EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN MELALUI OLAHRAGA TRADISIONAL

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN MELALUI OLAHRAGA TRADISIONAL Wahyu Indra Bayu Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang Email: [email protected] Novita Nur Synthiawati Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang Email: [email protected] Risfandi Setyawan Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang Email: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) yang menerapkan olahraga tradisional sebagai materi inti. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN Gadingmangu 1 Perak Kabupaten Jombang dengan jumlah peserta didik 20 peserta didik, dengan komposisi sebelas (11) laki-laki dan sembilan (9) perempuan. Olahraga tradisional yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran adalah gobak sodor (galasin/hadang), gobak kereweng (boi-boi-an), patel lele, dan bentengan.Untuk menilai efektivitas proses pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan Formative Class Evaluation (FCE) yang akan diisi oleh peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran PJOK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas proses pembelajaran PJOK dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keempatmemperoleh kategori baik dan baik sekali (2,59-2,90). Kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan hasil pembelajaran. Pembelajaran PJOK dapat dikatakan sukses jika mampu membangkitkan suasana belajar peserta didik dalam proses pembelajaran Kata kunci: Efektivitas, PJOK, Olahraga Tradisional, FCE.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan

diintegrasikan ke dalam pembelajaran PJOK.

(PJOK) dalam kurikulum 2013 tidak lagi banyak

Sukintaka (2004) pembelajaran PJOK adalah

didikte dan/atau menghafal. Hal ini memberikan

bagaimana para guru mengajarkan sesuatu,

tantangan tersendiri bagi PJOK, terlebih lagi

baik yang bersifat teori maupun praktik kepada

menuntut adanya pembelajaran tematik ter-

peserta didik, tetapi disamping itu juga terjadi

intregasi. Pengintegrasian dapat dilakukan

peristiwa bagaimana peserta didik mempelajari

dalam dua hal, yaitu (a) integrasi sikap, kete-

tentang apa yang diajarkan guru itu sendiri.

rampilan, dan pengetahuan dalam proses

Sedangkan Silverman (2011) berpendapat

pembelajaran; dan (b) integrasi berbagi konsep

bahwa proses mengajar PJOK adalah suatu

dasar yang saling berkaitan. PJOK merupakan

aktivitas

wahana yang tepat dilakukan secara integratif

perbedaan variabel yang berinteraksi untuk

untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan

mempengaruhi peserta didik belajar keteram-

demikian, pembelajaran materi lain dapat

pilam dan mengembangkan sikap. Bailey

yang

komplek

dimana

PERTEMUAN ILMIAH ILMU KEOLAHRAGAANNASIONAL 2014 PENERAPAN IPTEK DAN PENGUATAN ILMU KEOLAHRAGAAN DALAM MENDUKUNG PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL 10-12 Oktober 2014 Hotel Horison Ultima Jl Green Boulevard No 2, Araya Malang, Jawa Timur 65125, Indonesia

banyak

13

14

WAHYU INDRA BAYU, NOVITA NUR SYNTHIAWATI, RISFANDI SETYAWAN. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN MELALUI OLAHRAGA TRADISIONAL ( 13 - 24 )

(2006) mnganjurkan hasil belajar dari PJOK

dan atau permainan untuk mengisi waktu

yang dapat dimengerti dalam proses perkem-

luang, juga mempunyai potensi untuk dapat

bangan anak adalah lima domain, (1) fisik; (2)

lebih dikembangkan sebagai sarana untuk

gaya hidup; (3) afektif; (4) sosial; dan (5)

meningkatkan kualitas jamani pelakunya.

kognitif.

Beberapa olahraga/permainan tradisional saat

PJOK merupakan bagian dari pendidikan

ini belum dimanfaatkan secara maksimal se-

secara keseluruhan, selain itu juga PJOK

bagai untuk meningkatkan kualitas jamani

secara

untuk

pelakunya, hal ini bisa dilihat dari kenyataan

pertumbuhan dan perkembangan anak-anak

bahwa olahraga tradisional tidak dimanfaatkan

secara keseluruhan melalui gerak (aktivitas

oleh masyarakat apalagi diajarkan di sekolah

fisik) (Pangrazi & Gibbons, 2008). Pembelajaran

sebagai materi pembelajaran PJOK. Karena

PJOK bersifat aktifitas fisik dalam aktivitasnya

pada saat ini sekolah cenderung untuk meng-

dalam pembelajaran yang dilaksanakan untuk

ajarkan olahraga moderen, sedangkan olah-

mendidik.Secara keseluruahan tujuan PJOK

raga tradisional hanya merupakan suatu teori

tidak hanya untuk meningkatkan kesegaran

yang hanya diketahuioleh peserta didik, bukan

jasmani peserta didik tetapi juga untuk mem-

sebagai suatu materi praktek di lapangan.

berkelanjutan

berkontribusi

pengaruhi perserta didik untuk menyukai ke-

Dengan menerapkan olahraga tradisional

segaran jasmani (dan aktivitas fisik lainnya)(Lu

dalam proses pembelajaran PJOK, maka

& De Lisio, 2009). Ruang lingkup PJOK dalam

proses pembelajaran akan menarik bagi

setiap satuan pendidikan terutama untuk

peserta didik dan lebih meningkatkan aktivitas

Sekolah Dasar (SD) tidak hanya mencakup

gerak peserta didik. Olahraga tradisional jaga

bermain (play), games, dan segala aktivitas

perlu dilestarikan karena merupakan aset

fisik untuk mengembangkan kualitas manusia

bangsa Indonesia yang perlu dijunjung tingi

melalui gerak (Mahardina, 2011), tetapi juga

oleh generasi penerus bangsa. Olahraga

bisa melalui kegiatan olahraga baik bersifat

tradisional ini juga dapat digunakan sebagai

kompetitif maupun tidak kompetitif. Salah satu

pengisi waktu luang setelah pulang sekolah

olahraga yang bisa diterapkan dalam pembel-

maupun liburan sekolah.Olahraga tradisional

ajara PJOK adalah olahraga tradisional. Dalam

merupakan hasil dari penyederhanaan kegiat-

Permendikbud Nomor 57 Tahun 2014 tentang

an permaian rakyat sehari-hari yang ada

Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/ Madrasah

didalam masyarakat yang dimainkan secara

Ibtidaiyah

bersama-sama dan kemudian berkembang

tertulis

dengan

jelas

bahwa

olahraga/permainan tradisional dapat dijadikan materi dalam proses pembelajaran PJOK.

secara regenerasi. Tetapi penerapan olahraga tradisional

Olahraga tradisional sebagai aset budaya

dalam proses pembelajaran PJOK belum ba-

bangsa perlu dilestarikan, digali, dan ditumbuh-

nyak diterapkan oleh para pendidik (guru)

kembangkan, karena selain sebagai olahraga

sebagai kegiatan inti pembelajarannya. Untuk



15

itu diperlukan evaluasi untuk bisa membuk-

pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kese-

tikan apakah penerapan olahraga tradisional

hatan dan kebugaran jasmani (UU Nomor 3

dalam proses pembelajaran PJOK bisa

Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan

dikatakan efektif. Dalam dunia pendidikan,

Nasional). Pendidikan Jasmani dan Olahraga,

evaluasi merupakan salah satu komponen

yang dalam kurikulum disebut secara parallel

yang tidak dapat diabaikan. Tujuan dari

dengan istilah lain menjadi Pendidikan Jas-

evaluasi adalah untuk mengetahui balikan dari

mani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK), pada

suatu proses pembelajaran apakah sudah

hakikatnya adalah proses pembelajaran pen-

diterapkan sesuai dengan tujuan yang telah

didikan yang memanfaatkan aktivitas fisik

dirumuskan ataukah menyimpang dari tujuan

untuk menghasilkan perubahan holistik dalam

yang telah dirumuskan.

kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental

Efektifitas proses pembelajaran PJOK

dan emosional.

bisa dilihat dari respon seorang observer yang

Wuest & Bucher (2009) menerangkan

menilai kegiatan tersebut. Observer tidak

bahwa: “physical education is defined as an

harus dari teman sejawat atau pengawas yang

educational process that uses physical activity

jabatannya setara atau lebih tinggi dari pen-

as a means to help individuala acquire skills,

didik tersebut. Efektivitas proses pembelajar-

fitness, knowledge, and attitudes that contri-

an PJOK bisa dilakukan oleh peserta didik,

bute to their optimal development and well-

untuk itu Takahashi, 1994 (dalam Suroto, et.al.

being.” Artinya, PJOK adalah proses pendi-

2004), berhasil mengembangkan suatu lem-

dikan yang menggunakan aktifitas fisik yang

bar evaluasi untuk mengevaluasi proses

membantu individu untuk belajar keteram-

pembelajaran PJOK setiap kali pembelajaran

pilan, kesegaran, pengetahuan, dan tingkah

PJOK berlangsung. Lembar evaluasi ini disu-

laku sehingga mereka berkembang secara

sun dalam bentuk kuisioner dengan nama

optimal dan baik.

Formative Class Evaluation (FCE). FCE

Di dalam kurikulum tahun 2004 yaitu

memuat sembilan pertanyaan yang diajukan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

kepada peserta didik yang diberikan sesaat

maupun di dalam kurikulum yang baru (Kuriku-

setelah proses pembelajaran PJOK selesai

lum 2013) ruang lingkup PJOK di tingkat sa-

yang menanyakan tentang proses pembel-

tuan pendidikan dasar dan menengah tidak

ajaran PJOK yang baru saja dialami oleh

berbeda, yang meliputi:

peserta didik. FCE bisa diterapkan di tingkat

1. Permainan dan Olahraga Aktivitas permainan dan olahraga berisi

Sekolah Dasar kelas 4-6, SMP (kelas 7-9), dan SMA (10-12). Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh

tentang kegiatan berbagai jenis olahraga dan permainan baik terstruktur maupun tidak yang dilakukan secara perorangan maupun beregu. Dalam aktivitas ini termasuk juga pengembangan sistem nilai

KERJASAMA ASDEP PENERAPAN IPTEK OLAHRAGA DEPUTI BIDANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA KEMENPORA DENGAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG

16


seperti; kerjasama, sportivitas, jujur, berfikir

yang bersifat kepetualangan (mendaki

kritis, dan patuh pada peraturan yang

gunung, menelusuri sungai, cano dan lain-

berlaku.

nya serta unsur perilaku yang berkaitan

2. Aktivitas Pengembangan Aktivitas pengembangan berisi tentang ke-

dengan aktivitas alam bebas.

giatan yang berfungsi untuk membentuk

7. Kesehatan Unsur kesehatan berfokus pada penanam-

postur tubuh yang ideal dan pengembang-

an budaya hidup sehat dalam kehidupan

an komponen kesegaran jasmani serta

sehari-hari, khususnya yang terkait dengan

nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,

perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat

seperti: kekuatan, daya tahan, kelentukan,

lingkungan yang sehat, memilih makanan

keseimbangan, dan kelenturan tubuh, ben-

dan minuman yang sehat, mencegah dan

tuk latihan yang dilakukan dalam aktivitas

merawat cidera, mengatur waktu istirahat

ini misalnya; pull-up, sit-up, back-up, push-

yang tepat dan berperan aktif dalam

up, squat-jump dan lain-lain.

kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan

3. Uji Diri/Senam Aktivitas uji diri berisi tentang kegiatan yang berhubungan dengan ketangkasan seperti; senam lantai dan senam alat aktivitas fisik lainnya yang bertujuan untuk melatih keberanian dan kapasitas diri.

berhubungan dengan masalah irama. Dalam pembelajarannya

implisit masuk ke dalam semua aspek. (Permendikbud Nomor 57 tahun 2014). Ruang lingkup pembelajaran PJOK meliputi tiga aspek terstruktur dalam kurikulum yang dalam pendidikan dasar dan menengah,

4. Aktivitas Ritmik Aktivitas ritmik berisi tentang aktivitas yang

proses

merupakan aspek tersendiri, dan secara

memfokuskan

pada kesesuaian atau keterpaduan antara gerak dan irama. 5. Aktivitas Air (aquatik) Aktivitas air (aquatik) berisi tentang kegiat-

yang meliputi: (a) pendidikan jasmani, yaitu pendidikan gerak yang bertujuan mengembangkan potensi-potensi aktifitas anak secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional; (b) pendidikan olahraga, yaitu pendidikan gerak yang bertujuan mengembangkan kemampuan gerak dasar cabang-cabang

an di air, seperti; permainan air, gaya-gaya

olahraga; (c) pendidikan kesehatan, yaitu pen-

renang, dan keselamatan di air, serta etika

didikan yang membentuk dan mengembang-

di kolam renang.

kan pengetahuan serta pandangan hidup

6. Pendidikan Luar Kelas (Outdoor Education) Aktivitas Luar Sekolah berisi tentang kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti; bermain di lingkungan sekolah, di taman, di perkampungan pertanian/nelayan, berkemah, dan kegiatan

sehat, serta dapat menerapkan prilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Metzler (2005) membagi menjadi dua level tujuan PJOK: general dan behavioral. Tujuan umum (general) PJOK sudah tertuang dalam beberapa domain (kognitif, afektif, dan



17

psikomotor). Tujuan tingkah laku/perilaku (beha-

Permainan tradisional adalah suatu jenis

vioral) adalah menjelaskan secara spesifik

permainan yang ada pada satu daerah terten-

kriteria dari penampilan peserta didik selama

tu yang berdasarkan kepada budaya daerah

mendemonstrasikan dalam beberapa area

tersebut. Permainan tradisional biasanya di-

tujuan umum. Secara konseptual PJOK

mainkan oleh orang-orang pada daerahnya

memiliki peran penting dalam peningkatan

tertentu dengan aturan dan konsep yang tradi-

kualitas hidup peserta didik.Dari keseluruhan

sional pada jaman dulu. Permainan tradisional

rujukan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kurang begitu dikenal oleh anak-anak pada

PJOK merupakan: 1) usaha/kegiatan yang

jaman sekarang kebanyakan orang tua jaman

tidak dapat dipisahkan dari pendidikan secara

dulu yang masihsangat tahu bagaimana me-

keseluruhan, 2) media yang digunakan adalah

mainkan permainan ini khususnya menge-

pengalaman jasmani yang berupa gerak,

nang masa kecil mereka bermain permainan

dengan pembelajaran yang berpusat pada

tradisional. Kalaupun masih ada anak-anak

siswa, 3) bertujuan mengembangkan potensi

yang memeragakan permaian tradisional,

individu secara utuh dan menyeluruh (fisik,

biasanya sebatas anak-anak diwilayah pede-

mental, emosional, dan sosial).

saan atau pada peringatan Hari Kemerdekaan

Permainan merupakan suatu sarana hibur-

Indonesia setiap tanggal 17 Agustus, itupun

an yang diminati dandimainkan oleh banyak

permainan tradisional yang dimainkan sudah

orang baik dari kalangan anak-anak, remaja

sangat terbatas.

maupun orang dewasa. Permainan ini terdiri

Penyebab permainan tradisional hampir

dari permainan tradisionaldan permainan

punah antara lain sebagai berikut: (1) tergeser

modern. Permainan berasal dari kata “main”

oleh permainan modern; (2) ada mata rantai

yang artinya melakukan sesuatu kegiatan

yang terputus dalam pewarisan permainan tra-

untuk menyenangkan hati, baik menggunakan

disional; (3) semakin terbatasnya lahan untuk

alat, maupun tidak. Bermain adalah kegiatan

bermain; dan (4) kehidupan modern yang

yang sangat dekat dengan dunia anak. Kegiatan

semakin individualistis (Achroni, 2012). Dalam

ini dapat dilakukan secara perorangan maupun

pelaksanaannya permainan tradisional dapat

berkelompok. Jenis permainan, jumlah peser-

memasukkan unsur-unsur permainan rakyat

ta serta lamanya waktu yang dialokasikan

dan permainan anak ke dalamnya. Bahkan

untuk bermain, bergantung pada keingingan

mungkin juga dengan memasukkan kegiatan

serta kesepakatan yang dibuat oleh para

yang mengandung unsur seni seperti yang

peserta. Permaianan digunakansebagai istilah

lajim disebut sebagai seni tradisional. Achroni

luas yang mencakup jangkauan kegiatan dan

(2012) berpendapat bahwa terdapat kelebihan

prilaku yangluas serta mungkin bertindak se-

dan manfaat dari permainan tradisional, antara

bagai ragam tujuan yang sesuai dengan usia

lain: (1) tidak membutuhkan biaya banyak; (2)

anak.

melatih kreativitas; (3) mengembangkan kecerdasan sosial dan emosional; (4) medekatkan KERJASAMA ASDEP PENERAPAN IPTEK OLAHRAGA DEPUTI BIDANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA KEMENPORA DENGAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG

18


anak kepada alam; (5) sebagai media pembel-

untuk diperhatikan agar pembelajaran PJOK

ajaran nilai-nilai; (6) mengembangkan kemam-

yang efektif dalam arti bahwa anak didik akan

puan motorik; (7) bermanfaat untuk keseha-

memiliki keterampilan bergerak yang tinggi

tan; (8) mendoptimalkan kemampuan kognitif;

dengan sikap yang positif terhadap kegiatan

(9) memberikan kegembiraan dan keceriaan;

fisik. Ketiga hal itu meliputi: (1) anak didik

(10) mengasah kepekaan seni pada anak; dan

memerlukan latihan praktek yang tepat dan

(11) dapat dimainkan lintas usia.

memadai, (2) latihan praktek tersebut harus

Jenis permainan tradisional yang banyak

memberikan peluang tingkat sukses (rate of

mengandung gerak fisik seperti permainan

success) yang tinggi, dan (3) lingkungan perlu

gobak sodor, permainan hadang, permainan

diintrukturisasi sedemikian rupa sehingga

bentengan, dsb. Ada juga jenis olahraga tradi-

menumbuhkan iklim belajar yang kondusif

sional yang kandungangerak fisiknya sangat

(Mutohir, 2002).

minim tetapi kaya akan nilai-nilai seni seperti

Maksum (2010), efektifitas pembelajaran

nyanyian dan do’a-do’a sakral. Adapun yang

pada dasarnya merupakan cerminan dari

akan disajikan dalam penelitian ini tentu dari

efektifitas pengelolaan proses pembelajaran

jenis permainan yang pertama, yang kandung-

yang dilakukan oleh guru. Targetnya adalah

an unsur aktivitas fisiknya sangat pekat.

peserta didik belajar. Sementara itu penge-

Permaianan/olahraga tradisional yang akan

lolaan proses pembelajaran itu sendiri pada

diterapkan dalam proses pembelajaran adalah

dasarnya merupakan proses interaksi peda-

gobak sodor (galasin/hadang), gobak kereweng

gogis antara guru, peserta didik, materi, dan

(boi-boi-an), patel lele, dan bentengan.

lingkungannya. Semakin efektif proses inter-

Pembelajaran adalah upaya memberda-

aksi pedagogis dilakukan oleh guru, maka

yakan murid agar belajar sehingga hasilnya

semakin efektiflah proses pembelajaran yang

dapat bermanfaat bagi murid dalam kehidup-

dilakukan guru tersebut. Sedangkan menurut

annya (Khamidi, 2008). Pembelajaran dapat

Placek (dalam Hickson & Fishburne, 2005)

didefinisikan sebagaiproses yang mempunyai

pembelajaran PJOK dikatakan sukses jika

pengaruh relatif permanen atas perilaku, pe-

siswa sibuk/aktif, senang, dan baik dalam

ngetahuan, dan keterampilan berpikir, yang

mengikuti proses pembelajaran.

diperoleh melalui pengalaman (Santrock, 2008).Sindentop (dalam Hickson & Fishburne,

METODE

2001), dalam pembelajaran dikjasor yang terpenting yaitu menjelaskan, umpan balik,

Penelitian ini merupakan jenis penelitian

demonstrasi, dan murid dapat menikmati

non-eksperimen menggunakan pendekatan

proses pembelajaran.

deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini ada-

Hasil riset tentang pembelajaran menunjukkan bahwa ada tiga butir hal yang penting

lah peserta didik kelas IV SDN Gadingmangu 1 Perak kabupaten Jombang tahun pelajaran



19

2014/2015 yang akan menerapkan olahraga

untuk mengetahui kualitas proses pembel-

tradisional dalam proses pembelajaran PJOK

ajaran kelas PJOK dari sisi pendapat peserta

dengan jumlah peserta didik 20 peserta didik,

didik. Kualitas proses pembelajaran me-

dengan komposisi sebelas (11) laki-laki dan

nunjukkan efektivitas pembelajaran, sehingga

sembilan (9) perempuan. Olahraga tradisional

FCE dapat digunakan untuk mengetahui

yang akan diterapkan dalam proses pembel-

efektivitas pembelajaran. Hal ini didukung oleh

ajaran adalah gobak sodor (galasin/hadang),

Suroto (2005) yang menyatakan bahwa FCE

gobak kereweng (boi-boi-an), patel lele, dan

digunakan untuk mengetahui efektivitas pem-

bentengan.

belajaran

Masing-masing olahraga tradisional di-

PJOK

berdasarkan

pendapat

peserta didik.

sampaikan dalam satu proses pembelajaran,

Instrumen FCE terdiri dari sembilan per-

sehingga dalam penelitian ini ada empat pro-

tanyaan yang memuat empat komponen, yaitu

ses pembelajaran yang akan dievaluasi

hasil, kemauan, metode, dan kerjasama. Hasil

efektifitas pembelajarannya. Untuk menilai

dijabarkan dalam pertanyaan nomor 1, 2, dan

efektifitas proses pembelajaran dengan me-

3; kemauan dijabarkan dalam pertanyaan

nggunakan FCE yang akan diisi oleh peserta

nomor 4 dan 5; metode dijabarkan dalam per-

didik yang mengikuti proses pembelajaran

tanyaan nomor 6 dan 7; dan kerjasama

PJOK saat itu. FCE merupakan instrumen

dijabarkan dalampertanyaan nomor 8 dan 9.

penelitian yang diberikan kepada peserta didik

Bentuk instrumen FCE adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Lembar Instrumen Formative Class Evaluation (FCE) KERJASAMA ASDEP PENERAPAN IPTEK OLAHRAGA DEPUTI BIDANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA KEMENPORA DENGAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG

20


Sebelum digunakan, sebuah instrumen

dalam lembar FCE adalah valid. Sehingga

harus memiliki validitas dan reliabilitas untuk

dengan hasil tersebut dapat dikatakan pula

menjamin kualitas hasil penelitian. Terkait

lembar FCE reliabel.

dengan itu, FCE sudah diujicobakan oleh

Pengisisan lembar FCE oleh peserta didik

untuk mengetahui tingkat validitasnya, yaitu

dilakukan dengan memberikan tanda centang

sebagi berikut:

(√) pada salah satu alternatif jawaban yang

Tabel 1. Derajat Validitas Instrumen Formative Class Evaluation (FCE) Pertanyaan Derajat Nilai Validitas Nomor Validitas 1 0,83 Istimewa 2 0,71 Tinggi 3 0,78 Tinggi 4 0,70 Tinggi 5 0,72 Tinggi 6 0,60 Cukup 7 0,72 Tinggi 8 0,65 Cukup 9 0,70 Tinggi

sudah tertera dalam lembar FCE. Tiga alternatif jawaban tersebut adalah “Ya”, “Tidak”, dan “Tidak Tahu”, yang dari masing-masing alternatif jawaban tersebut mempunyai nilai sebagai berikut: 1. Jawaban “Ya” dengan nilai 3 2. Jawaban “Tidak” dengan nilai 1 3. Jawaban “Tidak Tahu” dengan nilai 2 Selanjutnya dari hasil tersebut dianalisis

(Wijaya & Astono, 2006) Berdasarkan tabel 1, maka dapat dikata-

untuk mendapatkan sebuah simpulan berdasarkan kategori sebagi berikut:

kan bahwa seluruh pertanyaan yang diajukan Tabel 2. Kategori Nilai Lembar Instrumen Formative Class Evaluation (FCE) Kategori Komponen

Hasil

Kemauan

Metode

Kerjasama

Item Pertanyaan 1. Pengalaman berkesan 2. Keterampilan 3. Pengetahuan Nilai Komponen 4. Kesungguhan 5. Kesenangan Nilai Komponen 6. Kesegeraan belajar 7. Usaha belajar Nilai Komponen 8. Sikap kepada teman 9. Belajar kerjasama Nilai Komponen Nilai Akhir

Baik Sekali 3,00-2,62 3,00-2,82 3,00-2,85 3,00-2,70 3,00 3,00 3,00 3,00-2,77 3,00-2,94 3,00-2,81 3,00-2,92 3,00-2,83 3,00-2,85 3,00-2,77

Baik

Sedang

Kurang

2,61-2,29 2,81-2,54 2,84-2,59 2,69-2,45 2,99-2,80 2,99-2,85 2,99-2,81 2,76-2,52 2,93-2,65 2,80-2,57 2,91-1,71 2,82-2,55 2,84-2,62 2,76-2,58

2,28-1,90 2,53-2,21 2,58-2,28 2,44-2,15 2,79-2,56 2,84-2,60 2,80-2,59 2,51-2,23 2,64-2,31 2,56-2,29 2,70-2,46 2,54-2,24 2,61-2,36 2,57-2,34

1,89-1,57 2,20-1,93 2,27-2,02 2,14-1,91 2,55-2,37 2,59-2,39 2,58-2,41 2,22-1,99 2,30-2,03 2,28-2,05 2,45-2,25 2,23-1,97 2,35-2,13 2,33-2,15

Kurang Sekali 1,56-1,00 1,92-1,00 2,01-1,00 1,90-1,00 2,36-1,00 2,38-1,00 2,40-1,00 1,98-1,00 2,02-1,00 2,04-1,00 2,24-1,00 1,96-1,00 2,12-1,00 2,14-1,00

(Suroto, 2005)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek-

keempat mendapat kategori baik dan baik

tivitas proses pembelajaran PJOK dari perte-

hasil FCE yang telah diisi oleh peserta didik

muan pertama sampai dengan pertemuan

sesaat setelah proses pembelajaran ber-

sekali.Hal ini bisa dilihat dari nilai rata-rata



21

akhir.Dari grafik 1 dapat diketahui bahwa

sekali, dan pada pertemuan keempat men-

pertemuan pertama mendapat nilai 2,59 yang

dapat nilai 2,90 dengan kategori baik sekali.

merupakan nilai pada kategori baik. Pada

Apabila dari setiap pertemuan akan dilihat

pertemua kedua mendapat nilai 2,68 dengan

nilai masing-masing komponen, maka bisa

kategori baik. Pada pertemua ketiga menda-

dilihat pada grafik berikut:

pat nilai sebesar 2,80 dengan kategori baik

Grafik 1. Nilai Masing-Masing Komponen FCE dari Setiap Pertemuan Angket FCE memuat empat komponen in-

katan potensi fisik, membudayakan nilai-nilai

dikator efektivitas pembelajaran berupa kom-

sportivitas dan pola hidup sehat. Untuk me-

ponen hasil, kemauan, metode dan kerjasama

nuju tujuan tersebut diperlukan guru dikjasor-

yang dijabarkan melalui sembilan butir pertanya-

kes yang berkualitas karena guru yang ber-

an. Dari grafik 2 terlihat bahwa dari masing-

kualitas akan menghadirkan pembelajaran

masing komponen mengalami pening-katan

yang berkualitas (Maksum, 2010) sehingga

dari pertemuan pertama sampai dengan per-

hasil dari pembelajaran pun sesuai dengan

temuan keempat. Data tersebut bisa diartikan

tujuan pembelajaran. Guru yang berkualitas

bahwa guru berusaha untuk menaikkan level

adalah guru yang profesional mempunyai

keterampilan

pembelajarannya

empat kompetensi dasar yaitu kompetensi

sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut

profesional, pedagogi, kepribadian, dan sosial

tercapai.

(UURI No. 14/2005).

mengelola

PJOK merupakan mata pelajaran yang

Efektivitas pembelajaran pada dasarnya

tidak bisa dipisahkan dari pendidikan secara

merupakan cerminan dari efektivitas penge-

keseluruhan (Mahardika, 2010), yang mem-

lolaan proses pembelajaran yang dilakukan

punyai tiga tujuan secara umum yaitu pening-

oleh gurunya dengan target peserta didik bisa


22


berperan aktif dalam proses pembelajaran.

tivitas pembelajaran (Suherman, 2007; Rink,

Sementara itu, pengelolaan proses pembel-

2002) dan pada gilirannya mempenga-ruhi

ajaran itu sendiri pada dasarnya merupakan

prestasi peserta didik (Siedentop & Tannehill,

proses interaksi pedagogis antara guru, peser-

2000).

ta didik, materi, dan lingkungannya. Makin

Metzler (1990) menyatakan ada 16 indi-

efektif proses interaksi pedagogis dilakukan

kator efektivitas proses pembelajaran PJOK,

guru, maka makin efektiflah proses pembelajar-

yaitu: (1) manajemen waktu; (2) manajemen

an yang dilakukan guru tersebut (Maksum,

bahan ajar; (3) relevansi dan struktur tugas

2010). Suroto (2005) menyatakan bahwa guru

untuk siswa; (4) pengelolaan perilaku dan

PJOK yang efektif akan mampu mengelola akti-

tanggungjawab pada tugas; (5) tingkat kega-

vitas siswanya sehingga dapat menjamin sis-

yutan dan tingkat sukses; (6) sinyal-sinyal

wanya memiliki kecukupan gerak dan belajar.

mendidik; (7) umpan balik pada tampilan

Dalam lingkungan pembelajaran yang

siswa; (8) iklim kelas; (9) perencanaan guru;

efektif, peserta didik tidak melakukan kegiatan

(10) instruksi verbal dan non-verbal; (11)

sendiri melainkan selalu diawasi oleh gurunya

penggunaan pertanyaan; (12) pengembangan

dan mereka tidak banyak waktu yang terbuang

isi, (13) pencatatan pada perkembangan

begitu saja (off task). Jalannya aktivitas belajar

belajar peserta didik; dan (14) pengembangan

begitu aktif, sibuk, dan menantang bagi peser-

iklim belajar yang aman.

ta didik, akan tetapi tetap masih berada dian-

Sementara itu Silverman (1991) mendata

tara tingkat perkembangan dan kemampuan

ada 10 karakteristik guru PJOK yang efektif

peserta didik tersebut. Yang pada akhirnya

dalam mengajarkan gerak, yaitu: (1) meren-

peserta didik dapat menerima pesan atau

canakan pengelolaan kelas dan belajar siswa;

instruksi dari gurunya dengan baik dan dapat

(2) mengantisipasi situasi kelas; (3) menyadari

melakukan latihan secara mandiri dalam

perbedaan individu siswa; (4) menyiapkan

mempelajari sesuatu sesuai dengan tujuan

cukup informasi dalam RPP; (5) menguasai

pembelajarannya.

berbagai gaya mengajar dan tahu kapan

Lutan, dkk (2002) kualitas pengajaran

menggunakannya; (6) menyediakan penjelas-

mencakup dua aspek yaitu proses dan hasil,

an yang akurat; (7) menyediakan waktu yang

mutu proses yang melibatkan faktor guru,

cukup untuk berlatih; (8) memaksimalkan

peserta didik, lingkungan dan tugas ajar

kegayutan siswa dalam belajar; (9) meminimal-

sedangkan hasil berkenaan dengan derajat

kan kegayutan siswa dalam kegiatan non-bel-

pencapaian tujuan. Faktor guru diyakini me-

ajar; dan (10) mengurangi waktu tunggu siswa.

megang peran yang sangat strategis dalam

Siedentop (2000)

menyatakan ada 11

upaya memperbaiki kualitas pendidikan. Hasil

profil guru efektif, yaitu: (1) percaya yang dila-

penelitian menunjukkan bahwa guru yang

kukan adalah penting; (2) mengupayakan isi

berkualitas berpengaruh besar terhadap efek-

dan kesempatan belajar siswa ter-cover oleh



23

alokasi waktu; (3) guru menyampaikan hara-

mengurangi esensi dari kualitas pembelajaran

pan dan peran dari guru maupun siswanya; (4)

PJOK. Pembelajaran yang efektif berarti

melakukan menajemen kelas dan kegayutan;

pembelajaran yang berhasil mencapai tujua-

(5) mengupayakan tugas yang bermakna dan

nya. Dengan tercapainya tujuan pembel-

keberhasilan yang tinggi; (6) mengatur do-

ajaran, maka dapat dikatakan bahwa proses

rongan dan momentum belajar; (7) memberi

pembelajran tersebut berkualitas.

bantuan yang memadai; (8) mengadakan supervisi secara aktif; (9) bertanggung jawab; (10) memberi dukungan yang adil; dan (11) membangun pemahaman siswa. SIMPULAN Perlu diingat baik-baik, bahwa PJOK tidak diarikan sempit hanya sebagai kesempatan bagi peserta didik untuk mendapatkan kegiatan sebagai penyela kesibukan belajar, atau sekedar mengamankan peserta didik supaya tertib. Pembelajaran PJOK dapat dikatakan sukses jika mampu membangkitkan suasana belajar peserta didik. Kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan hasil pembelajaran.Penelitian kali ini tidak menampilkan observasi aktivitas peserta didik secara keseluruhan yang digunakan sebagai dasar penentuan efektif atau tidaknya suatu proses pembelajaran PJOK, tetapi hanya mengambil data dari respon peserta didik terhadap proses pembelajaran PJOK yang telah mereka ikuti dengan memakai lembar kuisioner FCE. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PJOK mendapat respon positif dari peserta didik dan guru dapat meningkatkan efektivitas dalam mengelola proses pembelajaran. Meskipun dalam penelitian ini tolak ukur efektivitas proses pembelajaran adalah dari segi proses, hal tersebut tidak

DAFTAR PUSTAKA Achroni, K. (2012). Mengoptimalkan tumbuh kembang anak melalui permainan tradisional. Jogjakarta: Javalitera. Bailey, R. (2006). Physical education and sport in school: a review of benefit and outcome. Journal of School Health. 76(8): 397-401. Hickson, C. & Fishburne, J.G. (2001). What is physical education teaching and can it be promoted with generalist trained elementary school teachers?. Tersedia: http://www.aare.edu.au/04pap/hic041 58.pdf, [diunduh 25 Maret 2010] Hickson, C. & Fishburne, J.G. (2005). Teacher development: enhancing effective teaching in elementary school physical education. Tersedia: http://aahperd.confex.com/aahperd/2005/ preliminaryprogram/abstract_7084.htm, [diunduh 31 Januari 2014]. Khamidi, A. (2008). Pendidikan dan strategi belajar mengajar. Surabaya: Unesa University Press. Lu, C. & De Lisio, A. (2009). Specifics for generalists: teaching elementary physical education. International Electronic Journal of Elementary Education. 1(3): 170-187. Lutan, R., dkk. (2002). Supervisi pendidikan jasmani: konsep dan praktik. Jakarta: Depdiknas Ditjenpendasmen Dirjenor. Mahardika, M. S. (2010). Pengantar evaluasi pengajaran. Surabaya: Unesa University Press. Mahardina, A. (2011). Pendidikan jasmani dan olahraga. Jakarta. Universitas Terbuka.


24


Maksum, A. (2010). Kualitas guru pendidikan jasmani di sekolah: antara harapan dan kenyataan. Makalah dipresentasikan dalam forum penelitian Balitbang Depdiknas. Metzler, M.W. (2005). Instructional models for physical education (2nd ed). Arizona: Holcomb Hathaway, Inc. Mutohir, T.C. (2002). Gagasan-gagasan tentang pendidikan jasmani dan olahraga. Surabaya: Universitas NegeriSurabaya Pangrazi, R.P. & Gibbons, S.L. (2008). Dynamic physical education for elementary school children (2 nd canadian edition). Toronto, Ontario: Pearson Education Canada. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. [Online]. Tersedia: http://www.kemdikbud.go.id/ (diunduh tanggal 22 September 2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah. [Online]. Tersedia: http://www.kemdikbud.go.id/ (diunduh tanggal 31 Januari 2014). Rink, J. E. (2002). Teaching physical education for learning (4th ed). New York: Mc Graw Hill. Santrock, J.W. (2008). Psikologi pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Siedentop, D. & Tannehill, D. (2000). Developing teaching skill in physical education (4th ed). Mountain View, California: Mayfield Publishing Compani. Silverman, S. (1991). Research on teaching in physical education. Reasearch Quarterly for Exercise and Sport. 62(4):352-364. Silverman, S. (2011). Teaching for student learning in physical education.

Journal of Physical Education, Recreation & Dance. 82(6): 29-34. Suherman, A. (2007). Teacher’s curricullum value orientations dan implikasinya pada pengembangan kurikulum dan pembelajaran pendidikan jasmani. Disertasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Sukintaka. (2004). Teori pendidikan jasmani (filosofi pembelajaran dan masa depan). Bandung: Nuansa. Suroto, Fukugasako, Y., Jung, J. H., Okade, Y., & Takahashi, T. (2004). Student’s physical activity level during gymnastics and ball games unit of elementary school physical education classes and their formative class evaluation score. Japanese Journal of Sport Education Studies. 24(1): 1-12. Suroto. (2005). Examining the relationship among students’ physical activity level, students’ learning behaviors, and students’ formative class evaluation during elementary school physical education classes. (Unpublish Doctoral Disertation). University of Tsukuba. Japan. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. [Online]. Tersedia: http://www. kemdikbud.go.id/ (diunduh tanggal 31 januari 2014). Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. [Online]. Tersedia: http://www. kemdikbud.go.id/ (diunduh tanggal 31 Januari 2014). Wijaya, M. A. & Astono. (2006). Uji coba instrumen baku evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di SLTP negeri se-kota Surabaya. Laporan Akhir Penelitian Hibah. Asisten Deputi Olahraga Pendidikan. Deputi Bidang Pemberdayaan Olahraga. Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Wuest, D.A. & Bucher, C.A. (2009). Foundation of phisical education, exercise science, and sport (16th ed). New York: McGraw Hill.


EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN MELALUI OLAHRAGA TRADISIONAL

Recommend Documents