KEEFEKTIFAN TEKNIK KEPALA BERNOMOR DALAM PEMBELAJARAN DISKUSI PADA SISWA KELAS VIII SMP 2 BANTUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
oleh Sakinta Diska Selwasari NIM 10201241051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA AGUSTUS 2014
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama
: Sakinta Diska Selwasari
NIM
: 10201241051
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
: Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang lazim. Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Yogyakarta, 14 Juli 2014 Penulis,
Sakinta Diska Selwasari
iv
MOTTO
“Ing ngarso sung tuladha. Ing madya mangun karso. Tut wuri handayani.” (Ki Hajar Dewantara)
v
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah swt, kupersembahkan karya sederhana ini kepada: kedua orang tua saya sebagai tanda kasih dan baktiku atas semua kasih sayang dan pengorbanan yang telah Bapak dan Ibu berikan.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Rochmad Wahab, M.Pd., M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dan Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Maman Suryaman, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini. Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada kedua pembimbing, Prof. Dr. Haryadi, M.Pd., dan Dra. Sudiati, M.Hum. yang selalu memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, kearifan dan bijaksana. Tidak lupa, penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Anwar Efendi selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Wiharno, M.Pd. selaku Kepala SMP 2 Bantul yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. Terima kasih kepada Dra. Umi Kulsum selaku guru pembimbing selama proses penelitian yang telah bersedia bekerja sama dan membimbing dengan penuh keikhlasan. Terima kasih kepada segenap warga SMP 2 Bantul, terutama siswa kelas VIII E dan VIII F yang telah membantu selama proses penelitian. Ucapan terima kasih yang sangat pribadi penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan secara moral maupun materi guna menyelesaikan skripsi ini. Kedua adik tersayang, terima kasih atas doa dan semangat yang diberikan untuk menyelesaikan skripsi
vii
ini. Terima kasih kepada guru dan dosen yang telah mendidik penulis sehingga bisa mengeja ilmu pengetahuan. Terima kasih kepada Dady Aji Prawira Sutarjo atas semangat yang selalu diberikan. Felinda, terima kasih atas kesediannya mendengarkan segala keluh kesah penulis. Terima kasih kepada Dewi, Wuri, Ayu, dan Nada yang telah membantu penulis selama proses pengambilan data. Mega, teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi, terima kasih atas semangat dan kebersamaan selama ini. Keluarga besar kelas L PBSI 2010 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas persahabatan yang telah terjalin. Penulis menemukan keluarga baru di setiap diri kalian. Terima kasih atas segala dukungan, motivasi, masukan, dan pelajaran yang diberikan selama proses pendewasaan diri. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Yogyakarta, 14 Juli 2014 Penulis,
Sakinta Diska Selwasari
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................
ii
PENGESAHAN ........................................................................................
iii
PERNYATAAN .......................................................................................
iv
MOTTO ...................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .............................................................................
vii
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xvii
ABSTRAK ...............................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................
4
C. Batasan Masalah .......................................................................
4
D. Rumusan Masalah ....................................................................
5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................
5
F. Manfaat Penelitian ....................................................................
6
G. Batasan Istilah ..........................................................................
6
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................
8
A. Diskusi ......................................................................................
8
1. Pengertian Diskusi ................................................................
8
2. Tujuan Diskusi ......................................................................
9
3. Manfaat Diskusi ....................................................................
10
4. Bentuk Diskusi .....................................................................
10
ix
5. Tugas Pemimpin Diskusi dan Partisipan ..............................
11
6. Penilaian Keterampilan Diskusi ...........................................
14
B. Teknik Kepala Bernomor .........................................................
16
C. Pembelajaran Diskusi Siswa SMP Kelas VIII .........................
18
D. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ......................................
20
E. Kerangka Pikir ...........................................................................
23
F. Hipotesis ...................................................................................
25
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................
26
A. Desain Penelitian ......................................................................
26
B. Variabel Penelitian ...................................................................
27
C. Definisi Operasional Variabel ...................................................
27
D. Populasi dan Sampel Penelitian ...............................................
28
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
28
F. Instrumen Penelitian .................................................................
29
1. Pengembangan Instumen Penelitian ......................................
29
2. Uji Validitas Instrumen Penelitian ........................................
30
G. Prosedur Penelitian ...................................................................
31
1. Tahap Praeksperimen ............................................................
31
2. Tahap Eksperimen .................................................................
31
3. Tahap Pascaeksperimen .........................................................
33
H. Teknik Analisis Data ................................................................
34
1. Persyaratan Analisis Data ......................................................
34
a. Uji Normalitas Sebaran Data ............................................
34
b. Uji Homogenitas Varian ...................................................
34
2. Penerapan Teknik Analisis Data............................................
35
a. Uji-t Sampel Berhubungan................................................
35
b. Uji-t Sampel Bebas ...........................................................
35
I. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
36
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................
37
A. Hasil Penelitian ........................................................................
37
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................
37
a. Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ...........
37
b. Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen ....
40
c. Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ..........
43
d. Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen ...
45
e. Rangkuman Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...............
48
2. Uji Prasyarat Analisis Data ...................................................
49
a. Uji Normalitas Sebaran ....................................................
49
b. Uji Homogenitas Varian ..................................................
50
3. Analisis Data .........................................................................
51
a. Uji-t Sampel Bebas ...........................................................
52
b. Uji-t Sampel Berhubungan ...............................................
54
4. Hasil Pengujian Hipotesis .....................................................
56
a. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama ..................................
56
b. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua .....................................
58
B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................
60
1. Deskripsi Kondisi Awal Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen .....................................
60
2. Perbedaan Keterampilan Disksi Antara Kelompok Kontrol yang Mengikuti Pembelajaran dengan Menggunakan Teknik Kepala Bernomor dan Kelompok yang Mengikuti Pembelajaran tanpa Teknik Kepala Bernomor .....................
62
3. Keefektifan Teknik Kepala Bernomor dalam Pembelajaran Diskusi ...........................................................
67
C. Keterbatasan Penelitian ...........................................................
69
xi
BAB V PENUTUP ...................................................................................
70
A. Simpulan ..................................................................................
70
B. Implikasi ...................................................................................
71
C. Saran .........................................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
73
LAMPIRAN .............................................................................................
75
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
: Penilaian Keterampilan Diskusi ...............................................
15
Tabel 2
: Pedoman Penilaian Keterampilan Diskusi ...............................
16
Tabel 3
: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Berbicara Kelas VIII Semester Genap .....................................................
19
Tabel 4
: Desain Penelitian Control Grup Pretest Posttest ....................
26
Tabel 5
: Pedoman Penilaian Keterampilan Diskusi ..............................
30
Tabel 6
: Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................
36
Tabel 7
: Distribusi Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ..................................................................
Tabel 8
: Rangkuman Data Statistik Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ..................................................................
Tabel 9
38
39
: Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ..............................
39
Tabel 10 : Distribusi Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen .............................................................
41
Tabel 11 : Rangkuman Data Statistik Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen ............................................................
41
Tabel 12 : Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen ........................
42
Tabel 13 : Distribusi Frekuensi Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ..................................................................
43
Tabel 14 : Rangkuman Data Statistik Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ..................................................................
44
Tabel 15 : Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ..............................
44
Tabel 16 : Distribusi Frekuensi Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen ............................................................. Tabel 17 : Rangkuman Data Statistik Skor Posttest Keterampilan Diskusi
xiii
46
Kelompok Eksperimen .............................................................
47
Tabel 18 : Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen ........................
47
Tabel 19 : Perbandingan Data Statistik Skor Pretest dan Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen .............................................................
48
Tabel 20 : Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Keterampilan Diskusi ..............................................................
50
Tabel 21 : Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varian Data Pretest dan Posttest Keterampilan Diskusi .........................................
51
Tabel 22 : Perbandingan Data Statistik Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ......................
52
Tabel 23 : Rangkuman Hasil Uji-t Data Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ......................
52
Tabel 24 : Perbandingan Data Statistik Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ......................
53
Tabel 25 : Rangkuman Hasil Uji-t Data Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ......................
53
Tabel 26 : Perbandingan Data Statistik Skor Pretest dan Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ..............................
54
Tabel 27 : Rangkuman Hasil Penghitungan Uji-t Skor Pretest dan Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ..............................
55
Tabel 28 : Perbandingan Data Statistik Skor Pretest dan Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen ........................
55
Tabel 29 : Rangkuman Hasil Penghitungan Uji-t Skor Pretest dan Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen ........................
56
Tabel 30 : Penghitungan Data Perbedaan Skor Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen .....................................................
57
Tabel 31 : Penghitungan Data Perbedaan Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ............................................................
58
Tabel 32 : Hasil Penghitungan Gain Score ..............................................
59
xiv
Tabel 33 : Perhitungan Data Statistik Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ............................................................
xv
67
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 : Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ..........................
38
Gambar 2 : Diagram Roti Kecenderungan Perolehan Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ...........................
39
Gambar 3 : Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen .....................
41
Gambar 4 : Diagram Roti Kecenderungan Perolehan Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen .....................
42
Gambar 5 : Histogram Distribusi Frekuensi Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ...........................
44
Gambar 6 : Diagram Roti Kecenderungan Perolehan Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol ...........................
45
Gambar 7 : Histogram Distribusi Frekuensi Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen ....................
46
Gambar 8 : Diagram Roti Kecenderungan Perolehan Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen .....................
xvi
47
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 : Silabus Pembelajaran .........................................................
75
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................
76
Lampiran 3 : Pedoman Penilaian Keterampilan Diskusi .........................
103
Lampiran 4 : Instrumen Soal ...................................................................
105
Lampiran 5 : Artikel ................................................................................
110
Lampiran 6 : Data Skor Pretest Keterampilan Diskusi ...........................
122
Lampiran 7 : Data Skor Posttest Keterampilan Diskusi .........................
124
Lampiran 8 : Perhitungan Kategori Kecenderungan ...............................
126
Lampiran 9 : Distrubusi Frekuensi Skor Keterampilan Diskusi ..............
129
Lampiran 10 : Hasil Uji Normalitas ...........................................................
134
Lampiran 11 : Hasil Uji Homogenitas ......................................................
135
Lampiran 12 : Hasil Uji-t Sampel Berhubungan ......................................
137
Lampiran 13 : Hasil Uji-t Sampel Bebas ..................................................
139
Lampiran 14 : Dokumentasi Penelitian .....................................................
141
Lampiran 15 : Surat Izin Penelitian ..........................................................
145
xvii
KEEFEKTIFAN TEKNIK KEPALA BERNOMOR DALAM PEMBELAJARAN DISKUSI PADA SISWA KELAS VIII SMP 2 BANTUL
oleh Sakinta Diska Selwasari NIM 10201241051 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik kepala bernomor dan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor, (2) menguji keefektifan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu eksperimen semu dengan desain control group pre-test post-test design. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas berupa teknik kepala bernomor dan variabel terikat berupa keterampilan diskusi. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP 2 Bantul sebanyak 144 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII E sebagai kelompok kontrol dan kelas VIII F sebagai kelompok eksperimen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, yaitu berupa tes keterampilan diskusi. Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi dengan dikonsultasikan kepada ahlinya (expert judgement). Penghitungan data dengan menggunakan teknik statistik uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagai berikut. (1) Terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik kepala bernomor dan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan uji-t data posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabel (t h = 2,863 > t t = 2,013) dan nilai p (0,006) lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%) dengan db 46. (2) Teknik kepala bernomor terbukti efektif digunakan dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul. Keefektifan tersebut dilihat dari hasil penghitungan uji-t data pretest dan posttest kelompok eksperimen diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabel (t h = 17,723 > t t = 2,069) dan nilai p (0,000) lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%) dengan db 23. Kata kunci: keefektifan, teknik kepala bernomor, pembelajaran diskusi
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Diskusi merupakan suatu kegiatan yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Diskusi yang dilakukan secara disengaja misalnya saat seminar, rapat di kantor, dan persidangan. Diskusi yang dilakukan secara tidak disengaja misalnya di pos ronda, di warung, di area kos, dan di halaman rumah. Melalui kegiatan tersebut tanpa disadari kegiatan diskusi merupakan bagian dari kehidupan sosial. Kegiatan diskusi tidak hanya sebatas bertukar pikiran saja, namun juga harus bersifat teratur dan terarah agar tidak melenceng dari tujuan yang hendak dicapai. Di dalam kegiatan diskusi sering dijumpai peserta diskusi yang ingin menang sendiri, membantah argumen tanpa alasan yang logis, dan adanya peserta diskusi yang ingin mendominasi pembicaraan. Oleh karena itu, untuk menciptakan diskusi yang teratur dan terarah dibutuhkan keterampilan dalam diskusi. Sebagaimana yang tertera dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional,
salah
satu
tujuan
pendidikan
nasional
adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, setiap peserta didik harus dibekali keterampilan-keterampilan, salah satunya adalah keterampilan diskusi. Hal ini terbukti dengan dimasukkannya diskusi ke dalam standar isi Kurikulum Tingkat
1
2
Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu pada pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII. Materi tentang diskusi terdapat pada kompetensi dasar 10.1 menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. Pembelajaran diskusi yang biasa diterapkan guru di kelas yaitu dengan metode penugasan. Penerapannya yaitu siswa diberi tugas untuk melakukan diskusi secara kelompok, setelah itu setiap kelompok menunjuk salah seorang anggotanya untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, kemudian siswa lain menanggapi. Kegiatan pembelajaran yang demikian tidak menutup kemungkinan jika tidak semua siswa berperan aktif di dalam kegiatan diskusi. Untuk menghindari permasalahan dalam diskusi tersebut, dapat digunakan teknik pembelajaran yang sesuai. Terdapat berbagai teknik pembelajaran yang telah dikembangkan, antara lain: mencari pasangan (make a match), berpikir berpasangan (think pair and share), bertukar pikiran, berkirim soal, kepala bernomor (numbered head together), kepala bernomor terstruktur, dua tinggal dua tamu (two stay two stray), kartu berbicara (talking chips), meja bundar (roundtable), lingkaran besar lingkaran kecil (inside outside circle), bercerita berpasangan (paired storytelling), tiga tahap wawancara (three step interview), dan jigsaw (Lie, 2010: 54). Salah satu teknik pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran diskusi adalah teknik kepala bernomor atau numbered head together. Teknik kepala bernomor merupakan salah satu teknik pembelajaran di dalam model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu
3
model pembelajaran yang menghendaki siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen (Slavin via Solihatin dan Raharjo, 2005: 4). Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Teknik kepala bernomor merupakan teknik yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie, 2010: 59). Langkah-langkah penggunaan teknik kepala bernomor dibagi menjadi empat fase, yaitu fase penomoran, fase mengajukan pertanyaan, fase berpikir bersama, dan fase menjawab (Trianto, 2009: 82-83). Di dalam penerapannya, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil dan setiap anggota kelompok diberi nomor, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan bacaan yang telah diberikan. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru, siswa berdiskusi untuk memecahkan permasalahan. Setelah berdiskusi, guru memanggil salah satu nomor untuk mengemukakan pendapatnya. Hal tersebut dilakukan hingga semua siswa mendapat giliran mengemukakan pendapat. Teknik kepala bernomor memiliki beberapa keunggulan yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide atau gagasan dan mempertimbangkan kesimpulan yang paling tepat. Teknik ini dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Selain itu, teknik ini juga merangsang siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan berdiskusi dan melatih rasa percaya diri dalam menyampaikan pendapat. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menguji keefektifan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi.
4
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP 2 Bantul. Alasan yang mendasari peneliti memilih SMP 2 Bantul sebagai tempat penelitian karena guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia belum pernah menggunakan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi. Oleh karena itu, teknik kepala bernomor akan diuji keefektifannya dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan berikut ini. a.
Belum diterapkan teknik pembelajaran yang tepat di dalam pembelajaran diskusi.
b.
Teknik kepala bernomor belum pernah diujicobakan dalam pembelajaran diskusi siswa kelas VIII SMP 2 Bantul.
c.
Belum diketahui perbedaan pembelajaran diskusi dengan menggunakan teknik kepala bernomor dengan pembelajaran diskusi tanpa menggunakan teknik kepala bernomor pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul.
d.
Belum diketahui keefektifan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul.
C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dibahas sebelumnya, diketahui bahwa teknik kepala bernomor belum pernah diujicobakan dalam pembelajaran
5
diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul. Mengetahui permasalahan tersebut maka penelitian ini dibatasi pada keefektifan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul. Keefektifan ditemukan melalui perbedaan pembelajaran diskusi siswa kelas VIII SMP 2 Bantul yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik kepala bernomor dengan yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor. Pembatasan masalah tersebut dipilih karena jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
D. Rumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah, rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut. a.
Apakah terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik kepala bernomor dan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul?
b.
Apakah teknik kepala bernomor efektif digunakan dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul?
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan penelitian, tujuan penelitian ini sebagai berikut. a.
Mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik kepala bernomor dan
6
siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul. b.
Menguji keefektifan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai berikut. a.
Secara Teoretis Penelitian ini dapat menguatkan teori dalam hal pemilihan teknik pembelajaran dalam diskusi dengan peenggunaan teknik kepala bernomor.
b.
Secara Praktis Penelitian ini dapat membantu guru bidang studi Bahasa Indonesia dalam memilih teknik pembelajaran untuk diskusi dengan menggunakan teknik kepala bernomor.
G. Batasan Istilah a.
Keefektifan adalah keadaan berpengaruh/ketepatan teknik kepala bernomor untuk meningkatkan keterampilan diskusi siswa.
b.
Diskusi adalah suatu bentuk bertukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, atau keputusan bersama mengenai suatu masalah.
7
c.
Teknik kepala bernomor adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang lebih mengedepankan kegiatan berdiskusi antar siswa dan suatu teknik yang dapat mendorong semangat kerja sama serta keaktifan siswa.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Diskusi 1.
Pengertian Diskusi Diskusi berasal dari bahasa Latin yaitu discutio atau discusium yang artinya
bertukar pikiran. Diskusi juga berarti suatu bentuk tukar pikiran atau bentuk pembicaraan secara teratur dan terarah (Parera, 1984: 190). Menurut Stemerding (1973: 75) diskusi adalah sejumlah orang yang berkumpul untuk saling bertukar pikiran tidak semata-mata untuk memenuhi suatu tugas tertentu untuk memecahkan bersama suatu permasalahan. Tarigan (2009: 40) mengemukakan bahwa diskusi merupakan suatu kegiatan kerjasama atau aktivitas koordinatif yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok. Selain itu, Arsjad dan Mukti (1991: 37) mengemukakan diskusi pada dasarnya merupakan suatu bentuk tukar pikiran secara teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Bertukar pikiran baru dapat dikatakan berdiskusi apabila: (a) ada masalah yang dibicarakan, (b) ada seseorang yang bertindak sebagai pemimpin diskusi, (c) ada peserta sebagai anggota diskusi, (d) setiap anggota mengemukakan pendapatnya dengan teratur, (e) kesimpulan dan keputusan hal disetujui semua anggota. Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa diskusi adalah suatu bentuk kegiatan bertukar pikiran secara
8
9
teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok, dan mempunyai tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. 2.
Tujuan Diskusi Haryadi (1997: 53) menyebutkan bahwa diskusi dapat digunakan untuk
berbagai tujuan, misalnya (a) menampung pendapat, pandangan dan saran, (b) mencari pemecahan masalah. Berbeda dengan Parera (1984: 190-191) yang mengelompokkan tujuan diskusi dalam tiga hal sebagai berikut. (a) Tujuan dan Kebutuhan Logis Diskusi menjadi tempat konsultasi untuk menambah pengetahuan, mendapat informasi, meluaskan pengalaman dan membuka pandangan. Disamping itu diskusi menjadi tempat koordinasi karena adanya kontak dan komunikasi. (b) Tujuan dan Kebutuhan Manusiawi Diskusi menjadi tempat untuk mendapatkan pengakuan/penghargaan, menampilkan kelompok atau individu, menyatakan partisipasi, memberikan dan mendapat informasi serta menunjukkan interaksi. (c) Tujuan dan Kebutuhan Diskusi itu Sendiri Diskusi menjadi tempat tukar-menukar informasi, tempat mempertajam pengertian dan pendapat, diskusi menjadi tempat konsultasi dan penggugahan pendapat, ia menjadi tempat menyiasati masalah menganalisa masalah, menyelesaikan masalah, memberikan motivasi dan keyakinan/persesuaian, mengembangkan kerjasama dan meramalkan partisipasi. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan diskusi adalah (a) menambah pengetahuan, (b) mendapat informasi, (c) meluaskan pengalaman, (d) membuka pandangan, dan (e) mencari pemecahan masalah.
10
3.
Manfaat Diskusi Selain memiliki tujuan, diskusi juga memiliki beberapa manfaat. Parera
(1984: 183) menyebutkan beberapa manfaat diskusi, yaitu (a) pelaksanaan sikap demokrasi, (b) pengujian sikap toleransi, (c) pengembangan kebebasan pribadi, (d)
pengembangan
latihan
berpikir,
(e)
penambahan
pengetahuan
dan
pengalaman, (f) kesempatan pengejawantahan sikap intelijen dan kreatif. Berbeda dengan Parera, Engkoswara dan Entang (1982: 73-74) menyebutkan beberapa manfaat yang diperoleh siswa melalui kegiatan berdiskusi, antara lain (a) memiliki kemampuan menyatakan pikiran dan perasaan secara teratur, (b) memiliki sikap yang baik dan sangat berguna bagi kehidupan di masyarakat luas, (c) dapat menangkap pendapat dan pikiran orang lain kemudian diolah menjadi pendapat dan pikiran sendiri untuk kemudian disampaikan pada orang lain bila dianggap sehat secara positif, (d) mampu menggunakan akal sehat secara positif, dan (e) memiliki horizon pandangan yang lebih luas terhadap satu masalah ditinjau dari berbagai segi. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut diskusi merupakan suatu kegiatan yang memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. 4.
Bentuk Diskusi Parera (1984: 190) membedakan diskusi menjadi dua bentuk, yaitu (a) yang
terbatas, seperti konferensi, komisi, wawancara, brainstorming, dan (b) yang terbuka/umum, seperti debat, forum, seminar, panel, simposium, ceramah, kelompok, mimbar (wawancara tv dan radio). Arsjad dan Mukti (1991: 37) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa bentuk diskusi, yaitu (a) diskusi panel,
11
(b) simposium, (c) seminar, (d) lokakarya, dan (e) brainstorming. Tarigan (2009: 41) membedakan diskusi menjadi kelompok tidak resmi dan kelompok resmi. Kelompok tidak resmi meliputi: (a) kelompok studi, (b) kelompok pembentukan kebijaksanaan, (c) komite. Kelompok resmi meliputi: (a) konferensi, (b) diskusi panel, (c) simposium. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa diskusi memiliki beberapa bentuk. Bentuk-bentuk tersebut antara lain konferensi, komisi, komite, wawancara, brainstorming, diskusi panel, simposium, kelompok, ceramah, dan lokakarya. Dari beberapa bentuk diskusi tersebut, bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskusi kelompok. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Arsjad dan Mukti (1991: 39), untuk latihan permulaan yang bertujuan melatih kemampuan berbicara siswa, lebih efektif diterapkan diskusi kelompok. Mengingat jumlah siswa dalam satu kelas cukup banyak, maka untuk melibatkan setiap individu, diskusi kelompok lebih tepat. Ginnis (2008: 241) menyebutkan perlu memberi batas waktu kurang lebih lima atau sepuluh menit untuk mendiskusikan permasalahan dari satu segi. Meskipun dapat memadamkan diskusi yang sedang menghangat, pembatasan waktu cukup berguna agar para peserta diskusi dapat menyesuaikan pembicaraan mereka dengan sebaik-baiknya. 5.
Tugas Pemimpin dan Partisipan Di dalam diskusi kelompok terdapat peran moderator atau pemimpin diskusi
dan peran partisipan. Berhasil atau tidaknya suatu kelompok diskusi turut pula
12
ditentukan oleh baik atau tidaknya seorang ketua dan para partisipan menjalankan tugasnya. a.
Tugas Pemimpin Diskusi dipimpin oleh moderator atau pimpinan diskusi. Suksesnya sebuah
diskusi sangat bergantung kepada kepemimpinan moderator atau pimpinan diskusi. Tugas pemimpin diskusi menurut Tarigan (2009: 49-50) adalah (1) membuat persiapan yang matang untuk diskusi, (2) mengumumkan judul atau masalah dan mengemukakan tujuan diskusi, (3) menyediakan serta menetapkan waktu bagi pendahuluan, diskusi, dan rangkuman singkat yang isinya tentang kesimpulan yang dicapai, (4) menjaga keteraturan susunan diskusi, (5) memberi kesempatan kepada setiap orang yang ingin mengemukakan pikiran, (6) menjaga agar minat para peserta tetap besar, (7) menjaga agar diskusi tetap bergerak maju, dan (8) membuat catatan-catatan singkat pada akhir diskusi. Selain itu, Parera (1984: 194) menjelaskan tugas seorang pemimpin diskusi yaitu (1) menjelaskan tujuan dan maksud diskusi, (2) menjamin kelangsungan diskusi secara tertib dan teratur, (3) memberikan stimulasi, anjuran, ajakan, agar setiap
peserta
benar-benar
mengambil
bagian,
(4)
menyimpulkan
dan
merumuskan setiap pembicaraan, serta kelak membuat beberapa kesimpulan persepakatan dan persetujuan bersama, dan (5) mempersiapkan laporan kelak. Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa tugas pemimpin diskusi atau moderator adalah (1) membuat persiapan untuk diskusi, (2) membuka diskusi secara resmi, (3) mengumumkan judul atau masalah dan mengemukakan tujuan diskusi, (4) menjaga keteraturan susunan
13
diskusi, (5) memberikan kesempatan kepada setiap orang yang ingin mengemukakan gagasan, (6) menjaga diskusi agar tetap bergerak maju, (7) menyimpulkan dan merumuskan setiap pembicaraan, serta membuat beberapa kesimpulan persepakatan dan persetujuan bersama, dan (8) menutup diskusi. b.
Tugas Partisipan Tarigan (2009: 50-51) mengemukakan tugas partisipan antara lain: (1) turut
mengambil bagian dalam diskusi, (2) berbicaralah jika ketua mempersilakan, (3) berbicaralah dengan tepat dan tegas, (4) harus dapat menunjang pernyataanpernyataan dengan fakta-fakta, contoh-contoh, atau pendapat para ahli, (5) ikutlah dengan seksama dan dengan penuh perhatian diskusi yang sedang berlangsung, (6) dengarkanlah dengan penuh perhatian, (7) bertindaklah dengan sopan santun dan bijaksana, (8) cobalah memahami pandangan orang lain. Selain itu, Parera (1984: 196-197) menjelaskan tugas partisipan adalah (1) menunjukkan solidaritas dan partisipasi, (2) menjaga suasana yang nyaman dan segar untuk diskusi, (3) membuat beberapa usul dan saran, (4) memberikan pendapat dan informasi, (5) meminta pendapat dan informasi sebanyak mungkin, (6) mengajukan pertanyaan dan meminta dasar pendirian seseorang, (7) mengajukan keberatan dan mengajukan contoh serta bukti, (8) mengusulkan kesimpulan, meminta kesimpulan, dan juga dapat menyimpulkan bersama, (9) memusatkan perhatian pada diskusi. Dari pendapat kedua ahli tersebut dapat disimpulkan tugas partisipan dalam diskusi adalah (1) turut mengambil bagian dalam diskusi, (2) mendengarkan setiap pembicara dengan penuh perhatian, (3) menunjukkan solidaritas dan
14
partisipasi yang tinggi, (4) membuat beberapa usul dan saran, (5) memberikan pendapat dan informasi, (6) mengajukan keberatan terhadap pendapat orang lain dengan mengemukakan argumentasi yang lebih meyakinkan, dan (7) ikut membantu menyimpulkan diskusi. 6.
Penilaian Keterampilan Diskusi Keterampilan diskusi merupakan salah satu bentuk keterampilan berbicara.
Evaluasi keterampilan berbicara lebih ditekankan pada kemampuan praktik berbicara daripada penguasaan teori. Untuk mengevaluasi keterampilan berbicara dapat digunakan berbagai format penilaian, baik yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk berbagai bentuk berbicara maupun format khusus yang dirancang untuk mengevaluasi satu bentuk keterampilan berbicara (Haryadi, 1997: 90). Keterampilan diskusi merupakan salah satu keterampilan berbicara aktif-produktif, sehingga evaluasi keterampilan diskusi tidak hanya menekankan kemampuan praktik berbicara saja, tetapi juga menekankan penguasaan topik. Penilaian keterampilan diskusi dalam penelitian ini menggunakan penilaian keterampilan diskusi berdasarkan penilaian menurut Nurgiyantoro (2012: 420). Nurgiyantoro membagi kriteria dalam keterampilan diskusi menjadi delapan aspek, yaitu (1) keakuratan dan keaslian gagasan, (2) kemampuan berargumentasi, (3) keruntutan penyampaian gagasan, (4) pemahaman, (5) ketepatan kata, (6) ketepatan kalimat, (7) ketepatan stile penuturan, dan (8) kelancaran. Berikut adalah tabel penilaian keterampilan diskusi menurut Nurgiyantoro (2012: 420)
15
Tabel 1: Penilaian Keterampilan Diskusi No.
Aspek yang Dinilai
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Keakuratan dan keaslian gagasan Kemampuan berargumentasi Keruntutan penyampaian gagasan Pemahaman Ketepatan kata Ketepatan kalimat Ketepatan stile pnuturan Kelancaran Jumlah Skor:
Tingkat Kecapaian Kerja 1 2 3 4 5
Lembar penilaian diskusi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar penilaian diskusi menurut Nurgiyantoro dengan melakukan modifikasi. Modifikasi dilakukan dengan penggabungkan dan penambahan aspek. Aspek keakuratan dan keaslian gagasan dan kemampuan berargumentasi diganti dengan aspek penyampaian pendapat. Aspek penyampaian pendapat menilai tingkat kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat, apakah pendapat yang dikemukakan rasional, tepat, dan disertai alasan atau tidak. Aspek ketepatan kata dan kalimat digabung menjadi satu kriteria karena masih saling berhubungan. Aspek ketepatan stile penuturan diganti dengan kriteria gaya. Aspek gaya menilai terhadap sikap siswa dalam kegiatan diskusi. Selain itu, dilakukan penambahan aspek menanggapi pendapat orang lain, kemampuan mempertahankan pendapat, sikap kerja sama, dan keaktifan. Aspek menanggapi pendapat orang lain dan kemampuan mempertahankan pendapat diambil berdasarkan tujuan pembelajaran dari kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian. Aspek sikap kerja sama dan keaktifan diambil berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan teknik kepala bernomor.
16
Berikut merupakan lembar penilaian diskusi yang dijadikan pedoman dalam penelitian dengan modifikasi sesuai kebutuhan oleh peneliti. Tabel 2: Pedoman Penilaian Keterampilan Diskusi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Aspek
Skala Skor 4 3 2 1
Jumlah
Penyampaian pendapat Menanggapi pendapat orang lain Kemampuan mempertahankan pendapat Kelancaran berbicara Ketepatan kata dan kalimat Kenyaringan suara Sikap kerja sama Keaktifan Gaya
B. Teknik Kepala Bernomor Teknik kepala bernomor atau numbered head together merupakan salah satu teknik dalam model pembelajaran kooperatif. Kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu cooperative yang mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Slavin (via Solihatin dan Raharjo, 2005: 4) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Akan tetapi, tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Roger (via Lie, 2010: 31) mengatakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan. Kelima unsur tersebut adalah (a) saling ketergantungan positif, (b) tanggung
17
jawab perseorangan, (c) tatap muka, (d) komunikasi antaranggota, (e) evaluasi proses kelompok. Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2009: 58) yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif yaitu memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan melatih sikap kerja sama yang baik dengan orang lain yang berbeda latar belakangnya. Terdapat berbagai model teknik pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan di dalam kelas, antara lain: mencari pasangan (make a match), berpikir berpasangan (think pair and share), bertukar pikiran, berkirim soal, kepala bernomor (numbered head together), kepala bernomor terstruktur, dua tinggal dua tamu (two stay two stray), kartu berbicara (talking chips), meja bundar (roundtable), lingkaran besar lingkaran kecil (inside outside circle), bercerita berpasangan (paired storytelling), tiga tahap wawancara (three step interview), dan jigsaw (Lie, 2010: 54). Teknik kepala bernomor pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie, 2010: 59). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
18
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Trianto (2009: 82-83) membagi langkah-langkah penggunaan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran menjadi empat fase, yaitu fase penomoran, fase mengajukan pernyataan, fase berpikir bersama, dan fase menjawab. a)
Fase 1: Penomoran Guru membagi siswa ke dalam 4-6 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor antara 1-6.
b) Fase 2: Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dan dalam bentuk kalimat tanya. c)
Fase 3: Berpikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d) Fase 4: Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
C. Pembelajaran Diskusi Siswa SMP Kelas VIII Sebagaimana yang tertera dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional,
salah
satu
tujuan
pendidikan
nasional
adalah
mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
19
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, setiap siswa harus dibekali keterampilanketerampilan, salah satunya adalah keterampilan diskusi. Hal ini terbukti dengan dimasukkannya diskusi ke dalam standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu pada pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII. Materi tentang diskusi terdapat pada standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai berikut.
Tabel 3: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Berbicara Kelas VIII Semester Genap Standar Kompetensi 10. Mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler.
Kompetensi Dasar 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan.
Tujuan pembelajaran dalam kompetensi dasar tersebut yaitu (a) siswa mampu menentukan mekanisme diskusi yang benar dan (b) siswa mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif. Penerapan pembelajaran diskusi dalam penelitian ini menggunakan teknik kepala bernomor. Penerapannya sebagai berikut. a)
Fase 1: Penomoran Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4 sampai 6 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-6.
20
b) Fase 2: Mengajukan pertanyaan Guru memberikan bacaan kepada siswa. Setelah siswa selesai membaca, guru mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan isi bacaan. Pertanyaan tersebut nantinya didiskusikan di dalam kelompok. c)
Fase 3: Berpikir bersama Siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya. Setiap kelompok menunjuk seorang siswa untuk menjadi moderator. Setelah itu, siswa melakukan diskusi dengan berpedoman pada pertanyaan yang diajukan oleh guru. Setiap anggota kelompok diharuskan mengetahui hasil diskusi.
d) Fase 4: Menjawab Setelah diskusi kelompok kecil selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang nomornya sesuai diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya. Hal ini dilakukan terus hingga semua siswa dengan nomor yang sama dari setiap kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Dengan demikian, ketika guru menyebutkan nomor secara acak, setiap anggota kelompok harus selalu siap menjawab pertanyaan guru.
D. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Pranita Yuniaturrosidah dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berdiskusi dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Terstruktur Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 4 Depok, Sleman,
21
Yogyakarta” sedangkan penelitian ini berjudul “Keefektifan Teknik Kepala Bernomor dalam Pembelajaran Diskusi pada Siswa Kelas VIII SMP 2 Bantul”. Perbedaan dari kedua penelitian tersebut yaitu pada jenis penelitian yang digunakan dan objek penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pranita adalah jenis penelitian tindakan kelas. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP 2 Bantul, sedangkan objek penelitian yang digunakan oleh Pranita adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Depok. Persamaan dari kedua penelitian tersebut yaitu keduanya menggunakan model pembelajaran kooperatif, akan tetapi berbeda dalam tipe pembelajarannya. Penelitian yang dilakukan oleh Pranita menggunakan tipe kepala bernomor terstruktur, sedangkan penelitian ini menggunakan tipe kepala bernomor. Penerapan kedua tipe tersebut dalam pembelajaran diskusi juga berbeda. Penerapan tipe kepala bernomor terstruktur dalam pembelajaran diskusi yaitu siswa dibagi dalam kelompok dan setiap kelompok mendapat nomor. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya dalam kelompok, misalnya siswa nomor 1 bertugas membaca soal dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal, siswa nomor 2 mencari penyelesaian soal, dan siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok. Setelah selesai pembagian tugas, siswa dalam kelompok melakukan diskusi dengan tema yang ditentukan. Guru mengingatkan setiap moderator untuk mengatur siapa saja yang akan ditunjuk nomornya yang berbicara. Setiap kelompok maju untuk
22
mempresentasikan hasil diskusinya dan setiap siswa yang ditunjuk nomornya harus menyampaikan pendapat. Penerapan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi yaitu guru membagi siswa ke dalam kelompok antara 4-6 orang. Setiap anggota kelompok diberi nomor. Guru memberikan sebuah bacaan sebagai bahan diskusi. Sesuai dengan bacaan yang diberikan, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan pada kelompok kecil. Setiap kelompok kecil melakukan diskusi untuk mendapatkan jawaban yang paling tepat dari pertanyaan yang diberikan. Setelah diskusi kelompok selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang nomornya sesuai diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya. Hal ini dilakukan terus hingga semua siswa dengan nomor yang sama dari setiap kelompok mendapat giliran untuk mengemukakan pendapatnya. Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan tersebut, terdapat perbedaan dalam kegiatan pembelajaran pada kedua penelitian tersebut. Pertama, kegiatan pembelajaran pada penelitian Pranita terdapat pembagian tugas pada setiap anggota kelompok, sedangkan dalam penelitian ini tidak terdapat pembagian tugas kepada setiap anggota kelompok, setiap anggota mempunyai peran yang sama. Kedua, dalam penelitian yang dilakukan oleh Pranita, penunjukan nomor dilakukan oleh moderator dari kelompok yang presentasi, sedangkan dalam penelitian ini penunjukkan nomor ditunjuk oleh guru. Dengan demikian, penerapan dari kedua tipe pembelajaran tersebut terlihat jelas perbedaannya. Hasil
23
penelitian ini tentunya akan berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pranita. Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurchabibah dalam skripsinya yang berjudul “Keefektifan Metode Debat Aktif dalam Pembelajaran Diskusi pada Siswa Kelas X SMA N 1 Kutowinangun”. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah terletak pada metode pembelajaran yang digunakan dan objek penelitian yang diambil. Pada penelitian di atas menggunakan metode debat aktif dan objek penelitian pada siswa kelas X SMA N 1 Kutowinangun sedangkan pada penelitian ini menggunakan teknik pembelajaran kepala bernomor dan objek penelitian pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul.
E. Kerangka Pikir Diskusi adalah suatu kegiatan bertukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, atau keputusan bersama mengenai suatu masalah dan mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh peserta diskusi. Diskusi yang baik memerlukan beberapa aspek seperti: (1) sikap setiap anggota yang harus menyadari pentingnya kerja sama dalam kelompok, (2) setiap anggota bebas mengemukakan pendapatnya namun harus bisa menghargai pendapat anggota lain, (3) setiap anggota berperan aktif di dalam diskusi, (4) adanya persiapan yang matang sebelum melakukan diskusi, seperti pemilihan masalah yang sesuai, penentuan tujuan diskusi, menentukan
24
siapa melakukan apa, dan menentukan tata tertib dalam diskusi, dan (5) ketercapaian tujuan diskusi. Penelitian ini menggunakan teknik kepala bernomor untuk diterapkan pada kelas eksperimen. Teknik kepala bernomor memberikan kesempatan setiap siswa untuk saling membagikan ide-ide atau gagasan dan mempertimbangkan kesimpulan yang paling tepat. Teknik ini dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka dan merangsang siswa untuk berperan aktif di dalam diskusi. Di akhir pembelajaran dengan teknik kepala bernomor, nantinya siswa harus mengemukakan pendapatnya secara individu di depan forum. Hal tersebut akan mendorong sikap berani siswa untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga setiap anggota kelompok nantinya akan termotivasi untuk berperan aktif di dalam forum diskusi. Pembelajaran diskusi yang biasa diterapkan guru yaitu dengan metode penugasan. Penerapannya yaitu siswa secara berkelompok menyelesaikan tugas yang diberikan guru melalui kegiatan diskusi. Dalam kegiatan pembelajaran ini nantinya kegiatan diskusi akan didominasi oleh siswa tertentu. Berdasarkan pernyataan di atas, diduga akan ada perbedaan pembelajaran diskusi yang menggunakan teknik kepala bernomor dan pembelajaran diskusi tanpa menggunakan teknik kepala bernomor. Selain itu, teknik kepala bernomor akan efektif digunakan dalam pembelajaran diskusi.
25
F. Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut hipotesis nihil (H 0 ) dan hipotesis alternatif (H a ) sebagai berikut. 1.
H 0 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan teknik kepala bernomor dan siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor. H a : terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan teknik kepala bernomor dan siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor.
2.
H 0 : teknik kepala bernomor tidak efektif digunakan dalam pembelajaran diskusi. H a : teknik kepala bernomor efektif digunakan dalam pembelajaran diskusi.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu. Desain penelitian yang digunakan adalah control grup pretest posttest design. Pretest digunakan untuk mengukur keterampilan awal siswa dalam diskusi, sedangkan posttest digunakan untuk mengukur keterampilan akhir siswa dalam diskusi setelah diberikan perlakuan yang berupa penggunaan teknik kepala bernomor pada kelompok eksperimen dan pembelajaran tanpa teknik kepala bernomor pada kelompok kontrol. Tabel 4: Desain Penelitian Control Grup Pretest Posttest Kelompok E K
Pretest O1 O3
Perlakuan X -
Posttest O2 O4
Keterangan: E K O1 O2 O3 O4 X
: kelompok eksperimen : kelompok kontrol : pretest kelompok eksperimen : posttest kelompok eksperimen : pretest kelompok kontrol : posttest kelompok kontrol : variabel bebas (penggunaan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi)
26
27
B. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 1.
Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik kepala bernomor. Teknik kepala bernomor akan dijadikan perlakuan pada kelompok eksperimen dan pada kelompok kontrol pembelajaran diskusi tanpa teknik kepala bernomor.
2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan diskusi siswa kelas VIII SMP 2 Bantul.
C. Definini Operasional Variabel 1.
Variabel Bebas Teknik kepala bernomor adalah teknik pembelajaran yang dapat mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama dan merangsang siswa untuk berperan aktif dalam diskusi dengan cara memasang nomor pada setiap anggota kelompok. 2.
Variabel Terikat Keterampilan diskusi adalah keterampilan siswa dalam menyampaikan
pendapat, menerima pendapat, menanggapi pendapat orang lain, dan bersikap dalam diskusi.
28
D. Populasi dan Sampel Penelitian 1.
Populasi Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP 2 Bantul tahun ajaran
2013/2014 yang berjumlah enam kelas meliputi kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, dan VIII F dengan jumlah keseluruhan 144 siswa. 2. Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling terhadap seluruh kelas yang termasuk anggota populasi. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara diundi. Cara ini memungkinkan seluruh populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih menjadi sampel dalam penelitian. Berdasarkan undian yang telah dilakukan terhadap keenam kelas VIII SMP 2 Bantul terpilih kelas VIII E dan VIII F. Selanjutnya, dilakukan penentuan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Penentuan kelompok tersebut juga dilakukan dengan cara diundi. Setelah dilakukan pengundian, terpilih kelas VIII E sebagai kelompok kontrol dan kelas VIII F sebagai kelompok eksperimen. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 48 siswa dengan rincian kelompok kontrol terdiri atas 24 siswa dan kelompok eksperimen terdiri atas 24 siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan diskusi. Tes dilakukan sebanyak dua kali. Tes pertama diberikan
29
pada siswa pada saat sebelum dilakukan perlakuan (pretest), sedangkan tes kedua diberikan pada siswa setelah dilakukan perlakuan (posttest).
F. Instrumen Penelitian 1.
Pengembangan Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes
awal (pretest) dilakukan untuk mengetahui keterampilan diskusi siswa sebelum diberi perlakuan. Tes akhir (posttest) dilakukan untuk mengetahui keterampilan diskusi siswa setelah diberi perlakuan. Siswa akan memperoleh skor dari pretest dan posttest. Skor inilah yang dikumpulkan sebagai bahan analisis. Berikut ini adalah pedoman penilaian keterampilan diskusi yang digunakan dalam penelitian ini. Pedoman ini berdasarkan penilaian keterampilan berdiskusi menurut Nurgiyantoro (2012: 420) yang telah dimodifikasi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Menurut Nurgiyantoro (2012: 422) skala yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berbicara adalah model 0-10 atau 1-10. Namun, dalam penelitian ini skala penskoran dimodifikasi menjadi 1-4. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penskoran. Skala penskoran yang digunakan untuk mengukur keterampilan diskusi siswa diberi rentangan nilai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Skor tertinggi adalah 4 dan terendah adalah 1. Rentangan kategori skor yaitu baik sekali, baik, cukup, dan kurang. Skor 4 dinyatakan kategori baik sekali, skor 3 dinyatakan kategori baik, skor 2 dinyatakan kategori cukup, dan skor 1 dinyatakan kategori
30
kurang. Adapun pedoman peniaian keterampilan diskusi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5: Pedoman Penilaian Keterampilan Diskusi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 2.
Aspek
Skala Skor 4 3 2 1
Jumlah
Penyampaian pendapat Menanggapi pendapat orang lain Kemampuan mempertahankan pendapat Kelancaran berbicara Ketepatan kata dan kalimat Kenyaringan suara Sikap kerja sama Keaktifan Gaya
Uji Validitas Instrumen Penelitian Validitas atau kesahihan menunjukkan pada kemampuan suatu instrumen
(alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur (Suharsaputra, 2012: 98). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes diskusi sehingga validitas yang digunakan adalah validitas isi. Pembuatan instrumen penelitian ini didasarkan pada kurikulum yang disesuaikan dengan bahan pengajaran. Selanjutnya dilakukan expert judgement, yaitu meminta pendapat dari ahli di bidangnya terhadap instrumen tersebut. Pendapat ahli yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapat dari Prof. Dr. Haryadi, M.Pd., dan Dra. Sudiati, M.Hum., selaku dosen pembimbing dan Dra. Umi Kulsum, selaku guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia dan guru pembimbing selama proses penelitian di SMP 2 Bantul. Setelah dilakukan penyesuaian pada beberapa aspek instrumen dengan hasil konsultasi, maka instrumen penelitian dinyatakan valid dan dapat digunakan.
31
G. Prosedur Penelitian 1.
Tahap Praeksperimen Pada tahap ini, dilakukan pretest berupa tes keterampilan diskusi terhadap
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pretest dilakukan untuk mengetahui keterampilan awal siswa dalam diskusi sebelum diberi perlakuan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran pada kelompok kontrol. Pretest dilaksanakan pada 19 April 2014 pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil skor dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen kemudian dianalisis menggunakan rumus uji-t. Penggunaan uji-t dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS versi 16.0 dan selanjutnya akan dibahas pada bab empat. 2.
Tahap Eksperimen Setelah dilakukan pretest dan terbukti memiliki keterampilan yang sama,
selanjutnya pada kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan untuk kelas eksperimen
dan
pembelajaran
untuk
kelas
kontrol.
Perlakuan
dengan
menggunakan teknik kepala bernomor diberikan kepada kelompok eksperimen dan tanpa adanya perlakuan teknik kepala bernomor pada kelompok kontrol. Materi pembelajaran untuk kedua kelas tersebut sama. Jadwal pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII SMP 2 Bantul. a.
Kelompok eksperimen Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP 2
Bantul. Pelaksanaan eksperimen pada kelompok ini yaitu dengan memberikan
32
perlakuan teknik kepala bernomor pada pembelajaran diskusi. Berikut langkahlangkah pembelajaran pada kelompok eksperimen. 1) Guru membagi siswa ke dalam kelompok menjadi 4 orang. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 4. 2) Guru memberikan bacaan kepada tiap kelompok dengan topik dan isi bacaan yang sama. 3) Siswa mencari permasalahan yang terdapat dalam bacaan. 4) Guru mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan isi yang terdapat dalam bacaan yang diberikan. 5) Siswa berdiskusi menyamakan pemahaman dan mencari jawaban pertanyaan yang diberikan guru. 6) Siswa menyimpulkan dan mencatat hasil diskusi pada lembar kerja. 7) Setiap kelompok maju mempresentasikan hasil diskusinya dan guru memanggil salah satu nomor kepala dari tiap kelompok secara acak untuk menyampaikan pendapatnya. 8) Guru memanggil nomor berikutnya secara acak dan dilakukan kegiatan yang sama dengan di atas. 9) Setelah seluruh nomor dipanggil, guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan b.
Kelompok kontrol Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP 2
Bantul. Pelaksanaan pembelajaran diskusi dalam kelompok ini dilakukan tanpa
33
menggunakan teknik kepala bernomor, yaitu dengan metode penugasan. Berikut langkah-langkahnya. 1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. 2) Guru memberikan bacaan kepada siswa sebagai bahan untuk berdiskusi. 3) Siswa mencari permasalahan yang terdapat dalam bacaan. 4) Guru menugaskan setiap kelompok untuk berdiskusi sesuai dengan permasalahan yang diperoleh dan menuliskan hasil diskusi di lembar kerja. 5) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi. 6) Guru menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilaksanakan. 3. Tahap Pascaeksperimen Tahap ini merupakan tahap pengukuran terhadap perlakuan yang diberikan. Pada tahap ini siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diberikan tes akhir (posttest). Pelaksanaan posttest yaitu berupa tes keterampilan diskusi. Pemberian posttest bertujuan untuk melihat perbedaan keterampilan diskusi siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan teknik kepala bernomor dan yang tidak diberi perlakuan dengan menggunakan teknik kepala bernomor. Posttest juga digunakan untuk membandingkan skor yang dicapai saat pretest apakah hasilnya meningkat, tetap, atau menurun. Perhitungan posttest dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 16.0.
34
H. Teknik Analisis Data 1.
Persyaratan Analisis Data Analisis data penelitian eksperimen dilakukan dengan uji beda. Jika hanya
terdapat dua kelompok, maka teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t atau t-test. Uji-t dalam penelitian ini digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata hitung, apakah ada perbedaan hasil yang signifikan atau tidak antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Syarat data bersifat signifikan apabila nilai p lebih lecil daripada taraf signifikansi 5%. Namun, sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis akan dilakukan uji persyaratan analisis terlebih dahulu, yaitu uji normalitas sebaran dan uji homogenitas varian. a.
Uji Normalitas Sebaran Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji normal atau tidaknya
sebaran data penelitian. Dalam penelitian ini diuji normalitas sebaran data skor pretest keterampilan diskusi dan posttest keterampilan diskusi siswa. Pengujian normalitas sebaran data menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov. Perhitungan uji normalitas tersebut dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 16.0. Dalam uji normalitas tersebut dilihat nilai p, jika nilai p > 0,05 maka hipotesis nol (H 0 ) diterima dan sebaliknya jika nilai p < 0,05 maka hipotesis nol (H 0 ) ditolak. b. Uji Homogenitas Varian Uji homogenitas berfungsi untuk mengetahui seragam atau tidaknya varian sampel-sampel dari populasi yang sama. Uji homogenitas dilakukan dengan melakukan uji statistik (test of variance) pada distribusi skor kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perhitungan uji homogenitas dilakukan dengan
35
komputer program SPSS 16.0 dengan menggunakan jalan analisis varian satu jalan. Dari hasil tes dilihat taraf signifikansi kedua kelompok, taraf signifikansi dinyatakan homogen jika lebih besar daripada 0,05. 2.
Penerapan Teknik Analisis Data Analisis data ini bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian, yaitu untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik kepala bernomor dan kelompok yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor. Selain itu, untuk menguji keefektifan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul. a.
Uji-t Sampel Berhubungan Uji-t sampel berhubungan dalam penelitian ini digunakan untuk menguji
perbedaan keterampilan diskusi antara sebelum dan sesudah dilaksanakan pembelajaran diskusi, baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Perhitungan uji-t sampel berhubungan dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 16.0. b. Uji-t Sampel Bebas Uji-t sampel bebas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pengujian dilakukan pada hasil perolehan skor diskusi saat pretest maupun posttest. Perhitungan sampel bebas dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 16.0.
36
I.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP 2 Bantul dengan alamat Jalan Raya Bantul
No. 2/III Bantul. Waktu untuk penelitian ini dilakukan pada saat jam pelajaran Bahasa Indonesia. Proses penelitian ini dilaksanakan pada April-Mei 2014. Berikut sajian rincian jadwal pelaksanaan penelitian. Tabel 6: Jadwal Pelaksanaan Penelitian No. 1.
2.
Kelompok/ Kelas Kelompok Eksperimen/ VIII F
Kelompok Kontrol/ VIII E
Hari, Tanggal
Kegiatan
Sabtu, 19 April Pretest 2014 Sabtu, 3 Mei Perlakuan 1 2014 Jumat, 9 Mei 2014
Perlakuan 2
Sabtu, 10 Mei 2014
Perlakuan 3
Sabtu, 17 Mei 2014
Perlakuan 4
Kamis, 22 Mei Posttest 2014 Sabtu, 19 April Pretest 2014 Sabtu, 3 Mei Pembelajaran 1 2014 Sabtu, 10 Mei 2014
Pembelajaran 2
Selasa, 13 Mei 2014
Pembelajaran 3
Sabtu, 17 Mei 2014
Pembelajaran 4
Kamis, 22 Mei 2014
Posttest
Tema Pengaruh Teknologi Smartphone Remaja dan Rokok Peran Idola dalam Pembentukan Karakter Remaja Aturan Larangan Siswa Membawa Kendaraan ke Sekolah Jangan Biarkan Terlambat Menjadi Budaya Larangan Siswa Membawa HP Pengaruh Teknologi Smartphone Remaja dan Rokok Peran Idola dalam Pembentukan Karakter Remaja Aturan Larangan Siswa Membawa Kendaraan ke Sekolah Jangan Biarkan Terlambat Menjadi Budaya Larangan Siswa Membawa HP
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan teknik kepala bernomor dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa teknik kepala bernomor pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menguji keefektifan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul. Data dalam penelitian ini meliputi data skor awal dan skor akhir. Data skor awal diperoleh melalui kegiatan pretest diskusi sedangkan data skor akhir diperoleh melalui posttest diskusi. Hasil penelitian pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen disajikan sebagai berikut. 1.
Deskripsi Data Hasil Penelitian
a.
Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol Kelompok kontrol merupakan kelompok yang mengikuti pembelajaran
diskusi tanpa menggunakan teknik kepala bernomor. Sebelum kelompok kontrol melakukan pembelajaran, terlebih dahulu dilakukan pretest keterampilan diskusi, yaitu berupa tes diskusi. Subjek pada pretest kelompok kontrol sebanyak 24 siswa. Dari hasil pretest diskusi, diperoleh data skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 30 dan skor terendah adalah 9. Skor rata-rata (mean) kelompok kontrol pada saat pretest adalah 22,16, mode 20, median 22,50, dan simpangan baku 5,887. Hasil tersebut diperoleh dari distribusi skor pretest kelompok kontrol
38
berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 16.0. Distribusi frekuensi skor pretest keterampilan diskusi kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7: Distribusi Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol No.
Interval
Frekuensi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
30-32 27-29 24-26 21-23 18-20 15-17 12-14 9-11
3 3 4 6 4 1 1 2
Frekuensi (%) 12,50 12,50 16,67 25 16,67 4,17 4,17 8,33
Frekuensi Kumulatif 24 21 18 14 8 4 3 2
Frekuensi Kumulatif (%) 100 87,50 75 58,33 33,33 16,67 12,50 8,33
Data skor pada Tabel 7 dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut. 6 5 4 3 2 1 0 8,5
11,5 14,5
17,5
20,5
23,5
26,5
29,5
32,5
Gambar 1: Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol
39
Hasil pengolahan data pretest keterampilan diskusi kelompok kontrol dapat dilihat dalam Tabel 8. Tabel 8: Rangkuman Data Statistik Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol No.
Data
N
1.
Pretest kelompok kontrol
24
Skor Skor Tertinggi Terendah 30
9
Mean
Md
Mo
SD
22,16
22,50
20
5,887
Kecenderungan perolehan skor pretest keterampilan diskusi kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut. Tabel 9: Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol
No.
Kategori
Interval
Frekuensi
1. 2. 3.
Tinggi Sedang Rendah
> 23 16-23 < 16
10 10 4
Frekuensi Frekuensi (%) Kumulatif 41,67 41,67 16,66
24 14 4
Frekuensi Kumulatif (%) 100 58,33 16,66
Data skor pada Tabel 9 dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut. Rendah, 16,66% Tinggi, 41,67% Sedang, 41,67%
Gambar 2: Diagram Roti Kecenderungan Perolehan Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol
40
Berdasarkan Tabel 9 dan Gambar 2 kategori kecenderungan perolehan skor pretest keterampilan diskusi kelompok kontrol dapat diketahui bahwa terdapat 10 siswa (41,67%) yang masuk kategori tinggi, 10 siswa (41,67%) masuk dalam kategori sedang, dan 4 siswa (16,66%) yang skornya masuk dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kecenderungan skor pretest kelompok kontrol adalah antara rendah dan tinggi. b. Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang mengikuti pembelajaran diskusi dengan menggunakan teknik kepala bernomor. Sebelum kelompok eksperimen diberi perlakuan, terlebih dahulu dilaksanakan pretest keterampilan diskusi. Subjek pada pretest ini sebanyak 24 siswa. Dari hasil pretest keterampilan diskusi pada kelompok eksperimen, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 31 dan skor terendah adalah 14. Skor rata-rata (mean) kelompok eksperimen pada saat pretest adalah 22,87, mode 22, median 23, dan simpangan baku 4,235. Hasil tersebut diperoleh dari distribusi skor pretest kelompok eksperimen berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 16.0. Distribusi frekuensi skor pretest keterampilan diskusi kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 10.
41
Tabel 10: Distribusi Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen No.
Interval
Frekuensi
1. 2. 3. 4. 5. 6.
29-31 26-28 23-25 20-22 17-19 14-16
3 4 6 7 2 2
Frekuensi (%) 12,50 16,67 25 29,17 8,33 8,33
Frekuensi Kumulatif 24 21 17 11 4 2
Frekuensi Kumulatif (%) 100 87,50 70,83 45,83 16,66 8,33
Data skor pada Tabel 10 dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut. 7 6 5 4 3 2 1 0 13,5
16,5
19,5
22,5
25,5
28,5
31,5
Gambar 3: Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen Hasil pengolahan data pretest kelompok eksperimen dapat dilihat dalam Tabel 11. Tabel 11: Rangkuman Data Statistik Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen No.
Data
N
1.
Pretest kelompok eksperimen
24
Skor Skor Mean Tertinggi Terendah 31
14
22,87
Md
Mo
SD
23
22
4,235
42
Kecenderungan perolehan skor pretest keterampilan diskusi kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12: Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen
No.
Kategori
Interval
Frekuensi
1. 2. 3.
Tinggi Sedang Rendah
< 25 20-25 > 20
7 13 4
Frekuensi Frekuensi (%) Kumulatif 29,17 54,17 16,66
24 17 4
Frekuensi Kumulatif (%) 100 70,83 16,66
Data skor pada Tabel 12 dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut.
Tinggi, 29,17%
Rendah, 16,66%
Sedang, 54,17%
Gambar 4: Diagram Roti Kecenderungan Perolehan Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen
Berdasarkan Tabel 12 dan Gambar 4 kategori kecenderungan perolehan skor pretest keterampilan diskusi kelompok eksperimen dapat diketahui bahwa terdapat 7 siswa (29,17%) yang skornya masuk kategori tinggi, 13 siswa (54,17%) masuk dalam kategori sedang, dan 4 siswa (16,66%) yang skornya masuk dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kecenderungan skor pretest kelompok eksperimen adalah kategori sedang.
43
c.
Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol Pemberian posttest keterampilan diskusi pada kelompok kontrol dimaksudkan
untuk
melihat
pencapaian
keterampilan
diskusi
siswa
yang mengikuti
pembelajaran diskusi tanpa menggunakan teknik kepala bernomor. Dari hasil posttest keterampilan diskusi kelompok kontrol, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 31 dan skor terendah adalah 17. Skor rata-rata (mean) pada kelompok kontrol pada saat posttest adalah 24,83, mode 27, median 25,50, dan simpangan baku 3,497. Hasil tersebut diperoleh dari distribusi skor posttest kelompok kontrol berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 16.0. Distribusi frekuensi skor posttest keterampilan diskusi kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13: Distribusi Frekuensi Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol No.
Interval
Frekuensi
1. 2. 3. 4. 5.
29-31 26-28 23-25 20-22 17-19
3 9 6 4 2
Frekuensi (%) 12,50 37,50 25 16,67 8,33
Frekuensi Kumulatif 24 21 12 6 2
Frekuensi Kumulatif (%) 100 87,50 50 25 8,33
Data skor pada Tabel 13 dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut.
44
10 8 6 4 2 0 16,5
19,5
22,5
25,5
28,5
31,5
Gambar 5: Histogram Distribusi Frekuensi Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol
Hasil pengolahan data posttest keterampilan diskusi kelompok kontrol dapat dilihat dalam Tabel 14. Tabel 14: Rangkuman Data Statistik Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol No.
Data
N
1.
Posttest kelompok kontrol
24
Skor Skor Mean Tertinggi Terendah 31
17
Md
24,83 25,50
Mo
SD
27
3,497
Kecenderungan perolehan skor posttest keterampilan diskusi kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 15 berikut. Tabel 15: Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol
No.
Kategori
Interval
Frekuensi
1. 2. 3.
Tinggi Sedang Rendah
< 26 22-26 > 22
10 9 5
Frekuensi Frekuensi (%) Kumulatif 41,67 37,50 20,83
24 14 5
Frekuensi Kumulatif (%) 100 58,33 20,83
45
Data skor pada Tabel 15 dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut.
Tinggi, 41,67%
Rendah, 20,83%
Sedang, 37,50%
Gambar 6: Diagram Roti Kecenderungan Perolehan Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol
Berdasarkan Tabel 15 dan Gambar 6 kategori kecenderungan perolehan skor posttest keterampilan diskusi kelompok kontrol dapat diketahui terdapat 10 siswa (41,67%) masuk kategori tinggi, 9 siswa (37,50%) masuk dalam kategori sedang, dan 5 siswa (20,83%) yang skornya masuk dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kecenderungan skor posttest kelompok kontrol adalah kategori tinggi. d. Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen Pemberian posttest keterampilan diskusi pada kelompok eksperimen dimaksudkan untuk melihat pencapaian keterampilan diskusi siswa yang mengikuti pembelajaran diskusi dengan menggunakan teknik kepala bernomor. Dari hasil posttest keterampilan diskusi pada kelompok eksperimen, skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 33 dan skor terendah adalah 20. Skor rata-rata (mean) kelompok eksperimen pada saat posttest adalah 27,58, mode 29, median 28, dan
46
simpangan baku 3,147. Hasil tersebut diperoleh dari distribusi skor posttest kelompok kontrol berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 16.0. Distribusi frekuensi skor posttest keterampilan diskusi kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16: Distribusi Frekuensi Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen No.
Interval
Frekuensi
1. 2. 3. 4. 5.
32-34 29-31 26-28 23-25 20-22
2 9 7 4 2
Frekuensi (%) 8,33 37,50 29,17 16,67 8,33
Frekuensi Kumulatif 24 22 13 6 2
Frekuensi Kumulatif (%) 100 91,67 54,17 25 8,33
Data skor pada Tabel 16 dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut. 10 8 6 4 2 0 19,5
22,5
25,5
28,5
31,5
34,5
Gambar 7: Histogram Distribusi Frekuensi Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen Hasil pengolahan data posttest keterampilan diskusi kelompok eksperimen dapat dilihat dalam Tabel 17.
47
Tabel 17: Rangkuman Data Statistik Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen No.
Data
N
1.
Posttest kelompok eksperimen
24
Skor Skor Mean Md Tertinggi Terendah 33
20
27,58
28
Mo
SD
29
3,147
Kecenderungan perolehan skor posttest keterampilan diskusi kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 18 berikut. Tabel 18: Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol
No.
Kategori
Interval
Frekuensi
1. 2. 3.
Tinggi Sedang Rendah
< 29 24-29 > 24
7 16 1
Frekuensi Frekuensi (%) Kumulatif 29,16 66,67 4,17
7 23 24
Frekuensi Kumulatif (%) 29,16 95,83 100
Data skor pada Tabel 18 dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut. Rendah, 4,17% Tinggi, 29,16 Sedang, 66,67%
Gambar 8: Diagram Roti Kecenderungan Perolehan Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen
48
Berdasarkan Tabel 18 dan Gambar 8 kategori kecenderungan perolehan skor posttest keterampilan diskusi kelompok eksperimen dapat diketahui terdapat 7 siswa (29,16%) masuk kategori tinggi, 19 siswa (66,67%) masuk dalam kategori sedang, dan 1 siswa (4,17%) yang skornya masuk dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kecenderungan skor posttest kelompok eksperimen adalah kategori sedang. e.
Rangkuman Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Data perbandingan skor tertinggi, skor terendah, skor rata-rata (mean), nilai
tengah (median), modus, dan simpangan baku dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen baik pretest maupun posttest keterampilan diskusi dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19: Perbandingan Data Statistik Pretest dan Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Data N Skor Tertinggi Skor Terendah Χ Mo Md SD
Pretest Kelompok Kelompok Kontrol Eksperimen 24 24 30 31 9 14 22,16 22,87 20 22 22,50 23 5,887 4,235
Posttest Kelompok Kelompok Kontrol Eksperimen 24 24 31 33 17 20 24,83 27,58 27 29 25,50 28 3,497 3,147
Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui perbandingan skor pretest dan posttest keterampilan diskusi yang dimiliki oleh kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada saat pretest keterampilan diskusi kelompok kontrol, skor tertinggi 30 dan skor terendah 9 sedangkan pada saat posttest keterampilan
49
diskusi, skor tertinggi 31 dan skor terendah 17. Pada saat pretest keterampilan diskusi kelompok eksperimen, skor tertinggi 31 dan skor terendah 14 sedangkan pada saat posttest keterampilan diskusi, skor tertinggi 33 dan terendah 20. Skor rata-rata antara skor pretest dan skor posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mengalami peningkatan. Pada saat pretest, skor rata-rata kelompok kontrol 22,16 sedangkan skor rata-rata pada saat posttest 24,83. Pada saat pretest, skor rata-rata kelompok eksperimen 22,87 sedangkan skor rata-rata posttest 27,58. Selain itu, berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui terjadi kenaikan skor rata-rata hitung sebesar 2,67 pada kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, kenaikan skor rata-rata hitung sebesar 4,71. Selisih kenaikan skor rata-rata hitung antara kedua kelompok sebesar 2,04.
2.
Uji Persyaratan Analisis Data Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan
analisi data yang terdiri dari uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varian. Hasil normalitas sebaran data dan uji homogenitas varian disajikan sebagai berikut. a.
Uji Normalitas Sebaran Data uji normalitas sebaran ini diperoleh dari pretest dan posttest
keterampilan diskusi, baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Uji normalitas sebaran data pada penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS 16.0. Syarat data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai p yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih besar dari taraf signifikansi 5% (p >
50
0,05). Rangkuman hasil uji normalitas sebaran data hasil tes keterampilan diskusi disajikan berikut ini. Tabel 20: Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Keterampilan Diskusi No. 1. 2. 3. 4.
Data
Asymp. Sig. (2 tailed) Kolmogorov-Smirnov
Pretest Kelompok Kontrol Pretest Kelompok Eksperimen Posttest Kelompok Kontrol Posttest Kelompok Eksperimen
0,186 0,200 0,181 0,200
Keterangan Asymp. Sig. (2 tailed) 0,186 > 0,05 = normal Asymp. Sig. (2 tailed) 0,200 > 0,05 = normal Asymp. Sig. (2 tailed) 0,181 > 0,05 = normal Asymp. Sig. (2 tailed) 0,200 > 0,05 = normal
Hasil perhitungan uji normalitas sebaran data diketahui nilai Asymp. Sig. (2 tailed) lebih besar dari 0,05 (taraf signifikansi 5%), maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data pretest dan posttest keterampilan diskusi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. b. Uji Homogenitas Varian Setelah dilakukan uji normalitas sebaran data, selanjutnya dilakukan uji homogenitas varian dengan bantuan komputer program SPSS 16.0. Uji homogenitas varian dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dari populasi memiliki varian yang sama atau tidak menunjukan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Syarat agar varian bersifat homogen apabila nilai signifikansi hitung lebih besar dari derajat signifikansi yang ditetapkan, yaitu 5% (0,05). Rangkuman hasil perhitungan uji homogenitas varian data pretest dan posttest keterampilan diskusi disajikan sebagai berikut.
51
Tabel 21: Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varian Data Pretest dan Posttest Keterampilan Diskusi No.
Data
Levene Statistic
db
Sig.
1.
Pretest
1,606
46
0,211
2.
Posttest
0,217
46
0,644
Keterangan Sig. 0,211 > 0,05 = homogen Sig. 0,644 > 0,05 = homogen
Hasil perhitungan uji homogenitas varian data pretest dapat diketahui skor hasil tes dari Levene Statistic sebesar 1,606 dan db 46, dan signifikansi 0,211. Oleh karena signifikansinya lebih besar dari 0,05 (5%), data pretest keterampilan diskusi dalam penelitian ini memiliki varian yang homogen atau tidak memiliki perbedaan varian. Hasil perhitungan uji homogenitas varian data posttest dapat diketahui skor hasil tes dari Levene Statistic sebesar 0,217 dan db 46, dan signifikansi 0,644. Oleh karena signifikansinya lebih besar dari 0,05 (5%), data posttest keterampilan diskusi dalam penelitian ini memiliki varian yang homogen atau tidak memiliki perbedaan varian. Hasil perhitungan uji homogenitas varian data pretest dan posttest keterampilan diskusi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11. 3.
Analisis Data Analisis data bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian, yaitu untuk
mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara kelompok yang mendapat pembelajaran diskusi dengan menggunakan teknik kepala bernomor dan kelompok yang mendapat pembelajaran tanpa teknik kepala bernomor. Selain itu, tujuan analisis data adalah untuk menguji keefektifan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2
52
Bantul. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik ujit. a.
Uji-t Sampel Bebas
1) Perhitungan Uji-t Data Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Perbandingan data statistik skor pretest keterampilan diskusi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22: Perbandingan Data Statistik Skor Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Data Skor pretest kelompok kontrol Skor pretest kelompok eksperimen
N
Mean
Median Mode
SD
24
22,16
22,50
20
5,88
24
22,87
23
22
4,23
Data skor pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen selanjutnya dihitung menggunakan teknik statistik uji-t untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keteampilan diskusi awal antara kedua kelompok tersebut. Rangkuman hasil uji-t data pretest keterampilan diskusi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23: Rangkuman Hasil Uji-t Data Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Data
t hitung
t tabel
db
p
Keterangan
Skor Pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
0,478
2,013
46
0,635
t hitung < t tabel p 0,635 > 0,05 = tidak signifikan
Berdasarkan Tabel 23 menunjukkan nilai t p 0,635. Diketahui t hitung lebih kecil dari t
tabel
hitung
0,478 dengan db 46 dan nilai
(t h = 0,478 < t t = 2,013) dan nilai p
53
(0,635) lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (5%) sehingga hasil uji-t tersebut menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan. Dengan kata lain, kedua kelompok memiliki tingkat keterampilan diskusi yang sama atau setara. 2) Perhitungan Uji-t Data Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Perbandingan data statistik skor posttest keterampilan diskusi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24: Perbandingan Data Statistik Skor Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Data Skor posttest kelompok kontrol Skor posttest kelompok eksperimen
N
Mean
Median Mode
SD
24
24,83
25,50
27
3,49
24
27,58
28
29
3,14
Data skor posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen selanjutnya dihitung menggunakan teknik statistik uji-t untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi akhir antara kedua kelompok tersebut. Rangkuman hasil uji-t data posttest keterampilan diskusi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25: Rangkuman Hasil Uji-t Data Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Data Skor Posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
t hitung
t tabel
db
p
2,863
2,013
46
0,006
Keterangan t hitung > t tabel p 0,006 < 0,05 = signifikan
54
Berdasarkan Tabel 25 menunjukkan t hitung 2,863 dengan db 46 dan nilai p 0,006. Diketahui t
hitung
lebih besar dari t
tabel
(t h = 2,863 > t t = 2,013) dan nilai p
(0,006) lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%) sehingga hasil uji-t tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan teknik kepala bernomor dan kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran tanpa teknik kepala bernomor.
b. Uji-t Sampel Berhubungan 1) Perhitungan Uji-t Data Pretest dan Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol Perbandingan data statistik skor pretest dan posttest keterampilan diskusi kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26: Perbandingan Data Statistik Skor Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol Data Skor pretest kelompok kontrol Skor posttest kelompok kontrol
N 24 24
Mean 22,16 24,83
Median Mode 22,50 20 25,50 27
SD 5,88 3,49
Selanjutnya dihitung menggunakan teknik statistik uji-t untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang siginifikan keterampilan diskusi awal dan akhir pada kelompok kontrol. Rangkuman hasil perhitungan uji-t skor pretest dan posttest keterampilan diskusi kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 27.
55
Tabel 27: Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Skor Pretest dan Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol Data Skor pretest kelompok kontrol dan posttest kelompok kontrol
t hitung
t tabel
db
p
2,393
2,069
23
0,025
Keterangan t hitung > t tabel p 0,025 < 0,05 = signifikan
Berdasarkan Tabel 27 menunjukkan t hitung 2,933 dengan db 23 dan nilai p 0,025. Diketahui t
hitung
lebih besar dari t
tabel
(t h = 2,393 > t t = 2,069) dan nilai p
(0,025) lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%) sehingga hasil uji-t tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi pada kelompok kontrol antara sebelum dan sesudah pembelajaran diskusi tanpa menggunakan teknik kepala bernomor. 2) Perhitungan Uji-t Data Pretest dan Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen Perbandingan data statistik skor pretest dan posttest keterampilan diskusi kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28: Perbandingan Data Statistik Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen Data Skor pretest kelompok eksperimen Skor posttest kelompok eksperimen
N
Mean
Median Mode
SD
24
22,87
23
22
4,23
24
27,58
28
29
3,14
Selanjutnya dihitung menggunakan teknik statistik uji-t untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi awal dan akhir pada kelompok eksperimen. Rangkuman hasil perhitungan uji-t skor pretest dan posttest keterampilan diskusi kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 29.
56
Tabel 29: Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Skor Pretest dan Posttest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen Data t hitung Pretest kelompok eksperimen dan posttest kelompok 17,723 eksperimen
t tabel
db
2,069
23
p
Keterangan t hitung > t tabel 0,000 p 0,000 < 0,05 = signifikan
Berdasarkan Tabel 29 menunjukkan t hitung 17,723 dengan db 23 dan nilai p 0,000. Diketahui t
hitung
lebih besar dari t
tabel
(t h = 17,723 > t t = 2,069) dan nilai p
(0,000) lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%) sehingga hasil uji-t tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi pada kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah pembelajaran diskusi dengan menggunakan teknik kepala bernomor. 4.
Hasil Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan penghitungan data menggunakan statistik uji-t kemudian
dilakukan pengujian hipotesis. Hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut. a.
Hasil Pengujian Hipotesis Pertama Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan yang
signifikan keterampilan diskusi antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik kepala bernomor dan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor”. Hipotesis tersebut adalah hipotesis alternatif (H a ) sehingga diperlukan hipotesis nol (H 0 ). Hipotesis nol (H 0 ) dalam penelitian ini adalah “tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik kepala
57
bernomor dan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor”. Perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik kepala bernomor dan kelompok yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor diketahui dengan mencari perbedaan antara skor posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perhitungan data perbedaan skor posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30: Perhitungan Data Perbedaan Skor Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Data Skor posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
t hitung
t tabel
db
p
2,863
2,069
23
0,006
Keterangan t hitung > t tabel p 0,006 < 0,05 = signifikan
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan hasil uji hipotesis sebagai berikut. H0
: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara
siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik kepala bernomor dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor, ditolak. Ha
: Terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara siswa
yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik kepala bernomor dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor, diterima.
58
b. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah “teknik kepala bernomor efektif digunakan dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul”. Hipotesis tersebut adalah hipotesis alternatif (H a ). Hipotesis nol (H 0 ) dalam penelitian ini adalah “teknik kepala bernomor tidak efektif digunakan dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul”. Keefektifan penggunaan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi diketahui dengan mencari perbedaan antara skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen. Perhitungan data menggunakan teknik statistik uji-t sampel berhubungan. Perhitungan data perbedaan skor pretest dan posttest kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31: Perhitungan Data Perbedaan Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen Data Skor pretest dan posttest kelompok eksperimen
t hitung
t tabel
db
p
17,723
2,069
23
0,000
Keterangan t hitung > t tabel p 0,000 < 0,05 = signifikan
Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sama-sama mengalami kenaikan pada skor rata-rata (mean). Oleh karena itu, dilakukan perhitungan gain score dengan membandingkan kenaikan skor rata-rata (mean) pada kedua kelompok tersebut. Hasil perhitungan gain score dapat dilihat pada Tabel 32.
59
Tabel 32: Hasil Perhitungan Gain Score Data Pretest kelompok kontrol Posttest kelompok kontrol Pretest kelompok eksperimen Posttest kelompok eksperimen
Mean
Peningkatan Skor Rata-rata (Mean)
22,16 24,83 22,87 27,58
24,83 – 22,16 = 2,67 27,58 - 22,87 = 4,71
Skor rata-rata antara skor pretest dan skor posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mengalami peningkatan. Pada saat pretest, skor rata-rata kelompok kontrol 22,16 sedangkan skor rata-rata pada saat posttest 24,83. Pada saat pretest, skor rata-rata kelompok eksperimen 22,87 sedangkan skor rata-rata posttest 27,58. Selain itu, berdasarkan Tabel 33 dapat diketahui terjadi kenaikan skor rata-rata hitung sebesar 2,67 pada kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, kenaikan skor rata-rata hitung sebesar 4,71. Selisih kenaikan skor rata-rata hitung antara kedua kelompok sebesar 2,04. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa peningkatan skor rata-rata (mean) pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, sehingga dapat diketahui hasil pengujian hipotesis kedua sebagai berikut. H0
: Teknik kepala bernomor tidak efektif digunakan dalam pembelajaran
diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul, ditolak. Ha
: Teknik kepala bernomor efektif digunakan dalam pembelajaran diskusi
pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul, diterima.
60
B. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP 2 Bantul. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII dengan jumlah 144 siswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 48 siswa yang diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Hasil dari teknik pengambilan sampel tersebut kemudian diperoleh kelas VIII E sebagai kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak menggunakan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi dan kelas VIII F sebagai kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang menggunakan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan teknik kepala bernomor dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa teknik kepala bernomor. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menguji keefektifan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah teknik kepala bernomor dan variabel terikat adalah keterampilan diskusi siswa kelas VIII SMP 2 Bantul. 1.
Deskripsi Kondisi Awal Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Kondisi awal keterampilan diskusi kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen diketahui melalui hasil pretest dari kedua kelompok tersebut. Pretest diberikan kepada kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan dan kepada kelompok kontrol sebelum diberikan pembelajaran. Pretest yang diberikan kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sama, yaitu tes keterampilan
61
diskusi. Saat diberikan pretest pada kedua kelompok, kemudian data diambil dengan menggunakan instrumen penilaian yang berupa pedoman penilaian diskusi. Pedoman penilaian diskusi dalam penelitian ini mencakup sembilan aspek, yaitu (1) penyampaian pendapat, (2) menanggapi pendapat, (3) mempertahankan pendapat, (4) kelancaran, (5) ketepatan kata dan kalimat, (6) kenyaringan, (7) kerja sama, (8) keaktifan, dan (9) gaya. Berdasarkan hasil pengumpulan data tersebut diperoleh skor pretest keterampilan diskusi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil pretest kelompok kontrol menunjukkan skor tertinggi 30, skor terendah 9, ratarata (mean) sebesar 22,16, mode 20, dan median 23. Hasil pretest kelompok kontrol menunjukkan skor tertinggi 31, skor terendah 14, skor rata-rata (mean) sebesar 22,16, mode 20, median 22,50, dan simpangan baku 5,887. Hasil pretest kelompok eksperimen menunjukkan skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 31 dan skor terendah adalah 14, skor rata-rata (mean) sebesar 22,87, mode 22, median 23, dan simpangan baku 4,235. Perolehan hasil data di atas kemudian dilanjutkan dengan analisis data menggunakan uji-t sampel bebas. Analisis data tersebut dilakukan untuk membandingkan skor pretest kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Analisis data tersebut bertujuan untuk mengetahui keterampilan awal diskusi dari kedua kelompok tersebut. Berdasarkan analisis menggunakan uji-t diperoleh diperoleh t hitung sebesar 0,478 dengan db 46 dan nilai p sebesar 0,635. Nilai p lebih besar dari taraf signifikansi 5% (0,635 > 0,05). Hasil uji-t pretest menunjukkan bahwa tidak
62
terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok memiliki tingkat keterampilan diskusi awal yang sama. 2.
Perbedaan Keterampilan Diskusi Antara Kelompok yang Mengikuti Pembelajaran dengan Menggunakan Teknik Kepala Bernomor dan Kelompok yang Mengikuti Pembelajaran tanpa Menggunakan Teknik Kepala Bernomor Hasil pretest keterampilan diskusi kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol menunjukkan tidak ada perbedaan keterampilan diskusi yang signifikan antara kedua kelompok tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki keterampilan diskusi yang sama. Setelah kedua kelompok dianggap sama, kemudian kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan teknik kepala bernomor dan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan dengan teknik kepala bernomor. Bagian ini menjelaskan perbedaan keterampilan diskusi antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik kepala bernomor dan kelompok yang mengikuti pembelajaran tanpa teknik kepala bernomor. Pada saat diberikan pembelajaran diskusi, kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan dan kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan menggunakan teknik kepala bernomor. Pembelajaran kelompok kontrol di awali dengan membagi siswa menjadi enam kelompok, setiap kelompok terdiri atas empat siswa. Kemudian guru memberikan bacaan kepada siswa untuk sebagai bahan untuk diskusi. Siswa mencari permasalahan yang terdapat di dalam bacaan, dan setiap kelompok ditugaskan untuk berdiskusi sesuai dengan permasalahan yang terdapat dalam
63
bacaan tersebut. Setelah selesai berdiskusi, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain menanggapi. Pada bagian akhir pembelajaran, guru menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Perlakuan pada kelompok eksperimen menerapkan teknik kepala bernomor. Penerapan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi yaitu pertama siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil dan setiap anggota kelompok diberi nomor, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan bacaan yang telah diberikan. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru, siswa berdiskusi untuk memecahkan permasalahan. Setelah berdiskusi, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan guru memanggil salah satu nomor untuk mengemukakan pendapatnya. Hal tersebut dilakukan hingga semua siswa mendapat giliran mengemukakan pendapat. Penggunaan teknik kepala bernomor diharapkan mampu merangsang siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan berdiskusi dan melatih rasa percaya diri dalam menyampaikan pendapat. Hal tersebut terlihat dari skor rata-rata posttest kelompok eksperimen yang lebih meningkat dibandingkan skor rata-rata posttest kelompok kontrol. Perbedaan peningkatan skor pada kedua kelompok tersebut menunjukkan adanya perbedaan skor dalam penilaian yang mencakup sembilan aspek. Berikut ini pembahasan dari masing-masing aspek tersebut. a.
Penyampaian pendapat Aspek penyampaian pendapat menilai tingkat kemampuan siswa dalam
menyampaian pendapat, apakah pendapat yang dikemukakan rasional, tepat, dan disertai alasan atau tidak. Kelompok eksperimen rata-rata mendapatkan skor 4 dan
64
3 dalam aspek ini, sedangkan pada kelompok kontrol masih terdapat siswa yang mendapatkan skor 2. Pada saat perlakuan kelompok eksperimen, setiap siswa diharuskan untuk berani mengemukakan pendapatnya di depan forum kelas. Hal tersebut tentunya melatih siswa untuk lebih berani mengemukakan pendapatnya. Berbeda dengan kelompok kontrol yang penyampaian pendapatnya tidak merata kepada seluruh anggota kelas. b.
Menanggapi pendapat orang lain Aspek menanggapi pendapat orang lain menilai kemampuan siswa dalam
menanggapi pendapat orang lain yang berupa persetujuan atau sanggahan yang disertai alasan yang tepat atau tidak. Kelompok eksperimen rata-rata mendapatkan skor 3 sedangkan kelompok kontrol rata-rata mendapatkan skor 2 dan masih terdapat siswa yang mendapatkan skor 1. Perbedaan tersebut terjadi karena pada saat perlakuan kelompok eksperimen, setiap siswa diharuskan memberikan pendapatnya berupa persetujuan atau sanggahan terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi. Selama empat kali perlakuan, siswa kelompok eksperimen mulai terbiasa dan lebih berperan aktif dalam kegiatan diskusi. c.
Kemampuan mempertahankan pendapat Aspek kemampuan mempertahankan pendapat menilai kemampuan siswa
dalam mempertahankan pendapatnya dengan memberikan alasan yang rasional dan mampu meyakinkan orang lain atau tidak. Siswa kelompok eksperimen dalam aspek ini rata-rata mendapatkan skor 3, sedangkan siswa kelompok kontrol ratarata mendapatkan skor 2 dan masih terdapat siswa yang mendapat skor 1. Siswa kelompok eksperimen rata-rata sudah bisa mempertahankan pendapatnya, akan
65
tetapi alasan yang dikemukakan kurang meyakinkan orang lain. Siswa kelompok kontrol rata-rata masih kurang mampu mempertahankan pendapatnya. d.
Kelancaran berbicara Aspek kelancaran berbicara menilai tingkat kelancaran siswa dalam
berbicara, apakah masih tersendat atau sudah lancar. Siswa kelompok eksperimen dalam aspek ini rata-rata mendapatkan skor 3 dan terdapat 3 siswa yang mendapat skor 4, sedangkan rata-rata kelompok kontrol mendapat skor 3. Perbedaan tersebut terjadi karena siswa kelompok eksperimen terbiasa menyampaikan pendapatnya di depan forum kelas. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa yang berpengaruh pada kelancaran siswa dalam berbicara. e.
Ketepatan kata dan kalimat Aspek ketepatan kata dan kalimat menillai pilihan kata dan kalimat yang
digunakan siswa saat penyampaian pendapat sudah sesuai atau belum. Siswa kelompok eksprimen rata-rata mendapatkan skor 3 dan terdapat 3 siswa yang mendapat skor 4, sedangkan siswa kelompok kontrol rata-rata mendapatkan skor 3 dan tidak ada siswa yang mendapat nilai 4. Hal tersebut karena pada kelompok kontrol masih terdapat siswa yang mengemukakan pendapatnya dengan menggunakan bahasa daerah. f.
Kenyaringan suara Aspek kenyaringan suara menilai tingkat kenyaringan suara siswa apakah
suaranya sudah terdengar atau masih kurang terdengar pada saat kegiatan diskusi. Rata-rata skor aspek ini untuk kedua kelas sudah baik, yaitu rata-rata mendapatkan skor 3.
66
g.
Sikap kerja sama Aspek sikap kerja sama menilai seberapa tingkat sikap kerja sama siswa di
dalam kelompok, apakah siswa mampu bekerja sama atau menyepelekan dalam penyelesaikan tugas. Rata-rata skor pada aspek ini untuk kedua kelas sudah baik, yaitu rata-rata mendapatkan skor 3 dan 4. Akan tetapi pada kelompok kontrol masih terdapat siswa yang mendapatkan skor 2. h.
Keaktifan Aspek keaktifan menilai seberapa tingkat keaktifan siswa dalam memberikan
kontribusi di kelompoknya. Rata-rata skor siswa kelompok eksperimen pada aspek ini sudah mendapatkan skor 3 dan 4. Hanya ada satu siswa yang mendapat skor 2. Pada kelompok kontrol, rata-rata siswa mendapatkan skor 3 dan masih banyak siswa yang mendapatkan skor 2. Hal tersebut karena hanya beberapa siswa saja yang berperan aktif di dalam kegiatan diskusi. i.
Gaya Aspek gaya menilai sikap siswa pada saat kegiatan diskusi, apakah sikapnya
tenang, pendangan mata tertuju pada lawan bicara, atau masih gugup. Rata-rata siswa kelompok eksperimen mendapatkan skor 3, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan skor 2. Berdasarkan pembahasan pada masing-masing aspek di atas, terlihat secara jelas skor posttest kelompok eksperimen lebih baik daripada skor posttest kelompok kontrol. Hasil posttest kelompok kontrol menunjukkan skor tertinggi 31, skor terendah 17, rata-rata (mean) sebesar 24,83, mode 27, dan median 25,50. Hasil posttest kelompok eksperimen menunjukkan skor tertinggi 33, skor terendah
67
20, rata-rata (mean) sebesar 27,58, mode 29, dan median 28. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara skor posttest kelompok eksperimen dengan skor posttest kelompok kontrol. Hasil perhitungan posttest dengan menggunakan uji-t diperoleh t hitung 2,863 dengan db 46 dan nilai p 0,006. Diketahui t
hitung
lebih besar dari t
tabel
(t h = 2,863
> t t = 2,013) dan nilai p (0,006) lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%) sehingga hasil uji-t tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan teknik kepala bernomor dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa teknik. 3.
Keefektifan Teknik Kepala Bernomor dalam Pembelajaran Diskusi Keefektifan penggunaan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran diskusi
pada penelitian ini diketahui berdasarkan perhitungan uji-t sampel berhubungan antara skor pretest dan posttest kelompok eksperimen. Perhitungan data skor pretest dan posttest kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33: Perhitungan Data Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen Data Skor pretest dan posttest kelompok eksperimen
t hitung
t tabel
db
p
17,723
2,069
23
0,000
Keterangan t hitung > t tabel p 0,000 < 0,05 = signifikan
Dari perhitungan pada Tabel 33 diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabel dan nilai p lebih kecil dari derajat signifikansi. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran diskusi menggunakan teknik kepala bernomor
68
pada kelompok eksperimen terbukti efektif. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tujuan penelitian ini tercapai. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Pranita Yuniaturrosidah dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berdiskusi dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Terstruktur Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 4 Depok, Sleman”. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu model pembelajaran ini dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Depok, Sleman. Peningkatan keterampilan diskusi siswa tampak pada kualitas proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh keaktifan dan antusias siswa ketika melakukan diskusi sehingga dapat menciptakan suasana diskusi yang aktif. Peningkatan dapat dilihat dari peningkatan skor dari hasil sebelum pelaksanaan tindakan sebesar 11,44 dan setelah tindakan pada siklus III menjadi 34,5. Kenaikan rata-rata mulai dari pratindakan hingga siklus III sebesar 22,89. Penggunaan teknik kepala bernomor merupakan alternatif bagi guru untuk melatih siswa untuk berani berbicara dan pembelajaran menjadi lebih aktif serta memberikan motivasi siswa untuk berbicara menyampaikan pendapat melalui nomor yang dipanggil, sehingga siswa secara maksimal aktif dalam pembelajaran diskusi. Selain itu, siswa dapat menyampaikan pendapatnya secara merata dan tidak ada lagi siswa yang mendominasi peembicaraan.
69
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dialami selama proses penelitian. Penelitian ini terbatas pada waktu penelitian yang kurang teratur. Hal tersebut dikarenakan bersamaan dengan waktu ujian nasional kelas IX dan banyaknya tanggal merah pada jadwal pembelajaran bahasa Indonesia di kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen sehingga waktu penelitian disesuaikan dengan waktu yang disarankan oleh guru.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, didapat beberapa kesimpulan. Kesimpulan pada penelitian ini sebagai berikut. 1.
Terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi antara siswa yang mengikuti pembelajaran diskusi dengan menggunakan teknik kepala bernomor dan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan teknik kepala bernomor pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji-t skor posttest keterampilan diskusi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel (t h = 2,863 > t t = 2,013) dan nilai p (0,006) lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%) dengan db 46. Hasil uji-t tersebut menunjukkan terdapat perbedaan keterampilan diskusi yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
2.
Teknik kepala bernomor terbukti efektif digunakan dalam pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII SMP 2 Bantul. Hal ini dapat diketahui dengan perhitungan uji-t data pretest dan posttest keterampilan diskusi kelompok eksperimen. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa t hitung lebih besar dari t tabel (t h = 17,723 > t t = 2,069) dan nilai p (0,000) lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (5%) sehingga hasil uji-t tersebut menunjukkan terdapat
70
71
perbedaan yang signifikan keterampilan diskusi pada kelompok eksperimen antara sebelum dan sesudah pembelajaran diskusi dengan menggunakan teknik kepala bernomor. Selanjutnya, peningkatan skor rata-rata posttest kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Peningkatan skor rata-rata posttest kelompok eksperimen yaitu 4,71 sedangkan kelompok kontrol yaitu 2,67. Maka, dapat disimpulkan bahwa teknik kepala bernomor efektif digunakan dalam pembelajaran diskusi.
B. Implikasi Penelitian ini secara teoretis dapat membuktikan bahwa teknik kepala bernomor efektif diterapkan dalam pembelajaran diskusi. Secara praktis, pembelajaran diskusi di kelas perlu menerapkan teknik kepala bernomor. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan adanya peningkatan skor yang lebih besar pada mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik kepala bernomor. Guru dapat menggunakan teknik kepala bernomor sebagai salah satu alternatif dalam memilih teknik pembelajaran untuk pembelajaran diskusi.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, dapat disajikan beberapa saran sebagai berikut. 1.
Teknik kepala bernomor dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam pembelajaran diskusi, sehingga dapat membantu siswa untuk
72
berperan aktif di dalam pembelajaran diskusi. Dengan demikian, diharapkan teknik kepala bernomor dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. 2.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap pembelajaran diskusi dengan teknik kepala bernomor pada objek yang lebih luas.
73
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penilaian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Bormann, Ernest G. dan Nancy C Bormann. 1991. Retorika Suatu Pendekatan Terpadu (Edisi Keempat). Terj. Paulus Sulasdi. Jakarta: Erlangga. Dipodjojo, Asdi S. 1984. Komunikasi Lisan. Yogyakarta: Lukman. Engkoswara dan Moch. Entang. 1982. Pembaharuan dalam Metode Pengajaran. Jakarta: Depdikbud. Ginnis, Paul. 2008. Trik dan Taktik Mengajar: Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas. Jakarta: Indeks. Haryadi. 1997. Berbicara (Suatu Pengantar). Diktat Perkuliahan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Mardalis. 1989. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Nurchabibah. 2011. Keefektifan Metode Debat Aktif dalam Pembelajaran Diskusi pada Siswa Kelas X SMA N 1 Kutowinangun. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY. Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi (Edisi Pertama). Yogyakarta: BPFE. Parera, Jos Daniel. 1984. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga. Solihatin, Etin dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Stemerding, A. H. S. 1973. Teknik Rapat dan Diskusi Kelompok. Jakarta: Balai Pustaka. Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: Refika Aditama.
74
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Yuniaturrisidah, Pranita. 2010. Peningkatan Keterampilan Berdiskusi dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Terstruktur Siswa Kelas VII C SMP Negeri 4 Depok, Sleman, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY.
SILABUS PEMBELAJARAN
Cara menyampaikan pendapat dalam diskusi dan implementasinya
10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan
- Mengamati model diskusi, kemudian membahas mekanisme berdiskusi - Mendiskusikan etika menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi melalui pengamatan model - Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan
Kegiatan Pembelajaran
Observasi
Teknik Penilaian Tes tulis
Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Instrumen Uraian - Tulislah beberapa mekanisme diskusi berdasarkan model diskusi! Lembar Observasi Observasi - Penyampaian diskusi sesuai mekanisme diskusi: Sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai - Ketepatan pengganaan kalimat sanggahan: sangat tepat, tepat, kurang tepat, tidak tepat, dst. 4. Tanggung jawab ( responsibility ) 5. Berani ( courage )
- Mampu menentukan mekanisme diskusi - Mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif
Indikator Pencapaian Kompetensi
Karakter siswa yang diharapkan: 1. Dapat dipercaya ( trustworthines) 2. Rasa hormat dan perhatian ( respect ) 3. Tekun ( diligence )
Materi Pembelajaran
: SMP 2 Bantul : Bahasa Indonesia : VIII/ II : Berbicara 10. Mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler
Kompetensi Dasar
Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Standar Kompetensi
Lampiran 1: Silabus Pembelajaran
4 x 40’
Alokasi Waktu
Lingkungan narasumber, media cetak ataupun elektronik, model, buku teks, buku referensi
Sumber Belajar
76
Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran a.
Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: SMP 2 Bantul
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
: VIII/ II
Jumlah Pertemuan
: 1 x pertemuan
A. Standar Kompetensi 10. Berbicara mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler. B. Kompetensi Dasar 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. C. Indikator 1. Menentukan mekanisme diskusi. 2. Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menentukan mekanisme diskusi dengan benar. 2. Siswa mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif. E. Materi Pembelajaran F. Alokasi Waktu 2 x 40 menit G. Metode Pembelajaran 1. Metode penugasan
77
H. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru menyampaikan apersepsi. b. Guru memotivasi siswa untuk belajar. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa menguasai materi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Inti (60 menit) a. Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri atas 4 orang. b. Guru memberikan artikel sebagai bahan diskusi dengan judul “Pengaruh Teknologi Smartphone Terhadap Remaja”. c. Siswa mendiskusikan permasalahan yang terdapat dalam artikel dengan kelompoknya. d. Siswa mencatat hasil diskusi pada lembar kerja. e. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. f. Siswa lain menyampaikan pendapat, sanggahan, persetujuan, maupun saran sesuai dengan tema diskusi. 3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru dan siswa melakukan refleksi tentang materi yang telah diajarkan. b. Guru memberikan penguatan materi yang baru diajarkan. I.
Penilaian a. Teknik
: tes lisan
b. Bentuk Instrumen
: tes keterampilan berdiskusi
c. Instrumen
:
Berdiskusilah sesuai dengan permasalahan yang terdapat pada artikel yang berjudul “Pengaruh Teknologi Smartphone Terhadap Remaja”! Pedoman penilaian No. 1. 2.
Aspek Penyampaian pendapat Menanggapi pendapat orang lain
4
Skala Skor 3 2 1
Jumlah
78
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kemampuan mempertahankan pendapat Kelancaran berbicara Ketepatan kata dan kalimat Kenyaringan suara Sikap kerja sama Keaktifan Nilai Akhir = Skor yang diperoleh
x 100
Skor maksimal (36)
J.
Sumber Belajar 1. Prastowo, Angga. 2012. Pengaruh Teknologi Ber-Smartphone Terhadap Remaja. http://news.liputan6.com. Diunduh pada tanggal 23 Maret 2014.
Mengetahui, Peneliti
Dra. Umi Kulsum
Sakinta Diska Selwasari NIM 10201241051
79
b. Perlakuan Kelompok Eksperimen RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: SMP 2 Bantul
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
: VIII/ II
Jumlah Pertemuan
: 1 x pertemuan
A. Standar Kompetensi 10. Berbicara mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler. B. Kompetensi Dasar 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. C. Indikator 1. Menentukan mekanisme diskusi. 2. Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menentukan mekanisme diskusi dengan benar. 2. Siswa mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif. E. Materi Pembelajaran 1.
Pengertian Diskusi Diskusi adalah suatu bentuk kegiatan bertukar pikiran secara teratur dan
terarah, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok, dan mempunyai tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.
80
2.
Tujuan Diskusi a. Menampung pendapat, pandangan, atau saran. b. Mencari pemecahan masalah. c. Diskusi menjadi tempat konsultasi untuk menambah pengetahuan, mendapat informasi, meluaskan pengalaman dan membuka pandangan
3.
Manfaat Diskusi a. Pelaksanaan sikap demokrasi. b. Menumbuhkan sikap toleransi. c. Pengembangan latihan berpikir d. Menambahan pengetahuan dan pengalaman. e. Melatih berpikir kreatif.
4.
Bentuk Diskusi a. Diskusi
yang
terbatas,
seperti
konferensi,
komisi,
wawancara,
brainstorming. b. Diskusi yang terbuka/umum, seperti debat, forum, seminar, panel, simposium, ceramah, kelompok, mimbar (wawancara tv dan radio). 5.
Tugas Pemimpin dan Partisipan a.
Tugas Pemimpin Diskusi dipimpin oleh moderator atau pimpinan diskusi. Suksesnya sebuah diskusi sangat bergantung kepada kepemimpinan moderator atau pimpinan diskusi. Tugas pemimpin diskusi, antara lain. 1) Membuat persiapan untuk diskusi. 2) Membuka diskusi secara resmi. 3) Mengumumkan judul atau masalah dan mengemukakan tujuan diskusi. 4) Menjaga keteraturan susunan diskusi. 5) Memberikan
kesempatan
kepada
setiap
orang
yang
ingin
mengemukakan gagasan. 6) Menjaga diskusi agar tetap bergerak maju. 7) Menyimpulkan dan merumuskan setiap pembicaraan, serta membuat beberapa kesimpulan persepakatan dan persetujuan bersama.
81
8) Menutup diskusi. b.
Tugas Partisipan 1) Turut mengambil bagian dalam diskusi. 2) Menguasai masalah yang didiskusikan. 3) Mendengarkan setiap pembicara dengan penuh perhatian. 4) Menunjukkan solidaritas dan partisipasi yang tinggi. 5) Membuat beberapa usul dan saran. 6) Memberikan pendapat dan informasi. 7) Mengajukan keberatan terhadap pendapat orang lain dengan mengemukakan argumentasi yang lebih meyakinkan. 8) Ikut membantu menyimpulkan diskusi.
6.
Alur Pembicaraan dalam Diskusi Kelompok a.
Pembukaan
b.
Penentuan sekretaris/notulis
c.
Penyampaian permasalahan
d.
Mengemukakan pendapat
e.
Pembahasan atas berbagai pendapat
f.
Kesimpulan
g.
Penutup
F. Alokasi Waktu 2 x 40 menit G. Metode Pembelajaran 1. Teknik kepala bernomor 2. Tanya jawab H. Langkah-langkah Pembelajaran Perlakuan 1 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru menyampaikan apersepsi. b. Guru memotivasi siswa untuk belajar. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa menguasai materi yang akan dipelajari.
82
2. Kegiatan Inti (60 menit) a. Eksplorasi 1) Guru melibatkan siswa untuk mencari dan memahami tentang diskusi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. 2) Guru menggali pengalaman siswa yang berkaitan dengan diskusi. 3) Guru memberikan materi tentang diskusi. 4) Guru menjelaskan teknik kepala bernomor yang akan digunakan dalam pembelajaran diskusi. b. Elaborasi 1) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang dan setiap anggota diberi nomor 1 sampai 4. 2) Setiap kelompok menunjuk salah satu siswa untuk menjadi moderator. 3) Guru memberikan bacaan kepada tiap kelompok dengan topik dan isi bacaan yang sama. 4) Siswa membaca bacaan yang diberikan guru. 5) Guru dan siswa bertanya jawab terkait masalah yang terdapat di dalam bacaan. 6) Setelah
selesai
tanya
jawab,
guru
mengajukan
beberapa
pertanyaan terkait dengan isi bacaan. 7) Siswa secara berkelompok melakukan diskusi untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru. 8) Setelah
selesai
berdiskusi,
salah
satu
kelompok
maju
mempresentasikan hasil diskusi atas pertanyaan nomor satu. 9) guru memanggil salah satu nomor kepala secara acak untuk memberikan pendapatnya. 10) Siswa yang nomornya sesuai mengemukakan pendapatnya menanggapi hasil diskusi kelompok yang presentasi. 11) Secara bergantian kelompok yang lain maju mempresentasikan jawaban dan dilakukan kegiatan sama dengan di atas hingga seluruh pertanyaan terjawab dan semua nomor terpanggil.
83
c. Konfirmasi 1) Guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. 2) Guru memberikan apresiasi terhadap keberhasilan siswa. 3) Guru memotivasi peserta didik yang belum/kurang berpartisipasi aktif 3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru dan siswa melakukan refleksi tentang materi yang telah diajarkan. b. Guru memberikan penguatan materi yang baru diajarkan. Perlakuan 2 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru menyampaikan apersepsi. b. Guru memotivasi siswa untuk belajar. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa menguasai materi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Inti (60 menit) a. Eksplorasi 1) Guru menjelaskan teknik kepala bernomor yang akan digunakan dalam pembelajaran diskusi. b. Elaborasi 1) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang dan setiap anggota diberi nomor 1 sampai 4. 2) Setiap kelompok menunjuk salah satu siswa untuk menjadi moderator. 3) Guru memberikan bacaan kepada tiap kelompok dengan topik dan isi bacaan yang sama. 4) Siswa membaca bacaan yang diberikan guru. 5) Guru dan siswa bertanya jawab terkait masalah yang terdapat di dalam bacaan.
84
6) Setelah
selesai
tanya
jawab,
guru
mengajukan
beberapa
pertanyaan terkait dengan isi bacaan. 7) Siswa secara berkelompok melakukan diskusi untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru. 8) Setelah
selesai
berdiskusi,
salah
satu
kelompok
maju
mempresentasikan hasil diskusi atas pertanyaan nomor satu. 9) guru memanggil salah satu nomor kepala secara acak untuk memberikan pendapatnya. 10) Siswa yang nomornya sesuai mengemukakan pendapatnya menanggapi hasil diskusi kelompok yang presentasi. 11) Secara bergantian kelompok yang lain maju mempresentasikan jawaban dan dilakukan kegiatan sama dengan di atas hingga seluruh pertanyaan terjawab dan semua nomor terpanggil. c. Konfirmasi 1) Guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. 2) Guru memberikan apresiasi terhadap keberhasilan siswa. 3) Guru memotivasi peserta didik yang belum/kurang berpartisipasi aktif 3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru dan siswa melakukan refleksi tentang materi yang telah diajarkan. b. Guru memberikan penguatan materi yang baru diajarkan. Perlakuan 3 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru menyampaikan apersepsi. b. Guru memotivasi siswa untuk belajar. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa menguasai materi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Inti (60 menit) a. Eksplorasi
85
1) Guru menjelaskan teknik kepala bernomor yang akan digunakan dalam pembelajaran diskusi. b. Elaborasi 1) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang dan setiap anggota diberi nomor 1 sampai 4. 2) Setiap kelompok menunjuk salah satu siswa untuk menjadi moderator. 3) Guru memberikan bacaan kepada tiap kelompok dengan topik dan isi bacaan yang sama. 4) Siswa membaca bacaan yang diberikan guru. 5) Guru dan siswa bertanya jawab terkait masalah yang terdapat di dalam bacaan. 6) Setelah
selesai
tanya
jawab,
guru
mengajukan
beberapa
pertanyaan terkait dengan isi bacaan. 7) Siswa secara berkelompok melakukan diskusi untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru. 8) Setelah
selesai
berdiskusi,
salah
satu
kelompok
maju
mempresentasikan hasil diskusi atas pertanyaan nomor satu. 9) guru memanggil salah satu nomor kepala secara acak untuk memberikan pendapatnya. 10) Siswa yang nomornya sesuai mengemukakan pendapatnya menanggapi hasil diskusi kelompok yang presentasi. 11) Secara bergantian kelompok yang lain maju mempresentasikan jawaban dan dilakukan kegiatan sama dengan di atas hingga seluruh pertanyaan terjawab dan semua nomor terpanggil. c. Konfirmasi 1) Guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. 2) Guru memberikan apresiasi terhadap keberhasilan siswa. 3) Guru memotivasi peserta didik yang belum/kurang berpartisipasi aktif
86
3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru dan siswa melakukan refleksi tentang materi yang telah diajarkan. b. Guru memberikan penguatan materi yang baru diajarkan. Perlakuan 4 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru menyampaikan apersepsi. b. Guru memotivasi siswa untuk belajar. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa menguasai materi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Inti (60 menit) a. Eksplorasi 1) Guru menjelaskan teknik kepala bernomor yang akan digunakan dalam pembelajaran diskusi. b. Elaborasi 1) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang dan setiap anggota diberi nomor 1 sampai 4. 2) Setiap kelompok menunjuk salah satu siswa untuk menjadi moderator. 3) Guru memberikan bacaan kepada tiap kelompok dengan topik dan isi bacaan yang sama. 4) Siswa membaca bacaan yang diberikan guru. 5) Guru dan siswa bertanya jawab terkait masalah yang terdapat di dalam bacaan. 6) Setelah
selesai
tanya
jawab,
guru
mengajukan
beberapa
pertanyaan terkait dengan isi bacaan. 7) Siswa secara berkelompok melakukan diskusi untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru. 8) Setelah
selesai
berdiskusi,
salah
satu
kelompok
mempresentasikan hasil diskusi atas pertanyaan nomor satu.
maju
87
9) guru memanggil salah satu nomor kepala secara acak untuk memberikan pendapatnya. 10) Siswa yang nomornya sesuai mengemukakan pendapatnya menanggapi hasil diskusi kelompok yang presentasi. 11) Secara bergantian kelompok yang lain maju mempresentasikan jawaban dan dilakukan kegiatan sama dengan di atas hingga seluruh pertanyaan terjawab dan semua nomor terpanggil. c. Konfirmasi 1) Guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. 2) Guru memberikan apresiasi terhadap keberhasilan siswa. 3) Guru memotivasi peserta didik yang belum/kurang berpartisipasi aktif 3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru dan siswa melakukan refleksi tentang materi yang telah diajarkan. b. Guru memberikan penguatan materi yang baru diajarkan. I.
Penilaian a. Teknik
: tes lisan
b. Bentuk Instrumen
: unjuk kerja
c. Instrumen
:
Perlakuan 1 1. Bacalah dengan cermat dan temukan permasalah yang terdapat dalam artikel yang berjudul “Remaja dan Rokok”! 2. Lakukanlah
diskusi
secara
berkelompok
untuk
memecahkan
permasalahan berikut ini! a. Berikan tanggapan kalian tentang permasalahan yang terdapat dalam artikel tersebut! b. Apakah ada dampak positif atau negatif yang ditimbulkan dari pemakaian rokok pada remaja? c. Bagaimana seharusnya peran keluarga, sekolah, dan penerintah dalam menanggapi permasalahan tersebut?
88
d. Apa solusi yang dapat diberikan untuk mengurangi dampak negatif dari rokok? Perlakuan 2 1. Bacalah dengan cermat dan temukan permasalah yang terdapat dalam artikel yang berjudul “Peran Idola dalam Pembentukan Karakter Remaja”! 2. Lakukanlah diskusi secara berkelompok untuk memecahkan permasalahan berikut ini! a. Menurut kalian, apa penyebab kefanatikan remaja terhadap idolanya? b. Apakah ada pengaruh positif pada remaja yang ditimbulkan dari mengidolakan seorang tokoh? c. Apakah ada pengaruh negatif pada remaja yang ditimbulkan dari mengidolakan seorang tokoh? d. Menurut kalian, bagaimana cara menanggulangi kefanatikan yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi remaja? Perlakuan 3 1. Bacalah dengan cermat dan temukan permasalah yang terdapat dalam artikel yang berjudul “Jangan Biarkan Terlambat Menjadi Budaya”! 2. Lakukanlah diskusi secara berkelompok untuk memecahkan permasalahan berikut ini! a. Berikan tanggapan kalian tentang permasalahan yang terdapat dalam artikel tersebut! b. Menurut kalian, apa penyebab dari kebiasaan terlambat? c. Bagaimana
seharusnya
peran
keluarga,
sekolah,
dan
pemerintah dalam menanggapi permasalahan tersebut? d. Apa solusi yang dapat diberikan untuk menghilangkan kebiasaan terlambat?
89
Perlakuan 4 1. Bacalah dengan cermat dan temukan permasalah yang terdapat dalam artikel yang berjudul “Dinas Pendidikan Dukung Larangan Siswa Membawa Kendaraan ke Sekolah”! 2. Lakukanlah diskusi secara berkelompok untuk memecahkan permasalahan berikut ini! a. Apakah kalian setuju dengan berita tersebut? Berikan alasannya! b. Apakah ada dampak positif dari larangan siswa membawa kendaraan ke sekolah? c. Apakah ada dampak negatif dari larangan siswa membawa kendaraan ke sekolah? d. Apa solusi yang dapat diberikan terhadap permasalahan yang terdapat dalam berita tersebut?
Pedoman penilaian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Aspek
4
Skala Skor 3 2 1
Penyampaian pendapat Menanggapi pendapat orang lain Kemampuan mempertahankan pendapat Kelancaran berbicara Ketepatan kata dan kalimat Kenyaringan suara Sikap kerja sama Keaktifan Gaya Nilai Akhir = Skor yang diperoleh
x 100
Skor maksimal (36)
J.
Sumber Belajar 1. http://m.kopasiana.com/ diunduh pada tanggal 25 Maret 2014.
Jumlah
90
2. Husnamafaza. 2013. Peran Idola dalam Pembentukan Karakter Remaja. http://husnamafaza.wordpress.com. Diunduh pada tanggal 25 Maret 2014. 3. http://www.natural.web.id. Diunduh pada tanggal 23 Maret 2014. 4. www.lampost.co. Diunduh pada tanggal 25 Maret 2014.
Mengetahui, Peneliti
Sakinta Diska Selwasari NIM 10201241051
91
c.
Pembelajaran Kelas Kontrol RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: SMP 2 Bantul
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
: VIII/ II
Jumlah Pertemuan
: 1 x pertemuan
A. Standar Kompetensi 10. Berbicara mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler. B. Kompetensi Dasar 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. C. Indikator 1. Menentukan mekanisme diskusi. 2. Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menentukan mekanisme diskusi dengan benar. 2. Siswa mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif. E. Materi Pembelajaran 1.
Pengertian Diskusi Diskusi adalah suatu bentuk kegiatan bertukar pikiran secara teratur dan
terarah, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok, dan mempunyai tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.
92
2.
Tujuan Diskusi a. Menampung pendapat, pandangan, atau saran. b. Mencari pemecahan masalah. c. Diskusi menjadi tempat konsultasi untuk menambah pengetahuan, mendapat informasi, meluaskan pengalaman dan membuka pandangan
3.
Manfaat Diskusi a. Pelaksanaan sikap demokrasi. b. Menumbuhkan sikap toleransi. c. Pengembangan latihan berpikir d. Menambahan pengetahuan dan pengalaman. e. Melatih berpikir kreatif.
4.
Bentuk Diskusi a. Diskusi
yang
terbatas,
seperti
konferensi,
komisi,
wawancara,
brainstorming. b. Diskusi yang terbuka/umum, seperti debat, forum, seminar, panel, simposium, ceramah, kelompok, mimbar (wawancara tv dan radio). 5.
Tugas Pemimpin dan Partisipan a.
Tugas Pemimpin Diskusi dipimpin oleh moderator atau pimpinan diskusi. Suksesnya sebuah diskusi sangat bergantung kepada kepemimpinan moderator atau pimpinan diskusi. Tugas pemimpin diskusi, antara lain. 1) Membuat persiapan untuk diskusi. 2) Membuka diskusi secara resmi. 3) Mengumumkan judul atau masalah dan mengemukakan tujuan diskusi. 4) Menjaga keteraturan susunan diskusi. 5) Memberikan
kesempatan
kepada
setiap
orang
yang
ingin
mengemukakan gagasan. 6) Menjaga diskusi agar tetap bergerak maju. 7) Menyimpulkan dan merumuskan setiap pembicaraan, serta membuat beberapa kesimpulan persepakatan dan persetujuan bersama.
93
8) Menutup diskusi. b.
Tugas Partisipan 1) Turut mengambil bagian dalam diskusi. 2) Menguasai masalah yang didiskusikan. 3) Mendengarkan setiap pembicara dengan penuh perhatian. 4) Menunjukkan solidaritas dan partisipasi yang tinggi. 5) Membuat beberapa usul dan saran. 6) Memberikan pendapat dan informasi. 7) Mengajukan keberatan terhadap pendapat orang lain dengan mengemukakan argumentasi yang lebih meyakinkan. 8) Ikut membantu menyimpulkan diskusi.
F. Alokasi Waktu 2x40 menit 2
Metode Pembelajaran 1. Penugasan 2. Tanya jawab
3
Langkah-langkah Pembelajaran Pembelajaran 1 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru menyampaikan apersepsi. b. Guru memotivasi siswa untuk belajar. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa menguasai materi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Inti (60 menit) a. Eksplorasi 1) Guru melibatkan siswa untuk mencari dan memahami tentang diskusi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. 2) Guru menggali pengalaman siswa yang berkaitan dengan diskusi. 3) Guru memberikan materi tentang diskusi. b. Elaborasi
94
1) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang. 2) Setiap kelompok menunjuk salah satu siswa untuk menjadi moderator. 3) Guru memberikan bacaan kepada tiap kelompok dengan topik dan isi bacaan yang sama. 4) Siswa membaca bacaan yang diberikan guru. 5) Setelah selesai membaca, siswa berdiskusi bersama kelompoknya terkait permasalahan pada isi bacaan. 6) Siswa menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja. 7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, dan kelompok lain memberikan tanggapan berupa persetujuan, sanggaran, maupun saran. c. Konfirmasi 1) Guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. 2) Guru memberikan apresiasi terhadap keberhasilan siswa. 3) Guru memotivasi peserta didik yang belum/kurang berpartisipasi aktif 3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru dan siswa melakukan refleksi tentang materi yang telah diajarkan. b. Guru memberikan penguatan materi yang baru diajarkan.
Pembelajaran 2 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru menyampaikan apersepsi. b. Guru memotivasi siswa untuk belajar. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa menguasai materi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Inti (60 menit)
95
a. Eksplorasi 1) Guru melibatkan siswa untuk mencari dan memahami tentang diskusi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. 2) Guru menggali pengalaman siswa yang berkaitan dengan diskusi. 3) Guru memberikan materi tentang diskusi. b. Elaborasi 1) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang. 2) Setiap kelompok menunjuk salah satu siswa untuk menjadi moderator. 3) Guru memberikan bacaan kepada tiap kelompok dengan topik dan isi bacaan yang sama. 4) Siswa membaca bacaan yang diberikan guru. 5) Setelah selesai membaca, siswa berdiskusi bersama kelompoknya terkait permasalahan pada isi bacaan. 6) Siswa menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja. 7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, dan kelompok lain memberikan tanggapan berupa persetujuan, sanggaran, maupun saran. c. Konfirmasi 1) Guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. 2) Guru memberikan apresiasi terhadap keberhasilan siswa. 3) Guru memotivasi peserta didik yang belum/kurang berpartisipasi aktif 3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru dan siswa melakukan refleksi tentang materi yang telah diajarkan. b. Guru memberikan penguatan materi yang baru diajarkan.
96
Pembelajaran 3 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru menyampaikan apersepsi. b. Guru memotivasi siswa untuk belajar. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa menguasai materi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Inti (60 menit) a. Eksplorasi 1) Guru melibatkan siswa untuk mencari dan memahami tentang diskusi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. 2) Guru menggali pengalaman siswa yang berkaitan dengan diskusi. 3) Guru memberikan materi tentang diskusi. b. Elaborasi 1) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang. 2) Setiap kelompok menunjuk salah satu siswa untuk menjadi moderator. 3) Guru memberikan bacaan kepada tiap kelompok dengan topik dan isi bacaan yang sama. 4) Siswa membaca bacaan yang diberikan guru. 5) Setelah selesai membaca, siswa berdiskusi bersama kelompoknya terkait permasalahan pada isi bacaan. 6) Siswa menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja. 7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, dan kelompok lain memberikan tanggapan berupa persetujuan, sanggaran, maupun saran. c. Konfirmasi 1) Guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. 2) Guru memberikan apresiasi terhadap keberhasilan siswa. 3) Guru memotivasi peserta didik yang belum/kurang berpartisipasi aktif
97
3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru dan siswa melakukan refleksi tentang materi yang telah diajarkan. b. Guru memberikan penguatan materi yang baru diajarkan.
Pembelajaran 4 1. Kegiatan Awal (10 menit) a. Guru menyampaikan apersepsi. b. Guru memotivasi siswa untuk belajar. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa menguasai materi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Inti (60 menit) a. Eksplorasi 1) Guru melibatkan siswa untuk mencari dan memahami tentang diskusi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. 2) Guru menggali pengalaman siswa yang berkaitan dengan diskusi. 3) Guru memberikan materi tentang diskusi. b. Elaborasi 1) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang. 2) Setiap kelompok menunjuk salah satu siswa untuk menjadi moderator. 3) Guru memberikan bacaan kepada tiap kelompok dengan topik dan isi bacaan yang sama. 4) Siswa membaca bacaan yang diberikan guru. 5) Setelah selesai membaca, siswa berdiskusi bersama kelompoknya terkait permasalahan pada isi bacaan. 6) Siswa menuliskan hasil diskusi pada lembar kerja.
98
7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, dan kelompok lain memberikan tanggapan berupa persetujuan, sanggaran, maupun saran. c. Konfirmasi 1) Guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. 2) Guru memberikan apresiasi terhadap keberhasilan siswa. 3) Guru memotivasi peserta didik yang belum/kurang berpartisipasi aktif 3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru dan siswa melakukan refleksi tentang materi yang telah diajarkan. b. Guru memberikan penguatan materi yang baru diajarkan. I.
Penilaian a. Teknik
: tes lisan
b. Bentuk Instrumen
: unjuk kerja
c. Instrumen
:
Pembelajaran 1 Berdiskusilah sesuai dengan permasalahan yang terdapat pada artikel yang berjudul “Remaja dan Rokok”! Pembelajaran 2 Berdiskusilah sesuai dengan permasalahan yang terdapat pada artikel yang berjudul “Peran Idola dalam Pembentukan Karakter Remaja”! Pembelajaran 3 Berdiskusilah sesuai dengan permasalahan yang terdapat pada artikel yang berjudul “Jangan Biarkan Terlambat Menjadi Budaya”! Pembelajaran 4 Berdiskusilah sesuai dengan permasalahan yang terdapat pada artikel yang berjudul “ Dinas Pendidikan Dukung Larangan Siswa Membawa Kendaraan ke Sekolah”!
99
Pedoman penilaian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Aspek
4
Skala Skor 3 2 1
Jumlah
Penyampaian pendapat Menanggapi pendapat orang lain Kemampuan mempertahankan pendapat Kelancaran berbicara Ketepatan kata dan kalimat Kenyaringan suara Sikap kerja sama Keaktifan Gaya Nilai Akhir = Skor yang diperoleh
x 100
Skor maksimal (36)
J.
Sumber Belajar 1.
http://m.kopasiana.com/ diunduh pada tanggal 25 Maret 2014.
2.
Husnamafaza. 2013. Peran Idola dalam Pembentukan Karakter Remaja. http://husnamafaza.wordpress.com. Diunduh pada tanggal 25 Maret 2014.
3.
http://www.natural.web.id. Diunduh pada tanggal 23 Maret 2014.
4.
www.lampost.co. Diunduh pada tanggal 25 Maret 2014.
Mengetahui, Peneliti
Sakinta Diska Selwasari NIM 10201241051
100
d. Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah
: SMP 2 Bantul
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
: VIII/ II
Jumlah Pertemuan
: 1 x pertemuan
A. Standar Kompetensi 10. Berbicara mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler. B. Kompetensi Dasar 10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. C. Indikator 1. Menentukan mekanisme diskusi. 2. Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menentukan mekanisme diskusi dengan benar. 2. Siswa mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif. E. Materi Pembelajaran F. Alokasi Waktu 2 x 40 menit G. Metode Pembelajaran 1. Metode penugasan H. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal (10 menit)
101
a. Guru menyampaikan apersepsi. b. Guru memotivasi siswa untuk belajar. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai agar siswa menguasai materi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Inti (60 menit) a. Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri atas 4 orang. b. Guru memberikan artikel yang berjudul “Larangan Siswa Membawa HP Akan Dipertegas di Perda” sebagai bahan diskusi. c. Siswa mendiskusikan permasalahan dengan kelompoknya. d. Siswa mencatat hasil diskusi pada lembar kerja. e. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. f. Siswa lain menyampaikan pendapat, sanggahan, persetujuan, maupun saran sesuai dengan tema diskusi. 3. Kegiatan Akhir (10 menit) a. Guru dan siswa melakukan refleksi tentang materi yang telah diajarkan. b. Guru memberikan penguatan materi yang baru diajarkan. I.
Penilaian a. Teknik
: tes lisan
b. Bentuk Instrumen
: tes keterampilan berdiskusi
c. Instrumen
:
Berdiskusilah sesuai dengan permasalahan yang terdapat pada artikel yang berjudul “Larangan Siswa Membawa HP Akan Dipertegas di Perda”
Pedoman penilaian No. 1. 2. 3. 4. 5.
Aspek Penyampaian pendapat Menanggapi pendapat orang lain Kemampuan mempertahankan pendapat Kelancaran berbicara Ketepatan kata dan kalimat
Skala Skor 4 3 2 1
Jumlah
102
6. 7. 8.
Kenyaringan suara Sikap kerja sama Keaktifan Nilai Akhir = Skor yang diperoleh
x 100
Skor maksimal (36)
J.
Sumber Belajar 1. www.suaramerdeka.com. Dinduh pada tanggal 25 Maret 2014.
Mengetahui, Peneliti
Sakinta Diska Selwasari NIM 10201241051
103
Lampiran 3: Pedoman Penilaian Keterampilan Diskusi
Aspek Penyampaian pendapat
Indikator Skor Pendapat rasional, tepat, dan disertai alasan 4 Pendapat rasional tetapi kurang tepat dan disertai 3 alasan Pendapat cukup rasional dan alasan kurang tepat 2 Pendapat kurang rasional dan tidak disertai alasan 1 Menanggapi Menerima/menolak pendapat orang lain dan disertai 4 pendapat orang lain alasan yang tepat Menerima/menolak pendapat orang lain tetapi 3 alasan yang dikemukakan kurang tepat Menerima/menolak pendapat orang lain tetapi 2 alasan yang dikemukakan tidak tepat Menerima/menolak pendapat orang lain tanpa 1 disertai alas an Kemampuan Mampu mempertahankan pendapat dengan mempertahankan memberikan alasan yang rasional dan mampu 4 meyakinkan orang lain pendapat Mampu mempertahankan pendapat dengan 3 memberikan alasan yang rasional Mampu mempertahankan pendapat tetapi alasan 2 yang dipakai kurang rasional Kurang mampu mempertahankan pendapat 1 Kelancaran berbicara Berbicara sangat lancar, tidak ada hambatan 4 Berbicara lancar, sesekali berhenti untuk berpikir 3 Berbicara cukup lancar, kadang berhenti, dan 2 tersendat Berbicara kurang lancar, sering berhenti dan 1 tersendat Ketepatan kata dan Struktur kalimat tepat, pilihan kata sesuai, 4 kalimat menggunakan bahasa Indonesia Struktur kalimat cukup tepat, pilihan kata cukup sesuai, kadang bercampur dengan menggunakan 3 bahasa daerah Struktur kalimat kurang tepat, pilihan kata kurang sesuai, sering bercampur menggunakan bahasa 2 daerah. Struktur kalimat tidak tepat, pilihan kata tidak 1 sesuai, banyak menggunakan bahasa daerah Kenyaringan suara Berbicara dengan suara yang terdengar jelas 4 Berbicara dengan suara sedikit terdengar 3 Berbicara dengan suara kurang terdengar 2
104
Sikap kerja sama
Keaktifan
Gaya
Berbicara dengan suara tidak terdengar Mampu bekerja sama dengan anggota lain untuk menyelesaikan permasalahan Mampu bekerja sama dengan anggota lain tetapi terkadang menyepelekan dalam menyelesaikan permasalahan Kurang mampu berkerja sama dengan anggota lain dan sering menyepelekan dalam menyelesaikan permasalahan Tidak mampu berkerja sama dengan anggota lain dan menyepelekan dalam menyelesaikan permasalahan Berperan aktif dan memberikan kontribusi dalam diskusi Berperan cukup aktif dan sedikit memberikan kontribusi dalam diskusi Berperan kurang aktif dan kurang memberikan kontribusi dalam diskusi Berperan pasif dan tidak memberikan kontribusi dalam diskusi Berbicara dengan sikap yang tenang, pandangan mata tertuju pada lawan bicara, dan santun dalam kefiatan diskusi Berbicara dengan sikap sedikit tenang, pandangan tertuju pada lawan bicara, dan santun dalam kegiatan diskusi Berbicara dengan sikap gugup, pandangan mata terkadang tidak fokus kepada lawan bicara, kurang santun dalam kegiatan diskusi Berbicara dengan sikap gugup, pandangan mata tidak fokus kepada lawan bicara, dan tidak santun dalam kegiatan diskusi
1 4 3
2
1 4 3 2 1 4
3
2
1
105
Lampiran 4: Instrumen Soal Lampiran 4a: Instrumen Soal Pretest dan Posttest
Petunjuk: 1.
Buatlah kelompok yang terdiri dari empat orang!
2.
Tunjuklah salah seorang temanmu untuk menjadi pemimpin diskusi!
3.
Bacalah artikel yang diberikan guru dengan teliti!
4.
Berdiskusilah dengan kelompokmu berdasarkan masalah yang terdapat dalam bacaan!
5.
Presentasikan hasil diskusi kalian di depan kelas dan kelompok lain menanggapi!
Selamat berdiskusi!
106
Lampiran 4b: Instrumen Soal Perlakuan 1 Kelompok Eksperimen
SOAL 1. 2. 3. 4.
5.
10 menit
Buatlah kelompok yang terdiri dari empat orang! Tunjuklah salah seorang temanmu untuk menjadi pemimpin diskusi! Bacalah artikel yang diberikan guru dengan cermat! Diskusikan dengan kelompokmu untuk memecahkan permasalahan berikut. a. Berikan tanggapan kalian tentang permasalahan yang terdapat dalam artikel tersebut! b. Apakah ada dampak positif atau negatif yang ditimbulkan dari pemakaian rokok pada remaja? c. Bagaimana seharusnya peran keluarga, sekolah, dan pemerintah dalam menanggapi permasalahan tersebut? d. Apa solusi yang dapat diberikan untuk mengurangi dampak negatif dari rokok? Tulislah hasil diskusi kalian pada lembar kerja yang disediakan!
Selamat berdiskusi
107
Lampiran 4c: Instrumen Soal Perlakuan 2 Kelompok Eksperimen
SOAL 1. 2. 3. 4.
5.
10 menit
Buatlah kelompok yang terdiri dari empat orang! Tunjuklah salah seorang temanmu untuk menjadi pemimpin diskusi! Bacalah artikel yang diberikan guru dengan cermat! Diskusikan dengan kelompokmu untuk memecahkan permasalahan berikut. a. Menurut kalian, apa penyebab kefanatikan remaja terhadap idolanya? b. Apakah ada pengaruh positif pada remaja yang ditimbulkan dari mengidolakan seorang tokoh? c. Apakah ada pengaruh negatif pada remaja yang ditimbulkan dari mengidolakan seorang tokoh? d. Menurut kalian, bagaimana cara menanggulangi kefanatikan yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi remaja? Tulislah hasil diskusi kalian pada lembar kerja yang disediakan!
Selamat berdiskusi
108
Lampiran 4d: Instrumen Soal Perlakuan 3 Kelompok Eksperimen
SOAL 1. 2. 3. 4.
5.
10 menit
Buatlah kelompok yang terdiri dari empat orang! Tunjuklah salah seorang temanmu untuk menjadi pemimpin diskusi! Bacalah artikel yang diberikan guru dengan cermat! Diskusikan dengan kelompokmu untuk memecahkan permasalahan berikut. a. Berikan tanggapan kalian tentang permasalahan yang terdapat dalam artikel tersebut! b. Menurut kalian, apa penyebab dari kebiasaan terlambat? c. Bagaimana seharusnya peran keluarga, sekolah, dan pemerintah dalam menanggapi permasalahan tersebut? d. Apa solusi yang dapat diberikan untuk menghilangkan kebiasaan terlambat? Tulislah hasil diskusi kalian pada lembar kerja yang disediakan!
Selamat berdiskusi ^_^
109
Lampiran 4e: Instrumen Soal Perlakuan 4 Kelompok Eksperimen
SOAL 1. 2. 3. 4.
5.
10 menit
Buatlah kelompok yang terdiri dari empat orang! Tunjuklah salah seorang temanmu untuk menjadi pemimpin diskusi! Bacalah artikel yang diberikan guru dengan cermat! Diskusikan dengan kelompokmu untuk memecahkan permasalahan berikut. a. Apakah kalian setuju dengan berita tersebut? Berikan alasannya! b. Apakah ada dampak positif dari larangan siswa membawa kendaraan ke sekolah? c. Apakah ada dampak negatif dari larangan siswa membawa kendaraan ke sekolah? d. Apa solusi yang dapat diberikan terhadap permasalahan yang terdapat dalam berita tersebut? Tulislah hasil diskusi kalian pada lembar kerja yang disediakan!
Selamat berdiskusi ^_^
110
Lampiran 5: Artikel
Pengaruh Teknologi SmartPhone Terhadap Remaja
Citizen6, Yogyakarta: Teknologi dewasa ini telah meluas hingga ke berbagai macam kalangan. Tidak hanya digunakan oleh kalangan atas saja, tetapi sudah merambah ke kalangan bawah. Pengaruh besar teknologi juga terjadi pada remaja. Tidak heran jika dimana pun berada banyak remaja yang sudah menggunakan handphone (HP). Pengaruh HP bagi remaja sangat terlihat jelas, tidak hanya HP saja yang mereka gunakan tetapi sudah merambah HP ber-smartphone. Dewasa ini banyak remaja hampir semua memiliki HP smartphone atau yang sering disebut HP pintar. Penggunaan HP smartphone telah merambah luas pada anak sekolah. HP yang digunakan tidak hanya untuk berkomunikasi atau SMS saja, tetapi juga sudah meluas hingga penggunaan media sosial pada kalangan pelajar. Media sosial yang dimaksud mempunyai kemungkinan untuk memperluas jaringan pertemanan, mengunggah foto yang menarik, atau menceritakan hal-hal atau aktivitas yang sedang dilakukan. Media sosial yang dimaksud adalah penggunaan aplikasi Facebook pada kalangan remaja. Dalam aplikasi Facebook, pengguna bisa masuk ke aplikasi ini jika memasukkan email dan password. Hal ini tentunya memudahkan pengguna untuk berinteraksi dengan teman barunya dalam dunia maya. Tidak hanya aplikasi Facebook saja, dewasa ini teknologi telah membuktikan dengan menambah aplikasi Twitter, Instagram, BBM (BlackBerry Messenger), dan lain-lain. Mengetahui hal tersebut pengaruh HP smartphone memang sangat besar bagi remaja jaman sekarang. Dilihat dari fungsi edukatif, remaja yang menggunakan HP smartphone sangat kurang baik. Dari segi positifnya tentu hanya ingin menambah pertemanan, tetapi dari segi negatif hal tersebut kemungkinan bisa terjadi. Misalnya saja, berkenalan dengan teman baru yang mempunyai niat buruk terhadap orang yang akan dikenalinya atau kenalannya. Banyak pengaruh-pengaruh yang tidak baik di dunia maya jika tidak
111
bisa memanfaatkan media sosial dengan baik. Dengan demikian aplikasi-aplikasi yang ada pada teknologi smartphone banyak keuntungannya tetapi merugikan jika kita tidak pintar untuk melihat sisi positifnya.
Sumber: Prastowo, Angga. 2012.
Pengaruh Teknologi Ber-SmartPhone
Terhadap Remaja. Diunduh melalui http://news.liputan6.com pada tanggal 23 Maret 2014.
112
Remaja dan Rokok
Masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan yang bakal dilalui oleh seorang anak yang hendak menjadi remaja. Anak akan mendapatkan pengalaman baru baik di lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah. Memiliki banyak teman bagi remaja adalah sesuatu yang membahagiakan karena dengan memiliki banyak teman remaja akan banyak mendapatkan berbagai pengalaman baru dan merasa keberadaan dirinya dihargai oleh orang-orang di sekitarnya. Keberadaan teman sebaya lebih dari segalanya bagi remaja karena dengan teman sebaya remaja mulai menghabiskan banyak waktunya daripada dengan orang tuannya di rumah. Melalui bergaul dengan teman sebaya, remaja mulai mencari identitas dirinya dengan melakukan berbagai hal dan mencoba hal-hal baru dengan teman sebaya. Bila hal-hal baru dan masa coba-coba tadi mengarah kepada kegiatan yang positif mungkin tak jadi masalah, namun bila dalam masa coba-coba tersebut banyak melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya dilakukan, seperti mencoba menghisap rokok. Menghisap rokok di kalangan remaja mungkin sudah menjadi tren akhirakhir ini. Sangat disayangkan memang, ketika remaja yang usianya masih sekitar 15 tahunan menghabiskan uang jajan yang diberikan oleh orang tuannya hanya untuk membeli berbatang-batang rokok. Rokok memang bukan barang yang diharamkan di Indonesia, rokok pun mudah dijumpai seperti di pedagang asongan, warung, dan mini market. Untuk membelinya pun siapa saja bisa, tanpa adanya batasan umur ketika hendak membeli rokok. Kemudahan tersebut yang membuat para remaja yang masih di bawah umur dapat membeli rokok dan menghisapnya. Bila kebiasaan merokok di kalangan remaja yang tergolong masih di bawah umur dibiarkan begitu saja, maka akan tertanam di benak para remaja bahwa merokok sudah menjadi sebuah mode dan gaya hidup remaja. Kebanyakan dari remaja yang menghisap rokok, mereka lakukan bersama dengan temantemannya sembari ngobrol dan itu dilakukan di tempat-tempat umum seperti di taman, di pinggiran jalan dan di kios tempat remaja itu nongkrong.
113
Perlu adanya perhatian dari berbagai pihak terutama keluarga, jalinan komunikasi yang baik antara remaja dan orang tua menjadi hal yang penting. Dengan jalinan komunikasi yang baik maka orang tua akan mengetahui tentang perkembangan dan perubahan apa saja yang terjadi pada anaknya. Dengan jalinan komunikasi yang baik pula remaja akan terbuka untuk banyak bercerita tentang pengalaman yang terjadi di luar saat bersama dengan teman-temannya. Kepedulian masyarakat untuk mengingatkan kepada remaja yang merokok, khususnya remaja yang baru berumur kira-kira 15 tahun, dapat mencegah agar remaja-remaja yang menghisap rokok itu malu dan sadar bahwa perilakunya tidak baik dilakukan di usainya yang terbilang masih muda. Rasa kepedulian masyarakat itu harus terbentuk dari sekarang karena bila dibiarkan begitu saja, anak-anak yang tumbuh menjadi remaja akan menirukan hal yang serupa. Tidak hanya itu, pemerintah dan pihak yang menjual rokok juga harus ambil bagian untuk ikut menangani hal tersebut. Pemerintah di sini melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) bisa merazia remaja yang sedang merokok, bila kedapatan remaja itu belum memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) maka pihak Satpol PP memberitahu orang tua dari anak tersebut. Dari pihak penjual rokok tidak hanya mencari keuntungan semata, tetapi harus selektif dalam menjual rokoknya dengan melihat si pembeli, apakah si pembeli sudah pantas untuk merokok atau belum.
Sumber: http://m.kompasiana.com/ diunduh pada tanggal 25 Maret 2014.
114
Peran Idola dalam Pembentukan Karakter Remaja
Idola menjadi sangat populer di dunia remaja masa kini. Jika dilihat dari segi kebutuhan, remaja memang menjadi masa-masa yang membutuhkan suatu contoh sebagai tolak ukur bagi kehidupan mereka. Mulai dari permainan sepak bola, penyanyi, boyband/girlband, hingga aktor atau aktris ternama. Para bintang memang tak lepas dari perhatian remaja. Tak dapat dipungkiri, remaja adalah suatu fase yang menggugah rasa keingintahuan, sehingga mereka akan mengamati berbagai hal di sekitarnya. Sampai pada satu titik di mana remaja merasa nyaman dengan hal yang diminatiny, hingga mereka akan terus mencari hal-hal yang menarik dari suatu minat tersebut. Sebagai contoh, remaja yang gemar bermain sepak bola, secara otomatis mereka akan mencari tahu mengenai pemain-pemain bola profesional. Contoh lain, bagi mereka yang menyukai budaya Korea, dalam kehidupan sehari-hari mereka pun tidak lepas dari hal-hal yang berhubungan dengan Korea. Dari situlah mereka mulai mengamati dan mengambil satu tokoh yang dianggap bisa menjadi acuan hidup yang sesuai dengan kegemaran atau hobi masing-masing. Memang tidak ada yang salah jika menjadikan salah satu tokoh dalam satu bidang menjadi idola. Idola dapat bermanfaat dalam memicu semangat dan kepercayaan diri remaja dalam menggapai mimpi-mimpi yang telah mereka rintis sejak dini. Dalam hal meraih cita-cita serta masa depan, idola pun menjadi sosok yang sangat penting terutama mengenai suatu profesi yang nantinya ingin mereka geluti. Di lain sisi, keberadaan idola dapat memberikan dampak negatif pada remaja. Bukan hanya sekadar pada masalah siapa yang menjadi idola, namun terkait hal-hal apa saja yang diambil sebagai panutan. Ketika seorang remaja menggemari pemain sepak bola, bukan tidak mungkin jika pemain-pemain kesayangan mereka rupanya memiliki suatu kebiasaan buruk. Dari hal yang paling mudah terlihat saja, salah satunya adalah mentato tubuh. Apakah lantas remaja tersebut harus mentato tubuhnya? Padahal mentato tubuh dapat berdampak buruk bagi kesehatan, seperti alergi dan infeksi pada kulit. Hal-hal semacam inilah yang
115
wajib dihindari para remaja. Bagi remaja yang belum memiliki karakter kuat yang tertanam dalam diri akan sangat mudah bagi mereka untuk terpengaruh. Apa yang akan mereka lakukan dan apa yang menjadi masa depan, itulah yang masih menjadi pencarian jati diri, sehingga dengan mudah remaja mengikuti aksi dan gaya idola kesayangan mereka. Entah itu pantas atau tidak pantas, sopan atau kurang sopan, tak lagi menjadi perhatian. Bagi mereka idola adalah segalanya yang harus diikuti tindak tanduknya dalam sikap maupun penampilan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh remaja. Pertama, bukan berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan sang idola harus mereka ikuti. Remaja harus lebih jeli memilah-milah sisi mana yang bisa diambil sebagai pelajaran dari idola-idola mereka. Sebagai contoh, remaja yang gemar bermain bola dapat meneladani teknik-teknik permainan yang baik dari tokoh idolanya atau bagaimana sang idola dapat menghargai lawan dan bersikap sportif ketika bertanding. Sikap-sikap positif inilah yang harus dikembangkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, yang tidak kalah penting adalah menjadi diri sendiri. Perlu ada suatu keyakinan kuat dan prinsip-prinsip hidup yang digenggam erat oleh para remaja yang dengan modal tersebut dapat membentuk mereka menjadi remaja tangguh dan berkarakter. Dengan menjadi diri sendiri, akan mempermudah langkah remaja dalam mengekspresikan diri. Memiliki idola itu tidak salah, tapi yang terpenting adalah tetap bermain sebagai diri sendiri dengan gaya dan ciri khas
masing-masing.
Idola
hanyalah
sebagai
contoh,
sedangkan
pada
pelaksanaannya sebaiknya dikembalikan pada pribadi masing-masing. Sebagai kesimpulan, idola memang penting, namun perlu dipastikan bahwa hanya sisi positifnya saja yang kita ambil. Tidak ada gunanya jika idola justru membawa dampak buruk bagi diri sendiri. Maka dari itu, bersikaplah bijaksana dalam menentukan sikap idola kita dan bagaimana memperlakukannya.
Sumber: Husnamafaza. 2013. Peran Idola dalam Pembentukan Karakter Remaja. Diunduh melalui http://husnamafaza.wordpress.com pada tanggal 25 Maret 2014.
116
Jangan Biarkan Terlambat Menjadi Budaya
Terlambat merupakan hal yang lumrah bahkan sudah menjadi suatu kebudayaan masyarakat Indonesia. Karena itu, Indonesia terkenal dengan jam karet. Mari kita contoh bangsa Jepang. Jepang adalah salah satu dari segelintir negara Asia yang sanggup menyaingi Amerika dan Eropa, baik dari segi ekonomi, pendidikan, budaya dan lain-lain. Mengapa? Salah satu alasannya karena masyarakat Jepang sangat menghargai waktu dan kesempatan. Dalam bekerja, belajar, hingga menghadiri pertemuan, mereka senantiasa tepat waktu. Tepat waktu untuk mulai dan tepat waktu pula untuk berakhir. Mereka akan datang sebelum acara dimulai, dan tidak akan beranjak sebelum acara benar-benar berakhir. Waktu yang ada digunakan seefektif mungkin. Sangat berkebalikan dengan orang Indonesia, yang datangnya telat namun justru berlomba ingin pulang duluan. Dengan memelihara budaya tepat waktu, orang Jepang jadi lebih produktif bekerja dan meraih banyak kesempatan. Bagi mahasiswa, terlambat dapat membuat ketertinggalan materi, bahkan bisa saja tidak diperbolehkan untuk mengikuti perkuliahan. Dengan keseringan terlambat, kita telah menyia-nyiakan waktu yang ada. Oleh karena itu, menjadi orang yang tepat waktu sangatlah penting, karena dengan begitu kita menghormati waktu dan orang lain. Dengan demikian, jangan biarkan terlambat seolah mendarah daging dalam kebudayaan kita. Berikut beberapa tips agar tidak terjangkit penyakit bernama terlambat: 1.
Mengidentifikasi Akar Permasalahan Keterlambatan. Ini merupakan hal yang sangat penting. Ibarat membasmi rumput, kita harus mencabut rumput sampai akarnya supaya tidak tumbuh lagi. Demikian juga dengan terlambat, kita harus mencari tahu akar permasalahan kenapa kita terlambat. Setelah kita tahu penyebabnya, maka kita akan dengan mudah untuk menanggulangi masalah tersebut. Berbagai masalah umum penyebab keterlambatan
diantaranya
tidur
terlalu
menyepelekan waktu dan kurang persiapan.
larut,
menunda
pekerjaan,
117
2.
Perkara Besar Baru Perkara Kecil. Jika kamu pernah dengar kalimat: perkara kecil dulu baru perkara besar. dalam mengatur waktu, kalimat itu tidak cocok. Malah sebaliknya, kita harus mendahulukan kegiatan-kegiatan terpenting dulu. Jika kita mendahulukan aktivitas-aktivitas terpenting dulu, ketika ingin mengerjakan sesuatu yang kita sukai, tentunya akan terasa lega karena waktu luang terasa banyak.
3.
Biasakan Hidup Rapi, Bersih dan Teratur.
4.
Beretika. Jika kita tahu bahwa menunggu itu merupakan hal yang tidak menyenangkan, jangan biarkan seseorang menunggu kita.
5.
Bangun Lebih Awal. Dengan bangun lebih awal, kita memiliki waktu yang lebih untuk mempersiapkan keperluan-keperluan yang dibutuhkan.
6.
Bersikap Dewasa. Karena tidak tepat waktu adalah salah satu tanda kita belum dewasa atau tidak profesional.
Sumber: diunduh dari http://www.natural.web.id pada tanggal 23 Maret 2014.
118
Dinas Pendidikan Dukung Aturan Larangan Siswa Membawa Kendaraan ke Sekolah
BANDAR LAMPUNG, Lampost.co -- Dengan semakin meningkatnya angka kecelakaan dan pelanggaran yang dilakukan para siswa SMP dan SMA yang belum memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) dan tidak membawa STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) saat berkendara ke sekolah, Dinas Pendidikan Provinsi Lampung mendukung aturan larangan bagi siswa di bawah umur dewasa (di bawah 17 tahun) yang tidak membawa SIM dan STNK membawa kendaraan ke sekolah. Larangan ini tentu mengingatkan pada peristiwa kecelakaan mobil di Tol Jagorawi, Jawa Barat yang melibatkan anak pasangan musisi Ahmad DhaniMaia Estianty, Abdul Qodir Jaelani (AQJ alias Dul), Senin (9/9) lalu. Berkaca pada hal itu, Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat dan Disdik DKI Jakarta akan memberlakukan aturan tersebut. “Sebelum ada peristiwa itu, untuk Lampung, Disdik Provinsi telah ada perjanjian dengan Jajaran Polda Dislantas Lampung (7/1/2010) yang melarang siswa yang tidak punya SIM membawa kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat ke sekolah,” jelas Sekretaris Disdik Provinsi Lampung Siti Maedasuri, ketika dihubungi Lampost, Kamis (12/9) sore. Jumlah pelanggaran lalu lintas di Lampung mencapai 3.951 orang atau peningkatan 16,21 persen dalam operasi Simpatik 2013 selama tiga pekan lalu. Setengah di antara pelanggaran dilakukan para siswa SMP dan SMA. Dengan angka itu Siti mendukung perlu ditingkatkan penertiban berkendaraan bermotor bagi para siswa. “Perlu ada penertiban yang tegas bagi anak-anak sekolah di bawah umur maupun yang tidak bawa surat kendaraan motor (SIM dan STNK). Negara ini panduannya hukum, jadi dalam menegakkan mental disiplin pada anak-anak kita juga harus terpaut landasan hukum,” jelasnya. Untuk itu, Siti meminta agar peran dinas pendidikan kabupaten/kota yang menangungi sekolah-sekolah agar giat mensosialisasikan dan menerapkan kepada semua siswa yang belum memenuhi syarat dilarang membawa kendaraan.
119
“Lemahnya penerapan dari peran Disdik kabupaten/Kota yang kurang berkoordinasi dengan pihak sekolah. Peran sekolah harus dominan dalam mengatur siswanya. Pihak sekolah harus aktif tidak hanya publikasi dengan informasi, tapi juga secara teknis terhadap implementasinya,” ucapnya. “Sebenarnya sudah ada Undang-undangnya (UU Lalu Lintas) tapi kenapa pelanggaran semakin banyak. Itu tandanya siswa kita tidak sadar dan taat hukum. Memang mereka boleh mengendarai kendaraan, tapi punya SIM tidak? Ketentuannya punya kendaraan juga harus punya surat-suratnya,” jelasnya. Meski begitu, Siti juga menyadari kemauan orang tua agar anak-anaknya membawa kendaraan dapat mengurangi beban mereka. Tapi beliau juga meminta orang tua jangan terlalu memanjakan anak, terutama dalam menuruti kemauan yang bisa membahayakan dirinya. “Memang orang tua tidak tega anaknya naik ojek atau kendaraan umum lain, banyak bahaya lain. Tapi anak tidak punya SIM dibelikan kendaraan hanya untuk sarana kebut-kebutan, itu jelas tidak diperbolehkan. Kesadaran orang tua dalam melihat anak dibelikan kendaraan harus ditingkatkan. Perlu dibangun komunikasi orang tua dengan anak secara berkelanjutan di rumah,'' katanya.
Sumber: www.lampost.co. Diunduh pada tanggal 25 Maret 2014.
120
Larangan Siswa Bawa HP Akan Dipertegas di Perda
KARANGANYAR, suaramerdeka.com – Larangan bagi siswa untuk membawa ponsel (HP) ke sekolah akan dipertegas dalam Perda Pendidikan yang saat ini sedang dibahas DPRD dan Pemkab. Diharapkan dengan masuk ke dalam pasal di Perda, aturan itu akan semakin dipatuhi karena payung hukum yang jelas. “Selama ini memang baru sebatas aturan Bupati saja dan itu lebih bersifat imbauan. Walau kenyataannya sering ada razia dan HP siswa juga disita untuk dikembalikan lagi dengan perjanjian dengan orang tua dan siswa dalam pengawasan alat komunikasi tersebut,” kata Bambang Maladi, Kepala SMA 2 Karanganyar. Semula, dalam perkembangannya, ternyata saat diperiksa ketika ada razia HP, isi ponsel siswa membuat miris setiap orang tua dan juga guru. Video porno, gambar tidak senonoh banyak ditemukan. Apalagi sekarang ini teknologi ponsel sudah sangat maju, sehingga sangat mungkin setiap saat siswa bisa mengakses video porno tersebut. “Karena pertimbangan itulah, maka kami justru mendukung jika larangan tidak sekadar melarang siswa menghidupkan HP di lingkungan sekolah, melainkan tidak boleh membawa HP ke sekolah. Jika di luar sekolah, itu tentu dalam pengawasan penuh orang tua dan lingkungannya.” Tuhana, S.H, M.Si, konsultan dari UNS yang ikut membahas rancangan perda itu mempersilahkan masukan diberikan kepada Dewan maupun tim konsultan. Dengan banyaknya pertimbangan yang masuk, maka akan bisa dijadikan acuan dalam menyusun pasal demi pasal dalam Perda agar jelas. “Termasuk jika memang siswa harus dilarang membawa HP ke sekolah, semua harus konsisten. Termasuk memikirkan bagaimana cara mengatasi persoalan komunikasi siswa dengan keluarga. Misalnya membuka seluas-luasnya fasilitas wartel, atau sekolah mengijinkan siswa memakai telepon sekolah asal untuk menghubungi orang tuanya dalam batas tertentu. “Sebab memang perkembangan zaman mengakibatkan siswa sangat mudah mengakses situs porno lewat HP. Bahkan video dan gambar porno banyak
121
disimpan dalam HP sehingga akan menjerumuskan siswa ke persolalan moralitas yang sangat dalam. “Kami tim konsultan setuju dan mendukung jika memang dilarang membawa HP. Nanti ketika Perda ini disahkan, harus ada perangkat yang mengontrol, sekaligus juga menyediakan jalan keluar seperti halnya menyediakan sarana telepon jika memang diperlukan.” Bambang Maladi menambahkan, selama ini dengan adanya peraturan Bupati soal larangan siswa membawa HP, mendoong sekolah selalu melakukan komunikasi dengan arang tua dan siswa secara lebih intensif. “Kami berikan jadwal kegiatan sekolah secara jelas. Jika akan ada perubahan, siswa diberi tahu, orang tua diberi edaran. Jika ada kegiatan mendadak, siswa boleh memakai telepon sekolah asal untuk menghubungi orang tua.” “Karena dampak negatifnya lebih banyak dibandingkan dampak positifnya, maka kami setuju Perda Pendidikan sekaligus mengatur larangan siswa membawa HP ke sekolah. Jika nekat, maka akan diberi sanksi.”
Sumber: www.suaramerdeka.com. Diunduh pada tanggal 25 Maret 2014.
122
Lampiran 6: Data Skor Pretest Keterampilan Diskusi Lampiran 6a: Skor Pretest Kelompok Kontrol No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 1 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 4 2 2 2 3 2 2 3 3 3 1 3 3
2 1 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 1 3 3
3 1 3 2 3 3 2 2 1 3 3 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 3 1 2 3
Aspek 4 5 1 1 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 1 1 2 2 3 3 Jumlah Skor Rata-rata Skor
Keterangan: 1: Penyampaian pendapat 2: Menanggapi pendapat orang lain 3: Kemampuan mempertahankan pendapat 4: Kelancaran berbicara 5: Ketepatan kata dan kalimat 6: Kenyaringan suara 7: Sikap kerja sama 8: Keaktifan 9: Gaya
6 1 4 3 3 4 3 1 1 3 3 4 2 3 3 2 2 1 2 3 3 4 1 3 3
7 1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 1 3 4
8 1 4 3 3 4 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 1 3 4
9 1 3 2 2 3 3 3 1 3 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 3 1 3 4
Skor 9 30 22 26 30 23 20 14 27 26 24 23 20 21 18 22 16 20 22 27 29 9 24 30 532 22,16
123
Lampiran 6b: Skor Pretest Kelompok Eksperimen No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 2 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3
2 1 3 2 2 3 3 3 2 4 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 3 1 2 3 2
3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 3 3 3 2 1 2 3 2
Aspek 4 5 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 1 2 3 2 3 2 2 2 Jumlah Skor Rata-rata Skor
Keterangan: 1: Penyampaian pendapat 2: Menanggapi pendapat orang lain 3: Kemampuan mempertahankan pendapat 4: Kelancaran berbicara 5: Ketepatan kata dan kalimat 6: Kenyaringan suara 7: Sikap kerja sama 8: Keaktifan 9: Gaya
6 3 4 2 3 4 3 3 3 4 2 3 2 4 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3
7 2 4 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 4 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 2
8 2 3 2 2 4 4 3 2 4 2 3 3 3 3 3 1 2 2 3 3 2 3 3 3
9 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3
Skor 18 29 21 21 29 27 26 20 31 18 22 23 27 23 20 14 23 22 24 26 15 24 24 22 549 22,87
124
Lampiran 7: Data Skor Posttest Keterampilan Diskusi Lampiran 7a: Skor Posttest Kelompok Kontrol No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 2 3 4
2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 1 2 2 3
3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 3 2 3 2 1 3 3
Aspek 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 Jumlah skor Rata-rata Skor
Keterangan: 1: Penyampaian pendapat 2: Menanggapi pendapat orang lain 3: Kemampuan mempertahankan pendapat 4: Kelancaran berbicara 5: Kejelasan ucapan dan pilihan kata 6: Kenyaringan suara 7: Sikap kerja sama 8: Keaktifan
6 3 4 4 2 3 2 4 2 4 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3
7 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4
8 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4
9 2 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3
Skor 23 31 29 27 27 24 28 24 27 20 26 25 21 21 25 27 21 26 25 27 17 19 27 29 596 24,83
125
9: Gaya Lampiran 7b:Skor Posttest Kelompok Eksperimen No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4
2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3
3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2
Aspek 4 5 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 Jumlah Skor Skor Rata-rata
Keterangan: 1: Penyampaian pendapat 2: Menanggapi pendapat orang lain 3: Kemampuan mempertahankan pendapat 4: Kelancaran berbicara 5: Kejelasan ucapan dan pilihan kata 6: Kenyaringan suara 7: Sikap kerja sama 8: Keaktifan 9: Gaya
6 3 3 4 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 3 4
7 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 4 4 4 3
8 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 2 4 3 2 4 3 2 4 3 3 3 3
9 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 4 2 3
Skor 29 30 33 26 28 26 30 26 30 24 27 28 25 27 31 20 31 25 22 29 29 32 25 29 662 27,58
126
Lampiran 8: Perhitungan Kategori Kecenderungan Perolehan Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
1.
Pretest Kelompok Kontrol a. Mi
= = =
1 2 1 2 1 2
(Nilai tertinggi + Nilai tertendah) (30 + 9) (39)
= 19,5 b. Sdi
= = =
1 6 1 6 1 6
(Nilai tertinggi – Nilai terendah) (30 – 9) (21)
= 3,5 c. Kategori Rendah
d. Kategori Sedang
e.
2.
Kategori Tinggi
=
< Mi – Sdi
=
< 19,5 – 3,5
=
< 16
=
(Mi – SDi) s.d. (Mi + SDi)
=
(19,5 – 3,5) s.d. (19,5 + 3,5)
=
16 s.d. 23
=
> Mi + Sdi
=
> 19,5 + 3,5
=
> 23
Pretest Kelompok Eksperimen a.
Mi
= = =
1 2 1 2 1 2
(Nilai tertinggi + Nilai tertendah) (31 + 14) (45)
= 22,5 b.
Sdi
=
1 6
(Nilai tertinggi – Nilai terendah)
Skor
127
= =
1 6 1 6
(31 – 14) (17)
= 2,8 c.
d.
e.
3.
Kategori Rendah
Kategori Sedang
Kategori Tinggi
=
< Mi – Sdi
=
< 22,5 – 2,8
=
< 19,7 (dibulatkan menjadi 20)
=
(Mi – SDi) s.d. (Mi + SDi)
=
(22,5 – 2,8) s.d. (22,5 + 2,8)
=
19,7 s.d. 25,3 (dibulatkan menjadi 20 s.d. 25)
=
> Mi + Sdi
=
> 22,5 + 2,8
=
> 25,3 (dibulatkan menjadi 25)
Posttest Kelompok Kontrol a.
Mi
= = =
1 2 1 2 1 2
(Nilai tertinggi + Nilai tertendah) (31 + 17) (48)
= 24 b.
Sdi
= = =
1 6 1 6 1 6
(Nilai tertinggi – Nilai terendah) (31 – 17) (14)
= 2,3 c.
d.
Kategori Rendah
Kategori Sedang
=
< Mi – Sdi
=
< 24 – 2,3
=
< 21,7 (dibulatkan menjadi 22)
=
(Mi – SDi) s.d. (Mi + SDi)
=
(24 – 2,3) s.d. (24 + 2,3)
=
21,7 s.d. 26,3 (dibulatkan menjadi 21 s.d. 26)
128
e.
4.
Kategori Tinggi
=
> Mi + Sdi
=
> 24 + 2,3
=
> 26,3 (dibulatkan menjadi 26)
Posttest Kelompok Eksperimen a.
Mi
= = =
1 2 1 2 1 2
(Nilai tertinggi + Nilai tertendah) (33 + 20) (53)
= 26,5 b.
Sdi
= = =
1 6 1 6 1 6
(Nilai tertinggi – Nilai terendah) (33 – 20) (14)
= 2,2 c.
d.
e.
Kategori Rendah
Kategori Sedang
Kategori Tinggi
=
< Mi – Sdi
=
< 26,5 – 2,2
=
< 24,3 (dibulatkan menjadi 24)
=
(Mi – SDi) s.d. (Mi + SDi)
=
(26,5 – 2,2) s.d. (26,5 + 2,2)
=
24,3 s.d. 28,7 (dibulatkan menjadi 24 s.d. 29)
=
> Mi + Sdi
=
> 26,5 + 2,2
=
> 28,7 (dibulatkan menjadi 29)
129
Lampiran 9: Distribusi Frekuensi Skor Keterampilan Diskusi 1.
Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelompok Kontrol Statistics
Skor Pretest Kelompok Kontrol N
Valid
24
Missing
0
Mean
22.1667
Std. Error of Mean
1.20336
Median
22.5000 20.00a
Mode Std. Deviation
5.89522
Variance
34.754
Range
21.00
Minimum
9.00
Maximum
30.00
Sum
532.00
Percentiles 25
20.0000
50
22.5000
75
26.7500
Skor Pretest Kelompok Kontrol Frequency Percent Valid 9
Valid Percent
Cumulative Percent
2
8.3
8.3
8.3
14
1
4.2
4.2
12.5
16
1
4.2
4.2
16.7
18
1
4.2
4.2
20.8
20
3
12.5
12.5
33.3
21
1
4.2
4.2
37.5
22
3
12.5
12.5
50.0
130
23
2
8.3
8.3
58.3
24
2
8.3
8.3
66.7
26
2
8.3
8.3
75.0
27
2
8.3
8.3
83.3
29
1
4.2
4.2
87.5
30
3
12.5
12.5
100.0
24
100.0
100.0
Total 2.
Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelompok Eksperimen Statistics
Skor Pretest Kelompok Eksperimen N
Valid
24
Missing
0 22.8750 .86459 23.0000 22.00 4.23559 17.940 17.00 14.00 31.00 549.00
Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum
Skor Pretest Kelompok Eksperimen Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 14
1
4.2
4.2
4.2
15
1
4.2
4.2
8.3
18
2
8.3
8.3
16.7
20
2
8.3
8.3
25.0
21
2
8.3
8.3
33.3
22
3
12.5
12.5
45.8
131
3.
23
3
12.5
12.5
58.3
24
3
12.5
12.5
70.8
26
2
8.3
8.3
79.2
27
2
8.3
8.3
87.5
29
2
8.3
8.3
95.8
31
1
4.2
4.2
100.0
Total
24
100.0
100.0
Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelompok Kontrol
Statistics Skor Posttest Kelompok Kontrol N
Valid
24
Missing
0 24.8333 .71391 25.5000 27.00 3.49741 12.232 14.00 17.00 31.00 596.00
Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum
Skor Posttest Kelompok Kontrol Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 17
1
4.2
4.2
4.2
19
1
4.2
4.2
8.3
20
1
4.2
4.2
12.5
21
3
12.5
12.5
25.0
23
1
4.2
4.2
29.2
132
4.
24
2
8.3
8.3
37.5
25
3
12.5
12.5
50.0
26
2
8.3
8.3
58.3
27
6
25.0
25.0
83.3
28
1
4.2
4.2
87.5
29
2
8.3
8.3
95.8
31
1
4.2
4.2
100.0
Total
24
100.0
100.0
Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelompok Eksperimen
Statistics Skor Posttest Kelompok Eksperimen N
Valid
24
Missing
0 27.5833 .64245 28.0000 29.00 3.14735 9.906 13.00 20.00 33.00 662.00
Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum
Skor Posttest Kelompok Eksperimen Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 20
1
4.2
4.2
4.2
22
1
4.2
4.2
8.3
24
1
4.2
4.2
12.5
25
3
12.5
12.5
25.0
26
3
12.5
12.5
37.5
27
2
8.3
8.3
45.8
133
28
2
8.3
8.3
54.2
29
4
16.7
16.7
70.8
30
3
12.5
12.5
83.3
31
2
8.3
8.3
91.7
32
1
4.2
4.2
95.8
33
1
4.2
4.2
100.0
Total
24
100.0
100.0
134
Lampiran 10: Hasil Uji Normalitas 1.
Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig.
Skor Pretest Kelompok .148 Kontrol a. Lilliefors Significance Correction 2.
24
.186
Shapiro-Wilk Statistic df Sig. .928
24
.089
Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig.
Skor Pretest Kelompok .104 24 .200* Eksperimen a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. 3.
Shapiro-Wilk Statistic df Sig. .980
24
.896
Uji Normalitas Posttest Kontrol Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig.
Skor Posttest .149 Kelompok Kontrol a. Lilliefors Significance Correction 4.
24
.181
Shapiro-Wilk Statistic df Sig. .951
24
.287
Uji Normalitas Posttest Eksperimen Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig.
Skor Posttest .132 Kelompok Eksperimen a. Lilliefors Significance Correction
24
.200*
Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. .971
24
.699
135
Lampiran 11: Hasil Uji Homogenitas 1.
Uji Homogenitas Pretest
Oneway Descriptives Skor Pretest Diskusi N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean
Kontrol Eksperimen
Total
24 22.1667 5.88784 1.20185 19.6804 24.6529 9.00 30.00
48 22.5208 5.08644 .73416 21.0439 23.9978 9.00 31.00
Lower Bound Upper Bound
Minimum Maximum
24 22.8750 4.23559 .86459 21.0865 24.6635 14.00 31.00
Test of Homogeneity of Variances Skor Pretest Diskusi Levene Statistic
df1
df2
Sig.
1.606
1
46
.211 ANOVA
Skor Pretest Diskusi
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
6.021
1
6.021
.229
.635
1209.958 1215.979
46 47
26.303
136
2.
Uji Homogenitas Posttest Oneway Descriptives
Skor Posttest Diskusi N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean
Kontrol Eksperimen
Total
24 24.8333 3.49741 .71391 23.3565 26.3102 17.00 31.00
48 26.2083 3.57270 .51567 25.1709 27.2457 17.00 33.00
Lower Bound Upper Bound
Minimum Maximum
24 27.5833 3.14735 .64245 26.2543 28.9123 20.00 33.00
Test of Homogeneity of Variances Skor Posttest Diskusi Levene Statistic
df1
df2
Sig.
.217
1
46
.644 ANOVA
Skor Posttest Diskusi
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
90.750
1
90.750
8.199
.006
509.167 599.917
46 47
11.069
137
Lampiran 12: Hasil Uji-t Sampel Berhubungan 1.
Uji-t Sampel Berhubungan Kontrol Paired Samples Statistics
Pair 1 Skor Pretest Diskusi Kelas Kontrol Skor Posttest Diskusi Kelas Kontrol
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
22.1667
24
5.88784
1.20185
24.8333
24
3.49741
.71391
Paired Samples Correlations Pair 1 Skor Pretest Diskusi Kelas Kontrol & Skor Posttest Diskusi Kelas Kontrol
N
Correlation
Sig.
24
.415
.044
Paired Samples Test Pair 1 Skor Pretest Diskusi Kelas Kontrol - Skor Postest Diskusi Kelas Kontrol Paired Differences
Mean Std. Deviation
5.45867
Std. Error Mean
1.11425
95% Confidence Interval of the Difference T Df Sig. (2-tailed)
-2.66667
Lower
-4.97166
Upper
-.36167 -2.393 23 .025
138
2.
Uji-t Sampel Berhubungan Eksperimen Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
22.8750
24
4.23559
.86459
Skor Posttest Diskusi 27.5833 Kelas Eksperimen
24
3.14735
.64245
Pair 1 Skor Pretest Diskusi Kelas Eksperimen
Paired Samples Correlations Pair 1 Skor Pretest Diskusi Kelas Eksperimen & Skor Posttest Diskusi Kelas Eksperimen
N
Correlation
Sig.
24
.981
.000
Paired Samples Test Pair 1 Skor Pretest Diskusi Kelas Eksperimen Skor Posttest Diskusi Kelas Eksperimen Paired Differences
Mean
-4.70833
Std. Deviation
1.30148
Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference T Df Sig. (2-tailed)
.26566 Lower
-5.25790
Upper
-4.15877 -17.723 23 .000
139
Lampiran 13: Hasil Uji-t Sampel Bebas 1.
Uji-t Sampel Bebas Pretest Group Statistics N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Kontrol
24
22.1667
5.88784
1.20185
Eksperimen
24
22.8750
4.23559
.86459
Kelompok Skor Pretest Diskusi
Independent Samples Test Skor Pretest Diskusi Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference
1.606
Lower Upper
.211 -.478 46 .635 -.70833 1.48052 -3.68848
-.478 41.777 .635 -.70833 1.48052 -3.69663
2.27181
2.27996
140
2.
Uji-t Sampel Bebas Posttest Group Statistics N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Kontrol
24
24.8333
3.49741
.71391
Eksperimen
24
27.5833
3.14735
.64245
Kelompok Skor Posttest Diskusi
Independent Samples Test Skor Posttest Diskusi Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference
.217
Lower Upper
.644 -2.863 46 .006 -2.75000 .96042 -4.68322
-2.863 45.498 .006 -2.75000 .96042 -4.68380
-.81678
-.81620
141
Lampiran 14: Dokumentasi Penelitian
Suasana Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Eksperimen
Suasana Pretest Keterampilan Diskusi Kelompok Kontrol
142
143
144
145
Lampiran 15: Surat Izin Penelitian
146
147
148
149