Keanekaragaman Jenis dan Sumber Plasma Nutfah Durio (Durio spp.) di Indonesia Tahan Uji Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Indonesia is rich of genetic resources and species diversity of Durio spp. Based on examination of 270 number of specimens herbarium collection in Herbarium Bogoriense, there are 20 species of Durio (Durio spp.) encountered in Indonesia. Eighteen of 20 species of Durio occur in Kalimantan, 7 species in Sumatera and 1 species in Java, Bali, Sulawesi, and Maluku respectively. Fourteen of 18 of species Durio in Kalimantan are recorded as endemic species. Nine species are reported as edible fruits, e.i. Durio dulcis (lahong), D. exelcus (apun), D. grandiflorus (durian munyit), D. graveolens (tuwala), D. kutejensis (lai), D. oxleyanus (kerantungan), D. lowianus (teruntung), D. testudinarum (durian sekura), and D. zibethinus (durian). The results of study indicated that D. acutifolius, D. dulcis, D. kutejensis, D. lowianus, D. oxleyanus, D. testudinarum, and D. zibethinus are as the indigenous species of Durio (Durio spp.) having development potential in Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversitas karena memiliki kawasan hutan tropika basah dengan tingkat keanekaragaman hayati tergolong tinggi di dunia. Termasuk juga dengan kekayaan keanekaragaman jenis buah-buahan tropisnya. Bahkan Indonesia merupakan salah satu dari delapan pusat keanekaragaman genetika tanaman di dunia khususnya untuk buah-buahan tropis seperti durian (Sastrapradja dan Rifai 1989). Dilaporkan bahwa dari sekitar 27 jenis Durio di seluruh dunia, 18 jenis di antaranya tumbuh di Kalimantan, 11 jenis di Malaya, dan 7 jenis di Sumatera (Kostermans 1958). Tingginya jumlah jenis Durio yang tumbuh di Kalimantan memberikan gambaran bahwa kawasan ini merupakan pusat persebaran terpenting untuk kerabat durian. Di samping kaya dengan keanekaragaman jenis Durio, Indonesia juga kaya dengan keanekaragaman sumber plasma nutfah. Sebagai contoh misalnya durian yang biasa dimakan (Durio zibethinus). Di Indonesia cukup banyak ditemukan kultivar durian yang satu dengan lainnya berbeda baik dalam rasa, aroma, dan warna daging buahnya. Bahkan dapat ditemukan buah durian tanpa biji. Besarnya keanekaragaman jenis dan sumber plasma nutfah Durio spp. di Indonesia merupakan modal dasar yang sangat penting untuk pemuliaana. Dari hasil pemuliaan tanaman, diharapkan akan diperoleh bibit unggul baik dalam kualitas maupun produksi buahnya. Buah durian merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi cukup penting di pasar perdagangan. Indonesia pada tahun 1985/86 dilaporkan sebagai negara penghasil buah durian terbesar nomor dua setelah Thailand, yaitu menghasilkan 200.000 ton (Subhadrabandhu et al. 1991). Namun sekarang Indonesia mendatangkan buah-buahan dari Thailand termasuk buah durian.
Key words: Durio spp., diversity, species and genetic resources, potential.
ABSTRAK Indonesia kaya dengan sumber plasma nutfah dan keanekaragaman jenis Durio (Durio spp.). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense terhadap 270 nomor spesimen herbarium kerabat durian (Durio spp.) di Indonesia telah ditemukan 20 jenis Durio. Delapan belas jenis di antaranya ditemukan di Kalimantan, 7 jenis di Sumatera, dan hanya 1 jenis masing-masing di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Maluku. Empat belas dari 18 jenis Durio di Kalimantan merupakan jenis-jenis endemik. Sembilan jenis di antaranya dilaporkan sebagai buah-buahan yang bisa dimakan (edible fruits), yaitu Durio dulcis (lahong), D. exelcus (apun), D. grandiflorus (durian munyit), D. graveolens (tuwala), D. kutejensis (lai), D. oxleyanus (kerantungan), D. lowianus (teruntung), D. testudinarum (durian sekura), dan D. zibethinus (durian). Dari hasil penelitian ini dapat dilaporkan bahwa D. acutifolius, D. dulcis, D. kutejensis D. lowianus, D. oxleyanus, D. Testudinarum, dan D. zibethinus merupakan jenis-jenis Durio (Durio spp.) asli Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan. Kata kunci: Durio spp., keanekaragaman, jenis dan plasma nutfah, potensi.
28
Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.1 Th.2005
Masalah ini antara lain disebabkan karena kualitas buah durian Indonesia lebih rendah apabila dibandingkan dengan durian yang berasal dari Thailand. Padahal Indonesia, khususnya Kalimantan merupakan pusat persebaran Durio. Kekayaan keanekaragaman jenis dan plasma nutfah ini belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, pemuliaan tanaman pada kerabat durian (Durio spp.) di Indonesia perlu dilakukan untuk menghasilkan kultivar/bibit yang unggul. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara pengumpulan data dan informasi tentang kekayaan keanekaragaman jenis dan sumber plasma nutfah Durio spp. di Indonesia. Tahap selanjutnya dilakukan seleksi untuk memilih jenis-jenis ataupun sumber plasma nutfah yang mempunyai nilai lebih. Dengan tersedianya keragaman di dalam jenis atau sumber plasma nutfah maka kultivar/bibit unggul yang diinginkan akan dapat dirakit.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi. Data dan informasi tentang kerabat durian di Indonesia diperoleh dari pengamatan spesimen herbarium. yang disimpan di Herbarium Bogoriense dan penelusuran pustaka. Jumlah spesimen herbarium yang diamati adalah 270 nomor spesimen. Untuk setiap nomor spesimen herbarium yang diamati dilakukan pencatatan data/informasi yang mencakup tentang ciri-ciri/karakter morfologi, nama daerah/lokal, nama latin/ilmiah, lokasi, habitat, altitude, fenologi, dan kegunaannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 270 nomor spesimen herbarium kerabat durian (Durio spp.) di Indonesia yang disimpan di Herbarium Bogoriense, ditemukan 20 jenis Durio yang tumbuh tersebar di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Dari 20 jenis Durio yang ditemukan, 18 jenis di antaranya terdapat di Kalimantan, tujuh jenis di Sumatera, dan di Jawa, Bali, Sulawesi, serta Maluku masing-masing hanya terdapat satu jenis. Empat belas dari 18 jenis Durio yang berasal dari Kalimantan termasuk dalam tumBuletin Plasma Nutfah Vol.11 No.1 Th.2005
buhan endemik (Tabel 1). Tingginya jumlah jenis Durio yang endemik di Kalimantan menunjukkan bahwa pulau ini merupakan pusat persebaran Durio terpenting di dunia. Di samping itu, ditemukan delapan jenis Durio yang dapat dimakan buahnya (edible fruits). Kesembilan jenis tersebut, yaitu D. dulcis (lahong), D. excelsus (apun), D. grandiflorus (sukang), D. graveolens (tuwala), D. kutejensis (lai), D. lowianus (teruntung), D. oxleyanus (kerantungan), durian D. testudinarum (sekura), dan D. zibethinus (durian). Lima dari sembilan jenis yang buahnya enak dimakan dilaporkan telah dibudidayakan, yaitu D. dulcis, D. grandiflorus, D. Kutejensis, D. oxleyanus, dan D. zibethinus. Empat dari lima jenis Durio yang telah dibudidayakan, yaitu D. dulcis, D. kutejensis, D. oxleyanus, dan D. zibethinus merupakan jenis-jenis yang mempunyai rasa buah manis dan lezat. Sampai saat ini, D. zibethinus (durian) adalah yang paling banyak ditanam orang. D. zibethinus sudah merupakan buah favorit di Indonesia khususnya di kawasan Indonesia bagian barat. Di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi terdapat cukup banyak kultivar/varietas durian dengan rasa, aroma, dan warna daging buah yang bervariasi (Tabel 2). Bahkan ditemukan buah durian tanpa biji (biji kempes). Kultivar/varietas durian tersebut merupakan sumber kekayaan keanekaragaman plasma nutfah durian. Sayangnya kekayaan keanekaragaman jenis dan plasma nutfah durian serta kerabatnya belum diberdayakan secara optimal. Oleh karena itu, kekayaan keanekaragaman jenis dan plasma nutfah durian serta kerabatnya perlu dimanfaatkan dan diberdayagunakan agar diperoleh bibit unggul baik kualitas dan produksi buahnya (Uji 2003). Dari uraian di atas khususnya terhadap kerabat durian (Durio spp.) yang berpotensi untuk dikembangkan perlu mendapat prioritas untuk diseleksi dan usaha pemuliaannya. Harapannya akan diperoleh buah durian dan kerabatnya yang duriduri buahnya jarang dan lunak, berdaging buah kering dengan rasa yang manis dan gurih, warna daging buah kuning kemerahan, aroma tidak tajam, dan tidak berbiji. Pada umumnya kerabat durian (Durio spp.) di Indonesia masih tumbuh liar di hutan-hutan primer ataupun di hutan-hutan campuran meranti (mixed
29
Tabel 1. Daftar jenis-jenis Durio (Durio spp.) di Indonesia. No. Nama jenis 1. Durio acutifolius (Mast.) Kosterm. + 2. D. affinis Becc. +
Nama daerah
Persebaran
Habitat dan tipe tanah
Durian anggang, tupaloh (K)
K
-
K
3. D. beccarianus Kosterm. dan Soegeng + 4. D. bukitrayaensis Kosterm. + -
K
Hutan primer, tanah liat berpasir Hutan campuran meranti, tanah liat Hutan primer
K
Hutan primer
5. D. carinatus Mast.
Durian paya, durian hantu (K, S)
6. D. dulcis Becc. * + #
Lahong, lajung, lajang (K)
K
7. D. excelsus (Korth.) Bakh. +
Apun, begurah (K)
K
8. D. grandiflorus (Mast.) Kosterm. dan Soegeng + * 9. D. graveolens Becc.
Sukang, durian munyit (K)
K
10. D. griffithii (Mast.) Bakh.
K, S
Tuwala, tabelak (K), durian ajan, tinambela (S)
K, S
Lai kuyu (K), beberas (S)
K, S
11. D. kutejensis (Hassk.) Becc. * Lai, sekawi (K) +# 12. D. lanceolatus Mast. + Durian bengang, kelincing (K)
K
13. D. lissocarpus Mast. +
Teratuan burung
K
14. D. lowianus Scort. ex King
Teruntung (S)
S
15. D. malaccensis Planch. dan Mast. + 16. D. oblongus Mast. +
Durian bangko (S)
S
-
K
17. D. oxleyanus Griff. * # 18. D. purpureus Kosterm. dan Soegeng + 19.. D. testudinarum Becc. + 20. D. zibethinus Murray *
Kerantungan, kartungan (K), durian rimba (S) Durian tigang Durian sekura, durian kura Durian (I)
K
K, S K K K, J, S, Sl, Mal
Hutan rawa Hutan campuran meranti, tanah liat berpasir Hutan campuran meranti, tanah liat berpasir Hutan primer
Altitude (m) dpl.
Musim berbunga/berbuah
Nilai guna
25-400
A = IV-VII B = IX-II -
2, 3
-
3
150-350 A =B = XII 15-400 A = III-VI B = IX-I 20-800 A = II-V B = VIII-XII
3
50-400 40
2, 3
2, 3 1, 2
40-200
A = VI-IX B = XI-II
1, 2
20-500
-
1, 2
75-950
A = III-VII B = IX-II
1, 2
20-700
A = IV-VII B = VIII-XII
2, 5
A= IX-XI B= I-III 100-1100 A = II-V B = VI-X 10-50 A = IV-VIII B =Hutan primer, tanah liat 800-1700 A = IX-XI B =Hutan primer 10-800 A = VI-VII B = IX-XII Hutan sekunder 900-1050 A = VI-VII B =Hutan campuran meranti 20-690 A = III-V B = VII-IX Hutan prmer 35-375 -
1, 2
Hutan campuran meranti, tanah liat berpasir Hutan campuran meranti, tanah liat berpasir Hutan primer/sekunder, tanah liat berpasir Hutan primer, tanah liat berpasir Hutan primer
Hutan campuran meranti, tanah liat merah Hutan primer/sekunder, berbagai jenis tanah
20-100
100-1050 A = X-XII B = I-III 10-800
A = IV-VII B = XI-III
2, 3 3 1, 2 2, 3 3 1, 2, 4 3 1, 2 1, 2
Nama daerah/persebaran: I = Indonesia, J = Jawa, K = Kalimantan, Mal = Maluku, S = Sumatera, Sul = Sulawesi. Status: * = dibudidayakan, + = tumbuhan endemik, # = tumbuhan langka. Musim bunga dan buah: A = berbunga, B = berbuah, I = Januari, II = Februari, III = Maret, IV = April, V = Mei, VI = Juni, VII = Juli, VIII = Agustus, IX = September, X = Oktober, XI = November, XII = Desember. Nilai guna: 1 = buah enak dimakan, 2 = kayu untuk bahan mebel dan bangunan rumah, 3 = material sambungan batang bawah (sumber plasma nutfah), 4 = kulit batang untuk bahan obat, 5 = kulit batang mengandung bahan tanin.
Dipterocarp) dan hanya sebagian kecil lainnya yang telah ditanam penduduk di kebun-kebun. Oleh karena itu, domestikasi khususnya pada kerabat durian yang masih tumbuh secara liar di hutan-hutan dan berpotensi ekonomi perlu dilakukan. Terlihat pula bahwa dari sebagian besar kerabat durian di Indonesia sangat cocok atau menyukai tipe-tipe tanah liat atau tanah liat berpasir. Di samping itu, ternyata se-
30
bagian besar kerabat durian tumbuh di hutan-hutan dataran rendah (<1000 m dpl). Namun ada beberapa jenis yang dapat tumbuh di hutan-hutan di dataran tinggi (>1000 m dpl), antara lain adalah D. lanceolatus (kelincing), D. lowianus (teruntung), D. oblongus, dan D. testudinarum (sekura). Satu dari 4 jenis Durio tersebut, yaitu D. lowianus (teruntung) ternyata dapat tumbuh sampai ketinggian 1700 m Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.1 Th.2005
Tabel 2. Daftar kultivar/varietas Durian (D. zibethinus) di Indonesia. No. Nama kultivar/varietas Daerah asal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Emas Hepe Si kuning Si boboko Si bongkok Si liter Matahari Bokor Gandaria Petruk Vera Bubur
13. 14. 15. 16. 17.
Kopek/Kempis Kendi Kerikil Menoreh Sukun
18. Sunan 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Bajul Depok 1 Depok 2 Simas Sukarno/Ajimah Bido Wonosalam Bestala Jering Gloso Setapak Belimbing Jantung Sari kampih Bantal Tembago Mentega Lepot Gajah Mentega
Karakteristik daging buah
Pandeglang (Jawa Barat) Pandeglang (Jawa Barat) Pandeglang (Jawa Barat) Serang (Jawa Barat) Serang (Jawa Barat) Serang (Jawa Barat) Cianjur (Jawa Barat) Cianjur (Jawa Barat) Sukabumi (Jawa Barat) Jepara (Jawa Tengah) Semarang (Jawa Tengah) Semarang (Jawa Tengah)
Daging buah tebal, kuning keemasan, manis, tekstur kering Daging buah tebal, kuning pucat, manis, tekstur kering Daging buah manis, tekstur kering, berbiji besar Daging buah tebal Daging buah tebal dan beraroma tajam Daging buah kuning pucat dan tidak berbau Daging buah tebal dan manis Daging buah tebal, kuning, manis, tekstur kering, berbiji kecil Daging buah tebal, manis, pulen, tekstur kering Daging buah tebal, manis, kuning, berserat halus, dan berbiji kecil Daging buah tebal, kuning, manis, harum, tekstur kering Daging buah tebal, putih, manis, tekstur lembek seperti bubur, berbiji besar Semarang (Jawa Tengah) Daging buah tebal, kuning keemasan, aroma tajam, berbiji kecil Semarang (Jawa Tengah) Daging buah kuning cerah, manis, harum, tekstur kering Semarang (Jawa Tengah) Daging buah kuning keputihan, manis, tekstur lembek Yogyakarta Daging buah tebal, kuning cerah, manis agak pahit, harum, tekstur kering Malang (Jawa Timur) Daging buah tebal, kering, tekstur halus, putih kekuningan, manis, dan berbiji 1 atau kempes Malang (Jawa Timur) Daging buah tebal, kering, tekstur halus, krem, manis, harum, dan berbiji kecil Malang (Jawa Timur) Malang (Jawa Timur) Daging buah tebal, kuning keputihan, manis, aroma tajam Malang (Jawa Timur) Daging buah tebal, kuning keputihan, manis, aroma tajam Malang (Jawa Timur) Daging buah kuning pucat, manis, tekstur kering Malang (Jawa Timur) Jombang (Jawa Timur) Daging buah tebal, manis agak pahit, aroma merangsang, tekstur kering Mojokerto (Jawa Timur) Daging buah tebal, kuning, manis, tekstur kering Buleleng (Bali) Daging buah kuning terang, manis, aroma kuat, tekstur kering Buleleng (Bali) Daging buak keperakan pucat, manis agak pahit Buleleng (Bali) Daging buah manis, tekstur kering Pasaman (Sumatera Barat) Daging buah tebal, kunng pucat, manis, aroma tajam, tekstur kering Pasaman (Sumatera Barat) Daging buah kuning, manis, tekstur kering, lembut Pasaman (Sumatera Barat) Daging buah kuning, manis, aroma kurang kuat, lembut, berbiji besar Tanah Datar (Sumatera Barat) Daging buah tebal, kuning kusam, manis, tekstur kering, berbiji kempes Bengkulu Daging buah tebal, putih keperakan, manis Bengkulu Daging buah tebal, kuning tembaga, manis. Bengkulu Daging buah tebal, kuning terang, manis Kutai Barat (Kalimantan Timur) Daging buah tebal, manis, tekstur kering Manado (Sulawesi Utara) Daging buah kuning Manado (Sulawesi Utara) Daging buah tebal, kekuningan, manis, tekstur kering
Sumber: Uji et al. (1998), Duryatmo (2003), Paimin dan Syariefa (2003), Syariefa (2003a; 2003b; 2003c), Paimin (2004).
dpl. Oleh karena itu, teruntung merupakan salah satu jenis Durio yang berpotensi untuk dikembangkan di dataran tinggi. Teruntung selain buahnya enak dimakan, dilaporkan pula bahwa jenis ini sangat resisten untuk melawan serangan jamur Phytophthora palmifora (Subhadrabandhu et al. 1991). Musim berbunga kerabat durian pada umumnya pada bulan Maret sampai Juli sedangkan musim berbuah pada bulan Agustus sampai Februari. Data Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.1 Th.2005
fenologi ini sangat penting terutama untuk membantu melakukan koleksi buah-buahan kerabat durian. Agar kegiatan koleksi berhasil maka diperlukan waktu yang tepat dengan musim berbuahnya. D. acutifolius (tupaloh) merupakan satu-satunya kerabat durian yang berperawakan paling kecil, pendek, dan termasuk dalam kelompok perdu (Kostermans 1953). Oleh karena itu, tupaloh dapat dimanfaatkan sebagai sambungan batang bawah untuk mendapatkan bibit yang kerdil. Selain itu, D.
31
testudinarum (durian sekura) juga mempunyai kelebihan dan keunikan. Jenis ini merupakan satu-satunya kerabat durian yang buahnya berada di pangkal batang dan hampir mendekati permukaan tanah. Dengan demikian, untuk memanen hasil buahnya sangat mudah. Oleh karena itu, durian sekura menarik untuk dikembangkan. Jenis ini buahnya juga manis rasanya. Di samping hasil utamanya buah, hasil kayu dari kerabat durian (Durio spp.) di Indonesia juga mempunyai nilai guna yang cukup penting. Sebagian besar hasil kayu dari kerabat durian di Indonesia juga dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan rumah terutama untuk interior. Dari 20 jenis Durio yang telah tercatat, 15 jenis di antaranya memiliki hasil kayu yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan rumah (Tabel 1). Selain hasil kayu, kulit batang pohon D. oxleyanus (kerantungan) dapat digunakan untuk mengobati malaria. Sedangkan kulit batang pohon D. griffitii (lai kuyu) mengandung bahan tanin (Yap et al. 1995). Konservasi Penggundulan hutan melalui HPH yang nakal, praktik perladangan ilegal, pembukaan areal perkebunan yang terlantar, pencetakan daerah persawahan, penambangan liar dan kebakaran hutan merupakan beberapa contoh penyebab penurunan areal kawasan hutan khususnya di Kalimantan dan Sumatera. Kegiatan-kegiatan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung berakibat pula terhadap pelestarian bahkan musnahnya beberapa jenis tumbuhan termasuk kerabat durian yang tumbuh liar di hutan-hutan. Padahal sebagian besar dari 20 jenis Durio di Indonesia masih tumbuh liar di hutan khususnya di hutan primer dan campuran meranti. Dengan terus meningkatnya kerusakan hutan dari tahun ke tahun hingga saat ini, maka kelestarian kerabat durian khususnya yang tumbuh di Sumatera dan Kalimantan akan terancam kelestariannya bahkan dapat mengalami kepunahan. Dilaporkan bahwa tiga jenis Durio, masing-masing adalah D. Oxleyanus (kerantungan), D. dulcis (lahong), dan D. kutejensis (lai) sudah termasuk dalam tumbuhan langka Indonesia (Kartikasari 2001; Purnomo et al. 2002). Tidak menutup kemungkinan bahwa kerabat durian lainnya juga akan tergolong dalam tumbuhan
32
langka apabila kondisi hutan di Indonesia makin parah. Oleh karena itu, usaha konservasi khususnya terhadap kerabat durian di Indonesia perlu segera dilakukan agar kekayaan keanekaragaman jenis dan plasma nutfahnya terselamatkan dan dapat dimanfaatkan secara optimal. Usaha konseravasi dapat dilakukan baik secara in situ (di habitat aslinya) maupun secara ex situ (misalnya di Kebun Raya dan lainnya).
KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa Kalimantan merupakan pusat keanekaragaman jenis Durio (Durio spp.) di dunia. Oleh karena itu, merupakan peluang besar untuk dapat meningkatkan kualitas dan produksi buah-buahan durian dan kerabatnya di Indonesia khususnya di Kalimantan melalui usaha pemuliaan tanaman. Namun usaha pemuliaan ini perlu waktu yang cukup lama karena kerabat durian (Durio spp.) tergolong jenis pohon yang daur hidupnya panjang. Telah ditemukan tujuh jenis Durio, yaitu D. acutifolius, D. dulcis, D. kutejensis, D. Lowianus, D. oxleyanus, D. testudinarum, dan D. zibethinus yang berperan penting sebagai kekayaan jenis Durio (Durio spp.) asli Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan. Di samping itu, kekayaan plasma nutfah durian (D. zibethinus) yang cukup banyak perlu diberdayakan pula.
DAFTAR PUSTAKA Duryatmo, S. 2003. Brongkol, nirwana yang terlupa. TRUBUS 407:78-79. Kartikasari, S.N. 2001. Tumbuhan langka Indonesia. Dalam Mogea, J.P., D. Gandawidjaja, H. Wiriadinata, R.E. Nasution, dan Irawati (Eds.). LIPI-Seri Panduan Lapangan. Balai Penelitian Botani, Puslitbang BiologiLIPI. Bogor. 86 hlm. Kostermans, A.J.G.H. 1953. Beberapa keterangan tentang jenis-jenis durian dalam hutan-hutan dekat Samarinda (Kalimantan Timur). Rimba Indonesia 2:164-169. Kostermans, A.J.G.H. 1958. The genus Durio Adans. (Bombac.). Reinwardtia 4(3):47-153. Paimin, F.R. dan E. Syariefa. 2003. Durian incaran berbagai daerah. TRUBUS 398:18-19. Paimin, F.R. 2004. Raja buah istimewa dari lereng Menoreh. TRUBUS 411:49.
Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.1 Th.2005
Purnomo, S., Suharto, Sudjito, dan S. Hosni. 2002. Eksplorasi dan konservasi sumber daya genetik. Buletin Plasma Nutfah 8(1):6-15. Sastrapradja, S.D. dan M.A. Rifai. 1989. Mengenal sumber pangan nabati dan sumber plasma nutfahnya. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional dan Puslitbang Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. Subhadrabandhu, S., J.M.P. Schneemann, and E.W.M. Verheij. 1991. In Verheij, E.W.M. and R.E. Coronel (Eds.). Edible Fruits and Nuts. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA). Netherland: Pudoc Wageningen. Syariefa, E. 2003a. Durian lokal diincar. TRUBUS 398:1013.
Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.1 Th.2005
Syariefa, E. 2003b. Cari Petruk dan Soekarno di sini tempatnya. TRUBUS 398:14-15. Syariefa, E. 2003c. Hm nikmatnya durian Pandeglang. TRUBUS 401:54-55. Uji, T., M. Siregar, Sunaryo, dan G. Somaatmadja. 1998. Buah-buahan Bengkulu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI. hlm. 8-32. Uji, T. 2003. Keanekaragaman jenis, plasma nutfah, dan potensi buah-buahan asli Kalimantan. BioSMART 6(2):117-125. Yap, S.K., A. Martawijaya, R.B. Miller, and R.H.M.J. Lemmens. 1995. Durio Adans. In Lemmens, R.H.M.J., I. Soerianegara, and W.C. Wong (Eds.). Timber Trees: Minor Commercial Timbers. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA). Bogor.
33