MIMBAR, Vol. XXIV, No. 2 (Juli - Desember 2008): 117-127
Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi melalui Pengembangan Obat Tradisional HENDRI WASITO1 1
Jurusan Farmasi FMIPA, Universitas Islam Bandung (Unisba) Jl. Purnawarman 63 Bandung, E-mail:
[email protected]
Abstract Natural resources is one of Indonesia’s valuable assets. There’s growing opportunity to develop natural resources, especially herbal medicine which narrated in Al Quran and Hadith. Unisba as leading university whose mission is to promote Islamic teachings and Islamic values should lead efforts to develop herbal medicine based on Al-Quran and Hadith. It will help people to gain better health quality, increasing economy capacity, opening up job opportunity, reducing poverty by structuring business unit concentrated on traditional medicine. Kata kunci: obat tradisional, Al-Quran, hadis.
I.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki kakayaan hayati terkaya kedua di dunia setelah Brazil. Namun, bila kekayaan biota laut ikut diperhitungkan, maka Indonesia menempati urutan terkaya di dunia untuk kekayaan hayati yang dimilikinya. Di Indonesia diperkirakan hidup sekitar 40.000 spesies tanaman, di mana 30.000 spesies tumbuh di kepulauan Indonesia dan 9.600 spesies tanaman tersebut merupakan tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat dengan kurang lebih 300 spesies tanaman telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional oleh industri obat tradisional di Indonesia (DepKes RI, 2007). Potensi kekayaan hayati ini merupakan asset berharga yang harus dikembangkan sehingga dapat menjadi salah satu unggulan Indonesia untuk meningkatkan daya saing bangsa. Obat tradisional merupakan bahan
atau ramuan dari tumbuhan, hewan, mineral termasuk biota laut atau sediaan galenik yang telah digunakan secara turun temurun, bahkan telah melalui uji pra-klinik maupun uji klinik seperti obat herbal terstandar dan fitofarmaka, di mana dalam dua dasawarsa terakhir, perhatian dunia terhadap obatobatan dari bahan alam yang lebih dikenal dengan obat tradisional menunjukkan peningkatan, baik di negara-negara berkembang maupun di negara-negara maju. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan 65% dari penduduk negaranegara maju telah menggunakan pengobatan tradisional (DepKes RI, 2008). Data dari Sekretariat Convention on Biological Diversity mencatat bahwa pasar global obat dari bahan alam pada 2000 mencapai US $ 43 milar dan WHO mencatat pada tahun 2000, pasar obat herbal yang tergolong besar, antara lain, Cina, Eropa Barat, Amerika Serikat, Jepang, dan Kanada. Demikian pula 117
HENDRI WASITO. Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi Melalui Pengembangan Obat Tradisional pasar obat tradisional Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada 2001 sebesar Rp. 1,3 trilun dan 2002 naik menjadi Rp. 1,5 trilun (Sampurno,2003). Keanekaragaman hayati tanaman obat yang dimiliki Indonesia merupakan sumber daya yang cukup potensial untuk dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat sebagai bahan baku obat tradisional. Hal ini ditunjang dengan penggunaan obat di masyarakat yang memiliki kecenderungan untuk kembali ke alam dengan memanfaatkan berbagai tanaman obat, karena obat sintesis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup besar, sehingga konsumsi obat tradisional di Indonesia semakin meningkat (Yuliani, 2001). Usaha pengembangan terhadap bahan alam, baik tumbuhan maupun bahan lainnya sebagai obat tradisional, dapat dikembangkan melalui kebiasaan masyarakat dalam pemanfaatan bahan alam untuk pengobatan dan menjaga kesehatan atau melalui penelitian terhadap bahan-bahan alam baru yang diprediksikan memiliki khasiat sebagai obat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk pengembangan obat tradisional di Indonesia adalah dengan menggali bahan-bahan alam yang telah disebutkan dalam Al-Quran dan Hadis seperti kurma, jinten hitam, madu, zaitun, jahe, dan beberapa bahan alam lainnya (Wasito dan Herawati, 2008). Bahan-bahan alam tersebut yang harus dikembangkan sebagai obat tradisional adalah bahan-bahan alam yang terdapat di dalam Al-Quran dan hadis yang beberapa di antaranya merupakan bahan alam yang banyak dimiliki oleh Indonesia, sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia secara luas. Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia di dalamnya memuat banyak hal dalam urusan kehidupan ini, termasuk di dalamnya mengenai ilmu pengobatan dan kefarmasian yang menggunakan bahan-bahan alami. Dengan mengkaji Al-Quran dan Hadis secara mendalam akan membuktikannya
118
secara ilmiah potensi luar biasa yang berhubungan dengan pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan-bahan alam, sehingga manusia yang mendalami, meneliti dan mengembangkan pemahaman Al-Quran dengan sarana ilmu pengetahuan dan teknologi akan mengakui kebesaran Allah Swt. Sesungguhnya apa yang telah diciptakan Allah Swt mempunyai hikmah yang amat besar bagi setiap makhluk-Nya di bumi, sebagai bukti kebesaran dan kekuasaan-Nya, sehingga umat-Nya di dunia harus terus berusaha menggali dan berpikir dalam memanfaatkan ciptaan-Nya agar dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Q.S. Ali Imran : 190-191).
Diriwayatkan dari Abu Ad Darda’, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah ta’ala tidak membuat penyakit (melainkan) dengan obatnya, dan Allah Ta’ala membuat obat buat setiap penyakit. Karena itu hendaklah kamu berobat dan janganlah berobat dengan yang haram”. (HR Abu Ad Darda’)
Universitas Islam Bandung (Unisba) merupakan salah satu perguruan tinggi Islam di Indonesia yang memiliki visi menjadi perguruan tinggi Islam yang terpandang, pelopor pembaruan pemikiran, dan pelaksanaan kehidupan beragama, dan pembinaan insan berakhlak karimah yang bermanfaat bagi diri sendiri, umat , masyarakat, bangsa dan Negara. Selain itu juga, Unisba memiliki misi untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berlandaskan nilai Islam, membina kehidupan kampus yang dinamis ilmiah, serta mengembangkan lingkungan
MIMBAR, Vol. XXIV, No. 2 (Juli - Desember 2008): 117-127 fisik dan sosial berlandaskan nilai Islam (Anonim, 2007). Visi dan misi Unisba tersebut diwujudkan dalam kegiatan yang mencakup Tri Dharma Perguruan Tinggi, sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Potensi yang dimiliki Unisba, baik disiplin ilmu yang dikembangkan, maupun sarana fisik seperti laboratorium penelitian, perpustakaan, serta sarana dan prasarana lainnya, dapat dikembangkan untuk mewujudkan visi dan misinya. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan oleh Unisba dalam meningkatkan perannya di masyarakat adalah melalui pengembangan obat tradisional, yang terdapat dalam AlQuran dan Hadis sehingga hasil pengembangannya dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Adapun tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui peran yang dapat dilakukan oleh Unisba melalui pengembangan obat tradisional yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat. Penulisan karya tulis ini bermanfaat sebagai: (1) sumbangan pemikiran perguruan tinggi mengenai peran Unisba dalam pengembangan obat tradisional yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis; (2) salah satu sarana untuk meningkatkan peran Unisba di usianya yang ke-50 tahun bagi masyarakat luas; (3) salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan mengenai pengembangan obat tradisional di masyarakat melalui pengembangan obat tradisional yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis sebagai keunggulan Unisba agar dapat lebih dioptimalkan pemanfaatannya di masyarakat.
II.
PEMBAHASAN
A.
Obat Tradisional
Obat bahan alam yang lebih dikenal dengan obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sari atau galenik, atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (DinKes, 2007). Sejalan dengan trend ‘back to nature’ yang berkembang pada masyarakat saat ini, penggunaan berbagai tumbuhan serta bahan alam lainnya sebagai alternatif obat, terus berkembang semakin besar, baik untuk pengobatan suatu penyakit maupun pemeliharaan kesehatan. Obat tradisional telah lama dikenal dan digunaan oleh semua lapisan masyarakat untuk pengobatan maupun perawatan kesehatan. Perkembangan obat tradisional dimulai dari ramu-ramuan tradisional yang berkembang di tengah masyarakat, kemudian berkembang menjadi suatu ramuan yang diyakini memiliki khasiat tertentu bagi tubuh manusia (Wardoyo, 2005). Penggunaan bahan alam seperti tumbuh-tumbuhan sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu, terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat berupa jamu dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya (Sukandar, 2004). Menurut peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Indonesia, obat bahan alam di Indonesia atau yang lebih dikenal dengan obat tradisional dikelompokkan menjadi tiga golongan, yakni jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu adalah ramuan dari bahan, hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan bahan bakunya telah terstandardisasi. Sedangkan fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
119
HENDRI WASITO. Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi Melalui Pengembangan Obat Tradisional ilmiah dengan uji praklinis dengan hewan percobaan dan telah melalui uji klinis pada manusia serta bahan baku dan produknya telah distandardisasi (Sampurno, 2003). Sebagian besar produk obat tradisional yang terdaftar di Badan POM RI adalah kelompok jamu yang merupakan warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan dengan fokus utama pada aspek mutu dan keamanannya (safety ). Khasiat jamu sebagai obat tradsional didasarkan pada pengalaman empirik yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama. Pada umumnya, jamu dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang berkhasiat. Bentuk sediaan jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai klinis, namun, cukup dengan bukti empiris dari pengalaman penggunaan di masyarakat. Untuk obat herbal terstandar pada umumnya telah ditunjang dengan bukti ilmiah berupa uji praklinik, seperti uji khasiat farmakologis dan uji toksisitas akut maupun kilinis pada beberapa hewan percobaan. Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena dalam proses pembuatannya sudah terstandar dengan ditunjang bukti ilmiah bahkan sudah uji klinis pada manusia, dengan uji klinis ini akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat tradisional di sarana pelayanan kesehatan (Sampurno, 2003).
B.
Obat Bahan Alam Dalam Al-Quran dan Hadis
Kitab suci Al-Quran adalah kalamullah sebagai jalan hidup bagi kaum Muslimin dan memiliki otoritas tertinggi sebagai dasar penentuan hukum dan tatacara berperilaku bagi kaum Muslimin. Di dalam Al-Quran, termuat seluruh kebenaran yang mengatur segala aspek kehidupan termasuk dalam hal pengobatan. Dalam pelaksanaannya, AlQuran perlu diperinci dengan hadis Rasulullah Saw. Hadis mencakup seluruh aspek kehidupan Rosulullah Saw yang merupakan 120
teladan terbaik bagi seorang Muslim dalam bertindak, termasuk dalam hal pengobatan suatu penyakit yang beberapa di antaranya menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam. Beberapa bahan alam, menurut AlQuran dan Hadis yang dapat digunakan sebagai obat-obatan, antara lain, sitrun, beras, beras ketan, semangka, kurma, telur, bawang merah, buah ara, gandum, bawang putih, jinten hitam, cuka, daun kemangi, buah delima, minyak zaitun, jahe, kayu siwak, minyak samin, ikan, sayur rebus, kacang kedelai, pisang, mayang, anggur, madu, kayu cendana, kacang adas, mentimun, lada hitam, susu, air, kesturi, garam, dan labu (AlJauziyah, 2008). Beberapa ayat dalam Al-Quran dan Hadis yang menyebutkan mengenai obat bahan alam yang dapat digunakan dalam pengobatan, antara lain: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir” (QS An Nahl : 69) “Madu adalah penawar bagi setiap penyakit, dan Al-Quran adalah penawar bagi penyakit yang terdapat di dalam dada (hati), maka hendaklah kamu sekalian menggunakan dua terapi penyembuhan penyakit yaitu dengan madu dan Al-Quran” (HR Ibnu Majah dan AlHakim). “Dalam habbat al-Saudaa terdapat penawar untuk setiap penyakit, kecuali al-Saam (mati)” (H R Bukhari). “Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik” (QS An-Nahl: 67) “Bahwa Rasulullah Saw sarapan pagi dengan kurma, sebelum beliau salat. Jika tidak dengan kurma matang maka beliau makan kurma mentah. Jika tidak dengan buah kurma mentah maka Nabi sarapan dengan air kurma” (HR Ahmad dan Abu Dawud)
MIMBAR, Vol. XXIV, No. 2 (Juli - Desember 2008): 117-127 “Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu ‘manna’ dan ‘salwa’. Makanlah dari makanan yang baikbaik yang telah kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS Al-Baqarah: 7). “Cendawan sebangsa al-Mann airnya dapat menyembuhkan mata.” (HR Bukhari, Muslim, dan Turmudzi). “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, ‘Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu : sayur-mayur, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya’. Musa berkata : ‘Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik ?” (Q S Al-Baqarah: 61). “Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minuman daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS An-Nahl : 66). “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan.” (QS An-Nahl: 11). “Pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).” (QS Al-An’am : 141). “Beras gandum dapat menenangkan jiwa penderita dan menghilangkan kesedihan.” (H.R. Bukhari dan Muslim) “Di dalam surga itu mereka diberi minuman segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe” (QS Al-Insan:17).
C.
Universitas Islam Bandung
Universitas Islam Bandung, disingkat Unisba, dalam bahasa Arab disebut Jaami’ah Bandung Al-Islaamiyyah dan dalam Bahasa Inggris, disebut Bandung Islamic University. Unisba merupakan salah satu perguruan tinggi islam swasta di Indonesia. Unisba memiliki
lambang gambar ka’bah berwarna hitam berbentuk bujur sangkar dilingkari tulisan UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG (Anonim, 2007). Sejarah lahirnya Unisba berawal dari sejumlah tokoh umat Islam Jawa Barat bersama beberapa ulama dan zu’ama yang pada saat itu menjadi anggota Konstituante, untuk melahirkan gagasan kaderisasi pimpinan umat yang faqih fi al-din di masa mendatang, yang diwujudkan dalam sebuah kesepakatan yang melahirkan Perguruan Islam Tinggi (PIT) dengan akta notaris Lie Kwie Nio No. 42 tanggal 15 Nopember 1958. PIT di bawah naungan Yayasan Perguruan Islam Tinggi (PIT) inilah yang merupakan awal dari terbentuknya Universitas Islam Bandung. Lahirnya perguruan tinggi tersebut mengandung harapan untuk melaksanakan ajaran Islam dalam arti yang seluas-luasnya, terutama dalam menyiapkan manusia Indonesia yang berpendidikan tinggi, bertanggung jawab terhadap bangsa, negara, dan umat manusia dalam rangka mencapai ridha Allah Swt (Anonim, 2007). Semangat institusional Unisba yang berasaskan Islam, tercantum dalam perumusan visi, misi dan tujuan pendidikan. Visinya adalah Unisba diharapkan menjadi perguruan tinggi Islam yang terpandang, pelopor pembaruan pemikiran dan pelaksanaan kehidupan beragama, dan pembinaan insan berakhlak karimah yang bermanfaat bagi diri sendiri, umat, masyarakat, bangsa, dan negara. Unisba memiliki misi untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berlandaskan nilai Islam, membina kehidupan kampus yang dinamis ilmiah, serta mengembangkan lingkungan fisik dan sosial berlandaskan nilai Islam. Tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh Unisba adalah: (1) Menghasilkan insan terdidik yang berpotensi menjadi mujahid (Pejuang), mujtahid (Pemikir), dan mujaddid (Pembaru). 121
HENDRI WASITO. Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi Melalui Pengembangan Obat Tradisional (2) Menghasilkan temuan-temuan baru di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi umat, masyarakat, bangsa, dan negara, melalui berbagai kegiatan penelitian. (3) Membina lingkungan fisik dan sosial yang tertib dan dinamis sebagai bagian dari masyarakat yang adil, makmur, dan diridhai Allah Swt. (4) Menegakkan nilai-nilsi Islam dan budaya Islami secara damai kepada individu, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Unisba terletak di kota Bandung yang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat, Unisba telah memiliki 2 lokasi kegiatan pendidikan, yaitu di Jalan Tamansari, Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, dan di Kelurahan Ciburial , Kecamatan Cimenyan, Bandung. Hingga saat ini, kegiatan pendidikan Unisba terutama dilaksanakan di Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, yaitu tersebar di Jalan Tamansari No. 1, No. 20 s/ d 24, Jalan Hariang Banga No.2, dan Jalan Purnawarman No. 63, Bandung. Untuk memenuhi segala kegiatan sivitas akademika, Unisba menyediakan berbagai fasilitas pelayanan, di antaranya Masjid kampus, baik di kampus Taman Sari maupun di Kampus II Ciburial, di mana Masjid Al-Asy’ari merupakan masjid utama yang terletak di tengah kampus Taman Sari Bandung (Anonim, 2007). Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat sejak berabad-abad lalu dalam pengobatan maupun usaha pemeliharaan kesehatan masyarakat. Dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, antara lain, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, serta memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata. Selain itu, juga dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa pengembangan dan peningkatan obat tradisional di Indonesia ditujukan agar 122
diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal (DepKes RI, 2007). Menjadikan obat tradisional sebagai komoditi unggul yang memberikan multi manfaat bagi masyarakat, yaitu meningkatkan kualitas kesehatan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, memberikan peluang kesempatan kerja, dan mengurangi kemiskinan serta berbagai manfaat lainnya perlu ditingkatkan. Beberapa tanaman obat dan bahan alam yang telah disebutkan di dalam AlQuran dan Hadis memilki jenis yang beragam, bahkan lebih dari 50 jenis (Al-Jauziyah, 2002). Beberapa di antaranya telah diteliti secara ilmiah, terbukti sebagai obat yang berkhasiat seperti madu, jahe, buah kurma, jinten hitam, susu, anggur, delima, zaitun, buah tin, bawang putih, bawang merah, beras gandum, kacang polong, kemangi, dan kacang adas (Mahmud, 2007). Beberapa bahan alam ini dapat kita kembangkan dan dimanfaatkan sebagai obat tradisional, terutama yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam pengobatan atau menjaga kesehatan serta dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dengan meningkatkan nilai tambah dari bahan-bahan alam tersebut sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat (lihat pada Tabel 1). Bahan alam yang terdapat pada AlQuran dan Hadis yang banyak dimiliki Indonesia perlu terus dikembangkan oleh Unisba selaku institusi pendidikan tinggi melalui perannya yang tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengembangan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang lebih baik merupakan tujuan dari pendidikan tinggi yang harus dilaksanakan (Lubis, 2004). Bidang keilmuan Farmasi dan Kedokteran yang dimiliki oleh Unisba sebagai
MIMBAR, Vol. XXIV, No. 2 (Juli - Desember 2008): 117-127 Tabel 1 Beberapa Tanaman Obat dan Bahan Alam yang Terdapat Dalam Al-Quran dan Hadis yang Dapat Dikembangkan Sebagai Obat Tradisional Indonesia
Tanaman/ Bahan alam
Bagian yang dimanfaatkan
Khasiat
Adas (Foeniculum vulgare Mill.)
Buah, daun, herba, akar, minyak dari buah
Analgesic, meningkatkan nafsu makan, anti dahak, menghancurkan batu ginjal, menurunkan tekanan darah, karminatif, diuretic,antibakteri.
Anggur (Vitis vinivera.)
Buah
Antipiretik, antioksidan, antikanker, diuretic
Bawang merah (Allium cepa)
Umbi lapis
Bawang putih (Allium sativum, Linn.)
Umbi lapis
Hipertensi, asma, batuk, masuk angin, sakit kepala, sakit kuning, sesak nafas, ambeien, sembelit,
Beras/ Padi (Oryza sativa L)
Selaput biji, biji, tangkai buah, dan. Selaput biji dijemur sampai kering.
Tidak napsu makan, gangguan pencernaan, beri-beri, kesemutan, demam, diare, gondongan, rematik, keseleo, bisul, keringat berlebihan
Delima (Punica granatum L.)
Kulit kayu, kulit akar, kulit buah, daun, biji, bunga
Vermifuga, astrigen, pencahar, peluruh haid, antitoksik, meredakan batuk, antipiretik
Jahe (Zingiber officinale Rosc)
Rimpang
Karminatif, stomakik, stimulans, dan diaforetik, anti jamur, analgesik
Jinten hitam (Nigella sativa)
Biji yang sudah tua
Antikanker, antioksidan, meningkatkan system imun tubuh
Kemangi (Ocimum basillicum)
Daun
Mengatasi perut kembung atau masuk angin, bau mulut.
Madu
Sarang, cairan
Antioksidan, antimikroba, antibakteri, mengobati batuk, demam
Mentimun (Cucumis sativus L.)
Buah, daun, biji.
Hipertensi, Kulit gatal, Keracunan
Seledri air (Nasturtium microphyllum)
Daun, herba
Pencuci darah, tonikum,penyembuhan gangguan liver dan ginjal.
Semangka (Citrullus vulgaris Schrad.)
Kulit buah, daging buah, dan bijinya.
Penyejuk tubuh, peluruh kencing (diuretik), antiradang, melumas usus, dan menghilangkan haus.
Sitrun (Citrus medica)
Kulit, daging buah, biji
Melancarkan pencernaan, obat sakit kuning, liver, lepra, antitoksik.
Susu
Cairan/larutan susu
Pertumbuhan, memperkuat tulang.
Bakterisid, ekspektoran, dan diuretic, penurun kadar gula darah, hepatoprotector
123
HENDRI WASITO. Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi Melalui Pengembangan Obat Tradisional institusi yang memiliki kaitan yang erat dengan pengembangan obat tradisional dapat mengambil peran dalam pengembangan obat tradisional melalui kegiatan pendidikan dan pengajaran serta melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkaitan dengan pengembangan obat tradisional yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Bidang keilmuan farmasi, kedokteran, dan bidang ilmu lainnya serta lembaga penelitian yang berada di Unisba dapat mengambil peran melalui kegiatan penelitian yang, menurut Lubis (2004), merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan empirik, teori, konsep, metodelogi, model, atau informasi baru, yang memerkaya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan penelitian di Unisba perlu terus ditingkatkan, baik jumlah maupun kualitasnya, terutama dalam pengembangan obat tradisional dengan meningkatkan jumlah pendanaan penelitian yang dapat diperoleh dari dana universitas maupun dengan mengembangkan kerjasama untuk pendanaan dengan pihak ketiga, baik pemerintah maupun pihak swasta. Kualitas
penelitian juga perlu ditingkatkan dengan membangun sinergisitas penelitian antar fakultas dan dengan pelaksanaan penelitian yang lebih terarah dan terprogram sehingga hasil penelitian yang dilakukan di Unisba dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat luas. Kegiatan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan obat tradisional yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis perlu terus dilakukan, sehingga hasil-hasil penelitian tersebut dapat dipergunakan oleh masyarakat luas. Kegiatan penelitian yang dapat dilakukan terkait pengembangan obat tradisional menurut Sjamsuhidayat (1996), meliputi penelitian kandungan kimia tanaman yang berkhasiat sebagai obat, penelitian analisis kimia kandungan bahan aktif tanaman, penelitian farmakologi dan toksikologi, pembuatan ekstrak tanaman skala pilot plan, standardisasi ekstrak bahan alam, formulasi ekstrak ke bentuk sediaan obat, penelitian toksisitas terhadap formulasi, dan penelitian analitis produk formulasi. Bahan-bahan alam yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis yang terbukti
Gambar 1 Jumlah Usulan Penelitian Dosen yang Didanai Unisba 5 Tahun Terakhir Sumber: LPPM Unisba dalam Suara Mahasiswa (2008) 124
MIMBAR, Vol. XXIV, No. 2 (Juli - Desember 2008): 117-127 berkhasiat perlu dikelola secara optimal dan dibudidayakan secara profesional serta dimanfaatkan dan ditingkatkan kualitasnya. Pengujian secara preklinis dan klinis terhadap bahan-bahan alam tersebut perlu terus dikembangkan, dengan uji klinis yang lengkap dan mengikuti prinsip-prinsip uji klinik yang baik, maka kedepan bahan-bahan alam tersebut di masyarakat akan dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan formal sebagai fitofarmaka. Penelitian, terutama uji klinik ini, menurut Sampurno (2003), mempunyai makna yang sangat strategis bagi obat tradisional Indonesia dalam hal perluasan penggunaan dan pemanfaatannya. Obat tradisional Indonesia akan sulit digunakan oleh para dokter kalau tidak didukung oleh penelitian ilmiah dan evidence base, yang secara rasional dapat dibuktikan kebenarannya. Uji praklinis merupakan persyaratan uji untuk calon obat tradisional yang pada mulanya dilakukan pengujian ikatan obat pada reseptor dengan kultur terisolasi atau organ terisolasi dan selanjutnya jika diperlukan akan dilakukan pengujian pada hewan utuh seperti pada mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster, anjing, atau beberapa uji dengan primata, sehingga dapat diketahui manfaat farmakologinya, profil farmakokinetik, serta keamanan atau efek toksik pada dosis pengobatan. Selain menggunakan hewan percobaan, uji pre klinis juga dapat dilakukan secara in vitro untuk menentukan khasiat farmakologis dari obat tradisional yang diteliti (Sukandar, 2004). Profil farmakokinetik yang dipelajari meliputi absorbsi, distribusi, metabolism, dan eliminasi dari obat tradisional yang diuji. Sedangkan penelitian toksisitas dapat mengevaluasi toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat secara akut maupun kronis, kerusakan genetik yang dapat ditimbulkan, kemungkinan terjadinya tumor, maupun kejadian cacat waktu lahir atau yang lebih dikenal dengan teratonenisitas. Tahapan pengujian klinis terhadap
obat tradisional, menurut Sukandar (2004), melalui empat tahapan dan dalam pelaksanaannya harus diteliti dahulu kelayakannya oleh komite etik. Melalui uji klinis ini, maka obat tradisional yang dihasilkan dapat ditingkatkan statusnya menjadi fitofarmaka. Pada fase I uji klinis obat tradisional dilakukan terhadap sukarelawan sehat untuk mengetahui apakah sifat yang diamati pada hewan percobaan juga dapat terlihat pada manusia, Pada Pase ini ditentukan hubungan dosis dengan efek yang ditimbulkan serta profilfarmakokinetik obat tradisional tersebut pada manusia. Fase II uji klinis dilakukan kepada pasien tertentu untuk diamati efikasi pada penyakit yang diobati, sehingga diharapkan memiliki efek yang potensial dengan efek samping rendah atau tidak toksik, pada fase ini mulai dilakukan pengembangan serta uji stabilitas bentuk sediaan obat tradisional. Uji klinis fase III dilakukan dengan melibatkan kelompok besar pasien untuk dibandingkan efek dan kemanannya terhadap obat pembanding yang telah diketahui. Uji klinis fase terakhir adalah fase IV yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi serta berbagai usia dan ras. Pengamatan ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama untuk melihat nilai terapeutik dan pengalaman jangka panjang dalam penggunaan obat tradisonal tersebut. Dengan uji klinis yang lengkap serta mengikuti prinsip-prinsip dalam uji klinik yang baik, maka ke depan, obat tradisional Indonesia yang dikembangkan dari bahan-bahan alam yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis akan dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan formal seperti di rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, serta berbagai sarana pelayanan kesehatan lainnya, sehingga akan memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat dalam hal peningkatan kualitas kesehatan. Pengembangan dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat mengenai hasil penelitian dan pengembangan obat
125
HENDRI WASITO. Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi Melalui Pengembangan Obat Tradisional tradisional yang terbuat dari bahan-bahan alami yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis perlu terus dikembangkan. Dengan adanya pengabdian kepada masyarakat, diharapkan ada umpan balik kepada perguruan tinggi yang akan dipergunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih lanjut. Kegiatan tersebut dapat berupa penyuluhan atau berupa kegiatan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan obat tradisional sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti melalui pembentukan dan pembinaan industri kecil obat tradisional, agar usaha mereka dapat berkembang dan survive, sekaligus dapat menjamin bahwa produknya bermanfaat dan aman untuk digunakan oleh masyarakat luas. Dalam konteks ini pembinaan yang berkaitan dengan cara-cara produksi yang baik, sangat penting untuk dilakukan secara terus menerus, sehingga masyarakat dalam memanfaatkan obat tradisional sebagai bentuk usaha mereka dapat lebih berkembang dengan kemandirian dan kekuatan yang mereka miliki. Peningkatan sarana dan prasarana yang menunjang dalam pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam pengembangan bahanbahan alam Indonesia yang terdapat di AlQuran dan Hadis juga perlu ditingkatkan dengan melengkapi alat-alat laboratorium penelitian, bekerjasama dengan masyarakat dalam penyediaan lahan budidaya tanaman obat dan produksi bahan alam seperti madu dan susu, penyediaan akses informasi yang mudah bagi masyarakat dalam pengembangan obat tradisional, serta peningkatan sarana dan prasarana yang lainnya, sehingga akan memerlancar pengembangan obat tradisional yang dilakukan dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
III.
PENUTUP
Unisba selaku perguruan tinggi Islam dapat meningkatkan perannya di masyarakat 126
melalui pengembangan obat tradisional yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis dengan menggali, meneliti dan mengembangkan bahan-bahan alam yang terdapat dalam Al Quran dan Hadis dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian, pembinaan masyarakat, dan peningkatan sarana dan prasarana yang dimiliki. Dengan pengembangan obat tradisional tersebut masyarakat akan merasakan manfaatnya melalui peningkatan kualitas kesehatan dengan penggunaan obat tradisional, Meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan meningkatkan nilai tambah bahan-bahan alam seperi disinggung, dalam al-Quran dan Hadis yang banyak terdapat dilingkungan sekitar, memberikan peluang kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan dengan pembentukan unit usaha obat tradisional serta berbagai manfaat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Al-Jauziyah, I. Q. (2008). Thibbun Nabawi, Edisi Bahasa Indonesia: Praktek Kedokteran Nabi Saw., Hikam Pustaka, Yogyakarta. Anonim, (2007). Buku Panduan Akademik Universitas Islam Bandung 2006/2007, UNISBA, Bandung. DepKes RI. (2007). Lampiran Keputusan Mentri Kesehatan Nomor : 381/Menkes/ SK/III/2007 mengenai Kebijakan Obat Tradisional Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Lubis, C. P. (2004). Implementasi Tri Darma Perguruan Tinggi dalam Mendukung Disiplin Nasional ’, e-USU Repository, Medan, http://library.usu.ac.id/ modules.php, Diakses tanggal 8 September 2008. Mahmud, M. H., (2007). Mukjizat Kedokteran Nabi’, Qultum Media, Jakarta. Sampurno. (2003). Kebijakan Pengembangan Obat Bahan Alam Indonesia Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIII, Universitas Pancasila, Jakarta.
MIMBAR, Vol. XXIV, No. 2 (Juli - Desember 2008): 117-127 Sjamsuhidayat, S. S. (1996). “Keterpaduan Pihak-pihak Terkait Dalam Pengembangan Agro Industri Tanaman Obat”, Prosiding Forum Konsultasi Strategi dan Pengembangan Agro Industri Tanaman Obat, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Sukandar, E. Y. (2004). ‘Tren dan Paradigma Dunia Farmasi: Industri-Klinik-Teknologi Kesehatan’, Orasi Ilmiah Dies Natalis ITB ke 45, ITB, Bandung. Wardoyo, N. (2005). ‘Peran Farmakognosi
dalam Menopang Konsistensi Kualitas Bahan Baku Industri Jamu’, Makalah Seminar Farmakognosi , Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. Wasito, H. dan Herawati, D. (2008). “Etika Farmasi dalam Islam’ ” Graha Ilmu, Yogyakarta. Yuliani, S., (2001). “Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat Fitofarmaka”, Jurnal Litbang Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.
127
HENDRI WASITO. Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi Melalui Pengembangan Obat Tradisional
128