KAJIAN HEURISTIK DAN HERMENEUTIK TERHADAP KUMPULAN PUISI DERU CAMPUR DEBU KARYA CHAIRIL ANWAR
Andina Muchti Universitas Bina Darma, Jl. Ahmad Yani No. 12 Plaju Palembang E-mail :
[email protected] Abstract All of the literature studies are related to the activity of interpretation. One of literature types that can be interpreted is poetry. To interpret a poem can involve the role of heuristics and hermeneutics concept. This study used several poems contained in the book of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. The problems of this study, namely 1) How do heuristic and hermeneutic reading on the poem of Chairil Anwar, and 2) What are the meaning of language and literature contained in the poem of Chairil Anwar. Heuristic and hermeneutic readings are the method to analyze literary works by using semiotic approach. Semiotics is a term that refers to the same thing that is the sign science. The relationship between signifier and signified included, icons, indices, and symbols. The results of this study are as follows: 1. In the sixth poems of Chairil Anwar always brings the themes of freedom, rebellion and adventure that are the expression of Chairil's characteristic himself. 2. The unpleasant experience of dating with Hayati made him upset and dreaming of a lover who was very different from Hayati. therefore, Chairil express it with harsh words to describe the regret. Keywords: heuristic, hermeneutic, Deru Campur Debu 1.
PENDAHULUAN
massa, majalah dan surat kabar yang sangat
Karya sastra merupakan refleksi dari
dekat dan akrab dengan masyarakat.
berbagai fenomena yang terjadi dalam masyarakat.
Keberadaannya
merupakan
Waluyo
(1978:28)
mengatakan,
karya sastra puisi mempunyai struktur yang
suatu hal yang penting dan sudah menjadi
berbeda
dengan
keseharian dalam masyarakat, baik itu
Penciptaannya menggunakan prinsip-prinsip
sebagai kebutuhan maupun hanya sekadar
tertentu, seperti prinsip pemadatan atau
hiburan. Terdapat berbagai bentuk karya
pengonsentrasian bentuk dan makna. Untuk
sastra, mulai dari prosa, drama, dan puisi.
itu, Aminuddin (2002:110) berpendapat,
Puisi termasuk salah satu jenis karya sastra
dalam
yang tidak hanya ditempatkan secara khusus
terutama puisi, kesulitan yang biasa muncul
tetapi dapat pula dijumpai dalam media
adalah dalam upaya memahami maknanya.
upaya
bentuk
memahami
teks
prosa.
sastra,
Semua
kajian
sastra
dengan suatu aktivitas,
berkaitan
yaitu aktivitas
Berhasil penafsir
atau
tidaknya
seorang
mencapai taraf interpretasi yang
interpretasi (penafsiran). Kegiatan apresiasi
optimal, sangat bergantung pada kecermatan
sastra pada awal dan akhirnya, bersangkutan
dan ketajaman interpreter itu sendiri. Selain
dengan
itu, dibutuhkan metode pemahaman yang
karya
diinterpreatasi
sastra dan
yang
harus
dimaknai.
Semua
memadai;
metode
pemahaman
yang
kegiatan kajian sastra, terutama dalam
mendukung merupakan satu syarat yang
prosesnya pasti melibatkan peranan konsep
harus dimiliki interpreter. Dari beberapa
heuristik dan hermeneutik. Oleh karena itu,
alternatif yang ditawarkan para ahli sastra
heuristik dan hermeneutik menjadi hal yang
dalam memahami karya sastra, metode
tidak mungkin diabaikan.
pemahaman heuristik dan hermeneutik dapat
Pradopo (2005:124-129) menyatakan salah
satu
konvensi
ketidaklangsungan
sastra
ekspresi
tentang menurut
dipandang sebagai metode yang paling memadai. Dalam analisis puisi menggunakan
Riffaterre yang dijabarkan dengan metode
pembacaan
pembacaan
hermeneutik.
penelitian ini menggunakan beberapa puisi
Pembacaan heuristik adalah pembacaan
yang terdapat dalam buku kumpulan puisi
puisi berdasar pada konvensi bahasanya,
Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar.
heuristik
dan
heuristik
dan
hermeneutik,
sedangkan pembacaan hermeneutik adalah
Sajak-sajak karya Chairil Anwar
pembacaan puisi berdasar pada konvensi
dipilih sebagai objek pembacaan heuristik
sastranya.
dan hermeneutik karena sajak-sajaknya
perlu
Dalam hubungannya, tahap pertama
merupakan ekspresi diri dan mencerminkan
disadari
kehidupan penulisnyaa.
bahwa
interpretasi
dan
pemaknaan tidak diarahkan pada suatu
Berdasarkan latar belakang yang
proses yang hanya sampai pada permukaan
telah dikemukakan di atas, permasalahan
karya sastra, tetapi juga yang mampu
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
"sampai
berikut.
di
kedalaman
makna"
yang
1)
Bagaimanakah
pembacaan
terkandung di dalamnya. Untuk itu, seorang
heuristik dan hermeneutik pada puisi karya
penafsir
memiliki
Chairil Anwar, dan 2) Apa saja makna
wawasan bahasa, sastra, dan budaya yang
bahasa dan makna sastra yang terkandung
cukup luas dan mendalam.
dalam puisi karya Chairil Anwar.
seyogiannya
harus
Teeuw
(1997:59)
mengemukakan
definisi tentang sastra, yaitu suatu karya
penanda (signifier/signifiant) dan petanda (signified/signifié).
yang menghendaki kreativitas. Karya sastra
Pradopo
(1993:121)
juga
dimaksud
dengan
itu karya yang bersifat imajinatif, yaitu
menjelaskan,
bahwa karya sastra itu terjadi akibat
penanda
penganganan dan hasil penganganan itu
merupakan bentuk tanda sedangkan petanda
adalah penemuan-penemuan baru, kemudian
adalah yang ditandai, yang merupakan arti
penemuan baru itu disusun ke dalam suatu
tanda. Hal itu dapat dicontohkan sebagai
sistem dengan kekuatan imajinasi hingga
berikut: satuan bunyi ‘ibu’ merupakan tanda
terciptalah
yang menandai arti ‘orang yang melahirkan
suatu
dunia
baru
yang
adalah
yang
menandai,
yang
kita’. Jadi, satuan bunyi ‘ibu’ adalah
sebelumnya belum ada. Puisi
yang
merupakan
sebuah
bentuk
penanda sedangkan arti dari satuan bunyi
karya sastra yang paling tua. Seorang
‘ibu’, yaitu orang yang melahirkan kita
penyair telah mengonsentrasikan segala
adalah petanda.
kekuatan bahasa dan gagasannya untuk menghasilkan
sebuah
puisi
(Waluyo
1987:3).
Hubungan petanda
ada
antara
tiga
penanda
macam,
dan
yaitu:
a.
Ikonmerupakan tanda yang menunjukkan
Pembacaan
heuristik
dan
adanya hubungan yang bersifat alamiah
hermeneutik merupakan salah satu metode
antara petanda dan penandanya. Hubungan
untuk menganalisis karya sastra dalam
itu adalah hubungan persamaan, misalnya
pendekatan semiotik.
gambar
kuda
sebagai
penanda
yang
Semiotik, semiotika dan semiologi
menandai kuda (petanda) sebagai artinya;
adalah satu istilah yang merujuk pada satu
potret menandai sesuatu atau seseorang yang
hal yang sama, yaitu ilmu mengenai tanda.
dipotret; gambar pohon menandai pohon, b.
Pradopo
lndeks, yaitu tanda yang menunjukkan
(2005:119)
menyatakan,
yang
dimaksud dengan tanda adalah fenomena
hubungan
sosial/masyarakat dan kebudayaan.
penanda dan petandanya, misalnya asap
Berbicara mengenai tanda bahasa, Saussure
dalam
Pradopo
(2005:119)
menandai
kausal
api;
(sebab-akibat)
alat
penanda
antara
angin
menunjukkan arah angin dan sebagainya,c.
menyebutkan ada dua aspek penting yang
Simbol,
yaitutanda
yang
menunjukkan
menjadi bagian dari tanda bahasa itu, yaitu
bahwa tidak ada hubungan alamiah antara
penanda dengan petandanya, hubungannya
dalam pengertian yang sesungguhnya dari
bersifat arbritrer (semaumaunya). Arti itu
maksud
ditentukan
menghasilkan pemahaman makna secara
oleh
konvensi
(Pradopo
2005:120).
bahasa.
Kerja
heuristik
harfiah, makna tersurat, actual meaning
Untuk dapat memberikan makna
(Nurgiyantoro, 2007: 33).
puisi secara semiotik, pertama kali dapat
Hermeneutik
adalah
proses
dilakukan dengan pembacaan heuristik dan
penguraian yang berangkat dari isi dan
Hermeneutik.
makna
Heuristik merupakan langkah untuk menemukan
makna
melalui
yang
terlihat
tersembunyi.
Objek
ke
arah
makna
interpretasi
dalam
pengkajian
pengertian yang luas, dapat berupa simbol
struktur bahasa dengan mengintrepetasikan
dalam mimpi atau bahkan mitos-mitos dari
teks sastra secara referensial lewat tanda-
simbol
tanda linguistik. Langkah ini berasumsi
(Palmer 2003:48).
dalam
masyarakat
atau
sastra
bahwa bahasa bersifat referensial, artinya
Riffaterre dalam Pradopo (2005:97)
bahasa harus dihubungkan dengan hal-hal
mengemukakan bahwa dalam pembacaan
nyata.
hermeneutik, Pembacaan
heuristik
adalah
sajak
dibaca
berdasarkan
konvensi-konvensi sastra menurut sistem
pembacaan berdasarkan struktur bahasanya.
semiotik.
Untuk memperjelas arti, bila perlu, pembaca
memberikan
memberi sisipan kata atau sinonim kata yang
konvensi
diletakkan dalam tanda kurung. Begitu juga,
(deskripsi) puisi yang disebabkan oleh
struktur kalimatnya disesuaikan dengan
penggantian arti, penyimpangan arti, dan
kalimat baku (berdasarkan tata bahasa
penciptaan arti.
normatif);
a.
atau
bila
perlu
susunan
Konvensi makna
makna itu
yang
di
antaranya
ketidaklangsungan
ucapan
Penggantian arti dalam karya sastra
kalimatnya dibalik untuk memperjelas arti
disebabkan oleh bahasa kiasan, antara
(Pradopo 2005:136).
lain:
Menurut Riffaterre (dalam Wellek
metafora,
(perbandingan),
dan Warren, 1989: 148) analisis secara
sinekdoki,
heuristik adalah analisis pemberian makna
alegori.
berdasarkan
struktur
konvensional,
artinya
bahasa bahasa
secara dianalisis
metonimi,
b.
simile
personifikasi,
perbandingan
epos
dan
Riffaterre dalam Pradopo (2005:125) mengemukakan,
penyimpangan
arti
disebabkan
oleh
tiga
hal,
yaitu:
2. METODOLOGI PENELITIAN
ambiguitas, kontradiksi dan nonsense. c.
Penciptaan Arti Riffaterre mengatakan
Metode penelitian ini membahas
terjadi penciptaan arti bila ruang teks
mengenai pendekatan penelitian, data dan
(spasi teks) berlaku sebagai prinsip
sumber data, teknik penyediaan data serta
pengorganisasian
teknik analisis data.
untuk
membuat hal-hal
Pendekatan yang dilakukan dalam
sesungguhnya
penelitian ini adalah pendekatan deskriptif
secara linguistik tidak ada artinya,
kualitatif dan pendekatan semiotik. Subroto
misalnya simitri (keseimbangan berupa
(1992:70) mengutarakan bahwa penelitian
kesejajaran arti antara baris-baris dalam
kualitatif itu bersifat deskriptif. Peneliti
bait), rima (pengulangan bunyi dalam
mencatat dengan teliti dan cermat data yang
puisi untuk membentuk musikalitas
berwujud kata-kata, kalimat dan wacana.
atau orkestrasi (Waluyo 1987:90)
Pendekatan semiotik adalah pendekatan
tanda-tanda
keluar
ketatabahasaan
dari
yang
Palmer (2003: 14-16) menyebutkan
penelitian
yang
menggunakan
metode-
bahwa akar kata hermeneutik berasal dari
metode semiotik, dalam hal ini adalah
istilah Yunani dari kata kerja hermeneuein,
pembacaan heuristik dan hermeneutik.
yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, “interpretasi”.
Adapun
sumber
data
dalam
penelitian ini adalah kumpulan puisi Deru
Hermeneutik merupakan pembacaan
Campur Debu karya Chairil Anwar.
bolak-balik melalui teks dari awal hingga akhir. Tahap pembacaan ini merupakan
2.2 Penerapan Heuristik dan Hermeneutik
interpretasi
2.2.1
Heuristik
retroaktif yang melibatkan banyak kode di
Dalam
menerapkan
luar bahasa dan menggabungkannya secara
menghiraukan
integratif
dapat
kesempurnaan teks atau kondisi gramatikal.
guna
Sehingga
membongkar
tahap kedua
sampai secara
yang bersifat
pembaca struktural
Heuristik
kelengkapan
apresiator
dapat
tidak atau
menambah
mengungkapkan makna (singificance) dalam
ataupun mengurangi bentuk gramatikal yang
sistem tertinggi, yakni makna keseluruhan
ada
teks sebagai sistem tanda.
terkandung dalam teks karya sastra itu
guna
sendiri.
menemukan
makna
yang
2.2.2
sebagai berikut: si aku memberi harapan kepada
Hermeneutik
Langkah-langkah penerapan Hermeneutik
gadis si aku bila ingin kembali boleh saja. Si aku
adalah dengan mengkaji makna melalui
menerima sepenuh hati bila gadis itu mau
pembacaan yang berulang-ulang dengan
kembali lagi pada kehidupan si aku. Si aku tidak
meramalkan makna yang terkandung secara tersirat pada karya sastra itu sendiri dengan menggunakan segenap pengetahuan yang dimiliki.
mencari
gadis
lain
sebagai
pendamping
hidupnya karena masih menunggu kepulangan kekasihnya. Si aku masih sendiri tidak akan mencari yang lain dan tetap menunggu walaupun sudah mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah
3. HASIL 3.1
Hasil
tidak perawan lagi atau sudah selingkuh dengan
Analisis
pada
Puisi
“Penerimaan” karya Chairil Anwar PENERIMAAN
laki-laki lain. Itu digambarkan dengan kalimat” Kutahu kau bukan yang dulu lagi bak kembang sari sudah terbagi”. ini menggunakan metafora-
Kalau kau mau kuterima kau kembali
metafora
yang
sangat
indah
dangan
Dengan sepenuh hati
menggambarkan perempuan yang tidak perawan
Aku masih tetap sendiri
dengan kembang sari sudah terbagi. Si aku memberi harapan kepada gadis si
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
aku bila ingin kembali tidak usah malu dan
Bak kembang sari sudah terbagi
harus mau menemui si aku. Tidak usah takut untuk menemui si aku. Si aku pun tetap
Jangan tunduk! Tentang aku dengan
menerima apapun yang sudah terjadi dan
berani
menerima dengan mutak: jangan mendua lagi, bahkan bercermin pun si aku enggan berbagi.
Kalau kau mau kuterima kembali
Digambarkan dalam bait ke-5 yan berbunyi
Untukku sendiri tapi
“Sedangkan
dengan
cermin
aku
enggan
berbagi”. Dalam kalimat ini menggunakan Sedang dengan cermin aku enggan
citraan penglihatan
berbagi. (Deru Campur Debu,1959:36)
3.2 Hasil Analisis pada Puisi ”Sajak Putih” Karya Chairil Anwar
Dalam sajak”Penerimaan” karya Chairil Anwar merupakan ungkapan perasaan yang dirasakan oleh penyair. Puisi itu dapat dianalisis
SAJAK PUTIH
menggambarkan sesuatu yang indah dan
Bersandar pada tari warna pelangi
menarik . biasanya mawar itu berwarna
Kau depanku bertudung sutra senja
merah yang menggambarka cinta dan melati
Di hitam matamu kembang mawar dan
putih menggambarkan kesucian. Jadi dalam
melati
mata si gadis tampak cinta yang tulus,
Harum rambutmu mengalun bergelut
menarik, dan mengikat. Suasana pada saat
senda
itu
bsangat
menyenangkan,
menarik,m
penuh keindahan yang memduat si aku haru Sepi menyanyi, malam dalam mendoa
dengan semua itu.
tiba
Dalam pertemuan ke dua insan itu
Meriak muka air kolam jiwa
sepi menyanyi, malam dalam doa tiba yang
Dan dalam dadaku memerdu lagu
menggambarka tidak ada percakapan dari
Menarik menari seluruh aku
keduanya. Mereka hanya dian tanpa ada sepatah kata yang diucapkan seperti hanya
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
ketika waktu berdoa. Hanya kata hati yang
Selama matamu bagiku menengadah
berkata dan tidak keluar suara. Kesepian itu
Selama kau darah mengalir dari luka
mengakibatkan jiwa si aku bergerak seperti
Antara kita Mati datang tidak
hanya permukaan kolam yang terisa air yang
membelah...
beriak tertiup angin. Dalam keadaan diam
Dalam puisi sajak putih dgamberkan
tanpa kata itu, didalam dada si aku
gdis ai aku pada suatu senja hari yang indah
terdengar lagu
ia duduk dihadapan si aku. Ia besandar yang
yang
merdu
yang
menggambarkan
kegembiraan.
Rasa
pada saat itu ada warna pelangi yaitu langit
kegembiraan
digambarkan
dengan
senja yang indah penuh dengan macam-
menari seluruh aku.
itu
macam warna. Gadis itu bertudun g sutra
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
diwaktu haru sudah senja. Sedangkan
menggambarkan bahwa si aku merasa
rambut gadis itu yang harum ditiup angin
hidupnya penuh dengan kemungkinan dan
tampak seperti sedang bersenda gurau, dan
ada jalan keluar serta masih ada harapan yna
dalam mata gadis yang hitam kelihatan
pasti
bunga mawar dan melati yang mekar.
kekasihnya masih menengadahkan mukanya
Mawar
ke si aku. Ini merupakan kiasan bahwa si
dan
melati
yang
mekar
bisa
diwujudkan
selam
gadis
gadis
masih
mencintai
s
aku,
mau
Antara
kita
Mati
datang
tidak
memandang kemuka si aku, bahkan juga
membelah…..
isyarat untuk mencium dario si aku.
Bila diucapkan secara normatif, maka
Keduanya masih bermesraan dan saling
ekspresifitasnya hilang karena tidak padat
mencintai.
dan tidak berirama. “Pintu akan selalu
Begitu juga hidup si aku penuh
terbuka bagi hidup dan hidupku. Selama
harapan selama si gadis masih hidup wajar,
matamu menengadah bagiku. Selama darah
dikiaskan dengan darahnya yang masih
masih mengalir jika engkau terluka. Antara
mengalir dan luka, sampai kematioan tiba
kita sampai kematian datang kita tidak
pun keduanya masih mencintai, dan tidak
membelah(berpisah).
akan terpisahkan. Sajak merupakan kiasan
pengertian abstrak dapat menjadi kongret
suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih
karena digunakan citraan-citraan dan gerak
mengiaskan
yang digabung dengan metafora.
ketulusa
kejujuran,
dsan
keihklasan. Jadi sajak putih berarti suara hati si aku yang sangat tulus dan jujur.
Rasa
Dalam
sayangnya
sajak
itu
ini
juga
digambarkan dalam puisi Chairil Anwar untuk
yang berjudul “Penerimaan”. Dalam puisi
kegembiraan dan kebahagiaan di dalam
itu digambarkan bahwa si aku masih bisa
sajak ini adalah kata: tari, warna pelangi,
menerima si gadis yang telah berselingkuh
sutra senja, memerdu l;agu, menari-neri,
dengan orang lain. Si aku menerima dengan
pintu terbuka. Jadi, sajak ini bersuasana
rasa penuh keihklasan dari si gadis yang
gembira. Namun biasanya sajak Chairil
telah mau kembali kepelukannya. Terlalu
Anwar bersuasana murung, suram dan sedih.
sayangnya si aku, si aku menerima dengan
Puisi tidak hanya menyampaikan informasi
lapang
saja, namun diperlukan kepadatan dan
diperbuat oleh si gadis dengan orang lain.
Tanda-tanda
semiotik
ekspresifitas, karena hanya inti pernyataan
dada
tentang
apa
yang
telah
Dalam puisi “Sajak Putih” banyak “Tari
digunakan
sajak
warna pelangi” merupakan bahasa kiasan
penyimpangan
dari
tata
bahasa
normatif seperti:
bahasa-bahasi
kiasan.
yang dikemukakan. Karena hal ini, maka
personifikasi yang menggambarkan benda
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
mati dapat digambarkan seolah-olah hidup. “
Selama matamu bagiku menengadah
rambutmu mengalun bergelut sernda” juga
Selama kau darah mengalir dari luka
menggunakan bahasa kiasan personifikasi.
Selain itu ada kesamaan dalam penggunaan
selamat jalan
citraan-citraan agar mempunyai makna yang
dari pantai keempat, sedu
kongret,
penghabisan bisa terdekap
serta
menggunakan
metafora-
Dalam puisi ”Senja di Pelabuhan Kecil”
metafora. diatas,
3.3
Hasil
Analisis
Puisi
“Senja
di
Pelabuhan Kecil” Karya Chairil Anwar
terasa
bahwa
penyair
sedang
dicengkeram perasaan sedih yang teramat dalam. Tetapi seperti pada puisi-puisi Chairil Anwar yang lain, kesedihan yang diungkapkan
SENJA DI PELABUHAN KECIL
tidak
memberikan
kesan
cengeng
atau
sentimental. Dalam kesedihan yang amat dalam, penyair ini tetap tegar. Demikian pula pada
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
puisinya diatas. Di dalamnya tak satu pun kata
di antara gudang, rumah tua, pada
”sedih” diucapkannya, tetapi ia mampu berucap
cerita
tentang kesedihan yang dirasakannya. Pembaca
tiang serta temali. Kapal, perahu
dibawanya untuk turut erta melihat tepi laut
tiada berlaut
dengan gudang-gudang dan rumah-rumah yang
menghembus diri dalam
telah tua. Kapal dan perahu yang tertambat
mempercaya mau berpaut
disana. Hari menjelang malam disertai gerimis. Kelepak burung elang terdengar jauh. Gambaran
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang
tentang pantai ini sudah bercerita tentang suatu yang muram, di sana seseorang berjalan seorang diri
tanpa
harapan,
tanpa
cinta,
berjalan
menyusur semenanjung. Satu ciri khas puisi-puisi Chairil Anwar
menemu bujuk pangkal akanan.
adalah kekuatan yang ada pada pilihan kata-
Tidak bergerak
katanya. Seperti juga pada puisi diatas, setiap
dan kini tanah dan air tidur hilang
kata mampu menimbulkan imajinasi yang kuat,
ombak.
dan membangkitkan kesan yang berbeda-beda bagi penikmatnya. Pada puisi diatas sang
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian
penyair berhasil menghidupkan suasana, dengan gambaran yang hidup, ini disebabkan bahasa yang dipakainya mengandung suatu kekuatan, tenaga, sehingga memancarakan rasa haru yang dalam. Inilah kehebatan Chairil Anwar, dengan
kata-kata yang biasa mampu menghidupkan
itu gerimas yang menambah rasa kesedihan dari
imajinasi kita. Judul puisi tersebut, telah
si aku.
membawa kita pada suatu situasi yang khusus. Kata senja berkonotasi
pada
suasana
yang
remang pada pergantian petang dan malam,
3.4 Hasil Analisis Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” Karya Chairil Anwar
tanpa hiruk pikuk orang bekerja. Pada bagian lain, gerimis mempercepat
CINTAKU JAUH DI PULAU
kelam, kata kelam sengaja dipilihnya, karena terasa
lebih
indah
kata gelap walaupun
dan sama
dalam
daripada
artinya.
Setelah
kalimat itu ditulisnya, ada juga kelepak elang
Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri
menyinggung muram, yang berbicara tentang kemuraman sang penyair saat itu. Untuk
Perahu melancar, bulan memancar,
mengungkapkan bahwa hari-hari telah berlalu
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
dan
angin membantu, laut terang, tapi terasa
berganti
dengan
masa mendatang,
diucapkan dengan kata-kata penuh daya: desir
aku tidak 'kan sampai padanya.
hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Penggambaran malam yang semakin gelap dan air laut yang tenang, disajikan dengan kata-kata yang sarat akan makna, yakni: dan kini tanah dan air hilang ombak. Puisi Chairil Anwar ini hebat dalam pilihan kata, disertai
Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertahta, sambil berkata: "Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
ritme yang aps dan permainan bunyi yang semakin menunjang keindahan puisi ini, yang
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
dapat kita rasakan pada bunyi-bunyi akhir yang
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
ada pada tiap larik.
Mengapa Ajal memanggil dulu
Di dalam puisi ini juga digambarkan
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
rasa cinta namun dalam bentuk kesedihan yang mendalam yang dialami oleh si aku namun si
Manisku jauh di pulau,
aku tetap tegar menghadapinya. Si aku dalam
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
keadaan muram , penuh kegelisahan, dan tidak sempurna dengan kehidupannya. Si aku sedang mancari cintanya yang hilang. Suasana pada saat
Dalam kegiatan menganalisis arti, kita berusaha memberi makna pada bunyi,
suku kata, kata, kelompok kata, kalimat,
setelah ia meninggal, kekasihnya itupun
bait, dan pada akhirnya makna seluruh puisi.
akan mati juga dalam penantian yang sia-sia.
Bait I “Cintaku jauh di pulau”
Setelah kita menganalisis makna tiap bait,
berarti. Kekasih tokoh aku (gadis manis)
kita pun harus sampai pada makna lambang
berada di suatu tempat yang jauh. “Gadis
yang diemban oleh puisi tersebut. Kekasih
manis sekarang iseng sendiri” artinya sang
tokoh aku adalah kiasan dari cita-cita si aku
kekasih tersebut adalah seorang gadis yang
yang sukar dicapai. Untuk meraihnya si aku
manis yang menghabiskan waktu sendirian
harus
(iseng) tanpa kehadiran tohoh aku.
melambangkan
mengarungi
lautan
perjuangan.
yang Sayang,
Pada bait II, si tokoh aku menempuh
usahanya tidak berhasil karena kematian
perjalanan jauh dengan perahu karena ingin
telah menjemputnya sebelum ia meraih cita-
menjumpai
citanya.
atau
menemui
kekasihnya.
Ketika itu cuaca sangat bagus dan malam
Dalam puisi tersebut terasa perasaan-
ketika bulan bersinar, namun hati si aku
perasaan si aku : senang, gelisah, kecewa,
merasa gundah karena rasanya ia tak akan
dan putus asa. Kecuali itu ada unsur
sampai pada kekasihnya.
metafisis
yang
menyebabkan
pembaca
Bait III menceritakan perasaan si aku
berkontemplasi. Dalam puisi di atas, unsur
yang semakin sedih karena walaupun air
metafisis tersebut berupa ketragisan hidup
terang,
pada
manusia, yaitu meskipun segala usaha telah
perasaannya ajal telah memanggilnya (Ajal
dilakukan disertai sarana yang cukup,
bertahta sambil berkata : “Tujukan perahu
bahkan segalanya berjalan lancar, namun
ke pangkuanku saja”).
manusia seringkali tak dapat mencapai apa
angin
mendayu,
tetapi
Bait IV menunjukkan si aku putus
yang diidam-idamkannya karena maut telah
asa. Demi menjumpai kekasihnya ia telah
menghadang
bertahun-tahun berlayar, bahkan perahu
demikian,
yang membawanya akan rusak, namun
menggairahkan akan sia-sia belaka.
ternyata mengakhiri
kematian hidupnya
menghadang terlebih
lebih cita-cita
dahulu. yang
Dengan
hebat
dan
dan
Dalam puisi ini juga menggunakan
dahulu
citraan-citraan. Hal itu terdapat dalam
sebelum ia bertemu dengan kekasihnya.
“Perahu
melancar,
bulan
memancar,”.
Bait V merupakan kekhawatiran si
Citraan yang digunakan adalah citraan
tokoh aku tentang kekasihnya, bahwa
penglihatan karena perahu melancar dan
bulan memancar hanya bisa dilihat. Jadi citraannya
adalah
citraan
penglihatan.
Citraan visual digunakan dalam: “Ajal
bertakhta,
sambil
berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja," .... Mengapa Ajal memanggil dulu … 3.5 Hasil Analisis Puisi “Kesempurnaan” Karya Chairil Anwar KUSANGKA Kusangka cempaka kembang setangakai Teryata melur telah diseri....... Hatiku remuk mengenangka ini Wasangka dan was-was silih berganti. Kuharap cempaka baharu kembang Belum tahu sinar matahari....... Rupanya teratai patah kelopak Dihinggapi kumbang berpuluh kali. Kupohonkan cempaka Harum mula terserak....... Melati yang ada Pandai tergeletak....... Mimpiku seroja terapung di paya Teratai putih awan angkasa...... Rupanya mawar mengandung lumpur Kaca piring bunga renungan...... Igauanku subuh, impianku malam Kuntum cempaka putih bersih...... Kulihat kumbang keliling berlagu Kelopakmu terbuka menerima cembu. Kusangka hauri bertudung lingkup Bulu mata menyangga panah Asmara Rupanya merpati jangan dipetik Kalau dipetik menguku segera
(Buah Rindu, 1959:19) Sajak Chairil Anwar merupakan penyimpangan terhadap konsep estetik Amir Hamzah yang masih meneruskan konsep estetik sastra lama. Pandangan romantik Amir Hamzah ditentang dengan pendangan realistiknya. Sajak “Kusangaka” mennjukkan kesejajaran gagasan yang digambarkan dalam enam sajak tersebut. Amir Hamzah menggunakan ekspresi romantik secara metaforis-alegoris, membandingkan gadis dengan bunga. Pada bait terakhir dimetamorkan sebagai bidadari (hauri) dan merpati. Dari keenam bait tersebut disimpulkan bahwa si aku mencintai gadis yang disangka murni, tetapi ternyata sesungguhnya sudah tidak murni lagi. Sudah dijamah oleh pemuda lain/ suda tidak perawan lagi (‘Rupanya teratai patah kelopak/Dihinggapi kumbang berpuluh kali’. Kulihat kumbang keliling berlagu/kelopakmu terbuka menerima cembu’). Hal itu menimbulkan kekeewaan dan menyebabkan hati si aku remuk. Wasangka dan was-was silih berganti(bait 1). Dengan demikian, si aku tidak mau bersama gadis yang sudahtidak murni lagi, sebab akan terkena kuku “merpati” itu (bait 7). Gadis yang masih murni (disangka murni) diumpamakan cempaka kembang(bait 1), baharu kembang belum terkena sinar matahari(bait 2), cempaka harum(bait 3), seroja terapung di paya putih seperti awan(bait 4), dan seperti bidadari (hauri) bertudung lingkup yang bulu matanya menambah panah asmara(bait 6).
Gambaran tersebut bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya yang sangat menyakitkan basi si aku dan sangat kecewa setelah mengetahui kisah yang sebenarnya. Gambaran gadis tersebut sudah tidak murni lagi diumpamakan melur telah diseri(bait 1), teratai patah kelopak dihingapi kumbang berpuluh kali(bait 2), merpati yang pandai bergelak(bait 3), mawar yang mengandung lumpur(bait 4), dan merpati yang mengaku segera(bait 6). Jadi yang menanggapi masalah tersebut si aku merasa kecewa karena pikiran romantik bahwa gadis yang dicintainya itu harus masih murni dan tetap murni, setia pada si aku, tidak boleh menerima cinta orang lain, namun kenyataan berlainan. Tidak sesuai dengan keinginan si aku. Sikap romantik digambarkan dengan bahasa yang indah, mengambil objek dari alam sebagai perumpamaan, sehingga seperti natural. Sebaliknya Chairil Anwar, dalam sajaknya itu menampilkan tampak yang lain dalam mendiskripsikan atau menanggapi gadis yang sudah tidak murni lagi. Sangat berlawanan dengan apa yang ditampilkan oleh Amir Hamzah. Ia berpandangan realistik, si aku au menerima kembali wanita(kekasihnya, istrinya) yang barang kali telah berselingkuh dengan laki-laki lain. Si aku mau menerima kembali asal mau kembali kepada si aku tanpa da rasa curiga. Si aku masih sendiri, tidak mencari wanita lain sebagai pasangan hidupnya karena masih menunggu kembalinya wanita yang dicintainya itu. Si aku mengetahui bahwa gadis yang dicintainya sudah tidak murni lag, sudah
seperti bunga yang sarinya terbagi, yaitu sudah dihinggapi kumbang lain. Wanita itu jika ingin mau diterima kembali harus berani bertemu dengan si aku dan jangan malu untuk menemui si aku. Digambarkan “Djangan tunduk! Tantang aku dengan berani”. Si aku pun tetap menerima dengan sepenuh hati walaupun wanita itu sudah tidak perawan lagi. Chairil Anwar membandingkan wanita dengan bunga(kembang). Wanita yang sudah tidak murni digambarkan sebagai bunga yang sarinya sudah terbag i(bak kembang sari yang sudah terbagi). Ini hampir sama dengn perumpamaan yang dilakukan Amir Hamzah: “Rupanya teratai patah kelopak/dihinggapi kumbang berpuluh kali dan kulihat kumbang keliling berlaga”. Sedangkan Chairil Anwar :”Kutau kau bukan yang dulu lagi/ bak kembang sari sudah terbagi”. Numun Chairil Anwar tetap menggunakan bahasa keseharian dalam pengungkapan dan menggunakan gaya eksresif yang padat. 4.
KESIMPULAN Dalam memahami suatu karya sastra,
kita bisa menggunakan metode pemahaman heuristik
dan
hermeneutik.
Metode
pemahaman heuristik merupakan langkah untuk
menemukan
pengkajian
makna
melalui
bahasa
dengan
struktur
mengintrepetasikan
teks
sastra
secara
referensial lewat tanda-tanda linguistik, sehingga menghasilkan pemahaman makna secara
harfiah.
Sedangkan
metode
pemahaman interpretasi
merupakan
Anwar, dapat disimpulkan hal-hal sebagai
yang bersifat
berikut: 1. Dalam keenam puisinya Chairil
hermeneutik tahap kedua
retroaktif yang melibatkan banyak kode di
Anwar
luar bahasa dan menggabungkannya secara
kebebasan, pemberontakan dan petualangan
integratif
sampai
membongkar
secara
pembaca
dapat
struktural
guna
mengungkapkan makna (singificance) dalam sistem tertinggi, yakni makna keseluruhan teks
sebagai
sistem
tanda.
selalu
menghadirkan
tema-tema
yang merupakan ekspresi dari sifat-sifat Chairil itu sendiri. 2. Pengalaman masa pacaran dengan Hayati yang tidak menyenangkan karena Hayati pergi
dan
selingkuh
dengan
pria
lain
membuatnya marah dan memimpikan seorang
Sehingga
kekasih yang sangat berbeda dari hayati.
pembaca dapat memhami karya sastra secara
Sehingga Chairil mengekspresikannya dengan
menyeluruh dan mendalam.
kata-kata
Dari hasil pembacaan heuristik dan
kasar
untuk
menggambarkan
kekesalannya itu.
hermeneutik kumpulan Puisi karya Chairil
DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung:Sinar Baru Algensindo. Delatour, Y. dkk. 1991. Grammaire du Français. Paris:Hachette. Dubois, Jean dkk. 2001. Dictionnaire de Linguistique. Paris:Larousse-Bordas. Husen, Ida Sundari. 2001. Mengenal Pengarang-Pengarang Prancis dari Abad ke Abad. Jakarta:Grasindo. Kardjo, Wing. 1975. Sajak-Sajak Modern Prancis dalam Dua Bahasa. Jakarta:Pustaka Jaya. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Palmer, Richard E. 2003. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi (Diterjemahkan oleh Musnur Henry dan Damanhuri Muhammad). Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset. Paz, Octavia. 2002. Puisi dan Esai Terpilih.Yogyakarta:Bentang. Pradopo, Rachmat Djoko. 1976. Pengkajian Puisi. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. ________ 1993. Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
_______ 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik dan Penerapannya. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Subroto, Edi. 1992. Pengantor Metoda Peneltitan Linguistik Strukiural. Surakarta:Sebe1as Maret University Press. Sudjiman, Panuti & Aart Van Zoest. 1992. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta:Gramedia. Tirtawirya, Putu Arya. 1978. Aprestasi Puisi dan Prosa. Jakara:Nusa lndah. Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta:Erlangga.