BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi Antarbudaya dalam Harmonisasi Beberapa ahli Komunikasi Antarbudaya mengemukakan pendapatnya tentang definisi Komunikasi Antarbudaya sebagai berikut: Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa menyatakan bahwa komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar orang-orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya antara suku bangsa, etnik, ras dan kelas sosial.1 Samovar
dan
Porter
juga
menyatakan
bahwa
Komunikasi
Antarbudaya terjadi diantara produsen pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaanya berbeda.2 Charley H. Dood mengungkapkan Komunikasi Antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antar pribadi atau kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi prilaku komunikasi para peserta.3 “Intercultural communication yang disingkat “ICC”, mengartikan Komunikasi Antarbudaya sebagai interaksi antarpribadi, antara seorang anggota dengan kelompok yang berbeda.4
1
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya......, hlm. 12.
2
Ibid hlm 12
3
Ibid hlm 12
4
Ibid hlm 13
45
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
Dari beberapa pengertian Komunikasi Antarbudaya di atas dapat disimpulkan bahwa Komunikasi Antarbudaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Akibatnya, interaksi dan komunikasi yang sedang dilakukan itu membutuhkan tingkat Keamanan dan sopan santun tertentu, serta peramalan tentang sebuah atau lebih aspek tertentu terhadap lawan bicara. Seluruh
proses
komunikasi
pada
akhirnya
menggantungkan
keberhasilan pada tingakat ketercapaian tujuan komunikasi, yakni sejauh mana para partisipan memberikan makna yang sama atas pesan yang dipertukarkan. Kata Gudykunts, jika dua orang atau lebih berkomunkasi antarbudaya secara efektif maka mereka akan berurusan dengan satu atau lebih pesan yang ditukar (dikirim dan diterima) mereka harus bisa memberikan makna yang sama atas pesan. Singkat kata komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dihasilkan oleh kemampuan para partisipan komunikasi lantaran mereka berhasil menekan sekecil mungkin kesalahpahaman.5 Secara sederhana, kata harmonisasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana tercapai keselarasan dan kedamaian tanpa ada perselisihan dan ketidak sepahaman. Sebuah tatanan masyarakat sangat memerlukan sebuah harmonisasi struktur, baik struktur norma maupun struktur lembaga. Dua hal yang menjadi kata kunci adalah faktor
5
Ibid hlm. 227-228.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
suprastruktur dan infrastruktur. Devito mengemukakan beberapa faktor yang menjadi penentu efektivitas komunikasi antarpribadi6 yakni: 1. Keterbukaan. Secara ringkas, keterbukaan ialah: a) Sikap seorang komunikator yang membuka Semua informasi pribadinya kepada komunikan dan menerima Semua informasi yang relevan tentang dan dari komunikan dalam rangka interaksi antarpribadi b) Kemauan seseorang sebagai komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap pesan yang datang dari komunikan. c) Memikirkan dan merasakan bahwa apa yang dinyatakan seorang komunikator merupakan tanggung Jawabnya terhadap komunikan dalam suatu situasi tertentu 2. Sikap Empati. Sikap empati ialah kemampuan seorang komunikator untuk menerima dan memahami orang lain seperti ia menerima dirinya sendiri, jadi ia berpikir, berasa, berbuat terhadap orang lain sebagaimana ia berpikir, berasa, dan berbuat terhadap dirinya sendiri. 3. Perasaan positif. Perasaan positif ialah perasaan seorang komunikator bahwa pribadinya,
6
komunikannya,
serta
situasi
yang
melibatkan
Alo Liliwer, Gatra Gatra Komunikasi Antarbudaya..., hlm. 173-174.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
keduanya sangat mendukung (terbebas dari ancaman, tidak dikritik dan tertantang). 4. Memberikan dukungan. Memberikan dukungn ialah suatu situasi dan kondisi yang dialami komunikator dan komunikan terbebas dari atmosfir ancaman, tidak dikritik dan ditantang. 5. Memelihara keseimbangan. Memelihara keseimbangan ialah suatu suasana yang adil antara komunikator dengan komunikan dalam hal kesempatan yang sama untuk berpikir, berasa, dan bertindak. Ketika berkomunikasi keharmonisan itu sangatlah diperlukan guna mendukung terbentuknya komunikasi yang efektif sehingga komunikasi yang dilakukan bisa berjalan lancar dan dapat dipahami oleh masingmasing pihak. Kegagalan dalam berkomunikasi sering menimbulkan kesalahpahaman, kerugian dan bahkan dapat menyebabkan malapetaka. Resiko tersebut dapat terjadi pada segala tingkatan mulai dari tingkat individu, lembaga, komunitas dan bahkan negara. Keharmonisan sosial adalah suatu kedaan yang menunjukkan adanya kondisi yang nyaman, teratur dan saling solider meskipun dihadapkan pada berbagai perbedaan.7 Dalam membangun komunikasi yang harmonnis di butuhkan adanya hal seperti berikut:
7
Suranto Aw. Komunikasi Sosial Budaya. (Yogyakarta : Graha IlMu, 2010), hlm 68.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
a. .saling menghormati adalah dasar dalam membangun hubungan yang stabil b. Senantiasa menghargai sesama manusia. Tingkatan budaya menerima perbedaan. c. Menghargai perasaan dan pikiran orang lain. d. Agar komunikasi berjalan dengan lancar, upayakan agar orang-orang yang berkomunikasi merasa nyaman dengan kehadiran sesamanya. e. Organisasi atau perusahaan yang anggotanya saling mendukung sehingga menjadi akrab satu sama lain akan bekerja dengan penuh semangat dan komitmen demi meraih kesuksesan bersama.8 Dalam Komunikasi Antarbudaya seringkali kesalahpahaman yang terjadi antar individu dapat mengakibatkan konflik antarbudaya. Untuk itulah akan lebih baik bila tiap individu memahami bagaimana cara mengurangi kesalahpahaman dalam berkomunikasi, sehingga harmonisasi dalam Komunikasi Antarbudaya bisa terwujud. 2. Komunikasi Dan Proses Simbolis Dalam Komunikasi Antarbudaya Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumbar dari dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya dalah sama makna.9 proses dimana
8
Chen, F. V.. Menciptakan KeharMonisan di Dunia Kerja ( Jakarta: PT.Bhuana IlMu Populer, 2012), hlm 67. 9
Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. ReMaja Rosdakarya, 2006), hlm 9.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. Komunikasi
adalah
suatu
transaksi,
proses
simbolik
yang
menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia, melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. Sedangkan menurut D. Lawrence Kincaid komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama yang lainnya, yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian yang mendalam.10 Salah satu kebutuhan pokok manusia , seperti dikatakan Susanne K. Langer, adalah kebutuhan simbolis atau penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang , dan itulah yang membedakan manusia dengan hewan lainnya. Ernest Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia atau mahluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan
10
Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004), Persada hlm 18.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia atau objek tersebut. Lambang mempunyai beberapa sifat sebagai berikut. 1. Lambang bersifat sembarang, manasuka, atau sewenang-wenang. Apa
saja
bisa
dijadikan
lambang,
bergantung
pada
kesepakatan bersama. Kata-kata (lisan atau tulisan), isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan, tempat tinggal, jabatan (pekerjaan), olahraga, hobi, peristiwa, hewan, tumbuhan, gedung, alat (artefak), angka, bunyi, waktu, dan sebagainya. Semua itu bisa menjadi lambang. Lambang hadir dimana-mana dan tidak hentihentinya menerpa kita. Namun alam tidak memberikan penjelasan kepada kita mengapa manusia menggunakan lambang-lambang tertentu untuk merujuk pada hal-hal tertentu, baik yang konkret ataupun yang abstrak11 2. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna kitalah yang memberi makna pada lambang. Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang itu sendiri. Kalaupun ada orang yang mengatakan katakata mempunyai makna, yang dia maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk memberi makna (yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Persoalan akan timbul bila para peserta komunikasi tidak memberi makna yang sama pada suatu kata. 11
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 93-94.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
Sebagian orang percaya
bahwa
angka-angka
tertentu
mengandung makna-makna tertentu, misalnya : kualitas (bagus atau jelek), kekuatan keberuntungan, atau kesialan. Dalam kasus dandanan juga bisa menjadi suatu simbol tertentu bagi seseorang. Sebagai satu-satunya makhluk yang menggunakan lambang, manusia sering lebih mementingkan lambang dariada hakikat yang dilambangkannya. Meskipun tidak ada hubungan yang alami antara lambang dengan apa yang dilambangkan, banyak orang yang menganggap bahwa terdapat hubungan demikian. Sebagian orang bahkan ada kalanya menggantungkan nasib dan keselamatan mereka pada lambang-lambang tertentu.12 3. Lambang itu bervariasi Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dan dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. Begitu juga makna yang diberikan kepada lambang tersebut. Dalam memaknai suatu lambang, kita hanya memerlukan kesepakatan mengenai suatu lambang. Kalau kita sepakat Semua, kita bisa saja menamai suatu hal sesuai dengan kesepakan yang telah ditentukan. Akan tetapi, makna yang diberikan kepada suatu lambang boleh jadi berubah dalam perjalanan waktu, meskipun perubahan makna itu berjalan lambat. Dalam pandangan masyarakat Bugis-Makassar, ayam betina yang diberikan kepada seseorang merupakan simbol penghinaan
12
Ibid hlm 96-97.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
atas kegagalan dan sekaligus melambangkan kepengecutan yang memalukan, yang bisa memancing keberangan orang yang menerimanya. Namun bagi orang Sunda akan menerima pemberian ayam betina ini dengan suka cita untuk kemudian disembelih dan digoreng atau dipanggang. Hal ini jelas menunjukkan bahwa makna yang diberikan seseorang atau suatu masyarakat berbeda dari suatu budaya dengan budaya yang lainnya Pemaknaan terhadap suatu perilaku juga boleh jadi berubah dari waktu ke waktu meskipun dalam budaya yang sama. Jika diperhatikan lebih seksama, perilaku kultural manusia itu pada dasarnya berbeda dari masa ke masa dan juga pemaknaannya. 13 Simbol dan bahasa memiliki peran yang amat penting dalam komunikasi antar budaya yakni sebagai cerminan budaya itu sendiri dan dapat kita jadikan sebagai karakterisktik budaya tersebut. Dengan simbol dan bahasa pula kita dapat memahami budaya tersebut dan kita dapat berkomunikasi antar budaya dengan tepat, akan tetapi karena disetiap daerah memilik simbol dan bahasa yang berbeda membuat kita menjadi bingung jika sebelumnya kita belum pernah mengenal bahkan mengetahui simbol dan bahasa dalam budaya tersebut, hal ini akan menjadi hambatan bagi kita yang baru memasuki wilayah tersebut. Jadi ada baiknya sebelum kita memasuki suatu daerah yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, lakukan lah riset pada kebiasaan – kebiasaan apa saja yang ada 13
Ibid hlm 104-105.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
didaerah tersebut, bagaimana cara masyarakat menyimbolkan sesuatu hal, dan bahasa apa yang masyarakat pergunakan. Itu akan memudahkan kita untuk dapat berinteraksi dengan mudah di suatu daerah baru. 1. Komunikasi verbal dalam Komunikasi Antarbudaya Simbol atau pesan verbal adalah Semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir Semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara sabar. Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefisinikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.14 Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan
berbagai
aspek
realitas
individual
kita.
Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diawali kata-kata itu.15 Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu: 1. Bahasa Pada dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa verbal entah 14
Ibid hlm 260.
15
Ibid hlm 261.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain.16 Bahasa memiliki banyak fungsi, namun menurut book sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu adalah: a. Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita Melalui bahasa kita empelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa, kita dapat
berbagi
pengalaman,
maupun
memperoleh
dukungan atau persetujuan orang lain atas pendapat kita. Melalui bahasa pula kita dapat memperkirakan apa yang dikatakan orang lain.17 b. Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain bergantung tidak hanya pada bahasa yang sama, namun juga dengan pengalaman yang sama dan makna yang sama yang kita berikan kepada kata-kata. 18 c. Untuk menciptaakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
16
Agus,M. Hardjana. Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal. (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm 23. 17 Dedy Mulyana, Ilmu komunikasi ......, hlm 267. 18 Ibid hlm 268.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
Fungsi ini memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur, saling memahami mengenai iri kita, kepercayaankepercayaan kita dan tujuan-tujuan kita. Kita tidak mungkin menjelaskan Semua itu dengan menyusun katakata itu secara acak, melainkan berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah kita sepakati bersama.19 Selain itu bahasa dalam proses komunikasi antar budayanya juga memiliki fungsi – fungsi sebagai berikut: 1. Bahasa digunakan untuk menjelaskan dan membedakan sesuatu. Kata “Dhalem” yang diucapkan oleh sungkono berbeda dengan kata “apa”. Tapi orang Indonesia pada umumnya tahu bahwa kata “Dhalem” itu merujuk pada bahasa Jawa. 2. Bahasa berfungsi sebagai sarana interaksi sosial. Kita dalam berinteraksi harus tahu bahwa siapa lawan interaksi kita (komunikan), dari tingkatan mana yang artinya kita harus dapat tepat memilih menggunakan low contac atau high contac. Seperti ketika anda sedang bertugas memberikan penyuluhan tentang KB di daerah terpencil dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta ditambahkan dengan bahasa – bahsa kedokteran. Apa yang akan terjadi? Pesan yang anda
19
Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
ingin sampaikan tidak akan tersampaikan karena bahasa yang digunakan terlalu canggih. 3. Bahasa berfungsi sebagai sarana pelepas tekanan dan emosi. Bila
kita
sedang merasakan kegembiraan,
kesedihan, atau pun marah maka kata – kata yang diucapkan akan mengandung makna perasaan tersebut. Kata : aduh, hore, dan sebagainya adalah pelampiasan dari perasaan yang sedang kita alami. 4. Bahasa sebagai sarana manipulatif. Bahasa digunakan untuk
mengubah
tingkah
laku
seseorang
yang
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya tindakan yang salah.20 2. Kata Kata merupakan unit lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambang yang melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan. Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri. Makna kata tidak ada pada pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal. Yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang.21 Sering kita bertanya “Apa arti kata itu?” Kita menganggap bahwa arti atau makna dikandung setiap kata yang kita ucapkan. Sebenarnya kita keliru bila kita menganggap bahwa kata-kata itu 20 21
Alex H. Rumomdor, Modul Komunikasi Antar Budaya (Universitas Mercu Buana), hlm 5 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal...., hlm 24.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
mempunyi makna. Kitalah yang memberi makna pada kata. Dan makna yang kita berikan pada kata yang sama bisa berbeda-beda.22 2. Komunikasi nonverbal dalam Komunikasi Antarbudaya Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing dan sebagainya), namun juga melalui perilaku non verbalnya. Pentingnya perilaku non verbal ini misalnya dilukiskan dalam frase, ”bukan apa yang ia katakan tapi bagaimana ia mengatakannya”. Lewat perilaku non verbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia bahagia, bingung atau sedih.23 Secara sederhana pesan nonverbal adalah Semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A SaMovar dan Richard E porter, komunikasi nonverbal mencakup Semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang memiliki nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya. 24 Komunikasi non verbal meliputi ekspresi wajah, nada suara, gerakan anggota tubuh, kontak mata, rancangan ruang, pola-pola perabaan, gerakan ekkspresif, perbedaan budaya, dan tindaka-tindakan lain yang tidak menggunakan kata-kata. Pemahaman atas komunikasi non verbal lebih
22
Deddy Mulyana, ilmu komunikasi......., hlm 281. Ibid hlm 342. 24 Ibid hlm 343. 23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
penting dari pemahaman atas kata-kata verbal yang diucapkan atau yang ditulis.25 Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda, tindakan/perbuatan atau objek. a. Bahasa Tubuh. Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan,, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran, kehendak, dan sikap orang. b. Tanda. Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya, bendera, rambu-rambu lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olahraga. c. Tindakan/perbuatan. Ini sebenarnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-kata, tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya, menggebrak meja dalam pembicaraan, menutup pintu keras-keras pada waktu meninggalkan rumah, menekan gas mobil kuat-kuat. Semua itu mengandung makna tersendiri. d. Objek. Objek sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti kata, tetapi dapat menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah, perabot rumah, harta benda, kendaraan, hadiah.26 3. Hambatan-Hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya Dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan kerap kali menemui masalah atau hambatan-hambatan yang tidak diharapkan sebelumnya. Misalnya saja dalam penggunaan bahasa, 25
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam…, hlm 175-176.
26
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal...., hlm 27.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
lambang-lambang,
nilai
atau
norma-norma
masyarakat
dan
lain
sebagainya. Padahal syarat untuk terjalinya hubungan itu tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi atau makna antara satu dengan lainnya. Dari itu mempelajari komunikasi dan budaya merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan. Dalam Komunikasi Antarbudaya, reaksi negatif dan evaluatif individu terhadap sebuah budaya dapat menciptakan hambatan komunikasi. Evaluasi yang bersifat negatif menyebabkan adanya ketidaksukaan dan penghindaran. Hal ini terjadi karena budaya „asing‟ dipandang „menyimpang‟ atau „berbeda‟ dari norma yang kita anut. Hambatan komunikasi tersebut terjadi di antara dua budaya dan bersifat satu arah, yang mana hal ini mencerminkan adanya ketidakmampuan untuk memahami norma dari budaya yang berbeda (budaya asing). Hambatan ini juga tidak selalu bersifat timbal balik. Sebuah perbedaan budaya (bersifat tunggal) dapat pula menjadi hambatan bila melanggar salah satu nilai inti komunikator.27 Hambatan Komunikasi Antarbudaya dapat dibagi dalam tiga jenis, yakni hambatan persepsi, hambatan verbal dan hambatan nonverbal.28 a. Hambatan persepsi Persepsi merupakan proses internal yang mana kita memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan stimuli dari luar. Sejak lahir, orang mempelajari persepsi-persepsi mereka dan dari
27
Novinger, T. Intercultural communication: a practical guide (United States of AMerica: University of Texas Press, 2001), hlm 23. 28 Novinger T, Intercultural communication ......, hlm 23.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
pengalaman-pengalaman budaya
yang mereka
alami akan
menghasilkan perilaku. Berperilaku „natural‟ terhadap budaya yang berbeda tidak selalu menimbulkan konflik. Namun, saat hal itu menimbulkan konflik, konflik biasanya menyebabkan masalah komunikasi. Hambatan persepsi dapat dibagi menjadi dua, yakni hambatan persepsi yang terbentuk secara budaya dan hambatan persepsi individu yang terletak dalam kerangka budaya. Hambatan persepsi yang terbentuk secara budaya antara lain adalah prasangka, kolektivisme dan individualisme, wajah, hirarki, sejarah dan pengalaman, simbol-simbol kekuasaan, kekuatan, peran gender, peran kelas social, peraturan, organisasi sosial (keluarga dan pemerintah), pola pikir, nilai, dan pandangan dunia. Hambatan persepsi individu yang terletak dalam kerangka budaya antara lain adalah uncertainty (ketidakpastian), perilaku, etnosentrisme, serta kemampuan beradaptasi.29 b. Hambatan verbal Kata verbal adalah bahasa. Bahasa merupakan kesepakatan linguistik yang bersifat sewenang-wenang dan bersifat kultural. Bahasa sendiri merupakan cerminan dari budaya, yakni isi budaya dan natur budaya. Bahasa merupakan produk dari budaya dan budaya adalah produk dari bahasa.
29
Ibid hlm 27.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
Hambatan verbal terdiri atas dua, yakni kompetensi dan secara literal. Kompetensi meliputi aksen, irama, konotasi, konteks, idiom, penggunaan kesopanan, keheningan serta style 30 c. Hambatan nonverbal Terdapat kategori-kategori dasar dalam nonverbal yang berpotensi menjadi hambatan komunikasi antar budaya, yakni konteks,
kronemik
(pengertian
tentang
waktu),
kinesik
(komunikasi gerakan tubuh), proxemik (pengertian akan ruang), kesiapan (immediacy), karakteristik fisik serta vokal. 1. Kronemik (pemaknaan akan waktu) dibagi menjadi dua, yakni monokreonik (pendekatan linear dan sekuensial terhadap waktu yang rasional, menekankan spontanitas, cenderung fokus pada satu kegiatan dalam satu waktu) dan Polikronik (multi-aktivitas, mengukur waktu dengan simbol dari sistem formal secara longgar). 2. Kinesik, dibagi atas gestur, kontak mata, ekspresi wajah, postur, serta bau. 3. Proxemik dibagi atasfixed-feature space (ruang yang telah tetap, yang dapat memberitahu apa yang dilakukan, dimana dan bagaimana), semifixed-feature space (ruang semi tetap, menambahkan fungsinya pada objek yang dapat dipindah) sertainformal space (mencakup jarak
30
Ibid hlm 45.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
yang dibuat dalam komunikasi interpersonal, bersifat variasi berdasar budaya) 4. Karakter fisik terbagi atas dua, yakni artifak dan penampilan fisik. 5. Vokal atau karakteristik kemampuan berbicara (speech characteristics) terbagi atas karakteristik vokal, pemberi sifat vocal (vocal qualifier),vocal rateserta vokal pemisah (vocal segregates).31 Perbedaan – perbedaan cara memahami bentuk-bentuk komunikasi, baik verbal maupun nonverbal, bisa menimbulkan kesalahpahaman dalam Komunikasi Antarbudaya. Sehingga tidak jarang pendapat atau opini kita terhadap suatu budaya atau komunitas tertentu bergerak menjadi suatu identitas yang menyebabkan terjadinya stereotip.32 Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni mengeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keangotaan
mereka
dalam
suatu
kelompok.
Dengan
kata
lain,
penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang dan objek-objek ke dalam kategori –kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang-
31
Ibid hlm 27. Mufid Muhammad, etika dan filsafat komunikasi (Jakarta : kencana premada Media grup, 2009), hlm 260. 32
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik indvidual mereka.33 Menurut
Barna
&
RubenM. hambatan-hambatan Komunikasi
Antarbudaya dibagi menjadi 5 yaitu : 1. Mengabaikan perbedaan antara anda dan kelompok yang secara kultural berbeda 2. Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda 3. Mengabaikan perbedaan dalam makna 4. Melanggar adat kebiasaan kultural 5. Menilai perbedaan secara negatif 34 Sedangkan hambatan-hambatan Komunikasi Antarbudaya Menurut Chaney dan Martin35 adalah: a. Fisik Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik b. Budaya Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya.
33
Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rahmat, komunikasi Antar Budaya (Bandung: ReMaja
Rosdakarya, 1996), hlm 237. 34
Joseph A. DeVito, Komunikasi Antar Manusia (Jakarta: Professional Books, 1996), hlm 490. Lilian Chaney and Jeanette Martin , Intercultural bussines communication (new jersey pearson education 2004), hlm 11-12. 35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
c. Persepsi Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
d. Motivasi Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi. e. Pengalaman Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu. f. Emosi Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi darri pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit dilalui. g. Bahasa Hambatan komunikasi berikut ini terjadi apabila pengirim pesan dan penerima pesan
menggunakan bahasa yang berbeda atau
penggunaan kata-kata yang tidak di mengerti oleh penerima pesan. h. Non verbal
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah merah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan. i. Kompetisi Hambatan ini akan muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil menyetir. Contohnya adalah menerima telepon seluler sambil menyetir, karena melakukan dua kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selulernya secara maximal. Dalam berinteraksi konteks keberagaman kebudayaan kerap kali menemui masalah atau hambatan-hambatan yang tidak diharapkan sebelumnya, misalnya dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang, nilainilai atau norma masyarakat dan lain sebagainya. Diakui atau tidak perbedaan latar belakang budaya bisa membuat kita sangat kaku dalam proses berinteraksi dan berkomunikasi. 4. Dinamika Komunikasi Antarbudaya Menurut Purwasito komunikasi bersifat dinamik, artinya komunikasi adalah aktivitas orang- orang yang berlangsung terus menerus dari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
generasi ke generasi dan mengalami perubahan - perubahan pada pola, isi dan salurannya. Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi - kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.36 Komunikasi yang berlangsung di antara individu yang berbeda latar belakang budaya mengalami banyak hambatan yang disadari atau tidak disadari, sehingga terlihat adanya dinamika antara peserta yang berkomunikasi tersebut. Oleh karena itu, ada beberapa karakter yang perlu diperhatikan dalam Dinamika Komunikasi Antarbudaya yaitu:37 1. Komunikasi Bersifat Dinamis Komunikasi bersifat dinamis maksudnya ialah komunikasi merupakan aktivitas orang-orang yang berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi dan mengalami perubahan pola-pola, pesan dan saluran. 2. Komunikasi bersifat interaktif Komunikasi tidak hanya melibatkan 2 atau 3 orang, melainkan melibatkan beberapa kelompok, organisasi, publik maupun massa. 3. Komunikasi bersifat irreversibel Komunikasi bersifat irreversibel maksudnya pesan tidak dapat ditarik kembali setelah disampaikan. Sekali penerima telah 36
Andik Purwasito, Komunikasi Multikultural (Surakarta: universitas Muhammadiyyah surakarta) hlm 80. 37 Lusiana Andriani Lubis, Pemahaman Praktis Komunikasi Antarbudaya. (Medan: USU Press, 2012), hlm 45-52.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
dipengaruhi oleh pesan pertama, pengaruh dari pesan tersebut tidak dapat ditarik kembali meskipun dilakukan koreksi melalui penyampaian pesan yang baru. 4. Komunikasi selalu berlangsung dalam konteks fisik dan sosial Faktor
lingkungan
fisik
dianggap
mempengaruhi
proses
komunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh konteks sosial menjadi sangat dominan dalam kehidupan paternalistik dan tradisional seperti Jawa dan asia pada umumnya. Konteks sosial ini agak melemah ketika berada dalam masyarakat egaliter dan demokrasi yang tinggi seperti amerika serikat. dalam tingkat komunikasi masyarakat yang lebih besar atau sistem sosial yang lebih kompleks, terjadi dinamika komunikasi yang tidak berbeda pula. Bukti yang paling nyata dapat dilihat dari proses itu adalah symbol-simbol yang digunakan dalam masyarakat tersebut dan mengikat anggota-anggotanya secara keseluruhan. Jika pada unit sosial kecil individu-individu menciptakan dan memiliki
bersama
“subbudaya”nya
sendiri,
yakni
simbol-simbol,
pengetahuan dan aturan-aturan pengetahuan di antara mereka sebagai akibat dari proses komunikasi yang telah berjalan beberapa waktu, maka anggota-anggota dari suatu masyarakat yang lebih luas diikat bersama dan memperoleh suatu identitas kolektif melalui “kebudayaan” yang telah mereka ciptakan dan pertahankan bersama melalui aktifitas mereka.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
A. Pola komunikasi Pola komuniukasi identik dengan proses komunikasi, karena pola komunikasi merupakan bagian rangkaian aktifitas menyampaikan pesan sehingga diperoleh feedback dari penerima pesan. Dari proses komunikasi, akan timbul pola, model, bentuk, dan juga bagian-bagian kecil yang berkaitan erat dengan komunikasi.38 Di sini akan diuraikan proses komunikasi yang sudah masuk dalam kategori pola komunikasi yaitu pola komunikasi primer, pola komunikasi sekunder, pola komunikasi linear, dan pola komunikasi sirkuler. 1. Pola komunikasi priMer Pola
komunikasi
primer
merupakan
suatu
proses
penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang sebagai media atau saluran. dalam pola ini terbagi menjadi dua lambang yaitu lambang verbal dan lambang nonverbal. Pola komunikasi ini dinilai sebagai model klasik, karena model ini merupakan model pemula yang dikembangkan Aristoteles. koMunikator
pesan
koMunikan
Pola Komunikasi Klasik Aristoteles39 Komunikasi yang ditelaah oleh Aristoteles ini merupakan bentuk komunikasi retoris, yang kini lebih dikenal dengan nama komunikasi public (public speaking) atau pidato. Pola komunikasi 38
Onong Uchayana, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), hlm 33. 39 Deddy Mulyana, Ilmu komunikasi ....., hlm 146.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
ini kemudian dikenal dengan nama komunikasi primer yaitu komunikasi dengan menggunakan lambang atau bahasa sebagai sarana utamanya. 2. Pola komunikasi sekunder Pola
komunikasi
sekunder
diartikan
sebagai
proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang media utama. Komunikasi ini lazim digunakan apabila khalayak yang menjadi sasaran komunikasi jauh jaraknya dan mempunyai jumlah yang banyak. Pola komunikasi sekunder ini diilhami oleh pola komunikasi sederhana yang dibuat Aristoteles yang kemudian mempengaruhi Harold D. Laswell untuk membuat pola komunikasi yang disebut formula Laswell pada tahun 1948. Model komunikasi Laswell secara spesifik banyak digunakan dalam kegiatan komunikasi mmassa. Dalam penjelasannya Laswell menyatakan bahwa untuk memahami proses komunikasi perlu dipelajari setiap tahapan komunikasi. a. Who b. Say What c. In Which Channel d. To Whom e. With What Effect?40 40
Deddy Mulyana, ilmu komunikasi....., hlm 147.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
3. Pola komunikasi linear Pada tahun 1949 berkembang pola komunikasi linear yang digagas oleh Shannon dan Weaver. Linear mengandung arti lurus yakni perjalanan dari satu titik ke ke titik yang lain secara lurus. penyampaian pesan kepada komunikan oleh komunikator sebagai titik terminal. jadi dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi dalam tatap muka, tetapi juga dapat digunakan digunakan dalam komunikasi bermedia. dalam komunikasi ini pesan yang disampaikan akan efektif apabila ada perencanaan sebelum melakukan komunikasi. Pola komunikasi Shannon dan Weaver berakar dari teori matematik dalam permesinan (engginering communication)
shannon.
model
matematika
tersebut
menggaambarkan komunikasi sebagai proses linear.41
Source
TransMiter
Message
destination
noise
Pola Komunikasi Sanon dan Weaver42
41
John Fiske, Cultural and Communication Studies sebuah pengantar paling komprehensif, hlm. 14. 42 Deddy Mulyana, ilmu komunikasi...., hlm 149.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
4. Pola komunikasi sirkular Circular secara harfiah berarti bulat, bundar atau keliling. Dalam proses sirkular itu terjadinya feedback atau umpan balik. Dalam pola komunikasi yang seperti ini proses komunikasi berjalan terus yaitu adanya umpan balik antara komunikator dan komunikan. Pola komunikasi sirkular ini didasarkan pada perspektif interaksi yang menekanknan bahwa komunikator atau sumber respon secara timbal balik pada komunikator lainnya. Perspektif interaksional ini menekankan tindakan yang berisfat simbolis dalam suatu perkembangan yang bersifat proses dari suatu komunikasi manusia.43 Dalam pola komunikasi sirkular mekanisme umpan balik dalam komunikasi dilakukan antara komunikator dan komunikan saling mempengaruhi (interplay) antara keduanya yaitu sumber dan penerima. Osgood bersama Schram pada tahun 1954 menetukan peranan komunikator dan penerima sebagai pelaku utama komunikasi. Pola sirkular digambarkan oleh Schraumm.
source
encoder
signal
decoder
destination
Pola komunikasi Schram44
43
B. Aubrey Fisher, Teori-teori Komunikasi Perspektif Mekanistis, Psikologis, Interaksional dan pragmatis Terjemahan oleh Soejono Trimo (Bandung: Remaja Karya, 1986 ), hlm.162. 44 Deddy Mulyana, ilmu komunikasi...., hlm 152.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
B. KERANGKA TEORITIK a. Teori interaksionalisme simbolik Teori interaksi simbolik (symbolic interactionism) memfokuskan perhatiannya pada cara-cara yang digunakan manusia untuk membentuk makna dan struktur masyarakat melalui percakapan. 45 Interaksi simbolis mendasarkan gagasannya dalam enam hal yaitu: 1. Manusia membuat keputusan dan bertindak pada situasi yang dihadapinya sesuai dengan pengertian subyektifnya. 2. Kehidupan sosial merupakan proses interaksi, kehidupan sosial bukanlah struktur atau bersifat struktural dan karena itu akan terus berubah. 3. Manusia memahami pengalamnnya melalui makna dari simbol yang digunakan di lingkungan terdekanya (primary group), dan bahasa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan sosial. 4. Dunia terdiri dari berbagai objek sosial yang memiliki nama dan makna yang ditentukan secara sosial. 5. Manusia mendasarkan tindakannya atas interpretasi mereka, dengan mempertimbangkan dan mendefinisikan objek-objek dan tindakan yang relevan pada situasi saat itu. 6. Diri seseorang adalah objek signifikan dan sebagaimana objek sosial lainnya diri di definisikan melalui interaksi sosial dengan orang lain. 46 45
Morissan, teori komunikasi individu hingga Masa (Jakarta: kencana preMada Media group, 2013), hlm 245.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
Menurut pandangan interaksi simbolis, makna suatu objek sosial serta sikap dan rencana tindakan tidak merupakan sesuatu yang terisolasi satu sama lain. Seluruh ide paham interaksi simbolis menyatakan bahwa makna muncul melalui interaksi.47 Menurut Blumer, teori ini berpijak pada premis bahwa: 1.
Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada “sesuatu” itu bagi mereka. Asumsi ini menjelaskan perilaku sebagai suatu rangkaian pemikiran dan perilaku yang dilakukan secara sadar antara rangsangan dan respons orang berkaitan dengan rangsangan tersebut. Makna yang diberikan pada simbol merupakan produk dari interaksi sosial dan menggambarkan
kesepakatan
untuk
menerapkan
makna
tertentu pada simbol tertentu pula. 2.
Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia. Blumer menjelaskan terdapat tiga cara untuk menjelaskan asal sebuah makna. (1) makna adalah sesuatu yang bersifat intrinsik dari suatu benda, (2) asal-usul makna melihat makna itu, (3) makna sebagai sesuatu yang terjadi di antara orang-orang. Makna adalah “produk sosial” atau “ciptaan yang dibentuk dalam dan melalui
pendefinisian aktivitas manusia
ketika mereka
berinteraksi”.
46
Ibid hlm 246.
47
Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
3.
Makna tersebut disempurnakan melalui proses penafsiran pada saat proses interaksi sosial berlangsung . Sesuatu ini tidak memiliki makna yang intrinsik. Sebab makna yang dikenakan pada sesuatu ini lebih merupakan produk interaksi simbolis.48
Perspektif simbolis interaksionism mendasarkan pandangannya bahwa menusia mengembangkan satu set simbol yang komplek untuk memberi makna terhadap dunia. Karenanya makna muncu melalui interaksi manusia dengan lingkungannya.49 Seperti yang dikatakan Blumer bahwa proses sosial yang berarti komunikasi antar anggota kelompok yang menciptakan kesepakatan bahwa suatu kelompok harus mempunyai peraturan ini dan itu. Kemudian kesepakatan itu berubah secara dinamis sesuai dengan proses sosialnya. Kesalahan menggunakan simbol-simbol yang tidak sesuai dengan kesepakatan akan mendapat hukuman sosial seperti mendapat cemoohan, dikucilkan dan tidak memperoleh kepercayaan. Inilah yang membuat angggota kelompok mematuhi kesepakatan kelompoknya atau bisa disebut mematuhi budaya kelompoknya. Blumer, memandang orang sebagai aktor bukan reaktor. Tindakan atau aksi sosial, menurut Blumer, merupakan perluasan dari tindakan-
48
Mufid Muhammad, etika dan filsafat komunikasi....., hlm 148.
49
Ibid hlm 150.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
tindakan individu, di mana masing-masing individu menyesuaikan tindakannya sebagai hasilnya merupakan gabungan.50 Selain itu ada pula tiga hal yag penting bagi interaksionisme simbolik, yaitu : 1. Memusatkan perhatian pada interaksi antara aktor dan dunia nyata. 51 dalam penelitian ini yang bertindak sebagai aktor adalah subjek penelitian yang telah ditentukan sedangkan dunia nyata ini adalah lingkungan yang menjadi lokasi penelitian yaitu Pondok Pesantren Al-Anwar yang mana di lokasi penelitian ini terdapat objek penelitian tentang Komunikasi Antarbudaya. 2. Memandang baik aktor maupun dunia nyata sebagai proses dinamis dan bukan sebagai struktur yang statis.52 hubungan antara aktor dan dunia nyata ini meliputi hubungan antar subjek penlitian dan juga lokasi penelitian, yang mana hubungan antara subjek dan lokasi penelitian ini menunjukan suatu hubungan yang dinamis dalam hal Komunikasi Antarbudaya. 3. Arti penting yang dihubungkan kepada kemampuan aktor untuk menafsirkan kehidupan sosial.53 pada tahap ini, kemampuan aktor dalam menafsirkan kehidupan sosial sangat diperlukan. Kemampuan menafsirkan yang dimiliki oleh subjek penelitian ini berguna sebagai proses adaptasi terhadap budaya di lingkungan sosial yang baru. Dengan begitu subjek ini
50
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka,1994), hlm 35. Ibid hlm. 266. 52 Ibid 53 Ibid 51
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
77
akan mudah memahami dan membaur dengan berbagai kebudayaan yang ada di lingkungan baru. George herbert mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolis ini. Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi diantara manusia baik secara verbal maupun nonverbal melalui aksi dan respons yang terjadi , kita memberi makna dalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya kita dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu.54 Menurut Mead ada dua akar intelektual dalam interaksionisme simbolik, yaitu : 1. Pragmatis Pragmatis merupakan pemikiran filsafat yang meliputi banyak hal. Ada beberapa aspek pragmatis yang mempengaruhi orientasi sosiologi yang dikembangkan oleh Mead.55 Menurut John Dewey seorang filosof pragmatis yaitu “pikiran tidak dibayangkan sebagai sesuatu atau sebagai struktur, tetapi lebih membayangkan sebagai proses berpikir yang meliputi serentetan tahapan”.56 Tahapan proses berpikir mencakup pendefinisian objek dalam dunia sosial, melukiskan kemungkinan cara bertindak,
54
Ibid hlm 111.
55
George Ritzer dan Douglas J. GoodMan. Teori Sosiologi Modern Penerjemah Alimanda (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2009), hlm 266. 56 Ibid hlm 267.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
78
membayangkan kemungkinan akibat dan tindakan, menghilangkan kemungkinan yang tak dapat dipercaya dan memillih cara bertindak yang optimal. Pemusatan perhatian pada proses berpikir ini sangat berpengaruh dalam perkembangan interaksionisme simbolik. 2. Behaviorisme Behaviorisme dalam pemikiran Mead disebut denngan behaviorisme sosial agar dapat dibedakan dengan behaviorisme radikal karya John B. Watson yang merupakan seorang murid dari Mead. Menurut Mead manusia mempunyai kapasitas mental yang memungkinkannya menggunakan bahasa antara stimulus dan respon untuk memutuskan bagaimana cara merespon.57
57
Ibid. hlm 268-269.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id