PENGENALAN HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA JAGUNG
I. Hama utama pada tanaman jagung Jenis hama utama yang banyak menyerang tanaman jagung di Indonesia termasuk daerah pertanaman jagung di Sulsel yaitu Agrotis, Antherigona sp, Phyllopoga hellery, Dactylispa balyi, Ostrinia furnacalis, Spodoptera, Mythimna seporata dan Heliothis armigera. Agrotis sp. ( Noctuidae, Lepidoptera) Serangga ini disebut sebagai ulat tanah, hama ini biasanya merusak tanaman yang masih muda atau biji yang baru berkecambah. Pangkal batang pada tanaman yang masih muda yang terserang oleh ulat tanah biasanya terlihat bekas gigitan. Serangan terjadi pada malam hari. Serangga pada waktu bertelur biasanya telur di letakkan di permukaan daun atau diletakkan dipermukaan tanah sekitar tanaman. Larva membentuk pupa di dalam tanah, satu generasi akan berlangsung 4-6 minggu. Antherigona sp. (Muscidae, Diptera) Serangga ini disebut sebagai lalat bibit dan merupakan hama pada tanaman jagung muda, lalat bibit ini pada umumnya menyerang tanaman pada vase vegetatif, aktivitas serangga ini pada waktu musim hujan, imago betina meletakkan telur di di salah satu permukaan daun. Telur diletakkan setelah tanaman tumbuh sampai tanaman mencapai umur 2 minggu, kemudian telur menetas menjadi larva dan larva bergerak kepangkal batang lalu masuk ke dalam titik tumbuh. Tanaman yang terserang gejalanya terlihat berlubang-lubang pada daun , pertumbuhannya terhambat dan kerdil Phillopaga helleri (Scarabaeidae, Coleoptera) Serangga ini biasanya disebut dengan lundi, larvanya hidup di dalam tanah, serangga ini biasanya terdiri dari tiga instar. Larva yang masih muda biasanya makan humus kemudian setelah beberapa hari tumbuh baru menyerang perakaran. Pada lahan yang mempunyai drainase yang baik serta kandungan bahan organiknya tinggi maka perkembangan serangga ini sangat bagus. Larva mempunyai tiga instar, pada instar pertama dan kedua dapat menyebabkan kerusakan pada akar, sedangkan pada instar ketiga dapat merusak seluruh sistim perakaran pada tanaman muda. Gejala hampir mirip
dengan kekurangan P yaitu tanaman berwarna ungu tetapi perbedaannya jika tanaman dijabut maka akan ditemukan larva pada akar. Dactylispa balyi (Chrysomelidae, Coleoptera) Hama ini disebut sebagai kumbang landak, hama ini dapat merusak dan menggerek jaringan daun, gejalanya umumnya terlihat gigitan yang memanjang atau terbentuk gorong – gorong di dalam daun. Telur diletakkan pada daun dan larva yang baru menetas akan langsung menggerek dan makan jaringan daun. Larva terdiri empat instar dan lama perkembangan setiap instar antara 3-7 hari. Stadium pra pupa terjadi 2-5 hari dan stadia pupa selama 8-14 hari. Ostrinia furnacalis (Pyralidae, Lepidoptera). Ostrinia furnacalis disebut sebagai penggerek jagung, serangga ini umumnya sebagai perusak daun dan penggerek batang, larva yang masih muda makan jaringan yang muda dan menyebabkan timbulnya bercak putih, bila larva tersebut menggerek pucuk daun yang masih menggulung maka akan menimbulkan ciri yang khas yaitu terdapat beberapa lubang, seekor serangga dapat bertelur antara 20-100 telur. Hal ini karena periode peneluran serangga dewasa amat pendek yaitu 1-2 hari. Larva yang masuk ke ibu tulang daun, menuju pangkal daun dan akhirnya masuk serta menggerek ruas-ruas batang yang menyebabkan lubang gerekan dalam batang. Ciri yang lain dari penggerek batang adalah adanya kotoran berupa serbuk yang keluar dari lubang gerekan. Serangan yang berat menyebabkan batang jagung patah dan akibat gerekan dari serangga Ostrinia furnacalis maka aliran zat makanan terhambat. Larva mengalami perkembangan 5-6 instar, instar I – III biasanya memakan daun sedang instar IV sampai VI baru mulai menggerek batang. Spodoptera sp. dan Mythimna sp. (Noctuidae, Lepidoptera) Kedua hama ini disebut sebagai ulat grayak, serangga ini banyak menyerang pada tanaman yang
masih muda, serangan yang berat menyebabkan hancurnya
pertanaman yang muda. Peledakan populasi ulat grayak dapat tiba-tiba muncul dan cepat hilang, sering terjadi peledakan hanya
selama satu generasi dan diikuti penurunan
populasi pada periode berikutnya Perbedaan antara Mytimna separata dan Spodoptera mauritia, pada Mytimna separata dapat meletakkan telur sampai 400 butir, sedang Spodoptera mauritia dapat
meletakkan telur sampai 1500 butir, telur diletakkan secara berkelompok pada daun dan setiap kelompok bisa mencapai 50-100 butir. Larva dari serangga ini terjadi sampai 6 kali perubahan instar. Ciri khas dari ulat grayak adalah menggulung apabila terjadi gangguan. Stadium larva berlangsung 14 - 23 hari kemudian larva berubah menjadi pupa dan pupa ini terbentuk di dalam tanah. Siklus hidup hama ini dari telur hingga dewasa adalah 23-43 hari. Helicoverpa armigera (Noctuidae, Lepidoptera) Hama ini dikenal sebagai penggerek buah pada jagung muda, walaupun ada juga yang menyerang daun. Pada tanaman jagung serangga ini merugikan apabila serangan terjadi pada tongkol, tongkol diserang dari ujung sampai ke dalam tongkol dan jika klobot sudah termakan maka larva memakan biji. Serangga ini meletakkan telur pada rambut tongkol yang baru terbentuk, larva yang baru menetas makan rambut-rambut pada tongkol jagung dan kemudian membuat lubang masuk tongkol. Penggerek ini juga dapat menyerang tanaman muda dan merusak pada bagian pucuk atau malai sehingga bunga jantan tidak terbentuk, hal ini dapat menurunkan hasil bahkan tanaman dapat mati. Stadium larva terdiri dari 6 instar, larva mempunyai sifat kanibal sehingga sering hanya dijumpai satu ulat dalam satu tongkol. Larva pada instar terakhir, menuju tanah untuk membentuk pupa. Perkembangan telur sampai imago antara 34 – 45 hari dan rata-rata kelangsungan hidup telur antara 63 – 90 %. A. Penyakit yang disebabkan cendawan 1. Bulai (Downy mildew) Gejala Gejala penyakit ini terjadi pada permukaan daun berwarna putih sampai kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri –ciri lain dari tanaman yang terinfeksi penyakit bulai yaitu pada pagi hari di sisi bawah daun terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari konidiofor dan konidium jamur. Penyakit bulai dapat menyebabkan gejala sistemik yang meluas keseluruh bagian tanaman dan juga menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila jamur dari tanaman yang terinfeksi dapat mencapai titik tumbuh sehingga dapat menginfeksi semua daun yang dibentuk. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih
muda biasanya tidak membentuk buah, tetapi bila infeksinya pada tanaman yang lebih tua masih terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil.
Gambar 1. Gejala penyakit bulai
Penyebab Penyakit bulai disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis.
Cara pengendalian -
Menanam varietas tahan: Sukmaraga, Lagaligo, Srikandi, Lamuru dan Gumarang
-
Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
-
Penanaman jagung secara serempak
-
Eradikasi tanaman yang terinfeksi bulai
-
Penggunaan fungisida metalaksil pada benih dengan dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih
2. Bercak daun (Southern leaf blight) Gejala Penyakit bercak daun dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O, bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2_1,9) Cm, dan ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6_1,2) x (0,6_2,7) Cm, berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Pada kedua ras ini, ras T lebih virulen dibanding ras O dan pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu setelah tanam. Apabila tongkol yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman di lapang atau pada biji di penyimpanan. Konidia yang terbawa angin atau percikan air hujan dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman jagung.
a
b
a Gambar 2. Gejala bercak daun yang disebabkan ras O (a) dan gejala bercak daun yang disebabkan ras T
Penyebab penyakit bercak daun adalah : Bipolaris maydis dan pada B. maydis ada dua ras yaitu ras O dan ras T Cara pengendalian : -
Menanam varietas tahan : Bima 1, Srikandi Kuning -1, Sukmaraga dan Palakka
-
Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun
-
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim
3. Hawar daun (Northern leaf blight) Gejala : Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15 Cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.
Gambar 3. Gejala hawar daun pada jagung
Penyebab penyakit hawar daun adalah : Helminthosporium turcicum Cara pengendalian -
Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5
-
Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun
-
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate
4. Karat (Southern rust) Gejala Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat
pada
permukaan daun atas dan bawah, uredinia menghasilkan uredospora juga berbentuk bulat atau oval yang berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.
Gambar 4. Gejala penyakit karat Penyebab penyakit karat adalah Puccinia polysora Cara pengendalian : -
Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10
-
Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma
-
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil
5. Busuk pelepah ( Sheath blight) Gejala Gejala penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada pelepah daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang tidak beraturan mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat. Gejala hawar dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan tanah dan menjalar kebagian atas, pada varietas yang rentan serangan jamur dapat mencapai pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisasisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang basah, lembab dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama.
Gambar 5. Gejala penyakit busuk pelepah
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani
Cara pengendalian : -
Menggunakan varietas/galur yang tahan sampai agak tahan terhadap penyakit busuk pelepah misalnya : Semar 2, Rama, Galur GM 27,
-
Diusahakan agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi
-
Lahan mempunyai drainase yang baik
-
Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama
-
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim
6. Busuk tongkol (Ear rot) Penyakit busuk tongkol dapat disebabkan oleh beberapa jenis cendawan antara lain : a. Busuk tongkol Fusarium Gejala Permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat, kadangkadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas yang berwarna merah jambu. Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di dalam tanah, cendawan ini dapat terbawa benih , dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah Penyakit busuk tongkol fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme
Gambar 6a. Busuk tongkol fusarium
b. Busuk tongkol Diplodia Gejala Kelobot yang terinfeksi pada umumnya berwarna coklat, infeksi pada kelobot setelah 2 minggu pembentukan rambut
jagung, menyebabkan biji berubah menjadi
coklat, kisut dan busuk. Miselium berwarna putih, piknidia berwarna hitam tersebar pada klobot , infeksi dimulai pada dasar tongkol berkembang ke bongkol kemudian merambat ke permukaan biji dan menutupi klobot. Cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia yang berdinding tebal pada sisa tanaman di lapang. Gejala busuk tongkol Dilodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis
Gambar 6 b. Gejala busuk tongkol Diplodia
C. Busuk tongkol Gibberella Gejala Tongkol yang terinfeksi dini oleh cendawan dapat menjadi busuk dan klobotnya saling menempel erat pada tongkol, badan buah berwarna biru hitam tumbuh di permukaan klobot dan bongkol.
Gambar 6 c. Gejala busuk tongkol Gibberella Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan Gibberella roseum Cara pengendalian : -
Pemeliharaan tanaman yang sebaik-baiknya, antara lain dengan pemupukan seimbang
-
Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lapangan, jika musim hujan bagian batang dibawah tongkol dipatahkan agar ujung tongkol tidak mengarah keatas
-
Mengadakan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk padipadian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang
Penyakit yang disebabkan Virus 7. Virus mosaik kerdil jagung (Maize dwarf mosaic virus) Gejala Gejala penyakit ini tanaman menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau hijau dengan diselingi garis-garis kuning, dilihat secara keseluruhan tanaman tampak berwarna agak kekuningan mirip dengan gejala bulai tetapi apabila permukaannya daun bagian bawah dan atas dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Penularan virus dapat terjadi secara mekanis atau melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum maydis secara non persisten. Tanaman yang terinfeksi virus ini umumnya terjadi penurunan hasilnya.
Gambar 7. Gejala penyakit mosaik kerdil jagung Cara pengendalian : -
Mencabut tanaman yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman yang akan datang
-
Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama
-
Penggunaan peptisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi
-
Tidak penggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus (Sumber: Bahan Ajar pelatihan BPTP Ketindan)
(Oleh: Reny Apriliana, S.TP – THLTBPP II – BP3K BINANGUN)