BAB III PENAFSIRAN TENTANG AYAT-AYAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM ALQURAN A. Tarbiyah 1. QS. al-Isra’ ayat 24
ُّ َ َ َ َ ُ َ ۡ ۡ َ ۡ َ ۡ َّ ُ َ َ ۡ َّ َ َ اۡر َّب َياِن ٗ ِۡصغ َ ۡح ُه َماۡ َك َم ۡ ۡۡ٢٤ۡريا بۡٱر ۡ ِوٱخف ِ ِ ضۡلهماۡجناحۡٱذل ِۡلۡمِنۡٱلرۡحةِۡۡوقلۡر “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"1
2. QS. as-Syu’ara ayat 18
ُ ۡ َ َ ۡ ََ ٗ َ َ َ َُ ََۡ َ َ َ ۡع ُمر َكۡ ِسن ۡ ۡۡ١٨ۡني الۡألمۡنربِكۡفِيناۡو ِِلداۡوَلِثتۡفِيناۡمِن ۡ ق ِ ِ
“Fir´aun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.”2
3. Qs. ali Imran ayat 79
َ ُ ُ ۡ ُ ۡ َ َ َٰ َ ۡ ُ َّ ُ َ ۡ ُ َ َ َ َ َ َ ٗ َ ْ ُ ُ ُ ِ ٱۡلك َۡمۡ َۡوٱنلُّ ُب َّوۡةَۡ ۡث َّم َۡيقولۡل َِّلن ۡ ون ِۡ اّۡلۡمِنۡد بۡ ۡو ۡ ٱّللۡٱلكِت ۡ َۡشۡأنۡيؤتِيه ِ اسۡكونواۡعِباد ٍ ماَۡكنۡل ِب َ َّ َ َ ُ ُ َ َ َ َٰ َ ۡ َ ُ َ ُ ۡ ُ ُ َ َ َٰ َّ َ ْ ُ ُ ۡ ۡۡ٧٩ۡنُ ۡمۡت ۡد ُر ُسون بۡوبِماۡك ۡ كنۡكونواۡربن ِِيۡۧنِِۡماۡكنُمۡتَل ِمونۡٱلكِت ۡ ِ َٰ ٱّللِۡ َول Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): 1 2
Ibid., 17:24. Ibid., 33:18.
35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.3
Makna tarbiyah dijelaskan dalam surat al-Isra’ ayat 24 Sayid Qutub mengunakan teori munasabah antar kalimat
dalam satu ayat yakni
“rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan” sebuah ungkapan lembut yang mampu menembus inti hati nurani yaitu, rasa kasih sayang yang penuh kelembutan hingga sang anak merasa hina di hadapan kedua orang tuanya sehingga tidak mampu mengangkat pandangan atau menolak perintah di hadapan keduannya. ”ucapkanlah: "wahai tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” Sebuah kenangan masa lalu yang penuh kelembutan, dan masa kanak-kanak yang masih lemah dibawah asuhan kedua orang tua. Kini mereka berdua (orang tua) seperti pada masa kanak-kanak itu, perlu perhatian dan rasa kasih sayang. Setidaknya dengan kesediaan sang anak untuk menengadahkan doa kepada Allah SWT
agar Allah berkenan
memberi kasih sayangnya kepada keduannya, karena kasih sayang Allah SWT lebih luas dan perhatian beserta perlindungannya lebih besar. Karena itu, dia lebih mampu memberikan balasan kepada kedua orang tua atas segala pengorbanan darah, keringat, dan air mata, yang tak mungkin dapat di tebus oleh sang anak. Serta menggunakan teori bala>ghatul qur’an dalam Kata “jannaha dulli” sayap kerendahan, seolah mengisyaratkan bahwa sikap
3
Ibib., 2:79.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
hina ini mempunyai sayap yang bisa dikepakkan merendah sebagai tanda tunduk dan patuh kepada kedua orang tua. 4 Demikian dapat disimpulkan bahwa orang tua tidak perlu lagi di ingatkan akan anaknya. Tetapi anaklah yang memberikan dorongan kuat terhadap kesadaran hati nuraninya agar selalu ingat terhadap kewajiban terhadap kedua orang tuanya yang telah mendidik jasmani serta rohaninya dan mengorbankan seluruh tenagan demi anaknya. Dari sini timbul perintah berbuat baik kepada kedua orang tua . Kemudian makna tarbiyah dilanjutkan kembali dengan surat asSyu’ara ayat 18 Tafsir Fi Zhilalil Qur’an dalam menafsirkan ayat ini mengunakan munasabah antar ayat. Ayat 18 dalam surat as-Syu’ara berhubungan dengan ayat 19 dan sebelumnya yakni menyatakan bahwa Firaun mengingatkan pada Musa tentang peristiwa pembunuhan pemuda Qibti yang menurutnya perbuatan keji. Apakah itu balasannya atas pendidikan dan kemuliaan yang telah kamu dapatkan dari kami ketika kamu masih anak-anak? Lalu sekarang kamu datang dengan membawa agama yang berbeda dengan agama kami? Kemudian kamu memberontak pada raja dimana kamu tumbuh diistanahnya dan kamu menyembanh tuhan lain selainya. Lalu kenapa kamu tidak menyinggung perkataan ini selama bertahun-tahun hidup bersama kami,
4
Sayid Quthb, Fi Zhilalil Qur’an, Vol. 7, terj. As’ad Yasin dkk (Jakarta: Gema Insan Press,2004), 249.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
kemudian sekarang kamu baru mengakuinya? Kamu tidak pernah menyinggung pengantar perkara yang dasyat ini sebelumnya.5 Kemudian penafsian Quraish Shihab mengunakan teori qishasul qur’an yakni menceritakan kisah pada zaman dahulu. Adapun penafsirannya Fir’aun tidak menanggapi perintah Allah yang disampaikan oleh Nabi Musa. Firaun Berkata mengingatkan Nabi Musa tentang masa lalunya serta apa yang dianggap olehnya sebagai jasa. Katanya: bukankah kami dengan segala kebesaran dan fasilitas yang dimiliki telah mengasuhmu di antara keluarga kami, waktu engkau masih bayi yakni baru lahir dan engkau tinggal bersama kami saja tidak bersama keluarga lain menghabiskan beberapa tahun lamanya dari umurmu. Mestinya jasa itu engkau balas dengan baik, bukan lamanya dari umurmu. Mestinya jasa itu engkau balas dengan baik, bukan seperti apa yang engkau lakukan sekarang.6 Selanjutnya
Fir’aun
mengingatkan
“jasa”
keluarganya,
dia
mengingatkan Nabi Musa tentang kesalahannya yang mestinya telah mengakibatkan nyawanya melayang. Fir’aun berkata: dan di samping itu, engkau juga telah berbuat suatu perbuatan yang telah engkau lakukan itu yakni membunuh orang mesir dan engkau termasuk kelompok orang-orang yang tidak membalas budi atas kebaikan kami memeliharamu lalu engkau membunuh salah seorang bangsa kami. Atau tidak membalas budi bahwa kami membelamu dan tidak mengejar dan menangkapmu.” Thabathaba’i memahami ucapan Firaun, mengandung bantahan terhadap kerasulannya. 5 6
Quthb, FI Zhilalil Qur’an, vol. 8, 332. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 11 (Jakarta: Lentera Hati, 2001), 21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
Seakan-akan Firaun berkata: “Engkau aku pelihara sejak kecil, engkaupun tinggal sekian tahun bersama kami. Kami mengenal namamu dan sifatsifatmu tidak ada yang kami lupakan, maka berapa
mungkin kamu
memperoleh kerasulan itu padahal kami mengenalmu.7 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebuah pengasuhan yang dilakukan Firaun hanya sebatas jasmani saja bukan pada rohaninya. Oleh sebab itu pemahaman agama yang dianut Firaun dan Nabi Musa berbeda. Makna tarbiyah terdapat juga dalam surat ali Imran ayat 79 penafsiran Sayid Quthb mengunakan teori munasabah antar kalimat dalam satu ayat yakni dari peryataan yang mengkritik tidak wajar seorang nabi menyuruh umatnya beribadah kepadanya, kemudian terdaptlah sebuah nasehat untuk menjadi kaum Rabbani. Penafsiranya yaitu Seorang Nabi menyakini bahwa dia adalah seorang hamba dan hanya Allah sebagai tujuan dalam pengabdian dan ibadah semua mkhluknya. Karenanya tidak mungkin baginya mendakwahkan sifat ketuhanan yang menuntut manusia untuk beribadah kepadanya. Seorang Nabi tidak mungkin berkata kepada manusia “Hendaklah kamu menjadi penyembahku, bukan penyembah Allah SWT” akan tetapi yang dikatakan Nabi kepada mereka adalah “hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani” dengan menisbatkan diri kepada rabb Tuhan Allah, sebagai hamba dan pengabdi kepadanya. Menghadap dan beribadahlah hanya kepadanya sehingga menjadi seorang yang tulus kepada
7
Ibid., 22.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
Allah SWT, sehingga kamu menjadi orang yang Rabbani yakni seorang yang mempelajari al-kitab sehingga mendapatkan pengetahuan darinya.8 Sedangkan dalam penafsiran Quraish Shihab mengunakan bayan riwayat yang mengambil sebuah cerita masa dahulu adapun penafsirannya Sekelompok pemuda agama Yahudi dan Nasrani menemui Rasul SAW. Mereka bertanya: wahai Muhammad, apakah engkau ingin kami menyembahmu?”
salah
seorang di
antara
mereka
bernama
Rais
mempertegas, apakah untuk itu engkau mengajak kami? Nabi Muhammad SAW. Menjawab: “aku berlindung kepada Allah SWT dari penyembahan kepada selain Allah atau menyuruh yang demikian. Allah SWT sama sekali tidak menyuruh aku demikian. Allah SWT sama sekali tidak menyuruh demikian, tidak pula mengutus aku untuk itu.” Demikian jawaban rasul SAW. Yang diperkuat dengan turunnya ayat ini.9 Kemudian dilanjutkan mengunakan teori balaghatul qur’an dari segi kebahasaanya yakni terdapat pada kata ربانيRabbani terambil dari kata ربrabb yang memiliki aneka makna, antara lain pendidik dan pelindung. Jika kata ini berdiri sendiri, maka yang dimaksud tidak lain kecuali Allah SWT.10 Selanjutnya mengunakan teori bayan bil ra’yi dalam memahami kaum rabbani yaitu penafsiranya mereka yang dianugerahi kitab, hikmah dan kenabian menganjurkan semua orang menjadi rabbani dalam arti semua aktifitas, gerak, langkah, niat dan ucapan kesemuanya sejalan dengan nilai8
Quthb, Fi Zhilalil Qur’an, vol. 2, 97. Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 3, 132. 10 Ibid., 133. 9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
nilai yang dipesankan oleh Allah SWT yang maha pemelihara dan pendidik itu. Bahwa seorang rabbani harus terus menerus mengajar, karean manusia tak pernah luput dari kekurangan. seorang tidak boleh berhenti belajar, meneliti dan membahas, baik objeknya alam raya maupun kitab suci. Yang ditemukan dalam bahasan dan penelitian hendaknya diajarkan pula, sehingga bertemu antara mengajar dan meneliti dalam satu lingakaran yang tidak terputus kecuali dengan putusnya lingkaran, yakni dengan kematian seseorang. Bukanlah pesan agama “belajarlah dari buaian hingga liang lahad” dan bukanlah Alquran menegasakn kerugian orang-orang yang tidak saling wasiat mewasiati tentang kebenaran dan ketabahan, yakni saling ajar mengajar tentang ilmu dan petunjuk serta saling ingat mengingatkan tentang perlunya ketabahan dalam hidup ini.11 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang Nabi utusan Allah SWT tidak mungkin melakukan kemusyrikan justru beliaulah yang menganjurkan menjadi orang-orang rabbani yang selalu terus menerus belajar melakukan segala sesuatunya sesuai ajaran Allah SWT yang maha pemelihara dan pendidik . Dapat disimpulkan makna Tarbiyah dari beberapa penafsiran diatas yakni sebuah proses menumbuh kembangkan suatu kebaikan berupa tingkah laku atau sikap pada pribadi seseorang melalui proses pengajaran baik dalam segi jasmani maupun rohani dengan tujuan mendapatkan keridhaan Allah SWT bukan kerusakan atau sesuatu yang mendatangkan kebatilan
11
Shihab, Tafsir Al-Misbah., 134
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
yang orientasinya untuk mendapatkan kebahagiaan didunia dan di akhirat. Seperti halnya selalu berbuat baik kepada kedua orang tua dengan menghormati serta menyayanginya. B. Ta’lim 1. Al-Baqarah ayat 31
َ َ َ َ َ َ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ َّ ُ َ َّ ُ ٓ َ ۡ َ ۡ َ َ ٓ َ َٰٓ َ ٓ َ ۡ َ ُ َّ ُ ۡۡنۡكنُُم َٰٓ َو َعل َۡم ۡ َءادم ۡٱۡلسما َۡء ُۡكهاۡثم ۡع َرضهم ۡلَع ۡٱلم ِِ ه ُؤَلءإ ِۡو ي ِِۡسسمۡاء ِ لئِك ۡةِ ۡفقال ۡأ ِ ۡۢنب َ َص َٰ ِدق ۡ ۡۡ٣١ِۡني Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar.12
2. Ar-Rahman ayat 2
َ ُ ۡ َّ َ ۡ ۡۡ٢ۡان ۡ عل َمۡٱلق ۡر َء
“Yang telah mengajarkan al Quran”13
3. Al-Alaq ayat 4
َّ َ َ ۡ َّ َ ۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡۡ٤ۡٱذلِيۡعل َمِۡۡ ِٱلقل ِۡم “Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam” 14
4. Al-Alaq ayat 5
َ َ َٰ َ ۡ َ َّ َ َ ۡ ۡۡ٥ۡنۡ َماۡل ۡم َۡي َۡل ۡم ۡ ٱۡلنس ِ ۡعل ۡم
12
al-Qur’a>n, 2:31. Ibid., 55:2. 14 Ibid., 78:4. 13
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
“Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”15
Di dalam memahami ta’lim terdapat beberapa ayat dalam alqur’an diantaranya dalam surat al-Baqarah ayat 31. Dalam penafsiran Quraish Shihab yang mengunakan bayan bil ra’yi adapun penafsirannya Dia yakni Allah SWT mengajar Adam dengan nama-nama seluruhnya, yakni memberinya potensi pengetahuan tentang nama-nama atau kata-kata yang digunakan menunjukan benda-benda atau mengajarkan fungsi benda-benda. Ayat ini menginformasikan bahwa manusia dianugrahi Allah potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda misalnya fungsi api, fungsi angin, fungsi laut dan lain sebagainnya. Dia juga dianugrahi sistem berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia (anak kecil) bukan diajarkan kata kerja, tetapi mengajarkannya terlebih dahulu namanama. Seperti ini papa, mama, itu pena dan sebagainya itu sebagai makna yang difahami para ulama’ dari firmannya dia mengajarkan Adam namanama seluruhnya.16 Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
Allah
SWT
mengajarkan pada Nabi Adam pengejaran mengenai Alam semesta. Pengajaran awal yang di ajarkan adalah mengenai nama-nama dan setiap ciptaan Allah mengandung manfaat atau fungsi tertentu. Dilanjutkan lagi dalam surat ar-Rahman ayat 2 yakni dalam penafsiranya Sayid Quthb mengunakan pula bayan bil ra’yi. Pada ayat ini
15
Ibid., 78:5. Shihab, Tafsir Al-Misbah., 143.
16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
terlihat kasih sayang ar-rahman kepada manusia berupa nikmat yang sangat besar. Nikmat Alquran sebagai manhaj langit bagi bumi yang mengantarkan penghuninya kepada aturan-aturan alam semesta yang meluruskan akidah mereka, pertimbangannya, nilai-nilainya, sistemnya dan segala prilaku diatas landasan yang kukuh di alam semesta ini. Kemudian Alquran menganugrahi mereka kemudahan, kepuasan, dan kefahaman serta dapat merespon hukum-hukm alam. Alquran yang membukakan indar dan rasa manusia kepada alam semesta yang indah ini seolah-olah baru terlihat pertama kalinya atau mencerahkan.
Maka
Alquran
memberikan
cita
rasa
baru
akan
keberadaannya sebagaimana ia pun memberikan cita rasa baru bagi alam semesta dan sekelilingnya artinya Alquran memberikan hal lebih atau hal baru pada segala sesuatu disekitarnya Alquran yang mengakui keabadian manusia sebagai khalifah di bumi bahwa mereka dimuliakan disis Allah dan bahwa mereka sebagai pemikul amanat yang tidak dapat dipikul oleh langit, bumi dan gunung. Alquran yang memberitau kepada mereka tentang nilai dirinya yang mereka peroleh melalui aktualisasi kemanusiaan yang tinggi melalui satu-satunya saran yaitu: keimanan yang menghidupkan ruhnya dengan tiupan Allah dan yang mewujudkan nikmatnya yang besar atas manusia. Karena itu pengajaran Alquran yang lebih awal disebutkan daripada penciptaan manusia. Dengan cara seperti ini tewujudlah konsep manusia dialam ini.17
17
Quthb, Fi Zhilalil Qur’an, vol. 21, 177.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
Dengan demikian dapat disimpulkan nikmat
Allah SWT yang
mulia yakni Alquran yang mengajarkan manusia segala kemudahan, kepuasan, dan kefahaman dalam merespon hukum-hukm alam dan mengatasi segala permasalahan. Sedangkan dalam surat al-Alaq ayat 4 dalam penafsiranya Mustahfa al Maraghi mengunakan munasabah antar kalimat dalam satu ayat yakni pada perantara kalam yang seharusnya perantara itu sesuatu yang hidup tapi di ayat tersebut mengunakan benda mati. Adapun penafsiranya qalam atau pena adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian. Oleh sebab itu zat yang menciptakan benda mati bisa menjadi komunikasi, sesunggguhnya tidak ada kesulitan bagi Muhammad bisa membaca dan memberi penjelasan serta pengajaran. Apabila engkau adalah manusia yang sempurna. Disini Allah SWT menyatakan bahwa dirinya yang telah menciptakan manusia dari alaq, kemudian mengajari manusia dengan pelantara qalam. Demikian agar manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga mencapai kesempurnaan kemanusiaanya dengan pengetahuannya tentang hakikat segala sesuatu. Seolah ayat ini mengatakan “renungkanlah wahai manusia kelak engkau akan menjumpai dirimu telah berpindah dari tingkatan yang paling rendah dan hina, kepada tingkatan yang paling mulia. Semua itu jelas adanya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
kekuatan yang mengaturnya dan kekuasaan yang menciptakan kesemuanya itu dengan baik.18 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengajaran Allah SWT melalui benda mati yakni pena seta tiada kesulitan membaca dan memberi penjelasan serta pengajaran bagi seorang yang mau belajar karna Allah yang menciptakan segala sesuatunya dengan baik. Kemudian dilanjutkan kembali pada surat al-Alaq ayat 5 dalam penafsiran Musthafa al-Maraghi mengunakan munasabah antar ayat dengan ayat sebelumnya yang saling terkait. Penafsiran ayat ini merupakan dalil yang menunjukan tentang keutamaan membaca, menulis dan ilmu pengetahuan. Sungguh jika tidak ada qalam maka tidak akan bisa difahami berbagai ilmu pengetahuan. Tidak akan dapat menghitung pasukan tentara perang, semua agama akan hilang, manusia tidak akan mengetahui kadar pengetahuan manusia terdahulu, penemuan-penemuan dan kebudayaan mereka. Dan jika tidak ada qalam maka sejarah orang terdahulu tidak akan tercatat, serta ilmu pengetahuan mereka tidak bisa dijadikan penyuluhan bagi generasi berikutnya dan dengan qalam bersandar kemajuan umat dan kratifitasnya. Dalam ayat ini terkandung pula bukti yang menunjukan bahwa Allah yang menciptakan manusia dalam keadaan hidup dan berbicara dari sesuatu yang tidak ada tanda-tanda kehidupan padanya. Kemudian Allah mengajari Manusia ilmu
yang paling utama yaitu menulis dan
18
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir al- Maraghi juz xxx, tej. Bahrun Abu Bakar (Semarang: Toha Putra, 1993), 347-348.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
menganugrahkan ilmu pengetahuan sebelumnya mereka tidak mengetahui apapun.19 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Allah SWT dalam mengajarkan manusia menggunakan pelantara pena dengannya tercatatlah berbagai ilmu pengetahuan serta Allah SWT mengajarkan pada manusia agar menulis Sesungguhnya Allah yang akan memberikan pengetahuan bagi orang yang tidak mengetahui. Dapat disimpulkan makna ta’lim dari berbagai penafsiran diatas yakni sebuah proses penyampaian ilmu pengetahuan melalui individu yang mengarah pada proses kegiatan olah berfikir seperti pengajaran melalui Alquran dan pengenalan mengenai nama-nama alam semesta melalui membaca, meneliti, menulis dan lain sebagainya yang nantinya bertujuan untuk menciptakan keahlian dalam bidang tertentu. C. Tazkiyah 1. Al-Baqarah ayat 151
ٗ َُ ۡ ُ ۡ َ َۡ َٓ َ َ َ ۡ ُ َۡ َ ْ َُۡ ۡ ُ ُ ُ ََُ ۡ ُ َ َ ُ َ َ ُك ۡم َٰ كمۡاۡأرسلناۡفِيكمۡرسوَلۡمِنكمۡيُلواۡعليكمۡءايُِناۡويزك ِيكمۡويَل ِم َ َ َ ْ ُ ُ َ َ َّ ُ ُ َ ُ َ َ َ ۡ ۡ َ َ َٰ َ ۡ ۡ ۡۡ١٥١ۡمۡماۡل ۡمۡتكونواۡت َۡل ُمون بۡ ۡوٱۡل ِكم ۡةۡويَل ِمك ۡ ۡٱلكِت ”Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan AlHikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”20
19
Al-Maraghi, Tafsir al- Maraghi, 348-349. a al-Qur’a>n, 2:151.
20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
2. Al- Jumu’ah ayat 2
َ َ َ َّ َ ُ َ ْ َُۡ ۡ ُۡ ٗ َُ َ ُۡ َ ۡء َايَُٰ ِ ۡهِۦۡ َو ُي َزك ِيه ۡم َ ۡعلَ ۡيه ۡم ۡۡو ُي ََل ُِم ُه ُم نۡرسوَلۡمِنهمۡيُلوا ۡ ِۧۡۡفۡٱۡلم ِِي ِ ه ۡوۡٱذلِيۡبَث ِ ِ ْ ُ َ َ َ ۡ ۡ َ َ َٰ َ ۡ َ َ َُۡ ُّ ۡض َلَٰل ۡ ۡۡ٢ۡني ب ۡم ِف ۡل ل ب ِنۡق م ۡ وا ن ِإَونَۡك ۡ ۡ ة بۡ ۡوٱۡل ِكم ۡ ٱلكِت ِ ٖ ِ ٖ ”Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”21
Dalam memahami tazkiyah dalam penafsiran Quraish shihab pada surat al-Baqarah ayat 151 menafsirkan mengunakan munasabah antar ayat dengan ayat sebelumnya yakni al-Baqarah ayat 150 yang menjelaskan masjid haram. Penempatan ayat ini setelah uraian tentang kiblat dapat dinilai masih berhubungan secara tidaklangsung dengan pembicaraan sebelumnya. Seperti telah di perumpamakan mengarah ke bait al-Maqdis adalah atas inisiatif Rasulullah Saw ketika beliau tiba dimadinah disisi lain pengalihan kiblat ke ka’bah pada mulanya bersumber darikeinginan Nabi Saw yang direstui Allah SWT. Ayat ini mengingatkan kaum muslimin bahwa kebijakan Rosul Saw yang pertama tidaklah keliru bahkan itu direstui oleh Allah SWT. Bahkan Allah yang mengutus beliau untuk mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah yakni Sunnah Rasulullah yang berbentuk ucapan, perbuatan maupun pembenaran yang dilakukan manusia atau ketetapan.
21
Ibid., 62:2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
Quraish shihab juga mengunakan teori munasabah antar ayat sebelumnya yakni surat al-Baqarah ayat 129 yakni terdapat sedikit perbedaan antara permohonan Nabi Ibrahim as serta pengabulan Allah yang disebut dalam surat al-Baqarah ayat 151. Perbedaan tersebut adalah bahwa yang ada di ayat 129 yakni mensucikan ditempatkan pada peringkat terakhir dari empat permohonan yakni: a) Rasul dari kelompok mereka b) Membacakan ayat-ayat Allah SWT c) Mengajarkan al-kitab dan al-hikmah d) Mensucikan mereka Sedangkan pada ayat 151 yang dibahas mensucikan ditempatkan pada peringkat ketiga dari lima macam anugrah Allah SWT dalam kontek memperkenankan doa Nabi Ibrahim as. Lima macam anugrah itu adalah: 1) Rasul dari kelompok mereka 2) Membacakan ayat-ayat Allah SWT 3) Mengajarkan mereka al-kitab dan al-hikmah 4) Mengajarkan pada mereka yang belum diketahui Dari sini dapat disimpulkan bahwa yang dikabulkan Allah SWT lebih banyak dari apa yang di mintakan. Lihatlah, yang diminta Nabi Ibrahim as hanya empat namun yang diberikan Allah yakni lima macam, terdapat satu yang tidak dimihonkan yakni mengajarkan orang yang tidak mengetahui. Ini merupakan ni’mat tersendiri mencakup banyakhal dan melalui banyak cara memang sejak dini Alquran telah mengisyaratkan dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
wahyu yang pertama (iqra’) bahwa ilmu yang diraih manusia melalui dua acara yakni upaya belajar mengajar serta di anugrahkan langsung dari Allah SWT berupa ilham dan intuisi.22 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ni’mat yang diberikan Allah SWT sangatlah besar denganbukti terkabulkannya doa Nabi Ibrahim as serta Allah pun menambahkan apa yang tidak diminta. Ilmu ada dua macam yakni yang diperoleh melalui pengajaran dan diperoleh melalui ilham dari Tuhan. Sedangkan dalam surat al Jumu’ah ayat 2 dalam tafsir Quraish Shihab menjelaskan mengunakan teori riwayat munasabah antar ayat sebelumnya dengan surat al Jumu’ah ayat 1. Thabathaba’i menulis bahwa ayat yang lalu adalah pengantar sekaligus menjadi bukti yang menjelaskan uraian ayat diatas. Allah SWT yang disucikan dari semua yang wujud di langit dan di bumi. Ini karna setiap makhluk mempunyai kekurangan dan kebutuhan yang tidak biasa dipenuhi mereka kecuali hanya Allah SWT yang mampu. Kemudian mengunakan bayan bil ra’yi bahwa Allah berfirman: dialah sendiri tanpan campur tangan siapapun yang telah mengutus masyarakat al-Ummiyyin yakni orang-orang Arab seorang Rasul yakni Nabi Muhammad Saw yang dari kalangan mereka, ummiyyin yakni yang tidak pandai membaca dan menulis.
22
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2001), 337-338.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
Rasul membacakan kepadanya ayat-ayatnya Allah SWT padahal beliau adalah ummiy. Bukan hanya itu Rasulullah ummiy itu juga mensucikan mereka dari keburukan pikiran, hati, dan tingkah laku serta mengajarkan yakni menjelaskan ucapan dan perbuatanya kepada mereka kitab Alquran dan hikmah yakni pemahaman agama atau ilmu amaliah dan amal ilmiah padahal sesungguhnya mereka yang dibacakan, di ajar dan disucikan itu sebelumnya telah menyimpang dari ajaran Nabi Ibrahim as yang benarbenar dalam kesesatan yang nyata. Sungguh besar bukti kerasulan Nabi Muhammad Saw yang dipaparkan di atas sungguh besar ni’mat yang dilimpahkannya kepada masyarakat.23 Kemudian Quraish shihab mengunakan teori riwayah dengan mengambil pendapat orang lain yakni Imam Fakhruddin ar-Razi dalam tafsirnya menulis tentang ayat diatas lebih kurangnya sebagai berikut “kesempurnaan seseorang diperoleh dengan mengetahui kebenaran serta kebajikan dan mengamalkan kebenaran dan kebajikan itu. Dengan kata lain
manusia memiliki potensi untuk mengetahui secara teoritis dan
mengamalkan secara praktis. Allah menurunkan kitab suci dan mengutus Nabi Muhammad Saw untuk mengantar manusia meraih dua hal tersebut. Kalimat membacakan ayat-ayat Allah SWT berarti Nabi Muhammad Saw menyampaikan apa yang beliau terima dari Allah untuk umat manusia, sedang mensucikan mereka mengandung makna menyempurnakan potensi teoritis dengan memperoleh pengetahuan ilahiah dan mengajarkan al-kitab
23
Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol.14., 44-45.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
merupakan isyarat tentang pengajaran pengetahuan lahiriyah dan syariat. Adapun al-hikmah yakni pengetahuan tentang keindahan, rahasia, motif, serta manfaat syariat. Demikian pengertian ar-Razi yang dikenal dengan gelar al-iman.24 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesempurnaan seseorang yakni apabila dia mengetahui kebaikan serta mengamalkan kebaikan. Manusia memiliki potensi untuk mengetahui secara teoritis dan mengamalkan secara praktis. Mensucikan mereka dari keburukan pikiran, hati, dan tingkah laku serta mengajarkan melalui penjelaskan ucapan dan perbuatan pengetahuan syariat dan keimanan. Kemudian dapat disimpulkan bahwa tazkiyah yakni pelatihan terhadap olah kejiwaan mengenai penanaman pada rohaniyah yang dilakukan melalui pelatihan pensucian terhadap jiwa mulai dari mensucikan keburukan pikiran, hati dan tingkah laku melalui pengajaran yang mampu memperkuat keimanan.
24
Ibid., 46.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id