BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) di dalam perusahaan merupakan faktor yang sangat penting, yaitu memegang peranan penting sebagai penggerak produksi dan roda organisasi. Demikian halnya PT. Djitoe Indonesian Tobacco di Surakarta sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang rokok dan tembakau. Perusahaan ini mengandalkan para karyawannya untuk memproduksi sigaret kretek yang berkualitas dan bercita rasa khas. Oleh karena itu, PT. Djitoe Indonesian Tobacco terus berusaha untuk memenuhi tuntutan pelanggan tersebut dan melakukan perbaikan secara terus menerus serta mengefektifkan sarana yang ada agar mencapai efisiensi yang tinggi dan juga harus mengoptimalkan seluruh sumber daya, khususnya sumber daya manusia. Upaya yang dilakukan PT. Djitoe Indonesian Tobacco adalah dengan memberikan upah atau gaji yang sesuai dengan peraturan yang ada, memberikan
insentif
dan
bonus,
menyediakan
tempat
kerja
yang
menyenangkan, membentuk budaya kerja yang baik, dengan harapan agar karyawan lebih termotivasi dalam bekerja. Menurut Manullang (2001: 147) ”Motivasi kerja tidak lain adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja. Singkatnya, motivasi kerja adalah pendorong semangat kerja”. Motivasi merupakan kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi-organisasi yang dikondisikan oleh upaya untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individual. Menurut Robbins (2002: 137) ”Motivasi dalam diri karyawan sangat bermanfaat sekali bagi perusahaan, karena dengan adanya motivasi tersebut akan menimbulkan rasa memiliki terhadap perusahaan”. Artinya karyawan yang mempunyai motivasi kerja tinggi cenderung memiliki prestasi kerja yang tinggi, dan sebaliknya jika karyawan yang prestasi kerjanya rendah dimungkinkan karena motivasi kerja yang rendah.
1
2
Fakta yang ada tidaklah menunjukkan gambaran yang sesuai, karena masih ada beberapa karyawan yang kurang termotivasi dalam bekerja. Hasil observasi di bagian Mollins (proses produksi sigaret kretek mesin) di PT. Djitoe Indonesian Tobacco menunjukkan bahwa ada beberapa karyawan yang terlihat kurang bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan dengan segera, kurangnya komunikasi antar karyawan, dan tidak dengan segera menjalankan perintah atasan. Ada beberapa karyawan kurang memperhatikan detail proses kerja, hal ini karena banyaknya elemen yang harus dikerjakan dalam waktu yang singkat (Hasil observasi pendahuluan penulis pada tanggal 2 September 2015). Hal ini berarti ada kesenjangan antara harapan perusahaan dan fakta yang ada pada beberapa karyawan. Hal ini memunculkan persoalan yaitu bagaimana menghasilkan karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi dan kinerja yang optimal?. Hakikatnya ini menjadi tugas dari manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan, sehingga karyawan dapat mencapai kinerja yang optimal. Manajemen sumber daya manusia berusaha memperoleh
tingkat
perkembangan
karyawan
yang
setinggi-tingginya.
Meskipun manajemen sudah berupaya mewujudkannya dengan memberikan motivasi-motivasi berupa gaji atau upah, insentif, bonus, dan lainnya. Namun nampaknya masih ada faktor lain yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Mengacu pada fakta bahwa ada kecenderungan kurang baiknya komunikasi yang terjadi di antara para karyawan dan kurangnya perhatian karyawan pada detail pekerjaan, maka perusahaan berusaha memperbaikinya dengan menciptakan suatu budaya organisasi yang baik. Budaya organisasi ini diberlakukan untuk memperbaiki iklim kerja, hubungan karyawan, prosedur kerja, dan lainnya. Hubungan kerja yang serasi di antara karyawan dan penyatupaduan sumber daya manusia secara efektif diharapkan akan meningkatkan motivasi kerja. Peningkatan motivasi melalui budaya organisasi ini dilakukan dengan alasan bahwa secara umum perusahaan terdiri dari sejumlah orang dengan latar belakang kepribadian, emosi dan ego yang beragam yang membentuk suatu budaya organisasi. Oleh karena itu PT. Djitoe Indonesian Tobacco memerlukan pedoman konsep manajemen yang dapat mengatur sikap dan tingkah laku
3
karyawannya. Salah satunya adalah melalui budaya perusahaan untuk merumuskan karakteristik tertentu dalam perusahaan serta penerapan budaya bersih dan transparan untuk menjadi landasan yang kokoh dalam menjalankan manajemen perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Robbins (2002: 191) yang menyatakan bahwa: Seorang karyawan dalam lingkungan kerjanya membutuhkan rasa saling menghargai, saling membantu dan saling mempercayai dalam melaksanakan tugasnya. Lingkungan sosial tempat kerja yang kondusif ternyata sangat mempengaruhi semangat dan motivasi kerja karyawan dalam suatu organisasi. Apabila karyawan cocok dengan budaya organisasi di dalam suatu perusahaan tersebut maka akan meningkatkan motivasi kerja karyawan tersebut. Pendapat di atas menyatakan bahwa motivasi kerja karyawan akan meningkat jika budaya organisasi yang berlaku dalam perusahaan diterima oleh seluruh karyawan dan menimbulkan suasana kerja yang kondusif. Menurut Soedjono (2005: 22) ”Budaya organisasi merupakan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi, di mana nilai-nilai tersebut digunakan untuk mengarahkan perilaku anggota-anggota organisasi”. Perilaku karyawan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka bekerja yang dibentuk melalui budaya organisasi, di mana keberadaan budaya dalam suatu organisasi diharapkan akan meningkatkan kinerja karyawan. Selain budaya organisasi, variabel lain yang berpengaruh terhadap motivasi kerja adalah komitmen organisasi. Menurut Robbins dan Judge (2007: 221) ”Komitmen organisasi merupakan suatu keadaaan di mana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut”. Pendapat lainnya menurut Khan, dkk. (2010: 89) ”Komitmen dari seorang karyawan terhadap organisasinya dapat menjadi instrumen penting untuk meningkatkan motivasi kerja dari karyawan tersebut”. Komitmen tersebut dapat terwujud apabila individu dalam organisasi, menjalankan hak dan kewajiban mereka sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing dalam organisasi, karena pencapaian tujuan organisasi
4
merupakan hasil kerja semua anggota organisasi yang bersifat kolektif. Organisasi harus memberi perhatian yang penuh dan membuat karyawan percaya terhadap organisasi, sehingga akan diperoleh komitmen karyawan. Jika komitmen karyawan telah diperoleh akan didapatkan karyawan yang setia, dan mampu bekerja sebaik mungkin untuk kepentingan organisasi. Keadaan ini sangat baik bagi pencapaian tujuan organisasi, karena organisasi mendapat dukungan penuh dari anggotanya sehingga bisa berkonsentrasi secara penuh pada tujuan yang diprioritaskan. Uraian di menunjukkan bahwa budaya organisasi dan komitmen organisasi secara teoritis memiliki hubungan yang erat dalam mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Hubungan secara teoritis tersebut didukung oleh beberapa penelitian empiris yang juga menemukan bahwa budaya organisasi dan komitmen organisasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan. Penelitian Yunanto dan Mulyanto (2014: 71) menyimpulkan bahwa ”budaya dan komitmen organisasional berpengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan. Budaya organisasional yang kuat, serta komitmen organisasional yang tinggi dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan”. Selanjutnya penelitian Munadi, Sunaryo, dan Sumardi (2012: 82), juga menyimpulkan
bahwa
"budaya
organisasi
dan
komitmen
organisasi
berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja. Jika komitmen karyawan tinggi dan budaya organisasinya baik maka anggota organisasinya adalah orang-orang yang baik dan berkualitas pula”. Apabila anggotanya baik dan berkualitas, maka motivasi akan meningkat dan kinerja organisasi akan menjadi baik dan berkualitas juga. Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri tembakau dan rokok, PT. Djitoe Indonesian Tobacco mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini sejalan dengan visi PT. Djitoe Indonesian Tobacco “Menjadi industri yang dapat memberikan manfaat pada masyarakat dan lingkungan”, secara pasti PT. Djitoe Indonesian Tobacco bertekad untuk mengembangkan
5
usahanya menjadi lebih berkonsentrasi dan inovatif. Oleh karena itu, PT. Djitoe Indonesian Tobacco perlu didukung oleh para karyawan yang mempunyai keahlian, kemampuan, serta kapasitasnya masing-masing, sehingga memiliki motivasi dan kinerja yang tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan adanya komitmen yang tinggi dari karyawan terhadap organisasi dan penciptaan budaya organisasi yang baik dalam kehidupan kerja di PT. Djitoe Indonesian Tobacco. Fenomena budaya organisasi yang berlaku di PT. Djitoe Indonesian Tobacco mengatur sikap dan tingkah laku karyawannya. Perusahaan tidak memformalkan bentuk budaya organisasi namun dalam tata tertib yang berlaku perusahaan telah merumuskan karakteristik tertentu dan untuk menerapkan budaya kerja yang baik di antaranya karyawan tidak boleh mengobrol saat kerja, dilarang bercanda yang berlebihan dengan teman sekerja, tidak boleh merokok di tempat kerja, dan lain-lain. Budaya organisasi ini menjadi landasan yang kokoh dalam menjalankan manajemen perusahaan. Artinya budaya organisasi di PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta yang memiliki sistem nilai yang baik tentunya dapat menunjang terciptanya budaya kerja yang baik dan kondusif. Fenomena karyawan di PT. Djitoe Indonesian Tobacco Surakarta juga dapat dilihat dari komitmen karyawan terhadap organisasi perusahaan. Komitmen karyawan di perusahaan ini tergolong tinggi karena jarang sekali terjadi permintaan karyawan keluar atau mengundurkan diri, tidak ada permintaan karyawan untuk bekerja di tempat lain. Karyawan yang bekerja saat ini juga merupakan karyawan yang bermasa kerja lebih dari 8 tahun, suatu jangka waktu yang cukup untuk menilai besarnya komitmen karyawan terhadap organisasi perusahaan. Berdasarkan uraian di atas mendorong penulis untuk menganalisis permasalahan motivasi melalui judul “PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN
KOMITMEN
ORGANISASI
TERHADAP
MOTIVASI
KERJA
KARYAWAN PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO DI SURAKARTA.”
6
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Perusahaan tidak akan berhasil mencapai tujuannya jika tidak ditunjang oleh dengan motivasi kerja yang tinggi dari para karyawan 2. Peningkatan motivasi kerja karyawan erat kaitannya dengan cara bagaimana organisasi mengembangkan budaya organisasi yang ada 3. Perilaku karyawan dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka bekerja yang dibentuk melalui budaya organisasi 4. Komitmen karyawan terhadap organisasi kurang karena perusahaan kurang memberi perhatian yang penuh pada karyawan sehingga karyawan kurang percaya terhadap organisasi 5. Dibutuhkan komitmen yang tinggi dari karyawan untuk membantu perusahaan mencapai tujuan-tujuannya.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini terarah dan tidak melebar ke arah yang lain serta berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis membatasi permasalahan yang berkaitan dengan budaya organisasi, komitmen organisasi, serta motivasi kerja karyawan bagian produksi pada PT. Djitoe Indonesian Tobacco di Surakarta. Adapun tolok ukur dari variabel yang diteliti adalah sebagai berikut: 1. Budaya organisasi, tolok ukur variabel ini merujuk pada norma, tata cara, dan kebiasaan yang berlaku di perusahaan seperti cara berinovasi dan pengambilan resiko, perhatian terhadap detail, orientasi pada hasil, orientasi pada manusia, orientasi pada tim, keagresifan, dan kemantapan. 2. Komitmen organisasi, tolok ukur variabel ini merujuk pada identifikasi masing-masing personil karyawan terhadap nilai dan tujuan organisasi, keterlibatan yang sungguh-sungguh dalam organisasi, adanya loyalitas serta sikap positif terhadap organisasi, dan keinginan untuk tetap bergabung dengan organisasi dalam jangka waktu lama
7
3. Motivasi kerja karyawan, tolok ukur variabel ini merujuk pada keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu. Kebutuhan ini mengacu pada teori kebutuhan McClelland yang terdiri dari kebutuhan prestasi, afiliasi, dan kekuasaan. 4. Penelitian ini dibatasi pada karyawan PT. Djitoe Indonesian Tobacco di Surakarta pada tahun 2015
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di
atas, maka
dapat
dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja karyawan PT. Djitoe Indonesian Tobacco di Surakarta tahun 2015? 2. Adakah pengaruh komitmen organisasi terhadap motivasi kerja karyawan PT. Djitoe Indonesian Tobacco di Surakarta tahun 2015? 3. Adakah pengaruh budaya organisasi dan komitmen organisasi secara simultan terhadap motivasi kerja karyawan PT. Djitoe Indonesian Tobacco di Surakarta tahun 2015?
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja karyawan PT. Djitoe Indonesian Tobacco di Surakarta tahun 2015 2. Pengaruh komitmen organisasi terhadap motivasi kerja karyawan PT. Djitoe Indonesian Tobacco di Surakarta tahun 2015 3. Pengaruh budaya organisasi dan komitmen organisasi secara simultan terhadap motivasi kerja karyawan PT. Djitoe Indonesian Tobacco di Surakarta tahun 2015
8
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak antara lain: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan referensi yang bermanfaat bagi para mahasiswa pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya untuk pengembangan teori dari manajemen sumber daya manusia terutama dalam hal komitmen organisasi, budaya organisasi, dan motivasi kerja karyawan. 2. Manfaat Praktis 1) Dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi organisasi atau perusahaan dalam upaya peningkatan motivasi kerja karyawan. 2) Perusahaan dapat segera mengatasi apabila terjadi penurunan motivasi dan kinerja dari para karyawan.