JURNAL ILMIAH HUBUNGAN FAKTOR KOMUNIKASI DENGAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
Oleh : UYAN ARI LIDIYAH NIM. 2013080033P
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS GRESIK 2015
CORRELATION COMMUNICATION FACTOR WITH PATIENT SAFETY INCIDENT HUBUNGAN FAKTOR KOMUNIKASI DENGAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN UYAN ARI LIDIYAH Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik ABSTRACT Hospital patient safety standards seventh that communication is the key for staff to achieve patient safety, patient safety incident because wrong communication can be prevented with good communication and effective. The study design was cross sectional. Sample by using purposive sampling of 30 nurses working in inpatient room. The independent variables was communication between nurse, communication nurses and doctors, communication nurses and medical support departments, communication nurses and patient while the dependent variable was the patient safety incident. Data were collected by using observation and analyzed by Chi Quadrat with significance level ρ < 0,05.The results showed that there was a correlation between interracial nurse communication with the patient safety incident (ρ = 0,001). There was a correlation between nurse and doctor communication with the the patient safety incident (ρ = 0,000). There was a correlation between communication nurse and the medical support departement with the the patient safety incident (ρ = 0,000). There was a correlation between nurse and patient communication with the the patient safety incident (ρ = 0,000). Nurses with good and effective communication can be prevent occurrence of incidents patient safety , needed to increase knowledge about communication, patient safety training and compliance supported by nurses in implementing standard operating procedure and supervision of leadership hospital. Keywords :
Communication, patient safety incident.
ABSTRAK Standar keselamatan pasien Rumah Sakit ke tujuh yaitu komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Insiden Keselamatan Pasien karena komunikasi yang salah dapat dicegah dengan komunikasi yang baik dan efektif. Desain penelitian adalah cross sectional. Sampel menggunakan Purposive Sampling yaitu 30 perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap.Variabel Independen adalah komunikasi antar perawat, komunikasi perawat dan dokter, komunikasi perawat dan departemen penunjang medis, komunikasi perawat dan pasien sedangkan variabel dependen adalah Insiden Keselamatan Pasien. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi kemudian di analisis menggunakan Chi Quadrat dengan tingkat signifikasi ρ < 0,05.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan komunikasi antar perawat dengan Insiden Keselamatan Pasien (ρ = 0,001). Ada hubungan komunikasi perawat dan dokter dengan Insiden Keselamatan Pasien (ρ = 0,000). Ada hubungan komunikasi perawat dan Departemen Penunjang Medis dengan Insiden Keselamatan Pasien (ρ = 0,000). Ada hubungan komunikasi perawat dan Pasien dengan Insiden Keselamatan Pasien (ρ = 0,000). Perawat dengan komunikasi yang baik dan efektif dapat mencegah terjadinya Insiden Keselamatan Pasien, diperlukan peningkatan pengetahuan komunikasi, pelatihan keselamatan pasien, kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional Rumah Sakit dan supervisi pimpinan. Kata kunci : Komunikasi, Insiden Keselamatan Pasien.
pelayanan kesehatan yang ada dan berakibat penurunan mutu pelayanan rumah sakit. (Cahyono, 2008)` Faktor komunikasi yang berkontribusi dapat mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien adalah komunikasi verbal dan tertulis yang efektif untuk mencegah insiden keselamatan pasien, sehingga tercapai derajat kesehatan pasien yang optimal dan meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Faktor Komunikasi dengan Insiden Keselamatan Pasien“.
I. PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar dari pelayanan kesehatan yang memandang bahwa keselamatan merupakan hak bagi setiap pasien dalam menerima pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2006). Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera yang dapat dicegah pada pasien terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), Kejadian Tidak Cidera (KTC), Kejadian Potensial Cidera (KPC) dan Sentinel (Permenkes, 2011). Laporan insiden keselamatan pasien di Indonesia tahun 2006 - 2007 sebanyak 145, tahun 2008 sebanyak 61, tahun 2009 sebanyak 114, tahun 2010 sebanyak 103, tahun 2011 sebanyak 34 (KKP-RS, 2011). Pelaporan jenis kejadian KNC lebih banyak dilaporkan sebesar 47,6% dibandingkan KTD sebesar 46,2% (KKPRS,2008). Hasil studi pendahuluan ditemukan jumlah insiden keselamatan pasien di RS Muhammadiyah Gresik meningkat 7,4 – 14,6% dari tahun 2010 sampai 2013 yang seharusnya sesuai tujuan keselamatan pasien di Rumah Sakit angka insiden keselamatan pasien adalah 0 % atau menurun sampai tidak terjadi insiden keselamatan pasien. Penyebab insiden keselamatan pasien yang terbanyak mulai tahun 2010 sampai 2013 di RS Muhammadiyah Gresik paling dominan karena komunikasi yang kurang efektif sebanyak 29,3% yang kedua karena kurangnya penerapan prinsip 6 benar pemberian obat yaitu dosis obat yang salah sebanyak 19,5%. Faktor kontributor yang menyebabkan insiden keselamatan pasien salah satunya adalah komunikasi yaitu komunikasi verbal dan tertulis dalam hal ini komunikasi antar perawat, perawat dengan dokter, perawat dengan pasien dan perawat dengan profesi lainnya. Sesuai standar keselamatan pasien rumah sakit yang terdiri dari tujuh standar yang salah satunya adalah komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Rumah sakit apabila tidak memperdulikan dan tidak menerapkan keselamatan pasien akan mengakibatkan dampak menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
1.2
Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara faktor komunikasi dengan insiden keselamatan pasien.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Menjelaskan hubungan faktor komunikasi dengan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Menganalisis hubungan komunikasi antar perawat dengan insiden keselamatan pasien. 2. Menganalisis hubungan komunikasi perawat dan dokter dengan insiden keselamatan pasien. 3. Menganalisis hubungan komunikasi perawat dan departemen / unit penunjang kesehatan dengan insiden keselamatan pasien. 4. Menganalisis hubungan komunikasi perawat dan pasien dengan insiden keselamatan pasien. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Teoritis Menambah khasanah ilmu keperawatan khususnya manajemen keperawatan 1.4.2. Praktis 1. Institusi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat berkontribusi dalam pembuatan Standar Prosedur Operasional keselamatan pasien dan komunikasi efektif 2. Bagi Perawat Hasil penelitian ini dapat memotivasi perawat agar lebih hati –
hati dalam berkomunikasi. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi antar perawat
1.
2.
3.
4.
Menurut (Suarli, 2012) kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi meliputi : Komunikasi saat timbang terima Perawat melakukan timbang terrima bersama dengan perawat lainnya dengan cara berkeliling kesetiap pasien dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat pasien. (Nursalam, 2014). Dengan menggunakan langkah-langkah SBAR (situation, background, assestment, recommendation) baik lisan maupun tulisan . Serah terima Serah terima pasien adalah proses meneruskan informasi secara spesifik tentang pasien dari satu petugas kesehatan kepada petugas kesehatan lain atau dari satu departemen ke departemen lain. Pada saat serah terima ada kesempatan bertanya termasuk verifikasi informasi dalam pendekatan ini adalah pendekatan SBAR (situation, background, assestment, recommendation). Komunikasi melalui komputer Komputer merupakan suatu alat komunikasi yang cepat dan akurat pada manajemen keperawatan saat ini. Penulisan data-data klien dalam komputer akan mempermudah perawat lain dalam mengidentifikasi masalah pasien dan memberikan intervensi yang akurat. Komunikasi dalam pendokumentasian Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi keperawatan. Keterampilan dokumentasi yang efektif menggunakan sistem pendokumentasian dengan SBAR (situation, backgroun, assestment, recommendation). Penulisan intruksi harus dilakukan secara lengkap, dapat terbaca dengan jelas. Harus menuliskan nama lengkap, tanda tangan serta tanggal dan waktu. Hindari penggunaan singkatan, akronim, dan simbol yang berpotensi menimbulkan masalah dalam penulisan instruksi dan dokumentasi medis (KARS, 2013).
2.2 Komunikasi perawat dengan dokter Menurut Eugenia (2008) komunikasi antara perawat dan dokter yaitu komunikasi saat mengadakan pemeriksaan keliling atau visite dokter dan melalui telepon. 1. Pemeriksaan keliling atau visite dokter ke ruangan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pasien, perawat mendampingi dokter saat melakukan pemeriksaan dan menyampaikan informasi tentang pasien dengan sistem SBAR. Perawat mencatatkan hasil pemeriksaan dokter dan rencana tindak lanjut kedalam catatan keperawatan atau dokumentasi keperawatanl menggunakan komunikasi verbal TBAK (tulis, baca, konfirmasi kembali) 2. Melalui telpon Konsultasi via telpon adalah tindakan pelaporan kondisi pasien kepada dokter melalui telpon menggunakan komunikasi verbal dengan SBAR (situation, background, assestment, recommendation). Petugas menerima instruksi verbal per telpon dari dokter menggunakan komunikasi verbal dengan TBAK (tulis, baca, konfirmasi kembali), saat keesokan harinya dokter penanggung jawab pasien memberikan konfirmasi (KARS, 2013). 2.3 Komunikasi perawat dengan departemen / unit penunjang kesehatan Tim penunjang kesehatan meliputi petugas laboratorium, petugas gizi, petugas rontgen, petugas farmasi. Komunikasi perawat dengan tim penunjang kesehatan menggunakan komunikasi verbal dan tertulis yang dilakukan dengan tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami. Komunikasi tertulis sering digunakan oleh perawat dengan tim kesehatan lain (Nasir, 2011). Komunikasi yang dimaksudkan adalah adanya suatu kejelasan dalam pemberian informasi (Suarli, 2012). Sebagai contoh kejelasan informasi pemeriksaan laboraturium, permintaan obat, pemeriksaan radiologi dan diit pasien. Komunikasi tertulis dengan tim penunjang kesehatan seperti pelaporan hasil pemeriksaan laboraturium, penulisan resep obat, permintaan diit makanan, penulisan form foto rontgen. Petugas menerima laporan hasil tes kritis atau pemeriksaan cito
dengan komunikasi verbal TBAK (tulis, baca, konfirmasi kembali). Permintaan obat narkotika atau kemoterapi tidak boleh dilakukan secara verbal tetapi harus tertulis (KARS, 2013). 2.4 Komunikasi perawat dengan pasien Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi dengan pasien antara lain : 1. Komunikasi dalam proses keperawatan meliputi : Interview / Anamnesis, Perumusan diagnosis, Perencanaan, Implementasi an Evaluasi (Zen, 2013) 2. Komunikasi saat menerima pasien baru Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan pasien pada suatu ruangan dengan tujuan meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien untuk mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum. (Nursalam, 2012). 3. Komunikasi rahasia klien Pasien yang masuk ke dalam sistem pelayanan kesehatan mempercayakan datanya yang bersifat rahasia kepada institusi. Perawat sering dihadapkan pada suatu dilema dalam menyimpan rahasia pasien. Di satu sisi dia membutuhkan kebenaran informasi yang diberikan pasien dengan cara menginformasikan ke orang lain. Disisi lain dia harus memegang janji untuk tidak menyampaikan informasi tersebut kepada siapapun (Suarli, 2012) 2.3 Insiden Keselamatan Pasien 2.3.1 Definisi Insiden keselamatan pasien (IKP) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien terdiri dari kejadian tidak diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial Cedera dan Sentinel (Permenkes, 2011). 2.3.2 Insiden Keselamatan Pasien terdiri dari 1. Kejadian Tidak Diharapkan selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.. 2. Kejadian Nyaris Cedera selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. 3. Kejadian Tidak Cedera selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang
4.
sudah terpapar ke pasien tetapi tidak timbul cedera. Kondisi Potensial Cedera selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Contoh : salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat memengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2013). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat rawat inap RS Muhammadiyah Gresik sebanyak 61 perawat. 3.2 Sampel penelitian Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti. Pada penelitian ini sampel diambil dari perawat yang berdinas di RS Muhammadiyah Gresik sesuia dengan kriteria inklusi 30 perawat a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Perawat pendidikan minimal D III Keperawatan, perawat ruang rawat inap, perawat usia 25 – 40 tahun, perawat dengan jenis kelamin perempuan b. Kriterian eksklusi dalam penelitian ini adalah perawat dalam masa cuti, perawat yang menolak menjadi responden. Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini menggunakan Nonpropability Sampling yaitu Purposive Sampling. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan uji Chi Quadrat dengan nilai kemaknaan ρ ≤ 0,05. Apabila hasil uji statistic didapatkan ρ ≤ 0,05, maka H0 ditolak yang berarti ada hubungan faktor komunikasi dengan insiden keselamatan pasien.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.
Keselamatan Pasien.
4.1 Hasil Penelitian 1 Tabel 5.1 Tabulasi Silang Hubungan Komunikasi antar Perawat dengan Insiden Keselamatan Pasien di RS Muhammadiyah Gresik, September Oktober 2014.
3. Tabel 5.3 Tabulasi Silang Hubungan Komunikasi Perawat dan Departemen / Unit Penunjang dengan Insiden Keselamatan Pasien di RS Muhammadiyah Gresik, September - Oktober 2014
Komunikasi Perawat dan Perawat
Insiden Keselamatan Pasien
Kurang
4
13%
Tidak Ada 0
0%
4
Cukup
0
0%
6
20%
6
Baik
0 4
0%
20
67%
20
Jumlah
Ada
%
Total
%
13%
87% 26 Hasil Uji Statistik ρ = 0,001
30
Berdasarkan Tabel 5.1 Hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa komunikasi yang kurang antar perawat dapat menimbulkan Insiden Keselamatan Pasien yaitu sebanyak 13% ( 4 responden) dan komunikasi yang baik antar perawat tidak menimbulkan Insiden Keselamatan Pasien sebanyak 67 % (20 responden) dalam evaluasi selama bulan September – Oktober 2014. Hasil analisa statistik dengan Chi Quadrat didapatkan ρ = 0,001 yang berarti bahwa ada hubungan antara variabel komunikasi perawat dan perawat dengan Insiden Keselamatan Pasien. 2. Tabel 5.2 Tabulasi Silang Hubungan Komunikasi Perawat dan Dokter dengan Insiden Keselamatan Pasien di RS Muhammadiyah Gresik, September Oktober 2014. Komunikasi Perawat dan Dokter
Insiden Keselamatan Pasien Ada
%
Tidak Ada 0
To tal
%
Kurang
0
0%
0%
0
Cukup
4
13%
0
0%
4
Baik
0
0%
26
87%
26
Jumlah
4
13%
26
87%
30
Hasil Uji Statistik ρ = 0,000
Berdasarkan Tabel 5.2 Hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa komunikasi yang cukup antar perawat dapat menimbulkan Insiden Keselamatan Pasien yaitu sebanyak 13% ( 4 responden) dan komunikasi yang baik perawat dan dokter tidak menimbulkan Insiden Keselamatan Pasien sebanyak 87 % (26 responden) dalam evaluasi selama bulan September – Oktober 2014 Hasil analisa statistik dengan Chi Quadrat didapatkan ρ = 0,000 yang berarti ada hubungan antara kedua variabel komunikasi perawat dan dokter dengan Insiden
Komunikasi Perawat dan departemen / unit penunjang
Insiden Keselamatan Pasien
Ada
Kurang
0
Cukup
4
Baik Jumlah
%
To tal
0%
Tidak Ada 0
% 0%
13%
0
0%
4
0
0%
26
87%
26
4
13%
26
87%
30
0
Hasil Uji Statistik ρ = 0,000
Berdasarkan Tabel 5.3 Hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa komunikasi yang cukup antar perawat dapat menimbulkan Insiden Keselamatan Pasien yaitu 13% (4 responden) dan komunikasi yang baik perawat dan departemen / unit penunjang tidak menimbulkan Insiden Keselamatan Pasien sebanyak 87 % (26 responden) dalam evaluasi selama bulan September – Oktober. Hasil analisa statistik dengan Chi Quadrat didapatkan ρ = 0,000 yang berarti ada hubungan antara kedua variabel komunikasi perawat dan departemen / unit penunjang dengan Insiden Keselamatan Pasien. 4. Tabel 5.4 Tabulasi silang hubungan komunikasi perawat dan pasien dengan Insiden Keselamatan Pasien di RS Muhammadiyah Gresik, September Oktober 2014 Komunikasi Perawat dan Pasien
Insiden Keselamatan Pasien Ada
%
Kurang
2
Cukup
2
Baik Jumlah
To tal
6,6%
Tidak Ada 0
% 0%
2
6,6%
0
0%
2
0
0%
26
87%
26
4
13%
26
87%
30
Hasil Uji Statistik ρ = 0,000
Berdasarkan Tabel 5.4 Hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa komunikasi yang cukup dan kurang perawat dengan pasien dapat menimbulkan Insiden Keselamatan Pasien yaitu masing – masing 6,6% (2 responden) dan komunikasi yang baik perawat dan pasien tidak menimbulkan Insiden Keselamatan Pasien sebanyak 87 % (26 responden) dalam evaluasi selama bulan September – Oktober Hasil analisa statistik dengan Chi Quadrat
didapatkan ρ = 0,000 yang berarti ada hubungan antara kedua variabel komunikasi perawat dan pasien dengan Insiden Keselamatan Pasien.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Ada hubungan antara faktor komunikasi perawat dengan Insiden Keselamatan Pasien. 5.2 Saran 1) Bagi perawat : diharapkan perawat dapat meningkatkan komunikasi yang baik dan efektif 2) Rumah Sakit : diharapkan Kepala Bagian Keperawatan , Kepala Ruang Rawat Inap, Komite Keperawatan melakukan supervisi manajemen keperawatan dan mengevaluasi Standar Operasional Prosedur komunikasi efektif 3) Peneliti selanjutnya: diharapkan berguna untuk penelitian lebih lanjut dengan faktor kontributor lainnya yang menjadi penyebab terjadinya Insiden Keselamatan Pasien.
DAFTAR PUSTAKA Asmadi. (2010). Konsep Dasar Keperawatan. EGC. Jakarta Abdul Nasir, Abdul Muhith, M. Sajidin, Wahit Iqbal M. (2009). Komunikasi Dalam Keperawatan : Teori dan Aplikasi. Salemba Medika. Jakarta Cahyono, JB Suharjo B, Dr, SpPD. (2012). Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktek Kedokteran. Kanikius. Jakarta
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik . (2008). Pedoman Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan Klinik di Sarana Kesehatan. Depkes RI. Jakarta Eugenia L, Siegler. (2008). Perawatan Orang Dewasa dan Lansia. EGC. Jakarta Hidayat, A.Aziz. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Health Books Publishing. Surabaya Henriksen,K.,at,Al. (2008). Patient Safety and Quality : an evidence base hand book for nurses. Rock ville MD: Agency for Health care Research and Quality Publications, http: // www.ahrq.qov/QUAL/ nurseshdbk. Diakses tanggal 24 Juli 2014 pukul 11.00 Kennedy, Lisa.(2010). Komunikasi Untuk Keperawatan Berbicara dengan Pasien. Erlangga. Jakarta KKP-RS. (2010) . Laporan Insiden Keselamatan Pasien. www.inapatsafetypersi.or.id/umpan balik Laporan_ikp1.pdf. Diakses 7 Mei 2014 pukul 11.34 KARS. (2013). Pelatihan Patient Safety FK Unair. KARS. Surabaya. Tidak dipublikasikan KARS. (2014). Persiapan Dokumen Akreditasi Rumah Sakit. KARS. Tidak dipublikasikan Mulyana, Dede Sri. (2013). Analisis Penyebab Insiden Keselamatan Pasien oleh Perawat di Unit Rawat Inap RS X Jakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Salemba Medika. Jakarta Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor New Jersey Departemen of Health and Senior Services. (2006). Patient Safety Initiative. Journal of America. Page 1-5. Potter & Perry. (2005). (2009). Fundamental of Nursing. EGC. Jakarta PERSI, KKP-RS. (2007). Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien. PERSIKKPRS. Jakarta PERSI, KKP-RS. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. PERSI-KKPRS. Jakarta PSIK FIKES Universitas Gresik. (2007). Pedoman Penyusunan Proposal dan Skripsi. Tidak dipublikasikan Permenkes No 1691. (2011). Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Permenkes RI. Jakarta Rohani dan Hingawati Setio. (2013). Panduan Praktik Keperawatan : Komunikasi. Citra Aji Parama. Jogyakarta S.Suarli dan Yanyan Bahtiar. (2010). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Erlangga. Jakarta Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). CV Alfabeta. Bandung Soekidjo, Notoadmodjo. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta. Zen, Pribadi. (2013). Panduan Komunikasi Efektif Untuk Bekal Keperawatan Profesional. D-Medika. Jogjakarta.