ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS DI KELAS XI SMA Oleh: Rasman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
[email protected] ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan majas yang digunakan dalm novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, (2) mendeskripsikan keefektifan majas dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan (3) mendreskripsikan relevansi penggunaan majas novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dengan pembelajaran menulis khususnya di XI SMA. Teknik analisis isi adalah sebuah strategi penelitian dari pada sekadar sebuah metode analisis teks tunggal (Gazalli, 2009:94). Artinya, penulis membahas dan mengkaji novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata berdasarkan majas. Hasil penelitian ini adalah (1) majas yang digunakan dalam novel Sang Pemimpi (a) majas perbandingan, (b) majas perulangan, (c) majas pertentangan, (d) majas penegasan; (2) Keefektifan majas dalam dalam novel Sang Pemimpi dapat memperindah karya sastra dan juga mengajak pembacanya untuk berimajinasi membayangkan keadaan dalam novel atau ikut merasakan keadaan cerita dalam novel; (3) Relevansi penggunaan majas dalam novel Sang Pemimpi sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA dengan pembelajaran menulis terdapat pada aspek kebahasaan dan keefektifan majas dalam novel tersebut. Kata kunci: analisis majas, novel Sang Pemimpi, pembelajaran di SMA PENDAHULUAN
Alasan penulis memilih penelitianmajas karena dalam
novel Sang
Pemimpi diketahui banyak terdapat majas yang digunakan pengarang yang dapat di jadikan bahan pembelajaran menulis oleh siswa untuk memperindah hasil tulisanya dan siswa dapat menggunakan kosakata baru dalm menulis cerpen. Masalah yng dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Majas apa saja yang digunakan oleh Andrea Hirata dalam novel Sang Pemimpi? (2) Bagaimana keefektifan majas dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? (3) Bagaimanakah relevansi penggunaan majas novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dengan pembelajaran sastra khususnya pada pembelajaran menulis di kelas XI SMA?
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1)Mendeskripsikan majas yang digunakan dalam novel Sang Pemimpi. (2)Mendeskripsikan keefektifan majas
dalam
novel
Sang
Pemimpi karya
Andrea
Hirata
(3)Mendeskripsikan relevansi penggunaan majas novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dengan pembelajaran sastra khususnya pada pembelajaran menulis di SMA. Penelitian yang relevan (1) Atminingsih dalam penelitian berjudul “Analisis Majas dan Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”.(2)Triyatmi dalam penelitian berjudul “Kajian Majas dalam Kain Rentang Kampanye Pemilu 2004” penelitian ini disimpulkan, (3)Amalia dalam skripsinya yang berjudul Analisis gaya bahasa dan nilai‐nilai pendidikan dalm novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. METODE PENELITIAN Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode content analysis atau analisis isi. Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang menjadi masalah, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada. Adapun langkah‐langkah yang penulis tempuh dalam penulisan sebagai berikut ini. Mencatat data majas yang berupa percakapan dan narasi yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, yaitu majas. Menganalisis data yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata sesuai atau tidak sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Sebelum melakukan analisis majas dan fungsi majas dalam pembelajaran menulis pada siswa kelas XI SMA, penulis menyajikan data‐data tentang majas yang berupa kutipan‐kutipan langsung dari objek penelitian. Berikut data yang diambil dari penelitian. Majas yang digunakan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Majas Perbandingan
Hiperbola adalah ungkapan kata yang melebih‐lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan baik jumlah, ukuran, atau sifatnya. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat data majas hiperbola, yaitu sebagai berikut. Di berandanya, dahan‐dahan merunduk kuyu menekuni nasib anak‐anak nelayan yang terpaksa bekerja (SP : 2‐3). Kalimat “dahan‐dahan merunduk kuyu menekuri nasib anak‐anak nelayan yang terpaksa bekerja”, dapat dikategorikan sebagai majas hiperbola karena “dahan yang merunduk kuyu” merupakan tuturan yang berlebihan. Tidak ada dahan yang dapat
memahami nasib anak‐anak nelayan. Pada tuturan di atas
dahan‐dahan memikirkan nasib para anak nelayan yang terpaksa bekerja demi membantu ekonomi keluarganya untuk bertahan hidup dan bekerja untuk membantu biaya sekolah. Tidak hanya memikirkan namun dahan‐dahan menunjukkan dengan kondisi yang tertunduk lesu dan layu. Karena sangat prihatin dengan kondisi yang dialami oleh para anak nelayan yang terpaksa bekerja untuk membantu ekonomi keluarga yang pas‐pasan, bahkan ada yang sangat kurang. Apalagi kita sebagai sesama manusia yang melihat kondisi para generasi bangsa dengan kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut. Pengarang di sini juga menggambarkan bahwa dahan‐dahan seolah‐olah dapat ikut memahami nasib para anak nelayan yang terpaksa bekerja demi membantu ekonomi orang tuanya. Pada kutipan di atas pengarang mengajak pembaca untuk berimajinasi membayangkan bahwa dahan dapat merunduk kuyu menekuri nasib para anak nelayan yang terpaksa bekerja, pembaca seolah‐olah ikut terlarut merasakan di dalamnya. Namun dalam kenyataannya, dahan‐dahan tidak dapat memikirkan nasib para anak nelayan yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarganya. Keefektifan majas dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Datakeefektifan majas dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. Di berandanya, dahan‐dahan merunduk kuyu menekuni nasib anak‐anak nelayan yang terpaksa bekerja, kalimat tersebut berfungsi untuk
menerangkan tindakan yang dilakukan dahan‐dahan yang memikirkan nasib paraanak nelayan yang terpaksa bekerja demi membantu ekonomi keluarga. Dangdut India dari kaset yang terlalu sering diputar meliuk‐liuk pilu dari pabrik itu. Berfungsi untuk menerangkan tentang dangdut India yang sering diputar sehingg airamanya terdengar meliuk‐liuk sampai pilu, Penggunaan majas novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat direlevansikan dengan pembelajaran sastra khususnya pada pembelajaran menulis di SMA. Kompetensi dasar dalam pembelajaran sastra ini adalah Mendeskripsikan perilaku manusia melalui dialog naskah cerpen. Hal itu sesuai dengan yang diteliti oleh penulis yaitu menganalisis majas yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil analisis penulis dengan kompetensi dasar sesuai untuk pembelajaran sastra di kelas XI SMA. Indikator Indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran menulis ini ialah Menulis cerpen pengalaman pribadi dengan menggunakan majas. Sesuai dengan indikator yang ingin dicapai dari standar kompetensi dan kompetensi dasar, pembelajaran sastra dengan materi novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. SK : Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen KD : Menulis karangan berdasarkan
kehidupan diri sendiri dalam
cerpen (pelaku, peristiwa)
Pembelajaran novel di SMA dapat dikatakan sama dengan jenis prosa lainnya. Belajar sastra atau novel berkaitan dengan strategi mengajar dan strategi belajar.
D. Simpulan dan Saran Majas yang digunakan dalam novel Sang Pemimpi yaitu (1) majas perbandingan, (2) majas perulangan, (3) majas pertentangan, (4) majas penegasan. Keefektifan
majas
dalam
novel
Sang
Pemimpi
karya
Andrea
HirataPemakaian majas juga dapat menghidupkan apa yang dikemukakan dalam teks, dapat mengemukakan gagasan yang penuh makna dengan singkat dan pemakaian
majas digunakan
untuk
penekanan terhadap
pesan yang
diungkapkan. Bahasa sastra pun mempunyai fungsi estetik yang dominan.
Relevansi majas novel Sang Pemimpi sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA terletak pada aspek bahasa dan latar belakang budaya. Majas dapat digunakan oleh siswa untuk mengolah kata‐kata dan menuangkan idenya saat menulis cerpen, sehingga karyasastra yang dihasilkan siswa akan semaki indah. Dari segibahasa, bahasa yang digunakandalam novel Sang Pemimpi adalah sederhana dan mudah dipahami oleh siswa. Kedua aspek tersebut mendukung novel
Sang pemimpi disesuaikan sebagai bahan
pembelajaran sastra di kelas XI SMA. Pemanfaatan novel Sang Pemimpi sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA semester II terdapat dalam standar kompetensi menulis: 16. Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain kedalam cerpen. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis memiliki saran yaitu. (a) Bagi Pembelajaran Pengajar sastra diharapkan, agar novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra sekaligus melestarikan khasanah kesusastraan Indonesia (b) Bagi Pembaca Pembaca diharapkan dapat menjadikan nilai moral yang tedapat dalam novel Sang pemimpi ini sebagai perenungan dalam menjalani hidup, sehingga nantinya dapat dijadikan pedoman dalam menentukan sikap dan perilaku
dalam
kehidupan bermasyarakat (c) Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan skripsi ini dapat dijadikan referensi penelitian yang serupa dan mampu menemukan nilai‐nilai moral yang lain dalam sebuah novel, agar nantinya dapat dimanfaatkan bagi dunia pendidikan dalam menjawab permasalahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Argesindo. Arifin, H. M. 1993. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi aksara. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Atminingsih, Ririh Yuli. 2008. Analisis gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Skripsi. Surakarta: Progaram Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNS (tidak diterbitkan). Badudu. J. S. 1984. Sari Kasusastraan Indonesia 2. Bandung: Pustaka Prima. Darmono, Sapardi Djoko. 2003. “Kita dan Sastra Dunia”. Dalam www.mizan.com. diakses pada tanggal 26 November 2009. Doyin, Mukh. 2009. Cara Pengalaman Saya Mengajarkan Sastra. Semarang: Bandungan Institute Endaswara, Suwardi. 2010. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Hadi, Abdul. 2008. Majas (Gaya bahasa). Dalam http://basasin.blogspot.com /2008/10/majas‐gaya‐bahasa.html. diakses pada tanggal 23 Maret 2010. Hirata, Andrea. 2006. Sang Pemimpi. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Maulana, Firman. 2008. ”Gaya Bahasa”. Dalam http://firman94.multiply.com/ journal/item/70 diakses pada tanggal20 Januari 2010. Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pradopo, Rachmad Djoko. 1996. Stilistika. Program Studi Sastra Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Pratikno, Riyono. 1984. Kreatif Menulis Feature. Bandung: Alumni. Purwanto, Ngalim. M. 1986. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Karya. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stlistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sayuti, Suminto. A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media. Semi, Atar. M. 1993. Anatomi sastra. Padang: Angkasa Raya. Setiadi, Elly. M. 2006..Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Sudjiman, Panuti. 1998. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Jaya. Suwondo, Tirto. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widya. Soyoto. 2008. “Majas”. Dalam http://oyoth.wordpress.com/2008/02/01/gaya‐ sbahasa/ diakses pada tanggal 20 Januari 2010.