1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bahkan Indonesia adalah salah satu Negara multikultural terbesar di dunia. Multikulturalitas bangsa Indonesia ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perbedaan vertikal dan perbedaan horizontal. Perbedaan vertikal ditandai dengan realitas adanya pelapisan sosial atas bawah dalam struktur kemasyarakatan sebagai akibat perbedaan masing-masing individu di bidang politik, ekonomi, sosial dan pendidikan. Sedangkan perbedaan horizontal adalah perbedaan masyarakat berdasarkan kesatuan sosial, budaya, suku, ras, bahasa, adat istiadat, dan agama. Multikulturalitas bangsa Indonesia ini bisa diibaratkan pisau bermata ganda. Di satu sisi bisa menjadi potensi yang berharga dalam membangun peradaban bangsa, di sisi lain apabila tidak dapat dikelola dengan baik, multikulturalitas
tersebut
akan
memunculkan
konflik
yang
mampu
menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan disintegrasi bangsa. Perbedaan-perbedaan tersebut akan menjadi beban atau kekayaan tergantung bagaimana cara mengolahnya.1 Perbedaan atau keragaman adalah sunatullah, baik perbedaan suku, agama, budaya maupun perbedaan pola berfikir. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran dalam Surah Al Maidah ayat 48: 1
Said Agil Husin al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qurani dalam Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2003, h.213
1
2
…. 2 Artinya : ...Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.3 Ayat ini sejalan dengan faham multikultural, yang dinyatakan tentang adanya masyarakat yang terdiri dari berbagai macam komunitas yang memiliki keragaman suku, agama, dan budaya. Keragaman dan perbedaan itu ditekankan perlunya masing-masing berlomba menuju kebaikan. Dalam perbuatan kebaikan tersebut menyangkut hak azasi manusia dan hubungan sesama manusia termasuk dalam hal pendidikan. Pendidikan yang dapat diakses, dinikmati dan dienyam oleh seluruh lapisan masyarakat yang beragam/multikultural. Implementasi layanan pendidikan berbasis multikultural tersebut sesuai Undang-Undang Dasar RI tahun 1945, pasal Pasal 31 (1) Setiap warga
2 3
h.116
QS. Al Maidah [5] :48 Departemen Agama RI, Al-quran Terjemah, Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2006,
3
negara berhak mendapatkan pendidikan.4
Selanjutnya dalam Undang-
Undang Sisdiknas No: 20 Tahun 2003 bab V pasal 12, ayat (1) a: “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.5 Substansi baik ayat Al Qur‟an maupun amanat Undang-undang di atas relevan dengan konsep pendidikan multikultural. Menurut Kasinyo Harto mengutip pendapat dari Amir Rusdi bahwa pendidikan multikultural dapat dimaknai sebagai usaha-usaha edukatif yang diarahkan untuk dapat menanamkan nilai-nilai kebersamaan kepada peserta didik dalam lingkungan yang berbeda ras, etnis, agama, budaya, nilai-nilai, dan ideologi sehingga memiliki kemampuan untuk hidup bersama dalam perbedaan dan memiliki kesadaran untuk hidup berdampingan secara damai agar kehidupan di dunia menjadi tentram dan sejahtera.6 Menurut Tilaar, salah satu upaya dalam membangun kesadaran dan pemahaman generasi masa depan akan pentingnya sikap menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, demokrasi, kemanusiaan dan pluralisme
masyarakat
yang memiliki latar belakang kultural yang majemuk adalah penerapan pendidikan multikultural.7 4
Perubahan Keempat UUD NRI Tahun 1945, http://www.mpr.go.id/pages/produkmpr/uudnri-tahun-1945/ perubahan-keempat-uud-nri-ta-hun-1945, Online 28 September 2016. 5 Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP RI nomor 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar, Bandung: Citra Umbara, 2008, h.9. 6 Kasinyo Harto, Model Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012, h. 29 7 Muhammad Isnaini, Konsep Pendidikan Multikultural Dalam Merespon Tantangan Globalisasi Analisis Pemikiran HAR. Tilaar, http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/Konseppendidikanmultikultural.pdf , Online 28 September 2016.
4
Melalui pendidikan multikultural diharapkan peserta didik, selain memiliki pengetahuan dalam bidangnya masing-masing, sekaligus juga mempunyai dan mempraktikan nilai-nilai toleransi, demokrasi, humanism dan keadilan. Dengan diterapkannya konsep dan strategi pendidikan multikultural diharapkan segala bentuk diskriminasi, kekerasan dan ketidakadilan yang disebabkan kemajemukan kultur dapat diminimalkan bahkan dihilangkan. Beberapa aspek yang menjadi kunci dalam melaksanakan pendidikan multikultural dalam struktur sekolah dan perguruan tinggi adalah tidak adanya kebijakan yang menghambat toleransi termasuk tidak adanya penghinaan terhadap ras, etnis dan jenis kelamin.8 Kabupaten Barito Selatan diketahui berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sensus Penduduk 2014 diperoleh data penduduk yang beragama, Islam berjumlah 97.742, Kristen berjumlah 23.635, Katolik berjumlah 9.045, Hindu berjumlah
5.282, Budha berjumlah 216, lainnya berjumlah 333.9
Berdasarkan data statistik tersebut, Barito Selatan merupakan kota yang heterogen dengan masyarakat yang multikultural, sehingga Barito Selatan menjadi kota yang rawan konflik karena adanya perbedaan suku, budaya dan agama. Agar tercipta keharmonisan dalam keberagaman dan meminimalisir segala potensi konflik yang muncul, Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Selatan berupaya mengelola dan memberikan layanan pendidikan berbasis multikultural kepada masyarakat Barito Selatan. 8
M. Ali Sibram Malisi, M.Ag, Pendidikan Multikultural, PT. Pustaka Firdaus, Jakarta: 2007, h. 27 9 Observasi Data Badan Pusat Statistik Barito Selatan, 04 Januari 2016.
5
Dilihat dari nama yayasan, Bina Insan Nusantara sudah memberi nuansa keberagaman yang mencerminkan multikultural. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
bina-membina berarti membangun,
mendirikan; insan berarti manusia; dan nusantara berarti antar pulau di seluruh Indonesia. Yayasan Bina Insan Nusantara dapat diartikan sebuah lembaga yang membangun manusia dari berbagai latar belakang yang ada di Indonesia mulai dari suku, agama, sosial, budaya, dan bahasa. Yayasan ini berupaya mengelola dan memberikan pendidikan berbasis multikultural kepada masyarakat melalui lembaga pendidikan yang dimiliki. Lembaga pendidikan di bawah naungan yayasan tersebut adalah: 1.
PAUD Play Group Buntok English Kids (BEK)
2.
TK Bina Nusantara
3.
LKP Intensive English Course (Lembaga Kursus Bahasa Inggris)
4.
LKP Smart Computer (Lembaga Pendidikan Komputer)
5.
PKBM-Bina Citra Persada
6.
LPK Bina Insan Nusantara Kepala Tata Usaha Yayasan Bina Insan Nusantara Anis, menyatakan
bahwa PAUD Play Group BEK dan TK Bina Nusantara sebagai dua diantara lembaga binaan yayasan tersebut memiliki 216 siswa yang terdiri dari 131 siswa beragama Islam, 48 siswa beragama Kristen, dan 37 siswa beragama Katolik.10 Bahkan Anis sendiri menyatakan bahwa pada tahun 2009 pernah siswa bersekolah beragama Hindu dan Budha, jadi pihak yayasan 10
Wawancara dengan Anis, di Yayasan Bina Insan Nusantara Kabupaten Barito Selatan, 12 Januari 2016
6
mendatangkan guru agama Hindu dan Budha khusus mengajar pendidikan agama. Hal ini menunjukkan yayasan mengakomodir pendidikan agama dengan tenaga pengajar guru yang seagama, dan uniknya pendidikan agama pada PAUD Play Group dan TK diberikan setiap hari secara terpisah di luar dari hari khusus jadwal pendidikan agama berdasarkan agama masingmasing,
misalnya
berdoa
sebelum
dan
sesudah
belajar
anak-anak
dikelompokkan berdasarkan agama masing-masing, diberikan kebebasan kepada guru dan siswa untuk menunjukkan identitas agama masing-masing, serta juga merayakan hari besar keagamaan di lingkungan sekolah. Hal ini senada dengan yang disampaikan Isnah Cholisoh, M.Pd selaku ketua yayasan, “saya ingin memperkuat agama masing-masing anak tidak hanya Islam, walaupun sekolah umum tapi pendidikan agama sangat kuat mengingat anak usia dini adalah aset berharga bunda dan negara”. Menurut Isna, bahwa siswa yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan ini terdiri dari berbagai latar belakang ekonomi, suku, agama, dan budaya. Sehingga yayasan berusaha agar setiap kebijakan yang dihasilkan tidak bertentangan dengan agama, budaya dan sosiokultur masyarakat setempat.11 Isna menambahkan, bahwa
lembaga pendidikan yang didirikannya
mencoba mengakomodasi seluruh lapisan masyarakat dengan berbagai latar belakang agar tercipta keharmonisan dalam keberagaman dikalangan masyarakat Barito Selatan, sehingga pola manajemen pendidikan yang dilakukan mampu diterima oleh semua pihak. Bahkan dalam penerimaan 11
Wawancara dengan ketua Yayasan Bina Insan Nusantara Kabupaten Barito Selatan, 12 Januari 2016
7
siswa baru, yayasan tidak membedakan suku, agama, ras dan latar belakang ekonomi sosial, ekonomi dan budaya anak. Hal ini juga diperjelas oleh seorang guru Faizah Yuniati, yang mengatakan bahwa pendidikan berbasis multikultural yang ada di sekolah tersebut diselipkan pada waktu pembelajaran dan dalam proses rekruitmen siswa baru. Dalam proses pembelajaran berlangsung siswa diajarkan untuk saling menghargai orang lain dan menghargai orang yang ada di lingkungan sekitar, menerima dan menghormati perbedaan.12 Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Manajemen Pendidikan Berbasis Multikultural di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan. B. Fokus dan Subfokus Penelitian Fokus penelitian ini pada manajemen pendidikan berbasis multikulturl di yayasan Bina Insan Nusantara kabupaten Barito Selatan. Sedangkan Subfokusnya adalah lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Play Group BEK dan TK Bina Nusantara. C. Rumusan Masalah atau Pertanyaan Penelitian Berkenaan dengan manajemen pendidikan berbasis multikultural di yayasan Bina Insan Nusantara Barito kabupaten Barito Selatan yang penulis teliti, maka penelitian ini akan memfokuskan pada dua hal mendasar yang berkenaan dengan manajemen pendidikan berbasis multikultural yaitu : perencanaan dan pelaksanaan pendidikan berbasis multikultural. 12
Hasil wawancara dengan Faizah, di Yayasan Bina Insan Nusantara Kabupaten Barito Selatan, 12 Januari 2016.
8
Agar terarah maka penelitian ini berfokus pada hal-hal berikut : 1.
Bagaimana perencanaan pendidikan berbasis multikultural di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan?
2.
Bagaimana pelaksanaan pendidikan berbasis multikultural di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan?
D. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mendeskripsikan dan menguraikan perencanaan pendidikan berbasis multikultural di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan.
2.
Untuk mendeskripsikan dan menganalisa pelaksanaan pendidikan berbasis multikultural di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan.
E. Kegunaan Penelitian Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menemukan konsepkonsep manajemen pendidikan multikultural, khususnya pada Pendidikan Anak Usia Dini Play Group BEK dan TK Bina Nusantara dalam rangka memperkaya disiplin ilmu manajemen pendidikan sebagai sebuah disiplin ilmu. Secara praktis penelitian ini diharapkan : 1. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan yayasan Bina Insan Nusantara Barito kabupaten Barito Selatan.
9
2. Sebagai bahan penelitian, guna pengembangan lebih lanjut terhadap dunia pendidikan khususnya pada lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Play Group BEK dan TK Bina Nusantara. 3. Bagi pengelola lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Play Group BEK dan TK Bina Nusantara di kabupaten Barito Selatan mendapatkan masukan mengenai manajemen pendidikan berbasis multikultural.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian 1.
Pengertian Manajemen Manajemen secara etimologis berasal dari kata “managio” berarti kepengurusan, atau “manage” atau “managiare” yang berarti melatih dalam mengatur langkah-langkah.13 Sahertian menyebutkan manajemen terkandung dua kegiatan, yaitu fikir (mind) dan kegiatan tindak (action). Kedua kegiatan ini tampak dalam fungsi-fungsinya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan dan penilaian.14 Menurut
Nanang
Fattah,
manajemen
merupakan
proses
merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.15 Stoner menyatakan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha anggota organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pendapat Mourell, dkk menyebutkan “management is the process of efficeintly getting activities completed with and through other people”.16
13
Baharuddin dan Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam, Malang,UIN Maliki Press, 2010, h. 48. 14 Husnul Yaqin, Administrasi dan Manajamen Pendidikan, Banjarmasin : IAIN Antasari press Banjar-masin, 2011, h.3. 15 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: 2004, Rosdakarya, h.1. 16 Husnul Yaqin, Administrasi dan Manajamen ..., h.3.
10
11
Kathryn M. Brtol dan David C. Martin dalam Wukir mendefinisikan manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling).17 Senada dengan hal di atas, Henri Fayol menyatakan manajemen atau pengelolaan adalah untuk merencanakan dan memprediksi, untuk mengkoordinasikan dan mengontrol. Keitner mengemukakan bahwa manajemen merupakan proses pemecahan masalah dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif melalui penggunaan sumber daya yang mungkin langka secara efisien dalam lingkungan yang berubah. Sementara Brech mendefinisikan manajemen sebagai proses social yang terdiri dari perencanaan, pengendalian, pengkoordinasian, dan motivasi.18 Adapun menurut Ramayulis dalam Saefullah dalam buku Manajemen Pendidikan Islam yang mengkaitkan kata manajemen dengan ayat al-Quran. Kata manajemen memiliki kesamaan arti dengan kata at-tadbir (pengaturan).19 Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang terdapat dalam firman Allah SWT dalam QS. As-Sajdah berikut:
17
Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah,Yogyakarta: Multi Presindo, 2013, h.11 18 Ibid, h.12 19 Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, Bandung: C.V Pustaka Setia, 2012, h.1
12
20 Artinya: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitungan” 21 Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT yang mengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah SWT dalam mengelola alam ini, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di muka bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini. Manajemen merupakan aktivitas dalam suatu organisasi melalui kerjasama para anggota dengan menggunakan segala sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Dari berbagai definisi di atas, dapat dipahami bahwa manajemen adalah suatu proses atau fungsi-fungsi yang harus dijalankan dalam suatu kelompok tertentu secara efektif dan efisien sehingga mencapai hasil atau tujuan yang ditetapkan. 2.
Fungsi Manajemen Fungsi manajemen menurut berbagai ahli manajemen berbedabeda. Hal ini disebabkan latar belakang mereka, pendekatan yang
20 21
h.415
QS. As Sajadah [32]:5 Departemen Agama RI, Al-quran Terjemah, Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2006,
13
dilakukan tidak sama. meliputi
planning
Konsep Louis A. Allen, fungsi manajemen
(perencanaan)
organizing
(pengorganisasian),
coordination (koordinasi), motivating (motivasi), dan controlling (pengawasan). tersebut
Konsep Koontz, Harol dan Cyril O. Donnell fungsi
meliputi
controlling. manajemen
planning,
organizing,
staffing,
directing
dan
Konsep Hendry Fayol, menyebutkan bahwa fungsi tersebut
adalah
planning,
organizing,
command,
coordinating dan control.22 Menurut G. R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu : a. b. c. d.
Planning (perencanaan) Organizing (pengorganisasian) Actuating (pelaksanaan) Controlling (pengendalian)23
Sedangkan
Luther
Gullick
mengemukakan
tujuh
fungsi
manajemen, yaitu : a. b. c. d. e. f. g.
Planning (perencanaan) Organizing (pengorganisasian) Staffing (penentuan staf) Directing (pengarahan) Coordinating (pengkoordinasian) Reporting (pelaporan) Budgeting (penganggaran)24
Dari berbagai pendapat di atas, diketahui bahwa fungsi manajemen
meliputi
perencanaan
(planning),
pegorganisasian,
(organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).
22
Husnul Yaqin, Administrasi dan Manajamen Pendidikan, Banjarmasin : IAIN Antasari Press Banjarmasin, 2011, h. 8 23 Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah, Yogyakarta: Multi Presindo, 2013, h.23 24 Ibid, h.24
14
a.
Perencanaan Perencanaan menurut Mulyono adalah proses kegiatan nasional dan sistematik dalam menetapkan keputusan, kegiatan atau langka-langkah yang akan dilaksanakan di kemudian hari dalam rangka usaha mencapai tujuan secara efektif dan efisien.25 Malayu S.P Hasibuan mengatakan bahwa analisis pekerjaan adalah menganalisis dan mendesain pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan mengapa pekerjaan itu harus dikerjakan. Analisis pekerjaan bermanfaat untuk memberikan informasi tentang aktivitas pekerjaan, standar pekerjaan, persyaratan personalia, perilaku manusia dan alat-alat yang akan dipergunakan. Dari analisa pekerjaan ini, baik lembaga pendidikan, perusahaan maupun
lembaga
sosial
lainnya
dapat
mempelajari
dan
mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan berbagai operasi dan kewajiban suatu jabatan.26 Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin. Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipihakan antara satu dnegan yang lainnya dalam proses perencanaan yaitu (1) perumusan tujuan yang ingin dicapai, (2)pemilihan program untuk mencapai tujuan itu, (3) identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.27 25
Mulyono, MA., Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: ARRUZZ MEDIA,2008, h.25. 26 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 10, 2007, h. 28-29. 27 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung: 2004, h. 49.
15
Perencanaan pada dasarnya merupakan suatu proses memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan metode yang tepat. Pengertian serupa dikemukakan oleh Gibson “perencanaan mencakup kegiatan menentukan sasaran dan alat sesuai untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Perencanaan yang dibuat secara matang akan berfungsi sebagai kompas untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk itu Sergiovanni menegaskan: “plans are guides, approximation, goal post, and compass setting not irrevocable commitments or dicision commandments”. 28 Mulyati dan Komariah mengemukakan fungsi perencanaan sebagai berikut: - Menjelaskan dan merinci tujuan yang ingin dicapai. - Memberikan pegangan dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. - Organisasi memperoleh standar sumber daya terbaik dan mendayagunakan sesuai tugas pokok fungsi yang telah ditetapkan. - Menjadi rujukan anggota organisasi dalam melaksanakan aktivitas yang konsisten prosedur dan tujuan. - Memberikan batas kewenangan dan tanggung jawab bagi seluruh pelaksana. - Memonitor dan mengukur berbagai keberhasilan secara intensif sehingga bisa menemukan dan memperbaiki penyimpangan secara dini. - Memungkinkan untuk terpeliharanya persesuaian antara kegiatan internal dengan situasi eksternal. - Menghindari pemborosan.29 Dalam pendidikan perencanaan adalah suatu kegiatan merencanakan masa depan pendidikan dan berkaitan dengan penentuan kebijakan, prioritas kerja, sasaran, dan pembiayaan dengan
28
mempertimbangkan
proses
pembangunan
dan
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010, h. 56. 29 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, h. 93-95.
16
pengembangan
pendidikan,
prinsip
efektivitas
dan
efisiensi,
kebutuhan dan tujuan peserta didik serta masyarakat.30 Banghart dan Trull mengemukakan: “Educational planning is first of all a rational process”. Artinya perencanaan pendidikan adalah langkah paling awal dari semua proses rasional. Dengan kata lain sebelum melaksanakan kegiatan lain, langkah pertama yang mestinya dibuat adalah perencanaan. Berapa model perencanaan pendidikan yang patut diketahui, antara lain: 1) Model perencanaan komprehensif; model ini terutama digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan. Di samping itu berfungsi sebagai suatu patokan dalam menjabarkan rencana-rencana yang lebih spesifik ke arah tujuan-tujuan yang lebih luas. 2) Model target setting; model ini diperlukan dalam upaya melaksanakan proyeksi ataupun memperkirakan tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu. 3) Model costing (pembiayaan) dan keefektifan biaya; model ini sering digunakan untuk menganalisi proyek-proyek dalam kriteria efisien dan efektifitas ekonomis. Penggunaan model ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak terlepas dari masalah pembiayaan. 4) Model PPBS; PPBS (planning, programming, buggeting System) dalam bahasa Indonesia adalah sistem perencanaan, penyusunan program dan penganggaran (SP4). Model ini bermakna bahwa perencanaan, penyusunan program dan penganggaran di pandang sebagai suatu sistem yang tak terpisahkan satu sama yang lainnya. PPBS merupakan suatu proses yang komprehensif untuk pengambilan keputusan yang lebih efektif.31
30
Andang, manajemen & Kepemimpinan kepala Sekolah, Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2014, h.74 31 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung: 2004, h. 52.
17
Berdasarkan jangkauan waktunya, perencanaan dapat dibagi menjadi perencanaan jangka pendek, misalnya satu hari, satu minggu,
satu
bulan,
perencanaan
jangkah
menengah
yaitu
perencanaan yang dibuat untuk jangka waktu satu semester atau enam bulan, dan perencanaan jangka panjang dibuat untuk jangka waktu satu tahun sampai lima tahun. Secara sederhana perencanaan berarti merencanakan segala sesuatunya terlebih dahulu, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau aktivitas. Dengan memikirkan jauh-jauh sebelumnya tindakan yang akan dilakukan, maka dapat diharapkan tindakan-tindakan yang dilakukan hanya kecil kemungkinan mengalami kekeliruan. Perencanaan memiliki peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya suatu pendidikan. Orang bijak mengatakan “no plan, no future”, tanpa perencanaan tidak ada masa depan. Dengan perencanaan yang baik, kualitas pendidikan belum bisa terjamin tanpa adanya pelaksanaan yang baik. Sementara perencanaan yang buruk jelas menghambat tercapainya pendidikan yang berkualitas. b.
Pengorganisasian Menurut
Nanang
Fatah,
setelah
rampung
membuat
perencanaan, maka langkah selanjutnya adalah pengorganisasian. Pengorganisasian adalah proses mengatur, mengalokasikan, dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya diantara anggota
organisasi
untuk
mencapai
tujuan
organisasi.
18
Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugastugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya,
serta
mengkoordinasikannya
dalam
rangka
efektivitas
pencapaian tujuan organisasi.32 Pengorganisasian menurut Ulber Silalahi dalam Imam Musbikin adalah pembagian pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan
oleh
anggota
kelompok
pekerjaan,
penentuan
hubungan-hubungan pekerjaan diantara mereka dan pemberian lingkungan pekerjaan sepatutnya.33 Pengorganisasian
menurut
Mulyono
adalah
menyusun
hubungan perilaku yang efektif antarpersonalia, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh keputusan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas dalam situasi lingkungan yang ada guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu.34 Hal senada juga dikemukakan Wukir bahwa seorang manajer yang baik harus mengetahui bawahannya beserta kemampuannya agar dapat mengatur sumber daya organisasinya. Hal ini tersebut dapat diperoleh melalui penempatan staf dalam divisi kerja,
32
Nanang Fattah, Landasan Manajermen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011,
h. 71. 33
Imam Musbikin, Menjadi Kepala Sekolah Yang Hebat, Pekanbaru Riau: ZANAFA PUBLISHING, 2012, h. 60. 34 Mulyono, MA., Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: ARRUZZ MEDIA,2008, h.26.
19
membuat
pelatihan
untuk
karyawan
dan
mengorganisasikan
kelompok kerja menjadi tim yang produktif.35 Pembagian tugas organisasi hendaknya dilakukan secara proporsional, yaitu membagi habis dan menstrukturkan tugas-tugas ke dalam sub-sub atau komponen-komponen organisasi, disamping itu perlu adanya struktur organisasi yang merupakan cerminan semua pekerjaan yang dapat terbagi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dan dapat dikerjakan sesuai dengan keahlian masingmasing. Ringkasan menyeluruh mengenai persyaratan pekerjaan disebut uraian pekerjaan (job description). Sedangkan ringkasan menyeluruh mengenai kualifikasi pekerjaan disebut spesifikasi pekerjaan (job specification). Dengan kata lain, analisa pekerjaan digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan uraian pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan. Uraian pekerjaan harus diuraikan secara jelas agar pejabat yang akan menduduki jabatan tersebut mengetahui tugas, tanggung jawab, dan standar prestasi yang harus dicapainya. Spesifikasi pekerjaan juga merupakan uraian persyaratan kualitas minimum orang yang bisa diterima agar dapat menjalankan satu jabatan dengan
baik
dan
kompeten.
Spesifikasi
pekerjaan
disusun
berdasarkan uraian pekerjaan dengan menjawab tentang ciri, 35
Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah, Yogyakarta: Multi Presindo, 2013, h. 31.
20
karakteristik,
pendidikan,
pengalaman.
Spesifikasi
pekerjaan
menunjukkan persyaratan orang yang akan direkrut dan menjadi dasar untuk melaksanakan seleksi.36 Pengorganisasian merupakan proses pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat ditangani dan aktivitas mengkoordinasi hasil-hasil yang akan dicapai melalui perencanaan, seperti membagikan pekerjaan yang harus dikerjakan, membagi
tugas
kepada
karyawan
untuk
melaksanakannya,
mengalokasikan sumber daya yang memberikan bantuan, kemudian mengkoordinir pekerjaan untuk mencapai hasil dan tujuan yang diinginkan. c.
Pelaksanaan Pelaksanaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya
tujuan
organisasi
dengan
efisien,
efektif,
dan
ekonomis.37 Pelaksanaa menurut Imam Musbikin adalah aktifitas untuk memberikan dorongan, pengarahan dan pengaruh terhadap semua anggota kelompok agar mau bekerja secara sadar dan suka rela dalam rangka mencapai suatu tujuan yang ditetapkan.38
36
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 10, 2007, h. 34. 37 Sondang P. Siagian, 2007, h. 95. 38 Imam Musbikin, Menjadi Kepala… ,h. 60
21
Soekarno dalam Ernie Tisnawati Sule, dan Saefullah, Kurniawan, memberikan rumusan pelaksanaan sebagai fungsi pembimbing dan pemberian pimpinan serta menggerakan orang (dalam kelompok) agar kelompok itu suka dan mau bekerja. Pelaksanaan, pengimplementasian, atau penggerakkan (actuating) merupakan proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak dapat bertanggung-jawab dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.39 Terry menegaskan “Actuating is setting all members of the group to want to achieve and to strike to achieve the objective willingly and keeping with the managerial planning and organizing the efforts”.40 Menurutnya pelaksanaan (actuating) mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapakan oleh perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan dapat tercapai. Unsur pelaksanaan merupakan bagian dari proses kelompok yang
di
dalamnya
terdapat
tindakan
komando,
tindakan
pembimbingan, memberikan petunjuk dan mengarahkan kepada tujuan. Di dalam proses ini juga, seseorang bisa memberikan motivasi untuk memberikan pengertian dan kesadaran terhadap apa
39
Ernie Tisnawati Sule, dan Saefullah, Kurniawan, Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana, 2010, h. 8. 40 Daniel C., Landasan Teori Administrasi/Manajemen. Manado: Tri Ganesha Nusantara, 2006, h. 70.
22
yang sedang dikerjakan staf atau bawahan, sehingga mereka bisa bekerja secara tekun dan baik guna mencapai tujuan. Proses memotivasi berarti mendorong semua pihak agar mau bekerja sama, ikhlas dan bergairah untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan rencana-rencana yang telah ditentukan atau diorganisir sebelumnya. Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama, karena fungsi actuating berperan sebagai pengarahan yang diberikan atasan kepada karyawan untuk melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan. Fungsi pelaksanaan dapat mengimplementasikan pada kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya dan dapat mewujudkan kegiatan dalam organisasi. Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Fungsi pelaksanaan sebagai tindakan mengarahkan pekerjaan yang perlu dilaksanakan didalam sebuah organisasi. Karena itu, fungsi actuating berkaitan dengan fungsi manajemen lainnya seperti perencanaan, pengorganisasian agar tujuan dapat tercapai. Adapun fungsi pelaksanaan mempunyai tujuan agar dapat menjamin
kontinuitas
perencanaan,
membudayakan
prosedur
standart, menghindari kemangkiran yang tak berarti, membina
23
displin kerjakualitas maupun kuantitasnya, dan membina motivasi yang terarah.41 Berdasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa pelaksanaan merupakan keseluruhan usaha cara dan teknik dalam implementasi dari segenap perencanaan yang sudah dicanangkan jauh-jauh hari sebelumnya. Di dalam unsur pelaksanaan kegiatan dipengaruhi oleh motivasi, komunikasi, kepemimpian, perubahan dan perkembangan organisasi serta manajemen konflik. Fungsi pelaksanaan disebut dengan memimpin atau pimpinan, yang didalam fungsi memimpin dipengaruhi oleh motivasi, kepemimpinan dan komunikasi yang semua unsur tersebut berhubungan faktor
manusia sebagai
pelaksana. d.
Pengawasan Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan, walaupum hal ini jarang terjadi. Pengawasan diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai. Beberapa pengertian pengawasan dari beberapa pakar berikut Pertama, Oteng Sutisna menghubungkan fungsi pengawasan dengan tindakan administrasi. Baginya pengawasan dilihat sebagai proses administrasi melihat apakah apa yang terjadi itu sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi, jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya. Kedua, Hadari Nawawi menegaskan bahwa pengawasan
41
Siswanto, Bedjo, Manajemen Modern, Bandung: Sinar Baru, 2006, h.112-113.
24
dalam administrasi berarti kegiatan menukur tingkat efektivitas kerja personal dan tingkat efesiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Ketiga, Johnson mengemukakan pengawasan sebagai fungsi sistem yang melakukan penyesuaian terhadap rencana, mengusahakan agar penyimpangan-penyimpangan tujuan sistem hanya dalam batas-batas yang dapat ditoleransi. 42 Pengawasan merupakan fungsi dasar yang diarahkan sepenuhnya
untuk
menghindari
adanya
kemungkinan
penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi
mengenai
sejauh
mana
pelaksanaan
kerja
sudah
dilaksanakan. Pengawasan dapat dilakukan dengan cara evaluasi. Evaluasi merupakan
kegiatan
yang
membandingkan
antara
hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari evaluasi kemudian akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai sehingga, bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang telah ditetapkan dengan hasil yang bisa dicapai. 42
Husnul Yaqin, Administrasi dan Manajamen Pendidikan, Banjarmasin : IAIN Antasari press Banjarmasin, 2011, h. 65.
25
Evaluasi disebut juga pengendalian yang merupakan kegiatan sistem pelaporan yang serasi dengan struktur pelaporan keseluruhan, mengembangkan standar perilaku, mengukur hasil berdasarkan kualitas yang diinginkan dalam kaitannya dengan tujuan, melakukan tindakan koreksi dan memberikan ganjaran.43 Tujuan pengawasan adalah: 1. Meningkatkan kinerja organisasi secara kontinyu, karen akondisi persaingan usahan yang semakin tinggi menuntut organisasi untuk setiap saat mengawasi kinerjanya; 2. Meningkatkan efisiensi dan keuntungan bagi organisasi dengan menghilangkan pekerjaan yang tidak perlu atau mengurangi penyalahgunaan alata atau bahan; 3. Menilai derajat pencapaian rencana kerja dengan hasil akurat yang dicapai, dan dapat dipakai sebagai dasar pemberian kompensasi bagi seorang pegawai; 4. Mengkoordinasikan beberapa elemen tugas atau program yang dijalankan; 5. Meningkatkan keterkaitan terhadap tujuan organisasi agar tercapai.44 Berdasarkan uraian-uraian di atas, dalam suatu organisasi apapun, termasuk lembaga-lembaga pendidikan, proses pengawasan merupakan sesuatu yang harus ada dan dilaksanakan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meneliti dan mengetahui apakah pelaksanaan tugas-tugas perencanaan semuanya sudah betul-betul dilaksanakan. Di samping itu juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, kekurangan dalam
43
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2008, h.34. 44 Badri Munir Sukoco, Manajemen Administrasi Perkantoran Modern, Erlangga, Jakarta: h. 50.
26
melaksanakan tugas-tugas dan juga sekaligus dapat mengetahui jika sekiranya terdapat segi-segi kelemahan. Dari empat fungsi manajemen yang sudah diuraikan di atas, peneliti mengambil dua fungsi manajemen sebagai subfokus dalam penelitian ini, yaitu perencanaan dan pelaksanaan. 3.
Manajemen Strategik Manajemen strategik adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan (formulation), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating), keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa mendatang.45 Menurut Fred R. David, manajemen strategis adalah seni dan pengetahuan
dalam
merumuskan,
mengimplementasikan,
serta
mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya.46 Dari definisi di atas diketahui bahwa manajemen strategik terdiri dari tiga proses, yaitu pembuatan strategik, penerapan strategik dan evaluasi strategik yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategik berkaitan dengan upaya memutuskan persoalan strategi dan perencanaan, dan bagaimana strategi tersebut dilaksanakan dalam praktek. Manajemen strategik dapat dipandang
45
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik Pengantar Proses Berpikir Strategik, Pamulang: Binapura Aksara, t.tt., h.31 46 Fred R. David, Strategic Managemen, Jakarta: Salemba Empat, 2012, h.5
27
sebagai hal yang mencakup tiga macam elemen utama. Terdapat adanya analisis strategik dimana penyusun strategi (strategis) yang bersangkutan berupaya untuk memahami posisi strategik organisasi yang bersangkutan. Terdapat pula adanya pilihan strategik yang berhubungan dengan perumusan aneka macam arah tindakan, evaluasi, dan pilihan antara mereka. Akhirnya terdapat pula implementasi strategi yang berhubungan dengan merencanakan bagaimana pilihan strategi dapat dilaksanakan. Dari pembahasan di atas kiranya jelas bahwa pada dasarnya yang dimaksud dengan strategi bagi manajemen organisasi pada umumnya ialah rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemilkian rupa sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan. 4.
Multikultural Multikultural adalah keberagaman budaya. H.A.R. Tilaar dalam Chairol Mahfud menyatakan, multikultural secara etimologi dibentuk dari kata multi (banyak) kultur (budaya) dan isme (aliran/paham).47 Adapun secara hakiki, kata multikultural itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaan masing-masing yang unik.48 Sedangkan kultur (budaya) itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari empat tema penting yaitu: agama (aliran), ras (etnis),
47
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h.75 Ibid
48
28
suku, dan budaya.49 Hal ini mengandung arti bahwa pembahasan multikultural mencakup tidak hanya perbedaan budaya saja, melainkan masuk pula didalamnya kemajemukan agama, ras maupun etnik. Multikulturalisme merupakan konsep di mana sebuah komunitas dalam konteks kebangsaan dapat mengakui keberagamaan, perbedaan dan kemajemukan budaya, baik ras, suku, etnis, dan agama. Sebuah konsep yang memberikan pemahaman kita bahwa sebuah bangsa yang plural atau majemuk adalah bangsa yang dipenuhi dengan budayabudaya yang beragam atau multikultur. Bangsa yang multikultur adalah bangsa yang terdiri dari kelompok-kelompok etnik atau budaya yang ada dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip co-existence yang ditandai oleh kesediaan untuk menghormati budaya lain.50 Azyumardi
Azra,
dalam
Yaya
Suryana
dan
Rusdiana
mengemukakan multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan ke dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan realitas pluralitas agama dan multikultural
yang
terdapat
dalam
kehidupan
masyarakat.
Multikulturalisme juga dapat dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik.51 Dengan demikian paradigma multikultural memberi pelajaran kepada kita untuk memiliki apresiasi dan respek terhadap budaya dan 49
Ain al-Rafiq Dawam, Emoh Seklah, Yogyakarta: Inspeal Ahimsa Karya Press, 2003,
h.99-100 50
Nanih Mahendrawati dan Ahmad Syafe‟i, Pengembangan Masyarakat islam : dari Ideologi, Srategi sampai Tradisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, h. 34 51 Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural … h.100
29
agama-agama lain. Atas dasar ini maka penerapan multikulturalisme menuntut kesadaran dari masing-masing budaya lokal untuk saling mengakui dan menghormati keanekaragaman identitas budaya yang dibalut semangat kerukunan dan perdamaian. Diharapkan dengan kesadaran dan kepekaan terhadap kenyataan kemajemukan, pluralitas bangsa, baik dalam etnis, agama, budaya hingga orientasi politik, akan bisa mereduksi berbagai potensi yang dapat memicu konflik sosial di belakang hari. a. Agama Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan/kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia lainnya. Menurut Harun Nasution, agama adalah suatu sistem kepercayaan dan tingkah laku yang berasa dari suatu kekuatan yang ghaib. Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat).52 Menurut Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama adalah hubungan yang tetap antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan supernatur, dan yang bersifat berada dengan sendirinya dan yang mempunyai kekuasaan absolute yang disebut
52
M. Ali Yatim Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Amzah, 2004,h.5
30
Tuhan.53 Menurut A.M. Saefuddin menyatakan bahwa agama merupakan kebutuhan manusia yang paling esensial yang besifat universal. Karena itu, agama merupakan kesadaran spiritual yang di dalamnya ada satu kenyataan di luar kenyataan yang nampak ini, yaitu bahwa manusia selalu mengharap belas kasihan-Nya, bimbingan-Nya, serta belaian-Nya, yang secara ontologis tidak bisa diingkari, walaupun oleh manusia yang mengingkari agama (komunis) sekalipun. Sutan Takdir Alisyahbana menyebutkan agama adalah suatu sistem kelakuan dan perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan kegaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan demikian member arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang mengelilinginya. Menurut Sidi Gazalba menyatakan bahwa religi (agama) adalah kecendrungan rohani manusia, yang berhubungan dengan alam semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang terakhir, hakekat dari semuanya itu.54 Dari pendapat di atas, kalau diteliti lebih mendalam memiliki titik persamaan. Semua menyakini bahwa agama merupakan Kebutuhan manusia yang paling esensial, dan adanya kesadaran di luar dan dalam diri, bahwa ada sesuatu yang dapat membimbing, mengarahkan, dan mengasihi di luar jangkauannya. Agama berfungsi sebagai pedoman hidup bagi individu maupun kelompok yang mengatur tata cara hubungan manusia dengan 53
Abu Ahmadi, Sejarah Agama. Solo : CV. Ramadhani, 1984, h.14 Tim Penyusun, Pengantar Studi Islam, Surabaya : IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2004
54
31
Tuhan dan manusia dengan manusia, sekaligus memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama. Oleh karena itu agama terdiri dari beberapa unsur pokok, yaitu 1) Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi; 2) Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya; 3) Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agama; 4) Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi; dan 5) Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama.55 b. Ras (Etnis) Etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, normabahasa, sejarah, geografis, dan hubungan kekerabatan56 Menurut Frederich Barth (1988) istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan istilah etnik berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok 55 56
ibid Undang-undang nomor 40 tahun 2008 pasal 1
32
etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.57 Pada awalnya istilah etnik hanya digunakan untuk suku-suku tertentu yang dianggap bukan asli Indonesia, namun telah lama bermukim dan berbaur dalam masyarakat, serta tetap mempertahankan identitas mereka melalui cara-cara khas mereka yang dikerjakan, dan atau karena secara fisik mereka benar-benar khas. Misalnya etnik Cina, etnik Arab, dan etnik Tamil-India. Perkembangan belakangan, istilah etnik juga dipakai sebagai sinonim dari kata suku pada sukusuku yang dianggap asli Indonesia. Misalnya etnik Bugis, etnik Minang, etnik Dairi-Pakpak, etnik Dani, etnik Sasak, dan ratusan etnik lainnya. Malahan akhir-akhir ini istilah suku mulai ditinggalkan karena berasosiasi dengan keprimitifan (suku dalam bahasa inggris diterjemahkan sebagai „tribe’), sedangkan istilah etnik dirasa lebih netral. Istilah etnik sendiri merujuk pada pengertian kelompok orangorang, sementara etnis merujuk pada orang-orang dalam kelompok. Keduanya akan digunakan secara bergantian tergantung konteksnya. Kelompok etnik, etnis atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia
yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya
dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku ditandai oleh pengakuan dari orang lain 57
2016
http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-etnis-atau-suku.html, online 15 September
33
akan ciri khas kelompok tersebut seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis.58 Kelompok etnik adalah kelompok orang-orang sebagai suatu populasi yang : 1)
Dalam
populasi
kelompok
mereka
mampu
melestarikan
kelangsungan kelompok dengan berkembang biak. 2)
Mempunyai nila-nilai budaya yang sama, dan sadar akan rasa kebersamaannya dalam suatu bentuk budaya.
3)
Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri.
4)
Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. Definisi etnik diatas menjelaskan pembatasan-pembatasan
kelompok etnik yang didasarkan pada populasi tersendiri, terpisah dari kelompok lain, dan menempati lingkungan geografis tersendiri yang berbeda dengan kelompok lain. Seperti misalnya, etnik Minang menempati wilayah geografis pulau Sumatera bagian barat yang menjadi wilayah provinsi Sumatera Barat saat ini dan beberapa daerah pengaruh di provinsi sekitar. Lalu etnik Sunda menempati wilayah pulau jawa bagian barat. Dan etnik Madura menempati pulau madura sebagai wilayah geografis asal.59
58 59
https://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_etnik, online 15 September 2016 Ibid
34
c. Budaya Taylor dalam Yaya Suryana dan A. Rusdiana mendefenisikan kebudayaan sebagai segala sesuatu yang termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.60 Budaya menurut Kroeber dan Kluckhohn adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya. Dan menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yaitu alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.61 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, hasil karya manusia, dan kebiasaan yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat yang diperoleh setelah proses belajar. 5.
Pendidikan Multikultural Menurut Andersen dan Cus her berpendapat bahwa pendidikan multikultural
60 61
diartikan sebagai
pendidikan
mengenai
Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural … h.86 Widyosiswoyo, S. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:Ghalia Indonesia, 2004, h.
keragaman
35
kebudayaan.62
Sedangkan
Hernandez,
mengartikan
pendidikan
multikultural sebagai perspektif yang mengakui realitas sosial, politik, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan pentingnya budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan.63 James Banks mendefinisikan pendidikan multikultural adalah merupakan suatu rangkaian kepercayaan (set of beliefs) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam bentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari individu, kelompok, ataupun Negara.64 Ia mendefinisikan
pendidikan
multikultural
adalah
ide,
gerakan,
pembaharuan pendidikan, dan proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan agar siswa laki-laki dan perempuan, siswa berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacam-macam memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi akademik di sekolah. Memperjelas pendapat para ahli, kita kemukakan sebagai berikut: a) Sunarto menjelaskan bahwa pendidikan multikultural biasa diartikan sebagai pendidikan keragaman budaya dalam masyarakat, dan 62
Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural : Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa Konsep, Prinsip dan Implementasi, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2015, h.196 63 Chairul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014, h.176 64 ibid h.196
36
b)
c)
d)
e)
terkadang juga diartikan sebagai pendidikan untuk membina sikap siswa agar menghargai keragaman budaya masyarakat. Menurut Gorski dan Covert, sebagian orang membahas pendidikan multikultural sebagai sebuah perubahan dalam kurikulum, mungkin sesederhana menambah materi dan perspektif baru dan berbeda untuk menjadi lebih inklusif atas kelompok yang secara tradisional kurang direpresentasikan. Dengan cara yang lebih terang, Banks dan Banks mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai bidang kajian dan disiplin yang muncul yang tujuan utamanya adalah menciptakan kesempatan pendidikan yang setara bagi peserta didik dari ras, etnik, kelas sosial, dan kelompok budaya yang berbeda. Gagasan pendidikan multikultural di Indonesia sendiri, sebagaimana digagas oleh Tilaar adalah pendidikan untuk meningkatkan penghargaan terhadap keragaman etnik dan budaya masyarakat. Sementara Semiawan memiliki perspektif tersendiri tentang pendidikan multikultural, yakni bahwa seluruh kelompok dan budaya masyarakat Indonesia memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas, dan mereka memiliki hak yang sama untuk mencapai prestasi yang baik di bangsa ini.65 Berdasarkan pendapat di atas definisi pendidikan multikultural
yang para pakar pendidikan kemukakan, bahwa kenyataan bangsa Indonesia terdiri dari banyak etnik, agama, ras dan bahasa. Indonesia memiliki falsafah berbeda suku, etnik, bahasa dan budaya, tetapi memiliki satu tujuan, yakni terwujudnya bangsa Indonesia yang kuat, dihargai oleh bangsa lain, sehingga tercapai cita-cita ideal dari pendiri bangsa sebagai bangsa yang maju, adil, makmur dan sejahtera. 6.
Konsep Pendidikan Multikultural Pendidikan merupakan kebutuhan paling esensial bagi setiap manusia, negara, ataupun pemerintah pada era reformasi ini. Pendidikan harus selalu ditumbuhkembangkan secara sistematis oleh para pengambil
65
Muhammad Ali Sibram Malisi, Pendidikan Multikultural, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2007, h. 21-23
37
kebijakan yang berwenang di negara ini. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari perubahan social dan kehidupan manusia dalam kaitannya dengan masalah kebudayaan. Oleh sebab itu, pendidikan dalam multikultural merupakan realitas sosial yang akan dihadapi oleh dunia pendidikan. Pendidikan multikultural terdapat dalam beberapa pasal Undangundang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, antara lain: “…. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Tang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demikratis serta bertanggung jawab.”66 Lebih lanjut, dalam pasal 4 diuraikan bahwa : (1) Pendidikan diselenggarakan
secara
demokratis
dan
berkeadilan
serta
tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultur dan kemajemukan bangsa; (2) Pendididkan diseleggarakan sebagai suatu kesatuan yang sistemik dengan system terbuka dan multimakna.67 Kedua ayat dalam pasal 4 tersebut
menyiratkan tentang
pentingnya pendidikan multikultural dalam rangka mendukung proses demokrasi dan dalam rangka terciptanya integrasi nasional. Konsep dasar pendidikan multikultural merupakan proses yang tujuan utamanya adalah mengubah struktur sosial masyarakat melalui 66 67
UU No.20 tahun 2003, pasal 3 ibid
38
pengubahan kultur sekolah yang diisi oleh beragam etnis maupun kelas sosial. Secara operasional, pendidikan multikultural pada dasarnya adalah program pendidikan yang menyediakan sumber belajar yang jamak bagi pembelajar dan yang sesuai dengan kebutuhan akademis ataupun sosial anak didik.68 Integrasi isi berkenaan dengan upaya-upaya guru untuk memasukkan
informasi
keetnisan
dalam
pembelajaran,
seperti
memberikan contoh saling menghargai maupun informasi dari berbagai kebudayaan ras atau etnis sebagai ilustrasi dalam menjelaskan konsepkonsep kunci dari materi yang di ajarkan. James Bank mengungkapkan bahwa pendidikan multikultural memiliki 5 dimensi yang saling berkaitan di antaranya adalah sebagai berikut : a.
b.
c.
d.
e.
68 69
Content integrations, adalah mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran/disiplin ilmu The Knowladge Construction Process, adalah membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran (disiplin) An Equity Paedagogy, adalah menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam, baik dari segi ras, budaya, maupun social Trainning participation, adalah melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, berinteraksi dengan seluruh staf dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam rangka upaya menciptakan budaya akademik. Prejudice Reduction, adalah mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menemtukan metode pengajaran mereka.69
Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural ... h. 198 Chairul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014, h.177
39
Pendapat lain menyebutkan : Secara generik, pendidikan multikultural memang sebuah konsep yang dibuat dengan tujuan untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi siswa/mahasiswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas social dan kelompok budaya. Salah satu tujuan penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua peserta didik agar memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokratik-pluralistik, serta diperlukan untuk berinteraksi, negoisasi dan komunikasi dengan warga kelompok lain agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama.70 Berdasarkan konsep di atas, dapat dipahami bahwa terdapat 5 konsep pendidikan multikultural, 1) Integrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran/disiplin ilmu, 2) membawa implikasi budaya dalam mata pelajaran, 3) menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa, 4) melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, berinteraksi dengan seluruh staf dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam rangka upaya menciptakan budaya akademik, dan 5) identifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka. Dari konsep ini dapat dijadikan acuan seorang pendidik dapat menanamkan pendidikan multikultural dalam proses pembelajaran. 7.
Pendekatan dan Implementasi Pendidikan Multikultural Pendidikan multikultural di setiap negara berbeda-beda sesuai dengan permasalahan yang dihadapi setiap Negara. Banks dalam Yaya
70
H. Abdul Aziz Albone,, Pendidikan Agama Islam dalam Persfektif Multi-kulturalisme, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, Jakarta:2009, h. 203.
40
Suryana dan Rusdiana mengemukakan empat pendekatan yang mengintegrasikan materi pendidikan multicultural ke dalam kurikulum atau pembelajaran di sekolah yang jika dicermati sangat relevan untuk diimplementasikan di Indonesia. Pendekatan tersebut adalah : a. Pendekatan Kontribusi (The Contributions Approach) Level ini yang paling sering dilakukan dan paling luas digunakan dalam fase pertama dari gerakan kebangkitan etnis.cirinya adalah dengan memasukkan pahlawan/pahlawan dari suku bangsa/etnis dan benda-benda budaya ke dalam pelajaran yang sesuai. Hal inilah yang selama ini telah dilakukan di Indonesia. b. Pendekatan Aditif (Aditif Approach) Pada tahap ini dilakukan penambahan materi, konsep, tema, perspektif terhadap kurikulum tanpa mengubah struktur, tujuan, dan karakteristik dasarnya. Pendekatan aditif ini sering dilengkapi dengan buku, modul, atau bidang bahasan terhadap kurikulum tanpa mengubah secara subtantif. Pendekatan aditif merupakan fase awal dalam melaksanakan pendidikan multikultural karena belum menyentuh kurikulum utama.ini menitikberatkan kepada otentisitas dan tradisi yang berkembang. c. Pendekatan Transformasi (The Transformation Approach) Pedekatan transformasi berbeda secara mendasar dengan pendekatan secara kontribusi dan aditif. Pendekatan transformasi mengubah asumsi dasar kurikulum dan menumbuhkan kompetensi dasar siswa dalam melihat konsep, isu, tema, dan problem dari beberapa perspektif dan sudut pandang etnis. Perspektif berpusat pada aliran utama yang mungkin dipaparkan dalam materi pelajaran. Siswa boleh melihat dari perspektif yang lain. d. Pendekatan Aksi Sosial (The Social Action Approach) Pendekatan aksi sosial mencakup semua elemen dari pendekatan transformasi, tetapi menambah komponen yang mempersyaratkan siswa membuat aksi yang berkaitan dengan konsep,isu,atau masalah yang dipelajari dalam unit.71
71
Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural : Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa Konsep, Prinsip dan Implementasi, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2015, h.211-212
41
Empat
pendekatan
tersebut
dapat
dilakukan
untuk
mengintegrasikan materi multikultural ke dalam kurikulum dan dapat dipadukan pada situasi pengajaran aktual dalam semua mata pelajaran. Pada siswa TK dan SD kelas bawah (kelas I, II, III) implementasi pendidikan multikultural dapat dilakukan dengan pendekatan kontribusi, antara lain dengan cara: a. Memperkenalkan beragambentuk rumah dan baju adat etnis yang berbeda; b. Mengajak siswauntuk mencicipi makanan yang berbeda dari berbagai daerah secarabergantian; c. Mendengarkan lagu-lagu daerah lain; d. Menunjukkan cara berpakaian yang berbeda, baik dari suku bangsa maupun dari negara lain; e. Memperkenalkan tokoh-tokoh pejuang dari berbagai daerah dalam dan luar negeri; f. Menunjukkan tempat dan cara beribadah yang berbeda; g. Meminta siswa yang berbeda etnis untuk menceritakan tentang upacara perkawinan di keluarga luasnya. h. Memperkenalkan beberapa kosa kata penting dari suku bangsa atau negara (ras) lain. Misalnya, matur nuwun (Jawa), muliate (Batak), thank you (Inggris), Kamsia (Cina), dan sebagainya. i. Memperkenalkan panggilan untuk laki-lakidan perempuan. Misalnya, Upik (Minangkabau), ujang (Sunda), koko (Cina), dan sebagainya.72 Substansi
pendidikan multikultural pada tahap ini adalah
menanamkan pada siswa manusia yang hidup disekitarnya, ditempat lain, dan didunia ini sangat beragam. Sebenarnya semua nilainya sama. Samasama rumah, makanan, lagu, pakaian, tokoh, ibadah, perkawinan, maksud kata, dan sebagainya. Berdasarkan tingkatan usia, siswa akan memahami dan mulai mengerti bahwa ada cara yang berbeda tetapi maksud dan nilainya sama 72
Ibid, h.213-124
42
sehingga dapat belajar untuk menerima perbedaan dengan proses rasa yang menyenangkan melalui pendidikan multikultural yang diterimanya di lembaga yayasan ini dengan menyenangkan, akhirnya siswa akan merasa berbeda itu bukanlah masalah melainkan anugerah. Isi dari pendidikan multikultural harus diimplementasikan berupa tindakan tindakan, baik di sekolah, lembaga pendidikan formal maupun non formal, maupun di masyarakat. Salah satu upaya untuk membangun kesadaran dan pemahaman generasi yang akan datang adalah dengan penerapan pendidikan multikultural. Hal ini dikarenakan pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengahtengah masyarakat beragam. Berdasarkan uraian-uraian di atas, toluk ukur implementasi pendidikan multikultural adalah dengan adanya tindakan-tindakanya nyata tentang toleransi, sikap menghargai perbedaan-perbedaan budaya, HAM, sosial, tulus. Selain itu, yang lebih penting para tenaga pendidik yang memberikan pendidikan multi budaya harus menjadi teladan dan memiliki keyakinan bahwa; perbedaan budaya memiliki kekuatan dan nilai, lembaga pendidikan harus menjadi teladan untuk ekspresi hak-hak manusia dan penghargaan untuk perbedaan budaya dan kelompok, keadilan dan kesetaraan sosial harus menjadi kepentingan utama dalam kurikulum, sekolah dapat menyediakan pengetahuan, keterampilan, dan karakter (yaitu nilai, sikap, dan komitmen) untuk membantu siswa dari
43
berbagai latar belakang, sekolah bersama keluarga dan komunitas dapat menciptakan lingkungan yang mendukung multi budaya. 8. Pendidikan Berbasis Multikultural Sejak kemunculan sebagai disiplin ilmu pada abad ke 1960-an dan 1970-an, pendidikan berbasis multikultural atau Multicultural Based Education (MBE) telah didefinisikan dari banyak cara dan dari berbagai macam perspektif. Dalam terminologi ilmu-ilmu pendidikan dikenal istilah yang hampir sama dengan MBE yaitu pendidikan multikultural. Hernandes dalam Choirul Mahfud mengembangkan sebuah definisi operasional MBE adalah sebuah kegiatan pendidikan yang bersifat empowering, yaitu sebuah visi tentang pendidikan yang selayaknya dan seharusnya bisa untuk semua anak didik. Definisi ini menekankan esensi MBE sebagai perspektip yang mengakui realitas politik, social, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur. Dan juga bermaksud merefleksikan pentingnya budaya, ras, gender, etnis, agama, status sosial, ekonomi dan pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan.73 Berkaitan dengan anak didik, MBE menyoal tentang etnisitas, gender, kelas, bahasa, agama dan pengecualian-pengecualian yang memengaruhi, membentuk, dan memola tiap-tiap individu sebagai makhluk budaya. MBE adalah hasil perkembangan seutuhnya dari 73
Chairul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014, h.196
44
interaksi unik masing-masing individu yang memiliki kecerdasan, kemampuan, dan bakat. MBE mempersiapkan anak didik bagi kewarganegaraan dalam komunitas budaya dan bahasa yang majemuk dan saling terkait. MBE membahas tentang penggambaran realitas budaya, politik, sosial, dan ekonomi yang kompleks, yang secara luas dan sistematis mempengaruhi segala sesuatu yang terjadi di dalam sekolah dan di luar ruangan. Ia menyangkut seluruh aset pendidikan yang termanifestasikan melalui konteks dan proses. MBE menegaskan dan memperluas kembali praktek yang perlu dicontoh, dan berupaya memperbaiki kesempatan pendidikan optimal yang tertolak. Ia memperbincangkan sekitar penciptaan lembaga-lembaga pendidikan yang menyediakan lingkungan pembelajaran yang dinamis, yang mencerminkan cita-cita persamaan kesetaraan dan keunggulan.74 B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian tesis sebelumnya yang meneliti tentang Manajemen Pendidikan Multikultral: 1.
Tesis Hariyanto, dengan judul : Pendidikan Multikultural pada anak usia dini di TK harapan Bangsa Condong Catur, Depok Sleman Yogyakarta, tahun 2011, Yogyakarta. Permasalahan yang menjadi fokos kajiannya bagaimana penyelenggaraan pendidikan multikultural pada anak usia dini dan bagaimana dampak penyelenggaraan pendidikan multicultural
74
Ibid, h.197
45
terhadap perilaku anak di TK Harapan Bangsa. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan multikultural pada anak usia dini diselenggarakan dengan orientasi kurikulum, pendekatan sistem pengajaran, pembelajaran berbasis sentra-sentra kegiatan, dan penenaman nilai-nilai prilaku positif kepada anak. Dampaknya tercemin dengan terbentuknya anak menjadi anak yang toleran, anak belajar untuk memahami dan mengerti bagaimana seharusnya berperilaku dan memperlakukan teman-temannya walaupun mereka dalam kondisi latar belakang, ras, etnis, budaya dan agama yang berbeda, anak terlatih untuk memiliki pemahaman yang baik tentang multikultural, anak mampu mengendalikan diri.75 2.
Tesis Siti Aisyah, dengan judul Manajemen Kurikulum Berbasis Multikultural di SDN Percobaan Palangkaraya, tahun 2015, Palangka Raya.
Permasalahan
yang
menjadi
fokos
kajiannya
bagaimana
perencanaan, implementasi dan evaluasi kurikulum pendidikan agama islam berbasis multicultural di SDN Percontohan Palangka Raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan kurikulum PAI berbasis multikultural direncanakan oleh kepala sekolah dan dewan guru melalui rapat kerja dewan guru dan disusun oleh guru Pendidikan Agama Islam dengan menyiapkan nilai-nilai multicultural dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sementara implemenasi kurikulum PAI di SDN Percontohan Palangka Raya adanya nilai-nilai multikultural dalam materi 75
Hariyanto, Pendidikan Multikultural Pada Anak Usia Dini di TK harapan Bangsa Condong Catur, Depok Sleman Yogyakarta, 2011, http://digilib.uinsuka.ac.id/6823/1/BAB%20I,IV.pdf.
46
PAI yang diajarkan sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yang berhubungan dengan KI 1 dan KI 2 yaitu kesadaran dan pengakuan serta menerimaan sikap, perilaku dan moral warga sekolah yang dilaksanakan dalam berbagai kegiatan, dan evaluasi kurikulum PAI dilakukan setelah proses belajar mengajar dan pada akhir semester melalui ujian akhir semester dan ujian nasional.76 Mencermati dua penelitian di atas persamaan pada penelitian terdahulu adalah pada tingkatan TK menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan multikultural pada anak usia dini diselenggarakan dengan orientasi kurikulum, pendekatan sistem pengajaran, pembelajaran berbasis sentra-sentra kegiatan, dan penanaman nilai-nilai prilaku positif kepada anak. Juga pada tahapan perencanaan dan pelaksanaan di SD bahwa perencanaan kurikulum PAI berbasis multikultural direncanakan oleh kepala sekolah dan dewan guru melalui rapat kerja dewan guru dan disusun oleh guru Pendidikan Agama Islam dengan menyiapkan nilai-nilai multikultural dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sementara implemenasi kurikulum PAI di SDN Percontohan Palangka Raya adanya nilai-nilai multikultural dalam materi PAI yang diajarkan sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yang berhubungan dengan KI 1 dan KI 2 yaitu kesadaran dan pengakuan serta menerimaan sikap, perilaku dan moral warga sekolah yang dilaksanakan dalam berbagai kegiatan, Sedangkan perbedaannya adalah pada jenjang pendidikan yaitu tingkat SD, dan rumusan masalah yang menunjukkan bahwa 76
Siti Aisyah, Manajemen Kurikulum Pendidian Agama Islam berbasis Multikultural di SDN Percontohan Palangkaraya, Pasca Sarjana IAIN Palangkaraya, 2015
47
penyelenggaraan pendidikan multikultural dan dampaknya bagi anak usia dini. Sementara itu, sepengetahuan penulis, belum ada yang meneliti pada tingkat penyelenggara pendidikannya atau yayasan. Jadi penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan manajemen pendidikan berbasis multikultural pada setiap jenjang pendidikan.
48
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Yayasan Bina Insan Nusantara Buntok yang beralamat di jalan Sempurna No. 03 RT. 34 RW. IV Buntok, Kabupaten Barito Selatan, Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dilaksanakan kurang lebih selama 2 bulan, mulai 30 September s/d 30 November 2016. B. Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan. Yayasan ini berbasis agama Islam. Secara geografis yayasan ini berada ditengah masyarakat heterogen dengan mayoritas beragama Kristen. Namun yayasan ini menerima siswa dan tenaga pendidik dari semua agama, suku, dan budaya. Nuansa multikultural nampak di lembaga yayasan ini yaitu dengan dilaksanakannya perayaan ibadah masing-masing agama dan kebebasan menunjukkan identitas agama masingmasing, layanan pendidikan kepada semua anak baik itu berkebutuhan khusus atau pun tidak. Yayasan Bina Insan Nusantara Barito merupakan salah satu yayasan yang bergerak di bidang jasa pendidikan memiliki banyak lembaga yang berbeda. Pada pagi hari gedung digunakan untuk PAUD Play Group BEK dan TK Binus, pada siang hari digunakan untuk lembaga kursus bahasa Inggris,
48
49
LPK Bina Nusantara dan PKBM Citra Persada hingga malam hari, sedangkan LPK Smart Computer berada di jalan jaya Karsa, sekitar ± 500 meter dari pusat yayasan berada. C. Metode dan Prosedur Penelitian Metode penelitiaan ini menggunakan metode kualitatif (KL), yang bersifat
Deskriptif.
Penelitian
bersifat
deskriptif
karena
berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi sekarang, dimana peneliti berusaha memotret peristiwa yang menjadi pusat perhatiannya untuk kemudian dijabarkan sebagaimana adanya. Menurut Prof. Dr. Norsanie Darlan, pada penelitian kualitatif, seorang peneliti sendiri bisa saja dapat menjadi instrument penelitian. Karena peneliti terjun langsung menjadi instrumen penelitian.77 Pada penelitian ini masalah yang diteliti adalah Manajemen Pendidikan berbasis Multikultural di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan, yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pendidikan berbasis multikultural di PAUD Play Group Buntok English Kids (BEK) dan TK Bina Nusantara dengan prosedur mengambil data dari semua sumber utama data dan data sekunder. D. Data dan Sumber Data Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta atau angka, atau segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
77
Norsanie Darlan, PenelitianKualitatif, Bahan kuliahpenelitian, 2014.
50
menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan78 Sumber data utama dalam penelitian ini adalah ketua yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan, Pengelola PAUD Play Group Buntok English Kids dan Kepala TK Bina Nusantara serta tenaga pengajarnya. Selain itu untuk menambah/memperbanyak data, maka data sekunder akan didapat dari bagian tata usaha, penjaga sekolah, orang tua siswa serta masyarakat sekitar lingkungan yayasan berada, daftar terlampir.79 E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Ada tiga tehnik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.80 1.
Observasi Observasi adalah metode pengamatan yang didukung dengan pengumpulan dan pencatatan data secara sistematis terhadap obyek yang diteliti dalam observasi peneliti mengamati secara langsung di lapangan.81 Menurut Sanafiah Faisal observasi terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
78
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka cipta, Cetakan Kesebelas, h. 114 79 Daftar Informan Penelitian 80 Sugiono, Memahami metode penelitian kualitatif, Bandung:Alfabeta, 2014, h.62-64 81 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian …, h.234
51
a.
Observasi partisipatif yaitu peneliti terlibat langsung dalam kegiatan penelitian. Dengan keterlibatan secara langsung akan diperoleh data yang lebih lengkap, tajam dan terpercaya.
b.
Observasi terus terang dan tersamar yaitu penelitian yang dilakukan secara terus terang terhadap sumber data, akan tetapi pada suatu saat ada sesuatu yang sengaja di sembunyikan oleh peneliti untuk menghindari adanya hal yang tidak dikehendaki peneliti.
c.
Observasi tak berstruktur yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan di observasi karena disebabkan ketidaktahuan peneliti secara pasti terhadap obyek yang akan diteliti.82
Dari beberapa observasi tersebut, peneliti akan menggunakan poin 2 (dua) dan 3 (tiga) dalam penelitian, karena dengan observasi terus terang dan tersamar, serta observasi tak terstruktur. Peneliti mengamati aktivitas lembaga pendidikan dimungkinkan mendapat data lapangan yang tepat. Selain itu observasi terus terang dan tersamar mempermudah penulis untuk melakukan observasi pada beberapa kegiatan searah dengan rumusan masalah. Data yang digali melalui observasi yaitu: pelaksanaan tugas masing-masing kepala lembaga, proses pembelajarannya, aktivitas siswanya, aktivitas tenaga kependidikan, kegiatan keagamaan pada masing-masing lembaganya, gedung sekolah, sarana prasarana yang berciri khas multikultural.
82
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung:Alfabeta, 2006, h.311-313
52
2.
Wawancara Wawancara merupakan alat recheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik informasi atau data dari hasil informasi dan dokumentasi. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk mencari informasi secara jelas dan detail dari pihak-pihak yang berkompeten atau informan. Menurut Burhan Bungin pada penelitian kualitatif, metode wawancara dapat dilakukan dengan metode wawancara mendalam. Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.83 Wawancara ini dilakukan kepada Subjek Penelitian yaitu pengurus yayasan Bina Insan Nusantara kabupaten Barito Selatan, informannya adalah masing-masing kepala lembaga, tenaga pendidiknya, tata usahanya dan masyarakat sekitarnya. Adapun data yang digali melalui wawancara adalah: a. Perencanaan 1) Penyusunan perencanaan pendidikan 2) waktu / periode perencanaan 3) visi misi lembaga
83
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan ilmu sosial, Jakarta: kencana, 2011, h. 111.
53
4) Penentuan berbagai tujuan, strategi dan arah yang ingin dicapai. 5) Muatan materi pembelajaran 6) Penyusunan sosialisasi pembelajaran. 7) Pembuatan tata tertib bagi siswa dan tenaga pendidik. 8) Pihak yang terlibat dalam perencanaan. 9) Dokumentasi perencanaan. b. Pelaksanaan 1) Pelaksanaan program pendidikan 2) Pelaksanaan
kontekstualisasi
nilai
multikultural
dalam
pembelajaran 3) Metode pembelajaran 4) Interaksi sosial, toleransi dan komunikasi 5) Proses pembelajaran yang dilakukan pada masing-masing lembaga 6) Tanggapan masyarakat dan orang tua siswa terhadap pendidikan agama di PAUD Play Group BEK dan TK Bina Nusantara 7) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan berbasis multikultural 3.
Dokumentasi Dokumentasi merupakan penggalian data dengan menggunakan dokumen. Sejumlah fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk profil yayasan, surat-surat,laporan, foto dan sebagainya.
54
Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu lampau. Penggunaan teknik dokumentasi bertujuan untuk melengkapi data yang diperoleh dari teknik observasi dan wawancara. Dokumen adalah catatan kejadian yang sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, dan karya bentuk.84 Dokumentasi digunakan menurut Pohan dalam Andi Prastowo juga bisa berbentuk arsip-arsip, akta, ijazah, rapor, peraturan perundangundangan, buku harian, surat-surat pribadi, catatan biografi, dan lain-lain yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti.85 Dokumentasi digunakan karena merupakan sumber yang sahih (benar), kaya dan bersifat alamiyah dengan konteks. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani,86 seperti data yang sudah tersedia dalam beberapa catatan arsip dan dokumentasi serta benda-benda tertulis lainnya yang relevan. Dokumentasi bermanfaat sebagai pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Untuk mendapatkan data dokumentasi, peneliti meminta dengan pihak yayasan,
84
Djam‟an Satori dan Aan Komariyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabeta, 2010, h. 108. 85 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012, h. 226. 86 Sonhaji,”Tehnik Pengumpulan dan Analisis data dalam Penelitian Kualitatif”, dalam Imron Arifin (ed) Penelitian Kualitatif dalam ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, Malang, 1994,h.63.
55
kepala Tata Usaha yayasan, kepala lembaga pendidikan. Dokmumen yang digali melalui dokumentasi adalah: a. Profil Yayasan Bina Insan Nusantara Barito b. Akta Notaris yang berkenaan dengan yayasan dan pendirian lembaga pendidikan c. Data siswa pada tiap lembaga pendidikan d. Data pendidik/pengajar berdasarkan suku, agama, pada semua lembaga pendidikan e. Brosur penerimaan siswa baru pada semua lembaga pendidikan f. Dokumen
perencanaan
(meliputi
undangan
rapat,
sosialisasi,
pembagian tugas masing-masing lembaga), pelaksanaan pelaksanaan proses pendidikan pada yayasan Bina Insan Nusantara Barito kabupaten Barito Selatan. g. Dokumen lainnya yang dianggap relevan dengan fokus penelitian. F. Prosedur Analisis Data Data yang terkumpul akan di analisis menggunakan beberapa tahap, persiapan, analisis, penyajian hasil analisis. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan
lapangan,
dan
dokumentasi,
dengan
cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sistesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
56
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.87 Analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Matthew B. Milles terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.88 1.
Reduksi data Reduksi data merupakan proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan, keluasan, dan kedalaman wawasan yang tinggi.89 Data yang didapat dari lokasi penelitian dituangkan dalam laporan secara rinci. Kemudian dalam proses ini peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana yang akan dihilangkan dan mana yang akan dipakai sebagai data penelitian.90 Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mendapatkan data selanjutnya.
2.
Penyajian data Penyajian data atau display data merupakan proses penyajian sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.91 Penyajian data
87
Sugiono, Metode Penelitian..., h. 244. Matthew B. Milles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru, Tjetjep Rohendi Rohidi (terj.), (Jakarta: UI Press, 1992), h. 15. 89 Sugiono, Metode Penelitian..., h. 249. 90 Suprayogo dan Thobroni, Metodologi, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 194. 91 Mattew B. Miles dan Huberman, Analisis Data..., h. 17. 88
57
dimaksudkan untuk mempermudah peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian secara akurat (valid). 3.
Verifikasi data (conclusion drawing) Dalam penelitian ini proses verifikasi dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Saat memasuki obyek penelitian (lapangan) serta selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha menganalisis serta mencari arti dari data yang terkumpul, yakni mencari pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat serta proposisi.92 Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.93
G. Pemeriksaan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dilakukan untuk menjamin bahwa semua data yang diamati dan diteliti oleh peneliti relevan dengan sesungguhnya yang ada dalam kenyataan sebenarnya dan memang terjadi, hal ini peneliti lakukan untuk memelihara dan menjamin bahwa data maupun informasi yang berhasil dihimpun dan dikumpulkan itu benar, baik bagi pembaca maupun subjek penelitian yang diteliti sehingga tidak perlu diragukan lagi.
92 93
Ibid., h. 19. Sugiono, Metode Penelitian..., h. 253.
58
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi empat teknik yaitu sebagai berikut: 1.
Kredibilitas Kredibilitas adalah suatu kepercayaan terhadap hasil penelittian kualitatif
yakni
dengan
cara
memperpanjang
masa
penelitian,
pengamatan yang terus menerus, trianggulasi, baik trianggulasi sumber data maupun trianggulasi teknik pengumpulan data, menganalisis kasus negatif, mengadakan member check, serta membicarakan dengan orang lain atau rekan sejawat. Terkait dengan hal tersebut di atas maka dapat dirumuskan langkah langkah yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data yang terpercaya melalui: a.
Perpanjangan Pengamatan Peneliti kembali ke lapangan melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru (pelaksanaan proses belajar mengajar). Dengan demikian hubungan antara peneliti dengan nara sumber semakin akrab, saling percaya sehingga terbentuk raport.94
b.
Pengamatan secara terus menerus Kegiatan ini dimaksudkan bahwa peneliti berusaha untuk selalu mengamati proses pelaksanaan pendidikan berbasis multikultural. Dengan demikian, peneliti dapat memperhatikan segala kegiatan
94
Sugiono, Memahami Peneitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014, h. 122
59
yang terjadi dengan lebih cermat, dan berkesinambungan, dengan demikian data dan urutan peristiwa dapat direkam secara pasti dan sistematis.95 Pengamatan terhadap pelaksanaan tugas masing-masing kepala lembaga, proses pembelajarannya, aktivitas siswanya, kegiatan tata usahanya dan kegiatan keagamaan pada masing-masing lembaganya, selain untuk menemukan hal-hal yang konsisten, juga dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kriteria reliabilitas data yang diperoleh. c.
Triangulasi data Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi dalam pemeriksaan keabsahan data ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai cara dan berbagai waktu.96 Peneliti melakukan member chek data yakni melakukan pertanyaan kepada ketua yayasan (sumber utama) maupun kepada pengelola PAUD PG BEK dan Kepala TK Bina Nusantara, tenaga pengajarnya, tata usahanya,
dalam waktu yang berbeda. Dari
pertanyaan ulang ke berbagai pihak ini telah ditemui jawaban yang sama dengan terdahulu, dan ada pula yang berbeda. Hasil pengecekan ini kemudian dianalisa untuk menentukan data yang diambil sebagai data. Kemudian data tersebut dikonfirmasikan 95 96
Ibid, h. 124 Ibid, h. 125
60
terhadap perencanaan dan pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis multikultural di yayasan Bina Insan Nusantara Barito kabupaten Barito Selatan. d.
Mengadakan Member Check Member check adalah suatu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid.97 Jika terjadi perbedaan maka harus diadakan diskusi dengan pemberi data, jika terjadi perbedaan tajam maka peneliti harus merubah temuannya dan menyesuaikan dengan apa yang diberikan pemberi data.
2.
Transferabilitas Menurut Sugiono Transferabilitas
ini merupakan validitas
eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.98 3.
97 98
h.311
Dependabilitas
Ibid, h. 129 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Bandung: Alfabeta, 2006,
61
Menurut Nasution dependability menurut istilah konvensionalnya disebut “realibility” atau realibilitas. Realibilitas
adalah syarat bagi
validitas.99 4.
Konfirmabilitas Pemeriksaan data semacam ini disebut juga dengan uji obyektivitas
penelitian, yakni; penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian disepakati banyak orang.100 Pengujian ini hampir sama dengan pengujian dependabilitas, oleh karena itu pengujian/pemeriksaan ini bisa dilakukan bersamaan. Artinya data yang didapat di lapangan dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan tesis sesuai dengan fakta di lapangan. Berdasarkan teori di atas maka peneliti dalam menentukan keabsahan data di lapangan sampai penyusunan
laporan
akan
melakukan
langkah-langkah
krediblitas,
dependabilitas dan konfirmabilitas. Peneliti tidak melakukan langkah transferabilitas karena tidak menemukan kesamaan pada penelitian yang lain.
99
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-kualitatif, Bandung: Tarsito, 1996, h.119. Ibid, h. 131
100
62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan Yayasan Bina Insan Nusantara Barito merupakan yayasan yang bergerak dibidang jasa pendidikan. Yayasan ini berkedudukan di jalan Sempurna No. 03 RT. 34 RW IV Buntok, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah kodepos 73711 No. Telepon/HP (0525) 22959 / 0811 501 5885 Fax (0525) 22613. Berdirinya yayasan ini bermula dari berdirinya lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Play Group Buntok English Kids (BEK) Barito Selatan, oleh Ibu Isnah Cholisah, S.Pd selaku pengelola sekaligus pimpinan
pada tahun 2002 dengan izin
operasional dari Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Selatan Nomor: 001/BS/H/-KB/2002 tanggal 15 Januari 2002 untuk program kelompok bermain. Play Group BEK merupakan lembaga pendidikan pra sekolah yang melaksanakan program dalam rangka pengembangan seluruh aspek perkembangan anak diantaranya pengembangan moral dan nilai-nilai agama, diarahkan untuk meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pembinaan sikap dalam rangka meletakan dasar agama agar menjadi warga negara yang baik.101
101
Dokumen profil Yayasan Bina Insan Nusantara Barito
62
63
Play Group merupakan pendidikan anak usia dini bersifat non formal, usia 2 – 3 tahun pada kelompok A, dan usia 3 – 4 tahun pada kelompok B. Sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, Play Group BEK Barito Selatan, merupakan program pemerintah sebagai pengembangan pendidikan di era globalisasi dengan mengadopsi kurikulum negara lain yang disebut BCCT dan BEK didirikan karena melihat anak-anak usia dini di kabupaten Barito Selatan yang belum tersentuh oleh pendidikan itu maka dengan kurikulum dan sarana yang sederhana serta dana pribadi digunakan untuk bisa menyentuh anak-anak usia dini tersebut.102 Seiring berjalannya waktu, pada tahun ajaran 2007/2008 perkembangan siswa di Play Group BEK sangat pesat, maka izin operasional diperkuat dengan diresmikannya BEK pada tanggal 6 Februari 2008 oleh Kepala Kantor Pendidikan Nasional yang dalam hal ini diwakili oleh Kasi TK/SD yaitu Bapak Sobari dengan SK Kakandep Dikbud Kabupaten Barito Selatan No. 421.1 /5699/ III/2003 tangal 10 Mei 2003. Dan bersamaan dengan itu berdirilah yayasan Bina Insan Nusantara Barito berdasarkan Akta Notaris Nomor 07 pada tanggal 8 April 2008 oleh pejabat pembuat akta notaris yayasan TINI RUSDIHATIE, SH., dan mengantongi SK pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan nomor : AHU-2722.AH.01.04. tahun 2010.103
102 103
Dokumen profil PAUD Play Group BEK Buntok Dokumen profil yayasan Bina Insan Nusantara Barito
64
Yayasan ini berdiri di atas lahan 639 M dengan nomor sertifikat 15.03.01.01.1.02638 dengan status Hak Milik nomor 2638 diterbitkan di Buntok tanggal 21 Juli 2009.104 Melihat perkembangan lembaga yang semakin pesat ditambah keinginan dari orang tua yang menginginkan putra putrinya agar bisa melanjutkan pendidikan di yayasan Bina Insan Nusantara Barito memberikan motivasi yang kuat bagi yayasan untuk mendirikan TK Bina Nusantara. Maka berdirilah TK Bina Nusantara yang berlokasi di rumah pendiri yayasan yaitu Ibu Isnah Cholisoh, M.Pd. menempati 2 ruang untuk 2 kelas, yaitu TK A dan TK B dan disahkan dengan izin operasional dari Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Selatan nomor : 421.1/5699/III/2008 tanggal 10 Mei 2008.105 Sejak berdiri pada tahun 2008, yayasan ini dikelola oleh 5 (lima) orang. Adapun Struktur organisasi kepengurusan yayasan Bina Insan Nusantara Barito adalah sebagaimana tabel berikut: Tabel 1 Struktur Organisasi Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Pembina : Hardi pamungkas, SE Ketua : Isnah Cholisoh, M.Pd Sekretaris : Faizah Yuniati, S.Pt., S.Pd Bendahara : Muhammad Arisarjono, S.Far., Apt Pengawas : Bambang Kushartono, S.Sos Sumber : Dokumen Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan tahun 2016 104 105
ibid Dokumen profil TK Bina Nusantara Buntok
65
2. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan berharap dapat membangun masyarakat di bumi Dahani Dahanai Tuntung Tulus dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang berkarakter, tangguh dan berakhlak mulia. Harapan tersebut tertuang dalam visi, misi dan tujuannya sebagai berikut : a. Visi Terwujudnya lembaga pendidikan, sosial keagamaan terkemuka dan profesional dalam mengembangkan model pendidikan berkarakter, memberdayakan kualitas kehidupan masyarakat dan penanaman akhlak yang membentuk karakter manusia unggul. b. Misi 1) Menyelenggarkan lembaga pendidikan berkarakter yang beorientasi pada pengembangan potensi dasar intelektual (IQ), emosional (EQ) dan spritual (SQ) secara utuh guna membentuk pribadi yang kuat, sehat cerdas dan bermoral, serta bermanfaat bagi lingkungannya. 2) Memberikan pelayanan sosial kegiatan keagamaan secara prima yang dikelola secara profesional berbasis nilai dan budaya dalam bentuk pengkajian, bimbingan, pelatihan, konsultasi serta pelayanan sosial lainnya. Menciptakan lingkungan yayasan yang kondusif sebagai pusat pengembangan masyarakat yang didukung fasilitas,
66
ethos dan budaya kerja yang tinggi, serta hubungan kekeluargaan yang harmonis. c. Tujuan 1) Untuk mengasuh, mendidik dan dengan sistem karakter yang dilaksanakan dengan maksimal sehingga hasil peserta didiknya lebih optimal agar menjadi generasi yang tangguh, tanggung jawab, dan berakhlak mulia. 2) Untuk berpartisipasi dalam menanggulangi permasalahan sosial ekonomi yang menimpa pada masyarakat ekonomi lemah, agar terbantu mengatasi sebagian kebutuhan biaya hidup, kebutuhan biaya pendidikan dan lain sebagainya.106 Untuk tercapainya visi, misi dan tujuan, maka yayasan menyususn beberapa program kegiatan, yaitu : 1. Program Pemberian Santunan. Memberikan biaya sekolah gratis pada beberapa masyarakat miskin sehingga dimasa yang akan datang ada sumber daya manusia yang telah terbentuk perkembangan otaknya sesuai dengan perkembangan zaman. 2. Program Pemerataan Pendidikan. Memberikan kesempatan dan layanan pendidikan kepada semua warga Barito Selatan agar dapat menikmati pendidikan sebagaimana warga lainnya. 3. Program Kegiatan Pembinaan. Membina beberapa anak asuh dengan pembinaan prestasi dan kreasi anak sehingga memiliki perkembangan
106
Dokumen profil yayasan Bina Insan Nusantara Barito
67
yang sama dengan masyarakat yang mampu dan dibina untuk menjadi anak asuh yang teladan. 4. Program Pemeliharaan dan Pengadaan Sarana dan Prasarana. Yayasan harus memperkuat sarana prasarana yang mendukung program pendidikan dalam yayasan.107 Perkembangan selanjutnya yayasan ini mampu mendirikan lembaga pendidikan lainnya sehingga berjumlah enam, yaitu: 1. PAUD Play Group Buntok English Kids (BEK) 2. TK Bina Nusantara 3. LKP Intensive English Course (Lembaga Kursus Bahasa Inggris) 4. LKP Smart Computer (Lembaga Pendidikan Komputer) 5. PKBM Bina Citra Persada 6. LPK Bina Insan Nusantara108 Sejalan dengan yayasan, masing-masing lembaga juga mempunyai harapan yang tertuang dalam visi, misi dan tujuan lembaga, diantaranya lembaga PAUD Play Group BEK dan TK Bina Nusantara. 1. PAUD Play Group “BEK” Visi
Menyiapkan generasi ke depan menjadi manusia indonesia cerdas, sehat, ceria, berkarakter dan berakhlak mulia.
Misi
Memberikan kesempatan kepada setiap anak yang masih berusia dini agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat usianya, perkembangan psikologisnya,
107 108
Ibid Ibid
68
potensi dan minat serta bakatnya dan juga kebutuhan spesifikasinya. Tujuan Setelah menjalani proses pendidikan di sekolah siswa diharapkan : - memiliki karakter yang berkualitas. - Memiliki akhlak yang mulia, dapat menjadi suri tauladan yang baik bagi keluarga dan lingkungannya. - Memiliki potensi untuk menjadi yang terbaik dan bermanfaat bagi lainnya kapan saja dan dimana saja. - Berjiwa mandiri, memiliki kreatifitas dan daya juang yang tinggi. - Membentuk generasi yang berkarakter, berkualitas dan berwawasan luas serta berakhlak mulia.109 2. TK Bina Nusantara Visi
Membentuk generasi yang berkarakter, berkualitas dan berwawasan luas serta berakhlak mulia
Misi
a. Menyiapkan sumber daya manusia untuk generasi kedepan agar menjadi manusia Indonesia yang berkarakter, cerdas, sehat, ceria dan berakhlak mulia. b. Memberikan kesempatan kepada setiap anak yang masih berusia dini agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
109
sesuai
dengan
Dokumentasi prrofil PAUD Play GroupBEK
tingkat
usia
perkembangan
69
psikologisnya, potensi dan minat serta bakat dan juga kebutuhan spesifikasinya. c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan bermain yang inovatif serta berkelanjutan. d. Menumbuhkan semangat keunggulan kepada seluruh warga sekolah.110 Tujuan setelah menjalani proses pendidikan di sekolah siswa diharapkan : a. Memiliki karakter yang berkualitas. b. Memiliki akhlak yang mulia dapat menjadi suri tauladan yang baik bagi keluarga dan lingkungannya. c. Memiliki potensi untuk menjadi
yang terbaik dan
bermanfaat bagi yang lainnya kapan saja dimana saja. d. Berjiwa mandiri, memiliki kreatifitas dan daya juang yang tinggi. e. Memiliki tanggung jawab sosial dan kekeluargaan yang tinggi. f. Membentuk generasi yang berkarakter, berkualitas dan berwawasan luas serta berakhlak mulia.111
110 111
Dokumentasi profil TK Bina Nusantara Ibid
70
3.
Keadaan Karyawan dan Guru pada Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan Karyawan pada Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan di Lembaga PG dan TK Tahun 2016/2017 berjumlah 34 orang. Dari Jumlah tersebut 1 orang ketua yayasan, 2 orang kepala sekolah, 25 orang guru, 5 orang Tata Usaha, dan 1 orang penjaga sekolah.112 Untuk lebih jelasnya keadaan karyawan di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2 Keadaan Karyawan dan Guru Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan Tahun Ajaran 2016/2017
No
Nama
Pendidikan
Jabatan
Agama
Suku
Ket
1
2
3
4
5
6
7
1
Isnah Cholisoh, M.Pd
S2
Ketua yayasan
Islam
Jawa
2
Faizah Yuniarti, S. Pt
S1
Kep Sek
Islam
Jawa
TK
3
Dewi Wahyuni, S. Pd
S1
Islam
Jawa
PG
4
Irda Pelitaku Y., A.Ma.Pd
D2
GTY
Kristen
Dayak
TK
5
Sukesi
D2
GTY
Islam
Jawa
TK
6
Hasanah al Kubra, S.Ag
S1
GTY
Islam
Banjar
TK
7
S1
GTT
Islam
Dayak
TK
S1
GTY
Islam
Banjar
TK
9
Rahmi Ningsih, S.Pd Cintya Eka Puspita Sari, S.Pd.AUD Suryaniwati
SMA
GTY
Islam
Dayak
TK
10
Puji Rahayu, A.Ma
D2
GTY
Islam
Jawa
TK
11
Nurul Fitri
SMA
GTY
Kristen
Dayak
TK
12
Betty Legiana, S.Pd.I
S1
GTT
Islam
Dayak
TK
13
Yuliani, S.Pd
S1
GTY
Kristen
Dayak
PG-B1
8
112
Pengelola PAUD
Dokumentasi profil yayasan Bina Insan Nusantara Baraito
71
No
Nama
Pendidikan
Jabatan
Agama
Suku
Ket
1
2
3
4
5
6
7
14
Triana Susilawati
D2 PGTK
GTY
Islam
Banjar
PG-B2
15
Emi Fitri Any
SMA
GTY
Islam
Dayak
PG
16
Misriah
SMA
GTT
Islam
Dayak
PG-A
17
Sustiana Berti, SE
S1
GTT
Kristen
Dayak
PG-A
18
Asrti Hanifah, S.Pd
S1
GTT
Islam
Jawa
PG-B2
19
Kiki Prabawati, S.Pd
S1
GTT
Islam
Jawa
TK-B1
20
Purnama, S.Pd.I
S1
GTT
Islam
Banjar
PG-B1
21
Widya Ningsih, S.Pd
S1
GTT
Katolik
Dayak
PG-B2
22
Anisiati Setiawati
SMA
Kep. TU
Islam
Banjar
TK
23
Intan Dewi Kumala Sari
SMA
Staf TU
Islam
Banjar
TK/PG
24
Rini Astuti
SMA
Staf TU
Islam
Banjar
TK
25
Suyatmi
SMA
Staf TU
Islam
Jawa
TK
26
Mawaddah, S.Pd.I
S1
Staf TU
Islam
Banjar
PG
27
Joko Waluyo
SMA
Penjaga Sekolah
Islam
Jawa
TK/PG
28
Maya Emilia, S.Pd.AUD
S1
GTT
Islam
Jawa
TK
29
Ledi Ameliawati, SE
S1
GTY
Islam
Jawa
TK
30
Lisnur, S.Pd.I
S1
GTY
Islam
Dayak
TK
31
Rina amiyani
SMK
GTY
Kristen
Dayak
TK
32
Fardilasandi, s.sos
S1
GTY
Islam
Dayak
TK
33
Suberti
S1
GTY
Islam
Banjar
TK
34
Hidayati, S.Pd.I
S1
GTY
Islam
Dayak
TK
Sumber : Dokumen Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan tahun 2016 4.
Keadaan Peserta Didik pada Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2016/2017 mempunyai peserta didik sebanyak 189 orang terdiri dari 11 kelompok yaitu kelompok Play Group A, B1 dan B2 serta TK A1, A2, A3, A4, B1, B2, B3 dan B4 seperti tabel berikut:113
113
Dokumen TU yayasan Bina Insan Nusantara Barito
72
Tabel 3 Keadaan Peserta Didik Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan Tahun Ajaran 2016/2017 Keadaan Jumlah Keadaan Peserta Didik Menurut Agama Peserta No Kelas Jlh Didik L P Islam Kristen Katolik Hindu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 PG-A 9 3 9 3 12 2 PG-B1 8 10 7 10 1 18 3 PG-B2 18 13 28 3 31 4 TK-A1 7 6 9 4 13 5 TK-A2 7 9 10 6 16 6 TK-A3 6 7 13 13 7 TK-A4 5 7 12 12 8 TK-B1 8 11 12 5 2 19 9 TK-B2 12 7 13 6 19 10 TK-B3 11 7 18 18 11 TK-B4 8 10 18 18 99 90 149 37 3 0 Jumlah 189 189 189 Sumber : Dokumen Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan tahun 2016
Dari tabel di atas menunjukan bahwa jumlah keseluruhan anak sebanyak 189 orang yang terdiri dari laki-laki 99 orang dan perempuan 90 orang. Dari jumlah tersebut terdapat 149 orang beragama Islam, 37 orang beragama Kristen dan 3 orang beragama Katolik yang terbagi kedalam beberapa kelompok Play group A, B1, dan B2 serta kelompok TK A1, A2, A3, A4, B1, B2, B3 dan B4. 5. Keadaan Sarana dan Prasarana Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan
73
Keadaan sarana dan prasarana yang ada di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan tahun ajaran 2016/2017 sangat mendukung pembelajaran. Adapun fasilitas yang dimiliki Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan sebagai berikut :
74
Tabel 4 Keadaan Sarana dan Prasarana Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan Tahun Ajaran 2016/2017 No.
Sarana PG dan TK
Jumlah
1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
2
3 2 1 1 13 1 3 3 220 10 11 35 11 12 4 1 2 2 4 36 5 5 13 10 11 13 32 56 13 40 96 4 8 8 20 438
Kantor Dapur Tempat Bermain Tempat cuci tangan Air ledeng/sumur Kamar mandi WC Meja Kursi murid Meja kursi guru Meja kursi tata usaha Lemari besar/kecil Papan tulis gantung Rak Ayunan Jungkitan Panjatan Alat peluncuran Bak air Loker TV 21 inc DVD AC CCTV Absen Alas Alas main bentuk geometri Alat mencocok Bak sampah Balok seperempat lingkaran Balok seperempat lingkaran kecil Balok setengah lingkaran Balok setengah lingkaran besar Balok setengah lingkaran kecil Balok setengah lingkaran mini Balok setengah unit
75
No. 1 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76.
Sarana PG dan TK 2 Balok setengah unit kecil Balok bentuk L Balok double Balok double unit Balok double unit tipis Balok kubah Balok kubah besar Balok kubah kecil Balok kubah segitiga Balok kubah segitiga besar Balok kubus besar pendek Balok kubus besar tinggi Balok kubus kecil lebih pendek Balok kubus kecil panjang Balok kubus kecil pendek Balok Balok new Balok new 1 Balok new 2 Balok new 3 Balok new 4 Balok papan Balok persegi panjang Balok pintu Balok pohon Balok rongga setengah unit Balok rongga double unit Balok rongga segi empat Balok rongga unit Balok segi empat Balok segi tiga Balok segitiga besar Balok segitiga kecil Balok siku-siku kecil Balok siku-siku sedang Balok tabung besar Balok tabung kecil Balok tabung panjang Balok unit Balok unit kecil Balok warna warni
Jumlah 3 30 6 20 4 6 18 14 20 8 4 6 46 24 38 26 24 2 40 4 4 16 14 30 8 6 22 10 2 18 150 70 8 50 4 11 34 20 22 22 22 40
76
No.
Sarana PG dan TK
Jumlah
1 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117.
2
3 40 66 11 52 2 28 11 28 54 4 4 116 20 30 33 1 4 2 24 2 2 2 2 240 86 18 28 20 11 2 2 34 11 250 50 4 11 34 20 22 22
Bantal Berbie kecil Bawang putih Bentuk segitiga Binatang mikroplay Blender kecil Buku anecdot record Buku B & K Buku bimbingan dan penyuluhan Buku hadir tamu (dalam kelas) Buku inventaris Buku iqra Buku jurnal Buku kegiatan Buku lagu-lagu dan pembelajaran bahasa Buku notulen rapat Buku panduan sentra ibadah Buku pedoman mudah baca alquran Buku UKS Buku wajib anak (belajar membaca) TK Bunga Cat air (warna-warni) Ceklik/staples Cermin Crayon Dispenser Durian Gajah Gambar hiasan dinding Gambar pancasila Gambar presiden Gambar wapres Gayung Gorden Gunting Harimau Jam dinding Jambu air Jerapah Jeruk Kalender
77
No. 1 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153
Sarana PG dan TK 2 Kalender akademik sekolah Kartu angka Kartu gambar Kartu huruf Kemoceng Kertas origami Keset Kincir angin Kipas angin Kool Kuas Kuda nil Kursi barbie Kursi siswa Lampu Lem Lemari gudang Lemari tv Loker macan tutul Magic com Mainan masak-masakan Mangga Meja panjang Meja kursi siswa Miniatur bunga Miniatur rumput Miniatur rumput kecil Mobilan mikroplay Papan absen Paprika Pare Perlengkapan seni (kancing dll) Penghapus papan tulis Pensil
Jumlah 3 22 40 40 66 11 52 2 28 11 28 54 4 4 116 20 30 33 1 4 2 24 2 2 2 2 240 86 18 28 20 11 2 2 34 11 250
Sumber data : Hasil Observasi dan Dokumentasi Bulan Juli 2016 di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan
78
Dari Tabel di atas menunjukan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito sangat mendukung proses kegiatan belajar dan mengajar. 6. Ciri khas / Keunggulan PG BEK dan TK BINUS Yayasan Bina Insan Nusantara Barito adalah sebuah yayasan yang bergerak di bidang jasa pendidikan, memiliki 6 lembaga pendidikan, dua diantaranya yang menjadi sub fokus penelitian ini adalah Playgroup “BEK” dan TK Bina Nusantara. Terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki dua lembaga ini yaitu: a. Pendidikan agama diterima setiap hari b. Pendidikan agama terpisah diterima antara agama Islam, Kristen dan Katolik c. Bahasa Inggris d. Menerima Anak berkebutuhan Khusus e. Ada MOU/perjanjian kerja sama dengan SLBN Buntok dalam hal pendidikan anak berkebutuhan khusus f. Ruang kelas full ac g. Sarana lengkap h. Pembelajaran langsung i. Yayasan tertutup dalam hal keuangan tetapi memenuhi permintaan guru dalam hal kemajuan pendidikan, misal dalam forum rapat guru memberikan saran APE, yayasan selalu mengabulkan
79
j. Guru-guru diajak studi banding ke TK Istiqlal dalam rangka pembelajaran kurikulum 2013, semua menjadi tanggung jawab yayasan k. Dua (2) hari tidak hadir tanpa keterangan akan mendapatkan surat peringatan (SP) l. Ada beasiswa kepada anak miskin dalam bentuk free sekolah mulai masuk sampai lulus m. Diberikan kebebasan untuk menunjukkan identitas agama masingmasing n. Guru-guru muslim berhijab sedang non muslim tidak, namun sangat rapi dan sopan yaitu menggunakan rok panjang dan batik panjang. o. Tidak ada orang tua yang menunggu anaknya p. Keamanan terjamin q. Guru diberangkatkan mengikuti pelatihan anak berkebutuhan khusus r. Perpaduan Kurikulum 2013, Pilar karakter dan BCCT B. Penyajian Data Dalam bagian ini akan diuraikan tentang temuan penelitian tentang perencanaan dan pelaksanaan pendidikan berbasis multikultural di yayasan Bina Insan Nusantara Barito Selatan berdasarkan temuan-temuan data penelitian sesuai dengan kondisi riil di lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan informan utama maupun informan pendukung sebagai validasi data dari informan utama. 1. Perencanaan Pendidikan Berbasis Multikultural di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan
80
Suatu kegiatan merencanakan masa depan pendidikan dan berkaitan dengan penentuan kebijakan, prioritas kerja, sasaran, dan pembiayaan dengan mempertimbangkan proses pembangunan dan pengembangan pendidikan, prinsip efektivitas dan efisiensi, kebutuhan dan tujuan peserta didik serta masyarakat. Yayasan Bina Insan Nusantara Barito telah melakukan perencanaan secara berkesimabungan dan dilakukan oleh semua pihak serta menjadi kesepakatan semua dan dilaksanakan secara bersama sama. Adapun perencanaan yang dilakukan oleh yayasan Bina Insan Nusantara Barito dapat diuraiakan sebagai berikut: a. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Yayasan bahwa: Perencanaan selalu diperlukan setiap waktu kapan saja dimana saja, jadi untuk memenuhi itu diadakan rapat dengan dewan guru dan selain itu juga saya tidak harus mengumpulkan semua guru lalu duduk bareng, tetapi saya bisa lakukan dan sampaikan lewat HP yaitu melalui Grup WA dan BBM.114 Perencanaan di Yayasan Bina Insan Nusantara dilakukan setiap hari sabtu dengan seluruh unsur yang ada pada yayasan seperti: PAUD PG Buntok English Kids (BEK ) dan TK Bina Nusantara serta Intensive English Course (IEC). Sebagaimana hasil wawancara dengan salah seorang guru TK bahwa: 114
Hasil Wawancara dengan Isnah hari Jumat, 7 Oktober 016 di Ruang Kantor TK Bina Nusantara, Buntok
81
Setiap hari sabtu di yayasan ini diadakan rapat dan diikuti oleh seluruh lembaga pendidikan di bawah Yayasan Bina Insan Nusantara dalam rapat ini agenda acaranya meliputi rancangan pembelajaran yang dilaksakan selama satu minggu.115 Hal senada juga diutarakan oleh guru PG bahwa : Sekali seminggu yaitu pada hari sabtu kami menghadiri rapat, dimana dalam rapat dibahas tentang rancangan pembelajaran dengan tema buah misalnya. Guru menyampaikan rencana tersebut di forum rapat, hasilnya akan disampaikan kepada kepala sekolah dan diteruskan kepada ketua yayasan melalui sekretaris.116 Menurut Sekretaris bahwa hasil rapat akan dituangkan dalm sebuah rekomendasi dan ditujukan kepada ketua yayasan agar memenuhi kebutuhan perencanaan atau apa-apa yang sudah menjadi kesepakatan dalam forum rapat. Biasanya semua perencanaan itu untuk kemajuan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas dan sesuai dengan kebutuhan masingmasing117 Selain itu perencanaan yang dilakukan pada yayasan Bina Insan Nusantara Barito adalah kalender pendidikan yang berisi tentang kegiatan yang dilaksanakan selama satu tahun pelajaran 2016/2017 yang terbagi dalam dua semester yaitu semester ganjil dimulai dari bulan juli 2016 sampai dengan Desember 2016, kegiatan yang direncanakan pada semester ini adalah libur puasa dan libur idul fitri, sosialisasi
115
peserta didik, hari efektif, lomba hari kemerdekaan,
Hasil Wawancara dengan Hidayati, hari Jumat, tanggal 7 Oktober 2016 di kelas A4. TK. Bina Nusantara Buntok 116 Hasil Wawancara dengan Titi, hari Jumat tanggal 7 Oktober 2016 di ruang kelas PG, Buntok 117 Hasil wawancara dengan Yuni, hari Kamis tanggal 6 Oktober 2016 di Kantor IEC, Buntok
82
sosialisasi orang tua, lomba peringatan tahun baru hijriah, lomba mewarna program yayasan, outbond sekolah dan hari ibu dan anak sekolah,
perayaan
hari
natal
di
sekolah,
pembagian
laporan
perkembangan anak didik. Semester genap dari bulan Januari 2017 sampai dengan Juni 2017 dengan rencana kegiatan sebagai berikut: libur tahun 2017, pekan maulid, libur semester 1, lomba menyanyi, libur hari raya nyepi, paskah sekolah, libur umum, pembagian raport 2, libur semeser 2. Berdasarkan hasil wawancara dengan sekretaris yayasan bahwa: setiap satuan pendidikan wajib memiliki kalender pendidikan karena kalender pendidikan merupakan pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur118 Perencanaan yang lain dibuat di yayasan Bina Insan Nusantara Barito
adalah
metode
yang
digunakan
dalam
pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahwa: Metode yang digunakan dalam pembelajaran di TK Bina Nusantara seperti metode yang diterapkan pada lembaga pendidikan taman kanak-kanak lainnya, misalnya metode bercerita, menyanyi, bermain119
118
Hasil wawancara dengan Yuni tanggal 8 Oktober 2016 di ruang Kantor Bina Insan Nusantara, Buntok 119 Hasil wawancara dengan Emi tanggal 17 Nopember 2016 di ruang kelas PG Buntok
83
Menurut guru PG metode yang digunakan di sekolah ini seperti diskusi, bermain peran, bermain meliputi bermain terbimbing dan bermain bebas120 Kurikulum yayasan Bina Insan Nusantara Barito adalah kurikulum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Kurikulum Pilar karakter dan kurikulum BCCT (Beyond Center Circle Time). Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua yayasan bahwa: penyusunan kurikulum di yayasan Bina Insan Nsantara ini mangacu kurikulum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga sebagaimana yang diacu oleh lembaga pendidikan anak usia dini. Kami tidak hanya mengacu kurikulum dari Dinas Pendidikan dan Olahraga akan tetapi juga mengacu kurikulum Pilar karakter yang bekerjasama dengan IHF (Indonesian Heritage Foundation) serta kurikulum BCCT121 Hal senada juga dikatakan oleh guru PG bahwa: kurikulum yang diacu adalah kurikulum dari diknas, kurikulum Pilar karakter dan BCCT122 Menurut guru TK, kurikulum disusun berdasarkan kurikulum dari diknas, Kurikulum Pilar Karakter dan Kurikulum Beyond Center Circle Time123 Menurut sekretaris yayaasan bahwa kurikulum yang diacu di yayasan ini selain dari diknas juga adopsi dari kurikulum Pilar karakter dengan 9 pilar karakter yang diajarkan: cinta Tuhan dan segenap ciptaannya; kemandirian dan tanggungjawab; kejujuran/amanah dan bijaksana; hrmat dan santun; dermawan, 120
Hasil wawancara dengan Astri tanggal 7 Oktober 2016 di ruang PG Buntok Hasil Wawancara dengan Isnah hari Jumat, 7 Oktober 2016 di Ruang Kantor Bina Insan Nusantara, Buntok 122 Hasil wawancara dengan Dewi hari jumat, 7 Oktober 2016 di ruang PG Buntok 123 Hasil wawancara dengan Hasanah, Sabtu, 10 Nopember 2016 di jalan Sampurna 121
84
suka menolong dan gotong royong; percaya diri, kreatif dan kerja keras; kepemimpinan dan keadilan; baik dan rendah hati; toleransi, kedamaian dan kesatuan124 b. Perencanaan Sosialisasi Perencanaan sosialisasi merupakan kegiatan yang dilakukan yayasan dalam rangka mensosialisasikan tentang PAUD Play Group BEK dan TK Bina Nusantara Buntok. Perencanaan yang dibuat meliputi
materi,
waktu,
tempatnya,
sasaran
dan
yang
akan
menyampaikan sosialisasi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua yayasan bahwa perencanaan ini dibuat agar masing-masing yang berkompeten dengan materi yang akan diberikan serta pengaturan jadwal kegiatan dan tempat kegiatan serta undangan yang menghadiri kegiatan tersebut harus jelas dalam perencanaan sosialisasi ini125 Hal senada juga diutarakan oleh kepala TK Bina Nusantara bahwa: perencanaan untuk kegiatan sosialisasi dibuat agar masing-masing dapat melaksanakan tugasnya sesuai hasil keputusan rapat.126 Menurut pengelola Play Group “BEK”, perencanaan pasti dilakukan agar masing-masing yang ditugaskan pada kegiatan ini mengetahui baik tentang jadwal, tempat, materi dan peserta yang diundang. Perencanaan ini dibuat juga agar masing-masing dapat mempersiapkan bahan untuk sosialisasi lebih maksmal127 Berdasarkan hasil wawancara dengan Intan bahwa perencanaan ini dibuat berdasarkan hasil rapat seluruh dewan guru dengan yayasan. Kami sebagai staf bertanggung jawab memberikan pelayanan kepada guru, orang tua dan peserta didik. Dalam hal ini kami memperlancar administrasi dengan cara membuat surat 124
Hasil wawancara dengan Yuni hari Kamis, 6 Oktober 2016 di Ruang Kantor Bina Isan Nusantara, Buntok 125 Hasil Wawancara dengan Isnah hari Jumat, 7 Oktober 2016 di Ruang Kantor TK Bina Nusantara, Buntok 126 Hasil wawancara dengan Yuni hari kamis, 6 Oktober 2016 di Ruang Kantor TK Bina Nusantara, Buntok 127 Hasil wawancara dengan Dwi hari jumat, 7 Oktober 2016 di Ruang Kelas PG, Buntok
85
undangan sosialisasi dan kegiatan ini rutin dilakukan tiap tahun128 c. Perencanaan kinerja Perencanaan kinerja tertuang dalam tugas pokok dan fungsi atau bisa juga disebut dengan uraian tugas dan kewajiban personalia. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua yayasan bahwa: saya bertanggung jawab dalam mengembangkan pendidikan di Bina Insan Nusantara Barito serta bekerjasama dengan berbagai pemangku kebijakan dalam rangka optimalisasi sumber belajar dan sumber dana129 Menurut
pengelola,
kalau
saya
punya
tanggung
jawab
mengembangkan program dan mengkoordinasikan guru, mengelola administratif, melakukan evaluasi dan pembinaan terhadap kinerja guru dan evaluasi terhadap program pembelajaran130 Menurut tenaga administratif bahwa kami disini membantu mengelola keuangan, sarana dan prasarana serta memberikan pelayanan administrasi kepada guru, orang tua dan peserta didik131 d. Standar Operasional Prosedur Perencanaan yang dibuat untuk standar operasional prosedur berisi nama lembaga, unit program, tanggal disahkan, kode dokumen, standar
128
Hasil wawancara Insan Nusantara, Buntok 129 Hasil Wawancara Nusantara, Buntok 130 Hasil wawancara Insan Nusantara, Buntok 131 Hasil wawancara Insan Nusantara, Buntok
dengan Intan hari Sabtu, 8 Oktober 2016 di ruang tata usaha Bina dengan Isnah hari Jumat, 7 Oktober 2016 di Ruang Kantor TK Bina dengan Intan hari Sabtu, 8 Oktober 2016 di ruang tata usaha Bina dengan Intan hari Sabtu, 8 Oktober 2016 di ruang tata usaha Bina
86
dan tanggal revisi, judul, tujuan, referensi, pihak terkait, dokumen dan prosedur kerja. Perencanaan SOP
antara lain proses pembelajaran
kepada siswa, toileting, pembukaan kegiatan harian, penataan lingkungan bermain, pijakan setelah main, pijakan saat main. e. Tata tertib Perencanaan tata tertib ini dibuat secara tertulis dan diperuntukan kepada siswa dan pendidik serta tenaga kependidikan. Dan tata tertib ini dibuat sejak berdirinya PAUD Play Group dan TK, dan akan diperbaharui setiap tahun ajaran.132
2. Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Multikultural di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan a. Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang mencakup kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan pembelajaran berdasarkan rencana yang terorganisir secara sistematis yang mencakup tujuan, materi pembelajaran, metode dan media pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu proses yang perlu direncanakan secara secara sistematis. Perencanaan secara sistematis membantu guru untuk melihat secara menyeluruh hubungan diantara aspek-aspek yang terkait dalam proses pembelajaran dan perencanaan yang sistematis membantu 132
Hasil Wawancara dengan Isnah hari Jumat, 7 Oktober 2016 di Ruang Kantor TK Bina Nusantara, Buntok
87
guru untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang mungkin ada di dalam rencana pembelajaran yang dibuat guru. Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas yaitu aktivitas belajar dan aktivitaas mengajar. Aktivitas mengajar, proses yang terjadi adalah pada pendidiknya sedang pada aktivitas belajar, proses tertadi pada warga belajarnya. Pembelajaran merupakan aktivitas pendidik dan warga belajar atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif dalam mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan hasil
wawancara dengan
guru
PG bahwa
pembelajaran yang ada di PG ini sesuai dengan RPPH yang disusun guru berdasarkan sentra. Misalnya pada sentra persiapan dan diberikan pada kelompok PG B, tema transportasi
dengan sub tema sepeda.
Waktu yang digunakan dari pukul 07.00 sd 10.00. Materi pelajaran yang disampaikan doa sebelum belajar dan sebelum pulang. Doa sebelum dan sesudah makan, melafalkan surah pendek, mencuci tangan sebelu makan senang, mengikuti aturan, mencoret berbagai bentuk, menceritakan kembali, mengenal bagian-bagian sepeda, membedakan benda berdasarkan bentuk, memasangkan benda dengaan pasangannya, menyanyikan lagu kring...kring...ada sepeda.133 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru sentra bahwa tema tanaman/buah-buahan dengan waktu yang digunakan dari pukul 07.00 sd 10.00. Materi pelajaran yang disampaikan mengenal ciptaan Tuhan, 133
Buntok
Hasil wawancara dengan Yuliani hari Kamis, 7 Oktober 2016 di ruang kelas PG
88
mengucapkan kalimah thayyibah, doa sebelum belajar dan sebelum pulang. doa sebelum dan sesudah makan, melafalkan surah pendek, menghafal asmaul husna, menghafal doa masuk dan keluar kamar mandi, doa sesudah dan sebelum makan kristen, melafalkan doa bapa kami, melafalkan doa hukum taurat, mencuci tangan sebelum makan senang, mengikuti aturan, menunjukan jumlah dari dua kumpulan benda, mengelompokan berbagai benda di lingkungan berdasarkan ukuran, sifat, suara, tekstur, fungsi dan ciri-cirinya, menyebutkan katakata yang mempunyai lawan kata.melakukan perintah yang lebih kompleks sesuai dengan aturan yang disampaikan, menyanyi lagu “pepaya‟134. Hasil wawancara dengan guru kelas, bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran ini sesuai dengan perencanaan yang disusun oleh guru yaitu RPPH dalam hal ini sentra persiapan dengan tem tanaman dan sub tema buah-buahan dan buah yang dijadikan media adalah pepaya. Selama pelaksanaan pembelajaran ini dilakukan di sentra persiapan, guru sudah mempersiapkan media (modeling) dan metode yang digunakan adalah demonstrasi135 b. Sosialisasi Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun. Sebagaimana hasil wawancara berikut ini: 134
Hasil wawancara dengan Nurul, Kamis tanggal 7 November 2016, di Kelas TK Bina Nusantara, Buntok 135 Hasil wawancara dengan Fardila, Kamis tanggal 7 Nopember 2016 di Kelas TK Bina Nusantara, Buntok
89
Menurut Ketua yayasan bahwa sosialisasi ini rutin dilaksanakan tiap tahun seperti sosialisasi kurikulum dan sistem pembelajaran dengan cara bermain sambil belajar pada orang tua murid PAUD Play Group “BEK” dan TK Bina Nusantara. Materi sosialisasi ini antara lain penyampaian Visi dan Misi. Baik PG maupun TK136 Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala TK dalam sosialisasi kurikulum dan sistem pembelajaran dengan cara bermain sambil belajar pada orang tua murid PAUD Play Group “BEK” dan TK Bina Nusantara, materi yang disampaikan adalah visi TK yaitu membentuk generasi berkarakter, berkualitas dan berwawasan luas serta berakhlak mulia. Adapun misinya adalah a). menyiapkan sumber daya manusia untuk generasi kedepan agar menjadi manusia Indonesia yang berkarakter, cerdas, sehat, ceria dan berakhlak mulia. b).Memberikan kesempatan kepada setiap anak yang masih berusia dini agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat usia perkembangan psikologisnya, potensi dan minat serta bakat dan juga kebutuhan spesifikasinya. c).Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan bermain yang inovatif serta berkelanjutan. d).Menumbuhkan semangat keunggulan kepada seluruh warga sekolah.137 Menurut pengelola Play Group “BEK” dalam sosialisasi kurikulum dan sistem pembelajaran dengan cara bermain sambil belajar pada orang tua murid PAUD Play Group “BEK” dan TK Karakter Bina Nusantara, materi yang disampaikan pada waktu sosialisasi adalah penyampaian visi “BEK” adalah menyiapkan generasi ke depan menjadi manusia Indonesia cerdas, sehat, ceria, berkarakter dan berakhlak mulia. dan Misi Memberikan kesempatan kepada setiap anak yang masih berusia dini agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat usianya, perkembangan psikologisnya, potensi dan minat serta bakatnya dan juga kebutuhan spesifikasinya138. Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga administrasi, sosialisasi kurikulum dan sistem pembelajaran dengan cara 136
Hasil wawancara dengan Isnah, Hasil wawancara dengan Yuni, Kamis 6 Oktober 2016 di Ruang Kantor TK Bina Nusantara Barito, Buntok 138 Hasil wawancara dengan Dwi, Jumat 7 Oktober 2016 di Ruang kelas PG, Buntok 137
90
bermain sambil belajar pada orang tua murid PAUD Play Group “BEK” dan TK Bina Nusantara disampaikan oleh ketua yayasan, pengelola Play Group “BEK” dan Kepala TK Bina Nusantara. Adapun materi yang disampaikan visi, misi, pembelajaran pilar dan sentra, kurikulum yang digunakan, metode, wacana parenting, tata tertib, jurnal dan sirkulasi buku tabungan serta pembayaran SPP.139 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa yayasan Bina Insan Nusantara Barito menyampaikan visi, misi lembaga pendidikannya dan
pembelajaran pilar dan sentra, kurikulum yang
digunakan, metode, wacana parenting, tata tertib, jurnal dan sirkulasi buku tabungan serta pembayaran SPP melalui sosialisasi yang dihadiri oleh orang tua /wali siswa baik dari PG maupun dari TK agar mreka lebih mengetahui informasi secara langsung dari yayasan. c. Kinerja Pelaksanaan kinerja di yayasan Bina Insan Nusantara Barito sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat, sebagaimana hasil wawancara dengan ketua yayasan bahwa kinerja pada lembaga pendidikan baik PG maupun TK sudah berjalan sesuai tugas pokok dan fungsinya140 Menurut pengelola PG bahwa kinerja karyawan ini sangat tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari unjuk kerja yang dilakukan, seperti penjaga sekolah yang bekerja tidak hanya menjaga sekolah akan tetapi
139
Hasil wawancara dengan Mawaddah, 5 Nopember 2016 di Ruang tata usaha Bina Insan Nusantara Barito, Buntok 140 Hasil wawancara dengan Isnah, Jumat 7 Oktober 2016 di Ruang Kantor TK Bina Nusantara, Buntok
91
juga mengatur ruangan untuk proses pembelajaran dengan kelas yang berbeda-beda peruntukannya dan tenaga administrasi yang telah menjalankan tugas pokok dan fungsinya.141 d. SOP Standart Operating Prosedure (SOP) adalah serangkaian instruksi kerja tertulis yang dibakukan (terdokumentasi) mengenai proses penyelenggaraan administrasi perusahaan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. Standar operasional prosedur yang ada di lembaga Bina Insan Nusantara Barito meliputi: proses pembelajaran kepada siswa, toileting, pembukaan kegiatan harian, penataan lingkungan bermain, pijakan setelah main, pijakan saat main, pijakan sebelum main, kegiatan pendidikan makan, kegiatan makan bekal/ pertolongan pertama pada kecelakaan, kegiatan cuci tangan, penyambutan kedatangan anak, penataan alat main.142 e. Tata Tertib Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua yayasan bahwa pelaksanaan tata tertib di lembaga ini sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat siswa datang 15 menit sebelum berbunyi, sekolah dimulai pukul 07.00 WIB.
Selain itu siswa selama sekolah tidak
ditunggu.143
141
Hasil wawancara dengan Dwi, Jumat, 7 Oktober 2016 di Ruang Kelas PG, Buntok Wawancara dengan Isnah 143 Wawancara dengan Isnah 142
92
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua RT 03 bahwa tata tertib di lembaga ini berjalan dengn baik karena siswa, pendidik dan tenaga kependidikan mentaati tat tertib yang dibuat oleh lembaga, seperti memakai seragam sesuai dengan jadwal yang ada. Bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap orang tua, pimpinan semua pendidik/tenaga kependidikan lain dan masyarakat. Guru-guru di lembaga ini selalu bersikap santun terhadap masyarakat.144 Menurut guru, kami dalam berpakaian diatur dalam tata tertib, selain itu kami dilarang menggunakan make up, tidak memakai perhiasan yang berrlebihan dan tidak berpakaian yang mencolok dan harus berpakaian rapi dan sopan juga tidak memamakai sepatu hak lebih dari 7 cm.145 C. Pembahasan dan Temuan Penelitian Pembahasan temuan data penelitian ini meliputi perencanaan dan pelaksanaan pendidikan berbasis multikultural di yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan. 1. Perencanaan Pendidikan Berbasis Multikultural di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan Suatu kegiatan merencanakan masa depan pendidikan dan berkaitan dengan penentuan kebijakan, prioritas kerja, sasaran, dan pembiayaan dengan mempertimbangkan proses pembangunan dan pengembangan pendidikan,
144
Hasil wawancara dengan Hertaman, hari Kamis, tanggal 27 Oktober 2016 rumah di jalan Sampurna no, 4 Buntok 145 Hasil wawancara dengan Titi, hari Kamis 27 Oktober 2016 di ruang kelas PG Buntok
93
prinsip efektivitas dan efisiensi, kebutuhan dan tujuan peserta didik serta masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Yayasan bahwa: Perencanaan selalu diperlukan setiap waktu kapan saja dimana saja, jadi untuk memenuhi itu diadakan rapat dengan dewan guru dan selain itu juga saya tidak harus mengumpulkan semua guru lalu duduk bareng, tetapi saya bisa lakukan dan sampaikan lewat HP yaitu melalui Grup WA dan BBM.146 Perencanaan di Yayasan Bina Insan Nusantara dilakukan setiap hari sabtu dengan seluruh unsur yang ada pada yayasan seperti: PAUD PG Buntok English Kids (BEK ) dan TK Bina Nusantara serta Intensive English Course (IEC). Berdasarkan hasil observasi di ruang PG, satu persatu guru berdatangan memasuki ruangan kelas PG untuk mengadiri undangan rapat dewan guru dengan pimpinan yayasan. Tepat pukul 10.40 rapat dimulai dan dipimpin oleh ketua yayasan dan sekretaris yayasan sebagai notulen rapat. Ketua yayasan menyampaikan agenda acara rapat pada hari itu antara lain tentang perencanaan persiapan akreditasi
TK dan BEK yang akan
dilaksanakan pada tanggal 3 sampai dengan 5 Nopember 2016. Setelah selesai membahas tentang perencanaan persiapan akreditasi yang hasilnya antara lain semua guru mengumpulkan RPPH dan RPPM serta persiapan ruangan sebagai tempat akreditasi.147
146
Hasil Wawancara dengan Isnah hari Jumat, 7 Oktober 016 di Ruang Kantor TK Bina Nusantara, Buntok 147 Hasil observasi tanggal 8 Oktober 2016 di Ruang PG Bina Nusantara, Buntok
94
Dari paparan diatas nampak Yayasan Bina Insan Nusantara Barito telah melakukan perencanaan secara berkesimabungan dan dilakukan oleh semua pihak serta menjadi kesepakatan semua dan dilaksanakan secara bersama sama. Selain itu perencanaan yang dilakukan pada yayasan Bina Insan Nusantara Barito adalah kalender pendidikan yang berisi tentang kegiatan yang dilaksanakan selama satu tahun pelajaran 2016/2017 yang terbagi dalam dua semester yaitu semester ganjil dimulai dari bulan juli 2016 sampai dengan Desember 2016, kegiatan yang direncanakan pada semester ini adalah libur puasa dan libur idul fitri, sosialisasi peserta didik, hari efektif, lomba hari kemerdekaan, sosialisasi orang tua, lomba peringatan tahun baru hijriah, lomba mewarna program yayasan, outbond sekolah dan hari ibu dan anak sekolah, perayaan hari natal di sekolah, pembagian laporan perkembangan anak didik. Semester genap dari bulan Januari 2017 sampai dengan Juni 2017 dengan rencana kegiatan sebagai berikut: libur tahun 2017, pekan maulid, libur semester 1, lomba menyanyi, libur hari raya nyepi, paskah sekolah, libur umum, pembagian raport 2, libur semeser 2. Berdasarkan hasil wawancara dengan sekretaris yayasan, Yuni bahwa: setiap satuan pendidikan wajib memiliki kalender pendidikan karena kalender pendidikan merupakan pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur148
148
Hasil wawancara dengan Yuni tanggal 8 Oktober 2016 di ruang Kantor Bina Insan Nusantara, Buntok
95
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa kalender pendidikan wajib dimiliki setiap satuan pendidikan karena digunakan sebagai rambu-rambu dalam waktu pelaksanaaan kegiatan pembelajaran, hari efektif maupun hari libur suatu lembaga pendidikan. Perencanaan yang lain dibuat di yayasan Bina Insan Nusantara Barito adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran. Metode yang digunakan dalam pembelajaran di TK Bina Nusantara seperti metode yang diterapkan pada lembaga pendidikan taman kanak-kanak lainnya, misalnya metode bercerita, menyanyi, bermain149 Menurut guru PG metode yang digunakan di sekolah ini seperti diskusi, bermain peran, bermain meliputi bermain terbimbing dan bermain bebas150 Berdasarkan hasil wawancara dapat dipahami bahwa metode yang direncanakan dalam pembelajaran di yayasan ini meliputi metode bercerita, metode menyanyi, metode bermain, diskusi, bermain peran. Hal ini sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang di pergunakan oleh seorang guru atau instruktur.151 Menurut Arifin metode pembelajaran adalah proses pembelajaran ibarat pendorong atau kekuatan untuk meningkatkan dan mengangkut materi pembelajaran sampai
149
Hasil wawancara dengan Emi tanggal 17 Nopember 2016 di ruang kelas PG Buntok Hasil wawancara dengan Astri tanggal 7 Oktober 2016 di ruang PG Buntok 151 Abu Ahmadi &Joko Tri Prasetya, Strategi BelajarMengajar Untuk Tarbiyah Komponen MKDK (Bandung: PustakaSetia, 2005), 52. 150
96
ke tujuan demi kepentingan siswa.152 Ada juga yang berpendapat bahwa metode adalah suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Berdasarkan pendapat ahli di atas bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara, jalan, sistem, dalam menyampaikan bahan pelajaran dari seorang guru kepada siswa untuk dapat menguasai bahan pelajaran-pelajaran yang akhirnya akan tercapai tujuan pembelajaran yang diberikan dari seorang instruktur atau seorang guru. Berkenaan dengan kurikulum, yayasan Bina Insan Nusantara Barito memakai kurikulum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Kurikulum Pilar karakter dan kurikulum BCCT (Beyond Center Circle Time). Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua yayasan bahwa: penyusunan kurikulum di yayasan Bina Insan Nsantara ini mangacu kurikulum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga sebagaimana yang diacu oleh lembaga pendidikan anak usia dini. Kami tidak hanya mengacu kurikulum dari Dinas Pendidikan dan Olahraga akan tetapi juga mengacu kurikulum Pilar karakter yang bekerjasama dengan IHF (Indonesian Heritage Foundation) serta kurikulum BCCT153 Hal senada juga dikatakan oleh guru PG bahwa: kurikulum yang diacu adalah kurikulum dari diknas, kurikulum Pilar karakter dan BCCT154 Menurut guru TK, kurikulum disusun berdasarkan kurikulum dari diknas, Kurikulum Pilar Karakter dan Kurikulum Beyond Center Circle Time155
152
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 61 Hasil Wawancara dengan Isnah hari Jumat, 7 Oktober 2016 di Ruang Kantor Bina Insan Nusantara, Buntok 154 Hasil wawancara dengan Dewi hari jumat, 7 Oktober 2016 di ruang PG Buntok 155 Hasil wawancara dengan Hasanah, Sabtu, 10 Nopember 2016 di jalan Sampurna 153
97
Menurut sekretaris yayasan bahwa : kurikulum yang diacu di yayasan ini selain dari diknas juga adopsi dari kurikulum Pilar karakter dengan 9 pilar karakter yang diajarkan: cinta Tuhan dan segenap ciptaannya; kemandirian dan tanggungjawab; kejujuran/amanah dan bijaksana; hrmat dan santun; dermawan, suka menolong dan gotong royong; percaya diri, kreatif dan kerja keras; kepemimpinan dan keadilan; baik dan rendah hati; toleransi, kedamaian dan kesatuan156 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam penyusunan kurikulum pada yayasan Bina Insan Nusantara yang diacu adalah kurikulum dari dinas pendidikan dan olahraga, kurikulum BCCT yang merupakan kurikulum pedidikan anak usia dini yang telah diadaptasi dari negara Singapura dan kurikulum Pilar karakter dengan 9 pilar. Perencanaan sosialisasi merupakan kegiatan yang dilakukan yayasan dalam rangka mensosialisasikan tentang PAUD Play Group BEK dan TK Bina Nusantara Buntok. Perencanaan yang dibuat meliputi materi, waktu, tempatnya, sasaran dan yang akan menyampaikan sosialisasi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua yayasan bahwa: perencanaan ini dibuat agar masing-masing yang berkompeten dengan materi yang akan diberikan serta pengaturan jadwal kegiatan dan tempat kegiatan serta undangan yang menghadiri kegiatan tersebut harus jelas dalam perencanaan sosialisasi ini157
156
Hasil wawancara dengan Yuni hari Kamis, 6 Oktober 2016 di Ruang Kantor Bina Isan Nusantara, Buntok 157 Hasil Wawancara dengan Isnah hari Jumat, 7 Oktober 2016 di Ruang Kantor TK Bina Nusantara, Buntok
98
Hal senada juga diutarakan oleh kepala TK Bina Nusantara bahwa: perencanaan untuk kegiatan sosialisasi dibuat agar masing-masing dapat melaksanakan tugasnya sesuai hasil keputusan rapat.158 Menurut pengelola Play Group “BEK”: perencanaan pasti dilakukan agar masing-masing yang ditugaskan pada kegiatan ini mengetahui baik tentang jadwal, tempat, materi dan peserta yang diundang. Perencanaan ini dibuat juga agar masingmasing dapat mempersiapkan bahan untuk sosialisasi lebih maksmal159 Berdasarkan hasil wawancara dengan Intan bahwa: perencanaan ini dibuat berdasarkan hasil rapat seluruh dewan guru dengan yayasan. Kami sebagai staf bertanggung jawab memberikan pelayanan kepada guru, orang tua dan peserta didik. Dalam hal ini kami memperlancar administrasi dengan cara membuat surat undangan sosialisasi dan kegiatan ini rutin dilakukan tiap tahun160 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa yayasan Bina Insan Nusantara Barito membuat perencanaan yang matang dalam kegiatan sosialisasi dengan materi yang beragam sesuai dengan kebutuhan lembaga dan kegiatan ini rutin dilaksanakan tiap tahun. Perencanaan kinerja tertuang dalam tugas pokok dan fungsi atau bisa juga disebut dengan uraian tugas dan kewajiban personalia. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua yayasan bahwa: saya bertanggung jawab dalam mengembangkan pendidikan di Bina Insan Nusantara Barito serta
158
Hasil wawancara dengan Yuni hari kamis, 6 Oktober 2016 di Ruang Kantor TK Bina Nusantara, Buntok 159 Hasil wawancara dengan Dwi hari jumat, 7 Oktober 2016 di Ruang Kelas PG, Buntok 160 Hasil wawancara dengan Intan hari Sabtu, 8 Oktober 2016 di ruang tata usaha Bina Insan Nusantara, Buntok
99
bekerjasama dengan berbagai pemangku kebijakan dalam rangka optimalisasi sumber belajar dan sumber dana161 Menurut mengembangkan
pengelola, program
kalau dan
saya
punya
mengkoordinasikan
tanggung guru,
jawab
mengelola
administratif, melakukan evaluasi dan pembinaan terhadap kinerja guru dan evaluasi terhadap program pembelajaran162 Menurut tenaga administratif bahwa kami disini membantu mengelola keuangan, sarana dan prasarana serta memberikan pelayanan administrasi kepada guru, orang tua dan peserta didik163 Perencanaan yang dibuat untuk standar operasional prosedur berisi nama lembaga, unit program, tanggal disahkan, kode dokumen, standar dan tanggal revisi, judul, tujuan, referensi, pihak terkait, dokumen dan prosedur kerja. Perencanaan SOP
antara lain proses pembelajaran kepada siswa,
toileting, pembukaan kegiatan harian, penataan lingkungan bermain, pijakan setelah main, pijakan saat main. Perencanaan tata tertib ini dibuat secara tertulis dan diperuntukan kepada siswa dan pendidik serta tenaga kependidikan.
161
Hasil Wawancara dengan Isnah hari Jumat, 7 Oktober 2016 di Ruang Kantor TK Bina Nusantara, Buntok 162 Hasil wawancara dengan Intan hari Sabtu, 8 Oktober 2016 di ruang tata usaha Bina Insan Nusantara, Buntok 163
Hasil wawancara dengan Intan hari Sabtu, 8 Oktober 2016 di ruang tata usaha Bina Insan Nusantara, Buntok
100
2. Pelaksanaan Pendidikan Berbasis Multikultural di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan Kegiatan pembelajaran berdasarkan rencana yang terorganisir secara sistematis yang mencakup tujuan, materi pembelajaran, metode dan media pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu proses yang perlu direncanakan secara secara sistematis. Perencanaan secara sistematis membantu guru untuk melihat secara menyeluruh hubungan diantara aspekaspek yang terkait dalam proses pembelajaran dan perencanaan yang sistematis membantu guru untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang mungkin ada di dalam rencana pembelajaran yang dibuat guru. Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas yaitu aktivitas belajar dan aktivitaas mengajar. Aktivitas mengajar, proses yang terjadi adalah pada pendidiknya sedang pada aktivitas belajar, proses tertadi pada warga belajarnya. Pembelajaran merupakan aktivitas pendidik dan warga belajar atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif dalam mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PG bahwa pembelajaran yang ada di PG ini sesuai dengan RPPH yang disusun guru berdasarkan sentra. Misalnya pada sentra persiapan dan diberikan pada kelompok PG B, tema transportasi dengan sub tema sepeda. Waktu yang digunakan dari pukul 07.00 sd 10.00. Materi pelajaran yang disampaikan doa sebelum belajar dan sebelum pulang. Doa sebelum dan sesudah makan, melafalkan surah pendek, mencuci tangan sebelu makan senang, mengikuti aturan, mencoret berbagai
101
bentuk, menceritakan kembali, mengenal bagian-bagian sepeda, membedakan benda berdasarkan bentuk, memasangkan benda dengaan pasangannya, menyanyikan lagu kring...kring...ada sepeda.164 Berdasarkan hasil observasi di kelas PG. A setelah kegiatan morning cirle yang merupakan kegiatan yang dilakukan di pagi hari untuk semua siswa baik di PG maupun TK. Kegiatan yang dilakukan adalah siswa menyanyi sambil bermain. Siswa siswi dengan ceria menikmati aktivitas pagi selama 15 menit. Kemudian siswa berbaris di depan kelas masing-masing dan siswa bersalaman kepada guru yang ada di depan pintu dan ada guru berdiri dekat tempat rak sepatu. Bagi siswa yang bersalaman dengan gurunya ada posisi dekat rak tempat sepatu mereka melepaskan sepatu baru bersalaman, sementara siswa yang gurunya berdiri di depan pintu bersalaman lebih dahulu baru melepaskan sepatunya. Setelah semua siswa masuk ruangan, ada sebagian yang tetap berada di kelas dan ada sebagian siswa yang masuk di kelas sebelahnya ternyata siswa yang meninggalkan kelas dan memasuki kelas dilantai bawah yaitu ruang kelas B1 adalah siswa yang beragama kristen dan siswa yang ada di kelas B2, B3 dan B4 adalah siswa yang beragama Islam. Setelah semua siswa berada pada kelas sesuai agama tadi aktivitas pembelajaran dilanjutkan dengan doa sebelum belajar. Pada kelas B1, guru bertanya kepada siswa, “anak-anak siapa yang berani jadi pemimpin, anak-anak bersama-sama dengan riuhnya sambil mengacungkan jari saya bu, saya bu, tak berapa lama maju satu orang siswa perempuan 164
Buntok
Hasil wawancara dengan Yuliani hari Kamis, 7 Oktober 2016 di ruang kelas PG
102
kedepan dan berkata bunda saya yang mimpin doa, sebelum kamu memimpin lepas dulu jaketnya. Siswa perempuan tersebut dan siswa lainnya membawakan kidung-kidung pujian sampai pada akhirnya siswa dan diikuti teman-temannya secara perlahan mengepalkan tangan dan mata terpejam untuk memanjatkan doa untuk memulai sebelum belajar. Setelah berdoa siswa mengucapkan ikrar. Demikian pula yang terjadi pada kelas siswa yang beragama Islam. Siswa duduk melingkar dan dua orang guru duduk diantara siswa untuk memulai pelajaran dengan membaca doa sebelum belajar. bersama-sama
melafalkan
bismillahirrahmaanirrahiim
doa
sebelum
rabbizidni’ilma
Siswa secara
belajar, warzuqni
yaitu fahma,
rabbisyrahlishodri wayassirlii’amri, rabbana aatiina fiddunn ya hasanah wafil akhirati hasanah waqina adzaabannaar. Setelah selesai berdoa siswa membaca doa mau makan, mau tidur lalu membaca surah pendek. Surah pendek yang dibaca adalah surah al ikhlas, surah an naas kamudian membaca asmaul husna. Selanjutnya siswa kembali bergabung dengan teman-teman satu kelas untuk mengikuti proses pembelajaran berikutnya. Setelah anakanak berada pada ruangan masing-masing, guru mengabsen siswa, menyanyi bersama-sama dan masuk pada materi bahasa Inggris mengenal transportasi darat. Guru memperlihatkan gambar-gambar alat transportasi darat, seperti mobil, bus, sepeda motor, kereta api dan sepeda. Sub tema pada hari ini adalah sepeda. Media yang digunakan gambar sepeda dan peralatan sepeda, sepeda kecil, buku gambar, pensil, crayon dan LK PG. Siswa mengerjakan
103
LK yang diberikan guru berupa mewarnai gambar sepeda yang terurai berupa ban, stang, sadel, rem, rantai, pancel. Siswa sibuk mewarnai gambar bagianbagian sepeda. Pukul 08.15 waktunya istirahat, semua siswa pergi menuju tempat kran untuk mencuci tangan kemudian mengambil bekal yang sudah disiapkan dari rumah. Kemudian duduk dengan rapi dan guru berkata kepada siswa, anak-anak sebelum makan kita harus apa dulu? Membaca doa bunda. Baik anak-anak mari berdoa sesuai agamanya masing-masing. Anak-anak dengan tertib dan tanpa mengeluarkan suara mereka berdoa dalam hati sesuai ajaran agamanya masing. Selanjutnya siswa menikmati bekal yang dibawa dari rumah. Pada saat membuka bekal ada salah satu siswa yang tidak membawa bekal dan teman-temannya menawarkan kepadanya dan anak itu hanya diam saja melihat sikap teman-temannya, bu guru dengan segera mengambil makanan salah satu siswa dan menaroh dalam piring serta memberikan kepada anak tersebut, dengan riang gembira anak-anak makan bersama. Setelah selesai makan anak-anak membereskan kembali bekal dan menaroh dalam tas serta tidak lupa mencuci tangan pakai sabun. Pukul 08.45 proses pembelajaran berlanjut mengenai mengenal bagian-bagian sepeda dan membedakan bentuk dan ukuran (besar dan kecil) serta memasangkan benda dengan pasangannya. Pukul 09.45 seluruh pekerjaan siswa diberikan evaluasi secara langsung oleh guru dengan mengulang kembali jawaban-jawaban yang tepat berkaitan dengan bentuk benda, pasangan benda dan bagian-bagan sepeda. Sebelum mengakhiri pelajaran siswa bersama guru bernyanyi samasama : kring....kring....ada sepeda, sepedaku roda dua, kudapat dari ayah
104
karena rajin bekerja, tuk...tuk...bunyi sepatu, sepatuku warna biru, kudapat dari ibu karena rajin membantu. Selesai menyanyi bersama guru mengakhiri pelajaran pada hari itu dan berpesan supaya siswa menjadi anak yang baik, patuh pada orang tua dan hati-hati dijalan. Setelah berakhir pelajaran, siswa bersalaman dengan guru dalam kelas kemudian berlarian ke kelas yang sudah biasa mereka lakukan setiap berakhir pelajaran mereka akan bersama-sama lagi dengan teman-teman yang seagama dalam satu kelas. Pukul 10.00 Wib seluruh siswa meninggalkan kelas dan sudah menunggu jemputan oleh orang tua, kakak bahkan keluarganya.165 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru sentra bahwa tema tanaman/buah-buahan dengan waktu yang digunakan dari pukul 07.00 sd 10.00. Materi pelajaran yang disampaikan mengenal ciptaan Tuhan, mengucapkan kalimah thayyibah, doa sebelum belajar dan sebelum pulang. doa sebelum dan sesudah makan, melafalkan surah pendek, menghafal asmaul husna, menghafal doa masuk dan keluar kamar mandi, doa sesudah dan sebelum makan kristen, melafalkan doa bapa kami, melafalkan doa hukum taurat, mencuci tangan sebelum makan senang, mengikuti aturan, menunjukan jumlah dari dua kumpulan benda, mengelompokan berbagai benda di lingkungan berdasarkan ukuran, sifat, suara, tekstur, fungsi dan ciricirinya, menyebutkan kata-kata yang mempunyai lawan kata.melakukan
165
Buntok
Hasil observasi hari Kamis tanggal 3 Nopember 2016 di PAUD Play Group “BEK”
105
perintah yang lebih kompleks sesuai dengan aturan yang disampaikan, menyanyi lagu “pepaya‟166. Hasil wawancara dengan guru kelas, bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran ini sesuai dengan perencanaan yang disusun oleh guru yaitu RPPH dalam hal ini sentra persiapan dengan tem tanaman dan sub tema buahbuahan dan buah yang dijadikan media adalah pepaya. Selama pelaksanaan pembelajaran ini dilakukan di sentra persiapan, guru sudah mempersiapkan media (modeling) dan metode yang digunakan adalah demonstrasi167 Hasil observasi di kelas TK setelah kegiatan morning cirle yang merupakan kegiatan yang dilakukan di pagi hari untuk semua siswa baik di PG maupun TK. Kegiatan yang dilakukan adalah siswa menyanyi sambil bermain. Siswa siswi dengan ceria menikmati aktivitas pagi selama 15 menit. Kemudian siswa berbaris di depan kelas masing-masing dan siswa bersalaman kepada guru yang ada di depan pintu dan ada guru berdiri dekat tempat rak sepatu. Bagi siswa yang bersalaman dengan gurunya ada posisi dekat rak tempat sepatu mereka melepaskan sepat baru bersalaman, sementara siswa yang gurunya berdiri di depan pintu bersalaman lebih dahulu baru melepaskan sepatunya. Setelah semua siswa masuk ruangan, ada sebagian yang tetap berada di kelas dan ada sebagian siswa yang masuk di kelas sebelahnya ternyata siswa yang meninggalkan kelas dan memasuki kelas yaitu ruang kelas A adalah siswa yang beragama kristen dan siswa yang 166
Hasil wawancara dengan Nurul, Kamis tanggal 7 November 2016, di Kelas TK Bina Nusantara, Buntok 167 Hasil wawancara dengan Fardila, Kamis tanggal 7 Nopember 2016 di Kelas TK Bina Nusantara, Buntok
106
ada di kelas B adalah siswa yang beragama Islam. Setelah semua siswa berada pada kelas sesuai agama tadi aktivitas pembelajaran dilanjutkan dengan doa sebelum belajar. Pada kelas bunda Nurul, memimpin melapalkan doa bapa kami dan doa hukum taurat diikuti seluruh siswa kelas A secara perlahan-lahan mengepalkan tangan dan mata terpejam untuk memanjatkan doa untuk memulai sebelum belajar. Setelah berdoa siswa mengucapkan ikrar. Demikian pula yang terjadi pada kelas siswa yang beragama Islam. Siswa duduk melingkar dan dua orang guru duduk diantara siswa untuk memulai pelajaran dengan membaca doa sebelum belajar. bersama-sama
melafalkan
bismillahirrahmaanirrahiim
doa
sebelum
rabbizidni’ilma
Siswa secara
belajar, warzuqni
yaitu fahma,
rabbisyrahlishodri wayassirlii’amri, rabbana aatiina fiddunn ya hasanah wafil akhirati hasanah waqina adzaabannaar. Setelah selesai berdoa siswa membaca doa mau makan, mau tidur lalu membaca surah pendek. Surah pendek yang dibaca adalah surah al ikhlas, surah an naas. Selanjutnya siswa kembali bergabung dengan teman-teman satu kelas untuk mengikuti proses pembelajaran berikutnya. Setelah anak-anak berada pada ruangan masingmasing, guru mengabsen siswa, menyanyi bersama-sama dan masuk pada materi bahasa Inggris mengenal buah-buahan dan yang menjadi media adalah buah pepaya. Guru menyebutkan nama buah dan bagian-bagian buah, warna dan manfaat buah
dalam bahasa Inggris.
Guru memegang buah dan
menanyakan kepada anak-anak apa nama buah ini sambil memegang buah pepaya. Anak-anak serempak menjawab buah pepaya, kalau buah pepaya ini
107
mentah atau matang? Mentah jawab anak-anak, apa warna buah ini? Hijau. Kalau buah pepaya sudah matang berwarna apa? Kuning, orange, Ya benar pepaya matang ada dua warna yaitu kuning dan orange. Unsur buah pepaya terdiri dari batang, daun dan buah. Buah terdiri dari biji, kulit, dan daging buah yang dapat dimakan. Siswa rebutan ingin menyebutkan. Guru menengahi dengan cara bergantian dan memberikan reward kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru. Siswa diajarkan untuk menghargai jawaban kawannya, tidak
menertawakan apalagi mengolok-olok, siswa
belajar dengan media buah pepaya yang sebenarnya. Sehingga anak-anak dapat menyebutkan buah beserta unsurnya secara cepat jelas dan tepat. Tersedia buah duplikat namun guru lebih menekankan siswa mengenal buah pepaya secara langsung. Siswa berbaur dengan anak berkebutuhan khusus dikelas TK A- 3, anak berkebutuhan khusus mendapatkan kewajiban yang sama dengan dengan siswa lainnya misalnya dalam hal pembayaran sekolah, tetapi mereka mendapatkan hak yang berbeda dibandingkan anak normal lainnya, yaitu mendapatkan layanan khusus dan terapi dari guru SLB yaitu ibu Norhayati. Pukul 08.15 proses pembelajaran diistirahatkan karena waktunya snack time. Anak-anak mencuci tangan, kemudian duduk kembali melingkar dan berdoa dalam hati sesuai dengan agama masing-masing, anakanak menikmati bekal yang dibawa dari rumah dan menikmatinya. Setengah jam waktu yang digunakan untuk snack
time.
Selanjutnya proses
pembelajaran dilanjutkan siswa mengisi lembar kerja berupa menjumlah gambar pepaya, mengenal lawan kata seperti pahit lawannya manis, besar
108
lawannya kecil, mentah lawannya masak dan mengelompokkan benda berdasarkan tekstur. Siswa dengan tekun mengisi lembar kerja tersebut, waktu 1 jam berjalan sudah, guru meminta siswa untuk menyerahkan lembar kerjanya kepada bu guru. Kemudian guru melakukan evaluasi terhadap lembar kerja masing-masing. Setelah dilakukan evaluasi guru memberikan pesan-pesan berupa motivasi kepada siswa dan pelajaran diakhiri, siswa kembali ke kelas untuk bergabung bersama teman-teman yang satu agama untuk melakukan doa bersama. selesai berdoa siswa keluar kelas dan bersalaman dengan guru dan berhamburan menuju pada orang tua, saudara dan keluarganya untuk pulang kerumah168. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran di yayasan Bina Insan Nusantara Barito telah menerapkan pendidikan multikultural dimana siswa yang berbeda agama tetap mendapatkan ruang dan waktu untuk melaksanakan pendidikan agama mulai dini. Selain beda agama dalam pelaksanaan pembelajaran, anak yang berkebutuhan khusus juga mempunyai hak yang sama dalam menerima pembelajaran. Pihak sekolah mengundang guru dari SLB untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus tersebut dan sudah ada MOU antara SLB dengan yayasan Bina Insan Nusantara Barito yang merupakan wujud nyata dalam manajemen pendidikan berbasis multikultural baik dari segi sosial maupun agama.
168
Hasil observasi di kelas TK hari Rabu, tanggal 2 Nopember 2016
109
Hal ini sesuai dengan pendapat Yaya Suryana bahwa pada siswa TK dan SD kelas bawah (kelas I, II, III) implementasi pendidikan multikultural dapat dilakukan dengan pendekatan kontribusi, antara lain dengan cara: j. Memperkenalkan beragam bentuk rumah dan baju adat etnis yang berbeda; k. Mengajak siswa untuk mencicipi makanan yang berbeda dari berbagai daerah secarabergantian; l. Mendengarkan lagu-lagu daerah lain; m. Menunjukkan cara berpakaian yang berbeda, baik dari suku bangsa maupun dari negara lain; n. Memperkenalkan tokoh-tokoh pejuang dari berbagai daerah dalam dan luar negeri; o. Menunjukkan tempat dan cara beribadah yang berbeda; p. Meminta siswa yang berbeda etnis untuk menceritakan tentang upacara perkawinan di keluarga luasnya. q. Memperkenalkan beberapa kosa kata penting dari suku bangsa atau negara (ras) lain. Misalnya, matur nuwun (Jawa), muliate (Batak), thank you (Inggris), Kamsia (Cina), dan sebagainya. r. Memperkenalkan panggilan untuk laki-lakidan perempuan. Misalnya, Upik (Minangkabau), ujang (Sunda), koko (Cina), dan sebagainya.169 Substansi pendidikan multikultural pada tahap ini adalah menanamkan pada siswa manusia yang hidup disekitarnya, ditempat lain, dan didunia ini sangat beragam. Sebenarnya semua nilainya sama. Sama-sama rumah, makanan, lagu, pakaian, tokoh, ibadah, perkawinan, maksud kata, dan sebagainya. Berdasarkan tingkatan usia, siswa akan memahami dan mulai mengerti bahwa ada cara yang berbeda tetapi maksud dan nilainya sama sehingga dapat belajar untuk menerima perbedaan dengan proses rasa yang menyenangkan melalui pendidikan multikultural yang diterimanya di
169
Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural : Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa Konsep, Prinsip dan Implementasi, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2015, h.211-212
110
lembaga yayasan ini dengan menyenangkan, akhirnya siswa akan merasa berbeda itu bukanlah masalah melainkan anugerah. Isi dari pendidikan multikultural harus diimplementasikan berupa tindakan tindakan, baik di sekolah, lembaga pendidikan formal maupun non formal, maupun di masyarakat. Salah satu upaya untuk membangun kesadaran dan pemahaman generasi yang akan datang adalah dengan penerapan pendidikan multikultural. Hal ini dikarenakan pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat beragam. Berdasarkan
uraian-uraian
di
atas,
toluk
ukur
implementasi
pendidikan multikultural adalah dengan adanya tindakan-tindakan nyata tentang toleransi, sikap menghargai perbedaan-perbedaan budaya, HAM, sosial, tulus. Selain itu, yang lebih penting
para tenaga pendidik yang
memberikan pendidikan multi budaya harus menjadi teladan dan memiliki keyakinan bahwa; perbedaan budaya memiliki kekuatan dan nilai, lembaga pendidikan harus menjadi teladan untuk ekspresi hak-hak manusia dan penghargaan untuk perbedaan budaya dan kelompok, keadilan dan kesetaraan sosial harus menjadi kepentingan utama dalam kurikulum, sekolah dapat menyediakan pengetahuan, keterampilan, dan karakter (yaitu nilai, sikap, dan komitmen) untuk membantu siswa dari berbagai latar belakang, sekolah bersama keluarga dan komunitas dapat menciptakan lingkungan yang mendukung multi budaya.
111
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hernandes dalam Choirul Mahfud mengembangkan sebuah definisi operasional MBE adalah sebuah kegiatan pendidikan yang bersifat empowering, yaitu sebuah visi tentang pendidikan yang selayaknya dan seharusnya bisa untuk semua anak didik. Definisi ini menekankan esensi MBE sebagai perspektip yang mengakui realitas politik, sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur. Dan juga bermaksud merefleksikan pentingnya budaya, ras, gender, etnis, agama, status sosial, ekonomi dan pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan. Berkaitan dengan anak didik, MBE menyoal tentang etnisitas, gender, kelas, bahasa, agama dan pengecualian-pengecualian yang memengaruhi, membentuk, dan memola tiap-tiap individu sebagai makhluk budaya. MBE adalah hasil perkembangan seutuhnya dari interaksi unik masing-masing individu yang memiliki kecerdasan, kemampuan, dan bakat. MBE mempersiapkan anak didik bagi kewarganegaraan dalam komunitas budaya dan bahasa yang majemuk dan saling terkait. MBE membahas tentang penggambaran realitas budaya, politik, sosial, dan ekonomi yang kompleks, yang secara luas dan sistematis mempengaruhi segala sesuatu yang terjadi di dalam sekolah dan di luar ruangan. Ia menyangkut seluruh aset pendidikan yang termanifestasikan melalui konteks dan proses. MBE menegaskan dan memperluas kembali praktek yang perlu dicontoh, dan berupaya memperbaiki kesempatan
112
pendidikan optimal yang tertolak. Ia memperbincangkan sekitar penciptaan lembaga-lembaga pendidikan yang menyediakan lingkungan pembelajaran yang dinamis, yang mencerminkan cita-cita persamaan kesetaraan dan keunggulan.170 Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun. Sebagaimana hasil wawancara berikut ini: sosialisasi ini rutin dilaksanakan tiap tahun seperti sosialisasi kurikulum dan sistem pembelajaran dengan cara bermain sambil belajar pada orang tua murid PAUD Play Group “BEK” dan TK Bina Nusantara. Materi sosialisasi ini antara lain penyampaian Visi dan Misi. Baik PG maupun TK171 Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala TK: dalam sosialisasi kurikulum dan sistem pembelajaran dengan cara bermain sambil belajar pada orang tua murid PAUD Play Group “BEK” dan TK Bina Nusantara, materi yang disampaikan adalah visi TK yaitu membentuk generasi berkarakter, berkualitas dan berwawasan luas serta berakhlak mulia. Adapun misinya adalah a). menyiapkan sumber daya manusia untuk generasi kedepan agar menjadi manusia Indonesia yang berkarakter, cerdas, sehat, ceria dan berakhlak mulia. b).Memberikan kesempatan kepada setiap anak yang masih berusia dini agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat usia perkembangan psikologisnya, potensi dan minat serta bakat dan juga kebutuhan spesifikasinya. c).Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan bermain yang inovatif serta berkelanjutan. d).Menumbuhkan semangat keunggulan kepada seluruh warga sekolah.172 Menurut pengelola Play Group “BEK”:
170
Chairul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014, h.196-
197 171
Hasil wawancara dengan Isnah, Hasil wawancara dengan Yuni, Kamis 6 Oktober 2016 di Ruang Kantor TK Bina Nusantara Barito, Buntok 172
113
dalam sosialisasi kurikulum dan sistem pembelajaran dengan cara bermain sambil belajar pada orang tua murid PAUD Play Group “BEK” dan TK Karakter Bina Nusantara, materi yang disampaikan pada waktu sosialisasi adalah penyampaian visi “BEK” adalah menyiapkan generasi ke depan menjadi manusia Indonesia cerdas, sehat, ceria, berkarakter dan berakhlak mulia. dan Misi Memberikan kesempatan kepada setiap anak yang masih berusia dini agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat usianya, perkembangan psikologisnya, potensi dan minat serta bakatnya dan juga kebutuhan spesifikasinya173. Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga administrasi: sosialisasi kurikulum dan sistem pembelajaran dengan cara bermain sambil belajar pada orang tua murid PAUD Play Group “BEK” dan TK Bina Nusantara disampaikan oleh ketua yayasan, pengelola Play Group “BEK” dan Kepala TK Bina Nusantara. Adapun materi yang disampaikan visi, misi, pembelajaran pilar dan sentra, kurikulum yang digunakan, metode, wacana parenting, tata tertib, jurnal dan sirkulasi buku tabungan serta pembayaran SPP.174 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa yayasan Bina
Insan
Nusantara
pendidikannya dan
Barito
menyampaikan
visi,
misi
lembaga
pembelajaran pilar dan sentra, kurikulum yang
digunakan, metode, wacana parenting, tata tertib, jurnal dan sirkulasi buku tabungan serta pembayaran SPP melalui sosialisasi yang dihadiri oleh orang tua /wali siswa baik dari PG maupun dari TK agar mreka lebih mengetahui informasi secara langsung dari yayasan. Sosialisasi dalam kehidupan sesorang sangatlah penting. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Manusia
173
Hasil wawancara dengan Dwi, Jumat 7 Oktober 2016 di Ruang kelas PG, Buntok Hasil wawancara dengan Mawaddah, 5 Nopember 2016 di Ruang tata usaha Bina Insan Nusantara Barito, Buntok 174
114
tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sangat membutuhkan teman dan membutuhkan komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Selain itu dalam sosialisasi terdapat saling pengaruh antar individu beserta potensi kemanusiannya dengan masyarakat berserta kebudayaannya. Hal ini sesuai pendapat Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah proses sosial tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk beperilaku yang sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Pelaksanaan kinerja di yayasan Bina Insan Nusantara Barito sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat, sebagaimana hasil wawancara dengan ketua yayasan bahwa kinerja pada lembaga pendidikan baik PG maupun TK sudah berjalan sesuai tugas pokok dan fungsinya175 Menurut pengelola PG bahwa kinerja karyawan ini sangat tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari unjuk kerja yang dilakukan, seperti penjaga sekolah yang bekerja tidak hanya menjaga sekolah akan tetapi juga mengatur ruangan untuk proses pembelajaran dengan kelas yang berbeda-beda peruntukannya dan tenaga administrasi yang telah menjalankan tugas pokok dan fungsinya.176 Berdasarkan hasil obseravsi Pukul 06.00 peneliti tiba di lokasi. Peneliti mengamati penjaga sekolah. Tampak senyum ramah dan ceria. Ia menyapa kepada setiap warga yang lewat. Sesekali ia memburu anjing warga yang banyak berkeliaran di jalan di depan gedung yayasan. Namanya Joko
175
Hasil wawancara dengan Isnah, Jumat 7 Oktober 2016 di Ruang Kantor TK Bina Nusantara, Buntok 176 Hasil wawancara dengan Dwi, Jumat, 7 Oktober 2016 di Ruang Kelas PG, Buntok
115
Waluyo. Sambil bercerita pak Joko kepada peneliti bahwa ia sangat trauma dengan anjing, karena dulu ia pernah digigit anjing. Karena yayasan berada ditengah lingkungan warga beragama kristen, makanya banyak anjing peliharaan masyarakat yang dibiarkan berkeliaran, tetapi anjing ini hanya ada sekitar pukul 6 - 7 pagi, selanjutnya mereka sudah pergi entah kemana, sore hari anjing-anjing ini baru akan kembali. Pak Joko adalah orang yang paling bertanggung jawab atas kebersihan dan keamanan sekolah. Pukul 04.30 pak Joko sudah menyiapkan segala sesuatunya. Mulai dari membuka pintu ruangan, menyapu, menyusun hingga membersihkan kembali untuk persiapan lembaga pendidikan selanjutnya. Pak Joko juga merangkap menjadi juru parkir. Ia segera merapikan sepeda motor orang tua siswa yang mengantar anaknya, agar tidak terjadi kemacetan. Pak Joko terlihat selalu hadir di sekolah, ia memungut sampah daun dipagi hari. Tampak terlihat oleh peneliti pak Joko orang yang tekun, sejak pagi tidak tampak keluhan melalui ekspresi wajahnya. Tangannya tidak bisa diam, ada-ada saja yang dilakukannya. Setiap orang disapanya bahkan yang belum kenal sekalipun. WC dan kamar mandi juga menjadi tanggung jawab pak Joko, setiap hari ia bersihkan, peneliti tidak melihat secara langsung, hanya cerita darinya, tetapi ketika peneliti masuk kedalam, memang terbukti wc dan kamar mandi sangat bersih dan harum. Air tersedia cukup banyak.177 Berdasarkan wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa kinerja di Yayasan Bina Insan Nusantara Barito sangat tinggi hal ini ditunjukkan oleh
177
Hasil observasi di TK Bina Nusantara, Sabtu, 7 Oktober 2016
116
guru, tenaga administrasi bahkan penjaga sekolah mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugasnya sehingga pekerjaan yang dihasilkan melebihi dari tugas pokoknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Armstrong dan Baron dalam Wibowo menjelaskan bahwa kinerja (performance) adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi”.178 Sedangkan menurut Widodo mengatakan bahwa kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.179 Dari definisi diatas kinerja lebih ditekankan pada tanggung jawab dengan hasil yang diharapkan. Kemudian menurut Mahsun kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategik planning suatu organisasi.180 Menurut Prawirosentono mengatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
178
Wibowo, Manajemen Kinerja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h.2 Widodo, Joko, Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja, Jakarta: Bayumedai Publishing, 2006, h.78 180 Mahsun, Mohammad, Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2006, h.25 179
117
dan etika.181 Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan. Standart Operating Prosedure (SOP) adalah serangkaian instruksi kerja
tertulis
yang dibakukan
(terdokumentasi)
mengenai
proses
penyelenggaraan administrasi perusahaan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. Standar operasional prosedur yang ada di lembaga Bina Insan Nusantara Barito meliputi: proses pembelajaran kepada siswa, toileting, pembukaan kegiatan harian, penataan lingkungan bermain, pijakan setelah main, pijakan saat main, pijakan sebelum main, kegiatan pendidikan makan, kegiatan makan bekal/ pertolongan pertama pada kecelakaan, kegiatan cuci tangan, penyambutan kedatangan anak, penataan alat main. Menurut Tjipto Atmoko, Standart Operasional Prosedur merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikatorindikator teknis, administrasi dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Kita mengetahui dan menyadari bahwa untuk membentuk perilaku prilaku yang mulia diperlukan berbagai macam cara. Sedangkan untuk mencetak siswa yang berprilaku yang baik dan berprestasi, maka hal ini
181
Prawirosentono, Suryadi, Manajemen Sumber Daya Manusia: Kebijakan Kinerja Karyawan Kiat Menuju Organisasi Kompetitif Dalam Perdagangan Bebas Dunia, Yogyakarta: BPFE, 1999, h.2
118
membutuhkan aturan atau norma yang biasanya dinamakan tata tertib. Menciptakan suasana dan tata kehidupan sekolah yang kondusif, perlu adanya tata tertib sekolah dengan tata tertib tersebut, siswa/siswi sekolah memiliki pedoman dan acuan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam melaksanakan kebijakan, program, dan kegiatan sekolah. Jika negara memiliki konstitusi, undang-undang, dan peraturan perundang-undangan lainnya, maka sekolah memiliki tata tertib sekolah. Tata tertib yang direalisasikan dengan tepat dan jelas serta konsekuen dan diawasi dengan sungguh-sungguh maka akan memberikan dampak terciptanya suasana masyarakat belajar yang tertib, damai, tenang dan tentram di sekolah. Tata tertib membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Agar tata tertib dapat memenuhi kedua fungsi di atas, maka peraturan atau tata tertib itu harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh individu atau siswa. Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
ketua
yayasan
bahwa
pelaksanaan tata tertib di lembaga ini sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat siswa datang 15 menit sebelum berbunyi, sekolah dimulai pukul 07.00 WIB. Selain itu siswa selama sekolah tidak ditunggu.182 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua RT 03 bahwa tata tertib di lembaga ini berjalan dengn baik karena siswa, pendidik dan tenaga kependidikan mentaati tat tertib yang dibuat oleh lembaga, seperti memakai seragam sesuai dengan jadwal yang ada. Bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap orang tua, pimpinan semua pendidik/tenaga kependidikan
182
Wawancara dengan Isnah
119
lain dan masyarakat. Guru-guru di lembaga ini selalu bersikap santun terhadap masyarakat.183 Menurut guru, kami dalam berpakaian diatur dalam tata tertib, selain itu kami dilarang menggunakan make up, tidak memakai perhiasan yang berrlebihan dan tidak berpakaian yang mencolok dan harus berpakaian rapi dan sopan juga tidak memamakai sepatu hak lebih dari 7 cm.184 Berdasarkan hasil observasi di yayasan Bina Insan Nusantara baik siswa maupun guru sudah mentaati tata tertib yang dibuat. Guru-guru dalam kelas selama proses pembelajaran tidak ada yang menggunakan HP karena ada
larangan
menggunakannya.
Untuk
mengontrol
jalannya
proses
pembelajaran serta pelaksanaan tata tertib dapat dilihat pada CCTV yang ada tiap kelas185 Bedasarkan hasil observasi dan wawancara di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan tata tertib diberlakukan untuk seluruh siswa tanpa membedakan suku, ras, budaya dan agama, demikian pula terhadap pendidik dan tenaga kependidikan. Pelaksanaan tata tertib ini
diberlakukan agar
adanya sikap yang tertanam dalam diri masing-masing yaitu disiplin, toleransi, saling menghormati dan sopan santun.
183
Hasil wawancara dengan Hertaman, hari Kamis, tanggal 27 Oktober 2016 rumah di jalan Sampurna no, 4 Buntok 184 Hasil wawancara dengan Titi, hari Kamis 27 Oktober 2016 di ruang kelas PG Buntok 185 Hasil observasi tanggal 3 November 2016 di Lembaga pendidikan PG dan TK Bina Nusantara Barito, Buntok
120
Hal ini sesuai dengan pendapat dalam buku “Pengantar Ilmu Pendidikan” karya Amir, Tata Tertib ialah sederetan peraturan– peraturan yang harus di taati dalam suatu situasi atau dalam suatu tata kehidupan. 186 Menurut Hasan Langgulun adalah adanya susunan dan aturan dalam hubungan sesuatu bagian dengan bagian yang lain. 187 Adapun aturan yang dimaksud sesuai yang dimaksud menteri pendidikan dan kebudayaan tanggal 1 Mei 1974 no.14/U/19874 adalah tata ketentuan–ketentuan
yang
tertib
sekolah
adalah
mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan
mengandung sanksi bagi pelanggarnya. 188 Tata tertib sekolah merupakan suatu produk dari sebuah lembaga pendidikan yang
bertujuan agar semua kegiatan yang ada dapat berjalan
dengan lancar tanpa ada hambatan tentu adanya tata tertib pasti ada pihak pengontrol
(guru)
yang
bertugas
untuk mengawasi apakah tata tertib
sudah berlaku apa belum, dan ada pihak terkontrol (siswa) yang harus mentaati peraturan tata tertib tersebut. Dan sangat wajar, apabila siswa diharuskan taat pada tata tertib karena ketaatan siswa pada tata tertib berarti taat dan patuh pada Guru. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang pelaksanaan pendidikan berbasis multikultural di yayasan Bina Insan Nusantara Barito dapat di ketahui bahwa pelaksanaan pendidikan berbasis multikultural sudah
186
Amir daiem indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, t.t.
h.149 187
Hasan langgulun, Manusia dan Pendiidkan, (suatu analisis psikologi dan pendidikan) Jakarta: Pustaka alHusna, 1986, h.70 188 Hadari nawawi, Administrasi sekolah,Jakarta: Ghali Indonesia, 1986, h. 206
121
berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari
aspek pelaksanaan
pembelajaran, sosialisasi, kinerja, standar operasional prosedur (SOP) dan tata tertib.
122
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari hasil pembahasan sebelumnya mengenai manajemen pendidikan berbasis multikultural di yayasan Bina Insan Nusantara Barito Kabupaten Barito Selatan, dapat disimpukan : 1.
Perencanaan pendidikan
berbasis multikultural yang dilakukan oleh
yayasan Bina Insan Nusantara Barito meliputi perencanaan pembelajaran yang berisi kalender pendidikan, metode pembelajaran dan kurikulum, perencanaan sosialisasi yaitu kegiatan sosialisasi dengan materi yang beragam sesuai
kebutuhan lembaga yang rutin dilaksanakan setiap
tahun, perencanaan kinerja yang tertuang dalam uraian tugas dan kewajiban personalia, perencanaan SOP yaitu Standar Operasional Prosedur dalam proses pembelajaran kepada siswa, perencanaan tata tertib yang dibuat dan diberlakukan kepada semua siswa dan guru serta tata usaha pada PAUD PG “BEK” dan TK Binus. 2.
Pelaksanaan pendidikan di yayasan Bina Insan Nusantara Barito telah menerapkan
pendidikan
berbasis multikultural, dimana siswa yang
berbeda agama tetap mendapatkan ruang dan waktu untuk melaksanakan pendidikan agama mulai dini, anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama dalam menerima pembelajaran, pelaksanaan sosialisasi yang berisi penyampaian visi misi lembaga pendidikannya, pembelajaran pilar dan sentra, kurikulum yang digunakan, metode, wacana parenting, tata
122
123
tertib, jurnal dan sirkulasi buku tabungan serta pembayaran SPP, pelaksanaan kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pelaksanaan SOP yang disusun secara jelas sasarannya dan pelaksanaan tata tertib berdasarkan hasil musyawarah tanpa adanya tekanan dan diberlakukan sama kepada semua tanpa terkecuali. B. Saran Beranjak dari hasil penelitian, penulis menyarankan kepada yayasan : 1.
Agar mengarsifkan pada bidang administrasi yang berkaitan dengan perencanaan pendidikan berbasis multikultural pada masing-masing lembaga.
2.
Agar
publikasi
dokumentasi
pelaksanaan
pendidikan
berbasis
multikultural lebih transfaran kepada masyarakat agar dapat diikuti oleh sekolah lainnya.
124
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi &Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar Untuk Tarbiyah Komponen MKDK, Bandung: PustakaSetia, 2005. Abu Ahmadi, Sejarah Agama. Solo : CV. Ramadhani, 1984. Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik Pengantar Proses Berpikir Strategik, Pamulang: Binapura Aksara, t.tt. Ain al-Rafiq Dawam, Emoh Seklah, Yogyakarta: Inspeal Ahimsa Karya Press, 2003 Amir daiem indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, t.t. h Andang, manajemen & Kepemimpinan kepala Sekolah, Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2014 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012 Badri Munir Sukoco, Manajemen Administrasi Perkantoran Modern, , Jakarta: Erlangga. Baharuddin dan Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam, Malang,UIN Maliki Press, 2010 Burhan Bungin, Analisis data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005 _______, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan ilmu sosial, Jakarta: kencana, 2011 Chairul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014
125
Daniel C., Landasan Teori Administrasi/Manajemen. Manado: Tri Ganesha Nusantara, 2006
Departemen Agama RI, Al-quran Terjemah, Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2006. Djam‟an Satori dan Aan Komariyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010 Ernie Tisnawati Sule, dan Saefullah, Kurniawan, Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana, 2010
Fred R. David, Strategic Managemen, Jakarta: Salemba Empat, 2012 H. Abdul Aziz Albone,, Pendidikan Agama Islam dalam Persfektif Multikulturalisme, , Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama 2009 Hadari nawawi, Administrasi sekolah, Jakarta: Ghali Indonesia, 1986 Hariyanto, Pendidikan Multikultural Pada Anak Usia Dini di TK harapan Bangsa Condong Catur, Depok Sleman Yogyakarta, 2011, http://digilib.uinsuka.ac.id/6823/1/BAB%20I,IV.pdf. Hasan langgulun, Manusia dan Pendiidkan, (suatu analisis psikologi dan pendidikan) (Jakarta: Pustaka alHusna, 1986 Husnul Yaqin, Administrasi dan Manajamen Pendidikan, Banjarmasin : IAIN Antasari press Banjar-masin, 2011 Imam Musbikin, Menjadi Kepala Sekolah Yang Hebat, Pekanbaru Riau: ZANAFA PUBLISHING, 2012 Kasinyo Harto, Model Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung; CV. Remaja Rosdakarya, 2004 M. Ali Yatim Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Amzah, 2004
126
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 10, 2007 Matthew B. Milles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru, Tjetjep Rohendi Rohidi (terj.), Jakarta: UI Press, 1992 Muhammad Ali Sibram Malisi, Pendidikan Multikultural, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2007 Muhammad Isnaini, Konsep Pendidikan Multikultural Dalam Merespon Tantangan Globalisasi Analisis Pemikiran HAR. Tilaar, http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/Konseppen-didikanmultikultural.pdf , Online 28 September 2016.
Mulyono, MA., Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA,2008 Nanang Fattah, Landasan Rosdakarya, 2011
Manajermen
Pendidikan,
Bandung:
Remaja
Nanih Mahendrawati dan Ahmad Syafe‟i, Pengembangan Masyarakat islam : dari Ideologi, Srategi sampai Tradisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 Norsanie Darlan, PenelitianKualitatif, Bahan kuliahpenelitian, 2014. Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2008
Perubahan Keempat UUD NRI Tahun http://www.mpr.go.id/pages/produkmpr/uud-nri-tahun-1945/ keempat-uud-nri-ta-hun-1945, Online 28 September 2016.
1945, perubahan-
Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, Bandung: C.V Pustaka Setia, 2012 Said Agil Husin al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qurani dalam Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2003Siswanto, Bedjo, Manajemen Modern, Bandung: Sinar Baru, 2006
127
Siti
Aisyah, Manajemen Kurikulum Pendidian Agama Islam berbasis Multikultural di SDN Percontohan Palangkaraya, Pasca Sarjana IAIN Palangkaraya, 2015
Sonhaji,”Tehnik Pengumpulan dan Analisis data dalam Penelitian Kualitatif”, dalam Imron Arifin (ed) Penelitian Kualitatif dalam ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, Malang, 1994 Sugiono, Memahami metode penelitian kualitatif, Bandung:Alfabeta, 2014 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka cipta, Cetakan Kesebelas Suprayogo dan Thobroni, Metodologi, Metodologi Penelitian Sosial Agama Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010, h. 56. Tim
Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011
Indonesia,
Tim Penyusun, Pengantar Studi Islam, Surabaya : IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2004 Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP RI nomor 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar, Bandung: Citra Umbara, 2008 Undang-undang nomor 40 tahun 2008 pasal 1 Widyosiswoyo, S. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:Ghalia Indonesia, 2004
Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Sekolah, Yogyakarta: Multi Presindo, 2013 Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural : Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa Konsep, Prinsip dan Implementasi, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2015