CERPEN 'GENDHIS" KARYA ABIDAH EL KHALIQY DALAM PERSPEKTIF TINDAKAN KOMUNIKATIF HABERMAS-) Aning Ayu Kusumawati Fakultas Adab dan llmu Budaya Universitas lslam Negeri Sunan Kaliiaga Yogyakarta Pos-e | : d-ay u ku su m aw oti @y a ho o, co ji d
Inti Sari Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeksripsikan tindakan komunikasi yang ditampilkan oleh Abidah El Khalieqy dalam cerpen "Gendhis" dan sejauhmana tindakan komunikasi dalam cerPen "Gendhis" berdasarkan pada teori tindakan komunikasi Habermas. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian menggunakan analisis teks (discourse analysis), yaitu menganalisis cerpen "Gendhis" untuk mengetahui isi dan makna yang terkandung dalam teks dengan teori komunikasi Habermas. Hasil penelitian rnenunjukan bahwa tindakan komunikasi dalam cerpen "Gendhis" memunculkan beberapa aspek, yaitu aspek dominasi, aspek emosi (kemarahan), dan aspek kekerasan. Adapun empat klaim, yaitu kejelasan (comprehensibility), kebenaran (truth), kejujuran (sincerity), dan keadilan (rightness) yang diajukan oleh Habermas ada dalam diri Gendhis, tokoh utama dalam cerPen tersebut, sedangkan tokoh Pak Lurah jauh dari harapan teori tindakan komunikasi Habermas.
Kata Kunci: Habermas, tindakan komunikasi
Abstract This research aims to desribe comnrunication act as presented bv Abidah El Khalieqy in her short story "Gendhis" and to understand lrcw far the ccnnmunication qct ruorks nccording to Habermas tlrcory of communication act. This research used descriptioe method that is fact searching use proper interpretation. Discourse analysiswas usedin analyzing "Gendhis" toreaeal content andmeaning of theworkby Habermas' communication theory. The result shows thst communicstion text in "Gendhis" short story contain some aspects, such as dominatiorr, emotion, nnd aiolence. Otherruise, four claims like comprehensibility, truth, sincerity, and rightness proposed by Habermas uorks in Gendhis herself, the main character in the short story, but do not work ifl chqracter of Pak Lurnh.
Keyw otils: Habermas, communication act
*) Naskah masuk tanggal 9
April
2012. Editor: Umar Sidik. Edit I:
15-20 April 2012. Edit tr: 11-16 Juni 2012
91
1.
Pendahuluan Esten (L978:9) menyatakan bahwa sastra adalah pengungkapan dari fakta artistik dan irnajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan punya efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). Trostsky (dalam Camus, 1998:27 -28) menyatakan bahwa sastra sebagai salah safu cabang seni merupakan ekspresi dari kebutuhan manusia untuk memperoleh kehidupan yang selaras dan lengkap, yaitu untuk memperoleh hakhaknya yang telah dirampas oleh masyarakat berkelas. Karena itu protes terhadap realitas, sadar atau tidak, aktif atau pasif, optimistik atau pesimistik, selalu dapat ditemukan dalam keping karya sastra yang benar-benar kreatif. Menurut Edgar Allan poe (dalam Nurgiyantoro, 2010:L0) bahwa cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra dapat memberikan manfaat kepada pembacanya, di antaranya, ialah mernberikan pengalaman pengganti, kenikmatarL mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Kemenarikan cerpen "Gendhis" sebagai objek pembahasan dalam tulisan ini adalall selain pengarangnya seorang sastrawan perempuan Indonesia yang mengusung tema feminisme dan ikon-ikan Islam, cerpen "Gendhis" merupakan salah satu cerpen yang n:rengangkat konflik antara kelas atas dan bawah, juga ketertindasan yang lemah (perempuan) atas laki-laki. Cerpen "Gendhis" karya Abidah El Khalieqy mengangkat kesenjangan sosiaf yang terjadi karena masalah komunikasi. Jika terdapat gangguan komunikasi maka dapat menimbulkan miskomunikasi yang menyebabkan adanya masalah-maslah sosial kemanusiaan. Penulis mengkaji cerpen ini dengan teori tindakan komunikasi Habermas. Wain (2008) menyatakan bahwa Habermas sebagai generasi baru teori kritis karena ada alasan yang kuat. Alasan itu adalah karena Habermas dianggap sebagai ahli waris teori
92
Widyapanr?,
Votume 40, Nomor
t,
Juni 2oL2
kritis yang dikerjakan oleh satu generasi sebelum dia, yaitu Hokeheimer dkk. Akan tetapl, Habermas tidak menerima warisan pemikiran pendahulunya begitu saj a. Habermas melakukan pembaharuan-pembaharuan unfuk mengatasi kebuntuan teori kritis Hokheimer dkk. Dengan kata lairy predikat generasi baru bukan sernata-mata karena ia bukan generasi pertama atau lam4 tetapi karena pembaharuanpembaharuan yang dilakukannya. Menurut Habermas dalam menyelesaikan masalah sosial tidak boleh memahami praksis sebagai kerja, karena jika seperti itu, kita hanya menaklukkan untuk menciptakan dominasi baru. Bagi Habermas, praksis sosial harus dilakukan lewat komunikasi atau bersifat komunikatif. Tujuan dari komunikasi adalah untuk
menciptakan suatu konsensus/kesepakatan
yang bebas dari dominasi dan paksaan. Edgar (2A06:124-125) menyatakan bahwa konsep Habermas tentang novel/cerpen berawal dari tradisi surat menyurat, yang pertama kali muncul dikonsumsi oleh orang-orang borjuis. Cerpen rnerupakan sarana menuju ruang publik dari ruang privat. Cerpen merupakan alat untuk mengungkapkan sesuatu yang terpendam dari ruang privat. Karena cerpen merupakan ungkapan yang terpendam dalam masyaraka! cerpen dapat ditinjau dari teori atau sudut pandang apa saja. Betapa pun realistiknya sebuah teks sastra, peristiwa dan latar realitas di dalamnya hanyalah puncak gunung es. Apa yang berada di bawah permukaan jauh tebih besar dari puncak yang kelihatan itu. Cerpen "Gendhis" yang dikaji dengan pisau Habermas dikhususkan pada pemikirannya tentang rasio komunikatif. Habermas dalam bukunya edisi bahasa Inggris berjudul Between Facts and Norms ingin merehabilitasi peran rasio yang selama inihanya dipahami sebagai rasionalitas instrumental semata. Dalam hal ini, Habermas memperkenalkan jenis rasionalitas lain yang luput dari pemikiran barat moderry yakni rasionalitas komunikatif. Dengan jenis rasionalitas, Habermas menemukan hubungan erat antara rasio dan bahasa. Sebab, dengan fungsi komunikatitnya, Habermas (1996:XV) menyatakan bahwa rasio tidak ber-
orientasi pada sasarary tetapi pada upaya saIing memahami (mutual-understanding) antara satu orang dengan lainnya.
2.
Rumusan Masalah Permasalahan pokok kajian ini adalah sebagai berikut. 1. Seperti apakah tindakan komunikasi y*g ditampilkan oleh Abidah El KhalieEr dalam cerpen "Gendhis"? 2. Sejauhmana kesesuaian tindakan komunikasi dalam cerpen "Gendhis" dengan teori tindakan komunikasi Habermas?
3.
Tuiuan Tujuan dari kajian ini adalah untuk mendeskripsikan tindakan komunikasi yang terjadi pada cerpen "Gendhis". Selain itu, adalah untuk mengetahui kesesuaian tindakan komunikasi dalam cerpen tersebut dengan tindakan komunikasi yang dinyatakan oleh Habermas, yaitu adanya upaya saling memahami (mutual underctanding) antara satu orang dengan lainnya.
4.
Tinjauan Pustaka
Penulis menemukan kajian terhadap karya Abidah El Khaliqy kurang lebih 20-an. Kajian tersebut dalam bentuk skripsi dan tesis dengan berbagai analisis, yang dapat dibagi dalam dua kelompok fokus kajian. Pertama, kajian-kajian yang mengfokuskan dengan teori-teori sastra, misalnya unsur-unsur genetik, penokohary dan kritik sastra feminis. Kedua, kajian diluar kajian penerapan teori sastra, seperti nilai-nilai akhlak, nilai pendidikan dan unsur dakwah. Misalnya skripsi yang ditulis oleh Fathul Charibah dengan judul Nilai-Nilai Aldilak dalam Nouel Mahabbah Rindu Karyn Abidah El Khalieqy: S ebu ah Kaj ian P r agmatik. Ada satu penelitian dalam tingkat desertasi, yaitu oleh Diah Ariani Arimbi yang telah dibukukan dengan judul Reading Contemporary lndonesian Muslim Women Writers (Representation, ldentity, and Religion of Muslim Women in lndonesian Fiction) diterbitkan Amsterdam University Press tahun 2009. Buku ini membahas empat penulis perempuan Muslim lndonesia. Buku ini mengupas bagaimana gender dibangun yang pada gil"irannya memunculkan konstruksi identitas, peran dan status perempuan muslim di Indonesia dan bagaimana
hubungan itu digambarkan dalam fiksi, yang meliputi masalah keaslian, representasi, dan kekuasaary terjalin dalamberbagai bentuk estetika dan struktur narasi.
5.
Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode ini didefinisikan oleh Whitney dalam Nazir (20A3:47;54) sebagai pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Kajian ini terrnasuk jenis penelitian perpustakaan atau dokumentasi. Penelitian ini dimaksudkan sebagai pembacaan dengan seksama cerpen "Gendhis" karya Abidah El Khalieqy dengan menggunakan arralisjs teks (dlscourse analysis). Dalam hal ini menganalisis cerpen "Gendhis" untuk diketahui isi dan makna yang terkandung didalamnya sesuai dengan rasio komunikasi menurut Habermas (Wuraji, dalam Jabrohim dan Ari Wulandari, 2001:5). Kajian ini akan mengungkapkan bagaimana teori rasio komunikasi Habermas melihat cerpen "Gendhis". Pembahasan kajian terdiri atad pendahuluan, Habermas dan teori tindakan komunikatif, sekilas tentang Abidah El lCraliqy dan sinopsis cerpen "Gendhis", kemudian aspek tindakan komunikasi dalam cerpen "Gendhis".
6.
Habermas dan Teori Tindakan Komunikatif Jtirgen Habermas hadir sebagai seorang
filosuf Jerman yang menyegarkan kembali kebuntuan epistemologis teori kritis mazhab Frankfurt generasi pertama. Kebuntuan epistemologis mazhab Frankfurt tersebut terletak pada ketidakmampuannya merumuskan sebuah solusi dari analisis "dialektika negatif" yang direfleksikan sendiri (http:l lrezaantonius. multipla.comliournall iteml40 1 1LLl10).
Dialektika negatif adaiah pesimisme masyarakat terhadap rasionalitas. Pada awalnya rasionalitas menjadi tumpuhan keberlangsungan hidup dan meyelamatkan manusia dari kebodohan dan kemiskinan. Akan tetapL ternyata rasionalitas menjadi bumerang bagi -peradaban manusia itu sendiri. Solusi yang ditawarkan Habermas dalam menghadapi kr:isis peradaban modern adalah kemungkinan terselen g1ararrya kehidupan sosial yang bebas dari dominasi dan kekerasan dalam masyarakat. Kehidupan bersama yang
Cerpen "Gendhis" Karya Abidah El Khaliqy Dalam Perspektif Tindakan Komunikatif Habermas
93
dibangun di atas norma-norma yang disepakati,
tanpa diskriminasi, Habermas menuangkan gagasan-gagasannya yang dikenal dengan teori
yang seharusnya (normatif), dan jujur (ekspresif). Semua klaim itu diandaikan berlakudalam arti dapat dimengerti dan terpikirkanoleh semua lawan bicara. Klaim-klaim kesahihan ini, menurut Habermas, menjadi syarat terbangunnya komunikasi. Timpa ada klaim-klaim kesahihan, setiap komunikasi akan buntu karena komunikasi tidak bergerak keluar dari lingkaran kepentingan para peserta yang saling berkomunikasi (diskursus). Tidak jarang kebuntuan komunikasi harus berakhir pada praktik-praktik kekerasan. Pada level negara, tidak jarang pula kebuntuan itu men[ilhami segala siasat untuk memanipulasi kekuasaan negara. Melalui hukum, negara dibuat menjadi representasi kelompok kepentingan tertentu atau keyakinan tertentu, sementara pihak lain yang berlawanan "ditertibkan." Supaya komunikasi dapat berhasif orang harus berbicara dengan jelas, benar, jujur, dan betul sehingga hubungan antarmanusia yang betul-betul:rasional dan bebas tetap dapat berlangsung. Misalnya, seseorang dari Jakarta ingin menanyakan jalan menuju Candi Prambanan kepada seorang tukang becak. Orang itu dapat berkomunikasi dengan tukang becak jika ia mengatakaa dengan jelas bahwa ia tidak tahu, dan memang yang ia katakan benax, sesuai yang mau ia katakan, jujur bahwa ia memang tidak tahu dan betuf bahwa ia orang ]akarta wajar jika tidak tahu jalan di Yogyakarta. ]ika empat klaim itu bisa diterima oleh si tukang becak, komunikasi dapat terjadi di antara mereka. Meski dalam kenyataannya komunikasi sering gagal, tetapi setiap orang yang berbicara memiliki idea tentang komunikasi yang berhasil. Jadi, ia selalu tahu apa itr"r rasionalitas
tindakan komunikatif, ruang publik, etika dan moralitas, serta demokrasi. Banyak lagi karyakaryanya yang ia abdikan untuk membela dan mengklaim adanya proyek kritik pencerahan. Tulisan ini terfokus pada pemikiran Habermas tentang teori tindakan komunikatif yang dipakai untuk menganalisis teks sastra. Teori tindakan komunikatif Habermas menyatakan bahwa tindakan manusia yang paling dasar adalah tindakan komunikatif atau interaksi. Tujuan komunikasi adalah agar saling mengerti. Habermas membedakan tindakan menjadi duamacam, yaitu tindakan demi sasaran (dengan rasionalitas sasaran) dan tindakan demi pemahaman (dengan rasinalitas komunikatif). Tindakan demi sasaran masih dibedakan menjadi dua lagi, yaitu tindakan instrumentaf yang diarahkan pada alam; dan tindakan strategis, yang diarahkan pada manusia. Tindakan demi pemahaman dapat ditemukan secara khas dalam diri manusia. Rasionalitas tertanam dalam strukfur bahasa sendiri. Dalam suatu pembicaraan, para partisipan ingin membuat mitra bicaranya memahami maksudnya dengan berusaha mencapai apa yang disebut dengan'klaim-klaim kesahihan', Begifu seseorang masuk ke dalam suatu pembicaraan, dengan sendirinya, orang itu mengajukan empat klaim, yaitu jelas (comprehensibility), benar (truth), jujur (sincerity), danbeh:J (rightness). lelas artinya seseorang mengklaim bahwa apa yarrg ia ungkapkan tepat seperti apa yang ia maksudkan. Benar berarti bahwa apa yang saya katakan adalah apa yang memang mau saya ungkapkan. Jujur artinya saya tidak berbohong. Akhirnya betul yang berarti komunikatif. apa yang saya katakan itu wajar saya katakan Bagi Habermas, masyarakat komunikatif (Hardiman, 1993:18). bukanlah masyarakat yang melakukan kritik Nugraha (dalam http:llwww.lsaf.orglcon- lewat revolusi kekerasan, melainkan lewat artentlaiewll29l150l91L1110) menyatakan bahwa gumentasi demi konsensus. Meskipun demikidalam diskursus publik dan etika diskursus, an, harus selalu diingat bahwa konsensus menpraktik komunikasi Habermas adalah praktik dapatkan konteksnya dalam suatu diskursus komunikasi yang diarahkan pada upaya saling rasional. Konsensus harus tetap terbuka termemahami, implisit di dalamnya ada klaim- hadap kritik dan pembaruan. ]ika konsensus klaim kesahihan. Dalam komunikasi selalu ada diterima sebagai kata akhir, komunikasi tidak usaha-usaha untuk meyakinkan bahwa apa Iagi memainkan peran pertukaran pendapat yang dikatakan itu benar (objektif), wajar atau dan demokrasi. Habermas menyediakannya
94
Widyapanvit,
votume 40, Nomor
r,
Juni2oL2
dalam prosedur etika diskursus. Hardiman (2009:98) menyatakan bahwa Habermas membagi tindakan dasar manusia dalam kehidupan. Peftama, adalah tindakan rasional-bertujuary yaitu tindakan dasar dalam hubungan manusia dengan alamnya sebagai objek manipulasi bersifat monologal. Kedua, adalah tindakan komunikatif merupakan tindakan dasar dalam hubungan manusia dengan sesamanya sebagai sesama subyek, bersifat dialogal. Dalam tindakan rasional-bertujuan, pela-
ku tindakan memiliki orientasi pada
sukses,
sejauhmana keberhasilannya dalam mewujudkan suatu tujuan. Tindakan rasional-bertujuan dibagi atas sejauhmana tindakan ini memasuki dunia alamiah yang disebut instrumental, dan jika memasuki dunia sosial disebut tindakan strategis. Diuraikan lebih lanjut bahwa dalam tindakan strategis bisa bersifat terbuka dan tersembunyi. Dalam tindakan strategis dapat dengan sadar menipu pihak lain sehingga meniadimanipulasi, dan jika dilakukan dengan tidak sadar menipu diri mereka sendiri seakanakan tidak bertindak secara strategis, sementara menampakan diri mereka seolah-olah ingin mencapai saling pemahaman. Menurut Habermas jika hal ini terjadi maka disebut komunikasi yang terdistorsi secara sistematis (Hardiman, 2009:98-99). Pada tindakan komunikatif memiliki orientasi pada pencapaian pemahaman. Dalam hal ini sukses tidak menjadi ukuran. Keberhasilan tindakan ini justru tampak pada tercapainya saling pemahaman antara kedua betah pihak yang berkomunikasi (Hardiman, 2009:98).
7. Abidah dan Sinopsis'Gendhis' Abidah El Khaliqy sebagai salah
satu memtelah perempuan pengarang hrdonesia peroleh prestasi dalam bidangnya. Ia mengawali petualangan fiksinya dengan menulis cerPen dan puisi sejak di Pesantren Putri Modern PERSIS, Bangil, Pasuruan. Keseriusannya dalam meminang dunia sastra telah mengantar kepenyairannya mengikuti Second ASEAN
1
Writer's Conference/Workshop Poetry di Manila, Filipina (1995), serta memperoleh Penghargaan Seni dari Pemerintah Dfy (1998). Membacakan puisi-puisinya di TIM (1994, 2000); Sekretariat ASEAN (1998), Konferensi Perempuan Islam Se-Asia Pasifik dan Timur Tengah ('1999), serta dalam berbagai Festival. Menjadi Pendamping dalam Bengkel Kerja Penulisan Kreatif MASTERA (Majelis Sastra Asia Tengg ara, \987) (El Khalieqy,2004:221). Selain prestasi dan penghargaan yang diterimanya, Abidah telah melahir*an bebelapa karya sastra.dalam bentuk puisi, cerita pendek dan novel.1Namun, agak berbeda dengan karya-karya perempuan pengarang lainnya, ekspresi kreatif Abidah dalam mendedah masalah-masalah kultural, intlektualitas dan spiritualitas kaum perempuan telah memperlihatkan eksistensi dan konsistensinya. Karena itu pula banyak kritikus dan pengamat sastra Indonesia yang menilai bahwa karya-karyanya memiliki kekuatan tematis yang unik dan khas dalam kaitannya dengan ketertindasan kaum perempuan. Seperti yang terungkap dalam pemikirannya kekuatan tematis itu akan menjadi lebih jelas adanyal. Kekuatan tematis karyakarya Abidah untuk memperjuangkan harkat martabat, dan derajat kaumnya dapat dibaca jejaknya melalui kumpulan puisi lhuku Laut Berkobar (ILB: Titian Illahi Press, 1987) darr cerita pendek Menari Di Atas Gunting (MDG: Jendela, 2001). jejak itu akan menjadi lebih lengkap dapat dilacak melalui karya novelnya Perempuan Berkalung Sorban (PBS: YKF dan Ford Fondation, 2000); Atas Singgasana (AS: Gama Media, 2002), Genijora (GJ: Mahatari, 2OO4), Mahabbah Rindu (MR: Diva Press, 2007), dan Nirzona (NZ: LkiS, 2008) (Kusumawati, 2005:304).
Cerpen'Gendhis" yang dikaji dalam tulisan ini terdapat dalam kumpulan cerpen berjudul MenariDiatas Gunting (MDG). Pengarang kelahiran Jombang ini masih menempatkan perempuan sebagai makhluk tertindas yang berteriak dari atas menara, atau di tengah hutan belantara; walau kemudian kenyataan itu telah
Lihat Abidah El Khalieqy, 'Aku Perempuan yang Hadir dan Mengalir", dalam lurnal Seni dan Budaya, Manienlell,Yo] II, Nomor 212007; "Sastra dan Perempuan" , IGdailatan- Rakyat, 18 April2007; "]ejak Sastra di Ketiak Patriarki", Makalah diskusi Universitas Negeri Surabaya,2T luJi2607; "Perempuan Sastia dan Agama", Makalah diskusi Kedutaan Kanada, 20 September 2007.
Cerpen "Gendhis" Karya Abidah El Khaliqy Dalam Perspektif Tindakan Komunikatif
Habermas 95
diubah dan diperjuangkan melalui pemberontakan dan perlawanan tokoh-tokoh cerpennya dalam kehidupan sehari-hari (Kusumawati, 2005:304).
Cerpen "Gendhis" mengisahkan seorang pelacur bernama Gendhis, yang dalam bahasa ]awa berarti 'gula'. Ia hidup bersama ibunya dan kedua adiknya kedua adiknya itr.r yang satu cacat dan yang satunya lagi nakal sekali. Ibunya seorang janda. Karena profesinya sebagai pelacur, Gendhis akan diusir dari kampung halamannya oleh Pak Lurah. Gendhis marah dan berani meludahi muka pak Lurah. Mengapa Gendhis diusir dari kampung halamannya, karena Gendhis berulang kali dijemput oleh seorang Kapten. Pak Lurah cemburu, karena Pak Lurah juga sering memakai Gendhis untuk melayani nafsu birahinya. Setelah pulang dari haji, Pak Lurah malah semakin menjadi-jadi untuk menguasai Gendhis. Dituturkan bahwa sesungguhnya pak Lurah-lah yang memasukkan Gendhis ke dalam dunia pelacuran dengan men;'ualnya kepada Mama Viola. Pak Lurah jugalah yang merampok hasil dari kerja Gendhis dengan alasan balas budi. Dalam pengusiran itu pak Lurah mengutus Pak Modin. Dengan terbata-bata (perasaan takut) Pak Modin menyampaikan perintah Pak Lurah. Belum selesai pak Modin melaksanakan tugasnya, tiba-tiba pak Lurah menyusul ke rumah Gendhis bersama pak Carik, kepala keamanary dan sebaris hansip. Di sinilah komunikasi untuk mendapatkan hasil yang damai tidak tercipta. Terjadi perang mulut antara Pak Lurah dan Gendhis. Akhir cerita, Gendhis meludahi Pak Lurah dengan beraninya. Seluruh aparat desa yang melihat terpana atas kejadian ifu, sementara itu pak Lurah gelagapan.
8.
Pembahasan
8.1Aspek Tindakan Komunikasi dalam Cerpen Gendhis Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dapat menciptakan hubungan yang harmonis antarsesama. Akan tetapL pada cerpen tersebut ditemukan beberapa aspek yang tidak mendukung terciptanya komunikasi yang harmonis. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut.
96
Widyaparua,
Volume 40, Nomor
!, Juni2oL2
8.1.1Aspek Dominasi Pak Lurah sebagai penguasa di karnpung mempergunakan jabatannya dengan sewenang-wenang untuk menuruti kepentingan pribadinya. Pak Lurah menjadi representasi pemimpin yang otoriter dan dengan kekuasaannya mendominasi terhadap warganya. Sebagai Pak Lurah berlaku seperti Tuhan yang dapat menentukan baik buruknya nasib seseorang. Hal itu dapat dilihat pada teks sebagai berikut. "Thk ada yang berhak memberhentikannya! Akulah satu-satuhya orang yang berhak atasnya, juga atas nasibmu, nasib kalian' (119). "Sebaiknya kau tinggalkan desa ini dan kembali ke kota. Di sanalah tempatmu. Jangan kau kotori desa ini dengan ulahmu"(120).
Dengan kekuasaan yang ia sandang, Pak Lurah dapat mengutus bawahan, yaitu Pak Modin untuk mengusir Gendhis. Dalam tugas pokdknya sebenarnya Pak Modin bukan sebagai orang yang berhubungan dengan usir-mengusir warganya. Akan tetapt, karena perintah Pak Lurah walaupun dengan rasa takut ia mendatangi rumah "Gendhis" unfuk mengusirnya. Hal itul terlihat dalam dialog sebagai berikut. Pak Modin:
"Begini, Nak Gendhis. Saya mendapat perintah dari Pak Lurah, sebaiknya Nak Gendhis meninggalkan desa ini, secepatnya! Kalau bisa malam ini juga. Ini Demi keamanan Nak Gendhis Sendiri" (1 18). Gendhis: "Lho, alasannya?" Pak Modin: "E....anu. Pak Lurah mengatakan bahwa...,,
Gendhis:
"Bahwa apa
?
Pak Modin:
E...anu. Bahwa Nak Gendhis...ee.,.ini kata pak Lurah lho"(118).
Dari dialog di atas menyiratkan bahwa Pak Modin diperdaya oleh Pak Lurah. Pak Lurah memberi tugas pada Pak Modin yang bukan seharusnya dilakukannya. Dari sini terlihat
bahwa Pak Lurah adalah seorang pemimpin yang sewenang-wenang. Digambarkan juga dalam cerpen tersebut bahwa Pak Modin adalah seorang yang kurus kerontang sepanjang tahun karena menderita TBC. Dengan demikian, hal di atas jauh dari tujuan komunikasi menurut Habermas adalah untuk menciptakan suatu konsensus/kesepakatan yang bebas dari dominasi dan paksaan. 8.1.2 Aspek Emosi
Dalam cerpen "Gendhis" mengisahkan pertengkaran antala yang berkuasa dan yang dikuasai, yang tertindas dan yang menindas. Pak Lurah yang berkuasa dan Gendhis beserta keluarganya sebagai orang-orang yang tertindas. Antara protagonis dan antagonis dalam cerpen ini cara berkomunikasinya dengan emosi kemarahan, terlihat pada dialog antara Gendhis dan Pak Lurah. "Suara itu turun dari sebuah tempat yang pengap, dipenuhi ttdara amarah dan nafsu
"
(1.19).
Narasi di atas adalah suara hati dari Gendhis saat mendengar suara Pak Lurah, yang lantang dan penuh kemarahan. Aspek kemarahan juga terlihat pada dialog dibawah ini. Pak Lurah:
"Cukup Kataku!" Gendhis:
"Kata Pak Lurah cukup, kata saya 'tidaU." Pak Lurah:
"Apa? Kau pelacur! Berani membantah apa kataku?" "Lancang! Dasar Pelacur!" Gendhis:
"Benar. Saya memang p,elacur. Kenapa?" (120).
Cerpen "Gendhis" ini juga menggambarkan adanya perlawanan dari yang tertindas (Gendhis) atas tekanan yang bertubi-tubi dari sang penguasa, yaitu Pak Lurah. Tekanan demi tekanan itulah menjadi penyebab muncullah perlawanan dari Gendhis atas perlakuan Pak Lurafu sampai terjadi perang terbuka antara keduanya.
8.1.3 Aspek Kekerasan
Dengan adanya aspek emosi kemarahan, dimungkinan terjadi kekerasan yang berwujud pelecehan, baik dalam bentuk kata-kata maupun dalam bentuk tindakan. Dalam bentuk kata terlihat pada dialog Pak Lurah yang menyebut Gendhis sebagai pelacur, sebanyak dua kali. Sementara itu, tindakan pelecehan yang dilakukan Gendhis terlihat pada suara hati Gendhis yang digambarkan sebagai berikut. ".,..berkali-kali membasahi mata liarny4 mulut buaya dan surban kebanggaan, di mana segala kototan dan kemunafikan bersembunyi dibalikhya. Pak Lurah kami yang doktorandns dan haji berkejap liar dalam kebodohan yang menggelikan" (121.).
Pak Lurah representasi dari pemimpin tidak pantas melecehkan/merendahkan salah satu dari warganya. Salah satu dari kewajiban yang diemban oleh pemimpin adalah mengayomi. Akan tetapi, hal itu tidak terlihat dari sosok Pak'Lurah. Dengan keculasannya, Pak Lurah mengambil keuntungan berupa materi dengan menjual Gendhis maupun mereguk kerrikrnatan seksual dari Gendhis. Akan tetapi, saat kepentingan itu terhalang, Pak Lurah meiakukan kekerasan dengan cara mengusir Gendhis dari desa kekuasaannya. Pengusiran tersebut adalah kekerasan dalam bentuk tindakan, sedangkan kekerasan dalam bentuk yang lain adalah apa yang dilakukan Gendhis terhadap Pak Lurah dengan cara meludahinya.
"Puih! Cuh! Pak Lurah gelagapan dan tak sempat menghindar ketika air kebencian dari mulutku meluncur ke wajahnya ...." (1.27), 8.2 Kesesuaian Tindakan Komunikasi Cerpen Gendhis dengan Teori Habermas Cerpen "Gendhis" ditulis dengan menggunakan sudut pandang aku-pengarang sebagai tokoh protagonis yang bernama Gendhis. Struktur narasi yang digunakan merupakan bagian dari pemikiran tokoh tersebut. Melalui tokoh perempuan yang bemama Gendhis, cerpen ini sarat dengan gugatan dari yang lemah terhadap penguasa. Gendhis sebagai tokoh utama mewakili yang lemah dan dilemahkan oleh Pak Lurah, sang penguasa lalim. Menurut
Cerpen "Gendhis" Karya Abidah El Khaliqy Dalam Perspektif Tindakan Komunikatif
Habermas 97
Habermas pelaku tindakan komunikatif mepemahaman. Dalam hal ini, sukses tidak jadi ukuran, dan tindakan ini tidak bersifat egosentris. Keberhasilan tindakan ini justru tampak pada tercapainya saling pemahaman antara kedua belah pihak yang berkomunikasi (Habermas, 2009:98). Komunikasi antara Gendhis dan Pak Lurah tidak mutual karena Pak Lurah mengedepankan egonya. Akibatnya, Gendhis tidak terima dan melakukan tindakan kasar kepada Pak Lurah. Telah dijelaskan di atas, tindakan komunikatif Habermas memiliki empat kategori (klaim kesahihan), lailtu: jelas (comprehensibility), benar (truth), jujur (sincerity), dan keadilan (rightness). Keempat klaim tersebut sebagai syarat terbangunnya sebuah komunikasi. Kajian akan difokuskan pada dua tokoh utama, yaitu Gendhis dan Pak Lurah.
miliki orientasi pada pencapaian
Gendhis Gendhis mendifinisikan dirinya dengan jelas, benar, jujur danbetuf ia mengungkapkan siapa dirinya, apa statusnya tidak disembunyikan. Dalam cerpen tersebut diulang empat kali kalimat'Akulah Gendhis". Kemudian, dilanjutkan dengan kalimat "Pelacur yang tadi malam meludahi Pak Lurah." Kalimat tersebut menyiratkan akan status dirinya sebagai pelacur/ yang telah meludahi Pak Lurah. Meludahi adalah sebuah respon/reaksi atas aksi/perilaku Pak Lurah atas dirinya. Hal itu terlihat pada teks sebagai berikut. "Jangan merasa bangga bahwa kami semua datang ke sini. Ini semua semata-mata karena kami memperhatikan warga desa dan keamanannya....seluruh warga desa ini sudah tahu bahwa kau hanya seorang pelactx"(120).
Gendhis dalam merespon Pak Lurah yang
ingin mengusirnya dilakukan dengan jelas. Artinya ia mengklaim bahwa apa yang diungkapkan tepat seperti apa yang ia maksudkan. Seperti dalam teks sebagai berikut. "Saya tidak mengerti maksud Pak Lurah.
Di
sini saya lahir dan dibesarkary di sini pula keluarga kami bertempat tinggal. Tanah yang saya pijak dan rumah..."(121).
98
Widyaparua,
Votume 40, Nomor
!, Juni2oL2
Gendhis menyangkal dan menegaskan dengan lantang: "Menjijikan? Terkutuk? Benarkah? Kalian dengar semua? Saya menjijikan dan terkutuk. Benarkah begitu? (121).
Dialog-dialog di atas menujukkan bahwa Gendhis menjadi objek penderita dari sistem yang dibentuk oleh Pak Lurah. Pak Lurah
Tokoh Pak Lurah adalah representasi lawan dari empat'klaim kesahihan Habermas dalam membahgun komunikasi. Terlihat dalam kata-kata Pak Lurah dalam pengusiran Gendhis. "Cukup! Tak perlu keterangan bertele-tele. Ini demi keamananmu. Seluruh warga desa ini sudah tahu bahwa kau hanya seorang pelacur. Pekerjaanrnu membuat puluhan warga tak tentram. Sebaiknya kau tinggalkan desa ini dan kembali ke kota. Di sanalah tempatmu. fangan kau kotori desa ini dengan ulahmu" (L20). Teks tersebut tidak mengandung kejujuran dan tidak benar/betul. Kalimat "fangan kotori desa ini dengan ulahmu." Kata ulahmu yang diulang sebagai penegasan dan penyangkalan oleh Gendhit yang menyiratkan kejadian tidak sesungguhnya dilakukan oleh Gendhis. Seperti testimoni Gendhis sebelumnya yang memasukan Gendhis ke dalam dunia pelacuran sesungguhnya adalah Pak Lurah sendiri. Terlihat dalam teks sebagai berikut.
"Katanya profesiku menjijikan. Padahal dialah yang menjual kegadisanku seratus ribu pada Mama Viola yang wajahnya seperti kaktus dan wajahnya mengembang bagai kuntilanak kesiangan" (116).
Kemudian dapat disimak dalam teks selan-
jutnya yang merupakan pengakuan dari Gendhis sebagai berikut.
"Ketika penghasilanku terus meninggi karena peminatku lebih banyak dan apa yang kumiliki adalah selera masa kini, pak Lurah pula yang merampok uangku dengan dalih balas budi dengan jasanya" (116).
Dialog ini mengungkapkan apa yang dikatakan Pak Lurah bahwa ketentraman kampung terancam karena ulah Gendhis adalah tidak mengandung kebenaran (truth, ri ghtness). Hal ini menurut Habermas, Pak Lurah melakukan tindakan strategis bukan tindakan komunikatif. Pak Lurah dengan sadar dan terangterangan (terbuka) menipu pihak lain sehingga terjadi ma4ipulasi. Tindakan Pak Lurah memanipulasi secara terbuka terhadap Gendhis dapat juga dilihat pengakuan Gendhis atas sikap Pak Lurah yang membeberkan kondisi keluarga Gendhis. Pak Lurah mengatakan bahwa adik Gendhis lumpuh, adik yang satunya sangat nakal, dan ibunya seorang janda tanpa penghasilan. Mengapa Pak Lurah melakukan demikian karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian, menurut Habermas tindakan dseperti itu berorientasi pada tujuan dan kesuksesan. Segala cara dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal itu tidak sesuai dengan teori Habermas yang mengedepankan komunikasi mutual (saling menguntungkan). Tindakan strategis yang tersembunyi yang dilakukan oleh Pak Lurah terlihat dalam teks sebagai berikut.
Modin mengucapkan karena perasaan takut dan tidak enak, dia disuruh pulang oleh Gendhis. Namuru tiba-tiba Pak Lurah datang dengan suara lantang.
"Tak ada yang berhak menghentikannyal Akulall satu-satunya orang yang berhak atasnya, jr-rga atas nasibmu, nasib kalian" (11e).
Empat kategori dalam teori tindakan komunikasi (klaim-klaim kesahihan) yang terdiri dari kejelasaan, kebenaran, kejujuran, dan keadilary menurut Flabermas, menjadi syarat terbangunnya komunikasi. Tanpa ada klaim-klaim kesahihan, setiap komunikasi akan buntu, komunikasi tidak bergerak keluar dari lingkaran kepentingan para peserta yang salingberkomunikasi (diskursus). Tidak jarang kebuntuan komunikasi harus berakhir pada praktik-praktik kekerasan. Pada cerpen "Gendhis" tidak jarang pula kebuntuan itu mengilhami segala siasat untuk memanipulasi kekuasaartnya. Melalui aturan-afuran dibuat meniadi representasi kepentingan tertentu atau keyakinan tertentu, sementara pihak lain yang tidak sesuai atau tidak memenuhi kepentingannya "ditertibkan."
9.
Simpulan Hasil penelitian ini rnenunjukan bahwa tindakan komunikasi dalam cerpen "Gendhis" memunculkan beberapa aspek, yaifu aspek dominasi, aspek emosi (kemarahan), dan aspek kekerasan. Adapun empat klaim, yaitu kejelasan (comprehensibility), kebenaran (truth), kejujuran (sincerity), clan keadilan (rightness) Di sini pak Lurah melakukan manipulasi yang diajukan oleh Habermas ada dalam diri publik dengan tidak terang-terangan atau 'Gendhis'tokoh utama dalam cerPen tersebut, tersembunyi. Pak Lurah melakukan dengan sedangkan tokoh Pak Lurah iauh dari harapan tidak sadar atau sadar menipu dirinya sendiri teori tindakan komunikasi Habermas. seakan-akan tidak bertindak secara strategis, Dapat disimpulkan juga bahwa cerpen ini sementara menampakan dirinya seolah-olah adalah cermin dari masyarakat yang tidak diingin mencapai saling pemahaman. Menurut inginkan oleh Habermas. Komunikasiyang saHabermas jika hal itu terjadi maka disebut ling menguntungkan dengan tidak ada Pihak komunikasi yang terdistorsi secara sistematis. yang dirugikan dan tidak dimanipulasi tidak Pak Lurah menutupi tujuannya dibalik status tercipta. Pak Lurah merugikan dan memanipuhaji, dengan surbannya, dan jabatannya. lasi dengan terbuka dan sembunyi terhadap Selain hal di atas, Pak Lurah tergolong Gendhis, juga terhadap masyarakat dalam atau representasi pemimpin yang otoritar' Hal wilayah kekuasaannya. Gendhis meresPon itu dapat dilihat dalam dialog ketika Pak Mo- tindakan Pak Lurah dengan kekerasan, yaitu din diperintahkan oleh Pak Lurah untuk meng- suara keras dan kata-katayangkasar, selain itu usir Gendhis. Akan tetapi, belum sempat Pak juga dengan meludahi muka Pak Lurah. "Dua bulan lalu Pak Lurah mengatakan, sesudah naik haji tak akan menyentuhku lagi. Sepulang dari tanah suci, ternyata ia bahkan menjadi serigala yang tersembunyi di balik surbannya. Matanya geram melirikku saat berbelanja di kedai bu Minah" (115).
Cerpen "Gendhis" Karya Abidah El Khaliqy Dalam Perspektif Tindakan Komunikatif
Habermas 99
Daftar Pustaka Andrer,r4, Edgar. 2006. HABEHMAS The Kerl Concepts. USA: Routledge
"Berfikir ala Habermas". Diakses pada tanggal 31 Juli 2012 di http:l/pemikiranislam.wordpr es s. com/ 2007 / 07 I 24 I demokrasi-deliberatifala-jurgen-Habermas, Camus, Albert. 2008. Seni, Politik, pentberontakan. Yogyakarta: Bentang El-Khalieqy, Abidah. "Jejak Sastra di Ketiak Patriarki". Dalam Kedaulatan Ralcyat, 1g April2007. 2007. "Perempuan Sastra dan Agama". Makalah diskusi Kedutaan Kanada, 20 September 2007. 2001. Menari di Atas Gunting. yogyakarta: Jendela 2007. "Aku Perempuan yang Hadir
Hardiman, F. Budi. 2009. Kritik ldeologi (Menyingkap Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan B er s ama I ur gen Hab ermas ).yogyakarta: Kanisius ]abrohim dan Wulandari, Ari. 2001,. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia Kusumawati, Aning Ayu. 2005. "Novel Genijora Karya Abidah El Khalieqy: Analisis Kritik Sastra Feminis". Dalam Jurnal llmu Agama dan llmu Sosial 'Sosio-Religia', Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga. Volume IV.
No.4. Nugraha, Adri. "Diskursus pubtik dan Etika Diskursus". Di akses pada tanggal 10
]uli 2AD
dan
http:/lusww.lsnf.orglcontent/uiew t12Bt150t 9t11/10 Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
di Ketiak patriarkhi". Makalah diskusi di Universitas
Ridwan. 20L0. "Nooel-Noael Realis Kanla Najib Maltfuz: Kajinn Sosiologi Sastra atas"Da.mpak
dan Mengalir". Dalam Jurnal Seni
Budaya, Matajendela, Vol II, Nomor 2.
2007. "lejak Sastra
Negeri Surabaya. Esten, Mursal. 1998. Kesusastraan: pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa. "Habermas sebagai Generasi Baru Teori Kri-
tis". Dalam hftp://kanisehakutain.blogspot.
coml 2008 I 05/habermas-seb agai- generasi-
baru-teori.html. Habermas, ]urgen. 1996. Between Eact and Norms. Carnbridge Massachussets: The Mit Press.
]urgen. 2007. Kritik atas Rasio Fungsionalit as. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Hardiman, F. Budi. 2009. Menuju Masyarakat Komunikatif . Yogyakarta: Kanisius.
100 Wdyapanva,
Volume 40, Nomor L, Juni2ot2
Press.
Modernisusi terhadap Kehidupan Beragama,,. Desertasi Program Studi Sastra, program Pascasarjana, UIN Syarif Hidayatullah. Wain, Kanis Ehak. "Habermas sebagai Generasi Baru Teori Kritis". Diakses pada tanggal 1 0 ]uli 2012 di http / I k anis ehakw ain.blo gs:riot. com/2008/051 habermas-sebagai-generasi:
baru-teori.html Wattimena, Reza Antonius. "Rasionalitas Komunikatif" liirgen Habermas, Masihkah Relevan?. Diakses pada tanggal 10 luli 2012
di
http:l lrezaantonius.multiply.com/journall
item/401111110