Achmad Kurniawan Pasmadi
KONSEP REZEKI DALAM AL-QURAN Achmad Kurniawan Pasmadi
STIT Muh. Kendal
[email protected] Abstrak: Rezeki memiliki korelasi dengan kehidupan manusi. Hakikat rezeki sering disahpahami berupa harta semata. Sebagian orang memandang ketika seseorang kaya berarti dimuliakan Allah, sebaliknya jika mendapati miskin orang tersebut dinilai hina di mata Allah. Seiring dengan lajunya industrialisasi di era post modern ini, pandangan manusia terhadap materi sejalan dengan keinginan manusia untuk memenuhi hasrat-hasrat hedonisme-nya. Oleh karena itu, tuntutan terhadap mencari rezeki tidak mengindahkan halal dan haram, dengan persepsi rezeki adalah segala-galanya. Banyak jalan menuju Roma, Tidak ada Rotan akarpun jadi, demikian konsep mencari rezeki. Lantas bagaimana konsep rezeki dalam Islam. Tulisan ini akan membedah tuntas konsep rezeki dalam al-Quran. Kata kunci : Rezeki, al-Quran, hamba-hamba. Pendahuluan Al-Quran merupakan kitab suci bagi umat Islam. Ia berperan sebagai pedoman bagi kehidupan setiap muslim. Dengan mengikuti petunjuk al-Quran setiap muslim akan memperoleh kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat. Maka, berpaling darinya akan menjadikan kehidupan seseorang jauh dari petunjuk, dan berada dalam kerugian. al-Quran sebagai sumber petunjuk bagi umat manusia mencakup beberapa garis besar di antaranya tentang permasalahan keyakinan atau tauhid, kemudian syariah yang mencakup hubungan vertikal kepada Allah, juga hubungan horisontal atau muamalah kepada manusia, permasalahan kisah-kisah dalam al-Quran, dan pembicaraan eskatolagi atau berita-berita ghaib berkenaan permasalahan akhirat. Demikian cakupan isi al-Quran sebagai sumber hukum Islam dan fondasi moral bagi seluruh umat manusia di muka bumi. Penulis adalah Dosen Tetap dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIT Muhammadiyah Kendal, Sekretaris Majelis Tarjih Muhammadiyah Kabupaten Kendal, dan Ketua Ta`mir Masjid Muhammadiyah Desa Kumpulrejo Patebon Kendal.
132 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Konsep Rezeki dalam al-Quran
Permasalahan muamalah yang terjadi antara seorang manusia dengan yang lain merupakan masalah yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. Baik muamalah terkait akhlak kepada setiap manusia, maupun muamalah yang terkait dengan hubungan transaksi untung dan rugi seperti adanya transaksi jual-beli, sewa-menyewa dan utang piutang. Maka salah satu hal yang harus dipahami dengan baik oleh manusia adalah hukum yang meliputinya, baik hukum halal, haram, mubah dan makruh dalam transaksi tersebut. Dan manusia dalam melakukan transaksi tidak terlepas dari faktor pemahamannya terhadap masalah dasar terkait dengan hakikat rezeki. Pemahaman terhadap konsep rezeki merupakan permasalahan yang penting untuk dibicarakan secara panjang lebar. Pemahaman yang benar akan rezeki akan memberikan dampak yang baik kepada pribadi maupun kepada masyarakat, dampak baik tersebut dapat terwujud berupa beberapa wujud perilaku diantaranya perilaku jujur dalam transaksi, perilaku mencari berkah dari transaksi tersebut, dan perilaku bahwa mencari rezeki merupakan bagian dari beribadah kepada Allah. Adapun pemahaman yang salah tentang rezeki akan berakibat buruk baik bagi pribadi maupun kepada masyarakat. Dampak buruk tersebut dapat berupa : pertama pemahaman yang sempit tentang rezeki dan cakaupannya, kedua seseorang yang tidak memahami rezeki sebagaimana tuntunan al-Quran akan terjerumus kepada jurang materealisme atau segala sesuatu diukur hanya yang nampak pada kasat mata. Oleh karena itu makalah berikut ini akan membahas pemahaman rezeki menurut perspektif al-Quran, baik dari definisi, pembagian rezeki, sifat-sifat rezeki dalam al-Quran, bahwa rezeki dan nyawa ditangan Allah, pintu-pintu rezeki, perbedaan rezeki antara seseorang dengan yang lain, rezeki di dunia terbatas dengan sebab-sebabnya dan berbeda dengan rezeki akhirat, tawakal dalam mencari rezeki. Definisi Rezeki Memahami hakikat rezeki, sangat penting melihat konsep rezeki dari beberapa tinjauan, baik rezeki secara bahasa maupun istilah. Setelah melakukan pengkajian yang panjang tentang maknanya secara bahasa ternyata istilah rezeki memiliki bayak makna, sebagai berikut: 1. Berkata Ibnu Mandzur kata rizqu-al-razzaq-al-razzaaq- bagian dari sifat Allah. Dikarenakan Allah memberikan rezeki kepada semua makhluk-Nya. Allah yang menciptakan rezeki, memberikan kepada makhluk-makhluk-Nya rezeki-rezeki-Nya dan menyampaikannya.
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 133 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Achmad Kurniawan Pasmadi
Sedangkan rezeki terbagi menjadi 2 macam, yang pertama rezeki untuk badan atau fisik seperti bahan makanan, dan yang kedua rezeki batin bagi hati dan jiwa seperti pengetahuan dan berbagaimacam ilmu. Dan Allah berfirman dalam surat Hud, ayat 6 : (ْض إﱠِﻻ َﻋﻠَﻰ ا ﱠِ رِْزﻗـُﻬَﺎ ِ ) َوﻣَﺎ ِﻣ ْﻦ دَاﺑﱠٍﺔ ِﰲ ْاﻷَر.1 2. Berkata Raghib: kadang-kadang kata rizki diungkapkan sesuatu yang bermakna pemberian, baik perkara keduniawiaan maupun perkara akhirat. Dan kadang-kadang kata rezeki juga digunakan untuk makna bagian. Dan ungkapan bagi apa yang masuk ke dalam tenggorokan dan dimakan oleh makhluk. Oleh karena itu sering dikatakan: penguasa memberikan rezeki tentaranya, atau akan diberikan rezeki berupa ilmu.2 3. Kata rizki dalam Mu’jam al-Wasith jika berharakat fathah maka ia merupakan masdar, dan jika berharakat kasrah ia sebagai nama bagi sesuatu yang direzekikan. Rizki juga bermakna sesuatu yang bermanfaat bagi seseorang. Masing-masing dari kedua pola kata tersebut dapat memiliki makna yang lain, seperti ungkapan apa yang bermanfaat dari apa yang dimakan, atau dipakai seperti pakaian. dan apa yang masuk ditenggorokan dan dimakan. Allah berfirman dalam surat al-Kahfi ayat ke 19 (ُْق ِﻣﻨْﻪ ٍ) ﻓَـﻠْﻴَﺄْﺗِ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺮِز, dan hujan dikarenakan hujan sebagai sebab rezeki, dan begitu pula pemberian yang berlangsung.3 4. Menurut Ibnu Faris al-Razi, kata rezeki bermakna pemberian, oleh karena itu ada suatu ungkapan mengatakan ( )رزﻗﻪ ﷲ رزﻗًﺎyang artinya Allah memberinya rezeki.4 Berdasarkan beberapa pandangan mengenai rezeki dari segi bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa makna rezeki secara bahasa meliputi dua makna, makna pertama ialah pemberian, sedangkan makna kedua rezeki disebut sebagai apa-apa yang dimanfaatkan manusia, baik apa yang ia makan dan yang ia pakai dari pakaian. Adapun makna rezeki secara istilah adalah ungkapan bagi setiap apa-apa yang Allah sampaikan kepada para hewan, maka mereka memakannya. Maka rezeki tersebut mencakup rezeki yang halal dan 1
115.
Ibnu Mandhur al-Anshori, Lisanul Arab, juz : 10, (Mesir: Bairut, 1414 H), hlm.
Al-Ashfahani, Mufrodat fii Ghoribil al-Quran, juz: 1, (Dimasyiq: Dar al-Qolamal daar asy Syamiyah, 1412 H) 3 Majma’ al-Lughah al-Arabiyah, al-Mu’jam al-Washit, (Kairo: Dar ad-Dakwah) hlm. 351 4 Ahmad ibnu Faris, Maqaayisil Lughah, juz :2, ( Daarul al-Fikr, 1979) hlm. 388. 2
134 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Konsep Rezeki dalam al-Quran
rezeki yang haram, dan jika dihubungkan kepada hewan maka ia dapat berbentuk makanan atau minuman bagi hewan tersebut. Adapun dalam pandangan Muktazilah rezeki adalah ungkapan dari sesuatu yang dimiliki seseorang dan orang tersebut memakannya. Berdasarkan konsep tersebut, menurut pandangan Muktazilah rezeki hanyalah rezeki halal saja, dan tidak ada rezeki yang haram. Gugusan pembahasan rezeki di atas jika diperhatikan hubungan antara makna rezeki secara bahasa dan istilah, dikandung maksud bahwa rezeki secara bahasa adalah pemberian, sedangkan secara istilah adalah sesuatu yang disampaikan, atau sesuatu yang disampaikan Allah kepada makhluk-Nya dan yang bermanfaat baginya. Penggunaan Lafadz Rezeki dalam al-Quran Al-Quran menyebutkan 123 lafadz rezeki di dalam al-Quran, 61 disebutkan dalam bentuk kata kerja, dan lafadz rezeki disebutkan dalam bentuk isi sebanyak 62.5 Adapun contoh penyebutannya dalam bentuk kata kerja, firman Allah dalam surat al-Maidah 88, Allah berfirman: ( )وﻛﻠﻮا ﳑﺎ رزﻗﻜﻢ ﷲ ﺣﻼﻻ ﻃﻴﺐاdan adapun dalam bentuk isim
adalah firman Allah dalam surat al-Baqorah ayat 60, Allah berfirman : {}ﻛﻠﻮا واﺷﺮﺑﻮا ﻣﻦ رزق ﷲ. Para ahli tafsir menyebutkan bahwa lafadz rezeki memiliki berbagai macam makna. Adapun rinciannya sebagai berikut: 1. Lafadz rezeki bermakna pemberian, sebagaimana terdapat dalam surat al-Baqaroh ayat ke 3, Allah berfirman: { }وﳑﺎ رزﻗﻨﺎﻫﻢ ﻳﻨﻔﻘﻮنyang artinya dan dari apa-apa yang kami rezekikan/berikan kepada mereka mereka menafkahkan. 2. Lafadz rezeki bermakna makanan, sebagaimana terdapat dalam satu surat yaitu surat al-Baqarah ayat 25 yang terdiri dari dua potong ayat sebagai berikut, pertama: { }ﻛﻠﻤﺎ رزﻗﻮا ﻣﻨﻬﺎ ﻣﻦ ﲦﺮة رزﻗﺎyang maknanya mereka diberi makan dengannya, sedangkan kedua: { ﻗﺎﻟﻮا ﻫﺬا اﻟﺬي رزﻗﻨﺎ
} ﻣﻦ ﻗﺒﻞyang maknanya kami diberimakan.
3. Lafadz rezeki bermakna hujan, sebagaimana terdapat dalam dua
surat pertama surat ad dzariat ayat 22, kedua surat al-Jatsiyah ayat lima. Dalam al-Quran surat al-dzariat ayat 22, Allah berfirman: { } وﰲ اﻟﺴﻤﺎء رزﻗﻜﻢ وﻣﺎ ﺗﻮﻋﺪونmakna rezeki di atas adalah hujan. Ibnu Asur berkata: kata rezeki di atas adalah hujan, dalam pola kalimat ia berkedudukan sebagai majaz mursal, yang maksudnya bahwa hujan 5
Diakses di http://articles.islamweb.net/ pada 28-07-2016 pada jam 15.30. JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 135 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Achmad Kurniawan Pasmadi
adalah sebagai sebab rezeki bagi hamba Allah dengan berbagai macamnya. sedangkan surat al-jatsiah ayat 5, Allah berfirman: { وﻣﺎ
}أﻧﺰل ﷲ ﻣﻦ اﻟﺴﻤﺎء ﻣﻦ رزقberkata at-Thobari: ia adalah hujan yang 4.
5.
6.
7.
8.
dengannya bumi mengeluarkan rezeki-rezeki hamba dan makananmakanan mereka. Lafadz rezeki bermakna nafkah, sebagaimana terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 233, Allah berfirman: {َﻮﻟُﻮِد ﻟَﻪُ رِْزﻗُـ ُﻬ ﱠﻦ َوﻛِ ْﺴ َﻮﺗـُ ُﻬ ﱠﻦ ْ } َو َﻋﻠَﻰ اﻟْﻤyang artinya: Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian, yang maksudnya bahwa nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah. Hal tersebut sebagaimana terdapat dalam surat an-Nisa ayat 5, Allah berfirman: { َارُزﻗُﻮُﻫ ْﻢ ﻓِﻴﻬَﺎ وَا ْﻛﺴُﻮُﻫ ْﻢ ْ }وIbnu Abbas mengstsksn ksts rezeki pada ayat tersebut bermakna perintah ayah untuk memberikan nafkah kepada anaknya. Lafadz rezeki bermakna pahala, sebagaimana terdapat dalam surat al-Ali Imronh ayat 169, Allah berfirman: { } ﺑَ ْﻞ أَ ْﺣﻴَﺎءٌ ِﻋﻨْ َﺪ َرِِّ ْﻢ ﻳـ ُْﺮَزﻗُﻮ َنyang artinya: Bahkan mereka itu hidupdisisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Maknanya mereka diberi pahala aatas apa yang telah mereka kerjakan dan atas apa yang mereka korbankan. Lafadz rezeki bermakna surga, sebagaimana terdapat dalam surat tohaa ayat 131, Allah berfirman: {ِﻚ َﺧْﻴـٌﺮ َوأَﺑْـﻘَﻰ َ ّْق َرﺑ ُ } َورِزyang artinya : Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. Imam alBaghowi mengatakan maksudnya dalah surga. Sebagaimana juga firman Allah terkait isteri-isteri nabi dalam surat al-Ahzab ayat ke 31, Allah berfirman: { } َوأَ ْﻋﺘَ ْﺪﻧَﺎ ﳍََﺎ رِْزﻗًﺎ َﻛ ِﺮﳝًﺎyang artinya dan Kami sediakan baginya rezki yang mulia. Dan maksud dari rezeki yang mulia adalah surga. Lafadz rezeki bermakna syukur, sebagaimana terdapat dalam surat al-Waqiah ayat 82, Allah berfirman: {َﲡ َﻌﻠُﻮ َن رِْزﻗَ ُﻜ ْﻢ أَﻧﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗُ َﻜ ِّﺬﺑُﻮ َن َْ } وyang artinya : kamu mengganti rezki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah. Imam at-Thobari mengatakan: kalian jadikan syukur nikmat kepada Allah dengan kedustaan. Lafadz rezeki bermakna buah-buahan, sebagaimana terdapat dalam surat ali-Imron ayat 37, Allah berfirman: { } َو َﺟ َﺪ ِﻋﻨْ َﺪﻫَﺎ رِْزﻗًﺎyang artinya: kebanyakan ahli tafsir dari kalangan sahabat dan tabi’in memaknai kata rezeki di atas sebagai buah-buahan, mereka berkata: zakaria mendapati di sisi maryam buah-buahan musim panas di musim dingin dan buah-buahan musim dingin di musim panas.
136 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Konsep Rezeki dalam al-Quran
Pembagian Rezeki dan Sifat-sifat Rezeki dalam al-Quran Pembagian Rezeki Membagi rezeki kedalam beberapa bagian merupakan hasil dari pemahaman terhadap dalil-dalil yang bertemakan rezeki. Dari pemahaman dalil-dalil tersebut dapat dipahami bahwa rezeki terbagi menjadi dua macam. Adapun perinciannya sebagai berikut: 1. Rezeki umum Rezeki umum adalah rezeki yang diberikan mencakup orang yang taat, orang yang fajir (banyak berbuat dosa), orang beriman dan orang kafir, orang yang dewasa maupun anak-anak, berakal maupun tidak berakal, dan mencakup seluruh yang ada di dunia ini, seperti : ikan yang ada di laut, binatang buas di dalam kandang, maupun janinjanin yang berada di perut ibu, maupun semut yang berada di dalam tanah. Hal tersebut berdasarkan pemahaman dari ayat dalam surat alHud ayat ke 6, yang menjelaskan bahwa tidaklah dari binatang melata kecuali ada bagian rezekinya, baik makanannya dan apa yang menjadi penghidupannya. Allah berfirman dalam surat al-Hud ayat 6, sebagai berikut:
.ﲔ ٍ ِﺎب ُﻣﺒ ٍ َْض إﱠِﻻ َﻋﻠَﻰ ا ﱠِ رِْزﻗُـﻬَﺎ َوﻳـَ ْﻌﻠَ ُﻢ ُﻣ ْﺴﺘَـ َﻘﱠﺮﻫَﺎ َوُﻣ ْﺴﺘـ َْﻮَد َﻋﻬَﺎ ُﻛﻞﱞ ِﰲ ﻛِﺘ ِ َوﻣَﺎ ِﻣ ْﻦ دَاﺑﱠٍﺔ ِﰲ ْاﻷَر “dan tidaklah binatang di muka bumi kecuali atas Allah rezekinya, dan ia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya, semuanya dalam kitab yang nyata”.
Dari ayat di atas dapat dipahmi bahwa Allah akan menjamin dan menanggung rezeki makhluk-makhluk-Nya sebagai karunia dan pemuliaan terhadap makhluk-makhluk-Nya. Adapun jenis dari rezeki ini dapat menjadi rezeki yang halal dan kadang dapat menjadi rezeki yang haram, dan penetapan status atas halal dan haram suatu rezeki dikembalikan kepada penilaian syariat terhadapnya, maka jika suatu rezeki dibolehkan untuk dikonsumsi, dan dibenarkan cara perolehannya maka ia termasuk jenis rezeki yang mubah atau boleh untuk dipergunakan. Adapun sebaliknya jika rezeki tersebut tidak diperkenankan memakannya dan tidak dibenarkan cara perolehannya maka termasuk rizki yang diharamkan. 2. Rezeki khusus Adapun maksud dari rezeki yang khusus adalah rezeki yang bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya. Dan juga berlanjut manfaatnya di dunia dan akhirat, maka ia mencakup rezeki hati atau jiwa manusia, seperti ilmu yang bermanfaat, hidayah dan petunjuk, taufik kepada JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 137 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Achmad Kurniawan Pasmadi
perilaku yang baik, dan berperilaku baik, dan menjauhi dari perilaku buruk, dan semua tadi adalah rezeki yang sebenarnya yang bermanfaat bagi manusia bagi dunia dan akhiratnya. Hal tersebut sebagaimana difirmankan Allah dalam surat at-Thalaq ayat ke 11, sebagai berikut:
ﱠﺎت َْﲡﺮِي ِﻣ ْﻦ َْﲢﺘِﻬَﺎ ْاﻷَﻧْـﻬَﺎ ُر ﺧَﺎﻟِﺪِﻳ َﻦ ﻓِﻴﻬَﺎ أَﺑَ ًﺪا ﻗَ ْﺪ ٍ ْﺧْﻠﻪُ َﺟﻨ ِ َوَﻣ ْﻦ ﻳـ ُْﺆِﻣ ْﻦ ﺑِﺎ ﱠِ َوﻳـَ ْﻌ َﻤ ْﻞ ﺻَﺎﳊًِﺎ ﻳُﺪ أَ ْﺣ َﺴ َﻦ ا ﱠُ ﻟَﻪُ رِْزﻗًﺎ “Siapa yang beriman kepada Allah dan dan mengerjakan amal kebajikan, Allah akan memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, sungguh Allah telah memberikan rezeki yang baik baginya”.6
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa rezeki khusus adalah rezeki yang khusus bagi kaum muslimin karena mencakup halhal yang bermanfaat baik di dunia hingga akhirat. Rezeki tersebut mencakup rezeki yang pertama yaitu rezeki bagi badan dengan hal-hal yang dihalalkan bagi syariat. Sifat-sifat Rezeki dalam al-Quran Manusia sering berpendapat bahwa rezki itu hanya berupa perolehan yang diperoleh seseorang hasil kerjanya berupa harta benda. Pandangan demikian merupakan pemahaman yang keliru, hal tersebut dikatakan keliru karena makna dari kosa kata rezeki memiliki makna yang luas meliputi makna secara indrawi berupa hal-hal yang menjadi penunjang kehidupan berupa makanan dan minuman dan lain sebagainya. Dan demikian pula rezeki memiliki makna yang meliputi makna secara immateri atau maknawi seperti ilmu pengetahuan, dan ilmu-ilmu duniawi maupun ukhrawi. Adapun sifat-sifat rezeki di dalam al-Quran sangat banyak, dan akan disebutkan sebagiannya, diantara rezeki-rezeki tersebut adalah: 1. Rezeki yang Halal dan Baik Adapun yang disebut dengan rezeki yang halal adalah: apa-apa yang tidak disebutkan pengharamannya dalam al-Quran dan sunnah, dan tidak ada sedikitpun syubhat terkecil bahwa hal tersebut haram. islam memberikan taklif atau beban kepada umatnya agar mencari rezeki yang halal, hal tersebut berdasarkan firman Allah dalam surat alMaidah ayat 88: 6 Diakses di http://www.dorar.net/enc/aqadia/566, pada hari kamis, 28 Juli 2016, jam 15.49.
138 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Konsep Rezeki dalam al-Quran
َﻼًﻻ ﻃَﻴِّﺒًﺎ َ َوُﻛﻠُﻮا ﳑِﱠﺎ َرَزﻗَ ُﻜ ُﻢ ا ﱠُ ﺣ
“Dan makanlah dari apa-apa yang Allah rezekikan kepada kalian yang halal lagi baik”.
Sedangkan kata baik dalam halal lagi baik memiliki artinya setiap apa-apa yang merupakan rezeki bagi setiap muslim dan ia baik di sisih Allah. Berkata hasan al-Basri dalam mensikapi ayat ini: yang halal lagi baik adalah apa-apa tidak dimintaai pertanggung jawaban di akhirat, sedangkan semestinya ia pada umumnya dimintaai pertanggung jawaban, dan setiap yang baik itu pasti halal sedangkan tidak setiap yang halal itu baik. 2. Rezeki yang Hasan Adapun rezeki yang hasan di dalam al-Quran diungkapkan untuk bayak makna, salah satu penggunaannya untuk menjelaskan kenabian dan hikmah, sebagaimana kisah Nabi Syuaib ketika mendebat kaumnya dalam surat Hud ayat ke 88, Allah berfirman: “Syuaib berkata wahai kaumku, bagaimana pikiranmu jika kau mempunyai bukti yang nyata dari tuhanku dan dianugrahinya aku dari pada-Nya rezeki yang baik”. Adapun maksud dari rezeki hasan pada ayat tersebut bermakna kenabian dan hikmah. Adapun penggunaan makna rezeki yang hasan dalam ayat yang lain bermakna setiap apa-apa yang mengambil manfaat darinya manusia, baik dari buah-buahan seperti kurma dan anggur, hal tersebut sebagaiman firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 67, Allah SWT. berfirman: dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki hasan/baik. Dari ayat di atas kata memabukkan tidak dikatagorikan sebagai rezeki yang hasan dan walaupun ia berasal dari buah kurma dan angggur. Dan juga kata rezeki yang hasan dipergunakan untuk makna kenikmatan syurga, hal tersebut sebagaimana difirmankan Allah dalam surat al-Hajj ayat ke 58, Allah berfirman: dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau mati, benarbenar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah sebaik-baik pemberi rezeki. Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kaum muhajirin berhak memperoleh syurga karena mereka hijrah dan berperang di jalan Allah. 3. Rezeki yang Karim atau Mulia Rezeki hasan adalah semulia-mulia yang diperoleh hamba di kehidupan dunia, dan sedangkan rezeki yang mulia adalah setinggitinggi yang diperoleh hamba berupa rezeki ukhrowi. Hal tersebut
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 139 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Achmad Kurniawan Pasmadi
berdasarkan firman Allah SWT. dalam surat al-Anfal ayat ke 4, Allah SWT. berfirman yang artinya: itulah orang-orang yang beriman yang sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia. Adapun berdasarkan ayat di atas bahwa rezeki yang mulia adalah apaapa yang allah siapkan bagi orang-orang yang beriman dari tambahan makanan, minuman dan hidup yang tenang dan itulah rezeki yang langgeng disertai pemuliaan dan pengagunagan. Dan pemahaman rezeki mulia tersebut di atas tidak meniadakan pemahaman bahwa di dunia terdapat rezeki yang mulia, dan hal tersebut dapat berwujud: rasa aman dari rasa takut, luasnya rezeki, dan badan yang sehat. 4. Rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka Allah menyebut dalam al-Quran rezeki yang tidak disangkasangka dengan sebutan al-Rizqu Bighoiri Hisab. Adapun penyebutan rezeki yang tidak disangka-sangka di dalam al-Quran di tujukan kepada orang-orang beriman dalam dua tema, adapun tema-tema tersebut sebagai berikut: a. Tema pertama berlaku di akhirat, dan ini berdasarkan kepada firman Allah surat al-Baqaroh ayat 212, Allah berfirman: “Dan Allah memberikan rezeki kepada siapa yang ia kehendaki dengan tanpa hisab/batasan”. Fahrur Razi menjelaskan dengan dua penjelasan. Pertama, bahwa Allah memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki, mereka adalah orang-orang yang beriman dengan tanpa hisab, maksudnya rezeki yang luas menyenangkan yang tidak fana dan terputus. Hal tersebut sebagaimana firman Allah dalam surat al-Ghofir ayat ke 40, Allah SWT. berfirman: ”Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”. Sedangkan poin kedua penjelasannya bahwa manfaat yang sampai kepada mereka di akhirat sebagiannya adalah merupakan balasan yang merupakan pahala, dan sebagiannya adalah karunia, sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 173, Allah berfirman: Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Sedangkan karunia Allah yang dimaksud adalah tanpa hisab. Dan hal hal tersebut sebagaimana dijelaskan pada surat an-Nur ayat 38, Allah berfirman:” (Meraka mengerjakan
140 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Konsep Rezeki dalam al-Quran
yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa batas. “ b. Tema kedua berlaku ketika di dunia, dan hal tersebut sebagai bentu kebaikan dan pemulian, sebagaima firman Allah dalam surat al baqorah ayat 212 dan surat ali Imron ayat 27. Adapun firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 212 sebagai berikut, Allah berfirman: : “Dan Allah memberikan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dengan tanpa hisab/batasan”. Dan perkataan Allah dalam surat ali Imron ayat 27, Allah berfirman: Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)." Dalam tafsir al Kabir: sesunggunya Allah memberikan apa yang dikehendaki tanpa hisab dan memberikan rezeki siapa yang dikehendaki sebagai bentuk karunia. Hal tersebut sebagaimana kisah Imron dan Maryam ayat ke 37, Allah berfirman: Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. Sedangkan rezki tersebut berupa buah-buahan musim dingin pada musim panans, dan buah-buahan musim panas pada musim dingin.7 Rezeki Makhluk Ditangan Allah Pemahaman tentang rezeki merupakan bagian yang penting bagi akidah seoarang muslim. Pemahaman tentang rezeki yang benar memiliki peranan penting dalam membentuk tingkah laku dan dan pandangan kedepan dalam hal kemantapan jiwa dan ketentraman bahwa rezeki berada dalam kekuasaan Allah. Adapun ayat-ayat al-Quran banyak yang menjelaskan bahwa rezeki makhluk-makhluk Allah semua berada ditangan Allah, dan Allah yang menjamin dan memberikan rezeki tersebut kepada hambahamba-Nya, dan di antara ayat-ayat tersebut banyak namun penulis hanya menyebutkan penjelasannya hanya pada tiga ayat, adapun ayatayat yang menunjukkan bahwa Allah menjamin rezeki adalah ayat pada (Surat Yunus ayat 31, Surat an-Naml ayat 64, Surat Saba’ ayat 24, 7 Penjelasan materi konsep rezeki menuurt al-Quran ini dapat diakses pada http://www.maghress.com/attajdid/1149.
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 141 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Achmad Kurniawan Pasmadi
Surat al-Mulk ayat 21, Surat al-Mulk ayat 21, Surat Yunus ayat 31, Surat Adzariat ayat 58,) penjelasannya sebagai berikut: 1. Surat yunus ayat 31, Allah berfirman:
ج ُ ِﺖ وَﳜُْ ِﺮ ِ ّج اﳊَْ ﱠﻲ ِﻣ َﻦ اﻟْ َﻤﻴ ُ َاﻷَﺑْﺼَﺎ َر َوَﻣ ْﻦ ﳜُْ ِﺮ ْ ِﻚ اﻟ ﱠﺴ ْﻤ َﻊ و ُ ْض أَﱠﻣ ْﻦ ﳝَْﻠ ِ َاﻷَر ْ ﻗُ ْﻞ َﻣ ْﻦ ﻳـ َْﺮُزﻗُ ُﻜ ْﻢ ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎ ِء و (31) َﻼ ﺗَـﺘﱠـﻘُﻮ َن َ ِﺖ ِﻣ َﻦ اﳊَْ ِّﻲ َوَﻣ ْﻦ ﻳُ َﺪﺑُِّﺮ ْاﻷَ ْﻣَﺮ ﻓَ َﺴﻴَـﻘُﻮﻟُﻮ َن ا ﱠُ ﻓَـ ُﻘ ْﻞ أَﻓ َ ّاﻟْ َﻤﻴ
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidupdan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah." Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"
Para ahli Tafsir menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan perintah Allah untuk berdialok dengan orang musyrik Arab tentang siapakah pemberi rezeki dari langit dan bumi, dan ternyata orangorang musyrik mengakui bahwa Allah yang memberi rezeki dari langit dan bumi.8 2. Surat an-Naml ayat 64, Allah berfirman:
ْض أَإِﻟَﻪٌ َﻣ َﻊ ا ﱠِ ﻗُ ْﻞ ﻫَﺎﺗُﻮا ﺑـ ُْﺮﻫَﺎﻧَ ُﻜ ْﻢ إِ ْن ِ َاﻷَر ْ أَﱠﻣ ْﻦ ﻳـَْﺒ َﺪأُ اﳋَْْﻠ َﻖ ﰒُﱠ ﻳُﻌِﻴ ُﺪﻩُ َوَﻣ ْﻦ ﻳـ َْﺮُزﻗُ ُﻜ ْﻢ ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎ ِء و (64) ﲔ َ ُِﻛْﻨﺘُ ْﻢ ﺻَﺎ ِدﻗ
“Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orangorang yang benar."
Sebagian penafsir menjelaskan bahwa secara logika ayat ini menghubungkan awal penciptaan dengan memberi rezeki, dan hal itu berkonsekuen bahwa yang memberi rezeki tersebut adalah Allah. Sebaliknya jika kata rezeki tersebut dihubungkan dengan hari berbangkit, maka akan menimbulkan pemahaman bahwa yang memberi rezeki di dunia adalah tuhan-tuhan mereka selain Allah, dan pemberi rezeki di akhirat adalah Allah. 8 . Mujiruddin bin Muhammad al-Alimi, Fathul Rahman Fii Tafsiril Quran, jus:3 (Daarun Nawadhir, 2009) hal.281.
142 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Konsep Rezeki dalam al-Quran
3. Surat ad-Dzariat ayat 58, Allah berfirman:
ﲔ ُ ِﱠاق ذُو اﻟْ ُﻘ ﱠﻮةِ اﻟْ َﻤﺘ ُ إِ ﱠن ا ﱠَ ُﻫ َﻮ اﻟﱠﺮز
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh”.
rezki
Yang
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah yang memberikan rezeki kepada makhluknya dan menjamin rezeki tersebut, dan juga menjelaskan bahwa Allah memiliki kekuatan yang sangat kokoh. Dua sifat tersebut memberikan pemahaman bahwa, pertama Allah Maha Pemberi Rezeki yang tidak membutuhkan rezeki kepada selainnya, dan jika ada seseorang yang membutuhkan rezeki kepada selainnya berarti ia adalah lemah, dan membutuhkan kepada selainnya. Kedua, bahwa Allah memiliki kekuatan yang sangant kokoh, ayat menunjukkan bahwa Allah dzat yang tidak membutuhkan kepada pekerjaan, dan siapa yang membutuhkan pekerjaan dari selainnya menunjukkan bahwa ia adalah lemah dan tidak memiliki kekuatan.9 Pintu-pintu Rezeki: Ketaatan akan Menambah Rezeki dan Kemaksiatan akan Merusaknya Allah memberikan informasi kepada hamba-hamba-Nya dalam kitab suci al-Quran bahwa ketaatan kepada-Nya menjadi sebab mendatangkan, memperluas dan menambah rezeki. Hal tersebut ditunjukkan dalam beberapa ayat, di antara ayat-ayat tersebut dan penjelasannya sebagai berikut: Pertama, Q.S al-Thalaaq ayat ke 2 dan ke tiga: “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar {2}, sedangkan pada ayat ke 3, Allah berfirman: “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”. {3}. Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa barangsiapa yang bertakwa kepada Allah dalam perintah-Nya dan bertakwa dalam larangan-laranganNya, maka Allah akan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak duga-duga. Kedua, Q.S al-A’raf ayat 96: “Jikalau sekiranya penduduk negerinegeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa salah satu dari sunatullah yang berlaku bagi makhluk-Nya adalah jika 9 Jamaah min Ulamaaut Tafsir, al-Mukhtashor fii Tafsiiril al-Quran, juz : 1, (Markas Tafsir Liddiraasah al-Islamiyah, 1436 H), hlm. 523.
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 143 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Achmad Kurniawan Pasmadi
suatu penduduk negeri beriman dan bertakwa dengan seluruh konsekwensinya niscaya Allah akan membuka barokah-Nya tanpa batas dari berbagai arah, di antaranya dari atas mereka dan dari bawah kaki-kaki mereka. Dari kedua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa keimanan dan ketakwaan kepada Allah merupakan salah satu sebab bertambahnya rezeki pada seorang hamba. Namun dalam pemahaman yang benar bahwa tidak dibenarkan seseorang meninggalkan ikhtiyar mencari rezeki dengan alasan bertawakal dengan jaminan Allah. Nabi menjelaskan dalam suatu hadits: “Jikalau kalian bertawakal dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan memberikan rezeki sebagaimana Allah memberikan rezeki kepada seekor burung, pergi di pagi hari dengan lapar dan kembali ke sangkar pada sore hari dengan perut yang kenyang”.10 Adapun kemaksiatan akan berpengaruh kepada rezeki seseorang. Di antara akibat dari perbuatan maksiat yang dilakukan seseorang adalah bahwa Allah akan menghilangkan berbagai keberkahan pada seseorang, di antaranya: berkah umur, ilmu, amal, berkah ketaatan kepada Allah, maka dapat dikatakan bahwa seseorang kehilangan berkah baik berkah agama dan dunianya. Dan tidaklah hilang keberkahan pada seseorang kecuali karena perbuatan maksiat seseorang. Hal ini sesuai dengan pemahaman dari mafhum mukholafah/pemahaman terbalik dari ayat surat al-A’rof 96, Allah berfirman: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Pendapat ini didukung dengan sabda nabi: Sesunggunya seorang hamba sungguh dihalangi dari rezeki karena perbuatan dosanya. Maka dapat disimpulkan bahwa bukanlah lapangnya rezeki dan banyaknya karena banyaknya secara fisik, demikian juga tidaklah umur yang panjang dikarenakan banyaknya jumlah bulan dan tahun yang dilewati hamba, namun dikatakan demikian jika padanya terdapat berkah. Perbedaan Kuantitas Rezeki di antara Manusia Al-Quran dalam banyak ayatnya memberikan gambaran kepada umatnya bahwa rezeki antara seseorang dengan yang lainnya berbedabeda, hal ini ditunjukkan dalam beberapa ayat dalam al-quran. Diantara beberapa ayat tersebut adalah sebagai berikut: 10 Ibnu Hajar al-Atsqolani, Fathul Baari Syarah Imam Bukhori, juz: 11, (Bairut: Daarul Marifah, 1379), hlm. 306.
144 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Konsep Rezeki dalam al-Quran
Pertama, Q.S an-Nahl ayat 71, Allah berfirman: ”Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah”. Adapun inti dari ayat di atas bahwa Allah melebihkan rezeki seseorang dari yang lain, maka didapati ada orang yang kaya dan adapula orang yang miskin, ada tua dan adapula budak. Kedua, Q.S al-Fajr ayat 15 dan 16, Allah berfirman: “Adapun ayat ke 15. Allah berfirman: “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku." Adapun ayat ke 16 Allah berfirman: Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". Mujiruddin dalam fatkhurrahman menjelaskan kedua ayat tersebut bahwa : Rezeki yang berbeda-beda antara makhluk Allah adalah sebagai ujian, namun ada manusia ketika Allah mengujinya dengan menyempitkan rezekinya, maka ia berkata tuhanku menghinakanku. Adapun jika Allah mengujinya dengan melapangkan rezekinya. Maka ia berkata tuhanku telah menghinakannku. Maka Allah membantah hal anggapan bahwa kekayaan merupakan tanda dimuliakan dan kemiskinan merupakan tanda dihinakan merupakan anggapan yang keliru. Maka jika ada yang diuji dengan kekayaan maka hendaklah bersyukur dan taat kepada Allah. Adapun jika ia diuji dengan kemiskinan maka hendaklah bersyukur dan bersabar. Dan sebenarnya kemuliaan pada hamba dikarekan takwa dan kehinaannya disebabkan karena perbuatan dosa. Simpulan Konsep rezeki merupakan hal yang amat erat dengan kehidupan manusia. Maka jika manusia memahami dengan benar maka ia akan menjalani hidupnya dengan ketaatan dan bahagia, adapun jika seseorang tidak memahami konsep rezeki dengan baik maka akan dikhawatirkan terjerumus kepada pemahaman yang salah, yang berakibat akan merugikan diri sebagai personal dan masyarakat secara umum. Dari makalah yang disajikan tentang konsep rezeki dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Banyak dari masyarakat memahami rezeki dengan pemahaman yang salah, baik pandangan bahwa rezeki dari definisi, hakikat dan pandanagan secara umum tentang rezeki.
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 145 Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015
Achmad Kurniawan Pasmadi
2. Secara definisi kata-kata rezeki memiliki makna secara bahasa dan istilah yang saling berdekatan, secara bahasa makna rezeki adalah pemberian, dan atau sesuatu yang bermanfaat bagi makhluk-Nya. Maka secara istilah rezeki itu sesuatu yang bermanfaat bagi manusia baik dalam urusan dunia dan urusan akhirat. 3. Sebagian manusia salah dalam memandang rezeki, mereka hanya menilai rezeki adalah harta saja. Padahal makna rezeki sangatlah luas, ada rezeki yang sifatnya materi yang dapat diindra seperti makanan, minuman, harta benda yang bermanfaat bagi seseorang. Disitu pula ada rezeki yang sifatnya maknawi, contoh seperti kesehatan, ilmu, pengetahuan, isteri yang shalihah, amal-amal shalih seseorang karena amal shalih tersebut akan membawa manfaat seseorang baik di dunia maupun di akhirat. 4. Rezeki setiap makhluk Allah berada ditangan Allah, dan Allah yang menjamin rezeki setiap makluk-Nya. Namun hal ini tidak menjadi alasan seseorang bermalas-malasan dan tidak menyongsong rezeki, karena rezeki hamba ketika di dunia dicari dengan sebab-sebab ataupun ikhtiar memperoleh rezeki. 5. Rezeki dapat bertambah dengan amal shalih, sebaliknya rezeki akan hilang keberkahannya disebabkan oleh maksiat seorang manusia. 6. Dalam konsep al-Quran bahwa rezeki yang Allah berikan kepada makhluk-makhluk-Nya berbeda-beda, dan sesuai dengan hikmahNya, sebagian ada yang Allah kayakan dan sebagian yang lain Allah sempitkan rezekinya sebagai cobaan darinya, dan bukan karena pemuliaan terhadap seseorang ataupun kehinaan pada seseorang. Adapun kemulyaan dan kehinaan kembali kepada ketaatan dan maksiat hamba kepada Allah. Daftar Pustaka Ahmad ibnu Faris, Maqaayisil Lughah, Daarul al-Fikr, 1979. Al-Ashfahani, Mufrodat fii Ghoribil al-Quran, Dimasyiq: Darul alQolam al-Daar asy-Syamiyah, 1412 H. Ibnu Hajar al-Atsqolani, Fathul Baari Syarah Imam Bukhori, Bairut: Daarul Marifah, 1379. Ibnu Mandhur al-Anshori, Lisanul Arab, Mesir: Bairut, 1414 H . Jamaah min Ulamaaut Tafsir, al-Mukhtashor fii Tafsiiril al-Quran, Markas Tafsir Liddiraasah al-Islamiyah, 1436 H. Mujiruddin bin Muhammad al-Alimi, Fathul Rahman Fii Tafsiril Quran, Daarun Nawadhir, 2009. http://www.maghress.com/attajdid/1149.
146 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA Volume 6 Nomor 2 – Agustus 2015