BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Cake memiliki popularitas sendiri dan tidak hanya kekayaannya dan kemanisannnya, tetapi juga keragamannya. Cake dapat ditampilkan dengan berbagai bentuk. Pembuatan cake membutuhkan tingkat presisi seperti memproduksi roti. Cake memiliki jumlah lemak dan gula yang tinggi. Pertimbangan yang paling penting dalam membuat cake adalah membuat struktur yang mendukung seluruh bahan, sehingga formula yang baik dan seimbang serta metode pencampuran dasar merupakan dasar dalam pembuatan cake yang baik (Hui,2006). 2.1.
Cake Cake dalam pengertian umum merupakan adonan panggang dengan
bahan dasar tepung terigu, gula, telur dan lemak. Cake dapat dibuat dengan bahan tambahan yaitu garam, bahan pengembang, shortening, susu, dan bahan penambah aroma. Bahan-bahan tersebut dikombinasikan untuk menghasilkan remah yang halus, tekstur yang empuk, warna menarik, dan baik aromanya (Faridah dkk, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas cake yaitu kemampuan pembentukan matrik protein, penyerapan dan pengikatan air, pengemulsi dan pembentukan busa dari bahan yang ada dalam formula yang selanjutnya akan terjadi ekspansi gas dalam adonan selama pemanggangan (volume pengembangan) (Subagio dkk, 2003). 2.1.1. Tipe Cake Terdapat banyak tipe cake yang dibuat dalam skala rumah tangga atau skala komersial. Cake sering dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu tipe batter, tipe foam dan tipe chiffon, tipe-tipe tersebut didasarkan pada
4
5 formulasi dan metode pencampuran. Klasifikasi cake dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Klasifikasi Cake Metode Tipe Bahan Utama Pencampuran Tipe Batter Tepung, gula, (high-fat telur, susu cakes) (biasanya memiliki lemak tinggi <0,6 tepung (b/b), baking soda atau baking powder sebagai pengembang Tipe High - Gula ≥ tepung Metode ratio creaming; metode two stage; metode flour-batter Tipe foam (low Telur, tepung, fat cake) gula, tidak ada padatan lemak Tipe meringue Menggunakan Metode angel putih telur food sebagai pengembang Tipe sponge Menggunakan Metode sponge telur (putih dan kuning) atau campuran kuning telur dan telur (putih dan kuning telur) sebagai pengembang Tipe chiffon Kombinasi tipe Metode chiffon batter dan tipe foam. Sumber: Hui (2006)
Contoh
Yellow layer white layer, cake, butter pound marble cake
cake, devil cake, cake,
Angel food cakes
Sponge cakes
Chiffon cakes
6 2.1.2. Creamcheese Cake Creamcheese cake merupakan modifikasi chiffon cake dengan penambahan cream cheese. Metode yang digunakan identik dengan metode chiffon, yaitu mencampur cairan, lemak, kuning telur dan tepung secara bersama serta mengocok putih telur pada tempat terpisah. Setelah adonan putih telur siap dicampur dengan pengadukan balik pada adonan kuning telur lalu memanggangnya. Porsi creamcheese yang besar memberi creamcheese cake menjadi creamy, rich, lembut seperti rasa creamcheese cake. Karakter seperti chiffon cake yang terdapat pada creamcheese cake adalah halus, lembut, light, fluffy, spongy, moist dan creamy (Nguyen, 2016). Menurut Indriani (2015), creamcheese cake dibuat dengan memanaskan cream cheese dan mentega hingga mengental baru kemudian dimasukkan maizena dan kuning telur ke dalam adonan. Putih telur dikocok terpisah hingga kaku dan terbentuk soft peak, kemudian ditambahkan ke dalam adonan tepung dan kuning telur. Creamcheese cake dipanggang di dalam oven dengan teknik bain marie atau water bath, yaitu teknik memanggang cake dengan cara meletakkan loyang berisi adonan ke dalam loyang lainnya berisi air panas. Teknik bain marie bertujuan untuk menghasilkan creamcheese cake dengan permukaan yang berwarna terang, terlihat basah, lembut dan mencegah retak pada permukaan creamcheese cake.
2.2. Bahan Penyusun Chiffon Cake 2.2.1. Terigu Terigu dikelompokkan berdasarkan tipe gandum darimana gandum tersebut digiling. Terdapat tiga spesies gandum yang terdapat di USA. Gandum jenis Triticum aestivum dan Triticum compactum digunakan untuk
7 membuat tepung, dan yang ketiga adalah tepung durum digunakan untuk membuat tepung macaroni. Tepung juga dikelompokkan berdasarkan penggunaannya yaitu tepung roti, tepung all purpose, tepung pastry dan tepung cake (Charley, 1982). Soft wheat memiliki karakteristik yang sama walaupun jenis spring atau winter. Soft wheat memiliki protein yang rendah (8-11%), endosperm yang lunak dan sifat gluten yang lemah. Soft wheat biasanya digunakan untuk roti flat, cakes, patries, crackers, pretzels, cookies, quick breads, muffin dan snack food. Hard wheat dan hard red wheats memiliki sifat penggilingan dan baking yang sama. Karakteristik ditandai dengan kernel yang keras saat digiling mengahasilkan tepung dengan komposisi protein 10-15%, dan sifat gluten yang kuat (Hui,2006). Tepung All purpose (AP) memiliki kandungan protein antara 9,5 – 11,5%, tapi jumlah protein dapat bervariasi. Tepung AP merupakan campuran soft dan hard wheat. Tepung AP dapat dibuat dengan proses bleaching atau tanpa bleaching, serta diperkaya dengan vitamin dan mineral (Figoni, 2008). Menurut Figoni (2008), tepung terigu memiliki fungsi membentuk struktur, menyerap cairan, memberikan flavor, memberikan warna dan menambah nilai gizi. Terigu yang digunakan dalam pembuatan creamcheese cake adalah jenis tepung medium, yang merupakan tepung hasil penggilingan dari campuran antara jenis hard wheat dan soft wheat. Tepung dikenal degan tepung medium karena memiliki kandungan protein 7-10%. Terigu jenis medium dipilih karena semakin tinggi kadar protein maka kemungkinan gluten terbentuk juga semakin tinggi. Dalam pembuatan cake diperlukan gluten yang relatif sedikit jika dibandingkan roti karena tidak diinginkan pembentukan adonan yang liat dan sangat mengembang seperti pada roti. Komponen yang terdapat pada terigu menurut Sultan (1981) adalah :
8 a.
Gluten Campuran protein gandum yang membentuk keras, rubbery, elastis
ketika tepung diaduk dengan air atau cairan mengandung air yang disebut gluten. Gluten terdiri dari proporsi glutenin dan gliadin yang seimbang. Glutenin memberi sifat kekuatan pada adonan untuk menahan gas saat pengembangan dan menentukan struktur produk. Gliadin memberi sifat elastis atau meregang pada gluten. Jumlah gluten yang tinggi tidak terlalu diinginkan pada pembuatan cake karena jumlah protein gluten yang tinggi mencegah penyebaran adonan dan menghambat pembentukkan adonan menjadi dimensi atau bentuk tertentu. Jumlah protein gluten yang tinggi membuat adonan menjadi kuat dan elastis (Dimoor, 2013) b.
Enzim Enzim yang terdapat pada tepung terigu adalah diastase dan protease.
Pada kondisi yang tepat diastase bereaksi pada pati, mencairkannya dan mengubah menjadi gula malt. Protease mengubah sebagian protein pada adonan menjadi bentuk larut yang mana menambah elastisitas gluten dengan melunakkan dan melembutkan (Sultan, 1981). Pati yang terdapat pada tepung terigu juga mempengaruhi kualitas cake. Gelatinisasi pati selama pemanggangan berperan penting dalam membentuk struktur internal cake. Pada suhu diatas 180℃, pati diubah menjadi dekstrin yang mengalami karamelisasi dan berkontribusi dalam memberi warna pada crust (Dimoor, 2013). Terigu memiliki kadar pati sebesar 18,74% yang terdiri dari amilosa dan amilopektin dengan rasio sebesar 25:75% (Sinartani,2010). Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa serta mudah menyerap air, sedangkan amilopektin mempunyai struktur bercabang dengan ikatan α-(1-6)-D-glukosa sebanyak 4-5% dari berat total serta
9 bersifat memerangkap air. Pati gandum memiliki karakteristik ukuran granula pati 2-25 μm dan bentuk elips. Suhu gelatinisasi pati gandum berkisar antara 54,5-64°C dan dipengaruhi oleh konsentrasi pati. Konsentrasi pati yang semakin tinggi mengakibatkan peningkatan kekentalan larutan sehingga suhu gelatinisasi makin lambat dicapai (Winarno,2004). Kemampuan mengembang pati terigu sebesar 21(v/v), dan kelarutan 41% (Herawati,2012). 2.2.2. Telur Telur (whole egg) terdiri dari kuning telur, putih telur dan cangkang. Selain itu telur memiliki membran yang melapisi kulit dan membentuk sel udara pada ujung telur yang besar dan dua untaian putih yang disebut kalaza yang menahan pusat kuning telur. Kuning telur terutama terdiri dari lipids, dalam bentuk fosfolipid, trigliserida dan kolesterol. Bagian putih atau albumen, memberikan porsi 60% berat telur dan kurang lebih terdiri 15% protein. Putih telur terdiri dari (dominan) air dan protein, dan sejumlah kecil gula dan ion inorganik. Berdasarkan umur telur, semakin lama umur telur ketebalan putih telur menurun. Penurunan viskositas berkorelasi dengan menurunnya kemampuan untuk koagulasi dan membentuk jaringan protein yang kuat (Hui, 2006). Kuning telur berfungsi sebagai emulsifier yang berperan dalam pembentukan struktur cake. Kuning telur akan membantu meratakan penyebaran lemak yang ada di dalam adonan cake. Hal tersebut dikarenakan kuning telur mengandung lesitin (Amendola dan Rees,2003). Lesitin yang terkandung dalam kuning telur mempunyai daya pengemulsi sehingga berperan membentuk sistem emulsi yang stabil dalam adonan cake. Keberadaan lesitin dalam proses mixing dapat mempercepat dispersi lemak dan meratakan komponen-komponen dalam adonan karena mempunyai bagian yang larut dalam minyak dan bagian yang larut dalam air. Kuning
10 telur juga mengandung lutelin yang dapat meningkatkan warna cake (Charley,1982) Putih telur dapat memerangkap udara di dalam adonan dan membentuk foam dengan adanya pengocokkan, karena putih telur mengandung globulin, ovomucin conalbumin dan lysozyme yang akan mengalami denaturasi protein akibat perlakuan mekanis yang diberikan. Udara yang terperangkap tersebut akan meningkatlan volume dan membentuk tekstur berpori pada cake setelah dipanggang. Ovomucin berperan dalam meningkatkan stabilitas foam, sedangkan ketiga protein lainnya berperan dalam pembentukan foam (Nakamura dan Sato dalam Cunningham, 1976). Ovalbumin dan conalbumin pada protein putih telur memiliki kemampuan membentuk buih saat dikocok dan kemampuan membentuk gel saat dipanaskan. Putih telur yang dikocok akan mengalami empat tahap, yaitu foamy, soft peak, stiff peak dan dry. Pengocokkan putih telur hingga membentuk buih yang stabil (stiff peak) merupakan proses yang sulit dikendalikan (Hui,2007). Vaclavik dan Christian (2008), mengungkapkan bahwa foamy merupakan tahap saat gelembung udara yang terperangkap berukuran besar dan tidak stabil. Buih telur pada tahap soft peak berukuran lebih kecil dan terjadi peningkatan volume yang lebih besar dibandingkan pada tahap foamy. Protein putih telur yang dikocok terlalu lama akan rapuh dan tidak elastis sehingga cake yang dihasilkan tidak dapat mengembang dengan baik. Sejumlah perubahan dapat terjadi selama penyimpanan telur. Kantung udara akan melebar karena kehilangan kelembaban. Selain itu juga akan terjadi kehilangan CO2 dan akan menjadikan putih telur menjadi lebih alkali. pH putih telur segar sekitar 7,6 dan meningkat menjadi 9 hingga 9,7 selama beberapa hari. Putih telur menjadi lebih tipis dan akan menyebar jika
11 putih telur rusak. Membran vitelin yang membatasi kuning telur akan melebar dan kuning telur merata (flattens). Tabel komposisi rata-rata telur segar dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Komposisi
Tabel 2.4. Komposisi Telur Segar Whole Eggs Putih Telur Kuning Telur % 73 86 49 13 12 17 12 32 2 2 2
Air Protein Lemak Mineral dan komponen lainnya Sumber : (Hui, 2006) 2.2.3. Gula
Sukrosa merupakan bahan kristal yang dihasilkan dari gula tebu atau gula beet. Sukrosa merupakan disakarida yang terbentuk dari satu molekul monosakarida glukosa dengan satu monosakarida fruktosa (levulosa) pada karbon 1 dan 2 dengan kehilangan satu molekul air. Sukrosa sangat mudah larut dalam air daripada glukosa tetapi kurang larut jika dibandingkan dengan fruktosa (Charley,1982) Pada produk bakery gula berperan dalam memberi rasa manis pada cake dan icing, membantu dalam proses creaming dan pengocokkan pada mixing, membentuk tekstur pada produk, membantu dalam menjaga kelembaban dan memperpanjang kesegaran produk dan menambah nilai gizi (Sultan, 1981). Sukrosa berperan dalam pembentukan warna crust pada cake, yaitu melalui reaksi Maillard. Gula reduksi yang dihasilkan dari hidrolisis sukrosa bereaksi dengan gugus amin dari senyawa protein dalam adonan membentuk senyawa berwarna coklat melanoidin (Bennion dan Bamford, 1997).
12 Sukrosa mempunyai efek terhadap pengikatan air oleh protein dan pati dalam adonan. Sukrosa mempunyai banyak gugus polar yang akan menarik air dan bersaing dengan pati dan protein. Protein mengikat air dengan ikatan hidrogen yang lemah dan mudah lepas, sedangkan pati akan menyerap air dan mengalami gelatinisasi (Meyer, 1971). 2.2.4. Lemak Lemak memegang peranan penting dalam pembuatan cake yang berkaitan dengan volume, kelembutan, cita rasa, tekstur, mengurangi remah cake, aroma, warna, dan daya simpan (Pomeranz dan Schellenberger, 1971). Lemak yang digunakan dalam pembuatan Creamcheese cake adalah butter. Butter (milk fat) didefinisikan sebagai produk makanan yang terbuat dari susu atau cream atau keduanya, dengan atau tanpa penambahan garam dan dengan atau tanpa penambahan bahan pewarna, yang mengandung tidak kurang dari 80% lemak susu. Komposisi nonfat sekitar 16% air, 2,5% garam, 1,5% padatan susu. Komponen terlarut (soluble) dalam lemak atau trigliserida adalah sterol, pigmen, vitamin larut lemak dan fosfatida atau lesitin sekitar (0,2%) (O’Brien 1998b dalam Hui,2006). Butter dibuat dari cream memalui proses yang disebut churning. Krim dikocok atau diaduk yang dapat mengganggu membran disekitar droplet lemak. Droplet lemak akan menyatu lalu susu akan terpisah menjadi dua fase yaitu fase butterfat dan fase cair dengan komponen terlarut dan terdispersi. Membran sekitar lemak tetap. Gumpalan lemak akan dipisahkan dari susu dan butterfat dicuci beberapa kali dengan air dingin untuk menghilangkan susu (Charley,1982). Butter juga tersedia dalam bentuk salted dan unsalted. Unsalted butter lebih mudah rusak (perishable) tetapi lebih fresh (Fresher), rasa lebih manis dan lebih dipilih untuk baking. Butter berbentuk keras dan brittle saat
13 dingin dan sangat lembut pada temperatur ruang dan dapat meleleh dengan mudah (Charley,1982).. Cake sangat bergantung pada lemak untuk aerasi yang tepat. Walaupun lemak berkontribusi dalam tekstur crumb, mouthfeel dan lubricity seperti pada produk lain, cake tidak akan menjadi cake yang baik jika lemak tidak mempunyai kualitas aerasi yang benar. Banyak karakteristik lemak berkontribusi dalam aerasi yang baik, sehingga membantu untuk setiap distribusi dari leavening gas (CO2 dan NH3) dan uap air lepas selama pemanggangan. Hasil akhir produk menjadi meningkatnya volume, menurunkan spesifik graviti dan tekstur yang diinginkan. Aerasi yang tepat adalah fungsi dari kristal lemak padat dalam lemak dan dibutuhkan dalam tipe, ukuran dan bentuk yang benar. Banyak tipe kristal yang ada, tipe kristal yang paling diinginkan adalah bentuk beta karena ukurannya yang kecil, seragam dan stabil (Charley,1982).. Fungsi lemak dalam produk panggang adalah sebagai shortening, richness, melembutkan untuk meningkatkan flavor dan karaktersitik makan, meningkatkan aerasi untuk pengembangan dan volume, memberi kualitas tekstur yang diinginkan, menjaga kelembababan untuk meningkatkan umur simpan, membentuk struktur (Baldwin et al., 1972 dalam Hui,2006). Fungsi lemak dalam cake yang paling dominan adalah whipping, emulsifying dan shortening (Hui,2006). 2.2.5. Susu Cair Susu cair diklasifikasikan berdasarkan kandungan lemaknya, yang distandarisasikan oleh processor. Kandungan lemak dalam susu berkisar antara 3,25% atau lebih tinggi untuk whole milk dan 0% untuk susu tanpa lemak (skim). Komposisi minimum milk solid non fat untuk susu adalah 8,25% dan sisanya adalah air. Susu memilliki komponen yang kompleks
14 yaitu protein, laktos, vitamin, mineral, emulsifiers, dan lemak susu (Figoni, 2008). Susu pada cake memberi richness karena komponen lemak yang terdapat didalmnya serta gula alami yaitu laktosa. Susu juga memberi pengembangan dan warna crust yang lebih baik dibandingkan cake yang tidak menggunakan susu. Susu membantu creaming dan penggabungan beberapa atau banyak gelembung udara karena menyerap sebagaian moisture yang berasal dari telur dan mencegah pengentalan selama creaming (Sultan,1981). 2.2.6. Cream of Tar-Tar (COT) Cream of tartar merupakan produk samping dari proses pembuatan wine yang ditemukan tertinggal di sedimen dalam barel setelah wine selesai difermentasi, dan kemudian dipurifikasi menjadi bubuk putih yang digunakan dalam pembuatan produk bakery. Salah satu hal yang paling diketahui tentang cream of tartar adalah kemampuannya menstabilkan putih telur saat dibuihkan. Sedikit cream of tartar ditambahkan saat putih telur dikocok dapat menguatkan matriks buih yang terbentuk dan membantu mencegah buih putih telur runtuh terlalu cepat. Cream of tartar juga membantu meningkatkan volume buih putih telur dan menjaganya tetap putih dan cerah. Cream of tartar dapat mencegah kristalisasi gula. Cream of tartar juga sering ditambahkan pada produk bakery untuk mengaktifkan alkalin dari baking soda. Cream of tartar yang dicampur dengan baking soda menghasilkan baking powder (Christensen, 2008). 2.2.7. Vanili Vanili merupakan jenis perisa (flavoring agent) yang paling umum digunakan dalam pembuatan produk bakery. Vanili bubuk dibuat dengan mencampur biji vanili yang telah digiling dengan gula atau dengan melapisi granula gula dengan ekstrak vanili (Matz, 1972).
15 Flavor dan aroma unik vanili berasal dari senyawa fenolik vanilin (kandungan ±98% dari total komponen flavor vanili) serta senyawa lainnya. Vanilin yang merupakan komponen utama senyawa aromatik volatil dari buah vanili mempunyai rumus molekul C8H8O3 dengan nama IUPAC 4hodroksi-3-metoksibenzaldehida (Towaha dan Heryana, 2012). Vanilli yang digunakan dalam pembuatan creamcheese cake adalah vanilli bubuk. 2.2.8. Garam Garam berperan penting dalam pemanggangan (baking). Peran garam lebih dari sekedar meningkatkan flavor. Fungsinya adalah memperkuat struktur gluten dan membuat lebih stretchable dan mencegah pertumbuhan yeast untuk mengkontrol fermentasi pada pembuatan roti (Hui, 2006). Garam juga meningkatkan cohesiveness dan membuat tidak lengket (Figoni, 2008) Garam yang digunakan dalam bakery adalah garam masak atau garam meja yang digunakan untuk makanan. Garam diekstrak dari bentuk cairan konsentrasi tinggi yang dimurnikan dan dikristalkan. Penggunaan garam bertujuan untuk memberi flavor pada produk, menyeimbangkan flavor, memperkuat gluten pada adonan. Pada cake jumlah garam yang pasti diperlukan. Jumlah yang ditambahkan bervariasi berdasarkan tipe cake.
2.3.
Maizena Maizena atau pati jagung dihasilkan dari penggilingan basah biji
jagung (Matz,1972). Maizena berkontribusi dalam meningkatkan kapasitas penyerapan air tetapi tidak dalam peningkatan kekuatan adonan. Maizena merupakan salah satu bahan yang dapat meningkatkan elastisitas dan melembutkan cake.
16 Maizena atau pati jagung merupakan komponen dalam beberapa produk-produk makanan yang memberikan tekstur dan konsistensi, contoh bahan pangannya adalah bubur polenta, sereal siap saji, corn flakes, roti dan produk panggang lainnya (Kent dan Evers, 1994). Maizena mengandung granula yang berbentuk poligonal dan bulat dan memiliki ukuran yang cukup besar dan tidak homogen, yaitu 1-7μm untuk yang kecil dan 1520μm untuk yang besar. Granula besar berbentuk oval polyhedral dengan diameter 6-30μm. Pati jagung jenis normal mengandung 74-76% amilopektin dan 24-26% amilosa (Singh et al., 2005 dalam Singh dan Sandhu, 2007). Suhu gelatinisasi maizena berkisar 62℃-72℃ (Furia, 1972). Maizena memiliki karakteristik berbeda yang dapat diamati pada Tabel 2.2. Elliason dan Gadmundsson (1996), menyatakan bahwa rasio antara amilosa dan amilopektin berbeda antar pati, tetapi untuk pati yang normal terdiri dari 25% amilosa dan 75% amilopektin. Menurut Eliasson (2004), Pati jagung normal terdiri dari 25% amilosa dan 75% amilopektin (AP). Amilopektin merupakan komponen utama dari pati, yang merupakan struktur halus yang memiliki peran kritikal dalam menentukan karakteistik pati. Amilopektin bercabang karena adanya ikatan α1→6 pada titik tertentu dalam molekul. Cabangnya mengandung sekitar 20 sampai 30 satuan glukosa (deMan,1989). Prosentase penggunaan maizena pada pembutan cake sekitar 30% dari terigu untuk cake dengan penambahan telur dan 15-20% untuk cake tanpa penambahan telur (Haliza dkk, 2012) . Komposisi kimia dalam 100 g pati jagung terdapat pada Tabel 2.3. Pati jagung tersusun atas 25% amilosa dan 75% amilopektin. Amilopektin bersifat merangsang terjadinya proses mekar dengan produk makanan yang berasal dari pati yang kandungan amilopektinnya tinggi akan
17 bersifat ringan, kering dan renyah. Pati dengan kandungan amilosa tinggi cenderung menghasilkan produk yang keras dan pejal (Koswara, 2009). Tabel 2.2. Karakteristik Maizena Karakteristik Maizena Bentuk Granula 1) Bundar, poligonal 10-25 Ukuran Granula (μm) 1) Daya Kembang 2) 24 Amilosa (%) 2) 26 Amilopektin (%) 2) 74 62-72 Kisaran Suhu Gelatinisasi (℃) 3) Cooked properties 4) Clear cohesive, tendency to gel Sumber: 1) Radley1 (1976) 2) Cecil et al., (1982) 3) Lusas dan Rooney (2001) 4) Eliasson (2004) Tabel 2.3. Komposisi Kimia Maizena Komponen Jumlah (%BK) Pati 88,11 Amilosa 57,74 Gula 0,14 Protein 3,80 Lipida 3,76 Abu 1,54 Serat 3,19 ALB 1,18 Sumber: Tovar et al., (2002) dalam Simatupang (2015)
Berikut adalah contoh penggunaan maizena pada produk bakery : a.
Almeida et al., 2013 melakukan evaluasi dan membandingkan efek
penggunaan lima pati non konvensional yang berbeda (buncis, common bean, wortel Peru, ubi jalar dan kacang putih) dan empat pati komersial yang berbeda (singkong, jagung, kentang dan beras) pada pound cake. common bean diikuti oleh pati wortel peru yang adalah sumber pati nonkonvensional menunjukkan kecenderungan untuk meningkatkan kualitas teknologi pound cake, terutama dalam kaitannya dengan pati jagung, yang
18 sering digunakan sebagai sumber pati komersial. Buncis dan kacang putih yang merupakan pati non konvensional menghasilkan sifat yang mirip dengan cake yang dielaborasikan dengan pati jagung (sifat sensori, kelembaban remah, tekstur), meskipun ada beberapa perbedaan. b.
Substitusi parsial atau seluruhnya dari tepung gandum dengan pati
jagung alami memodifikasi sifat reologi dan termal dari adonan sponge cake, tesktur dan mikrostruktur dari sponge cake yang dihasilkan. Penambahan pati jagung menghasilkan adonan mikrostruktur yang lebih teratur, yang ditunjukkan dari entalpi gelatinisasi (Lezama et al., 2016)
2.4. Cream Cheese Cream cheese terbuat dari susu dengan komponen lemak berkisar antara 9-14%. Susu distandarisasi dan dihomogenasi (1700-2400 psi pada suhu 122˚F) dan didinginkan hingga temperatur kurang lebih 88˚F pada saat inkubasi selama ±5 jam atau temperatur 72˚F pada inkubasi selama 12-16 jam. Starter ditambahkan (misalnya 2%), level penambahannya tergantung pada periode inkubasi dan temperatur di akhir inkubasi dengan pH ±4,7. Gel yang terbentuk dihancurkan dengan agitator dan dipanaskan hingga suhu 104-131˚F untuk memisahkan whey dengan curd. Secara tradisional, saat whey dikeringkan dapat digunakan cream cheese separator atau ultrafiltration (UF). Temperatur pengoperasian biasanya 122-131˚F (Lucey, 2003). Kadar lemak susu pada cream cheese minimal 33% (30% di Kanada), sama seperti whipping cream. Menurut Figoni (2008), cream cheese memiliki tekstur yang lembut, lunak, sedikit asam dan lembut. Cream cheese biasanya digunakan untuk pastry fillings dan cheesecake. Seringkali, gum ditambahkan untuk meningkatkan creaminess dan firmness. Biasanya yang ditambahkan adalah kombinasi xanthan gum dan locus bean gum.
19 2.5.
Proses Pengolahan Chiffon Cake Proses pengolahan chiffon cake dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.5.1. Persiapan Bahan Persiapan Bahan merupakan hal penting dalam membuat adonan. Persiapan bahan meliputi penimbangan bahan baku dan bahan pembantu. Semua bahan ditimbang secara tepat, bahan cair diukur dengan volume. Demikian juga bahan kering diukur dengan timbangan yang tepat. Ketepatan dalam penimbangan bahan merupakan unsur penting dalam pembuatan produk cake (Wibowo, 2012). Tepung, gula, baking powder, garam, vanilli bubuk Minyak, kuning telur, air
Putih telur, cream of tartar
Pencampuran I
Pengocokan
Adonan I
Adonan II
Pencampuran II Pemanggangan (t=50-60 menit, T=325˚F)
Chiffon cake Gambar 2.1. Diagram Alir Pembuatan Chiffon Cake Sumber: Nichols Garden Nursery (2015)
20 2.5.2. Tahap Pencampuran I Proses pencampuran atau mixing memiliki tujuan utama yaitu untuk membentuk adonan atau mencampur adonan secara homogen. Pada tahap pencampuran I, bahan-bahan seperti tepung, gula, baking powder, minyak, kuning telur, dan air dicampur menjadi satu. Proses pencampuran I selain untuk menghomogenkan bahan, berfungsi juga untuk pembentukan gluten, pengikatan air oleh gula, dan pemerangkapan udara. 2.5.3. Tahap Pengocokan Bahan – bahan yang ditambahkan selama pengocokan adalah putih telur dan cream of tartar yang dikocok hingga terbentuk soft peak (ketika alat pengocok diangkat maka ujung buih putih telur tampak membentuk puncak yang lemas, terkulai ke satu sisi), Kocokkan putih telur (foam) tampak terlihat glossy (mengkilap) dan opaque (pekat/tidak transparan). (Indriani, 2015). Saat putih telur dikocok, gelembung udara terperangkap dalam cairan albumen dan membentuk buih atau foam. Buih atau foam berperan penting dalam membentuk karakteristik chiffon cake. Cream of tartar ditambahkan saat putih telur dikocok dapat menguatkan matriks buih yang terbentuk dan membantu mencegah buih putih telur runtuh terlalu cepat (Christensen, 2008). 2.5.4. Tahap Pencampuran II Pada tahap pencampuran II adonan kuning telur dan adonan putih telur akan dicampur menjadi satu. Metode pencampuran adonan yang digunakan adalah flour batter method. Edwards (2007), menjelaskan metode tersebut mirip dengan metode yang digunakan dalam pembuatan sponge cake. Adonan dibagi dua, yaitu pembuatan meringue dengan cara mengocok putih telur, gula, dan cream of tartar, serta adonan kedua adalah tepung dicampur dengan bahan lain yang tersisa seperti lemak, dan flavor. Pembuatan kedua adonan dapat dilakukan bersamaan di tempat yang
21 berbeda. Perlu diperhatikan untuk tidak mengocok meringue terlalu cepat yang dapat menghasilkan struktur cake yang rapuh. Meringue yang sudah selesai dikocok kemudian dicampurkan perlahan dengan adonan dasar. Pengadukan yang terlalu lama akan menyebabkan banyak udara yang terlepas dari meringue. Meringue perlu dimasukkan secara bertahap dengan teknik folding, yaitu melipat adonan dasar menutupi meringue sehingga udara yang terperangkap dapat dipertahankan di dalam adonan (Indriani, 2015). 2.5.5. Tahap Pemanggangan Pemanggangan merupakan proses pemanasan menggunakan udara bersuhu tinggi untuk mematangkan adonan. Proses pemanggangan dimulai dengan terjadinya peningkatan volume gas yang terdiri atas karbondioksida dan uap air (Matz, 1970).
Gas dalam adonan akan memuai saat
dipanggang. Gas yang berperan dalam pengembangan cake adalah udara yang terlah terperangkap dalam adonan selama pengocokan telur, dan uap panas yang terbentuk selama pemanggangan (Gisslen, 2005). Selama pemanggangan akan terjadi beberapa perubahan yaitu protein putih telur terkoagulasi, air menguap dari adonan dan pati menyerap air lalu membengkak atau mengalami gelatinisasi (Brown, 2000 dalam Apriandi, 2007). Cake dipanggang dengan teknik bain marie atau double boiler. Teknik tersebut menuntut untuk memanggang loyang berisi adonan cake dengan meletakkannya di dalam loyang lain yang berisi air panas. Uap panas di dalam oven menciptakan kondisi yang lembab sehingga mencegah permukaan cake menjadi sangat kering, ini juga untuk mencegah retak pada permukaan cake. Metode bain marie juga mencegah terbentuknya kerak pada sisi dan dasar cake sementara bagian tengah cake masih basah atau belum matang (Indriani, 2015).
22 2.6.
Teknologi Makanan Beku Penyimpanana suhu rendah digolongkan menjadi tiga macam, yaitu
penyimpanan sejuk, pendinginan dan penyimpanan beku. Penyimpanan sejuk dilakukan pada suhu tidak lebih rendah dari 15℃ (Winarno dan Jenie,1983). Pendinginan refrigerasi (suhu dingin) 0℃-10℃ dapat menghambat atau memperlambat pertumbuhan mikroba. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas enzim yang mengkatalis reaksi-reaksi biokimia dalam sel mikroorganisme. Suhu yang semakin rendah akan membuat keaktifan dalam enzim dalam sel menurun sehingga pertumbuhan sel juga terhambat. Penyimpanan dengan suhu 0℃ sampai 10℃ dapat mengawetkan bahan pangan sampai beberapa hari atau beberapa minggu tergantung dari jenis bahan pangannya (Syarief et al., 1989). Ada dua pengaruh pendinginan terhadap makanan yaitu : 1.
Penurunan suhu akan mengakibatkan penurunan proses kimia, mikrobiologi dan biokimia yang berhubungan dengan kelayuan (senescene), kerusakan (decay), pembusukkan dan lain lain.
2.
Pada suhu dibawah 0℃ air akan membeku dan terpisah dari larutan membentuk es, yang mirip dalam hal air yang diuapkan pada pengeringan atau suatu penurunan Aw. Apabila suhu penyimpanan beku cukup rendah, dan perubahan
kimiawi selama pembekuan dan penyimpanan beku dapat dipertahankan sampai batas minimum, maka mutu makanan beku dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang cukup lama. Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan pada suhu di bawah kira-kira -12℃ belum dapat diketahui dengan pasti. Jadi penyimpanan makanan beku pada suhu sekitar -18℃ dan dibawahnya akan mencegah kerusakan mikrobiologis, dengan persyaratan tidak terjadi perubahan suhu yang besar (Buckle et al., 2010).
23 2.7.
Hipotesa Hipotesa pada penelitian ini adalah ada pengaruh proporsi terigu
dengan maizena setelah satu minggu penyimpanan beku terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik creamcheese cake.