Laporan Penelitian
Pengaruh Penggunaan Berbagai Faktor Produksi Terhadap Produksi Padi Program SupraInsus Kasus di Kabupaten Sleman Oleh : Marzuki, Unggul Priyadi, dan Suhartini *) 1. Latar Belakang Pelaksanaan pengembangan tanaman pangan, khususnya beras, semenjak 1984 berhasil mencapai swasembada. Suatu hal yang pantas disyukuri bahwa negara kita yang sebelumnya merupakan pengimpor beras terbesar di dunia, akhirnya mampu berswasembada.
Keberhasilan
ini
merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam upaya memenuhi kebutuhan beras, Bermula tahun 1952 dengan Rencana Kemakmuran Kasimo dilanjutkan dengan Program Padi Sentra, kemudian Program Demonstrasi Masai (1961), Program Bimbingan Masai (Bimas), Program Intensifikasi Masai pada tahun 1969, Pro gram Intensifikasi Khusus (Insus) tahun 1979, dan kini Program Supra Insus sejak tahun 1987.
Kendala yang dihadapi untuk mengembangkan produksi padidiluarJawa secaraekstensifadalah terbatasnya jaringan irigasidankondisi tanahyangkurangcocok
dengan usaha tani padi, sedangkan di Jawa ekstensifikasi tldak mungkin dilakukan, maka altematif yang ditempuh untuk mempertahankan swasembada ialah
mengintensifkanusahatani Program Supra Insus.Hal inidimungkinkandenganadanya stniktur pedesaan yang progresif yang mendorong petani, pamong desa serta pihak-pihak yang terkaituntuk terlibat aktif dalam program tersebuL
Usahatani Program Supra Insus Supra Insus adalah rekayasa teknologi, sosial dan ekonomi, untuk meningkatkan produktivitas dan
pendapatan usahatani, serta meningkatkan produksi untuk kelestarian swasembada
pangan (Deptan RI, 1987). Program ini hakekatnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari Program Intensifikasi Khusus (Insus) dalam rangka optimasi pemanfaatan potensi wilayah. Pada Insus penyelenggaraannya dilaksanakan atas dasar keijasama pada anggota kelompok
•) Drs.H. Marzuki, Drs.Unggul Priyadi, danDra. Suhartini adalah Doscn TetapFakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
*) Penilitian inidibiayaiolehPusatPenelitian danPengabdian padaMasyarakat Fakultas Ekonomi UII 79
tani dalam satu unit hamparan usahatani (wilayah i:eIompok) yang luasnya antara 15 ha sampai 50 ha, sedangkan Supra Insus
' dilaksanakan atas dasar keijasama antar kelompok tani pelaksana Insus pada satu WKPP (Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian) dengan luas areal usahatani 6001000 ha. Kerjasama kelompok tani
get 6832 hektar yang temyata dalam
pelaksanaannya mencapai 7785 hektar, dan pada tahun 1990 telah dapat direalisasikan daerah luas panen untuk Program Supra Insus 26,062 ha. 2. Masalah Pokok Penelitian
2.1. Apakah produktivitas usahatani padi dengan Program Supra Insus lebih
didukung keijasama kontak tani andalan WKBPP (WilayahKeija Balai Penyuluhan Pertanian) dan minimal dua WKBPP menjadi satu Unit Himpunan Supra Insus (15.000-35.000 ha) yang masih terletak pada wilayah administrasi kabupaten. Supra Insus bertujuan melestarikan budidaya padi dalam arti meningkatkan pendapatan petani dan sekaligus melestarikan swasembadaberas yangtelah dicapai sejak 1984 dengan usahamenaikan produksi beras 2,4% per tahun, meningkatkan produktivitas (hasil per hektar) dan meningkatkan mutu intensifikasi. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah produksi per hektar per musim sebesar 90 kuintal gabah kering atau beras 55 kuintal pada tahun 2000. Sasaran tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan sasaran Inmum (22 ku beras) dan Insus (33 ku beras).
tinggi dari Program Insus? 2.2. Berapakah sumbangan masingmasing faktorproduksi terhadap hasil padi pada Program Supra Insus? 2.3. Bagaimanakahkombinasidantingkat efisiensi yang dicapai pada Program Supra Insus?
Dalamlimatahunterakhirini (1985-
Program Supra Insus mempergunakan faktormasukan yanglebih selekiif seperti pemupukan berimbang (Urea, TSP, dan KCL sesuai dengan rekomendasi setempat), benih bermutu tinggi (bersertifikat),penertibanpolatanam, pengelolaan tanah secara lebih sempuma sertapenggunaansitozinyangmengandung endapan vitamin dan protein, demikianpula kerja sama antar lembaga yang lebih baik dan lebih terkoordinasi.makadapatdiduga bahwa : Usahatani padi Program Supra Insus lebih produktif dan lebih efisien
1989) rata-rata produktivitas padi sawah (kuintal per hektar) di Daerah Istimewa Yogyakarta selalu berada di atas rata-rata
produktivitas Nasional (BPS, 1989). Hasil padi DIY pada 1988 adalah 51,88 ku/ha dan 1989menjadi 53,25 kuAia,naikmenjadi 2,64% (bandingkandengan Indonesia 1988: 44,05 ku/ha dan 1989: 45,56 ku/ha). Di
Daerah Istimewa Yogyakarta, kabupaten Sleman telah berhasil merealisasi tanaman
padi dengan Program Supra Insus, dimulai pada musim tanam 1987/1988 dengan tar 80
3. Tujuan Penelitian 3.1. Membandingkan produktivitas Pro gram Supra Insus dengan Program Insus.
3.2. Menghitung pengaruh faktor-faktor produksi dalam Program Supra Insus terhadap hasil produksi padi. 3.3. Menghitung produk marjinal dan tingkat efisiertsi usahatani padi Pro gram Supra Insus. 4. Hipotesa
daripada Program Insus. 5. Metodologi Penelitian
penelitian: Dinas Pertanian Urusan Tanaman Pangan dan Penyuluh Pertanian Lapangan. Data Sekunder diambil dari catatan
5.1. Variabel Penelitian
Variabel bergantung adalah hasil produksi padi, dihitung dalam kuintal gabah kering giling (ku GKG) dan variabel pengaruh yang dipehitungkan dalam penelitian inimeliputiluaslahan, tenaga keija, bibit, pupuk Urea, TSP,
Dinas
Pertanian,
mencakup
pelaksanaan Program Supra Insus, luas usahatani dan produksi- padi di Kabupaten Dati II Sleman.
5.4. Metode Analisis Data
ZA, KCL.
5.2. Pdpulasi dan Sampel Populasi meliputi seluruh petani padi diKabupaten Dati II Sleman yang telah melaksanakan Program Supra Insus. Program ini dilaksanakan di 9 kecamatan yang tergabung dalam 4
BPP (Sleman, Ngemplak, Seyegan,dan
5.4.1. Analisis Deskriptif Dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan pro gram bersumber pada data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Sleman.
informasi dari Dinas Pertanian
5.4.2. Analisis Regresi Untuk mengetahui sumbangan masing-masing faktor produksi terhadap hasil produksi padi dengan model fungsi produksi CobbDouglas
Kabupaten Sleman. Setiap kelompok tani diambil 25 petani secara acak sederhana sebagai responden,sehingga penelitian meliputi 12 kelompok tani dengan 300 petani responden.
Koefisien regresi menunjukkan sumbangan masing-masing faktor produksi (yang diperhitungkan adalahluas lahan, tenaga keija, bibit,
Moyudan). Penelitian dilakukan
terhadap 6 kecamatan, masing-masing diambil dua kelompok tani yang dianggap berhasil berdasarkan
5.3. Teknik Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan melalui wawancara berdasar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Data ini mengenai luas lahan, besarnya produksi padi, banyak faktor-faktor produksi yang dipergunakan (bibit, tenaga keija, berbagai pupuk) dan harga masing-masing faktor. Wawancara juga dilakukan terhadap instansi dan
pihak
yang .berkaitan dengan
Y
=
boXI'"X2"X3"...Xn''".
pupuk Urea, TSP, ZA dan KCL; berjumlah 7 variabel bebas). Jika (bi+b2+b3+...+bn) lebih dari 1 berarti skala produksi masih dalam increasing returns to scale. 5.4.3. Pendekatan Elastisitas Produksi dan Efisiensi Ekonomis
Pendekatan elastisitas produksi untuk mengetahui apakah Program Supra Insus telah mencapai suatu kombinasi yang optimum. Efisiensi 81
tertinggi dicapai bila MPP/P iintuk setiap faktorproduksi sama (MPP = marginal physical product, P=harga) dan bila kemudian dikalikan dengan harga hasil produksi nilainya = 1. Efisiensi ekonomis per hektar lahan ditunjukkan oleh rasio pendapatan kotor dengan biaya. Makin besar rasionya beraiti makin ekonomis.. 6. Hasil-hasil Penelitian
Penelitian Unggul Priyadi di Kecamatan Purwonegoro, Banjamegara, JawaTengah untuk program Supra Insus musim tanam April 1989 dengan sampel sebanyak 138 petani, meliputi luas lahan 73,36 ha sawah menghasilkan gabah 4.213,28 ku atau ratarata produksi 57,43 ku/ha gabah kering; lebih tinggi dibandingkan hasil program Insus di kabupaten Sleman, tetapi lebih rendahdari programSupra Insusbaik tahun 1990 maupun sampel untuk musim tanam Januari 1991.
6.1. Produktivitas Usahatani Program Su pra Insus Dari data sekunder untuk usahatani
padi pada tahun 1990 diketahui bahwa daerah Supra Insus meliputi luas panen 26.064 ha dengan produksi 1.562.620 kuintal, rata-rata produksi 59,95 ku/ha. Adapun daerah Insus meliputi luas panen 24.482 ha dengan produksi 1.358.920
6.2. Sumbangan Masing-masing Faktor Produksi terhadap Hasil Produksi Padi. Analisis dengan mempergunakan bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas: Y = bo-Xi""' yang diolah dengan program statistik Microstat memberikan hasil
perhitungan sebagai berikut: Sbtupn
V«rl«b»t
sampel untuk Program Supra Insus musim tanam Januari 1991 denganluaspanen79,04
Luaa laban (X|>
hekt«r
Tenaga ksi'Ja (Xj) tibiX (Xg)
h«ri
ha menghasilkan 4.658,3 ku atau rata-rata 58,94 ku/ha. Hasil Supra Insus memang lebihtinggi,namunbaru 6,2%-8,0% di atas
^puk Uraa (X^)
•(O
^uk TSP (Xg) Pupuk 2A <Xg> Pupuk KCI <X7)
program Insus, dan program Insus sendiri telah di atas target (> 54 ku/ha). Berikut
perbandingan produksi rata-rata per- ha-
Produksi (ku/ha) Produksi (ku/ha) 1990
1. Sleman
2.Tempel 3.Seyegan 4.Minggir 5. Moyudan 6. Godean
82
KMfiaian taknlc (b^)
doterialnaBl
r
hltung
Std. error ol aBtlaate
Jiuatah pengaaatan (N>
Std.
t
Error
(dr*lSl)
0,6722 •0,0728 0,349S •0,1044
0,1393 0.0S92 0,0S72
0,218S
0.0S97 0,O446 0,0660
0,0S57 -0,1021
0,077B
Hltung
4,819
-1,229 4,009 -1,341 3.6S9
1,248 -1.S49
22.31 0.3374 323.133
O.OBOS 1S9
Model ini memperlihalkanpengaruh masukan terhadap hasil yang dinyatakan
lahan: Kecamatan
Keef. Reg.
(b|>
kuintal atau rata-rata 55,51 ku/ha. Data
59,60 58,56 60,78 61,85 61,65 59,20
Januari 1991
58,84 47,29 57,83 61,86 65,02 63,37
dalam pcrseniase. Kenalkan faktor tanah 1% (sedang faktor yang lain tetap) akan meningkatkan hasil produksi 0,6722%, sedangkan kenaikan 1%faktor tenaga keija akan menurunkan hasil 0,0728% (karena
bcrtanda negalif). Faktorlahan,bibit, pupuk TSP dan pupuk ZA masih dapat ditingkatkanpenggunaannya.Faktortenaga kerja, pupuk Urea, dan pupuk KCL telah dipergunakan secara berlebihan, sehingga
penambahan faklor ini bahkan bersifat
Pada analisis bentuk Cobb-Douglas
menurunkan hasil. Koefisien teknis 22,31
ini dari 299 petani responden, terdapat 140 petani tidak mempergunakan pupuk ZA atau KCL sehingga hanya 159 responden yang dapat diolah dengan regresi bentuk logaritma, sebab angka nol tidak mungkin ditarik logaritmanya.
berarti apabila dalam usahatani padi pro gram ini dipergunakan luas lahan 1 hektar dan faktor input yang lain masing-masing ditetapkan "satu satuan", maka produksi padi yang dihasilkan adalah 22,31 kuintal gabah. Perhitungan menunjukkan koefisien sebesar 0,9374 yang berarti determinasi
6.3. Analisis Kombinasi Optimum Koefisien regresi menunjukkan elastisitas produksi (EP) dan jika dikalikan 93,74% hasil produksi padi dipengaruhi dengan produk fisik rata-rata (APP=Aver oleh faktor-faktor masukan yang disebut di age Physical Product = Hasil/Masukan Xi) atas, 6,26% oleh faktor lain yang tidak menghasilkan marginal physical product disebut dalam model. F hitung 323,133 (MPP) untuk mengetahui tambahan hasil jauhlebihbesardari Flabel (p=0,05 F=2,07 . sebagai akibat penambahan 1 unit faktor dan p=0,01 F=2,76) sehingga persamaan produksi. Jika MPP masing-masing faktor regresi sangat signifikan. Uji t untuk produksi dibagi dengan harganya masing-masing koefisien regresi memberikan hasil yang sama, yaitu menunjukkan signifikan bagi faktor tanah, MPPXl/PXl = MPPX2/PX2 = dst., maka bibitdanpupukTSP(p=0,05; 1,66; p=0,01 usahatani itu telah mencapai kombinasi : 2,36).. yang optimum. Bila rasio tersebut belum Nilai bi masing-masing hams positif sama maka petani masih dapat menambah dan lebih kecil dari satu. Hal ini penggunaanfaktorproduksi yang rasionya menunjukkan berlakunya law of paling besar. Keuntungan maksimum akan deminishing returns (hukum tambahan hasil dicapai bila masing-masing rasio dikalikan yang semakin berkurang), dan apabila total dengan harga produksinya (PY) bi (bl-fb2-i-B3+...-fbn) positif lebih besar memberikan nilai 1 (Mubyarto, 1979:65). dari satu (pada label di atas 1,0166) berarti Berikut tabel hasil perhitungan: skala usaha masih dalam keadaan hasil
yang bertambah lebih dari sebanding (in creasing return to scale), yaitu apabila semua faktor produksi dinaikkan 1% maka kenaikan hasil produksi lebih dari 1% (Gujarati, 1988 : 99). Nilai positif pada koefisien regresi menyatakan bahwa penggunaan faktorproduksi tersebutmasih berada pada daerah yang ekonomis dan masih dapat ditingkatkan, dan sebaliknya koefisien regresi yang bemilai negatif. Maka nilai hasil produksi dapat diperbesar jika pemakaian faktor produksi yang mempunyai nilai b negatif dikurangi.
r«htor Predukal
ftPP
P