ANALISIS RASIO KETEBALAN GERAM PADA PROSES PEMBUBUTAN
Samuel Lepar1), Rudy Poeng2), I Nyoman Gede3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil dari analisis rasio ketebalan geram pada proses pembubutan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh terhadap rasio ketebalan geram proses pembubutan dengan memvariasikan kecepatan potong dan menggunakan kedalaman potong yang berbeda. Untuk mengetahui pengaruh terhadap rasio ketebalan geram diperlukan pengujian proses pembubutan pada beberapa benda kerja dengan jenis material yang sama dan kondisi pemotongan yang berbeda. Hasil penelitian ini, bahwa pengaruh kecepatan potong yang tinggi rasio ketebalan geram akan menurun, sedangkan pengaruh kedalaman potong yang besar rasio ketebalan geram akan meningkat. Dan dengan tingkat kepercayaan 95 % variasi kecepatan potong akan memberikan pengaruh terhadap rasio ketebalan geram pada proses pembubutan baik kedalaman potong 0,25 mm maupun kedalaman potong 1,00 mm. Kata kunci: Bubut
Rasio Ketebalan Geram, Kecepatan Potong, Kedalaman Potong, Proses
ABSTRACT The purpose of this research is to analyze the ratio of the snarled thickness on a lathe machine. The problem of this research is how the influence of the snarled thickness ratio on turning process with varying cutting speed and different cutting depth. Some tests on the turning process on a number of work pieces with same material type and different cutting condition is cerried out. The result shown that higher cutting speed make snarled thickness ratio weaken, while the larger cutting depth make snarled thickness ratio increased. With a 95% confidence level variation of cutting speed will influence to snarled thickness ratio on turning process either 0.25 mm of cutting depth or 1.00 mm of cutting depth Keywords: Snarled thickness ratio, cutting speed, cutting depth, turning process
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2
171
I.
dengan ketelitian tinggi dari proses
PENDAHULUAN
pemesinan itu sendiri dapat dilakukan
1.1 Latar Belakang Dalam perkembangannya industri permesinan
penelitian-penelitian
yang nantinya dapat digunakan sebagai
menjadi
bahan pertimbangan dalam menentukan
suatu produk yang siap pakai. Pada saat
proses produksi. Salah satunya adalah
ini telah banyak pembuatan komponen-
mekanisme
komponen dari suatu mesin yang dibuat
mengenai rasio ketebalan geram, selain
dengan
dipengaruhi oleh jenis proses pemesinan
pengolahan
salah
macam
satu
alternatif
merupakan
berbagai
logam
menggunakan
mesin-mesin
pembentukkan
digunakan
juga
geram
perkakas, baik konvensional maupun non
yang
merupakan
konvensional, namun saat ini masih
karakteristik material benda kerja.
banyak perusahaan yang menggunakan mesin
perkakas
konvensional.
Oleh
karena itu untuk menghasilkan produk
I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
dengan hasil yang maksimal dan dengan
permasalahan yang diuraikan di atas,
biaya
untuk
maka permasalahan dalam penelitian ini
meningkatkan efisien dengan ketelitian
adalah bagaimana pengaruh terhadap
dan produktifitas yang tinggi.
rasio ketebalan geram proses pembubutan
ekonomis,
Dalam
dituntut
melakukan
pembuatan
dengan memvariasikan kecepatan potong
produk atau benda kerja banyak proses
dan menggunakan kedalaman potong
yang harus dilalui dengan menggunakan
yang berbeda.
berbagai macam mesin perkakas, salah satunya (turning).
adalah
proses
pembubutan
1.3 Tujuan Penelitian
Pada
proses
pembubutan
1. Melakukan perhitungan pemotongan
banyak faktor-faktor atau parameter yang
untuk
mempengaruhi hasil dari proses tersebut,
kecepatan
selain
potong proses pembubutan terhadap
itu
penanganan
terhadap
pembuatan benda kerja harus cermat dan teliti
sehingga
dapat
mengurangi
kesalahan dalam proses produksi. Dalam persaingan yang semakin ketat untuk memproduksi benda kerja
mendapatkan potong
dan
pengaruh kedalaman
rasio ketebalan geram. 2. Melakukan mendapatkan
analisis
varians
pengaruh
untuk variasi
kecepatan potong proses pembubutan terhadap rasio ketebalan geram
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2
172
1.4 Batasan Masalah
konsep ketelitian dan ketepatan mulai
1. Penelitian dilakukan sesuai dengan
dianut
karena
komponen
mesin
batas kemampuan dari mesin yang
memerlukan ketelitian (ketidaksalahan)
digunakan, yaitu menggunakan mesin
dan ketepatan (keterulangan) pembuatan
bubut KNUTH DM 1000 A. yang ada
yang tinggi. Dalam perkembangannya,
di
sesuai
Laboratorium
manufaktur
dan
dengan
kemajuan
teknologi
Otomasi Teknik Mesin Universitas
pembuatan komponen logam yang lain,
Sam Ratulangi (UNSRAT).
proses pemesinan sampai saat ini masih
2. Proses pembubutan yang dilakukan
tetap merupakan proses yang paling
adalah proses bubut silindris dengan
banyak digunakan (60% sampai dengan
menggunakan material baja poros S
80%) di dalam membuat suatu mesin
45 C sebagai benda kerja uji.
yang komplit. Dengan demikian, tidaklah
3. Proses
pembubutan
menggunakan
mengherankan jikalau sampai saat ini
sistem pemotongan tegak dengan
berbagai
tanpa menggunakan cairan pendingin,
pemesinan tetap dilakukan dengan tujuan
dan pahat potong jenis karbida.
antara lain untuk: (Rochim, 2007)
4. Kondisi pemotongan dilakukan pada
penelitian
mengenai
proses
Lebih mengetahui mekanisme proses
tiga putaran dan dua kedalaman
pemotongan
potong yang berbeda dengan gerak
pahat yang akan merupakan teori
makan tetap.
dasar
5. Alat pengukuran tebal geram sesudah terpotong
menggunakan
jangka
dengan
untuk
menggunakan
pengembangan
selanjutnya
sorong.
Mengetahui sifat kemudahan untuk dipotong (sifat ketermesinan) dari berbagai jenis logam yang relatif
II.
LANDASAN TEORI
cepat perkembangannya
2.1 Pengertian Pemotongan Logam
Secara teknis proses pemesinan mulai
dilakukan
diperkenalkan Wilkinson
pada
orang
mesin tahun
oleh
1775
yang
material/bahan
yang
digunakan sebagai pahat yang lebih
sejak
koter
Menemukan
baik sehingga menaikkan efisiensi pemesinan, dan
Mengetahui
lebih
jauh
hubungan
digunakan untuk membuat komponen
antara
mesin-uapnya James Watt. Pada saat itu
pemotongan yang akan menjadi dasar
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2
beberapa
variabel
proses
173
pengembangan
perancangan/desain
Geram yang kontinyu mempersulit
mesin perkakas maupun untuk menuju
pembuangannya
dan
kadangkala
ke perencanaan proses pemesinan
dapat
yang optimum.
Karena telah mengalami regangan
membahayakan
operator.
(strain) yang tinggi, geram akan lebih 2.2
Mekanisme Pembentukan Geram
2.2.1 Jenis-Jenis Geram
keras daripada benda kerjanya, dan juga sangat tajam serta mempunyai
Geram atau chip, adalah logam atau metal yang terpotong dari benda
temperatur yang relatif tinggi. 2. Geram Tidak Kontinyu
kerja oleh karena adanya gerak utama dan
Geram
tak
kontinyu
umumnya
gerak potong pada mesin-mesin perkakas.
terbentuk dalam proses pemesinan
Benda kerja dipasangkan pada mesin
dengan benda kerja
perkakas dan pahat pemotongnya diatur
(brittle, sebagaimana besi tuang).
sedemikian rupa sehingga mempunyai
Geram tersebut mendekati bentuk
dalamnya pemotongan tertentu. Pahat
serpihan atau bahkan dapat berupa
pemotong akan bergerak secara berlahan
serbuk,
lahan karena adanya gaya potong dan saat
mempermudah pembuangannya dari
hendak mengenai pada benda kerjanya,
lokasi
maka akan terjadi gaya yang mendorong
perkakas yang digunakan
yang rapuh
dengan
pemotongan
demikian
atau
mesin
juga secara berlahan lahan, baru akan mempunyai kecepatan maksiimum saat setelah lapisan terluar dari benda kerjanya terpotong. Bentuk jenis geram yang terjadi pada
proses
menggunakan
pemotongan mesin
perkakas
dengan dapat
Gambar 2.1 Berbagai bentuk geram hasil
dibedakan atas: (Rochim, 2007)
pemotongan (Rochim, 2007)
1. Geram Kontinyu Pada
umumnya
2.2.2 benda
kerja
Mekanisme Pada
mulanya
diperkirakan
mempunyai sifat ulet (ductile, seperti
bahwa
halnya berbagai jenis baja) dan geram
retak rambut (micro crack) yang timbul
yang dihasilkan berbentuk kontinyu.
pada benda kerja tepat diujung pahat pada
geram terbentuk karena adanya
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2
174
saat
pemotongan
bertambahnya
dimulai.
Ratio ketebalan geram merupakan
kedepan
perbandingan geram sesudah terpotong
sehingga terjadilah geram, lihat Gambar
( hc ) dengan geram sebelum terpotong
2.2a,
sudah
( h ). Oleh sebab itu, kenyataannya dalam
berbagai
praktek hc h . Jadi, seolah-olah geram
tersebut
menjalar
Anggapan ini
sekarang
ditinggalkan berkat penelitian
pahat,
2.3 Rasio Ketebalan Geram
retak
rambut
tekanan
Dengan
hasil
didalam
mekanisme
mempelajari
pembentukan
dimampatkan.
geram.
h
Logam yang pada umumnya bersifat ulet (ductile) apabila mendapat tekanan akan timbul tegangan (stress) didaerah sekitar konsentrasi gaya penekanan dari pahat. Tegangan pada logam tersebut
mempunyai
(benda kerja) orientasi
yang
kompleks dan pada salah satu arah akan
Dalam
maksimum.
geser
ini
Apabila tegangan
melebihi kekuatan
logam
yang bersangkutan maka akan
terjadi
setiap
keadaan
pada
proses
pemesinan menginginkan h yang sekecil mungkin (mendekati satu) karena dapat memberikan keuntungan bertahap sebagai berikut: 4
terjadi tegangan geser (shearing stress) yang
hc 1 .............................(2.1) h
o= -10
3
h
o= 10
2
1
60
120
180
240
300
360
v ; m / min
deformasi plastis (perubahan bentuk) yang
menggeser
dan
memutuskan
material benda kerja diujung pahat pada suatu bidang geser (shear plane), lihat Gambar 2.2b.
Gambar 2.3 Pengaruh kecepatan potong terhadap rasio ketebalan geram (Rochim, 2007)
1. Rasio
Pahat
besar
akan
potong
Fv
kecil
akan
Pahat
menurunkan temperatur dan daya
Sudut geser
Benda-kerja
geser
menurunkan gayapotong Fv
b. Teori yang dianut
3. Gaya
Retak yang menjalar
kecil,
menaikkan sudut geser 2. Sudut
a. Teori usang
geram h
ketebalan
Benda-kerja
pemotongan.
Gambar 2.2 Teori pembentukkan geram (Rochim, 2007)
2.4 Mesin Bubut
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2
175
Mesin bubut adalah suatu mesin perkakas
yang
digunakan
untuk
memotong benda kerja yang berputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat Gambar 2.4 Mesin bubut KNUTH DM 1000 A
yang digerakkan secara translasi sejajar
di Laboratorium Manufaktur dan Otomasi Teknik
dengan sumbu putar dari benda kerja.
Mesin Universitas Sam Ratulangi
Gerakan putar dari benda kerja disebut
Persamaan kecepatan potong pada proses
gerak
bubut, yaitu:
potong
relatif
dan
gerakkan
translasi dari pahat disebut gerak umpan. Dengan
mengatur
kecepatan
rotasi
v
perbandingan
benda
kerja
dan
.d o .n 1000
(m/menit)…………(2.2)
Dimana,
kecepatan translasi pahat maka akan
d o = Diameter benda kerja (mm)
diperoleh berbagai macam ulir dengan
n = Putaran (rpm)
ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menghubungkan poros
III.
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
spindel dengan poros ulir.
Tempat pelaksanaan penelitian ini
Mesin bubut terdiri dari meja dan
dilakukan
di
Laboratorium
Teknik
kepala tetap. Pada kepala tetap terdapat
Manufaktur dan Otomasi Teknik mesin
roda-roda gigi transmisi penukar putaran
Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT).
yang akan memutar poros spindel. Poros
Dan
spindel
Pemotongan dari 25 September Sampai
akan
memutar
benda
kerja
waktu
pelaksanaan
Pengujian
melalui pencekam. Eretan utama akan
25
bergerak
pengujian laporan dari 10 juni Sampai
sepanjang
meja
sambil
membawa eretan lintang, eretan atas dan
November
2014.
Analisis
dan
September 2015
dudukan pahat. Sumber utama dari semua gerakkan listrik.
tersebut
berasal
dari motor
3.2 Bahan dan Peralatan Dalam menggunakan
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2
penelitian baja
poros
S
ini 45
C
176
berdiameter 1 inci, dengan peralatan yang
sesudah terpotong dari hasil pembubutan
digunakan, yaitu:
terhadap 18 benda uji tersebut Untuk
Mesin potong cut-off
dan mesin
setiap
pengukuran
pengambilan
data
bubut
dilakukan 3 kali perlakuan, sehingga akan
Mistar baja dan Jangka sorong.
didapat hasil pengukuran yang optimal. Geram sesudah terpotong dari hasil
3.2 Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan
pengujian pembubutan diperlihatkan pada Gambar 3.2.
metode pengujian, secara sistematis dan struktur pelaksanaannya dengan prosedur penelitian seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.2 Geram hasil pengujian
Data ukuran ketebalan geram sesudah terpotong
hasil
pengujian
seperti
ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data ukuran ketebalan geram hasil pengujian
Gambar 3.1 Prosedur penelitian
3.4 Pengolahan Data 3.4.1 Sumber Data Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer yang langsung didapatkan dari pengujian, yaitu melakukan pembubutan benda uji lalu dilakukan pengukuran ketebalan geram
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2
177
3.4.2 Langkah Pengujian Berikut
ini
adalah
langkah-
langkah dalam melakukan pengujian guna mendapatkan data untuk di analisis :
Pemotongan 18 benda uji dengan menggunakan mesin potong cut-off pada material baja poros S 45 C, dengan ukuran diameter 25 mm dan
Gambar 3.3 Pembubutan benda uji
Geram
sesudah
terpotong
hasil
pembubutan dari pengujian 18 benda uji dilakukan pengukuran dengan
panjang 150 mm.
menggunakan alat ukur jangka sorong.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1
Rata-rata Ketebalan Geram Hasil Pengujian Rata-rata
hasil
pengujian
pengukuran ketebalan geram sesudah Gambar 3.2 Pembuatan benda uji dengan mesin
terpotong dari ketiga variasi putaran dan
potong cut-off
dari kedua kedalaman potong dapat diperlihat pada Tabel 4.1.
Pembubutan
benda
uji
dengan
menggunakan mesin bubut KNUTH
Tabel 4.1 Rata-rata ketebalan geram
DM 1000 A. Kondisi pemotongan
sesudah terpotong
yang dipilih/ditetapkan sesuai dengan kondisi mesin bubut yaitu untuk variasi putaran ( n ) 300, 700 dan 1600 rpm, untuk beda kedalaman potong ( a ) 0,25 dan 1,00 mm, sedangkan gerak makan konstan ( f ) 0,11 mm/r. Setiap kali pembubutan dari 18 benda uji,
geram
hasil
pembubutan
4.1.2
Perhitungan Pemotongan
1. Kecepatan Potong Berdasarkan persamaan (2.2), maka
dikumpulkan sebagai sampel yang
variasi
akan diukur ketebalannya.
ditentukan yaitu:
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2
kecepatan
potong
dapat
178
.d o .n
v
h
1000
4,39
Untuk variasi putaran n = 300 rpm
.(25).(300)
v
o Untuk variasi putaran n = 700
1000
rpm
23,56 m/menit
h
Untuk variasi putaran n = 700 rpm
.(25).(700)
v
1000
o Untuk variasi putaran
n=
1600 rpm
h
Untuk variasi putaran n = 1600
0,11 0,24
2,18
rpm v
0,11 0,38
3,42
54,98 m/menit
0,11 0,48
.(25).(1600)
Rasio
1000
ketebalan
geram
untuk
kedalaman potong 0,25 mm dengan
125,66 m/menit.
variasi putaran 300, 700 dan 1600
2. Rasio Ketebalan Geram
dapat ditabelkan seperti terlihat pada
Berdasarkan persamaan (2.1), dapat
Tabel 4.2.
ditentukan rasio ketebalan geram yaitu:
Tabel 4.2 Rasio ketebalan geram dengan
h
h hc h f sin r tebal geram
Dimana, sebelum
kedalaman potong 0,25 mm
terpotong,
karena
potong utama pahat r = 90
sudut 0
maka
tebal geram sebelum terpotong sama dengan gerak makan ( h f ). Dengan demikian rasio ketebalan geram:
Kedalaman potong a 1,00 mm. o Untuk variasi putaran n = 300
Kedalaman potong a 0,25 mm. o Untuk variasi putaran n = 300 rpm
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2
rpm
h
0,11 0,50
4,58
179
o Untuk variasi putaran n = 700
diperlihatkan pada Gambar 4.1.
rpm
h
kedalaman potong 0,25 mm, seperti
0,11 0,42
3,79 o Untuk variasi putaran
n=
1600 rpm Gambar 4.1 Pengaruh kecepatan potong
0,11 h 0,30
terhadap rasio ketebalan geram untuk kedalaman potong 0,25 mm
2,76 Rasio
ketebalan
geram
untuk
2. Untuk kedalaman Potong 1,00 mm
kedalaman potong 1,00 mm dengan
Data pada Tabel 4.3, dapat diplot
variasi putaran 300, 700 dan 1600
dalam bentuk grafik kecepatan potong
dapat ditabelkan seperti terlihat pada
terhadap rasio ketebalan geram untuk
Tabel 4.3.
kedalaman potong 1,00 mm, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.2.
Tabel 4.3 Rasio ketebalan geram dengan kedalaman potong 1,00 mm
Gambar 4.2 Pengaruh kecepatan potong terhadap rasio ketebalan geram untuk kedalaman potong 1,00 mm
4.2 Hasil Pengolahan Data 4.2.1 Pengaruh
Variasi
Kecepatan
4.2.2
Pengaruh Perbedaan Kedalaman
Potong Terhadap Rasio Ketebalan
Potong Terhadap Rasio Ketebalan
Geram
Geram
1. Untuk kedalaman Potong 0,25 mm
Data pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3
Data pada Tabel 4.2, dapat diplot
digabungkan, dapat diplot dalam bentuk
dalam bentuk grafik kecepatan potong
grafik kecepatan potong terhadap rasio
terhadap rasio ketebalan geram untuk
ketebalan geram untuk kedalaman potong
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2
180
0,25
mm
dan
1,00
mm,
seperti
diperlihatkan pada Gambar 4.3.
Hasil perhitungan anova satu arah rasio ketebalan geram
pada proses
pembubutan untuk kedalaman potong 0,25 mm, dapat dituangkan seperti pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Anova satu arah rasio ketebalan geram Gambar 4.3 Pengaruh kedalaman potong
dengan kedalaman potong 0,25 mm
terhadap rasio ketebalan geram
4.2.3 Analisis Varians Analisis varians dilakukan untuk meneliti apakah variasi kecepatan potong
o Keputusan
mempengaruhi rasio ketebalan geram
Hasil F hitung F tabel ,
pada proses pembubutan. Analisis varians
38,52 5,14 , maka hipotesis awal
yang tepat dalam pengujian ini, yaitu
yang ditolak H 0 , melainkan hipotesis
Anova satu arah. Dimana sebagai respons adalah variasi kecepatan potong dan sebagai ouputnya adalah rasio ketebalan geram dengan dua perbedaan kedalaman
yaitu
alternatif yang diterima H a . o Kesimpulan Karena hasil perbandingan uji F hipotesis awal H 0 yang ditolak dan
potong.
hipotesis alternatif H a yang diterima, 1. Rasio
Ketebalan
Geram
untuk
Kedalaman Potong 0,25 mm Tabel 4.4 Data pengamatan anova satu arah rasio ketebalan geran dengan kedalaman potong 0,25 mm
maka kesimpulannya bahwa variasi kecepatan
potong
memberikan
pengaruh terhadap rasio ketebalan geram
pada
proses
pembubutan
dengan kedalaman potong 0,25 mm
Gambar 4.4 Distribusi F dan daerah tingkat kesalahan rasio ketebalan geran dengan kedalaman potong 0,25 mm
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2
181
2. Rasio
Ketebalan
Geram
untuk
Kedalaman Potong 1,00 mm
hipotesis alternatif H a yang diterima, maka kesimpulannya bahwa variasi kecepatan potong akan memberikan
Tabel 4.6 Data pengamatan anova satu arah rasio ketebalan geran dengan kedalaman
pengaruh terhadap rasio ketebalan geram
potong 1,00 mm
pada
proses
pembubutan
dengan kedalaman potong 1,00 mm.
Hasil perhitungan anova satu arah rasio ketebalan geram
pada proses
pembubutan untuk kedalaman potong
Gambar 4.5 Distribusi F dan daerah tingkat kesalahan rasio ketebalan geran dengan kedalaman potong 1,00 mm
1,00 mm, dapat dituangkan seperti 4.3 Pembahasan
pada Tabel 4.7.
1. Berdasarkan Tabel 4.7 Anova satu arah rasio ketebalan geram
hasil
perhitungan
pemotongan pada pengujian rasio ketebalan geram, bahwa:
dengan kedalaman potong 1,00 mm
Pengaruh kecepatan potong yang tinggi rasio ketebalan geram akan menurun, baik untuk kedalaman potong 0,25 mm dan 1,00 mm. o Keputusan Hasil F hitung F tabel ,
Dengan yaitu
demikian
menurunkan gaya, temperatur dan
10,91 5,14 , maka hipotesis awal
daya
yang ditolak H 0 , melainkan hipotesis
pembubutan.
alternatif yang diterima H a . o Kesimpulan Karena hasil perbandingan uji F hipotesis awal H 0 yang ditolak dan
akan
pemotongan
proses
Pengaruh kedalaman potong yang besar rasio ketebalan geram akan meningkat. Dengan demikian akan mengakibatkan meningkatkan
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2
kecenderungan gaya,
temperatur 182
dan
daya
pemotongan
proses
pembubutan.
1. Proses
pemotongan,
dilakukan
2. Berdasarkan hasil analisis varians
pada
sebaiknya
beberapa
jenis
material dan proses pemesinan lainya,
dengan tingkat kepercayaan 95 %
sehingga
pada pengujian rasio ketebalan geram,
perbandingan
bahwa variasi kecepatan potong akan
pengaruh terhadap rasio ketebalan
memberikan pengaruh terhadap rasio
geram.
ketebalan
geram
pada
dapat atau
diketahui perbedaan
proses
2. Untuk pengembangan penelitian lebih
pembubutan, baik untuk kedalaman
lanjut dianjurkan menggunakan gerak
potong 0,25 mm dan 1,00 mm.
makan yang bervariasi sebagai respon, sehingga dapat diketahui pengaruhnya
V.
terhadap rasio ketebalan geram.
PENUTUP
3. Dapat
5.1 Kesimpulan
dilakukan
komparasi
Berdasarkan perhitungan pemotongan,
perbandingan
bahwa pengaruh kecepatan potong yang
menggunakan cairan pendingin ketika
tinggi
melakukan pembubutan.
rasio
menurun.
ketebalan Sedangkan
geram
akan
dengan
dan
atau tanpa
pengaruh
kedalaman potong yang besar rasio
DAFTAR PUSTAKA
ketebalan geram akan meningkat. Arifin, S. 1993, Alat Ukur dan Mesin Berdasarkan hasil analisis varians dengan tingkat kepercayaan 95 %, bahwa variasi kecepatan
potong
akan
memberikan
pengaruh terhadap rasio ketebalan geram pada proses pembubutan baik untuk kedalaman potong 0,25 mm maupun 1,00 mm.
Perkakas. Ghalia Indonesia, Jakarta. Harinaldi, 2002. Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains, Erlangga, Jakarta.. Priambodo, B. 1981. Teknologi Mekanik, Erlangga Jakarta. Rochim, T. 2007. Klasifikasi Proses Gaya dan Daya Pemesinan, Institut
5.2 Saran
Teknologi Bandung.
Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 2
183