PROLOG Segitiga, bukankah bentuk yang unik? Ada tiga bagian garis yang melintang dan saling berhubungan hingga terbentuk tiga buah titik. Satu diatas dan yang dua ada disisi kanan dan kiri. Jika segitiga sama kaki, maka dua sisi miring sejajar dengan alas yang lebih pendek, tentu saja bagian atas adalah sudut dan titik tumpunya. Tidak bisa dibalik, tidak bisa dimiringkan, bentuknya akan rusak. Tapi jika segitiga itu sama sisi, maka ketiga titiknya boleh menjadi tumpuan. Semuanya berlaku adil. Hanya saja, jika kau dalam hubungan cinta, segitiga bukanlah lambang yang baik. Percayalah, bentuk hati adalah yang terindah, karena hanya
ada
satu
titik,
satu
sudut
dan
itu
ditujukkan
kepadamu
seorang.
Dalam cinta, segitiga tidak bagus sama sekali, meskipun itu segitiga sama sisi. ****
Shin Haerin menapakkan kakinya lekat-lekat ke lantai. Lantai yang sekian lama enggan dipijaknya. Bumi yang setelah lama ia benci karena satu alasan. Kemudian matanya menyisir seluruh bayangan yang dapat ia jangkau dengan mudah. Sungguh, sayang sekali pemandangan seperti ini jika dilewatkan dengan bersedih hati seumur hidupnya. Bahkan ini hanya rumah sakit. Bagaimana jika itu sebuah taman hiburan atau pemandangan alam? Wah... Pasti jauh lebih menakjubkan dari pada ini. Haerin mengalami sakit karena depresi dan patah hati yang berkepanjangan. Empat bulan - Sudah empat bulan gadis cantik ini menghabiskan seluruh harinya dirumah sakit. Menangis adalah makanan sehari-hari. Obat adalah kawan setia selama berbulan-bulan. Haerin acap kali tidak mau tidur ataupun makan. Depresi benar-benar membuatnya seperti orang gila yang hilang akal. Ia lupa cara berbicara dengan benar, lupa membuka matanya untuk sekedar melihat keindahan, khilaf dan tidak lagi ingin tertidur layaknya manusia normal, karena sejatinya, saat ia tertidur bayangan itu terus muncul. Semakin menyakitkan untuk dikenang. Akan sangat indah rasanya jika itu hanya mimpi belaka, tapi ini apa? Ya Tuhan, ini nyata. Jangankan dirinya, bahkan mungkin Tuhan sekalipun kewalahan dengan takdir ini. Gadis manis ini bisa jadi lupa bernafas kalau saja paru-paru dan jantungnya tidak bekerja secara otomatis. Ia hanya ingat diam dan duduk, padahal seperti itu tidaklah ada
gunanya. Namun buktinya hanya hal itu pula yang membuatnya lebih baik. Walau tetap tak merubah keadaan, dan empat bulan bukan waktu yang singkat untuk merusak diri. Haerin cukup kuat karena masih bertahan hidup sampai sekarang. Tidak ada jalan baginya untuk bunuh diri. Tunggu, lagi pula kenapa ia yang harus mati? Harusnya namja sialan brengsek itu yang mati. Ah apa ini, apa barusan tadi Haerin mengumpat? Harusnya tidak boleh begini, tidak lagi. Tapi, tunggu dulu, mati? Ya, Lebih baik dia mati dari pada pria menjalin cinta dengan orang lain. Membuat darah Haerin makin mendidih dan dorongan untuk membunuh orang sangat dominan mengingat nama itu terkenang di kepalanya. Lupakan, tidak. Tidak lagi. Mulai sekarang, semua berakhir dari sini. Sejak mendapat perawatan dari seorang psikiater sekaligus
ahli
religius,
semangat
hidup
Haerin
bagai
di
pompa
kembali.
Ditambah lagi dengan, tentu saja dukungan seorang namja yang telah lama jadi sahabat juga menyertainya. Orang yang setia dan tulus kepadanya. Sekarang lihatlah Haerin yang baru. Senyuman penuh dan indah di bibir merah jambunya. Mata dan air wajahnya menampakkan kebahagiaan. Ia hanya lega. Lega karena Tuhan segera memberikan jawaban setelah penantian dalam keputusasaannya bulan-bulan belakangan ini. Lega karena Tuhan masih sudi mengambil sakit itu dari tubuh dan jiwanya lalu membiarkan Haerin hidup kembali. Hidup yang normal layaknya orang lain. Membangun sejuta harapan baru. Meninggalkan segala kesakitan dan seluruh kebencian. Haerin akan belajar memaafkan, walaupun lukanya tak akan cepat hilang. Orang bilang, takdir pasti ada. Tapi rencana harus tetap ditulis oleh pensil kita, dan berusaha adalah wujud realisasinya. Biarkan Tuhan yang memegang penghapusnya, dan menentukan takdir itu akan seperti apa.
***
LOVE STORY Kisahnya beberapa tahun yang lalu. Haerin berlari kecil ke arah seorang pria tampan yang mungkin sudah menunggunya sejak lama. Ia menenteng tas slempang merah dengan rambut coklatnya yang tergerai indah. Wajahnya yang manis dan selalu enak dilihat sudah melengkungkan senyum dari kejauhan sana. Masih terus berlari dan terengah, akhirnya pria itu mengalah dan mendekat menghampirinya. Ah.. rasanya kasihan sekali membiarkan pria yang dicintainya itu menunggu sangat lama seperti ini tiap mereka akan pergi berkencan. "Dua jam 12 menit, Haerin. Hebat, ini rekor!" sapanya begitu Haerin mendekat dan terengah karena berlarian dari ujung jalan sana. Pria putih itu memakai pakaian hangat berwarna abu pudar, rambutnya yang coklat tua agak berantakan. Tubuhnya tinggi menjulang dengan kulit putih bagai porselen mahal. Hidungnya mancung tentu saja, serta matanya yang tidak terlalu sipit namun tajam itu sesaat - ah tidak, untuk beberapa waktu menghipnotis gadis dihadapannya. Anggap saja sekarang kau sedang melihat drama, dengan kamera berputar yang melihat kedua manusia berkeliling meski mereka diam. Lalu alunan lagu romantis dan sapuan angin serta daun-daun gugur beterbangan. Kalian tahu Gwanghwamun? Seperti itulah tempatnya kira-kira. "Hei," ujar pria itu menyadarkan gadis muda yang melongo dihadapannya. "Mianhae Oppa, a.. aku..." gadis tadi - Haerin, terbata, terengah. Hal yang harusnya ia lakukan sejak awal. Pria itu menepuk pelan pundak Haerin dan menghadiahkan senyuman manisnya. Senyuman yang sanggup membuat Haerin meleleh saking memesonanya. Dalam hati ia bersorak, Ya Tuhan, benarkah namja itu memilihnya? "Gwenchana, aku sudah biasa," jawabnya sambil tertawa. Sungguh sempurna. Pasangan yang menerima mu apa adanya seperti ini amat langka di jaman sekarang. Ia sangat baik dan pengertian, bahkan dia tak pernah marah ketika Haerin sering kali terlambat untuk datang berkencan, dan hal ini sudah berlangsung lumayan lama.
Bahkan untuk sekedar hubungan pacaran hal ini sudah termasuk benar-benar sangat lama, hampir melegenda. Oh iya, apa tadi Haerin belum memperkenalkan siapa nama pacarnya? Dia adalah si tampan anak bungsu keluarga Cho - Cho Kyuhyun. Punya wajah tampan sejak lahir memang kadang membuat repot. Maka sebelum lebih banyak lagi gadis yang terpesona oleh kharisma dan pancaran aura pangeran seorang Cho, Haerin sudah lebih dulu mengikat erat hubungan mereka sejak 5 tahun lalu. Ya.. 5 tahun. Itu bukan waktu yang singkat untuk sekedar berbagi perasaan dan cinta monyet, kan? Selama lima tahun Kyuhyun dan Haerin sepakat untuk bersama. Dalam suka ataupun duka anak remaja. Hingga kini tak terasa usia mereka sudah menginjak 23, lima tahun sejak keduanya bertemu dan sepakat bersama di akhir tahun sekolah menengah atas. Banyak hal berubah tentunya. Haerin semakin tinggi dan jago berdandan. Kyuhyun semakin tampan dan lebih dewasa dari sebelum-sebelumnya. Banyak yang berubah namun mereka tetap kuat dan terus bersama. Saling menggandeng tangan dan berjalan beriringan. Meski Kyuhyun akui, jika sikap Haerin yang kekanakan belum hilang sama sekali di usianya yang sudah ke 23. Tapi itu bukan masalah, Kyuhyun yakin suatu hari Haerin akan berubah seiring dengan berjalannya waktu dan berubahnya keadaan. Biarkan ia belajar lewat pengalaman, bukan paksaan. Kyuhyun menerima Haerin begitu saja? Oh tentu tidak. Sejak awal mereka berkomitmen untuk saling memaksimalkan, bukan hanya melengkapi semata, karena melengkapi itu puzle, bukan cinta atau komitmen. Baik Kyuhyun maupun Haerin sama-sama melakukan yang terbaik. Menjadi lebih baik agar nampak pantas bersanding dengan kekasihnya. Seringkali pertengkaran kecil menjadi bumbu dan warna. Kadang jika mulut Kyuhyun yang kasar sudah mengeluarkan bisanya yang mematikan, maka Haerin siap-siap tutup telinga dan operasi hati dengan ember anti pecah setelah pertengkaran mereka. Tapi bukankah itu cinta? Jika selalu manis akan kurang sempurna rasanya.
Mianhae : Maafkan aku (bahasa Korea)
Gwenchana : Baik-baik saja (bahasa Korea)
***