INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR 2012
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman i
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR 2012
Nomor Publikasi Katalog BPS Ukuran Buku Jumlah Halaman
: 1704.1335 : 4102002.1704 : 25,0 cm x 17,6 cm : vii + 69 halaman
Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Kabupaten Kaur
Gambar kulit : Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik BPS Kabupaten Kaur
Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kaur Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kaur
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya Halaman ii
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Kata Sambutan
Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga pada tahun 2013 ini, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kaur bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kaur dapat menerbitkan publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kaur 2012. Sehubungan dengan penerbitan publikasi ini, atas nama pemerintah Kabupaten Kaur, saya mengucapkan terima kasih kepada BPS Kabupaten Kaur beserta segenap jajarannya, yang telah berupaya menyusun dan menyajikan data dan analisis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kaur ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga proses penyusunan publikasi ini dapat diselesaikan tepat waktu. Kami menyadari bahwa penyajian publikasi ini masih belum optimal. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pengguna data akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan dan penyempurnaan publikasi berikutnya. Harapan kami semoga publikasi ini dapat memenuhi harapan, bermanfaat, dan berhasil guna bagi kita semua.
Kaur, Oktober 2013 Kepala Bappeda Kabupaten Kaur,
Ir. Drs. H. Sudoto, M.Pd.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman iii
Kata Pengantar Pada tahun 2013 ini, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kaur kembali menerbitkan publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kaur Tahun 2012. Publikasi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para pengguna data terhadap informasi di bidang pembangunan manusia wilayah Kabupaten Kaur. Data yang disajikan dalam publikasi ini menggambarkan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur tahun 2012 berikut perbandingannya dengan tahun sebelumnya. Publikasi ini menyajikan tabel dan pembahasan yang sederhana dan mudah dipahami sehingga para pengguna data baik sebagai perencana, peneliti, serta penentu kebijakan dapat menggunakan dan menganalisis data IPM Kabupaten Kaur. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu sehingga proses penyusunan publikasi ini dapat diselesaikan tepat waktu. Kami menyadari bahwa penyajian publikasi ini masih belum optimal. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pengguna data akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan dan penyempurnaan publikasi berikutnya. Akhirnya, semoga publikasi ini dapat bermanfaat dan memenuhi harapan para pengguna data.
Kaur, Oktober 2013 Kepala BPS Kabupaten Kaur,
Ir. A r b i
Halaman iv
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Daftar Isi
Halaman Kata Sambutan Kepala Bappeda Kabupaten Kaur .................................................... iii Kata Pengantar Kepala BPS Kabupaten Kaur ........................................................... iv Daftar Isi .................................................................................................................... v Daftar Tabel ............................................................................................................... vi Daftar Gambar ........................................................................................................... vii BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................... 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1.2. Tujuan .............................................................................................. 1.3. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 1.4. Ruang Lingkup ................................................................................ 1.5. Sistematika Penyajian .....................................................................
1 3 4 6 6 7
BAB II
METODOLOGI ....................................................................................... 2.1. Indikator .......................................................................................... 2.2. Metode Analisis ............................................................................... 2.3. Konsep dan Definisi ........................................................................
9 12 13 18
BAB III
KONDISI OBJEKTIF PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR ...................................................................................................... 3.1. Kependudukan.................................................................................. 3.2. Pembangunan Pendidikan ............................................................... 3.3. Pembangunan Kesehatan ................................................................. 3.4. Kesehatan Lingkungan ....................................................................
21 24 26 31 37
KEMAJUAN PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR TAHUN 2012 ..........................................................................................
41
PERBANDINGAN IPM KABUPATEN KAUR DENGAN KABUPATEN LAIN .............................................................................. 5.1. Angka Harapan Hidup .................................................................... 5.2. Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah .......................... 5.3. Pengeluaran Perkapita Riil Disesuaikan .........................................
51 54 57 59
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 6.1. Kesimpulan...................................................................................... 6.2. Saran.................................................................................................
63 65 66
LAMPIRAN ..............................................................................................................
67
BAB IV
BAB V
BAB VI
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman v
Daftar Tabel
Tabel 1.
Halaman Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Komponen IPM .......................... 17
Tabel 2.
Klasifikasi Status Pembangunan Manusia ..............................................
18
Tabel 3.
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk .................
26
Tabel 4.
Indikator Kesehatan Lingkungan ............................................................
38
Tabel 5.
Diagram Analisis Situasi Pencapaian Pembangunan Manusia ...............
44
Tabel 6.
Indikator IPM dan Nilai IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu ....
69
Halaman vi
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Daftar Gambar
Gambar 1.
Halaman Komposisi Penduduk Kabupaten Kaur Menurut Kelompok Umur 2012 ...................................................................................................... 25
Gambar 2.
Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Kaur Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2012 ........................................................................ 27
Gambar 3.
Rasio Murid terhadap Sekolah di Kabupaten Kaur Menurut Kecamatan Tahun 2012 ....................................................................... 30
Gambar 4.
Rasio Guru terhadap Murid di Kabupaten Kaur Menurut Kecamatan Tahun 2012 ........................................................................................... 30
Gambar 5.
Rasio Guru terhadap Sekolah di Kabupaten Kaur Menurut Kecamatan Tahun 2012 ....................................................................... 31
Gambar 6.
Pencapaian Angka Harapan Hidup Kabupaten Kaur Tahun 20062012 ...................................................................................................... 32
Gambar 7.
Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Terakhir di Kabupaten Kaur 2012 .......................................................................
Gambar 8.
34
Persentase Balita Yang Pernah Mendapat Imunisasi di Kabupaten
Kaur Tahun 2012 ......................................................................... 35 Gambar 9.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur Tahun 2006-2012 .................................................................................. 45
Gambar 10.
Tingkat Kesenjangan Antar Komponen IPM di Kabupaten Kaur Tahun 2012 ........................................................................................... 47
Gambar 11.
IPM Kabupaten/Kota se-Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2012 ...........
54
Gambar 12.
AHH Kabupaten/Kota se-Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2012 .........
56
Gambar 13.
AMH Kabupaten/Kota se-Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2012 .........
57
Gambar 14.
RLS Kabupaten/Kota se-Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2012 ...........
59
Gambar 15.
Pengeluaran per Kapita Riil Disesuaikan Kabupaten/kota se-Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2012 (Rp.000) ................................................. 60
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman vii
Halaman viii
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Bab 1 Pendahuluan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 1
Halaman 2
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi era globalisasi yang tengah memasuki pasar bebas diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing ketat didalamnya. Untuk itu, pemerintah lebih menekankan pembangunan yang terpusat pada manusia. Hal ini sejalan dengan konsep pembangunan manusia yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir pembangunan. Agar konsep pembangunan manusia dapat diterjemahkan dengan mudah dalam pengambilan kebijakan, Indeks Pembangunan Manusia merupakan
pembangunan manusia harus dapat diukur dan dipantau secara jelas.
United
Nation
Development
Program
(UNDP)
indikator keberhasilan
memperkenalkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai
pembangunan
ukuran pembangunan manusia. Indeks tersebut merupakan
manusia yang telah
indikator keberhasilan pembangunan manusia yang telah
distandarkan secara
distandarkan secara internasional dan khusus untuk Indonesia
internasional.
telah disajikan sampai level kabupaten mulai tahun 2001. Mengingat arti penting pembangunan manusia, Kabupaten Kaur sebagai salah satu kabupaten yang relatif berusia muda (terbentuk
tahun
perkembangan
2003)
pembangunan
senantiasa manusia
memperhatikan di
daerah
ini,
sebagaimana tercermin dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sebagai indikator pembangunan, IPM mempunyai arti dan fungsi yang sangat luas, diantaranya :
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 3
(1) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit yang mengukur kualitas hidup manusia. IPM dibangun melalui pendekatan 3 dimensi, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. (2) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya pembangunan
kualitas
hidup
manusia
(masyarakat/
penduduk). (3) IPM digunakan sebagai salah satu ukuran kinerja daerah, khususnya dalam hal evaluasi proses pembangunan sumber daya manusianya. (4) IPM menjelaskan tentang bagaimana manusia mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu proses pembangunan,
sebagai
bagian
dari
haknya
dalam
memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. (5) Secara berkala, data IPM digunakan sebagai salah satu indikator dalam penyusunan Dana Alokasi Umum (DAU). (6) IPM harus digunakan dengan hati-hati, meskipun indeksindeks tersebut memberikan petunjuk umum tentang kebutuhan-kebutuhan dan prioritas-prioritas pembangunan manusia. Indeks tersebut masih perlu dilengkapi dengan informasi-informasi kuantitatif dan kualitatif yang harus dimiliki oleh pemerintah daerah.
1.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari penghitungan IPM meliputi tiga aspek kehidupan yang berfokus pada peningkatan kualitas penduduk sebagai subjek pembangunan nasional. Ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut :
Halaman 4
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
1.
Fisik Dari aspek fisik bertujuan untuk mengetahui kesehatan penduduk yang diukur dengan angka harapan hidup.
2.
Mental Dari aspek mental bertujuan untuk mengetahui pendidikan penduduk yang diukur dengan angka melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas dan rata-rata lama sekolah.
3.
Kesejahteraan Ekonomi Dari aspek kesejahteraan ekonomi bertujuan untuk mengetahui daya beli penduduk yang diukur dengan paritas daya beli (purchasing power parity). Sebagai sebuah indikator, penghitungan IPM bertujuan
Tujuan penghitungan IPM meliputi tiga aspek kehidupan yang berfokus pada peningkatan kualitas penduduk sebagai subjek pembangunan nasional. Ketiga
pula
untuk alat
pembangunan.
evaluasi
Di
era
sekaligus otonomi
dasar
perencanaan
daerah,
perencanaan
pembangunan sepenuhnya menjadi wewenang Pemerintah Daerah,
termasuk
diantaranya
adalah
peningkatan
pembangunan manusia. Melalui analisis IPM Kabupaten Kaur ini, diharapkan dapat digunakan untuk : (a) Sebagai
indikator
awal
untuk
memahami
bahwa
aspek tersebut adalah
pembangunan manusia mempunyai cakupan yang luas.
fisik, mental, dan
Apa yang diungkapkan oleh IPM sesungguhnya memiliki
kesejahteraan ekonomi.
kaitan
implisit
dengan
persoalan
kemiskinan,
pengangguran, keterbelakangan, gizi anak, kesetaraan gender, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, upaya peningkatan IPM bukan hanya berfokus pada tiga aspek semata,
tetapi
harus
melalui
perencanaan
yang
komprehensif. (b) Angka IPM melalui tiga komponennya memberikan indikasi
tingkat
ketertinggalan
(shortfall)
atas
pembangunan manusia, apakah di bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonominya. Berdasarkan hal itu dapat digunakan untuk menyusun prioritas dan penciptaan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 5
kondisi yang lebih baik untuk mengejar ketertinggalan tersebut. (c) Melalui besaran IPM, dapat disusun penggolongan daerah menurut kualitas pembangunan manusianya. Dengan demikian, dapat digunakan untuk memetakan posisi suatu daerah dibanding daerah lain.
1.3 Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia utamanya data Susenas disamping Sensus Penduduk (SP2000) dan SUPAS 2005. Untuk IPM 2012, data yang digunakan meliputi Susenas Kor Juli 2012, Jenis data yang
Susenas Panel Maret 2012, dan IHK 2012. Susenas Kor Juli
dikumpulkan dalam
2012 digunakan untuk menghitung indikator Angka Melek
penghitungan IPM
Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS). Untuk
adalah : data
Angka Harapan Hidup (e0) dihitung menggunakan modelling
fertilitas, data
berdasarkan data SP2000, SUPAS 2005, dan Susenas 2011 dan
pendidikan, dan data
Susenas 2012. Sedangkan Susenas Panel Maret 2012 digunakan
pengeluaran konsumsi
untuk menghitung daya beli yang didasarkan pada 27 komoditi.
perkapita.
Indeks Harga Konsumen (IHK) 2012 digunakan untuk mendeflate harga implisit dari 27 komoditi pada Susenas Panel Maret 2012 untuk memperoleh harga pada kondisi bulan Juni tahun 2012.
1.4 Ruang Lingkup Mengingat luasnya pembahasan mengenai pembangunan manusia, maka analisis mengenai IPM Kabupaten Kaur ini dibatasi dengan ruang lingkup sebagai berikut : (1)
Analisis
dibatasi pada data tahun 2012
dengan
memperbandingkan perkembangan tahun 2011.
Halaman 6
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
(2)
Fokus analisis adalah pada tiga komponen IPM yaitu Angka Harapan Hidup (e0), Angka Melek Huruf (AMH), dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS), serta Paritas Daya Beli.
(3)
Untuk
melihat
posisi
pembangunan
manusia
di
Kabupaten Kaur dilakukan perbandingan dengan IPM Provinsi Bengkulu dan kabupaten lain dalam Provinsi Bengkulu. 1.5 Sistematika Penyajian Penyajian buku Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012 ini terbagi ke dalam lima bab sebagai berikut : Bab 1, Pendahuluan, menyajikan : 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan dan Kegunaan 1.3 Jenis dan sumber data 1.4 Ruang lingkup 1.5 Sistematika penyajian Bab 2, Metodologi, menyajikan : 2.1 Indikator 2.2 Metode analisis 2.3 Konsep dan definisi Bab 3, Kondisi Objektif Pembangunan Manusia di Kabupaten Kaur, menyajikan : 3.1 Kependudukan 3.2 Pembangunan Pendidikan 3.3 Pembangunan Kesehatan 3.4 Kesehatan Lingkungan Bab 4, Pencapaian IPM Kabupaten Kaur Tahun 2012, Bab 5, Perbandingan IPM Kabupaten Kaur dengan Kabupaten lain di Provinsi Bengkulu, menyajikan : 5.1 Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 7
5.2 Angka Harapan hidup 5.3 Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah 5.4 Pengeluaran perkapita Riil Disesuaikan Bab 6, Kesimpulan dan saran, menyajikan : 6.1 Kesimpulan 6.2 Saran
Halaman 8
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Bab 2 Metodologi
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 9
Halaman 10
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
METODOLOGI Pembangunan manusia menurut definisi UNDP (1990) Untuk mengukur
merupakan
model
pembangunan
yang
ditujukan
untuk
pencapaian
memperluas pilihan yang dapat ditumbuhkan melalui upaya
pembangunan
pemberdayaan penduduk. Pemberdayaan penduduk ini dapat
manusia yang telah
dicapai melalui upaya yang menitikberatkan pada peningkatan
dilakukan di suatu
kemampuan dasar manusia yaitu meningkatkan derajat
wilayah digunakan
kesehatan, pengetahuan dan keterampilan agar dapat digunakan
suatu indeks komposit,
untuk mempertinggi partisipasi dalam kegiatan ekonomi
yaitu Indeks Pembangunan
produktif, peningkatan
sosial
budaya
kemampuan
dan dasar
politik.
Upaya
manusia
terhadap
berarti
juga
Manusia (IPM) atau
pemenuhan akan hak asasi, yaitu hak untuk menikmati usia
Human Development
yang lebih panjang, hak untuk mendapatkan pendidikan dan
Index (HDI).
hak untuk dapat hidup layak. Untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah digunakan suatu indeks komposit, yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Walaupun indikator tersebut tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia,
namun
mampu
mengukur
dimensi
pokok
pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar manusia. Kemampuan dasar tersebut adalah umur panjang dan sehat yang diukur dengan Angka Harapan Hidup waktu lahir, pengetahuan yang diukur dengan angka Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf, serta standar hidup layak yang diukur dengan kemampuan daya beli. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 11
Dikatakan indeks komposit karena dibentuk dari 3 komponen tersebut : Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan, dan Indeks Daya Beli Penduduk. 2.1 Indikator Indikator merupakan petunjuk yang memberikan indikasi tentang suatu keadaan dan merupakan refleksi dari keadaan tersebut. Dalam definisi lain, indikator dapat dikatakan sebagai variabel penolong dalam mengukur perubahan. Variabelvariabel ini terutama digunakan apabila perubahan yang akan dinilai tidak dapat diukur secara langsung. Indikator yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan lain : 1.
Sahih (valid), indikator harus dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya akan diukur oleh indikator tersebut.
2.
Obyektif,
untuk
hal
yang
sama
indikator
harus
memberikan hasil yang sama pula, walaupun dipakai oleh Indikator merupakan petunjuk yang
orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda. 3.
memberikan indikasi tentang suatu keadaaan, atau dalam
Sensitif, perubahan yang kecil mampu terdeteksi oleh indikator.
4.
Spesifik, indikator hanya mengukur perubahan situasi yang dimaksud
definisi lain sebagai variabel penolong
Namun demikian perlu disadari bahwa tidak ada ukuran
dalam mengukur
baku yang benar-benar dapat mengukur tingkat kesejahteraan
perubahan.
seseorang atau masyarakat. Indikator bisa bersifat tunggal (indikator tunggal) yang isinya terdiri dari satu indikator, seperti Angka Kematian Bayi (AKB), dan bersifat jamak (indikator komposit) yang merupakan gabungan dari beberapa indikator, seperti Indeks Mutu Hidup (IMH) yang merupakan gabungan dari tiga jenis indikator yaitu Angka Melek Huruf (AMH), Angka Kematian
Halaman 12
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup dari anak usia satu tahun (AHHe1 ). Menurut jenisnya indikator dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu : 1.
Indikator
input, yang
berkaitan
dengan
penunjang
pelaksanaan program dan turut menentukan keberhasilan program, seperti rasio murid-guru, rasio murid-kelas, rasio penduduk-dokter, rasio penduduk-puskesmas dan lain sebagainya. 2.
Indikator proses, yang menggambarkan bagaimana proses
Menurut sifatnya
pembangunan berjalan, seperti : Angka Partisipasi Kasar
indikator dapat
(APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Rata-rata Jumlah
bersifat tunggal dan
Jam Kerja, Rata-rata Jumlah Kunjungan ke Puskesmas,
jamak. Menurut jenisnya indikator
Persentase Proses Kelahiran yang Ditolong oleh Dukun. 3.
Indikator
Output/Outcome,
yang
mengambarkan
terdiri atas indikator
bagaimana hasil (output) dari suatu program kegiatan telah
input, indikator
berjalan seperti : persentase penduduk dengan pendidikan
proses, dan indikator
SMU/setara ke atas, Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
output.
Harapan Hidup (AHH) dan lain-lain. 2.2 Metode Analisis IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari Indeks Harapan Hidup (e0), Indeks pendidikan (angka melek huruf ditambah dengan rata-rata lama sekolah), dan Indeks Daya Beli Penduduk (standar hidup layak). Penjelasan mengenai indeks-indeks tersebut sebagai berikut : a.
Komponen Usia Hidup (Longevity) Usia hidup (longevity) diukur dengan indeks Angka
Harapan Hidup. Sebenarnya cukup banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup. Namun dengan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 13
mempertimbangkan ketersediaan data secara umum, maka UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectancy at birth) sebagai salah satu komponen untuk penghitungan IPM. Untuk menghitung angka harapan hidup ini digunakan metoda tidak langsung dengan menggunakan dua macam data dasar, yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Sumber data yang dapat digunakan untuk penghitungan angka harapan hidup ini adalah dari Sensus Penduduk, Survei Penduduk Antar Sensus (Supas), dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Setelah diperoleh angka harapan hidup waktu lahir, selanjutnya dihitung indeksnya dengan membandingkan angka tersebut terhadap angka yang sudah distandarkan (dalam hal ini UNDP telah menetapkan nilai minimum dan maksimum untuk angka harapan hidup, yaitu masing-masing 25 tahun dan 85 tahun, lihat tabel 1). b.
Komponen Pengetahuan (Knowledge) Sementara
itu
komponen
pengetahuan
diukur
menggunakan dua variabel, yaitu angka melek huruf dan ratarata lama sekolah.
Indikator angka melek huruf penduduk
dewasa, dapat diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis yang dihasilkan dari Susenas Kor. Sedangkan untuk memperoleh angka rata-rata lama sekolah (Mean Years of Schooling, MYS) dihitung dengan mengolah dua variabel secara simultan, yaitu : tingkat/kelas yang sedang/pernah diduduki dan jenjang pendidikan yang ditamatkan.
Angka-angka inipun
diolah dari angka Susenas Kor. Penghitungan rata-rata lama sekolah dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, dihitung lama
sekolah
untuk
masing-masing
individu
dengan
menggunakan pola hubungan antar variabel. Tahap selanjutnya dihitung rata-rata lama sekolah. Halaman 14
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
c.
Komponen Standar Hidup Layak (Decent Living) Untuk mengukur standar hidup layak, data dasar PDRB
per kapita tidak dapat digunakan karena bukan ukuran yang peka untuk mengukur kemampuan daya beli penduduk. Untuk itu penghitungan IPM menggunakan konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan untuk mengukur kemampuan daya beli penduduk,
penggunaannya
sendiri
sudah
merupakan
kesepakatan dari UNDP untuk keperluan perbandingan antar wilayah/negara. Sumber data yang digunakan adalah jumlah pengeluaran per kapita yang meliputi konsumsi makanan dan konsumsi non makanan dari Susenas Kor dan Modul.
Penghitungan indikator konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dilakukan melalui tahapan pekerjaan sebagai berikut : a.
Menghitung pengeluaran konsumsi perkapita dari Susenas Modul (=A)
b.
Mendefinisikan nilai A dengan IHK Kabupaten Kaur yang sesuai (=B)
c.
Menghitung daya beli per unit (=PPP/unit) Penghitungan PPP/unit dilakukan dengan rumus :
Ei(i ,j) PPP / Unit
j
(P( x ,j) .Q(i ,j) ) j
dimana, E(i, j) = pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten i P(x, j) = harga komoditi j di Jakarta Selatan Q(i, j) = jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Kabupaten i d.
Membagi nilai B dengan PPP/unit (=C)
e.
Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai marginal utility dari C.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 15
Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian ratarata konsumsi riil secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : C(i) * = C(i)
jika C(i) < Z
= Z + 2(C(i) – Z )(1/2)
jika Z < C(i) < 2Z
= Z + 2(Z)(1/2) + 3(C(i) – 2Z)(1/3) jika 2Z < C(i) < 3Z = Z + 2(Z)(1/2) + 3(Z)(1/3) + 4(C(i) – 3Z)(1/4) jika 3Z < C(i) < 4Z dimana, C(i) = Konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit Z=
Treshold
atau
tingkat
pendapatan
tertentu
yang
digunakan sebagai batas kecukupan yang dalam laporan ini
nilai
Z
ditetapkan
secara
arbiter
sebesar
Rp549.500,00 perkapita setahun, atau Rp1.500,00 per kapita per hari. RUMUS PENGHITUNGAN IPM Rumus penghitungan IPM dapat disajikan sebagai : IPM
indeks ( X1 ) indeks ( X 2 ) indeks ( X3 ) 3
dimana : X1 = Indeks Lamanya hidup ( X 1 25 ) (85 25) X2 = Indeks pendidikan
2 1 (Indeks Melek Huruf) (Indeks Lama Sekolah ) 3 3 2 ( X21 0) 1 ( X22 0) 3 (100 0) 3 (15 0)
Halaman 16
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
X3 = Indeks standar hidup layak
( X 3 360) (732,72 300)
Masing-masing
indeks
komponen
IPM
tersebut
merupakan perbandingan antara selisih nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut :
Indeks X( i ,j)
( X( i ,j) X ( imin) ) ( X ( imaks) X ( imin) )
Dimana : X(i, j) = indeks komponen ke-i dari daerah j X(i – min) = nilai minimum dari Xi X(i – maks = nilai maksimum dari Xi Tabel 1. Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Komponen IPM Indikator Komponen IPM(=Xi)
Nilai Maks.
(1)
Nilai Min.
Catatan
(2)
(3)
(4)
Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf
85 100
25 0
Rata-rata Lama Sekolah
15
0
737.720a)
300.000 (1996) 360.000b) (1999)
Standar UNDP Standar UNDP UNDP menggunakan combined gross enrolment ratio UNDP menggunakan PDB riil perkapita yang telah disesuaikan
Konsumsi riil perkapita yang telah disesuaikan 1996
Catatan : a.
Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk provinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan
dengan
formula
Atkinson.
Proyeksi
mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1993-2018. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 17
b.
Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk provinsi yang memiliki angka terendah tahun 1990 di daerah perdesaan Sulawesi Selatan dan di Papua. Nilai maksimum dan nilai minimum untuk komponen
angka harapan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah sama seperti yang digunakan UNDP dalam menyusun IPM global sebelum tahun 1994, batasan tersebut juga digunakan BPS-UNDP, dengan demikian indeks harapan hidup dan indeks pendidikan memungkinkan untuk dilakukan perbandingan baik tingkat nasional maupun internasional. Nilainya disajikan pada tabel 1.
Klasifikasi Status Pembangunan Manusia Meningkatnya pembangunan manusia dapat dilihat berdasarkan besaran/skor IPM yang dapat dicapai. Berdasarkan klasifikasi tersebut tingkat pencapaian IPM menjadi empat kategori sebagai mana tercatum dalam tabel berikut.
Tabel 2. Klasifikasi Status Pembangunan Manusia Nilai IPM < 50 50 ≤ IPM < 66 66 ≤ IPM < 80 ≥ 80
Status Pembangunan Manusia *) Rendah Menengah Bawah Menengah Atas Tinggi
*) modifikasi terhadap klasifikasi UNDP, dengan memecah status menengah
2.3 Konsep dan Definisi Angka Harapan
Perkiraan
lama
hidup
rata-rata
Hidup pada Waktu
penduduk dengan asumsi tidak ada
Lahir (e0)
perubahan pola mortalitas menurut umur.
Halaman 18
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Angka Melek Huruf
Proporsi penduduk berusia 15 tahun
Penduduk Dewasa
ke atas yang dapat membaca dan menulis (baik huruf latin maupun huruf lainnya).
Paritas Daya Beli
Indikator ekonomi yang digunakan
(Purchasing Power
untuk
Parity = PPP)
harga-harga
melakukan riil
perbandingan antar
wilayah
provinsi dan antar kabupate/kota. Dalam
konteks
PPP
untuk
Indonesia, satu rupiah di suatu (provinsi/
kabupaten)
memiliki
daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta.
PPP dihitung
berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks
harga
konsumen
dan
penurunan utilitas marginal yang dihitung dengan formula Atkinson. Indeks Peluang
Perbandingan antara selisih angka
Hidup
harapan
hidup
minimumnya
dengan
dan
selisih
nilai nilai
maksimum dan minimum angka harapan hidup tersebut. Indeks Pengetahuan
Penjumlahan antara indeks melek huruf dengan indeks rata-rata lama sekolah.
Konsumsi Perkapita
Pengeluaran makanan
perkapita
dan
bukan
untuk makanan.
Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, Sedangkan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
tembakau bukan
dan
sirih.
makanan Halaman 19
mencakup
perumahan,
sandang,
biaya kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Rata-rata Lama
Rata-rata
jumlah
tahun
yang
Sekolah (Mean Years
dihabiskan oleh penduduk berusia
of Scholing = MYS)
15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.
Reduksi Shorfall
Mengukur keberhasilan pembangun an manusia dipandang dari jarak antara
yang
dicapai
terhadap
kondisi ideal (IPM = 100). Nilai reduski shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih
cepat.
Pengukuran
ini
didasarkan asumsi, laju perubahan tidak bersifat linier, tetapi laju perubahan
cenderung
melambat
pada tingkat IPM yang lebih tinggi.
Halaman 20
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Bab 3 Kondisi Objektif Pembangunan Manusia di Kabupaten Kaur
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 21
Halaman 22
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
KONDISI OBJEKTIF PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN KAUR Indeks Pembangunan Manusia (IPM) telah menjadi indikator penting dalam menilai keberhasilan pembangunan suatu daerah. Karena itu, perencanaan pembangunan daerah semakin mengarah pada tujuan untuk meningkatkan sumber Pembangunan
daya manusia yang bermuara pada peningkatan IPM. Namun
Manusia adalah
perlu disadari bahwa investasi pembangunan manusia tidak
investasi jangka
dapat bersifat instan dan cepat, tetapi dampak positifnya akan
panjang.
dirasakan pada beberapa periode ke depan. Sebagai contoh, upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah seperti dimanifestasikan dalam program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, hasilnya akan meningkatkan IPM setelah beberapa tahun berikutnya. Investasi pembangunan manusia memang merupakan pembangunan jangka panjang. Di
satu
sisi,
secara
formulasi
IPM
hanyalah
merefleksikan tiga komponen yang menjadi penyusunnya. Namun sesungguhnya banyak determinan yang harus diketahui Program peningkatan IPM harus bersifat holistik pada segenap unsur kesejahteraan
manusia.
dibalik ketiga komponen IPM tersebut. Harapan Hidup (AHH).
Misalnya, Angka
Dalam konsep demografis, AHH
adalah fungsi matematis dari Angka Kematian Bayi (AKB). Dengan
demikian
program
pembangunan,
seharusnya
difokuskan pada determinan di belakang AKB seperti akses pelayanan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, penyadaran kesehatan keluarga, dan sebagainya.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Dengan kata lain,
Halaman 23
program pembangunan untuk meningkatkan IPM tidak semata intervensi langsung terhadap komponen IPM, tetapi harus bersifat
holistik dan
menyeluruh
pada
segenap
unsur
kesejahteraan manusia. Berkaitan dengan itu, pada paparan berikut akan diuraikan bagaimana status pembangunan manusia di Kabupaten Kaur pada tahun 2012, karena berdasarkan kondisi obyektif inilah yang akan menentukan pencapaian IPM pada masa-masa yang akan datang. 3.1 Kependudukan Penduduk Kabupaten Kaur pada tahun 2012 mencapai 110.921 jiwa yang terdiri dari 57.429 laki-laki dan 53.492 perempuan. Dengan wilayah seluas 2.365,00 km2, tingkat kepadatan penduduk kabupaten ini sekitar 46,90 orang per km2. Struktur penduduk Kabupaten Kaur didominasi oleh usia muda dan produktif. Ini terlihat dari besarnya penduduk yang berada pada kelompok umur 15-64 tahun yang mencapai 73.676 jiwa atau 66,42 persen, sedangkan penduduk yang berusia 0-14 tahun sebanyak 33.037 jiwa atau 29,80 persen, sementara Penduduk Kabupaten
penduduk lanjut usia yang berumur 65 tahun atau lebih
Kaur didominasi oleh
jumlahnya 4.188 jiwa atau hanya 3,78 persen. Struktur ini
usia muda dan
menggambarkan besarnya potensi sumber daya manusia untuk
produktif.
didayagunakan demi kemajuan Kabupaten Kaur. Adalah menarik untuk dicermati bahwa diantara 15 kecamatan di Kabupaten Kaur, dua kecamatan memiliki penduduk yang cukup padat, yaitu Kecamatan Kaur Tengah dan dan Kecamatan Kelam Tengah. Tingkat kepadatan penduduknya mencapai 170-177 jiwa/km2.
Kecamatan
terjarang penduduknya adalah Padang Guci Hulu, Muara
Halaman 24
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Sahung,
Kinal, dan Nasal, dengan kepadatan penduduk
berkisar antara 18-30 jiwa/km2, sedangkan
kecamatan-
kecamatan lainnya memiliki tingkat kepadatan penduduk antara 31-155 jiwa/km2. Ini menunjukkan tingkat kepadatan penduduk tidak merata, dan tentunya berkait dengan akses ekonomi maupun sosial yang dimiliki oleh kecamatan-kecamatan tersebut. Gambar 1. Komposisi Penduduk Kabupaten Kaur Menurut Kelompok Umur Tahun 2012
Sumber : BPS Kabupaten Kaur, 2013
Dalam kaitannya dengan pengembangan sumber daya manusia, kepadatan penduduk yang tidak merata yang diikuti dengan disparitas akses sosial dan ekonomi akan mendorong terjadinya migrasi dari wilayah yang kurang padat penduduk ke wilayah yang padat penduduk.
Akibatnya dalam jangka
panjang daerah asal migrasi menjadi kurang berkembang akibat Penduduk Kabupaten Kaur terkonsentrasi di
kekurangan tenaga kerja, sedangkan daerah tujuan migrasi akan mengalami
problema
sosial.
Oleh
karena
itu, dengan
Kecamatan Kaur
mengetahui konsentrasi kependudukan ini, diharapkan pada
Tengah dan Kelam
masa mendatang dapat direncanakan untuk melakukan pusat-
Tengah.
pusat pertumbuhan pada masing-masing sehingga kepadatan penduduk dapat lebih merata dan mampu tumbuh secara seimbang.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 25
Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Kaur Tahun 2012 Kecamatan (1)
Nasal Maje Kaur Selatan Tetap Kaur Tengah Kinal Semidang Gumay Muara Sahung Luas Tanjung Kemuning Lungkang Kule Kaur Utara Padang Guci Hulu Padang Guci Hilir Kelam Tengah J u m l ah
Luas (km2)
Penduduk (jiwa)
Kepadatan (jiwa/km2)
(2)
(3)
(4)
519,92 361,04 92,75 87,92 26,40 154,03 64,91 256,00 124,88 72,91 32,00 49,80 370,64 115,96 35,84 2.365,00
29,99 33,88 155,66 68,49 170,00 28,48 85,50 21,86 39,69 149,09 103,83 132,59 18,39 31,78 177,53 46,90
15.591 12.233 14.437 6.022 4.488 4.387 5.550 5.597 4.956 10.870 3.322 6.603 6.815 3.686 6.363 110.921
Sumber : BPS Kabupaten Kaur, 2013
3.2
Pembangunan Pendidikan Pendidikan erat kaitannya dengan kualitas manusia.
Berdasarkan data tahun 2012 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Kaur relatif rendah. Berdasarkan ijasah tertinggi yang dimiliki, penduduk Kabupaten Kaur berumur 10 tahun ke atas mayoritas hanya Tingkat pendidikan
berpendidikan
Sekolah
Dasar
Jumlahnya mencapai 33,92 persen.
(SD)
ke
bawah.
Sementara itu, 20,16
penduduk Kabupaten
persen berpendidikan SLTP, 17,92 persen berpendidikan SLTA
Kaur masih relatif
dan hanya 4,18 persen yang berpendidikan lebih tinggi dari
rendah, 57,74 persen
SLTA.
Ini
menunjukkan,
bahwa
meskipun
struktur
berpendidikan SD ke
kependudukan Kabupaten Kaur didominasi oleh usia muda dan
bawah.
produktif, tetapi kualitasnya masih memerlukan perhatian yang lebih serius.
Halaman 26
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Rendahnya
tingkat
pendidikan,
berkaitan
dengan
rendahnya partisipasi sekolah pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Pada tahun 2012, partisipasi sekolah pada anak
umur 7-12 tahun mencapai 98,82 persen. Tetapi pada anak Program Wajib
umur 13-15 tahun, yang merupakan usia anak sekolah tingkat
Belajar 9 tahun belum
SLTP, partisipasi sekolah pada kelompok umur ini 85,31
sepenuhnya tercapai,
persen. Artinya ada 14,69 persen anak usia 13-15 tahun yang
masih ada 14,69
tidak bersekolah lagi. Pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat
persen anak yang usia
Atas (SLTA), atau pada kelompok umur 16-18 tahun,
wajib belajar yang
partisipasi sekolahnya lebih rendah lagi, yakni hanya 62,57
belum mencapai
persen. Berarti ada 37,43 persen anak usia 16-18 tahun yang
pendidikan SLTP.
tidak bersekolah lagi. Kondisi ini merupakan tantangan bagi jajaran pemerintah dan masyarakat Kabupaten Kaur untuk meningkatkan derajat pendidikan masyarakat. Bila mengacu pada program wajib belajar 9 tahun, terlihat bahwa program ini belum tercapai sepenuhnya. Masih ada 14,69 persen anak lagi yang belum mencapai pendidikan SLTP.
Gambar 2. Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Kaur Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2012
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, 2012
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 27
Gambar 2 memperlihatkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, tingkat partisipasi sekolah semakin rendah dan sebaliknya angka putus sekolah semakin tinggi. Bahkan untuk tingkat SLTA, proporsi antara angka partisipasi sekolah dan angka putus sekolah relatif tidak berbeda jauh. Tingginya angka partisipasi sekolah pada tingkat Sekolah Dasar tidak terlepas dari gencarnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah untuk menuntaskan program wajib belajar 9 tahun, disamping pembiayaan sekolah pada tingkatan ini relatif kecil bahkan boleh dikatakan gratis. Namun demikian program ini belum sepenuhnya berhasil. Terbukti masih ada anak usia 7-12 tahun atau 13-15 tahun yang mengalami putus sekolah yang jumlahnya mencapai 15,87 persen. Berkaitan
dengan
infrastruktur
pendidikan,
jumlah
Sekolah Dasar/sederajat (SD/MI) di Kabupaten Kaur mencapai 139 sekolah (129 SD dan 10 MI) yang tersebar di seluruh kecamatan, sedangkan sekolah tingkat SLTP (SMP/MTs) berjumlah 41 sekolah (33 SMP dan 8 MTs) dan tingkat SLTA (SMA/SMK/MA) berjumlah 36 sekolah (24 SMA, 9 SMK dan 3 MA). Namun demikian, persoalan penyediaan infrastruktur sekolah, bukan hanya pada masalah jumlah melainkan lebih kepada pemerataan dan kualitas sekolah itu sendiri. Dari sisi pemerataan, data Dinas Pendidikan Kabupaten Kaur memberikan gambaran bahwa masih terdapat kesenjangan antara satu kecamatan dengan kecamatan yang lain. Ini bisa dilihat dari indikator Rasio Murid terhadap Sekolah (RM/S), Rasio Murid terhadap Guru (RM/G), dan Rasio Guru terhadap Sekolah (RG/S). Pada tingkat Sekolah Dasar atau yang sederajat, secara umum indikator pelayanan pendidikan relatif baik, dimana Halaman 28
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
RM/S berada pada angka 115,73. Artinya satu sekolah dasar memiliki murid rata-rata 115-116 siswa. Sekolah dasar di Kecamatan Kaur Selatan, Muara Sahung, Tanjung Kemuning dan Kaur Utara, memiliki RM/S yang jauh lebih besar dibandingkan kecamatan lain, yaitu mencapai 126-138 siswa per sekolah, sementara di Kecamatan Kinal rasionya paling rendah, yaitu 95,86. Pada indikator Rasio Murid terhadap Guru (RM/G), rata-rata seorang guru SD/MI di Kabupaten Kaur mengajar 15-16 orang murid. Dengan kisaran rasio antara 9,52 di Kecamatan Kaur Tengah hingga 26,66 di Kecamatan Nasal. Rasio
Guru
terhadap
memperlihatkan
Sekolah
kesenjangan.
(RG/S)
Rata-rata
juga
sebuah
masih sekolah
dasar/sederajat di Kabupaten Kaur memiliki 6-7 orang guru. Jumlah ini relatif ideal untuk mengajar di sekolah dasar yang rata-rata memiliki 6 kelas. Kecamatan Nasal dan Padang Guci Hulu, memiliki angka RG/S yang paling rendah yaitu antara 4,39-4,90.
Sementara RG/S terbesar di Kecamatan Kaur
Selatan dan Kaur Tengah 9,86-10,33. Sebagaimana Sekolah Dasar, di setiap kecamatan di Kabupaten Kaur telah didirikan SLTP atau yang sederajat (MTs). Pada tingkat SLTP ini, rasio murid per sekolah (RM/S) berada pada kisaran 147,93. Rasio terbesar ada di Kecamatan Kaur Tengah (308,00), Luas (291,00), dan Padang Guci Hulu (281,00) sedangkan rasio terendah di Kecamatan Nasal (69,33), Muara Sahung (85,00), dan Semidang Gumay (105,50). Sementara itu, rasio murid per guru (RM/G) tercatat sebesar 13,69 dengan rasio tertinggi di Kecamatan Luas (24,25) dan rasio terendah di Kecamatan Semidang Gumay (8,12). Sedangkan
untuk
rasio
guru
per
sekolah
(RG/S),
kesenjangannya berkisar antara 5,22 di Kecamatan Nasal hinga 19,75 di Kecamatan Kaur Selatan, dengan rata-rata RG/S Kabupaten Kaur sebesar 10,80. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 29
Pada tingkat SLTA, Kabupaten Kaur memiliki 36 SMA, (Sekolah Menengah Atas), enam SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), dan enam MA (Madrasah Aliyah). Hampir seluruh kecamatan telah berdiri sekolah setingkat SLTA ini. Hanya Kecamatan Tetap dan Kelam Tengah yang belum memiliki sekolah SLTA, baik SMA, SMK maupun MA. Gambar 3. Rasio Murid terhadap Sekolah di Kabupaten Kaur Menurut Kecamatan Tahun 2012
Sumber : BPS Kabupaten Kaur, 2013
Gambar 4. Rasio Murid terhadap Guru di Kabupaten Kaur Menurut Kecamatan Tahun 2012
Sumber : BPS Kabupaten Kaur, 2013
Halaman 30
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Gambar 5. Rasio Guru terhadap Sekolah di Kabupaten Kaur Menurut Kecamatan Tahun 2012
Sumber : BPS Kabupaten Kaur, 2013
3.3
Pembangunan Kesehatan Faktor kesehatan menjadi satu dari tiga indikator penting
penunjang pembangunan manusia karena bila daya tahan tubuhnya baik maka tingkat produktivitas manusia secara langsung bisa tergali dengan optimal. Pada saat sehat orang dapat menjalankan aktivitas seperti bekerja, bersekolah, mengurus rumahtangga, berolah raga, maupun menjalankan aktivitas lainnya lebih baik dibandingkan saat kondisi tubuhnya sedang sakit. Departemen
Kesehatan,
2003,
mencanangan
visi
pembangunan kesehatan yaitu tercapainya penduduk dengan Angka Harapan
perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
Hidup (AHH)
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
penduduk Kabupaten
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh
Kaur meningkat setiap
wilayah Republik Indonesia. Visi pembangunan ini merupakan
tahun.
cita-cita reformasi bidang kesehatan yang diangkat sebagai bagian dari pembangunan manusia secara keseluruhan selain pembangunan bidang ekonomi dan pendidikan.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 31
Di tingkat kabupaten, visi yang dicanangkan oleh Departemen Kesehatan tersebut, menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan setempat untuk mewujudkannya antara lain melalui peningkatkan pengaturan dan fasilitas penyelenggaraan upayaupaya kesehatan; peningkatkan pemberdayaan potensi sumber daya
kesehatan;
pendayagunaan
peningkatkan
aparatur
kesehatan
profesionalitas dalam
dan
meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat; serta peningkatkan kualitas penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Salah
satu
indikator
meningkatnya
pembangunan
kesehatan adalah pencapaian Angka Harapan Hidup (AHH). Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Angka Harapan Hidup (AHH) di Kabupaten Kaur setiap tahun senantiasa meningkat. Pada tahun 2006, AHH di kabupaten ini tercatat sebesar 67,20 tahun dan pada tahun 2011 telah mencapai 67,99 tahun.
Gambar 6. Pencapaian Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Kaur Tahun 2007-2012
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013
Halaman 32
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan fungsi matematis dari Angka Kematian Bayi (AKB). Panjangnya usia hidup secara negatif berhubungan dengan rendahnya angka kematian (bayi lahir mati, kematian bayi bawah 1 tahun, kematian anak di bawah lima tahun dan kematian ibu) dan tingginya angka kesehatan. Makin tinggi angka kesehatan menyebabkan makin rendahnya angka kematian sehingga memperbesar harapan untuk hidup. Dapat dikatakan bahwa meningkatnya AHH Kabupaten Kaur merupakan gambaran adanya penurunan AKB. Penurunan AKB berkaitan erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah lamanya bayi disusui, penolong kelahiran, pendidikan kaum perempuan, perilaku hidup sehat, dan kemudahan dan keterjangkauan sarana kesehatan.
Angka kematian bayi baru lahir terutama disebabkan oleh antara lain infeksi dan berat bayi lahir rendah. Kondisi tersebut berkaitan
erat
dengan
kondisi
kehamilan,
pertolongan
persalinan yang aman, dan perawatan bayi baru lahir. Sebanyak 24,90
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah kelahiran yang
persen persalinan
ditolong oleh tenaga medis di Kabupaten Kaur selalu
bayi di Kabupaten
mengalami peningkatan. Pada tahun 2007, persentase kelahiran
Kaur masih dibantu
yang ditolong oleh bidan mencapai 59,11 persen dan pada pada
oleh tenaga nonmedis.
tahun 2012 telah mencapai 66,26 persen dari total kelahiran. Sebaliknya, pada saat yang sama penolong kelahiran dari tenaga non medis menurun dari 39,40 persen menjadi 24,90 persen.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 33
Gambar 7. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Terakhir di Kabupaten Kaur Tahun 2007-2012
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, 2013
Ketahanan tubuh bayi sangat dipengaruhi oleh masukan gizi dan imunisasi yang diberikan. Masukan gizi yang baik untuk bayi berasal dari ASI. Air susu ibu disamping memenuhi kebutuhan akan gizi juga mengandung zat antibodi terhadap penyakit. ASI merupakan sumber zat gizi utama dan paling berperan pada masa-masa pertama anak yang baru lahir hingga usia 2 tahun. Sebagai sumber gizi utama, ASI juga mengandung beberapa nutrien khusus bagi pertumbuhan otak bayi, seperti taurin, laktosa, omega-3 asam linoleat alfa, dan asam lemak ikatan panjang antara lain DHA (Docosahexanoic Acid) dan AA (Arachidonic Acid) yang ke semua nutrien tersebut tidak bisa didapat dari susu sapi atau fomula. Kalaupun ada itupun hanya dengan komposisi yang sangat sedikit. Berbagai fakta ilimiah membuktikan bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas jika diberi ASI secara ekslusif pada 4-6 bulan pertama kehidupannya. Ekslusif artinya adalah pada kurun waktu tersebut bayi hanya mengkonsumsi ASI saja dan tidak diberi tambahan makanan apapun. Namun ternyata tidak semua bayi di Kabupaten Kaur memperoleh ASI. Halaman 34
Hasil Survei Sosial
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Ekonomi Nasional menunjukkan bahwa persentase balita yang tidak diberi ASI meningkat dibandingkan tahun 2011.
Di
Kabupaten Kaur, masih ada 1,05 persen balita yang tidak diberi ASI, sedangkan pada tahun 2011 persentasenya 0,49 persen. Usia balita merupakan usia yang rentan terhadap terserang berbagai penyakit berbahaya, seperti tuberculosis, diphteri, polio, campak atau hepatitis. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh balita terhadap serangan berbagai penyakit tersebut, pemerintah telah menyelenggarakan program imunisasi dasar bagi balita. Data Susenas menunjukkan bahwa telah terjadi Imunisasi pada Balita: BCG 95,44 persen, DPT 94,11
persen. Polio 92,96 persen, campak 78,68 persen, Hepatitis B 89,24 persen.
peningkatan jumlah balita yang diimunisasi di Kabupaten Kaur. Bila pada pada tahun 2011 balita yang diimunisasi BCG baru 95,76 persen, maka pada tahun 2012 telah mencapai 98,95 persen.
Demikian juga untuk imunisasi DPT, mengalami
peningkatan dari 90,48 persen menjadi 92,88 persen, sedangkan imunisasi polio meningkat dari 91,85 persen menjadi 93,67 persen. Pada imunisasi Campak dan hepatitis B juga terjadi peningkatan dari 85,97 persen 93,11 persen pada tahun 2011, menjadi 87,92 peersen dan 93,72 persen pada tahun 2012.
Gambar 8. Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi di Kabupaten Kaur Tahun 2011-2012
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, 2013 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 35
Pembangunan kesehatan tidak terlepas dari ketersediaan infrastruktur kesehatan serta tenaga medis. Untuk menangani pelayanan kesehatan penduduk Kabupaten Kaur, pada tahun Fasilitas Kesehatan
2012 terdapat satu unit Rumah Sakit Umum, 16 Puskesmas
meliputi satu RSU, 16
dan 29 Puskesmas Pembantu (Pustu). Setiap kecamatan telah
Puskesmas dan 29
dilayani oleh satu puskesmas. Artinya, pemerintah Kabupaten
Pustu.
Kaur telah merupaya untuk melakukan pemerataan pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan. kecamatan,
belum
seluruhnya
Namun, untuk setiap telah
memiliki
dokter
(Kabupaten Kaur Dalam Angka 2013). Lebih lanjut, data dari Dinas Kesehatan Kaur juga menunjukkan bahwa tenaga medis dan paramedis yang melayani penduduk di wilayah ini terdiri dari 12 dokter, yang terdiri dari 11 dokter umum dan 1 dokter gigi, serta belum ada dokter spesialis. Selain itu juga terdapat 128 perawat dan 77 bidan. Untuk melayani kebutuhan dokter spesialis, Pemerintah Kabupaten Kaur telah mendatangkan beberapa dokter spesialis dari rumah sakit lain, untuk memberikan pelayanan di RSU Jumlah tenaga
Kaur secara terjadwal. Kondisi ini menunjukkan bahwa
kesehatan di
penyediaan tenaga medis di Kabupaten Kaur relatif masih
Kabupaten Kaur
kurang. Bila mengacu pada rasio ideal yang ditetapkan oleh
belum mencapai rasio
World Health organization (WHO), yang menyatakan bahwa
ideal.
idealnya seorang dokter umum melayani 2.500 penduduk, maka rasio ini untuk Kabupaten Kaur masih belum ideal. Dengan jumlah dokter umum sebanyak 11 orang, artinya seorang dokter di Kabupaten Kaur harus melayani 10.083 orang. Setidaknya dibutuhkan 45 dokter untuk mencapai rasio minimal yang disarankan WHO.
Halaman 36
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
3.4
Kesehatan Lingkungan Upaya penanggulangan penyakit tidak hanya melibatkan
agent (penyebab sakit) dan host (manusia) semata, melainkan juga faktor lingkungan yang ternyata berperan sangat besar. Telah lama disinyalir bahwa peran lingkungan dalam meningkatkan derajat kesehatan sangat besar. Sumber daya alam
sebagai
lingkungan
fisik
yang
ada
selama
ini
dipergunakan bagi kelangsungan hidup manusia memiliki sifat irrevertible (tidak mungkin berkembang), sedangkan jumlah penduduk semakin lama semakin meningkat. Laju pertumbuhan yang cukup cepat, hingga kini selalu memunculkan masalah, tidak saja pada masalah ekonomi, sosial, budaya, namun juga berdampak pada permasalahan lingkungan seperti ketersediaan air yang sehat dan bersih dan peningkatan kadar polusi udara, laut, maupun darat berupa sampah. Untuk melihat rendahnya tingkat sanitasi lingkungan sebagai standar utamanya dapat diperhatikan dari berbagai sarana penunjang kesehatan yang berada di lingkungan rumahtangga, baik dilihat dari kondisi perumahan, sumber air bersih, fasilitas buang air besar, termasuk fasilitas buang sampah. Jenis lantai memiliki pengaruh besar terhadap kondisi kesehatan penghuninya.
Data pada Tabel 3 menunjukkan,
bahwa masih cukup besar penduduk di Kabupaten Kaur yang masih
tinggal
di
rumah
berlantai
tanah,
meskipun
persentasenya selalu menurun. Pada tahun 2008, persentase rumah yang berlantai tanah masih 18,48 persen, dan pada tahun 2011 telah menurun menjadi 9,03 persen. Kondisi rumah yang berlantai
tanah
berpotensi
sebagai
penyebab gangguan
kesehatan. Lantai yang lembab merupakan sarana yang baik bagi sekumpulan mikroorganisme untuk berkembang biak yang pada akhirnya merupakan sumber penyakit. Lantai tanah yang Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 37
lembab juga berrpotensi untuk menjadi sarana penyebaran penyakit cacingan. Sementara pada saat kering, lantai tanah akan menjadi berdebu yang akan mengganggu pernafasan. Tabel 4. Indikator Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Lantai dsan Fasilitas Air Minum di Kabupaten Kaur Tahun 2012 Indikator
Persentase
(1)
(2)
Jenis Lantai - Tanah - Bukan Tanah Fasilitas Air Minum - Air Kemasan - Ledeng - Pompa - Sumur Terlindung - Sumur Tak Terlindung - Mata Air Terlindung - Mata Air Tak Terlindung - Air Sungai - Lainnya Fasilitas Buang Air Besar - Sendiri - Bersama - Umum - Tidak Ada
6,27 93,73 1,96 0,27 0,26 53,19 24,90 2,35 5,21 12,03 0,28 58,34 11,88 7,02 22,77
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, 2013
Air minum yang bersih merupakan syarat yang penting Sebanyak 6,27 persen
bagi kesehatan manusia. Rendahnya kualitas air yang diminum
rumah di Kabupaten
menyebabkan bakteri penyakit mudah masuk ke dalam tubuh.
Kaur masih berlantai
Kualitas air minum sendiri dapat diketahui dari bentuk dan rasa
tanah dan 24,90
air, di mana terdapat lima tingkatan kualitas air yang sering
persen rumahtangga
dijadikan tolok ukur yaitu jernih, berwarna, berasa, berbusa,
menggunakan sumur
dan berbau.
Data BPS di atas menunjukkan bahwa masih
tidak terlindung
banyak penduduk Kabupaten Kaur (24,90 persen) yang
sebagai sumber air
menggunakan sumur tidak terlindung sebagai sumber air
minum.
minum, bahkan 12,03 persen masih menggunakan air sungai.
Halaman 38
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Kondisi ini menunjukkan bahwa kesehatan lingkungan penduduk Kabupaten Kaur masih perlu terus ditata. Penggunaan sumur tidak terlindung sebagai sumber air minum, membuka peluang terjadinya pencemaran baik secara organik, seperti bakteri Escherichia coli, Coliform, bahkan Salmonella, maupun anorganik seperti sisa-sisa detergent, pestisida, dan sebagainya. Semua jenis pencemaran tersebut membawa efek terhadap gangguan kesehatan penduduk yang mengkonsumsi air tersebut. Terlebih bila masih ada kebiasaan buang air besar tidak pada tempatnya.
Tabel 3 di atas
menunjukkan bahwa masih ada 22,77 persen rumahtangga di Kabupaten Kaur tidak memiliki sarana buang air besar. Masih banyak lagi problematika kesehatan yang muncul dan perlu segera dibenahi akibat perubahan sosial ekonomi dan budaya, antara lain; terjadinya disparitas status kesehatan; beban ganda penyakit; kinerja pelayanan kesehatan yang rendah; perilaku dan pola hidup bersih masyarakat yang kurang mendukung;
rendahnya
kondisi
kesehatan
lingkungan;
rendahnya kualitas pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan; terbatasnya jumlah tenaga kesehatan dan distribusi yang tidak merata; dan rendahnya kesehatan penduduk miskin.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 39
Halaman 40
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Bab 4 Kemajuan Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur Tahun 2012
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 41
Halaman 42
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
KEMAJUAN PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR TAHUN 2012 Hakekat pembangunan manusia adalah pembangunan manusia seutuhnya, yang intinya adalah peningkatan kualitas hidup yang tercakup di dalamnya adalah kualitas sumber daya manusia. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan kesejahteraan rakyat dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan tersebut diharapkan akan lebih menyentuh sasaran. Keberhasilannya akan tercermin dari seberapa jauh terjadinya perubahan dari kualitas hdup penduduknya.
Salah satu instrumen untuk mengukur
keberhasilan tersebut adalah dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Untuk mengevaluasi seberapa besar peningkatan kualitas Pencapaian kualitas pembangunan
pembangunan manusia, tidak hanya dilihat dari seberapa besar perubahan skor
IPM-nya,
karena skor
tersebut
hanya
manusia tidak hanya
memvisualisasikan kondisi secara umum dari tiga komponen
dilihat dari perubahan
indikator pembentuk IPM. Penelaahan lebih dalam terhadap
skor IPM, tetapi juga
masing-masing komponen akan memberikan gambaran yang
harus memperhatikan
lebih jelas lagi indikator mana saja yang memberikan
perubahan pada
konstribusi yang lebih besar terhadap peningkatan skor IPM
determinan yang
tersebut. Bahkan akan lebih baik lagi kalau dapat dianalisis
mempengaruhinya.
pada determinan dari masing-masing indikator, sehingga akan data diketahui akar permasalahannya.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 43
Tabel 5 berikut, menyajikan beberapa determinan dari tiga indikator IPM, baik yang memberikan dampak langsung, secara tidak langsung, maupun sebab mendasar terhadap terjadinya perubahan masing-masing indikator.
Tabel 5. Diagram Analisis Situasi Pencapaian Pembangunan Manusia
DETERMINAN
Sebab Langsung
Sebab Tidak Langsung
Sebab Mendasar
Harapan Hidup (Angka Kematian Bayi) - Persentase penolong persalinan oleh tenaga medis masih rendah - Pemeriksaan antenatal - Status gizi ibu hamil
- Kemiskinan - Tingkat Pendidikan Rendah
INDIKATOR Pendidikan (Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf) - Tingkat partisipasi sekolah usia 13-18 tahun masih rendah - Fasilitas pendidikan kurang - Biaya pendidikan mahal
- Kemiskinan
Daya Beli (Konsumsi Perkapita) - Tingkat upah/ pendapatan rendah
- Kesempatan kerja kurang - Produktifitas rendah - Kualitas SDM rendah - Perluasan lapangan kerja dan usaha - Pembinaan terhadap UMKM
Selama lima tahun terakhir, kondisi pembangunan manusia di Kabupaten Kaur menunjukkan adanya peningkatan Selama enam tahun
sebagaimana ditunjukkan oleh perkembangan IPM wilayah ini.
terakhir IPM
Bila pada tahun 2007 IPM Kabupaten Kaur tercatat sebesar
Kabupaten Kaur
67,99 maka pada tahun 2008 meningkat menjadi 68,63. Pada
selalu meningkat dari
tahun 2009 IPM kembali meningkat menjadi 69,21, tahun 2010
67,99 menjadi 71,13.
menjadi 69,99, tahun 2011 menjadi 70,43 dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 71,13. Peningkatan IPM, juga tercermin dari peningkatan komponen pendukungnya yang menunjukkan adanya perbaikan pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan dan kemampuan ekonomi. Perbaikan pembangunan kesehatan, tercermin dari
Halaman 44
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
meningkatnya Angka Harapan Hidup dari 66,36 pada 2007 dan berturut-turut meningkat menjadi 66,61 (2008), 66,92 (2009), 67,23 (2010), 67,54 (2011), dan pada tahun 2012 mencapai 67,85. Gambar 9. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kaur Tahun 2007-2012
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013
Peningkatan di bidang pendidikan, ditandai dengan semakin berkurangnya penduduk yang buta huruf dan bertambahnya rata-rata lama sekolah.
Angka Melek Huruf
Peningkatan IPM juga
(AMH) di Kabupaten Kaur meningkat setiap tahun dari 94,30
diikuti oleh
pada tahun 2007 menjadi 97,08 pada tahun 2012. Komponen
peningkatan indeks masing-masing komponen.
rata-rata lama sekolah juga mennjukkan peningkatan.
Bila
pada tahun 2007-2008 relatif stabil pada angka 7,50, maka pada tahun 2009 hingga tahun 2012 sudah mencapai 8,17. Perbaikan
ekonomi
yang
ditunjukkan
meningkatnya
pengeluaran
perkapita
menggunakan
Purchasing
Power
dengan
yang
disesuaikan
Parity,
mengalami
peningkatan dari 600,18 ribu rupiah pada tahun 2007, berturutturut meningkat menjadi 604,60 ribu rupiah (2008), 609,29 ribu rupiah (2009), 610,84 ribu rupiah (2010), 613,14 ribu
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 45
rupiah (2011) dan pada tahun 2012 menjadi 615,69
ribu
rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa IPM merupakan tingkat kesenjangan antara apa yang sudah dicapai oleh suatu daerah dengan kondisi ideal (IPM = 100). Artinya bila IPM Kabupaten Kaur berada pada nilai 71,13 masih mengalami kesenjangan 28,87 poin lagi untuk mencapai kondisi ideal. Laporan BPS menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2011-2012, kesenjangan tersebut telah tereduksi sebesar 2,37 poin berdasarkan metode reduksi shortfall. Reduksi shortfall mengasumsikan bahwa laju perubahan IPM tidak linier, tetapi akan semakin melambat pada nilai IPM IPM Kabupaten Kaur
yang lebih tinggi. Reduksi shortfall yang rendah menunjukkan
masuk dalam katagori
bahwa kinerja pembangunan manusia cenderung lambat dan
menengah atas, dan
membutuhkan semakin lama waktu untuk mencapai kondisi
dibutuhkan waktu
yang diinginkan.
setidaknya 20-25
pencapaian IPM sebesar 80 (nilai IPM yang dikatagorikan
tahun untuk mengejar
tinggi), sementara reduksi shortfall hanya berada pada kisaran
target IPM sebesar
2,37 poin seperti yang terjadi saat ini, maka dibutuhkan waktu
80,00 (IPM tinggi).
lama
untuk
Bila Kabupaten Kaur mentargetkan
mencapai
nilai
80
tersebut.
Setidaknya
membutuhkan waktu 20-25 tahun lagi bila kondisinya seperti saat ini. Oleh karena itulah diperlukan terobosan baru bagi Pemerintah Kabupaten Kaur untuk mengupayakan percepatan pembangunan manusia. Untuk diketahui, bahwa berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh UNDP, tingkat pencapaian IPM dikatagorikan dengan standar sebagai berikut :
Halaman 46
- Tinggi
: IPM 80,00 atau lebih
- Menengah atas
: IPM antara 66,00 – 79,99
- Menengah bawah
: IPM antara 50,00 – 65,99
- Rendah
: IPM 50,00 atau kurang Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
atas dasar kriteria tersebut, maka IPM Kabupaten Kaur pada tahun 2012 ini termasuk dalam katagori menengah atas. Penggunaan reduksi shortfall juga dapat digunakan untuk menghitung kesenjangan antara kondisi komponen IPM ideal dengan tingkat yang telah dicapai. Untuk melihat kesenjangan tersebut sebagaimana terlihat pada grafis berikut : Gambar 10. Tingkat Kesenjangan Antarkomponen IPM di Kabupaten Kaur Tahun 2012
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013
Dengan menggunakan angka ideal sama dengan 100, Gambar 10 memperlihatkan bahwa dari empat komponen yang menjadi penyusun IPM, komponen Rata-rata Lama Sekolah (RLS) memiliki kesenjangan yang paling lebar, yaitu baru Komponen Rata-rata
mencapai 54,48 sehingga masih mengalami kesenjangan
Lama Sekolah (RLS)
sebesar 45,52 poin lagi. Angka RLS yang ditagetkan adalah 15
memiliki kesenjangan
tahun, sementara Kabupaten Kaur baru mencapai angka RLS
yang paling lebar
sebesar 8,17 tahun.
Rendahnya RLS ini juga berkorelasi
untuk mencapai
dengan kondisi obyektif di mana 57,74 persen penduduk
kondisi ideal.
Kabupaten Kaur hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah. Meskipun demikian, Angka Melek Huruf (AMH) di Kabupaten Kaur relatif telah mendekati kondisi ideal. Kesenjangannya hanya sekitar 2,92 poin. Tetapi, sebagaimana
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 47
asumsi shortfall yang digunakan, menurunkan kesenjangan 2,92 poin tetap bukan hal mudah. Angka Harapan Hidup (AHH) memiliki kesenjangan yang relatif besar, yakni 20,18 poin. Masih lebarnya kesenjangan AHH menunjukkan bahwa kualitas kesehatan penduduk Kabupaten Kaur relatif masih rendah.
Situasi ini juga
berkorelasi dengan kondisi obyektif pembangunan kesehatan di Kabupaten Kaur, dimana masih dijumpai adanya penolong kelahiran yang bukan tenaga medis, kekurangan gizi pada bayi, sanitasi perumahan yang kurang memadai, serta masih kurangnya sarana kesehatan serta terbatasnya tenaga kesehatan seperti dokter, perawat dan bidan. Komponen daya beli (PPP/Purchasing Power Parity) di Kabupaten Kaur relatif tercapai dengan baik. Pencapaiannya sekitar 84,03 dari nilai 100 yang menjadi kondisi ideal, sehingga mengalami kesenjangan 15,97 poin. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi berlangsung lebih cepat dibandingkan pembangunan manusia.
Kebijakan
pemerintah Kabupaten Kaur yang mengedepankan sector perkebunan sebagai basis ekonomi rakyat, yang diikuti dengan membaiknya harga komoditas, diduga turut berperan dalam meningkatkan daya beli masyarakat sehingga meningkatkan komponen PPP. Dari pencapaian seluruh komponen tersebut, secara agregat tercermin dalam pencapaian IPM Kabupaten Kaur sebesar 71,13.
Berdasarkan besarnya kesenjangan antar
komponen, dapat diperoleh gambaran komponen mana yang paling mendesak untuk segera diturunkan kesenjangannya serta strategi yang perlu dirumuskan untuk menurunkan kesenjangan tersebut. Halaman 48
Analisa sebelumnya menyatakan bahwa masih Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
membutuhkan waktu lama, setidaknya 20-25 tahun bagi Kabupaten Kaur untuk mencapai IPM = 80.
Dari analisis
komponen ini, juga dapat diperkirakan perlu berapa waktu lagi untuk meningkatkan setiap komponen agar mencapai target yang diinginkan.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 49
Halaman 50
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Bab 5 Perbandingan IPM Kabupaten Kaur dengan Kabupaten Lain
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 51
Halaman 52
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
POSISI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KAUR DALAM PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012
Kemajuan suatu daerah dapat dilihat dari besar kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tersebut. Semakin tinggi nilai IPM, memberi indikasi semakin tingginya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan akan berpengaruh IPM Provinsi
terhadap kemajuan daerah tersebut. Secara umum, pencapaian
Bengkulu Tahun 2012
IPM Provinsi Bengkulu pada tahun 2012 sebesar 73,94, namun
sebesar 73,94.
pada tingkat kabupaten/kota angkanya bervariasi.
IPM
Diantara sepuluh
tertinggi terjadi di Kota Bengkulu mencapai 78,51, sedangkan
kabupaten/kota, IPM
IPM terendah ada di Kabupaten Seluma sebesar 67,69,
tertinggi terjadi di
sedangkan Kabupaten Kaur mencapai IPM sebesar 71,13
Kota Bengkulu
menempati peringkat keenam setelah Kota Bengkulu (78,51),
(78,51) dan terendah
Bengkulu Selatan (73,18), Bengkulu Utara (72,74), Rejang
di Kabupaten Seluma
Lebong (72,21), dan Mukomuko (71,53). Dengan pencapaian
(67,69). IPM
ini, posisi masing-masing kabupaten/kota relatif tidak berubah
Kabupaten Kaur
antara tahun 2011 dengan tahun 2012, kecuali untuk Kabupaten
sebesar 71,13
Kaur yang naik satu peringkat menggeser Kabupaten Lebong.
menempati posisi keenam.
Meskipun memiliki posisi yang relatif sama dengan tahun 2011 lalu, akselerasi pembangunan manusia di masing-masing kabupaten/kota memiliki tingkat yang berbeda-beda. Dengan menggunakan ukuran reduksi shortfall, Kabupaten Kepahinag tercatat memiliki akselerasi pembangunan manusia yang paling cepat. Reduksi shortfall-nya mencapai 2,48, mengalami
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 53
peningkatan dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebesar 1,73.
Sementara itu, akselerasi pembangunan manusia di
Kabupaten Kaur juga terlihat mengalami percepatan.
Pada
tahun 2011 reduksi shortfall-nya tercatat 1,45 maka pada tahun 2012 meningkat menjadi 2,37. Gambar 11. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2012 Kurun 2011-2012, seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan IPM.
Akselerasi peningkatan IPM tertinggi di Kabupaten Kepahiang.
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013
Percepatan pembangunan manusia, yang tercermin dari angka IPM, ditentukan oleh komponen yang mendasarinya, yaitu Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah, dan Daya Beli (Puschasing Power Parity/PPP).
5.1 Angka Harapan Hidup Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar setiap lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah, dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat.
Untuk itu,
pemerintah telah membangun berbagai sarana dan prasarana kesehatan, seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pondok Halaman 54
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Bersalin Desa (Polindes), dan sebagainya. Disamping tu juga dibangun infrastruktur pendukung kesehatan masyarakat seperti sarana air bersih, MCK, rumah sehat, dan sebagainya. Sedangkan untuk melayani kesehatan masyarakat, pemerintah juga telah menyediakan dokter, perawat, bidan, paramedis lain, bahkan meemberikan pelatihan kesehatan kepada kader posyandu dan dukun bersalin. Selain itu, bagi masyarakat miskin, pemerintah juga telah mengadakan program Jaminan Angka Harapan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Jaminan Persalinan
Hidup (AHH)
(Jampersal), yang kesemuanya bertujuan untuk meningkatkan
merupakan indikator
derajat kesehatan masyarakat, mencegah kematian bayi dan ibu
pembangunan bidang
akibat pesalinan, yang pada akhirnya akan terlihat dari
kesehatan.
indikator Angka Harapan Hidup (AHH). Secara umum, AHH di Provinsi Bengkulu tahun 2012 adalah 70,41 tahun, meningkat dibandingkan AHH tahun 2011 yang tercatat sebesar 70,16 tahun. AHH tertinggi adalah di Kota Bengkulu (70,84 tahun) sedangkan yang terendah di Kabupaten Kepahiang (64,88 tahun). Sementara Kabupaten Kaur mencatat pencapaian AHH sebesar 67,85 tahun. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Angka Harapan Hidup (AHH) yang digunakan sebagai indikator IPM adalah Angka Harapan Hidup Nol Tahun (AHHeo), yaitu rata-rata lamanya hidup yang mungkin dicapai oleh penduduk sejak usia
AHH Provinsi
nol tahun. Angka ini mempunyai hubungan terbalik dengan
Bengkulu Tahun 2012
Angka Kematian Bayi (AKB), artinya apabila terjadi angka
sebesar 70,41 tahun.
kematian bayi, maka akan terjadi peningkatan terhadap Angka
AHH Kabupaten Kaur
Harapan Hidup. Karena itulah, pencapaian AHH ditentukan
67,85 tahun.
oleh
determinan
persentase
yang
penolong
mempengaruhi persalinan
oleh
AKB,
misalnya
tenaga
medis,
pemeriksanaan antenatal, status gizi ibu hamil, dan sebagainya.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 55
Gambar 12. Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2012
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012
Gambar 12 menunjukkan bahwa seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan AHH dalam kurun waktu 2011-2012. Kabupaten Lebong dan Rejang Lebong merupakan dua wilayah yang memiliki akselerasi AHH yang relatif tinggi, yang tercermin dari shortfall indeks AHH yang mencapai 2,17 dan 2,07. Sedangkan Kabupaten Kaur, reduksi shortfall untuk indikator AHH hanya mencapai 1,78. Shortfall mencerminkan tingkat kesenjangan antara kondisi sekarang dengan kondisi yang diinginkan. Semakin besar reduksi atau pengurangan kesenjangan tersebut, artinya semakin cepat suatu daerah akan mencapai kondisi ideal. Reduksi
yang
relatif
kecil
menunjukkan
bahwa
pembangunan kesehatan di Kabupaten Kaur selama kurun Pembangunan
2011-2012 masih perlu ditingkatkan. Pendirian rumah sakit
Kesehatan di
yang representatif, penambahan jumlah dokter dan bidan, serta
Kabupaten Kaur perlu
penyadaran akan kesehatan lingkungan, merupakan langkah
ditingkatkan.
yang perlu mendapat perhatian.
Disamping itu, mengingat
bahwa pendapatan masyarakat relatif rendah, perlu suatu
Halaman 56
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
program pendanaan kesehatan untuk masyarakat menengah ke bawah. 5.2 Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Pendidikan
merupakan
salah
satu
sarana
untuk
meningkatkan kecerdasan dan ketrampilan manusia sehingga Pendidikan
menentukan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan yang
menentukan kualitas
berkualitas akan membentuk manusia yang bermutu, handal,
SDM.
memiliki wawasan luas, dan berpandangan jauh ke depan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin baik kualitas sumber daya manusianya. Dalam
penghitungan
IPM,
komponen
pendidikan
(knowledge) diukur dari kombinasi Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah bagi penduduk berusia 10 tahun ke atas (MYS). Kedua komponen ini dihitung dari Susenas, yaitu dari variabel kemampuan baca tulis dan kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki dan pendidikan yang ditamatkan. Untuk memperoleh nilai Indeks Pendidikan, AMH diberi bobot 2/3 sedangkan MYS diberi bobot 1/3. Gambar 13. Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2012
Indikator Pendidikan terdiri dari Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama
Sekolah (MYS).
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 57
Gambar 13 menunjukkan bahwa AMH di setiap kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu, rata-rata telah relatif tinggi, di atas 90 persen. Bahkan AMH di Kota Bengkulu telah mencapai 99,32 persen. Selain itu, dalam kurun 2011-2012 Rata-rata AMH
seluruh kabupaten/kota juga mengalami peningkatan AMH.
kabupaten/kota di
Melalui metode shortfall, Kabupaten Kaur dan Kepahiang
Provinsi Bengkulu
tercatat mengalami percepatan AMH yang tertinggi masing-
telah di atas angka 90 persen.
masing mencapai 19,78 dan 12,12.
Kabupaten Bengkulu
Tengah tercatat mengalami akselerasi angka melek huruf yang paling rendah, dengan reduksi shortfall sebesar 0,16. Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Kaur pada tahun 2011 tercatat sebesar 96,36 persen, dan mengalami peningkatan 0,72 persen pada tahun 2012 menjadi 97,08 persen. Dibandingkan kabupaten lain dalam wilayah Provinsi Bengkulu, AMH Kabupaten Kaur merupakan yang tertinggi kedua setelah Kota Bengkulu (99,32 persen).
Indikator lain yang menjadi komponen indeks Pendidikan adalah Rata-rata Lama Sekolah (MYS).
Pada tahun 2012,
angka MYS di tingkat Provinsi Bengkulu adalah 8,48 tahun atau setingkat SLTP kelas 2.
Hanya Kota Bengkulu dan
MYS di Provinsi
Kabupaten Bengkulu Selatan yang MYS-nya melebihi angka
Bengkulu tahun 2012
MYS provinsi. MYS Kota Bengkulu tercatat sebesar 11,26
mencapai 8,48 tahun,
tahun atau setingkat dengan kelas 2 SLTA dan MYS Kabupaten
hanya dua
Bengkulu Selatan mencapai 8,67 tahun atau setara dengan
Kabupaten/kota yang
SLTP kelas 2. Kabupaten lain angka MYS-nya berada pada
MYS-nya diatas 8
kisaran 7 tahun dan 8 tahun, atau setara dengan kelas 1 dan
tahun, yaitu
kelas 2 SLTP.
Kabupaten Bengkulu
Selatan dan Kota Bengkulu.
Angka MYS di Kabupaten Kaur pada tahun 2012 mencapai
8,17 tahun. Angka ini merupakan peningkatan
dibandingkan MYS tahun 2011 yang tercatat sebesar 7,94 tahun. Dibandingkan kabupaten lain, MYS Kabupaten Kaur Halaman 58
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
relatif lebih baik. Posisinya berada nomor tiga tertinggi setelah Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Selatan yang memiliki MYS 8,17 tahun. Dilihat
dari
akselerasinya,
peningkatan
MYS
di
Kabupaten Kaur pada kurun waktu 2011-2012 merupakan yang ketiga tercepat di Provinsi Bengkulu.
Rata-rata reduksi
shortfall MYS Provinsi Bengkulu tercatat sebesar 2,33, sedangkan Kabupaten Kaur tercatat mencapai 3,30. Dengan akselerasi yang semakin cepat, diharapkan Kabupaten Kaur dapat sejajar dengan Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Selatan di bidang pendidikan ini.
Gambar 14. Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2012
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013
5.3 Daya Beli (Purchasing Power Parity) Daya beli mencerminkan kemampuan masyarakat secara ekonomi dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya. Dalam konteks pembangunan manusia, indikator daya beli merupakan indikator kesejahteraan penduduk. Bila daya beli meningkat, dapat diasumsikan bahwa kesejahteraan penduduk juga semakin baik. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 59
Indikator daya beli
Konsep daya beli pada IPM menggunakan pendekatan
mencerminkan
pengeluaran rumah tangga. Konsep ini berbeda dengan PDRB
kesejahteraan
perkapita atau income perkapita, karena PDRB atau income
penduduk. Indikator
perkapita bukan merupakan konsumsi riil rumahtangga.
ini menggunakan
Mengingat bahwa daya beli berkaitan dengan nilai tukar
pendekatan pengeluaran riil
perkapita yang telah
terhadap
barang,
maka
dalam
konsep
ini
daya
beli
menggunakan pendekatan pengeluaran riil per kapita yang telah disesuaikan (Purchasing Power Parity).
disesuaikan. Gambar 15. Pengeluaran Riil Perkapita yang Telah Disesuaikan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2012
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013
Secara umum pegeluaran riil per kapita di Provinsi Pengeluaran riil
Bengkulu tahun 2012 mencapai Rp634.740,00 Pengeluaran
perkapita Provinsi
riil tertinggi adalah di Kota Bengkulu sebesar Rp653.780,00
Bengkulu sebesar
dan yang terendah di Kabupaten Seluma sebesar Rp598.070,00
Rp634.740,00.
sedangkan posisi Kabupaten Kaur berada dalam urutan
Pengeluaran riil perkapita Kabupaten
Kaur sebesar Rp615.690,00.
Halaman 60
kedelapan
dengan
Rp615.690,00.
pengeluaran
riil
perkapita
sebesar
Angka ini telah meningkat dibandingkan
kondisi tahun 2011 yang tercatat pengeluaran riil perkapita sebesar Rp613.140,00.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Gambar 15 memperlihatkan bahwa dalam kurun 20112012,
pengeluaran
riil
per
kapita
masing-masing
kabupaten/kota telah mengalami peningkatan. Mengingat bahwa indikator ini dimaksudkan sebagai gambaran tingkat hidup layak atau kesejahteraan masyarakat, dapat diartikan Peningkatan
bahwa kurun 2011-2012, kesejahteraan masyarakat Provinsi
pengeluaran riil
Bengkulu relatif telah mengalami peningkatan. Berdasarkan
menunjukkan adanya
metode reduksi shortfall, Kota Bengkulu tercatat memiliki
peningkatan
peningkatan yang progresif, dengan pencapaian shortfall
perekonomian
sebesar 3,78, diikuti oleh Kabupaten Rejang Lebong (3,41), dan
masyarakat.
Kabupaten Mukomuko (3,40). Peningkatan pengeluaran riil per kapita menunjukkan adanya peningkatan perekonomian masyarakat.
Kondisi ini
bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah adanya pertumbuhan
ekonomi,
tersedianya
kesempatan
kerja,
pendapatan yang semakin merata, serta keberhasilan program penanggulangan kemiskinan.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 61
Halaman 62
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Bab 6 Kesimpulan dan Saran
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 63
Halaman 64
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1. Pembangunan
manusia
di
Kabupaten
Kaur
telah
menunjukkan keberhasilan, yang ditunjukkan oleh angka Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM)
yang
selalu
meningkat setiap tahun, dari 67,99 pada tahun 2007 menjadi 71,13 pada tahun 2012. 2. Pencapaian IPM Kabupaten Kaur sebesar 71,13 tersebut menempati peringkat keenam diantara pencapaian IPM kabupaten/kota lainnya dalam Provinsi Bengkulu, dan merupakan yang tertinggi kedua diantara kabupaten pemekaran setelah Kabupaten Mukomuko. 3. Pencapaian IPM dibentuk dari komponen pendukungnya yang meliputi Angka Harapan Hidup (AHH) 67,85 tahun, Angka Melek Huruf (AMH) 97,08 persen, Rata-rata Lama Sekolah (MYS) 8,17 tahun, dan Pengeluaran Riil Perkapita Rp615.690,00. 4. Dengan nilai IPM 71,13, kondisi pembangunan manusia di Kabupaten Kaur termasuk ke dalam kelompok menengah ke atas.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 65
6.2 Saran 1. Untuk
meningkatkan
Angka
Harapan
Hidup, yang
merupakan determinasi dari penurunan Angka Kematian Bayi,
Pemerintah
meningkatkan
Kabupaten
program
Kaur
kesehatan
ibu
perlu
lebih
dan
bayi,
memperluas pelayanan kesehatan untuk masyarakat kurang mampu
khususnya
untuk
pelayanan
persalinan,
meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan, termasuk penyediaan tenaga medis. 2. Perlu upaya lebih besar untuk pemberantasan buta aksara, khususnya terhadap 2,92 persen masyarakat yang masih buta huruf, sehingga Kabupaten Kaur terbebas dari buta aksara. Selain itu perlu penyadaran pentingnya pendidikan sehingga program Wajib Belajar 9 tahun dapat terlaksana sepenuhnya, serta menyelenggarakan pendidikan yang berazas pemerataan dan keterjangkauan, dengan tetap mengacu kepada standar pendidikan nasional. 3. Peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat merupakan program yang perlu diprioritaskan, melalui penciptaan dan perluasan pasar bagi produk unggulan bagi Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM).
Selain untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, penciptaan lapangan kerja,
juga
merupakan
upaya
pengurangan
angka
kemiskinan.
Halaman 66
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
LAMPIRAN TABEL
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Halaman 67
Halaman 68
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
Tabel 6. Indikator IPM dan Nilai IPM Kabupaten/Kota Se-Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2012
Provinsi/Kabupa ten/Kota (1)
Bengkulu Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Mukomuko Lebong Kepahiang Bengkulu Tengah Kota Bengkulu
Angka Harapan Hidup (Tahun)
Angka Melek Huruf (Persen)
Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)
2011
2012
2011
2012
2011
2012
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
70,16 67,59 67,62 69,75 67,54 65,98 67,99 67,04 64,57 70,19 70,66
70,41 67,77 67,98 69,97 67,85 66,25 68,17 67,43 64,88 70,27 70,84
95,40 96,51 95,65 92,90 96,36 93,96 94,08 95,54 95,91 91,89 99,28
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012
95,69 96,54 95,74 93,54 97,08 94,09 94,10 95,56 96,41 91,91 99,32
8,33 8,60 7,97 7,67 7,94 7,43 7,69 7,92 7,78 7,25 11,03
8,48 8,67 8,01 7,84 8,17 7,46 7,74 7,93 8,10 7,26 11,26
Pengeluaran Perkapita Riil Disesuaikan (Rp.000) 2011 2012 (8)
631,86 636,57 630,72 632,59 613,14 595,40 627,72 622,36 614,02 595,19 650,68
(9)
634,74 639,61 634,20 634,75 615,69 598,07 631,29 625,28 617,40 598,86 653,78
Peringat Provinsi
IPM 2011
2012
2011
2012
(10)
(11)
(12)
(13)
73,40 72,78 71,70 72,19 70,43 67,29 71,11 70,66 68,63 69,01 77,99
73,94 73,18 72,21 72,74 71,13 67,69 71,53 71,12 69,41 69,35 78,51
11 2 4 3 7 10 5 6 9 8 1
11 2 4 3 6 10 5 7 8 9 1
Halaman 69
Halaman 70
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kaur 2012