BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjaun Umum Tentang Dakwah 1. Pengertian Dakwah Dakwah Islam identik risalah Islamiah yang diemban oleh para rasul. Dalam pengertian bahwa ajaran Islam diterima oleh para rasul unruk disebarluaskan kepada pengikutnya. Tugas dakwah Islamiah dimulai sejak zaman Nabi Nuh as. (QS. 29:14). Nabi Adam as dan Nabi Idris as. tidak dibebani untuk melakukan dakwah Islamiah karena umatnya masih sedikit, atau karena peradaban manusia masih pada tahap uji coba. Ajaran agama ditujukan untuk seluruh manusia sehingga keberadaan agama sebagai satu prasyarat bagi adanya taklif (tugas keagamaan yang diemban oleh manusia). 1 Dakwah menawarkan pemahaman yang fleksibel pada makna pesan-pesan yang dikemukakan. Ketika mengirimkan pesan-pesan yang dirujuk dari ajaran Islam, da’i tidak memaksakan kehendaknya. Artinya, da’i tetap memberikan ruang gerak penafsiran akan ajaran Islam yang disampaikan kepada audiensnya. Mereka memiliki kapasitas yang tidak bisa diabaikan oleh da’i. Dakwah Islam memberdayakan masyarakat sehingga mereka dapat berkarya secara optimal, serta berkreasi dan berinovasi secara otonom. Dakwah mengembangkan potensi yang selama ini terpendam dalam relung kehidupan masyarakatnya. Dakwah adalah suatu tujuan utama dan mulia. Karena itu, Allah swt berfirman:
ومن أَحسن قَوال مِمَّن دعا إم ََل اللَّ مه وع ممل ص م م مم 33 ي َ َاِلًا َوق َ َ ْ ْ ُ َ ْ ْ ََ َ ال إمنَّمِن م َن الْ ُم ْسلم َ َ ََ
1
Bambang S. Ma’arif. Komunikasi Dakwah: Paradigma Untuk Aksi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 21
1 repository.unisba.ac.id
م م َّ َوال تَ ْستَ موي ا ِْلَ َسنَةُ َوال َ ََح َس ُن فَمإ َذا الَّذي بَْي ن ْ السيِّئَةُ ْادفَ ْع بمالَّمِت ه َي أ ُك َوبَْي نَه ع َداوةٌ َكأَنَّه ومِلٌّ َم 34 يم َح َُ َ َ ٌ
Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengajak amal yang saleh dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri’. Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba (jika) antaramu dan dia ada permusuhan (anggaplah), seolah-olah teman yang sangat setia. ”(QS. Fushshilat: 33-34) Maksud ayat tersebut adalah bahwa dakwah merupakan tugas yang mulia. Siapa yang melakukannya, memeroleh satu penghargaan langsung dari Allah swt. Barangsiapa yang gugur di medan dakwah, ia termasuk mati syahid, yang balasannya adalah surga. Hidup yang singkat ini dengan sesuatu yang bermakna yang dapat membawa kepada kemaslahatan ukhrawi. Istilah keagamaan yang paling populer di kalangan saat ini adalah istilah dakwah. Akan tetapi, yang sering terjadi istilah disempitartikan oleh kebanyakan orang sehingga dakwah sering identik dengan pengajian, khutbah, dan arti-arti sempit lainnya. Oleh karena itu, istilah dakwah perlu dipertegas takrifnya. Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata da’a-yad’u-
da’watan (da’wah) yang Artinya: mengajak (to summer), mendorong (to urge), menyeru (to propo), memanggil (to call), mengundang (to in vite) dan memohon (to pray). Dakwah dalam pengertian ini dapat dijumpai dalam Al-Qur’an yaitu:2
ِل مِمَّا ي ْدعونَمِن إملَي م م م ب َص أ ن ه د ي ك ِن ع ف ر ص ت ال إ و ه َ َق ِّ ِّ ال َر َ ْ َّ ُّ َح َ ِّ ب َ ُ َ ََّ ب إم َ الس ْج ُن أ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ْ اهلم اْل م إملَي مه َّن وأَ ُكن م ي ن م ْ َ َ َ ْ َ ْ Artinya : Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh. " (QS. Yusuf: 33)
2
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 2
2 repository.unisba.ac.id
Sedangkan secara terminologis (istilah) kata dakwah memiliki arti: ajakan /seruan hanya kepada Islam dan kata dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan baik dunia maupun akhirat. Menurut Syekh Muhammad al-Ghazali dalam bukunya “Ma’allah” mengatakan, bahwa dakwah adalah program pelengkap yang meliputi semua pengetahuan yang dibutuhkan manusia, untuk memberikan penjelasan tentang tujuan hidup serta menyingkap rambu-rambu kehidupan agar mereka menjadi orang yang dapat membedakan mana yang boleh dijalani dan mana kawasan yang dilarang. Definisi yang mirip dengan Muhammad al-Ghazali dikemukakan oleh Syekh Adam Abdullah al-Alwari dalam bukunya “Tarikh ad Dakwah baina al Amsi wa al Yaum”. Beliau mengatakan dakwah adalah mengalihkan perhatian dan akal manusia kepada akidah yang bermanfaat atau hal yang bermanfaat. Dakwah juga merupakan seruan untuk menyelamatkan manusia yang hampir terjerumus ke jurang kesesatan atau menyelamatkan manusia yang hampir celaka karena maksiat. 3 Dakwah semata-mata merupakan ajakan, usaha penyampaian dari seseorang kepada orang lain tentang ajaran-ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya. Dakwah bukanlah suatu paksaan seseorang kepada orang lain, dakwah hanyalah merupakan suatu usaha atau suatu kewajiban yang telah dipikulkan Allah SWT kepada umat manusia yang mengaku dirinya telah Islam. Masalah orang yang diajak akan menerima atau justru menolak adalah urusan Allah SWT, manusia tidak mempunyai kewenangan menetapkan keputusan hati manusia. Pada dasarnya dakwah berarti ajakan, namun beberapa istilah-istilah yang sangat erat kaitannya dengan dakwah yaitu: Pertama, tablig yang artinya menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. Sedangkan pelakunya disebut mubaligh. Kedua, khutbah istilah ini berasal dari kata “khataba” artinya mengucap atau berpidato. Orang yang menyampaikannya disebut 3
Ibid, hal. 5
3 repository.unisba.ac.id
dengan khatib. Ketiga, nashihah adalah menyampaikan perkataan yang baik kepada seseorang atau beberapa orang untuk memperbaiki sikap dan tingkah lakunya. Keempat, fatwa yaitu pemberian uraian
keagamaan
kepada
orang
lain
yang
isinya
berupa
berita-berita
menggembirakan orang yang menerimanya. Istilah ini hampir sama denga tahrib yaitu menerangkan ajaran agama yang dapat menyenangkan hati dan dapat memberikan semangat untuk mengamalkannya bagi orang yang menerimanya. Kelima, Tandzir yaitu menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain yang isinya berupa peringatan atau ancaman bagi orang-orang yang melanggar syariat Allah SWT dengan harapan orang tersebut berhenti dari perbuatan tersebut. 4 2. Dasar Hukum Dakwah Titik tolak untuk dasar hukum dakwah adalah Al-Qur’an dan As-sunnah. Dari kedua dasar hukum tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia yang mengaku dirinya telah Islam. Tidak ada alasan lain untuk meninggalkan kewajiban dakwah kecuali setelah manusia meninggalkan alam yang fana ini. Dasar hukum dakwah tersebut disebutkan dalam Al-Quran dan Hadits: a. Dalam Surat Ali-Imran ayat 110. 5
ُكْنتم خي ر أ َُّم ٍة أُخ مرجت لم َّاس تَأْمرو َن بمالْمعر م م ن ل وف َوتَ ْن َه ْو َن َع من الْ ُمْن َك مر َوتُ ْؤممنُو َن ْ َ ْ ُْ َ ُُ ََْ ْ ُ اب لَ َكا َن خي را ََلم ممْن هم الْم ْؤممنُو َن وأَ ْكثَرهم الْ َف م بماللَّ مه ولَو آمن أَهل الْ م م اس ُقو َن ت ك َ ُ ُ ُ ُْ ًْ َ ُ ُُ َ ُ ْ ََ َْ
4 5
Ibid, hal. 14 Ibid, hal. 38
4 repository.unisba.ac.id
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Ali-Imran: 110) b. Dalam Hadits. 6
بلغو اعني ولواية: قل رسو ل هللا صلي هللا عليه وسلم Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: Sampaikanlah walaupun hanya satu Ayat”. (H. R Bukhari). Dari ayat dan hadist di atas dapat diambil kesimpulannya, bahwa dakwah dalam arti yang luas adalah kewajiban yang harus dipikul oleh manusia. Tidak boleh seseorang menghindarkan daripadanya. Sedangkan dari arti amar ma’ruf nahi mungkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini adalah kewajiban sebagai pembawaan fitrah manusia selaku social being (makhluk ijtimai) dan kewajiban yang ditegaskan oleh Risalah oleh Kitabullah dan Sunnah Rasul. 7 3. Tujuan Dakwah Tujuan merupakan pernyataan bermakna, keinginan yang dijadikan pedoman manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan dalam dimensi waktu tertentu. Tujuan (objective) diasumsikan berbeda dengan sasaran (goals). Dalam tujuan memiliki target-target tertentu untuk dicapai dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan sasaran adalah pernyataan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak untuk menentukan arah organisasi dalam jangka panjang. Amrullah Ahmad membagi tujuan dakwah pada dua garis besar, yaitu tujuan jangka pendek (mikro) dan tujuan jangka panjang (makro). Tujuan jangka pendek lebih menajam
6 7
Slamet Muhaemin. Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), hal. 37 M. Natsir, Fiqhud Da’wah, (Jakarta: Media Dakwah, 1983), hal. 110
5 repository.unisba.ac.id
kepada upaya peningkatan insan-insan yang berkualitas, membangun manusia-manusia shaleh, merubah stratifikasi yang rendah kepada yang baik dan terhormat. Dengan kata lain mencapai khairul bariyyah. Sedangkan tujuan dakwah jangka panjang adalah membangun kehidupan masyarakat yang berkualitas dengan perkataan lain “baldatun thoyibatun warabun ghafur” (Negeri yang baik dan Tuhan memberi ampun) atau istilah lain disebut masyarakat madani yaitu suasana kehidupan masyarakat yang diliputi oleh nuansa iman taqwa. Umpamanya bagaimana membangun sistem, ekonomi, politik, pendidikan yang islami (khairul ummah). 8 Bisri Afandi mengatakan bahwa yang diharapkan oleh dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia baik kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga masyarakat, way of thingking atau cara berpikirnya berubah, way of life atau cara hidupnya berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi kulitas maupun kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-nilai agama sedangkan kualitas adalah bahwa kebaikan yang bernilai agama itu semakin dimiliki banyak orang dalam segala situasi dan kondisi.
9
Menurut al-Qur’an salah satu tujuan
dapat ditemukan dalam surat Yusuf ayat 108:10
قُل ه مذهم سبميلمي أ َْدعو إم ََل اللَّ مه علَى ب م ص َريةٍ أَنَا َوَم من اتَّبَ َع مِن َو ُسْب َحا َن اللَّ مه ُ َ َ َ َْ وما أَنَا ممن الْم ْش مركم ي َ ُ َ ََ Artinya: “Katakanlah, "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf: 108) 8
Enjang. AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan Filosofis & Praktis, (Bandung: Tim Widya Padjadjaran, 2009), hal. 99 9 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencanam, 2004), hal. 60 10 Enjang. AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan Filosofis & Praktis, (Bandung: Tim Widya Padjadjaran, 2009), hal. 98
6 repository.unisba.ac.id
Untuk melihat keberhasilan kegiatan dakwah terutama yang berhubungan dengan tujuan jangka panjang, tentunya memerlukan proses dan waktu yang cukup lama. Mencermati perjuangan dakwah Rasulullah dihubungkan dengan lamanya proses turun Al-Qur’an. Dua puluh dua tahun dua bulan dua puluh dua hari lamanya, ayat-ayat Al-Qur’an silih berganti turun dan selama itu pula Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya tekun mengajarkan Al-Qur’an dan membimbing umatnya. Sehingga pada akhirnya, mereka berhasil membangun masyarakat yang di dalam terpadu ilmu dan iman, nur dan hidayah, keadilan dan kemakmuran dibawah ridha dan ampunan Ilahi. 4. Unsur-unsur Dakwah Dakwah dalam prosesnya akan melibatkan unsur-unsur (rukun) dakwah yang terbentuk secara sistemik, artinya antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya saling berkaitan. Unsur dakwah artinya elemen yang mesti ada dalam sebuah proses dakwah. 11 Unsur-unsur dakwah yang sangat penting peranannya, menurut Suparta (2003:161) antara lain: komunikator dakwah (da’i), komunikan dakwah (mad’u), materi dakwah (pesan). Sementara itu ahli ilmu dakwah yang lain (Safei, 2003:118) menambahkan dua komponen lain yaitu; metode dan media. 12 a. Da’i (Subjek Dakwah) Pengertian secara umum da’i adalah orang yang mengajak, arti tersebut masih umum sifatnya belum berkaitan dengan unsur yang mengikutinya. Pengertian seperti itu masih termasuk orang-orang yang mengajak kepada ketidak-baikan. Sedangkan dalam pengertian khusus (pengertian Islam), da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung 11 12
Ibid, hal. 73 Bambang S. Ma’arif. Komunikasi Dakwah: Paradigma Untuk Aksi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 38
7 repository.unisba.ac.id
atau tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku kearah kondisi yang baik atau lebih baik menurut syariat Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam pengertian khusus tersebut da’i identik dengan orang yang melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar. 13 Da’i ibaratnya adalah seorang guide atau pemandu terhadap orang-orang yang ingin mendapatkan keselamatan hidup di dunia maupun akhirat. Ia adalah penunjuk jalan yang harus mengerti dan memahami terlebih dahulu mana jalan yang boleh dilalui dan mana jalan yang tidak boleh dilalui oleh seorang muslim, sebelum ia memberi petunjuk jalan kepada orang lain. Karena itulah kedudukan seorang da’i ditengah masyarakat menempati kedudukan yang penting, ia adalah seorang pemuka (pelopor) yang selalu diteladani oleh masyarakat disekitarnya. Perbuatan dan tingkah laku da’i selalu dijadikan tolak ukur oleh masyarakatnya. Pada dasarnya tugas pokok seorang da’i adalah meneruskan tugas Rasul Muhammad SAW, ia adalah pewaris Nabi (warasatu al-nabiy), yang berarti harus menyampaikan ajaranajaran Allah SWT, seperti termuat dalam Al-Quran yang 30 juz atau 114 surat. Sebagai pewaris Nabi ia juga harus menyampaikan ajaran-ajaran Nabi Muhammad (Al-Sunnah). Sedangkan fungsi seorang da’i ialah meluruskan akidah, memotivasi ummat untuk beribadah dengan baik dan benar, amar ma’ruf nahi munkar dan menolak kebudayaan yang merusak. 14 b. Mad’u (Objek Dakwah) Mad’u atau sasaran (objek) dakwah adalah manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok atau manusia beragama Islam maupun tidak dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Saba ayat 28: 15
13
Slamet Muhaemin. Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), hal. 57 Enjang. AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan Filosofis & Praktis, (Bandung: Tim Widya Padjadjaran, 2009), hal. 79 15 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencanam, 2004), hal. 90 14
8 repository.unisba.ac.id
َّاس بَ مش ًريا َونَ مذ ًيرا َولَ مك َّن أَ ْكثَ َر الن م اك إمال َكافَّةً لملن م َّاس ال يَ ْعلَ ُمو َن َ ََوَما أ َْر َس ْلن
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”. (QS. Saba: 28) Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka
mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman, Islam dan ihsan. Al-Quran mengenalkan kepada kita beberapa tipe mad’u. Secara umum mad’u terbagi tiga, yaitu: mukmin, kafir dan munafik. Dan dari tiga klasifikasi besar ini, mad’u masih bisa dibagi lagi dalam berbagai macam pengelompokan. Orang mukmin umpamanya bisa dibagi menjadi tiga, yaitu: dzalim linafsih, muqtashid, dan sabiqun bilkhairat. Kafir bisa dibagi menjadi kafir zimmi dan kafir harbi. 16 Mad’u terdiri dari berbagai macam golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri, profesi, ekonomi dan seterusnya. Dan mad’u bisa juga dilihat dari segi derajat pemikirannya yaitu: umat yang berpikir kritis, umat yang mudah dipengaruhi, dan umat bertaklid. Ada juga penggolongan mad’u berdasarkan responsi yaitu: golongan simpati aktif, golongan pasif dan golongan antipati. 17 c. Maudu (Pesan Dakwah) Maudu atau pesan dakwah adalah pesan-pesan, materi atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh da’i (subjek dakwah) kepada mad’u (objek dakwah) yaitu keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunah Rasul-Nya. Sebab dari semua ajaran Islam
16 17
Ibid, hal. 90-91 Ibid, hal. 91-92
9 repository.unisba.ac.id
dapat dijadikan pesan dakwah. Dalam buku Ilmu Dakwah secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi masalah pokok yaitu:18 1. Pesan Aqidah: Akidah dalam Islam bersifat I’tiqat Batiniah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Materi dakwah meliputi juga masalah-masalah yang dilarang, sebagai lawannya, misalnya syirik (menyekutukan Allah) dan sebagainya. Pada garis besar dapat dikelompokan masalah aqidah menjadi enam bagian yiatu sebagai berikut: a) Iman kepada Allah SWT, b) Iman kepada Malaikat-Nya, c) Iman kepada Kitab-kitab-Nya, d) Iman kepada Rasul-rasul-Nya, e) Iman kepada Hari Akhir, dan f) Iman kepada Qadha-Qadhar. 2. Pesan Syari’ah Syari’ah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) sebagai bukti mentaati semua peraturan/hukum Allah SWT guna mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. Maka masalah syari’ah meliputi: a) Ibadah (dalam arti khas): thaharah (bersuci), sholat, zakat, puasa, dan haji. b) Muamalah (dalam arti luas): al-qanunus al-khas (hukum perdata), al-qununu’am (hukum publik). 3. Pesan Akhlak
18
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah Cetakan ke-1, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 101-102
10 repository.unisba.ac.id
Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah merupakan melengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak berfungsi pelengkap, namun bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman. Akan tetapi, akhlak adalah sebagai penyempurna keimanan dan keislaman.
19
Masalah akhlak meliputi: a) Akhlak terhadap Allah SWT, dan b) Akhlak terhadap makhluk. d. Wasilah al-Dakwah (Media Dakwah) Secara bahasa wasilah merupakan bahasa Arab, yang bisa berarti: al-wuslhah, al-ittishal yaitu segala hal yang dapat menghantarkan tercapainya kepada sesuatu yang dimaksud. Sedangkan Ibn Mandzur, al-Wasilah secara bahasa merupakan bantuk jamak dari kata al-wasalu dan al-wasailu yang berarti singgasana raja, derajat, atau dekat. Sedangkan secara istilah adalah segala sesuatu yang dapat mendekatkan kepada suatu lainnya. Dengan demikian wasilah atau media dakwah adalah alat objektif yang menjadi saluran yang dapat menghubungkan ide (ajaran Islam) dengan mad’u. 20 Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya’kub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam yaitu: 21 1. Lisan, adalah wasilah dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Dakwah dengan wasilah lisan dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
19
Asmuni Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hal. 61. Enjang. AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan Filosofis & Praktis, (Bandung: Tim Widya Padjadjaran, 2009), hal. 93 21 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 120. 20
11 repository.unisba.ac.id
2. Tulisan, seperti buku-buku, majalah, surat kabar, surat menyurat (korespondensi) spanduk, flash-card, dan sebagainya. 3. Lukisan seperti gambar, karikatur, dan sebagainya. 4. Audio Visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indera pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya. Seperti televisi, radio, film, slide, ohap, internet, dan sebagainya. 5. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam dapat dinikmati serta didengarkan oleh mad’u. Pendapat lain wasilah dakwah atau media dakwah adalah instrumen yang dilalui oleh pesan atau saluran pesan yang menghubungkan antara da’i dan mad’u. pada prinsipnya dakwah dalam tataran proses sama dengan komunikasi, maka media penghantar pesan pun sama. Media dakwah berdasarkan jenis dan peralatan yang melengkapinya terdiri dari media tradisional, media modern, dan perpaduan kedua media tradisional dan modern. 22 a.
Media tradisional. Setiap masyarakat tradisional (dalam dakwah) selalu menggunakan media yang berhubungan dengan kebudayaannya, sesuai dengan komunikasi yang berkembang dalam pergaulan tradisionalnya. Media yang digunakan terbatas pada sasaran yang paling digemari dalam kesenian seperti: tabuh-tabuhan (gendang, rebana, bedug, suling, wayang, dan lain-lain) yang dapat menarik perhatian banyak.
b.
Media modern. Berdasarkan jenis dan sifatnya media modern dapat dibagi menjadi: 1)
Media auditif meliputi; radio, dan tape recorder
2)
Media visual yang dimaksud dalam kategori media visual adalah yang tertulis dan tercetak. Conyohnya ialah pers: segala bahan bacaan yang tercetak seperti surat
22
Enjang. AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan Filosofis & Praktis, (Bandung:Tim Widya Padjadjaran, 2009), hal. 95.
12 repository.unisba.ac.id
kabar, buku, majalah, brosur, pamphlet, dan sebagainya. Media visual lainnya yang dapat digunakan untuk kepentingan berdakwahadalah photo-photo dan lukisan. 3) c.
Media audiovisual; televisi, video, internet dan lain-lain.
Perpaduan media tradisional dan modern. Perpaduan disini dimaksudkan dengan pemakaian media tradisional dan modern dalam suatu proses dakwah. Contohnya pergelaran wayang, sandiwara yang bernuansa Islam atau ceramah di mimbar yang ditayangkan televisi. Pada prinsipnya media dakwah adalah berbagai alat (instrument), sarana yang dapat
digunakan untuk pengembangan dakwah Islam yang mengacu kepada kultur masyarakat dari yang klasik, tradisional sampai modern diantaranya meliputi: mimbar, panggung, media massa cetak dan elektronik, pranata sosia, lembaga, organisasi, karya seni dan lain-lainnya. e. Thariqah (Metode Dakwah) Kata metode berasal dari bahasa Latin yaitu methodus yang berarti cara. Dalam bahasa Yunani, methodhus yang berarti cara atau jalan. Sedangkan dalam bahasa Inggris method dijelaskan dengan metode atau cara. Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana, system, tata pikir manusia. 23 Metode dakwah adalah jalan atau cara yang digunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam). Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, suatu pesan walaupun baik, tetapi tidak disampaikan lewat metode yang benar, pesan itu bisa saja ditolak oleh penerima pesan. Maka dari itu kejelian dan kebijakan juru dakwah dalam memilih dan memakai metode sangat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan dakwah.
23
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 121-122
13 repository.unisba.ac.id
Prinsip metode dakwah mengacu kepada dua sumber pokok ajaran yaitu Al-Quran dan Al-Sunnah. Hal ini nampak pada gerakan Rasullah yaitu gerakan dakwah yang penuh berkah (alshahwah al-mubarakah), gerakan yang moderat (al-shahwah al-mu’tadilah), terkendali, berkesinambungan dan jauh dari unsur ekstrimisme (al-tatharruf). Hal ini selaras dengan prinsipprinsip yang termuat dalam al-Quran diantaranya surat al-Nahl ayat 125:24
ادع إم ََل سبم ميل ربِّك بما ِْلم ْكم مة والْمو معظَمة ا ِْلسن مة وج ماد َْلم بمالَّمِت م َح َس ُن إم َّن أ ي ه َ َ َ ُْ ْ َ َْ َ َ ُْ َ َ ََ َ ربَّك هو أَعلَم مِبن ض َّل عن سبميلم مه وهو أَعلَم بمالْمهت م ين د َ َْ ُ ُ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Nahl: 125). Dari ayat tersebut secara garis besar ada 3 pokok metode dakwah yaitu: 1. Al-Hikmah Dakwah bil hikmah pada intinya merupakan penyeruan atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan adil, penuh kesabaran dan ketabahan, sesuai dengan risalah al-nubuwwah dan ajaran Al-Quran atau Wahyu Ilahi. Dengan demikian, terungkaplah apa yang seharusnya secara al-haq (benar) terposisikannya sesuatu secara proposional. Menurut Sayyid Qutub (1997:22), dakwah dengan metode hikmah akan terwujud apabila memerhatikan tiga faktor. Pertama, keadaan dan situasi orang-orang yang didakwahi. Kedua, kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka merasa tidak keberatan
24
Enjang. AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan Filosofis & Praktis, (Bandung: Tim Widya Padjadjaran, 2009), hal. 87.
14 repository.unisba.ac.id
dengan beban materi tersebut. Ketiga, metode penyampaian materi dakwah dengan membuat variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu. 25 2. Al-Mauidzah al-Hasanah Al-mauidzah al-hasanah, menurut beberapa ahli bahasa dan pakar tafsir memiliki pengertian sebagai berikut:26 a) Pelajaran dan nasihat yang baik, berpaling dari perbuatan yang jelek melalui tarhih dan targhih (dorongan dan motivasi); penjelasan, keterangan, gaya bahasa peringatan, penuturan, contoh teladan, pengarahan, dan pencegahan dengan cara halus; b) Pelajaran, keterangan, penuturan peringatan, pengarahan, dengan bahasa yang mengesankan, atau menyentuh dan terpatri dalam naluri; c) Nasihat, bimbingan dan arahan untuk kemaslahatan. Dilakukan dengan baik dan penuh tanggung jawab, akrab, komunikatif, mudah dicerna, dan terkesan dihati sanubari mad’u; d) Suatu ungkapan dengan penuh kasih sayang yang terpatri dalam kalbu, penuh kelembutan sehingga terkesan dalam jiwa, tidak melalui cara pelarangan dan pencegahan, sikap mengejek, melecehkan, menyudutkan dan menyalahkan, meluluhkan hati yang keras, menjinakkan kalbu yang liar. e) Tutur kata yang lembut, perlahan-lahan, bertahap dan sikap kasih sayang – dalam konteks dakwah, dapat membuat seseorang dihargai rasa kemanusiannya dan mendapat respon positif dari mad’u.
25
Enjang. AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan Filosofis & Praktis, (Bandung:Tim Widya Padjadjaran, 2009), hal. 89 26 Ibid, hal. 89-90.
15 repository.unisba.ac.id
Prinsip-prinsip metode ini diarahkan kepada mad’u yang kapasitas intelektual dan pemikiran serta pengalaman spiritualnya tergolong kelompok awam. Dalam hal ini, peranan juru dakwah adalah sebagai pembimbing, teman dekat yang setia, yang menyayangi dan memberikan segala hal yang bermanfaat serta membahagikan mad’unya. 3. Al-Mujadalah al-hasanah Apabila diambil dari kata mujadalah tersebut, secara lugas untuk memahami dakwah, maka pengertiannya akan menjadi negatif. Tetapi setalah dirangkaikan dengan kata hasana (baik), maka artinya menjadi positif. Kalau ditarik kesimpulan dengan apa yang dilakukan orang sekarang untuk mencari kebenaran, kata mujadalah adalah suatu kegiatan tukar pikiran, artinya dalam bahasa komunikasi “terjadi komunikasi dua arah”, antara komunikator dan komunikan saling tukar posisi. Para ahli tafsir mengeluarkan pendapat mengenai mujadalat yang dimaksud dalam ayat 125 surah An-Nahl, yaitu bantahan yang tidak mengarah kepada pertikaian, kebencian, tetapi membawa kepada kebenaran. Artinya, dalam bahasa dakwah dapat dikatakan bahwa, dalam bentuk ini adalah dakwah dalam bentuk terbuka. Seorang da’i apabila dibantah tentang suatu pesan yang disampaikannya, ia harus memberikan sanggahan (jawaban) terhadap bantahan tersebut. Apabila dapat sanggahan lagi dari jawaban yang ia berikan, ia harus kembali memberikan jawaban dengan argumentasi yang lebih jelas hingga sampai pada suatu kebenaran. 27 Dari tiga metode yang dikemukakan diatas, pada umumnya demikian dikemukakan dalam buku-buku yang berkaitan dakwah Islamiah, terlihat bahwa ketiga metode itu dibicarakan dalam “dataran” konsep atau doktrin-normatif yang berasal dari Al-Qur’an. Hal ini paling tidak, terlihat dari metode “hikmah” dan “mauidzah. Seperti “hikmah” umpamanya, 27
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 131-132
16 repository.unisba.ac.id
dikatakan bahwa hikmah itu adalah suatu metode dalam menyampaikan dakwah lewat ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, ini terlihat jelas bahwa ia berbicara dalam “dataran” konsep, sebenarnya metode itu sesuatu yang bersifat aplikatif. Artinya ialah sesuatu yang bisa diterapkan dalam pelaksanaan dakwah. Begitu juga dengan metode mauidzah, seperti dikemukakan terdahulu cara ia menyampaikan Islam lewat dalildalil Al-Qur’an yang tepat dan jelas, sehingga objek dakwah menjadi puas dan tenang jiwanya. Maka dari itu yang kedua ini, mauidzah hasanah, sama halnya dengan metode pertama, masih tetap berbicara tentang konsep, belum lagi alat yang bisa diaplikasikan dalam berdakwah. Walaupun demikian kedua metode itu dapat dibedakan dari segi penekanan, yaitu bahwa metode hikmah lebih menekankan pada kemampuan dan ketajaman rasional (intelektualitas) penerima dakwah, sedangkan metode mauidzah menekankan pada ketepatan pesan yang disampaikan. Akan halnya dengan metode mujadalah hasanah itu, dipahami dengan bertukar pikiran atau berdiskusi dengan baik, maka ia sudah bersifat aplikatif dan bisa diterapkan. B. Tinjauan Umum Tentang Analisis Wacana 1. Pengertian Analisis Wacana Analisis wacana berasal dari dua kata yakni analisis dan wacana. Kata analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat beberapa pengertian yaitu:28 Pertama, kata analisis diartikan sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-akibat, duduk perkaranya). Kedua, penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaah bagian itu sendiri serta hubungan
28
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 43
17 repository.unisba.ac.id
antar bagian untuk diperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Ketiga, penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya. Sedangkan istilah wacana sekarang ini dipakai sebagai terjemahan dari perkataan bahasa Inggris yaitu discourse. Kata discourse berasal dari bahasa Latin “discursus” yang berarti lari kian-kemari (yang diturunkan dari dis “dalam arah yang berbeda”, dan currere “lari”). 29 Wacana dalam berbagai aspek kebahasan yaitu: Pertama, komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan; konversasi atau percakapan. Kedua, komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah. Ketiga, risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah. Menurut Ismail Marahimin dalam bukunya Alex Sobur menyatakan wacana adalah sebagai kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya, komunikasi buah pikir, baik lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur. 30 Sedangkan menurut Riyon Pratiko, wacana adalah proses berpikir seseorang sangat erat kaitannya dengan ada tidaknya kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang disajikannya. Makin baik cara atau pola berpikir seseorang, pada umumnya makin terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu. 31 Maka dari berbagai pengertian analisis dan wacana diatas. Kesimpulan dari peneliti bahwa analisis wacana merupakan suatu kegiatan mengkaji dan menelaah suatu produksi komunikasi dari perspektif kebahasaan melalui kajian teks kemudian dikaitkan dengan ideologi dibalik terbentuknya teks tersebut serta dihubungan dengan kognisi dan konteks sosial agar didapat pengertian yang tepat dan pemahaman yang menyeluruh.
29
Alex Sobur, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 9 30 Ibid, hal. 10. 31 Ibid, hal. 10.
18 repository.unisba.ac.id
2. Bahasa Bahasa adalah semua sistem, artinya bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tepat dan dapat dikaidahkan.
32
Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat
sistematis juga bersifat sistemis. Bersifat sistematis maksudnya bahasa tersusun menurut pola tertentu tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan bersifat sistemis maksudnya, sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal melainkan terdiri dari subsistem, yakni subsistem fenomenologi dan morfologi. 33 Bahasa dapat didefinisikan secara fungsional dan formal. Secara fungsional melihat bahasa dari fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared means for expressing ideas). Penekanan terdapat pada kata socially shared karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan diantara anggotaanggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Sedangkan secara formal menyatakan bahasa sebagai sebuah kalimat yang terbayangkan yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa (all the conceivable sentences that could be generated according to the rules of its grammar). Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberikan arti. 34 Adapun sifat-sifat bahasa:35 1. Bahasa itu bersifat produktif, artinya dengan sejumlah unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas.
32
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik: Perkenanalan Awal. rev. ed, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hal. 11. 33 Ibid, hal. 12. 34 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 268-269. 35 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik: Perkenanalan Awal. rev. ed, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hal. 13-14.
19 repository.unisba.ac.id
2. Bahasa bersifat dinamis, artinya bahasa tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-sewaktu dapat terjadi. 3. Bahasa itu beragam, artinya bahasa mempunyai pola atau kaidah tertentu yang sama, namun karena bahasa yang digunakan penutur bersifat heterogen karena latar belakang sosial dan budaya, maka bahasa bersifat beragam. 4. Bahasa itu bersifat manusiawi artinya bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang hanya dimiliki oleh manusia. Dengan sifat-sifat tersebut, maka bisa menjadikan sebagai indikator-indikator hakikat bahasa. Bahasa juga memungkinkan untuk menyandi (code) peristiwa-peristiwa atau objek-objek dalam bentuk kata-kata. Dengan bahasa, gagasan-gagasan bisa dikomunikasikan kepada orang lain. Bahasa juga merupakan sistem yang tidak terbatas yang mampu mengungkapkan segala macam pemikiran dan kebudayaan. 36
a. Fungsi Bahasa37 Menurut Halliday, manakala kita menggunakan bahasa, maka bahasa itu digunakan untuk menggambarkan pengalaman kita. Pengalaman kita tentang proses-proses, tentang orang-orang, tentang objek-objek, tetang abstraksi-abstraksi, tentang kualitas, keadaan, dan hubunganhubungan dunia sekitar kita dan dunia dalam kita. Karena penggambaran bukan satu-satunya tuntutan yang dibebankan pada bahasa (bahasa masih dapat untuk dapat mengunggkapkan hal lain) maka katanya, perlu sekali adanya pengacuan yang khusus – tentu saja demi penghindaran kesalahpahaman. Pengacuan (atau pengungkapan pengambaran) bayang demikian itu adalah
36
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 276. Alex Sobur, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 17-18.
37
20 repository.unisba.ac.id
fungsi ideasional. Fungsi ideasional berkaitan dengan bahasa untuk pengungkapan “isi”, pengungkapan pengalaman penutur tentang dunia-dalam dari kesadarannya sendiri. Fungsi ideasional, tampak pada struktur yang melibatkan peran-peran proses, partisipan dan sirkumtansi; aktif, prosesif, statif; aktor, sasaran, pemanfaat; kala, loka dan cara. Pada fungsi interpersonal, berkaitan dengan peranan bahasa untuk membangun dan memelihara hubungan sosial, untuk pengungkapan peranan-peranan sosial termasuk perananperanan komunikasi yang diciptakan oleh bahasa itu sendiri. Fungsi interpersonal tampak pada struktur yang melibatkan aneka modalitas dan sistem yang dibangunnya. Berkenaan dengan fungsi interpersonal ini, Halliday menyebutkan adanya tiga subjek, yakni subjek logis, subjek gramatikal, dan subjek psikologis. Subjek logis adalah aktor: ini merupakan pran transivitas yang diturunkan dari fungsi ideasional. Subjek gramatikal diturunkan dari komponen interpersonal dalam fungsi bahasa; khususnya, subjek itu harus bertindak dengan peran yang dimaksudkan oelh pengirim (perfomer) dan penerima (receiver) dalam situasi komunikasi. Subjek psikologis termasuk kedalam komponen tekstual; subjek itu berurusan dengan organisasi klausa sebagai amanat dengan penggalan wacana yang lebih besar. Fungsi tekstual dikatakan berkaitan dengan tugas bahasa untuk membentuk berbagai mata rantai kebahasaan dan mata rantai unsur situasi (features of situation) yang memungkinkan digunakannya bahasa oleh para pemakainya. Menurut Halliday, fungsi tekstual tampak pada struktur yang melibatkan tema, yaitu struktur tematik dan struktur informasi. Fungsi tekstual bahasa, adalah satuan dasar bahasa dalam penggunaan, bukan kata atau kalimat, melainkan teks; dan unsur tekstual dalam bahasa adalah seperangkat pilihan, yang dengan cara itu memungkinkan pembicara atau penulis menciptakan teks-teks – untuk menggunakan bahasa dengan jalan yang relevan dengan konteksnya. Klausa dalam fungsi
21 repository.unisba.ac.id
organisasi atau ditata sebagai amanat atau pesan; sehingga disamping struktur dalam transivitasnya dan modalitasnya klausa itu juga memiliki struktur sebagai amanat yang dikenal sebagai struktur tematik (thematic). b. Kata-kata dan Makna Makna, sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (1986:343), merupakan konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Semenjaka Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan “ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan mental Locke sampai ke respons yang dikeluarkan dari Skinner. Tetapi kata Jerold Katz “setiap usaha untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa, seperti misalnya jawaban Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. 38 R. Brown mendefinisikan makna sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap bahasa. Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Makna dapat pula digolongkan kedalam makna denotatif dan konotatif. Makna denotatif lebih kepada makna secara publik sedangkan konotatif ialah makna yang lebih condong kepada makna pribadi (bersifat subjektif). 39 Kata-kata dengan sendirinya tidak bermakna apa-apa, kecuali bila kita sendiri yang memaknainya. Kata-kata merangsang makna yang dianut orang lain terhadap kata-kata itu. Dengan prinsip inilah maka makna kata mudah dimanipulasi. 40
38
Ibid, hal. 19-20. Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 281-282. 40 Ibid, hal. 284-286. 39
22 repository.unisba.ac.id
Pengalaman kehidupan seseorang menyebabkan perbedaan makna untuk kata-kata tertentu. Maka itulah yang disebut dengan makna perorangan, akan tetapi jika makna hanya terjadi perorangan maka tidak akan terjadi komunikasi. Komunikasi dilakukan jika ada patner dalam berkomunikasi, it berarti makna dalam komunikasi harus mempunyai arti bersama (shared meaning). 41 c. Makna Teks Bagi Barthes teks adalah sebuah objek kenikmatan. Sebuah kenikmatan dalam pembacaan sebuah teks adalah kesenangan kala menyusuri halaman demi halaman objek yang dibaca. Sebentuk keasyikan tercipta yang hany dirasakan oleh si pembaca sendiri. Kenikmatan dalam membaca itu dilukiskan Barthes dengan kata-kata (apa yang aku senangi dalam sebuah cerita, bukan secara langsung isinya, bahkan bukan pula strukturnya, tetapi pengikisan yang aku terapkan pada permukaan dasarnya: aku ngebut kedepan, aku lewatkan, aku perhatikan, aku cari, aku masuk kedalam lagi). 42 Sebuah teks pada dasarnya tidak dapat dilepaskan sama sekali dari teks lain. Sebuah karya sastra, misalnya, baru mendapatkan maknanya yang hakiki dalam kontrasnya denga karya sebelumnya. Teks dalam pengertian umum adalah dunia semesta ini, bukan hanya teks tertulis atau teks lisan saja akan tetapi adat istiadat, kebudayaan, film secara pengetian umum adalah teks. Sebuah karya sastra yang berwujud teks dan tertulis dengan bahasa yang khas itu tidak akan berfungsi jika tidak ada pembacanya yang menjadi penyambut, penafsir, dan pemberi makna. Suatu teks itu penuh makna bukan karena hanya mempunyai struktur tertentu melainkan kerangka yang menentukan dan mendukung bentuk akan tetapi juga karena teks itu berhubungan 41
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 279. Alex Sobur, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 52. 42
23 repository.unisba.ac.id
dengan teks lain. Dalam teori bahasa, apa yang dinamakan teks tak lebih himpunan huruf yang membentuk kata dan kalimat yang dirangkai dengan sistem tanda yang disepakati oleh masyarakat, sehingga sebuah teks ketika dibaca bisa mengungkapkan makna yang dikandungnya. 43
3. Kerangka Analisis Wacana Sebetulnya banyak model analisis yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh para ahli. Eriyanto (2001) dalam buku Analisis Wacana-nya antara lain menyajikan model-model analisis wacana yang dikembangkan oleh Roger Fowler dkk. (1979), Theo van Leeuwen (1986), Sara Mills (1992), Norman Fairclough (1998), dan Teun A. van Dijk (1998). Dari sekian banyak model analisis wacana, model van Dijk adalah model yang banyak dipakai. Karena van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis. Model yang dipakai van Dijk kerap disebut sebagai “kognisi sosial”. Istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh van Dijk. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Model dari analisis wacana van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi yaitu: a. Teks
43
Ibid, hal. 53-54.
24 repository.unisba.ac.id
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas sebagai strukur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. van Dijk membaginya kedalam tiga tingkatan: 44 1) Struktur makro merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topic dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa. 2) Superstruktur adalah kerangka suatu teks: bagiamana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh. 3) Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisa kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase yang dipakai dan sebagainya. Struktur/elemen wacana yang dikemukakan van Dijk ini dapat digambarkan seperti berikut: Tabel 1 ELEMEN WACANA VAN DIJK STRUKTUR WACANA Struktur Makro
Superstruktur
Struktur Mikro
Struktur Mikro
Struktur Mikro 44
HAL YANG DIAMATI
ELEMEN
Tematik Tema/ topik yang dikedepankan dalam suatu berita SKEMATIK Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh, SEMANTIK Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain SINTAKSIS Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih STILISTIK
Topik
Skema
Latar, Detail, maksud, praanggapan, nominalisasi Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti Leksikon
Ibid, hal. 73-74
25 repository.unisba.ac.id
Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita Struktur mikro RETORIS Bagaimana dan dengan cara apa penekan dilakukan? Sumber: Eriyanto (2000a:7-8) dan Eriyanto (2001:228-229)
Grafis, metafora, ekspresi
Dalam pandangan van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri atas berbagai elemen semua elemen itu merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Berikut penjelasan atas struktur/elemen wacana van Dijk:45 a) Tematik Secara harfiah tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan”, atau “sesuatu yang telah ditempatkan”. Kata ini berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti “menempatkan” atau “meletakan”. Dilihat ari sudut tulisan yang telah selesai, tema dalaha suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya (Keraf, 1980:107) Sebuah tema bukan merupakan hasil dari seperangkat elemen yang spesifik, melainkan wujud-wujud kesatuan yang dapat kita lihat didalam teks atau bagi cara-cara yang kita lalui agar beraneka kode dapat terkumpul dan koheren. Tematisasi merupakan proses pengaturan tekstual yang diharapkan pembaca sedemikian sehingga dia dapat memberikan perhatian pada bagianbagian terpenting dari isi teks, yaitu tema (Budiman, 1999b:116). Teun A. van Dijk mendefinisikan topik sebagai struktur makro dari suatu wacana. Dari topik, kita bisa mengetahui masalah dan tindakan yang diambil oleh komunikator dalam mengatasi suatu masalah. Tindakan, keputusan, atau pendapat diamati pada struktur makro dari suatu wacana. Misalnya apa yang dilakukan, pembuatan keputusan/kebijakan, mengontrol atau melawan oposisi dan sebagainya. Struktur makro juga memberikan pandangan apa yang akan 45
Ibid, hal. 74-84.
26 repository.unisba.ac.id
dilakukan untuk mengatasi suatu masalah. Struktur makro (topik) dari wacana politik mungkin secara khusus dibuat dengan kata pengadaian. Peristiwa dan tindakan yang mungkin perlu dilakukan pada kasus masa lalu, hari ini, atau masa depan. b) Skematik Kalau topik menunjukan makna umum dari suatu wacana, maka struktur skematis atau superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks. Bentuk wacana umum itu disusun dengan sejumlah kategori atau pembagian umum seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan masaslah, penutup, dan sebagainya. Skematik mungkin merupakan strategi komunikator untuk mendukung makna umum dengan memberikan sejumlah alasan pendukung. Apakah informasi penting disampaikan di awal, atau pada kesimpulan bergantung kepada makna yang didistribusikan dalam wacana. Dengan kata lain, struktur skematik memberikan tekanan: bagian mana yang didahulukan dan bagian mana yang bisa dikemudiankan sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan bagian penting di bagian akhir agar terkesan kurang menonjol. Menurut van Dijk arti penting dari skematik adalah strategi wartawan/penulis untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan-urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. c) Semantik. Dalam pengertian umum, semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna unit semantik yang terkecil yang disebut leksem, sedangkan makna gramatikal adalah makna yang terbentuk dari penggabungan satuan-satuan kebahasaan.
27 repository.unisba.ac.id
Teori makna intinya adalah bahwa yang dimaksud dengan konsep mengenai sebuah objek adalah seperangkat keseluruhan kebiasaan yang melibatkan objek tersebut atau suatu kata menunjuk suatu objek yang dirujuk oleh kata tersebut. Makna rasional suatu kata terletak pada hubungan logis suatu kata dengan kebiasaan dalam kehidupan. Makna ide-ide yang diperlukan bukan semacam intropeksi dan isi akal subjektif, melainkan untuk pelaksanaan, tindakantindakan nyata, kegunaan dan observasi yang merupakan tindakan publik. Hal ini memerlukan sikap yang jelas. 46 Semantik dalam skema van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal (local meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan antarproposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Analisis wacana banyak memusatkan perhatian pada dimensi teks seperti makna yang ekplisit atau implisit, makna yang sengaja disembunyikan dan bagaimana orang menulis atau berbicara mengenai hal itu. Dengan kata lain, semantik tidak hanya mendefiniskan bagian mana yang penting dari struktur wacana, tetapi juga menggiring ke arah sisi tertentu dari suatu peristiwa. d) Sintaksis Strategi untuk menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara negatif, itu juga dilakukan dengan manipulasi politik dengan menggunakan sintaksis (kalimat) seperti pada pemakaian kata ganti, aturan tata kata, pemakaian kategori sintaksis yang spesifik, pemakaian kalimat aktif atau pasif, peletakan anak kalimat, pemakaian kalimat yang kompleks dan sebagainya. Secara etimologis, kata sintaksis berasal dari kata Yunani (sun = “dengan”+tattein = “menempatkan”). Jadi. Kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama 46
Rodliyah Khuza’I, Dialog Epistemologi Mohammad Iqbal dan Charles S. Peirce, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), hal. 118-119.
28 repository.unisba.ac.id
kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat (Pateda, 1994:85). Ramlan (Pateda, 1994:85) mengatakan, “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase…”. e) Stilistik Pusat perhatian stilistika adalah style, yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan demikian style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa (Sudjiman, 1993:13). Apa yang disebut gaya bahasa itu sesungguhnya terdapat dalam segala ragam bahasa: ragam lisan dan ragam tulisan, ragam nonsastra dan ragam sastra, karena gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Akan tetapi secara tradisional gaya bahasa selalu ditautkan dengan teks sastra, khususnya teks sastra tertulis. f) Retoris Strategi dalam level retoris dalah gaya yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis. Misalnya, dengan pemakaian kata yang berlebihan (hiperbolik), atau bertele-tele. Retoris mempunyai fungi persuasive, dan berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu ingin disampaikan kepada khalayak. Pemakaiannya dengan menggunakan gaya repetisi (pengulangan), aliterasi (pemakaian kata-kata yang permulaannya sama bunyinya seperti sajak, sebagai suatu strategi untuk menarik perhatian atau untuk menekankan sisi tertentu agar diperhatikan oleh khalayak. Bentuk gaya retoris lain adalah ejekan (ironi) dan metonomi. Tujuannya adalah melebihkan keburukan pihak lawan. b. Kognisi Sosial
29 repository.unisba.ac.id
Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Dalam kerangka analisis van Dijk, perlu ada penelitian mengenai kognisi sosial yang meniliti kesadaran mental wartawan atau penulis yang membentuk teks tersebut. Analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks. Karena struktur wacana itu sendiri menunjukan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, kita membutuhkan kognisi sosial dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa. Oleh karena itu diperlukan penelitian representasi kognisi dan strategi watawan atau penulis dalam memproduksi suatu teks. Karena setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. Maka kognisi sosial ini penting dan menjadi kerangka yang tidak terpisahkan untuk memahami teks media. 47 c. Konteks Sosial Konteks sosial melihat bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana. 48 Konteks sosial berusaha memasukan semua situasi dan hal yang berada diluar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa. Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi, konteks sangat penting untuk menentukan makna dari suatu ujaran. 49
47
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: KLis Pelangi Aksara, 2001), hal. 260. Ibid, hal. 225. 49 Alex Sobur, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 56. 48
30 repository.unisba.ac.id
C. Buku Sebagai Media Dakwah Media adalah alat atau wahana yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Untuk itu komunikasi bermedia (mediated communication) adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikasi yang jauh tempatnya, dan arau banyak jumlahnya. Media komunikasi dakwah banyak sekali jumlahnya mulai yang tradisional sampai yang modern misalnya kentongan, beduk, pegelaran kesenian, surat kabar, papan pengumuman, majalah, radio, televisi dan lain-lain. 50 Buku sebagai salah satu media komunikasi massa mempunyai peran penting dalam membangun kualitas bangsa. Diperlukan kebijaksanaan dan menentukan buku-buku mana yang akan dibaca, tentu saja bukan buku yang merusak mental, melainkan buku-buku yang memberi pedoman, petunjuk, pengetahuan, dan tambahan pengalaman untuk mengembangkan wawasan. Maka dari itu, kualitas buku harus diperhatikan, dimana buku-buku yang dibaca tidak hanya bersifat menghibur dan menginformasikan tetapi harus bisa bersifat mendidik. 51 Buku merupakan kumpulan tulisan seseorang yang telah disusun sehingga seseorang dapat membacanya secara sistematis apa yang diungkapkan oleh penulisnya. Dengan membaca buku seseorang memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang sesuatu dan dengan membaca buku seseorang dapat belajar secara otodidak. Buku merupakan jendela ilmu. Melalui buku informasi-informasi dan pesan-pesan dakwah dapat disebar luaskan dengan mudah kepada sasaran dakwah. Dalam hal ini, buku dan penerbitan buku cukup efektif sebagai media dakwah kepada khalayak. Kelebihan media buku
50 51
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah Cetakan ke-1, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 104. http://elibrary. unisba. ac. id/files2/06. 1012. pdf/online/
31 repository.unisba.ac.id
antara lain: buku dapat bertahan lama, buku dapat menjangkau masyarakat secara luas, dan menembus ruang dan waktu. 52
52
http://ruangruhani. blogspot. com/2011/05/media-dalam-berdakwah. html/online/
32 repository.unisba.ac.id