BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Agama Islam mewajibkan pada seluruh umatnya untuk senantiasa menjalankan shalat lima waktu pada setiap harinya. Untuk menjalankan ibadah shalat tersebut, manusia perlu mengetahui kapan waktu untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, melalui Rasulullah SAW Islam memberi suatu tanda yang menunjukkan waktu untuk melaksanakan shalat tersebut. Di antara lambang-lambang Islam untuk shalat lima waktu itu adalah, supaya diumumkan pada orang ramai (masyarakat) tentang datangnya waktu shalat tersebut dengan perantara panggilan yang dikenal dengan sebutan “adzan”. Adzan menurut pengertian bahasa berarti “mengumumkan, menyampaikan informasi tetang suatu persoalan”. Sedangkan menurut istilah, adzan adalah “ucapan-ucapan tertentu untuk mengumumkan waktu shalat fardlu”, atau dengan kata lain ialah “pengumuman tentang masuknya waktu-waktu shalat fardlu dengan menggunakan lafald-lafald tertentu”.1
1
Ahmad Thibraya, Menyelami Seluk Beluk Islam (Jakarta, Prenada Media, 2003), hal. 158
1
2
Adzan sebagai salah satu lambang atau simbol dari agama Islam ini, hanya disyariatkan untuk shalat-shalat fardlu. Namun demikian, ada di antara masyarakat Islam yang mengumandangkan adzan , dimana adzan ini tidak untuk memberi tanda akan masuknya waktu untuk menunaikan ibadah shalat fardlu., melainkan untuk kepentingan yang lain yakni pada saat kelahiran bayi atau pada saat proses penguburan jenazah umat Islam. Sebagian umat Islam, khususnya di Gunung Anyar Tengah, mengumandangkan adzan di telinga kanan bayi yang baru lahir, kemudian membaca iqamah di telinga kiri bayi tersebut dengan alasan agar kelak bayi tersebut menjadi anak yang soleh-solehah, karena kalimat pertama yang didengar sang bayi adalah kalimat yang mengagungkan Allah (kalimat tauhid). Demikian pula pada saat pemakaman jenazah umat Islam, salah satu muslim lain mengumandangkan adzan di liang kubur tersebut dengan alasan agar ada cahaya terang yang menyinari kuburnya saat para peziarah telah pulang. Adzan saat terkena musibah juga dilakukan oleh sebagian masyarakat agar musibah tertsebut segera berhenti. Bukan hanya dalam kelahiran, kematian dan musibah
saja,
namun sebagian masyarakat Islam juga sering mengumandangkan adzan saat jamaah haji hendak berangkat ke tanah suci. Dari fenomena tersebut, maka adzan bukan lagi sebagai pengumuman tanda masuknya waktu shalat. Karena tidak mungkin kita mengajak bayi dan orang mati untuk melaksanakan shalat. Dengan kata lain, adzan yang dikumandangkan saat kelahiran bayi, penguburan jenazah
3
terkena musibah
atau saat keberangkatan jemaah haji itu mempunyai
makna tertentu. Dimana sebagian besar masyarakatnya telah menyetujui makna tersebut secara sengaja atau hanya ikut-ikutan. Max weber dengan konsep tindakan sosialnya menyatakan bahwa hidup manusia dan segala tindak-tanduknya sesungguhnya ditandai suatu pencarian makna baik disadari maupun tidak. Tindakan sosial adalah tindakan individu, sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan pada tindakan orang lain. Tindakan sosial tersebut dapat berupa tindakan yang bersifat menginternal dan bermakna, atau merupakan tindakan perulangan dangan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang menurutnya manguntungkan.2 Adzan telah lama kita dengar, bahkan hampir semua orang tahu dengan kumandang adzan, baik laki-laki maupun perempuan, dewasa ataupun anak-anak, bahkan muslim maupun nonmuslim. Namun tidak semua orang yang mendengar adzan mengerti akan makna adzan, terutama adzan yang dikumandangkan saat kelahiran bayi, penguburan jenazah, terkena musibah, dan keberangkatan jemaah haji. Sehingga muncul pertanyaan, apakah adzan yang dikumandangkan saat kelahiran bayi, penguburan jenazah, terkena musibah dan keberangkatan jemaah haji merupakan salah satu ajaran Islam atau merupakan budaya masyarakat
2
H. M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan public, dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta, Kengana, 2008), hal. 67
4
Islam yang telah berjalan sekian lama tanpa tahu darimana asalnya. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian sehubungan dengan fenomena tersebut.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana makna adzan sebagai tanda komunikasi yang terjadi di Gunung Anyar Tengah RW 02 Surabaya?
2.
Ada berapa macam adzan yang digunakan oleh masyarakat Gunung Anyar Tengah RW 02 Surabaya?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui makna adzan sebagai simbol komunikasi yang terjadi di Gunung Anyar Tengah RW 02 Surabaya.
2. Untuk mengetahui macam-macam adzan yang digunakan di Gunung Anyar Tengah RW 02 Surabaya
5
D. Manfaat Penelitian a. Aspek teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan perbendaharaan wawasan mengenai simbol komunikasi, khususnya adzan sebagai simbol komunikasi b. Aspek Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kita tentang komunikasi umat Islam. 1. Manfaat untuk diri sendiri. Untuk mengingatkan kembali akan pentingnya sholat, dengan adanya adzan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang mengingatkan kita untuk mengingat Tuhan dan menyegerakan sholat. 2. Manfaat untuk lembaga. Sebagai pengenbangan ilmu komunikasi dalam bidang agama Islam khususnya komunikasi verbal. 3. Manfaat untuk masyarakat. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan tentang adzan yang merupakan simbol komunikasi umat Islam.
6
E. Definisi Konsep Tentang definisi konsep ini penting sekali, sebab banyak kata-kata memiliki pengertian yang sama sehingga menimbulkan kesalahpahaman dari berbagai pihak pembaca. Untuk itu agar terhindar dari kesalah pahaman, maka penulis memberikan batasan istilah atau definisi tersendiri. Dengan demikian suatu istilah hanya memiliki pengertian yang terbatas. Adapun definisi konsep dalam penelitian ini adalah: 1. Adzan, menurut bahasa berarti memberitahukan sesuatu. Adapun menurut syara’, adzan berarti memberitahukan waktu shalat dengan menggunakan lafad-lafad tertentu yang telah disyariatkan.3 Adzan ini sudah sering sekali kita dengar di masjid-masjid yang menyeru kepada umat Islam untuk menunaikan ibadah shalat fardlu. Namun adzan yang akan dibahas oleh penelitian ini adalah bukan hanya adzan untuk panggilan shalat, tetapi juga adzan yang dikumandangkan dengan maksud-maksud tertentu lainnya, seperti adzan saat kelahiran bayi dan adzan saat proses penguburan jenazah. 2. Tanda Komunikasi, adalah lambang pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang
3
Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta, Balai Pustaka,1989), hal. 32
7
tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.4 Simbol komunikasi bisa berupa simbol verbal ( kata-kata) dan juga bisa berupa
simbol
nonverbal
(tingkah
laku).
Namun
simbol
komunikasi yang bersangkutan dengan penelitian ini adalah simbol verbal yang berupa ucapan. 3. Umat Islam, yaitu para penganut agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad, berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah.5 Namun penelitian ini hanya ditujukan pada sebagian umat Islam di wilayah Gunung Anyar Tengah RT. 02, khusunya yang mengumandangkan adzan dengan maksud tertentu.
F. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan pembahasan dalam menganalisa studi ini, diperlukan sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I
:
Pendahuluan, adalah bab pertama dari skripsi yang mengantarkan
pembaca
untuk
dapat
menjawab
pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penalitian itu dilakukan. Oleh karena itu dalam
4
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar………, hal. 454
5
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar………, hal. 340
8
pendahuluan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan. BAB II
:
Kerangka teoretik, bab ini berisi serangkaian sub bab bahasan tentang kajian teoretis obyek kajian yang dikaji. Adapun rincian sebagai berikut: kajian pustaka, kajian teoretik, dan penelitian terdahulu yang relevan.
BAB III
:
Metode penelitian, menjelaskan secara rinci dan operasional tentang metode dan tekhik yang digunakan dalam mengkaji subyek penelitian. Adapun urutannya adalah: pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian,
jenis
dan
sumber
data,
tahap-tahap
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik pemeriksaan keabsahan data. BAB IV
:
Penyajian dan analisis data, yang meliputi: setting penelitian,
penyajian
data,
analisis
data,
dan
pembahasan. BAB V
6
:
Penutup,yang berisi tentang simpulan dan saran.6
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, Pedoman Teknis Penulisan Skripsi (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2008) hal. 25
9
BAB II KERANGKA TEORITIK A. Kajian Pustaka 1.
Adzan Seperti yang telah diketahui oleh masyarakat, bahwa adzan di
kumandangkan oleh mu’adzin lima kali dalam sehari sebagai tanda masuknya waktu shalat wajib bagi umat Islam. Adzan menurut pengertian bahasa berarti mengumumkan,
menyampaikan
informasi
tentang
sesuatu
persoalan.
Mwnurut istilah, adzan adalah ucapan-ucapan tertentu untuk mengumumkan waktu shalat fardhu, atau dengan kata lain ialah pengumuman tentang masuknya waktu shalat fardhu dengan menggunakan lafald-lafald tertentu.7 Shalat adalah ibadah yang wajib di kerjakan oleh umat Islam, sesuai dengan firman Allah:
☺
⌧
⌧ 5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah ☺ Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
7
Ahmad thibraya, Menyelami seluk beluk ibadah dalam Islam (Bogor: Kencana, 2003), hal. 157
9
10
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (Qs. Albayyinah, 5) Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
☺
☺
☺
103. Maka apabila kamu☺telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, ⌧ di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Dalam pengertian syara’ shalat adalah ibadah kepada Allah dengan perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.8 Shalat sangat penting bagi umat Islam, karena selain shalat adalah ubadah wajib, shalat juga mempunyai kedudukan yang sangat tinggi yaitu sebagai tiang agama Islam. Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Umar r.a dari nabi Muhammad s.a.w bahwa beliau bersabda: “Islam didirikan atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain 8
Sa’id bin Ali bin Wahf al- Qahthani, Rahasia Adzan Dan shalat (Yogyakarta, Maktabah alHanif, 2006). hal. 95
11
Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah.”9 Di sini penulis mengungkap sedikit tentang shalat, karena adanya adzan tak lepas dari ibadah Shalat. Salah satu dari syarat shalat adalah masuknya waktu yang ditandai dengan adzan. Hadist lengkapnya menurut riwayat yang diketengahkan oleh Imam Abu Daud melalui Muhammad ibnu Abdullah ibnu Zaid Abdu Rabbini, “ Bahwa ayahku telah telah menceritakan kepadaku hadist berikut: Ketika Rasulullah Saw. Memerintahkan penggunaan lonceng yang dipukul untuk mengumpulkan orang-orang ke tempat shalat, maka dalam tidurku aku bermimpi bersua dengan seorang lelaki yamg mengelilingiku. Ia membawa sebuah lonceng di tangannya. Maka aku berkata, “Hai hamba Allah, apakah engkau mau menjual loncengmu itu?” lelaki itu berkata, ”Apakah yang akan engkau kerjakan dengan lonceng ini?” Aku menjawab, “Kami gunakan untuk menyeru kepada shalat.” Lelaki itu berkata, “Maukah engkau aku tunjukkan kepada sesuatu yang lebih baik dari tersebut?” Aku menjawabnya, “Tentu saja mau.” Ia berkata, “Engkau ucapkan Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah, Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah. Asyhadu anna muhammadar Rosuulullaah, Asyhadu anna muhammadar Rosuulullaah. Hayya ‘Alash Shalaah. Hayya ‘Alash Shalaah. Hayya ‘Alal Falaah, Hayya ‘Alal Falaah. Allahu Akbar, Allahu Akbar. Laa Ilaaha Illallaah.” Kemudian itu ia mundur dariku sedikit, lalu berkata, “Engkau ucapkan apabila akan mendirikan shalat, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah. Asyhadu anna muhammadar Rosuulullaah. Hayya ‘Alash Shalaah. Hayya ‘Alal Falaah. Qad Qaamatish Shalaah, Qad Qaamatish Shalaah. Allahu Akbar, Allahu Akbar. Laa Ilaaha Illallaah.” Ketika pagi harinya aku dayang menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu aku ceritakan kepadany apa yang telah kuimpikan, maka beliau bersabda, “Sesungguhnya mimipimu itu benar-benar mimpi yang hak. Sekarang bangkitlah kamu bersama Bilal, ajarkanlah dahulu apa yang telah kamu ketahui itu kepadanya, kemudian suruhlah dia menyerukannya, karena sesungguhnya suaranya lebih keras daripada suara kamu.” Maka aku bangkit bersama Bilala dan ku-imla-kan kepadanya hal itu, sedangkan ia menyerukannya (kepada orang-orang). Abdullah ibnu Zaid kisahnya, “Lalu hal tersebut terdengar oleh Umar ibnu Khaththab r.a. ketika itu ia berada di dalam rumahnya, lalu ia keluar seraya menyeret selendangnya dan berkata, ‘Demi Tuhan Yang mengutusmu dengan hak, wahai Rasulullah,
99
Sa’id bin Ali bin Wahf al- Qahthani, Rahasia Adzan Dan shalat ……………hal. 114
12
sesungguhnya akupun telah memimpikan hal yang sama’. Maka Rasulullah Saw. bersabda, ‘Hanya bagi Allah-lah segala puji’.”10 Cara Adzan Pendapat para ulama dalam hal ini berbeda pendapat: Dari imam Malik dan penduduk Madinah: dua kali takbir, empat kali kalimat syahadat, dan selanjutnya masing-masing dua kali. Oleh imam Syafi’I dan penduduk makkah, yakni: empat kali takbir permulaan, tiga kali kalimat syahadat, tiga kali Hayya ‘Alash Shalaah, tiga kali Hayya ‘Alal Falaah.11 Hukum Adzan Disini para ulama juga berbeda pendapat. Imam Maliki meriwayatkan bahwa adzan hukumnya wajib (fardhu) bagi masjid yang masih digunakan untuk shalat berjama’ah. Namun imam Syafi’I dan Abu Hanifah mengambil kata sepakat bahwa hukum adzan itu sunnah mu’akkadah bagi perorangan ataupun jama’ah.12
10
Alawi Abbas al-Maliki & Hasan Sulaiman an-Nuri, Penjelasan Hukun-hukum Islam (Ibanatul Ahkam) (Bandung: Sinar Baru al-Gensindo, 1990), hal. 289 11
Ibnu Rusy, Terjamah Bidayatul Mujtahid JIlid 1 (Semarang: CV Asysyifa’, 1990), hal.214
12
Ibnu Rusy, TErjamah Bidayatul Mujtahid………………….. hal. 216
13
Waktu Adzan Adzan adalah simbol komunikasi, oleh karena itu adzan dilakukan ketika sudah masuk waktu shalat, jika muadzin adzan sebelum masuk waktu sholat maka harus diulang lagi.13 Adzan ketika terkena musibah dilakukan ketika musibah itu sedang terjadi, adzan untuk jenazah dilakukan ketika jenazah sudah dimandikan atau dalam keadaan suci, sugah dikafani dan sudah dimasukkan ke liang kubur, sedangkan adzan untuk bayi yang baru lahir dilakukan pada saat bayi baru lahir saat itu juga. Syarat-syarat Adzan Syarat-syarat adzan adalah: 1. Masuknya waktu sholat. Untuk mengumumkan masuknya sholat fardhu. Kebanyakan ulama” selain golongan Hanafiah, membolehkan untuk melakukan adzan subuh sesudah tengah malam, disunnahkan pada waktu sahur, seperenam malam yang terahir, kemudian adzan itu diulangi pada saat terbit fajar shodiq. 2. Niat 3. Jarak mengumandangkan suatu lafadh dengan lafadh berikutnya tidak terlalu lama.
13
Muhammad Rawwas Qal’ahji, Ensiklopedi Fiqih Umar bin Khathab…….hal. 24
14
4. Lafadh adzan haruslah seperti yang telah ditetapkan oleh Rasulullah (dengan bahasa arab). 5. Adzan harus dilakukan olah seorang saja. 6. Tertib atau berurutan dari awal hingga akhir. 7. Yang melakukan adzan itu, muslim, berakal, dan laki-laki.14 Hal-hal yang disunnatkan dan dimakruhkan dalam adzan Beberapa hal yang disunnatkan dalam adzan adalah: 1. Bersuara bagus dan keras. 2. Berdiri di atas menara’ 3. Dalam keadaan berwudlu. 4. Muadzin dapat melihat (tidak buta). 5. Adzannya tidak terburu-buru. 6. Menghadap kiblat. 7. Tidak memungut bayaran.
14
Ensiklopedi Islam di Indonesia I, 1993, hal. 68
15
Sedangkan hal yang dimakruhkan dalam adzan antara lain: 1. Dikumandangkan dengan bersajak yang dapat membawa perubahan lafadh dan maknanya. 2. Berjalan sambil adzan. 3. Menambah kalimat lain selain kalimat adzan, kecuali saat adzan subuh. 4. Keluar dari masjid (tempat shalat) setelah adzan tanpa uzur. 5. Menurut mazhab Hanafiyah, azdzan itu makruh sebelum fajar pada bulan ramadhan. 6. Masih mempunyai atau menanggung hadas15 Berikut ini adalah kalimat adzan beserta jawaban kalimat adzan : Jawaban Adzan X٢ ٲڶڶﻪ أآﺒﺮ
15
Kalimat Adzan X٢ ٲڶڶﻪ أآﺒﺮ
X٢ أﺷﻬﺪٲن إڶﻪ إ اڶڶﻪ
X٢ أﺷﻬﺪٲن إڶﻪ إ اڶڶﻪ
X٢ ٲﺷﻬﺪٲن ﻣﺤﻤﺪارﺳﻮڶ ا ڶڶﻪ
X٢ ٲﺷﻬﺪٲن ﻣﺤﻤﺪارﺳﻮڶ اڶڶﻪ
X٢ ﺣﻮڶ و ﻗﻮة إ ﺑﺎڶڶﻪ
X٢ ﺣﻲ ﻋڶﻰ اڶﺼ ة
Ahmad Thibraya &Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam…….hal. 166
16
X٢ ﺣﻮڶ و ﻗﻮة إ ﺑﺎڶڶﻪ
X٢ ﺣﻲ ﻋڶﻰ اڶﻔ ح
ﺻﺪﻗﺖ وﺑﺮرت
اڶﺼ ة ﺧﻴﺮ ﻣﻦ اڶﻨﻮم
X١ ٲڶڶﻪ ٲآﺒﺮ ٲڶڶﻪ ٲآﺒﺮ إڶﻪ إ اڶڶﻪ
X١ ٲڶڶﻪ ٲآﺒﺮ ٲڶڶﻪ ٲآﺒﺮ إڶﻪ إ اڶڶﻪ
Berikut ini lafald adzan dan artinya
Artinya
Kalimat adzan
Allah Maha Besar,
X٢ ٲڶڶﻪ أآﺒﺮ
Allah Maha Besar, 2x Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
X٢ أﺷﻬﺪٲن إڶﻪ إ اڶڶﻪ
selain Allah, 2x Aku bersaksi bahwa sesungguhnya nabi
Muhammad
adalah
X٢ ٲﺷﻬﺪٲن ﻣﺤﻤﺪارﺳﻮڶ اڶڶﻪ
utusan
Allah,2x Segeralah datang untuk melakukan
X٢ ﺣﻲ ﻋڶﻰ اڶﺼ ة
sholat, 2x Segeralah datang untuk memperolah
X٢ ﺣﻲ ﻋڶﻰ اڶﻔ ح
kemenangan, 2x Shalat itu lebih baik daripada tidur
اڶﺼ ة ﺧﻴﺮ ﻣﻦ اڶﻨﻮم
17
Allah Maha Besar,Allah Maha Besar,
X١ ٲڶڶﻪ ٲآﺒﺮ ٲڶڶﻪ ٲآﺒﺮ إڶﻪ إ اڶڶﻪ
tiada Tuhan selain Allah
Untuk sholat subuh, telah disepakati oleh para ulama”untuk ditambah satu kalimat yang berbunyi ﺣﻲ ﻋڶﻰ اڶﻔ ح
satu kalimat yang
berbunyi : ( اڶﺼ ة ﺧﻴﺮ ﻣﻦ اڶﻨﻮمsholat itu lebih baik daripada tidur), penambahan ini didasarkan atas hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud.dilihat dari segi urutan dan makna yang terkandung dalam kalimat-kalimat adzan itu , ternyata mengandung makna yang dalam yaitu yaitu berkaitan dengan kalimat-kalimat tauhid, dimulai dengan pernyataan akan kebesaran Allah dan diakhiri dengan pernyataan akan kebesaran Allah pula. Didalamnyan juga terdapat ajakan untuk orang-orang yang beriman untuk melakukan sholat dan memeperoleh kemenangan. Fungsi lain adzan Sebagaimna telah diungkapkan dalam bab1, bahwa dalam masyarakat adzan tidak hanya digunakan sebagai tanda masuknya waktu shalat. akan tetapi masyarakat juga menggunakan adzan untuk kepentingan lain, diantaranya adalah:
18
a. Iqamah Iqamah menurut bahasa adalah bentuk kata benda dari kata aqama yang artinya mendirikan sesuatu sehingga menjadi tegak lurus. Adapun menurut syara’, iqamah berarti pemberitahuan supaya berdiri untuk menunaikan shalat fardhu dengan menggunakan lafadh-lafadh tertentu yang telah disyariatkan. Jadi, adzan adalah pemberitahuan mengenai waktu (shalat), sedang iqamah adalah pemberitahuan mengenai pelaksanaan (shalat). iqamah juga disebut sebagai adzan kedua atau nida’ (seruan / panggilan) yang kedua.16 Mengenai iqamah, para fuqaha’ berselisih pemdapat dalam hal hukum dan caranya. Fuqaha’ negeri amshar berpendirian, bahwa hukum iqamah adalah sunnah mu’akkadah,bahkan lebih kuat dibandingkan adzan. Hal ini berlaku untuk orang yang melaksanakan shalat sendirian ataupun jama’ah. Sedang kelompok ahli Zhahir berpendapat bahwa iqamah itu adalah wajib.
17
adapula yang menyatakan bahwa hukum iqamah adalah
fardhu kifayah bagi kaum laki-laki untuk shalat fardhu lima waktu dan shalat jum’at, tetapi tidak bagi kaum wanita.18
16
Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Rahasia Adzan dan Shalat………….hal. 10
17
Ibnu Rusy, Terjamah Bidayatul Mujtahid 1…………..hal. 223
18
Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Rahasia Adzan dan Shalat ……..hal. 10
19
Berikut adalah lafal-lafal iqamah beserta jawabannya : Jawaban Iqamah
Kalimat Iqamah
X١ أڶڶﻪ أآﺒﺮ أڶڶﻪ أآﺒﺮ
X١ أڶڶﻪ أآﺒﺮ أڶڶﻪ أآﺒﺮ
X١ ٲﺷﻬﺪأن إڶﻪ إ اڶڶﻪ
X١ ٲﺷﻬﺪأن إڶﻪ إ اڶڶﻪ
X١ ٲﺷﻬﺪٲن ﻣﺤﻤﺪارﺳﻮڶ اڶڶﻪ
X١ ٲﺷﻬﺪٲن ﻣﺤﻤﺪارﺳﻮڶ اڶڶﻪ
X١ ﺣﻲ ﻋڶﻰ اڶﺼ ة
X١ ﺣﻲ ﻋڶﻰ اڶﺼ ة
X١ ﺣﻲ ﻋڶﻰ اڶﻔ ح
X١ ﺣﻲ ﻋڶﻰ اڶﻔ ح
X٢ ٲﻗﺎﻣﻬﺎاڶڶﻪ وٲداﻣﻬﺎ
X٢ ﻗﺪﻗﺎﻣﺖ اڶﺼ ة
X١ ٲڶڶﻪ ٲآﺒﺮ ٲڶڶﻪ ٲآﺒﺮ إڶﻪ إ اڶڶﻪ
X١ ٲڶڶﻪ ٲآﺒﺮ ٲڶڶﻪ ٲآﺒﺮ إڶﻪ إ اڶڶﻪ
b. Adzan sebagai terapi Adzan, istilah bahasa artinya pemberitahuan. Sedangkan menurut istilah syara’ ialah pemberitahuan tentang masuknya waktu shalat atau hari mendekati fajar, dengan memakai dzikir khusus.19 ( )وهﻰ ﺛ ﺛﻮن ﻣﻴ ﻣﻦ اڶﻤﺪﻳﻨۃ.ٳذا ﻧﺎدى اﻟﻤﺆذﻧﻮن ﺑﺎﻷذان هﺮب اڶﺸﻴﻄﺎن ﺣﺘﻰ ﻳﻜﻮن ﺑﺎڶﺮوﺣﺎء
19
Alawi Abbas al-Maliki & Hasan Sulaiman, Penjelasan Hukum-hukum Islam (Bandung: Sinar Baru al-Gensindo, 1994), hal.287
20
Jika berseru mu’adzin dengan adzan, maka larilah syaitan sampai ke rauha’ (sekitar tiga puluh mil dari madinah). Hingga dapat dinyatakan bahwa adzan bisa digunakan juga sebagai terapi psikologis untuk masalah yang menekan jiwa (emosi). Menurut William James, emosi adalah “kecenderungan untuk mamiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya”. Sedangkan Crow & Crow mengartikan sebagai “suatu keadaan yangbergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu”.20Namun terapi ini ditujukan untuk emosi yang bersifat negative (stress). Pengungkapan emosi yang paling aman dan efektif adalah mengeluarkan suara sekeras-kerasnya. Dalam mengucapkan bacaan adzan, kita dianjurkan untuk mengeraskan suara. Tidak hanya itu, adzan sebaiknya dibaca dengan suara yang panjang, merdu, dan berirama. Ada dua bentuk terapi suara adzan,yaitu: 1. Suara adzan dari klien untuk klien. Jika masalah klien sangat berat, maka sebaiknya klien diminta untuk membaca adzan sendiri sekeraskerasnya. Bila perlu adzan dilantunkan dengan irama yang sesuai dengan perasaan klian. Terpi ini tidak cukup sekali, tetapi dilakukan
20
Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal. 399
21
berulangkali. Mula-mula klien dibimbing oleh psikolog untuk membaca adzan secara benar. Setelah klien dianggap mampu, ia bisa melakukan sendiri. 2. Orang lain membaca adzan untuk klien. Dalam hal ini pembacanya harus benar-benar mamiliki suara merdu serta mampu mengucapkan bunyi huruf secara fasih. Selain itu, pembaca juga harus mmemahami kondisi jiwa klien, sehingga lagu adzan yang dilantunkannya sesuai dengan kondisi jiwa klien. Agar klien tidak terganggu dengan suara lain, terapi adzan dibacakan didalam ruang kedap suara. Dalam ruangan ini, klien dibiarkan sendiri dalam ruangan yang gelap, tanpa cahaya yang masuk. Dengan keadaan ini, klien bisa memecahkan masalahnya sendiri sesuai dengan makna adzan. Oleh karena itu, terapi adzan bisa semakin efektif bila klien telah memahami makna adzan dengan benar. Klien yang membaca adzan sendiri bisa terpengaruh oleh bunyi sifat huruf, suara keras yang dikeluarkan, lagu yang dilantunkan, reaksi tubuh saat mengambil dan mengeluarkan nafas, dan pengembaraan pikiran dalam menghayati makna bacaan adzan, rintihan dan teriakan ditujukan kepada Allah SWT.21
21
Bambang Subandi, Adzan Sebagai Terapi, Makalah disajikan dalam seminar program studi psikologi fakultas dakwah IAIn sunan ampel untuk umum (Surabaya : IAIN sunan Ampel, 2008), hal. 4
22
c. Adzan ditelinga bayi yang baru lahir Kelahiran bayi adalah hal yang sangat menggembirakan dan sangat dinantikan khususnya bagi orang tua bayi tersebut. Tak jarang orang tua si jabang bayi mengadakan acara syukuran. Seperti disaat usia kandungan 4 bulan (saat ruh pertama ditiupkan ketubuh jabang bayi) dan ketika kandungan berusia 7 bulan, yang lazim disebut dengan tingkeban. Tak hanya itu saja, orang tua si jabang bayi juga memohon keberkahan untuk sang bayi dengan membaca surat maryam surat yunus, surat luqman, surat Muhammad dan surat yusuf. Hingga saat kelahiran bayi, sang ayah menyambutnya dengan adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri bayinya. At-Tarmizi meriwayatkan hadist dari Rafi’, yang mengatakan: “Saya pernah melihat Rasulullah SAW mengazani telinga Hasan bin Ali ketika dia baru saja lahir dari perut ibunya, Fatimah, dengan shalawat. Diriwayatkan pula oleh al-Baihaqi dalam Syu’ab, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang bayinya baru saja lahir hendaklah ia adzani di telinga yang kanan dan diiqamati di telinga yang kiri, sementara bayi itu juga hendaknya diangkat atau dipangku oleh ibunya.22
22
Muhammad Rawwas Qal’ahji, Ensiklopedi Fiqih Umar bin Khathab r.a…………hal.35
23
وﻷﻧﻪ ﺻڷﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ٲذن ﻓﻰ ٱذن اﻟﺤﺴﻦ ﺣﻴﻦ وﻟﺪﺗﻪ ﻓﺎﻃﻤۃ رواﻩ ٲﻟﺘﺮﻣﺬى وﻗﺎل ﺣﺴﻦ ﺻﺤﻴﺢ وﻟﻴﻜﻮن ٳﻋﻼﻣﻪ ﺑﺎﻟﺘﻮﺣﻴﺪ أول ﻣﺎ ﻳﻘﺮع ﺳﻤﻌﻪ ﻋﻨﺪ ﻗﺪوﻣﻪ ٳﻟﻰ اﻟﺪﻧﻴﺎ آﻤﺎ ﻳﻠﻘﻦ ﻋﻨﺪ ﻗﺪوﻣﻪ .ٳﻟﻰ اﻟﺪﻧﻴﺎ آﻤﺎ ﻳﻠﻘﻦ ﻋﻨﺪ ﺧﺮوﺟﻪ ﻣﻨﻬﺎ Rasulullah mengadzani di telinga hasan (cucunya) ketika Fatimah nmelahirkannya (HR. Tirmidzi, hadist ini hasan sahih). Tujuan adzan adalah memberikan pembelajaran tauhid bahwa pertama kali yang didengar telinganya adalah suara adzan, bukan yang lain.23 d. Adzan untuk jenazah Bagi seseorang yang hidup di tengah masyarakat awam dan belum pernah mendengar adzan dikumandangkan di liang lahad, mungkin hal ini aneh bagi mereka. Namun pada kenyataannya sebagian masyarakat Islam mengadzani jenazah yang telah dimasukkan ke liang lahad. Ketika jenazah sudah di masukkan ke liang lahad, kain kafan sudah dibuka, wajah mayit dihadapkan kearah kiblat, maka salah seorang keluarga atau yang mewakilinya segera mengadzani dan segera disusul dengan iqamah. Mungkin ini persis ketika sang mayit lahir ke dunia, yang pertama kali ia dengar adalah suara adzan dan iqamah. Sekarang (setelah meninggal dunia) ia pun mendengar suara yang sama dan sekaligus merupakan pesan terakhir baginya. Semua ini berdasarkan pada dalil: “Ketahuilah, adzan untuk mayit pada waktu dimasukkan keliang kubur itu 23
Munawur Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU (Yogyakarta : LKIS Pelangi Aksara, 2006) hal. 313
24
tidaklah disunnahkan. Jadi, berbeda bagi orang yang menganggap sunnah karena diqiyaskan dengan bayi yang baru lahir ke dunia. Ibnu Hajar mengatakan (diulang lagi dalam kitab Syarh al-Ubab): jika sewaktu penguburan mayit tadi bersamaan dengan adzan, mayit itu akan diringankan menjawab sejumlah pertanyaan kubur.24 e. Adzan berangkat haji Kebanyakan masyarakat melakukan adzan haji karena berdasar pada riwayat dari Abu Bakar dan ar-Rudzbary dari Ibnu Dasah, ia berkata: Ibnu Mahzum menceritakan kepadaku dari Ali dan Aisyah, ia mengatakan: Jika seseorang mau pergi haji atau bepergian, ia pamit kepada Rasulullah, Rasul pun mengadzani dan meng-iqomati.25
2.
Simbol Komunikasi Semua
manusia
hidup
dengan
berkomunikasi,
karena
dengan
berkomunikasi seseorang dapat menyampaikan ide-idenya kepada orang lain. Komunikasi dirumuskan sebagai proses-proses penyampaian pesan atau informasi dibeberapa orang oleh karena itu komunikasi melibatkan pengirim pesan, pesan informasi, saluran dan penerima pesan. Komunikasi merupakan
24
Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU (Yogyakarta : LKIS Pelangi Aksara) hal. 173
25
Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU........................hal 141
25
sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, meskipun berhasil atau tidaknya komunikasi tersebut. Pada
dasarnya
meningkatkan
komunikasi
aktifitas
hubungan
digunakan antar
untuk
manusia.
menciptakan Menurut
atau
jenisnya
komunikasi sendiri dibagi menjadi dua yaitu: 1. Komunikasi non verbal Komunikasi non verbal adalah komunikasi tanpa kata-kata tapi dengan menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol tertentu. Pesan yang disampaikan melalui tanda-tanda ini juga berpengaruh dalam komunikasi, karena dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Komunikasi non verbal biasa disebut juga “bahasa diam” (silent language).26dibawah ini yang termasuk dalam komunikasi non verbal antara lain: a. Ekspresi wajah Ekspresi wajah ini merupakan cerminan dari suasana emosi seseorang. Oleh karena itu wajah merupakan sumber yang kaya akan komunikasi. Dalam melaksanakan adzan, ekspresi wajah seorang mu’adzin harus jelas (dalam keadaan apa adzan itu dilakukan) maksudnya, adzan tidak boleh sambil bergurau, adzan
26
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2007) hal. 341
26
sambil melamun, adzan sambil marah, ataupun cemberut. Karena adzan merupakan panggilan bagi umat Islam untuk ingat kepada Allah baik dalam keadaan suka ataupun tidak. b. Gerak isyarat Gerak isyarat dalm komunikasi non verbal dapat mempertegas pembicaraan. Komunikasi dengan gerak isyarat ini bisa dengan menggerakkan tangan, menggeleng atau menganggukkan kepala, pada saat adzan biasanya seorang mu”adzin menutup salah satu telinganya. Tujuannya adalah agar suara mu”adzin lebih keras karena dia tidak bisa mendengar suaranya sendiri. c. Kontak mata Dengan mengadakan kontak mata, berarti seseorang terlibat dalam komunikasi non verbal. Kontak mata mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai pengatur dan sebagai ekspresif. d. Sentuhan Sentuhan merupakan komunikasi personal, karena sentuhan lebih bersifat spontan daripada komunikasi verbal. Seperti halnya dukungan emosional dan kasih sayang. Ucapan selamat akan lebih berarti jika dilakukan dengan memberi sentuhan, sentuhan ini juga bias dilakukan ketika mengumandangkan adzan kepada bayi yang baru lahir.
27
e. Sound (suara) Suara juga merupakan bagian dari komunikasi non verbal Karena suara dapat dijadikan alat komunikasi dalam mengungkapkan perasaan dan pikiran seseorang, bahkan suara desispun bisa dijadikan pesan yang sangat jelas. Suara seorang mu’adzin harus jelas, tidak boleh mengumandangkan adzan dengan suara desisan agar tidak terjadi perubahan pada lafald dan artinya. f. Postur tubuh (ekspresi tubuh) Postur tubuh atau ekspresi tubuh seseorang dapat mengungkapkan ekspresi dirinya. Bahkan hal ini juga bisa dijadikan seseorang untuk melihat tingkat kesehatan seseorang.27 Dalam melaksanakan adzan seorang mu’adzin harus berdiri tegak, tidak sambil duduk ataupun tiduran. 2. Komunikasi verbal Komunikasi
verbal
adalah
penyampaian
pesan
dengan
menggunakan kata-kata untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Sistem kode dalam pesan verbal adalah bahasa, dengan aturan
untuk
mengkombinasikan
simbol-simbol
tersebut
yang
digunakan dan dipahami suatu komunitas.
27
Adi Mursalin, on May 19th, 2008 (http://adimursalin.edublogs.org/komunikasi-bisnis/, diakses 15 desember 2008)
28
Sedangkan bahasa adalah suatu penyampaian informasi, ide-ide, emosi dam keinginan melalui simbol-simbol yang lahir secara sadar. Simbol disini dimaksudkan sebagai isyarat bersuara yang sebenarnya dihantar oleh penghantar kepada penerima dalam proses komunikasi dan interaksi.28 Bahasa sangatlah penting dalam kehidupan manusia, dengan bahasa seseorang itu dapat berkomunikasi dengan orang lain untuk menyampaikan kehendak, perasaan, pendapat, pengalaman, gagasan, pengetahuan, memahami orang lain dan sebagainya. Bahasa juga tidak akan terwujud tanpa adanya masyarakat. Masyarakat membutuhkan bahasa. Sedangkan bahasa sendiri adalah simbol-simbol untuk penyampaian dari manusia yang satu ke manusia yang lain. Dalam hal ini bahasa mempumyai fungsi dalam kehidupan manusia sebagai berikut: a. Penamaan (naming / labeling) Setiap orang punya nama untuk identifikasi sosial, orang juga bisa menamai apa saja objek yang berlainan, perasaan-perasaan tertentu yang mereka alami. Fungsi ini adalah fungsi yang paling mendasar,
28
http://www.brunet.bd/news/pelita/09 mei/sasbuday.htm., diakses 15 desember 2008
29
dengan adanya penamaan dalam berbagai hal dapat dirujuk dalam komunikasi sehingga menemukan makna yang relevan. b. Interaksi Dengan bahasa, orang dapat berinteraksi dari orang yang satu ke orang yang lainnya yang dapat menimbulkan gagasan / emosi yang dapat mengundang simpati, pengertian, kemarahan / kebingungan. Dengan bahasa yang dapat saling dimengerti maka akan menimbulkan gagasan atau ilmu yang baru, selam bahasa yang digunakan relevan. Tanpa bahasa maka tidak akan terjadi interaksi. c. Transmisi informasi Salah satu keistimewaan dari fungsi bahasa adalah sebagai transmisi informasi yang lintas waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan memungkinkan adanya kesinambungan budaya dan tradisi kita. Melalui bahsa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung.29 Penamaan dalam bahasa adalah sesuatu yang pasti, karena semua yang ada di dunia ini mempunyai nama untuk memperindah manusia dalam berkomunikasi. Bahasa yang baik dapat menciptakan interaksi
29
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2007) hal. 266
30
yang baik pula, sebaliknya, bahasa yang buruk juga dapat menimbulkan interaksi yang kurang baik. Semua manusia yang hidup pasti membutuhkan transmisi informasi untuk menjadikan hidup lebih teratur, lebih maju, dan tujuan-tujuan kita. Semakin banyak informasi yang kita dapatkan semakin banyak pula pengetahuan yang kita dapatkan. Berbicara tentang bahasa, bahasa tidak hanya mempunyai fungsi, tetapi juga mempunyai sifat. Sifat-sifat tersebut antara lain: a. Bahasa terdiri dari bunyi-bunyi Bunyi-bunyi dalam bahasa adalah lambang-lambang yang dikonsepsikan melalui pendengaran. Bunyi dalam pengucapan lebih dipentingkan / diutamakan daripada tulisan yang mempunyai arti-arti tertenyu. Bunyi-bunyi dalam bahasaini merupakan suara yang sudah ditetapkan maknanya sehingga tidak terjadi kesalah pahaman. b. Bahasa dilambangkan secara struktur Bunyi dalam bahasa berasal dari kata perkata yang kemudian membentuklah sebuah kalimat yang mempunyai arti. Jika kata perkata terjadi kesalahan maka akan terjadi pula kesalahan dalam kalimat, sehingga dapat menimbulkan makna
31
yang salah atau makna yang tidak diinginkan. Semakin banyak kalimat itu disatukan dengan benar maka akan menghasilkan sebuah cerita, ide, ataupun informasi. c. Bahasa mempunyai sistem Bahasa apapun pasti mempunyai unit-unit (seperti fonem, morfem, kata, rangka kata, klausa dan kalimat) dengan menggunakan unit di atas akan tercipta suatu makna tertentu, dan sistem inilah yang mengatur unit-unit tersebut. Setiap bahasa yang disampaikan
oleh
komunikator
kepada
komunikan
akan
mempunyai makna yang tepat dalam masyrakat. Bahasa yang sama dengan penggunaan sistem yang tertentu akan menimbulkan bahasa yang berkesinambungan. d. Bahasa mempunyai arti Tiap bahasa yang disampaikan pasti mempunyai arti dan tujuan yang pasti, asalkan bahasa yang digunakan tepat. Arti dalam bahasa mempunyai hubungan yang erat dengan suara atau bunyi yang dihasilkan oleh manusia. Karena arti dan pengucapan / suara ini akan menghasilkan suatu hubungan atau lebih tepatnya makna yang relevan.30
30
http://www.brunet.bd/news/pelita/09 mei/sasbuday.htm., diakses 15 desember 2008
32
Bahasa tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia, dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan perasaannya,ide-ide, informasi, dan pengetahuan. Namun bahasa tidak begitu saja keluar dari mulut seseorang tanpa adanya keinginan untuk berbicara. Setiap bahasa yang digunakan pasti mempunyai kegunaan yang berbeda. Setiap sesuatu yang ada di dunia ini pasti mempunyai nama agar mempunyai arti yang jelas, mempunyai struhtur yang teratur yang telah menjadi sistem dalam penggunaan bahasa. Dengan sistem yang baik maka bahasa yang digunakan akan memiliki arti yang sempurna. Sebaliknya , tanpa struktur dan sistem yang baik, maka arti yang diinginkan juga kurang sempurna, bahkan kerap kali menimbulkan kesalah pahaman. Tanpa bahasa maka tak ada kehidupan. Hal ini juga terjadi pada adzan, adzan juga terdiri dari bunyi-bunyi yang jelas, susunan kalimatnya juga terstruktur dengan baik, mempunyai sistem
dan adzan juga mempunyai arti yang
berkesinambungan. a. Umat Islam Umat Islam adalah, para penganut agama Islam atau yang disebut juga dengan “muslim”. Islam ditinjau dari segi bahasa berasal dari kata
33
“Salama” dalam bahasa Arab yang berarti “mengakui sesuatu” atau bisa pula berarti “berdamai”. Makna yang lebih mendasar berarti “mengikat” dalam artian membuat ikatan yang kekal antara dua esensi. Kata kerja yang membentuk Islam adalah aslama yang berarti menyerahkan atau memasrahkan kehendak dan kehidupan seseorang kepada kehendak Allah.31
Beberapa definisi agama Islam Dibawah ini adalah beberapa definisi tentang agama Islam: a. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Rasul. 32 Sedangkan Rosul sendiri adalah seorang laki-laki yang mendapat wahyu dari Allah yang diberikan kepadanya dan harus disampaikan kepada ummatnya. b. Islam adalah satu sistema ‘aqidah dan tata qa’idah yang mengatur segala peri kehidupan manusia dalam berbagai hubungan, baik hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun hubungan manusia
31
Mahmoud M. Ayoub, Islam Antara Keyakinan & Praktek Ritual (Yogyakarta : AK Group, 2004) hal. 3 32
Harun Nasution, Islam dari Berbagi Aspeknya (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1985) hal.24
34
dengan sesama manusia ataupun hubungan manusia dengan alam lainnya (nabati, hewani, dan lain sebagainya). c. Islam adalah agama yang bersumberkan Kitab Suci, yaitu kodifikasi wahyu Allah SWT untuk ummat manusia di atas planet bumi ini; yaitu dalam bentuknya yang terakhir berupa al-Qur’anul karim sebagai penyempurna wahyu Allah sebelumnya, sejak manusia digelarkan ke atas persada buana ini, yang ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullah SAW.33
Sumber norma dan nilai dalam Islam Sebagian besar ummat Islam sepakat menetapkan sumber ajaran Islam itu adalah Al-Qur’an, al-Sunnah, dan Ijtihad. Kesepakatan itu tidak semata didasarkan kemauan bersama tapi kepada dasar-dasar normative yang berasal dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah sendiri, seperti disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-An’am 114: “Maka patutkan aku mencari hakim selain dari Allah, padahal Dialah yanh menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan terperinci.” Dan juga hadist dari Nabi: “Aku tinggalkan kepadamu dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selamanya apabila berpegang dengan kedua hal tersebut, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. (HR. Malik) 33
Ending Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-pokok Fikiran Islam dan Ummatnya (Jakarta: Pt Raja Grafindo, 1993) hal. 19
35
a. Al-Qur’an Secara etimologi (asal kata) Al-Qur’an berasal dari kata Arab qaraa ( )ﻗﺮاyang berarti membaca, sedangkan al-Farra’ menyatakan bahwa kata Al-Qur’an berasal dari kata qarain ( )ﻗﺮاﺋﻦjamak dari qarinah ( )ﻗﺮﻳﻨۃdengan makna berkait-kaitan, karena bagian Al-Qur’an yang satu berkaitan dengan bagian yang lain. Al-Asy’ari mengidentifikasikan etimologi Al-Qur’an berasal dari kata qarn ()ﻗﺮن, yang berarti gabungan, karena al-Qur’an merupakan gabungan dari beberapa ayat, surat, dan sebagainya. Al-Syafi’iy berbeda pendapat dari yang tersebut di atas dan menyebutkan bahwa al-Qur’an merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang mana itu datang dari Allah, maka ia tidak perlu dinisbatkan kepada suatu akar kata apapun. Di samping itu ia menyebutkan bahwa al-Qur’an itu hanya bisa dibaca dengan nama al-Qur’an (tanpa hamzah). Secara terminologi, menurut ‘Abd al-Wahhab al-Khallaf al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan melalui ruhul amin (Jibril) kepada Nabi Muhammad dengan bahasa Arab, isinya dijamin kebenarannya dan sebagai hujjah kerasulannya, undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk dalam beribadah serta dipandang ibadah dalam membacanya, yang terhimpun dalam mushaf yang dimulai
36
dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas, yang diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir. Sedangkan menurut Muhammad Salim Muhsin al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang ditulis dalam mushaf-mushaf dan diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang (bagi yang tidak percaya) walaupun surat pendek.34 b. Al-Sunnah Al-Sunnah dapat menjadi sumber ajaran Islam yang lain disamping al-Qur’an,
sehingga
kedudukan
al-Sunnah
menjadi
penting
sebagaimana firman Allah: “Katakanlah: ‘Jika kamu (benarbenar)mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” (Q.S. Ali Imran: 31) Secara etimologis al-Sunnah berarti jalan yang ditempuh ()أڶﻌﻘﻴﺪة adat istiadat, suatu kebiasaan dan cara yang diadakan. Sedangkan menurut istilah al-Sunnah berarti segala sesuatu yang dating dari Nabi SAW selain al-Qur’an, baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir yang bisa dijadikan sebagai dasar penetapan hukun syara’.
34
Tim Penyusun Studi Islam Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2004) hal. 15
37
Dengan demikian al-Sunnah adalah sesuatu yang berasal dari Nabi atau sesuatu yang disandarkan kepadanya, yang berupa ucapannya, tindakan atau perbuatannya atau sesuatu yang tetapkan oleh Nabi karena Nabi
menyetujui atau
menolak suatu pendapat atau
perbuatan/tindakan yang dilakukan oleh pihak lain.35 c. Ijtihad Ijtihad berakar dari kata “jahda” secara etimologi berarti mencurahkan segala kemampuan (berpikir) untuk mendapatkan sesuatu (yang sulit), dan dalam prakteknya digunakan untuksesuatu yang sulit dan memayahkan. Ibrahim Husen mengindentikkan makna Ijtihad dengan istinbath. Istinbath berasal dari kata nabath (air yang mula-mual memancar dari sumber yang digali). Oleh karena itu menurut bahasa arti istinbath dari muradif
dari
ijtihad
yaitu
“mengeluarkan
sesuatu
dari
persembunyiannya”. Menurut mayoritas ulama Ushul Fiqh ijtihad adalah: pencurahan segenap kesanggupan (secara maksimal) seorang ahli fiqh untuk mendapatkan pengertian tingkat dhanny terhadap hukum syari’at. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai pelaku, obyek dan target capaian ijtihad adalah:
35
Tim Penyusun Studi Islam Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam………..hal, 40
38
Pelaku ijtihad adalah seorang ahli fiqh, bukan yang lain. Yang ingin dicapai oleh ijtikad adalah hukum syar’I bidang amali (furu’iyah) yaitu hukum yang berhubungan dengan tingkah laku orang mukallaf. Hukum syar’i yang dihasilkan oleh suatu ijtihad statusnya adalan dhanni (kebenarannya tidak bersifat absolut).36
Pokok-pokok ajaran Islam a. Akidah Akidah berasal dari bahasa Arab ‘aqidah ( )أڶﻌﻘﻴﺪةyang bentuk jamaknya adalah ‘aqa’id ( )أڶﻌﻘﺎﺋﺪdan berarti faith (keyakinan atau kepercayaan). Sedang menurut Louis Ma’luf ialah sesuatu yang mengikat hati dan perasaan. Dari etimologi tersebut bisa diketahui bahwa yang dimaksud dengan “akidah” ialah keyakinan atau keimanan, dan hal itu diistilahkan sebagai akidah karena ia mengikat hati seseorang kepada sesuatu yang diyakini atau diimaninya, dan ikatan tersebut tidak boleh dilepaskan selama hidupnya. Adapun rukun iman dalam Islam adalah:
36
Tim Penyusun Studi Islam Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam …….hal. 15
39
1. Iman kepada Allah, artinya percaya dengan sepenuh hati akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan sifat-sifat-Nya yang serba sempurna. Hanya Dia-lah yang patut untuk disembah 2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah, artinya percaya bahwa Allah mempunyai makhluk yang disebut “malaikat”. Malaikat adalah mahluk Allah yang Ghaib, karena itu kita wajib mempercayai adanya, meskipun kita tidak dapat mengetahui hakekatnya. Malaikat adalah salah satu ciptaan Allah yang taat kepadaNya 3. Iman kepada Kitab-kitab Allah, artinya meyakini bahwa Allah telah menutunkan beberapa kitab-Nya kepada para rasul-Nya yang berisi aturan-aturan Allah tentang akidah, ibadah, dan prinsip halal dan haram. 4. Iman kepada Nabi dan Rasul, artinya percaya bahwa Allah telah memilih diantara beberapa orang diantara manusia yang yang bertindak sebagai utusan-Nya. Mereka bertugas manyampaikan segala wahyu yang diterima dari Allah kepada umat manusia yang dibawa malaikat Jibril, dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus serta membimbing mereka untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 5. Iman kepada hari kiamat, artinya kita harus percaya bahwa semua akan mati, kemudian akan dibangkitkan kembali (dari alam kubur).
40
Setelah dibangkitkan, kemudian kita dikumpulkan di suatu tempat yang luas sekali bernama “Mahsyar”, dan disanalah amal perbuatan kita yang baik maupun buruk akan ditimbang atau dihisab. Pada saat itulah kita akan menerima balasan yang adil sesuai dengan amalan kita masing-masing. 6. Iman kepada Qadar atau takdir, artinya percaya bahwa Allah itulah yang menjadikan makhluknya dengan kodrat (kekuasaan), iradat (kehendak), dan hikmah-Nya (kebijaksanaan). Percaya bahwa Allah
mempunyai
beberapa
sunnah
atau
hukum
dalam
menciptakan makhluknya. Di antara ulama ada yang mengaitkan kata “qadar” dengan “qadla”, sebab qadar menurut mereka merupakan sesuatu yang belum ditetapkan benar-benar secara final. Sehingga masih ada kemungkinan dapat diubah oleh Allah atas kehendak-Nya. Apabila sudah ditetapkan (qadla’) maka tak dapat diubah lagi dan mahluk tak dapat menolaknya. Menurut al-Rahib al-Ashfahani, “qadar” ialah batas ukuran yang ditetapkan Allah untuk semua ciptaan-Nya, sedangkan “qadla’” ialah keputusan Allah terhadap suatu peristiwa. Jika dibuat perumpamaan, maka “qadar” ialah benda yang akan diukur beratnya, sedangkan ‘qadla’” adalah benda yang telahdiukur.
41
b. Syari’ah Syari’ah berarti jalan keluarnya air minum. Kemudian bangsa Arab menggunakan kata ini untuk konotasi jalan lurus. Dan saat dipakai dalam pembahasan hukum menjadi bermakna “segala sesuatu yang disyari’atkan Allah kepada hamba-hamba-Nya”, sebagai jalan lurus untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Istilah syari’ah dalm konteks kajian hukum Islam lebih menggambarkan kumpulan norma-norma hukum yang merupakan hasil proses dari tasyri’. Oleh karena itu, ada baiknya istilah tasri’ ini dibahas sebelum memaparkan tentang makna syari’ah. Kata tasyri’ merupakan bentuk masdar dari syarra’a yang berarti menciptakan dan menetapkan syari’ah. Sedang dalam istilah para ulama’ fiqh bermakna “Menetapkan norma-norma hukum untuk menata kehidupan manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhan, maupun dengan umat manusia lainnya.” Kompetensi untuk menetapkan hukum tersebut pada dasarnya berada pada Tuhan, karena Dia adalah pencipta umat manusia dan segenap makhlukNya yang lain, sementara norma-norma hukum iyu merupakan ketentuan yang mengatur kehidupan mereka. Kemudian juga para Rasul-Nya sebagai orang yangDia utus untuk menyampaikan dan menerangkan norma-norma tersebut kepada umat manusia. Akan tetapi, karena pernyataan-pernyataan eksplisit al-Qur’an itu banyak
42
yang mujmal, umum, dan merupakan respon yuridis terhadap produkproduk kultur manusia, sementara penjelasan-penjelasan al-sunnah juga terkait dengan zaman dan lingkungan tertentu. Maka untuk beberapa hal perlu kajian-kajian ijtihadi sebagai penjelasan lebih lanjut terhadap tuntutan nash, serta jawaban terhadap berbagai persoalan yang belum tersentuh oleh kedua sumber hukum tersebut.
c. Akhlak Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq ( )أﺧ قyang merupakan bentuk jamak dari kata khuluk ( )ﺧڶﻖyang artinya budi pekerti, peringai, tingkah laku, atau tabiat. Kata ini berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan, dan khalq artinya penciptaan. Sedangkan secara terminologis, ada beberapa definisi tentang akhlah, antara lain: 1. Menurut Ibrahim Anis, “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah perbuatan-perbuatan dengan gampang
dan
mudah,
tanpa
memerlukan
pemikiran
dan
pertimbangan”. 2. Menurut Abd al-Karim Zaidan,”Akhlak adalah kumpulan nilainilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian malakukan atau meninggalkannya”.
43
Dari definisi tersebut, manyatakan bahwa akhlaq atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan bilamana dibutuhkan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar dirinya.
B. Kajian Teoretik Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teeori imteraksionisme simbolik. Pokok pikiran teori ini adalah: 1. Bahwa„ kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun, memelihara, serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal ini bahasa dan simbol. Komunikasi dianggap sebagai alat perekat masyarakat, karena hanya dengan komunikasi akan tercipta sebuah hubungan. 2. Bahwa, Struktur sosial dilihat sebagai produk dari interaksi. Interaksi dapat terjadi melalui bahasa, sehingga bahasa menjadi pembentuk struktur sosial. Pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi. 3. Bahwa, Struktur sosial merupakan produk interaksi, karena bahasa dan
simbol
direproduksi,
dipelihara
serta
diubah
dalam
penggunaannnya. Sehingga focus pengamatannya adalah pada
44
bagaimana bahasa membentuk struktur social, serta bagaimana bahasa direproduksi, dipelihara, serta diubah penggunaannya. 4. Bahwa, Makna dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu dari konteks ke konteks. Sifat objektif bahasa menjadi relatif dan temporer. Makna pada dasarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh melalui interaksi. Oleh karena itu makna dapat berubah dari waktu ke waktu, konteks ke konteks, serta dari kelompok social ke kelompok lainnya. Dengan demikian sifat objektivitas dari makna adalah relative dan temporer.37 Demikian pula halnya dengan adzan yang bukan hanya digunakan sebagai tanda waktu datangnya shalat fardlu. Masyarakat telah mengubah penggunaan adzan dengan alasan-alasan tertentu, walaupun masyarakat tidak merubah bahasa maupun lafal adzan. Setidaknya itu adalah bentuk kreativitas dari pemikiran manusia mengenai adzan. Yang kemudian menyebar kepada masyarakat dan berubah menjadi kebiasaan atau budaya dalam masyarakat tertentu. Dasar interaksionisme simbolik adalah “makna berbagai hal itu berasal dari, atau muncul dari interaksi sosial seorang dengan orang lain. Kebudayaan sebagai suatu sistem makna yang dimiliki bersama, dipelajari, diperbaiki, dipertahankan, dan didefmisikan dalam konteks 37
Omith , Komponen Konseptual dan Jenis-jenis Teori Komunikasi, 2008 (http://kuliah.dagdigdug.com/2008/04/22/komponen-konseptual-dan-jenis-jenis-teori-komunikasi/, diakses 12 januari 2009)
45
orang yang berinteraksi. Makna ditangani atau dimodifikasi melalui suatu proses penafsiran yang digunakan oleh orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang dia hadapi.38
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan Menilik hasil penelitian terdahulu tentang Makna Simbolik Jabat Tangan di Kalangan Aktivis (Studi Kasus Aktivis Organisasi Ekstra Kampus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia [PMII] Dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia [KAMMI]IAIN Sunan Ampel Surabaya), oleh Hamidah Wildaniyah mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah Program Studi Ilmu Komunikasi tahun 2005. Dari penelitian tersebut telah didapat kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahwa pola jabat tangan di kalangan aktivis PMII dan KAMMI telah melahirkan banyak makna seiring dengan kondisi dan bagaimana pola berjabat tangannya. Pola jabat tangan yang terjadi dikalangan aktivis PMII dan KAMMI tidak terlepas dari adanya peran doktrin dan interaksi sosial di antara mereka, sehingga memunculkan sekian pola jabat tangan yang bisa dilihat dan yang seiring dilakukan di lingkungan IAIN pada umumnya.
38
Etik & Emik, Interaksionalism Simbolik & Cross Cultural, 2007(http://fisip.untirta.alid/teguh?p2/7, diakses 12 januari 2009)
46
2. Jabat tangan sebagai sebuah legitimasi; hal ini dilakukan ketika seseorang sedang mengajukan permintaan maaf, dan pada acara inagurasi (pengesahan, pengukuhan, dan serah terima jabatan) pengurus baru bagi sebuah organisasi. 3. Jabat tangan sebagai alat melebur dosa. 4. Jabat tangan sebagai simbol silaturrahmi. 5. Jubat tangan sebagai upaya penyemangat atau member motivasi biasanya dilakukan dengan menjabat tangan sambil menepuk-nepuk pundak lawan bicara. 6. Jabat tangan tidak selalu bersentuhan, bisa dengan mengatupkan kedua telapak tangan di depan antara dada dan dagu. 7. Jabat tangan telah menjadi bagian dari norma yang tidak bisa ditinggalkan dalam suatu kondisi tertentu.39 Penelitian diatas berisi tentang kegunaan-kegunaan jabat tangan serta model-model atau bentuk-bentuk dari jabat tangan yang telah berubah tidak hanya dengan menyatukan dua telapak tangan antara satu orang dengan orang yang lain. Begitu pula penelitian ini yang berisi tentang beberapa macam adzan yang di gunakan dalam suatu masyarakat tertentu. 39
Perbedaan yang
Hamidah Wildaniyah, “Makna Simbolik Jabat Tangan di Kalangan Aktivis; studi di IAIN Sunan Ampel Surabaya” (Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2005), hal. 22
47
mendasar dari penelitian ini dan penelitian yang terdahulu adalah, bahwa penelitian terdahulu meneliti tentang simbol non verbal. Sedangkan penelitian ini berisi tentang simbol verbal yang berupa perkataan atau ucapan. Namun pada hakekat penelitian ini hampir sama, karena penelitian terdahulu mencari tahu mengapa jabat tangan berubah menjadi berbagai bentuk dan apa arti jabat tangan itu sendiri. Sedangkan penelitian ini mencari tahu mengapa adzan bisa berubah kegunaannya dalam beberapa hal tanpa merubah lafald atau kalimat adzan itu sendiri.
48
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam penelitian. Sebagian orang menganggap bahwa metode penelitian terdiri dari berbagai teknik penelitian, dan sebagian lagi menyamakan metode penelitian dengan teknik penelitian. Tetapi yang jelas, metode atau teknik penelitian apapun yang kita gunakan, misalnya apakah kuantitatif atau kalitatif haruslah sesuai dengan kerangka teoritis yang kita asumsikan. Dengan kata-kata Collier, “Pendekatanpendekatan epistemologis harus konsisten dengan asumsi-asumsi ontologis.”40 Dalam bab ini akan diuraikan tentang metode yang digunakan. Metode dalam bab ini menyangkut pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, jenis dan sumber data, teknik analisis data, dan teknik pemeriksaan keabsahan data. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Riset atau penelitian komunikasi deapat dibedakan berdasarkan pendekatannya. Pendekatan ini pada dasarnya merupakan falfasah yang mendasri suatu metodologi riset, apakah kuantitatif atau kualitatif. Banyak
40
DR. Deddy Mulyana, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunokasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya 2002), hal. 146
48
49
anggapan bahwa riset yang menggunahan metodologi kuantitatif adalah riset yang datanya menggunakan angka-angka. Sedangkan kualitatif datanya berupa pernyataan-pernyataan.41 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, dimana peneliti mendiskripsikan atau mengkonstruksikan wawancara-wawancara terhadap subyek penelitian. Di sini peneliti bertindak selaku fasilitator dan realitas dikonstruksikan oleh subyek penelitian. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalamdan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu menggunakan sampling lainnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, bukan banyaknya (kuantitas) data.42 Metode penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnhographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
41
Rachmat Kriyantono, S.Sos, M.Si, metodologi riset komuniksi (Jakarta : Kencana, 2007), hal. 52
42
Rachmat Karyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi ………………………, hal. 58
50
antropologi budaya; disebut sebagai kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kungi, teknik pengumpilan data dilakukan secara trianggulasi atau gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi.43 Berdasarkan pengalaman dalam melakukan berbagai penelitian kualitatif, maka format desain kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format deskriptif, verifikatif, dan grounded research.44 Format deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus.
B. Subyek Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di wilayah Gunung Anyar Tengah RW. 02, kecamatan Gunung Anyar, kota Surabaya. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah adalah, Mu’adzin ( orang yang mengumandangkan adzan di masjid Gunung Anyar Tengah RW. 02) yaitu,
43 44
Prof. Dr. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung : CV. Alvabeta, 2007), hal. 01
Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si, Penelitian Kualitatif Komunikasi,Ekonomi,Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta : Kencana, 2007), hal. 67
51
mas Budi, cak Bashir, dan pak Aman. Takmir masjid ( orang yang menjaga dan merawat masjid Gunung Anyar Tengah RW. 02) yakni Bapak Ghozali dan bapak Abdul Majid. Tokoh masyarat yang berpengaruh dalam masyarakat Gunung Anyar Tengah RW. 02 yaitu Bapak H. Misrin, serta beberapa penduduk sebagai informan pendukung. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai orang yang mengambil peran pihak yang diteliti (taking role of the other), yang menyelam kedalam dunia psikologis dan sosial mereka.
C. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data untuk menampung pokok-pokok informasi sesuai dengan judul penelitian. Data primer ini didapat dari hasil wawancara dengan informan. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang dapat mendukung data primer. Data sekunder ini dapat diperoleh melalui buku-buku, artikel, atau apapun yang dapat mendukung data primer dan data penelitian ini. Sedangkan sumber data berasal dari wawancara pada setiap subyek penelitian dan informasi atau data yang dapat mendukung penelitian ini. D. Tahap-tahap Penelitian a. Tahap Pra-lapangan, yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan untuk penelitian yang meliputi penyusunan rancangan
52
penelitian, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan memilih informan. Disini peneliti mulai menentukan waktu penelitian dilakukan dan apasaja yang diperlukan dalam penelitian tersebut. b. Tahap Lapangan, yaitu melaksanakan penelitian dan mengunpulkan datadata dari lapangan yang dapat dijadikan masukan pada laporan. Disini peneliti mulai mewawancarai para informan hingga data yang diperlukan dirasa cukup. c. Tahap Laporan, yaitu menuliskan hasil penelitian yang telah di peroleh dan mengungkapkannya secara singkat sesuai dengan data-data yang sudah diperoleh. Disini data hasil dari penelitian tersebut disusun dengan sistematika atau aturan yang telah ditentukan, dan menjelaskan tentang apa yang obyek penelitian sebagai pertanggung jawaban atas penelitian tersebut.
E. Teknik Pengumpulah Data Teknik prngumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara mendalam. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin mendapatkan informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan
53
tertentu. Secara garis besar wawancara dibagi menjadi dua yaitu wawancara terstruktur dan wawancara takterstruktur. Wawancara terstruktur sering juga disebut sebagai wawancara baku, yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (tertulis) dengan pilihan-pilihan jawaban yang juga sudah disediakan. Sedangkan wawancara tak terstruktur yang sering juga disebut sebagi wawancara mendalam bersifat luwes, karena susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam wawancara tersebut dapat dirubah45 sesuai keinginan peneliti. Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
wawancara
takterstruktur, sehingga peneliti bisa bertanya lebih lanjut tentang data yang telah diperoleh dilain waktu. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mendapat alasan detail dari responden yang antara lain mencakup opini, motifasi, nilai-nilai, ataupun pengalaman-pengalaman responden.46 2. Observasi Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengmatan dan pengindraan, dimana peneliti mengamati secara langsung obyek yang
45
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2004), hal. 180 46
Rachmat Kriyantono, TeknikPraktis Riset Komunikasi (Jakarta, Kencana, 2007), hal. 65
54
diteliti. Ada dua jenis observasi, yang pertama adalah observasi partisipan yaitu peneliti ikut serta berpartisipasi sebagai anggota kelompok yang di teliti. Yang kedua yaitu observasi non partisipan, yaitu observasi dimana peneliti tidak memposisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti. 47 Dalam penelitian ini, peneliti memilih metode observasi non partisipan, karena walaupun peneliti mengamati kejadian dengan turut membaur dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian, namun peneliti bukan merupakan obyek penelitian. Maksudnya, meskipun peneliti turut tinggal di Gunung Anyar Tengah namun jpeneliti bukan sebagai seseorang yang mengumandangkan adzan, sehingga peneliti bukan termasuk obyek penelitian. 2. Kajian tentang isi dokumen. Dokumentasi adalah pengumpulan data-data yang tersedia dalam bentuk surat-surat, buku, catatan, laporan, dan sebagainya. Sifat utama dari data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktu silam.48 Disini peneliti manggunakan data-data yang berkenaan dengan jumlah penduduk, dan artikel-artikel tentang simbol komunikasi dan adzan. 47
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset………………, hal. 65
48
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta, Kencana, 2008), hal. 121
55
F. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif terletak pada tiga proses yang berkaitan yaitu mendiskripsikan fenomena, mengklasifikasikannya, dan melihat bagaimana konsep-konsep yang muncul itu satu dengan yang lainnya berkaitan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data dari Mattew B. Milles dan Michael Huberman, yang membagi analisis datamenjadi 3 alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu : a. Reduksi data, yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan, dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama pengumpulan data berlangsung. Selanjutnya membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, dan menggunakan catatan kaki. Pada intinya reduksi data terjadi sampai penulisan laporan akhir penelitian. Reduksi data
merupakan
bagian
dari
analisis
yang
menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi
data
dengan
cara
sedemikian
rupa
sehingga
kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. b. Penyajian data, yaitu penulis harus memahami dan memperhatikan betul berbagai hal mengenai pengumpulan data, baik itu pendekatan yang digunakan maupun jenis penelitian yang diterapkan. Dalam
56
penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan interaksionisme simbolik, yaitu pengamatan yang didasarkan pada interaksi-interaksi antar simbol. Dengan jenis penelitian kualitatif ini maka diharapkan data yang dihasilkan akan berkualitas. c. menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulankumpulan catan lapangan, pengkodean, penyimpanan dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan sponsor. Dalam analisis data dari Miles dan Huberman ini, peneliti menggunakan model interaktif, reduksi data dan penyajian data menghasilkn data yang dikumpulkan, kemudian pada proses penarikan kesimpulan dan verifikasi.
G. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data Adapun tehnik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data dilakukan sebagai berikut: 1. Perpanjangan keikut sertaan.
57
Dalam hal ini peneliti ikut serta tinggal di lapangan penelitian untuk mempelajari keadaan di lapangan dan mengumpulkan data-data penelitian. Bila data yang diperoleh peneliti masih kurang, maka peneliti dapat menambah waktu penelitian tersebut. Moloeng (2006; 327) mengatakan apabila peneliti lebih lama di lapangan, maka ia akan membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks, kekeliruan peneliti, mengonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.49 2. Pemeriksaan
sejawat.
Penggunaan
teknik
ini,
dengan
cara
mengumpulkan hasil penelitian sementara yang didapatkan dari wawancara dan lainnya, kemudian didiskusikan dengan teman sejawat atau berdiskusi dengan dosen pembimbing, yang akan memberi masukan atau mengoreksi kesalaha-kesalahan atau kekurangan dalam penelitian ini. 3. Triangulasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan peneliti untuk melakukan pengecekan ulang terhadap hasil penelitian dengan melakukan perbandingan dengan buku-buku atau referensi. Disini peneliti mengkoreksi ulang hasil penelitian. Pengecekan ini dilakukan
49
Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si, Penelitian Kualitatif Komunikasi,Ekonomi,Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya……….., hal. 255
58
agar hasil dari penelitian tersebut sesuai dengan criteria atau aturan yang telah ditentukan. Menurut
Wiliam
Wiersma
trianggulasi
dalam
pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
59
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Setting Penelitian Lokasi penelitian ini adalah bertempat di Gunung Anyar Tengah RW. 02 yang berada di wilayah Surabaya selatan. Gunung Anyar Tengah RW.02
Surabaya
merupakan
sebuah
kampung
penduduknya adalah berlatar belakang pesantren
yang
mayoritas
yang sebagian besar
didominasi oleh kaum Nahdliyyin. Gunung Anyar Tengah ini terdiri dari 10 Rukun Tetangga (RT). Sedangkan batas-batas wilayahnya adalah: 1. Utara, dibatasi dengan sungai dan makam yang memisahkan antara Gunung Anyar Lord an Gunung Anyar Tengah. 2. Selatan, dibatasi dengan Jalan Amir Mahmud yang memisahkan antara Gunung Anyar Tengah dan Gunung Anyar Kidul. 3. Timur, dibatasi dengan lahan persawahan yang memisahkan antara Gunung Anyar Tengah dengan Gunung Anyar Sawah. 4. Barat, dibatasi dengan makam yang memisahkan antara Gunung Anyar Tengah dengan kompleks perumahan. Secara historis, Gunung Anyar Tengah ditemukan oleh almarhum Mbah Mahmud. Beliau adalah seorang ulama’ yang sangat disegani oleh masyarakat. Karena sampai saat ini masih banyak masyarakat (terutama orang yang berasal dari wilayah Gunung Anyar) yang datang ke makam
59
60
Mbah Mahmud hanya sekedar untuk berdo’a atau berziarah, terlebih lagi pada hari kamis. Wilayah ini dinamakan Gunung Anyar karena memang ada sebuah gunung kecil yang telah ada sejak zaman penjajahan belanda dahulu hingga sekarang. Namun gunung tidak bertambah besar ataupun meletus, karena mungkin saja gunung itu sudah tidak aktif. Namun masyarakat setempat meyakini bahwa gunung itu masih aktif, dan gunung itu tidak akan meletus karena menjaga wilayah Gunung Anyar ini. Gunung anyar pada dasarnya dibagi menjadi tiga, yakni: Gunung Anyar Tengah, Gunung Anyar Lor, dan Gunung Anyar Kidul. Namun seiring berkembangnya zaman, banyak pendatang dari berbagai daerah mencari penghasilan di wilayah Gunung Anyar ini. Mereka membuka lahan sebagai sawah dan juga tambak yang semakin lama semakin luas, hingga akhirnya sampai saat ini wilayah Gunung Anyar terbagi menjadi lima karena ditambah dengan adanya Gunung Anyar Sawah dan Gunung Anyar Tambak. Masyarakat di Gunung Anyar Tengah RW. 02 Surabaya ini masih sangat kental dengan ajaran agama mereka. Terbukti dengan adanya beberapa pondok pesantren sebagai wadah bagi masyarakat untuk mendalami ilmu keagamaan atau yang biasa disebut dengan pengajian. Pengajian inipun bermacam-macam, ada yang diadakan satu minggu sekali, ada yang dua minggu sekali, dan ada pula yang diadakan satu bulan sekali tentu saja dengan kitab yang dipelajari berbeda pula. Masyarakat di
61
daerah ini sangat menghormati ustadz dan ustadzah mereka yang biasanya disebut Kyai dan Bunyai. Hal ini dapat dilihat saat diadakannya pengajian, masyarakat saling berebut untuk bisa berjabat dan mencium tangan Kyai atau Bunyai mereka layaknya disebuah pondok pesantren.
B. Penyajian Data 1. Adzan Shalat Adzan bukanlah hal yang asing lagi bagi kita, setiap hari kita akan mendengar suara adzan yang mengingatkan kita untuk menunaikan ibadah shalat lima waktu. Seperti halnya masyarakat Gunung Anyar yang pergi ke masjid untuk menunaikan shalat saat adzan berkumandang, namun apakah mereka tahu apa makna dari adzan tersebut? Ketika pertanyaan itu diajukan kepada beberapa orang yang tinggal di Gunung Anyar Tengah, maka jawaban mereka sama, yaitu: “Adzan itu, panggilan untuk shalat.” Pernyatan itu memang benar adanya. Kita dapat melihat dari lafald adzan yang berbunyi “Hayya ‘alal sholah” ( )ﺣﻲ ﻋڶﻰ اڶﺼ ةyang artinya “marilah menunaikan ibadah shalat”. 2. Adzan Kelahiran Bayi Dimasyarakat Gunung Anyar Tengah RW.02 Surabaya, adzan juga dilakukan untuk menyambut kelahiran bayi. Ketika peneliti bertanya “Apakah bapak tahu tentang adzan di telinga bayi yang baru lahir?”. Jawaban mereka sama “Ya!”.
62
Kemudian peneliti kembali bertanya “Apakah bapak pernah melakukan adzan tersebut?”. Lagi-lagi jawaban yang sama “Ya”. Namun saat peneliti bertanya, “Lalu apa tujuan dari adzan di telinga bayi tersebut?”. Dari sini peneliti mulai mendapat jawaban yang berbeda, “Ya, supaya kalau sudah besar tidak lupa dengan shalatnya”.50 Begitulah jawaban pak Nur disela-sela kesibukannya membuat bakso, karena pak Nur adalah seorang pedagang bakso keliling. Berbeda dengan jawaban pak Ghozali, “Karena itu perintah nabi, adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri. Supaya tidak didahului dengan bujuk rayu syetan”51 kata pak Ghozali sambil memandang lilin yang menyala di atas meja tamu, Karena memang waktu itu hujan sedang turun dan listrik padam. Namun itu tidak menghentikan kegiatan Tanya jawab kami. Pernyataan tersebut hampir sama dengan sebuah hadist:
رأﻳﺖ رﺳﻮڶ اڶڶﻪ ﺻڶﻰ اڶڶﻪ ﻋڶﻴﻪ وﺳڶﻢ أذن ﻓﻰ: ﻋﻦ أﺑﻲ راﻓﻊ ﻗﺎڶ .أذن اڶﺤﺴﻴﻦ وڶﺪﺗﻪ ﻓﺎﻃﻤۃ ﺑﺎڶﺼ ة رواهﺄﺣﻤﺪوأﺑﻮداودواڶﺘﺮﻣﺬىﻮﺻﺤﺢ
50
Wawancara: Nur Hamid, pukul 08.30 WIB, tgl: 13 Jan 2009, lokasi: Rumah, alamat: Jl. Amir Mahmud Gg. 04, No. 17 51
Wawancara: Ghozali, pukul19.20 WIB, tgl: 12 jan 2009, lokasi: Rumah, alamat: Jl. Amir Mahmud Gg. 04, No. 05
63
Artinya: Hadits dari Abu Rafi’, ia mengatakan: Saya melihat Rasulullah adzan di telinga Husain (cucunya) ketika Fatimah melahirkan, lalu ia membaca shalawat (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, hadits ini sahih).52
Namun masih ada lagi jawaban yang berbeda dari kedua jawaban tersebut, yaitu dari mas Budhi, “Supaya terhindar dari malapetaka dan supaya si bayi ruhnya masuk dengan sempurna dan selamat”53 ucap mas Budhi sambil mengerutkan dahi seolah-olah sedang berfikir. Lain halnya dengan tanggapan dari pak Majid yang menyatakan, “Sebelum bayi
mendengar
suara-suara
yang
lain,
lebih
baiknya
dia
mendengarkan suara yang baik dulu, dan kenapa harus adzan? Karena memberi tahu tentang keTuhanan (Tauhid) atau mengenalkan Tuhannya”54 pak Majid menjawab dengan santai sembari merebahkan punggungnya di sofa ruang tamu. Adzan menyambut kelahiran bayi ini dikumandangkan di telinga kanan dan disusul iqamah di telinga kiri bayi, hal itu memberikan cirri khusus bahwa islam selalu mengawali kebaikan dari sebelah kanan.
52
Munawwir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006), hal. 312 53
Wawancara: Budhi Prasetyo, pukul 09.30 WIB, tgl: 10 Jan 2009, lokasi: Rumah
54
Wawancara: Abdul Majid, pukul 16.00 WIB, tgl: 10 Jan 2009, lokasi: Rumah
64
3. Adzan Jenazah Saat seorang umat muslim meninggal dunia, maka sudah selayaknya jenazah itu dirawat dengan cara dimandikan dan diberi wewangian, dikafani, dishalati, kemudian dikuburkan. namun sebelum jenazah ditutup dengan tanah terlebih dahulu jenazah dilepaskan talinya yang paling atas kemudian dihadapkan kiblat dan diadzani. Kemudian peneliti kembali bertanya, “Apakah bapak juga pernah Adzan yang ditujukan pada jenazah atau yang biasa disebut dengan adzan jenazah?” maka pak Ghozali dan pak Majid menjawab “Ya” sedangkan pak Nur dan pak Budhi menjawab “Tidak”. Entah apa yang mendasari perbedan itu, mungkin dari factor usia ataupun status sosial. Pak Ghozali dan Pak Majid adalah termasuk orang yang disegani di masyarakat Gunung Anyar Tengah meskiopun mereka bukan tokoh masyarakat atau Ulama’ di Gunung Anyar Tengah. Sedangkan pak Nur adalah penduduk yang bukan asli dari Gunung Anyar Tengah, atau dengan kata lain pak Nur adalah pendatang, sehingga kurang mengena di hati masyarakat. Demikian juga dengan mas Budhi, dia warga asli Gunung Anyar dan juga seorang Mu’adzin di Gunung Anyar Tengah. Namun usianya masih 23 tahun, yang mungkin bagi masyarakat Gunung Anyar Tengah masih terlalu muda. Pertanyaanpun kembali berlanjut, “Menurut bapak apa tujuan dari adzan jenazah tersebut?” mas budhi menjawab dengan singkat “Karena
65
dikembalikan lagi ke adzan bayi. Bahwasanya pertama lahir ke dunia mendengar suara adzan maka saat meninggalkan dunia adzan pula yang terakhir didengarnya”. Pernyataan tersebut sama dengan tradisi orang-orang Nahdliyyin. Ketika jenazah dimasukkan ke liang lahad, kain kafan sudah dibuka, wajah mayit dihadapkan kearah kiblat, maka salah seorang keluarga atau yang mewakilinya segera mengadzani dan disusul dengan iqamat. Mungkin ini persis ketika sang mayit lahir kedunia, yang pertama kali ia dengar adalah suara adzan dan iqamat, dan sekarang (setelah meninggal dunia) ia pun mendengar suara yang sama dan sekaligus merupakan pesan terakhir baginya. Semua ini berdasar pada dalil:
واﻋڶﻢ أﻧﻪ ﻳﺴﻦﱡ اڶﺄذان ﻋﻨﺪ دﺧﻮڶ اڶﻘﺒﺮ ﺧ ﻓﺎ ڶﻤﻦ ﻗﺎڶ ﺑﺴﻨﻴﺘﻪ ﻗﻴﺎﺳﺎ ڶﺨﺮوﺟﻪ ﻣﻦ اڶﺪﻧﻴﺎ ﻋڶﻰ دﺧﻮڶﻪ ﻓﻴﻬﺎ ﻗﺎڶ إﺑﻦ ﺣﺠﺮ ورددﺗﻪ ﻓﻰ ﺷﺮح اڶﻌﺒﺎب ڶﻜﻦ إذا واﻓﻖ . اڶﺴﻮاڶ
إﻧﺰاڶﻪ اڶﻘﺒﺮ ﺑﺄذان ﺧﻔﻒ ﻋﻨﻪ ﻓﻰ
Artinya: “Ketahuilah, adzan untuk mayit pada waktu dimasukkan keliang kubur itu tidaklah disunnahkan. Jadi, berbeda bagi orang yang menganggap sunnah karena diqiyaskan dengan bayi yang baru lahir ke dunia. Ibnu Hajar mengatakan (diulang lagi dalam kitab Syarh al-Ubab): jika sewaktu penguburan mayit tadi bersamaan dengan adzan, mayit itu akan diringankan menjawab sejumlah pertanyaan kubur.55
55
Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU (Yogyakarta : LKIS Pelangi Aksara) hal. 173
66
“Sebenarnya adzan pada jenazah itu merupakan tradisi yang
berpedoman pada hadist, ‘carilah ilmu mulai dari dalam kandungan sampai ke liang lahad’ jadi sebenarnya adzan itu sebagai peringatan atas kebesaran Tuhan, dan sebagai pembelajaran kepada pelayat bahwa semua orang akan mati dengan membawa amal termasuk amalan shalat. hanya saja saya tidak mau mengiqamati jenazah setelah mengadzaninya. Karena ada kalimat qadqamatisholah ()ﻗﺪﻗﺎﻣﺖ اڶﺼ ة yang menyuruh kita untuk berdiri, masak jenazah disuruh berdiri?”56 serentak saja semua orang yang ada di ruang tamu itu tertawa. Memang di ruang tamu itu bukan hanya ada pak Ghozali dan peneliti. Tapi disana ada bu laila istri pak Ghozali, Zahra putri pertama pak Ghozali yang telah bekerja menjadi guru disebuah sekolah Islam yang ada di Gunung Anyar Tengah, dan Farchan putra kedua pak Ghozali yang masih kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Surabaya. Namun dalam suasana yang remang-remang karena hanya diterangi lilin, maka suasana pun jadi agak sedikit seram. Berbeda dengan pendapat pak Nur, “Kalau menurut saya adzan jenazah itu bid’ah, karena ada yang memperbolehkan dan ada juga yang melarang.Kalau menurut saya adzan jenazah di liang lahad itu tidak boleh. Dulu waktu saya mengaji kitab Fathul Qarrib, guru saya menjelaskan bahwa jenazah dimasukkan ke liang lahad bersamaan
56
Wawancara: Ghozali, pukul19.20 WIB, tgl: 12 jan 2009, lokasi: Rumah, alamat: Jl. Amir Mahmud Gg. 04, No. 05
67
dengan adzan panggilan shalat, bukan mengumandangkan adzan di liang atau telinganya seperti yang dilakukan kebanyakan orang. Dengan begitu matinya khusnul khatimah atau dijamin masuk surga karena sama dengan meninggal dengan membaca syahadat”57 ucap pak Nur menjelaskan. 4. Adzan Safar (Keberangkatan Haji) Adzan juga dikumandangkan untuk melaksanakan rukun islam yang kelima, yaitu ibadah haji bagi yang mampu. Ibadah haji merupakan ibadah yang melibatkan seluruh aspek baik material maupun spiritual. Adzan keberangkatan haji ini dikumandangkan saat calon haji keluar dari pintu rumahnya manuju perjalanan selanjutnya. Sehingga
Peneliti
kembali
mengajukan
pertanyaan,”lalu
bagaimana dengan adzan untuk keberangkatan para jemaah haji?”. “Oh, itu menunjukkan bahwa adzan adalah panggilan dari Allah, sama juga dengan ibadah haji yang juga merupakan panggilan Allah”.58 Ucap pak Ghozali sembari meniup lilin yang ada di atas meja karena listrik sudah menyala. Dan lagi-lagi pendapat pak Ghozali berbeda dengan pendapat pak Nur yang menyatakan, ”Saya sendiri kurang paham karena belum tahu dasarnya. Yang saya tahu, biasanya orang57
Wawancara: Nur Hamid, pukul 08.30 WIB, tgl: 13 Jan 2009, lokasi: Rumah, alamat: Jl. Amir Mahmud Gg. 04, No. 17 58
Wawancara: Ghozali, pukul19.20 WIB, tgl: 12 jan 2009, lokasi: Rumah, alamat: Jl. Amir Mahmud Gg. 04, No. 05
68
orang menganggap bahwa berangkat haji sama dengan berangkat menuju kematian. Entah apa yang mendasari pemikiran seperti itu, sayapun tidak tahu.”59 Ucap pak Nur dengan tersenyum. 5. Adzan Musibah Setelah mendapatkan beberapa jawaban tersebut, kemudian peneliti kembali
bertanya,“Apakah
bapak
mengerti
atau
pernah
mengumandangkan adzan untuk kepentingan yang lain selain adzan shalat, bayi, jenazah, dan haji?” mas budhi menjawab, “Pernah, ketika pada waktu hujan deras yang disertai dengan angin dan petir” Jawaban itu senada dengan pak Ghozali yang menyatakan, “Adzan saat turun hujan yang sangat deras. Karena hujan ada dua macam, yaitu ada yang membawa berkah dan ada yang membawa musibah. Selain itu adzan juga biasa dikumandangkan di kampung ini apabila terjadi wabah ‘pagebluk’. Adzan tersebut dimaksudkan agar semua penduduk terhindar dari wabah pagebluk. Cara mengumandangkan adzan tersebut dilakukan disetiap sudut kampung setelah dilakukan istighosah bersama.” Sedang pernyatan dari pak Nur adalah, “saya tahu tentang adzan saan angin besar atau hujan deras, tapi saya tidak tahu darimana dasarnya, mungkin supaya kita semua ingat kepada Allah karena itulah inti dari adzan. Selain itu ada juga adzan yang dikumandangkan saat menyembelih hewan ternak.
59
Wawancara: Nur Hamid
69
Kemudian peneliti bertanya, “Mengapa adzan menggunakan bahasa Arab?” pak Nur menjawab, “Supaya umat Islam bersatu dan rukun.
Kalau
memakai
bahasa
sendiri-sendiri,
maka
tidak
menumbuhkan persatuan”. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan itu kepada pak Ghozali, beliau menjawab, “karena bahasa arab itu murni. Jadi untuk menjaga kemurnian dan itu adalah berkelanjutan dari nabi dan tidak bisa dirubah”. Sedangkan pak Majid menjawab,”karena memang sudah wajib menggunakan bahasa Arab” yang hampir senada dengan jawaban mas Budhi, “Karena di dalam kitab Fathul Mu’in diterangkan bahwa kalau adzan haruslah menggunakan bahasa Arab, dan kalau adzan tidak menggunakan bahasa Arab maka hukumnya tidak sah. Karena ini merupakan salah satu rukunnya adzan” ucap mas Budhi menjelaskan. “Apakah hanya kaum lelaki saja yang boleh mengumandangkan adzan? Mengapa?” pertanyaan yang diajukan oleh peneliti ini di jawab dengan pernyataan yang sama yaitu, “ Ya, karena suara lakilaki bukan aurat. Kalau yang adzan seorang wanita maka hukumnya tidak boleh atau haram. Karena suara wanita itu adalah aurat”. Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa ternyata adzan tidak hanya digunakan untuk panggilan shalat saja, tetapi adzan juga digunakan ketika ada musibah, penguburan jenazah, kelahiran bayi, dan juga keberangkatan haji. Semuanya dilakukan oleh sebagian masyarakat di wilayah Gunung Antar Tengah RW. 02 Surabaya.
70
C. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistemtis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola., memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari. Kemudian membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.60 Dari hasil pengamatan terhadap sumber data yang telah dianalisis oleh penulis, maka didapatkan beberapa temuan sebagai berikut: 1. Masyarakat
Gunung
Anyar
Tengah
RW.
02
Surabaya
mengumandangkan adzan untuk keperluan lain lebih karena tradisi yang belum tentu mereka tahu maksudnya. 2. Masyarakat Gunung Anyar Tengah RW. 02 Surabaya kerap mengumandangkan adzan untuk kepentingan lain. 3. Meskipun masyarakat mengumandangkan adzan kepada bayi yang baru lahir, adzan jenazah, dan lain sebagainya, namun pada hakekatnya pengertian atau pemaknaan terhadap itu berbeda pada masing-masing individu.
60
Prof. Dr. Sugiono, Memahami Penalitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2007), hal.89
71
D. Pembahasan Selain teori interaksionisme simbolik, peneliti juga menggunakan teori Stimulus Organism Response. Teori ini berasal dari psikologi. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Adapun unsur-unsur dalam teori S-O-R ini adalah sebagai berikut: 1. Pesan (stimulus) adalah kalimat adzan itu sendiri yang disampaikan atau ditujukan kepada seluruh umat Islam. 2. Komunikan (organism) adalah individu atau masyarakat yang menerima pesan berupa adzan. 3. Efek (response) adalah perubahan yang terjadi setelah mendengar adzan. Dalam proses perubahan sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable penting yaitu:
72
a. perhatian, yaitu sikap setelah mendengar pesan (adzan) b. pengertian, yaitu memahami apa makna dan tujuan adzan c. penerimaan, yaitu melaksanakan isi dari pesan. dari uraian teori
Stimulus Organism Respon diatas dapat
digambarkan sebagai berikut:
Kognitif (perhatian)
Stimulus (pesan)
Organism (komunikan)
Respon (efek)
Afektif (sikap atau perasaan)
Behavioral (perbuatan)
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya adalah komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses
73
berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.61 Peneliti menggunakan teori ini karena seseorang melihat tokoh masyarakat atau orang yang ia segani sedang mengumandangkan adzan untuk kepentingan lain. Dari sini tampaklah bahwa dia sedang memperhatikan apa yang dilakukan oleh tokoh
masyarakat tersebut.
Kemudian ia akan berfikir kenapa tokoh masyarakat terbut melakukan hal seperti itu, di sini ia akan mencari tahu tentang apa yang dilakukan oleh tokoh masyarakat tersebut. Kemudian jika seseorang itu sudah mengetahui apa maksud dari tokoh masyarakatnya melakukuan hal itu, maka dia akan memutuskan apakah akan mengikuti apa yang telah dilakukan oleh tokoh masyarakatnya atau tidak. Bahkan mungkin sejak awal dia sudah yakin bahwa yang dilakukan tokoh masyarakat tersebut benar adanya, maka dia akan mengikutinya. Maka lama kalamaan informasi yang telah ia ketahui diketahui juga oleh orang lain dan berkembang menjadi kebiasaan di suatu masyarakat.
61
http://hiltonwannabe.blog.friendster.gom/2007/11/ diakses 15 Januari 2009
74
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1. Meskipun masyarakat Gunung Anyar Tengah R.W. 02 Surabaya menggunakan adzan dalam banyak hal atau berbagai tujuan, namun pada dasarnya dikumandangkannya adzan tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu untuk mengingat Allah. 2. Masyarakat Gunung Anyar menggunakan Adzan untuk berbagai kepentingan diantaranya adalah: a. Adzan untuk bayi tujuannya agar bayi yang baru lahir terlebih dahulu mendengar nama Allah sebelum mendengar suara yang lainnya, hal itu sekaligus pembelajaran awal dan pengenalan nama Tuhannya. b. Adzan untuk jenazah tujuannya adalah bahwa ketika seseorang lahir ke dunia suara yantg pertama kali didengar adalah nama Allah, jadi katika orang tersebut meninggal dunia maka kalimat terahir yang dia dengar juga nama Allah. Namun sebenarnya tujuan utama dari adzan jenazah ini adalah untuk mengingatkan orang yang masih
74
75
hidup bahwasannya kita semua akan mengalami hal yang sama dan hanya kepada Allah lah manusia akan kembali. c. Adzan musibah tujuannya adalah untuk mengingatkan kita kepada Allah saat kita takut, padahal hanya Allah-lah yang harus kita takuti dan hanya Allah lah yang sanggup menghenttikan musibah itu. d. Adzan haji tujuannya adalah untuk mengingatkan kita bahwa kita semua akan kembali kepada Allah. Meskipun masyarakat menggunakan adzan tersebut dalam berbagai kegiatan, namun lafald adzan tidak berubah sama sekali, yang membedakan adalah nada adzan yang dikumandangkan tersebut dan tempat atau dalam rangka apa adzan tersebut dikumandangkan.
B. Saran Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka peneliti berharap semoga penelitian ini bermanfaat, serta saran-saran ini dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan sebagai berikut: 1. Adanya penelitian lebih lanjut dan spesifik tentang adzan dalam bidang komunikasi.
76
2. Hendaknya seorang tokoh masyarakat harus benar-benar mengerti dengan apa yang dia lakukan, karena itu akan dicontoh oleh masyarakat.