Kumpulan Cerita Pendek Janji Jumat Angela Oscario, Pradikha Bestari, Ilma Fathnurfirda, Anggun Harwibawati, Priesnanda Dwisatria, Suhairi Anwar, Amelia Pratiwi, Fimiana Halimi, Dennis, Chairani dan Archie Ardian
RUMAH CERITA
Penerbit Nulis Buku
Janji Jumat, 12 Maret 2010: “Seorang anak mati-matian mempertahankan pohon tua di halaman rumahnya yang akan ditebang.”
Anak Pohon Oleh Ilma Fathnurfirda
Ria tersenyum menatap layar netbook dihadapannya. Duduk di atas karpet di sebelah kasur lipat tempat tidur anaknya. Ria menuliskan sebuah postingan baru setelah membaca halaman terdahulu.
1st post Blog ini kutulis untuk para ibu di Indonesia. Ibu yang mengharapkan untuk bisa masuk ke dunia anaknya yang liar, jelas dan tak terbatas. Tamborin, nama panggilannya karena dia senang sekali memukul setiap barang yang ada di hadapannya bila bertemu benda panjang seperti sumpit, pensil, atau linggis. Imajinasinya yang tak terbatas membuatku percaya dia bisa mendengar bahasa binatang.
2
Bila anak anda seperti itu, maka biarkanlah. Sabar! ketika benda-benda di sekitarnya akan selalu rusak. Cara yang ampuh untuk Tambo adalah membuatkan sebuah kamar kosong untuknya. Karena dia adalah anakku.
23th post Hari kelima Tambo sekolah. Ajaib! Akhirnya aku tahu kelebihannya, dia anak yang penurut, sangat penurut. Guru menyuruh murid-muridnya menggambar pada sebuah buku gambar. Dengan tekun Tambo menggambar di setiap halaman bukunya, meja, bangku, dan berteriak kencang ketika diminta berhenti. Crayonnya habis, Tambo mengambil crayon milik teman sebangkunya. Para Suster menarik Tambo untuk berhenti, tapi dia berhasil lari dan menarik baju teman wanitanya untuk digambari laut biru yang akhirnya terlihat seperti corak luntur. Aku dan Suamiku membayarkan meja, bangku, dan seragam baru sebagai pengganti. Tambo berhenti begitu aku kasih pemukul drum. Cari alat yang bisa mengalihkan perhatiannya dan menurutnya sangat penting. Perhatikan mereka! Temukan alat itu. Setiap anak genius seperti Tambo pasti membutuhan sebuah alat. Bagi Tambo, alat itu 3
adalah benda panjang agar dia bisa memukul, maka aku membelikannya pemukul drum. Selain sebagai alat perhatian, mudahmudahan jika dia besar nanti mau belajar main drum.
71st post Ulang tahun ke-10. Selamat ulang tahun Tamboku... Aku berjanji mengajaknya pergi ke rumah neneknya di Bandung. Begitu tiba di rumah nenek, Tambo langsung memeluknya dan melepaskannya setelah 1 jam karena Nenek ingin pergi ke wc dan aku memberikannya pemukul drum. Neneknya bercerita tentang sebuah pohon tua yang sebentar lagi akan di tebang karena akan dibangun sebuah mini market. Nenek berkata pada Tambo bahwa seandainya ada yang mau mempertahankan pohon tua itu. Tambo bertanya kenapa. Nenek menjawab bahwa pohon itu adalah teman Nenek yang selalu melindungi Nenek di kala hari terik. Dia juga bercerita mengenai burung-burung yang selalu singgah di pohon itu dan kemudian bersiul menemaninya menyapu halaman. Tapi akhir-akhir ini burung-burung itu tidak pernah datang lagi, lalu Nenek bertanya pada Tambo apakah dia mau menjadi anak yang peduli dengan lingkungan dan
4
melindungi pohon itu? Tanpa berkata apapun, Tambo langsung berlari memeluk pohon itu. Tambo tidak mau melepaskan pelukannya! Sampai sekarang, sudah 5 jam dia memeluk pohon itu. Pohon tua besar di tengah tanah kosong di depan jalan rumah Nenek. Anehnya, pemukul drum tidak berhasil! Ya Tuhan tolong aku!
Bagaimana kisah Tambo selanjutnya? Ikuti kelanjutannya di Rumah Cerita!
5
Janji Jumat 23 April 2010: “Ia membuka jendela dan menemukan sesosok mahluk mungil di depan rumahnya.”
Si Gila Bino Oleh Angela Oscario
Siapa yang tidak kenal Bino? Anak kecil, remaja, orang dewasa, sampai kakek nenek di seluruh kota mengenal Bino. Bino tenar bukan karena ia seorang artis ataupun milyuner. Ia juga tidak pernah membuat karya yang spektakuler. Bino terkenal karena kegilaannya. Si Gila Bino itulah julukannya. Bino selalu merasa ada makhluk-makhluk super mungil mengerikan di sekelilingnya. Bentuk makhluk itu sangat beraneka ragam; peri kecil bertanduk dan ketika membuka mulut tampak gigi-gigi taring setajam drakula; makhluk berkepala buah-buahan dengan duri beracun; makhluk dengan puluhan kepala ataupun bertubuh jelly; sampai berbagai bentuk paling abstrak.
6
Hanya ada satu kesamaan di antara anekaragam makhluk itu, gigi tajam mereka selalu mengeluarkan suara, “Tuk… tuk… tuk…”, seperti orang mengetukkan gigi. Gerak mereka pun sangat cepat hingga Bino tidak mampu menangkapnya. Satu keyakinan Bino, makhlukmakhluk itu ingin memakan seluruh dunia. Apalagi dirinya, karena hanya ia yang bisa melihat mereka dan berusaha memperingatkan semua orang. Namun, tentu saja tidak ada yang mempercayainya. Maka, Bino pun berusaha memerangi makhlukmakhluk mungil mengerikan itu sendirian. Dan ia berhasil mengetahui rahasia mereka; bisa dikalahkan dengan air, sabun, alkohol, dan beberapa bahan kimia lain. Karena itulah, Bino rajin mencuci tangan, mandi, mengganti semua pakaian yang melekat di tubuh atau dengan kata lain mensterilkan dirinya. Bahkan saking takutnya, Bino tidak pernah mau bersalaman dengan orang lain. Ia juga tidak pernah mengijinkan orang masuk ke dalam rumah, tidak ingin rumahnya terkontaminasi. Ia akan histeris jika menemukan makhluk itu di tempat yang berdekatan apalagi jika menempel pada dirinya.
7
Orang-orang sekota sudah terbiasa melihatnya menjerit-jerit histeris dan marah-marah seorang diri. Palingpaling mereka berkata, “Si Gila Bino beraksi.” Sebenarnya Bino gusar dengan semua julukan yang penduduk kota berikan. Tetapi yang paling membuatnya gusar adalah kedua orang tuanya juga menganggap Bino gila. Bino ingin sekali membuktikan bahwa ia tidak gila, makhlukmakhluk mungil mengerikan itu memang ada. Suatu hari Bino membuka jendela rumah dan tibatiba menjerit histeris. Ia menemukan makhluk mungil berbentuk seperti segumpalan karet gelang terperangkap di sebuah jaring laba-laba. “Tuk…tuk…tuk…” Makhluk itu berusaha melepaskan diri dari jeratan jaring laba-laba. Bino segera mengambil botol penyemprot bahan kimia untuk membunuh makhluk itu. Tetapi Bino teringat kedua orang tuanya. Ini kesempatan yang sangat langka. Ia menangkap makhluk itu, memasukkannya ke dalam toples untuk ditunjukkan pada orang tua atau bahkan orang lain. Semoga mereka akan percaya bahwa Si Gila Bino tidak gila.
8
Bino meletakkan toples di meja tamu sementara ia berganti baju; tidak sabar berangkat ke rumah orang tuanya. Tiba-tiba terdengar suara yang sangat ia kenal, “Tuk…tuk…tuk…” Suara itu diikuti oleh ratusan ribu suara lain. “Tuk…tuk…tuk…” “Tuk…tuk…tuk…” “Tuk…tuk…tuk…” “Tuk…tuk…tuk…” “Tuk…tuk…tuk…” Bino langsung melompat histeris, keluar dari kamar. Apa yang dilihat Bino membuatnya menjerit sehisteris mungkin. Ratusan ribu atau bahkan jutaan makhluk-makhluk mungil menggerogoti bagian bawah pintu dan lubang-lubang ventilasi. Mereka bergerak memasuki rumah menuju ke satu titik yaitu toples tempat Bino mengurung salah satu makhluk mungil. Puluhan ribu makhluk-makhluk mungil bersamasama mengangkat toples. Mereka berusaha menembus dan membebaskan teman mereka yang terkurung, tapi gagal. 9
Makhluk-makhluk itu bersama-sama mengangkat dan melemparkan toples. Prak!! Toples itu hanya retak. Bino ketakutan sekali, seluruh tubuh gemetaran. Ia mencari-cari botol penyemprot bahan kimia. Kedua tangan Bino hampir menyentuh botol-botol itu, ketika tiba-tiba tubuhnya melayang. Ia melihat ke kedua kakinya. Bino semakin histeris. Makhluk-makhluk itu mengangkatnya! Tangan Bino segera bergerak cepat berusaha menggapai botol penyemprot bahan kimia. Tapi makhlukmakhluk itu lebih cepat. Mereka menjatuhkan botol-botol itu dan merayap ke tangan Bino, dan ke seluruh tubuhnya. Tubuh Bino kini dikerubuti makhluk-makhluk itu.
Apakah Bino berhasil melarikan diri dari makhluk-makhluk mungil itu dan membuktikan dirinya tidak gila? Semuanya hanya di Rumah Cerita!
10