MEMAHAMKAN KONSEP GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN PADA SISWA MELALUI STRATEGI THINK PAIR SHARE
Malikah Nurul Hidayah, Akbar Sutawidjaja, dan Purwanto Guru SMPN 2 Blitar dan mahasiswa S2, Dosen PPs Universitas Negeri Malang, Dosen PPs Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendiskripsikan dampak strategi pembelajaran think pair share dalam membelajarkan materi garis singgung persekutuan dua lingkaran pada siswa kelas VIII SMPN 2 Blitar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII-G SMPN 2 Blitar yang terdiri dari 28 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu (1) menyusun tindakan, (2) melakukan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Pada penelitian ini ditemukan adanya peningkatan prestasi belajar yang dapat dilihat dengan membandingkan hasil belajar pada siklus 1 dan siklus 2. Instrumen yang digunakan adalah tes, lembar observasi (aktivitas guru dan siswa), lembar wawancara. Berdasarkan data hasil penelitian menyatakan bahwa prosentase hasil tes secara klasikal yang mendapatkan nilai minimal 80 meningkat dari 21 siswa pada siklus 1 menjadi 27 siswa pada siklus 2. Hasil wawancara dengan tiga siswa berkemampuan rendah, sedang dan tinggi menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif dalam mengikuti pembelajaran think pair share. Hasil LKS menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menentukan rumus panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Think Pair Share dapat memahamkan konsep dan meningkatkan hasil belajar siswa SMPN 2 Blitar pada materi garis singgung persekutuan dua lingkaran. Kata kunci: pemahaman konsep, think pair share (TPS)
Pembelajaran matematika sekolah cenderung pada pencapaian sasaran materi kurikulum dan buku wajib yang dipakai dengan berorientasi pada materi soal-soal UAN, bukan pada pemahaman yang dipelajari. Banyak siswa cenderung menghafal konsep-konsep matematika, dan menyebut definisi yang diberikan guru atau yang tertera dalam buku teks secara berulang-ulang tanpa memahami makna konsep dan definisi itu. Pemahaman konsep merupakan bagian dasar untuk membangun pengetahuan yang mantap karena konsep merupakan bagian dasar ilmu pengetahuan. Pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika ini dibatasi pada keaktifan siswa dalam
mengeluarkan ide, keaktifan siwa memberikan tanggapan terhadap jawaban siswa yang lain, keaktifan siswa mengerjakan soal di depan kelas, dan kreatifitas siswa dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekolah. Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus di kuasai dan dipahami oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Karena materi tersebut sangat diperlukan dalam kehidupan.Kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap materi menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran belum maksimal/masih kurang. Kurangnya pemahaman konsep siswa pada
227
Hidayah, Memahamkan Konsep Garis Singgung, 228
materi menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran ditunjukkan dengan cara siswa menyelesaikan soal yang masih cenderung menghafalkan rumus dari panjang garis singgung persekutuan dalam maupun persekutuan luar dua lingkaran. Kurangnya pemahaman siswa tersebut dapat disebabkan oleh bahwa guru masih menggunakan model pembelajaran teacher centered artinya dalam pembelajaran guru yang mendominasi, akibatnya pada saat pembelajaran di kelas siswa pasif dan hanya menerima materi yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian, model pembelajaran konstruktivis yakni pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri dan guru hanya sebagai fasilitator belum dapat dirasakan. Siswa dalam mengerjakan soal-soal menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran cenderung melihat contoh soal, menerapkan rumus serta prosedur penyelesaiannya. Ketika siswa diberikan soal tidak sama dengan contoh mereka masih membuat kesalahan. Karena selama ini pemahaman tentang konsep panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran masih kurang. Ini disebabkan guru dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendominasi. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya strategi pembelajaran yang dapat membawa siswa aktif dalam pembelajaran. Think Pair Share merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang dapat memberdayakan kemampuan berfikir siswa. TPS memberi diskusi yang terstruktur sehingga siswa tidak melantur pemikirannya dan terarah tingkah lakunya karena harus melaporkan hasil pemikirannya ke pasangannya. Dalam TPS, siswa juga merasakan a) saling ketergantungan positif karena mereka belajar dari satu sama lain, b) menjunjung akun-
tabilitas individu karena mau tidak mau siswa harus saling berbagi ide dan wakil kelompok harus berbagi ide pasangannya ke pasangan lain atau ke seluruh kelas, c) punya kesempatan yang sama untuk untuk berpartisipasi (Allen, 2010). Menurut Nurhadi, dkk (2004:65) melalui metode TPS kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian siswa diberi pertanyaan atau lembar diskusi. Awalnya siswa diberi waktu untuk mencoba menyelesaikan soal tersebut secara individu,selanjutnya siswa dipersilahkan untuk mendiskusikan dari jawaban masing-masing individu bersama teman sekelompoknya. Tahap terakhir ada kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan didiskusikan bersama teman sekelas. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu pembelajaran yang juga dapat mengaktifkan siswa. Pembelajaran kooperatif tipe TPS menciptakan diskusi yang terstruktur sehingga siswa mengikuti proses tertentu yang dapat membatasi pikiran siwa melantur dan tingkahnya menyimpang. Hal ini dikarenakan siswa dituntut untuk berfikir secara individu dan melaporkan kepada teman kelompoknya. Langkahlangkah pembelajaran tipe TPS adalah Think (berfikir), Pair (berpasangan) dan Share (berbagi). Untuk langkah Think (berfikir), siswa diminta untuk berfikir secara individu dan siswa harus berusaha semaksimal mungkin karena harus menyimpulkan hasil pemikirannya kepada kelompoknya. Langkah Pair (berpasangan), siswa akan berpasangan untuk mendiskusikan jawaban yang telah dipikirkannya dan berbagi pendapat untuk memperoleh jawaban yang sempurna. Dalam langkah ini dapat meningkatkan partisipasi siwa dan siswa menjadi lebih aktif dalam belajar. Sedangkan langkah Share (berbagi), siswa mempresentasikan
229, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
jawaban kelompoknya dan mendiskusikan bersama dengan teman sekelasnya. Trianto (2011:81) menyatakan bahwa think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Berdasarkan pendapat Arends, dengan adanya pembelajaran seperti ini dimungkinkan selain melatih tanggung jawab siswa secara individu maupun kelompok, siswa juga lebih aktif lagi dalam belajar karena siswa harus menguasai materi yang ada untuk mempresentasikan hasil jawabannya. Berdasarkan penelitian Radhakrishna (2012) bahwa think pair share merupakan strategi pembelajaran yang efektif untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa melalui bantuan guru maupun teman lainnya. Dengan demikian siswa lebih berusaha untuk memahami materi tersebut dengan bertukar pikiran atau bertanya jika ada yang belum dipahami. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto ( 2010:16) bahwa, PTK dilakukan melalui beberapa siklus. Dalam setiap siklus terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Siklus akan berakhir jika penelitian sudah sesuai dengan apa yang telah ditargetkan ( sesuai dengan indikator keberhasilan). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-G SMPN 2 Blitar.
Siklus 1 Perencanaan Merancang perangkat pembelajaran dan instrument penelitian. Perangkat pembelajaran terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS). Instrument penelitian terdiri dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa, tes dan lembar validasi perangkat pembelajaran dan instrument penelitian. Pelaksanaan (Tindakan) Dilaksanakan dalam tiga pertemuan masing-masing membahas tentang garis singgung melalui titik di luar lingkaran, garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran. Pengamatan (observasi) Observasi dilakukan dengan cara mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur karena pada lembar observasi sudah ada criteria-kriteria yang diamati (Wiriaatmadja, 2006: 114). Observasi dilakukan sebagai bahan penilaian terhadap kesesuaian proses pembelajaran dengan rencana pelaksanaan pembelajaran .Refleksi Tahap refleksi merupakan tahap evaluasi terhadap semua tindakan yang telah dilakukan selama proses pembelajaran. Hasil observasi selama pembelajaran berlangsung, tes pada akhir siklus pembelajaran dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Hasil evaluasi dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan dan perencanaan pembelajaran pada siklus 2. Siklus 2 Siklus 2 dilaksanakan karena hasil tes siklus 1 diperoleh bahwa siswa yang memperoleh nilai minimal 80 adalah sebanyak 21 dari 28 siswa yang mengikuti tes. Keadaan ini dapat dikatakan bahwa
Hidayah, Memahamkan Konsep Garis Singgung, 230
75% dari siswa telah memahami materi Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran, belum sesuai dengan kriteria keberhasilan. karena belum mencapai ketuntasan belajar 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran konsep garis singgung persekutuan dua lingkaran dengan menggunakan Think Pair Share. Perencanaan Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS). Pelaksanaan (Tindakan) Dilaksanakan dalam dua pertemuan untuk memperdalam materi garis singgung persekutuan dua lingkaran. Pengamatan (observasi) Observasi dilakukan dengan cara mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Refleksi Hasil tes siklus 2 diperoleh bahwa siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 80 adalah sebanyak 27 dari 28 siswa yang mengikuti tes. Keadaan ini dapat dikatakan bahwa 27 siswa telah memahami materi garis singgung persekutuan dua lingkaran. Dengan demikian siklus 2 telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat beberapa temuantemuan penelitian dalam setiap siklus yaitu pada tahap think, siswa mengerjakan LKS secara individu hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan bekerja secara mandiri. Hal ini juga didasarkan oleh pendapat Machmud (2001:7) yang menyatakan bahwa lembar kerja dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja secara mandiri dan bekerja sama, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan penemuan.
Pemberian LKS membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi garis singgung persekutuan dua lingkaran. LKS ini berisi permasalahan-permasalahan yang menuntun siswa memahami materi yang dipelajari, sehingga kegiatan belajar siswa merupakan kegiatan belajar yang bermakna (meaningful learning). Seperti pernyataan Ausubel yang menyatakan bahwa belajar bermakna timbul jika peserta didik mencoba menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pembelajaran bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan pelajar dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki pelajar (Isjoni, 2010: 35). Dalam kegiatan pembelajaran, guru juga berkeliling untuk memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami permasalahan. Pada kegiatan ini banyak siswa yang bertanya apabila kurang memahami permasalahan. Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan proses scaffolding yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberikan kesempatan peserta didik untuk mengambil ahli tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh, ataupun hal-hal lain yang memungkinkan siswa tumbuh mandiri (Isjoni, 2010 : 40). Pada tahap share ternyata dapat membawa siswa yang pendiam menjadi lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya, meskipun pada awalnya sedikit dipaksa untuk berbicara. Pada saat tanya jawab ini setiap individu telah mempunyai
231, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
bekal hasil penyelesaian permasalahan yang terdapat pada LKS pada langkah pembelajaran sebelumnya. Pada langkah ini semua siswa aktif untuk menjelaskan asal usul penyelesaiannya. Langkah ini didukung oleh pendapat Vigotsky yang menyatakan bahwa pembelajaran berlangsung ketika siswa bekerja dalam zone of proximal development (zona perkembangan proksimal) dimana peserta didik memerlukan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Zona of proximal development merupakan wilayah antara tingkat perkembangan peserta didik yang sesungguhnya, yaitu kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan secara individu/mandiri dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi, yang dicapai peserta didik setelah mendapatkan bimbingan dari orang yang lebih dewasa yaitu pembelajaran atau melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu (Isjoni, 2010: 40). Langkah selanjutnya yaitu menentukan kesepakatan penyelesaian permasalahan setelah melalui diskusi dengan teman kelompoknya. Menurut Lie (2002) kegiatan interaksi akan memberikan para siswa membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Siswa semakin lancar dalam mengkomunikasikan ide atau pendapatnya, hal ini dapat dilihat pada saat siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Langkah ini diperlukan untuk dapat memupuk keberanian siswa dalam menyampaikan pendapatnya. Arends (2008) mengatakan bahwa guru seharusnya membantu siswa memoles ketrampilan berkomunikasinya untuk memastikan keberhasilan di lingkungan belajar kelompok.
Kegiatan diskusi membuat siswa semakin memahami konsep yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Arends (2008) bahwa dengan berdiskusi dan berpikir sendiri dengan teman, diharapkan siswa lebih bisa memahami konsep, menambah pengetahuannya serta dapat menemukan kemungkinan solusi dari permasalahan. Kegiatan membuat kesimpulan dapat menguatkan pemahaman siswa pada materi garis singgung persekutuan dua lingkaran. Degeng (1997:28) mengatakan bahwa membuat rangkuman atau kesimpulan dari apa yang dipelajari perlu dilakukan untuk mempertahankan retensi. Berdasarkan data diperoleh bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar siswa dalam mempelajari konsep garis singgung persekutuan dua lingkaran melalui think pair share (TPS). Ini ditunjukkan dari hasil tes siswa pada siklus 1 yaitu 21 siswa dari 28 siswa yang tuntas KKM menjadi 27 siswa yang tuntas KKM pada siklus 2. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa tertarik dan paham dengan konsep garis singgung persekutuan dua lingkaran melalui TPS. Siswa dapat memahami materi dengan mudah karena siswa mendiskusikan materi tersebut dengan pasangan kelompoknya. Hal ini sesuai dengan penelitian Dubon (2010) bahwa think pair share ini membantu siswa untuk menemukan ide-ide baru melalui komunikasi dengan pasangan kelompoknya serta melatih siswa untuk mendengarkan orang lain (pasangannya). Think pair share ini tidak hanya cocok untuk kelas matematika tetapi untuk semua kelas. Penelitian Kitaoka (2013) juga menyebutkan bahwa think pair share dapat membantu siswa untuk mengubah gaya belajarnya dari hanya mendengarkan dan mencatat menjadi lebih perhatian dan
Hidayah, Memahamkan Konsep Garis Singgung, 232
melibatkan diri, belajar berfikir secara logika, menyampaikan ide-ide, pikiran sesuai dengan kemampuannya serta belajar dari siswa lain untuk mempertinggi motivasi belajarnya. PENUTUP Kesimpulan 1. Strategi pembelajaran Think Pair Share dapat mengantarkan siswa kelas VIIIG SMP Negeri 2 Blitar tahun pelajaran 2012/2013 dapat memahami materi garis singgung persekutuan dua lingkaran dan berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa. 2. Siswa memberikan respon positif dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi Think Pair Share. Hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap siswa yang dipilih dari kategori pandai, sedang dan kurang semuanya mengatakan bahwa mereka merasa
senang mengikuti pembelajaran dengan strategi Think Pair Share. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan kepada para pendidik untuk menggunakan strategi pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran matematika di kelas, dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Guru disarankan untuk menjadikan pembelajaran Think Pair Share sebagai suatu pembelajaran alternatif yang layak dipertimbangkan dalam pembelajaran konsep garis singgung persekutuan dua lingkaran. 2. Dalam menerapkan proses pembelajaran Think Pair Share pada materi garis singgung, penggunaan waktu harus dimanfaatkan seefektif mungkin. Misalnya pada tahap Share , presentasi kelompok diarahkan pada hal-hal yang penting saja dan tidak perlu semuanya.
DAFTAR RUJUKAN Allen, Cathy. 2010. Using the think Pair Share Technique. Urbana, Illinois: Note Publising. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Arends, R. I. 2008. Learning To Teach. (Diterjemahkan oleh Helly, Belajar untuk mengajar), Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Degeng. I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasikan Isi dan Model Elaborasi. Malang: IKIP Malang. Dubon, L.P. and Shafer, K.G. (2010). Enhancing think-pair-share. Teaching children mathematics Journal 16(8), 451-455. Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung:Alfabeta.
Kitaoka, Hisaya. 2013. Teaching Methods that Help Economics Students to be Effective Problem Solvers. International Journal of Arts and Commerce Vol. 2 No. 1 January 2013 Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Machmud, T. 2001, Implementasi PAM untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Program Liniear, Tesis (tidak diterbitkan), Malang, PPS-UM. Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press. Radhakrishna, Rama; Ewing, John; Chikthimmah, Naveen. 2012. TPS (Think, Pair, Share) as an Active
233, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Learning Strategy. Academic journal article from NACTA Journal, Vol. 56, No. 3 Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Vygotsky, L. 1986. Thought and Language. A. Kozulin, (Ed. And
Trans.), Cambridge, MA. Massachusetts Institute of Technology (MIT) Press. Wiriatmadja, R. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Remaja Rosda Karya.