Jurnal Saintek Perikanan Vo. 3 No. 2 2008 : 1 – 8
DISTRIBUSI DAN RUAYA UDANG JARI (Metapenaeus elegans de Man 1907) DI LAGUNA SEGARA ANAKAN CILACAP JAWA TENGAH Dispersion of Fine Shrimp (Metapenaeus elegans de Man 1907) on Segara Anakan Lagoon Cilacap Central Java Suradi Wijaya Saputra1 1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang Jl. Prof. Soedharto, SH Semarang Diserahkan 21 Agustus 2007; Diterima 6 Januari 2008 ABSTRAK Penelitian distribusi dan ruaya udang Jari (Metapenaeus elegans) dilakukan di Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah, bertujuan untuk mengkaji pola distribusi dan ruayanya. Penelitian dilakukan sejak Februari sampai dengan Desember 2004, menggunakan metode survei,dan pengambilan sampel menggunakan metode sistematik sampling. Berdasarkan kondisi habitat dan distribusi Apong, daerah penelitian dibedakan menjadi tiga wilayah perairan, yaitu wilayah Barat, wilayah Tengah dan wilayah Timur. Pada setiap wilayah ditentukan tiga lokasi sampling. Hasil penelitian menunjukkan udang jari tertangkap sepanjang tahun, terdistribusi ke seluruh pelosok perairan Segara Anakan. M. elegans lebih banyak tertangkap di wilayah perairan Sungai Donan dan sekitarnya (wilayah timur). M. elegans yang tertangkap di perairan laguna (wilayah barat) berukuran lebih besar dan lebih banyak yang telah matang gonad dibanding wilayah perairan lainnya. M. elegans memijah sepanjang tahun dengan puncak bulan Mei. Daerah pemijahan di perairan zona barat, terutama laguna sebelah timur Karanganyar. Kata kunci : M. elegans, Distribusi, ruaya, Laguna Segara Anakan ABSTRACT The research of the dispersion of fine shrimp (Metapenaeus elegans de Man 1907) was held on Segara Anakan Lagoon, Cilacap Central Java. Sampling was collected systematically during survey from February to December 2004. Based on habitat condition and the distribution of Apong (small size set net) fishing units, study area was divided into three zone : the West, Central and the East Zone. Results showed that fine shrimp caught along the year, was distributed to all Segara Anakan waters. M. elegans catched more in Donan river waters (East zone). Shrimp caught in the lagoon (West zone) was lagger in size than those collected from other zone and they were in the maturing reproductive status. Specimens caught from Tritih Kulon and west Kutawaru were reconded on the smallest. Spawning occurred along the year, with peak seasons in May. The spawning ground in the West Zone, is mainly the lagoon of East Karanganyar. Key word : M. elegans, dispersion, Segara Anakan Lagoon 1990; Chan, 1998; Dudley 2000a). Dudley (2000a) menyatakan bahwa udang jari hampir tidak pernah ditemukan di laut, dan hanya sesekali ditemukan di mulut laguna selama pasang tinggi. Sebaliknya, Chan (1998) menyebutkan kadang-kadang spesies ini ditemukan juga di laut sampai kedalaman 55 meter. Dall et al. (1990) dan Chan (1998) menyatakan bahwa M. elegans dapat matang seksual dan melengkapi seluruh siklus hidupnya
PENDAHULUAN Metapenaeus elegans de Man (1907) disebut juga fine shrimp (Inggris), crevette elegance (Prancis), camaron fino (Spanyol) (Chan 1998), dengan nama lokal udang jahe, udang jari atau dogol hijau. M. elegans termasuk kategori spesies yang seluruh daur hidupnya berada di muara sungai atau laguna dengan salinitas rendah (Motoh, 1981; Miquel, 1983; Dall et al.,
1
Jurnal Saintek Perikanan Vo. 3 No. 2 2008 : 1 – 8 antara 07o39’47” LS - 108o48’14” BT dan 07 o 45’36” LS - 109 o01’47” BT. Penelitian menggunakan metode survei. Penentuan lokasi sampling dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan perairan dan daerah penangkapan apong. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa perairan sebelah barat memiliki salinitas rendah dan kekeruhan tinggi, sedangkan di wilayah timur memiliki kekeruhan rendah dengan salinitas tinggi. Berdasarkan kedua hal tersebut maka daerah penelitian dipisahkan menjadi tiga wilayah (Gambar 1), yaitu 1) Perairan wilayah Barat, meliputi perairan dari Plawangan Barat sampai perairan dekat desa Klaces dan perairan laguna. 2) Perairan wilayah Tengah meliputi perairan sekitar Ujunghalang dan Muaradua, dan 3) Perairan wilayah Timur meliputi Plawangan Timur, Sungai Sapuregel (ke arah barat) dan Tritih Kulon (ke arah utara).
dalam laguna atau estuaria. Di perairan laguna Segara Anakan dan sekitarnya, udang jari tertangkap dengan jaring apong. Bentuk jaring apong sama dengan trawl, hanya dioperasikan secara pasif/statis, dengan menghadang arus. Alat tangkap ini sangat berkembang, karena efektif untuk menangkap udang. Apong sudah ada sekitar tahun 82, beberapa saat setelah trawl dilarang beroperasi di kawasan perairan barat. Zarochman (2003) menyebutkan jumlah Apong di Segara Anakan mencapai 1660 unit. Di samping mendapat tekanan dari eksploitasi yang tinggi, keberadaan udang jari juga mendapat tekanan akibat sedimentasi, penebangan bakau illegal dan peningkatan beban pencemaran dari daerah sekitarnya, sehingga akan mengancam keberadaannya di Laguna Segara Anakan. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian yang mencakup aspek-aspek distribusi, biologi reproduksi dan ruaya M. elegans perlu dilakukan. Aspek-aspek tersebut sangat penting sebagai dasar penyusunan konsep pengelolaan udang jari. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola distribusi dan pergerakan atau ruaya M. elegans di perairan Segara Anakan.
Jumlah stasiun pengamatan masing-masing wilayah sebanyak 3 stasiun. Stasiun pengamatan tersebut adalah : Wilayah Timur : a. perairan Tritih Kulon, b. perairan Karangtalun, c. perairan muara Donan; Wilayah Tengah meliputi: d. sebelah Barat Kutawaru, e. sebelah Timur Motean, f. perairan sebelah barat Motean. Wilayah barat meliputi g. perairan laguna dekat Klaces, h. laguna dekat muara Sungai Cibeureum i. laguna sebelah timur Karanganyar (Gambar 1).
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di perairan Laguna Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sejak 4 Februari sampai dengan 27 Desember 2004. Daerah penelitian berada di
ZONA BARAT
ZONA TENGAH
ZONA TIMUR
a i h g
f
b e
Pulau Nusakambangan
d c
SAMUDERA HINDIA
: Lokasi sampling a. Perairan Tritih Kulon, d. Sebelah Barat Kutawaru g. Laguna dekat Klaces, i. laguna timur Karanganyar
b. Perairan Karangtalun, c. perairan muara Donan; e. Sebelah timur Motean, f. sebelah barat Motean, h. Laguna dekat muara S. Cibeureum
Gambar 1. Lokasi Sampling
U 2
.
Jurnal Saintek Perikanan Vo. 3 No. 2 2008 : 1 – 8 Contoh udang adalah udang yang diperoleh dari hasil tangkapan tiga unit apong untuk setiap stasiun pengamatan. Variabel yang diamati meliputi jumlah spesimen udang jari, berat hasil tangkapan (kg), panjang karapas (mm), berat individu (gram), dan Tingkat Kematangan Gonad (TKG). TKG udang penaid diidentifikasi berdasarkan Primavera (1983), yang membadi menjadi lima tahapan perkembangan gonad, yaitu : Tingkat I: gonad tipis dan transparan, sehingga masih belum dapat terlihat; Tingkat II: gonad terlihat seperti benang halus yang berwarna hijau pekat; Tingkat III: gonad semakin tebal dengan warna semakin gelap, Tingkat IV: gonad semakin melebar, di bagian anteriornya (ruas badan pertama dan kedua) terlihat adanya lekukan-lekukan dan bulatanbulatan. Pada tahapan ini udang sudah siap memijah. Tingkat V: gonad berwarna jernih atau pucat karena seluruh atau sebagian telurnya telah dilepas.
terjadi pada bulan Februari, Mei, Juni dan September, Oktober, November dan Desember. Pada wilayah Tengah M. elegans lebih melimpah pada bulan April dan Juli. Distribusi M. elegans berdasarkan stasiun pengamatan (Gambar 2). Udang M. elegans paling banyak ditemukan di perairan sebelah barat Motean, perairan sekitar Tritih Kulon dan perairan S. Donan. Pada perairan laguna (sebelah timur Karanganyar, Klaces dan dekat muara Sungai Cibeureum), jumlah individunya paling sedikit. Berdasarkan dua pola distribusi (waktu dan lokasi pengamatan) yang didasarkan pada jumlah individu, wilayah Timur dan Tengah lebih melimpah dibanding wilayah Barat. Distribusi M. elegans Berdasarkan Ukuran Panjang Karapas Rata-rata ukuran panjang karapas paling besar ditemukan pada bulan November (20,8 mm) dan Desember (18 mm) (Gambar 3A). Berdasarkan lokasinya, ukuran panjang karapas rata-rata paling besar ditemukan pada stasiun pengamatan perairan laguna sebelah timur Karanganyar (17,3 mm) (Gambar 3B).
Bahan yang digunakan adalah : udang hasil tangkapan apong dan bahan pengawet (alkohol, formalin dan es). Analisis distribusi dilakukan berdasarkan jumlah individu, struktur ukuran panjang karapas, dan TKG, dilakukan secara deskriptif dengan menampilkan dalam bentuk tabel, grafik dan gambar. Pengelompokan habitat berdasarkan ukuran udang yang tertangkap dilakukan dengan analisis gerombol (cluster analysis).
Udang yang berasal dari wilayah Timur dan Tengah umumnya lebih kecil dibanding udang yang berasal dari wilayah Barat. Ukuran terkecil ditemukan pada udang yang tertangkap di perairan Tritih Kulon (wilayah Timur) dan di perairan sebelah Barat Kutawaru (wilayah Tengah). Berdasarkan ukuran panjang karapas udang jari yang tertangkap, maka berdasarkan analisis gerompol (cluster analysis) lokasi sampling dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok (Gambar 4). Kelompok pertama, terdiri dari perairan Tritih Kulon dan sebelah barat Kutawaru. Kelompok kedua terdiri dari perairan Karangtalun, muara Sungai Donan, perairan Timur Motean dan Barat Motean. Kelompok ketiga terdiri dari Wilayah Barat atau perairan laguna (sekitar Klaces, sekitar muara S. Cibeureum dan sebelah timur Karanganyar).
HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi M. elegans berdasarkan Jumlah Individu Distribusi populasi M. elegans berdasarkan jumlah individu menurut waktu sampling dan wilayah penelitian disajikan pada Gambar 2. Jumlah individu M. elegans lebih banyak ditemukan di wilayah Timur (24.884 individu) dibanding wilayah Tengah (18.610 individu) dan wilayah Barat (11.233 individu). Dominasi M. elegans di perairan wilayah Timur terutama 100%
Proporsi (%)
80% 60% 40% 20%
Bulan
Des
Nov
Okt
Sept
Ags
Jul
Jun
Mei
apr
mrt
Feb
0% Zona Barat Zona Tengah Zona Timur
Gambar 2. Distribusi Jumlah Individu M. elegans Berdasarkan Wilayah Penelitian.
3
Jurnal Saintek Perikanan Vo. 3 No. 2 2008 : 1 – 8
P. karapas rata-rata (mm)
20
A
18 16 14 12
27-Des
28-Nop
13-Okt
15-Sep
19-Agust
16-Jul
18-Jun
23-Mei
24-Apr
22-Mar
20-Feb
4 Feb
10
18 16 14 12 10
Tritih Kulon
Karangtalun
Muara Cibeureum Timur Karanganyar Barat Motean Timur Motean Barat Kutawaru Muara Donan
B
Klaces
P. karapas rata-rata (mm)
Waktu samp ling
Lokasi Sampling
Gambar 3. Distribusi Udang Berdasarkan Panjang Karapas Karapas ( mm ) Rata-rata di Segara Anakan Dendrogram
A D B C E F G H I
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
index
Gambar 4. Pengelompokan Habitat Berdasarkan Panjang Karapas Udang Keterangan : A : Tritih Kulon B : Karangtalun, C : Muara S. Donan, D : Barat Kutawaru, E : Timur Motean, F : Barat Motean, G : Klaces, H : Timur Karanganyar, I : Muara S. Cibeureum. Apabila kisaran perbedaan panjang karapas diperlonggar, dari indeks perbedaan 0,11 menjadi 2,2 (Gambar 4), untuk melihat lokasi pengamatan yang masih memiliki kesamaan dengan indeks perbedaan 2,2, ternyata lokasi pengamatan dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama yang terdiri dari perairan wilayah barat (perairan laguna), dan kelompok dua yang meliputi perairan wilayah tengah dan timur (perairan di luar laguna).
Distribusi M. elegans Berdasarkan TKG Berdasarkan 30 sampel udang jari betina yang diambil setiap bulan per stasiun pengamatan, diperoleh gambaran tentang udang betina yang gonadnya telah berkembang. Udang betina matang gonad adalah udang betina yang gonadnya telah berkembang mencapai TKG 3 (King 1995). Komposisi udang betina dengan TKG 3 dan 4 berdasarkan waktu dan lokasi sampling, disajikan pada Gambar 5.
4
Jumlah matang gonad
Jurnal Saintek Perikanan Vo. 3 No. 2 2008 : 1 – 8
50
TKG 4 TKG 3
40 30 20 10
Nov Timur Kr. Anyar
Des
Okt Klaces
Sept
Agust
Juli
Juni
Mei
Maret
April
0
Waktu sampling 60 Jumlah matang gonad
TKG 3
50
TKG 4
40 30 20
UH Barat
UH Timur
Jojok barat
Muara Donan
Karang Talun
Tritih Kulon
0
Cibeureum
10
Lokasi sampling
Gambar 5. Udang M.elegans Betina Matang Gonad Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Selama penelitian, udang M. elegans yang gonadnya telah berkembang ditemukan terbanyak di wilayah Barat, yaitu sebanyak 293 ekor. Berdasarkan waktu sampling, bulan Mei merupakan waktu terbanyak ditemukannya udang betina matang gonad sebanyak 75 ekor (27,78%), disusul bulan November 53 ekor (18,89%), Desember 52 ekor (18,52%) dan Oktober 51 ekor (18,89%).
sedangkan berdasarkan waktunya, bulan Mei merupakan puncak musim pemijahan. Distribusi dan Pergerakan Udang M. elegans di Perairan Segara Anakan Berdasarkan identifikasi persebaran M. elegans menurut modus ukuran panjang karapas, observasi lapang dan pola ruaya daur hidup berdasarkan Dall et al. (1990), pergerakan ruaya M. elegans di perairan Segara Anakan diperkirakan sebagai berikut.
Perairan Wilayah Barat (laguna) paling banyak dihuni oleh udang betina matang gonad (137 ekor). Pada wilayah Timur (muara S. Donan, Karangtalun dan Tritih Kulon) tidak ditemukan udang betina dewasa matang gonad, sedangkan pada wilayah Tengah (Barat Kutawaru sampai dengan Barat Motean), selama penelitian ditemukan delapan ekor udang betina matang gonad. Hampir semua udang betina dengan TKG 4 hanya ditemukan di perairan wilayah Barat (laguna), kecuali di perairan sebelah barat Motean (Ujungalang) ditemukan satu ekor. Berdasarkan data tersebut dapat diduga bahwa wilayah Barat (laguna) merupakan daerah pemijahan udang M. elegan,
Telur udang M.elegans menetas di dalam laguna, dan larva planktonis dari perairan laguna terbawa arus pasang surut ke perairan sekitar laguna. Pada perairan tepi laguna yang ditunjang oleh hutan mangrove, nauplii tumbuh menjadi pascalarva. Setelah mencapai pascalarva, akan beruaya ke perairan hulu yang memiliki salinitas rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Dall et al. (1990) yang menyatakan bahwa pada tahapan pascalarva udang penaid yang seluruh daur hidupnya berada di estuaria akan bermigrasi ke bagian hulu sungai dengan salinitas rendah (Gambar 6).
5
Jurnal Saintek Perikanan Vo. 3 No. 2 2008 : 1 – 8 Pergerakan ruaya pascalarva udang jari ke seluruh pelosok hulu sungai atau perairan dengan salinitas rendah terbantu oleh arus pasang. Melalui sungai dan alur di antara hutan mangrove, pascalarva udang jari dapat mencapai perairan dengan salinitas rendah. Pada wilayah Barat, perairan hulu dengan salinitas rendah antara lain terdapat pada hulu Sungai Cibeureum, hulu Sungai Kayumati, dan hulu Sungai Cikonde (banyak ditemukan udang stadia pascalarva dan udang muda). Pada wilayah Tengah, perairan hulu dengan salinitas rendah terdapat pada perairan hulu Sungai Ujungalang dan Sungai Dangal. Pada wilayah Timur, perairan dengan salinitas rendah antara lain pada perairan hulu Sungai Donan (salinitas 7,72‰ pada bulan November 2004, 21,6-22‰ pada bulan September2004) dan hulu Sungai Sapuregel (8-9‰ pada bulan Desember 2004, 21-22 ‰ pada bulan September 2004). Sebagaimana dijelaskan di depan pada kedua perairan tersebut ukuran rata-rata panjang karapas udang M. elegans paling kecil (14,16 mm dan 14,17mm), dan banyak ditemukan stadia pascalarva (ukuran panjang karapas kurang dari 3 mm).
Setelah tumbuh menjadi udang muda, udang tipe estuarine species, akan bergerak kembali ke muara sungai dengan salinitas yang lebih tinggi (Dall et al. 1990). Perairan Tritih Kulon merupakan pintu masuk udang muda dari hulu Sungai Donan ke daerah pembesaran. Perairan Barat Kutawaru sebagai pintu masuk udang muda dari daerah asuhan hulu Sungai Sapuregel. Hal ini terlihat berdasarkan distribusi ukuran panjang karapas, dimana pada dua perairan tersebut memiliki ukuran panjang karapas terkecil dibanding tujuh lokasi pengamatan lainnya. Pengaruh arus surut yang kuat saat pasang purnama, populasi udang jari di muara S. Donan dan muara S. Sapuregel dapat terdorong sampai ke Plawangan Timur, tetapi akan kembali beruaya ke perairan Segara Anakan. Hal ini terbukti karena selama penelitian tidak ditemukan udang jari yang didaratkan di TPI yang terdapat di pantai Cilacap, dan hanya ditemukan di TPI Sleko yang menampung hasil tangkapan dari Segara Anakan.
Pulau Nusakambangan
SAMUDERA HINDIA
Keterangan : : Lokasi pemijahan : Ruaya post larva ke daerah nursery : Ruaya udang dewasa ke daerah pemijahan : Lokasi pengamatan / sampling Gambar 6. Pola Ruaya M. elegans di Perairan Segara Anakan
6
Jurnal Saintek Perikanan Vo. 3 No. 2 2008 : 1 – 8 Udang muda pada perairan sebelah Timur Motean berasal dari hulu Sungai Dangal, sedangkan udang muda di perairan Barat Motean berasal dari hulu Sungai Ujungalang. Pada perairan tersebut udang jari ukuran kecil bercampur dengan udang dewasa yang sedang dalam perjalanan ruaya ke laguna untuk memijah. Hal ini dibuktikan dengan adanya udang jari yang tertangkap di daerah tersebut dalam kondisi gonadnya sedang berkembang (TKG I dan II) atau bahkan matang gonad dengan TKG IV (di perairan Barat Motean). Hal ini terlihat dari panjang karapas rata-rata udang jari pada kedua lokasi pengataman tersebut yang lebih besar dari panjang karapas udang di perairan sebelah Barat Kutawaru dan Tritih Kulon. Juvenil dan udang muda dari daerah hulu Sungai Cibeureum, Sungai Cikonde dan sungai lainya di Wilayah Barat akan beruaya ke perairan laguna. Pada daerah laguna tersebut udang jari muda akan tumbuh sampai dewasa, bercampur dengan udang jari dewasa yang berasal dari seluruh penjuru perairan untuk memijah. Oleh karenanya meskipun di perairan laguna merupakan daerah pemijahan, namun tetap banyak tertangkap udang jari ukuran kecil.
4.
perairan lainnya, sedangkan udang jari yang tertangkap di perairan Tritih Kulon dan sebelah barat Kutawaru didominasi oleh udang berukuran kecil. Udang M.elegans memijah sepanjang tahun di perairan laguna, dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Mei.
DAFTAR PUSTAKA Chan TY. 1998. Shrimps and Prawns dalam : Carpenter KE, VH Niem. eds. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Vol. 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome. Croccos DJ, JD Keer. 1983. Maturation and spawning of the banana prawn Penaeus merguensis de Man (Crustacea : Penaeidae) in the Gulf of Carpentaria, Australia. J. Exp. Mar. Biol. Eco. 69 : 39-59. Dall W, BJ Hill, PC Rothlesberg, DJ Sharples. 1990. The Biology of the Penaeidae. Advance dalam: Blaxter JHS, AJ Southward. Eds. Marine Biology Vol. 27. Academic press. Harcourt Brace Jovanovich, Publishers. London.
Uraian tersebut didukung fakta bahwa pada perairan hulu seperti disebutkan di depan, hasil tangkapan udang jari didominasi oleh udang ukuran kecil. Penangkapan menggunakan waring surungan di perairan Tritih Kulon pada alur di antara hutan mangrove, diperoleh udang jari ukuran kecil (juvenil dan udang muda). Ukuran udang jari yang relatif sama juga mendominasi hasil tangkapan di Muara Dua, bagian hulu (utara) Motean dan di bagian hulu Sungai Cibeureum. Hasil tangkapan dari saluran-saluran tambak dan alur-alur di antara hutan mangrove di daerah tersebut didominasi udang ukuran kecil. Udang muda yang tertangkap tersebut diduga dalam perjalanan ruaya dari daerah asuhan ke daerah pembesaran.
Dudley RG. 2000a. Segara Anakan fisheries management plan. Specialist fisheries consultant report. BCEOM-DITJEN BANGDA, Jakarta. King M. 1995. Fisheries Biology, Assessment and Management. Fishing News Books. A Division of Blackwell Science Ltd. London. Miquel JC. 1982. Supplementary notes on species of Metapenaeus (Decapoda, Penaeidae). Crustaceana 45, 71-76.
KESIMPULAN Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa : 1. Udang M. elegans tertangkap sepanjang tahun, terdistribusi merata ke seluruh pelosok perairan Segara Anakan. 2. Udang M .elegans lebih banyak tertangkap di wilayah perairan Sungai Donan dan sekitarnya (wilayah timur). 3. Udang M.elegans yang tertangkap di perairan laguna (wilayah barat) berukuran lebih besar dan lebih banyak yang matang gonad dibanding udang dari wilayah
Motoh H. 1981. Study on fisheries biology of the Giant Tiger prawn Penaeus monodon in the Philippines. SEADEC. Technical report no.7. Saputra SW, S Sukimin, M Boer, R Affandi, DR Monintja. 2005a. Dinamika Populasi Udang Jari (Metapenaeus elegans de Man 1907) di Laguna Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan IPB.
7
Jurnal Saintek Perikanan Vo. 3 No. 2 2008 : 1 – 8 _________.2005b. Aspek reproduksi dan spawning ground udang jari Metapenaeus elegans di Segara Anakan Cilacap Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Kelautan (Indonesian Journal of Marine Science).10(1) : 41-49.
Segara Anakan. Jurnal Gema Segara Anakan. III (9 : 11-19). _________. 2003. Laju tangkap udang dan masalah jaring apong di Plawangan Timur Laguna Segara Anakan. [Tesis]. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Zarochman. 2001. Penataan apong untuk keselamatan udang dalam kawasan
8