Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Rita Eka Izzaty, M.Si, Psi (Psikolog Psikologi Perkembangan Anak)
Dosen Jur. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP, UNY
Anggota Pusat Studi Pendidikan Anak Usia Dini –LEMLIT UNY
Howard Gardner (dalam Amstrong, 2002) , pencetus Multiple Intelligence, menyatakan bahwa setiap anak mempunyai cara berbeda untuk menjadi pandai: melalui kata-kata, angka, gambar, musik, ekspresi fisik, pengalaman dengan alam, interaksi sosial, dan pemahaman diri sendiri. Setiap anak mempunyai kedelapan kecerdasan dengan proporsi yang berlainan. Berdasar pada ini, para Psikolog, pendidik dan orangtua
tidak lagi memusatkan perhatian begitu banyak potensi manusia dalam
konteks yang sempit saja , sekarang diharapkan mulai melihat potensi anak dalam konteks multiple intelligence mereka. Secara psikologis, dengan adanya konsep mutiple intelligences ini akan mendukung
setiap individu yang memililiki potensi dan karakteristik masing-masing
untuk selalu berkembang secara optimal dan dinamis. Dari segi operasional dalam pelaksanaan
proses pembelajaran, dengan melihat rincian ciri masing-masing
inteligensi, maka anak-anak tidak lagi disebut sebagai “anak nakal” karena berbagai kecendrungan yang dipicu oleh intelegensi atau kecerdasan tertentu yang kebetulan tidak searah dengan “konsep siswa baik di kelas” yang dipahami selama ini. Implementasi multiple intelligences dalam pendidikan akan menyebabkan pendidik lebih arif, mampu menghargai, dan menfasilitasi perkembangan siswa. Variasi kekuatan dari masing-masing inteligensi tersebut
di atas merupakan profil dari tiap manusia
(Amstrong 1993) Gardner (1993) menyatakan kalau saja keragaman profil kecerdasan tersebut lebih dipahami dan didukung lewat pemberian kesempatan dan fasilitas, maka siswa akan lebih dapat mewujudkan kemampuannya. Saat ini banyak kelompok bermain, lembaga pra-sekolahsaat ini
yang sudah mulai menggabungkan pendekatan MI ke
dalam program kegiatan belajarnya dengan harapan insititusi atau KB tersebut mampu menfasilitasi setiap potensi anak dan menjadikan setiap
anak cerdas.Hal ini sejalan
dengan maksud dari Depdiknas (2002) bahwa esensi pendidikan siswa adalah
1
membantu siswa untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan karakteristik perrkembangannya dalam konteks fisik dan sosial siswa. Untuk membantu para tenaga kependidikan dalam mewujudkan proses gagasan mengenai kegiatan, dan strategi untuk mempelajari berbagai topik yang menggunakan kedelapan kecerdasan, Beberapa hal yang penting berkenaan dengan implementasi teori multiple intelligence yang harus diingat adalah : 1. Setiap individu memiliki semua delapan kecerdasan. Bagaimana semua kecerdasan ini berfungsi pada individu tergantung dengan keunikan
cara
masing-masing dalam pengungkapannya. Ada yang memiliki kecerdasan di beberapa aspek sekaligus, namun dibagian kecerdasan yang lain dikategorikan sedang ataupun rendah. 2. Setiap individu dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai optimal yang sesuai dengan kemampuannya. Hal ini dapat terjadi bilamana adanya dorongan, pengayaan, dan pelatihan pada kecerdasan tersebut. 3. Kecerdasan–kecerdasan tersebut seringkali berinteraksi dan
berfungsi
bersama-sama dalam melakukan pekerjaan yang kompleks. Sebagai contoh, seorang ahli masak membutuhkan kecerdasan untuk membaca resep (linguistik), kemudian membaginya dalam bentuk beberapa bagian (logika-matetika), mengembangkan menu yang dapat membangkitkan selera semua konsumen (interpersonal), dan menempatkan rasa yang dapat dinikmati secara personal (intrapersonal). Contoh lain, anak yang bermain bola membutuhkan kecerdasan kinestetik (untuk berlari, menendang, dan menangkap), kecerdasan spasial (memperkirakan datangnya bola dan jarak tendangan), dan kecerdasan linguistik dan interpersonal (dalam mengargumentasikan point yang didapat dengan cara yang diterima) 4. Ada beberapa cara menjadi intelligent di setiap kategori kecerdasan. Teori multiple intelligence menekankan keragaman cara yang dipilih individu dalam mengoptimalkan kecerdasan yang dimiliki. Sebagai contoh, individu yang memiliki kecerdasan linguistik terlihat
tidak menunjukkan minat yang tinggi
dalam membaca, namun menunjukkan adanya kecerdasan linguistik ketika individu tersebut dapat bercerita sebuah cerita dengan cara yang mengagumkan dan membuat pendengar ikut hanyut dalam cerita tersebut.
2
A. KECERDASAN KINESTETIK Kinestetik-Jasmani adalah Kecerdasan melakukan gerakan tubuh dan atau anggota badan. Termasuk menggunakan
gerakan tubuh sebagai ekspresi emosi.
Kecerdasan ini menggunakan keahlian seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan (sebagai actor, atlet, penari) dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau menguba sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik
yang
spesifik,
seperti
koordinasi,
keseimbangan,
keterampilan,
kekuatan,
kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan dan yang juga berkaitan dengan sentuhan (Armstrong, 2002). Secara lebih detailnya, aspek-aspek pada kecerdasan ini meliputi : a. Menggerakkan tubuh dengan dengan mimik/gaya b. Atletik c. Menari dan menata tari d. Kuat dan trampil dalam motorik halus e. Koordinasi tangan dan mata f.
Motorik kasar/daya tahan
g. Mudah belajar dengan melakukan h. Mudah memanipulasikan benda dengan tangannya i.
Gerak-gerik yang anggun
j.
Pandai menggunakan bahasa tubuh Satu hal penting yang harus disadari oleh pendidik adalah menanamkan
kecerdasan olah tubuh ini agar dapat bermakna mendalam bagi anak. Strategi Untuk mewujudkan program kegiatan yang menstimulasi kecerdasan kinestetik : dengan dipandu
pertanyaan;
“
Bagaimana
caranya
melibatkan
seluruh
tubuh
atau
memanfaatkan pengalaman fisik langsung pada program kegiatan belajar?. Ada beberapa strategi atau cara yang dapat digunakan pendidik untuk menstimulasi kecerdasan kinestetik ini, yaitu : a. Dengan menggunakan respon tubuh. Contoh : 1)
Anak diminta mengangkat tangan kanan ketika tidak paham
3
2)
Menggunakan jumlah jari untuk mengetahui tingkat pemahaman
3)
Selama
menyimak
pelajaran
bila
mengerti
diminta
menganggukkan kepala, jika tidak paham boleh menggaruk kepala b. Teater kelas/drama (sosiodrama). Anak-anak
diminta
melakukan
drama
berdasarkan
cerita
yang
disampaikan ke bu guru c. Konsep kinestetis (bermain tebak kata) Anak-anak memperagakan sesuatu berdasarkan kata yang diutarakan pendidik. Misal : memperagakan bagaimana hewan berjalan, pohon yang ditiup angin d. Berfikir sambil bergerak (melakukan sesuatu). Memahami suatu hal sambil melakukan sesuatu. Misalnya dengan bereksperimen; membuat model pesawat terbang, membuat kue dari play dough/plastisin e. Peta tubuh. Bagian-bagian tubuh menggambarkan sesuatu
B. KECERDASAN MUSIKAL Kecerdasan musical merujuk pada
kemampuan menyanyikan lagu, mengingat
melodi musik, mempunyai kepekaan irama, dan menikmati musik. Kecerdasan ini merupakan
kemampuan
menangani
bentuk-bentuk
musikal,
dengan
cara
mempersepsi, membedakan, mengubah, dan mengekspresikan. Inteligensi ini meliputi kepekaan pada irama, pola titi nada atau melodi, dan warna nada atau warna suara lagu. Seseorang yang memiliki inteligensi musik yang tinggi memiliki kemampuan yang baik dalam bernyanyi, bersenandung, dan bersiul atau bersuarasuara kecil. Mereka sering memainkan sebuah lagu bahkan mereka akan menggerak-gerakkan tubuh mengikuti irama atau ikut bernyanyi. Mereka juga dapat memainkan alat musik dan menjadi kelompok paduan suara.
4
Strategi Untuk Mewujudkan Program Kegiatan untuk menstimulasi kecerdasan musikal
dipandu dengan pertanyaan ; Bagaimana caranya melibatkan musik atau
suara-suara lingkungan,atau memasukkan inti pelajaran ke dalam kerangka yang berirama?. Beberapa strategi yang dapat dibunakan pendidik adalah 1) menyusun/mengarang melodi/ritmik 2) bernyanyi kecil, menyanyi, bersiul 3) belajar dengan mengingat dengan irama, lirik 4) menyukai, mendengarkan, dan apresiasi musik 5) memainkan instrumen musik 6) mengenali bunyi instrumen 7) mampu membaca musik/not 8) mengetukkan tangan dan atau kaki
Daftar Pustaka Armstrong, T. 1993. 7 Kinds of Smart : Identifying and Developing Your Many Intelligences. New York : A Plume Book. Armstrong, T. 2002. Setiap Anak Cerdas : Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligence-nya. (alih bahasa : Buntaran, R.). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Armstrong, T. 2003. Sekolah Para Juara : Menerapkan Multiple Intelligences di Dunia Pendidikan. (alih bahasa : Mutanto, Yudi). Bandung : Kaifa
5