MARKET BRIEF KARET ALAM
KEDUTAAN BESAR REPUBULIK INDONESIA NEW DELHI
2014
1
Executive Summary
Pasar karet alam India memiliki peluang yang besar bagi pasar ekspor karet Indonesia. Terjadinya kesenjangan antara demand and supply di India, khususnya atas permintaan para produsen ban di India yang cukup tinggi namun tidak diikuti dengan cukupnya pasokan produsen domestik karet alam menjadi suatu permasalahan yang cukup besar bagi para pemangku kepentingan karet alam di India. Selain itu beberapa faktor-faktor lainnya seperti gangguan alam berupa hujan lebat mengganggu penyadapan karet di negara bagian Kerala, produsen terbesar di India. Keterbatasan stok domestik telah menyebabkan harga karet alam menjadi naik tajam hal ini mengkhawatirkan industri ban yang telah menuntut keras untuk dapat melakukan impor. Menurut para produsen ban di India, kekurangan produksi karet dunia akan naik menjadi satu juta ton pada tahun 2020 karena permintaan dari produsen ban. Sektor otomotif China dan India akan terus menyokong permintaan tersebut. Produksi kendaraan yang terus meningkat akan menyebabkan penjualan ban yang semakin banyak, terutama untuk penggantian 75 persen dari ban yang terjual di pasaran. Jalan keluar bagi permasalahan ini adalah melakukan impor dari Negara lain, khususnya Indonesia sebagai lima besar eksportir karet alam bagi India. Indonesia sendiri menyumbang 45,6 persen dari total volume impor di India selama tahun ini, diikuti oleh Vietnam (23,6 persen) dan Thailand (18,3 persen). Prosentase ini tentu perlu dikembangkan lebih besar lagi dalam merebut pangsa pasar karet alam di India.
2
DAFTAR ISI I. Pendahuluan a.
Pemilihan Produk & Trend Besar………………………………………… 6
b.
Profil Geografi, Demografi, Infrastruktur & Perekonomian……………. 8
II. Potensi Pasar Negara Akreditasi a.
Impor Produk Karet Alam………………………………………………. 10
b.
Potensi Pasar…………………………………………………………….
13
c.
Konsumsi Karet………………………………………………………….
14
d.
Regulasi: Peraturan Impor & Beas Masuk……………………………
18
e.
Sertifikasi mutu karet alam impor.....................................................
20
III. Peluang & Strategi a.
Harga Karet……………………………………………………………….
21
b.
Beberapa Permasalahan & Inisiatif Baru……………………………...
22
IV. Informasi Penting a.
TPO (Trade Promotion Office) Asing di Negara Akreditasi;…………. 26
b.
TPO dan/atau Kedutaan Negara Akreditasi di Indonesia;…………… 26
c.
Chamber of Commerce di Negara Akreditasi;………………………… 27
d.
Chamber of Commerce Negara Akreditasi di Indonesia;…………….. 27
e.
Kamar Dagang Negara Akreditasi di Indonesia dan/atau Kadin Indonesia yang Memiliki Hubungan Khusus/Bidang
Khusus
dengan Negara Akreditasi………………………………………………
28
f.
Asosiasi Produk Y di Negara Akreditasi………………………………… 28
g.
Daftar Pameran Produk Y di Negara Akreditasi………………………… 29
h.
Perwakilan Indonesia di Negara Akreditasi……………………………… 30
i.
Daftar Importir Produk Y di Negara Akreditasi…………………………… 31
Referensi
3
Market Brief : KARET ALAM I. Pendahuluan a. Pemilihan Produk & Trend Pasar Kesenjangan antara produksi dan permintaan karet di India masih cukup besar, dan kebutuhan untuk menjembatani kesenjangan ini dilakukan melalui impor. Di India, kesenjangan antara permintaan-pasokan karet masih cukup besar yaitu berkisar 150.000 ton pada 2013-14. Negara terpaksa bergantung pada impor. Karet adalah bahan baku utama untuk industri karet India, terhitung 35 hingga 45 persen merupakan bagian dari biaya bahan baku. Sebanyak satu juta pengusaha perkebunan terlibat dalam perkebunan karet alam di India . Kekurangan karet dunia akan naik menjadi satu juta ton pada tahun 2020 karena permintaan dari produsen ban akan meningkatkan konsumsi menjadi sekitar 15,4 juta ton. Sektor otomotif China dan India akan terus menyokong permintaan. Produksi kendaraan yang terus meningkat akan menyebabkan penjualan ban yang semakin banyak, terutama untuk penggantian 75 persen dari ban yang terjual di pasaran. Permintaan ban global berkembang lebih cepat daripada produksi, khususnya pertumbuhannya di China, karena penjualan kendaraan meningkat. Pasokan global Karet mentah naik 2,5 persen menjadi 11.330.000 ton selama 12 bulan hingga akhir Desember 2012. Pasokan melambat sepanjang tahun dari 6,4 persen dicapai selama periode yang sama ditahun lalu. Menurut proyeksi dari International Rubber Study Group (IRSG) pada Maret 2013, pasokan diperkirakan akan menyentuh angka 11.770.000 yaitu naik 3,9 persen ton selama penghujung tahun 2013,. Tabel - 1 di bawah ini menunjukkan tren dalam penyediaan karet dari negara-negara penghasil utama . Tabel – 1 Produksi karet dibeberapa negera produsen utama (‘000 ton) Negara
20111
20121
% Perubahan
Thailand Indonesia Malaysia India Vietnam China Dunia2
3,569 3,013 996 893 812 727 11,055
3,778 3,040 923 919 864 795 11,327
5.9 0.9 -7.3 2.9 6.4 9.4 2.5
1 The period referred is the 12 months ended December of the year. 2 Includes other countries which are not listed above. Source : Natural Rubber Trends & Statistics, June 2013, ANRPC, for country-specific figures and Rubber Statistical Bulletin, April-June 2013, IRSG, for the world figures.
4
Permintaan global untuk karet melambat selama penghujung tahun 2012 dikarenakan kelesuan perekonomian yang berakibat pada perodusen ban dan pada sektor lainnya. Konsumsi global selama dipenghujung tahun 2012 adalah 11.010.000 ton, mengalami kenaikan 0,4 persen dari jumlah 10.960.000 ton yang dikonsumsi selama periode yang sama pada tahun lalu. Tabel - 2 merangkum tren konsumsi karet di negara-negara konsumen utama. Tabel – 2 Konsumsi karet di beberapa negara konsumen utama karet (‘000 ton) Negara 20111 20121 % Perubahan China India USA Japan Thailand Indonesia Malaysia Republic of Korea Dunia2
3,622 957 1,029 772 480 441 402 402 10,963
3,853 988 950 733 490 488 441 396 11,005
6.4 3.2 -7.7 -5.1 2.1 10.7 9.7 -1.5 0.4
1The period referred is the 12 months ended December of the year. 2 includes other countries which are not listed above. Source : Rubber Statistical Bulletin, April-June 2013, IRSG.
Proyeksi IRSG pada Maret 2013 menunjukkan bahwa konsumsi global karet sebesar 11.590.000 ton atau 5,3 persen terjadi kenaikan selama penghujung Desember 2013. Mengenai Karet Sintetis, pasokan global naik 0,5 persen menjadi 15.190.000 ton dan permintaan naik 1,0 persen menjadi 14.970.000 ton selama 12 bulan hingga akhir Desember 2012. Dalam total konsumsi karet global dan karet sintesis selama tahun tersebut, karet memiliki prosentase 42,4 persen, yang hampir sama dengan tahun sebelumnya yaitu 42,5 persen.
5
Peta India
b. Profil Geografi, Demografi, Infrastruktur & Perekonomian India adalah negara demokrasi terbesar dan negara kedua terpadat di dunia. Kembali pada sejarahnya di 2500 SM silam, ketika penduduk lembah Sungai Indus mengembangkan budaya perkotaan yang berbasis pada perdagangan dan ditopang oleh perdagangan dibidang pertanian. Suku Aryan dari barat laut masuk ke daratan India sekitar 1500 SM, membawa keyakinan adat yang berkembang menjadi agama Hindu, dan diikuti berbagai kerajaan. Serangan dari Arab dimulai pada abad ke-8 dan Turki diabad 12 diikuti oleh dari para pedagang Eropa dimulai pada akhir abad ke-15. Pada abad ke-19, Inggris telah memegang kendali politik hampir semua 6
tanah India. Perlawanan tanpa kekerasan terhadap kolonialisme Inggris yang dipimpin oleh Mohandas Gandhi membawa kemerdekaan pada tahun 1947, dan Pakistan didirikan sebagai negara Muslim terpisah karena permusuhan Muslim – Hindu dimasa itu. Ada tiga perang antara India dan Pakistan sejak tahun 1947 , dua diantaranya sengketa atas wilayah Kashmir. Dan perang ketiga antara kedua negara pada tahun 1971 mengakibatkan Pakistan Timur menjadi negara terpisah yaitu Bangladesh. India sekarang menjadi salah satu Negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia dengan tenaga kerja terampil yang besar. Negara ini memiliki kelas menengah yang sedang berkembang di perkotaan dan telah membuat langkah besar dalam beberapa bidang-bidang seperti teknologi informasi. Namun, pertumbuhan ekonomi India masih dibatasi oleh infrastruktur yang tidak memadai, birokrasi, kekakuan pasar tenaga kerja, dan kontrol peraturan investasi termasuk investasi asing. Sekitar 60 persen dari penduduk masih mendekati di bawah garis kemiskinan.
Profil Perekonomian India : Ranking Mata Uang Tahun Fiskal (Fiscal year) Organisasi Perdagangan
: 10th (nominal) 3rd (PPP) : Indian Rupee (INR) = 100 Paise : 1st April – 31st March : WTO, SAFTA, BRIC, G-20 and others
Statistik : GDP
: $ 1.995 triliun (nominal) 2014 : $ 5.425 triliun (PPP) 2014 Pertumbuhan GDP : 4.986% (2013-14) GDP per kapita : $ 1,584 (nominal) 2014 : $ 4,307 (PPP) 2014 GDP by sector : Pertanian : 16,9%, industri : 17%, Jasa : 66,1% (2013) Inflasi (CPI) : CPI: 8.79, WPI: 5.05 (Januari 2014) Angka dibawah garis kemiskinan : 21.9% (2011-12) Angkatan Kerja (AK) : 498.4 juta (2013) Angk. Kerja menurut pekerjaan : Pertanian 51.1%, industri 22.4%, jasa 26.6% (2012 est.) Pengangguran : 8.8% (2013) Industri utama
: tekstil, bahan kimia, pengolahan makanan, baja, peralatan transportasi, semen, tambang, minyak, mesin, software, farmasi.
7
Eksternal : Expor Expor Barang Partner Ekspor Utama
Impor Impor Barang Partner Impor Utama
Investasi dari luarnegeri (FDI) Hutang luar negeri Cadangan Devisa
: $ 312.35 miliar (2014 est.) :software, minyak, farmasi, Batu mulia, tekstil, mesin, biji besi, bahan kimia, mobil. :UEA 12.3%, US12.2%, China 5.0%, Singapore 4.9%, dan Hong Kong 4.1% (2012 est.) : $ 450.94 billion (2014 est.) :minyak mentah, batu mulia mentah, mesin, pupuk, batu bara, baja, bahan kimia : China 10.7%, United Arab Emirates 7.8%, Saudi Arabia 6.8%, Switzerland 6.2%, and United States 5.1% (2012 est) : $ 47 triliun (2011-12) : $ 299.2 triliun (31 Desember 2012) : $ 292.33 triliun (Februari 15th 2014)
Demografi - Secara demografi (kependudukan) berdasarkan hasil sensus ditahun 2011, jumlah penduduk India mencapai 1,2 miliar yang menempatkan India menjadi negara dengan populasi terbesar kedua didunia. Tingkat pertumbuhan pendudukan pada tahun 2001-2011 pada angka 1,76 persen. Dalam perbandingan antara pria dan wanita menurut sensus 2011 yaitu 940 wanita disetiap 1000 pria dengan umur rata-rata yaitu 24,9 tahun. Jumlah prosentase penduduk yang hidup didaerah perkotaan yaitu 31,2 persen diantara tahun 1991 dan 2001 dan sekitar 70 persen sebagain besar tinggal didaerah pinggiran India. Berdasarkan sensus tahun 2001 beberapa kota yang memiliki populasi lebih dari 27 juta yaitu diantaranya Delhi, Mumbai, Kolkata, Chennai, Bangelore, Hyderabad, Ahmedabad, dan Pune. sektor : Industri: Industri berkontribusi 26 persen dari GDP dan mempekerjakan 22 persen dari total angkatan kerja. India menduduki urutan 11 di dunia dalam hal nominal output pabrik . Tekstil - manufaktur Tekstil adalah sumber terbesar ke-2 dari sumber pekerjaan setelah pertanian dan menyumbang sekitar 14 persen produksi industri; 4 persen untuk produk domestik bruto negara (GDP), 17 persen untuk pendapatan ekspor , menyediakan lapangan kerja langsung untuk lebih dari 35 juta orang.
8
Jasa - India adalah urutan ke-13 dalam output jasa. Sektor jasa menyediakan lapangan kerja bagi 27 persen dari angkatan kerja dan tumbuh begitu cepat, dengan tingkat pertumbuhan 7,5 persen. Ini memiliki pangsa terbesar dalam GDP, berkontribusi sebesar 57 persen pada 2012, naik dari 15 persen pada tahun 1950. Teknologi Informasi dan business process outsourcing adalah salah satu sektor yang tumbuh sangat cepat. Retail - Industri Ritel adalah salah satu pilar ekonomi India dan menyumbang 14-15 persen dari GDP. Pasar ritel India diperkirakan US$ 450 miliar dan salah satu dari lima pasar ritel terbaik di dunia berdasarkan nilai ekonomi. India adalah salah satu pasar ritel dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan 1,2 miliar populasinya. Pariwisata - Pariwisata di India relatif belum berkembang, tetapi sektor ini memiliki pertumbuhan yang tinggi. Ini memberikan kontribusi 6.23 persen terhadap GDP nasional dan 8,78 persen dari total tenaga kerja . Pertambangan - Pertambangan membentuk segmen penting dari perekonomian India, dengan negara yang memproduksi 79 jenis tambang yang berbeda (tidak termasuk bahan bakar dan sumber daya atom), termasuk bijih besi, mangan, mika, bauksit, kromit, batu kapur, asbes, fluorit, gipsum, oker, fosfotit dan pasir silika. Pertanian - India menempati posisi kedua di dunia pada hasil pertanian. Sektor pertanian dan turunannya seperti kehutanan, perkebunan dan produksi ikan menyumbang 17 persen dari GDP pada tahun 2012, mempekerjakan 51 persen dari total angkatan kerja, dan meskipun terjadi penurunan pada PDB, namun masih merupakan sektor ekonomi terbesar dan signifikan bagi pembangunan sosial-ekonomi secara keseluruhan India. Hasil panen per satuan luas semua jenis tanaman telah dimulai sejak tahun 1950, karena penekanan khusus pada pertanian dalam rencana lima tahun dan peningkatan sistem irigasi, teknologi, penerapan praktek pertanian modern, penyediaan kredit pertanian dan subsidi sejak green revolution di India. Namun, perbandingan internasional mengungkapkan hasil rata-rata di India umumnya 30 persen menjadi 50 persen dari rata-rata hasil panen tertinggi di dunia. Negara bagian India Uttar Pradesh, Punjab, Haryana, Madhya Pradesh, Andhra Pradesh, Bihar, West Bengal, Gujarat dan Maharashtra adalah negara memberikan kontribusi dalam kunci kesuksesan pertanian India. Perbankan dan keuangan - Pasar uang India diklasifikasikan ke sektor yang terorganisir, yang terdiri dari bank-bank komersial swasta, publik, asing dan bank koperasi, kesemuanya dikenal sebagai schedule bank. Adapun sektor yang tidak terorganisir, yang mencakup individu atau keluarga yang menjadi 9
bankir pribumi atau rentenir dan perusahaan keuangan non-perbankan. Sektor yang tidak terorganisir dan kredit mikro masih lebih dipilih daripada bank-bank tradisional di daerah pedesaan dan sub-urban, terutama untuk tujuan non-produktif, seperti upacara-upacara keagamaan dan pinjaman jangka pendek . Energi - India adalah produsen terbesar keempat listrik dan minyak dan pengimpor terbesar keempat batubara dan minyak mentah di dunia. Batubara dan minyak bersama-sama berkontribusi sebesar 66 persen dari konsumsi energi India. Cadangan minyak India memenuhi 25 persen dari kebutuhan minyak dalam negeri negara itu . Pada 2012, total cadangan minyak India sebanyak 5,5 juta barel (870 juta liter), sementara cadangan gas mencapai 43.800 juta kaki kubik (1.240 juta meter kubik). Ladang minyak dan gas alam yang terletak di lepas pantai di Mumbai High, Krishna Godavari Basin dan Cauvery Delta, dan di darat terutama di negara bagian Assam, Gujarat dan Rajasthan. Infrastruktur - India memiliki jaringan jalan terbesar ketiga di dunia, mencakup lebih dari 4,3 juta kilometer dan 60 persen dari transportasi barang dan 87 persen dari lalu lintas penumpang. Indian Railways adalah jaringan kereta api terbesar keempat di dunia, dengan panjang rel dari 114.500 kilometer. India memiliki 13 pelabuhan utama, pelayanan volume kargo mencapai 850 juta ton pada tahun 2010. India memiliki tingkat teledensitas nasional sebesar 74,15 persen dengan 926.530.000 pelanggan telepon, duapertiga berasal dari daerah perkotaan, tetapi penggunaan Internet masih bisa dikatakan sedikit, dengan sekitar 3,3 juta jaringan broadband di India pada Desember 2011. Namun, hal ini berkembang dan diperkirakan akan booming menyusul ekspansi jasa 3G dan WiMAX .
II . Potensi Pasar di India : a. Impor Produk Karet India mengimpor 217.364 ton karet selama 2012-13 sesuai dengan NOC untuk bea cukai yang dikeluarkan oleh Dewan karet yang merupakan lembaga yang ditunjuk untuk menguatkan kualitas karet. Ini secara garis besar naik dari jumlah 214.433 ton yang diimpor India pada tahun sebelumnya. Secara menonjol 47,3 persen dari total impor telah hadir melalui system pembayaran open-channel bea masuk yang berlaku. Hal ini terutama disebabkan oleh harga relatif menguntungkan karena harga pasar domestik berada di atas pasar internasional dari akhir Juni sampai akhir November. Indonesia sendiri menyumbang 45,6 persen dari total volume impor di India selama tahun ini, diikuti oleh Vietnam (23,6 persen) dan Thailand (18,3 persen). Dari berbagai bentuk karet yang diimpor sepanjang tahun, 75,2 10
persen adalah TSR. Kebijakan impor untuk karet dan tingkat pajak tetap tidak berubah selama tahun tersebut. Tabel – 12 Impor karet dan karet sintesis (Metric Tonnes) Type
Maret 2013
Import (P) Karet Alam (NR) Karet Sintetik (SR) Total NR & SR
9921 29476 39397
Maret 2012
23417 30300 53717
April 2012 ke Maret 2013 217364 329585 546949
April 2011 ke Maret 2012 214433 327625 542058
(P) : Provisional Source : Rubber Statistical News, Vol. 71, No. 12, May 2013.
Impor karet oleh India menorehkan all-time high pada tahun 2011-12 pada angka 205.050 ton dibanding tahun sebelumnya 188.337 ton pada tahun 201011 dengan tingkat pertumbuhan 9 persen. Pada tahun 2009-10 berada pada 176.756 ton. Impor karet alam naik 32,5 persen menjadi 153.855 ton selama April-November 2012 dari 115.885 ton pada periode yang sama ditahun sebelumnya. Hal ini disebabkan rendahnya produksi lokal dan rendahnya harga di pasar global. Impor cenderung naik sebagai/pada karet tingkat SMR 20, yang hampir setara dengan lokal RSS tingkat 4, yang mana jauh lebih murah di Bangkok dan Kuala Lumpur pasaran. Tabel – 13 Impor karet (ton)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tahun 2001-02 2002-03 2003-04 2004-05 2005-06 2006-07 2007-08 2008-09 2009-10 2010-11 2011-12 2012-13*
Impor 49,769 26,217 44,199 72,835 45,285 89,799 86,394 77,762 176,756 188,387 205,050 250,000
Estimate Source : Ministry of Commerce, Government of India.
Jatuhnya mata uang rupee membuat impor karet alam lebih mahal, tetapi produsen ban tidak memiliki pilihan kecuali untuk melanjutkan impor, terutama karena ketatnya pasokan di pasar domestik. Alasan lain adalah kesenjangan yang besar antara harga global dan di India. Harga global blok karet SMR 20, yang diimpor untuk digunakan dalam ban adalah sekitar Rs . 132,84 per kg. Hal ini lebih murah karena harga domestik RSS 4 telah meningkat karena kekurangan di pasar. Pada 10 Juni 2013 , RSS 4 dengan harga Rs . 173 per kg. 11
India mengimpor 26.217 ton pada 2002-03, yang meningkat menjadi 72.835 ton pada tahun 2004-05. Selama 2006-07, negara mengimpor 89.699 ton karet. Total impor pada 2008-09 adalah 78.000 ton dan 86.394 ton pada tahun 2007-08. Selama tahun 2009-10, impor naik sebesar 118,7 persen 170.000 ton karena peningkatan konsumsi oleh para produsen ban. Menurut the Rubber Board, konsumsi karet naik karena ekspansi perusahaan ban seperti Ceat, Jk dan Bridgestone Ban dan pabrik baru didirikan oleh oleh Birla, Apollo dan TVS. Harga global yang tinggi menahan impor karet . Impor karet selama Desember 2010 adalah 9.579 ton dibandingkan dengan 6138 ton selama bulan Desember 2009. Impor kumulatif karet alam selama sembilan bulan pertama tahun 2010-11 adalah 155.686 ton dan 145.459 ton pada periode tahun sebelumnya. Impor karet India dari tahun 2007 sampai Januari hingga September 2010 dapat dilihat pada Tabel 14, dan tujuan impor dapat dilihat pada Tabel 15 . Tabel - 14 Impor Karet, Balata, Gutta-Percha, Dll & Getah pada Bentuk Dasar yang Sama Value in US$ million
Sl. 1 2 3 4 5 6
Deskripsi
2007
Natural Rubber Latex, Whether or not prevulcanized Natural Rubber in Smoked Sheets Technically Specifies Natural Rubber (Tsnr) Natural Rubber in Primary Forms Etc. Nesoi Balata, Gutta-Percha, Guayule & Chicle Etc. Total :
2008
2009
2010*
0.63
0.50
4.71
2.68
135.16 91.46
74.78 136.75
138.14 112.56
193.53 214.63
9.10
13.54
15.20
58.11
0.04
0.01
0.00
0.01
236.39
225.58
270.61
468.96
Note :* Figures for 2010 are from January to September 2010. Source : Global Trade Information Services (GTIS)
Table - 15 Country-wise Impor Karet Alam (Tonnes) pada Lima Tahun Terakhir Negara Indonesia Thailand Vietnam Malaysia Sri Lanka Africa Ivory Coast Cambodia Nigeria Bangladesh
2009-10 84873.31 62056.45 4619.90 5257.00 12802.04 3729.84 0.00 0.00 1294.76 1359.00
2010-11 0.00 47064.24 20436.58 9589.24 7007.90 7935.00 0.00 420.00 2546.00 1228.85
12
2011-12 62404.59 88070.74 28113.95 11411.48 5282.85 6632.63 0.00 362.88 1290.24 1338.80
2012-13 99050.89 39795.44 51273.13 6198.41 4716.71 8615.52 0.00 1532.00 3749.76 1215.60
2013-14 146245.53 81853.68 69220.35 7262.00 3070.52 2134.20 1995.70 1450.31 1310.40 783.50
Germany Korea Liberia Myanmar Singapore Others Total
100.64 0.00 0.00 305.95 38.00 694.00 177130.89
87315.20 0.00 0.00 713.94 0.00 3479.00 187735.95
0.00 4.40 140.80 237.95 140.80 0.00 205432.11
0.00 0.00 0.00 60.80 463.68 692.36 217364.30
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2193.62 317519.81
Source : Rubber Board, Government of India.
b. Potensi Pasar India memproduksi 913.700 ton karet hingga akhir Maret 2013, naik tipis 1,1 persen dari 903.700 ton yang diproduksi pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,8 persen per tingkat pertumbuhan. Peningkatan produksi selama 2012-13, meskipun penurunan hasil pada rata-rata disebabkan oleh perluasan daerah penghasil menjadi 504.000 ha sepanjang tahun tersebut yang sebelumnya 490.870 ha pada tahun lalu. Hasil rata-rata diukur dari segi produksi per hektar, penurunan sebesar 1.813 kg selama tahun ini dari 1.841 kg pada tahun sebelumnya karena iklim yang kurang mendukung. Produksi diperkirakan menyentuh angka 9,6 lakh1 ton selama 2013-14 atau 5,1 persen per tingkat pertumbuhan . Tabel – 3 Type-wise produksi karet and Karet Sintetik (Metric Tonnes) Tipe
Karet Alam (NR) Ribbed Smoked Sheet (RSS) Solid Block Rubber Latex Concentrates (drc) Lainnya Total Karet Sintetik (SR) Styrene Butadiene (SBR) Poly Butadiene (BR) Lainnya Total Total NR & SR
Maret 2013
Maret 2012
April 2012 to March 2013
April 2011 ke March 2012
Prosentase Meningkat (+)/Menurun(-) (3) dari (4)
35760 10070 5350 2320 53500
37594 9121 6265 2320 55300
667225 122125 73150 51200 913700
658200 119815 76490 49195 903700
1.1
1814 6000 1053 8867 62367
1074 6290 771 8135 63435
19296 77038 12358 108692 1022392
18791 78745 13063 110599 1014299
-1.7 0.8
Source : Rubber Statistical News Vol. 71, No. 12, May 2013.
Industri ban tidak bisa mendapatkan karet yang cukup. Sebagai contoh, industri memerlukan 5000 ton karet untuk bulan Juni 2013 dari pasar domestik, tetapi hanya bisa memenuhi 3.000 ton. Oleh karena itu, industri ban menginginkan pengurangan bea masuk pada impor. Hal tersebut telah mendesak pemerintah untuk mengizinkan impor 100.000 ton karet dengan bea masuk sebesar 7,5 persen yang lebih kecil dari sebelumnya yaitu 20 1
1 lakh = 100.000.
13
persen. Hal ini juga meminta Dewan Karet India (the Rubber Board) untuk memverifikasi ketersediaan stok karet alam di negeri ini, hingga Juni 2013, dengan bantuan dari lembaga independen. Produksi karet alam di India adalah 861.950 ton pada tahun 2010-11, sementara konsumsi mencapai 947.715 ton. Pada 2011-12, produksi adalah 899.400 ton, sementara konsumsi adalah 966.215 ton. konsumsi tersebut tercatat lebih lambat dua persen. Tabel – 4 Produksi Karet alam di India (ton)
No.
Tahun
Produksi
1 2 3 4 5 6
2007-08 2008-09 2009-10 2010-11 2011-12 2012-13*
825,345 864,500 831,400 861,950 903,700 930,700
*Estimasi Source : Rubber Board, India.
c. Konsumsi Karet Kondisi ekonomi yang lesu telah memperlambat permintaan untuk karet di India. Konsumsi tumbuh lambat pada 0,9 persen atau 972.705 ton selama 2012-13 terhadap kenaikan 1,8 persen pada tahun sebelumnya yaitu 964.415 ton. Selama tahun tersebut, konsumsi tumbuh relatif lebih cepat 1,2 persen pada sektor umum yaitu barang karet dibandingkan dengan 0,7 persen pertumbuhan pada sektor ban. Sektor otomotif ban menyumbang 65,3 persen dari total jumlah karet yang dikonsumsi dalam negeri sepanjang tahun tersebut. Konsumsi dalam negeri diperkirakan meningkat 4,9 persen menjadi 10,2 lakh (1,02 juta) ton selama 2013-14. Tabel – 5 Type-wise Consumption* Karet Alam (NR) and Karet Sintetik (SR) ( dalam Metric Ton) Tipe
Karet Alam (NR) Ribbed Smoked Sheet (RSS) Solid Block Rubber Latex Concentrates (drc) Others Total
Maret 2013
Maret 2012
April 2012 ke Maret 2013
April 2011 to Maret 2012
49960 21825 6535 1920 80240
53110 21380 5925 1985 82400
578050 292210 76705 25740 972705
616215 248285 73190 26725 964415
14
Prosentase peningkatan (+)/ Penurunan(-) (3) dari (4)
0.9
Out of which Auto Tyre Manufacturers Karet Sintetik (SR) Styrene Butadiene (SBR) Poly Butadiene (BR) Others Total Out of which Auto Tyre Manufacturers Total NR & SR Out of which Auto Tyre Manufacturers
51628
53631
635539
631410
0.7
18085 12645 7750 38480 27934
16505 12160 7615 36280 26229
196530 145695 101935 444160 323412
185265 134630 103455 423350 307365
4.9 5.2
118720 79562
118680 79860
1416865 958951
1387765 938775
2.1 2.1
*Indigenous and imported Source : Rubber Statistical News Vol. 71, No. 12, May 2013.
Konsumsi karet naik 5,6 persen pada semester pertama tahun 2012-13, sementara produksi hanya naik 1,1 persen. Hal ini akan memberikan tekanan pada pasokan dan harga komoditas di pasar lokal. Tentu saja kenaikan produksi ban adalah alasan utama untuk peningkatan konsumsi, yang ditempatkan pada 1.006.000 ton, dengan defisit tahunan 76.000 ton. Pada tahun 2011-12, produksi dan konsumsi sebesar 903.700 ton dan 964.415 ton, pada masing-masing tahun tersebut. Tabel – 6 Konsumsi karet di India (ton)
No.
Tahun
Total Konsumsi
Konsumsi Manufaktur Ban
1 2 3 4 5 6
2007-08 2008-09 2009-10 2010-11 2011-12 2012-13*
861,455 871,720 930,565 947,715 964,415 NA
495,577 508,121 576,210 597,623 NA NA
*Estimate Source : Rubber Board, India.
Tabel – 7 Produksi, konsumsi and Stock of Reclaimed karet (RR) (Metric Tonnes) Tipe
Reclaimed Rubber (RR) Produksi@ Konsumsi Out of which Auto Tyre Manufacturers Stok Manufaktur (Akhir bulan/tahun) @: indigenous purchase by manufacturers Source: Rubber Statistical News Vol. 71, No. 12, May 2013.
15
Maret 2013
Maret 2012
April 2012 ke Maret 2013
April 2011 ke Maret 2012
9595 9775 3904 7155
9295 8920 3828 6080
115670 114595 45879
103565 102435 43178
Table - 8 Stok hingga akhir Maret 2013 (Metric tonnes) Karet Alam With Growers With Dealers & Processors With Auto Tyre units* With other manufacturing units Total Karet Sintetik (SBR) With Producers With Auto Tyre units With other manufacturing units Total
86400 98540 45690 22370 253000 5685 31845 6910 44440
Ribbed Smoked Sheet Solid Block Rubber Latex (drc) Others Total
SBR Others Total
175135 23390 21520 32955 253000
20825 23615 44440
*: including transit Source : Rubber Statistical News, Vol. 71, No. 12, May 2013.
Konsumsi karet dalam negeri sangat tergantung pada kesehatan industri otomotif . Hampir 52 persen dari total produksi karet dikonsumsi oleh industri ban. Pada tingkat internasional, prosentase ini adalah sekitar 60 persen . Konsumsi karet oleh industri manufaktur barang (karet) di India selama Desember 2010 adalah 80.465 ton dibandingkan dengan 78.010 ton pada bulan November 2010. Konsumsi total selama tiga kuartal pertama tahun ini adalah 708.705 ton dari tahun sebelumnya yaitu 695.065 ton, tercatat pertumbuhan 2,0 persen. Laju pertumbuhan konsumsi di sektor manufaktur otomotif ban selama sembilan bulan pertama tahun keuangan saat ini adalah 4,1 persen dan 9,2 persen dicapai tahun sebelumnya, sedangkan pertumbuhan di sektor non-ban tercatat pertumbuhan negatif 1,4 persen dibandingkan dengan pertumbuhan negatif sebesar 1,1 persen pada tahun sebelumnya. Konsumsi sementara diperkirakan untuk bulan Januari 2011 adalah 81.000 ton. Konsumsi karet alam dan konsumsi karet alam berdasarkan pada akhir produksi selama 2009-10 ditunjukkan pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel - 9 Konsumsi karet di India (Metric Tonnes)
Type-wise Konsusmsi Karet alam Ribbed Smoked sheet (RSS) Solid Block Rubber Latex Concentrates (drc) Lainnya Total Out of which Auto Tyre Manufacturers
Desember 2010
Desember 2009 55295
April 2010 ke Dec. 2010 440895
April 2009 ke Dec. 2009 453145
April 2009 ke Maret 2010 621435
52210 19130
14795
188210
152535
190545
6820
7370
58355
60635
82515
2305 80465 50906
2790 80250 49895
21245 708705 445170
28750 695065 427823
36070 930565 576210
Source : Rubber Statistical News, Rubber Board, India
16
Table - 10 Konsumsi karet berdasarkan produsi selama 2009-10 (Tonnes)
Produk Ban Mobil & Ban Dalam Ban Motor/Sepeda & Ban Dalam Camel Black Sepatu Ikat Pinggang and Pipa Busa Latex Barang Celupan (Dipped goods) Lainnya Total
Karet Alam (NR) 561610 89085 45140 66355 46170 39465 40310 42430 930565
Source : Rubber Statistical News, Rubber Board, India
India adalah negara eksportir dan importir karet. Dewan Karet memproyeksikan ekspor 50.000 ton dan impor 80.000 ton pada tahun 200809. Namun, konsumsi karet turun terutama karena kenaikan impor ban. Hal ini menjadi masalah serius bagi pembudidaya karet dan juga produsen ban dalam negeri. Area, produksi, konsumsi dan produksi Karet dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel - 11 Area, produksi, konsumsi dan produksi Karet Tahun 1997-98 1998-99 1999-2000 2000-01 2001-02 2002-03 2003-04 2004-05 2005-06 2006-07 2007-08 2008-09
Area (hectares) NA 553,041 558,584 562,670 566,555 569,667 575,980 584,090 597,610 615,200 635,400 NA
Produksi (‘000 tonnes) 583 605 622 630 631 649 711 749 803 831 819 864
Source : Rubber Board, India
17
Konsumsi (‘000 tonnes) 572 592 628 631 638 695 719 755 801 841 857 862
Hasil (kg/ha) 1,549 1,563 1,576 1,576 1,576 1,592 1,663 1,705 1,796 1,857 1,879 NA
d. Regulasi: Peraturan Impor dan Bea Masuk Kebijakan Impor saat ini adalah bahwa karet dapat diimpor ke India bebas dari lisensi sejak 01 April 2001 tentang pembayaran bea masuk yang berlaku. Bea masuk dasar saat ini adalah 20% berdasarkan harga domestik rata-rata tiga tahun sebelumnya untuk semua bentuk karet kecuali karet lateks yaitu 70%. Karet dapat diimpor melalui pelabuhan. Bea masuk yang diterapkan adalah tetap setiap tahun berdasarkan harga domestik rata-rata karet di tiga tahun sebelumnya. Pendaftaran Impor Hanya pemegang nomor kode IE yang valid yang dapat mengimpor atau mengekspor barang dari/ke India. Tapi untuk mengimpor barang dari Nepal atau Myanmar melalui daerah perbatasan India-Myanmar atau dari Cina, melalui daerah Gunji, Namgaya, Shipkila atau pelabuhan Nathula, tidak perlu untuk mendapatkan nomor IEC yang disediakan nilai CIF dari pengiriman tunggal yang tidak melebihi India Rs 25000 / - (Rs.1,00.000 dalam kasus pelabuhan Nathula). Sebuah nomor IEC diberikan pada aplikasi oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan prosedur yang berlaku . Kode IE - Adalah kode Importir/Eksportir yang dikeluarkan dari kantor yang bersangkutan dari Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Chanel Impor Open Channel- Importir harus membayar bea impor yang berlaku yaitu 20% dari harga rata-rata domestic dalam tiga tahun terakhir untuk semua bentuk karet kecuali karet lateks yaitu 70%. Dengan kebijakan baru yang ada bea masuk yang dikenakan hanya 4% pada semua bentuk karet yang efektif dari 01 Maret 2006. Duty Entitlement Passbook Scheme (DEPB) - Di bawah skema ini, pemerintah menyediakan kredit (disebut kredit DEPB) kepada eksportir dengan harga ditentukan untuk produk ekspor yang berbeda. Eksportir dapat menggunakan kredit DEPB dimasukkan dalam buku tabungan tersebut (passbook) untuk pembayaran bea cukai untuk impor lainnya dibuat di bawah skema ini. Skema ini diperkenalkan oleh Pemerintah India di bawah Kebijakan Exim pada 1997-2002 terbatas pada produk yang tidak termasuk dalam 'daftar negatif' impor. Sejak karet berada di 'daftar negatif' dari impor hingga 31 Maret 2001 itu tidak diimpor melalui skema DEPB. Penghapusan dari 'negative list' pada 1 April 2001, sehingga karet dapat diimpor di bawah skema DEPB. Meskipun impor yang dilakukan di bawah skema DEPB menyediakan pembayaran bea masuk penuh, itu dianggap sebagai saluran bebas pajak di tingkat operasional.
18
Duty Exemption Entitlement Certificate (DEEC) or Advance License Scheme (DEEC) Skema ini memfasilitasi kebebabasan dari pajak impor (bea masuk) pada bahan baku terhadap komitmen pada ekspor produk manufaktur. Terhadap setiap produk ekspor, kuantitas yang dapat diimpor dari input yang berbeda diberitahukan melalui SION (Standard Input Output Norms) yang diterbitkan oleh Pemerintah India. Masa berlaku normal DEEC adalah 18 bulan setelah dikeluarkan dan dapat diperpanjang dua kali untuk jangka waktu enam bulan. DEEC diterbitkan untuk pemenuhan kewajiban ekspor terikat waktu. Duty Free Import Authorization Scheme (DFIAS) - Pemerintah India telah memperkenalkan skema ini pada skema Duty Free Replenishment Certificate (DFRC). Impor dibuat di bawah DFIAS dibebaskan dari bea cukai dasar, bea cukai tambahan, pajak anti-dumping dan pajak safeguard selama kondisi yang tertentu terpenuhi. DFIAS memungkinkan eksportir untuk mengimpor input yang diperlukan sebelum ekspor. Skema ini juga memungkinkan eksportir untuk mentransfer scrip sekali saat kewajiban selesai. Di bawah DFIAS, eksportir harus memberikan pernyataan pada karakteristik teknis dan spesifikasi bahan yang digunakan dalam tagihan pengiriman/pengkapalan. Skema untuk 100% EOU dan unit SEZ/EPZ – pada 100% export oriented units (EOU) dan unit manufaktur yang beroperasi di zona pemprosesan ekspor/export processing zones (SEZ) dapat mengimpor karet bebas pajak. Industri ini mendesak pemerintah untuk menurunkan bea masuk atas impor bahan baku seperti karet butil dan hi-tech karet sintetis. Hal ini juga menginginkan pajak pada produk jadi untuk dipertahankan pada pajak tinggi. The All India Rubber Industries Association (AIRIA) atau Asosiasi Industri Karet India telah meminta pengurangan bea masuk pada karet dari saat ini 20 persen atau Rs. 20 kg menjadi 7,5 persen atau Rs. 10 per kilogram yang mana lebih rendah. Pada harga internasional saat ini Rs. 160 per kilogram untuk karet alam, dengan bea masuk yaitu Rs. 20 yaitu sekitar 12,5 persen, yang jauh lebih tinggi dari bea masuk pada produk karet jadi yaitu 10 persen - yang mengarah pada kewajiban pajak yang terbalik. Asosiasi Industri Karet India telah meminta izin untuk dibebaskan bea impor sebesar 100.000 ton untuk menjembatani kesenjangan permintaan-penawaran. Hal ini juga meminta memungkinkan impor karet di bawah kesepakatan perdagangan bebas ASEAN (FTA) pada pengurangan bea masuk, sejalan dengan tarif konsesi (kelonggaran) pada produk jadi. Ini adalah pra-kondisi untuk menyediakan levelplaying field untuk unit lokal yang berbasis karet.
19
e. Sertifikasi mutu karet alam impor Peraturan Pemerintah Pasal 48 terkait aturan karet berlaku untuk karet yang diimpor. Oleh karena itu the Rubber Council/ Dewan Karet dengan India akan memeriksa kualitas karet alam yang diimpor di pelabuhan. Agar pemeriksaan dilakukan tepat waktu dan sesuai kliring kiriman, importir atau agen kliring bersangkutan harus menghubungi Joint Director (P & QC) dan memberikan rincian sebagai berikut mengenai kiriman.
- Nama dan alamat importir - Pelabuhan tempat impor - nomor Masuk dan tanggal bill, bersama dengan salinan - Nama dan alamat pemasok - Nomor faktur dan tanggal - Jenis, kelas dan kuantitas karet - Saluran impor (Channel of import) - Copy kualitas sertifikat yang dikeluarkan oleh pemasok asing - Nama, alamat dan nomor telepon/fax dari agen kliring - Tanggal Diharapkan kedatangan - Tanggal Diharapkan pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan oleh pejabat kantor lokal dari Dewan Karet. Dalam hal bentuk-bentuk visual karet dinilai (yaitu Lembar karet, karet krep,dll) petugas memeriksa untuk mengeluarkan surat rekomendasi kepada Departemen Bea Cukai, untuk segera meminta release of consignment setelah pemeriksaan. Dalam kasus ketika sampel diambil untuk pengujian, ini diuji di P&QC Divisi Dewan Karet di Kottayam. Jika sampel konfirmasi yaitu standar, surat rekomendasi untuk release of consignment akan segera dikeluarkan. Kualitas karet ini diperiksa di pelabuhan memastikan bahwa hanya karet kualitas baik yang diimpor ke negara itu. Jika ditemui kesulitan importir dapat menghubungi Direktur (P&PD), Dinas Pengelolaan dan Pengembangan Produk, Dewan Karet, Kottayam - 686 009. Setelah karet alam yang diimpor tiba di pelabuhan dan dilakukan inspeksi, maka akan menuju ke gudang atau langsung diangkut ke unit manufaktur ban masingmasing atau pengguna lain melalui jalan darat atau dengan kereta api.
20
III. Peluang dan Strategi: a. Harga karet Meskipun harga minyak mentah telah jatuh pada kuartal terakhir pada tahun 2012, konsumsi karet sintetis (SR) belum meningkat. Karet sintetis merupakan produk hilir minyak mentah. Pada tahun 2011-12, disaat konsumsi karet alam menunjukkan pertumbuhan 1,8 persen yaitu pada 964.415 ton, penggunaan karet sintetis mencatat pertumbuhan 2,8 persen pada angka 423.350 ton. Di segmen ban, rasio karet alam ke karet sintetis adalah 70:30. Harga rata-rata karet sintetis menurun dari Rs. 245 per kg pada bulan April 2012 menjadi Rs. 175 per kg pada bulan November tahun tersebut. Selama periode ini, harga karet alam jatuh dari Rs. 211 ke Rs. 179. Harga karet jatuh pada bulan Juni 2012 ditengah kekhawatiran kelebihan pasokan dan permintaan yang lebih rendah. Penurunan harga global telah membuat impor menarik meskipun terjadi penurunan pada mata uang rupee. Harga internasional karet lembaran untuk RSS 3 digunakan oleh perusahaan ban, turun Rs. 12 dalam tujuh hari yang berakhir 8 Juni 2012 menjadi Rs. 190 per kg. Harga karet blok jenis SMR 20 juga jatuh oleh lebih dari Rs. 20 sampai Rs. 154 per kg di pasar global, yang menyebabkan perbedaan besar dari Rs. 36 antara jenis karet lembar dan karet blok. Hal ini dapat mendorong para pembuat ban India untuk mengimpor volume yang lebih besar dari blok karet. Pada bulan Juni 2012, turunnya biaya karet blok, termasuk bea masuk dan pajak yaitu sekitar Rs. 180 per kg. Ini adalah kurang dari harga RSS 4 berbagai karet lembaran digunakan oleh industri ban di India. Harga RSS 4 berbagai jenis menyentuh Rs. 188 per kg pada tanggal 8 Juni 2012 yaitu jatuh Rs. 7 dalam seminggu. Biaya karet domestik, setelah menambahkan biaya transportasi dan pajak, adalah sekitar Rs. 203 per kg dengan harga yang berlaku saat itu. Berbeda dengan pasar luar negeri, perbedaan antara karet lembar dan blok di India hanya Rs. 2 per kg pada bulan Juni 2012 dan Karet blok dengan harga Rs. 186 per kg. Pada pekan pertama Desember 2012, harga domestik karet menyentuh angka yang cukup rendah yaitu Rs. 160 per kg, turun hampir Rs. 5 ditingkat internasional. Kenaikan tipis terjadi pada tanggal 10 Desember 2012 pada harga Rs. 161.50 per kg. Harga domestik menyentuh Rs. 160 setelah lebih dari dua tahun. Dengan hujan lebat mengganggu penyadapan karet di negara bagian Kerala, produsen terbesar di India, dan petani berpegang pada stok yang tersedia yang terbatas, harga karet alam menjadi naik tajam. Hal ini mengkhawatirkan industri ban, yang telah menuntut keras untuk dapat melakukan impor. Harga varietas RSS 4 yang digunakan oleh industri ban telah meningkat sebesar 13 persen sejak 1 Juni 2013, dan berada pada harga Rs. 192 per kg pada minggu pertama bulan Juli 2013. Selama periode ini, harga internasional turun 3,6 persen menjadi Rs. 159 per kg. Pada bulan Oktober 2012 bahwa harga karet lokal 21
menyentuh Rs. 192 per kg. Para pedagang mengatakan harga dapat menyentuh Rs. 200 per kg, jika hujan terus mengganggu penyadapan. Pada bulan Februari 2013, harga bench-mark kelas RSS 4 jatuh ke Rs. 157 per kg, namun naik menjadi Rs. 168 per kg pada bulan Maret. Spekulasi masa mendatang mendistorsi harga karet alam. Ini telah dilemparkan kepada seluruh perdagangan karet dalam negeri. Menurut para ahli, kecenderungan ketidak-alamian dan ketidak-logisan dalam masa depan perdagangan dapat menghambat perdagangan swasta dan dapat mengirimkan sinyal yang negatif kepada semua pemangku kepentingan. Menjaga harga karet dalam negeri lebih tinggi dari harga internasional yang irasional, memunculkan adanya lonjakan impor. Tabel – 16 Harga Karet Alam – 2012-13 & 2013-14 (Rupees per 100 kg) Month/year April May June July August September October November December January February March Average April* May*
2012 “ “ “ “ “ “ “ “ 2013 “ “ 2012-13 2013 “
RSS 5 RSS 4 Domestic 19546 19680 19300 19433 18408 18807 17837 18427 16538 17313 17775 18465 17975 18537 16888 17240 15630 16170 15608 16137 15223 15695 15972 16274 17225 17682 13800 14150 14200 14500
RSS 3 International 20052 20375 18996 17450 15618 16511 17025 16419 17000 18020 17292 16157 17576 12777 12344
Latex (60% drc) Domestic International 21087 21417 20991 21238 21928 19729 21853 19015 19353 17061 21000 17564 20520 18061 18663 16980 17646 17415 17675 18613 16838 18063 17881 18115 19620 18606 11365 8485 11575 8495
ISNR 20 Domestic 19523 19364 18386 17614 15405 16710 16750 16050 15270 15561 15267 15903 16817 13100 13700
SMR 20 International 18811 18260 16031 15997 14417 14893 15612 15277 15719 16544 16316 15193 16089 10592 10101
*: Prices shown above do not include VAT @ 5% on purchase and expenses towards packing, transportation, warehousing and other incidentals. Note : Domestic price refers to Kottayam market, international RSS3 refers to Bangkok price and international price of latex and SMR 20 to Kuala Lumpur market. Source : Rubber Statistical News, Vol. 71, No. 12, May 2013.
b. Beberapa Masalah & Inisiatif Baru Gejolak ekonomi global memiliki dampak pada konsumsi karet di India. Misalnya, total konsumsi turun menjadi 66.000 ton pada bulan Desember 2008 terhadap tahun sebelumnya yaitu 73.110 ton. Ada perbaikan terkait menumpuknya stok sebesar 241.000 ton pada tanggal 31 Januari 2009, terhadap tahun lalu yaitu 225.000 ton. Ini adalah salah satu stok terbesar dalam beberapa tahun terakhir dan terutama karena krisis di sektor manufaktur ban sebagai penjualan di segmen original equipment (OE) yang telah mengalamai penurunan drastis. Perkebunan karet mengalami kekurangan tenaga kerja. Kerala adalah yang terparah. Mayoritas pekerja perkebunan di negara ini berasal dari Tamil Nadu. Namun, para pekerja ini sekarang menemukan keterlibatan lain seperti konstruksi, SSIs dan jalan yang mana lebih menguntungkan. Perbandingan struktur upah yang 22
relatif rendah dan kondisi kerja yang tidak nyaman di perkebunan adalah kekhawatiran utama bagi para pekerja. Kekurangan tenaga kerja adalah masalah bagi produsen kecil dan menengah sebagaimana juga petani besar yang memiliki karyawan tetap. Dewan Karet berencana untuk membawa lebih banyak lahan untuk ditanami karet dan meningkatkan produktivitas. Menurut perkiraan pemerintah, India akan menjadi konsumen terbesar kedua karet setelah China dalam dekade berikutnya. Pemerintah telah sepakat untuk menginvestasikan Rs 2.400 juta (US$ 50,61 juta) untuk penanaman kembali karet selama periode lima tahun. Penanaman kembali akan dilakukan pada 41.750 hektar area karet yang ada, sebagian besar di Kerala, untuk meningkatkan produktivitas di daerah lama yang tidak produktif. Proyek ini akan mencakup subsidi pemerintah untuk 20 persen dari biaya proyek. Selain itu sebesar Rs1.730 juta (US$ 36,48 juta) yang telah disetujui untuk menjadikan 25.000 hektar perkebunan karet di daerah Utara sebelah timur India, khususnya di Tripura dan Assam, dalam lima tahun ke depan. Program ini memiliki subsidi sekitar 25 persen. Pemilik karet besar juga mencari subsidi penanaman kembali, sekarang sedang diberikan kepada petani kecil yang memiliki kurang dari lima hektar di wilayah tradisional atau sampai dengan 20 hektar di daerah non-tradisional. Namun Dewan Karet belum menerima saran ini. Namun, para pemilik perkebunan berpendapat bahwa perkebunan besar memiliki hasil yang rendah dan sedikit pohon dalam satuan luas, produktivitas mereka adalah 400-500 kg kurang dari rata-rata nasional 1875 kg per hektar. Menariknya, produktivitas petani kecil lebih tinggi dari rata-rata nasional. Pemilik perkebunan besar juga berpendapat bahwa mereka harus menyediakan lapangan kerja untuk pekerja mereka secara round-the-year, membayar mereka tambahan bayaran, menyelesaikan bidangan pagar yang luas dan menyediakan drip irigation dan pupuk organik. Mereka dikenakan pengeluaran hampir Rs 190.000 (US $ 4.007) untuk penanaman kembali satu hektar tanah yang tersebar selama periode lima tahun. Beban pajak pada mereka juga berat. Dewan Karet berencana untuk berinvestasi Rs 2.445 juta (US $ 51,56 juta) di negara-negara utara sebelah timur India selama periode rencana kesebelas (the eleventh plan period). Pemerintah India telah menyetujui rencana yang diajukan oleh Dewan Karet. Tujuannya adalah untuk memperluas wilayah perkebunan karet di negara-negara seperti Assam, Tripura, Meghalaya, Nagaland, Manipur, Mizoram dan Arunachal Pradesh. India memproduksi 864.500 ton karet selama periode 200809, dimana jumlah 37.240 ton berasal dari negara-negara utara-timur.
23
Dewan Karet telah mengidentifikasi bahwa sekitar 450.000 hektar lahan di negaranegara ini sangat ideal untuk budidaya karet. Tapi, hanya 72.000 hektar telah ditanami sejauh ini. Baru-baru ini, Dewan Karet telah menunjuk konsultan untuk mengembangkan mesin penyadapan karet. Desain dasar telah selesai. Penyadapan karet membutuhkan keterampilan. Ini harus dilaksanakan tanpa merusak jaringan-kambium yang lunak antara batang pohon dan kulit kayu. Ada kekurangan yang besar pada proses penyadap. Dengan bantuan mesin, bahkan orang yang tidak terampil dapat melakukan penyadapan. Di Kerala saja, ada sekitar 250.000 penyadap karet. Saat ini, gaya penyadapan karet masih diperdebatkan. Sampai saat ini, penyadapan karet telah mengikuti gaya pada umumnya yaitu penyadapan ke bawah miring. Sekarang, metode baru menganjurkan yang disebut ‘inclined upward tapping’ atau cenderung penyadapan atas. Hal tersebut menjanjikan output yang jauh lebih tinggi dari setiap pohon. Percobaan telah menunjukkan bahwa metode baru menghasilkan 45 persen lebih karet. Namun, Dewan Karet tidak yakin keuntungan dari metode baru. Pemerintah telah memutuskan untuk mendirikan Dana Pengembangan Karet untuk promosi karet yang banyak tumbuh di Kerala, Tamil Nadu dan Karnataka. Sebuah RUU untuk ini disahkan oleh Parlemen India pada tanggal 18 Desember 2009. RUU itu sebelumnya disahkan oleh Lok Sabha (setara DPR-RI) pada tanggal 24 November 2009. Dengan disahkannya Amandemen Undang-undang Karet 2009, pemerintah akan memperkenalkan sistem untuk pengumpulan cess karet yang akan ditentukan atas dasar self assessment. Pemerintah juga menjelaskan bahwa petani kecil akan diberikan perwakilan lebih dalam Dewan Karet. Juga, karet telah dikecualikan dari ruang lingkup perjanjian perdagangan bebas ASEAN-India. Dalam lima tahun ke depan, sekitar 130.000 hektar lahan harus ditanami kembali. Rencana Kesebelas pemerintah India yaitu tahun 2007-2012 pengeluaran untuk Dewan Karet adalah Rs 5800 juta (US$ 122,32 juta) juta, naik dari Rp 4150 juta (US$ 90,23 juta) dari Rencana Kesepuluh. Pemerintah berkonsentrasi pada sektor perkebunan seperti sektor padat karya. Dalam skenario di atas, satu hal yang sangat jelas bahwa dalam beberapa tahun mendatang permintaan karet alam akan meningkat dan menjaganya dalam persepsi meningkatnya permintaan dari industri ban di India. Meskipun beberapa langkah dilaksanakan untuk meningkatkan tingkat produksi dari posisi saat ini, tetap saja tidak sesuai dengan permintaan, maka akan ada impor besar tetap menjadi jalan keluar. Indonesia adalah salah satu produsen terkemuka dan eksportir karet alam ke beberapa negara di dunia termasuk India. Selama tahun 2007 India mengimpor 113,49 MT karet senilai US$ 236.390.000 dari dunia dari mana Indonesia mengekspor 45,05 MT senilai US$ 92.050.000. Stok Indonesia adalah untuk karet 24
yaitu 39.70 persen. Pada tahun 2008, India mengimpor karet senilai 80,83 MT, senilai US $ 225.580.000 dimana Indonesia adalah 32.59 persen 26.34 MT, senilai US $ 71.360.000. Sekali lagi pada tahun 2009 impor India adalah 160,26 MT, senilai US $ 270.610.000 dari yang diekspor Indonesia 79.49 MT, senilai US $ 128.570.000 dan pembagian Indonesia adalah 49,60 persen. Selama tahun 2010 JanuariSeptember India mengimpor 149,68 MT, senilai US$ 468.960.000 dari karet alam dan dimana ekspor Indonesia adalah untuk lagu 73,08 MT, pada value term sebesar US$ 229.940.000, yaitu hampir 48,82 persen dan selama ini Indonesia menempati posisi pertama untuk memasok karet alam ke India. Oleh karena itu, Indonesia memiliki prospek yang luar biasa untuk meningkatkan prospek ekspor terutama ke India di tahun-tahun mendatang juga.
Tabel -17 menunjukkan perbandingan impor India dari karet alam dari dunia dan ekspor Indonesia ke India dari tahun 2007 sampai Januari 2010 sampai September. Table - 17 Impor India and Ekspor Indonesian pada Karet dari Januari 2007 till hingga September 2010 Value in US$ million; Quantity in MT Sl.
Deskripsi
2007 Dunia Indonesia
2008 Dunia Indonesia
Dunia
2009 Indonesia
Dunia
2010* Indonesia
1
NIlai
236.39
92.05
225.58
71.36
270.61
128.57
468.96
229.94
2
Kuantitas
113.49
45.05
80.83
26.34
160.26
79.49
149.68
73.08
3
Prosentase Saham Indonesia
39.70
32.59
Note : * January – September 2010. Source : Global Trade Information Services (GTIS).
25
49.60
48.82
IV. Informasi Penting :a. Organisasi Promosi Perdagangan Asing India (Foreign Trade Promotion organisations of India) : i.
Mr. Pravir Kumar Director General of Foreign Trade Directorate General of Foreign Trade (DGFT) Udyog Bhawan, H-Wing, Gate No. 02, Maulana Azad Road, New Delhi – 110 011 Phone : +91-11-23062777/23063436 Email :
[email protected]
ii.
Mr. Rajeev Kher Commerce Secretary Department of Commerce Ministry of Commerce and Industry Udyog Bhawan, New Delhi – 110 011 Phone : +91-11-23063664/23063617 Email :
[email protected]
iii.
The Chairman Rubber Board P.B. No. 1122 Kottayam – 686 002 Kerala, India Phone : +91-481-2301231 Fax : +91-4812571380
b. Kedutaan Besar India di Indonesia : Embassy of India Jalan H.R. Rasuna Said Kav. S-1, Kuningan, Jakarta – 12950, Indonesia Phone : +62-21-5204150/52/57/5264931 Fax : +62-21-5226833 Email:
[email protected];
[email protected];
[email protected]
26
c. Kamar Dagang India di Indonesia : The Secretary General India Indonesia Chamber of Commerce (IndCham) C/o. PT Essar Indonesia 19th Floor, Menara Karya Building Jln. H. R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 1-2 Jakarta – 12950, Indonesia Phone : +62-21-57944800 Fax : +62-21-57944811 Email :
[email protected]
d. Chamber of Commerce (Kamar Dagang) di India : i.
The Secretary General Federation of Indian Chambers of Commerce and Industry (FICCI) Federation House, Tansen Marg, New Delhi – 110 001 Phone : +91-11-23738760-70 Fax : +91-11-23320714/23721504 Email :
[email protected]
ii.
The Executive Director Confederation of Indian Industry (CII) The Mantosh Sondhi Centre, 23, Institutional Area, Lodhi Road, New Delhi – 110 003 Phone : +91-11-45771000/24629994 Fax : +91-11-24626149 Email :
[email protected]
iii.
The Secretary General Associated Chambers of Commerce and Industry (ASSOCHAM) 5, Sardar Patel Marg, Chanakyapuri, New Delhi – 110 021 Phone : +91-11-46550555 Fax : +91-11-23017008-9 Email :
[email protected]
27
iv.
The Secretary General Punjab, Haryana, Delhi Chamber of Commerce and Industry (PHDCCI) PHD House, 4/2 Siri Institutional Area, August Kranti Marg, New Delhi – 110 016 Phone : +91-11-26863801-04/49545454 Fax : +91-11-26855450/49545451 Email :
[email protected]
v.
The Secretary General Delhi Chamber of Commerce (DCC) 49, Rani Jhansi Road, Opposite Jhandewalan Mata Mandir, New Delhi – 110 055 Phone : +91-11-23616421-0397/23515828-8994 Fax : +91-11-23628847-2815 Email :
[email protected]
vi.
The Secretary General Indian Chamber of Commerce (ICC) 4, India Exchange Place, Kolkata – 700 001 Phone : +91-33-22303242-44 Fax : +91-33-22313377/22313380 Email :
[email protected];
[email protected]
e. Kamar Dagang India yang Memiliki Hubungan Khusus Perdagangan (Chamber of Commerce India in Indonesia who has special trade relationship): IndCham as mentioned in sl. No. 4 f. Asosiasi Produk (Association Product) : i.
The All India Rubber Industries Association (AIRIA) 601, Pramukh Plaza, B Wing, 485, Cardinal Gracious Road, Opp. Proctor & Gamble, Chakala, Andheri €, Mumbai – 400 099, India Phone : +91-22-28392095-2107 Fax : +91-22-67103211 Email :
[email protected]
28
ii.
Association of Latex Producers of India C/o. Padinjarekara Agencies (P) Ltd. Oil MC Road, Kodimatha, Kottayam, Kerala – 686 039, India Phone : +91-481-2568286 Email :
[email protected]
iii.
Automotive Tyre Manufacturers’ Association (ATMA) PHD House (4th Floor), Opp. Asian Games Village, Siri Fort Institutional Area, New Delhi – 110 016 Phone : +91-11-26851187/26564291 Telefax : +91-11-26864799 Email :
[email protected];
[email protected]
g. Daftar Pameran : i.
8th India Rubber Expo & Tyre Show 15 – 17 January 2015 at Pragati Maidan Organised by : All India Rubber Industries Association 1009, Padma Tower 1, 5, Rajendra Place, New Delhi – 110 008, India Phone : +91-11-25825011-12 Email :
[email protected];
[email protected]
ii.
Tyreexpo India 07 – 09 July 2015 at Chennai Trade Centre Organised by : ECI International Limited Speldhurst Business Park, Langton Road, Speldhurst, TN3 0AQ, Kent, UK Phone : +91-44-1892863888 Fax : +91-44-1892863828 Email :
[email protected]
29
h. Kantor Perwakilan Indonesia di India : i.
Embassy of the Republic of Indonesia C/o. Trade Attache 50-A, Kautilya Marg, Chanakyapuri, New Delhi – 110 021, India Phone : +91-11-26114100 Fax : +91-11-26885460 Email :
[email protected];
[email protected]
ii.
Konsulat Jenderal Indonesia di India Consulate General of Republic Indonesia 19, Altamount Road, Cumballa Hills, Mumbai – 400 026, India Phone : +91-22-23511678/23530940/23530900 Fax : +91-22-23510941/23515862 Email :
[email protected]
iii.
Pusat Promosi Perdagangan Indonesia di India The Acting Director Indonesian Trade Promotion Centre Ispahani Centre, 3rd Floor, Near Income Tax Office, 123/124, Nungambakkam High Road, Nungambakkam, Chennai – 600 034, India Phone : +91-44-42089196 Fax : +91-44-42089197 Email :
[email protected];
[email protected]
iv.
Konsulat Indonesia di Kolkata, India The Honorary Consul Consulate of the Republic of Indonesia 4C, White House, 119, Park Street, Kolkata – 700 016, India Phone : +91-33-22296557/22296658 Fax : +91-33-22659023 Email :
[email protected]
30
v.
Konsulat Indonesia di Chennai, India The Honorary Consul Consulate of the Republic of Indonesia 2D, Eldorado, 112, N.H. Road, Chennai – 600 034, India Phone : +91-44-28206845/28206085 Fax : +91-44-28241411 Email :
[email protected]
i. Daftar Importer : Importer India pada Karet Sl. 1
Name of the Company Celltrade Private Limited
Address
Phone/Fax/E-mail/Website
Product
302, Vishwa Nanak, ICT Link Road, Chakala, Andheri East, Mumbai – 400 099, India
Phone : +91-22Natural 28381705/28381706/283817 rubber 07 Fax : +91-22-28382146 Mobile : +91-982119482 Web : http://www.indiamart.com/cell trade/
2
Ambica Bioler & Fabricators
No. 24/A, Laxmi Industrial Estate, Near Babul Products, Amraiwadi, Ahmedabad – 380 026, India
Phone : +91-79-22748046 Fax : +91-79-22730353 Mobile : +919879091953/9427554374 Web : http://www.indiamart.com/am bicaboiler/
Rubber
3
Zenith Industrial Rubber roducts rivate Liited
A/2, Parek Mahal, 80, Veer Nariman Road, Churchgate, Mumbai – 400 020, India
Phone : +91-22-22885888 Fax : +91-22-22885111 Mobile : +91-9820629474 Web : http://www.indiamart.com/ze nith-rubber/
Natural rubber
4
Balaji International
Khasra No. 88/278,
Phone : +91-1123234359/23238404 Fax :
Natural rubber
31
Daulatabad Road, Gurgaon – 122 006, India
+91-11-23236148 Mobile : +91-9811116284 Web : http://www.indiamart.com/bal ajiinternational/
compoun ds
1273 & 1274, M.I.E. Red Cross Road, Bahadurgarh – 124 507, India E-21, Industrial Estate, Sanjay Nagar Circle, Kota – 324 007, India Bhaveshwar Arcade, Suite No. 327, L.B.S. Marg, Opposite Shreyas Cinema, Ghatkopar West, Mumbai – 400 086, India 49/A, Ashok Maket Siddiamber Bazar, Hyderabad – 500 012, India
Fax : +91-11-25119510 Mobile : +919810409131/9971412208 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/24466/ Phone : +91-7442363330/2365207 Fax : +91744-2360325 Mobile : +919352613895/9352133842 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/95665/ Phone : +91-2225002756/32504686 Fax : +91-22-25004390 Wb : http//www.indiamart.com/co mpany/3932/
Raw rubber
Phone : +91-40-24734152 Fax : +91-40-24744734 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/47267
Rubber
5
Vikas Rolls Private Limited
6
Sanjay Plastics & Industrial Services
7
Bhavik Enterprise
8
Agaal Rubbe Private Limited
9
Industrial Moulders
1113, Ranoli Industrial Estate, Road No. 11, Ranoli, Vadodara – 391 350, India
Phone : +91-2652308636/2242061 Fax : +91265-2240254 Mobile : +919979890064 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/1310737/
Natural rubber
10
Dave Impex
77, Gujarat
Phone : +91-11-22052350
Raw
32
Rubber sheets
Natural rubber
Services
Vihar Vikas Marg, New Delhi – 110 092, India
Fax : +91-11-22548666 Mobile : +91-9810139530 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/114645/ Phone : +91-731-2522251 Fax : +91-731-2322779 Mobile : +91-9827036135 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/510584/ Phone : +91-20-24113772 Fax : +91-20-27120619 Mobile : +91-9822498887 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/512919/ Phone : +91-33-24148316 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/260048/
rubber
11
B.K. Rubber Industries Private Limited
4/5, Chhoti Gwaltoli, Indore – 452 001, India
12
Techno Plast Industries
J-406, Bhosari, MIDC, Pune – 411 026, India
13
S.S.M. Enterprise, Kolkata
54/C, Central Road, Jadavpur, Kolkata – 700 032, India
14
Anar Polymer Industries
3, Maheshwari Industrial Estate, Nagarwel Hanuman Road, Rakhial, Ahmedabad – 380 023, India
Mobile : +91-9825069385 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/139222/
Rubber
15
Flexojoint Belt Industries
105, Gala Industrial Complex, Pt. Din Dayal Upadhyaya Marg, Mulund (West), Mumbai – 400 080, India 1748, Bhagirath Palace,
Phone : +91-2225613496/25617712 Fax : +91-22-25649826/25648235 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/696650/
Raw rubber
16
S.K. Jain Distributors
Phone : +91-1123863466/41528966/238743 44 Fax : +91-11-23873530
Rubber
33
Butyl rubber
Raw rubber materials
Natural rubber
17
B.P. Chemicals
18
Duropolyprene Limited
19
Mechano Rubber & Allied Industries
20
R.B. Rubber Traders
21
Birla Tyres
22
Apollo Tyres
23
MRF Limited
Chandni Chowk, New Delhi – 110 006, India 3, Vithal Chamber 65 Kazi Sayed Street, Mumbai – 400 003, India 47B, Diamond Harbour Road, Kolkata – 700 038, India C-23, PhaseI, Industrial Area, Adityapur, Jamshedpur – 831 012, India Pocket K226, Sector5, Dsidc Industrial Area, Bhawana, New Delhi – 110 087, India Shivam Chambers, 5th Floor, 53, Syed Amir Ali Avenue, Kolkata – 700 019, India Apollo House 7, Institutional Area, Sector32, Gurgaon – 122 001, India 124, Greams 34
Mobile : +91-9811010658 Web : http://www.indiamart.com/skj ain-distributors/ Phone : +91-22-23438928 Fax : +91-22-40411099 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/1944219/
Natural rubber
Phone : +91-3324479345/24583221 Fax : +91-33-24583221 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/644889/
Natural rubber
Phone : +91-6575537551/6537551 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/641902/
Raw rubber
Phone : +91-1125271124/25260404 Fa : +91-11-25260404 Web : http://www.indiamart.com/co mpany/959832/
All types of rubber
Phone : +91-33-2281471720/22814816 Fax : +91-3322814874/4832/4898 Web : http://www.birlatyre.com
Natural rubber
Phone : +91-124-238300210 Fax : +91-124-2383351 Web : http://www.apollotyres.com
Natural rubber
Phone : +91-44-28292777
Natural
Road, Chennai – 600 006, India 24 Jk Tyre & ‘Link Industries Ltd. House’3, Bahadur Shah Zafar Marg, New Delhi – 110 002, India 25 Ceat Ltd. Ceat Mahal, 463 Dr. Annie Besant Road, Worli, Mumbai – 400 025, India Source : Indiamart.com website
Fax : +91-44-28291844/0562 Web : http://www.mrftyres.com
rubber
Phone : +91-11-23311112-7 Fax : +91-11-23322059 Web : http://www.jktyre.com
Natural rubber
Phone : +91-22-24948881 Fax : +91-22-24966739 Web : http://www.ceattyres.in
Natural rubber
Referensi : 1. Natural Rubber Trends & Statistics, June 2013, ANRPC, for country-specific figures and Rubber Statistical Bulletin, April-June 2013, IRSG, for the world figures; 2. Rubber Statistical News Vol. 71, No. 12, May 2013; 3. Rubber Statistical News, Rubber Board, India; 4. Ministry of Commerce, Government of India; 5. Global Trade Information Services (GTIS); 6. http://dgft.gov.in 7. http://www.commerce.nic.in 8. http://rubberboard.org.in 9. http://delhichamber.in 10. http://www.indcham.or.id 11. http://www.allindiarubber.net 12. http://www.latexindia.com 13. http://www.atmaindia.org 14. http://www.eci-international.com 15. http://www.10times.com 16. http://www.itpcchennai.com 17. http://www.kjrimumbai.net 18. http://www.kemlu.go.id 19. http://rubberboard.org.in 20. http://www.countrywatch.com 21. http://en.wikipedia.org 22. Indiamart.com website
35