‘ANXIETAS’ TOKOH-TOKOH UTAMA DALAM NOVEL THE GREAT GATSBY KARYA F. SCOTT FITZGERALD
JURNAL
Diajukan sebagai salah satu syarat Mencapai gelar Sarjana Ilmu Budaya
Oleh MARDIANTO NATANAEL WANGKANUSA 110912020
Jurusan Sastra Inggris
UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS ILMU BUDAYA MANADO 2015 1
DAFTAR ISI
ABSTRACT..…………………………………………………………………………..
2
I.
PENDAHULUAN……………………………………………………………….
2
II.
KERANGKA TEORI……………………………………………………………
5
III.
METODE PENELITIAN………………………………………………………..
7
IV.
PEMBAHASAN…………………………………………………………………
8
V.
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………..........
13
DAFTAR PUSTAKA
2
‘ANXIETAS’ TOKOH-TOKOH UTAMA DALAM NOVEL THE GREAT GATSBY KARYA F. SCOTT FITZGERALD Oleh: Mardianto Natanael Wangkanusa
ABSTRACT This skripsi entitled “Anxiety of the Major Characters in the Novel The Great Gatsby by F. Scott Fitzgerald” is intended to be one of the requirement to accomplish the “Sarjana” at the Faculty of Humanities Manado. The aims of this analysis are to analyze and classify the kind of „anxiety‟ of the major characters in the novel The Great Gatsby. The interactions among the major characters, the characterization of the major characters, including the identification and category of „anxiety‟ are described. In terms of methodology, the combination of two approaches applied namely the intrinsic as well as the extrinsic ones. The concept of „anxiety‟ and its categories including „characters‟, are two concepts representing the extrinsic and the extrinsic ones. The psychological theory about „anxiety‟ by Freud in Minderop (2010) and Davison, Neale and Kring (2012) and also a paradigm by Roberts (1983) are used, to be completed by a descriptive analysis. The data are collected according to „content analysis‟ method. The results of this research show that all major characters tend to have „anxiety disorder‟ reaching this level of abnormality. Nick Carraway has „objective anxiety‟ and categorized in phobia disorder and generalized anxiety disorder, Jay Gatsby has neurotic anxiety and categorized in obsessive compulsive disorder. I.
PENDAHULUAN Secara umum, anxietas merupakan respon alamiah terhadap suatu tekanan atau
ketegangan. Dilihat dari sudut pandang psikologi, Davison, Neale dan Kring (2012) menyatakan bahwa anxietas adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelompok gangguan kejiwaan (neurosis) dalam psikologi abnormal. Istilah anxietas ini pun dapat digunakan untuk menjelaskan tentang sekelompok gangguan yang menurut kategorinya, yaitu: gangguan fobia, gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan pascatrauma. Sesuai dengan pengertiannya di atas, tampaknya anxietas sudah menjadi gelaja umum yang seringkali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas) yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2007, menyatakan prevelensi masalah-masalah depresi dan anxietas sebagai bentuk gangguan 3
psikologi. Dilaporkan bahwa ada kemungkinan lebih dari 11 % dari jumlah total penduduk Indonesia menderita gangguan psikologi ini. Diperkirakan dalam beberapa tahun kemudian, akan ada peningkatan yang signifikan terhadap jumlah penderita gangguan psikologi ini di Indonesia. Karya sastra tidak tertutup kemungkinan bermitra dengan ilmu psikologi dengan melihat aspek kejiwaan tokoh-tokoh yang dapat dilihat dari perkataan atau perbuatan para tokoh tersebut dalam teks drama dan prosa. Terhubung dengan pernyataan di atas, Aristotle di dalam Danziger dan Johnson (1961) mengemukakan bahwa ada keterkaitan antara kehidupan dan kesusastraan jelas terlihat dalam teori mimetik Aristotles bahwa literatur sebagai bentuk imitasi yang dapat dikenali sebagai suatu cara peniruan kembali atau penciptaan kembali pengalaman-pengalaman kehidupan di dalam kata-kata dalam tulisan. Novel The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald adalah sebuah novel yang diciptakan pada era kejayaan Amerika yang dikenal dengan era Golden Twenties. Menurut The Boeard of Library (1998), novel The Great Gatsby adalah sebuah novel klasik terbaik yang menduduki peringkat kedua teratas. Di samping itu, dalam novel tersebut, Fitzgerald menampilkan masalah-masalah psikologis yang dihadapi para tokoh utama sebagai bentuk fenomena psikologi abnormal. Penulis memilih psikologi sebagai area studi dan menganalisis psikologis tokohtokoh utama dalam novel The Great Gastby karya F. Scott Fitzgerald sebagai objek penelitian karena mempelajari kejiwaan manusia membantu penulis untuk bertindak, membentuk hubungan dan memahami kejiwaan orang lain. Kemudian, alasan penulis memilih judul “Anxietas tokoh-tokoh utama dalam novel The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald”, karena anxietas adalah salah satu jenis gangguan kejiwaan (neurosis) yang sekarang ini merupakan topik yang hangat dibicarakan, dan melalui proses menyimak yang penulis lakukan di perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi, ada beberapa penelitian mengenai psikologi abnormal tetapi tidak mengklasifikasi penelitianpenelitian tersebut ke dalam topik yang spesifik seperti gangguan kejiwaan (neurosis) atau lebih spesifik lagi yaitu anxietas.
4
Sebagai tambahan, penulis memilih untuk menganalisis karya sastra Fitzgerald, karena di dalam karya-karya sastra miliknya, Fitzgerald selalu memunculkan fenomenafenomena psikologis yang menarik untuk diteliti, seperti halnya dalam Curious Case of Benjamin Button (1896) dan Bernice Bobs Her Hair (1920). Dan juga, beberapa karya sastra Fitzgerald sudah diapresiasi ke dalam versi film. Kedua hal tersebut membantu penulis untuk memahami secara mendalam tentang novel The Great Gastby dan berkonsentrasi pada masalah-masalah psikologis yang ada di dalamnya. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi jenis anxietas yang terefleksi pada tokoh-tokoh utama dalam novel The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald.
II.
KERANGKA TEORI Paradigma Roberts (1983) digunakan untuk menganalisis perwatakan tokoh:
(1). Apa yang dikatakan tokoh-tokoh tersebut tentang dirinya; (2). Apa yang dilakukan tokoh-tokoh tersebut; (3). Apa yang dikatakan oleh tokoh-tokoh lain terhadap mereka; (4). Apa yang dikatakan oleh pengarang terhadap tokoh-tokoh tersebut, baik sebagai pengisah atau peninjau tindakan tokoh-tokohnya. Analisis unsur intrinsik yaitu anxietas, digunakan teori Freud dalam Minderop (2010) yang membagi anxietas ke dalam dua jenis, yaitu: anxietas objektif (objective anxiety) merupakan respon realistis terhadap bahaya dalam seatu lingkungan (kondisi rasa takut), dan anxietas neurotik (neurotic anxiety) merupakan jenis anxietas yang berasal dari konflik alam bawah sadar, karena penderita tidak menyadari alasan dari anxietas tersebut. Dalam hubungannya dengan teori anxietas yang dikemukakan Freud dalam Minderop (2010), Davison, Neale and Kring (2012) mendukung teori anxietas tersebut dengan mengklasifikasikan anxietas ke dalam beberapa bagian, yaitu: a) Fobia merupakan ketakutan dan penolakan terhadap objek atau situasi yang tidak mengandung bahaya yang sesungguhnya. Fobia dibedakan menjadi 2 bagian yaitu: 5
-
Fobia Spesifik merupakan ketakutan yang beralasan yang disebabkan oleh kehadiran atau antisipasi atau situasi spesifik. Misalnya ketakutan terhadap lingkungan alami seperti ketinggian. Orang yang takut terhadap ketinggian ataupun melakukan penghindaran terhadap ketinggian diklasifikasikan sebagai fobia spesifik.
-
Fobia Sosial merupakan ketakutan menetap dan tidak rasional yang umumnya berkaitan dengan keberadaan orang lain. Fobia sosial umumnya bermula di masa remaja dan menghambat pembentukan hubungan persahabatan dengan teman sebaya. Individu yang menderita fobia sosial biasanya mencoba menghindari situasi dimana ia mungkin dinilai dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan dan berperilaku memalukan.
b) Gangguan Panik merupakan serangan mendadak dan seringkali tidak dapat dijelaskan dalam bentuk serangkaian simtom yang tidak mengenakkan, seperti kesulitan bernapas, jantung berdebar, mual, nyeri dada, merasa seperti tersedak dan tercekik, pusing, berkeringat dan gemetar serta kecemasan yang sangat dalam seperti terror dan merasa seolah akan mati. c)
Gangguan Anxietas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder) merupakan kecemasan yang berlebihan, terus menerus secara kronis dan bersifat menyeruluh, seringkali tentang hal-hal kecil serta sulit untuk dikendalikan. Gangguan Anxietas Menyeluruh umumnya mulai dialami pada pertengahan masa remaja. Individu yang menderita Gangguan Anxietas Menyeluruh akan selalu merasa cemas, tegang dan sangat mudah lelah.
d) Gangguan Obsesif-Kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder) merupakan suatu gangguan anxietas di mana pikiran dipenuhi dengan pikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan dan individu dipaksa untuk terus menerus mengulang tindakan tersebut. Obsesi adalah pikiran, ide atau citra yang muncul dengan sendirinya serta tidak dapat dikendalikan. Kompulsi adalah perilaku atau tindakan mental repetitif yang mana seseorang merasa didorong untuk melakukannya dengan tujuan untuk
6
mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh pikiran-pikiran obsesif atau untuk mencegah terjadinya suatu bencana.
III.
METODE PENELITIAN
Ada tiga langkah penulis lakukan dalam metodologi penelitian ini, yaitu: a. Persiapan Penulis membaca novel The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald sebagai data primer untuk memahani keseluruhan cerita untuk menjawab masalah-masalah dalam perumusan masalah, dan Penulis juga membaca beberapa referensi yang terkait dengan topik penelitian dalam „anxietas‟ sebagai bagian dari gangguan kejiwaan (neurosis) di dalam abnormal psikologi. b. Pengumpulan Data Di dalam pengumpulan data, penulis melakukan beberapa kegiatan, termasuk didalamnya adalah sebagai berikut: -
Mengidentifikasi dan mengklasifikasi data-data dari novel The Great Gatsby by F. Scott Fitzgerald, terutama terhadap tokoh-tokoh utama termasuk interaksi para tokoh utama tersebut dengan tokoh-tokoh penunjang dalam novel.
-
Memilih bagian atau kutipan-kutipan dari dalam novel yang berhubungan dengan topic penelitian yaitu „anxietas‟ tokoh-tokoh utama dalam novel The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald.
c. Analisis Data Di dalam analisis data, penulis menggunakan metode deskriptif dalam penyusunan penelitian ini. Secara spesifik, penulis menggunakan pendekatan tekstual yang dibagi kedalam pendekatan intrinsic dan ekstrinsik untuk menganalisis data seperti yang dikemukakan Endraswara (2013) dalam menentukan psikologi tokoh. Secara intrinsik, penelitian ditekankan pada analisis tokoh sesuai dengan paradigm Roberts (1983) dan mempertimbangkan konflik-konflik tokoh-tokoh. Secara ekstrinsik, untuk menganalisis anxietas tokoh-tokoh utama dalam novel The Great Gatsby, penulis akan menggunakan
7
teori anxietas yang dikemukakan Freud (1856), teori neurosis Horney (1942) dan teori pendukung yang dikemukakan oleh Davison, Neale and Kring (2012) dalam mengklasifikasikan anxietas para tokoh utama. IV.
1
PEMBAHASAN
Tokoh Utama Nick Carraway
1.1
Karakterisasi Tokoh Utama Nick Carraway
Rasa penasaran dan sifat curiga Nick Carraway terhadap Jay Gatsby dapat dilihat dari kutipan berikut: I would have accepted without question the information that Gatsby sprang from the swamps of Louisiana or from the lower East Side of New York. That was comprehensible. But young man didn‟t – at least in my provincial inexperience I belived they didn‟t – drift coolly out of nowhere and buy a palace on Long Island Sound. (Fitzgerald in Wordsworth Classic, 1993 : 32) Melalui kutipan di atas, diungkapkan bahwa Nick marasa penasaran terhadap Jay Gatsby dan ingin lebih mengetahui latar belakang kehidupan Gatsby, seorang pria kaya yang suka mengadakan pesta-pesta besar serta memiliki rumah mewah di West Egg. 2.2
Identifikasi dan Klasifikasi Anxietas Tokoh Nick Carraway Rasa penasaran Nick Carraway pada Gatsby kian tak bisa dihindarinya. Diiringi
dengan informasi-informasi kehidupan Jay Gatsby yang diperolehnya, memaksa Nick memperhatikan dan menyidik setiap tindakan yang dilakukan Gatsby pada saat pesta sedang berlangsung. Semakin diperhatikannya sosok Gatsby, Ia semakin terikat dalam pesona Gatsby yang menurutnya tidak ada sesuatu yang terlihat jahat dan menyeramkan dari sosok Gatsby dan bahkan semua tentang Gatsby terlihat semakin baik seiring dengan meningkatnya rasa kegembiraan persaudaraan yang Nick rasakan kepada Gatsby. “…………my eyes fell on Gatsby, standing alone on the marble steps and looking from one group to another with approving eyes. His tanned skin was drawn 8
attractively tight on his face and his short hair looked as though it were trimmed everyday. I could see nothing sinister about him. I wondered if the fact that he was not drinking helped to set him off from his guests, for it seemed to me that he grew more correct as the fraternal hilarity increased. (Fitzgerald in Wordsworth Classic, 1993 : 32). Setelah bertemu Gastby, Nick semakin tidak bisa menghentikan dirinya untuk terus ingin mengetahui sosok Gatsby. Keingintahuannya terhadap Gatsby ini membuatnya semakin mengagumi dan mempercayai Gastby. Nick Carraway mulai menyempatkan dirinya membaca semua nama tamu yang pernah datang ke pesta Gastby. “………. the names of those who came to Gatsby‟s house that summer. It is an old tametable now, disintergarting at its folds, and headed, „This schedule ineffect July 5th, 1992‟. But I can still read the grey names, and they will give you a better impression than my generalities of those who accepted Gatsby‟s hospitality and paid him the subtle tribute of knowing nothing whatever about him”. (Fitzgerald in Wordsworth Classic, 1993 : 39) Dari identifikasi perilaku-perilaku tokoh dikaitkan dengan konflik-konflik yang menimbulkan anxietas pada tokoh Nick Carraway di atas, anxietas Nick dapat diidentifikasi sebagai anxietas objektif (objective anxiety) seperti yang dikemukakan Freud dalam Minderop (2010) bahwa anxitas tersebut merupakan respon realistis ketika seseorang merasakan bahaya dalam suatu lingkungan (kondisi sama dengan rasa takut). Sehubungan dengan anxietas objectif (objective anxiety) tokoh utama Nick Carraway seperti yang dikemukakan Freud dalam Minderop (2010), kategori anxietas yang dikemukakan Davison, Neale dan Kring (2011) menyatakan bahwa anxietas tokoh utama Nick Carraway dapat diklasifikasikan dalam fobia dan gangguan anxietas menyeluruh, di mana seringkali tokoh Nick Carraway melakukan penghindaran terhadap situasi tertentu seperti yang dilakukannya terhadap tokoh-tokoh utama Tom dan Daisy Buchanan. Kemudian, anxietas yang diderita Nick Carraway termasuk dalam gangguan anxietas menyeluruh karena secara menyeluruh dan tidak terkendali, Nick Carraway terobsesi terhadap Gastby sampai pada informasi terkecil kehidupan Gatsby yang seringkali mengarahkannya pada anxietas yang tak terkendali untuk mengetahui kehidupan Gatsby.
9
2
Tokoh Utama Jay Gatsby 2.1
Karakterisasi Tokoh Utama Jay Gatsby Jay Gastby adalah seorang yang memiliki ambisi yang kuat. Ambisi Gatsby
tersebut dapat dilihat pada pernyataannya dalam kutipan berikut: “……… well, there I was,‟ way of my ambitions, getting deeper in love every minute, and all of a sudden I din‟t care”. (Fitzgerald in Wordsworth Classic, 1993 : 95). Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Gatsby adalah seorang ambisius. Ambisi Gatsby akan cintanya terhadap Daisy membuatnya menjadi seorang yang tidak peduli dan tidak pandang bulu dalam pemenuhan ambisinya tersebut. Tokoh Nick Carraway menilai Jay Gatsby sebagai pria kaya yang formal dan sopan. Keformalan sikap yang dimiliki Jay Gatsby dapat dilihat dalam kutipan berikut: “……..Saturday morning with a surprisingly formal not his (Gastby) employer: the honour would be entirely Gatsby‟s, it said, if I would attent his „little party‟ that night. He had seen me several times and had intented to call on me long before, but a peculiar combination of circumtances had prevented it- signed Jay Gatsby, in a majestic hand. (Fitzgerald in Wordsworth Classic, 1993 :27) Dari kutipan di atas, dapat dilihat sikap formal Jay Gatsby, ketika mengundang Nick Carraway melalui sebuah surat undangan yang resmi dengan kata-kata yang sopan serta tambahan tanda tangan Gatsby yang menunjukkan keabsahan surat undangannya tersebut. Nick Carraway selanjutnya mengatakan bahwa Jay Gatsby adalah seorang pemimpi, seperti yang tergambar dalam kutipan berikut: “………. He must have felt that he has lost the old warm world, paid a gigh price for living too long with a single dream. (Fitzgerald in Wordsworth Classic, 1993 : 103). Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Gatsby merupakan seorang pemimpi yang selama hidupnya hanya memiliki satu tujuan pemenuhan mimpinya, yaitu mimpi untuk memiliki cinta masa lalunya, Daisy.
10
2.2 Identifikasi dan Klasifikasi Anxietas Tokoh Jay Gatsby Jay Gastby mencintai Daisy, seorang gadis cantik di masa lalu yang membuat Gatsby jatuh hati akan kebaikan dan kecantikannya serta banyaknya lelaki yang mencintai Daisy membuat Gatsby menjadi lebih tertarik pada gadis itu. “ She was the first „nice girl‟ he had ever know………. He found her excitingly desirable………… It excited him, too, that many men had already loved Daisy – it increased her value in his eyes”. (Fitzgerald in Wordsworth Classic, 1993 :94) Cinta dan ambisi Gatsby tidak berakhir karena keterpisahannya dengan Daisy, namun Gatsby tetap mencari Daisy hingga di Louisiana dan mengunjungi semua tempat yang biasa mereka kunjungi, dan ia tidak menemukan Daisy. Gatsby tidak bisa melupakan Daisy, hingga suatu ketika ia bertemu dengan Mr Wolfshiem yang memberikannya pekerjaan dan membentuk Gatsby dengan kapasitas yang dimilikinya menjadi seorang yang kaya raya. Dengan kejayaan yang dimiliki Gatsby, ia kembali mencari Daisy. Selama bertahun-tahun Gatsby membaca koran Chicago untuk mendapatkan kesempatan untuk melihat nama Daisy dan mencari mengumpulkan semua informasi dalam kliping-kliping tentang Daisy. “………. He says he‟s read Chicago newspapers for years just on the change of of catching a glimpse of Daisy‟s name”. (Fitzgerald in Wordsworth Classic, 1993 :51) “Look at this,‟ said Gatsby quickly. „Here‟s a lot of clippings – about you”. (Fitzgerald in Wordsworth Classic, 1993 :95) Tidak hanya itu, Gatsby juga membeli rumah besar di West Egg agar jaraknya lebih dekat dengan Daisy. “Gatsby bought that house so that Daisy would be just across the bay”. (Fitzgerald in Wordsworth Classic, 1993 :51) Pesta-pesta besar yang sering diadakan Gastby di rumahnya merupakan pesta yang dilakukannya untuk Daisy, dan berharap jika suatu hari Daisy akan datang ke salah satu pesta Gastby. “………….he half expected her to wander into one of his parties, some night,‟ went on Jordan,‟ but she never did. Then he began asking people casually if they know her,……….” (Fitzgerald in Wordsworth Classic, 1993 :51) 11
Jay Gastby dapat diidentifikasi Jay Gatsby ke dalam kecemasan neurotik (neurotic anxiety) seperti yang dinyatakan Freud dalam Minderop (2010) bahwa kecemasan tersebut berasal dari konflik bawah sadar (id) karena konflik tersebut tidak disadari dan dipahami pelaku gangguan kejiwaan tersebut alasan mengapa ia merasakan anxietas. kemudian, anxietas yang terjadi pada tokoh utama Jay Gastby yang terefleksi melalui perilaku-perilakunya di atas, dapat diklasifikasikan bahwa anxietas tokoh utama Jay Gatsby termasuk dalam gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik, seperti yang dikemukakan oleh Davison, Neale dan Kring (2011) bahwa gangguan obsesif kompulsif adalah seatu gangguan anxietas di mana pikiran dipenuhi oleh pikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan dan individu dengan jenis gangguan anxietas ini, dipaksa untuk terus-menerus melakukan tindakan tersebut. Selanjutnya, gangguan panik adalah serangan mendadak dan seringkali tidak dapat dijelaskan dalam bentuk serangkaian simtom yang tidak mengenakkan, seperti: kesulitan bernafas, jantung berdebar, mual, nyeri dada, merasa seperti tersedak dan tercekik, pusing, berkeringan dan gemetar, serta kecemasan yang sangat dalam seperti terror dan merasa seolah akan mati. Pemahaman Freud dalam Minderop (2010) dan Davison, Neale dan Kring (2011) tentang anxietas neurotik dan kategori anxietas di atas, dapat terlihat dari bentuk-bentuk anxietas tokoh utama Jay Gastby, yang di mana Gatsby terobsesi pada Daisy, hingga membuat Gatsby melakukan tindakan-tindakan yang tak terkendali untuk menemukan dan memiliki Daisy dan hal tersebut tidak disadari Jay Gatsby, semuanya dialaskan atas dasar cintanya kepada Daisy. Di dalam pemenuhan obsesi tersebut pula Gatsby merasakan gangguan kepanikan dalam dirinya dan seringkali dalam bentuk gemetar dan gerakangerakan kecil pada tangan dan kakinya.
12
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Tokoh utama Nick Carraway diidentifikasi ke dalam anxietas objektif (objective anxiety) dan diklasifikasikan ke dalam kategori gangguan anxietas fobia dan gangguan anxietas menyeluruh. b. Tokoh utama Jay Gatsby diidentifikasi ke dalam anxietas neurotik (neurotic anxiety) dan diklasifikasikan dalam kategori anxietas, yaitu: gangguan obsesif-kompulsif.
2. Saran Saran-saran yang dapat penulis kemukakan sehubungan dengan penulisan karya ini adalah sebagai berikut: a. Obsesi adalah suatu hal yang wajar dalam setiap kehidupan manusia. Dengan obsesi, kita menjadi terdorong untuk mencapai setiap tujuan yang akan kita capai, namun hendaklah obsesi tersebut harus dikendalikan dan diarahkan dan disesuaikan pada proporsi yang sesuai. b. Janganlah menjadi terobsesi akan suatu hal yang merugikan seperti obsesi yang ditunjukkan oleh tokoh utama Jay Gastby yang tak terkendali dan dengan melakukan segala cara sehingga menimbulkan anxietas terhadap dirinya sendiri bahkan terhadap tokoh-tokoh lainnya.
13
DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. 2013. Konseling Kesehatan Mental. Bandung: CV Yrama Widya. Atkinson dalam Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Danziger, M, K and Johnson, W, S. 1961. An Introduction to Literary Criticism. United States of America: Boston. D. C. Health and Company. Davison, Gerald C, Neale, John M., Kring, Ann M. 2012. Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajawali Pers. Penerjemah: Noermalasari Fajar. Downing, Elizabeth. 2009. Top 10 Short Stories by F. Scott Fitzgerald. Available: http://www.toptenz.net/10-ten-short-stories-f-scott-fitzgerald.php Endraswara, Suwardi. 2013. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta : CAPS (Center for Academic Publishing Service). Fitzgerald, F.S. dalam Wordsworth Classic. 1993. The Great Gatsby. Wordsworth Editions Limited. Langenderfer , Gretchen 1999. Karen Horney (1885 - 1952). Available: http://www.muskingum.edu/~psych/psycweb/history/horney.htm Midfilder, Faisal. 2011. Definition Language According to Experts. Available: http://schoolash.blogspot.com/2011/12/definition-language-according-to Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Roberts, Edgard. 1983. Writing Theme About Literature. New Jersey: Englewood. Prentice-Hall, Inc. Sapir, Edward. 1921. Language: An Introduction to the Study of Speech. Available: http://www.bartleby.com/186/11.html Saselah, Thresye. 2007. “Perilaku Abnormal Dan Akibatnya Dalam Novel The Collector Karya John Fowles: Suatu Analisis Psychology Sastra”. Skripsi. Manado: Fakultas Sastra. Universitas Sam Ratulangi. Syuropati, Muhammad. 2011. 5 Teori Sastra Kontemporer dan 13 Tokohnya. Yogyakarta: Karanglo 05 Tamanan Banguntapan Bantui
14
Tiolemba, Melissa. 2013. “Keberanian Dalam Novel To Kill A Mockingbird Karya Harper Lee”. Skripsi. Manado: Fakultas Sastra. Universitas Sam Ratulangi. Tulung, Golda. 1993. “Ambisi Dalam Drama Medea dan Macbeth” Skripsi. Manado : Fakultas Sastra. Universitas Sam Ratulangi. Wali, Reza. 2008. “Perilaku Kekerasan Dalam Novel Wuthering Heightss Karya Emily Bronte: Suatu Analisis Psikologi Sastra” Skripsi. Manado : Fakultas Sastra. Universitas Sam Ratulangi. Wellek and Warren. 1949. Theory of Literature. New York: Harcourt, Brace and Company Widjayanty, Diah. 2004. “Jay Gatsby Dan Tom Buchanan Dalam Karya F.Scott Fizgerald The Great Gatsby: Study Perbandingan”. Skripsi. Manado: Fakultas Sastra. Universitas Sam Ratulangi. Wiranta, Sudjana 2012. Sastra dan psikologi. Available: http://sudjanaaja.blogspot.com/2012/04/sastra-dan-psikologi.html
15