BAB IV Analisis Peran Dukungan Kelompok Sebaya Dalam Mengembangkan Resiliensi Siswa Di SMP Negeri 15 Pekalongan A. Analisis Tingkat Resiliensi Siswa di SMP N 15 Pekalongan Untuk mengetahui tingkat resiliensi para siswa di awal, dengan responden sebanyak 30 anak. Maka digunakan teknik deskriptif persentase. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: Skor maksimal
= 30 x 33 x 4 = 3960
Skor minimal
= 30 x 33 x 1 = 990
Range
= skor maksimal – skor minimal = 3960 – 990 = 2970
Panjang kelas interval = R/K = 2970/4 = 742,5
t = 100 % r = 25 % R = 100% - 25% = 75% i = 75%/4 = 18,75%
92
93
Interval
Persentase
Kategori
3217,5 ≤ skor ≤ 3960
81,25 % ≤ % ≤ 100 %
Sangat Tinggi
2475 ≤ skor ≤ 3217,5
62,5 % ≤ % ≤ 81,25 %
Tinggi
1732,5 ≤ skor ≤ 2475
43,75 % ≤ % ≤ 62,5 %
Sedang
990 ≤ skor ≤ 1732,5
25 % ≤ % ≤ 43,75 %
Rendah
DP
=
skor total
x 100%
Skor maksimal = 2485
x 100%
3960 = 62,75% Berdasarkan hasil penghitungan di atas, menunjukkan bahwa tingkat resiliensi siswa di SMP N 15 Pekalongan termasuk dalam kategori Tinggi. Dengan persentase 62,75 %, hal ini menunjukkan bahwa resiliensi para siswa tersebut cukup baik. Artinya para siswa tersebut cukup memiliki daya lenting untuk bangkit dalam keterpurukan. Kemudian untuk mengetahui tingkat keberhasilan support group therapy, maka dari 30 responden dibagi menjadi dua kelompok. Yaitu kelompok kontrol sebagai kelompok pembanding dan kelompok eksperimen. 15 anak menjadi kelompok kontrol dan 15 anak menjadi kelompok eksperimen. Adapun untuk
94
mengetahui berapa persentase tingkat resiliensi pada saat pre-test dari kedua kelompok digunakan rumus: 1. Kelompok kontrol Skor maksimal
= 15 x 33 x 4 = 1980
Skor minimal
= 15 x 33 x 1 = 495
Range
= skor maksimal – skor minimal = 1980 – 495 = 1485
Panjang kelas interval = R/K = 1485/4 = 371,25 t = 100 % r = 25 % R = 100% - 25% = 75% i = 75%/4 = 18,75% Interval
Persentase
Kategori
1608,75 ≤ skor ≤ 1980
81,25 % ≤ % ≤ 100 %
Sangat Tinggi
1237,5 ≤ skor ≤ 1608,75
62,5 % ≤ % ≤ 81,25 %
Tinggi
866,25 ≤ skor ≤ 1237,5 D 495 ≤ skor ≤ 866,25
43,75 % ≤ % ≤ 62,5 %
Sedang
25 % ≤ % ≤ 43,75 %
Rendah
95
DP
=
skor total
x 100%
Skor maksimal = 1251
x 100%
1980 = 63,18% Dari hasil perhitungan di atas persentase kelompok kontrol sebesar 63,18% menunjukkan bahwa resiliensi subyek kelompok kontrol termasuk dalam kategori Tinggi. Yang artinya tingkat resiliensi responden pada awal test tergolong cukup baik. 2. Kelompok eksperimen Skor maksimal
= 15 x 33 x 4 = 1980
Skor minimal
= 15 x 33 x 1 = 495
Range
= skor maksimal – skor minimal = 1980– 495 = 1485
Panjang kelas interval = R/K = 1485/4 = 371,25 t = 100 % r = 25 % R = 100% - 25% = 75% i = 75%/4 = 18,75%
96
Interval
Persentase
Kategori
1608,75 ≤ skor ≤ 1980 D 1237,5 ≤ skor ≤ 1608,75 P 866,25 ≤ skor ≤ 1237,5
81,25 % ≤ % ≤ 100 %
Sangat Tinggi
62,5 % ≤ % ≤ 81,25 %
Tinggi
43,75 % ≤ % ≤ 62,5 %
Sedang
495 ≤ skor ≤ 866,25
25 % ≤ % ≤ 43,75 %
Rendah
DP
=
skor total
x 100%
Skor maksimal = 1234
x 100%
1980 = 62,32%
Dari hasil perhitungan di atas persentase kelompok eksperimen sebesar 62,32% menunjukkan bahwa resiliensi subyek kelompok eksperimen termasuk dalam kategori Sedang. Hasil persentase menunjukkan bahwa tingkat resiliensi kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol. B. Analisis Peran Peer Group Support (Dukungan Kelompok Sebaya) dalam Mengembangkan Resiliensi Siswa di SMP N 15 Pekalongan Setelah diketahui tingkat resiliensi para siswa melalui pre-test, kemudian diadakan post-test untuk mengetahui seberapa efektif bimbingan kelompok yang
97
dilakukan sebagai treatment tersebut dan juga peran dari dukungan kelompok sebaya yang terjadi di dalam kehidupan para siswa tersebut. Berikut ini hasil persentase post-test kedua kelompok. 1. Kelompok Kontrol DP
= Skor total
x 100%
Skor maksimal = 1502
x 100%
1980 = 75,85%
Dari hasil persentase yang diperoleh pada saat pre-test, subyek kelompok kontrol memperoleh hasil 63,18% yang menunjukkan bahwa tingkat resiliensi para subyek termasuk dalam kategori tinggi. Kemudian pada saat post-test diperoleh persentase sebesar 75,85%. Dari data tersebut menunjukkan semua subyek mengalami peningkatan pada saat post test jika dibandingkan dengan hasil pre-test. Selanjutnya untuk mengetahui peranan dukungan kelompok sebaya dalam mengembangkan resiliensi siswa, dilakukan uji statistik non parametik paired sample t-test. Sehingga dihasilkan data sebagai berikut:
98
Tabel. 1. Data Kelompok Kontrol NO.
PRETEST
POSTEST
X
x²
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ∑
97 94 92 85 83 78 64 89 95 70 81 77 76 75 95 1251
105 103 103 111 101 105 92 105 108 91 95 88 92 99 104 1502
-8 -9 -11 -26 -18 -27 -28 -16 -13 -21 -14 -11 -16 -24 -9 -251
64 81 121 676 324 729 784 256 169 441 196 121 256 576 81 4875
=
= 16,733 (
Sd = √
)
=√ t=
= =
=√
= 6,943 √
√
=
= 9,327
(
)
=√
=√
99
Hasil uji di atas sama dengan pengujian dengan bantuan SPSS 20 for windows yang menghasilkan data sebagai berikut: Paired Samples Test Paired Differences
Mean
Pair 1
pretest - postest
Std. Deviation
-16.733
6.943
Std. Error Mean
1.793
t
df
Sig. (2-tailed)
95% Confidence Interval of the Difference Upper -20.578
Lower -12.888
-9.334
14
Hasil uji pretest dan posttest pada subyek kelompok kontrol diperoleh nilai t hitung sebesar 9,334. Sedangkan statistik tabel data dicari pada tabel t : tingkat signifikansi (a) adalah 5% atau tingkat kerpercayaan 95% dengan df (degree of freedom) atau derajat kebebasan adalah n-1 atau 15-1= 14. Uji dilakukan dua sisi atau dua ekor karena akan diketahui apakah rata-rata sebelum sama dengan sesudah ataukah tidak. Perlunya dua sisi dapat diketahui pula dari output SPSS yang menyatakan 2 tailed. Dari tabel t, di dapat angka = 2,145. Oleh karena thitung 9,334 > ttabel 2,145 maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara hasil pretest dan posttest pada kelompok kontrol. Dari hasil uji di atas, memberi makna bahwa peer group support yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari para siswa memiliki peran dalam mengembangkan resiliensi di kalangan remaja.
.000
100
2. Kelompok Eksperimen DP =
skor total
x 100%
Skor maksimal = 1557
x 100%
1980 = 78,63% Dari hasil persentase yang diperoleh pada saat pre-test, subyek kelompok eksperimen memperoleh hasil 62,32 % yang menunjukkan bahwa tingkat resiliensi para subyek termasuk dalam kategori sedang. Kemudian pada saat posttest diperoleh persentase sebesar 78,63%. Dari data tersebut menunjukkan semua subyek mengalami peningkatan pada saat post test jika dibandingkan dengan hasil pre-test. Selanjutnya untuk mengetahui seberapa efektif terapi yang diberikan dalam mengembangkan resiliensi siswa, dilakukan uji statistik non parametik paired sample t-test. Sehingga dihasilkan data sebagai berikut.
101
Tabel. 2. Data Kelompok Eksperimen NO.
PRETEST
POSTEST
X
X²
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ∑
97 93 80 76 92 85 100 98 86 72 61 80 67 66 81 1234
114 114 115 102 105 95 116 105 101 108 97 95 101 83 106 1557
17 21 35 26 13 10 16 7 15 36 36 15 34 17 25 323
289 441 1225 676 169 100 256 49 225 1296 1296 225 1156 289 625 8317
=
= 21,533 (
Sd = √
)
=√ t=
= =
=√
= 9,863 √
√
=
= 8,45
(
)
=√
=√
102
Hasil uji di atas sama dengan pengujian dengan bantuan SPSS 20 for windows yang menghasilkan data sebagai berikut: Paired Samples Test Paired Differences
Mean
Pair 1
sblm treatment ssdah treatment
-21.533
Std. Deviation
9.862
Std. Error Mean
2.546
t
df
-8.456
14
Sig. (2-tailed)
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
-26.995
-16.072
Hasil uji pretest dan posttest pada subyek kelompok eksperimen diperoleh nilai t hitung sebesar 8,456. Sedangkan statistik tabel data dicari pada tabel t : tingkat signifikansi (a) adalah 5% atau tingkat kerpercayaan 95% dengan df (degree of freedom) atau derajat kebebasan adalah n-1 atau 15-1= 14. Uji dilakukan dua sisi atau dua ekor karena akan diketahui apakah rata-rata sebelum sama dengan sesudah ataukah tidak. Perlunya dua sisi dapat diketahui pula dari output SPSS yang menyatakan 2 tailed. Dari tabel t, di dapat angka = 2,145. Oleh karena thitung 8,456 > ttabel 2,145 maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen. Dari hasil uji di atas, memberi makna bahwa peer group therapy efektif dalam membantu meningkatkan resiliensi para siswa.
.000
103
Tabel.3 Post test dan Ratting Scale Peer Group Support Kelompok Eksperimen NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ∑
X 32 21 29 17 22 28 27 28 30 18 17 26 22 28 23 368
=
)
=√ t=
= =
x-y 82 93 86 85 83 67 89 77 71 90 80 69 79 55 83 1189
(x-y)² 6724 8649 7396 7225 6889 4489 7921 5929 5041 8100 6400 4761 6241 3025 6889 95679
= 79,266 (
Sd = √
Y 114 114 115 102 105 95 116 105 101 108 97 95 101 83 106 1557
=√ = 10,11
√
√
=
= 30,346
(
)
=√
=√
104
Hasil uji di atas sama dengan pengujian dengan bantuan SPSS 20 for windows yang menghasilkan data sebagai berikut: Paired Samples Test Paired Differences
Mean
Pair 1
peer group resiliensi
-79.267
Std. Deviation
10.110
Std. Error Mean
2.610
t
df
95% Confidence Interval of the Difference Upper
Lower
-84.865
-73.668
-30.366
14
Hasil uji post test dan ratting scale peer group support pada subyek kelompok eksperimen diperoleh nilai t hitung sebesar 30,366. Sedangkan statistik tabel data dicari pada tabel t : tingkat signifikansi (a) adalah 5% atau tingkat kerpercayaan 95% dengan df (degree of freedom) atau derajat kebebasan adalah n-1 atau 15-1 = 14. Kemudian dari tabel t, didapat angka 2,145. Oleh karena thitung 30,346 > ttabel 2,145 maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara hasil post test dan dan ratting scale pada kelompok eksperimen. Dari hasil uji di atas, memberi makna bahwa peer group support sangat berperan dalam membantu meningkatkan resiliensi para siswa. C. Pembahasan Berdasarkan dari deskriptif data dan analisis data dapat diketahui bawha nilai perubahan signifikan diperoleh dari hasil pengujian pada kesuluruhan subyek antara pretest – posttest. Hasil ini menunjukkan bahwa peer group support dapat mengembangkan resiliensi siswa.
Sig. (2tailed)
.000
105
Grotberg menggambarkan karakteristik individu yang resilien ke dalam tiga kategori, yaitu I am untuk kekuatan individu alam diri pribadi, I have untuk dukungan eksternal, dan I can untuk kemampuan interpersonal.1 Oleh karena itu treatment yang digunakan dalam bimbingan kelompok (support group therapy) dirancang agar subyek mampu mengenali dirinya sendiri, mampu untuk lebih terbuka dan mengenali serta memahami sahabat-sahabatnya, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri masing-masing dan menggali potensipotensi dalam diri. Oleh karena itu, support group therapy menitikberatkan untuk mencapai ketiga karakteristik resiliensi tersebut dan dukungan sebaya dalam kelompok mampu meningkatkan resiliensi siswa dalam menghadapi perkembangan di usia remaja. Kemudian, setelah keselurahan subyek dibagi kedalam dua kelompok, terdapat perbedaan hasil yang ditampakkan saat dilakukan analisis per kelompok subyek (control dan eksperimen). Pada analisis deskriptif persentase, menunjukkan bahwa subyek kelompok control memiliki tingkat resiliensi yang cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil persentase pretest kelompok kontrol sebesar 63,18% yang masuk dalam kategori Tinggi. Dan mengalami peningkatan menjadi 75,85% saat dilakukan post test. Hasil ini menunujukkan bahwa peer group support memiliki peran dalam pengembangan resiliensi di kehidupan para siswa. Kemudian nilai signifikan diperoleh dari hasil pengujian
1
hlm. 203.
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
106
kelopok control menunjukkan nilai t hitung 9,334 pada taraf signifikan 0,00 yang berarti tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 sehingga H1 diterima yang bermakna bahwa terdapat perbedaan antara hasil pre test dan pos test pada kelompok kontrol. Begitu pula dengan hasil statistik kelompok eksperimen yang menunjukkan hasil t hitung sebesar 8,456 pada taraf signifikansi 0,00 yang berarti tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 sehingga H1 diterima yang bermakna bahwa terdapat perbedaan antara hasil pre test dan pos test pada kelompok eksperimen. Hasil deskriptif persentase pada tes awal kelompok eksperimen menghasilakan persentase sebesar 62,32% yang menunujukkan bahwa tingkat resiliensi subyek kelompok ini dalam kategori Sedang. Kemudian mengalami peningkatan pada saat pos test menjadi 78,63%, yang berarti tingkat resiliensi para subyek yang semula berada dalam ketegori sedang meningkat menjadi kategori Tinggi. Hasil ini bermakna bahwa support group therapy efektif dalam mengembangkan resiliensi siswa. Keseluruhan
subyek
penelitian,
rata-rata
mampu
menjalankan
serangkaian prosedur yang telah ditetapkan bersama baik dari proses pra terapi hingga selesai sehingga mereka dapat bangkit kembali dalam berbagai kesulitan yang dialami. Hal ini dibuktikan dengan statistik hitung dari hasil post test pada dan ratting scale kelompok eksperimen yang menunjukkan hasil t hitung sebesar 30,346 pada taraf signifikasi 0,00 yang berarti tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 sehingga H1 diterima yang bermakna bahwa peer group support sangat
107
berperan dalam mengembangkan resiliensi siswa. Kesuluruhan subyek penelitian mampu mengembangkan resiliensi yang dimiliki, hal ini dapat dibuktikan dengan berkembangnya fakor I am, I have dan I can yang dapat dilihat dari perubahan hasil pre test dan post test serta pasca treatment. Bimbingan Kelompok (treatment) yang diberikan membuat peserta mampu mengenali dirinya sendiri, memahami bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing serta dapat menerima dirinya. Pada mulanya para peserta umumnya cenderung minder dan tidak percaya diri terhadap lingkungannya dan juga sering merasa iri satu sama lain terhadap tsatu sama lain. Selain itu mereka juga sering merasa kurang mendapat dukungan dari kelompok sebayanya dan bahkan dari keluarganya. Orang tua hanyalah figure yang selalu memarahi serta jarang memberi mereka pujian ataupun dukungan. Namun melalui support group therapy para siswa diajak untuk melihat pada sisi sebaliknya. Menemukenali hikmah dibalik cobaan, sehingga muncul sikap penerimaan diri, kebanggaan dan optimisme. Seperti yang diungkapkan oleh pepatah bahwa selalu ada hikmah dibalik suatu kejadian atau musibah. Dan potensi untuk menemukan hikmah serta menggunakannya untuk bangkit dari keterpurukan, potensi itulah yang disebut Resiliensi. Secara umum, pengertian resiliensi yang mudah dimengerti adalah apa yang diungkap oleh Grotberg (dalam desmita) yang mengartikan resiliensi sebagai kapasitas yang bersifat universal, dan dengan kapasitas tersebut, individu, kelompok ataupun komunitas mampu mencegah, meminimalisir,
108
ataupun melawan pengaruh yang bisa merusak saat mereka mengamalami musibah atau kemalangan.2 Resiliensi memberikan dua pesan penting, yang pertama kemalangan atau masalah tidak selalu membawa pada keterpurukan melainkan dapat meberikan variasi hasil pada individu yang mengalaminya. Kedua, sekalipun pada awalnya sempat mengalami keterpurukan, namun
setiap orang tetap memiliki
kemungkinan untuk membalikannya atau memperbaikinya. Resiliensi ini sangat penting, karena individu yang resilien mampu bertahan saat terjadi musibah dalam hidupnya. Dan dapat mengetahui bagaimana mengembalikan mental dari suatu kesengsaraan dan membalikannya menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi. Hal ini karena adanya kesadaran bahwa Tuhan tidak menguji hamba-Nya kecuali sesuai dengan kemampuannya.
2
Ibid., hlm. 200.