Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
ANALISIS KOMBINASI METODE CAESAR CIPHER, VERNAM CIPHER, DAN HILL CIPHER DALAM PROSES KRIPTOGRAFI Khairani Puspita1), M. Rhifky Wayahdi2) Dosen Sistem Informasi Universitas Potensi Utama Mahasiswa Sistem Informasi Universitas Potensi Utama 1),2) Jl. K.L. Yos Sudarso Km 6,5 No. 3A Tanjung Mulia-Medan Email:
[email protected]),
[email protected]) 1)
2)
Abstrak Kriptografi berasal dari kata “Crypto” yang berarti rahasia dan “graphy” yang berarti tulisan. Jadi, kriptogafi adalah tulisan yang tersembunyi. Banyak metode yang dapat digunakan dalam proses kriptografi seperti Caesar Cipher, Vernam Cipher, Hill Cipher, dan lain sebagainya. Pada penelitian ini penulis akan mengkombinasikan metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher dalam proses kriptografi (enkripsi dan dekripsi). Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher adalah jenis kriptografi klasik yang cukup kuat jika dilihat dari segi keamanannya dengan sedikit modifikasi. Ketiga metode ini dapat dikombinasikan menjadi satu dalam proses kriptografi (enkripsi dan dekripsi) dengan tingkat keamanan yang sangat baik dan sulit untuk dipecahkan. Kombinasi metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher ini hanya membutuhkan sebuah kunci (key) dalam proses enkripsi maupun dekripsi yang akan memudahkan kita untuk mengingatnya. Kata kunci: Kriptografi, Caesar Cipher, Vernam Cipher, Hill Cipher. 1. Pendahuluan Kriptografi telah dikenal dan dipakai cukup lama sejak kurang lebih tahun 1900 sebelum masehi pada prasasti-prasasti kuburan. Kriptografi sendiri berasal dari kata “Crypto” yang berarti rahasia dan “graphy” yang berarti tulisan. Jadi, dapat dikatakan kriptografi adalah tulisan yang tersembunyi. Dengan adanya tulisan yang tersembunyi ini, orang-orang yang tidak mengetahui bagaimana tulisan tersebut disembunyikan tidak akan mengetahui bagaimana cara membaca maupun menerjemahkan tulisan tersebut [1]. Ada beberapa algoritma atau metode yang dapat digunakan dalam proses kriptografi seperti metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, Hill Cipher, dan lain sebagainya. Dalam kriptografi, Caesar Cipher juga dikenal sebagai pergeseran cipher yang merupakan salah satu teknik enkripsi yang paling sederhana dan dasar
dikenal. Metode ini adalah jenis menggantikan angka di mana setiap huruf dalam plaintext diganti dengan huruf dengan posisi tetap dipisahkan oleh nilai numerik yang digunakan sebagai “kunci” [2]. Metode Vernam Cipher telah memainkan peran penting dalam kriptografi karena merupakan sistem kerahasiaan yang sempurna. Metode ini memungsikan boolean ekslusif (Ex-OR dan Ex-Nor) [3] “vernam cipher”. Sedangkan metode Hill Cipher adalah cipher simetris klasik berdasarkan transformasi matriks. Metode ini memiliki beberapa keuntungan termasuk ketahanan terhadap analisis frekuensi dan implicity karena metode ini menggunakan perkalian matriks dan inversi untuk enkripsi dan dekripsi [4]. Dey, Somdip (2013) dalam penelitiannya memodifikasi metode Caesar Cipher dengan memperkenalkan fungsi polinom acak dan modular pengurangan yang membuat metode ini semakin kuat terhadap differential pembacaan sandi [2]. Ryabko, Boris (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa metode Vernam Cipher (or one-time pad) telah memainkan peran penting dalam kriptografi karena merupakan sistem kerahasiaan yang sempurna [3]. Farmandar, Mina and Alexander G. Chefranov (2012) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa metode Hill Cipher dalam pembacaan sandi relatif mudah atau rentan terhadap serangan pengenalan plaintext-ciphertext karena linearitas [5]. Dari penelitian yang dilakukan oleh Dey, Somdip (2013), Ryabko, Boris (2013), dan Farmandar, Mina and Alexander G. Chefranov (2012) menunjukkan bahwa metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher dapat diterapkan dalam penyandian dan dapat dimodifikasi untuk meningkatkan keamanannya. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Hal ini yang mendasari penulis untuk menganalisa lebih dalam mengenai metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menganalisis metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher dalam proses kriptografi. Penulis ingin mengkombinasikan ketiga metode tersebut dalam proses
5.10-43
ISSN : 2302-3805
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
enkripsi dan dekripsi untuk meningkatkan keamanan data atau pesan. 2. Metode Caesar Cipher Metode Caesar Cipher berasal Julius Caesar, yang merupakan kaisar Roma, ia menggunakan cipher substitusi untuk mengirim pesan ke panglima perangnya. Caesar Chiper dikenal dengan beberapa nama seperti: Shift Cipher, Caesar's Code, atau Caesar Cipher Shif [1]. Metode Caesar Cipher mungkin adalah metodologi enkripsi pertama. Metode enkripsi ini berjenis cipher subtitusi, di mana setiap huruf pada plaintext-nya digantikan dengan huruf lain. Misalnya dengan pergeseran 3 langkah, A akan digantikan oleh D, B akan menjadi E, dan seterusnya [2]. Proses enkripsi dalam metode ini adalah sebagai berikut: Misalkan: Plaintext = AYO Key =3 Kemudian ubah plaintext dan key menjadi data biner. AYO = 01000001 01011001 01001111 3 = 00110011 Kemudian lakukan proses enkripsi dengan melakukan pergeseran pada bilangan biner tersebut sebanyak 3 langkah (sesuai key) ke arah kanan, kemudian ubah bilangan biner tersebut menjadi karakter. Biner = 01000001 01011001 01001111 Hasil = 00101000 00101011 11101001 Karakter = ( + é Jadi, ciphertext dari kata AYO adalah (+é. Sedangkan untuk proses dekripsi sama dengan pada proses enkripsi yaitu dengan melakukan proses pergeseran pada bilangan biner dari suatu karakter tertentu sebanyak 3 langkah (sesuai key) ke arah kiri, dan ubah menjadi karakter kembali untuk mengetahui kata apa yang tersembunyi. Ciphertext ( + é = Biner = 00101000 00101011 11101001 Hasil = 01000001 01011001 01001111 Plaintext = A Y O Jadi, plaintext dari kata (+é adalah AYO. 3. Metode Vernam Cipher Metode Vernam Cipher merupakan sistem kerahasiaan yang sempurna di mana metode ini adalah stream cipher simetris di mana plaintext dikombinasikan dengan key stream (pseudorandom) yang sama panjang untuk menghasilkan ciphertext yang memungsikan boolean ekslusif (Ex-OR dan Ex-Nor) [3]. Proses enkripsi dalam metode ini adalah sebagai berikut: Misalkan: Plaintext = TES Key =3
Kemudian ubah plaintext dan key menjadi data biner. TES = 01010100 01000101 01010011 3 = 00110011 Kemudian lakukan proses enkripsi dengan menggunakan logika Ex-OR. 01010100 01000101 01010011 00110011 ⊕ 00110011 ⊕ 00110011 ⊕ 01100111 01110110 01100000 Setelah didapatkan hasil dari proses enkripsi dengan logika Ex-OR, maka nilai-nilai biner tersebut dikonversikan kembali ke dalam bentuk karakter. Biner = 01100111 01110110 01100000 Karakter g v ` = Jadi, ciphertext dari kata TES adalah gv`. Sedangkan untuk proses dekripsi sama dengan pada proses enkripsi yaitu dengan melakukan proses Ex-OR pada ciphertext dan key. 01100111 01110110 01100000 00110011 ⊕ 00110011 ⊕ 00110011 ⊕ 01010100 01000101 01010011 Setelah didapatkan hasil dari proses dekripsi dengan logika Ex-OR, maka nilai-nilai biner tersebut dikonversikan kembali ke dalam bentuk karakter. Biner = 01010100 01000101 01010011 Karakter T E S = Jadi, plaintext dari kata gv` adalah TES. 4. Metode Hill Cipher Metode Hill Cipher adalah cipher simetris klasik yang memecah plaintext menjadi blok-blok ukuran m dan kemudian mengalikan setiap blok oleh sebuah kunci matriks m x m untuk menghasilkan ciphertext [4]. Proses enkripsi dalam metode ini adalah sebagai berikut: Misalkan: Plaintext = MAJU 3 2 Key (k) = 4 5 Kemudian ubah plaintext dari kata MAJU menjadi bilangan desimal. MAJU = 77 65 74 85 Selanjutnya membagi deretan bilangan desimal tersebut menjadi blok matriks yang sesuai dengan jumlah kolom matriks kunci (key = 2x2). 77 74 MA = JU = 65 85 Melakukan perhitungan pada matriks kunci (key) dengan blok matriks plaintext. 3 4
3 4
(3 ∗ 77) + (2 ∗ 65) 2 77 361 = = (4 ∗ 77) + (5 ∗ 65) 5 65 633
(3 ∗ 74) + (2 ∗ 85) 2 74 392 = = (4 ∗ 74) + (5 ∗ 85) 5 85 721
255 = 255 =
106 123
137 211
Kemudian ubah bilangan desimal hasil perhitungan matriks di atas menjadi karakter. Desimal = 106 123 137 211
5.10-44
ISSN : 2302-3805
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
Karakter = j { ‰ Jadi, ciphertext dari kata MAJU adalah j{‰ Ó.
Ó
Untuk melakukan proses dekripsi yaitu dengan melakukan perkalian pada invers matriks kunci dengan blok matriks ciphertext. 3 2 k= detk=(3*5) - (2*4) = 7 4 5 invers modulo: 7-1 mod 255 7x=1 mod 255 7x=1+255k x=(1+255k)/7 Cari k=n sehingga hasil x adalah bilangan bulat. k=0; x=(1+255*0)/7 = 1/7 (bukan bilangan bulat) k=1; x=(1+255*1)/7 = 36.6 (bukan bilangan bulat) k=2; x=(1+255*2)/7 = 73 (bilangan bulat) Sehingga invers dari 7 mod 255 ekuivalen dengan 73 mod 255 yaitu 73. Invers modulo determinan digunakan untuk mencari invers matriks. =
Sehingga, = 73
=
5 −2 365 −146 = −4 3 −292 219 =
−
110 109 218 219
−
255
Untuk modulo bilangan negatif dapat dikerjakan dengan: -n mod x maka, –n mod x = x-(n mod x) = 255-(146 mod 255) = 109 = 255-(292 mod 255) = 218 Setelah matriks k di-invers, selanjutnya mengalikan matriks k dengan ciphertext. 110 109 106 25067 = 218 219 123 50045 110 109 137 38069 = 218 219 211 76075
77 255 = 65 255 =
74 85
Setelah didapatkan hasil dari proses perhitungan, maka nilai-nilai desimal tersebut dikonversikan kembali ke dalam bentuk karakter. Desimal = 77 65 74 85 Karakter = M A J U Jadi, plaintext dari kata j{‰ Ó adalah MAJU. 5. Metode Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher dalam proses kriptografi dan mengkombinasikan ketiga metode tersebut dalam proses enkripsi dan dekripsi untuk meningkatkan keamanan data. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa proses atau tahapan dalam mengkombinasikan metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher dalam mengenkripsi ataupun mendekripsikan teks atau pesan. Gambar 1 menunjukkan proses kriptografi dengan kombinasi metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher.
Gambar 1. Proses Kriptografi Kombinasi
Pada Gambar 1 dapat dilihat proses kriptografi dengan kombinasi 3 metode yaitu Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher. Proses pertama pesan asli (plaintext) dienkripsi dengan metode Caesar Cipher dan menghasilkan pesan sandi (ciphertext1), setelah itu dienkripsi kembali dengan metode Vernam Cipher dan menghasilkan ciphertext2, kemudian dienkripsi kembali dengan metode Hill Cipher dan menghasilkan ciphertext akhir. Sedangkan untuk proses dekripsi adalah kebalikan daripada proses enkripsi yaitu ciphertext pertama kali didekripsi dengan metode Hill Cipher, kemudian hasilnya didekripsi kembali dengan metode Vernam Cipher, dan terakhir dengan metode Caesar Cipher yang akan mengembalikan pesan asli (plaintext) yang telah dienkripsi. 6. Hasil dan Analisa Proses kriptografi dengan kombinasi metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher dilakukan dengan membuat pesan yang akan dienkripsi dan membuat sebuah kunci (key) sebagai proses penyandian. Pertama pesan akan dienkripsi dengan menggunakan metode Caesar Cipher, kemudian selanjutnya akan dienkripsi kembali dengan metode Vernam Cipher, dan yang terakhir dengan metode Hill Cipher dengan sekali proses dan sebuah kunci (key). Contoh pesan yang akan dienkripsi adalah kata “VISUAL” dengan kunci (key) = 5. Tahap pertama yaitu mengenkripsi pesan dengan menggunakan metode Caesar Cipher. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut: Plaintext = VISUAL Key =5 Kemudian ubah plaintext dan key menjadi data biner, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Konversi Plaintext ke Bilangan Biner Plaintext Biner V 01010110 I 01001001 S 01010011 U 01010101
5.10-45
ISSN : 2302-3805
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
A L
dibentuk matriks 2x2 perhitungan sederhana.
01000001 01001100
Kemudian lakukan proses enkripsi dengan melakukan pergeseran pada bilangan biner tersebut sebanyak 5 langkah (sesuai key) ke arah kanan, dapat dilihat pada Tabel 2.
01100010 00110101 01010111
5 6
−1 +2
k=
5 5+1
5−1 5+2
4 7
135 127
Selanjutnya dilakukan proses enkripsi metode Vernam Cipher dengan fungsi logika Ex-OR. 10110010 01001010 10011010 00110101 ⊕ 00110101 ⊕ 00110101 ⊕ 10000111 01111111 10101111 ⊕
+1
proses
Selanjutnya membagi deretan bilangan desimal pada ciphertext2 menjadi blok matriks yang sesuai dengan jumlah kolom matriks kunci (key = 2x2).
Pada Tabel 2 didapatkan hasil enkripsi dengan metode Caesar Cipher yang masih dalam bentuk bilangan biner dengan kunci = 5. Selanjutnya dilakukan proses enkripsi kembali dengan menggunakan metode Vernam Cipher masih dengan kunci yang sama yaitu 5. Sebelumnya kunci diubah menjadi bilangan biner terlebih dahulu, 5 = 00110101.
00001010 00110101 00111111
k=
melakukan
Jadi, key yang digunakan untuk proses enkripsi dengan metode Hill Cipher ini adalah: k=
Tabel 2. Proses Enkripsi Caesar Cipher Biner Ciphertext1 01010110 10110010 01001001 01001010 01010011 10011010 01010101 10101010 01000001 00001010 01001100 01100010
10101010 00110101 ⊕ 10011111
key = 5
dengan
⊕
Setelah didapatkan hasil enkripsi dengan fungsi logika Ex-OR, selanjutnya bilangan biner tersebut diubah menjadi bilangan desimal untuk memudahkan proses enkripsi yang selanjutnya, dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Proses Konversi Bilangan Biner ke Desimal Hasil Ciphertext2 10000111 135 01111111 127 10101111 175 10011111 159 00111111 63 01010111 87 Pada Tabel 3 dapat dilihat hasil ciphertext dengan metode Vernam Cipher, di mana ciphertext berupa bilangan desimal yang akan diproses enkripsi kembali dengan metode Hill Cipher. Dalam metode Hill Cipher, key yang digunakan adalah berbentuk matriks di mana matriks yang digunakan adalah 2x2 dengan menggunakan kunci (key) yang sama pada proses enkripsi dengan metode sebelumnya yaitu 5. Agar kunci (key) yang ada bisa digunakan untuk proses enkripsi dengan metode Hill Cipher, kunci akan
175 159
63 87
Kemudian melakukan perhitungan pada matriks kunci (key) dengan blok matriks ciphertext2. 5 6 5 6 5 6
4 7 4 7 4 7
1183 135 = 1699 127 175 1511 = 159 2163 63 663 = 87 987
163 169 236 255 = 123 153 255 = 222 255 =
Kemudian pada proses terakhir, ubah bilangan desimal hasil perhitungan matriks di atas menjadi karakter, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Proses Konversi Bilangan Desimal ke Karakter Desimal Ciphertext 163 £ 169 © 236 ì 123 { 153 ™ 222 Þ Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil ciphertext akhir dari kombinasi metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher, ciphertext berupa karakter bilangan ASCII. Jadi, ciphertext dari kata VISUAL adalah £© ì{™ Þ. Selanjutnya melakukan proses dekripsi untuk mengetahui apakah kombinasi metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher berhasil atau tidak dalam pengamanan pesan. Untuk melakukan proses dekripsi yang pertama adalah dimulai dengan metode Hill Cipher yaitu dengan melakukan perkalian pada invers matriks kunci dengan blok matriks ciphertext. 5 4 k= detk=(5*7) - (4*6) = 11 6 7 invers modulo: 11-1 mod 255 11x=1 mod 255 11x=1+255k x=(1+255k)/11 Cari k=n sehingga hasil x adalah bilangan bulat. k=0; x=(1+255*0)/11 = 1/11 (bukan bilangan bulat) k=1; x=(1+255*1)/11 = 23.2 (bukan bilangan bulat)
5.10-46
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
k=2; x=(1+255*2)/11 = 46.4 (bukan bilangan bulat) k=3; x=(1+255*3)/11 = 69.6 (bukan bilangan bulat) k=4; x=(1+255*4)/11 = 92.8 (bukan bilangan bulat) k=5; x=(1+255*5)/11 = 116 (bilangan bulat) Sehingga invers dari 11 mod 255 ekuivalen dengan 116 mod 255 yaitu 116. Invers modulo determinan digunakan untuk mencari invers matriks. =
Sehingga, = 116
7 −6
=
−
−
−4 812 −464 = 5 −696 580 47 46 = 69 70
255
Untuk modulo bilangan negatif dapat dikerjakan dengan: -n mod x maka, –n mod x = x-(n mod x) = 255-(464 mod 255) = 46 = 255-(696 mod 255) = 69 Setelah matriks k di-invers, selanjutnya mengalikan matriks k dengan ciphertext. 47 46 163 15435 = 69 70 169 23077
255 =
135 127
47 46 153 17403 = 69 70 222 26097
255 =
63 87
47 46 236 16750 = 69 70 123 24894
255 =
175 159
Tabel 5. Proses Konversi Bilangan Desimal ke Biner Plaintext2 Biner 135 10000111 127 01111111 175 10101111 159 10011111 63 00111111 87 01010111 Selanjutnya dilakukan proses dekripsi kembali metode Vernam Cipher dengan fungsi logika Ex-OR masih dengan kunci yang sama yaitu 5. Sebelumnya kunci diubah menjadi bilangan biner terlebih dahulu, 5 = 00110101. 01111111 00110101 01001010
10011111 00110101 ⊕ 10101010
00111111 00110101 00001010
⊕ ⊕
10101111 00110101 10011010 01010111 00110101 01100010
Tabel 6. Proses Dekripsi Metode Caesar Cipher. Plaintext1 Hasil Plaintext 10110010 01010110 V 01001010 01001001 I 10011010 01010011 S 10101010 01010101 U 00001010 01000001 A 01100010 01001100 L Pada Tabel 5 dapat dilihat proses dekripsi dengan metode Caesar Cipher yang merupakan proses dekripsi akhir dari kriptografi metode kombinasi ini. Plaintext yang didapatkan yaitu kata VISUAL yang sesuai dengan pesan yang dienkripsi dengan kombinasi dari ketiga metode ini. Hal ini menunjukkan bahwa metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher dapat dikombinasikan dalam proses kriptografi (enkripsi dan dekripsi). 7. Kesimpulan
Setelah didapatkan hasil dari proses perhitungan, maka nilai-nilai desimal tersebut dikonversikan ke dalam bilangan biner untuk diproses selanjutnya, hasil konversi dapat dilihat pada Tabel 5.
10000111 00110101 ⊕ 10110010
Cipher dengan kunci (key) yang sama yaitu 5. Dekripsi metode ini dengan melakukan proses pergeseran pada bilangan biner dari suatu karakter tertentu sebanyak 5 langkah (sesuai key) ke arah kiri, kemudian ubah hasil pergeseran bilangan biner tersebut dengan karakter, dapat dilihat pada Tabel 6.
⊕ ⊕
Setelah didapatkan hasil dari proses dekripsi dengan logika Ex-OR, maka nilai-nilai biner tersebut didekripsi lagi untuk yang terakhir kalinya dengan metode Caesar
Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher adalah jenis kriptografi klasik, tetapi cukup kuat jika dilihat dari segi keamanannya dengan sedikit modifikasi. 2. Metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher dapat dikombinasikan menjadi satu dalam proses kriptografi (enkripsi dan dekripsi) dengan tingkat keamanan yang sangat baik dan sulit untuk dipecahkan. 3. Kombinasi metode Caesar Cipher, Vernam Cipher, dan Hill Cipher ini hanya membutuhkan sebuah kunci (key) dalam proses enkripsi maupun dekripsi yang akan memudahkan kita untuk mengingatnya. Daftar Pustaka [1] Andrian, Yudhi, Kombinasi Kriptografi Caesar Cipher dan Steganografi Citra Digital Metode LSB, 2014. [2] Dey, Somdip, SD-AREE: A New Modified Caesar Cipher Cryptographic Method Along with Bit-Manipulation to Exclude Repetition from a Message to be Encrypted, 2013. [3] Ryabko, Boris, The Vernam Cipher is Robust to Small Deviations from Randomness. 9 Mar 2013. [4] Magambar, Kondwani, et al., Variable-length Hill Cipher with MDS Key Matrix, 2012. [5] Farmambar, Mina and Alexander G. Chefranov, Investigation of Hill Cipher Modification Based on Permutation and Iteration, International Journal of Computer Science and Information Security (IJCSIS), Vol. 10, No. 9, September 2012.
5.10-47
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
Biodata Penulis Khairani Puspita, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Sistem Informasi Universitas Potensi Utama Medan, lulus tahun 2010. Memperoleh gelar Magister Komputer (M.Kom) Program Pasca Sarjana Magister Komputer UPI YPTK Padang, lulus tahun 2014. Saat ini menjadi Dosen di Universitas Potensi Utama Medan. Email:
[email protected]. M. Rhifky Wayahdi, mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi Utama Medan. Email:
[email protected] dan
[email protected].
5.10-48
ISSN : 2302-3805