BAB III METODOLOGI
Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak dapat dinilai apakah suatu metode benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam penelitian. Yang jelas metode atau teknik penelitian apapun yang digunakan, misalnya kuantitatif dan kualitatif harus sesuai dengan kerangka pemikiran yang diasumsikan.
3.1
Kerangka Pikir Kerangka pikir menggambarkan kerangka utama yang digunakan dalam menganalisis kajian yang dilakukan dalam tesis ini. Pada awal penelitian kami melakukan diskusi dengan PT. XYZ. Dari hasil diskusi tersebut dan dengan bantuan studi literatur maka kami mengidentifikasikan masalah yang terjadi adalah ketidaksiapan bahan pengemas untuk keperluan produksi. Terkait masalah tersebut maka perlu dilakukan evaluasi kehandalan pemasok untuk mengukur apakah pemasok yang dipunyai PT. XYZ sendiri sudah cukup handal dalam memasok bahan pengemas. Untuk mengevaluasi itu maka diperlukan kriteria-kriteria yang akan menjadi variabel dalam melakukan evaluasi. Berdasarkan jurnal-jurnal yang ada ditemukan beberapa model yang mempunyai kriteria yang cocok
41
42
untuk mengevaluasi pemasok. Akhirnya kami memilih menggunakan pendekatan Supply Chain Operations Reference (SCOR) yakni dengan menggunakan variabel kehandalan pada SCOR. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan kriteria kehandalan pada SCOR dengan metode wawancara, kuisioner, dan pengumpulan data sekunder dari pihak PT. XYZ dan juga dari pihak pemasok agar evaluasi dapat dilakukan secara adil. Dengan bantuan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), kami menghitung perhitungan skor untuk pemasok. Dari hasil dan pembahasan yang akan kami lakukan pada bab IV maka akan dibuat kesimpulan dan saran pada bab V. Gambar 3.1 merupakan pola pikir secara keseluruhan dari kegiatan penulisan tesis ini.
43
Gambar 3.1 Kerangka Pikir
44
3.2
Langkah-langkah Penelitian Berikut ini adalah penjelasan langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan penelitian di PT. XYZ, seperti yang digambarkan pada gambar flowchart diatas. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Penelitian Pendahuluan Tahap awal ini dilakukan bertujuan agar mendapatkan gambaran umum, masalah-masalah yang ada di dalam perusahaan sekaligus mendapatkan berbagai informasi mengenai kondisi yang terjadi di dalam perusahaan. Penelitian pendahuluan
berupa wawancara
dengan
Finance Manager dan Kepala
berbagai
pihak
(seperti
langsung
Purchasing). Dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut, diketahui mengenai
kondisi
perusahaan,
sistem
kerja
yang
ada,
serta
lingkungan kerjanya. Kemudian dapat diidentifikasi masalah–masalah dihadapi oleh perusahaan.
2. Studi Literatur Studi literatur digunakan peneliti untuk mengidentifikasi masalah, mencari model yang sesuai untuk digunakan, mempelajari metode Analytical Hierarchy Process (AHP), dan untuk menganalisis data yang didapat. Literatur yang digunakan adalah text book, jurnal, dan internet.
45
3. Identifikasi Masalah Selanjutnya
setelah
melakukan
penelitian
sebelumnya
dan
berdasarkan studi literatur, ditemukan beberapa masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Tahap ini menghasilkan rumusan permasalahan yang ada di perusahaan. Setelah rumusan permasalahan tersebut dibuat, peneliti menetapkan tujuan penelitian.
4. Tujuan Penelitian Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini dan hasil penelitian yang diperoleh nantinya, harus sejalan dan sesuai dengan tujuan penelitian yang dibuat.
5. Pencarian Model yang sesuai Pada tahap ini, peneliti mencari model yang dapat digunakan dalam membantu memecahkan permasalahan. Model didapatkan dari jurnal dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari pemasok. Dari beberapa model yang didapatkan, peneliti memilih pendekatan model SCOR dengan memakai kriteria kehandalan yang ada pada SCOR.
6. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan terhadap data sekunder yang didapat dari perusahaan, dan juga data primer yang didapatkan dari wawancara serta pengisian kuisioner.
46
7. Analisis data Dari data yang didapat maka selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan pendekatan SCOR Model dan metode AHP serta didukung oleh studi literatur.
8. Hasil Analisis dan Rekomendasi Hasil Analisis dijadikan sebagai dasar bagi penulis untuk membuat rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan performa perusahaan.
3.3
Model dan Metode Analisis Dari Gambar 3.1 terlihat bahwa metode analisis terdiri atas beberapa komponen penting yang mengarah kepada hasil penelitian tesis ini. Dimulai dengan menganalisis kondisi industri Farmasi PT. XYZ untuk merumuskan masalah, melakukan wawancara dengan pemilik perusahaan, karyawan, stockholder. Tahapan selanjutnya adalah pembahasan tentang kinerja pemasok serta pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif. Yang nantinya akan diperoleh hasil untuk memberikan rekomendasi ataupun masukan untuk peningkatan kinerja supply chain yang lebih baik.
Untuk melakukan evaluasi kinerja pemasok botol dan tutup botol pada PT. XYZ, kami menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP merupakan
salah
satu
teori
pengambilan
keputusan
yang
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika yang bekerja pada University of Pitsburgh di Amerika Serikat, pada awal
47
tahun 1970-an. Metode ini memiliki kemampuan memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan referensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif.
Menilik pendapat Saaty (2001, p A-3) menyatakan bahwa proses hirarki analitik (AHP) menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan efektif atas masalah yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah suatu metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur kedalam suatu komponen-komponennya. Artinya dengan menggunakan pendekatan AHP kita dapat memecahkan suatu masalah dalam pengambilan keputusan.
Menurut Taylor III (2005, p17), proses analisis bertingkat (analytical hierarchy process - AHP) yang dikembangkan oleh Thomas Saaty merupakan metode untuk membuat urutan alternatif keputusan dan memilih yang terbaik pada saat pengambilan keputusan memiliki beberapa tujuan, atau kriteria, untuk mengambil keputusan tertentu.
Menurut Bourgeois (2005) AHP umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif atau pilihan yang ada dan pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau multi kriteria. Secara umum, dengan menggunakan AHP, prioritas yang
48
dihasilkan akan bersifat konsisten dengan teori, logis, transparan, dan partisipatif. Dengan tuntutan yang semakin tinggi berkaitan dengan transparansi dan partisipasi, AHP akan sangat cocok digunakan untuk penyusunan prioritas kebijakan publik yang menuntut transparansi dan partisipasi.
Prosedur AHP Setelah kriteria ditetapkan dan beberapa kandidat pemasok diperoleh maka perusahaan harus melakukan pemilihan atau evaluasi. Dalam proses evaluasi pemasok, perusahaan menggunakan pengurutan pemasok untuk menentukan pemasok mana dengan urutan tertinggi yang akan dijadikan pemasok utama dan mana yang dijadikan pemasok cadangan. Salah satu metode yang cukup lumrah digunakan dalam merangking alternative berdasarkan beberapa kriteria yang ada adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Bagian ini menjelaskan bagaimana aplikasi untuk merangking pemasok, prosesnya diringkas sebagai berikut:
Langkah 1 Manajer mengidentifikasi semua pemasok yang akan dievaluasi.
Langkah 2 Tentukan kriteria-kriteria evaluasi dengan membuat daftar berisi atributatribut untuk dievaluasi pada tiap pemasok.
49
Langkah 3 Manajemen memutuskan pentingnya tiap atribut bagi perusahaan dengan menentukan bobot masing-masing kriteria. Proses pemberian bobot untuk masing-masing kriteria dan sub kriteria akan dilakukan oleh manajer fungsional (produksi, pengadaan, teknik, pemasaran, dan keuangan). Bobot bisa diberikan secara terpisah kemudian digabungkan, atau diberikan secara bersama-sama melalui proses konsensus. Pada model AHP, pemberian bobot dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Langkah-langkah untuk memperoleh bobot, yaitu dengan melengkapi matriks dibawah diagonal dengan kebalikan yang diatasnya, mencari jumlah tiap kolom, membagi nilai-nilai tersebut dengan jumlah kolom, dan merata-ratakan ke samping.
Langkah 4 Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi pemasok dari setiap aspek diatas. Pada dasarnya penilaian dilakukan pada tingkat sub kriteria. Nilai tiap kriteria akan diperoleh dengan melakukan agregasi nilai berbobot dari masing-masing sub kriteria yang bersangkutan. Disini merupakan tahap membandingkan baik tidaknya pemasok pada suatu aspek kriteria dengan menggunakan langkah yang sama persis dengan langkah mendapatkan bobot diatas.
50
Langkah 5 Langkah terakhir adalah membuat ukuran gabungan tertimbang tiap atribut. Caranya dengan mengalikan skor pemasok untuk sebuah atribut dengan kepentingan atribut. Penambahan dari gabungan angka untuk tiap pemasok menunjukan skor keseluruhan yang dapat dibandingkan dengan pemasok lainnya. Semakin tinggi gabungan angka, maka semakin dekat pula pertemuan pemasok dengan kebutuhan dan spesifikasi perusahaan.
Beberapa sifat atau karakter dari model AHP ini adalah: •
Pembobotan kriteria dilakukan dengan cara membandingkan sepasang kriteria pairwise). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan
yang
tegas
antara
dua
buah
kriteria
yang
diperbandingkan. •
Hubungan
antara
kriteria
yang
diperbandingkan
kemudian
diberi nilai bobot. Nilai bobot antara 2 hingga 9 menunjukkan nilai kriteria satu lebih penting daripada
nilai
kriteria
yang
diperbandingkan. Sedangkan nilai pecahan antara 1/2 hingga 1/9 menunjukkan nilai kriteria satu lebih rendah daripada nilai kriteria yang diperbandingkan.
Salah satu kritik terhadap metode ini adalah kesulitan responden dalam menetapkan nilai bobot angka terhadap hubungan antar kriteria. Namun, hal ini dapat diatasi dengan beberapa teknik wawancara atau penggantian angka bobot dengan kondisi kualitas hubungan. Artinya,
51
hubungan antar kriteria tidak dipertanyakan dalam bentuk skala angka melainkan dengan skala gradasi tingkat preferensi. Tingkat konsistensi responden juga dapat dievaluasi.
Menurut Saaty (2001), Salah satu teknik pengambilan keputusan / optimasi multivariate yang digunakan dalam analisis kebijaksanaan. Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambil keputusan yang komprehensif dengan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari modelmodel sebelumnya. AHP juga memungkinkan ke struktur suatu sistem dan lingkungan kedalam komponen saling berinteraksi dan kemudian menyatukan mereka dengan mengukur dan mengatur dampak dari komponen kesalahan sistem.
Gambar 3.2 Contoh problem hierarchy pada AHP
52
Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan masalah kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik dengan mengelompokkan masalah tersebut kedalam beberapa bagian, serta menata variabel dalam suatu hirarki (tingkatan). Kemudian tingkat kepentingan variabel diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti pentingnya secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.
Perbedaan antara model AHP dengan model pengambilan keputusan
lainnya
terletak
pada
jenis
inputnya.
Metode
AHP
menggunakan persepsi manusia yang dianggap ‘expert atau ahli’ sebagai input utamanya. Kriteria expert disini orang yang mengerti benar permasalahan yang dilakukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Pengukuran hal-hal kualitatif merupakan hal yang sangat penting mengingat makin kompleksnya permasalahan didunia dan tingkat ketidakpastian yang makin tinggi. Selain itu dalam AHP diuji konsistensi penilaiannya. Bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna maka penilaian perlu diperbaiki atau hierarki harus distruktur ulang.
53
Manfaat dan keuntungan dari AHP : • Kesatuan AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti dan ini merupakan satu kesatuan, luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur. • Kompleksitas AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. • Saling ketergantungan AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linear. • Penyusunan hierarki AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilahmilah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. • Pengukuran AHP memberikan suatu skala untuk mengatur hal-hal dan wujud suatu metode untuk menetapkan prioritas. • Konsistensi AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. • Sintesis AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.
54
• Tawar menawar AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka. • Penilaian dan konsensus AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda. • Pengulangan proses AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.
Prosedur AHP AHP merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (multi criteria). Karena sifatnya yang multi kriteria, AHP cukup banyak digunakan dalam penyusunan prioritas.
Menurut Bougeois (2005), disamping bersifar
multi kriteria,
AHP juga didasarkan pada suatu proses yang terstruktur dan logis. Pemilihan atau penyusunan prioritas dilakukan dengan suatu prosedur yang logis dan terstruktur. Kegiatan tersebut dilakukan oleh ahli-ahli yang representatif berkaitan dengan alternatif- alternatif yang akan disusun prioritasnya.
55
Dalam pengambilan keputusan dengan metode AHP, langkahlangkah kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Mendefinisikan suatu kegiatan yang memerlukan pemilihan dalam pengambilan keputusannya. b. Menentukan kriteria dan alternatif-alternatif tersebut terhadap identitas kegiatan membuat hirarkinya. c. Membuat matriks “pairwise comparison” berdasarkan criteria focus dengan memperhatikan prinsip-prinsip “comparative judgement”
Langkah Perhitungan Metode AHP Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi : 1. Mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam menyusun prioritas, maka masalah penyusunan prioritas harus mampu
didekomposisi
identifikasi
menjadi tujuan (goal) dari suatu kegiatan,
pilihan-pilihan
(alternative),
dan
perumusan
kriteria
(criteria) untuk memilih prioritas. 2. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Hirarki adalah abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antara komponen dan juga dampak-dampaknya pada sistem. Penyusunan
hirarki
menggambarkan teridentifikasi.
atau
elemen
struktur
sistem
atau
keputusan dilakukan alternatif
keputusan
untuk yang
56
Langkah pertama adalah merumuskan tujuan dari suatu kegiatan penyusunan prioritas. Setelah tujuan dapat ditetapkan, maka langkah selanjutnya
adalah
menentukan
kriteria
dari
tujuan
tersebut.
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki seperti gambar dibawah ini :
Gambar 3.3 Struktur Hierarki AHP
3. Penilaian prioritas elemen kriteria dan alternatif Setelah
masalah
terdekomposisi,
maka ada
dua
tahap
penilaian atau membandingkan antar elemen yaitu perbandingan antar kriteria dan perbandingan antar alternatif untuk setiap kriteria. Perbandingan antar kriteria dimaksudkan untuk menentukan bobot untuk masing masing kriteria. Di sisi lain, perbandingan antar
57
alternatif untuk setiap kriteria dimaksudkan untuk melihat bobot suatu alternatif untuk suatu kriteria. Dengan perkataan lain, penilaian ini dimaksudkan untuk melihat seberapa penting suatu pilihan dilihat dari kriteria tertentu. Biasanya orang lebih mudah mengatakan bahwa elemen A lebih penting daripada elemen B, elemen B kurang penting dibanding dengan elemen C, dsb. Namun mengalami kesulitan menyebutkan seberapa penting elemen A dibandingkan elemen B atau seberapa kurang pentingnya elemen B dibandingkan dengan elemen C. Untuk itu kita perlu membuat tabel konversi dari pernyatan prioritas ke dalam angka-angka. Menurut Saaty (1989), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Masingmasing perbandingan berpasangan dievaluasi dalam Saaty’s scale 1 – 9 sebagai berikut;
Most Important
Neutral
Most
Important Elemen A
98765432123456789
Elemen B
Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel berikut ini.
58
Tabel 3.1 Tingkat Kepentingan pada AHP Skala Absolut Tingkat
Definisi
Keterangan
Kepentingan 1
3
5
Kedua elemen sama
Kedua elemen mempunyai kontribusi
penting
yang sama terhadap sasaran / pilihan
Elemen yang satu sedikit
Elemen yang satu memiliki kontribusi
lebih penting dari yang
yang sedikit lebih penting daripada
lain
elemen yang lain
Elemen yang satu lebih
Elemen yang satu memiliki kontribusi
penting dari yang lain
yang lebih penting daripada elemen yang lain
7
9
2,4,6,8
Elemen yang satu sangat
Elemen yang satu memiliki kontribusi
lebih penting dari yang
yang sangat lebih penting daripada
lain
elemen yang lain
Elemen yang satu mutlak
Elemen yang satu memiliki kontribusi
lebih penting dari yang
yang mutlak lebih penting daripada
lain
elemen yang lain
Nilai tengah antara 2
Jika terdapat keraguan antara 2 penilaian
pertimbangan yang
yang berdekatan
berdekatan Kebalikan /
Jika elemen A memiliki salah satu nilai diatas pada saat dibandingkan
Reciprocal
dengan elemen B, maka elemen B memiliki nilai kebalikan bila dibandingkan dengan elemen A Sumber: Saaty (1990, p97)
Pengertian nilai tengah-tengah adalah Jika elemen A sedikit lebih penting dari elemen B maka kita seharusnya memberikan nilai 3, namun jika nilai 3 tersebut dianggap masih terlalu besar dan nilai 1 masih
59
terlalu kecil maka nilai 2 yang harus kita berikan untuk prioritas antara elemen A dengan elemen B.
Tabel diatas tidak disebutkan konversi nilai elemen A kurang penting dari elemen B karena pernyataan elemen A kurang penting dari elemen B sama dengan pernyataan nilai elemen B lebih penting dari elemen A
4. Membuat matriks berpasangan Untuk setiap kriteria dan alternatif, kita harus melakukan perbandingan
berpasangan
(pairwaise
comparison)
yaitu
membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkat hirarki secara berpasangan sehingga didapat nilai tingkat kepentingan
elemen
mengkuantifikasikan
dalam
bentuk
pendapat
pendapat
kualitatif
kualitatif.
tersebut
digunakan
Untuk skala
penilaian sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kuantitatif).
Nilai-nilai
perbandingan
relatif
kemudian
diolah
untuk
menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Kriteria kualitatif dan kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan ranking dan prioritas. Proses yang paling
menentukan
menggunakan
AHP
dalam
menentukan
adalah
menentukan
bobot elemen besarnya prioritas
dengan antar
60
elemen. Karena itu seringkali terjadi pembahasan yang alot antar anggota tim implementasi sistem pengelolaan kinerja mengenai masalah tersebut.
Hal ini dikarenakan tiap-tiap anggota tim memiliki persepsi tersendiri mengenai prioritas masing-masing elemen. Dan apabila di dalam sebuah tim terjadi berbeda pendapat dalam pemberian nilai kepentingan relatif antar elemen, maka dapat digunakan rataan mengabungkan
pendapat
mereka
pada
geometrik
untuk
saat memasukan nilai
kepentingan tersebut ke dalam matrix.
Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut; Rataan Geometris = Ket : R = Jawaban Responden dari Kuesioner j = Jumlah Responden Sebagai contoh perhitungan, yakni: nilai responden 1 memberikan nilai 3 dan responden 2 memberikan nilai 3, maka
rataan geometrisnya Perbandingan
dilakukan
adalah berdasarkan
kebijakan
pembuat
keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2,
61
A3 dan A4. Maka susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada gambar matriks di bawah ini :
Tabel 3.2 Contoh matriks perbandingan berpasangan
Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 3.2, Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisis dan mempunyai kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya. Cara mengisinya adalah dengan menganalisis prioritas antara elemen baris dibandingkan dengan elemen kolom. Dalam prakteknya kita hanya perlu menganalisis prioritas elemen yang terdapat dibawah pada garis diagonal (kotak dengan warna dasar putih) yang ditunjukan dengan
62
warna kuning atau diatas garis diagonal yang ditunjukan dengan kotak warna hijau. Hal ini sesuai dengan persamaan matematika yang menyebutkan jika A:B= X, maka B : A = 1/X. Contoh: jika prioritas elemen A2 (baris) : elemen A1 (kolom) = 2, maka prioritas elemen A1 (baris) : elemen A2 (kolom) = 1/2 (lihat rumus persamaan perbandingan matematika diatas). Sehingga prioritas setiap elemen antara elemen A1 : elemen A1 = 1, elemen A3 : elemen A1 = 5, elemen A3 : elemen A2 = 3, elemen A4 : elemen A1 = 3, elemen A4 : elemen A2 = 1, elemen A4 : elemen A3 = 2. Selanjutnya adalah menentukan bobot pada tiap elemen, nilai bobot ini berkisar antara 0 - 1. dan total bobot untuk setiap kolom adalah 1. Cara menghitung bobot adalah angka pada setiap kotak dibagi dengan penjumlahan semua angka dalam kolom yang sama. Contoh bobot dari (elemen A1, elemen A1) = 1/ (1+2+5+3) = 0.090, (elemen A2, elemen A1) = 2 / (1+2+5+3) = 0.181. Dengan perhitungan yang sama bobot prioritas tabel elemen di atas menjadi:
63
Tabel 3.3 Matriks Hasil Normalisasi
5. Penentuan nilai bobot prioritas Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan
manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan
matematik. Selanjutnya adalah mencari nilai bobot untuk masing-masing elemen. Caranya adalah (mengambil contoh dari tabel 3.3 di atas) dengan melakukan penjumlahan setiap nilai bobot prioritas pada setiap baris tabel dibagi dengan jumlah elemen sehingga diperoleh bobot masingmasing elemen adalah: •
Elemen A1 = (0.091 + 0.092 + 0.057 + 0.118) / 4 = 0.089 (8.9%)
•
Elemen A2 = (0.182 + 0.182 + 0.094 +0.353) / 4 = 0.203 (20.3%), dengan perhitungan yang sama elemen A3, elemen A4
•
Elemen A3= 0.365 (36.5%)
•
Elemen A4 = 0.343 (34.3%)
64
Jadi jumlah total bobot semua elemen = 1 (100%) sesuai dengan kaidah pembobotan yang jumlah total bobot harus bernilai 100. Kaidah pembobotan menyatakan bahwa: 1. Nilai bobot KPI berkisar antara 0 - 1 atau antara 0% - 100% jika kita menggunakan prosentase. 2. Jumlah total bobot semua KPI harus bernilai 1 (100%) 3. Tidak ada bobot yang bernilai negatif (-).
3.4
Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan informasi dan data-data yang diperlukan dalam penyusunan tesis ini, maka dilakukan cara-cara pengumpulan data baik secara primer maupun sekunder: 3.4.2 Data Primer Pengumpulan data Primer diperoleh dengan : 3.4.2.1 Wawancara Melakukan wawancara dengan Finance Manager, Kepala Purchasing, serta Departemen Quality Control yang dapat memberikan
data
yang
dibutuhkan
dalam
proses
pengadaan bahan baku dan mengetahui secara jelas kinerja pemasok. Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan outline
wawancara
responden
penelitian
yang
akan
berdasarkan
disampaikan
pada
indikator-indikator
pengukuran yang ada sebagai pedoman dalam melakukan wawancara agar lebih terarah sesuai dengan tujuan
65
penelitian.
Informasi
ini
akan
digunakan
untuk
menggambarkan kondisi, struktur, dan model jaringan supply chain yang saat ini sedang digunakan. 3.4.2.2 Kuisioner Dengan menggunakan tools AHP, kami meminta pihak perusahaan untuk mengisi kuisioner yang kami sediakan untuk memberikan bobot (weight) pada setiap variabel kehandalan pemasok yang kami ambil dari Model SCOR. Setiap variabel akan diukur, diberikan nilai dan akan dikalikan dengan bobot yang sudah didapat. Selain itu, agar data yang didapatkan benar-benar valid maka kami juga membuat kuisioner untuk diisi oleh pemasok. 3.4.2.3 Studi Literatur Studi literatur dibutuhkan untuk mendapatkan teori - teori dasar yang
terkait dengan pelaksanaan penelitian.
Penelaahan terhadap literatur yang terkait dengan tujuan penelitian antara lain Proses Supply Chain Management, Supply Chain Operators Reference Model (SCOR Model), perancangan strategi supply chain management, metode evaluasi kinerja pemasok, dan metode AHP. Adapun media yang digunakan antara lain buku, literatur, majalah, jurnal ilmiah, website dan lain sebagainya sehingga diperoleh suatu pemahaman terhadap tahapan-tahapan dalam penyelesaian permasalahan penelitian.
66
3.4.2 Data Sekunder Data Sekunder yang diperoleh antara lain adalah data-data keuangan, daftar produk PT. XYZ, data Pending Product, list data Pemasok, data Purchase Order, Surat Jalan, Form Permintaan Pemeriksaan QC, Faktur Penjualan, Bukti Bank Keluar, Invoice, Prosedur Tetap Pemeriksaan dan Pelulusan Bahan Pengemas, serta Surat Penolakan Barang.