BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik neuromuskoler, perseptual, kognitif dan emosional dalam kerangka pendidikan nasional. (Depdiknas, 2003). Lebih lanjut Depdiknas (2003) menjelaskan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktifitas jasmani dan olahraga
Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik
12
dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat.
Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.
Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.
Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam „pikiran dan tubuh‟ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan
13
afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik „diharapkan‟ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.
B. Belajar dan Pembelajaran
1.
Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Pendidikan di Indonesia baik di sekolah maupun di luar sekolah selalu mengarah kepada tujuan nasional, seperti yang tercantum dalam UU No.20/2003, tentang sistem pendidikan nasional yang berbunyi : "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab ". Tujuan pendidikan nasional yang tercantum di atas dapat terwujud apabila tersedianya suatu perlakuan demi mendukung terwujudnya tujuan yang ingin dicapai. Khususnya pada upaya pembinaan peserta didik melalui pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas, emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan jasmani.
14
Menurut Burton (2002) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dimana tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
2.
Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran
Banyak teori dan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan para ahli yang lainnya yang memiliki persamaan dan perbedaan. Menurut Mudjiono (1999) membagi Prinsip-prinsip belajar dalam 7 kategori, antara lain : a.
Perhatian dan motivasi Perhatian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Dari teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Sedangkan motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Keaktifan Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan tidak juga dilimpahkan oleh orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
b.
Keterlibatan langsung atau berpengalaman Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
c.
Pengulangan Di dalam prinsip belajar pengulangan memiliki peranan yang penting, karena mata pelajaran yang kita dapat perlu diadakan pengulangan--
15
pengulangan agar terjadi kesempurnaan dalam belajar. Oleh karena itu prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran dan dalam belajar masih tetap diperlukan latihan-latihan atau pengulanganpengulangan. d.
Tantangan Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai tetapi selalu terdapat hambatan dengan mempelajari bahan ajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan belajar harus memiliki tantangan. Tantangan yang di hadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
e.
Balikan atau penguatan Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan pada stimulus (rangsangan) dan respon (reaksi).
f.
Perbedaan individu Perbedaan individu ini pengaruh pada cara dan hasil belajar siswa, karena perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran di sekolah.
16
3.
Belajar Motorik
Pendidikan Jasmani di seluruh dunia saat ini adalah salah satu dari bidang kurikulum yang berkembang dengan sangat pesat dalam jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Kebutuhan untuk melengkapi anak-anak dengan pengalaman belajar dalam pendidikan jasmani telah diakui secara universal dan telah mengalami perubahan secara meyakinkan dalam isi dan strategi mengajarnya. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah aku yang potensial terhadap situasi tertentu yang diperoleh dari pangalaman yang dilakukan ecara berulang-ulang. Hilgard, (1998). Perubahan-perubahan perilaku yang potensial yang tercermin sebagai akibat dari latihan dan pengalaman masa lalu terhadap situasi tugas tertentu. Belajar menurut pendapat para ahli lain adalah perubahan tingkat laku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam waktu tertentu dan bukan berasal dari proses pertumbuhan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas, bisa berupa keterampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam 3 ranah, yaitu: a) kognitif, b) afektf, c) psikomotor. Dari ketiga kesadaran gerak dasar tersebut yang harus dicapai melalui pendidikan
17
jasmani di sekolah, maka komponen gerak dasar yang perlu diajarkan oleh guru dapat dikelompokkan. 4.
Tahap Belajar Gerak
Kata gerak banyak digunakan diberbagai disiplin ilmu pengetahuan misalnya, dalam ilmu – ilmu social dan eksakta. Namun kata gerak diberbagai disiplin ilmu tersebut mempunyai pengertian yang berbeda, minsalnya adalah gerak dalam kalimat. Dalam ilmu fisika, gerak diartikan sebagai suatu proses perpindahan suatu benda dari suatu posisi keposisi lain yang dapat diamati secara objektif dalam suatu dimensi ruang dan waktu. Pengertian dapat diamati secara objektif adalah bahwa perpindahan benda tersebut dapat diukur dalam suatu satuan waktu dan ruang. Gerak adalah perpindahan suatu benda dari seuatu tempat atau posisi ketempat yang lain yang dapat diamati secara objektif dalam suatu dimensi ruang dan waktu ( fisika ). Gerak adalah perubahan tempat posisi dan kecepatan tubuh atau bagian manusia yang terjadi dalam suatu dimensi ruang dan waktu serta dapat diamati secara objektif ( belajar motorik ).
Segala tindakan untuk mencapai tujuan selalu memerlukan proses. Proses belajar gerak juga berlangsung dalam rangkaian kejadian dari waktu ke waktu. Proses belajar gerak yang bertujuan untuk menguasai gerakan keterampilan berlangsung dalam 3 tahapan atau fase. Tiga fase belajar gerak menurut Fiits Dan Ponser (1993): a. Fase Kognitif
18
b. Fase Asosiatif c. Fase Otonom
5.
Tujuan Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sehingga proses belajar yang mengaktualisasi (nyata) ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar. Menurut Sardiman (1994: 27) secara umum tujuan belajar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
C.
a.
Untuk mendapatkan pengetahuan.
b.
Penanaman konsep dan keterampilan, dan
c.
Pembentukan sikap.
Latihan 1. Pengertian Latihan
Latihan adalah aktivitas manusia yang menunjang terhadap pemenuhan kebutuhan fisiknya Menurut Harsono (2007:5) mengemukakan bahwa “latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaaannya.” Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir latihan dalam bidang olahraga adalah untuk meningkatkan penampilan olahraga dalam melakukan aktivitas atau latihan harus sistematis. Sistematis yang dimaksud adalah setiap
19
aktivitas harus disesuaikan dengan kemampuan masing masing orang dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang rumit.
2. Tujuan Latihan Ada lima tujuan dari latihan yaitu 1. Mencapai dan Memperluas Perkembangan fisik secara menyeluruh. 2. Menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek olahraga. 3. Mempertahankan keadaan kesehatan 4. Mencegah cidera 5. Memberikan sejumlah pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan dasar dasar fisiologis dan psikologis latihan.
D.
Outward Bound
1.
Pengertian Outward Bound
Aktivitas fisik merupakan sarana yang digunakan dalam memberi kesempatan untuk belajar. Walau demikian outward bound tidak mengutamakan keterampilan fisik seseorang di alam terbuka, karena tujuan kegiatan tersebut adalah perbaikan konsep seseorang, pengertian yang lebih baik terhadap diri sendiri dan sesama, keterampilan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah, dan pengembangan sikap positif.
20
Dengan kata lain, semua ini mencerminkan seseorang yang tidak pernah menyerah, selalu berani mencoba dan mencoba lagi, dan meraih batas maksimal seseorang yang belum pernah disadari sebelumnya. (Outward Bound Indonesia, 1991).
2. Sejarah Outward Bound Dalam ruang lingkup pendidikan jasmani , pembelajaran “outdoor” dilaksanakan diluar jam pelajaran dan mengambil tempat diluar lingkungan sekolah. Pembelajaran outdoor sudah menjadi program kegiatan sekolah dinegara luar, seperti di Canada, USA, Germani, Japan, Hongkong, Malaysia, Singapura, dan program tersebut dinamakan “Outward Bound”. Outward Bound masuk ke Indonesia tahun 1990, dan dinamakan Outward Bound Indonesia, yang memulai latihannya tahun 1991. Pusat pelatihan outward bound ini adalah di Jatiluhur, Purwarkarta, Jawa Barat. Kusumaatmadja (1991) mengatakan bahwa outward bound adalah suatu pelatihan pengembangan pribadi yang sangat dibutuhkan oleh negara yang sedang berkembang. Program pelatihan ini merupakan pengalaman berharga yang seharusnya dipergunakan dengan sebaikbaiknya oleh setiap orang yang mendapat kesempatan untuk mengikutinya. Dikatakannya juga bahwa salah satu hal yang penting dan dilakukan pada pelatihan ini adalah kesempatan untuk dekat
21
dengan alam dan lingkungan,sehingga peserta dapat lebih menghargai dan mencintainya. Kusumowidagdo dalam kusumaatmadja (1991) mengatakan bahwa pelatihan outward bound tidak hanya mendekatkan peserta dengan alam dan lingkungan tetapi juga dengan sesama , terutama rekan rekan sebayanya. Peserta akan dihadapkan pada keputusan yang akan diambil, tantangan dan resiko yang telah di program secara tepat sehingga menyenangkan untuk dilakukan. Peserta akan belajar dan merasakan bagaimana dekat dengan alam dang lingkungan. Kurt Hand dalam Kusumaatmadja (1991) berpendapat bahwa pada wakti meninggalkan kenyamanan lingkungan rumah , tempat kerja yang sudah dikenal, untuk tidak mempertaruhkan diri ketempat yang tidak dikenal peserta akan dianggap ber”Outward Bound”. Putnam (1993) menegaskan karakter yang utama dalam kegiatan outdoor education adalah sebagai berikut: 1. Aktif dalam lingkungan yang berbeda untuk lowongan pekerjaan dalam bidang pelajaran. 2. Kegiatan luar yang penuh tantangan dan petualangan. 3. Pengalaman yang dilengkapi fasilitas alam akan mengembangkan panca indra. 4. Meningkatkan kemampuan jasmani dan intelektual.
3. Metode Pembelajaran Outward Bound
Outward Bound merupakan suatu media pendidikan di alam terbuka yang diawali dari sebuah kekurangan kemudian mengubah kekurangan itu menjadi sebuah kelebihan. Dari kurang berani diubah
22
menjadi lebih berani;kurang solid diubah menjadi lebih solid;kurang gigih diubah menjadi lebih gigih. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh pendiri Outward Bound Internasional,Kurt Hahn:”Kekurangan kita merupakan sebuah kesempatan,dengan cara mengubah kekurangberuntungan itu menjadai sebuah tujuan yang baik”. Sedangkan Bapak Outward Bound Indonesia memiliki kata kata yang dapat kita simak pula.” outward bound membimbing orang yang tidak dapat meninggalkan sebuah kebiasaan,untuk mencoba dan mencobanya lagi,hingga mencapai batas yang tidak diketahui”.(Outwar Bound Indonesia). Kisah outward bound itulah yang menjadikan sebuah pilihan dari banyak orang,baik untuk pelatihan manajemen, pelatihan kepemimpinan,kegiatan siswa TK/SD,rekreasi,maupun sebagai mata kuliah formal dan ujian skripsi.
Pendidikan luar kelas bukan merupakan mata ajaran tapi suatu pendekatan terhadap pendidikan yang berkaitan dengan pengembangan remaja secara menyeluruh. Hal tersebut merupakan pendekatan yang dirancang terhadap proses belajar, di mana pengalaman langsung merupakan hal yang terpenting. Masyarakat sekolah merasa senang bahwa pemerintah telah menerima nilai-nilai yang potensial dari pendidikan luar kelas sebagai kontribusi berharga terhadap kepribadian dan pengembangan sosial dari murid--murid.
23
Putnam (1993) mengatakan outward bound mengacu pada kegiatankegiatan yang peduli akan kehidupan, gerakan dan pembelajaran di luar. Hal ini mencakup bertahan hidup, pengalaman setempat dan berbagai kegiatan, semuanya bersifat fisik dan peduli terhadap observasi lingkungan. Outward Bound dilaksanakan dalam situasisituasi yang menuntut kepercayaan diri. Putnam (1993), mengatakan: Dasar pemikiran program outward bound bahwa kegiatan ini membawa keuntungan bagi remaja, yaitu: mengambil bagian dalam pekerjaan sosial dengan memberi sumbangan dan segala resiko, mendorong keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan rekreasi di sekolah dan organisasi remaja. Selanjutnya Putnam menyimpulkan tujuan outward bound secara khusus adalah: a.
Membantu anak-anak atau remaja dengan kegiatan yang bermanfaat.
b.
Membuka inisiatif dan kemampuan membuat keputusan.
c.
Memberi kesempatan untuk latihan kepemimpinan dengan aman dan menguasai lingkungan.
d.
Membantu remaja untuk mengerti dan hubungan yang baik dengan teman sebaya.
e.
Memudahkan pertumbuhan dan kemajuan sosial dan sikap pribadi.
f.
Membantu keikutsertaan dan kesan yang positif terhadap kegiatan outward bound.
24
Banyak tujuan diadakan kegiatan outward bound bergantung kepada lembaga atau instansi yang menyelenggarakannya. Beberapa tujuan outward bound antara lain yaitu Pre test(Test Case). Outward Bound bertujuan sebagai sebuah tes awal bagi sekelompok orang yang akan ditempatkan disebuah lembaga baru atau lembaga yang lebih tinggi tingkatannya. Dalam kegiatan ini tidak jarang para psikolog ikut dilibatkan dalam menentukan hasil akhir dari pre test tersebut.
4.
Jenis-jenis Latihan Outward Bound
Outward Bound adalah suatu pelatihan pengembangan pribadi yang sangat dibutuhkan negara kita yang sedang berkembang. Program pelatihan ini merupakan pengalaman berharga yang seharusnya dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap orang yang mendapat kesempatan untuk mengikutinya. Salah satu hal penting yang dilakukan pada pelatihan ini adalah kesempatan untuk dekat dengan alam dan lingkungan, sehingga kita menghargai dan mencintai apa yang kita miliki.
Dalam program outward bound sangat banyak sekali kegiatan dalam bentuk permainan yang dapat dilakukan, salah satu tujuannya yaitu untuk meningkatkan kreativitas seseorang. Hal ini sangat berguna sekali karena dengan beragamnya permainan yang dapat kita lakukan, maka dengan mudah kita dapat merangkai permainan itu sendiri dari yang sederhana sampai ke permainan yang bisa dianggap rumit.
25
Dalam penelitian ini bentuk kegiatan atau permainan yang diajukan sebagai berikut: a.
Permainan Hulahop
b.
Permainan Pipa bocor
c.
Permainan Zigzag
d.
Permainan Bola Dunia
e.
Permainan laba-laba beracun
f.
Permainan Tanaman Beracun
Semua permainan yang diajukan dalam penelitian ini mempunyai tujuan masing-masing, dan semua kegiatan dalam penelitian ini dapat dilakukan dalam satu hari. Adapun maksud dan tujuan kegiatan atau permainan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
a.
Menumbuh kembangkan rasa percaya diri Kegiatan di alam bebas dapat dimanfaatkan sebagai media untuk mengenal potensi dan kelemahan diri sendiri secara lebih baik, sehingga membentuk pemahaman yang lebih baik terhadap diri sendiri. Hal ini dapat dicapai karena kegiatan di alam bebas menghadapkan pelakunya langsung kepada tantangan yang nyata dan harus dihadapi serta menuntut potensi baik fisik, mental, maupun emosi pelakunya.
Secara keseluruhan, kegiatan dirancang sedemikian rupa, sehinga para peserta harus dapat mempergunakan seluruh kemampuan dan potensi yang dimilikinya, agar dapat menyelesaikan seluruh
26
kegiatan. Kemampuan fisik dan mental peserta yang terbentuk dalam suasana kebersamaan, akan dapat menimbulkan rasa percaya diri pada peserta. Latihan ini juga dimaksudkan untuk memberikan suatu tantangan baru bagi para peserta, agar lebih berani berinovasi dengan perhitungan yang lebih matang.
b.
Menumbuhkembangkan kerjasama kelompok Tantangan-tantangan di alam bebas yang harus diselesaikan bersama dengan tuntutan yang lebih optimum dari setiap individu pelakunya sehingga merupakan kinerja kelompok sebagaimana dituntut oleh tantangan yang dihadapi. Hal ini memberi peluang pada peserta untuk memahami urgensi dari pada kepemimpinan, dimana setiap peserta harus mampu memimpin atau dipimpin sehingga dapat memahami bagaimana arti dari kebersamaan yang harmonis.
Dalam beberapa kasus, keberhasilan dan kegagalan kelompok akan sangat tergantung pada keinginan anggotanya untuk mencoba. Pola pelatihan ini pada dasarnya diasumsikan bahwa setiap orang yang telah berupaya secara sungguh-sungguh untuk mencoba, layak mendapatkan penghargaan (respect). Keinginan untuk mencoba akan jauh lebih berarti dari pada nilai keberhasilan dari usaha itu sendiri. Oleh karena itu kerja sama yang terjalin secara harmonis dalam kelompok akan mendorong suasana partisipatif sehingga kompetisi yang kurang bermanfaat
27
dapat diminimalisasi agar keberhasilan dan keutuhan kelompok dapat diraih
c.
Menumbuhkan kegembiraan individual maupun kelompok Pada kegiatan di alam bebas beberapa resiko yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan sampai ekstremnya yaitu berbentuk kecelakaan fatal yang dapat dialami bila dilakukan tanpa perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan yang matang. Dengan membuat kerangka kerja keselamatan yang tepat, kegiatan ini dapat dimanfaatkan sebagai suatu simulasi dari resiko-resiko pengambil keputusan Pelaksanaan pelatihan ini tidak dimaksudkan untuk membentuk karakter baru dengan merubah karakter peserta. Tetapi sepenuhnya bertujuan memperlihatkan pada peserta, bahwa karakter pribadinya yang selama ini tidak disadarinya, dapat dimunculkan. Oleh karena itu, para fasilitator akan mengarahkan peserta agar menikmati kegiatan ini tanpa merasa tertekan, bahkan akan membuat para peserta tidak kehilangan kegembiraannya dalam mengikuti kegiatan ini.
d.
Rekreasi petualangan di alam bebas Kegiatan di alam bebas dapat memberi tekanan-tekanan dengan kualitas tertentu untuk dapat diatasi oleh pelakunya, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini setidaknya memberikan kesempatan kepada pelakunya untuk dapat mengatasi tekanan-
28
tekanan yang berupa ketegangan, frustasi maupun konflik. Kegiatan di alam bebas ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada para peserta agar dapat terbebas dari rutinitasnya, baik sebagai pengambil keputusan di perusahaan maupun secara bersama-sama di dalam masyarakat.
E. Teamwork
1.
Pengertian Teamwork
Menurut Hassan Sadily Teamwork (2006) adalah kerjasama sekelompok .Teamwork adalah gotong royong, kerjasama. Pada esensinya teamwork adalah suatu kerjasama sekelompok orang dalam menunaikan responsibilitasnya membuat keputusan bagi kepentingan organisasi. Demikian dapatlah dirumuskan,sebuah “team” adalah sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan tujuan yang sama dan mau mengesampingkan otonomi individualnya sejauh dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Sesungguhnya teamwork merupakan suatu konsep yang kompleks mengandung berbagai interprestasi di dalamnya.
Teamwork atau kerjasama tim merupakan bentuk kerja kelompok yang bertujuan untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya. Harus disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan
29
tersebut bukanlah tujuan pribadi,bukan tujuan ketua tim,bukan pula tujuan dari pribadi paling populer di tim. Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandengan tangan menyelesaikan permainan atau game.
2.
Konsep Atau Skenario Teamwork Behavior scientist telah merekomendasi beberapa konsep dan prinsip yang bila diadaptasikan sangat membanti dalam menciptakan kondisikondisi yang dapat melancarkan operasi team seperti kepemimpinan, iklim, komunikasi, kebutuhan-kebutuhan, pembuatan keputusan, dan kreativitas.
F. Kerangka Berpikir
Untuk meningkatkan kerjasama tim dapat dicapai dengan diadakan latihan outward bound guna mempererat kerjasama kelompok. Teamwork adalah suatu bentuk kerjasama dalam beberapa sumber daya manusia,berasal dari latar belakang yang berbeda,kedudukannya sama,untuk meraih tujuan yang sama. Menurut Hassan Sadily (2006) teamwork adalah kerjasama sekelompok. Pada esensinya teamwork adalah suatu kerjasama orang dalam mencapai tujuan yang sama.
Outward Bound merupakan suatu media pendidikan di alam terbuka yang diawali dari sebuah kekurangan kemudian mengubah kekurangan itu menjadi sebuah kelebihan. Dari kurang berani diubah menjadi lebih berani, kurang
30
solid diubah menjadi lebih solid, kurang gigih diubah menjadi lebih gigih. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh pendiri Outward Bound Internasional,Kurt Hahn: ”Kekurangan kita merupakan sebuah kesempatan,dengan cara mengubah kekurangberuntungan itu menjadai sebuah tujuan yang baik”. Beberapa permainan outward bound yang digunakan yaitu permainan hulahop, permainan pipa bocor, permainan zigzag, permainan bola dunia, permainan laba-laba beracun, dan permainan tanaman beracun.
Berdasarkan pertimbangan diatas ,maka disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:
Latihan Outward Bound (X) Permainan Hulahop Permainan Pipa bocor Permaianan Bola Dunia Peningkatan Teamwork (Y) Permainan Zig Zag Permaianan Laba-Laba beracun Permainan Tanaman Beracun Sumber:A.Esnoe Sanoesi(2010;14)
Gambar 1.Bagan kerangka pikir Efektivitas pelatihan outward bound terhadap peningkatan teamwork siswa kelas V SDN Se-Kecamatan Gadingrejo Pringsewu. Dalam permainan outward bound siswa akan diajak untuk melatih kerjasaman, konsentrasi, dan membangun komuniksi dengan
31
kelompoknya untuk memecahkan masalah ataupun menyelesaikan permainan yang diberikan, sehingga kemampuan teamwork masing-masing siswa akan meningkat secara keseluruhan.
G. Hipotesis
Hipotesis adalah alat yang sangat besar kegunaannya dalam penyelidikan ilmiah karena dapat menjadi penuntun kearah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Menurut Arikunto (2010:110) Hipotesis adalah jawaban sementara suatu masalah penelitian oleh karena itu suatu hipotesis perlu di uji guna mengetahuai apakah hipotesis tersebut terdukung oleh data yang menunjukan kebenarannya atau tidak. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho1 : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan hulahop terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo. H1
: Ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan hulahop terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
Ho2 : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan pipa bocor terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo.. H2
: Ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan pipa bocor terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
32
Ho3 : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan zigzag terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo.. H3
: Ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan zigzag terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
Ho4 : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan bola dunia terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo.. H4
: Ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan bola dunia terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
Ho5 : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan laba-laba beracun terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo.. H5
: Ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan laba-laba beracun terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo..
Ho6 : Tidak ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan tanaman beracun terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo.. H6
: Ada peningkatan yang signifikan antara pelatihan outward bound permainan tanaman beracun terhadap kemampuan teamwork siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Gadingrejo.