................
48
D. Subyek Penelitian..................................................................
48
E. Metode Pengumpulan Data....................................................
48
F. Instrumen Penelitian..............................................................
50
G. Teknik Analisis Data .............................................................
53
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ………………………………………………..
55
1. Sistem manajemen mutu ..................................................
56
2. Sistem dokumentasi .........................................................
58
3. Tanggung jawab manajemen………………………………
60
4. Pengelolaan sumber daya………………………………....
63
5. Realisasi lulusan………………………………………….
66
6. Pengukuran, analisis, dan perbaikan.................................
68
B. Pembahasan…………………………………………………… 1. Sistem manajemen mutu ..................................................
73 73
2. Sistem dokumentasi………………………………………. 76 3. Tanggung jawab manajemen………………………………
83
4. Pengelolaan sumber daya………………………………....
88
5. Realisasi lulusan………………………………………….
91
6. Pengukuran, analisis, dan perbaikan.................................
98
7. Total Quality Management……………………………….. 102 BAB V.
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...............................................................................
108
B. Implikasi……………………………………………………… 111 C. Keterbatasan..........................................................................
112
D. Saran .....................................................................................
113
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
116
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Penjaminan mutu pendidikan secara internal dan eksternal .......... 12 Gambar 2. Manajemen PDCA kendali mutu ................................................. 16 Gambar 3. Manajemen kendali mutu ............................................................ 18 Gambar 4. Hierarki Konsep Mutu…………………………………………….. 31 Gambar 5. Grafik pencapaian pelaksanaan sistem manajemen mutu………... 58 Gambar 6. grafik pencapaian pelaksanaan sistem dokumentasi……………… 60 Gambar 7 Grafik pencapaian pelaksanaan tanggung jawab manajemen……. 62 Gambar 8. Grafik pencapaian pelaksanaan pengelolaan sumber daya………. 65 Gambar 9. Grafik pencapaian pelaksanaan realisasi lulusan………………… 67 Gambar 10. Grafik pencapaian pelaksanaan pengukuran, analisis dan perbaikan.. ............................................................................................. 70
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Analogo istilah dalam ISO 9001:2000 pada lembaga pendidikan.... 41 Tabel 2. Kisi-kisi instrumen untuk pengurus sekolah ................................... 51 Tabel 3. Kisi-kisi instrumen untuk siswa ...................................................... 51 Tabel 4. Pedoman interpretasi koefisien korelasi .......................................... 54 Tabel 5. Persentase Kategori Pencapaian ..................................................... 55 Tabel 6 Hasil Descriptive Statistics………………………….……………… 56 Tabel 7. Hasil Penelitian aspek sistem manajemen mutu.............................. 57 Tabel 8. Hasil Penelitian aspek sistem dokumentasi..................................... 59 Tabel 9. Hasil Penelitian aspek tanggung jawab manajemen ........................ 61 Tabel 10. Hasil Penelitian aspek pengelolaan sumber daya ........................... 64 Tabel 11. Hasil Penelitian aspek realisasi lulusan.......................................... 66 Tabel 12. Hasil Penelitian aspek pengukuran, analisi dan perbaikan ............. 69 Tabel 13. Daftar Dokumen yang di miliki SMKN 3 Palu……………………. 72
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Angket……………………………………………………………...
Lampiran 2.
Perhitungan dan Analisa Data Hasil Penelitian ......................... …
Lampiran 3.
Surat izin penelitian dari kantor pelayanan perizinan terpadu daera (KP2TD) propinsi DIY……………………………………………..
Lampiran 4.
Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah …………………………………………………..
Lampiran 5.
Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Palu……………
Lampiran 6.
Surat Keterangan Penelitian dari SMK Negeri 3 Palu………........
Lampiran 7.
Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas Teknik UNY.... …
Lampiran 8.
Surat Pernyataan pembimbing tugas akhir skripsi ..................... …
Lampiran 9.
Surat Keterangan Penelitian Fakultas Teknik UNY .................. …
Lampiran 10. Surat Pernyataan Judgement Instrument Penelitian ................... … Lampiran 11. Kartu Bimbingan Skripsi .......................................................... … Lampiran 12. Daftar Hadir Seminar tugas akhir Skripsi………………………… Lampiran 13. Sertifikat ISO 9001 : 200 SMK Negeri 3 Palu…………………… Lampiran 14. Dokumen-dokumen ISO 9001 : 2000 SMK Negeri 3 Palu ………
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan mempunyai peran besar dalam kehidupan manusia (Suyanto, 2006: ix). Kemajuan ilmu pengetahuan saat ini juga tidak lepas dari hasil dari sebuah proses pendidikan. Pengertian tersebut memberikan kesimpulan kehidupan sebuah bangsa sangat di tentukan oleh kualitas sistem pendidikan yang di terpakan pada bangsa tersebut. Pendidikan akan memproduksi manusia-manusia kreatif yang mampu menjawab persoalan sebuah bangsa (Iwan Gunawan, 2008: 1). Pendidikan dengan kata lain mempunyai peran yang besar dalam mentukan kualitas sumber daya manusia sejak zaman dahulu hingga memasuki era Global. Permasalahan pendidikan yang sampai saat ini belum dapat secara tuntas diatasi adalah rendahnya tingkat ketersediaan sumber daya pendidikan pada tingkat sekolah. Konsekuensi rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang dan tingkat selalu dikaitkan dengan masalah ini. Sejak Repelita II sampai dengan Repelita terakhir kebijakan pendidikan diarahkan pada empat tema kebijakan yaitu (1) peningkatan pemerataan pendidikan, (2) peningkatan mutu pendidikan, (3) peningkatan relevansi pendidikan, dan (4) peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan. Dalam pelaksanaannya tema kebijakan kedua dan keempat selalu menjadi dasar pertimbangan dalam impelementasi ketiga kebijakan lainnya. Kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan ditempuh dengan berbagai cara, yaitu dilakukan dengan
1
2
meningkatkan mutu tenaga akademik secara berkelanjutan, penataan program studi,
peningkatan
proporsi
siswa
bidang
sains
dan
ketekhnikan,
pengembangan kurikulum yang fleksibel dan terkendali, peningkatan mutu penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, pengadaan sarana atau prasarana dan fasilitas penunjang, peningkatan kerjasama dengan pemerintah daerah, dunia usaha, kalangan industri dan lembaga dalam dan luar negeri (Dirjen Dikti, 2000). Namun demikian tampaknya pendidikan belum menampakan kualitasnya secara ideal Pendidikan merupakan modal utama suatu bangsa untuk menghasilkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan yang berkualitas, diharapkan suatu bangsa dapat meningkatkan kualitas modal manusianya. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan di Indonesia hendaknya memberikan perhatian yang lebih untuk kualitas pendidikannya. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah pentingnya suatu sistem manajemen kualitas dalam pelaksanaan pendidikan. Salah satu standar mekanisme manajemen mutu yang paling menonjol saat ini adalah ISO. keberhasilan sistem manajemen mutu ISO dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi serta pengembangan mutu disektor industri menawarkan peluang bagi dunia pendidikan untuk melakukan pelaksanaan sistem manajemen mutu ini kedalam ruang lingkupnya. Saat ini jumlah SMK yang telah mendapatkan sertifikasi ISO di indonesia masih sangat sedikit. SMK yang telah melaksanakan Penerapan
3
sistem manajemen mutu akan merumuskan prosedur penyusunan sistem standar mutu Pendidikan sesuai dengan persyaratan yang termuat dalam sistem manajemen mutu ISO serta kegiatan-kegiatan yang ada dalam institusi tersebut dengan memfokuskan pada kebutuhan pelanggannya. Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000 adalah salah satu seri dari kumpulan standar
mutu yang di terbitkan oleh ISO (Waks &
Frank,1999:1). Standar ISO 9001:2000 merupakan standar yang bersifat umum dan dapat diterapkan berbagai jenis organisasi atau lembaga pendidikan. Berkaitan dengan uraian diatas maka penelitian dalam skripsi ini dimaksudkan untuk mengkaji bentuk Pelaksanaan ISO 9001:2000, khususnya pelaksanaan tanggung jawab manajemen, pengelolaan sumber daya dan realisasi lulusan. pada SMK N 3 Palu. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran Pengukuran Pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dalam pengembangan budaya mutu Di SMKN 3 Palu.
B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah, penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan antara lain: 1. Rendahnya mutu pendidikan SMK di Indonesia 2. Penjaminan mutu belum menjadi budaya dalam lembaga pendidikan kejuruan khususnya SMK di Indonesia
4
3. Peran SMK dalam pengembangan Sistem Penjaminan Kualitas berstandar di Indonesia 4. Jumlah SMK di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi sistem manajemen mutu masih sangat minim 5. Proses dan sistem manajemen mutu yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal (stake holders) dalam meningkatkan kualitas pendidikan 6. Tingkat kepuasaan siswa serta orang tua siswa terhadap sistem Penerapan manajemen penjaminan mutu yang diterapkan. 7. Perancangan, pengembangan, pengawasan, perbaikan, dan pengauditan kualitas yang dilakukan untuk memberikan keyakinan, kepercayaan dan kepuasaan pelanggan (stakeholders) terhadap lulusan dan acuan terhadap tuntutan kualitas yang ditetapkan. 8. Manajemen penjaminan mutu pendidikan belum terukur dengan seksama dan belum dilakukan studi.
C. BATASAN MASALAH Masalah yang diteliti pada penelitian ini dibatasi dalam hal manajemen penjaminan mutu Pendidikan dengan mengabaikan faktor makro di Indonesia dan lebih mengedepankan penerapan ISO dan lokasi penelitian.
5
D. RUMUSAN MASALAH Bagaimanakah pelaksanaan sistem manajemen penjaminan mutu yang di terapkan di SMKN 3 Palu . Implementasi sistem manajemen penjaminan mutu yang berstandar internasional sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dipaparkan berdasarkan kajian bentuk pelaksanaan klausul-klausul utama dalam dalam standar sistem manajemen mutu yang terdiri dari: (1) sistem manajemen mutu; (2) sistem dokumentasi; (3) tanggung jawab dan wewenang manajemen; (4) pengelolaan
sumber daya; (5) realisasi lulusan; serta 6)
pengukuran, analisis dan perbaikan; pada sekolah SMKN 3 Palu.
E. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
sistem manajemen penjaminan mutu pendidikan berdasarkan
standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dalam pengembangan budaya mutu pada unit pendidikan SMK N 3 Palu.
F. MANFAAT PENELITIAN Penelitian tentang pelaksanaan manajemen penjmaninan mutu pendidikan pada SMK N 3 Palu ini diharapkan dapat mamberi manfaat antara lain: 1. Pertama dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dan dapat mencari solusi permasalahannya sehingga akan menambah pengetahuan dan pengalaman.
6
2. Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh guru dan pengelola sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan menerapkan manajemen penjaminan mutu pendidikan. 3. Mengatahui sejauh mana mahasiswa dapat menerapkan ilmunya dalam meneliti suatu masalah kependidikan yang nantinya akan berguna bagi masyarakat luas maupun dalam dunia pendidikan. 4. Peran serta penulis untuk mengetahui pelaksanaan sistem manajemen penjaminan mutu di SMK. 5. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan teori tentang manajemen penjaminan mutu pendidikan. 6. Hasil penelitian ini dapat memberi pengetahuan terhadap masyarakat mengenai kualitas pendidikan di SMK sehingga masyarakat dapat memilih sekolah yang akan mereka percaya untuk memberikan pendidikan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Manajemen Pendidikan Salah satu definisi manajemen sebagaimana dicatat Encyclopedia Americana berbunyi " the art of coordinating the ele-ments of factors of production towards the achievement of the purposes of an organization". Namun demikian,
pengertian
manajemen adalah bahwa
manajemen
merupakan proses koordinasi berbagai sumber daya organisasi (men, materials, machines) dalam upaya mencapai sasaran organisasi. Koordinasi menjadi penting karena pencapaian sasaran organisasi harus dilakukan secara efisien. Efisiensilah yang memicu berkembangnya manajemen sebagai suatu disiplin ilmu yang terpisah dari disiplin ilmu lainnya. Efisiensi merupakan the gospel of scientific management. Perkembangan manajemen kontemporer mengharuskan manajemen untuk dapat memenuhi harapan berbagai pihak (stakeholders) yang mempunyai kepentingan organisasi. Dalam arti luas, pendidikan adalah setiap proses di mana
seseorang
memperoleh
pengetahuan
(knowledgeacqui-sition),
mengembangkan kemampuan/keterampilan (skills developments) sikap atau mengubah sikap (attitute change). Syafaruddin (2002: 18) menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah aplikasi prinsip, konsep dan teori manajemen dalam aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien,
7
8
sedangkan menurut Willem Mantja (2002), manajemen pendidikan adalah manajemen kelembagaan yang bertujuan untuk menunjang perkembangan dan penyelenggaraan pengajaran dan pembelajaran. Manajemen pendidikan tidak lain adalah penerapan hasil berfikir rasional untuk mengorganisasikan kegiatan yang menunjang pembelajaran.
Penerapannya
menghasilkan
pengetahuan manajemen yang mengkaji dan meneliti prinsip-prinsip dasar yang memiliki kepedulian terhadap nilai-nilai karena manajemen harus mencapai tujuannya dengan memilih berbagai kemungkinan sebagai pengaruh kebijakan (policy) atau politik (politic). Lebih lanjut Willem Mantja (2002), berpendapat bahwa persamaan manajemen pendidikan dengan manajemen bidang lainnya adalah cakupan fungsi-fungsinya, yaitu perencanaan, pengorganisasian, aktualisasi, dan pengendalaian. Manajemen pendidikan lebih memusatkan diri pada substansisubstansi yang berkaitan dengan proses-proses pendidikan, yaitu manajemen pengajaran, peserta didik ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dan masyarakat. Gaspersz (2005:225) mengatakan strategi pengembangan manajemen mutu meliputu tiga bagian, yakni: (a) elemenelemen dalam manajemen mutu, (b) prinsip dan konsep manajemen mutu. (c) strategi proses. Dunia
pendidikan
masih
kurang
memiliki
manajer-manajer
pendidikan yang handal. Manajemen pendidikan yang baik harus dikelola oleh para manajer sebagaimana organisasi bisnis. Para pengelola pendidikan haruslah terdiri dari manajer pendidikan dan bukan sekedar guru. Tugas
9
pengelola pendidikan dan guru jelas berbeda yang terjadi selama ini adalah promosi seorang guru yang baik menjadi manajer pendidikan (kepala sekolah) tanpa melewati persiapan memadai seperti pelatihan dan penyiapan pola berfikir yang baru, banyak juga guru baik yang lalu menjadi kepala sekolah (manajer pendidikan) mediocare sesuai prinsip Peter (Peter Principle). Prinsip Peter menyatakan bahwa seorang dipromosikan mencapai tingkatan inkompetensinya. 2. Manajemen Penjaminan Mutu Pendidikan a. Definisi Penjaminan Mutu Penjaminan mutu atau kepastian mutu didefinisikan sebagai seluruh kegiatan terencana dan sistematik yang diterapkan dalam sistem mutu dan diperagakan sesuai kebutuhan, untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa produk akan memenuhi penjaminan mutu. (Gilang Priyadi S, 1996:xi) Menurut (Husnaini Usman, 2004: 469) penjaminan mutu adalah semua tindakan terencana dan sistematis yang diterapkan, didemonstrasikan untuk meyakinkan pelanggan internal dan pelanggan eksternal bahwa proses kerja dan hasil kerja akan memenuhi persyaratan mutu tertentu. Kepastian mutu meliputi segala sesuatu dari perencanaan produk sampai penggunaan, pemeliharaan dan perbaikan. Oleh karena itu kegiatan kepastian mutu sepanjang daur hidup produk, secara efektif menerapkan fungsi ini dan meninjau kembali apa yang telah dilakukan agar semua fungsi pengendalian mutu dapat diperbaiki bila perlu.
10
Kepastian mutu tidak hanya meliputi kegiatan pengendalian mutu didalam divisi melainkan juga antara divisi. Semua aktifitas dan fungsifungsi ini akan diawasi serta dikelola, termasuk perencanaan produk, mutu penyampaian dan tindakan pengukuran mutu. Hal-hal yang diperlukan dalam kepastian mutu adalah sebagai berikut: 1) Mendesain mutu, yaitu menentukan mutu yang diperlukan untuk produk
baru, menetapkan, memperbaiki serta menghapus kriterianya.
2) Perekrutan dan pemrosesan 3) Standardisasi 4) Menganalisis dan mengendalikan proses 5) Pemeriksaan 6) Pengawasan mutu 7) Manajemen personalia dan pelaksanaanya 8) Manajemen sumber daya 9) Pengembangan IPTEK 10) Diagnosis Secara umum yang dimaksud dengan penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen,dan pihak lain yang
berkepentingan
memperoleh
kepuasan.
Dengan
demikian,
penjaminan mutu pendidikan adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan sekolah secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga stakeholders memperoleh kepuasan (Pedoman Penjaminan Mutu
11
Pendidikan Depdiknas:2003). Mutu didefinisikan oleh Crosby sebagai paduan sifat-sifat produk, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan langsung atau tak langsung, baik kebutuhan yang yang dinyatakan (tersurat) maupun yang tersirat, masa kini dan masa depan (Tampubolon, 2001) Penjaminan mutu disistem pendidikan adalah suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan yang telah berlangsung berjalan sebagai mana mestinya. Penyimpangan yang terjadi pada proses pendidikan akan dapat dideteksi dengan adanya quality assurance. Teknik menekankan pada monitoring yang berkesinambungan dan melembaga menjadi subsistem sekolah. Quality assurance akan menghasilkan informasi yang merupakan umpan balik bagi sekolah dan memberikan penjaminan bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswanya. b. Konsep Penjaminan Mutu Pendidikan Suatu lembaga pendidikan dinyatakan bermutu atau berkualitas, apabila 1) lembaga pendidikan tersebut mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya (aspek deduktif); 2) lembaga pendidikan tersebut mampu memenuhi kebutuhan stakeholders (aspek induktif),berupa: .kebutuhan kemasyarakatan (societal needs); .kebutuhan dunia kerja (industrial needs); .kebutuhan profesional (professional
needs)
(Pedoman
Penjaminan
Mutu
Pendidikan
Depdiknas:2003). Dengan demikian sekolah harus mampu merencanakan,
12
menjalankan, dan mengendalikan suatu proses yang menjamin pencapaian mutu sebagaimana diuraikan di atas. c. Tujuan Penjaminan Mutu Pendidikan Memelihara
dan
meningkatkan
mutu
pendidikan
secara
berkelanjutan, yang dijalankan oleh suatu lembaga pendidikan secara internal untuk mewujudkan visi dan misinya, serta untuk memenuhi kebutuhan
stakeholders
(Pedoman
Penjaminan
Mutu
Pendidikan
Depdiknas:2003). Pencapaian tujuan penjaminan mutu melalui kegiatan penjaminan mutu yang dijalankan secara internal oleh lembaga pendidikan, akan dikontrol dan diaudit melalui kegiatan akreditasi yang dijalankan oleh Badan Akreditasi Sekolah/ Madrasah
atau lembaga
eksternal lainnya. Dengan demikian, obyektivitas penilaian terhadap pemeliharaan dan peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan di suatu lembaga pendidikan dapat diwujudkan, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Penjaminan Mutu Pendidikan secara Internal dan Eksternal.
13
d. Strategi Penjaminan Mutu Pendidikan Strategi adalah rencana yang menyangkut hal-hal yang pervasive, vital, dan atau secara terus menerus penting dalam organisasi (Sharplin dalam Sonhadji, 2003). Perencanaan ini biasanya bersifat luas dan jangka panjang. Perencanaan strategi disebut juga formulasi strategi. Perencanaan strategi dalam hal ini terdapat 5 langkah pokok, yaitu: (1) perumusan misi (mission determination), (2) asesmen lingkungan eksternal (environmental external assessment), (3) asesmen organisasi (organizational assessment), (4) perumusan tujuan khusus (objective setting), dan (5) penentuan strategi (strategy setting). Strategi penjaminan mutu pendidikan di Indonesia adalah: 1) Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan, Depdiknas menetapkan Pedoman Penjaminan Mutu pendidikan dasar di lembaga pendidikan; 2) Lembaga
pendidikan
menggalang
komitmen
untuk
menjalankan
penjaminan mutu pendidikan yang diselenggarakan; 3) Sekolah memilih dan menetapkan sendiri standar mutu pendidikan
kejuruan yang
diselenggarakan untuk tiap program studi; 4) Sekolah menetapkan dan menjalankan organisasi berserta mekanisme kerja penjaminan mutu pendidikan; 5) Lembaga pendidikan melakukan benchmarking mutu pendidikan secara berkelanjutan, baik ke dalam maupun ke luar negeri (Pedoman Penjaminan Mutu Pendidikan Depdiknas:2003). e. Butir-Butir Mutu Pendidikan Lembaga pendidikan memilih dan menetapkan sendiri standar mutu pendidikan
untuk tiap program studi. Pemilihan dan penetapan
standar itu dilakukan dalam sejumlah aspek yang disebut butir-butir mutu,
14
di antaranya: 1) Kurikulum program studi; 2) Sumber daya manusia (guru, dan tenaga penunjang) serta siswa; 3) Proses pembelajaran; 4) Prasarana dan sarana; 5) Suasana akademik; 6) Keuangan; 7) Penelitian dan publikasi;
8)
Pengabdian
kepada
masyarakat;
9)
Tata
pamong
(governance) ; 10) Manajemen lembaga (institutional management); 11) Sistem informasi; 12) Kerjasama dalam dan luar negeri (Pedoman Penjaminan Mutu Pendidikan Depdiknas:2003). f. Proses Penjaminan Mutu Pendidikan Penjaminan mutu pendidikan di lembaga pendidikan dijalankan melalui tahap-tahap yang dirangkai dalam suatu proses sebagai berikut : 1) lembaga pendidikan menetapkan visi dan misi sekolah
yang
bersangkutan; 2) Berdasarkan visi dan misi lembaga pendidikan tersebut, setiap program studi menetapkan visi dan misi program studi; 3) Visi setiap program studi kemudian dijabarkan oleh program studi menjadi serangkaian standar mutu pada setiap butir mutu; 4) Standar mutu dirumuskan dan ditetapkan dengan meramu visi sekolah kejuruan (secara deduktif) dan kebutuhan stakeholders (secara induktif). Standar mutu, rumusannya harus spesifik dan terukur yaitu mengandung unsur ABCD (Audience, Behavior, Competence,Degree); 5) lembaga pendidikan menetapkan organisasi dan mekanisme kerja penjaminan mutu; 6) lembaga pendidikan melaksanakan penjaminan mutu dengan menerapkan manajemen kendali mutu di bawah ini; 7) lembaga pendidikan
mengevaluasi
dan
merevisi
standar
mutu
melalui
15
benchmarking
secara
berkelanjutan
(Pedoman
Penjaminan
Mutu
Pendidikan Depdiknas:2003). g. Manajemen Kendali Mutu Pendidikan Pengendalian mutu (quality control) didefinisikan sebagai proses pengaturan melalui pengukuran kinerja mutu aktual, membandingkannya dengan standar dan bertindak berdasarkan perbedaan itu. Menurut Eddy Harjanto (1992) bahwa pengendalian mutu adalah tekhnik dan kegiatan operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu. Pengendalian mutu itu ditujukan baik untuk memantau suatu proses maupun untuk menghilangkan penyebab timbulnya hasil yang tidak memuaskan pada tahap-tahap lingkaran mutu yang relevan, agar tercapai keefektifan yang ekonomis. Penjaminan mutu pendidikan.di lembaga pendidikan dapat diselenggarakan melalui berbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu pendidikan
di lembaga
pendidikan. Model manajemen PDCA dapat dilihat pada Gambar 2. kaizen/continuous improvement
16
Gambar 2. Manajemen PDCA Beberapa prinsip yang melandasi pola fikir dan pola tindak semua pelaku manajemen kendali mutu berbasis PDCA adalah : 1) Quality first, Semua pikiran dan tindakan pengelola pendidikan harus memprioritaskan mutu; 2) Stakeholder, Semua pikiran dan tindakan pengelola pendidikan harus ditujukan pada kepuasan stakeholders; 3) The next process is our stakeholders, Setiap orang yang melaksanakan tugas dalam proses pendidikan , harus menganggap orang lain yang menggunakan hasil pelaksanaan tugasnya sebagai stakeholder-nya yang harus dipuaskan; 4) Speak with data, Setiap orang pelaksana pendidikan harus melakukan tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan analisis data yang telah diperolehnya terlebih dahulu, bukan berdasarkan pengandaian atau rekayasa;
17
5) Upstream management, Semua pengambilan keputusan di dalam proses pendidikan dilakukan secara partisipatif, bukan otoritatif. Di dalam tahap check pada manajemen kendali mutu berbasis PDCA, terdapat titik-titik kendali mutu (quality check-points) dimana setiap pelaksana pendidikan harus mengaudit hasil pelaksanaan tugasnya dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Sebagai contoh tindakan tes formatif yang dilakukan pada akhir setiap pokok bahasan, merupakan titik kendali mutu dalam proses pembelajaran, yang dilakukan untuk mengaudit apakah standar mutu pembelajaran sebagaimana dirumuskan dalam bentuk Tujuan Instruksional Khusus (TIK) telah dapat dicapai. Apabila hasil audit ternyata positif dalam arti telah mencapai standar mutu sebagaimana dirumuskan dalam TIK, maka pada proses perencanaan atau Plan (P dalam PDCA) Kemudian standar mutu tersebut harus ditinggikan, sehingga akan terjadi kaizen mutu pendidikan, Sedangkan apabila hasil evaluasi ternyata negative dalam arti standar mutu sebagaimana dirumuskan dalam TIK belum atau tidak tercapai, maka harus segera dilakukan tindakan atau Action (A dalam PDCA) agar standar mutu dapat dicapai. Untuk menetapkan titik-titik kendali mutu (quality check-points) pada setiap satuan kegiatan dalam manajemen kendali mutu berbasis PDCA, merupakan condition sine qua non atau a must. Manajemen kendali mutu dalam penjaminan mutu pendidikan dapat dilihat pada Gambar 3.
18
Gambar 3. Manajemen Kendali Mutu h. Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan Penjaminan mutu pendidikan
di lembaga pendidikan dapat
terlaksana mencapai tujuan terdapat beberapa prasyarat yang harus dipenuhi yaitu, komitmen, perubahan paradigma, dan sikap mental para pelaku proses pendidikan , serta pengorganisasian penjaminan mutu di lembaga pendidikan. 1). Komitmen Para pelaku proses pendidikan tinggi di suatu lembaga pendidikan, baik yang memimpin maupun yang dipimpin, harus memiliki komitmen yang tinggi untuk senantiasa menjamin dan meningkatkan mutu pendidikan
yang diselenggarakannya. Tanpa
19
komitmen di semua lini organisasi suatu lembaga pendidikan, niscaya penjaminan mutu pendidikan di lembaga pendidikan tersebut akan berjalan tersendat, bahkan mungkin tidak akan berhasil dijalankan. Terdapat berbagi cara yang dapat dipilih untuk menggalang komitmen dari semua lini di suatu lembaga pendidikan, tergantung dari ukuran, struktur, sumber daya, visi dan misi, sejarah, dan kepemimpinan di lembaga pendidikan tersebut. 2). Perubahan Paradigma Paradigma lama penjaminan mutu, yaitu mutu pendidikan di suatu lembaga pendidikan dapat dipelihara serta ditingkatkan apabila dilakukan pengawasan atau pengendalian yang ketat oleh pemerintah, harus diubah menjadi suatu paradigma baru. Paradigma baru penjaminan mutu pendidikan , yaitu lembaga pendidikan harus menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan yang diselenggarakannya
supaya
visinya
dapat
diwujudkan
melalui
pelaksanaan misi, serta supaya stakeholders dapat dipuaskan. Dengan paradigma baru tersebut, tugas pengawasan oleh pemerintah diringankan,
akuntabilitas
lembaga
pendidikan
meningkat,
stakeholders berperan lebih besar dalam menentukan mutu pendidikan di suatu lembaga pendidikan. 3). Sikap Mental Sebagian
besar
lembaga
pendidikan
di
Indonesia
menyelenggarakan pendidikan tanpa didahului dengan perencanaan.
20
melalui skala makro, Rencana Induk Pengembangan (RIP) suatu lembaga pendidikan khususnya swasta, sebagian besar disusun untuk memenuhi persyaratan akreditasi, sedangkan dalam skala mikro dapat dikemukakan fakta tentang rendahnya persentase guru yang membuat rencana pembelajaran berupa Satuan Acara Pembelajaran (SAP), fakta lain yang menunjukkan bahwa suatu lembaga pendidikan menjalankan pendidikan tanpa perencanaan. Kalaupun terdapat perencanaan, bukan karena kebutuhan, melainkan karena persyaratan perijinan atau akreditasi. 4). Pengorganisasian Mengenai pengorganisasian serta mekanisme kerja organisasi penjaminan mutu pendidikan di SMK, tidak terdapat pola baku yang harus diikuti oleh semua lembaga pendidikan. Pengorganisasian penjaminan mutu pendidikan
di suatu lembaga pendidikan sangat
tergantung pada ukuran, struktur, sumber daya, visi dan misi, sejarah, dan kepemimpinan di lembaga tersebut. Sebagai contoh, suatu lembaga pendidikan dapat mengadakan unit penjaminan mutu di dalam struktur organisasi yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah, atau suatu unit yang independen yang dipimpin oleh seorang guru. Contoh model pengorganisasian lainnya adalah kegiatan penjaminan mutu inheren atau built-in di dalam proses manajemen pendidikan
di lembaga pendidikan yang bersangkutan. Dengan
demikian tidak dibutuhkan unit organisasi khusus yang dipimpin oleh
21
pejabat yang menangani penjaminan mutu pendidikan . Kebebasan menentukan model pengorganisasian penjaminan mutu pendidikan di lembaga pendidikan masing-masing, adalah sesuai dengan karakter kemandirian lembaga pendidikan di Indonesia di masa mendatang. Faktor terpenting yang perlu mendapat perhatian dalam pengorganisasian
penjaminan
pengorganisasian
tersebut
mutu pendidikan,
mampu
adalah bahwa
menumbuhkan
kesepahaman
tentang penjaminan mutu pendidikan di lembaga pendidikan tersebut, yang akan menumbuhkan sikap profesional dari seluruh komponen di lembaga pendidikan itu terhadap upaya penjaminan mutu pendidikan. 5). Kiat Berikut ini adalah kiat-kiat dalam melaksanakan penjaminan mutu (1) Adakan lokakarya agar tumbuh pemahaman, antusiasme, dan komitmen terhadap penjaminan mutu; (2) Susun rencana penjaminan mutu yang jelas, rinci, dan realistik; (3) Hubungi pihak-pihak yang kompeten dalam penjaminan mutu sebagai fasilitator awal; (4) Informasi. i. Mutu Program Pendidikan Mutu penyelenggaraan program pendidikan. dapat dilihat dari unsur-unsurnya sebagai indikator mutu, antara lain, tenaga pengajar, kurikulum, sarana dan prasarana, produktivitas, dan mutu lulusan. Sebagaimana
halnya
produk
menghasilkan produk bermutu.
barang,
pendidikan
dituntut
untuk
22
Suatu produk dapat dianggap bermutu apabila ia memiliki sifatsifat yang sesuai dengan kebutuhan, tujuan, dan harapan pelanggan (customers) secara terpadu, harmonis dan sinergis (Pedoman Penjaminan Mutu Pendidikan Depdiknas:2003). Mutu didefinisikan oleh Crosby sebagai paduan sifat-sifat produk, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan langsung atau tak langsung, baik kebutuhan yang yang dinyatakan (tersurat) maupun yang tersirat, masa kini dan masa depan (Tampubolon, 2001). Dengan demikian, mutu terpadu meliputi berbagai aspek yang terjadi dalam rangkaian kegiatan yang dilakukan atau dihasilkan oleh organisasi jasa dituntut dari penyelenggaraan program pendidikan, bukan mutu dari aspek-aspek parsial dari komponen guru, tenaga administrasi, sarana dan fasilitas, perkuliahan, atau kegiatan-kegiatan penunjang akademik lainnya; melainkan paduan semua komponen tersebut sesuai dengan tuntutan kebutuhan, tujuan, dan harapan pelanggan. Kondisi pendidikan di Indonesia belum banyak menunjukkan perkembangan kebermutuan, selain perkembangan kuantitatif yang cenderung sekadar untuk menyerap dan memanfaatkan lulusan SLTP yang berminat melanjutkan ke tingkat SLTA/SMK atau bekerja didunia industri, suatu fenomena yang cenderung bernuansa bisnis. Oleh karena itu, pertumbuhan lembaga pendidikan tidak menunjukkan hubungan yang jelas antara pertumbuhan kuantitatif dan pertumbuhan kualitatifnya. Secara makro, ragam misi dan visi yang diemban lembaga pendidikan
23
sangat diwarnai oleh basis kognitif masyarakat, kultur sosiopolitik, sumber daya teknikal dan kemampuan ekonomi yang ada. Di negara-negara maju yang basis kognitif masyarakatnya relatif tinggi, kinerja civitas academica lembaga pendidikan cenderung terkonsentrasi pada pengembangan keilmuan, ditandai dengan dominannya kinerja lembaga dalam menjalankan fungsi profesional dan teknokrat. Sementara itu di negara-negara berkembang yang basis kognitif masyarakatnya relatif rendah, kinerja lembaga pendidikan masih banyak bergelut dengan urusan-urusan kemasyarakatan daripada menjelajahi berbagai ilmu pengetahuan. Peningkatkan mutu program lembaga pendidikan harus ditandai dengan adanya standar akademik: (1) semua mata pelajaran yang ada dalam kurikulum nasional sesuai dengan kebutuhan pelanggan, terutama siswa dan dunia kerja (2) jumlah jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran sudah sesuai dengan jumlah materi ilmu yang dibutuhkan siswa untuk mencapai jenjang keahlian (Pedoman penjaminan mutu pendidikan Depdiknas:2003). j. Pengawasan Mutu Peningkatkan mutu program dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan seperti yang dikembangkan di dalam manajemen mutu terpadu yaitu, 1) Pengawasan mutu 2) Penjaminan mutu, dan 3) Manajemen mutu terpadu. Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahannya sendirisendiri.
24
Pengawasan mutu atau yang lebih dikenal dengan istilah quality control bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan sudah bermutu, dan menyisihkan produk yang dianggap tidak bermutu. Quality control memusatkan perhatiannya kepada hasil akhir, bukan kepada proses pada saat suatu produk sedang dilaksanakan. Pengawasan
mutu,
dilakukan
dengan
lebih
dahulu
menentukan standar mutu yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu, selanjutnya pelaksanaan dilakukan dengan prosedur yang ketat, terinci, dan harus dipatuhi secara baku. Pendekatan pengawasan mutu cenderung birokratis dengan disiplin yang tinggi. Pendekatan manajemen mutu terpadu dipandang lebih sesuai untuk lembaga pendidikan. Pelaksanaan kegiatan pada program-program lembaga pendidikan memiliki aktivitas yang dinamis seperti pembelajaran, penelitian, pengabdian, serta berbagai aktivitas akademik yang dalam prosesnya membutuhkan judgement serta penyesuaian tertentu. Program pada lembaga pendidikan membutuhkan strategi dan kebijakan strategis yang mengandung implikasi terhadap perubahan jangka panjang dan menyeluruh dan hanya dapat dilakukan oleh pimpinan lembaga secara struktural seperti Kepala Sekolah, guru, serta karyawan, serta kegiatan yang bersifat teknis meliputi kegiatan-kegiatan operasional jangka pendek seperti kegiatan pembelajaran serta kegiatan administratif sehari-hari.
25
k. Peningkatan Mutu Peningkatan kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan lembaga pendidikan sudah sangat dirasakan perlu, termasuk untuk menggunakan prinsip-prinsip manajemen modern yang berorientasi pada mutu/kualitas. Bagi para pemilik dan pengelola lembaga pendidikan, sistem manajemen mutu pada hakekatnya berinti pada perbaikan terus menerus untuk memperkuat dan mengambangkan mutu tersebut. Krisis ekonomi dan moneter serta pasar bebas telah menuntut kita untuk lebih cermat dalam menentukan wawasan kedepan yang didasarkan atas pertimbangan potensi, kendala, peluang dan ancaman yang menuntut lebih efektif dan efisien dalam bertindak. Era Globalisasi adalah era persaingan mutu atau kualitas, maka lembaga pendidikan di era globalisasi harus berbasis pada mutu, bagaimana lembaga pendidikan dalam kegiatan jasa pendidikan maupun pengembangan Sumber Daya Manusia yang memiliki keunggulankeunggulan. Para siswa yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan mengharapkan hasil dari komunikasi dan motivasi ganda yaitu ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, keyakinan dan perilaku luhur secara seimbang. Semuanya itu diperlukan sebagai persiapan memasuki dunia kerja dan atau persiapan membuka lapangan kerja dengan mengharapkan kehidupan yang baik dan kesejahteraan lahir. siswa tidak hanya memiliki nilai bagus saja, tetapi juga diharapkan mendapatkan ketrampilan untuk bisa mengembangkan diri.
26
Tanggung jawab pendidikan tidak saja beban pemerintah namun oleh seluruh lapisan masyarakat. Masalah penting yang harus diperhatikan adalah bagaiman manajemen lembaga pendidikan diatur dalam suatu administrasi yang rapi, efisien. Sebagai lembaga pendidikan yang baik seharusnya bisa menjamin kualitas lulusannya bagi dunia kerja sesuai bidangnya. Sehingga bukan hanya output saja yang dihasilkan tetapi outcome dan impact dari proses pendidikan yang dihasilkan tersebut. Kualitas unggulan dari produk yang dihasilkan harus memiliki nilai tambah dari produk-produk yang telah ada saat ini. Sehingga bisa menciptakan pangsa pasar baru dan produk yang mempunyai spesifikasi baru pula Hal ini akan sangat membantu kita untuk tetap bisa bersaing dengan penyedia jasa pendidikan yang lain. Penjaminan kualitas hasil pendidikan diharapkan bisa memiliki keunggulan kompetitif antara lain: Quality Assurance, Best Service, Fast Delivery, Clean Lines, Healty and Safety. Semua syarat tersebut diatas diharapkan bisa dipenuhi. Itu dikarenakan konsekuensi dari pendidikan bisnis yang akhir-akhir ini marak dan berkembang untuk saat ini. Jika kita belum bisa menyikapi syarat tersebut diatas maka kita akan kalah bersaing dengan yang lain. Oleh karena itu menejemen pelayanan pendidikan dengan Total Academic Services Corporate Culture dan peningkatan keunggulan kompetitif perlu sekali diterapkan agar kita tetap bisa bersaing.
27
Pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, maka Program Studi yang tersedia seyogyanya harus sesuai dengan minat masyarakat, selaras dengan tuntutan jaman, calon siswa harus baik, tenaga pengajar yang berbobot, proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, serta sarana dan prasarananya yang memadai. Maka dari itu ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sehubungan dengan strategi peningkatan mutu pendidikan di lembaga pendidikan antara lain: 1). Siswa yang di didik Mendapatkan menghasilkan produk yang baik, harus menanam bibit-bibit yang baik. Untuk mendapatkan bibit yang baik perlu seleksi yang baik pula. Disamping itu tingkat kedisiplinan siswa perlu ditingkatkan, karena melalui disiplin yang tinggi ini agar siswa benarbenar mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan ilmu pengetahuan yang diterimanya. Untuk menambah mutu serta kemampuan siswa semasa mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah maka perlu ditambah dengan kemampuan berorganisasi, didalam organisasi ini akan mampu mengembangkan pribadi bagi siswa dan menambah pengalaman guna menunjang ilmu pengetahuan yang diterima. 2). Kurikulum dan Guru Guru harus mempunyai kualifikasi yang diperlukan bagi penyampain ilmunya kepada siswa. Dengan tenaga guru yang berkompeten dan berkualitas akan memudahkan penyampaian ilmu
28
pengetahuan dan teknologi sehingga apa yang disampaikan kepada siswa dapat diterima dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan siswa dengan kajian bidang ilmu yang dipilihnya. Upaya peningkatan kualitas guru perlu disertai dengan peningkatan
kesejahteraannya.
Kemampuan
guru
terdiri
dari
kemampuan dalam ilmu pengetahuan yang akan diajarkan dan teknik dalam
memberikan
pengajaran.
Hal
ini
berarti
peningkatan
kemampuan guru perlu dilakukan dari dua aspek yaitu peningkatan ilmu pengetahuan di bidangnya, dan kemampuan atau ketrampilan dalam mengajar. Melihat dari klasifikasi pendidikan (S1/D3) dan jenjang jabatan akademik.
pengelolaan
mutu
guru
dapat
dilakukan
melalui
peningkatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas Negeri maupun swasta terbaik di dalam maupun diluar negeri secara bertahap dan berencana. Peningkatan mutu kurikulum lembaga pendidikan, perlu ditetapkan standar komponen-komponen yang mencakup: (1) Peraturan-peraturan; buku pedoman akademik, peraturan-peraturan pemerintah; analisis jabatan guru dan organisasi struktural karyawan; (2) Pembelajaran; kurikulum, jadwal, kebijakan jurusan/program studi, sistem evaluasi, dan lain-lain; (3) Alat bantu; kepustakaan, laboratorium;
29
(4) Administrasi dan sistem informasi jurusan/program studi; (5) Usaha peningkatan mutu; hubungan dengan dunia usaha/dunia kerja, pembaruan materi kuliah guru, pembaruan metode/teknik penyajian materi , pembaruan buku teks, peningkatan kemampuan guru; dan lain-lain. Rendahnya mutu pembelajaran dapat ditimbulkan oleh beberapa sebab, antara lain: rendahnya mutu kurikulum (kurikulum yang tidak diperbarukan), format isi silabus pembelajaran yang tidak bermutu, administrasi kelas tidak berjalan, tidak memiliki pedoman pembimbingan. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan kaji ulang dan revisi kurikulum secara periodik sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Peningkatan mutu program akademik menuntut prasyarat tersedianya sejumlah tenaga guru yang memiliki kualifikasi formal sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Sebagai ujung tombak pelaksanaan proses belajar mengajar, guru tidak hanya memenuhi tuntutan secara kuantitatif, melainkan yang lebih penting lagi adalah tuntutan kualitatif. Selain dituntut persyaratan akademik yang ditunjukkan dengan pendidikan formal yang telah ditempuh, sehingga dipandang layak untuk membina mata pelajaran sesuai dengan bidang keahliannya,
guru
juga
dituntut
untuk
memiliki
kemampuan
menggugah serta membangkitkan semangat dan keingintahuan siswa. guru yang bermutu mengajar dengan strategi dan metode serta sistem
30
evaluasi yang menampilkan dirinya dengan segala kebolehan yang memenuhi scientific nature (Sanusi, 1991). Guru yang bermutu menyajikan pembelajaran yang menarik, materi yang terkini, efektif, menantang, baik tekstual maupun kontekstual, mampu membangkitkan keseluruhan potensi pikir, perasaan, kemauan siswa secara optimal. 3). Sarana dan Prasarana Pencapaian menghasilkan kualitas tenaga lulusan lembaga pendidikan maka harus bekerja sama dengan pihak dunia usaha sebagai penyerap dan pemakai tenaga lulusan lembaga pendidikan Hal ini dilakukan dengan melibatkan unsur siswa, alumni dan perusahaanperusahaan yang mewakili dunia usaha, untuk memberikan masukan yang berguna untuk menghasilkan lulusan sekolah yang diharapkan mampu berkiprah di era globalisasi, maka perlu perbaikan terhadap kurikulum dengan menambahkan program-program baru seperti: penguasaan bahasa internasional, teknologi komputer, program magang dan etika. Laboratorium sebagai ajang berlatih dan praktek siswa perlu dilengkapi dengan fasilitas yang cukup serta program pelatihannya harus disesuaikan dengan perkembangan dunia industri dan jasa. Sedangkan perpustakaan sebagai jantung sekolah perlu diperkaya dan dilengkapi dengan berbagai jurnal dan literatrur yang terbaru. Demikian pula gedung atau ruang kelas serta perlengkapan sebagai
31
penunjang proses pendidikan sangat perlu mendapat perhatian dari segi kebersihan, keindahan serta kenyamanan.
3. Total Quality Management Dalam Pendidikan Mutu mempunyai hierarki konsep yang membutuhkan pemahaman tentang tiga ide mutu yang cukup penting yaitu pengendalian mutu (Quality Control), penjaminan mutu (Quality Assurance) dan mutu total (Total Quality Management). Konsep hierarki mutu selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 4
Gambar 4. Hierarki Konsep Mutu (sallis 1993 : 27). Pengendalian mutu (QC) merupakan konsep tertua yang melibatkan deteksi dan eliminasi komponen atau produk akhir yang tidak memenuhi standar. Pada proses ini, produk yang tidak memenuhi standar akan ditolak atau dibuang. Penjaminan mutu (QA) dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses untuk mencegah kegagalan mulai dari tahap pertama. Mutu total (TQM) menghasilkan sebuah budaya mutu yang bertujuan agar setiap anggota staf dapat menyenangkan bagi pelanggannya dan struktur perusahaannya memungkinkan mereka untuk melakukannya. Total Quality Management (TQM) atau disebut Manajemen Mutu Terpadu (MMT) hadir sebagai jawaban atas kebutuhan akan mutu tersebut. Suatu produk dan/atau jasa dibuat sedemikian rupa agar dapat memenuhi
32
kebutuhan dan harapan pelanggannya. Titik temunya
antara harapan dan
kebutuhan pelanggaran dengan hasil produk dan/atau jasa itulah yang disebut “bermutu.” Jadi ukuran bermutu tidaknya suatu produk dan/atau jasa adalah pada terpenuhi tidaknya harapan dan kebutuhan pengguna/ pelanggan. Semakin tinggi tuntutan pengguna maka semakin tinggi kualitas mutu tersebut. Menurut Salis (1993) TQM adalah sebagai suatu filosofi dan suatu metodologi untuk membantu mengelola perubahan, dan inti dari TQM adalah perubahan budaya dari pelakunya. Lebih lanjut Slamet (1995) menegaskan bahwa TQM adalah suatu prosedur dimana setiap orang berusaha keras secara terus menerus memperbaiki jalan menuju sukses. TQM bukanlah seperangkat peraturan dan ketentuan yang kaku, tetapi
merupakan proses-proses dan
prosedur-prosedur untuk memperbaiki kinerja. TQM bukan pengendalian mutu (quality control) yang merupakan pengendalian mutu setelah proses produksi (after-the-event process). Namun TQM selalu memusatkan pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dan mengadakan pengendalian mutu sejak awal. Hal ini juga berlaku untuk sektor pendidikan. Permasalahan di sektor pendidikan yang dapat diselesaikan dengan TQM antara lain masalah kurikulum, penggunaan sumber daya yang ada secara ekonomis, bagaimana mengendalikan peningkatan biaya, penggunaan teknologi dan pembelajaran, hubungan kerjasama dengan sektor lain, dan yang berhubungan dengan peraturan pemerintah.
33
Menerapkan TQM pada lembaga pendidikan, lebih dahulu ditinjau tujuan utama lembaga pendidikan tersebut menerapkan TQM. Tujuan utama lembaga pendidikan yang menerapkan filosofi
TQM adalah memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Organisasi yang baik harus menciptakan dan memelihara kedekatan hubungan dengan pelanggan. Kualitas harus disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Kualitas adalah apa yang diinginkan dan diharapkan
pelanggan, baik pelanggan
internal (yaitu semua pihak yang berada dalam lingkungan pendidikan) maupun eksternal (yaitu semua pihak yang berada di luar lingkungan pendidikan tetapi sangat berpengaruh
pada
industri
jasa
pendidikan
tersebut, seperti masyarakat), dan bukan apa yang dianggap oleh lembaga pendidikan sebagai yang terbaik. Kesulitan yang dialami lembaga pendidikan adalah pelanggan pendidikan ikut memerankan peran penting dalam mutu belajarnya. Pelanggan mempunyai fungsi yang unik dalam menentukan mutu dari apa yang mereka terima dari dunia pendidikan. TQM menekankan pada kedaulatan pelanggan, sehingga banyak bertentangan dengan konsep lama. Pendidikan dan pelatihan bagi pengajar dalam konsep dan pemikiran mengenai kualitas adalah elemen penting dalam perubahan budaya. TQM lebih dari sekedar menyenangkan dan membuat pelanggan lembaga pendidikan tersenyum, melainkan mengenai kemampuan lembaga pendidikan mendengarkan dan masuk dalam dialog mengenai ketakutan dan inspirasi orang-orang atau pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
34
Pendidikan adalah menyangkut orang yang belajar. TQM di sektor pendidikan menyangkut mutu pengalaman peserta didik atau siswa. Siswa adalah pelanggan primer.bTanpa kemampuan untuk memenuhi pendidikan yang dibutuhkan, tidak akan mungkin untuk suatu lembaga pendidikan dikatakan telah mencapai TQM. Sebuah lembaga pendidikan mempunyai kewajiban untuk membuat siswa menyadari adanya berbagai macam metode belajar yang tersedia baginya. Banyak orang mempelajari bagaimana menggunakan prinsip TQM di kelas. Beberapa elemen mungkin terlibat dalam cara ini. Diawali dengan menyusun misi yang akan dicapai oleh siswa dan pengajar. Dari sini negosiasi dilakukan mengenai bagaimana dua bagian tersebut akan dapat mencapai misi, gaya belajar dan mengajar dan sumber daya yang dibutuhkan. Siswa dapat membicarakan rencana kegiatannya untuk memberikan petunjuk dan motivasi. Penyusunan feedback dengan mengadakan evaluasi bagi setiap siswa sangat penting untuk proses pembentukan jaminan kualitas (quality assurance). Evaluasi harus merupakan proses yang berjalan terus-menerus dan tidak boleh ditinggalkan sebelum siswa menyelesaikan sekolah tersebut. Hasil evaluasi pun harus didiskusikan dengan para siswa. Namun bukan berarti lembaga pendidikan yang telah menerapkan filosofi TQM selalu memberikan nilai “A” bagi para siswanya bagaimana pun kondisi siswa tersebut. Pengenalan
pelaksanaan
TQM
tidak
luput
dari
hambatan-
hambatanyang dialami, khususnya untuk sektor pendidikan. Kenyataannya, pelaksanaan TQM merupakan pekerjaan yang berat dan memerlukan waktu
35
lama untuk mengadakan perubahan budaya untuk quality improvement. TQM membutuhkan suatu kepemimpinan dan merupakan tantangan dan perubahan yang luar biasa dalam dunia pendidikan. TQM memerlukan waktu yang lama dan ketaatan staf atau manajer senior dalam pelaksanaannya. Ketakutan terhadap metode atau cara baru merupakan hambatan yang besar dalam penerapan filosofi TQM. Takut akan ketidaktahuan, takut mengerjakan segala sesuatu dengan cara yang berbeda, takut percaya pada orang lain, takut membuat kesalahan, dan sebagainya. Seluruh staf tidak akan dapat memberikan yang terbaik bila mereka tidak dipercaya dan tidak didengarkan. TQM tidak dapat dipisahkan dari rencana strategis yang digunakan untuk mencapai misi organisasi. Berbagai kesulitan dan hambatan dalam penerapan TQM tersebut, ada beberapa hal yang penting dan harus diperhatikan dalam menerapkan filosofi tersebut pada lembaga pendidikan. Menurut Sharples etal. (1994), yang paling penting dapat untuk melaksanakan TQM di lembaga pendidikan adalah Sebagai berikut. a. Tanggungjawab dan dukungan (commitment) Komitman yang dimaksud adalah komitmen dari pimpinan lembaga
pendidikan yang dikomunikasikan pada semua pihak dalam
lembaga pendidikan tersebut. Sehingga timbul komitmen dari semua pihak dalam organisasi atau lembaga pendidikan tersebut.
36
b. Pendidikan dan Pelatihan (education and training) Pendidikan dan pelatihan tersebut bukan hanya untuk karyawan pelaksana atau bagian adminsitrasi, melainkan unuk semua pihak atau semua staf baik staf edukatif maupun non edukatif. Pendidikan dan pelatihan ini ditujukan untuk kesiapan dalam menghadapi perubahan dan perbaikan. c. Penerapan dan praktek (application and practice) Uraian Filosofinya, TQM akan memberikan manfaat bila dipraktekkan atau dilaksanakan tanpa ada pelaksanaan atau praktek tersebut maka filosofi TQM hanya merupakan slogan yang berisi omong kosong belaka. d. Standarisasi dan pengenalan (standardization and recognition) Perlu adanya keseragaman dalam penerapan TQM sehingga kualitas jasa yang disampaikan merupakan jasa yang bersifat standar (robust). Selain itu, TQM harus diperkenalkan pada seluruh pihak dalam organisasi atau lembaga pendidikan tersebut, sehingga penerapannya dapat seragam.
4. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dalam Pendidikan ISO 9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen kualitas. ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan – persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen kualitas. ISO 9001:2000 bukan merupakan standar produk, karena tidak
37
menyatakanpersyaratan – persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuahproduk (barang atau jasa). ISO 9001:2000 hanya merupakanstandar sistem manajemen kualitas. Namun, bagaimanapun juga diharapkan bahwa produk yang dihasilkan dari suatu sistem manajemen kualitas internasional, akanberkualitas baik (standar). Quality Management Sistems (ISO 9001:2000) ialah merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek–praktek standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadapkebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi. Institusi pendidikan sebagai sebuah organisasi membutuhkan suatu sistem manajemen mutu untuk menghindari timbulnya ketidakefisienan proses yang akan berdampak pada kegiatan pembelajaran. Sistem manajemen mutu yang baik bersifat ringkas namun cukup komprehensif untuk memenuhi tujuan mutu yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan (IWA ISO 9001:2000, 2000 b:1-2). Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan sistem manajemen mutu pada lembaga pendidikan adalah alasan yang mendasari keputusan tersebut, tujuan khusus, proses yang terjadi di dalam organisasi, ukuran serta struktur organisasi tersebut karena sistem manajemen mutu tidak dimaksudkan untuk menyeragamkan bentuk organisasi ataupun cara pelaksanaan proses di dalamnya (Rudi Suardi, 2003:127).
38
Menurut ISO 9001:2000 lembaga pendidikan sebagai organisasi yang menawarkan produk berupa layanan pendidikan harus dapat mendefinisikan proses di dalamnya. Proses ini umumnya terjadi secara multi disiplin yang merangkum layanan administratif serta layanan pendukung lainnya. Proses dalam organisasi pendidikan (ISO 9001:2003b:3), terdiri atas: a. Proses strategic untuk menentukan kedudukan organisasi tersebut dalam lingkungan sosial-ekonomi b. Penentuan standar kompetensi bagi tenaga pengajar c. Pemeliharaan lingkungan kerja d. Pengembangan, pengkajian serta pengembangan rencana pembalajaran dan kurikulum e. Pendaftaran dan penyeleksian peserta didik f. Pengawasan dan penilaian proses pembelajaran peserta didik g. Penilaian akhir untuk pemberian gelaran akademik kepada peserta didik yang ditandai ijazah, atau sertifikat kompetensi h. Layanan pendukung bagi peoses belajar-mengajar untuk pencapaian kompetensi peserta didik, serta bantuan lain yang diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu menyelesaikan pendidikannya i. Komunikasi internal dan eksternal j. Pengukuran proses pendidikan Lembaga pendidikan pada umumnya berusaha melakukan pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 untuk meningkatkan atau mempertahankan kualitas layanan mereka. Pelaksanaan suatu sistem standar
39
mutu pada lembaga pendidikan yang bersifat kejuruan, dalam pandangan Brown (1997:2) menekankan dua hal yakni, yakni: (1) penilaian terhadap pembalajaran dan performa bagi peserta didik serta staf lembaga pendidikan, dan (2) penilaian atas perencanaan serta pengelolaan proses yang ada dalam lembaga pendidikan tersebut. Pernyataan yang menunjukkan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 pada lembaga pendidikan, terdapat juga pernyataan-pernyataan yang menentang hal ini dengan mengemukakan berbagai kendala ataupun kerugian atas pelaksanaan sistem menajemen mutu tersebut. Kendala utama pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 pada institusi pendidikan adalah kesulitan dalam mengidentifikasikan proses kerja secara visual karena produk yang dihasilkan berupa jasa sehingga proses penciptaan mutunya lebih sulit dikendalikan. Perumusan komitmen dari pihak manajemen puncak yaitu dari unsur pimpinan dalam struktur organisasi lembaga pendidikan yang bersangkutan, diikuti dengan pembentukan suatu komite ISO yang akan memimpin dan mengkoordinasikan proyek pelaksanaan sistem manajemen mutu tersebut ke dalam lembaga pendidikan. Komite ISO ini harus melibatkan para staf dan Siswa dalam lembaga tersebut. Penentuan lingkup pelaksanaan sistem manajemen mutu dalam lembaga pendidikan (kegiatan administrasi, kegiatan pembelajaran, atau kegiatan penelitian) dan kemudian dilakukan analisa awal mengenai
40
kesenjangan yang ada antara persyaratan dalam standar mutu ISO 9001:2000 dengan sistem yang dijalankan dalam lembaga pendidikan. Selanjutnya ditinjau kesesuaian yang ada antara sistem akreditasi yang telah dimiliki dengan sistem ISO 9001:2000. Pelaksanaan sistem manajemen mutu ke dalam bagian yang lebih komprehensif yaitu pada pada unit-unit kerja yang lebih kecil, perencanaan pembelajaran, ataupun pengelolaan sarana prasarana. Pemetaan dan pendokumentasian semua proses yang ada baik dalam proses belajar-mengajar maupun penelitian, kemudian mengidentifikasi saling keterkaitan yang ada diantara proses tersebut. Pengelolaan dokumen yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu pada semua tingkatan, mulai dari manual mutu, kebijakan mutu, sampai pada sasaran mutu setiap unit dalam lembaga pendidikan, serta dokumen lain seperti kurikulum, rencana pembelajaran dan hal lainnya. Perumusan suatu metode pengukuran atas pencapaian sasaran mutu, baik dalam kegiatan pembelajaran ataupun penelitian, dan selanjutnya melaksanakan pelaksanaan metode pengukuran tersebut, diikuti dengan kegiatan pengawasan dan audit mutu secara internal Pelaksanaan tindakan perbaikan ataupun pencegahan untuk meningkatkan performa lembaga pendidikan disertai dengan perekaman dan pengkajian peningkatan yang dicapai. Pengesahan sistem mutu lembaga pendidikan melalui suatu audit eksternal Uraian tentang pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 pada lembaga pendidikan menunjukkan bahwa sistem manajemen mutu
41
tersebut dapat diterapkan pada lembaga pendidikan di Indonesia, khususnya pada lembaga pendidikan SMK. Berbagai persyaratan dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 secara tidak langsung telah dilaksanakan dalam pengelolaan organisasi pendidikan tinggi di Indonesia. Hal inilah yang menjadi salah satu dorongan untuk pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 pada lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan tinggi sebagai suatu bentuk komitmen terhadap peningkatan mutu layanan yang diberikan serta menunjukkan akuntabilitas kepada stakeholders pendidikan. Tabel 1. Analogi istilah dalam ISO 9001:2000 pada Lembaga Pendidikan Istilah dalam ISO 9001:2000 Produk Pelanggan
Organisasi Supplier Manajemen Puncak Kebijakan Mutu Sasaran mutu
Pola perencanaan Perencana Proses perencanaan Bahan Mentah Penambahan nilai pada bahan
Penerjemahan Pendidikan Penelitian Pengetahuan, kemampuan Pengetahuan, teori dan dan kompetensi Siswa praktik yang baru Industri, masyarakat, Industri, sponsor penelitian, alumni,organisasi lembaga sekolah lain, professional,badan komunitas peneliti akreditasi, Siswa Sekolah/Jurusan Sekolah Lanjutan Tingkat Peneliti, sponsor dari pihak Pertama ( SLTP ) industri, bahan literature Kepala Sekolah, Wakasek, QMR, Ketua Program Keahlian Visi dan misi lembaga pendidikan Tujuan yang terukur yang Tujuan yang terukur yang berhubungan dengan berkaitan dengan kegiatan pelajaran, program dan dan sasaran penelitian serta pendidikan Siswa serta penjabaran dari kebijakan penjabaran dari kebijakan mutu secara keseluruhan mutu secara keseluruhan Realisasi lulusan Tujuan penelitian Staf Akademik Kurikulum pembelajaran Perencanaan proyek Siswa penelitian Pengetahuan dasar Siswa Pengetahuan tentang praktik sebelum memasuki bangku dan teori yang dimiliki saat kuliah itu Penambahan pada Penambahan pada pengetahuan dan pengetahuan praktik dan teori
42
Proses Realisasi Tahapan Produk Spesifikasi Bagian Pelaksanaan/alat
Peralatan /Teknologi Istilah dalam ISO 9001:2000 Pelaksana Produk yang tidak sesuai
kemampuan Siswa Kegiatan belajar mengajar Tingkat pengetahuan Siswa pada kurun waktu tertentu Spesifikasi mata pelajaran atau program studi “Kesempatan belajar” baik di laboratorium, ruang kelas, seminar dan sebagainya “Kesempatan Belajar”
yang telah dimiliki saat itu Kegiatan penelitian Suatu kurun waktu tertentu dalam kegiatan penelitian Spesifikasi dalam kontrak atau tujuan penelitian Pekerjaan dalam bagian tertentu pada kegiatan penelitian “Kesempatan meneliti”
Penerjemahan Pendidikan Penelitian Guru dan Siswa Peneliti, asisten ahli Siswa yang gagal dalam Proyek penelitian yang gagal mata pelajaran, tidak lulus dalam mencapai sasaran ataupun tidak dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan
B. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dilakukan oleh Cahya Yuana (2008) tentang evaluasi penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 di SMK N Sekota Yogyakarta, menunjukan : (1) faktor-faktor yang mendukung penerapan SMM ISO 9001:2000 adalah adanya relevansi tujuan penerapan dengan program penerapan mutu dan mendapat dukungan yang baik dari karyawan, komite sekolah, dan pemerintah; (2) hasil evaluasi imput menunjukan bahwa penerapan SMM ISO 9001:2000 dalam hal proses pemahaman, penyiapan dokumen SMM ISO 9001:2000, penyiapan kurikulum, penerimaan siswa baru, pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan
43
sarana prasarana, dan pengelolaan lingkungan kerja telah di laksanakan dengan baik; (3) hasil evaluasi proses menunjukan penerapan SMM ISO 9001:2000
dalam hal kegiatan belajar mengajar,
audit dan tinjauan
manajemen, pengelolaan dokumen dan catatan, pengelolaan tindakan koreksi dan pencegahan telah dilaksanakan dengan baik; (4) hasil evaluasi Produk menunjukan bahwa ada peningkatan hasil uji produktif setelah sekolah menerapkan SMM 9001:2000, akan tetapi hasil ujian nasional justru menunjukan penurunan. 2. Penelitian dilakukan oleh Andi Jusniar (2005:89) tentang implementasi SMM ISO 9001:2000 pada unit pendidikan ATMI Surakarta pertama pelaksanaan tanggung jawab manajemen berperan melalui: komitmen manajemen, pengutamaan pelanggan, perumusan kebijakan mutu, perencanaan, pengaturan tugas, tanggung jawab, serta komunikasi internal, dan pelaksanaan tinjauan manajemen. Kedua, peranan pengelolaan sumber daya terwujud dalam penyediaan sumber daya yang dibutuhkan untuk implementasi SMM dan pencapaian tujuan unit pendidikan ATMI Surakarta, termasuk didalamnya pengelolaan sarana dan prasarana, lingkungan kerja, serta SDM. Ketiga, kegiatan realisasi produk berperan melalui perencanaan proses realisasi edukasi, program pendidikan berbasis produksi, desain dan pengembangan kurikulum, pengelolaan pembelian, pengelolaan produk dan proses realisasi edukasi, serta pengendalian, pemantauan dan pengukuran ala. Keempat, kegiatan, pengukuran, analisis, dan perbaikan berperan melalui pengukuran, pemantauan, analisis, dan
44
perbaikan
kinerja
unit
pendidikan
ATMI
Surakarta
secara
berkesinambungan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan Iskandar (1998) yang mengkaji kesiapan penerapan SMM ISO 9000 pada perusahaan perkebunan melaporkan bahwa dalam penerapan SMM ISO 9000, tingkat kesiapan perkebunan clater termasuk kedalam kategori sedang. Hal ini berarti beberapa elemen sistem perusahaan telah sesuai dengan standar SMM ISO 9000. namun demikian, masih bagian yang penting dari sistem mutu perusahaan yang belum sesuai dengan standar tersebut. Perkebunan clater perlu merintis dan melakukan upaya peningkatan penerapan standar mutu kearah penerapan SMM yang lebih diakuioleh berbagi negara diseluruh dunia, yaitu ISO 9000. Upaya ini memerlukan pembenahan-pembenahan terlebih dahulu terhadap elemen-elemen yang dinilai beleum sesuai dengan standar ISO 9000, yang ditempuh melalui upaya pembenahan pada elemen-elemen yang dimaksud dibawah bimbingan dan pelayanan para spesialis dan konsultan ISO 9000. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Firman Kurniawan Sujono (2005) yang mengangkat kasus penerapan standar ISO 9000 di PT. Master SteelMFG.CO, menggunakan adopsi inovasi, terungkap bahwa motivasi perusahaan memutuskan untuk mengadopsi standar internasional ISO 9000 adalah akibat adanya tekanan eksternal yang menimbulkan dorongan pada pimpinan perusahaan untuk melakukan perubahan, juga dipengauruhi oleh kompleksitas organisasi, ukuran organisasi, kemudahan organisasi
45
memperoleh sumber daya, kebiasaan lama yang telah berkembang diperusahaan, komposisi masa kerja personal, dan keterbukaan sistem.
C. Kerangka Fikir Sistem manajemen mutu pendidikan ISO 9001:2000 pada dasarnya adalah suatu pedoman yang menuntun sekolah untuk menetapkan, melaksanakan, mendokumentasikan, dan menjaga suatu sistem dalam sekolah. Proses tersebut akan memberikan keyakinan baik bagi pihak manajemen sekolah maupun pelanggannya bahwa mutu lulusan ataupun layanan yang dihasilkan sekolah sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh para pelanggan atau pengguna. Sistem
manajemen
mutu
ISO
9001:2000
merupakan
sistem
manajemen dengan pendekatan kepada kepuasan pelanggan, yaitu pelanggan internal (siswa), pelanggan eksternal (dunia usaha dan dunia industri), pihak yang berkepentingan (dinas pendidikan). Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 menekankan peran pihak manajemen sekolah yang ditunjukan melalui kepemimpinan, komitmen serta keterlibatan secara aktif dalam mengembangkan memelihara dan meningkatkan efektivitas serta efisiensi pelaksanaan
sistem
manajemen
mutu
tersebut
guna
mencapai,
mempertahankan, dan meningkatkan kepuasan para pelanggan sekolah. Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 pada SMK N 3 Palu. Klausul-klausul utama dari sistem manajemen mutu ini yang terdiri dari: sistem manajemen mutu, sistem dokumentasi, tanggung jawab manajemen, pengelolaaan sumber daya,
46
realisasi lulusan, serta pengukuran analisis dan perbaikan mutu. Klausulklausul tersebut diuraikan untuk menilai bagaimana
pelaksanaan sistem
manajemen mutu ISO 9001:2000 pada SMK N 3 Palu.
D. Pertanyan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, dan pembatasan masalah yang dikemukakan pada bagian terdahulu serta dengan mengacu pada kajian teori dan kerangka berfikir maka beberapa masalah yang dikaji dan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan sistem dokumentasi manajemen mutu berdasarkan standar SMM ISO 9001:2000 pada SMK N 3 Palu ? 2. Bagaimana pelaksanaan tanggung jawab manajemen terhadap manajemen mutu berdasarkan standar SMM ISO 9001:2000 pada SMK N 3 Palu? 3. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan sumber daya manajemen mutu berdasarkan standar SMM ISO 9001:2000 pada SMK N 3 Palu? 4. Bagaimana pelaksanaan realisasi lulusan berdasarkan standar SMM ISO 9001:2000 pada SMK N 3 Palu? 5. Bagaimana pelaksanaan pengukuran, analisis dan perbaikan mutu berdasarkan standar SMM ISO 9001:2000 pada SMK N 3 Palu? 6. Bagaimana pelaksanaan sistem manajemen mutu bertdsarkan standar SMM ISO 9001:2000 pada SMK N 3 Palu?
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. yang digunakan untuk menggambarkan suatu kejadian, atau fakta-fakta secara sistematis, faktual dan akurat yang terjadi pada situasi sekarang. Data yang diperoleh dikumpulkan dari lapangan kemudian disusun, dijelaskan dan dianalisis, sehingga penelitian ini tidak mengubah situasi dan kondisi yang ada dan tidak dimanipulasi. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk melakukan pengujian
pada
suatu
hipotesis,
tetapi
untuk
menggambarkan
dan
mengungkapkan secara faktual tentang suatu keadaan atau gejala.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dalah SMKN 3 Palu dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan lembaga pendidikan ini berhasil melakukan Pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 di lembaganya. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan tahun ajaran 2012 pada tanggal 14 Mei – 23 Juli 2012
47
48
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah pelaksanaan sistem manajemen mutu pendidikan yang diterapkan di SMKN 3 Palu. Pelaksanaan ISO 9001:2000 yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mempraktekan suatu teori manajemen mutu yang dikeluarkan oleh Organisasi Standar Internasional bagi sekolah yang merancang lulusannya, untuk menjamin kualitas lulusan dari perancangan, pemrosesan, instalasi dan pelayanan jasa dalam memenuhi tuntutan pemakai lulusan secara internasional.
D. Subyek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah berbagai pihak yang terlibat dalam manajemen penjaminan mutu pendidikan di SMKN 3 Palu. Sumber informasi dalam penelitian ini berasal dari unsur manajemen tersebut, yakni 40 sampel yang di diambil secara purposive (purposive sampling), mencakup bagian quality management representative, kepala sekolah, wakil-wakil kepala sekolah, kepala program studi, komite sekolah, kepala tata usaha, guru dan siswa. Pemilihan sumber informasi tersebut didasarkan pada posisi mereka sebagai bagian dari manajemen puncak yang memegang peranan utama dalam implementasi manajemen mutu.
E. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini mengunakan angket atau kuesioner sebagai salah satu alat pengumpulan data yang pokok. Menurut suharsimi angket adalah
49
sejumlah pertanyaan tertulis yang di gunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang hal-hal yang ia ketahui. dengan metode angket atau kuisioner yang disampaikan kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan kepala jurusan. program studi SMK Negeri 3 Palu. Dalam angket menyesuaikan klausul dan ketercakupan sistem manajemen dengan ini responden menjawab pertanyaan sesuai dengan klausul ISO. Responden dapat memberikan tanda ( √ ) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat mereka, selain itu responden juga dapat memberikan pendapat yang lain yang belum terdapat pada point jawaban. Penggunaan
metode
angket/kuisioner,
penelitian
ini
juga
menggunakan dokumentasi untuk mendukung perolehan data yang diperlukan pada penelitian ini. Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang terkait dengan berbagai dokumen yang di gunakan dalam melakukan evaluasi seperti rencana pembelajaran, silabi, daftar inventarisasi sarana prasarana pembelajaran di sekolah (SMK) serta dokumen lain yang di perlukan. Dokumen di gunakan karena sumber yang sahih, kaya dan mendorong bersifat alamiah sesuai dengan konteks untuk melengkapi data yang di peroleh sepeti data hasil program peningkatan manajemn mutu di sekolah dan data tentang profil sekolah. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan angket yang terdiri dari beberapa pertanyaan, kemudian responden memberikan jawaban yang sesuai dengan pendapat mereka. Pertanyaan disajikan dengan metode angket terbuka, responden dapat memberikan tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat mereka,
50
selain itu responden juga dapat memberikan pendapat yang lain yang belum terdapat pada point jawaban.
F. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen Salah satu langkah yang dilakukan dalam proses penelitian adalah menentukan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Alat yang digunakan dalam penelitian disebut sebagai instrumen penelitian. Data dipengaruhi oleh instrumen penelitian, karena benar tidaknya data tergantung dari instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh sebab itu instrumen penelitian perlu dibuat sebaik mungkin agar menghasilkan data yang dapat diandalkan kebenarannya. Instrumen utama yang digunakan pada penelitian ini adalah berbentuk angket, hal ini berdasarkan atas variabel yang muncul dalam penelitian ini. Tujuan digunakannya angket sebagai alat untuk pengambilan data adalah untuk mengetahui pendapat responden
tentang bagaimana
pelaksanaan sistem manajemen mutu yang dilaksanakan di SMKN 3 Palu. Pada angket cheklist tertutup berisi muatan klausul ISO melibuti : sistem manajemen mutu, sistem dokumentasi, tanggung jawab manajemen, pengelolaan sumber daya, realisasi lulusan, pengukuran analisis dan perbaikan mutu
51
Tabel 2. Kisi-kisi instrumen implementasi manajemen penjaminan mutu pendidikan untuk pengurus sekolah. Variabel
pelaksanaan sistem manajemen mutu
Indikator keberhasilan
No Butir
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1-3 4-6 7 - 13 14 – 20 21 – 26 27 - 32
Sistem manajemen mutu Sistem dokumentasi Tanggung jawab manajemen Pengelolaan sumber daya Realisasi lulusan Pengukuran, analisis dan perbaikan mutu.
Tabel 3. Kisi-kisi instrumen implementasi manajemen penjaminan mutu pendidikan untuk siswa. Variabel
Indikator keberhasilan
Implementasi sistem manajemen mutu
2.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Butir soal
Sistem manajemen mutu 1-3 Sistem dokumentasi 4 Tanggung jawab manajemen 5-6 Pengelolaan sumber daya 7 Realisasi lulusan 8-9 Pengukuran, analisis dan 10 perbaikan mutu
Validitas Instrumen Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sedangkan instrumen yang kurang valid atau sahih berarti memiliki validitas rendah. Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi untuk mendapatkan tes yang valid. Adapun pengecekan instrumen penelitian dilakukan dengan cara dikonsultasikan kepada para ahli (expert judgement). Tes validasi yang dilakukan adalah validasi konstruksi (Construct validity) yang dipenuhi dengan ketaaatazasan butirbutir instrumen terhadap klausul standart Sistem Manajemen Mutu ISO
52
9001:2000. Validitas adalah kesahihan, kebenaran yang diperkuat oleh bukti atau data. Kesahihan atau validitas dari instrumen dalam penelitian ini juga diujikan dengan menggunakan program komputer SPSS 17. Instrumen dalam penelitian ini tidak diuji secara empiris, karena penelitian ini merupakan penelitian yang mengukur fakta yang terjadi dan sifatnya subyektif menurut responden, serta berkaitan dengan pendapat mengenai situasi atau keadaan yang dialami atau dilihat oleh responden. Besarnya korelasi antar butir dapat dihitung menggunakan korelasi Product Moment dari Person dengan angka kasar, dengan rumus sebagai berikut : rXY
NX
NXY (X )(Y ) 2
( X ) 2 N Y 2 ( Y ) 2
Keterangan : rXY = koefisien korelasi antara X dan Y N = jumlah subyek ∑XY = jumlah X dikalikan dengan Y ∑X = jumlah X ∑Y = jumlah Y (Suharsimi Arikunto, 2003 : 72) Kriteria penentuan sahih atau tidaknya setiap butir pertanyaan yaitu dikatakan sahih apabila rxy atau koefisien korelasi Person (person correlation) bernilai positif dan lebih besar dari r tabel, dengan taraf signifikansi 5 % dan dikatakan tidak sahih apabila koefisien korelasi lebih kecil dari r tabel 3. Uji Reliabilitas Instrumen Reliabilitas sangat berhubungan dengan masalah kepercayaan atau keterandalan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan
53
yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Instrumen yang reliable berarti instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang dapat dipercaya. menguji keterandalan/ reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut : 2 k Si ri 1 k 1 St2
Keterangan: = Reliabilitas instrumen ri k
S St2
2 i
= Mean kuadrat antara subyek = Mean kuadrat kesalahan = Varians total mengetahui tingkat reliabilitas instrumen, harga r yang didapat lalu
dibandingkan dengan tabel interpretasi r yang bersumber pada pendapat Sugiyono (2005: 216), sebagai berikut: Tabel 4. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00
Tingkat Hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dimaksudkan untuk mencari jawaban atas pertanyaan penelitian tentang suatu permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Teknik analisis data dapat ditentukan dengan mengetahui jenis data yang telah diperoleh. Teknik analisis data yang digunakan dalam
54
penelitian ini adalah analisis deskriptif. Salah satu fungsi dari análisis deskritif adalah menyajikan data hasil penelitian dalam bentuk yang sederhana sehingga muda mendapatkan gambaran hasil penelitian (syamsudin, 2002:19). Analisis deskriptif penelitian menggunakan persentase. Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan implementasi manajemen penjaminan mutu pendidikan berdasarkan standart ISO 9001:2000 Pada SMKN 3 Palu Mendeskripsikan data pada penelitian ini, terlebih dahulu data perlu diubah ke dalam persentase. Berikut ini adalah rumus untuk mendapatkan persentase pencapaian kompetensi. x 100% x max Keterangan : % = persentase pencapaian ∑x = penjumlahan skor pada suatu item ∑x max = penjumlahan skor maksimal pada suatu item Setelah persentase pencapaian didapatkan, kemudian persentase tersebut %
diinterpretasikan berdasarkan skala penilaian menurut Suharsimi Arikunto (2003 : 218) Tabel 5. Persentase Kategori Pencapaian No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nilai (%) 81% – 100% 66% – 80% 56% – 65% 41% – 55% 30% – 40%
Keterangan Baik Sekali Baik Cukup Kurang Tidak Baik
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa angket dan petunjuk teknis pengisian. Angket dan petunjuk teknis pengisian diberikan kepada jajaran pengurus sekolah yang mengetahui dan mengurusi tentang pelaksanaan manajemen mutu diantaranya kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, Quality Management Representatif (QMR), Ketua jurusan dan sekertaris jurusan, kepala bagian tata usaha, serta komite sekolah. Angket dan petunjuk teknis pengisian berisi tentang indikator keberhasilan dalam melaksanakan sistem manajemen mutu pendidikan ISO 9001:2000. keberhasilan dalam melaksanakan sistem manajemen mutu bisa dilihat dari terpenuhinya standar klausul sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yang mencakup beberapa aspek antara lain sistem manajemen mutu, sistem dokumentasi, tanggung jawab manajemen, pengelolaan sumber daya, realisasi lulusan, serta pengujian, analisis dan perbaikan mutu. Responden dalam penelitian ini berjumlah 20 orang yang berasal dari pengurus sekolah SMK N 3 Palu. Hasil pencapaian dikategorikan dalam 4 kriteria, yaitu 4 = Pelaksanaanmya Baik (B), 3 = Pelaksanaannya Cukup (C), 2 = Pelaksanaannya Kurang (K), 1 = Pelaksanaannya Tidak Baik (TB). Pembahasan hasil penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik distribusi skor subyek penelitian untuk masing – masing indikator yang diteliti. Berikut ini disajikan harga – harga
55
56
mean (rerata), median, modus, standar deviasi (simpangan baku), dan distribusi frekwensi serta histogram dari masing – masing indikator penelitian. Sedang hasil hasil perhitungan statistik tersebut selanjutnya akan menjadi dasar pedoman untuk membuat deskripsi dan analisis data. Adapun untuk pengelolaan datanya dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows Release 17. Berikut ini merupakan hasil penelitian sistem manajemen mutu. Angket yang digunakan berisi 32 butir pertanyaan yang meliputi tentang aspek pelaksanaan sistem manajemen mutu, sistem dokumentasi, tanggung jawab manajemen, pengelolaan sumber daya, realisasi lulusan, serta pengukuran, analisis dan perbaikan mutu. Data pelaksanaan manajemen mutu diperoleh skor terendah 47 dan skor tertinggi 128, rerata 93.95, median 95.5, modus 93, dan standar deviasi 19.56 Tabel 6. Hasil Descriptive Statistics Descriptive Statistics N
Minimum
TOTAL
20
Valid N (listwise)
20
47
Maximum
Mean
128
94.10
Std. Deviation 19.561
1. Persentase Aspek Sistem Manajemen Mutu Angket yang digunakan berisi 3 butir pertanyaan yang meliputi pelaksanaan sistem manajemen mutu, persyartan sistem manajemen mutu, dan acuan yang mengatur sistem manajemen mutu. Hasil perhitungan indikator pelaksanaan manajemen mutu adalah sebagai berikut:
57
Tabel 7. Hasil Penelitian Pelaksanaan Manajemen Mutu Pendidikan di SMKN 3 Palu Aspek Sistem Manajemen Mutu No 1 2 3
Item pernyataan acuan yang mengatur sistem manajemen mutu persyaratan sistem manajemen mutu pelaksanaan sistem manajemen mutu Rata-rata ( % )
Pencapaian (%)
Ranking
67,50
I
Baik
73,75 85,00 75,41
II III
Baik sekali Baik Sekali Baik
Keterangan
Berdasarkan tabel 6. dapat diketahui bahwa Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan mengenai pelaksanaan sistem manajemen mutu memiliki skor pencapaian 67,50 % dan dikategorikan Baik, kemudian persyaratan sistem manajemen mutu memiliki skor pencapaian 73,75 % dan dikategorikan Baik Sekali, dan acuan yang mengatur sistem manajemen mutu memiliki skor pencapaian 85,00 % dan dikategorikan Baik Sekali. Rerata persentase pencapaian indikator aspek sistem manajemen mutu di SMKN 3 Palu sebesar 75,41 % sehingga berada dalam kategori Baik. Dengan demikian aspek sistem manajemen mutu sudah dapat dilaksanakan dengan Baik karena sudah sebagian besar terpenuhinya persyartan dalam klausul-klausul standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Berdasarkan data hasil penelitian terhadap Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan di SMKN 3 Palu, dapat digambarkan grafik
58
persentase pencapaian indikator pelaksanaan standar manajemen mutu.
Gambar 5 . Grafik Pencapaian Indikator Pelaksanaan SMM Grafik diatas, terlihar bahwa indikator pelaksanaan SMM di SMKN 3 Palu yang tingkat pencapaiannya tertinggi adalah acuan yang mengatur tentang standar manajemen mutu, dengan pencapaian 67,50 %. kemudian disusul dengan persyaratan standar manajemen mutu, dengan persentase pencapaian sebesar 73,75 %. Indikator dengan yang tingkat pencapaiannya terendah adalah pelaksanaan standar manajemen mutu, dengan persentase pencapaian sebesar 85,00 %. 2. Persentase aspek Sistem Dokumentasi Manajemen Mutu Angket yang digunakan berisi 3 butir pertanyaan yang meliputi sistem dokumentasi, pedoman mutu, pengendalian dokumen dan rekaman mutu. Hasil perhitungan indikator pelaksanaan sistem dokumentasi manajemen mutu adalah sebagai berikut:
59
Tabel 8. Hasil Penelitian Pelaksanaan Manajemen Mutu Pendidikan di SMKN 3 Palu Aspek Sistem Dokumentasi No 1 2 3
Item pernyataan Pencapaian (%) Pedoman Mutu 66,75 Sistem Dokumentasi 66,75 Pengendalian Dokumen 71,75 dan Rekaman Mutu Rata-rata ( % ) 68,41 %
Ranking I II III
Keterangan Baik Baik Baik Baik
Berdasarkan tabel 7. dapat diketahui bahwa Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan mengenai sistem dokumentasi manajemen mutu memiliki skor pencapaian 66,75 % dan dikategorikan Baik, kemudian pedoman mutu memiliki skor pencapaian 66,75 % dan dikategorikan Baik, dan pengendalian dokumen dan rekaman mutu memiliki skor pencapaian 71,75 % dan dikategorikan Baik. Rerata persentase pencapaian indikator aspek sistem dokumentasi manajemen mutu di SMKN 3 Palu sebesar 68,41 % sehingga berada dalam kategori Baik. Dengan demikian aspek sistem dokumentasi manajemen mutu sudah dapat dilaksanakan dengan Baik karena sudah sebagian besar terpenuhinya persyartan dalam klausul-klausul sistem dokumentasi yang terdapat dalam standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Berdasarkan data hasil penelitian terhadap Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan di SMKN 3 Palu, dapat digmbarkan grafik persentase pencapaian indikator pencapaian sistem dokumentasi standar manajemen mutu.
60
Gambar 6 . Grafik pencapaian indikator sistem dokumentasi Grafik diatas, terlihar bahwa indikator pencapaian pelaksanaan sistem dokumentasi standar manajemen mutu di SMKN 3 Palu yang tingkat pencapaiannya tertinggi adalah pelaksanaan pengendalian dokumen dan rekaman mutu standar manajemen mutu dengan Persentase 71,75 %, kemudian Indikator dengan tingkat pencapaiannya terendah adalah, sistem dokumentasi standar manajemen mutu dan pedoman mutu, masing-masing memperoleh persentase pencapaian sebesar 66,75 %. 3. Persentase Aspek Tanggung Jawab Manajemen Angket yang digunakan berisi 7 butir pertanyaan yang meliputi tanggung jawab manajemen terhadap komitmen manajemen, Tanggung jawab manajemen terhadap kebijakan mutu, . Tanggung Jawab Manajemen terhadap Pelanggan, Tanggung Jawab Manajemen terhadap tinjauan manajemen,
61
Tanggung jawab manajemen terhadap masukan tinjauan manajemen, Tanggung jawab manajemen terhadap keluaran tinjauan manajemen dan Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi pihak manajemen Hasil perhitungan indikator tanggung jawab manajemen adalah sebagai berikut: Tabel 9. Hasil Penelitian Pelaksanaan Manajemen Mutu Pendidikan di SMKN 3 Palu Aspek Tanggung Jawab Manajemen No
Item pernyataan
1.
tanggung jawab manajemen terhadap komitmen manajemen Tanggung Jawab Manajemen terhadap Pelanggan Tanggung jawab manajemen terhadap kebijakan mutu Tanggung Jawab Manajemen terhadap tinjauan manajemen Tanggung jawab manajemen terhadap keluaran tinjauan manajemen Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi pihak manajemen Tanggung jawab manajemen terhadap masukan tinjauan manajemen Rata-rata ( % )
2. 3. 4 5 6 7
Pencapaian (%)
Ranking
Keterangan
72,50
I
Baik
73,75
I
Baik
78,75
II
Baik
72,50
III
Baik
73,75
III
Baik
77,50
IV
Baik
66,25
V
Cukup
74,68
Baik
Berdasarkan tabel 8. dapat diketahui bahwa Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan mengenai tanggung jawab manajemen terhadap komitmen manajemen memiliki skor pencapaian 72,50 % dan dikategorikan Baik, Tanggung Jawab Manajemen terhadap Pelanggan memiliki skor pencapaian 73,75 % dan dikategorikan Baik, kemudian Tanggung jawab manajemen terhadap kebijakan mutu memiliki skor pencapaian 78,75 % dan dikategorikan Baik, tanggung jawab manajemen terhadap tinjauan manajemen memiliki skor pencapaian 72,50 % dan dikategorikan Baik, Tanggung jawab manajemen terhadap masukan tinjauan manajemen memiliki skor pencapaian
62
66,25 % dan dikategorikan Cukup, Tanggung jawab manajemen terhadap keluaran tinjauan manajemen memiliki skor pencapaian 73,75 % dan dikategorikan Baik, Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi pihak manajemen memiliki skor pencapaian 77,50 % dan dikategorikan Baik. Rerata persentase pencapaian indikator aspek tanggung jawab manajemen di SMKN 3 Palu sebesar 74,68 % sehingga berada dalam kategori Baik. Dengan demikian aspek tanggung jawab manajemen sudah dapat dilaksanakan dengan Baik karena sudah sebagian besar terpenuhinya persyartan dalam klausul-klausul tanggung jawab manajemen yang terdapat dalam standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Berdasarkan data hasil penelitian terhadap Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan di SMKN 3 Palu , dapat digmbarkan grafik persentase pencapaian indikator pencapaian pelaksanaan tanggung jawab manajemen terhadap standar manajemen mutu.
63
Gambar 7. Grafik pencapaian indikator tanggung jawab manajemen Grafik diatas, terlihar bahwa indikator pencapaian pelaksanaan tanggung jawab manajemen terhadap standar manajemen mutu di SMKN 3 Palu
yang tingkat pencapaiannya tertinggi adalalah tanggung jawab
manajemen terhadap kebijakan mutu 78,75 %. Kemudian Kemudian tanggung jawab, wewenang dan komunikasi pihak manajemen, dengan persentase pencapaian sebesar 77,50 %. Kemudia tanggung jawab manajemen terhadap pelanggan dan tanggung jawab manajemen terhadap keluaran tinjauan manajemen dengan presentase pencapaian yang sama sebesar 73,75 %. Selanjut disusul dengan tanggung jawab manajemen terhadap komitmen manajemen dan tanggung jawab manajemen terhadap tinjauan manajemen yang masing-masing memiliki nilai presentase yang sama sebesar 72,50 % Indikator dengan yang tingkat pencapaiannya terendah adalah tanggung jawab manajemen terhadap masukan tinjauan manajemen, dengan persentase pencapaian sebesar 66,25 %. 4. Persentase Aspek Pengelolaan Sumber Daya Angket yang digunakan berisi 7 butir pertanyaan yang meliputi Sumber daya yang tersedia, Bukti obyektif tenaga pendidik dan kependidikan, Evaluasi pelatihan tenaga pendidik dan kependidikan, Infrastruktur sekolah, Penyediaan infrastruktur, Pemeliharaan infrastruktur sarana, dan Lingkungan belajar. Hasil perhitungan indikator pelaksanaan pengelolaan sumber daya adalah sebagai berikut.
64
Tabel 10. Hasil Penelitian Pelaksanaan Manajemen Mutu Pendidikan di SMKN 3 Palu Aspek Pengelolaan Sumber Daya No Item pernyataan Pencapaian (%) Ranking 1 Sumber daya yang tersedia 80.00 I 2 Bukti obyektif tenaga pendidik 83.75 I dan kependidikan 3 Infrastruktur sekolah 71,25 II 4 Lingkungan belajar 78,75 II 5 Evaluasi pelatihan tenaga 72,75 III pendidik dan kependidikan 6 Penyediaan infrastruktur 75.00 III 7 Pemeliharaan infrastruktur sarana 75.00 III Rata-rata (%) 76,60
Keterangan Baik Baik Sekali Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Berdasarkan tabel 9. dapat diketahui bahwa Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan mengenai Sumber daya yang tersedia memiliki skor pencapaian 85.00 % dan dikategorikan Baik Sekali, kemudian Bukti obyektif tenaga pendidik dan kependidikan memiliki skor pencapaian 85.00 % dan dikategorikan Baik Sekali, Evaluasi pelatihan tenaga pendidik dan kependidikan memiliki skor pencapaian 78.75 % dan dikategorikan Baik, Infrastruktur sekolah memiliki skor pencapaian 80.00 % dan dikategorikan Baik,
Penyediaan infrastruktur memiliki skor pencapaian 78.75 dan
dikategorikan Baik, Pemeliharaan infrastruktur sarana
memiliki skor
pencapaian 78.75 dan dikategorikan Baik, Lingkungan belajar memiliki skor pencapaian 80.00 dan dikategorikan Baik. Rerata persentase pencapaian indikator aspek pengelolaan sumber daya di SMKN 3 Palu sebesar 80.89 % sehingga berada dalam kategori Baik Sekali. Dengan demikian aspek pengelolaan sumber daya sudah dapat dilaksanakan dengan Baik karena sudah sebagian besar terpenuhinya
65
persyartan dalam klausul-klausul pengelolaan sumber daya yang terdapat dalam standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Berdasarkan data hasil penelitian terhadap Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan di SMKN 3 Palu , dapat digmbarkan grafik persentase pencapaian indikator pencapaian pelaksanaan pengelolaan sumber daya.
%
Pencapaian Pengelolaan Sumber Daya 86 85 84 83 82 81 80 79 78 77 76 75
85
85
80
80 78.75
Sumber Daya Bukti Obyektif Pendidik
Infrastruktur sekolah
Lingkungan belajar
Evaluasi Pelatihan Pendidik
78.75
78.75
Penyediaan Pemeliharaan infrastruktur infrastruktur sarana
Gambar 8. Grafik Pencapaian Indikator Pengelolaan Sumber Daya Grafik diatas, terlihar bahwa indikator pencapaian pelaksanaan pengelolaan sumber daya di SMKN 3 Palu
yang tingkat pencapaiannya
tertinggi adalah sumber daya yang tersedia dan bukti obyektif kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan, dengan pencapaian sebesar 85 %. kemudian disusul dengan infrastruktur dan kondisi lingkungan belajar, dengan persentase pencapaian sebesar 80 %. Indikator dengan yang tingkat pencapaiannya terendah adalah evaluasi pelatihan tenaga pendidik dan kependidikan, penyediaan infrastruktur serta pemeliharaan infrastruktur, dengan persentase pencapaian sebesar 78.75 %.
66
5. Persentase Aspek Realisasi Lulusan Angket yang digunakan berisi 6 butir pertanyaan yang meliputi Perencanaan realisasi lulusan, Proses yang berhubungan dengan pelanggan, Desain dan pengembangan realisasi lulusan, Sistem penerimaan siswa baru yang akan masuk, Proses dan pelayanan realisasi lulusan, dan Pengendalian alat pengukuran dan pemantauan realisasi lulusan. Hasil perhitungan indikator pelaksanaan realisasi lulusan adalah sebagai berikut: Tabel 11. Hasil Penelitian Pelaksanaan Manajemen Mutu Pendidikan di SMKN 3 Palu Aspek Realisasi Lulusan No Item pernyataan 1 2 3 4 5 6
Perencanaan realisasi lulusan Sistem penerimaan siswa baru yang akan masuk Proses yang berhubungan dengan pelanggan Proses dan pelayanan realisasi lulusan Desain dan pengembangan realisasi lulusan Pengendalian alat pengukuran dan pemantauan realisasi lulusan Rata-rata (%) Berdasarkan
tabel
10.
Pencapaian (%) 68.75 80
Ranking
Keterangan
I II
Baik Baik
71.25
III
Baik
82.50
IV
Baik Sekali
83.75
V
Baik Sekali
60
VI
Cukup
74.37 dapat
diketahui
manajemen penjaminan mutu pendidikan mengenai
Baik bahwa
Pelaksanaan
Perencanaan realisasi
lulusan memiliki skor pencapaian 68.75 % dan dikategorikan Baik, kemudian Proses yang berhubungan dengan pelanggan memiliki skor pencapaian 80.00 % dan dikategorikan Baik, Desain dan pengembangan realisasi lulusan memiliki skor pencapaian 71.25 % dan dikategorikan Baik, Sistem penerimaan siswa baru yang akan masuk memiliki skor pencapaian 82.50 %
67
dan dikategorikan Baik Sekali,
Proses dan pelayanan realisasi lulusan
memiliki skor pencapaian 83.75 % dan dikategorikan Baik Sekali, Pengendalian alat pengukuran dan pemantauan realisasi lulusan memiliki skor pencapaian 60 dan dikategorikan Cukup. Rerata persentase pencapaian indikator aspek realisasi lulusan di SMKN 3 Palu sebesar 74.37 % sehingga berada dalam kategori Baik. Dengan demikian aspek realisasi lulusan sudah dapat dilaksanakan dengan Baik karena sudah sebagian besar terpenuhinya persyartan dalam klausul-klausul realisasi lulusan yang terdapat dalam standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Berdasarkan data hasil penelitian terhadap Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan di SMKN 3 Palu , dapat digmbarkan grafik persentase pencapaian indikator pencapaian pelaksanaan realisasi lulusan.
l
Gambar 9. Grafik Pencapaian Indikator Realisasi Lulusan
68
Grafik diatas, terlihar bahwa indikator pencapaian pelaksanaan realisasi lulusan di SMKN 3 Palu yang tingkat pencapaiannya tertinggi adalah Desain Lulusan, dengan pencapaian sebesar 83.75 %. kemudian disusul dengan Pelayanan Pengembangan Realisasi Lulusan, dengan persentase pencapaian sebesar 82.50 %. Kemudian proses Sistem Penerimaan Siswa Baru, dengan persentase pencapaian sebesar 80 %. Kemudian proses yang berhubungan dengan Kepuasan Pelangan, dengan persentase pencapaian sebesar 71.25 %. Selanjutnya di ikuti oleh Proses Perencanaan Realisasi Lulusa, dengan persentase pencapaian sebesar 68.75 %. Indikator dengan yang tingkat pencapaiannya terendah adalah pengendalian alat pengukuran dan pemantauan realisasi lulusan, dengan persentase pencapaian sebesar 60 %. 6. Persentase Aspek pengukuran, analisis, dan perbaikan sistem manajemen mutu Angket yang digunakan berisi 6 butir pertanyaan yang meliputi Perencanaan, pengukuran, analisis dan perbaikan, Pengukurn dan pemantauan tentang kepuasan pelanggan, Pengendalian ketidaksesuaian lulusan, Sistem analisa data, Sekolah melekukan tindakan koreksi dan mencegah terulangnya terhadap mutu lulusan yang tidak sesuai, dan Sekolah menetapkan tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian untuk mencegah terjadinya kesalahan yang tidak sesuai kriteria lulusan
Hasil perhitungan indikator
pelaksanaan realisasi lulusan adalah sebagai berikut:
69
Tabel 12. Hasil Penelitian Pelaksanaan Manajemen Mutu Pendidikan di SMKN 3 Palu Aspek Pengukuran, Analisis, dan Perbaikan Sistem Manajemen Mutu No Item pernyataan 1 Pengukurn dan pemantauan tentang kepuasan pelanggan 2 Pengendalian ketidaksesuaian lulusan 3 Sekolah melekukan tindakan koreksi dan mencegah terulangnya terhadap mutu lulusan yang tidak sesuai 4 Perencanaan, pengukuran, analisis dan perbaikan 5
6
Pencapaian (%) 70
Ranking I
Keterangan Baik
71.25
I
Baik
60
II
Cukup
71.25
III
Baik
78.75
IV
Baik
75 71.04
V
Baik Baik
Sekolah menetapkan tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian untuk mencegah terjadinya kesalahan yang tidak sesuai kriteria lulusan Sistem analisa data Rata-rata (%) Berdasarkan
manajemen
tabel
penjaminan
11.
mutu
dapat
diketahui
pendidikan
bahwa
mengenai
Pelaksanaan Perencanaan,
pengukuran, analisis dan perbaikan memiliki skor pencapaian 71.25 % dan dikategorikan Baik, kemudian Pengukurn dan pemantauan tentang kepuasan pelanggan memiliki skor pencapaian 70 % dan dikategorikan Baik, Pengendalian ketidaksesuaian lulusan memiliki skor pencapaian 71.25 % dan dikategorikan Baik, Sistem analisa data memiliki skor pencapaian 75 % dan dikategorikan Baik,
Sekolah melekukan tindakan koreksi dan mencegah
terulangnya terhadap mutu lulusan yang tidak sesuai memiliki skor pencapaian 60 % dan dikategorikan Cukup, Sekolah menetapkan tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian untuk mencegah terjadinya
70
kesalahan yang tidak sesuai kriteria lulusan memiliki skor pencapaian 78.75 % dan dikategorikan Baik. Rerata persentase pencapaian indikator aspek Pengukuran, Analisis, Dan Perbaikan Sistem Manajemen Mutu di SMKN 3 Palu sebesar 71.04 % sehingga berada dalam kategori Baik. Dengan demikian aspek Pengukuran, Analisis, Dan Perbaikan Sistem Manajemen Mutu sudah dapat dilaksanakan dengan Baik karena sudah sebagian besar terpenuhinya persyartan dalam klausul-klausul Pengukuran, Analisis, Dan Perbaikan Sistem Manajemen Mutu yang terdapat dalam standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Berdasarkan data hasil penelitian terhadap Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan di SMKN 3 Palu , dapat digmbarkan grafik persentase pencapaian indikator pencapaian pelaksanaan pengukuran, analisis dan perbaikan.
Gambar 10. Grafik Pencapaian Indikator Pengukuran, Analisis dan Perbaikan
71
Grafik diatas, terlihar bahwa indikator pencapaian pelaksanaan pengukuran, analisisis dan perbaikan sistem manajemen mutu di SMKN 3 Palu
yang tingkat pencapaiannya tertinggi adalah Sekolah menetapkan
tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian untuk mencegah terjadinya kesalahan yang tidak Sesuai kriteria lulusan, dengan persentase pencapaian sebesar 78.75 %. Kemudia Proses Sistem Analisis Data, dengan presentase pencapian sebesar 75 %. Kemudian disusul oleh Proses pengendalian ketidaksesuaian lulusan dan Proses perencanaa, pengukuran, analisis dan perbaikan, dengan pencapaian bernilain sama sebesar 71.25 %. kemudian disusul Proses Pengukuran dan pemantauan tentang kepuasan pelanggan, dengan persentase pencapaian sebesar 70 %. Indikator dengan yang tingkat pencapaiannya terendah adalah Sekolah melekukan tindakan koreksi dan mencegah terulangnya terhadap mutu lulusan yang tidak sesuai, dengan persentase pencapaian sebesar 60 %.
72
Tabel 13. Daftar Dokumen yang di miliki SMKN 3 Palu No
Nama Dokumen
No dokumen
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Sertifikat ISO 9001 : 2000 Dokumen Hasil Laporan Audit Terakhir Pedoman Mutu Job Deskription Prosedur Pengengalian Dokumen Prosedur Pengendalian Catatan Mutu Prosedur Tinjauan Manajemen Prosedur Audit Mutu Internal Prosedur Tindakan Koreksi dan Pencegahan Formulir Usulan Perubahan Dokumen Formulir Dafrar induk Dokumen Formulir Distribusi Dokumen Formulir Daftar Catatan Mutu Formulir Notulen Rapat Formulir Tindakan Koreksi dan Pencegahan Formulir Program Audit Formulir Jadwal Audit Formulir Daftar Periksa/Checklist Audit Formulir Laporan Audit Formulir Sasaran Mutu Formulir Evaluasi Sasaran Mutu (SOP) Prosedur Pembuatan Kalender Pendidikan Sekolah (SOP) Prosedur Pembuatan Jadwal Belajar Daftar Keadaan Guru Draf jadwal Pembelajaran Diagram pencapaian kompetensi kurikulum Kalender Pendidikan Sekolah Hari-hari Efektif Sekolah
ID08/1078 00-PM-001 01-JD-MR-001 02-SOP-MR-001 02-SOP-MR-002 02-SOP-MR-003 02-SOP-MR-004 02-SOP-MR-005 05-FR-MR-001 05-FR-MR-002 05-FR-MR-003 05-FR-MR-004 05-FR-MR-005 05-FR-MR-006 05-FR-MR-007 05-FR-MR-008 05-FR-MR-009 05-FR-MR-010 05-FR-MR-011 05-FR-MR-012 02-SOP-KUR-001
Ket . ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
02-SOP-KUR-002 05-SOP-KUR-001 05-FR-KUR-002 05-FR-KUR-003 05-FR-KUR-004 05-FR-KUR-005
ada ada ada ada ada ada
24 25 26 27 28 29
73
B. Pembahasan Penelitian Pelaksanaan Manajemen Penjaminan Mutu Pendidikan di SMKN 3 Palu . yang ditinjau dari aspek sistem manajemen mutu, sistem dokumentasi, tanggung jawab manajemen, pengelolaan sumber daya, realisasi lulusan, serta pengukuran analisis dan perbaikan sistem manjemen mutu. Berdasrkan analisis data didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Aspek Pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu Hasil penelitian menunjukan bahwa Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan mengenai pelaksanaan sistem manajemen mutu memiliki skor pencapaian 85 % dan dikategorikan Baik Sekali, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul
standar
manajemen
manajemen
mutu
yang
mutu
mengenai
mencakup
pelaksanaan
sekolah
sistem
menetapkan,
mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu terus menerus memperbaiki keefektifannya sesuai persyaratan standar internasional ini. Selain itu sekolah juga harus mengetahui proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu dan penerapannya diseluruh sekolah, menetapkan urutan dan interaksi dari proses-proses ini, menetapkan kriteria dan metode yang diperlukan untuk memastikan bahwa baik operasi maupun kendali proses-proses ini efektif, memastikan tersedianya sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk mendukung operasi dan pemantauan proses-proses ini, memantau, menguji dan menganalisis proses-proses ini, menerapkan tindakan yang diperlukan
74
untuk mencapai hasil yang direncanakan dan perbaikan berlanjut dari proses-proses ini. Persyaratan sistem manajemen mutu memiliki skor pencapaian 73.75 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai Persyaratan sistem manajemen mutu yang mencakup standar internasional ini menentukan persyaratan bagi sistem manajemen mutu bila sebuah sekolah perlu memperagakan kemampuannya untuk taat asas memberikan lulusan yang memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan yang berlaku serta bertujuan meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penerapan sistemnya dan kepastian kesesuainnya pada persyaratan pelanggan dan peraturan yang berlaku. Acuan yang mengatur sistem manajemen mutu memiliki skor pencapaian 67.50 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai Acuan yang mengatur sistem manajemen mutu yang mencakup dokumen pengatur berikut berisi ketentuan yang melalui acuan dalam buku standar ISO ini, merupakan ketentuan standar internasionalini. Untuk acuan bertanggal, perubahan berikutnya pada atau revisi dari terbitan ini tidak berlaku. Namun pihak- pihak persetujuan berdasarkan standar
internasional
ini
dianjurkan
menyelidiki
kemungkinan
memberlakukan edisi terkini dari dokumen pengatur ini. Untuk acuan tanpa tanggal edisi terakhir dokumen pengatur yang diacu berlaku.
75
Anggota ISO dan IEC memelihara daftar dari standar internasional yang saat terakhir berlaku ISO 9000:2000 sistem manajemen mutu. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang digunakan sebagai pembanding dan pengoreksi terhadap pihak sekolah menunjukan bahwa pelaksanaan sistem manajemen mutu pendidikan di SMKN 3 Palu memiliki rerata persentase pencapaian indikator aspek sistem penjaminan mutu sebesar 95 % dan dikategorikan Baik sekali, hasil ini tidak jauh berbeda
dengan responden pengurus sekolah. Indikator aspek sistem
dokumentasi menurut siswa memiliki rerata persentase pencapaian hanya sebesar 5 % sehingga berada dalam kategori Tidak Baik, hal ini berbeda dengan hasil penelitian dengan pihak sekolah dikarenakan bahwa sistem dokumentasi manajemen mutu pendidikan tidak dipublikasikan terhadap para siswa sehingga mereka rata-rata tidak mengetahui tentang sistem dokumentasi manajemen mutu, sehingga yang mengetahui hanya para pengurus sekolah. Rerata persentase penncapaian indikator aspek tanggung jawab manajemen menurut siswa sebesar 82.50 % dan berada dalam kategori Baik sekali, hal ini tidak jauh berbeda dengan pendapat dari pihak sekolah yang menyatakan bahwa aspek pelaksanaaan tanggung jawab manajemen berjalan dengan Baik, hal ini dikarenakan para siswa juga rata-rata belum mengetahui hal tersebut karena laporan tanggung jawab manajemen hanya dipublikasikan kepada pengurus sekolah saja, tetapi siswa juga mengetahui. Rerata persentase pencapaian indikator aspek pengelolaan
76
sumber daya menurut siswa sebesar 90 % sehingga berada dalam kategori Baik Sekali, hal ini sama dengan pendapat yang diberikan oleh pihak sekolah. Rerata pencapaian indikator aspek pengelolaan sumber daya menurut siswa sebesar 100 % dan berada dalam kategori Baik Sekali, hal ini juga sama dengan pendapat yang diberikan oleh pihak sekolah. Rerata pencapaian indikator aspek realisasi lulusan menurut pendapat siswa sebesar 75 % dan berada dalam kategori Baik, hal ini sama dengan pendapat yang diberikan oleh pihak sekolah. Terakhir rerata pencapaian indikator aspek pengukuran, analisis dan perbaikan mutu menurut siswa sebesar 78.50 % berada dalam ketegori Baik, hal ini sama dengan pendapat yang diberikan oleh pihak sekolah.sehingga menurut penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan di SMKN 3 Palu berjalan dengan Baik. 2. Aspek Sistem Dokumentasi Manajemen Mutu Hasil penelitian menunjukan bahwa Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan mengenai sistem dokumentasi manajemen mutu memiliki skor pencapaian 66.75 % dan dikategorikan Baik karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai sistem dokumentasi yang mencakup dokumentasi sistem manajemen mutu harus mencakup pernyataan terdokumentasi dari kebijakan mutu dan tujuan mutu; pedoman mutu; prosedur terdokumentasi yang diminta oleh standar internasional ini berati
77
prosedur yang harus ditetapkan, didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara, dokumen yang diperlukan oleh sekolah untuk memastikan perencanaan, operasi dan kendali prosesnya secara efektif, rekaman yang di minta oleh dokumen standar internasional ini. Dokumen yang baik harus mencakup mudah dikendalikan ada identifikasi yang jelas dan baku yang meliputi penerbitan dokumen, penerbitan atau pembaruan dokumen, distribusi dokumen, penyimpanan, penggantian, dan penarikan dokumen kemudian menggunakan bahasa yang sederhana, singkat, praktis dan lugas kemudian bentuk atau format dokumen tidak diatur secara baku dalam standar ISO 9001:2000 kemudian dokumentasi standar manjemen mutu dibuat berdasarkan ujian dan jenis sifat aktivitas organisasi, kompleksitas proses dan interaksinya,dan Kompetensi personil. Nilai penting suatu dokumentasi yang lainnya adalah menunjukan adanya komunikasi perihal tujuan dan konsistensi kegiatan, Dokumentasi memberikan konstribusi pada pencapaian pada kesesuaian dengan persyaratan pelanggan dan mutu, Persiapan pelatihan yang memadai, Penyediaan bukti obyektif serta Evaluasi efektivitas dan kesesuaian sistem manajemen mutu dan dokumentasi hendaknya memberikan nilai tambah pada kegiatan. Pedoman mutu memiliki skor pencapaian 66.75 dan dikategorikan Baik , karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai pedoman mutu yang
78
mencakup sekolah harus menetapkan dan memelihara sebuah pedoman mutu yang mencakup lingkup sistem manajemen mutu termasuk rincian dari dan pembenaran pengesampingan apapun, prosedur terdokumentasi yang ditetapkan untuk sistem manajemen mutu atau yang mengacunya, uraian dan interaksi antara proses-proses sistem manajemen mutu. Mencakup jenis-jenis sistem manajemen mutu pedoman mutu yang meliputi klausul 4.2.2 ISO 9001:2000, menetapkan minimal apa yang harus terdapat dalam pedoman mutu sedangkan format pedoman mutu tergantung pada ujian, kultur dan kompleksitas organisasi, organisasi yang kecil hanya dapat membuat pedoman mutu yang didalamnya sudah mencakup prosedur yang dipersyaratkan oleh standar ISO 9001:2000, serta organisasi yang besar mungkin harus membuat satu pedoman mutu dan beberapa
jenis
dokumentasi
untuk
memastikan
bagian-bagian
organisasinya tercakup sehingga hirarki dokumen lebih kompleks. Juga harus mencakup isi pedoman mutu yang meliputi isi pedoman mutu tergantung dari tujuan dibuatnya pedoman mutu dan pihak-pihak yang memegang pedoman mutu dan Biasanya pedoman mutu berisi uraian ringkas tentang organisasi, bisnis, kegiatan, lokasi, sistem manajemen organisasi dan struktur organisasi, Ruang lingkup sistem manajemen mutu termasuk perincian pengecualian dan justifikasinya, Kebijakan mutu organisasi,
Kebijakan
organisasi
dalam
memenuhi
persyaratan
ISO9001:2000, Uraian tentang struktur dokumentasi sistem manajemen
79
mutu dan keterkaitannya atau uraian interaksi antara proses-proses dalam sistem manajemen mutu. Pengendalian
dokumen
dan
rekaman
mutu
memiliki
skor
pencapaian 71.75 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratn yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai pengendalian dokumen dan rekaman mutu yang mencakup dokumen yang diminta oleh sistem manajemen mutu harus dikendalikan. harus ditetapkan suatu prosedur terdokumentasi untuk menetapkan pengendalian yang diperlukan diantaranya untuk menyetujui dokumen dan kecukupannya sebelum diterbitkan, untuk meninjau dan memutakhirkan seperlunya dan menyetujui ulang dokumen, untuk memastikan bahwa perubahan dan status revisi terkini dari dokumen yang ditunjukan, untuk memastikan bahwa versi relevan dari dokumen yang berlaku tersedia tempat pemakaian, untuk memastikan dokumen selalu dapat dibaca dan mudah dikenali, untuk memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar dikenali dan distribusinya dikendalikan, dan untuk mencegah pemakaian tak disengaja dari dokumen kadaluwarsa dan membutuhkan identifikasi sesuai padanya bila disimpan untuk tujuan apapun. Dokumentasi harus dapat dibaca, diberi tanggal ( dengan tanggal revisinya) dan mudah di identifikasi, dipelihara dengan teratur dan disimpan untuk jangka waktu yang ditentukan. Prosedur dan tanggung jawab pembuatan dan modifikasi berbagai jenis dokumen harus dibuat dan dipelihara.
80
Dokumen yang harus dikendalikan meliputi pedoman mutu, prosedur yang terdiri dari prosedur sistem dan prosedur operasional/ instruksi belajar, formulir-formulir, peraturan dan persyaratan terkait, ada fungsi yang menyimpan master dokuman, ada fungsi yang memastikan revisi dan distribusi dokumen, fungsi yang dapat melakukan perubahan, pengesahan dan pendistribusian dokumen harus ditetapkan. Kemudian hal-hal yang harus dilakukan untuk mengendalikan dokumen meliputi mengatur cara mengajukan usulan penerbitan/ perubahan dokumen, Mengatur periode dan cara pengendalian dokumen, Mengatur mekanisme persetujuan dokumen, Menyusun daftar dokuman dan distribusinya atau daftar induk dokumen,
Mengatur
mekanisme
distribusi
dokumen,
penggantian
dokumen lama dengan yang terkini. Cara mengendalikan dokumen pertama mengidentifikasi dokumen setiap dokumen sebaiknya mempunyai identifikasi yang unik biasanya melalui pemberian kode pada dokumen kode dapat berupa huruf atau angka atau kombinasi keduanya. Kedua menentukan hal-hal yang perlu ada dalam dokumen sehingga pada setiap dokumen harus jelas tentang fungsi yang menerbitkan dokumen, fungsi yang mengkaji penerbitan dokumen, fungsi yang mengesahkan dokumen, nomor terbitan dokumen, nomor revisi dokumen, serta tanggal penerbitan dokumen. Ketiga menentukan status pengendalian dokumen yang meliputi dokumen terkendali selalu dikendaliakn bila ada perubahan.
81
Penerima dokumen selalu memperoleh dokumen yang terkini dokumen ini sifatnya internal dan dokumen tak terkendali tidak perlu dikendaliakn walau ada perubahan. Penerima dokumen hanya menerima sekali saja. Dokumen ini sifatnya eksternal contohnya dokumen untuk tamu. Pengendalian rekaman mutu yaitu, dokumen yang menyatakan hasil yang dicapai atau memberikan bukti pelaksanaan (terdokumentasi) suatu kegiatan atau penerapan sistem manajemen mutu. atau merupakan suatu catatan dari suatu hal yang telah terjadi pada suatu saat tertentu dan berkaitan dengan sistem manajemen mutu sehingga harus disimpan (jika suatu hari diperlukan ) dan tidak dapat diubah. Jenis-jenis rekaman mutu antara lain rekaman hasil pelatihan, hasil audit, hasil pengkajian menajemen, hasil identifikasi/ atau evaluasi proses, komunikasi internal dan eksternal, rekaman pengendalian proses dan buku log operator, hasil inspeksi dan pengujian, hasil tindakan perbaikan dan pencegahan serta rencana dan laporan pemeliharaan dll. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 mempersyaratkan adanya dua puluh satu rekaman mutu yaitu tinjauan manajemen, pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengalaman, bukti bahwa proses realisasi dan hasil lulusan memenuhi syarat, hasil tinjauan dan pemeriksaan syarat yang berkaitan dengan lulusan dan kegiatan sebagai tindak lanjut dari peninjauan, Masukan desain dan pengembangan, hasil tinjauan desain dan pengembangan dan berbagai kegiatan yang diperlukan, hasil verifikasi rancangan pengembangan dan berbagi kegiatan yang diperlukan, hasil
82
validasi rancangan dan pengembangan dan berbagai kegiatan yang diperlukan, hasil tinjauan perubahan rancangan pengembangan dan berbagai kegiatan yang diperlukan, hasil evaluasi pemasok dan kegiatan sebagai tindak lanjut dari evaluasi, karena diperlukan oleh organisasi untuk menunjukan validasi proses mengenai hasil keluaran yang tidak dapat diverifikasi dengan pemantauan atau pengujianpada akltivitas berikutnya, Identifikasi lulusan yang khas dimana mampu telusur merupakan syarat, milik pelanggan yang hilang, rusak atau didapatkan tidak sesuai untuk digunakan, standar yang digunakan untuk kalibrasi atau verifikasi alat penguji dimana tidak ada standar nasional atau internasional, validitas hasil sebelumnya bila alat penguji didapatkan tidak sesuai dengan syarat, hasil kalibrasi dan verifikasi alat penguji, hasil audit internal, bukti kesesuaian lulusan dengan kriteria penerimaan dan tanda penanggung jawab yang berwenang untuk melepaskan produk,
sifat
ketidak sesuaian lulusan dan berbagai tindakan yang dilakukan, hasil tindakan perbaikan dan hasil tindakan pencegahan. Rekaman mutu tidak hanya terbatas pada yang di persyaratakan saja tetapi juga hal yang lain seperti
perencanaan
realisasi
lulusan,
keluaran
perencangan
dan
pengembangan serta informasi perekrutan. Cara
mengendalikan
rekaman
mutu
sama
dengan
cara
mengendalikan dokumen, yaitu rekaman harus mudah dibaca dan mempunyai identifikasi yang jelas sehingga mampu telusur kapada asal usul informasi yang terekam serta mudah dicari, rekaman harus
83
mempunyai masa simpan tertentu, serta rekaman harus disimpan dengan aman terhindar dari kehilangan ataupun kerusakan 3. Aspek Pelaksanaan Tanggung Jawab Manajemen Hasil penelitian menunjukan bahwa Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan mengenai
tanggung jawab manajemen
terhadap komitmen manajemen memiliki skor pencapaian 72.50 % dan dikategorikan Baik karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai tanggung jawab manajemen terhadap komitmen manajemen yang mencakup komitmen manajemen merupakan klausul pertama sebelum melaksanakan proses, realisasi lulusan analisa dan tindakan perbaikan. Manajemen puncak harus memberikan bukti komitmennya dalam pengembangan, penarapan sistem manajemen mutu, serta penyempurnaan atas efektivitas sistem manajemen mutu. pimpinan harus memberi bukti ikrar keterlibatannya pada pengembangan dan penerapan sistem mutunya dan terus menerus memperbaiki keefektifannya dengan menyampaikan kesekolah pentingnya memenuhi persyaratan pelanggan serta undangundang dan peraturan, menetapkan kebijakan mutu, memastikan tujuan mutunya ditetapkan, melakukan tinjauan manajemen, serta memastikan tersedianya sumber daya. Bagaimana cara melaksanakannya pertama tetapkan persyaratan pelanggan dan peraturan yang berlaku dalam bentuk yang dapat diverifikasi pencapaiannya. Kedua mungkin saja terkait dengan
84
parameter, kesesuaian dan kecepatan,
ketersediaan, pelayanan, dan
kualitas serta keselamatan dan keamanan Tanggung jawab manajemen terhadap kebijakan mutu memiliki skor pencapaian 78.75 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai tanggung jawab manajemen terhadap kebijakan mutu yang mencakup pimpinan harus memastikan bahwa kebijakan mutu pertama sesuai dengan tujuan sekolah, mencakup ikrar pelibatan untuk memenuhi persyaratan dan terus menerus memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutunya, menyediakan kerangka belajar untuk menetapkan dan meninjau tujuan mutu, dikomunikasikan dan difahami dalam sekolah, ditinjau agar terus menerus sesuai. Kedua hal-hal yang sebaiknya diperhatikan manajemen puncak dalam
menentukan
penyempurnaan
kebijakan
efektivitas
mutu sistem
adalah
tingkat
manajemen
dan
mutu
jenis secara
berkesinambungan, tingkat keinginan dan harapan kepuasan pelanggan, pengembangan sumber daya manusia didalam organisasi, kebutuhan akan sumber daya untuk menerapkan ISO 9001:2000, kebutuhan dan harapan pihak-pihak terkait dan konstribusi dan hubungan baik dengan pemasok dan rekan belajar. Ketiga mengandung tiga syarat kebijakan mutu, yaitu kebijakan, tujuan, dan komitmen. Keempat pastikan ada mekanisme untuk mengkomunikasikannya sehingga seluruh jajaran organisasi paham makna kebijakan mutu. Kelima pastikan ada mekanisme untuk meninjau
85
kebijakan mutu agar selalu sesuai dengan strategi organisasi secara keseluruhan. Keenam kebijakan mutu harus dipelihara disemua lapisan organisasi, artinya, kebijakan mutu tetap terdokumentasi dan tidak merubah kebijakan mutu yang masih berlaku, kebijakan mutu menjadi bagian dari pedoman mutu maka perubahan kebijakan mutu harus diatur secara formal serta meninjau kebijakan mutu secara teratur untuk mengetahui bahwa kebijakan mutu masih tetap sesuai dengan arah organisasi. Tanggung Jawab Manajemen terhadap Pelanggan memiliki skor pencapaian 73.75 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai tanggung jawab manajemen terhadap pelanggan yang mencakup fokus pada pelanggan manajemen puncak harus memastikan bahwa
persyaratan
pelanggan
ditetapkan
dan
dipenuhi
untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan.bukti pemastian diatas dapat berupa ditetapkannya kebijakan mutu, rekaman atas proses pemantauan dan pengujiankepuasan pelanggan serta hasil analisisnya. kedua dalam upaya memahami dan memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan organisasi sebaiknya melakukan identifikasi kebutuhan dan harapan pelanggan, mengubah kebutuhan dan harapan menjadi syarat, menginformasikan syarat tadi diseluruh organisasi serta menitikberatkan pada perbaikan proses untuk menjamin dipenuhinya kebutuhan dan harapan pelanggan.
86
Tanggung jawab manajemen terhadap tinjauan manajemen memiliki skor pencapaian 72.50 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai tanggung jawab manajemen terhadap tinjauan manajemen yang mencakup tinjauan manajemen harus dipimpin oleh manajemen puncak, dilakukan secara periodik, memadai (dari segi pelaksanaannya, peserta yang hadir serta agenda yang dibahas), efektif (mampu memberikan hasil sesuai rencana pelaksanaannya), serta harus meninjau dan menilai kemungkinan untuk penyempurnaan dan perubahan sistem manajemen mutu, Kebijakan, dan sasaran mutu Tanggung jawab manajemen terhadap masukan tinjauan manajemen memiliki skor pencapaian 66.25 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai tanggung jawab manajemen terhadap masukan tinjauan manajemen yang mencakup masukan pada tinjauan manajemen harus mencakup informasi tentang hasil audit, umpan balik pelanggan, peri belajar proses dan kesesuain produk, status tindakan pencegahan dan koreksi, tindak lanjut tinjauan manajemen yang lalu, perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manjemen mutu serta saransaran untuk perbaikan. Tanggung jawab manajemen terhadap keluaran tinjauan manajemen memiliki skor pencapaian 73.75 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul
87
standar manajemen mutu mengenai tanggung jawab manajemen terhadap keluaran
tinjauan
manajemen
yang
mencakup
keluaran
tinjauan
manajemen harus mencakup keputusan dan tindakan apapun yang berkaitan dengan dan
perbaikan pada keefektifan sistem manajemen mutu
proses-prosesnya,
perbaikan
persyaratan pelanggan serta
pada
lulusan
berkaitan
dengan
sumber daya yang diperlukan
Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi pihak manajemen memiliki skor pencapaian 77.50 % dan dikategorikan Baik. karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai tanggung jawab, wewenang dan komunikasi yang mencakup tanggung jawab dan wewenang manajemen puncak harus memastikan bahwa tanggung jawab, wewenang
dan
hubungan timbal balik ditentukan, didefinisikan dan dikomunikasikan dalam organisasai. Biasanya dalam bentuk uraian pebelajaran yang didalamnya minimal berisi posisi atau fungsi jabatan, tugas dan tanggung jawabnya serta wewenang yang diberikan serta pastikan pemangku jabatan memahami tanggung jawab dan wewenangnya. Pertama pastikan manajemen tingkat atas harus menunjuk wakil manajemen dengan tanggung jawab memastikan bahwa proses yang dibutuhkan untuk sistem manajemen mutu ditetapkan, diterapakan dan dipelihara, melaporkan kinerja sistem manajemen mutu dan peluang penyempurnaaan pada manajemen puncak serta memastikan bahwa seluruh jajaran organisasi sadar akan persyaratan pelanggan.
88
Kedua komunikasi internal harus ditetapkan tata cara untuk mengkomunikasikan hal-hal yang terkait dengan upaya agar penerapan sistem
manajemen
mutu
berjalan
efektif
misalnya
untuk
mengkomunikasikan kebijakan dan sasaran mutu serta persyaratan produk. Contoh komunikasi internal dialog langsung, briefing atau pertemuan, papan pengumuman, buletin internal serta memeo internal, E-mail, kotak saran dll. Alangkah baiknya bila dapat menetapkan fungsi dan penanggung jawab setiap saluran komunikasi yang telah ditetapkan misalnya papan pengumuman (memuat informasi apa saja, apa sasarannya dan siapa yang harus membaca serta siapa yang harus mengelolanya) 4. Aspek Pengelolaan Sumber Daya Hasil penelitian menunjukan bahwa Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan mengenai
Sumber daya manusia yang
tersedia memiliki skor pencapaian 80 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai sumber daya manusia yang tersedia yang mencakup sumber daya menusia memiliki pastikan kompetensi setiap personil yang pebelajarannya mempengaruhi mutu atau kualitas lulusan, penentuan kompetensi harus berdasarkan pendidikan, pelatihan, keterampilan dan pengalaman serta sumber daya manusia yang perlu diperhatikan dalam usaha perbaikan organisasi secara terus menerus antara lain perencanaan pelatihan dan karier, menentukan tanggung jawab dan wewenang, menentukan tujuan tim atau individu, mengelola kinerjanya
89
dan mengevaluasi hasilnya, mendorong keterlibatan dalam menetapkan tujuan dan membuat keputusan, memberikan pengakuan, mendorong komunikasi dua arah, meninjau kebutuhan karyawan secara terus menerus, menciptakan kondisi yang mendorong inovasi, memastikan belajar tim secara
efektif,
membicarakan
usulan
dan
pandangan
karyawan,
menerapkan ujian kepuasan karyawan serta meneliti alasan karyawan bergabung dan meninggalkan organisasi Bukti obyektif tenaga pendidik dan kependidikan memiliki skor pencapaian 83.75 % dan dikategorikan Baik Sekali, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai bukti obyektif tenaga pendidik dan kependidikan
yang mencakup bukti obyektif kompetensi sertifikasi,
ijazah, curriculum vitae (daftar riwayat hidup), hasil penilaian belajar personil, dan riwayat pelatihan (personal file) Evaluasi pelatihan tenaga pendidik dan kependidikan memiliki skor pencapaian 72.75 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai evaluasi tenaga pendidik dan kependidikan
yang
mencakup evaluasi efektivitas pelatihan mencakup apakah pelatihan telah memenuhi sasaran yang telah ditetapkan serta apakah kompetensi yang diharapkan telah terpenuhi. Hasil pelatihan kadang tidak sepenuhnya dievaluasi sampai dengan hal tersebut dites pada saat pelaksanaan pebelajaran. Formulir umpan balik
90
dari peserta pelatihan untuk memperoleh informasi minimal mengenai metode pelatihan, sumber daya yang digunakan, pengetahuan yang didapat, serta keterampilan yang didapat. Kemudian diakukan penilaian apakah terjadi peningkatan kinerja dan produktivitasdalam pelaksanaan pembelajaran Infrastruktur sekolah memiliki skor pencapaian 71.25 % dan dikategorikan Baik, Penyediaan infrastruktur memiliki skor pencapaian 75 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai infrastruktur sekolah
yang mencakup sekolah menetapkan,
menyediakan dan memelihara prasarana ynag diperlukan untuk mencapai kesesuaian pada persyaratan lulusan. Prasarana mencakup gedung, ruang belajar dan kelengkapan terkait yang memadai, peralatan proses baik perangkat keras atau lunak yang memadai, dan jasa pendukung yang memadai Pemeliharaan infrastruktur sarana memiliki skor pencapaian 75 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai
pemeliharaan
infrastruktur
sekolah
yang
mencakup
pemeliharaan infrastruktur meliputi buat dan terapkan program perawatan dan dalam pelaksanaan program perawatan pertimbangkan cara, frekuensi, verifikasi pelaksanaannya, serta bukti pelaksanaannya dan harus sesuai dengan jenis dan tingkat kepentingan infrastriktur
91
Lingkungan belajar memiliki skor pencapaian 78.75 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai lingkungan belajar sekolah yang mencakup lingkungan belajar merupakan kondisi (meliputi faktor fisik, sosial, psikologis dan lingkungan seperti temperatur, kelembaban, ergonomis, dan komposisi udar), tempat pelaksanaan belajar berlangsung. Tetapkan dan kelola lingkungan belajar yang dibutuhkan untuk mencapai kesesuaian persyaratan lulusan. Manajemen harus menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar memberikan dampak yang positif pada motivasi, kepuasan dan kinerja
karyawn
sehingga
akan
meningkatkan
kualitas luluasan.
Lingkungan belajar yang kondusif meliputi metode dan tempat belajar, keterlibatan guru dan karyawan untuk meningkatkan potensi siswa, kesehatan dan keselamatan belajar (K3), kenyamanan dalam belajar, suhu, kelembaban, cahaya yang baik, serta kebersihan, kebisingan, getaran dan polusi. 5. Aspek Realisasi Lulusan Hasil penelitian menunjukan bahwa Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan mengenai
Perencanaan realisasi lulusan
memiliki skor pencapaian 68.75 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai perencanaan realisasi lulusan yang mencakup
sekolah
merencanakan
proses
yang
diperlukan
untuk
92
merealisasikan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, hasil dari perencanaan proses untuk merealisasikan lulusan harus berupa (apabila memungkinkan) yang meliputi sasaran mutu dan persyaratan lulusan, penetapan proses, dokumen dan sumber daya yang dibutuhkan, kegiatan verifikasi, validasi, pemantauan, inspeksi, dan pengujian serta kriteria keberterimaan lulusan, serta rekaman mutu yang dibutuhkan. Kemudian lulusan yang selalu sama dan teratur, maka aktivitas perencanaan hanya dilakukan pada tahap awal dan dilakukan revisi bilamana terdapat perubahan sumber daya. Yang dapat mempengaruhi kualitas lulusan, untuk lulusan yang sifatnya proyek atau kontrak atau job order dimana setiap kontrak selalu berbeda maka pihak sekolah harus melakukan proses perencanaan untuk masing-masing kontrak, serta penetapan proses biasanya dalam bentuk proses belajar mengajar yang didalamnya mencakup urutan proses KBM (termasuk verifikasi, validasi, pemantauan, inspeksi dan pengujian), sumber daya yang digunakan, dan dokumentasi yang digunakan prosedur, instruksi belajar, rekaman mutu dll Proses yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan memiliki skor pencapaian 71.25 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai proses yang berhubungan dengan pelanggan
yang
mencakup proses yang berhubungan dengan pelanggan meliputi pertama penetapan persyaratan lulusan yang meliputi persyaratan yang ditetapkan pelanggan termasuk didalamnya syarat pengiriman dan aktivitas setelah
93
pengiriman, persyaratan yang tidak dinyatakan oleh pelanggan tetapi penting untuk pengguanaan yang ditentukan oleh tujuan penggunaan, persyaratan peraturan dan hukum yang berhubungan dengan lulusan, dan persyaratan lain yang ditentukan oleh sekolah.
Untuk
menetapkan
persyaratan pelanggan dengan tepat sekolah harus aktif mencari informasi kepada pelanggan. Kedua peninjauan persyaratan lulusan yang meliputi identivikasi dan evaluasi persyaratan pelanggan harus dilakukan sebelum komitmen
menyalurkan
lulusan
kepada
pelanggan,
semua
perbedaan?kurang jelas harus diselesaikan, persyaratan pelanggan yang dinyatakan secara lisan dicatat dan dikonfirmasikan untuk memastikan, bilamana terdapat perubahan persyaratan, dokumen terkait harus disesuaikan dan personil terkait harus diinformasikan, serta rekaman mutu yang terkait denagn peninjauan dan perubahan persyaratan harus dipelihara. Ketiga komunikasi dengan pelanggan meliputi tetapkan dan terapkan tata cara bagaimana pelanggan berkomunikasi dengan sekolah yang terkait dengan informasi lulusan, penanganan order atau kontrak, dan umpan balik termasuk keluhan pelanggan serta pastikan diterapkannya bagian atau fungsi didalam sekolah yang bertanggung jawab untuk itu. Desain
dan
pengembangan
realisasi
lulusan
memiliki
skor
pencapaian 83.75 % dan dikategorikan Baik Sekali, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai desain dan pengembangan realisasi lulusan yang mencakup pertama perencanaan, perancangan, dan pengembangan
94
meliputi dalam merencanakan desain dan pengembangan harus ditentukan tahapan desain dan pengembangan, tinjauan, verifikasi dan validasi yang diperlukan untuk masing-masing tahapan dan tanggung jawab serta wewenang untuk desain dan pengembangan, interaksi antar bagian yang terlibat harus dokoordinasikan agar terjalin komunikasi yang efektif dan distribusi tanggung jawab yang jelas, serta output desain dan pengembangan harus diperbaharui seiring dengan kemajuan desain dan pengembangan. Kedua input, desain dan pengembangan yang meliputi persyaratan fungsionil dan kinerja, peraturan yang berlaku, informasi desain sebelumnya jika relevan, serta persyaratan lain yang diperlukan. Input ini harus dievaluasi dari segi kecukupan, persyaratan yang lengkap dan tidak bertentangan satu sama lain. Contoh masukan desain kebutuhan dan harapan pelanggan, standar nasional?standar internasional, informasi pemasok, kebijakan dan tujuan sekolah, kemampuan orang yang melakukan desain, catatan dan data proses yang ada, syarat pengiriman lulusan. Ketiga output desain dan pengembangan hasil desain dan pengembangan harus tersedia dalam bentuk yang memungkinkan untuk dievaluasi atas persyaratan inputnya. Output desain harus memenuhi persyaratan input, memberikan informasi yang tepat bagi penerimaan, proses dan ketentuan pelayanan, memuat atau menunjukan kriteria keberterimaan lulusan, serta menjelaskan karakteristik lulusan yang penting bagi keamanan dan penggunaan yang tepat. Contoh output desain
95
spesifikasi lulusan termasuk kriteria penerimaan lulusan, spesifikasi proses untuk menghasilkan lulusan yang dikehendaki, informasi bagi pengguna, gambar dan data bagi lulusan, serta formula atau sistem prosesnya. Keempat peninjauan desain dan pengembangan meliputi peninjauan harus sistematik untuk memastikan kesesuaian pada persyaratan input, jika dalam proses peninjauan ditemukan permasalahan maka sekolah harus melakukan tindakan tertentu dan hasilnya harus dicatat, evaluasi desain dan pengembangan harus dilakukan secara berkala, serta catatan evaluasi dan tindakan yang diputuskan harus disimpan. Kelima verifikasi desain dan pengembangan meliputi verifikasi harus dilakukan untuk memastikan bahwa hasil desain dan pengembangan sudah memenuhi masukan desain dan pengembangan serta hasil verifikasi harus disimpan. Keenam validasi desain dan pengembangan meliputi validasi dilakukan sesuai aturan yang ditetapkan untuk memastikan bahwa lulusan yang dihasilkan mampu memenuhi persyaratan tujuan penggunaan, sejauh memungkinkan validasi harus dilakukan sebelum pengiriman atau penggunaan, dan catatan verifikasi harus disimpan. Ketujuh pengendalian terhadap
perubahan
desain
dan pengembangan
meliputi
sekolah
menetapkan pengaruh atas perubahan perancangan dan pengembangan pada bagian-bagian tertentu lulusan sampai dengan pada saat pengiriman lulusan serta semua perubahan dan modifikasi desain harus diidentifikasi, diperiksa, diverifikasi dan divalidasi sesuai keperluan dan disetujui sebelum pelaksanannya.
96
Sistem penerimaan siswa baru yang akan masuk memiliki skor pencapaian 80 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai sistem penerimaan siswa baru yang mencakup pertama pengendalian terhadap penerimaaan yang meliputi siswa yang masuk harus sesuai persyaratan penerimaan yang ditentukan, sekolah perlu menetapkan kriteria atau parameterbagi sekoal SLTP ynag akan mendaftar, daftar rekanan yang terseleksi perlu dipelihara, rekanan harus dievaluasi dan dipilih berdasarkan kemampuannya untuk menyediakan lulusan yang akan mendaftar memenuhi persyaratan, serta rekaman mutu hasil evaluasi dan tindak lanjutnya harus disimpan. Kedua untuk memperoleh apa yang diharapkan sekolah harus memberikan informasi yang lengkap dan jelas menyangkut siswa yang diterima bila sesuai meliputi persyaratan persetujuan lulusan, prosedur, proses dan peralatan dan kualifikasi siswa serta persyaratan sistem manajemen mutu kecukupan dan kelengkapan persyaratan penerimaan harus dipastikan sebelum dikomunikasikan kepada sekolah. Ketiga verifikasi lulusan yang diterima meliputi tetapkan dan terapkan inspeksi atas lulusan yang diterima untuk memastikan kesesuaiannya dengan persyaratan (incoming inspection) dan apabila verifikasi dilakukan ditempat asal siswa baru hal tersebut tercakup dalam dokuman penerimaan. Proses dan pelayanan realisasi lulusan memiliki skor pencapaian 82.50 % dan dikategorikan Baik Sekali, karena sebagian besar sudah
97
memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai proses dan pelayanan realisasi lulusan yang mencakup pertama pengendalian proses dan pelayanan meliputi untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan permintaan pelanggan, maka proses harus dikendalikan, pengendalian setiap proses pnegendalian tersebut meliputi ketersediaan informasi karakteristik lulusan, penggunaan peralatan yang memadai, keytersediaan dan penggunaan peralatan pemantauan dan pengujian, pelaksanaan pemantauan dan pengujian, serta pelaksanaan kegiatan pelepasan, pengiriman dan pasca pengiriman. Kedua validasi proses dan pelayanan yang meliputi identifikasi dan tetapkan proses dan pastikan dilakukan validasi dengan cara menetapkan kriteria untuk meninjau dan menetapkan proses, pengesahan peralatan dan kualifikasi personal, penggunaan metode dan prosedur khusus, penetapan rekamanrekaman, dan validasi ulang. Ketiga pemeliharaan kualitas lulusan meliputi pastikan kuliatas lulusan terpelihara mulai dari proses didalam sekolah sampai dengan pengiriman ketempat pelanggan dan pemeliharaan meliputi identifikasi, penanganan, pengemasan, penyimpanan, dan perlindungan. Pengendalian alat pengukuran dan pemantauan realisasi lulusan memiliki skor pencapaian 60 % dan dikategorikan Cukup. karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai pengendalian alat pengukuran dan pemantauan realisasi lulusan yang mencakup pertama proses pelaksanaan
98
pemantauan dan pengujian harus ditentukan dan dilakukan dengan cara yang konsisten dengan persyaratan pemantauan dan pengujian. untuk memastikan hasil pemantauan dan pengujian yang tepat alat uji dan pemantauan harus dikalibrasi atau diverifikasi secara periodik, harus dipelihara, disesuaikan, diberikan status kalibrasi, dijaga dari penyesuaian yang ilegal, serta dijaga dari kerusakan selama penanganan, pemeliharaan dan penyimpanan. Kedua penyimpangan pengujian lakukan verifikasi dan dan tindakan terhadap alat uji dan llulusan yang terpengaruh. Ketiga pemantauan dan pengujian 6. Aspek Pengukuran, Analisis dan Perbaikan Hasil penelitian menunjukan bahwa Pelaksanaan manajemen penjaminan mutu pendidikan mengenai Perencanaan, pengukuran, analisis dan perbaikan memiliki skor pencapaian 70 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai Perencanaan, pengukuran, analisis dan perbaikan yang mencakup perencanaan dan Pelaksanaan pemantauan pengujian dan analiasa perbaikan proses harus dilkukan untuk kesesuaian lulusan dengan persyaratan, kesesuaian dengan sistem manajemen mutu, dan efektivitas sistem manajemen mutu secara berkesinambungan. Kemudian pengukuran dan analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam memberikan informasi guna pengambilan keputusan serta penggunaan metode seperti kuesioner, wawancara dan penggunaan teknik statistika
99
Pengukurn dan pemantauan tentang kepuasan pelanggan memiliki skor pencapaian 71.25 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai Pengukurn dan pemantauan tentang kepuasan pelanggan yang mencakup kepuasan pelanggan meliputi tingkat kepuasan pelanggan menunjukan kinerja sistem manajemen mutu sekolah seperti kedisiplinan, skill atau keterampilan individu, prestasi belajar dll, informasi mengenai kepuasan pelanggan terhadap pemenuhan persyaratan harus dipantau, sekolah harus menetapkan metode untuk memperoleh informasi berkaitan dengan kepuasan pelanggan, serta metode yang digunakan bisa aktif atau pasif, tertulis atau lisan, eksternal atau internal serta sumber informasi bisa didapat dari:survey atau kuesioner, keluhan, umpan balik atau komunikasi langsung analisa pasar atau kompetitor. Kemudian internal audit, pengukuran dan pemantauan proses, dan terakhir pengukuran dan pemantauan lulusan Pengendalian ketidaksesuaian lulusan memiliki skor pencapaian 60 % dan dikategorikan Cukup, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai Pengendalian ketidaksesuaian lulusan yang mencakup dengan melakukan
tindakan
untuk
menghilangkan
ketidaksesuaian
yang
ditemukan, dengan membolehkan pemakaian, pelepasan atau penerimaan melalui konsesi oleh orang berwenang yang relevan dan bila dapat oleh pelanggan, dengan melekukan tindakan mencegah pemakaian atau
100
penerapan awal yang dimaksudkan, harus dibuat prosedur terdokumentasi yang menjelaskan tanggung jawab dan wewenang personil yang berkaitan dengan pengendalian ketidaksesuaian lulusan, pastikan adanya identifikasi terhadap ketidaksesuaian lulusan, hasil koreksi atas ketidaksesuaian lulusan harus diverifikasi ulang guna menunjukan kesesuaiannya pada persyaratan, apabila ketidaksesuaian lulusan terdeteksi setelah pengiriman atau pada saat digunakan, sekolah haruis melakukan tindakan sesuai dengan dampak atas ketidaksesuaian lulusan tersebut, serta memberikan informasi mengenai kecenderungn ketidak sesuaian lulusan Sistem analisa data memiliki skor pencapaian 71.25 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai Sistem analisa data yang mencakup sekolah menetapkan, menghimpun dan menganalisis data sesuai untuk memperagakan kesesuaian dan keefektifan sistem manajemen mutu dan untuk menilai diman perbaikan barlanjut. Sistem manajemen mutu dapat dilakukan. Ini harus mencakup data yang dihasilkan dari pemantauan dan pengujiandan dari sumber relevan lain analisis data harus memberikan informasi yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan seperti prestasi, kedisiplinan skill atu keterampilan, kesesuaian dengan persyaratan lulusan, karakteristik dan kecenderungan proses dan produk termasuk peluang untuk tindakan pencegahan, serta penerimaan siswa parameternya prestasi akademiknya
sumber
101
Sekolah melekukan tindakan koreksi dan mencegah terulangnya terhadap mutu lulusan yang tidak sesuai memiliki skor pencapaian 78.75 % dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai Sekolah melekukan tindakan koreksi dan mencegah terulangnya terhadap mutu lulusan yang tidak sesuai yang mencakup sekolah melakukan tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian untuk mencegah terulangnya. Tindakan koreksi harus sesuai dengan pengaruh ketidaksesuaian yang dihadapi. Kemudian harus ditetapkan prosedur terdokumentasi untuk menetapkan persyaratan bagi peninjauan ketidaksesuaian (termasuk keluhan pelanggan), penetapan penyebab ketidaksesuaian, penilaian kebutuhan tindakan untuk memastikan bahwa ketidaksesuaian tidak terulang, penetapan dan penerapan tindakan yang diperlukan, rekaman hasil tindakan yang dilakukan, serta peninjauan tindakan koreksi yang dilakukan. Sekolah menetapkan tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian untuk mencegah terjadinya kesalahan yang tidak sesuai kriteria lulusan memiliki skor pencapaian 75.00 dan dikategorikan Baik, karena sebagian besar sudah memenuhi persyaratan yang termuat dalam klausul standar manajemen mutu mengenai Sekolah menetapkan tindakan untuk
menghilangkan
penyebab
ketidaksesuaian
untuk
mencegah
terjadinya kesalahan yang tidak sesuai kriteria lulusan yang mencakup sekolah
menetapkan
tindakan
untuk
menghilangkan
penyebab
102
ketidaksesuaian potensial untuk mencegah terjadinya tindakan pencegahan harus sesuai dengan pengaruh masalah potensial ini. harus ditetapkan prosedur terdokumentasi untuk menetapkan persyaratan bagi penetapan ketidaksesuaian potensial dan penyebabnya, penilaian kebutuhan akan tindakan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian, penetapan dan penerapan tindakan yang diperlukan, rekaman hasil tindakan yang dilakukan, serta peninjauan tindakan pencegahan yang dilakukan. 7. Aspek Total Quality Management (TQM) Hasil Penelitian Implementasi TQM di lembaga
Pendidikan
SMKN 3 Palu, Khususnya di bagian QMR sudah memenuhi ketentuan yang ada dan telah diterapakan dengan baik, namun beberapa di antarahnya masih perlu mendapatkan perhatian khusus dari pihak Sekolah, berikut ini merupakan beberapa pembahasan TQM, antara lain: a) Manajemen Puncak menjadikan TQM sebagai prioritas Utama Lembaga. Visi yang jelas dan dapat Dicapai, menyusun tujuan yang agresif lembaga sekolah dan setiap unit. Dan terpenting menunjukan komitmen terhadap TQM melalui aktifitas mereka b) Budaya lembaga sekolah mengarah pada TQM sehingga setiap orang dan setiap proses menyertakan konsep TQM. Dan membangun paradigma bahwa kualitas adalah tujuan utama, focus pada konsumen, segala sesuatu yang dikerjakan diselaraskan untuk memenuhi harapan konsumen.
103
c) Setiap Sub/bidang dikembangkan pada keseluruhan Sekolah untuk memahami
kualitas,
identifikasi
keinginan konsumen,
dan
mengukur kemajuan dan kualitas. Masing-masing Sub/bidang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan mereka sebagai bagian dari tujuan Sekolah keseluruhan. d) Perubahan dan perbaikan proses dan Realisasi lulusan telah diimplementasikan, dipantau, dan disesuaikan atas dasar hasil analisis pengukuran. namun belum mencapai hasil yang maksimal di lapangan, dikarenakan hasil realisasi lulusan belum ada follow up yang memenuhi standar, misal penyediaan lapangan pekerjaan.
Penggunakan angket yang ditujukan kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, Quality Management Representatif (QMR), Ketua jurusan dan sekertaris jurusan, kepala bagian tata usaha, serta komite sekolah. Disertai dengan wawancara dan sistem dokumentasi yang bertujuan sebagai penunjang pembahasan terhadap kebenaran data yang diberikan oleh pengurus sekolah. Dokumentasi dapat dilihat pada daftar lampiran. Berikut ini adalah rangkuman hasil wawancara: a. Sistem dokumentasi Pelaksanaan sistem dokumentasi di SMK N 3 Palu adalah Dokumentasi dan penerapan yang sesuai Dibuat agar efisisen, efektif , fleksibel dan mudah dilaksanakan, sistem mutu dibuat agar mudah untuk diaudit dan disertifikasi, mengunakan bahasa yang mudah
104
dimegerti. Penerapan yang sistematik Menjamin seluruh kegiatan operasi telah terlibat, menggambarkan keterkaitan proses antara fungsi organisasi. Melakukan uji coba dari sistem mutu yang telah dibuat b. Tanggung jawab manajemen Pelaksanaan tanggung jawab manajemen di SMK N 3 Palu adalah sekolah perlu bertanggung jawab dan terlibat dalam proses rekrutmen (dalam arti penentuan jenis guru yang diperlukan) dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf lainnya). Sementara itu pembinaan profesional dalam rangka pembangunan kapasitas/kemampuan kepala sekolah dan pembinaan keterampilan guru dalam pengPelaksanaanan kurikulum termasuk staf kependidikan lainnya dilakukan secara terus menerus atas inisiatif sekolah. Untuk itu birokrasi di luar sekolah berperan untuk menyediakan wadah dan instrumen pendukung. Dalam konteks ini pengembangan profesioanl harus menunjang peningkatan mutu dan pengharhaan terhadap prestasi perlu dikembangkan. Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengkontrol sumber daya manusia, fleksibilitas dalam merespon kebutuhan masyarakat, misalnya pengangkatan tenaga honorer untuk keterampilan yang khas, atau muatan lokal. Demikian pula mengirim guru untuk berlatih di institusi yang dianggap tepat.
105
c. Pengelolaan sumber daya Pelaksanaan realisasi lulusan di SMK N 3 Palu dalam pelaksanaan pengelolaaan sumber daya adalah sekolah mempunyai fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat.
Selain
pembiayaan
operasional
atau
administrasi,
pengelolaan keuangan harus ditujukan untuk : (i) memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengalolasikan dana sesuai dengan skala prioritas yang telah ditetapkan untuk proses peningkatan mutu, (ii) pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses pengadaannya, dan (iii) pengurangan kebutuhan birokrasi pusat. d. Realisasi lulusan Keberhasilan sekolah SMK N 3 Palu dalam pencapaian realisasi lulusan diukur dari tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan pelayanan sama atau melebihi harapan pelanggan. Dilihat jenis pelanggannya, maka sekolah dikatakan berhasil jika 1) Siswa puas dengan layanan sekolah, antara lain puas dengan pelajaran yang diterima, puas dengan perlakuan oleh guru maupun pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan sekolah. Pendek kata, siswa menikmati situasi sekolah Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya maupun layanan kepada orang tua, misalnya puas karena menerima laporan periodik tentang perkembangan siswa maupun program-program sekolah. 2) Pihak pemakai/penerima
106
lulusan (perguruan tinggi, industri, masyarakat) puas karena menerima lulusan dengan kualitas sesuai harapan 3) Guru dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah, misalnya pembagian kerja, hubungan antar guru, karyawan, pimpinan, gaji atau honorarium, dan sebagainya. (Panduan Manajemen Sekolah, 2000:193). e. Pengukuran, analisis dan perbaikan Pengukuran, analisi, dan perbaikan yang dilaksanakan di SMK N 3 Palu adalah dengan melakukan monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan apakah program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai, dan sejauh mana pencapaiannya. Karena fokus tujuan sekolah adalah mutu siswa, maka kegiatan monitoring dan evaluasi harus memenuhi kebutuhan untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan tujuan dan kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah untuk meneliti efektifitas dan efisiensi dari program sekolah dan kebijakan yang terkait dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Seringkali evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain hasil evaluasi juga diperlukan informasi lain yang akan dipergunakan untuk pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan dan pelaksanaan program di masa mendatang. Demikian aktifitas tersebut terus menerus dilakukan sehingga merupakan suatu proses peningkatan mutu yang berkelanjutan.
107
f. Sistem manajemen mutu Sistem manajemen mutu adalah struktur organisasi ,tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya untuk menerapkan manajemen mutu. Untuk itu dalam pencapaian mutu perlu dibentuk satu sistem manajemen mutu sesuai proses produksi yang ada di lingkungan tersebut Sehingga sistem mutu dibangun berlandaskan kekuatan sumberdaya sendiri untuk mencapai mutu yang diharapkan serta peningkatan mutu secara berkesinambungan. Oleh karena itu setiap sumber daya yang terlibat dalam satu sistem mutu ini harus mampu bekerjasama konsisten, bertanggung jawab, komitmen untuk mewujudkan mutu sesuai yang ditetapkan . Dalam membangun sistem
manajemen
mutu
harus
disesuaikan
dengan
proses
penyelenggaraan pendidikan meliputi pengelolaan sumber daya, proses belajar mengajar, hasil pendidikan yang diharapkan (sesuai keinginan pasar).
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Hasil penelitian tentang pelaksanaan sistem manajemen mutu pendidikan di SMKN 3 Palu dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan sistem manajemen mutu pendidikan di SMKN 3 Palu yang meliputi pengembangan sistem manajemen mutu melalui menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu terus menerus memperbaiki keefektifannya sesuai persyaratan standart internasional (ISO 9001:2000) secara keseluruhan berada dalam kategori baik, dengan persentase pencapaian sebesar 75.41 % 2. Pelaksanaan sistem dokumentasi manajemen penjaminan mutu pendidikan di SMKN 3 Palu yang berupa rekaman hasil penelitian, hasil pengkajian manajemen, hasil identifikasi atau evaluasi proses, komunikasi eksternal dan internal, rekaman pengendalian proses dan log operator, hasil inspeksi dan pengujian hasil tindakan perbaikan dan pencegahan, serta rencana dan laporan pemeliharaan secara keseluruhan berada dalam kategori baik, dengan persentase pencapaian sebesar 68.41 %. 3. Pelaksanaan tanggung jawab manjemen penjaminan mutu pendidikan di SMKN 3 Palu yang berupa pengembangan sistem manajemen mutu melalui identifikasi, pemahaman dan pemenuhan kebutuhan pelanggan SMKN 3 Palu, perumusan dan pengelolaan kebijakan mutu sekolah, perumusan sasaran mutu dan perencanaan sistem manajemen mutu
108
109
sekolah, pendefinisian tugas serta tanggung jawab individu pada SMKN 3 Palu, penunjukan QMR; perumusan dan pelaksanaan proses komunikasi internal; serta pengkajian sistem manajemen mutu dan hasil aplikasi kajian tersebut secara keseluruhan berada dalam kategori baik, dengan persentase pencapaian sebesar 74.68 %. 4. Pelaksanaan pengelolaan sumber daya manajemen penjaminan mutu pendidikan di SMKN 3 Palu yang berupa identifikasi dan penyediaan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan sistem manajemen mutu serta pencapaian tujuan SMKN 3 Palu; penggunaan sumber daya manusia yang kompeten dan peningkatan kompetensi mereka; identifikasi penyediaan dan pemeliharaan sarana prasarana untuk proses realisasi pendidikan dan beserta proses pendukungnya; identifikasi dan pengelolaan lingkungan kerja yang kondusif pada SMKN 3 Palu secara keseluruhan berada dalam kategori baik, dengan persentase pencapaian sebesar 76.60 %. 5. Pelaksanaan realisasi lulusan manajemen penjaminan mutu pendidikan di SMKN 3 Palu yang terwujud dalam pelaksanaan dan pengembangan sistem manajemen mutu melalui perencanaan dan pengembangan proses realisasi lulusan; perencanaan desain dan pengembangan kurikulum; pelaksanaan kajian; verifikasi; validasi serta pengawasan perubahan atas desain dan pengembangan kurikulum; pemantauan, pendokumentasian serta verifikasi kegiatan penerimaan siswa baru yang akan masuk; pengawasan; dan validasi terhadap lulusan dan proses pembelajaran;
110
pengendalian, pemantauan dan pengukuran metode yang dipergunakan dalam kegiatan pengukuran, verifikasi, validasi dan pengawasan terhadap lulusan serta proses pembelajaran pada SMKN 3 Palu secara keseluruhan berada dalam kategori baik, dengan persentase pencapaian sebesar 74.37 %. 6. Pelaksanaan pengukuran, analisi dan perbaikan manajemen penjaminan mutu pendidikan di SMKN 3 Palu yang berupa pengembangan sistem manajemen
mutu
melalui
perumusan
dan
pelaksanaan
proses
pengumpulan informasi untuk memastikan efektifitas serta efisiensi proses realisasi lulusan; pemantauan dan pengukuran kepuasan pelanggan SMKN 3 Palu ; perencanaan dan pelaksanaan audit internal; pemantauan dan pengukuran proses pembelajaran beserta lulusannya; pengendalain hasil proses realisasi lulusan yang tidak sesuai; penentuan, pengumpulan dan analisi data atas efektifitas serta efisiensi sistem manajemen mutu; pelaksanaan tindakan koreksi dan perbaiakan serta pencegahan untuk mengurangi penyebab serta munculnya ketidaksesuaian untuk menjaga pelaksanaan proses reaalisasi lulusan dan meningkatkan kinerja SMKN 3 Palu secara berkesinambungan secara keseluruhan berada dalam kategori baik, dengan persentase pencapaian sebesar 71.04 %.
111
B. IMPLIKASI Sistem Manajemen Mutu terdiri dari suatu kerangka sebagai pedoman lembaga pendidikan untuk mengendalikan aktivitas bisnis dengan suatu penekanan pada pengukuran pencegahan dan peningkatan aktivitas yang bisa berpengaruh pada kinerja lembaga pendidikan untuk pelaksanaan Sistem Manajemen
Mutu
yang
efektif,
direksi
lembaga
pendidikan
perlu
menyediakan bukti komitmen manajemen pada setiap proses. Pada umumnya ini melibatkan pendekatan yang tertib mulai dari tinjauan-ulang penerbitan dokumen lembaga pendidikan, pengembangan suatu kebijakan mutu, pencapaian sasaran hasil, rencana, strategi dan proses pekerjaan. Juga untuk memastikan ketersediaan sumber daya untuk mencapai pelaksanaan penuh. Lembaga pendidikan harus mengkomunikasikan pentingnya memenuhi pelanggan seperti pelaksanaan aturan dan persyaratan sesuai dengan undangundang serta melakukan tinjauan ulang kinerja manajemen. Standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen kualitas. Standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan–persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen kualitas. Standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan – persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah produk (barang atau jasa). Standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas. Namun, bagaimanapun juga diharapkan bahwa produk yang dihasilkan dari suatu
112
sistem manajemen kualitas internasional, akan berkualitas baik (standar). Standar manajemen mutu ISO 9001:2000 ialah merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek– praktek standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi. Meskipun pelaksanaan system manajemen mutu ISO 9001:2000 pada institusi pendidikan di Indonesia masih sangat terbatas, persyaratan yang termuat dalam sistem manajemen mutu ini memberikan suatu kerangka kerja untuk peningkatan mutu layanan pendidikan secar berkesinambungan dan terukur serta dapat menjadi sarana dalam menciptakan budaya mutu yang lahir secara internal dalam lembaga pendidikan.
C. KETERBATASAN PENELITIAN Pada dasarnya penelitian tentang Pelaksanaan Manajemen Penjaminan Mutu Pendidikan di SMKN 3 Palu telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan sampai dengan penyusunan laporannya. Namun demikian penelitian ini tidak terlepas dari kelemahan atau keterbatasan, yaitu pelaksanaan sistem manajemen mutu yang diteliti dalam penelitian ini hanya mengacu pada Standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 yang diaplikasikan di SMKN 3 Palu.
113
D. SARAN 1. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem manajemen mutu adalah sikap mental para pengelola pendidikan, tidak adanya tindak lanjut dari evaluasi program, gaya kepemimpinan yang tidak mendukung, kurangnya rasa memiliki para pelaksana pendidikan. Dan belum membudayanya prinsip melakukan sesuatu secara benar dari awal. Kendalakendala itu disebabkan oleh adanya kepemimpinan yang tidak berjiwa entrepeneur dan tidak tangguh, adanya sentralistrik manajemen pendidikan, dan rendahnya etos kerja apara pengelola, kurangnya melibatkan semua pihak untuk berpartisipasi. 2. Sistem Dokumentasi dan penerapan yang sesuai Dibuat agar efisisen, efektif , fleksibel dan mudah dilaksanakan, sistem mutu dibuat agar mudah untuk diaudit dan disertifikasi, mengunakan bahasa yang mudah dimegerti. 3. Tanggung jawab manajemen Sekolah dituntut untuk memilki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan
antara
harapan/tuntutan
komitment orang
terhadap
standar
tua/masyarakat.
keberhasilan
dan
Pertanggung-jawaban
(accountability) ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana masyarakat dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk menyajikan informasi mengenai apa yang sudah dikerjakan. Untuk itu setiap sekolah harus
memberikan
laporan
pertanggung-jawaban
dan
mengkomunikasikannya kepada orang tua/masyarakat dan pemerintah, dan
114
melaksanakan kaji ulang secara komprehensif terhadap pelaksanaan program prioritas sekolah dalam proses peningkatan mutu. 4. Pengelolaa Sumber daya; sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Selain pembiayaan
operasional/administrasi,
pengelolaan
keuangan
harus
ditujukan untuk : (i) memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengalolasikan dana sesuai dengan skala prioritas yang telah ditetapkan untuk proses peningkatan mutu, (ii) pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses pengadaannya, dan (iii) pengurangan kebutuhan birokrasi pusat. 5. Dalam pelaksanaan realisasi lulusan keberhasilan sekolah diukur dari tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan pelayanan sama atau melebihi harapan pelanggan. Dilihat jenis pelanggannya, maka sekolah dikatakan berhasil jika Siswa puas dengan layanan sekolah, antara lain puas dengan pelajaran yang diterima, puas dengan perlakuan oleh guru maupun pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan sekolah. Pendek kata, siswa menikmati situasi sekolah. Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya maupun layanan kepada orang tua, misalnya puas karena menerima laporan periodik tentang perkembangan siswa maupun programprogram sekolah, Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi, industri, masyarakat) puas karena menerima lulusan dengan kualitas sesuai harapan. Guru dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah, misalnya
115
pembagian
kerja,
hubungan
antarguru/karyawan/pimpinan,
gaji/honorarium, dan sebagainya. 6. Pengukuran, analisis dan perbaikan melakukan monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan apakah program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai, dan sejauh mana pencapaiannya. Karena fokus sekolah adalah mutu siswa, maka kegiatan monitoring dan evaluasi harus memenuhi kebutuhan untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan tujuan dan kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah untuk meneliti efektifitas dan efisiensi dari program sekolah dan kebijakan yang terkait dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Seringkali evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain hasil evaluasi juga diperlukan informasi lain yang akan dipergunakan untuk pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan dan pelaksanaan program di masa mendatang. Demikian aktifitas tersebut terus menerus dilakukan sehingga merupakan suatu proses peningkatan mutu yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Chaedar alwasilah dan Yahya sudarya. Menaksir Mutu Perguruan Tinggi Oleh http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0504/26/0801.htm Adel Alkeaid (2007). Iso 9000 and creativity: potential advanteges of implementing iso in community collegers. Jurnal diambil pada tanggal 18 desember 2012 di http://proquest.umi.com/pqdweb. Ahmad kurnia. (2008). Manajemen mutu terpadu. Artikel di ambil pada tanggal 18 Desember 2012 di http://elqorni.woedpress.com Andi Jusniar (2005). Implementasi SMM ISO 9001:2000 pada unit pendidikan ATMI Surakarta. Tesis (tidak dipublikasikan), Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta Arcaro, J. S. (1995). Quality in education: An implementation handbook. Florida: St. Lucie Press Arif mulyadi. (2008). Pengaruh peerapan sistem manajemen mutu iso 9001:2000 terhadap pengetahuan, sikap dan prilaku pegawai di badan diklat propinsi jawa timur. Tesis tidak di publikasikan di ambil dari http://adln.lib.unair.ac.id Arifin, S.Pd., M.pd. (2012). Manajemen Mutu Pendidikan. Di akses pada tanggal 09,agustus 2012 di http://guruidaman.blogspot.com/2012/08/manajemenmutu-pendidikan.html Bambang Indriyanto. Sumber Daya Pendidikan: reaktualisasi pasal 1 (ayat 10) undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasionaloleh http://www.depdiknas.go.id BSN (2006). Pedoman Standarisasi Nasional (PSN). Penilaian kesesuaian pedoman penggunaaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk. Badan Standarisasi Nasional Cahya yuana (2008). Evaluasi penerapan sistem manajemen mutu iso 9001:2000 di smk negeri sekota Yogyakarta. Tesis (tidak dipublikasikan), Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta Core business solution (2003). ISO in education an verview. Di akses pada tanggal 19 desember 2012 di http://Thecoresolution.com
116
117
Depdiknas (1999). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 60 tahun 1999 tentang pendidikan menengah kejuruan. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas (2003). Pedoman penjaminan mutu pendidikan tinggi. Dirjen Dikti. Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan Jakarta. Depdiknas (2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Deptan (2002). Info mutu edisi desember. Penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Pusat Standarisasi dan Akreditasi Setjen Departeman Pertanian. Eddy Sutadji (2009). Model evaluasi mutu sekolah: Pengembangan instrument untuk menetapkan mutu. Disertasi (tidak dipublikasikan), Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta Eman Suparman. Manajemen pendidikan masa depan http://www.depdiknas.go.id/publikasi/Buletin/Pppg_Tertulis/08_2001/man ajemen_pendidikan_masa_depan.htm Gaspersz V.(2000). ISO 9001:2000 and continual quality improvement. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama (Penerjemah Tim Pustaka Utama). http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/30207196206.pdf Husaini Usman. (2004). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Ibnu Hadjar. (1999). Dasar-dasar metodologi penelitian kuantitatif dalam pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Iwan Gunawan. (2008). Pendidikan dan kontribusihnya bagi kemajuan bangsa. Artikel di ambil pada tanggal 22 agustus 2012 dari http://tumasouw.tripod.com/education. Mardi Wiyono, (2007). implementasi sistem manajemen mutu berbasis iso 9001:2000 di akses pada tanggal 12 agustus 2012 di http://jurnal.pdii.lipi.go.idadminjurnal30207196206.pdf Permen. (2005) peraturan pemerintah republik indonesia no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Di akses pada taggal 12 desember 2012 di http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wpcontent/uploads/2012/08/PP-no-19-th-2005-ttg-standar-nasionalpendidikan.pdf
118
Preedy Margaret.(2004). Education management. Strategy quality, and resources. New york: the open university Rudi Suardi (2003). Sistem manajemen mutu ISO 900:2000: Penerapannya untuk mencapai TQM. Jakarta: Penerbit PPM Ruslan Fariadi. Total Quality Management (TQM) dan Implementasinya dalam Pendidikan Di akses pada tanggal 19 desember 2012 di
http://aa-den.blogspot.com/2010/07/total-quality-managementtqm-dan.html
Sallis, Edward. (2007). Total quality management in education. London: Kogan Page Educational Management Series Slamet, Margono. (1994). Manajemen Mutu Terpadu dan perguruan Tinggi Bermutu. Proyek HEDS Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sharples, K. A., Slusher, M., Swaim, M. (1996). How TQM Can Work In Education. Quality Progress, May, 75-78. Dari CD-ROM. Sugiyono. (2004). Metode penelitian administrasi. Bandung: Alphabeta Sugiyono. (2008). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alphabeta Suharsimi Arikunto. (2008). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (edisi revisi). Jakarta : Bumi Aksara Supa`at. (2001). Total quality management pada pengelolaan sekolah tinggi islam negeri kudus. Tesis master , tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta Suyanto. (2006). Dinamanika Pendidikan Nasional : dalam percaturan dunia global. Jakarta: PASP Muhammadiyah Syafaruddin. (2002). Manajemen mutu terpadu dalam pendidikan: Konsep Strategi, dan aplikasi. Jakarta: Grasindo
Tim penyusun XLN Word. (2008). Implementasi ISO 9001:2000 dengan Praktis.di akses pada tanggal 25 desember 2012 http://xlnworld.net/2008/12/18/implementasi-iso-90012000dengan-praktis/ Tim Penyusun. (2008). Pedoman tugas akhir UNY. Yogyakarta :UNY
119
Waks & Frank. (1999). Application of the total quality management approach principles and the ISO 9000 standards in engineering education, European Journal of Engineering Education. Vol. 24, Iss. 3; pg. 249, 10 pgs. Di akses pada tanggal 27 agustus 2012 dari http://proguest.umi.com/pqdweb.