BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan kesehatan yang semakin kompleks dan tuntutan pelayanan profesional dari masyarakat yang terus meningkat mendorong terjadinya perubahan paradigma dalam dunia pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan keperawatan. Metode pendidikan konvensional dengan pendekatan teacher centered learning (TCL) dianggap kurang relevan lagi dalam proses pembelajaran, sehingga institusi pendidikan mulai melakukan perubahan dan menerapkan metode student centered learning (SCL) dengan pendekatan problem-based learning (PBL). Perubahan ini menyebabkan para dosen berpikir kembali tentang konsep SCL dan PBL agar dapat memposisikan mahasiswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran (Harden 2009). Penerapan kurikulum dengan pendekatan PBL merupakan respon lembaga pendidikan keperawatan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas proses pembelajaran. Melalui PBL mahasiswa terlibat secara aktif dan memiliki otonomi serta kesempatan untuk mengakses berbagai sumber belajar, mengembangkan potensi yang dimiliki serta mampu mengambil tanggung jawab penuh atas kebutuhan belajarnya (Kocaman et al., 2009; Williams, 2001, 2004). Metode PBL merupakan strategi pengajaran yang inovatif yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan mandiri dalam belajar, sehingga mampu beradaptasi dengan pesatnya kemajuan ilmu
1
2
pengetahuan dan teknologi, memiliki kemampuan memecahkan masalah dan memiliki kesiapan untuk menjalankan profesinya di masa yang akan datang (Milfin et al., 2000). Metode pembelajaran dengan startegi PBL adalah metode belajar yang menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa dalam proses belajarnya (David & Patel, 1995). PBL memiliki kelebihan dan karakteristik, yaitu mahasiswa belajar lebih baik dengan mengaktifkan prior knowledge, elaborasi dan belajar kontekstual, selanjutnya mahasiswa mampu mengintegrasikan pengetahuan dasar untuk menyelesaikan masalah klinis (Schmidt, 1993). PBL juga mendorong mahasiswa memiliki kemampuan self directed learning (SDL) dan meningkatkan ketertarikan intrinsik pada materi yang dipelajari (Norman & Schmidt, 1992; Schmidt et al., 1993). Yuan (2008) mengemukakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan yang digambarkan sebagai strategi pembelajaran efektif yang dapat mendorong mahasiswa untuk menjadi mahasiswa yang memiliki karakter SDL dan dapat mengembangkan critical thinking skills, problem solving skills, teamwork skills dan keterampilan clinical judgement. Keuntungan lain yang diperoleh dari implementasi metode PBL bagi mahasiswa keperawatan adalah meningkatkan keterampilan komunikasi dan interaksi pada praktik keperawatan di klinik. Mahasiswa yang belajar dengan metode PBL mengalami peningkatan kemampuan SDL dan problem solving skills. Mahasiswa-mahasiswa tersebut memperoleh banyak pengetahuan dan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar (Vittrup, 2010; Gabr, 2011).
3
Institusi pendidikan keperawatan saat ini semakin menekankan pada penerapan konsep pendidikan orang dewasa termasuk konsep SDL dalam kurikulum keperawatan. Hal ini sangat bermanfaat dalam memberikan dan meningkatkan kemampuan mahasiswa tentang keterampilan untuk mencari, menganalisis dan memanfaatkan informasi secara efektif, tentunya para pendidik memiliki peran utama untuk membantu mahasiswa keperawatan memperoleh keterampilan tersebut (Lunyk - Child et al., 2001). Calon perawat yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan keperawatan akan bekerja pada situasi lingkungan yang kompleks yang terus mengalami perubahanperubahan sosial di masyarakat. Pada saat yang sama, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan terus berkembang dengan pesat, begitu juga tuntutan masyarakat terhadap lulusan keperawatan yang profesional dan akuntabel terus meningkat. Kondisi ini akan menjadi tantangan tersendiri dalam dunia kerja mereka yang akan datang dan pendidikan keperawatan memiliki peran penting untuk memastikan bahwa mereka dapat beradaptasi dan menghadapi tantangan tersebut (Williams, 2001; O’Shea, 2003). Pembelajaran orang dewasa atau sering disebut dengan adult learning lebih menekankan bahwa seseorang memiliki keinginan dan kesadaran untuk belajar, mampu belajar sambil berbuat (learning by doing), berfokus pada masalah nyata, memilih metode pembelajaran yang tepat dan mampu mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Mahasiswa harus memahami konsep belajar yang diberikan oleh dosen dan mencari informasi tambahan tentang topik pengetahuan yang diinginkan. Hal ini berkaitan dengan konsep pembelajaran SDL, yaitu seorang
4
mahasiswa bisa menjadi ahli dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan serta mampu mempraktikkan konsep SDL tersebut. Lembaga pendidikan keperawatan profesional memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan keperawatan profesional. Perawat profesional harus mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mewujudkan hal ini, perawat profesional harus memiliki karakter sebagai pembelajar sepanjang hayat, belajar di setiap tempat dengan berbagai macam situasi yang dihadapi (Williams, 2001). Seorang profesional menganggap belajar sebagai kebutuhan ataupun keinginan, hal ini tentu akan memberikan keleluasaan untuk menentukan materi yang harus dipelajari dan cara terbaik untuk mempelajarinya. Hal ini berarti dibutuhkan suatu kemandirian dalam proses belajar tersebut (Williams, 2001; Jarvis, 2005). SDL yang menjadi dasar dalam konsep model pembelajaran andragogy mengasumsikan bahwa dalam pembelajaran andragogi pembelajar adalah self directing, berpengalaman dan memiliki motivasi internal (Merriam, 2001). Hasil penelitian yang dilakukan Lunyk Child et al. (2001) menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki kemampuan SDL dapat mengembangkan keterampilan untuk belajar seumur hidup, meningkatkan kepercayaan diri dan otonomi. Pada pendidikan keperawatan proses mempersiapkan mahasiswa untuk memperoleh dan menguasai keterampilan klinik merupakan salah satu hal yang sangat vital, karena hal ini berkaitan dengan mempersiapkan mahasiswa untuk
5
menguasai kompetensi utama sebagai perawat. Banyak inovasi yang telah dilakukan untuk mempersiapkan mahasiswa memperoleh dan menguasai kompetensi keperawatan yang diharapkan, termasuk di dalamnya merancang kurikulum yang inovatif dengan berbagai metode pengajaran yang kreatif agar mahasiswa memiliki otonomi dalam belajar dan memiliki kemampuan untuk SDL. Masalah kesehatan yang semakin kompleks yang akan dihadapi oleh perawat dalam pelayanan keperawatan nantinya menuntut perawat untuk terus belajar, sehingga kompetensi yang dimiliki selalu terasah. Kebutuhan terkait dengan proses belajar yang berkelanjutan sebenarnya telah lama diperkenalkan dalam profesi keperawatan, seperti pernyataan salah satu tokoh keperawatan Florence Nightingale (1859) yang mengemukakan bahwa seseorang harus terus belajar dalam seluruh kehidupannya. Kemampuan perawat profesional untuk mandiri dalam proses belajar adalah salah satu cara untuk memastikan peningkatan dan penguasaan kompetensi lanjutan dalam praktik keperawatan profesional (disitasi dari Williams, 2001). Terdapat banyak penelitian yang dilakukan untuk mengamati efektivitas SDL, baik SDL diposisikan sebagai karakter pembelajar dewasa maupun SDL sebagai metode dan tujuan dalam proses pembelajaran terhadap pencapaian kompetensi dan prestasi akademik mahasiswa. Penelitian yang dilakukan oleh Love et al. (1989) menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara performa keterampilan psikomotor mahasiswa yang ditunjukkan oleh hasil ujian OSCE yang belajar dengan SDL dengan mahasiswa yang belajar keterampilan terstruktur
6
di skills lab. Oleh karena itu, pengajaran keterampilan psikomotor dengan pendekatan SDL sama efektifnya dengan pengajaran keterampilan psikomotor terstruktur di skills lab. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Bradley (2005) yang menyimpulkan bahwa SDL merupakan salah satu format alternatif untuk mengajarkan evidence based medicine (EBM). Considine et al. (2005) melakukan penelitian berjudul “Effect of a selfdirected learning package on emergency nurses’ knowledge of assessment of oxygenation and use of supplemental oxygen” dengan hasil ada hubungan positif yang signifikan antara kualifikasi pascasarjana dalam keperawatan gawat darurat dan efek dari intervensi pendidikan (SDL) yang diberikan dan hubungan negatif yang signifikan antara pengaruh pendidikan dengan tingkat pengetahuan dasar dan pengetahuan terkait dengan keputusan sehari-hari untuk memberikan oksigen tambahan. Hal yang sama ditemukan dalam beberapa penelitian yang lain, peneliti-peneliti tersebut mengamati efektivitas SDL sebagai kemampuan personal seseorang pembelajar dewasa yang dipotensikan sebagai motode pembelajaran di klinik untuk memperoleh pengetahuan dan kompetensi. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor nilai yang diperoleh
kelompok
mahasiswa
kedokteran
maupun
keperawatan
yang
menggunakan pendekatan belajar SDL dan kelompok mahasiswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Para peneliti tersebut menyimpulkan bahwa pendekatan belajar yang menggunakan SDL berdampak positif terhadap pencapaian hasil belajar mahasiswa, mereka menyarankan SDL sebagai salah satu metode alternatif dalam proses pembelajaran (Bhat et al., 2007;
7
Carvalho et al., 1977; Cyril, 2014; Graham et al. 1999; Liao & Campbell, 2002; Manisha & Sudha, 2009; Mahmoud et al., 2006; Owen et al., 2008; Schneeweiss & Ratnapalan, 2007; Vidal et al., 2001). Beberapa peneliti yang lain menemukan bahwa mahasiswa kedokteran dan keperawatan yang telah terlibat dalam kurikulum terintegrasi dengan pendekatan PBL memiliki kemampuan SDL yang tinggi dibandingkan dengan kemampuan SDL mahasiswa umum yang dikemukakan oleh Guglielmino (1978) dan memiliki korelasi positif dengan pencapaian hasil belajar mahasiswa (Shokar et al., 2002; Lorenzo & Abbot, 2004; Findley & Bulik, 2011; Avdal, 2013). Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, tampak jelas dinyatakan bahwa SDL merupakan salah satu kemampuan pembelajar dewasa dan juga sebagai metode pembelajaran yang memberikan dampak positif terhadap pencapaian hasil belajar dan performa mahasiswa. Mahasiswa keperawatan yang akan memberikan pelayanan keperawatan profesional seharusnya memiliki kemampuan SDL, karena dengan kemampauan ini mahasiswa keperawatan akan mampu beradaptasi dengan perkembangan IPTEK, lingkungan pelayanan kesehatan yang kompleks dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan profesional (Williams, 2001). Mahasiswa yang memiliki kemampuan SDL akan selalu aktif dan memiliki inisiatif untuk terus belajar sepanjang hayat serta akan selalu berusaha untuk mengambil tanggung jawab penuh terhadap proses belajarnya sendiri, sehingga kompetensi-kompetensi lanjutan akan dikuasai dengan baik. Saha (2006), salah seorang calon doktor pada Queensland University of Technology School of Nursing, telah melakukan penelitian berjudul “Improving
8
Indonesian Nursing Students’ Self-Directed Learning Readiness” pada 2 kelompok mahasiswa keperawatan di Kalimantan sebagai disertasinya. Saha menemukan dalam penelitian tersebut skor SDLRS mahasiswa keperawatan Indonesia secara signifikan lebih rendah dari skor rata-rata SDLRS yang ditetapkan (Guglielmino, 1978). Saha juga menemukan kelompok mahasiswa yang memperoleh intervensi ‘educational intervention program’ (EIP), yaitu suatu program pendidikan untuk memperkenalkan kemampuan SDL dan lifelong learning mengalami peningkatan skor SDLRS. Saha menyimpulkan hasil penelitian tersebut memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendidikan keperawatan di Indonesia dengan mempromosikan belajar sepanjang hayat dan SDL pada mahasiswa keperawatan melalui pengembangan dan inovasi kurikulum serta penerapan metode pembelajaran yang kreatif dan interaktif. Beberapa tahun terakhir banyak pendidikan keperawatan di Indonesia telah melakukan upaya pengembangan kurikulum dan inovasi proses pembelajaran. Tentu hal ini dilakukan dengan harapan tercipta lingkungan pembelajaran yang kreatif, humanis dan menyediakan akases yang seluas-luasnya terhadap sumber belajar agar mahasiswa lebih termotivasi, aktif, mandiri dan bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri. Kemampuan SDL akan membuat mahasiswa menjadi pembelajar sepanjang hayat, sehingga mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan yang berkembang begitu pesat. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan SDL diharapkan dapat mendorong pencapaian standar komptensi
9
perawat terutama standar 3 pengembangan profesional yaitu bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya. Namun, sampai saat ini belum ada yang mengamati kemampuan SDL mahasiswa keperawatan di pendidikan klinik dan melihat hubungan antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar pada program pendidikan klinik. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian untuk mengamati hubungan antara kedua variabel tersebut pada mahasiswa keperawatan yang sedang mengikuti pendidikan klinik. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM (PSIK FK UGM) adalah salah satu institusi pendidikan keperawatan di Indonesia yang telah lama menerapkan PBL sebagai strategi dalam melaksanakan kurikulum pendidikannya sejak tahun 2008. Penerapan PBL tentu akan membentuk mahasiswa yang memiliki karakter SDL. PSIK FK UGM sejak awal berdirinya mengelola program pendidikan yang terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama adalah pendidikan akademik dengan waktu tempuh studi selama 4 tahun, dan tahap kedua adalah pendidikan profesi dengan waktu tempuh studi selama 1 tahun. Pada tahap pendidikan akademik, program pendidikan difokuskan pada penguatan dan penguasaan ilmu pengetahuan dalam keperawatan, sedangkan pada tahap pendidikan profesi lebih difokuskan pada penguatan dan penguasaan keterampilan keperawatan. Pada tahap pendidikan profesi, mahasiswa belajar dengan kasus nyata dan berhubungan langsung dengan pasien. Akbar (2014) melakukan penelitian tentang SDL pada mahasiswa keperawatan PSIK FK UGM, penelitian tersebut mengamati hubungan PBL,
10
motivasi intrinsik dan SDL pada mahasiswa undergraduate. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara presepsi mahasiswa terhadap PBL dengan kemampuan SDL (r = > 0,35, p < 0,05). Hasil penelitian tersebut juga menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki pengalaman belajar mandiri dan aktif pada saat di SMA memiliki skor SDL yang tinggi. Zulharman (2008) meneliti peran SDL terhadap prestasi belajar pada mahasiswa kedokteran tahun pertama dengan hasil terdapat peran yang nyata SDL terhadap prestasi belajar mahasiswa yang dapat diartikan bahwa 7,6% prestasi belajar mahasiswa dapat dijelaskan oleh peran SDL. Dalam penelitian tersebut ditemukan pula mahasiswa yang memiliki pengalaman belajar mandiri dan aktif pada waktu SMA memiliki skor SDL yang tinggi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis berasumsi perlu untuk mengukur kemampuan SDL mahasiswa keperawatan pada saat mengikuti pendidikan klinik dan melihat hubungan antara kemampuan SDL dengan pencapaian hasil belajar mahasiswa. I.2. Perumusan Masalah Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan self directed learning (SDL) dan beberapa di antaranya mengamati hubungan antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar. Namun, valid atau tidak valid hubungan kedua variabel tersebut masih diragukan kebenaranya. Berdasarkan hal tersebut masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar mahasiswa pada saat mengikuti praktik klinik keperawatan yang ditunjukkan dengan nilai ujian akhir stase?”
11
I.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: I.3.1. Mengetahui kemampuan SDL mahasiswa pada saat mengikuti pendidikan klinik setelah terlibat dalam kurikulum PBL. I.3.2. Mengetahui hubungan antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar mahasiswa pada saat mengikuti praktik klinik keperawatan yang ditunjukkan dengan nilai ujian akhir stase. I.3.3. Menganalisis hubungan antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar mahasiswa yang dimoderasi oleh pengalaman belajar mandiri dan aktif pada saat di SMA dan pencapaian hasil belajar preklinik (IPK) pada saat mengikuti praktik klinik keperawatan. I.3.4. Menjelaskan lebih lanjut gambaran SDL dalam proses belajar mahasiswa keperawatan PSIK FK UGM. I.4. Manfaat Penelitian I.4.1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris baru dan umpan balik terhadap temuan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu gambaran hubungan antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar serta pernyaataan bahwa kemampuan SDL adalah salah satu faktor yang ikut menentukan pencapaian hasil belajar mahasiswa seperti yang dijelaskan dalam model praktik andragogy. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan untuk pengembangan kerangka konsep yang digunakan oleh peneliti-peneliti
12
sebelumnya sebagai bagian dari teori model praktik andragogy yang dikemukakan oleh Knowles. I.4.2. Manfaat praktis Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi gambaran kemampuan SDL mahasiswa dan hubungannya dengan pencapaian hasil belajar mahasiswa pada saat mengikuti praktik klinik. Informasi ini penting bagi institusi untuk melihat kemampuan SDL mahasiswa pada saat pendidikan klinik sebagai hasil penerapan metode PBL dan implikasi kemampuan SDL terhadap hasil belajar mahasiswa pada saat mengikuti pendidikan di klinik. Hal ini tentunya akan menjadi masukan yang sangat berharga untuk evaluasi strategi pendidikan yang telah diterapkan dan untuk pengembangan program pembelajaran selanjutnya. I.5. Keaslian Penelitian Penelitian ini memiliki kemiripan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Shokar et al. (2002), Considine (2005), Findley & Bulik (2011)dan Avdal (2013). Considine (2005) meneliti efek dari SDL pada pengetahuan perawat terkait dengan pengkajian kegawatdaruratan dan penggunaan oksigen tambahan, penelitian ini dilakukan pada 4 rumah sakit di Melbourne yang diikuti oleh 196 perawat yang teregister, 88 di antaranya adalah perawat kegawatdaruratan, partisipan dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Metode penelitian yang digunakan adalah pretes/postes, kuasi eksperimen. Tujuan penelitian tersebut yang pertama adalah menguji efek dari
13
persiapan pendidikan spesifik (SDL) terhadap pengetahuan perawat terkait dengan pengkajian oksigenasi dan penggunaan oksigen tambahan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara persiapan pendidikan (SDL) dengan pengetahuan perawat terkait dengan pengkajian kegawatdaruratan dan penggunaan oksigen tambahan. Persamaan antara penelitian Considine (2005) dengan penelitian ini adalah sama-sama melihat implikasi dari SDL di pendidikan klinik dan perbedaannya terletak pada tujuan, partisipan dan metode penelitian yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati hubungan kemampuan SDL dengan pencapaian hasil belajar mahasiswa pada saat mengikuti praktik klinik keperawatan, sedangkan tujuan penelitian Considine adalah hanya untuk mengamati efek SDL terhadap penguasaan pengetahuan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran (mixed method) dengan pendekatan rancangan potong lintang (cross sectional study), sedangkan penelitian Considine menggunakan metode pretes/postes, kuasi eksperimen. Persamaan antara penelitian Shokar et al. (2002), Findley & Bulik (2011), Avdal (2013) dengan penelitian ini adalah sama-sama melihat hubungan kemampuan SDL terhadap pencapaian mahasiswa yang ditunjukkan dengan beberapa hasil penilaian. Penulis fokus meriplikasi penelitian Avdal (2013), peneliti berupaya meningkatkan validitas hasil penelitian tersebut dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut; pertama, penulis mengembangkan rancangan penelitian dan kerangka konsep yang digunakan oleh Avdal untuk mengamati hubungan SDL dan pencapaian hasil belajar mahasiwa. Menurut
14
penulis, kerangka konsep yang digunakan tersebut belum komprehensif karena tidak mempertimbangkan faktor-faktor yang ikut mempengaruhi hubungan kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar. Oleh karena itu, berdasarkan kajian literatur, penulis memasukkan variabel moderator dalam penelitian. Selain itu, penulis menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang hubungan kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar serta gambran kemampuan SDL dalam proses belajar mahasiswa keperawatan. Kedua, penulis melakukan validasi hasil penelitian Avdal, penelitian tersebut mengukur hubungan kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar pada mahasiswa undergraduate dengan hasil terdapat hubungan yang kuat antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar mahasiswa. Penulis memvalidasi hasil penelitian tersebut dengan melakukan penelitian hubungan kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar pada mahasiswa yang mengikuti pendidikan klinik. Penulis berasumsi mahasiswa tahun kelima yang mengikuti pendidikan klinik telah menyelesaikan pendidikan akademik serta cukup lama terpapar dengan metode pembelajaran PBL, sehingga kemampuan SDL seharusnya telah dimiliki dan menjadi karakter personal bagi mahasiswa. Penelitian ini mengamati hubungan antara kemampuan SDL dan pencapaian hasil belajar mahasiswa yang ditunjukkan dengan nilai ujian akhir stase saat mengikuti praktik klinik keperawatan. Nilai ujian akhir stase merupakan akumulasi dari beberapa komponen penilaian yaitu terdiri dari nilai pencapaian kompetensi, nilai laporan pendahuluan, nilai laporan kasus kelolaan, nilai
15
presentasi kasus, nilai presentasi jurnal dan nilai ujian kasus. Penulis berasumsi bahwa nilai-nilai tersebut menggambarkan porses SDL karena diperoleh melalui proses yang membutuhkan kemandirian belajar dari mahasiswa.